Anda di halaman 1dari 34

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR

IKATAN KIMIA

Oleh :

Nama : Luthfi Rindra Salam


NIM : 211910801020
Kelas/Kelompok :A/4
Asisten : Elsha Dwi Herdasari

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2021
I. Judul: Ikatan Kimia

II. Tujuan
Tujuan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Membandingkan ikatan kovalen dengan ikatan ion dalan dua senyawa
yang berbeda.
2. Mengamati perubahan ikatan kimia unsur klor dari ikatan kovalen menjadi
ikatan ion.

III. Pendahuluan
3.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)
3.1.1 Akuades (H2O)
Akuades adalah zat cair yang tidak berwarna dan tidak berbau. Akuades
memiliki sifat fisik dan kimia. Akuades memiliki sifat fisik titik beku pada 0° C
dan titik didih pada 100° C, memiliki massa 18g/mol. Akuades titik kritikalnya
adalah pada suhu 374,1° C dan Tekanan 218,1 atm. Akuades memiliki sifat kimia
yaitu pH akuades adalah 7, akuades dapat terlarutkan dengan asam pekat, tidak
bisa dibakar, tidak bisa meledak, dan tidak memiliki property oksidasi. Akuades
tidak diklasifikasikan sebagai zat yang berbahaya, namun dapat menyebabkan
iritasi ringan pada mata. Akuades ditangani dengan pemakaian kacamata
pelindung supaya tidak terjadi kontak antara akuades dengan mata (LabChem,
2021).
3.1.2 Asam Benzoat (C6H5COOH)
Asam benzoat adalah zat yang berwujud kristal padat dan tidak berbau.
Asam benzoat memiliki rasa yang pahit. Asam benzoat memiliki titik didih di
249,2°C. Asam benzoat memiliki titik lebur di 122,3°C. Asam benzoat sedikit
larut dalam air. Asam benzoat memiliki massa jenis sebesar 1,3 g/cm3. Asam
benzoat memiliki pH 2,8. Asam benzoat adalah zat yang mengorosi, mengiritasi,
dan berbahaya bagi kesehatan tubuh. Asam benzoat dapat ditangani dengan tidak
menghirupnya. Bagian yang terkena asam benzoat dibilas. Praktikan memakai
sarung tangan pelindung, pakaian pelindung, pelindung mata, dan pelindung
wajah. Kulit yang bersentuhan dengan asam benzoat dibilas dengan air yang
banyak. Mata yang terkena asam benzoat dibilas dengan air yang banyak selama
beberapa menit dan lensa kontak yang menempel dilepas. Tenaga kesehatan
dipanggil jika merasa tidak enak badan. Kulit yang teriritasi segera diobati.
Pakaian yang terkontaminasi dilepas (PubChem, 2021).
3.1.3 Asam Klorida (HCl) 2M
Asam klorida adalah zat cair yang tidak berwarna dan tidak berbau. Asam
klorida memiliki massa jenis sebesar 1,05 g/cm3. Asam klorida memiliki massa
molekul sebesar 36,46 g/mol. Asam klorida dapat larut dalam air, ethanol,
methanol. Asam klorida dapat menyebabkan kulit melepuh dan kerusakan mata.
Asam klorida bisa ditangani dengan jangan menghirupnya. Bilas tangan yang
terkena asam klorida dengan air. Sarung tangan pelindung, pakaian pelindung,
pelindung mata, dan pelindung wajah dipakai. Bilas mulut jika tertelan. Kulit
yang terkena asam klorida segera dibilas dan pakaian yang terkontaminasi segera
dilepas. Korban yang menghirup asam klorida dipindahkan ke tempat yang
memiliki udara segar dan posisikan agar bernafas dengan nyaman. Mata yang
terkena asam klorida dibilas dengan hati-hati dengan air selama beberapa menit
dan lepas lensa kontak yang menempel. Pakaian yang terkontaminasi dicucui
terlebih dahulu sebelum digunakan lagi (LabChem, 2021).
3.1.4 Asam Nitrat (HNO3)
Asam nitrat adalah zat yang berwujud cair, berwarna kuning kemerahan,
berbau manis. Asam nitrat memiliki berat molekul sebesar 63, 013 g/mol. Asam
nitrat memiliki titik didih di 83°C. Asam nitrat memiliki titik leleh di -41,6°C.
Asam nitrat bisa larut dalam akuades. Asam nitrat memiliki massa jenis sebesar
1,5129 g/cm3. Asam nitrat adalah bahan yang berbahaya karena bisa
mengoksidasi dan korosif. Asam nitrat bisa mengoksidasi cairan dan padatan.
Asam nitrat dapat menyebabkan kulit melepuh dan lupa mata yang serius. Asam
nitrat bisa ditangani dengan menjauhkannya dari pakaian atau material lain yang
mudah terbakar. Bagian yang terkena asam nitrat dicuci setelah penanganan.
Praktikan memakai sarung tangan pelindung, pakaian pelindung, pelindung mata,
dan pelindung wajah. Kulit yang bersentuhan dengan asam nitrat segera dibasuh
dengan akuades. Pakaian yang terkena asam nitrat dilepas. Mata yang terkena
asam nitrat dibasuh dengan akuades secara hati-hati selama beberapa menit.
Kontak mata yang terkena asam nitrat dilepas. Tenaga kesehatan segera dipanggin
jika tidak enak badan. Pakaian yang terkontaminasi dicucui terlebih dahulu
sebelum dipakai kembali. Asam nitrat disimpan di tempat yang terkunci
(PubChem, 2021).
3.1.5 Asam Oksalat (C2H2O4)
Asam oksalat adalah zat padat berwarna putih dan tidak berbau. Asam
oksalat menyublim. Asam oksalat memiliki titik lebur di 189,5°C
(terdekomposisi). Asam oksalat memiliki massa jenis sebesar 1,9 g/cm3. Asam
oksalat memiliki massa molekul sebesar 90,03 g/mol. Asam oksalat adalah zat
yang dapat mengiritasi. Asam oksalat dapat ditangani dengan membasuh bagian
yang bersentuhan. Praktikan memakai sarung tangan pelindung, pakaian
pelindung, pelindung mata, dan pelindung wajah. Panggil tenaga kesehatan jiga
merasa tidak enak. Kulit yang bersentuhan dengan asam oksalat dibilas dengan air
yang banyak. Mulut dicuci. Pakaian yang terkontaminasi asam oksalat dicuci
terlebih dahulu sebelum dipakai kembali (PubChem, 2021).
3.1.6 Aseton (C3H6O)
Aseton adalah zat yang berwujud cair tidak berwarna dan memiliki bau
manis. Aseton memiliki pH 7. Aseton memiliki titik leleh di -95°C. Aseton
memiliki titik didih di 56°C. Aseton memiliki titik kritis di 235°C. Aseton
memiliki titik nyala di -17°C. Aseton memiliki massa jenis sebesar 0,79 g/cm3.
Aseton memiliki massa molekul sebesar 58,08 g/mol. Aseton dapat larut dalam
air, etanol, ether, dimetil eter, petroleum spiritus, kloroform, dimetil formarnida,
minyak. Aseton adalah zat yang mudah terbakar, mengiritasi dan membuat pusing
atau mabuk. Aseton bisa ditangani dengan menjauhkannya dari panas, percikan,
api, dan sumber pemantik lainnya. Tempat penyimpanan aseton harus tertutup
rapat. Peralatan anti-ledakan digunakan. Peralatan yang tidak menghasilkan
percikan digunakan. Aseton jangan dihirup. Bagian yang terkena aseton dibasuh.
