Anda di halaman 1dari 17

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR

REDOKS DAN ELEKTROKIMIA

Oleh

Nama : Mukhammad Rizqi Ramadhan

NIM : 201910801047

Kelas/Kelompok : T.Perminyakan / 10

Asisten : Febrina Iffa Ariqoh

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2021
I. Judul

Redoks dan Elektrokimia

II. Tujuan

1. Menentukan reaksi redoks dari fenomena yang terjadi pada reaksi kimia
2. Merakit sel volta sederhana
3. Mempelajari elektrolisis air dan larutan NaNO3

III. Pendahuluan

3.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)

3.1.1 H2SO4 (Asam Sulfat)

Asam sulfat merupakan senyawa dengan rumus kimia H2SO4. Asam sulfat
merupakan larutan yang memiliki bentuk cair dan memiliki sifat korosif terutama
pada logam. Asam sulfat memiliki berat molekul sebesar 98,08 g/mol. Asam sulfat
memiliki bau dan tidak berwarna. Asam sulfat memiliki nilai pH 0,3. Titik leburnya
sebesar -200, dan densitas uapnya mencapai 3,4. Produk ini stabil secara kimiawi di
bawah kondisi ruangan standar (suhu kamar). Bahan ini tidak diklasifikasikan sebagai
bahan mudah meledak. Larutan ini berpotensi mengoksidasi . Luka bakar dan
kerusakan mata dapat terjadi oleh larutan ini jika mengenai tubuh kita. Pertolongan
pertama apabila terkena kulit yaitu cuci daerah yang terkena dengan sabun dan air,
jika terjadi iritasi, dapatkan bantuan medis. Tindakan pertolongan pertama setelah
terjadi kontak dengan mata, segera bilas dengan air bersih yang banyak selama
kurang lebih 15 menit (LabChem, 2021).

3.1.2 Asam Klorida (HCl)

Asam klorida memiliki rumus kimia yaitu HCl. Asam klorida memiliki sifat
fisik antara lain berwujud cairan, memiliki warna putih sampai kuning dan berbau
menyengat. Berat molekul asam klorida adalah 36,46 g/mol. Titik didih dari bahan ini
adalah sebesar 85 leburnya adalah sebesar 20 oC. Asam klorida dapat larut di dalam
air panas dan air dingin. Asam klorida cukup berbahaya apabila terkena kontak
langsung pada mata dan kulit, hal ini dikarenakan dapat menyebabkan iritasi.
Tindakan yang harus dilakukan apabila terkontak langsung pada mata dan kulit
adalah segera membasuhnya dengan menggunakan air yang mengalir selama kurang
lebih 15 menit. Kecelakaan yang cukup serius akibat bahan ini dapat diatasi dengan
segera mencari pertolongan medis (LabChem, 2021).

3.1.3 H2CO3

H2CO3 atau asam karbonat merupakan zat campuran yang berbentuk cairan.
Titik beku/titik leleh 138-140 °C, bisa dipadamkan menggunakan semprotan, carbon
dioksida, sabun. Zat ini merupakan bahan berbahaya jika tertelan atau terkena kulit
menyebabkan kerusakan mata yang serius. Bila terjadi kontak kulit tinggalkan segera
semua pakaian yang terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air.
Periksakan ke dokter. Setelah kontak pada mata bilaslah dengan air yang banyak.
Segera hubungi dokter mata lepaskan lensa kontak. Jika tertelan Setelah tertelan
segera beri korban minum air putih (dua gelas paling banyak). Periksakan ke dokter
(LabChem, 2021).

3.1.4 CH3COOH (Asam Etanoat)


Asam asetat mempunyai rumus kimia CH3COOH. Asam asetat mempunyai
nama lain yaitu asam etanoat atau biasa disebut asam cuka. Asam asetat mempunyai
titik lebur sebesar 16,6 ̊C dan memiliki titik didih sebesar 118,1 oC. Massa jenis dari
asam asetat yaitu 2,07 gram/mL. Tekanan uap asam asetat adalah sebesar 11 mmHg
pada suhu 20 ̊C dan sebesar 30 mmHg pada suhu 30 ̊C. Bahan ini bersifat korosif dan
dapat menyebabkan luka bakar yang cukup serius. Asam asetat sangat berbahaya jika
tertelan atau terhirup. Pertolongan pertama yang harus dilakukan jika terjadi kontak
langsung dengan mata dan kulit adalah segera membilasnya menggunakan air
mengalir selama 15 menit. Penyimpanan yang baik untuk bahan ini adalah dijauhkan
dari agen oksidator, reduktor, logam dan asam alkali. Asam asetat sebaiknya
disimpan di kawasan yang terpisah. Asam asetat disimpan dalam wadah yang sejuk
dan tertutup sampai siap untuk digunakan (LabChem, 2021).

