Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

SEMESTER GANJIL

KOEFISIEN GESEK BAHAN

Nama : Almas Faisal

NIM : 181910201022

Fakultas/Jurusan : Teknik/Teknik Elektro

Hari/Tanggal : Kamis/11 November 2021

Asisten : Diah Ayu Padilah

LABORATORIUM FISIKA DASAR

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS JEMBER

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gaya gesek selalu ada dalam kehidupan sehari-hari karena pada setiap
aktifitas yang dilakuan selalu ada sentuhan baik pada makhluk hidup maupun benda
mati. Aktifitas berjalan juga dipengaruhi oleh gara gesek antara kaki dengan lantai
atau tanah. Jika tidak ada gesekan antara kaki dengan tanah, maka akan licin dan
kemungkinan tidak akan bisa berjalan karena tergelincir. Gaya gesek adalah gaya
non konservatif yang bekerja pada dua permukaan yang saling bergerak satu sama
lain (Alonso, 1994).

Kecepatan pergerakan suatu benda sangat dipengaruhi oleh karakteristik


permukaan dari landasan. Salah satu karakteristik yang menjadi faktor penentu
gerak benda adalah tingkat kehalusan/kekasaran permukaan landasan. Parameter
yang digunakan untuk menganlisis pengaruh faktor tersebut adalah nilai koefisien
gesek dari permukaan. Sebuah ban mobil ataupun ban sepeda motor dibuat
sedemikian hingga selalu terjadi gesekan antara ban dengan permukaan landasan.
Pada prakrikum bab 7 kali ini, akan dilakukan percobaan untuk menghitung
besarnya koefisien gesekan dari berbagai permukaan. Koefisien gesekan yang
ditentukan meliputi koefisien gesekan saat benda dalam keadaan diam dan saat
benda dalam keadaan bergerak (Tim Penyusun, 2021).

Pada praktikum “Penentuan Koefisien Gesek Bahan” kali ini, akan


dilakukan perhitungan mengnai waktu yang diperlukan untuk suatu balok dalam
melewati lintasan. Balok tersebut telah diketahui massanya, dan ditentukan jarak
tempuhnya serta sudut kemiringan lintasan. Praktikum ini akan menghitung dan
menentukan koefisien gesek statis dan koefisien gesek kinetis.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada praktikum “Koefisien Gesek Bahan” adalah


sebagai berikut :

1. Bagaimana hubungan koefisien gesek statis dengan perbedaan massa?


2. Bagaimana hubungan koefisien gesek statis dengan perbedaan permukaan
landasan?
3. Bagaimana hubungan koefisien gesek kinetik dengan perbedaan massa
beban, sudut lintasan serta kekasaran permukaan benda?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum “Koefisien Gesek Bahan” adalah sebagai
berikut :

1. Mengetahui hubungan koefisien gesek statis dengan perbedaan massa


2. Mengetahui hubungan koefisien gesek statis dengan perbedaan permukaan
landasan
3. Mengetahui hubungan koefisien gesek kinetik dengan perbedaan massa
beban, sudut lintasan serta kekasaran permukaan benda
1.4 Manfaat
Manfaat dari praktikum kali ini yaitu diantaranya dapat mengetahui cara
menentukan koefisien gerak statis. Mengetahui cara menentukan koefisien gerak
kinetis. Serta mengetahui hasil yang diperoleh pada praktikum sesuai atau tidak
dengan literatur.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