Sarung tangan pelindung, APD, pelindung mata, pelindung wajah digunakan.
Kulit yang terkena aseton dibasuh denga air yang banyak. Mata yang terkena
aseton dibasuh dengan air yang banyak selama beberapa menit, lepas lensa kontak
jika mengenakannya. Tenaga kesehatan dipanggil jika tidak enak badan. Kulit
yang teriritasi segera diobati. Mata yang teriritasi segera diobati. Pakaian yang
terkontaminasi dilepas. Pemadam api digunakan jika terjadi kebakaran. Aseton
disimpan di tempat yang memiliki ventilasi udara bagus dan dingin (LabChem,
2021).
3.1.7 Benzena (C6H6)
Benzena adalah zat berbentuk cair yang bening dan memiliki bau seperti
minyak bumi. Benzena memiliki titik didih di 80°C. Benzena memiliki titik lebur
di 5,5°C. Benzena memiliki massa jenis sebesar 0,88 g/cm3. Benzena memiliki
massa molekul sebesar 78,11 g/mol. Benzena adalah zat yang mudah terbakar,
mengiritasi dan berbahaya bagi kesehatan tubuh. Benzena bisa ditangani dengan
menjauhkannya dari panas, percikan, api, dan sumber pemantik lainnya. Tempat
penyimpanan benzena harus tertutup rapat. Peralatan anti-ledakan digunakan.
Peralatan yang tidak menghasilkan percikan digunakan. Benzena jangan dihirup.
Bagian yang terkena benzena dibasuh. Sarung tangan pelindung, APD, pelindung
mata, pelindung wajah digunakan. Kulit yang terkena benzena dibasuh denga air
yang banyak. Mata yang terkena benzena dibasuh dengan air yang banyak selama
beberapa menit, lepas lensa kontak jika mengenakannya. Tenaga kesehatan
dipanggil jika tidak enak badan. Kulit yang teriritasi segera diobati. Mata yang
teriritasi segera diobati. Pakaian yang terkontaminasi dilepas. Pemadam api
digunakan jika terjadi kebakaran. Benzena disimpan di tempat yang memiliki
ventilasi udara bagus dan dingin (PubChem, 2021).
3.1.8 Ethanol (C2H6O)
Ethanol adalah zat yang berwujud cair tidak berwarna dan memiliki bau
alkohol. Ethanol memiliki rasa panas. Ethanol memiliki titik didih di 78,2°C.
Ethanol memiiki titik leleh di -114,1°C. Ethanol memiliki titik nyala di 14°C.
Ethanol dapat bercampur dengan etil eter, aseton, kloroform, dan dapat larut
dalam air dan ethanol. Ethanol memiliki massa jenis sebesar 0,79 g/cm3. Ethanol
adalah zat yang sangat mudah terbakar. Ethanol bisa ditangani dengan
menjauhkannya dari panas, percikan, api, dan sumber pemantik lainnya. Tempat
penyimpanan ethanol harus tertutup rapat. Peralatan anti-ledakan digunakan.
Peralatan yang tidak menghasilkan percikan digunakan. Kulit yang terkena
ethanol dibasuh denga air yang banyak. Mata yang terkena ethanol dibasuh
dengan air yang banyak selama beberapa menit, lepas lensa kontak jika
mengenakannya. Pakaian yang terkontaminasi dilepas. Pemadam api digunakan
jika terjadi kebakaran. Ethanol disimpan di tempat yang memiliki ventilasi udara
bagus dan dingin (PubChem, 2021).
3.1.9 Petroleum Ether
Petroleum ether adalah zat cair yang tidak berwarna. Petroleum ether
memiliki titik didih di 30°C. Petroleum ether memiliki titik nyala di -40°C.
Petroleum ether memiliki massa jenis sebesar 0,63 g/cm3. Petroleum ether adalah
zat yang mudah terbakar, berbahaya bagi kesehatan tubuh, mengiritasi, dan
berbahaya bagi lingkungan perairan. Petroleum ether bisa ditangani dengan
menjauhkannya dari panas, percikan, api, dan sumber pemantik lainnya. Tempat
penyimpanan petroleum ether harus tertutup rapat. Peralatan anti-ledakan
digunakan. Peralatan yang tidak menghasilkan percikan digunakan. Petroleum
ether jangan dihirup. Bagian yang terkena petroleum ether dibasuh. Sarung tangan
pelindung, APD, pelindung mata, pelindung wajah digunakan. Kulit yang terkena
petroleum ether dibasuh denga air yang banyak. Mata yang terkena petroleum
ether dibasuh dengan air yang banyak selama beberapa menit, lepas lensa kontak
jika mengenakannya. Tenaga kesehatan dipanggil jika tidak enak badan. Kulit
yang teriritasi segera diobati. Mata yang teriritasi segera diobati. Pakaian yang
terkontaminasi dilepas. Pemadam api digunakan jika terjadi kebakaran. Petroleum
ether disimpan di tempat yang memiliki ventilasi udara bagus dan dingin (Sigma-
Aldrich, 2021).
3.1.10 Garam Dapur (NaCl)
Garam dapur adalah zat padat berwarna putih dan tidak bebau. Garam
dapur memiliki sifat fisik dan kimia. Garam dapur memiliki sifat fisik titik lebur
pada suhu 801 °C dan titik didih pada suhu 1413 °C, memiliki massa 58,44 g/mol.
Garam dapur memiliki sifat kimia yaitu pH garam dapur adalah 7, dapat
dilarutkan dengan air; gliserol; dan ammonia, tidak bisa terbakar, tidak bisa
meledak, dan tidak memiliki properti oksidasi. Garam dapur diklasifikasikan
sebagai zat yang tidak berbahaya, namun dapat menyebabkan iritasi ringan pada
mata dan menyerap air pada kulit. Garam dapur ditangani dengan pemakaian
kacamata pelindung, sarung tangan dan apd pelindung kulit untuk mencegah
kontak antara garam dapur dan mata dan kulit praktikan. (PubChem, 2021).
3.1.11 Kalsium Oksida (CaO)
Kalsium oksida adalah zat yang berwujud padat yang berwarna putih atau
abu-abu yang tidak berbau. Kalsium oksida memiliki titik didih di 2850°C.
Kalsium oksida memiliki titik lebur di 2613°C. Kalsium oksida sedikit larut dalam
air, tidak bisa larut dalam etanol, larut dalam gliserol. Kalsium oksida memiliki
massa jenis sebesar 3,34 g/cm3. Kalsium oksida memiliki pH sebesar 12,8.
Kalsium oksida memiliki berat molekul sebesar 56,08 g/mol. Kalsium oksida
adalah zat yang mengorosi dan mengiritasi. Kalsium oksida bisa ditangani dengan
bembasuh bagian yang bersentuhan dengan kalsium oksida. Kalsium oksida hanya
boleh digunakan diluar ruangan atau tempat yang berventilasi udara bagus.
Praktikan memakai sarung tangan pelindung, pakaian pelindung, pelindung mata,
dan pelindung wajah. Kulit yang terkena kalsium oksida dibasuh dengan air yang
banyak. Tenaga kesehatan segera dipanggil jika merasa tidak enak badan. Kulit
yang teriritasi segera diobati. Pakaian yang terkontaminasi dilepas. Pakaian yang
terkontaminasi dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan kembali. Kalsium
oksida disimpan di tempat yang berventilasi udara bagus. Tempat penyimpanan
kalsium oksida harus tertutup rapat (PubChem, 2021).