3.1.5 NH4OH (Amonium Hidroksida)


Amonium hidroksida memiliki sifat fisik dan tidak berwarna serta memiliki
bau menyengat. Senyawa ini memiliki titik didih sebesar 27˚C dan dapat larut dalam
air. Tindakan yang harus dilakukan apabila terkontak langsung pada mata dan kulit
adalah segera membasuhnya dengan menggunakan air yang mengalir selama kurang
lebih 15 menit. Kecelakaan yang cukup serius akibat bahan ini adalah segera
dapatkan pertolongan medis (LabChem, 2021).
3.1.7 Indikator Metil Merah
Senyawa ini berbentuk cair berwarna orange dan berbau seperti alkohol.
Memiliki titik didih sebesar 78˚C, titik beku sebesar -114˚C, dan dapat larut dalam
air. Tindakan yang harus dilakukan apabila terkontak langsung pada mata dan kulit
adalah segera membasuhnya dengan menggunakan air yang mengalir selama kurang
lebih 15 menit. Kecelakaan yang cukup serius akibat bahan ini adalah segera
dapatkan pertolongan medis (LabChem, 2021).

3.1.8 Indikator Metil Orange


Metil orange merupakan sebuah campuran dari suatu larutan. Larutan ini tidak
digunakan untuk bahan makanan, obat atau keperluan rumah tangga. Jika terkena
dalam hingga merasakan nyeri, berkedip, atau kemerahan terus berlanjut. Segra
dibilas dengan banyak air. Biarkan korban menghirup udara segar dan beristirahat.
Lepaskan pakaian yang terkena dan cuci semua area kulit yang terbuka dengan sabun
lembut dan air diikuti dengan bilas air hangat (Labchem, 2021).

3.1.9 Indikator Phenolflatein


Phenolftaein berbentuk padat yang berwarna putih hingga kuning cerah dan
tidak berbau. Memiliki titik leleh sebesar 263˚C dan tidak dapat larut dalam air,
namun dapat larut dalam aseton, toluene, dan basa. Tindakan yang harus dilakukan
apabila terkontak langsung pada mata dan kulit adalah segera membasuhnya dengan
menggunakan air yang mengalir selama kurang lebih 15 menit. Kecelakaan yang
cukup serius akibat bahan ini adalah segera dapatkan pertolongan medis (LabChem,
2021).

3.1.10 Asam Cuka

Asam cuka mempunyai rumus kimia C2H4O2. Asam asetat mempunyai nama
lain yaitu asam etanoat atau biasa disebut asam asetat. Asam cuka mempunyai titik
lebur sebesar 16,6 ̊C dan memiliki titik didih sebesar 118,1 ̊C. Massa jenis dari asam
cuka yaitu 2,07 gram/mL. Tekanan uap asam cuka adalah sebesar 11 mmHg pada
suhu 20 ̊C dan sebesar 30 mmHg pada suhu 30 ̊C. Bahan ini bersifat korosif dan
dapat menyebabkan luka bakar yang cukup serius. Asam cuka sangat berbahaya jika
tertelan atau terhirup. Pertolongan pertama yang harus dilakukan jika terjadi kontak
langsung dengan mata dan kulit adalah segera membilasnya menggunakan air
mengalir selama 15 menit. Penyimpanan yang baik untuk bahan ini adalah dijauhkan
dari agen oksidator, reduktor, logam dan asam alkali. Asam cuka sebaiknya disimpan
di kawasan yang terpisah. Asam cuka disimpan dalam wadah yang sejuk dan tertutup
sampai siap untuk digunakan (LabChem, 2021).

3.1.11 Asam Oksalat

Asam oksalat merupakan senyawa yang memiliki rumus kimia C 2H2O4.


