Anda di halaman 1dari 42

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR

IKATAN KIMIA

Oleh :

Nama : Jovan Berlian Aris Syam


NIM : 181910201036
Kelas/Kelompok : D/Kelompok 1
Asisten : Lien Govi Yezavado

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2021
I. Judul : Ikatan Kimia
II. Tujuan
2.1 Membandingkan ikatan kovalen dengan ikatan ion dalam dua senyawa yang
berbeda.
2.2 Mengamati perubahan ikatan kimia unsur klor dari ikatan kovalen menjadi
ikatan ion.

III. Pendahuluan
3.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)
3.1.1 Akuades (H2O)
Akuades memiliki rumus kimia yaitu H2O. Akuades biasa disebut
sebagai air murni. Akuades memiliki sifat fisik berupa cairan dengan
memiliki pH sebesar 7, berat molekul sebesar 18 g/mol, berat jenis sebesar
0,99823 g/ml, dan kepedatan relatif sebesar 1. Titik beku air yaitu pada suhu
0oC, sedangkan untuk titik didih air yaitu pada suhu 100oC. Ciri-ciri air
yaitu tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak memiliki rasa. Salah satu
fungsi dari akuades yaitu dapat digunakan untuk membersihkan kotoran
yang menempel pada alat-alat yang ada di laboratorium (Labchem, 2021).

3.1.2 Asam Benzoat (C7H6O2)


Asam benzoat memiliki rumus molekul C7H6O2. Asam benzoat
berbentuk kristal berwarna putih. Asam benzoat memiliki pH sebesar 2,5
sampai dengan 3,5 pada suhu 20ºC, titik leleh sebesar 122,4ºC, titik didih
sebesar 249ºC, dan tekanan uap sebesar 0,001 hPa dalam suhu 20ºC. Asam
benzoat memiliki densitas sebesar 1,321 g/cm3. Asam benzoat memiliki
kelarutan pada air sebesar 2,9 g/L dalam suhu 20ºC. Asam benzoat dapat
menyebabkan toksisitas oral akut kategori 5, bahaya serius pada mata
kategori 1, dan toksisitas organ spesifik kategori 3. Pertolongan pertama jika
terhirup, segera bawa ke ruang terbuka untuk menghirup udara segar dan
jika praktikan tidak dapat bernapas maka beri nafas buatan sesuai prosedur.
Pertolongan pertama jika terjadi kontak fisik dengan kulit, basuh dengan air
mengalir dan sabun. Pertolongan pertama jika terjadi kontak fisik dengan
mata, segera basuh dengan air mengalir paling tidak selama 15 menit.
Pertolongan pertama jika tertelan, segera basuh mulut dengan air mengalir
(LabChem, 2021).

3.1.3 Asam Klorida (HCl)


Asam klorida memiliki rumus molekul HCl. Asam klorida merupakan
zat cair yang tidak memiliki warna dan tidak memiliki bau. Asam klorida
memiliki densitas 1 sampai dengan 1,1 dan massa molekul 36,46 g/mol.
Asam klorida dapat larut dalam air, ethanol, dan methanol. Asam klorida
dapat menyebabkan korosi kulit atau iritasi kulit kategori 1B dan bahaya
serius pada mata atau iritasi mata kategori 1. Pertolongan pertama jika
terhirup, bawa praktikan untuk menghirup udara segar dan posisikan badan
dengan posisi yang nyaman untuk bernapas. Pertolongan pertama jika
terjadi kontak fisik dengan kulit, singkirkan kain yang terkontaminasi dan
basuh bagian yang terkena asam klorida dengan air mengalir. Pertolongan
pertama jika terjadi kontak fisik dengan mata, basuh mata dengan air
mengalir selama beberapa menit. Pertolongan pertama jika tertelan, basuh
mulut dengan air mengalir (LabChem, 2021).

3.1.4 Asam Nitrat (HNO3)


Asam nitrat memiliki rumus yaitu HNO3. Asam nitrat memiliki bentuk
fisik berupa cairan yang berwarna-kuning tetapi saat terkena cahaya
berwarna merah-coklat. Asam nitrat memiliki bau yang menyengat yang
dapat menyebabkan sesak napas dan memiliki ambang bau 0.29-0.98 ppm
atau 0.75-2.5 mg/m3. Asam nitrat memiliki pH 1 dengan solusi pH sebesar
6%. Asam nitrat memiliki titik leleh sebesar -42 sampai dengan -38ºC dan
titik didih sebesar 83 sampai dengan 122ºC. Asam nitrat memiliki titik uap
sebesar 7,3 sampai dengan 58,5 hPa (20 ºC) dengan massa jenis 1413-1513
kg/m3 dan massa molekul sebesar 63,01 g/mol. Asam nitrat dapat larut
secara eksotermik dalam air dan larut dalam eter. Asam nitrat memiliki
potensi cairan pengoksidasi kategori 3 sehingga mengakibatkan
mengakibatkan pengoksidasi api. Asam nitrat dapat mengakibatkan korosi
pada logam kategori 1, iritasi atau korosi terhadap kulit kategori 1A dan
cedera mata yang serius atau iritasi mata kategori 1. Pertolongan pertama
jika terhirup, bawa praktikan untuk menghirup udara segar dan jika ada
masalah pada saluran pernapasan segera hubungi dokter. Pertolongan
pertama jika terjadi kontak fisik, segera basuh dengan banyak air selama 15
menit. Singkirkan pakaian dari tempat yang terkontaminasi ketika akan
membasuh dan jangan singkirkan pakaian jika menempel pada kulit.
Pertolongan pertama jika terkena mata, segera basuh dengan air mengalir
selama 15 menit (LabChem, 2021).

3.1.5 Asam Oksalat (C2H2O4)


Asam oksalat memiliki rumus molekul C2H2O4. Asam oksalat
merupakan padatan yang sering ditemui dalam bentuk kristal atau serbuk
yang memiliki warna putih hingga tidak memiliki warna. Asam oksalat
tidak memiliki bau dan memiliki pH 1. Asam oksalat memiliki titik leleh
sebesar 101ºC dan tekanan uap sebesar 22 hPa dalam suhu 50ºC. Asam
oksalat memiliki massa jenis 1653 kg/m3 dan massa molekul sebesar 126,07
g/mol. Asam oksalat dapat larut dalam air, etanol, eter, dan gliserol. Asam
oksalat dapat menyebabkan korosi kulit atau iritasi kulit kategori 1B dan
bahaya mata serius atau iritasi mata kategori 1. Pertolongan pertama jika
terhirup, bawa praktikan menuju tempat yang berudara segar jika terjadi
masalah pernapasan segera hubungi dokter. Pertolongan pertama jika terjadi
kontak fisik dengan kulit, segera basuh dengan air mengalir. Pertolongan
pertama jika terjadi kontak fisik dengan mata, segera basuh dengan air
mengalir. Pertolongan pertama jika tertelan, segera basuh mulut dengan air
dan segera minum banyak air (LabChem, 2021).
3.1.6 Aseton (C3H6O)
Aseton memiliki rumus molekul C3H6O. Aseton merupakan zat cair
yang tidak memilikiwarna dan memiliki bau manis atau aromatik atau
seperti bau buah-buahan. Aseton memiliki pH sebesar 7, titik leleh sebesar
-95ºC, titik didih sebesar 56ºC, dan tekanan uap sebesar 247 hPa pada suhu
20ºC. Aseton memiliki densitas sebesar 786 kg/m3 dan massa molekul 58.08
g/mol. Aseton dapat larut dalam air, ethanol, ether, dimethyl ether,
petroleum, kloroform, dimetilformamida, dan minyak maupun lemak.
Aseton merupakan zat cair yang mudah terbakar kategori 2, dapat
menyebabkan bahaya mata serius atau iritas mata kategori 2A, dan toksisitas
organ dengan eksposur tunggal kategori 3. Pertolongan pertama jika
terhirup, bawa praktikan untuk menghirup udara segar. Pertolongan pertama
jika terjadi kontak fisik dengan kulit, segera basuh dengan air mengalir dan
sabun jika perlu. Pertolongan pertama jika terjadi kontak fisik dengan mata,
segera basuh dengan air mengalir. Pertolongan pertama jika tertelan, segera
basuh mulut dengan air (PubChem, 2021).