2.1.1 Gaya Gesek

Gaya gesek adalah gaya yang bekerja dengan melawan gerak benda
tersebut atau arah kecenderungan benda yang akan bergerak. Gaya gesek akan
terjadi jika terdapat dua benda yang bersentuhan. Benda-benda yang
dimaksud tidak hanya berbentuk padat, tetapi dapat juga dalam bentuk cair,
ataupun gas. Gaya gesek ada yang dapat merugikan dan ada yang dapat
menguntungkan. Gesekan yang terjadi pada dua roda gigi yang saling
bersinggungan pada saat berputar, poros yang berputar dengan bantalannya
pada mesin, piston dan silinder mesin yang mengalami aus adalah contoh
kerugian yang disebabkan oleh gaya gesekan. Sedangkan contoh gaya gesek
yang menguntungkan adalah gesekan yang terjadi pada proses
penggerindaan, gesekan ban dengan aspal, gesekan sandal dengan tanah pada
saat manusia berjalan diatas bumi. Gaya gesek merupakan akumulasi
interaksi mikro antar kedua permukaan yang saling bersentuhan serta gaya
elektrostatik yang bekerja pada masing-masing permukaan. Friksi adalah
gaya yang menahan gerakan sliding atau rolling satu benda terhadap benda
lainnya. Friksi besar (high friction) dibutuhkan untuk bekerjanya mur dan
baut, klip kertas penjepit tang catut, sol sepatu, serta alat pemegang. Namun,
friksi juga merupakan tahanan tehadap gerakan yang bersifat merugikan,
sehingga dibutuhkan 20% tenaga untuk mengatasi gaya friksi pada elemen
yang merugikan. Oleh karena itu, friksi kecil (low friction) diperlukan untuk
benda yang bergerak seperti mesin tenaga (engine). Selain itu, dibutuhkan
friksi konstan (constant friction) untuk konstruksi rem, dan kopling agar
gerakan tidak tersendat saat bekerja (Dewanto, 2002).

Gaya gesek yang terjadi pada permukaan yang halus memiliki nilai
yang lebih kecil jika dibandingkan dengan gaya gesek yang terjadi pada
permukaan yang kasar. Konstruksi mikro pada permukaan benda dapat
menyebabkan gesekan menjadi minimum, bahkan cairan tidak lagi dapat
membasahinya (Dewanto, 2002).

Secara umum, gaya gesek suatu benda dapat digolongkan dalam 2


(dua) jenis, yaitu gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis. Gaya gesek statis
terjadi saat benda dalam keadaan diam atau tepat akan bergerak, dalam
keadaan tersebut nilai koefisien geseknya selalu lebih besar dibanding nilai
koefisien gesek kinetis. Sedangkan, gaya gesek kinetik terjadi saat benda
dalam keadaan bergerak. gaya statis dan gaya kinetis akan muncul jika
permukaan dua zat bersentuhan secara fisik, di mana gaya gesek tersebut
sejajar dengan arah gerak benda dan berlawanan dengan arah gerak benda
(Yanuar, 2007).

Gaya gesekan adalah daya yang timbul akibat sentuhan antara


permukaan dua benda dengan arah gaya berlawanan terhadap kecenderungan
arah gerak benda. Balok yang mempunyai berat W diletakkan diatas bidang
datar dan balok tidak diberi gaya lurus, gaya normal (N) yang bekerja pada
balok besarnya sama dengan gaya berat (W) balok sesuai dengan persamaan
:

N=W (2.1)

Gaya normal adalah gaya yang ditimbulkan oleh alas bidang tempat benda
terletak yang arahnya tegak lurus terhadap bidang.

N = m g Cos ϴ (2.2)

Persamaan (2.2) merupakan persamaan dari sebuah benda dengan massa (m)
yang terletak pada bidang miring dengan sudut ϴ dan N sama dengan m g cos
ϴ (Zaelani, 2006).

Gaya gesek dibedakan menjadi dua jenis, yaitu (Sutrisno, 1997):

1. Gaya gesek statis (fs) yaitu gaya gesekan yang bekerja pada benda dalam
keadaan diam.

2. Gaya gesek kinetis (fk) yaitu gaya gesekan yang bekerja pada benda yang
bergerak. (Sutrisno, 1997)
2.1.2 Gaya Gesek Statis

Gaya gesek statis merupakan gesekan yang terjadi antara dua benda
padat yang tidak bergerak relatif satu dan lainnya, seperti gerakan statis yang
muncul saat mencegah benda meluncur ke bawah pada bidang miring.
Koefisien gesek statis umumnya dinotasikan dengan µs dan pada umumnya
lebih besar dari koefisien gesek kinetis. Gaya gesek statis dihasilkan dari
sebuah gaya yang diaplikasikan tepat sebelum benda tersebut bergerak, gaya
gesekan maksimum antara dua permukaan sebelum gerakan terjadi adalah
hasil dari koefisien gesek statif dikalikan dengan gaya normal (f = µs Fn).
Ketika tidak ada gesekan yang terjadi, gaya gesek dapat memiliki nilai dari
nol hingga gaya gesek maksimum (M. Bahar, dkk. 2015).