Merupakan senyawa yang berwujud padatan kristal, bubuk, atau biji-bijian. Larutan
ini tidak memiliki warna atau putih. Asam oksalat memiliki pH senilai 1 (13%), titik
lebur 101℃ , dan tekanan uap sebesar 22 hPa (50 ℃ ). Massa jenis uapnya relatif pada
20℃ yakni 4,3. Larutan ini memiliki kepadatan relatif 1,6. Berat jenisnya sebesar
1.653 kg/m3. Massa molekul senyawa ini sebesar 126,07 g/mol, dan suhu penguraian
sebesar 157℃ . Larutan ini merupakan jenis larutan yang larut dalam air, etanol, eter,
dan gliserol. Asam oksalat cukup berbahaya apabila terkena kontak langsung pada
mata dan kulit, hal ini dikarenakan dapat menyebabkan iritasi. Tindakan yang harus
dilakukan apabila terkontak langsung pada mata dan kulit adalah segera
membasuhnya dengan menggunakan air yang mengalir selama kurang lebih 15 menit.
Kecelakaan yang cukup serius akibat bahan ini dapat diatasi dengan segera mencari
pertolongan medis (LabChem, 2021).

3.1.12 CH3COONa

CH3COONa keadaan fisiknya adalah padat berwarna putih, tidak berbau


sampai sedikit bau seperti asetat. CH3COONa memiliki titik beku / leleh 324°C.
berbahaya jika terkena mata dan kulit. CH3COONa yang berkontak langsung dengan
mata segera dibasuh dengan air selama 15 menit dan kontak lensa dilepas.
CH3COONa yang berkontak langsung dengan kulit segera dibasuh dengan air
mengalir selama 15 menit dan pakaian yang terkontaminasi dilepas dan dicuci
sebelium digunakan kembali (LabChem, 2021).

3.1.13 NH4Cl

NH4Cl keadaan fisiknya seperti bubuk kristal, tidak berwarna atau putih, dan
tidak berbau. NH4Cl memiliki pH 5.0 (10% sol pada 25C), tekanan uap 1 mm Hg @
160.4C, titik didih 520°C, titik beku / leleh 328°C. NH 4Cl bila terkena mata:
menyebabkan iritasi mata. NH4Cl jika terhirup dalam keadaan dipanaskan debu atau
asap dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan. Asap amonium klorida dapat
menyebabkan alergi seperti asma. Paparan di masa mendatang dapat menyebabkan
serangan asma dengan sesak napas, mengi, batuk, dan / atau dada sesak (LabChem,
2021).
3.2 Tinjauan Pustaka

Reaksi oksidasi-reduksi adalah reaksi yang melibatkan transfer elektron.


Elektron yang dilepaskan oleh zat yang mengalami oksidasi akan diterima oleh zat
yang mengalami reduksi. Zat yang dioksidasi disebut agen pereduksi dan zat yang
direduksi disebut agen pengoksidasi. Partikel akan bersifat pengoksidasi bila ia
mempunyai kecenderungan menarik elektron dari partikel lain, yaitu unsur
elektronegatif dan senyawa yang mempunyai unsur elektronegatif. Partikel bersifat
pereduksi bila mempunyai elektron yang terikat lemah, sehingga mudah lepas dan
ditarik oleh partikel lain. Sifat periodik unsur dapat diketahui bahwa unsur yang
demikian adalah unsur elektropositif atau logam (Syukri, 1999).