3.1.7 Benzena (C6H6)


Benzena memiliki rumus molekul C6H6. Benzena merupakan zat cair
yang tidak memiliki warna dan berbau aromatik. Benzena cukup bisa larut
dalam air. Benzena dapat mengakibatkan kebakaran kategori 3,
menyebabkan iritasi mata dan iritasi kulit, dan jika tertelan dapat
menyebabkan pusing, mual dan lelah. Pertolongan pertama jika terjadi
kontak fisik dengan mata, basuh mata dengan air mengalir paling tidak
selama 15 menit. Pertolongan pertama jika terjadi kontak fisik dengan kulit,
segera basuh dengan sabun dan air mengalir dan singkirkan pakaian atau
alas kaki yang terkontaminasi. Pertolongan pertama jika tertelan, segera
hubungi tim medis, jika muntah posisikan kepala lebih rendah dari pada
pinggul untuk mencegah. Pertolongan pertama jika terhirup, berikan nafas
buatan jika perlu dan segera hubungi tim medis (LabChem, 2021).
3.1.8 Etanol (C2H5OH)
Etanol memiliki rumus molekul C2H5OH. Etanol merupakan zat cair
yang tidak memiliki warna dan memiliki bau seperti alkohol. Etanol
memiliki massa molekul 46,07 g/mol, titik leleh sebesar -115ºC, titik didih
sebesar 78ºC, dan tekanan uap sebesar 59 hPa dalam suhu 20ºC. Etanol
dapat larut dalam air, eter, aseton, kloroform, minyak, metanol, dan asam.
Etanol mudah terbakar kategori 3, menyebabkan iritasi kulit kategori 2,
menyebabkan iritasi mata kategori 2A, bersifat karsinogenesis kategori 1A,
bersifat toksisitas reproduksi kategori 2, dan bahaya bagi organ kategori 1.
Pertolongan pertama jika terhirup, bawa praktikan ke tempat yang memiliki
udara segar dan jika ada gangguan pernapasan segera hubungi dokter.
Pertolongan pertama jika terjadi kontak fisik dengan kulit, basuh dengan air
dan bawa ke dokter jika iritasi terus berlanjut. Pertolongan pertama jika
terjadi kontak fisik dengan mata, basuh dengan air mengalir dan bawa ke
dokter mata jika iritasi terus berlanjut. Pertolongan pertama jika tertelan,
basuh mulut dengan air mengalir dan jangan mencoba memuntahkan paksa
(LabChem, 2021).

3.1.9 Garam Dapur (NaCl)


Garam dapur memiliki rumus kimia yaitu NaCl. Garam dapur memiliki
sifat fisik padat berwarna putih, tidak berbau. Garam dapur memilki pH 5
hingga 9, titik didih sebesar 801 °C, titik lebur sebesar 1413 oC, massa jenis
sebesar 2,165 g/cm3, massa molekul sebesar 58,44 g/mol. Garam dapur juga
dapat larut dalam air, gliserol, dan ammonia. NaCl berpotensi menyebabkan
iritasi kulit dengan kategori 1C dan potensi iritasi mata dengan kategori 1.
Penanganan pertama jika terhirup, bawa praktikan keluar
laboratorium untuk menghirup udara segar dan pastikan praktikan istirahat
dengan posisi yang nyaman untuk bernapas. Penanganan pertama jika
terjadi kontak fisik, lepas atau singkirkan segera pakaian yang
terkontaminasi dan basuh bagian yang terkena dengan air. Pertolongan
pertama jika terjadi kontak pada mata, basuh mata selama beberapa menit
dengan air. Pertolongan pertama jika tertelan, segera basuh mulut dan
hubungi dokter (LabChem, 2021).

3.1.10 Kalsium Oksida (CaO)


Kalsium oksida memiliki rumus molekul CaO. Kalsium oksida
berbentuk kristal padatan berwarna putih dengan pH 10. Kalsium oksida
memiliki titik leleh sebesar 2.614ºC dan titik didih sebesar 2.850ºC.
Kalsium oksida memiliki densitas 3,3g/mL pada suhu 25ºC dan massa
molekul 56,08 g/mol. Kalsium oksida dapat menyebabkan iritasi kulit
kategori 2, cedera mata serius kategori 1 dan toksisitas organ target spesifik
kategori 3. Pertolongan pertama jika terhirup, jika praktikan masih bernafas
segera pindahkan ke tempat yang memiliki udara segar dan jika tidak
bernafas segera berikan nafas bantuan. Pertolongan pertama jika terjadi
kontak fisik dengan kulit, basuh dengan sabun dan air mengalir. Pertolongan
pertama jika terjadi kontak fisik dengan mata, basuh dengan air mengalir
selama 15 menit dan konsultasi ke dokter. Pertolongan pertama jika tertelan,
basuh mulut dengan air (LabChem, 2021).

3.1.11 Kloroform (CHCl3)


Kloroform memiliki rumus molekul CHCl3. Kloroform berbentuk cair
dan tidak memiliki warna. Kloroform memiliki bau manis seperti Eter.
Memiliki titik lebur sebesar -64ºC dan titik didih sebesar 61ºC.
Kloroform memiliki tekanan uap sebesar 209,5 hPa dalam suhu 20ºC dan
densitas relatif 1,49 pada suhu 20 ºC. Kloroform memiliki massa molekul
119.38 g/mol dan suhu penyalaan otomatis sebesar >600 ºC pada tekanan
1013 hPa. Kloroform sulit larut dan zatnya tenggelam dalam air, sedangkan
kloroform dapat larut dalam etanol, eter, acetone, minyak, karbon disulfida,
alkohol petroleum, nafta, dan tetraklorometana. Kloroform berisiko toksik
oral akut jika tertelan dengan 4, toksik pernapasan akut jika
terhirup kategori 3, dapat menyebabkan iritasi atau korosi kulit kategori 2.
Selain itu juga menyebabkan iritasi mata kategori 2A, karsinogenisitas yang
menyebabkan kanker kategori 2, toksisitas reproduksi pada bayi yang
belum lahir kategori 2, dan toksisitas organ target spesifik kategori 1.
Pertolongan pertama jika terpapar kloroform umumnya memastikan organ
vital baik-baik saja. Pertolongan pertama jika terhirup, bawa praktikan
untuk menghirup udara segar dan jika ada gangguan pernapasan segera
hubungi medis. Pertolongan pertama jika terjadi kontak fisik dengan kulit,
segera basuh dengan air mengalir dan jangan gunakan obat penetralisir.
Bawa praktikan ke tim medis jika iritasi tetap berlanjut. Pertolongan
pertama jika terjadi kontak fisik dengan mata, segera basuh dengan air
mengalir dan bawa praktikan ke tim medis jika iritasi masih berlanjut
(LabChem, 2021).

3.1.12 Magnesium Klorida (MgCl2)


Magnesium klorida memiliki rumus molekul MgCl2. Magnesium
klorida merupakan padatan berwarna putih yang tidak memiliki bau.
Magnesium klorida memiliki titik leleh sebesar 116-118ºC dan densitas
sebesar 1.569 g/cm3. Magnesium klorida dapat larut dalam air maupun
etanol. Magnesium klorida tidak berpotensi bahaya. Pertolongan pertama
jika terhirup, bawa praktikan untuk menghirup udara segar dan beristirahat.
Pertolongan pertama jika terjadi kontak fisik dengan kulit, singkirkan kain
yang terinfeksi dan basuh daerah yang terkena magnesium klorida dengan
air mengalir dan sabun. Pertolongan pertama jika terjadi kontak fisik dengan
mata, segera basuh dengan air mengalir. Pertolongan pertama jika tertelan,
basuh mulut dengan air (LabChem, 2021).