Gaya gesek statis juga dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari,


seperti balok kayu yang diletakkan pada papan tripleks yang dilapisi plastik,
jika ditarik perlahan balok kayu tidak langsung bergerak. Selama balok kayu
tersebut ditarik dengan suatu gaya pada bidang singgung, sehingga akan
timbul gaya gesekan yang disebut gaya gesekan statis yang diberi lambang
“ƒs”.

Besar gaya gesekan sebanding dengan besar tekanan di antara kedua


permukaan benda. Gaya gesekan statis dapat dinyatakan dengan persamaan :

𝑓𝑠 = 𝜇𝑠 . 𝑁 (2.1)
Dimana :

ƒs= Gaya gesek statis

N= Gaya Normal

μs= koefisien gesekan statis

N = W (berat benda)

Gaya gesekan akan terus bertambah jika benda tersebut belum


bergerak saat ditarik dengan gaya F, gaya gesek statis akan menunjukkan nilai
maksimum pada saat benda tepat akan bergerak. Gaya gesekan pada saat
benda tepat akan bergerak disebut dengan gaya gesekan statis maksimum atau
fs(max) yang besarnya dapat dinyatakan dengan persamaan :

𝑓𝑠 = 𝜇𝑠 . 𝑁 (2.2)

2.1.3 Gaya Gesek

Gaya gesek kinetis (dinamis) terjadi ketika dua benda bergerak


relatif satu sama lainnya dan saling bergesekan. Koefisien gesek kinetis
umumnya dinotasikan dengan µk dan pada umumnya selalu lebih kecil dari
gaya gesek statis untuk material yang sama. Contohnya ketika lantai yang
licin membuat seseorang sulit berjalan di atasnya karena gaya gesekan yang
terjadi antara kaki dengan lantai sangat kecil. Gaya gesek atau gaya gesekan
merupakan gaya yang ditimbulkan oleh dua permukaan yang saling
bersentuhan. Untuk menggerakkan balok kayu diatas lantai dibutuhkan gaya
yang dapat mengatasi gaya gesekan statis. Setelah bergerak, gaya itu
mempertahankan gerak benda dan digunakan untuk mengatasi gaya gesekan
kinetis. Sehingga hanya diperlukan gaya yang lebih kecil dari pada gaya yang
digunakan untuk mulai menggerakkannya. Gaya gesek statis akan berkurang
sedikit demi sedikit dan berubah menjadi gaya gesekan kinetis ketika benda
sudah bergerak, sehingga gaya gesekan kinetis selalu lebih besar dari pada
gaya gesekan statis maksimum. (Khusnul, 2009)

𝑓𝑘 = 𝜇𝑘 . 𝑁 (2.3)

Dimana :

Ƒk= Gaya gesek kinetis

N= Gaya Normal

μk= koefisien gesekan kinetis

N = W (berat benda)
Dari persamaan 2.1 dan 2.2 diatas menyatakan bahwa koefisien gesek
kinetis adalah koefisien gesekan yang timbul selama benda bergerak (Nilai μs>
μk).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam mendukung praktikum ini
antara lain :

1. Benda dan bahan yang akan ditentukan koefisien geseknya.


2. Set alat bidang miring, sebagai media peluncur benda yang akan
menimbulkan gesekan terhadap benda.
3. Neraca, untuk menentukan massa benda atau balok yang akan ditentukan
koefisien geseknya.
4. Stopwatch, untuk menghitung waktu yang dibutuhkan benda untuk
bergerak.
5. Mistar, untuk mengukur panjang lintasan bidang miring.
6. Busur derajat, untuk mengukur posisi lintasan bidang miring.
7. Benang bol
3.2 Metode Kerja
Berikut adalah langkah-langkah kerja atau langkah-langkah percobaan
sebagai berikut :