Penyetaraan reaksi redoks dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara
setengah reaksi dan cara perubahan bilangan oksidasi (biloks). Cara penyetaraan
reaksi redoks dengan sistem setengah reaksi dilakukan dengan tahapan-tahapan
sebagai berikut menurut (Arifin, 2003) :
 Menuliskan masing-masing persamaan setengah reaksi reduksi dan reaksi
oksidasi.
 Menyetarakan unsur-unsur yang mengalami reaksi redoks.
 Menambahkan (1) molekul H2O :
 Pada yang kekurangan (1) atom O, jika reaksi berlangsung dalam suasana
asam.
 Pada yang kelebihan (1) atom O, jika reaksi berlangsung dalam suasana basa.
 Menyetarakan atom hidrogen dengan ion H+ jika suasana asam atau dengan
ion OH jika suasana basa.
 Menyetarakan muatan dengan menambahan elektron di sebelah kanan atau
kiri persamaan reaksi.
 Menjumlahkan kedua persamaan setengah reaksi dengan menyamakan
elektronnya.
Contoh Reaksi : Cr2O72- + Cu+ → Cr3+ + Cu2+ (3.1)
Langkah-langkah penyetaraan reaksi:
Tahap 1 : Cr2O72- → Cr3+ + Cu+ → Cu2 (3.2)
Tahap 2 : Cr2O72- → 2 Cr3+ + Cu+ → Cu2+ (3.3)
Tahap 3 : Cr2O72- → 2 Cr3+ + 7 H2O + Cu2+→ Cu2+ (3.4)
Tahap 4 : 14 H+ + Cr2O72- → 2 Cr3+ + 7 H2O + Cu+ → Cu2+ (3.5)
Tahap 5 : 6e- + 14 H+ + Cr2O72- → 2 Cr3+ + 7 H2O (I) + Cu+ → Cu2+ + e(II) (3.6)
Tahap 6 : 6e- + 14 H+ + Cr2O72- → 2 Cr3+ + 7 H2O (I) x16 (3.7)
Cu+ → 6 Cu2+ + 6e- (II) x6 (3.8)
Reaksi akhir: Cr2O72- + 6 Cu+ + 14 H+ → 2 Cr3+ + 6 Cu2+ + 7 H2O (3.9)

Faktor yang mempengaruhi reaksi redoks adalah energi ionisasi, semakin


tinggi muatan positif semakin mudah melepaskan elektron, jika energi ionisasinya
rendah maka potensial oksidasi akan berkurang dan potensial reduksi akan
meningkat. Yang kedua adalah afinitas elektron, semakin negatif potensi reduksinya.
Yang ketiga adalah energi ikatan kovalen. Semakin besar energi ikatan kovalen,
semakin besar pula reaksi spontannya. Keempat, oksigen, penambahan dan
pengurangan oksigen berpengaruh terhadap reaksi (Oxtoby, 2004).

Elektrokimia merupakan salah satu cabang ilmu kimia yang membahas


tentang hubungan antara energi listrik dan reaksi kimia. Reaksi redoks adalah salah
satu contoh elektrokimia. Energi yang dilepaskan oleh reaksi spontan diubah menjadi
energi listrik, yang kemudian dapat digunakan untuk reaksi non-spontan. Aplikasi
elektrokimia dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sel volta dan sel elektrolisis (Chang,
2004).

Sel volta adalah Sel yang dapat mengubah energi kimia menjadi energi listrik melalui
mekanisme reaksi redoks yang terjadi secara alami. Baterai volta juga disebut baterai
primer. mengapa demikian? Galvani dinamai menurut ahli fisiologi Italia Luigi
Galvani (1737-1798), yang menemukan sifat listrik tulang. Kata Volta sendiri berasal
dari nama fisikawan Italia Alessandro Volta (1745-1827), yang melakukan percobaan
dan menunjukkan bahwa kontak dua logam berbeda menghasilkan listrik. Pernyataan
ini membantah pernyataan Luigi Galvani dan lebih jauh menjelaskan fenomena
tersebut. Energi listrik dalam baterai volta berasal dari pergerakan elektron yang
dihasilkan oleh reaksi redoks spontan. Contoh gambar sel volta ditunjukkan di bawah
ini (Sunarya, 2011).
Sel elektrolisis adalah sel elektrokimia di mana energi listrik digunakan untuk
menjalankan reaksi redoks tidak spontan. Reaksi elektrolisis dapat didefinisikan
sebagai reaksi peruraian zat dengan menggunakan arus listrik. Prinsip kerja sel
elektrolisis adalah menghubungkan kutub negatif dari sumber arus searah ke katode
dan kutub positif ke anode sehingga terjadi overpotensial yang menyebabkan reaksi
reduksi dan oksidasi tidak spontan dapat berlangsung. Elektron akan mengalir dari
katode ke anode. Ion-ion positif akan cenderung tertarik ke katode dan tereduksi,
sedangkan ion-ion negatif akan cenderung tertarik ke anode dan teroksidasi (Marwati,
2012).