3.1.13 Natrium Hidroksida (NaOH)


Natrium hidroksida dengan rumus molekul NaOH berbentuk padatan
berbentuk kristal padat, kristal bubuk, bola kecil, benjolan, jarum, sisik atau
serpihan. Natrium hidroksida berwarna putih dan tidak berbau. Natrium
hidroksida memiliki pH 14, titik leleh sebesar 323ºC dan titik didih sebesar
1388 ºC pada tekanan uap 1013,25 hPa. Natrium hidroksida memiliki
tekanan uap <0.1 hPa pada suhu 20 ºC. Natrium hidroksida memiliki massa
jenis 2130 kg/m3 dengan padatan relatif 2,13 pada suhu 20 ºC. Natrium
hidroksida memiliki massa molekul 40 g/mol. Natrium hidroksida dapat
larut secara eksotermis dalam air dan juga dapat larut dalam etanol, metanol
dan gliserol. Natrium hidroksida memiliki potensi menyebabkan korosi
kulit atau iritasi dalam kategori 1A sehingga dapat menyebabkan luka bakar
kulit yang parah dan kerusakan mata. NaOH juga memiliki potensi
kerusakan mata yang parah atau iritasi mata dalam kategori 1, potensi
berbahaya bagi lingkungan akuatik (bahaya akut) dalam kategori 3.
Pertolongan pertama jika terhirup, pindahkan praktikan ke tempat yang
memiliki udara segar dan jika ada masalah pernapasan segera hubungi
medis. Pertolongan pertama jika terkena kontak fisik, seka produk dari kulit
dan basuh kulit dengan air mengalir (15 menit) dan hubungi tenaga medis.
Jika bagian yang terkontaminasi >10% segera bawa praktikan ke rumah
sakit. Pertolongan pertama jika terkena mata, segera basuh mata dengan air
mengalir selama 15 menit dan bawa praktikan ke dokter (LabChem, 2021).

3.1.14 Petroleum Ether


Petroleum ether merupakan zat cair yang tidak berwarna. Petroleum
ether memiliki titik didih sebesar 36-80ºC, massa molekul 82,2 g/mol, titik
lebur kurang dari -80ºC dan densitas sebesar 0.63 g/mL pada suhu 20ºC.
Petroleum ether merupakan cairan yang mudah terbakar kategori 2,
menyebabkan iritasi kulit kategori 2, toksisitas reproduksi kategori 2,
toksisitas organ spesifik yang jika eksposur tunggal dengan kategori 3.
Selain itu juga tergolong eksposur berulang kategori 2, menyebabkan
bahaya aspirasi kategori 1, toksisitas akut akuatik kategori 2, dan toksisitas
kronis akuatik kategori 2. Pertolongan pertama jika terhirup, bawa praktikan
untuk menghirup udara segar dan jika praktikan tidak dapat bernapas, beri
nafas buatan. Pertolongan pertama jika terjadi kontak fisik dengan kulit,
segera basuh dengan sabun dan air mengalir. Pertolongan pertama jika
terjadi kontak fisik dengan mata, segera basuh mata dengan air mengalir.
Pertolongan pertama jika tertelan, jangan dipaksakan untuk muntah dan
segera basuh mulut dengan air mengalir (Lobachemie, 2021).

3.1.15 Timbal(II) Nitrat (Pb(NO3)2)


Timbal(II) nitrat memiliki rumus molekul Pb(NO3)2. Timbal(II) nitrat
berbentuk padatan berwarna putih atau serbuk yang tidak memiliki warna.
Timbal(II) nitrat hampir tidak memiliki bau dan memiliki suhu
dekomposisi sebesar 470ºC. Timbal(II) nitrat memiliki titik didih >500ºC
titik leleh sebesar 458-459ºC dan memiliki pH sebesar 3-4. Timbal(II) nitrat
memiliki massa molekul 331.20 g/mol. Timbal(II) nitrat dapat larut dalam
air sebesar 486 g/l dalam suhu 20ºC. Timbal(II) nitrat juga dapat larut dalam
etanol sebesar 0.4g/l. Timbal(II) nitrat dapat menyebabkan oksidasi padatan
kategori 2, toksisitas akut (oral) kategori 4, toksisitas akut (pernapasan)
kategori 4, bahaya pada mata atau iritasi kategori 1. Lalu juga mutagenisitas
kuman kategori 2, toksisitas reproduksi kategori 1A, toksisitas organ target
spesifik kategori 2, dan berbahaya bagi lingkungan akuatik kategori 1.
Pertolongan pertama jika terhirup, segera pergi dari tempat yang
terkontaminasi menuju tempat yang memiliki udara segar dan gunakan
napas bantuan jika tidak dapat bernapas. Pertolongan pertama jika tertelan,
segera basuh mulut dengan air dan ulangi hingga produk benar-benar telah
tersingkirkan. Pertolongan pertama jika terjadi kontak fisik dengan kulit,
segera lepas kain yang terkontaminasi dari tubuh dan basuh dengan air
mengalir selama 15 menit. Jika ingin digunakan kembali, cuci kain tersebut.
Pertolongan pertama jika terkena kontak fisik dengan mata, segera basuh
dengan air mengalir (LabChem, 2021).
3.2 Tinjauan Pustaka
3.2.1 Ikatan Kimia
Ikatan kimia adalah daya tarik menarik antar atom yang menyebabkan
suatu senyawa kimia dapat bersatu. Kekuatan daya tarik menarik antar ion
ini menentukan sifat-sifat kimia dari suatu zat, dan cara untuk ikatan kimia
dapat berubah. Jika suatu zat bereaksi yang digunakan untuk mengetahui
jumlah energi yang dilepas atau diabsorpsi selama reaksi terjadi. Macam-
macam ikatan kimia dibentuk oleh atom tergantung dari struktur elektron
atom. Misalnya energi ionisasi dan control afinitas elektron dimana atom
menerima atau melepaskan elektron. Ikatan kimia dapat dibagi menjadi dua
kategori besar, yakni ikatan ion dan ikatan kovalen (Brandy, 1999).
Ikatan kimia adalah ikatan yang disebabkan karena adanya gaya tarik
antar atom dan molekul. Ikatan kimia bersifat abstrak. Hal ini dikarenakan
tidak dapat terlihat prosesnya tetapi dapat mengidentifikasi sifat dari
senyawanya. Pembelajaran tentang ikatan kimia meliputi kondisi stabil dari
suatu atom, ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi dan ikatan
logam (Wahdan dkk, 2017).

3.2.2 Jenis – Jenis Ikatan Kimia


Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi dari pembentukan senyawa
bukan logam yang menggunakan proses pemakaian elektron bersama.
Lewis mengatakan bahwa atom yang bukan logam dapat membentuk ikatan
dengan sesamanya dengan cara memberi elektron untuk digunakan bersama
(Islami dkk, 2018). Ikatan kovalen dibagi menjadi tiga jenis, ikatan kovalen
tunggal, rangkap dua, dan rangkap tiga. Ikatan kovalen tunggal merupakan
bentuk ikatan penggunaan pasangan elektron bersama. Ikatan kovalen
rangkap dua adalah sebuah ikatan yang terjadi pada dua buah atom yang
berikatan menggunakan dua elektron valensi. Ikatan kovalen rangkap tiga,
sebuah ikatan yang terjadi pada dua atom yang berikatan kovalen dengan
menggunakan tiga elektron valensi secara bersama (Sunarya, 2014). Ikatan
kovalen terjadi karena adanya pemakaian Bersama pasangan elektron antara
atom-atom yang bergabung. Ikatan kovalen hanya melibatkan sepasang
elektron disebut dengan ikatan kovalen tunggal, sedangkan yang
melibatkan lebih sepasang elektron disebut ikatan kovalen rangkap
(Keenan, 1984).
Ikatan ion adalah ikatan antara ion positif dan negatif. Atom yang
melepaskan elektron akan menjadi ion positif, sebaliknya yang menerima
akan menjadi ion negatif. Senyawa ion yang terbentuk dari ion positif dan
negatif tersusun selang seling membentuk molekul raksasa. Ikatan ion
terbentuk melalui proses transfer elektron. Koefisien reaksi harus sama
untuk membuat jumlah elektron yang diberikan oleh satu atom sama dengan
jumlah yang diterima atom lain. Kesulitan pembentukan senyawa ionic
bergantung pada potensial ionisasi afinitas elektron dari atom unsur
pembentuk senyawa ionik dan energi kisi senyawa ionik tersebut (Syukri,
1999).