3.1.12 Kloroform (CHCl3)
Kloroform adalah zat cair yang tidak berwarna dan memiliki bau yang
tidak menyengat. Kloroform memiliki rasa yang manis. Kloroform memiliki titik
didih di 61,12°C. Kloroform memiliki titik lebur di -63,47°C. Kloroform sangat
bisa larut dalam air. Kloroform memiliki massa jenis sebesar 1,4788 g/cm3.
Kloroform memiliki berat molekul sebesar 119,37 g/mol. Klorofrom adalah zat
yang sangat beracun, mengiritasi dan berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Penanganannya adalah dengan jangan menghirupnya. Kloroform jangan ditelan.
Bagian yang bersentuhan dengan kloroform dicuci. Kloroform digunakan di luar
ruangan atau di area yang memiliki ventilasi udara yang baik. Sarung tangan
pelindung, APD, pelindung mata, pelindung wajah digunakan. Panggil tenaga
kesehatan jika merasa tidak enak badan. Kulit yang bersentuhan dengan
klorofrom dibilas dengan air yang banyak. Korban yang menghirup kloroform
dipindahkan ke tempat yang memiliki udara segar dan diposisikan korban agar
bisa bernafas dengan nyaman. Mulut dibasuh jika tertelan. Pakaian yang
terkontaminasi dilepas. Kloroform disimpan di tempat yang memiliki ventilasi
udara yang baik (PubChem, 2021).
3.1.13 Magnesium Klorida (MgCl2)
Magnesium klorida adalah zat berwujud padat berwarna putih keabu-
abuan. Magnesium klorida memiliki pH 7. Magnesium klorida memiliki titik leleh
sebesar 712°C. Magnesium klorida memiliki massa jenis sebesar 2,35 g/cm3
Magnesium klorida memiliki massa molekul sebesar 95,21 g/mol. Magnesium
klorida dapat mengiritasi. Magnesium klorida dapat ditangani dengan membasuh
mata yang terkena magnesium klorida dengan air yang banyak selama 15 menit
lalu diobati. Kulit yang terkena magnesium klorida segera dibasuh dengan air
yang banyak selama 15 menit. Pakaian yang terkontaminasi dilepas. Bagian tubuh
yang teriritasi segera diobati. Pakaian yang terkontaminasi dicuci terlebih dahulu
sebelum digunaka kembali. Magnesium klorida jangan ditelan. Korban yang
menelan magnesium klorida diberi 2-4 cangkir susu atau air dan segera diobati.
Korban yang menghirup magnesium klorida dipindahkan ke tempat yang
memiliki udara segar, jika tidak bernafas bantu dengan nafas buatan, jika sulit
bernafas diberi oksigen (Fisher, 2021).
3.1.14 Natrium Hidroksida (NaOH) 2M
Natrium hidroksida adalah zat berwujud cair, tidak berwarna, dan tidak
berbau. Natrium hidroksida memiliki pH lebih dari sama dengan 14. Natrium
hidroksida memiliki massa jenis sebesar 1,08 g/cm3. Natrium hidroksida adalah
senyawa yang dapat meyebabkan kulit melepuh, melukai mata, mengiritasi
pernafasan, dan sakit pada perut. Natrium hidroksida bisa ditangani dengan tidak
menghirupnya, jika sudah terhirup maka korban dipindahkan ke tempat yang
memiliki udara segar. Tenaga medis dipanggil jika merasa tidak enak badan.
Tubuh yang bersentuhan dengan natrium hidroksida segera dibasuh dengan air.
Natrium hidroksida tidak boleh ditelan, jika tertelan maka mulut dibasuh dengan
air (LabChem, 2021).
3.1.15 Timbal Nitrat [Pb(NO3)2]
Timbal nitrat adalah zat padat yang berwarna putih kristal. Timbal nitrat
memiliki titik lebur di 470°C. Timbal nitrat memiliki massa jenis sebesar 4,53
g/cm3. Timbal memiliki pH sebesar 3-4. Timbal nitrat memiliki berat molekul
sebesar 331 g/mol. Timbal nitrat bisa larut dengan air. Timbal nitrat tidak mudah
terbakar tapi bisa mempercepat pembakaran material yang mudah terbakar.
Timbal nitrat dalam jumlah banyak bisa menyebabkan ledakan jika kontak dengan
api dan paparan yang lama terhadap panas. Oksida nitrogen dihasilkan dalam
kebakaran yang melibatkan timbal nitrat. Timbal nitrat berbahaya jika tertelan.
Timbal nitrat bisa menyebabkan alergi pada kulit. Timbal nitrat bisa
menyebabkan iritasi pada mata. Timbal nitrat berbahaya jika terhirup. Timbal
nitrat bersifat korosif. Timbal nitrat berbahaya bagi lingkungan. Timbal nitrat
berbahaya bagi kesehatan. Timbal nitrat ditangani dengan menjaukan dari panas,
api, rokok. Benda yang mudah terbakar dijaukan dari timbal nitrat. Timbal nitrat
jangan dihirup. Tangan dicuci setelah penanganan. Timbal nitrat boleh digunakan
ketika aliran udara baik atau diluar ruangan. Pakaian yang terkontaminasi jangan
dibawa keluar wilayah kerja. APD dipakai seperti kacamata, sarung tangan,
pelindung wajah. Dokter dipanggil jika timbal nitrat tertelan dan korban merasa
tidak enak badan, segera bilas mulut dengan air. Bilas tangan dengan air yang
banyak jika terpapar. Mata dibilas dengan air yang banyak selama beberapa menit,
lensa mata dilepas jika mnggunakannya. Bagian tubuh yang terpapar timbal nitrat
harus segera diobati. Pakaian yang terkontaminasi dicuci terlebih dahulu sebelum
dipakai kembali. Pemadam api digunakan jika terjadi kebakaran. Timbal nitrat
disimpan di tempat yang terkunci. Timbal nitrat dibuang di tempat khusus
(PubChem, 2021).
3.2 Tinjauan Pustaka
3.2.1 Ilmu Kimia
Ilmu kimia adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan alam. Ilmu kimia
mencakup materi yang sangat luas yang terdiri dari fakta, konsep, aturan, hokum,
prinsip, teori dan soal-soal. Karakteristik ilmu kimia adalah salah satunya bersifat
abstrak (Siaduruk, 2006).
Kimia adalah bagian ilmu pengetahuan alam, mempelajari komposisi,
struktur zat kimia, dan perubahan-perubahan yang dialami materi dalam proses-
proses alamiah maupun dalam eksperimen yang direncanakan Bahan kimia
banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari. Kita perlu
memantapkan pemahaman konsep-konsep dasar kimia, teori-teori belajar dan
berpikir tingkat tinggi, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Juwita,
2017).
3.2.2 Ikatan Kimia
Atom berinteraksi untuk membentuk ikatan kimia, hanya bagian luarnya
saja yang berinteraksi. Hal ini disebabkan karena ikatan kimia utamanya adalah
elektron valensi sebuah atom. Ahli kimia menggunakan sistem titik yang
diciptakan oleh Lewis untuk tetap dapat mengetahui elektron valensi sebuah atom
dalam reaksi kimia, dan untuk memastikan total nomor elektron tidak berubah.
Sistem titik Lewis mencakup simbol dalam suatu elemen dan satu titik utnuk
setiap elektron valensi dalam sebuah atom dalam unsur.