Faktor-faktor yang mempengaruhi sel elektrolisis yaitu reaksi yang terjadi


pada elektroda, jenis elektroda, dan adanya potensial tambahan. Faktor pertama yaitu
reaksi yang terjadi pada elektroda, apabila pada bagian katoda akan mengalami
reduksi karena mempunyai potensial elektroda lebih positif sedangkan pada anoda
mengalami oksidasi karena mempunyai potensial elektroda negatif. Faktor kedua
yaitu jenis elektroda yang dipakai diklasifikasikan sebagai elektroda inert atau non
inert, elektroda inert adalah zat yang tidak mudah bereaksi sedangkan elektroda non
inert adalah zat yang mudah bereaksi. Faktor ketiga yaitu adanya potensial tambahan
yang diperlukan agar reaksi berlangsung (Haryati, 2016)

IV. Metodologi Percobaan

4.1 Alat dan Bahan

4.1.1 Alat

- Buret

- Erlenmeyer

- Labu ukur

- Pipet tetes

- Pelat tetes

- Pipet volume

- Tabung reaksi

4.1.2 Bahan

- Asam cuka

- Asam oksalat

- CH3COONa 0,1 M

- H2CO3 0,1 M
- HCH3COO 0,1 M

- H2SO4 0,1 M

- Indikator metil merah

- Indikator metil orange

- Indikator phenolftalein

- Larutan NaOH 0,1 M

- Larutan HCl 0,1 M

- Lemon

- NH4OH 0,1 M

- NH4Cl 0,1 M
4.2 Diagram Alir

4.2.1 Redoks

Tabung reaksi
- Disiapkan 5 buah tabung reaksi
- Diisi tabung 1 dengan serbuk Zn sebanyak sepucuk spatula
dan ditambahkan dengan 10 tetes HCl pekat
- Diamati perubahan yang terjadi dan dicatat pada lembar
pengamatan
- Diisi tabung 2 dengan 1 butir padatan CaCO3 dan
ditambahkan dengan 10 tetes HCl pekat
- Diamati perubahan yang terjadi dan dicatat pada lembar
pengamatan
- Diisi tabung 3 dengan larutan H 2SO4 1 M setinggi 1 cm dan
ditambahkan dengan jumlah yang sama larutan NH4OH 2 M
- Diamati perubahan yang terjadi dan dicatat pada lembar
pengamatan
- Diisi tabung 4 dengan serbuk besi sebanyak sepucuk spatula
dan ditambahkan larutan H2SO4 3 M setinggi 1 cm
kemudian dikocok dan didiamkan beberapa saat
- Diamati perubahan yang terjadi dan dituliskan dalam lembar
pengamatan
- Diisi tabung 5 dengan serbuk besi sebanyak sepucuk spatula
dan ditambahkan larutan NH4OH 2 M setinggi 1 cm
kemudian dikocok dan didiamkan beberapa saat
- Diamati perubahan yang terjadi dan dituliskan dalam lembar
pengamatan

Hasil
4.2.2 Elektrokimia

4.2.2.1 Sel volta sederhana 1

5 buah lemon
4.3 Prosedur Kerja
- Disiapkan 5 buah lemon
- Ditancapkan masing – masing 1 lempeng zinc dan 1
lempeng tembaga
- Dihubungkan antara lempeng tembaga dari lemon 1
dengan lempeng zinc dari lemon 2 menggunakan kabel
dan seterusnya sampai 5 buah lemon terhubung secara
seri
- Dihubungkan lampu LED pada lempeng zinc lemon 1
dan lempeng tembaga lemon 5
- Diamati perubahan yang terjadi dan ditulis hasilnya pada
hasil pengamatan

Hasil

4.2.2.2 Sel volta sederhana 2

Air lemon 25
ml
- Disiapkan 5 buah lemon dan diiiris bagian tengah sehingga
masing – masing menjadi 2 bagian
- Diperas dan diambil airnya serta dimasukkan kedalam 5
botol bening 25 ml
- Dibuat rangkaian seri menggunakan lempeng tembaga dan
zinc serta satu lampu LED
- Diperhatikan perubahan yang terjadi dan dicatat pada
lembar pengamatan
- Dibandingkan nyala lampu LED antara sel air lemon
dengan sel buah lemon