Gambar 3.1 Skema Peralatan menentukan Koefisien Gesek Statis

Gambar 3.2 Skema Peralatan menentukan Koefisien Gesek Kinetis


a. Menentukan koefisien gesek statis
1. Timbanglah bahan yang akan ditentukan koefisien geseknya.
Catatlah massanya.
2. Letakkan bahan di atas bidang miring berlandasan kayu dengan
kemiringan awal 00.
3. Secara perlahan-lahan perbesarlah sudut kemiringan bidang miring
hingga bahan tepat mulai meluncur turun. Ukurlahlah sudut yang
dibentuk bidang miring dengan horizontal pada saat itu (tanyakan
asisten).
4. Lakukan langkah 2 dan 4 hingga mendapatkan 5 data pengamatan untuk
massa pertama.
5. Diatas bahan tambahkan beban yang telah diketahui massanya,
kemudian ulangi langkah 2 sampai dengan 5 untuk 3 kali penambahan
beban.
6. Ualngi langkah 1 sampai dengan 6 untuk bahan landasan yang berbeda.
b. Menentukan koefisien gesek kinetik
1. Timbanglah beban 1.
2. Susunlah peralatan seperti Gambar 3.2, dengan kemiringan sudut
tertentu (tanyakan pada asissten).
3. Letakkan benda 1 pada posisi tertentu (sesuai petunjuk asisten), catat
2 buah titik acuan pada landasan, titik awal benda 1 dan titik lain pada
jarak tertentu.
4. Berilah beban benda 2 (Gambar 3.2) sedemikian rupa sehingga sistem
bergerak dipercepat.
5. Catat waktu yang perlukan benda 1 untuk bergerak dari titik awal ke
titik acuan yang telah ditentukan (langkah 3).
6. Timbanglah beban benda 2, catat massanya.
7. Ulangi langkah 1 s/d 6 untuk beban yang berbeda.
8. Ulangi langkah 1 s/d 7 untuk sudut kemiringan yang berbeda.
3.3. Metode Analisis Data
Adapun analisa data yang digunakan untuk menganalisa data hasil
percobaan yakni, didapatkan data berat massa benda, nilai sudut teta. Dimana
dari data tersebut digunakan untuk mencari nilai koefisien gesek statis dan
kinetes dari suatu benda.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Data

4.1.1 Tabel Pengamatan

Tabel 4.1 Koefisien gesek statis permukaan kasar

mb (kg) θ˚ sudut dalam radian µs (𝜇𝑠 − ̅𝜇̅𝑠)2

31 0,541 0,60086 8E-05


30 0,524 0,57735 0,0002
0,15663 29 0,506 0,55431 0,0014
32 0,559 0,62487 0,0011
31 0,541 0,60086 8E-05
∑ =0,0029
̅𝑠 =0,59165
𝜇
∆𝜇𝑠=0,0268
34 0,593 0,67451 1E-04
35 0,611 0,70021 0,0013

0,20663 34 0,593 0,67451 1E-04


33 0,576 0,64941 0,0002
32 0,559 0,62487 0,0016
∑ =0,0033
̅𝜇̅𝑠=0,6647
∆𝜇𝑠 =0,0286
38 0,663 0,78129 0,0005
36 0,628 0,72654 0,0011

0,25663 37 0,646 0,75355 3E-05


37 0,646 0,75355 3E-05
38 0,663 0,78129 0,0005
∑ =0,0021
∆𝜇𝑠 =0,0229
̅𝑠 =0,75924
𝜇
41 0,716 0,86929 0,0002
40 0,698 0,8391 0,0019
0,30663 42 0,733 0,9004 0,0003
43 0,75 0,93252 0,0025
41 0,716 0,86929 0,0002
∑ =0,0051
̅𝜇̅𝑠=0,88212
∆𝜇𝑠 =0,0355

Tabel 4.2 Koefisien gesek statis permukaan licin


sudut
mb (kg) θ˚ dalam µs (𝜇𝑠 − ̅𝜇̅𝑠)2
radian
31 0,541 0,60086 8,5E-05
29 0,506 0,55431 0,00139