Gambar 3.1 Simbol titik Lewis


Gambar 3.1 menunjukkan simbol titik Lewis untuk merepresentasikan
unsur dan gas mulia. Nomor elektron valensi setiap atom adalah sama dalam
golongan unsur yang sama, kecuali helium. Unsur dalam golongan yang sama
memiliki konfigurasi elektron yang mirip. Logam transisi semuanya memiliki
kulit dalam yang tidak lengkap, sehingga kita tidak bisa menulis simbol titik
Lewis yang simpel untuk logam transisi (Chang, 2019).
3.2.3 Ikatan Ion
Ikatan ion adalah ikatan kimai yang terbentuk karena tarikan elektrostatik
antara ion positif dan ion negatif. Ikatan terbentuk antara dua atom ketika satu
atau lebih elektron yang ditransfer dari kulit valensi suatu atom ke kulit valensi
atom lain. Atom yang kehilangan elektron adalah kation (ion positif), dan atom
yang menerima elektron adalah anion (ion negatif). Ion yang diberi cenderung
menarik banyak ion tetangga yang berlawanan sebanyak mungkin. Ion yang
bergabung dalam jumlah banyak akan membentuk padatan ion. Padatan itu
biasanya berbentuk kristal yang memungkinkan untuk menarik ion. Ikatan ion
contohnya adalah perpindahan elektron valensi dari atom natrium (konfigurasi
elektronnya ([Ne]3s1) ke kulit valensi atom klorin ([Ne]3s3p5). Rumus kimianya
adalah:

(3.1)

Hasil dari perpindahan elektron adalah pembentukan ion, setiap yang


punya konfigurasi gas mulia. Atom natrium kehilangan elektron 3s dan telah
mengambil konfigurasi neon [Ne]. Atom klorin menerima elektron ke sub kulit 3p
dan telah mengambil konfigurasi argon [Ne]3s3p6. Konfigurasi gas mulia adalah
konfigurasi yang stabil. Kestabilan dari ion di bagian pembentukan padatan ion
NaCl. Kation atau annion akan menarik ion yang muatannya berlawanan. Setiap
Na+ ion dikelilingi oleh 6 ion Cl-, dan setiap ion Cl- dikelilingi okeh 6 ion Na+
(Ebbing, 2008).
3.2.4 Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen terbentuk karena atom-atom yang berikatan (secara kimia)
memiliki elektromagnetivitas yang sama/hampir sama dan jika berinteraksi akan
terjadi pemakaian elektron secara bersama-sama oleh atom-atom yang berikatan.
Bentuk dalam ikatan kovalen unsur-unsur penyusunnya merupakan unsur-unsur
non logam. Ikatan kovalen polar adalah ikatan kovalen yang memiliki sifat ionic
karena memiliki beda elektromagnetivitas yang tinggi, contohnya adalah HCl.
Ikatan kovalen non-polar memiliki ciri-ciri antara lain: bentuk molekul yang
terjadi simetris, beda keelektromagnetifan antar atom yang berikatan sangat kecil
dan mendekati nol, tidak terdapat pasangan elektron bebas di sekitar atom pusat,
memiliki titik didih yang rendah sehingga secara fisika mudah berubah bentuk api
secara kimia ikatannya tidak putus, sebagian besar senyawa ini mudah menguap.
Senyawa kovalen pada berbagai wujud tidak dapat menghantarkan arus listrik.
Hal ini disebabkan senyawa kovalen tidak mengandung ion-ion sehingga posisi
molekulnya tidak berubah (stabil). Kebanyakan senyawa kovalen tidak dapat
melarut dalam pelarut air, tetapi mudah melarut dalam pelarut organik. Pelarut
organik merupakan senyawa karbon, misalnya bensin, minyak tanah, alkohol, dan
aseton (Pranoto, 2013). Contoh ikatan kovalen adalah ikatan pada senyawa H2:
(3.2)
Senyawa hidrogen menggunakan elektron bersama-sama untuk membentuk ikatan
kovalen. Ikatan kovalen antara atom yang memiliki banyak elektron yang
berikatan hanya elektron valensinya saja. Contohnya senyawa florin (F2).
Konfigurasi elektron dari senyawa flor adalah (1s22s22p5). Elektron 1s memiliki
energi yang rendah dan berada di dekat inti atom sepanjang waktu. Hal ini
menyebabkan elektron 1s tidak berpartisipasi dalam formasi ikatan. Setiap atom F
memiliki 7 elektron valensi (elektron 2s dan 2p). Ikatan kovalen senyawa florin
adalah sebagai berikut:

(3.3)

Hanya dua elektron valensi yang berpartisipasi dalam formasi F2. Elekron valensi
lainnya yang tidak berikatan disebut lone pairs (Chang, 2019).
(3.4)

3.2.5 Reaksi Pemanasan


Panas adalah energi yang masuk atau keluar dari sistem karena perbedaan
temperatur antara sistem termodinamika dan sekitarnya. Panas mengalir dari
wilayah yang memiliki temperatur tinggi ke wilayah dengan temperatur yang
lebih rendah, ketika temperaturnya setara maka aliran panas berhenti. Reaksi
pemanasan (saat temperatur diberikan) adalah nilai dari q yang dibutuhkan untuk
mengembalikan sistem ke temperatur yang diberikan untuk melengkapi reaksi.
Reaksi kimia atau reaksi fisika diklasifikasikan dengan eksoterm dan endoterm.
Reaksi eksoterm adalah reaksi kimia atau reaksi fisika yang energi panasnya
hilang (q negatif). Reaksi endoterm adalah reaksi kimia atau fisika yang menyerap
panas (q positif) (Ebbing, 2008).

Gambar 3.2 Reaksi endoterm Gambar 3.3 Reaksi eksoterm

Contohnya pada pembakaran 1 mol metana yang kehilangan panas 890 kJ:
CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(l), q = -890 kJ

3.2.6 Kelarutan
Konsep kelarutan bisa dipahami dengan contoh proses pelarutan natrium
klorida dalam air. Natrium klorida adalah zat ion dan dalam air larut menjadi ion
Na+ dan ion Cl-. Kamu mengaduk 40 g kristal natrium klorida dalam 100 mL air
di temperatur 20°C. Ion natrium bergerak secara acak dalam larutan dan ada
kemungkinan untuk bertabrakan dengan kristal dan menempel, lalu kembali ke
wujud kristal. Semakin banyak ion yang yang terlarut, semakin besar
kemungkinana ion bertabrakan dengan kristal dan menempel. Kesetimbangan
dinamis diperoleh saat kemungkinan ion meninggalkan kristal sama dengan
kemungkinan ion kembali menjadi kristal. Kesetimbangan dinamisnya seperti ini:

(3.6)

Natrium klorida tidak ada yang yang bisa dilarutkan lagi saat mencapai
kesetimbangan, 36 g telah menjadi larutan, meninggalkan 4 g kristal didasar gelas,
itu adalah larutan tersaturasi. Kelarutan natrium klorida dalam air (jumlah yang
terlarut dalam kuantitas air dan temperatur tertentu untuk menghasilkan larutan
tersaturasi) adalah 36 g/100 mL di 20°C. 30 g natrium klorida dilarutkan dengan
100 mL air, semua kristalnya larut, itu adalah larutan tak tersaturasi (Ebbing,
2008).

Gambar 3.4 Larutan tak tersaturasi

Gambar 3.5 Larutan tersaturasi


3.2.7 Konduktivitas listrik
Konduktivitas listrik adalah kemampuan bahan mengantarkan listrik.
Semakin besar konduktivitas maka semakin mudah bahan tersebut menhantarkan
listrik (Sukisna, 2019). Nilai konduktivitas sangat dipengaruhi oleh kandungan
ion-ion yang terlarut dalam air (Aritonang, 2014). Ion memiliki karakteristik
tersendiri dalam mengantarkan arus listrik. Nilai konduktivitas listrik hanya
menunjukkan konsentrasi ion total dalam larutan (Manalu, 2014). Banyaknya ion
di dalam larutan juga dipengaruhi oleh padatan terlarut di dalamnya. Semakin
besar jumlah padatan terlarut dalam larutan maka kemungkinan jumlah ion dalam
larutan juga akan semakin besar, sehingga nilai konduktivitas listriknya juga akan
semakin besar (Irwan, 2016).

IV. Metodologi Percobaan


4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
- Cawan porselin
- Kaki tiga
- Konduktivitas tester
- Korek api
- Pembakar spiritus
- Pipet mohr
- Pipet tetes
- Spot plate
- Tabung reaksi
- Thermometer
- Tusuk gigi
4.1.2 Bahan
- Akuades (H2O)
- Asam Benzoat (C6H5COOH)
- Asam Klorida (HCl) 2M
- Asam nitrat (HNO3)
- Asam Oksalat (C2H2O4)
- Aseton (C3H6O)
- Benzena (C6H6)
- Ethanol (C2H6O)
- Paku
- Petroleum Ether
- Garam Dapur (NaCl)
- Kalsium Oksida (CaO)
- Kloroform (CHCl3)
- Magnesium Klorida (MgCl2)
- Natrium Hidroksida (NaOH) 2M
- Timbal Nitrat [Pb(NO3)2]

4.2 Diagram Alir


4.2.1 Membandingkan Ikatan Kovalen dengan Ikatan Ion dalam Dua Senyawa
yang Berbeda

Tabung Reaksi
 diambil 2 buah dan diberi tanda (I) dan (II).
 diisi dengan 1 mL akuades dan 5 tetes larutan NaCl tabung reaksi I.
 diisi dengan 5 tetes CHCl3 tabung reaksi II.
 ditambahkan masing-masing satu tetes Pb(NO3)2.
 diamati perubahan yang terjadi.

Hasil
4.2.2 Mengamati Perbedaan Kelarutan dan Konduktivitas Senyawa Ionik dan
Kovalen

Gambar 4.1 Peletakkan sampel dalam spot plate

Spot plate
 dibersihkan dengan sabung dan air lalu dikeringkan.
 ditembpatkan satu ujung spatula asam benzoat pada kolom pertama
sebanyak 3 baris seperti pada gambar 4.1.
 diulangi langkah kedua untuk sampel MgCl2 pada kolom kedua dan
5 tetes petroleum ether pada kolom ketiga.
 ditambahkan masing-masing sampel sebanyak 5 tetes akuades pada
baris pertama. Diaduk denga tusuk gigi dan diamati kelarutan relatif
dari masing-masing sampel. Dicatat hasil pengamatan yang
dilakukan.
 ditambahkan masing-masing sampel 5 tetes etanol. Diaduk denga
tusuk gigi dan diamati kelarutan relatif dari masing-masing sampel.
Dicatat hasil pengamatan yang dilakukan.
 ditambahkan masing-masing sampel 5 tetes campuran etanol dan
akuades. Diaduk denga tusuk gigi. Diuji semua larutan dengan
tester konduktivitas (Volt-meter). Dicatat pengamatannya.
Hasil
4.2.3 Perubahan Ikatan Kovalen Menjadi Ikatan Ion

Tabung reaksi

 diambil yang kering dan bersih.


 dimasukkan 1 sendok (spatel) CaO.
 dipanaskan mula-mula dengan api yang kecil kemudian dengan api
yang membentuk inti berwarna biru ditengah. Digoyangkan selama
pemanasan. Dilakukan pemanasan selama 15 menit.
 dipindahkan menjauhi api, diteteskan 2 tetes CHCl3 dalam keadaan
tegak.
 dipanaskan lagi dan ditetesan 1 tetes CHCl3, lalu dipanaskan lagi.
 didinginkan lalu ditambahkan HNO3 pekat.
 dipanaskan hingga endapan larut dan gas-gas yang terbentuk hilang.
 didinginkan lalu ditambahkan 3 tetes Pv(NO3)2 1%. Diamati yang
terjadi.
 dibandingkan dengan reaksi antara CHCl3 dan 3 tetes Pb(NO3)2 1%
dan reaksi antara CaO yang dilarutkan dalam 1 mL HNO3 pekat
sampai larut sempurna dan hasilnya ditambah dengan 3 tetes
Pb(NO3)2 1%.

Hasil

4.2.4 Reaksi Pembakaran Senyawa Organik

Cawan perselin
 disediakan lalu diteteskan 2 tetes benzena.
 dibakar dengan korek api. Dilakukan di lemari asam.
 diperhatikan apakah terjadi perubahan.
 diulangi pekerjaan diatas berturut-turut dengan etanol, aseton, dan
kloroform.

Hasil
4.2.5 Reaksi Pemanasan Senyawa Organik
Cawan perselin

 disiapkan
 diisi dengan sedikit kristal asam oksalat.
 diletakkan diatas kaki tiga dan dipanaskan. Dilakukan di lemari
asam.
 dicatat perubahan yang terjadi.
 diulangi langkah 1-4 dengan mengganti asam oksalat dengan gula
tebu.
 dibersihkan selagi masih panas.

Hasil

4.3 Prosedur Kerja


4.3.1 Membandingkan Ikatan Kovalen dengan Ikatan Ion dalam Dua Senyawa
yang Berbeda
Diambil 2 buah tabung reaksi dan diberi tanda I dan II. Diisi tabung reaksi
I dengan 1 mL akuades dan 5 tetes laruta NaCl. Diisi tabung reaksi II dengan 5
tetes CHCl3. Ditambahkan masing-masing satu tetes Pb(NO3)2. Diamati
perubahan yang terjadi.
4.3.2 Mengamati Perbedaan Kelarutan dan Konduktivitas Senyawa Ionik dan
Kovalen

Gambar 4.1 Peletakkan sampel dalam spot plate


Dibersihkan spot plate dengan sabun dan air lalu dikeringkan. Ditempatkan
satu ujung spatula asam benzoat pada kolom pertama sebanyak 3 baris seperti
pada gambar 4.1. Diulangi langkah kedua untuk sampel MgCl2 pada kolom kedua
dan 5 tetes petroleum ether pada kolom ketiga. Ditambahkan masing-masing baris
pertama sampel sebanyak 5 tetes akuades. Diaduk dengan tusuk gigi dan diamati
kelarutan relatif dari masing-masing sampel. Dicatat hasil pengamatan yang
dilakukan. Ditambahkan masing-masing baris kedua sampel sebanyak 5 tetes
etanol. Diaduk dengan tusuk gigi dan diamati kelarutan relatif dari masing-masing
sampel. Dicatat hasil pengamatan yang dilakukan. Ditambahkan masing-masing
baris ketiga sampel sebanyak 5 tetes campuran etanol dan akuades, diaduk dengan
tusuk gigi. Diuji semua larutan dengan tester konduktivitas (Volt-meter). Dicatat
hasil pengamatan yang dilakukan.
4.3.3 Perubahan Ikatan Kovalen Menjadi Ikatan Ion
Diambil tabung reaksi yang kering dan bersih. Dimasukkan tabung reaksi
dengan 1 sendok (spatel) CaO. Dipanaskan tabung reaksi mula-mula dengan api
yang kecil kemudian api yang membentuk inti berwarna biru ditengah. Digoyang
tabung reaksi selama pemanasan. Dilakukan pemanasan selama 15 menit.
Dipindahkan tabung reaksi menjauhi api, diteteskan tabung reaksi 2 tetes CHCl3
dengan keadaan tegak. Dipanaskan tabung reaksi dan diteteskan 1 tetes CHCl3,
dipanaskan lagi. Didinginkan tabung reaksi lalu ditambahkan 1 m HNO3 pekat.
Dipanaskan tabung reaksi hingga endapan larut dan gas-gas yang terbentuk
hilang. Didinginkan lalu ditambahkan 3 tetes Pb(NO3)2 1%. Diamati perubahan
yang terjadi. Dibandingkan dengan mereaksikan antara CHCl3 dan 3 tetes
Pb(NO3)2 1% serta reaksi antara CaO yang dilarutkan dalam 1 mL HNO 3 pekat
sampai larut sempurna dan hasilnya ditambah dengan 3 tetes Pb(NO3)2 1%.
4.3.4 Reaksi Pembakaran Senyawa Organik
Disediakan cawan porselin dan diteteskan 2 tetes benzena. Dibakar
benzena dengan korek api. Diperhatikan apakah terjadi perubahan. Diulangi
pekerjaan diatas berturut-turut dengan etanol, aseton, dan kloroform.
4.3.5 Reaksi Pemanasan Senyawa Organik
Disiapkan cawan porselin. Diisi cawan porselin dengan sedikit kristal asam
oksalat. Diletakkan cawan porselin diatas kaki tiga dan dipanaskan dilakukan di
lemari asam. Dicatat perubahan yang terjadi. Diulangi langkah 1-4 dengan
mengganti asam oksalat dengan gula tebu. Dibersihkan cawan porselin selagi
masih panas.

V. Hasil dan Pembahasan


5.1 Hasil
5.1.1 Tabel Hasil
Hasil
No Perlakuan
sebelum sesudah
1. a. Membandingkan ikatan kovalen dengan ikatan ion
Larutan NaCl Larutan tidak
-
berwarna
Larutan NaCl + aquadest Larutan tidak
-
berwarna
Larutan NaCl + aquadest + Pb(NO3)2 Larutan tidak
-
berwarna
Larutan CHCl3 Larutan tidak
-
berwarna
Larutan CHCl3 + aquadest Larutan tidak
-
berwarna
Larutan CHCl3 + aquadest + Pb(NO3)2 - Larutan putih keruh
2 b. Perdedaan kelarutan dan konduktivitas senyawa ionik dan kovalen
Padatan Asam benzoat Serbuk putih
Asam benzoat + aquadest Tidak larut dengan
- sisa padatan
Konduktivitas = 0,17
us/cm
Asam benzoat + etanol Larut membentuk
- larutan putih
Konduktivitas = -1,9
us/cm
Asam benzoat + aquadest + etanol Larut sebagian
Larutan putih dengan
-
sisa padatan
Konduktivitas = -34,5
us/cm
Padatan MgCl2 Lelehan putih-
-
kekuningan
Padatan MgCl2+ aquadest Larut membentuk
- larutan kuning pudar
Konduktivitas = 36
us/cm

Padatan MgCl2+ etanol Larut membentuk


- larutan kuning pudar
Konduktivitas = 23,5
us/cm
Padatan MgCl2+ aquadest + etanol Larut membentuk
- larutan kuning pudar
Konduktivitas = 25,3
us/cm
Petroleum Larutan tidak
-
berwarna
Petroleum + aquadest Tidak larut
-
Konduktivitas = -14,8
us/cm
Petroleum + etanol Larut membentuk
larutan tidak
-
berwarna
Konduktivitas = 12,6
us/cm
Petroleum + aquadest + etanol Tidak larut
-
Konduktivitas = -19,9
us/cm
3. c. Perubahan ikatan kovalen menjadi ikatan ion
Padatan CaO Serbuk putih -
Padatan CaO yang dipanaskan Padatan putih yang
-
lengket
Padatan CaO + 2 tetas CHCl3 + Dihasilkan
-
dipanaskan 1 gelembung dan uap
Padatan CaO + 1 tetes CHCl3 + Dihasilkan
-
dipanaskan 2 gelembung dan uap
Campuran + HNO3 pekat Dihasilkan banyak
gelembung putih
-
Larutan putih keruh
dengan endapan putih
Campuran + HNO3 pekat + dipanaskan Larutan putih keruh
- tanpa endapan dan
tanpa gelembung
Campuran + HNO3 pekat + Pb(NO3)2 - Larutan putih keruh
CaO + HNO3 pekat + Pb(NO3)2 Larutan putih -

Keruh
4. d. Reaksi Pembakaran Senyawa Organik
Benzena Larutan tidak
-
berwarna
Benzena dibakar Api merah-oranye
Awal terjadi ledakan
-
dan api seketika
redup setelah ledakan
Etanol Larutan tidak
-
berwarna
Etanol dibakar Api biru pada dasar
cawan. Api stabil dan
-
tidak meninggi
Tanpa ledakan
Aseton Larutan tidak
-
berwarna
Aseton dibakar Api merah dengan
pangkal api biru
- Tanpa ada ledakan,
besar api sedang tapi
meninggi
Kloroform Larutan tidak
-
berwarna
Kloroform dibakar - Tidak muncul api
5. e. Reaksi Pemanasan Senyawa organik
Kristal asam oksalat Serbuk putih -
Kristal asam oksalat dipanaskan Mengeluarkan
banyak asap putih
-
Larutan tidak
berwarna
Kristal gula tebu Kristal putih-
-
kekuningan
Kristal gula tebu dipanaskan - Cairan coklat lengket
Asam Benzoat MgCl2 Petroelum
Akuades 0,032 V 5,66 V 2,84 V
Etanol 0,176 V 4,54 V 3,76 V
Akuades : Etanol 0,056 V 5,06 V 3,76 V
1:1

5.2 Pembahasan
Atom berinteraksi untuk membentuk ikatan kimia, hanya bagian luarnya
saja yang berinteraksi. Hal ini disebabkan karena ikatan kimia utamanya adalah
elektron valensi sebuah atom (Chang, 2019). Praktikum kali ini mengaji tentang
perbedaan ikatan ion dan ikatan kovalen.

Gambar 5.1 Perbandingan larutan NaCl dan


larutan CHCL3 setelah ditetesi Pb(NO3)2

Percobaan satu adalah membandingkan ikatan kovalen dengan ikatan ion


dalam dua senyawa yang berbeda denganmengambil 2 buah tabung reaksi dan
diberi tanda I dan II. Tabung I diisi dengan 1 mL akuades dan 5 tetes larutan
NaCl. Tabung 1 tidak mengalami perubahan warna, hal ini disebabkan karena
tidak ada zat baru yang terbentuk. Tabung I setelah ditetesi Pb(NO3)2 terjadi
reaksi kimia sebagai berikut:
NaCl(aq) + Pb(NO3)2(aq) → NaNO3(aq) + PbCl(aq) (5.1)
Hal ini terjadi karena NaCl merupakan senyawa berikatan ion dengan kation Na+
dan anion Cl-, Pb(NO3)2 juga senyawa berikatan ion dengan kation Pb2+ dan anion
NO3-. Kation dan anion akan bertemu dan membentuk ikatan ion NaNO3 dan
PbCl. Tabung II yang berisi CHCL3 setelah diberi Pb(NO3)2 berwarna keruh. Hal
ini dikarenakan setelah penambahan Pb(NO3)2 tidak terjadi senyawa baru dan
Pb(NO3)2 mengendap yang menjadikan larutan keruh.
CHCL3 (aq) + Pb(NO3)2(aq) → (5.2)

Gambar 5.2 Pengetesean konduktivitas dengan volt-meter

Percobaan dua adalah mengamati perbedaan kelarutan dan konduktivitas


senyawa ionik dan kovalen dengan membersihkan plate tetes dengan sabun dan
air lalu dikeringkan agar senyawa yang menempel pada plate tetes sepenuhnya
hilang. Ditempatkan pada kolom satu dengan asam benzoat, kolom dua dengan
MgCl2, kolom tiga dengan petroleum ether. Ditambah baris satu dengan akuades,
baris dua dengan etanol, baris tiga dengan akuades dan etanol perbandingan 1:1.
Baris pertama kolom pertama ada campuran asam benzoat dengan air yang
tidak larut masih tersisa padatan, hal ini dikarenakan kelarutan asam benzoat
dalam air tidak begitu tinggi dan campuran tersebut dinamakan campuran
tersaturasi karena masih tersisa padatan asam benzoat.
C6H5COOH(s) + H2O(l) → C6H5COOH(s) + H2O(l) (5.3)
Konduktivitas asam benzoat dalam air adalah 0,032V. Hal ini menandakan bahwa
asam benzoat adalah senyawa kovalen, karena ciri-ciri yang ditunjukkan setelah
percobaan sama dengan ciri-ciri ikatan kovalen. Pernyataan ini juga dipertegas
dengan pencampuran asam benzoat dengan etanol yang larut sepenuhnya, karena
senyawa kovalen sangat larut dalam senyawa organik seperti etanol.
C6H5COOH(s) + C2H6O(aq) → C6H5COOCH2CH3(aq) + H2O(l) (5.4)
Konduktivitas asam benzoat dalam etanol adalah 0,176V, menunjukkan nilai yang
rendah karena ikatannya kovalen. Campuran asam benzoat dengan akuades dan
etanol menghasilkan setengah larut dalam etanol dan setengahnya tidak larut dan
mengendap. Hal ini disebabkan karena asam benzoat sulit larut dalam air dan
mudah larut dalam senyawa organik.

(5.5)

Konduktivitasnya adalah 0,056V, menunjukkan nilai yang kecil karena ikatannya


kovalen.
Kolom kedua baris pertama ada campuran MgCl2 dengan akuades. MgCl2
larut dalam akuades menghasilkan larutan kuning pudar. Hal ini disebabkan
karena MgCl2 adalah ikatan ion yang jika dilarutkan dalam air maka akan larut.
Kationnya adalah Mg2+ dan anionnya adalah Cl-.
MgCl2(s) + H2O(l) → Mg2+(aq) + Cl-(aq) + H2O(l) (5.6)
Konduktivitasnya adalah 5,66V yang menunjukkan bahwa MgCl2 dapat
menghantarkan listrik dengan baik. Hal ini dikarenakan MgCl2 adalah ikatan ion
yang jika larut dala air maka kation dan anionnya akan terpisah dan dapat
menghantarkan listrik. MgCl2 dapat larut juga dalam etanol, ini menandakan
bahwa MgCl2 adalah senyawa kovalen yang mudah larut dan konduktivitasnya
adalah 4,54V yang menunjukkan bahwa MgCl2 dapat menghantarkan lstrik.
MgCl2(s) + C2H6O(aq)→ Mg2+(aq) + Cl-(aq) + C2H6O(aq) (5.7)
MgCl2 juga dapat larut dalam akuades dan etanol dan konduktivitasnya adalah
5,06V yang menunjukkan ciri-ciri ikatan ion dapat menghantarkan listrik.
MgCl2(s) + C2H6O(aq) + H2O(l) → Mg2+(aq) + Cl-(aq) + C2H6O(aq) + H2O(l)
(5.8)
Kolom tiga baris pertama ada campuran petroleum ether dengan akuades.
Petroleum ether tidak larut dalam air dan konduktivitasnya 2,84V. Campuran
petroleum ether dengan etanol menghasilkan larutan tidak berwarnya dan
konduktivitasnya adalah 3,76V. Petroleum ether memiliki ciri-ciri ikatan kovalen,
yaitu sukar larut dalam air dan mudah larut dalam senyawa organik. Petroleum
ether dicampur dengan air dan etanol tidak larut dan memiliki konduktivitas
3,76V.
Gambar 5.3 Perbandingan sampel dengan larutan pembanding

Percobaan ketiga adalah perubahan ikatan kovalen menjadi ikatan ion


dengan mengambil tabung reaksi yang kering dan bersih. Hal ini dilakukan agar
zat yang ada pada tabung reaksi sebelumnya sudah hilang dan tidak mengganggu
jalannya praktikum. CaO dimasukkan kedalam tabung reaksi lalu dipanaskan
mula-mula dengan api kecil kemudian dengan api yang membentuk inti berwarna
biru ditengah bertujuan untuk memurnikan CaO. Diteteskan kloroform kedalam
tabung reaksi yang ada CaO yang telah dipanaskan lalu dipanaskan menghasilkan
karbon dioksida, uap air, dan kalsium klorida.
CHCl3(aq) + CaO(s) → CO2(g) + H2O(g) + CaCl2(s) (5.9)
Didinginkan lalu ditambahkan 1 mL HNO3 pekat dan dipanaskan yang bertujuan
untuk menghilangkan sisa CaO dan melarutkan CaCl2 menjadi Ca2+ dan Cl-.
Didinginkan lalu ditambahkan 3 tetes Pb(NO3)2 1% bertujuan untuk membentuk
senyawa menjadi ikatan ion.
Gambar 5.4 Pembakaran senyawa organik

Percobaan keempat adalah reaksi pembakaran senyawa organik dengan


menyediakan cawan porselin dan meneteskan benzena, etanol, aseton, dan
kloroform secara bergantian lalu dibakar. Benzena yang dibakar menghasilkan api
berwarna merah ke-oranye-an dan terjadi ledakan diawal lalu redup seketika.
Hasil pembakarannya sempurna karena menghasilkan CO2 dan H2O.
C6H6(aq) + 7,5O2(g) → 6CO2(g) + 3H2O(g) (5.10)
Pembakaran etanol menghasilkan api biru pada dasar cawan, stabil, tidak
meninggi, dan tidak ada ledakan. Hasil pembakarannya sempurna karena
menghasilkan CO2 dan H2O.
C2H6O(aq) + 3O2(g) → 2CO2(g) + 3H2O(g) (5.11)
Pembakaran aseton menghasilkan api berwarna merah dengan pangkal api biru
dan tanpa ledakan, besar api sedang tapi meninggi. Hasil pembakarannya
sempurna karena menghasilkan CO2 dan H2O.
C3H6O(aq) + 4O2(g) → 3CO2(g) + 3H2O(g) (5.12)
Pembakaran kloroform tidak menghasilkan api.
CHCL3(aq) + 3O2(g) →
Gambar 5.5 Pemanasan senyawa organik

Percobaan kelima adalah reaksi pemanasan senyaw organik dengan


menyiapkan cawan porselin dan diisi dengan kristal asam oksalat. Pemanasan
asam oksalat dilakukan di lemari asam agar mengurangi resiko kecelakaan pada
laboratorium. Hasil pemanasan asam oksalat adalah mengeluarkan banyak asap
putih. Hal ini disebabkan karena pada suhu 189,5°C, asam oksalat akan
terdekomposisi. Pemanasan gula tebu menghasilkan cairan lengket.

VI. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Ikatan kovalen dan ikatan ion bisa dibandingkan dengan percobaan
pertama yang telah dilakukan. Hasil yang didapat saat NaCl dilarutkan
dalam air maka kation dan anionnya akan terpisah menjadi Na+ dan Cl-.
Ditambah Pb(NO3)2 menghasilkan NaNO3 dan PbCl2 dan larutannya jernih
yang menandakan ikatannya ion. CHCL3 saat dicampur dengan Pb(NO3)2
tidak larut dan menjadikan campurannya keruh yang menandakan
ikatannya kovalen.
2. Mengubah ikatan kovalen klor menjadi ikatan ion dengan percobaan
ketiga yang telah dilakukan pada praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA

Aritonang, A. P., Riad S. Dan Walfred T. 2014. Penentuan Konduktivitas Listrik

Dan Kajian Kualitas Air Sungai Siak Menggunakan Metode Jembatan

Wheatstone. Jurnal Fisika. 1(2): 1-9.

Chang, R. dan Jason O. 2019. Chemistry 13rd Edition. New York: McGraw-Hill

Education

Ebbing, D. D. dan Gammon S. D. 2008. General Chemistry (8th ed.). New York:

Houghton Mifflin Company.

Ezewali, D., Oyem H. H., dan Oyem I. M. 2014. Jurnal Penelitian Sains

Lingkungan. 8: 444-450.

Irwan, F. Dan Afdal. 2016. Analisis Hubungan Konduktivitas Listrik dengan

Total Dissolved Solid (TDS) dan Temperatur pada Beberapa Jenis Air.

Jurnal Fisika Unand. 5(1): 85-93.

Juwita, R. 2017. Kimia Dasar Teori dan Latihan. Padang: Sekolah Tinggi

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat

Pranoto, A. 2013. Analisis Pemasangan Alat Ionisasi sebagai Upaya Mengurangi

Konsumsi Bahan Bakar dan Emisi Gas Buang pada Sepeda Motor. Jurnal

Teknik Mesin. 1-6

Sidauruk, S. 2006. Kesalahan siswa SMA Memahami Konsep Persamaan Reaksi

Kimia. Jurnal JPP. 4(2): 123-138.


Sukisna dan Toifur M. 2019. Penentuan Air Baku Proses Desalinasi di Baron

Teknopark dengan Metode Regresi Linier. Jurnal Materi dan

Pembelajaran Fisika. 9(2): 127-131.

Tim Praktikum Kimia Dasar. 2021. Modul Praktikum Kimia Dasar 2020/2021.

Jember: Universitas Jember

Fisher.2021.Material Safety Data Sheet Magnesium Chloride. [Serial Online]

https://fscimage.fishersci.com/msds/91830.htm (diakses tanggal 22

Oktober 2021).

LabChem.2021.Material Safety Data Sheet Acetone. [Serial Online]

https://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC10420.pdf (diakses tanggal

22 Oktober 2021).

LabChem.2021.Material Safety Data Sheet Hydrocloric Acid. [Serial Online].

https://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC15320.pdf (diakses tanggal

22 Oktober 2021).

LabChem.2021.Material Safety Data Sheet Water. [Serial Online]

http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC26750.pdf (diakses tanggal

22 Oktober 2021).

LabChem.2021.Material Safety Data Sheet Sodium Hydroxide. [Serial Online]

http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC24380.pdf (diakses tanggal 22

Oktober 2021).

PubChem.2021.Material Safety Data Sheet Benzene. [Serial Online]

https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Benzene. (diakses tanggal)

22 Oktober 2021).
PubChem.2021.Material Safety Data Sheet Benzoic Acid. [Serial Online]

https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Benzoic-acid. (diakses

tanggal) 22 Oktober 2021).

PubChem.2021.Material Safety Data Sheet Calcium Oxide. [Serial Online]

https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Calcium-oxide. (diakses

tanggal 22 Oktober 2021).

PubChem.2021.Material Safety Data Sheet Chloroform. [Serial Online]

https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Chloroform. (diakses

tanggal) 22 Oktober 2021).

PubChem.2021.Material Safety Data Sheet Ethanol. [Serial Online]

https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Ethanol. (diakses tanggal)

22 Oktober 2021).

PubChem.2021.Material Safety Data Sheet Oxalic Acid. [Serial Online]

https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Oxalic-acid. (diakses

tanggal) 22 Oktober 2021).

PubChem.2021.Material Safety Data Sheet Lead Nitrate. [Serial Online]

https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Lead-nitrate. (diakses

tanggal) 22 Oktober 2021).

PubChem.2021.Material Safety Data Sheet Nitric Acid. [Serial Online]

https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Nitric-acid. (diakses

tanggal) 22 Oktober 2021).


PubChem.2021.Material Safety Data Sheet Sodium Chloride. [Serial Online]

https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Sodium-chloride. (diakses

tanggal) 22 Oktober 2021).

Sigma-Aldrich.2021.Material Safety Data Sheet Petroleum Ether. [Serial Online]

https://www.nwmissouri.edu/naturalsciences/sds/p/Petroleum%20ether.pd

f (diakses tanggal 22 Oktober 2021).

Anda mungkin juga menyukai