Hasil
4.2.2.3 Sel volta sederhana 3

Cuka 10 ml

- Dimasukkan cuka kedalam 5 botol bening dan masing –


masing sebanyak 10 ml
- Dibuat hubungan seri antar gelas menggunakan lempeng
tembaga dan zinc serta satu lampu LED
- Diamati perubahan yang terjadi dan ditulis pada lembar
pengamatan

Hasil

4.2.2.4 Elektrolisis akuades

Akuades

- Diisi pipa U dengan akuades hingga 1 cm dari ujung pipa


U
- Diletakkan elektroda pada kedua mulut pipa U dan dan
dihubungkan elektroda dengan baterai 3 volt atau power
supply 3 volt
- Diputus arus listrik setelah 10 menit dan diuji dengan
sebatang korek api yang membara pada kedua mulut pipa
U
- Diamati apa yang terjadi dan diberikan penjelasan lalu
diukur panjang kolom udara pada kedua mulut pipa U
- Diulangi percobaan dengan waktu elektrolisis selama 20
menit

Hasil
4.2.2.5 Elektrolisis larutan NaNO3

NaNO3 0,1 M

- Diisi dengan larutan NaNO3 0,1 M hingga 1 cm dari ujung


pipa U
- Diletakkan elektroda pada kedua mulut pipa U dan
dihubungkan elektroda dengan baterai 3 volt atau power
supply 3 volt
- Diputus arus listrik setelah 10 menit dan diuji dengan
sebatang korek api yang membara pada kedua mulut pipa
U
- Diamati apa yang terjadi dan diberikan penjelasan lalu
diiukur panjang kolom udara pada kedua mulut pipa U
- Diulangi percobaan dengan waktu elektrolisis selama 20
menit

Hasil
4.3 Prosedur Kerja
4.3.1 Reaksi Redoks

Reaksi redoks dapat dilakukan dengan mengambil menyiapkan 5 buah tabung


reaksi. Tabung 1 diisi dengan serbuk Zn sebanyak sepucuk spatula dan ditambahkan
dengan 10 tetes HCl pekat. Perubahan yang terjadi pada reaksi tabung 1 diamati dan
dicatat pada lembar pengamatan. Tabung 2 diisi dengan 1 butir padatan CaCO 3 dan
ditambahkan dengan 10 tetes HCl pekat. Perubahan yang terjadi pada reaksi tabung 2
diamati dan dicatat pada lembar pengamatan. Tabung 3 diisi dengan larutan H 2SO4 1
M setinggi 1 cm dan ditambahkan dengan jumlah yang sama larutan NH 4OH 2 M.
Perubahan yang terjadi pada reaksi tabung 3 diamati dan dicatat pada lembar
pengamatan. Tabung 4 diisi dengan serbuk besi sebanyak sepucuk spatula dan
ditambahkan larutan H2SO4 3 M setinggi 1 cm kemudian dikocok dan didiamkan
beberapa saat. Perubahan yang terjadi pada reaksi tabung 4 diamati dan dicatat pada
lembar pengamatan. Tabung 5 diisi dengan serbuk besi sebanyak sepucuk spatula dan
ditambahkan larutan NH4OH 2 M setinggi 1 cm kemudian dikocok dan didiamkan
beberapa saat. Perubahan yang terjadi pada reaksi tabung 5 diamati dan dicatat pada
lembar pengamatan.

4.3.2 Sel volta sederhana 1

Elektokimia pada sel volta sederhana 1 dapat dilakukan dengan mengambil 5


buah lemon. Masing – masing ditancapkan 1 lempeng zinc dan 1 lempeng tembaga,
kemudian dihubungkan antara lempeng tembaga dari lemon 1 dengan lempeng zinc
dari lemon 2 menggunakan kabel dan seterusnya sampai 5 buah lemon terhubung
secara seri. Lampu LED selanjutnya dihubungkan pada lempeng zinc lemon 1 dan
lempeng tembaga lemon 5. Setelah itu diamati apa perubahan yang terjadi dan ditulis
hasilnya pada lembar pengamatan.