0,15663 30 0,524 0,57735 0,0002


28 0,489 0,53171 0,00359
30 0,524 0,57735 0,0002
∑ =0,00548
̅𝑠 =0,56832
𝜇
∆𝜇𝑠 =0,03702
37 0,646 0,75355 0,00789
34 0,593 0,67451 9,6E-05
0,20663 35 0,611 0,70021 0,00126
34 0,593 0,67451 9,6E-05
35 0,611 0,70021 0,00126
∑ =0,01061
̅𝑠 =0,7006
𝜇
∆𝜇𝑠 =0,0515
36 0,628 0,72654 0,00107
39 0,681 0,80978 0,00255
0,25663 40 0,698 0,8391 0,00638
41 0,716 0,86929 0,01211
41 0,716 0,86929 0,01211
∑ =0,03422
̅𝑠 =0,8228
𝜇
∆𝜇𝑠 =0,09249
43 0,75 0,93252 0,00254
44 0,768 0,96569 0,00698

0,30663 45 0,785 1 0,0139


43 0,75 0,93252 0,00254
43 0,75 0,93252 0,00254
∑ =0,0285
̅𝑠 =0,95265
𝜇
∆𝜇𝑠 =0,08441

Tabel 4.3 Koefisien gesek kinetis permukaan kasar (𝜃=15˚)


m1 m2
t (s) w1 w2 θ˚ θ(rad) µs (𝝁𝒔 − 𝝁
̅𝒔 )𝟐
(kg) (kg)

1,3 1,337 2 15 0,262 1,25903 8,7E-06


1,4 1,337 2 15 0,262 1,26202 1,27E-09
1,56 1,337 2 15 0,262 1,26566 1,35E-05
0,2 1,46 1,337 2 15 0,262 1,26352 2,37E-06
1,32 1,337 2 15 0,262 1,25969 5,28E-06
∑ =2,98E-05
0,1337 ̅𝑠 =1,26198
𝜇
∆𝜇𝑠 =0,002731
0,68 1,337 2,5 15 0,262 1,57694 0,005232
0,44 1,337 2,5 15 0,262 1,45069 0,002907
0,25 0,53 1,337 2,5 15 0,262 1,51819 0,000184
0,47 1,337 2,5 15 0,262 1,47753 0,000733
0,5 1,337 2,5 15 0,262 1,49969 2,42E-05
∑ =0,009081
̅𝑠 =1,50461
𝜇
∆𝜇𝑠 =0,047646
0,46 1,337 3 15 0,262 1,83072 0,005676
0,4 1,337 3 15 0,262 1,75837 9E-06
0,38 1,337 3 15 0,262 1,72633 0,000844
0,3 0,36 1,337 3 15 0,262 1,68879 0,004434
0,41 1,337 3 15 0,262 1,77267 0,000299
∑ =0,011262
̅𝜇̅𝑠=1,75537
∆𝜇𝑠 =0,053062

Tabel 4.4 Koefisien gesek kinetis permukaan licin (𝜃=20˚)


m1 m2
t (s) w1 w2 θ˚ θ(rad) µs (𝝁𝒔 − 𝝁
̅𝒔 )𝟐
(kg) (kg)

0,82 1,337 2 20 0,34907 1,17193 2,77E-07


0,75 1,337 2 20 0,34907 1,16099 0,000131
0,88 1,337 2 20 0,34907 1,1793 4,69E-05
0,2 0,91 1,337 2 20 0,34907 1,18246 0,0001
0,79 1,337 2 20 0,34907 1,1676 2,36E-05
∑ =0,000302
̅𝑠 =1,17246
𝜇
∆𝜇𝑠 =0,008693
0,1337 0,78 1,337 2,5 20 0,34907 1,55485 0,000404
0,72 1,337 2,5 20 0,34907 1,54252 6,03E-05
0,6 1,337 2,5 20 0,34907 1,50584 0,000836
0,25 0,65 1,337 2,5 20 0,34907 1,5236 0,000124
0,74 1,337 2,5 20 0,34907 1,54697 0,000149
∑ =0,001574
̅𝑠 =1,53476
𝜇
∆𝜇𝑠 =0,019837
0,3 0,71 1,337 3 20 0,34907 1,92708 0,000494
0,6 1,337 3 20 0,34907 1,88833 0,000273
0,75 1,337 3 20 0,34907 1,93712 0,001042
0,54 1,337 3 20 0,34907 1,85654 0,002334
0,67 1,337 3 20 0,34907 1,91517 0,000107
∑ =0,004249
̅𝑠 =1,90485
𝜇
∆𝜇𝑠 =0,03259