3.2.3 Kepolaran
Ikatan polar dapat terjadi pada senyawa yang memiliki ikatan ion
maupun ikatan kovalen. Selain keelektronegatifan, terdapat beberapa faktor
lain yang menyebabkan suatu molekul bersifat polar seperti momen dipol,
momen ikatan, kation, anion, dan konfigurasi elektron. Faktor-faktor
tersebut yaitu faktor yang disebabkan karena keberadaan molekul itu
sendiri. Selain itu, ternyata keberadaan molekul tetangga dapat
menyebabkan timbulnya sifat polar. Hal ini dikemukakan melewati gaya
antarmolekul yang terjadi dalam molekul tersebut (Effendy, 2008).

3.2.4 Senyawa Organik


Senyawa organik merupakan senyawa yang dibangun oleh unsur
karbon (C) sebagai kerangka utamanya, yang mengikat unsur non-logam
yang lain (hidrogen, oksigen, nitrogen). Senyawa-senyawa ini umumnya
berasal dari makhluk hidup atau yang terbentuk oleh makhluk hidup
(organisme). Contoh dalam kehidupan sehari-hari yaitu urea yang terdapat
pada urin, sakarosa (gula pasir) yang banyak terdapat di dalam tebu, serta
alkohol yang merupakan hasil fermentasi dari larutan gula. Definisi lain
senyawa organik yaitu senyawa yang mengandung karbon dan hidrogen
beserta elemen lainnya seperti nitrogen dan oksigen (Kiagus dkk, 2021).

3.2.5 Pembakaran Sempurna dan Tidak Sempurna

Prinsip pembakaran bahan bakar sejatinya adalah reaksi kimia bahan


bakar dengan oksigen (O). Kebanyakan bahan bakar mengandung unsur
Karbon (C), Hidrogen (H) dan Belerang (S). Akan tetapi yang memiliki
kontribusi yang penting terhadap energi yang dilepaskan adalah C dan
H. Masing-masing bahan bakar mempunyai kandungan unsur C dan H yang
berbeda-beda. (Chang, 2004).
Proses pembakaran terdiri dari dua jenis yaitu pembakaran lengkap
(complete combustion) dan pembakaran tidak lengkap (incomplete
combustion). Pembakaran sempurna terjadi apabila seluruh unsur karbon
(C) yang bereaksi dengan oksigen hanya akan menghasilkan CO2, seluruh
unsur H akan menghasilkan H2O dan seluruh S akan menghasilkan SO2.
Sedangkan pembakaran tak sempurna terjadi apabila seluruh unsur C yang
dikandung dalam bahan bakar bereaksi dengan oksigen dan gas yang
dihasilkan tidak seluruhnya CO2. Keberadaan CO pada hasil pembakaran
menunjukkan bahwa pembakaran berlangsung secara tidak lengkap.
(Sunarya, 2014).

3.2.6 Pemanasan Senyawa Organik


Pemanasan senyawa organik dalam kehidupan sehari hari dapat
ditemukan pada asam oksalat dan tebu. Asam oksalat berupa serbuk putih
dipanaskan beberapa saat. Asam oksalat ini akan mencair dan
mengeluarkan banyak asap putih dan tidak berwarna. Hal ini disebabkan
asam oksalat jika dipanaskan akan membentuk asam formiat. Asam oksalat
mudah teroksidasi total dan oleh pengaruh panas yang tinggi akan terurai
menjadi CO2 dan asam formiat. Gula tebu akan dipanaskan selama
beberapa saat. Gula tebu tersebut akan mencair dan berwarna coklat. Warna
coklat ini karena karbon yang dihasilkan pada reaksi pemanasan (Jamilah,
2018).

IV. Metodologi Percobaan


4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
- Pembakar spiritus
- Cawan porselin
- Korek api
- Pipet tetes
- Tabung reaksi
- Pipet mohr
- Kaki tiga
- Termometer
- Spot plate
- Tusuk gigi
- Konduktivitas tester

4.1.2 Bahan
- Akuades
- NaCl
- CHCl3
- Pb(NO3)2
- Serbuk CaO
- HNO3
- Benzena
- Spiritus
- Asam oksalat
- Etanol
- Paku
- Asam benzoat
- MgCl2
- Petroleum eter
- NaOH 2M
- Kloroform
- Aseton
- HCl 2M

4.2.1 Diagram Alir


4.2.1 Membandingkan ikatan kovalen dengan ikatan ion dalam dua senyawa
yang berbeda

NaCl dan CHCl3 - Diambil 2 buah tabung reaksi, diberi tanda I dan II.
- Diisi tabung reaksi I dengan 1 mL Akuades dan 5
tetes larutan NaCl.
- Diisi tabung II dengan 5 tetes CHCl3
- Ditambah Pb(NO3)2 pada masing-masing tabung.

Hasil - Diamati perubahan yang terjadi.

4.2.2 Mengamati perbedaan kelarutan dan konduktivitas senyawa ionic dan


kovalen

Asam Benzoat,
MgCl2, dan - Dibersihkan plate tetes dengan sabun dan air dan
Petroleum Eter dikeringkan.
- Ditempatkan satu ujung spatula asam benzoat pada
kolom pertama sebanyak 3 baris.
- Diulangi langkah kedua untuk sampel MgCl2 pada

Hasil kolom kedua dan 5 tetes petroleum eter pada kolom


ketiga.
- Ditambahkan ke masing-masing sampel pada baris
pertama sebanyak 5 tetes akuades. Diaduk
dengan tusuk gigi dan diamati kelarutan relatif
dari masing-masing sampel. Dicatat hasil
pengamatan yang dilakukan.
Ditambahkan ke masing-masing sampel pada baris
4.2.3 Perubahan ikatan kovalen menjadi ikatan ion

Serbuk CaO

- Diambil tabunng reaksi yang kering dan bersih.


- Dimasukkan 1 sendok (spatel) CaO.
- Dipanaskan mula-mula dengan api yang kecil
kemudian dengan api yang membentuk inti
berwarna biru ditengah. Dialkukan pemanasan
selama 15 menit.
- Dipindahkan tabung menjauhi api, kemudian
diteteskan 2 tetes CHCl3.
- Dipanaskan lagi tabung reaksi dan diteteskan 1
tetes CHCl3, dipanaskan lagi.
- Didinginkan, setelah dingin ditambahkan 1 mL
HNO3 pekat.
- Dipanaskan tabung reaksi kimia hingga endapan
larut dan gas-gas yang terbentuk hilang.
- Didinginkan, setelah dingin ditambahkan 3 tetes
Pb(NO3)2 1%. Diamati yang terjadi.
- Dibandingkan dengan mereaksikan antara CHCl3
dan 3 tetes Pb(NO3)2 1%, serta reaksi antara CaO
yang dilarutkan dalam 1 mL HNO3 pekat sampai
larut sempurna dan hasilnya ditambah dengan 3
tetes Pb(NO3)2 1%.
Hasil
4.2.4 Reaksi Pembakaran Senyawa Organik

Benzena, Etanol, - Disediakan cawan porselin, diteteskan 2 tetes


Aseton, dan benzena.
Kloform - Dibakar dengan korek api.
- Diperhatikan, apakah terjadi perubahan.
- Diulangi pekerjaan diatas berturut-turut dengan
Hasil etnaol, aseton dan kloform.

4.2.5 Reaksi pemanasan senyawa organik

Asam Oksalat - Disiapkan cawan porselin.


- Diisi cawan tersebut dengan sedikit kristal asam
oksalat.
- Diletakkan di atas kaki tiga dan dipanaskan.

Hasil - Dicatat perubahan yang terjadi.


Diulangi percobaan 1-4 dengan mengganti asam
oksalat dengan gula tebu.
4.3 Prosedur Kerja
4.3.1 Membandingkan Ikatan Kovalen dengan Ikatan Ion dalam Dua Senyawa
yang Berbeda
Diambil dua tabung reaksi yang diberi tanda I dan tanda II. Diisi tabung
reaksi I dengan 1 mL akuades dan 5 tetes larutan NaCl. Diisi tabung reaksi
II dengan 5 tetes CHCl3. Ditambah satu tetes Pb(NO3)2 pada masing-masing
tabung. Diamati perubahan yang terjadi.

4.3.2 Mengamati Perbedaan Kelarutan dan Konduktivitas Senyawa Ionik dan


Kovalen
Dibersihkan plate tetes dengan sabun dan air lalu dikeringkan.
Ditempatkan satu ujung spatula asam benzoat pada kolom pertama
sebanyak 3 baris. Diulangi langkah kedua untuk sampel MgCl2 pada kolom
kedua dan 5 tetes potreleum eter pada kolom ketiga. Untuk baris pertama,
ditambahkan ke masing-masing sampel 5 tetes akuades. Diaduk dengan
tusuk gigi dan amati kelarutan relatif dari masing-masing sampel. Dicatat
hasil pengamatan yang dilakukan. Untuk baris kedua, ditambahkan ke
masing-masing 5 tetes etanol. Diaduk dengan tusuk gigi dan diamati
kelarutan relatif dari masing-masing sampel. Dicatat pengamatan anda.
Untuk baris ketiga, ditambahkan ke masing-masing sampel 5 tetes
campuran etanol dan akuades, diaduk dengan tusuk gigi. Diuji semua
larutan dengan tester konduktivitas (Volt-meter). Dicatat pengamatan anda.

4.3.3 Perubahan Ikatan Kovalen Menjadi Ikatan Ion


Diambil tabung reaksi yang kering dan bersih. Dimasukkan 1 sendok
(spatel) CaO. Dipanaskan mula-mula dengan api yang kecil kemudian
dengan api yang membentuk inti berwarna biru ditengah. Jangan lupa untuk
digoyang-goyang tabung reaksi pada waktu pemanasan. Dilakukan
pemanasan selama 15 menit. Dipindahkan tabung menjauhi api, kemudian
diteteskan 2 tetes CHCl3 dengan tabung dalam posisi tegak. Dipanaskan
lagi, tabung reaksi dan diteteskan 1 tetes CHCl3, dipanaskan lagi.
Didinginkan, setelah dingin ditambahkan 1 mL HNO3 pekat. Dipanaskan
tabung reaksi kimia hingga endapan larut dan gas-gas yang terbentuk hilang.
Didinginkan, setelah dingin ditambahkan 3 tetes Pb(NO3)2 1%. Diamati
yang terjadi. Dibandingkan dengan mereaksikan antara CHCl3 dan 3 tetes
Pb(NO3)2 1% serta reaksi antara CaO yang dlarutkan dalam 1 mL HNO3
pekat sampai larut sempurna dan hasilnya ditambah dengan 3 tetes
Pb(NO3)2 1%.

4.3.4 Reaksi Pembakaran Senyawa Organik


Percobaan ini harus dilakukan dilemari asam, dilengkapi diri dengan
masker dan goggle. Disediakan cawan porselin, diteteskan 2 tetes benzena.
Dibakar dengan korek api. Diperhatikan, apakah terjadi perubahan.
Diulangi pekerjaan diatas berturut-turut dengan etanol, aseton, dan
kloroform.
4.3.5 Reaksi Pemanasan Senyawa Organik
Disiapkan cawan porselin. Diisi cawan tersebut dengan sedikit kristal
asam oksalat. Diletakkan diatas kaki tiga dan dipanaskan. Dilakukan
dilemari asam. Dicatat perubahan yang terjadi seperti bau, pembentukan
kristal dan sebagainya. Diulangi percobaan diatas secara berturut-turut
dengan mengganti asam oksalat dengan gula tebu. Diperhatikan setelah
pemenasan dengan gula segera bersihkan gula yang ada di cawan porselin
selagi masih panas karena jika sudah dingin akan lengket.

V. Data
Larutan NaCl : tidak berwarna
Larutan NaCl + aquadest : tidak berwarna
Larutan NaCl + aquadest + Pb(NO3)2 : tidak berwarna
Larutan CHCl3 : tidak berwarna
Larutan CHCl3 + aquadest : tidak berwarna
Larutan CHCl3 + aquadest + Pb(NO3)2 : putih keruh
Padatan Asam benzoat : serbuk putih
Asam benzoat + aquadest : tidak larut, konduktivitas 0,032 V
Asam benzoat + etanol : larut membentuk larutan putih,
konduktivitas 0,176V
Asam benzoat + aquadest + etanol : larut sebagian, larutan putih dengan sisa
padatan, konduktivitas 0,056 V.
Padatan MgCl2 : lelehan putih kekuningan
Padatan MgCl2+ aquadest : larut membentuk larutan kuning pudar,
konduktivitas 5,66 V
Padatan MgCl2+ etanol : larut membentuk larutan kuning pudar,
konduktivitas 4,54 V
Padatan MgCl2+ aquadest + etanol : larut membentuk larutan kuning pudar,
konduktivitas 5,06 V
Petroleum : larutan tidak berwarna
Petroleum + aquadest : tidak larut, konduktivitas 2,84 V
Petroleum + etanol : larut membentuk larutan tidak berwarna,
konduktivitas 3,76 V
Petroleum + aquadest + etanol : tidak larut, konduktivitas 3,76 V
Padatan CaO : serbuk putih
Padatan CaO yang dipanaskan : padatan putih yang lengket
Padatan CaO + 2 tetas CHCl3 + dipanaskan 1 : dihasilkan gelembung dan
uap
Padatan CaO + 1 tetes CHCl3 + dipanaskan 2 : dihasilkan gelembung dan
uap
Campuran + HNO3 pekat : dihasilkan banyak gelembung putih, larutan
putih keruh dengan endapan putih
Campuran + HNO3 pekat + dipanaskan : Larutan putih keruh tanpa endapan
dan tanpa gelembung
Campuran + HNO3 pekat + Pb(NO3)2 : larutan putih keruh
CaO + HNO3 pekat + Pb(NO3)2 : larutan putih
Benzena : larutan tidak berwarna
Benzena dibakar : api merah-oranye, awal terjadi ledakan dan api seketika
redup setelah ledakan
Etanol : larutan tidak berwarna
Etanol dibakar : api biru pada dasar cawan. Api stabil dan tidak meninggi,
tanpa ledakan
Aseton : larutan tidak berwarna
Aseton dibakar : api merah dengan pangkal api biru, tanpa ada ledakan,
besar api sedang tapi meninggi
Kloroform : larutan tidak berwarna
Kloroform dibakar : tidak muncul api
Kristal asam oksalat : serbuk putih
Kristal asam oksalat dipanaskan : mengeluarkan banyak asap putih, larutan
tidak berwarna
Kristal gula tebu : kristal putih kekuningan
Kristal gula tebu dipanaskan : cairan coklat lengket
VI. Hasil dan Pembahasan
6.1 Hasil
6.1.1 Tabel Hasil Percobaan
No. Hasil
Perlakuan
1. sebelum sesudah
a. Membandingkan ikatan kovalen dengan ikatan ion
Larutan NaCl Larutan tidak
-
berwarna
Larutan NaCl + aquadest Larutan tidak
-
berwarna
Larutan NaCl + aquadest + Larutan tidak
-
Pb(NO3)2 berwarna
Larutan CHCl3 Larutan tidak
-
berwarna
Larutan CHCl3 + aquadest Larutan tidak
-
berwarna
Larutan CHCl3 + aquadest + Larutan putih keruh
-
Pb(NO3)2
2. b. Perdedaan kelarutan dan konduktivitas senyawa ionik dan kovalen
Padatan Asam benzoat Serbuk putih
Asam benzoat + aquadest Tidak larut dengan
- sisa padatan
Konduktivitas=
Asam benzoat + etanol Larut membentuk
- larutan putih
Konduktivitas=
Asam benzoat + aquadest + Larut sebagian
etanol
Larutan putih dengan
-
sisa padatan
Konduktivitas=
Padatan MgCl2 Lelehan putih-
-
kekuningan
Padatan MgCl2+ aquadest Larut membentuk
- larutan kuning pudar
Konduktivitas=
Padatan MgCl2+ etanol Larut membentuk
- larutan kuning pudar
Konduktivitas=
Padatan MgCl2+ aquadest + Larut membentuk
etanol
- larutan kuning pudar
Konduktivitas=
Petroleum Larutan tidak
-
berwarna
Petroleum + aquadest Tidak larut
-
Konduktivitas=
Petroleum + etanol Larut membentuk
- larutan tidak berwarna
Konduktivitas=
Petroleum + aquadest + Tidak larut
etanol -
Konduktivitas=
3. c. Perubahan ikatan kovalen menjadi ikatan ion
Padatan CaO Serbuk putih -
Padatan CaO yang Padatan putih yang
-
dipanaskan lengket
Padatan CaO + 2 tetas Dihasilkan gelembung
-
CHCl3 + dipanaskan 1 dan uap
Padatan CaO + 1 tetes Dihasilkan gelembung
-
CHCl3 + dipanaskan 2 dan uap
Campuran + HNO3 pekat Dihasilkan banyak
gelembung putih
-
Larutan putih keruh
dengan endapan putih
Campuran + HNO3 pekat + Larutan putih keruh
dipanaskan - tanpa endapan dan
tanpa gelembung
Campuran + HNO3 pekat + Larutan putih keruh
-
Pb(NO3)2
CaO + HNO3 pekat + Larutan putih
-
Pb(NO3)2 keruh
4. d. Reaksi Pembakaran Senyawa Organik
Benzena Larutan tidak
-
berwarna
Benzena dibakar Api merah-oranye

- Awal terjadi ledakan


dan api seketika
redup setelah ledakan
Etanol Larutan tidak
-
berwarna
Etanol dibakar Api biru pada dasar
cawan. Api stabil dan
-
tidak meninggi
Tanpa ledakan
Aseton Larutan tidak
-
berwarna
Aseton dibakar Api merah dengan
pangkal api biru
-
Tanpa ada ledakan,
besar api sedang tapi
meninggi
Kloroform Larutan tidak
-
berwarna
Kloroform dibakar - Tidak muncul api
5. e. Reaksi Pemanasan Senyawa organik
Kristal asam oksalat Serbuk putih -
Kristal asam oksalat Mengeluarkan banyak
dipanaskan
- asap putih Larutan
tidak berwarna
Kristal gula tebu Kristal putih-
-
kekuningan
Kristal gula tebu dipanaskan - Cairan coklat lengket

Asam Benzoat MgCl2 Petroelum


Akuades 0,032 V 5,66 V 2,84 V
Etanol 0,176 V 4,54 V 3,76 V
Akuades : Etanol 0,056 V 5,06 V 3,76 V
1:1

6.2 Pembahasan
Praktikum kali ini membahas tentang ikatan kimia. Ikatan kimia adalah
ikatan yang disebabkan karena adanya gaya tarik antar atom dan molekul.
Ikatan kimia bersifat abstrak. Hal ini dikarenakan tidak dapat terlihat
prosesnya tetapi dapat mengidentifikasi sifat dari senyawanya.
Pembelajaran tentang ikatan kimia meliputi kondisi stabil dari suatu atom,
ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi dan ikatan logam
(Wahdan dkk, 2017).
Percobaan pertama yaitu membandingkan ikatan kovalen dengan
ikatan ion dalam dua senyawa yang berbeda, terdapat berberapa
perlakuan yang dilakukan. Senyawa yang digunakan yaitu NaCL dan
CHCl3. Percobaan dilakukan menggunakan dua tabung reaksi yang sudah
diberi label I dan II. Hal pertama yang dilakukan adalah mengambil dua
tabung reaksi yang telah diberi tanda I dan tanda II.
Tabung reaksi I kemudian diisi dengan 1 mL akuades dan 5 tetes larutan
NaCl. Tujuan dari penambahan akuades adalah untuk melarutkan NaCl agar
dapat terionisasi. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:
NaCl(aq) + H2O(l) → Na+ (aq) + Cl-(aq)
Setelah itu campuran dari NaCl dan akuades tersebut ditambah dengan
Pb(NO3)2 sebanyak satu tetes yang bertujuan sebagai indikator keberadaan
ikatan ion dengan ditandai dengan adanya endapan. Hasil dari perlakuan
tersebut yaitu larutan tak berwarna dan adanya endapan PbCl2. Dalam air,
NaCl hanya dapat terionisasi menjadi ion-ionnya yaitu Na+ dan Cl-. Molekul
H2O yang terdapat pada larutan akan mengelilingi atom Na dan Cl sehingga
keduanya terpisah secara ionik dan membentuk ion Na+ dan Cl-. Pada
tabung reaksi II, diisi dengan larutan CHCl3. Selanjutnya, larutan NaCl
ditambahkan dengan Pb(NO3)2 dan dikocok sehingga menghasilkan larutan
tidak berwarna. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:
2NaCl(aq) + Pb(NO3)2(l) → PbCl2(aq) + 2NaNO3(aq)
Dari hasil yang didapatkan dari tabung I, menandakan bahwa adanya
ikatan kimia yaitu ikatan ion. Pb2+ bereaksi dengan Cl- dan menghasilkan
larutan yang keruh dikarenakan Pb merupakan logam transisi sehingga
dapat mengikat unsur Cl (Pranowo, 2020). Pada tabung kedua diisi dengan
5 tetes CHCl3 dan ditambahkan satu tetes Pb(NO3)2. Penambahan Pb(NO3)2
sebanyak satu tetes yang bertujuan sebagai indikator keberadaan ikatan ion
dengan ditandai dengan adanya endapan. Hasil yang didapat adalah larutan
putih keruh tanpa endapan. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:
CHCl3(aq) + 3Pb(NO3)2(aq) → 6NO3(aq) + 3PbCl(aq) +CH(aq)
Berdasarkan hasil yang didapat, menandakan bahwa CHCl3 pada tabung II
adalah ikatan kovalen. Hal ini dibuktikan saat CHCl3 direaksikan dengan
Pb(NO3)2 tidak menghasilkan endapan namun larutan menjadi putih keruh.
Pb(NO3)2 sendiri adalah indikator ikatan ion dengan adanya endapan. Hal
itu tidak terjadi pada CHCl3. Sehingga dapat disimpulkan bahwa CHCl3
adalah ikatan kovalen.
Percobaan kedua yaitu mengamati perbedaan kelarutan dan
konduktivitas senyawa ionik dan kovalen. Bahan yang digunakan dalam
percobaaan ini yaitu asam benzoat, metanol, MgCl2 dan petroleum ether.
Hal pertama yang dilakukan adalah menempatkan satu ujung spatula asam
benzoat yang ditempatkan pada kolom pertama plate tetes sebanyak 3 baris.
Pada masing-masing baris, ditambahkan akuades, etanol dan campuran
akuades dan etanol. Setelah itu, aduk menggunakan tusuk gigi dan diamati
kelarutannya. Hal yang sama juga dilakukan pada MgCl2 dan petroleum
ether. Letakkan satu ujung spatula MgCl2 pada kolom kedua sebanyak 3
baris dan 5 tetes petroleum ether pada kolom ketiga sebanyak 3 baris. Pada
setiap baris jugaditambhakan akuades, etanol, dan campuran akuades dan
etanol.
Pada kolom pertama baris pertama, terdapat asam benzoat yang
dilarutkan dengan akuades. Fungsi penambahan akuades adalah untuk
melarutkan asam benzoat. Hasil yang didapat adalah asam benzoat tidak
larut dalam air. Pada kolom pertama baris kedua, terdapat asam benzoat
yang dilarutkan dengan lima tetes etanol. Hasil yang didapat adalah asam
benzoat dapat larut dalam senyawa organik dan menghasilkan larutan
berwarna putih. Pada kolom pertama baris kedua, terdapat asam benzoat
yang dilarutkan dengan campuran akuades dan etanol perbandingan 1:1.
Hasil yang didapat adalah asam benzoat larut sebagian dengan
menghasilkan larutan berwarna putih namun masih ada padatan sisa. Setelah
itu, ketiga sampel tersebut diuji konduktivitasnya dan didapatkan hasil
0,032 V untuk asam benzoat + akuades, 0,176 V untuk asam benzoat +
etanol, dan 0,056 V untuk asam benzoat + akuades + etanol. Dari kelarutan
dan konduktivitas yang diperoleh, disimpulkan bahwa asam benzoat
merupakan ikatan kovalen. Hal ini dibuktikan bahwa asam benzoat tidak
dapat larut dalam air sebagaimana ikatan ion tetapi dapat larut dalam
senyawa organik. Konduktivitasnya juga relatif kecil sehingga tidak sesuai
dengan sifat dari ikatan ion yang merupakan konduktor baik.
Pada kolom kedua baris pertama, terdapat MgCl2 yang dilarutkan
dengan akuades. Hasil yang didapat adalah MgCl2 dapat larut dalam
akuades dan menghasilkan larutan berwarna kuning pudar. Pada kolom
kedua baris kedua, terdapat MgCl2 yang dilarutkan dengan etanol. Hasil
yang didapat adalah MgCl2 larut dalam etanol dan menghasilkan larutan
berwarna kuning pudar. Pada kolom kedua baris ketiga, terdapat MgCl2
yang dilarutkan dengan campuran etanol dan akuades dengan perbandingan
1:1. Hasil yang didapat adalah MgCl2 larut dalam campuran tersebut dan
menghasilkan larutan berwarna kuning pudar. Ketiga sampel tersebut
kemudian diuji konduktivitasnya sehingga didapatkan data 5,66 V untuk
MgCl2 + akuades, 4,54 V untuk MgCl2 + etanol, dan 5,06 V untuk MgCl2 +
akuades + etanol. Dari hasil kelarutan dan uji konduktivitas, dapat
disimpulkan MgCl2 dapat larut dalam etanol maupun akuades sehingga
dapat dikatakan bahwa MgCl2 merupakan ikatan ion. Dari konduktivitas
yang dihasilkan menunjukkan bahwa MgCl2 memiliki kemungkinan dapat
menghantarkan listrik.
Pada kolom ketiga baris pertama, terdapat petroleum ether yang
dilarutkan dengan akuades. Fungsi penambahan akuades adalah untuk
melarutkan petroleum ether. Hasil yang di dapat adalah petroleum ether
tidak larut dalam air. Pada kolom ketiga baris kedua, terdapat petroleum
ether yang dilarutkan dengan lima tetes etanol. Hasil yang didapat adalah
petroleum ether dapat larut dalam senyawa organik dan menghasilkan
larutan tak berwarna. Pada kolom ketiga baris ketiga, terdapat petroleum
ether yang dilarutkan dengan campuran akuades dan etanol perbandingan
1:1. Hasil yang didapat adalah petroleum ether tidak dapat larut. Setelah itu,
ketiga sampel tersebut diuji konduktivitasnya dan didapatkan hasil 2,84 V
untuk petroleum ether + akuades, 3,76 V untuk petroleum ether + etanol,
dan 3,76 V untuk petroleum ether + akuades + etanol. Dari kelarutan dan
konduktivitas yang diperoleh, disimpulkan bahwa petroleum ether
merupakan ikatan kovalen. Hal ini dibuktikan bahwa petroleum ether tidak
dapat larut dalam air sebagaimana ikatan ion tetapi dapat larut dalam
senyawa organik. Konduktivitasnya juga relatif kecil sehingga tidak sesuai
dengan sifat dari ikatan ion yang merupakan konduktor yang baik.
Percobaan ketiga yaitu mengenai perubahan ikatan kovalen menjadi
ikatan ion. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah CaO, CHCl3
dan HNO3 pekat. Hal pertama yang dilakukan yaitu memanaskan padatan
CaO pada tabung reaksi yang bertujuan untuk mempercepat laju reaksi.
Hasil yang didapat adalah padatan berwarna putih yang lengket. Hal
selanjutnya yang dilakukan adalah menambahkan 2 tetes CHCl3 kedalam
tabung reaksi yang berisi padatan CaO yang telah dipanaskan sebelumnya.
Persamaan yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
3CaO(s) + 2CHCl3(aq) → 3CaCl2(aq) + 2CO(g) + H2O(l)
Hasil yang didapat adalah gas CO yang ditandai dengan munculnya
gelembung. Setelah itu, tambahkan kembali 1 tetes CHCl3 pada tabung
reaksi dan panaskan kembali. Hasil yang didapat yaitu endapan CaCl2 yang
berwarna putih serta masih adanya gas CO yang ditandai dengan adanya
gelembung. Setelah itu ditambahkan HNO3 pekat ke dalam tabung reaksi.
Hasil yang diperoleh yaitu larutan berwarna putih keruh dengan endapan
CaCl2 berwarna putih (Pranowo, 2020). Persamaan reaksi yang dihasilkan
adalah sebagai berikut:
2HNO3(aq) + CaCl2(aq) → 2HCl(aq) + Ca(NO3)2(aq)
Langkah selanjutnya yaitu memanaskan kembali tabung reaksi hingga
gas-gas yang terbentuk hilang dan endapan yang terbentuk larut. Hasil yang
diperoleh adalah larutan putih keruh tanpa endapan tanpa gelembung gas.
Setelah larutan tersebut dingin, ditambahkan tiga tetes Pb(NO3)2 yang
merupakan indikator adanya ikatan ion dengan ditandai adanya endapan.
Hasilnya adalah larutan putih keruh dengan endapan putih. Dapat
dibandingkan dengan larutan sampel atau larutan pembanding yaitu CaO +
HNO3 + Pb(NO3)2 tanpa pemanasan. Dapat dilihat ada kesamaan warna dari
kedua larutan tersebut. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan
yang semula ikatan kovalen menjadi ikatan ion.
Percobaan keempat yaitu reaksi pembakaran senyawa organik.
Pembakaran senyawa organik memiliki tujuan untuk mengetahui apakah
pembakaran senyawa organik merupakan pembakaran yang sempurna.
Bahan yang digunakan adalah benzen, etanol dan kloroform.
Hal pertama yang dilakukan yaitu membakar senyawa benzena
menggunakan cawan porselin. Hasilnya adalah nyala api berwarna orange
yang diawali dengan ledakan dan api seketika redup setelah adanya ledakan.
Kedua, membakar senyawa etanol menggunakan cawan porselin dan
menghasilkan nyala api berwarna biru pada pangkal atau pada dasar cawan
serta api tampak stabil, tidak meninggi, dan tidak ada ledakan. Ketiga,
membakar senyawa kloroform menggunakan cawan porselin dan dapat
dilihat bahwa saat dibakar kloroform tidak menghasilkan api. Dari ketiga
percobaan yang telah dilakukan menggunakan bahan yang berbeda-beda,
dapat disimpulkan bahwa semua perlakuan yang telah dilakukan
mengalami pembakaran sempurna terkecuali pada kloroform.
Percobaan kelima yaitu reaksi pemanasan senyawa organik bahan yang
digunakan asam oksalat dan gula tebu. Langkah pertama adalah
memasukkan kristal asam oksalat pada cawan porselin dan dipanaskan di
atas kaki tiga. Persamaan yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
2H2C2O4(s) + O2(g) → 2H2O(l) + 2C2O4(aq)
Hasil yang didapatkan adalah lelehan asam oksalat yang berbau
menyengat dan adanya kepulan asap putih. Langkah kedua adalah
memasukkan kristal gula tebu yang berwarna putih kekuningan dan
dipanaskan diatas kaki tiga. Hasil yang didapatkan adalah lelehan gula tebu
berwarna coklat dengan bau tidak sedap atau bau gosong. Persamaan yang
dihasilkan adalah sebagai berikut:
C12H22O11(s) → H2O(l) + C(g) + CO2(g)
VII. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan ikatan kimia yang
telah dilakukan yaitu sebagai berikut:
1. Senyawa kovalen tidak larut dalam pelarut polar, namun larut dalam
pelarut organik, sedangkan senyawa ion tidak dapat menghantarkan
listrik ketika dalam keadaan padatan, namun bisa menghantarkan listrik
jika dilarutkan dalam pelarut polar.
2. Atom klor (Cl) pada senyawa CHCl3 yang awalnya berikatan kovalen
dapat diubah menjadi ikatan ion dengan mengganti atom C dan H yang
berikatan bersama klor (Cl) menjadi atom Ca dari senyawa CaO yang
berikatan ion.
DAFTAR PUSTAKA

Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa


Aksara.
Chang, R. 2004. Kimia Dasar:Konsep-Konsep Inti Jilid 1 Edisi 3. Jakarta:
Erlangga.
Effendy. 2008. Teori VSEPR, Kepolaran, dan Gaya Antarmolekul. Malang:
Bayumedia Publishing. ISBN : 979-3323-06-4.
Islami, D., S. Suryaningsih., dan E. S. Bahriah. 2018. Identifikasi Miskonsepsi
Siswa Pada Konsep Ikatan Kimia Menggunakan Tes Four-Tier Multiple
Choice (4TMC). Jurnal Riset Pendidikan Kimia. 9 (1): 21-29.
Jamilah, Siti. 2018. Ikatan Kimia. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Keenan, W. K. 1999. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Kiagus, Ahmad Roni and Legiso, Legiso. 2021. Kimia Organik. NoerFikri
Offset. ISBN : 978-602-447-694-6
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Water.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC26750.pdf diakses pada 27
Oktober 2021.
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Nitric Acid.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC17840.pdf diakses pada 27
Oktober 2021.
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Hyydrochloric Acid.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC14970.pdf diakses pada 27
Oktober 2021.
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Oxalid Acid.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC18050.pdf diakses pada 27
Oktober 2021.
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Acetonitrile.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC10460.pdf diakses pada 27
Oktober 2021.
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Ethanol-Benzene Mixture.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC14100.pdf diakses pada 27
Oktober 2021.
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Sodium Chloride.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC23450.pdf diakses pada 27
Oktober 2021.
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Calcium Carbonate.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC12700.pdf diakses pada 27
Oktober 2021.
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Chloroform.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC13040.pdf diakses pada 27
Oktober 2021.
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Magnesium Chloride.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC16390.pdf diakses pada 27
Oktober 2021.
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Sodium Hydroxide.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC23900.pdf diakses pada 27
Oktober 2021.
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Lead AA Standard.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC16130.pdf diakses pada 27
Oktober 2021.
Lobachemie. 2021. Material Safety Data Sheet of Petroleum Ether.
https://www.lobachemie.com/lab-chemical-msds/MSDS-PETROLEUM-
ETHER-4060-deg-C-CASNO-8032-32-00245-EN.aspx diakses pada 27
Oktober 2021.
PubChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Aceton.
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Benzoic-acid diakses pada 27
Oktober 2021.
Sunaryati, Y., dan A. Setiabudi. 2008. Mudah Dan Aktif Belajar Kimia.
Bandung : PT Grafindo Media Pratama.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar Jilid I. Bandung: ITB
Wahdan, W. Z., S. Oktavia., dan S. Dedek. 2017. Analisis Kemampuan
Berargumentasi Ilmiah Materi Ikatan Kimia Peserta Didik SMA, MAN,
Dan Perguruan Tinggi Tingkat 1. Jurnal Pembelajaran Kimia. 2(2): 30-40.
LAMPIRAN

Gambar 1. Langkah percobaan membandingkan ikatan kovalen dengan ikatan


ion dalam dua senyawa yang berbeda

Gambar 2. Langkah percobaan membandingkan ikatan kovalen dengan ikatan


ion dalam dua senyawa yang berbeda

Gambar 3. Langkah percobaan membandingkan ikatan kovalen dengan ikatan


ion dalam dua senyawa yang berbeda
Gambar 4. Langkah percobaan membandingkan ikatan kovalen dengan ikatan
ion dalam dua senyawa yang berbeda

Gambar 5. Langkah percobaan membandingkan ikatan kovalen dengan ikatan


ion dalam dua senyawa yang berbeda

Gambar 6. Langkah percobaan membandingkan ikatan kovalen dengan ikatan


ion dalam dua senyawa yang berbeda
Gambar 7. Langkah percobaan mengamati perbedaan kelarutan dan
konduktivitas senyawa ionik dan kovalen

Gambar 8. Langkah percobaan mengamati perbedaan kelarutan dan


konduktivitas senyawa ionik dan kovalen

Gambar 9. Langkah percobaan mengamati perbedaan kelarutan dan


konduktivitas senyawa ionik dan kovalen
Gambar 10. Langkah percobaan mengamati perbedaan kelarutan dan
konduktivitas senyawa ionik dan kovalen

Gambar 11. Langkah percobaan mengamati perbedaan kelarutan dan


konduktivitas senyawa ionik dan kovalen

Gambar 12. Langkah percobaan perubahan ikatan kovalen menjadi ikatan ion
Gambar 13. Langkah percobaan perubahan ikatan kovalen menjadi ikatan ion

Gambar 14. Langkah percobaan perubahan ikatan kovalen menjadi ikatan ion

Gambar 15. Langkah percobaan perubahan ikatan kovalen menjadi ikatan ion

Gambar 16. Langkah percobaan perubahan ikatan kovalen menjadi ikatan ion
Gambar 17. Langkah percobaan perubahan ikatan kovalen menjadi ikatan ion

Gambar 18. Langkah percobaan perubahan ikatan kovalen menjadi ikatan ion

Gambar 19. Langkah percobaan perubahan ikatan kovalen menjadi ikatan ion
Gambar 20. Langkah percobaan perubahan ikatan kovalen menjadi ikatan ion

Gambar 21. Langkah percobaan perubahan ikatan kovalen menjadi ikatan ion

Gambar 22. Langkah percobaan reaksi pembakaran senyawa organik


Gambar 23. Langkah percobaan reaksi pembakaran senyawa organik

Gambar 24. Langkah percobaan reaksi pembakaran senyawa organik

Gambar 25. Langkah percobaan reaksi pembakaran senyawa organik

Gambar 26. Langkah percobaan reaksi pemanasan senyawa organik


Gambar 27. Langkah percobaan reaksi pemanasan senyawa organik

Gambar 28. Langkah percobaan reaksi pemanasan senyawa organik

Anda mungkin juga menyukai