4.3.3 Sel volta sederhana 2

Elektokimia pada sel volta sederhana 2 dilakukan dengan mengambil 5 buah


lemon, kemudian diiris bagian tengah sehingga masing – masing menjadi 2 bagian.
Air yang dihasilkan melalui proses pemerasan maka selanjutnya dimasukkan kedalam
5 botol bening 25 ml. Rangkaian seri dibuat menggunakan lempeng tembaga, zinc
dan satu lampu LED, kemudian perhatikan perubahan yang terjadi. Nyala lampu LED
dibandingkan antara sel air lemon dengan sel buah lemon.
4.3.4 Sel volta sederhana 3

Elektrokimia pada sel volta sederhana 3 dapat dilakukan dengan memasukkan


cuka kedalam 5 botol bening dengan masing – masing 10 ml. Hubungan seri dibuat
antar gelas menggunakan elektroda tembaga dan zinc serta satu lampu LED. Setelah
itu diamati apa perubahan yang terjadi dan ditulis pada lembar pengamatan.

4.3.5 Elektrolisis akuades

Elektrolisis akuades dapat dilakukan dengan mengambil sebuah pipa U dan


diisi akuades hingga 1 cm dari ujung pipa U. Elektroda diletakkan pada kedua mulut
pipa U dan dihubungkan elektroda dengan baterai 3 volt atau power supply 3 volt.
Arus listrik diputus setelah 10 menit, kemudian uji dengan sebatang korek api yang
membara pada kedua mulut pipa U. Percobaan tersebut lalu diamati dan diberikan
penjelasan serta panjang kolom udara diukur pada kedua mulut pipa U, setelah itu
diulangi percobaan dengan waktu elektrolisis selama 20 menit.

4.3.6 Elektrolisis larutan NaNO3

Elektrolisis larutan NaNO3 dapat dilakukan dengan mengambil sebuiah pipa U


yang lain kemudian diisi dengan larutan NaNO 3 0,1 M hingga 1 cm dari ujung pipa
U. Elektroda diletakkan pada kedua mulut pipa U dan dihubungkan elektroda dengan
baterai 3 volt atau power supply 3 volt. Arus listrik diputus setelah 10 menit dan diuji
dengan sebatang korek api yang membara pada kedua mulut pipa U. Perubahan yang
terjadi pada percobaan dapat diamati dan diberikan pejelasan serta panjang kolom
udara diukur pada kedua mulut pipa U, setelah itu dapat diulangi percobaan dengan
waktu elektrolisis selama 20 menit.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin.2003. Strategi Belajar Kimia. Bandung : Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA


UPI.

Chang, Raymond. 2004. Kimia dasar. Jakarta : Erlangga Harahap.

Hadyana, Pudjaatmaka, A. 2002. Kamus Kimia. Jakarta: Balai Pustaka.

LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Ammonium chloride. [Serial Online]
(diakses pada tanggal 18 Mei 2021).
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Amonium hidroksida. [Serial Online]
(diakses pada tanggal 18 Mei 2021).
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Asam Cuka. [Serial Online] (diakses
pada tanggal 18 Mei 2021).
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Asam etanoat. [Serial Online]
(diakses pada tanggal 18 Mei 2021).
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Asam Oksalat. [Serial Online]
(diakses pada tanggal 18 Mei 2021).
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Carbonic acid. [Serial Online]
(diakses pada tanggal 18 Mei 2021).
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Hydrogen chloride. [Serial Online]
(diakses pada tanggal 18 Mei 2021).
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Methyl Orange. [Serial Online]
(diakses pada tanggal 18 Mei 2021).
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Methyl Red. [Serial Online] (diakses
pada tanggal 18 Mei 2021).
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Natrium asetat. [Serial Online]
(diakses pada tanggal 18 Mei 2021).
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Natrium hidroksida. [Serial Online]
(diakses pada tanggal 18 Mei 2021).
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Phenolftalein. [Serial Online]
(diakses pada tanggal 18 Mei 2021).
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Sulfuric acid. [Serial Online]
(diakses pada tanggal 18 Mei 2021).
Marwati. 2012. Ekstraksi dan preparasi zat warna alami sebagai indikator titrasi
asam basa. Yogyakarta: Prosiding seminar national penelitian, Fakultas MIPA
UNY.

Oxtoby, David W. 2004. Prinsip-prinsip kimia modern. Jakarta : Erlangga

Petrucci, R.H.; Harwood, W.S.; Herring, F. G.; and Madura, J.D. 2007. Kimia Dasar
Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Sunarya. 2011. Kimia Dasar 2. Bandung: CV.yramawidya.

Thenawijaya, M. L. 2005. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai