Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SEMESTER GANJIL
NIM : 181910201022
JURUSAN FISIKA
UNIVERSITAS JEMBER
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Gaya gesek selalu ada dalam kehidupan sehari-hari karena pada setiap
aktifitas yang dilakuan selalu ada sentuhan baik pada makhluk hidup maupun benda
mati. Aktifitas berjalan juga dipengaruhi oleh gara gesek antara kaki dengan lantai
atau tanah. Jika tidak ada gesekan antara kaki dengan tanah, maka akan licin dan
kemungkinan tidak akan bisa berjalan karena tergelincir. Gaya gesek adalah gaya
non konservatif yang bekerja pada dua permukaan yang saling bergerak satu sama
lain (Alonso, 1994).
TINJAUAN PUSTAKA
Gaya gesek adalah gaya yang bekerja dengan melawan gerak benda
tersebut atau arah kecenderungan benda yang akan bergerak. Gaya gesek akan
terjadi jika terdapat dua benda yang bersentuhan. Benda-benda yang
dimaksud tidak hanya berbentuk padat, tetapi dapat juga dalam bentuk cair,
ataupun gas. Gaya gesek ada yang dapat merugikan dan ada yang dapat
menguntungkan. Gesekan yang terjadi pada dua roda gigi yang saling
bersinggungan pada saat berputar, poros yang berputar dengan bantalannya
pada mesin, piston dan silinder mesin yang mengalami aus adalah contoh
kerugian yang disebabkan oleh gaya gesekan. Sedangkan contoh gaya gesek
yang menguntungkan adalah gesekan yang terjadi pada proses
penggerindaan, gesekan ban dengan aspal, gesekan sandal dengan tanah pada
saat manusia berjalan diatas bumi. Gaya gesek merupakan akumulasi
interaksi mikro antar kedua permukaan yang saling bersentuhan serta gaya
elektrostatik yang bekerja pada masing-masing permukaan. Friksi adalah
gaya yang menahan gerakan sliding atau rolling satu benda terhadap benda
lainnya. Friksi besar (high friction) dibutuhkan untuk bekerjanya mur dan
baut, klip kertas penjepit tang catut, sol sepatu, serta alat pemegang. Namun,
friksi juga merupakan tahanan tehadap gerakan yang bersifat merugikan,
sehingga dibutuhkan 20% tenaga untuk mengatasi gaya friksi pada elemen
yang merugikan. Oleh karena itu, friksi kecil (low friction) diperlukan untuk
benda yang bergerak seperti mesin tenaga (engine). Selain itu, dibutuhkan
friksi konstan (constant friction) untuk konstruksi rem, dan kopling agar
gerakan tidak tersendat saat bekerja (Dewanto, 2002).
Gaya gesek yang terjadi pada permukaan yang halus memiliki nilai
yang lebih kecil jika dibandingkan dengan gaya gesek yang terjadi pada
permukaan yang kasar. Konstruksi mikro pada permukaan benda dapat
menyebabkan gesekan menjadi minimum, bahkan cairan tidak lagi dapat
membasahinya (Dewanto, 2002).
N=W (2.1)
Gaya normal adalah gaya yang ditimbulkan oleh alas bidang tempat benda
terletak yang arahnya tegak lurus terhadap bidang.
N = m g Cos ϴ (2.2)
Persamaan (2.2) merupakan persamaan dari sebuah benda dengan massa (m)
yang terletak pada bidang miring dengan sudut ϴ dan N sama dengan m g cos
ϴ (Zaelani, 2006).
1. Gaya gesek statis (fs) yaitu gaya gesekan yang bekerja pada benda dalam
keadaan diam.
2. Gaya gesek kinetis (fk) yaitu gaya gesekan yang bekerja pada benda yang
bergerak. (Sutrisno, 1997)
2.1.2 Gaya Gesek Statis
Gaya gesek statis merupakan gesekan yang terjadi antara dua benda
padat yang tidak bergerak relatif satu dan lainnya, seperti gerakan statis yang
muncul saat mencegah benda meluncur ke bawah pada bidang miring.
Koefisien gesek statis umumnya dinotasikan dengan µs dan pada umumnya
lebih besar dari koefisien gesek kinetis. Gaya gesek statis dihasilkan dari
sebuah gaya yang diaplikasikan tepat sebelum benda tersebut bergerak, gaya
gesekan maksimum antara dua permukaan sebelum gerakan terjadi adalah
hasil dari koefisien gesek statif dikalikan dengan gaya normal (f = µs Fn).
Ketika tidak ada gesekan yang terjadi, gaya gesek dapat memiliki nilai dari
nol hingga gaya gesek maksimum (M. Bahar, dkk. 2015).
𝑓𝑠 = 𝜇𝑠 . 𝑁 (2.1)
Dimana :
N= Gaya Normal
N = W (berat benda)
𝑓𝑠 = 𝜇𝑠 . 𝑁 (2.2)
𝑓𝑘 = 𝜇𝑘 . 𝑁 (2.3)
Dimana :
N= Gaya Normal
N = W (berat benda)
Dari persamaan 2.1 dan 2.2 diatas menyatakan bahwa koefisien gesek
kinetis adalah koefisien gesekan yang timbul selama benda bergerak (Nilai μs>
μk).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam mendukung praktikum ini
antara lain :
4.2 Pembahasan
Gaya gesek adalah gaya yang bekerja dengan melawan gerak benda tersebut
atau arah kecenderungan benda yang akan bergerak. Gaya gesek akan terjadi
jika terdapat dua benda yang bersentuhan. Gaya gesek yang terjadi pada
permukaan yang halus memiliki nilai yang lebih kecil jika dibandingkan
dengan gaya gesek yang terjadi pada permukaan yang kasar. Konstruksi mikro
pada permukaan benda dapat menyebabkan gesekan menjadi minimum,
bahkan cairan tidak lagi dapat membasahinya (Dewanto, 2002). Secara umum,
gaya gesek suatu benda dapat digolongkan dalam 2 (dua) jenis, yaitu gaya
gesek statis dan gaya gesek kinetis. Gaya gesek statis terjadi saat benda dalam
keadaan diam atau tepat akan bergerak, dalam keadaan tersebut nilai koefisien
geseknya selalu lebih besar dibanding nilai koefisien gesek kinetis. Sedangkan,
gaya gesek kinetik terjadi saat benda dalam keadaan bergerak. gaya statis dan
gaya kinetis akan muncul jika permukaan dua zat bersentuhan secara fisik, di
mana gaya gesek tersebut sejajar dengan arah gerak benda dan berlawanan
dengan arah gerak benda (Yanuar, 2007).
Berdasarkan teori yang telah dipelajari bahwa semakin besar sudut atau
derajat kemiringan maka semakin besar pula koefisien gesek statis yang
diperoleh. Hal itu terbukti pada data hasil percobaan pertama di atas, yang
berarti secara tidak langsung massa beban berpengaruh pada koefisien gesek
statis yang diperoleh yaitu semakin besar massa beban maka semakin besar
pula koefisien geseknya. Sehingga, besar massa berbanding lurus dengan besar
koefisien gesek statis benda baik pada permukaan lintasan kasar maupun
permukaan lintasan licin. Data di atas membuktikan bahwa benda yang
bermassa 0,206 Kg memiliki rata-rata koefisien gesek sebesar 0.66 dan ini
lebih besar jika dibandingkan dengan koefisien gesek dari benda yang
bermassa 0,156 kg yang hanya memiliki rata-rata koefisien gesek sebesar 0,59.
Perbedaan permukaan pada benda uji juga berpengaruh terhadap koefisien
gesek statisnya. Hal ini terbukti dengan massa yang sama koefisien gesek pada
permukaan kasar lebih kecil dibanding dengan permukaan licin.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Untuk menentukan nilai koefisien statis suatu benda maka dilakukan suatu
perhitungan, dimana nilai dari koefisien statis sama dengan nilai tan dari
sudut teta suatu benda.
2. Untuk menentukan nilai koefisien kinetis dari suatu benda juga dilakukan
suatu perhitungan, dimana nilai dari koefisien kinetis yaitu dengan
membagi nilai berat gaya normal dengan gaya gesek statis.
3. Koefisien statis nilai massa benda tidak memengaruhi koefisien statis dari
benda namun yang mempengaruhi yaitu nilai sudut teta dari suatu benda.
Semakin besar nilai sudut teta suatu benda maka nilai koefisien statis dari
suatu benda akan semakin besar. Jadi, dapat dikatan bahwa hubungan antara
nilai koefisien statis dengan nilai sudut teta benda berbanding lurus. Hal ini
sesuai dengan literature yang ada. Sedangkan untuk koefisien kinetis,
kebalikan dari koefisien statis. Dimana nilai dari suatu massa benda
mempengaruhi nilai dari koefisien kinetis. Dimana nilai massa ini akan
digunakan untuk menentukan nila gaya berat suatu benda. Selain itu nilai
waktu juga mempengaruhi nilai koefisien kinetis benda. Semakin besar nilai
massa dan waktu maka semakin besar pula nilai koefisien kinetis yang
dihasilkan. Hal ini sesuai dengan literature yang telah dibaca atau
digunakan.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diperoleh dari praktikum yang telah dilakukan
pada kali ini yaitu, sebelum melakukan percobaan praktikan harus memahami
materi Koefisien Gesek Benda.Praktikan harus teliliti dalam melakukan
perhitungan supaya hasil perhitungan yang dihasilkan akurat. Praktikan juga harus
memperhatikan intruksi dari asisten agar praktikum berjalan dengan lancar dan
sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Alonso, Marcello dan Fien Edward J. 1994. Dasar – Dasar Fisika Universitas Edisi
Kedua. Jakarta : Erlangga
Dewanto. J, 2002. Studi Karakteristik Kopling Plat Gesek Tunggal Pada Kondisi
Transient. Jurnal Teknik Mesin, Universitas Kristen Petra : Jakarta.
M. Bahar Fitrianto, Darmanto dan Imam Syafaat. 2015. Pengujian Koefisien Gesek
Permukaan Plat Baja ST 37 pada Bidang Miring Terhadap Viskositas Pelumas dan
Kekasaran. Vol 11 Nomor 1. April 2015.