Tabel 4.5 Koefisien gesek kinetis permukaan kasar (𝜃=20˚)


m1 m2
t (s) w1 w2 θ˚ θ(rad) µs (𝝁𝒔 − 𝝁
̅𝒔 )𝟐
(kg) (kg)
1,34 1,337 2 20 0,349 1,20695 2,01E-05
1,25 1,337 2 20 0,349 1,20382 5,78E-05
1,84 1,337 2 20 0,349 1,2168 2,88E-05
0,2 1,74 1,337 2 20 0,349 1,21548 1,64E-05
1,65 1,337 2 20 0,349 1,21409 7,08E-06
∑ =0,00013
̅𝑠 =1,21143
𝜇
∆𝜇𝑠 =0,005706
1,18 1,337 2,5 20 0,349 1,59485 1,04E-05
0,1337 1,25 1,337 2,5 20 0,349 1,59823 2,49E-08
1,3 1,337 2,5 20 0,349 1,60032 5,04E-06
0,25 1,2 1,337 2,5 20 0,349 1,59588 4,82E-06
1,32 1,337 2,5 20 0,349 1,60109 9,08E-06
∑ =2,93E-05
̅𝜇̅𝑠=1,59807
∆𝜇𝑠 =0,002708
0,69 1,337 3 20 0,349 1,92138 2,83E-05
0,3 0,8 1,337 3 20 0,349 1,94763 0,000438
0,59 1,337 3 20 0,349 1,8837 0,001849
0,75 1,337 3 20 0,349 1,93712 0,000109
0,78 1,337 3 20 0,349 1,94367 0,000288
∑ =0,002712
̅𝑠 =1,9267
𝜇
∆𝜇𝑠 =0,026037

Tabel 4.6 Koefisien gesek kinetis permukaan licin (𝜃=20˚)


m1 m2
t (s) w1 w2 θ˚ θ(rad) µs (𝝁𝒔 − 𝝁
̅𝒔 )𝟐
(kg) (kg)
1,32 1,337 2 20 0,34907 1,20631 1,09E-05
1,45 1,337 2 20 0,34907 1,21001 1,58E-07
1,4 1,337 2 20 0,34907 1,20871 8,18E-07
0,2 1,59 1,337 2 20 0,34907 1,21303 1,16E-05
1,45 1,337 2 20 0,34907 1,21001 1,58E-07
∑ =2,37E-05
̅𝑠 =1,20962
𝜇
∆𝜇𝑠 =0,002433
1,28 1,337 2,5 20 0,34907 1,59951 2,93E-06
1,35 1,337 2,5 20 0,34907 1,60218 1,91E-05
0,1337 1,15 1,337 2,5 20 0,34907 1,59321 2,11E-05
0,25 1,2 1,337 2,5 20 0,34907 1,59588 3,7E-06
1,25 1,337 2,5 20 0,34907 1,59823 1,84E-07
∑ =4,7E-05
̅𝜇̅𝑠=1,5978
∆𝜇𝑠 =0,003429
0,68 1,337 3 20 0,34907 1,91835 0,001787
0,59 1,337 3 20 0,34907 1,8837 5,82E-05
0,3 0,71 1,337 3 20 0,34907 1,92708 0,002602
0,73 1,337 3 20 0,34907 1,93231 0,003162
0,4 1,337 3 20 0,34907 1,71892 0,024696
∑ =0,032305
̅𝑠 =1,87607
𝜇
∆𝜇𝑠 =0,089868

4.2 Pembahasan

Gaya gesek adalah gaya yang bekerja dengan melawan gerak benda tersebut
atau arah kecenderungan benda yang akan bergerak. Gaya gesek akan terjadi
jika terdapat dua benda yang bersentuhan. Gaya gesek yang terjadi pada
permukaan yang halus memiliki nilai yang lebih kecil jika dibandingkan
dengan gaya gesek yang terjadi pada permukaan yang kasar. Konstruksi mikro
pada permukaan benda dapat menyebabkan gesekan menjadi minimum,
bahkan cairan tidak lagi dapat membasahinya (Dewanto, 2002). Secara umum,
gaya gesek suatu benda dapat digolongkan dalam 2 (dua) jenis, yaitu gaya
gesek statis dan gaya gesek kinetis. Gaya gesek statis terjadi saat benda dalam
keadaan diam atau tepat akan bergerak, dalam keadaan tersebut nilai koefisien
geseknya selalu lebih besar dibanding nilai koefisien gesek kinetis. Sedangkan,
gaya gesek kinetik terjadi saat benda dalam keadaan bergerak. gaya statis dan
gaya kinetis akan muncul jika permukaan dua zat bersentuhan secara fisik, di
mana gaya gesek tersebut sejajar dengan arah gerak benda dan berlawanan
dengan arah gerak benda (Yanuar, 2007).

Percobaan pertama yaitu menetukan koefisien gesek statis dengan


permukaan kasar dan halus. Berdasarkan data tabel 4.1 dan 4.2 diketahui
bahwa massa beban yang bertambah tidak berpengaruh terhadap nilai koefisien
gesek statis. Karena yang dapat mempengaruhi yaitu kemiringan beserta sifat
permukaan benda (halus atau kasar). Prinsip kerja gesekan statis yaitu akan
timbul ketika benda akan bergerak dengan sudut tertentu. Kemudian diketahui
juga bahwa variasi sudut yang diberikan pada setiap percobaan pertama
menghasilkan nilai koefisien gesek statis yang berbeda-beda. Semakin besar
sudut bidang miring yang diberikan pada percobaan, maka semakin besar pula
nilai koefisien gesek statis yang diperoleh. Sehingga dapat dikatakan bahwa
besar sudut bidang miring sebanding dengan nilai koefisien gesek statis. Hal
ini membuktikan bahwa variasi sudut berpengaruh terhadap nilai koefisien
gesek statis dan menunjukkan bahwa besar sudut bidang sebanding dengan
nilai koefisien gesek statis. Pada permukaan licin nilai koefisien statis memiliki
nilai yang lebih besar dibandingkan permukaan kasar.
Percobaan kedua yaitu menentukan koefisien gesek kinetis dengan panjang
lintasan sebesar 70 cm dan massa katrol M sebesar 0,0083 Kg. Berdasarkan
tabel percobaan pada koefisien gesek kinetis yang memiliki permukaan dan
sudut masingmasing yang berbeda. Dapat dilihat bahwa massa beban dan
massa yang ditambahkan berpengaruh pada nilai koefisien gesek kinetisnya.
Sehingga dapat diketahui bahwa massa beban berbanding lurus terhadap nilai
koefisien gerak kinetis bahan baik massa bahan maupun massa beban yang
diberikan. Kemudian diketahui juga bahwa variasi waktu pada percobaan
kedua menghasilkan nilai koefisien kinetis yang berbeda. Semakin lama waktu
yang ditempuh, maka semakin besar pula nilai koefisien gesek kinetis yang
diperoleh.Sehingga dapat dikatakan bahwa waktu berpengaruh terhadap nilai
koefidien gesek kinetis dan waktu berbanding lurus dengan koefisien gesek
kinetis.

Berdasarkan teori yang telah dipelajari bahwa semakin besar sudut atau
derajat kemiringan maka semakin besar pula koefisien gesek statis yang
diperoleh. Hal itu terbukti pada data hasil percobaan pertama di atas, yang
berarti secara tidak langsung massa beban berpengaruh pada koefisien gesek
statis yang diperoleh yaitu semakin besar massa beban maka semakin besar
pula koefisien geseknya. Sehingga, besar massa berbanding lurus dengan besar
koefisien gesek statis benda baik pada permukaan lintasan kasar maupun
permukaan lintasan licin. Data di atas membuktikan bahwa benda yang
bermassa 0,206 Kg memiliki rata-rata koefisien gesek sebesar 0.66 dan ini
lebih besar jika dibandingkan dengan koefisien gesek dari benda yang
bermassa 0,156 kg yang hanya memiliki rata-rata koefisien gesek sebesar 0,59.
Perbedaan permukaan pada benda uji juga berpengaruh terhadap koefisien
gesek statisnya. Hal ini terbukti dengan massa yang sama koefisien gesek pada
permukaan kasar lebih kecil dibanding dengan permukaan licin.

Kondisi permukaan dari balok juga berpengaruh terhadap koefisien gesek


benda. Dapat diketahui bahwa semakin kasar kondisi permukaan benda
koefisien geseknya juga semakin besar dengan besar beban penarik dan
kemiringan yang sama. Ini terbukti pada data hasil percobaan kedua di atas,
yang menyatakan bahwa lintasan balok yang licin dengan kemiringan 200 dan
massa penarik sebesar 0,3kg diperoleh koefisien gesek sebesar 1,33 sedangkan
dengan kemiringan dan massa beban penarik yang sama pada lintasan yang
kasar diperoleh keofisien gesek sebesar 1,34. Sehingga dapat diketahui bahwa
koefisien gesek statis berbanding lurus dengan massa beban dan sudut
kemiringan lintasan. Sedangkan, besar koefisien gesek kinetik berbanding
lurus dengan gaya yang belaku sebagai penarik beban, serta kemiringan dan
kondisi pemukaan benda.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan


sebagi berikut :

1. Untuk menentukan nilai koefisien statis suatu benda maka dilakukan suatu
perhitungan, dimana nilai dari koefisien statis sama dengan nilai tan dari
sudut teta suatu benda.
2. Untuk menentukan nilai koefisien kinetis dari suatu benda juga dilakukan
suatu perhitungan, dimana nilai dari koefisien kinetis yaitu dengan
membagi nilai berat gaya normal dengan gaya gesek statis.
3. Koefisien statis nilai massa benda tidak memengaruhi koefisien statis dari
benda namun yang mempengaruhi yaitu nilai sudut teta dari suatu benda.
Semakin besar nilai sudut teta suatu benda maka nilai koefisien statis dari
suatu benda akan semakin besar. Jadi, dapat dikatan bahwa hubungan antara
nilai koefisien statis dengan nilai sudut teta benda berbanding lurus. Hal ini
sesuai dengan literature yang ada. Sedangkan untuk koefisien kinetis,
kebalikan dari koefisien statis. Dimana nilai dari suatu massa benda
mempengaruhi nilai dari koefisien kinetis. Dimana nilai massa ini akan
digunakan untuk menentukan nila gaya berat suatu benda. Selain itu nilai
waktu juga mempengaruhi nilai koefisien kinetis benda. Semakin besar nilai
massa dan waktu maka semakin besar pula nilai koefisien kinetis yang
dihasilkan. Hal ini sesuai dengan literature yang telah dibaca atau
digunakan.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diperoleh dari praktikum yang telah dilakukan
pada kali ini yaitu, sebelum melakukan percobaan praktikan harus memahami
materi Koefisien Gesek Benda.Praktikan harus teliliti dalam melakukan
perhitungan supaya hasil perhitungan yang dihasilkan akurat. Praktikan juga harus
memperhatikan intruksi dari asisten agar praktikum berjalan dengan lancar dan
sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Alonso, Marcello dan Fien Edward J. 1994. Dasar – Dasar Fisika Universitas Edisi
Kedua. Jakarta : Erlangga

Dewanto. J, 2002. Studi Karakteristik Kopling Plat Gesek Tunggal Pada Kondisi
Transient. Jurnal Teknik Mesin, Universitas Kristen Petra : Jakarta.

Khusnul, M. 2009. Fisika Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

M. Bahar Fitrianto, Darmanto dan Imam Syafaat. 2015. Pengujian Koefisien Gesek
Permukaan Plat Baja ST 37 pada Bidang Miring Terhadap Viskositas Pelumas dan
Kekasaran. Vol 11 Nomor 1. April 2015.

Sutrisno. 1997. Fisika Dasar Mekanika. Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Tim penyusun.2021.Modul Praktikum Fisika Dasar.Fakultas Ilmu Matematika dan


Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Fisika. Universitas Jember.

Yanuar, 2007. Koefisien Gesek. Jurnal Teknik Mesin, Universitas Indonesia :


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai