ENTALPI ADSORPSI
Oleh :
Nama : Zona Salsabila Ardyanti
NIM : 181810301029
Kelas/Kelompok : B/6
Asisten : Yayuk Sri Wahyuni
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya percobaan entalpi adsorpsi adalah :
1. Mengetahui bagaimana pengaruh konsentrasi dan suhu terhadap adsorpsi asam asetat
dengan karbon aktif.
2. Menentukan berapa entalpi adsorpsi asam asetat dengan karbon aktif pada percobaan ini.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
nilai x merupakan berat zat yang diadsorpsi, m merupakan berat adsorben, c merupakan berat
adsorben pada keadaan setimbang serta n & k merupakan konstanta adsorpsi.
Adsorpsi isotherm Langmuir dapat dinyatakan dalam persamaan (2.2) sebagai berikut:
c/(X/m) = (1/α) + c(β/α) (2.2)
maka dengan membuat grafik antara c/(X/m) melawan c akan diperoleh garis lurus
dengan (β/α) sebagai slope dan (1/α) sebagai intersep
(Tim Kimia Fisik, 2019).
Adsorben yang dapat digunakan selain arang adalah air (untuk gas-gas yang dapat larut
dan untuk pemisahan partikel debu serta tetesan cairan), Natrium Hidroksida (untuk gas-gas
yang dapat bereaksi seperti asam), dan Asam Sulfat (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti
basa). Proses adsorpsi memiliki suatu kolom adsorpsi yang artinya suatu kolom atau tabung
tempat terjadinya proses pengabsorbsi dari zat yang dilewatkan di kolom atau tabung tersebut.
Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang terkontaminasi oleh komponen lain dan zat
tersebut dilewatkan ke kolom ini dimana terdapat fase cair dari komponen tersebut
(Udayani,2010).
Berdasarkan jenis adsorbatnya, tingkat adsorpsi digolongkan menjadi tiga, yaitu lemah,
terjadi pada zat anorganik kecuali golongan halogen (salah satunya adalah klor). Adsorpsi jenis
kedua yaitu adsorpsi menengah (medium), terjadi pada zat organik alifatik dan adsorpsi jenis
ketiga yaitu adsorpsi kuat, terjadi pada senyawa aromatik (zat organik yang berbau (aroma)
dengan struktur benzene (C6H6). Langmuir menganggap permukaan suatu zat padat terdiri dari
ruang elementer yang masing-masing dapat mengadsorpsi satu molekul gas. Langmuir
mengasumsikan bahwa semua ruang elementer adalah identik dalam afinitasnya untuk molekul
gas dan adanya molekul gas pada satu ruang tak mempengaruhi sifat dari ruang yang ada di
dekatnya, bila fraksi permukaan disimbolkan dengan θ, yang ditempati oleh molekul gas maka
laju penguapan dari permukaan adalah rθ, dengan r adalah sebagai laju penguapan dari
permukaan yang tertutup sempurna pada suhu tertentu(Muhara, et.al, 2014).
Laju penguapan gas yang teradsorpsi sama dengan laju kondensasi pada kesetimbangan.
Isoterm adsorpsi adalah hubungan yang menunjukkan distribusi adsorben antara fasa
teradsorpsi pada permukaan adsorben dengan fasa ruah saat kesetimbangan pada temperatur
tertentu. Isoterm Langmuirberdasarkan pada:
a. Adsorben mempunyai permukaan yang homogen dan hanya dapat mengadsorpsi satu
molekul adsorbat untuk setiap molekul adsorbennya. Tidak ada interaksi antara
molekul-molekul yang terserap.
b. Semua proses adsorpsi dilakukan dengan mekanisme yang sama.
c. Satu lapisan tunggal saat terbentuk saat adsorpsi maksimum.
(Wardhani, 2016).
BAB 3. METODOLOGI
3.1.2 Bahan
Asam asetat
Asam oksalat
NaOH
Indikator phenolphtalein
Karbon aktif
3.2 Skema Kerja
Asam oksalat
Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Standarisasi Larutan NaOH
1. 0.2 N 10 mL 0,33 M 6 mL
4.2 Pembahasan
Adsorpsi merupakan proses dimana penyerapan pada permukaan suatu adsorben (zat yang
permukaannya dapat menyerap zat lain). Adsorpsi secara umum adalah peristiwaq
penggumpalan substansi terlarut (soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau
benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya.
Zat yang terserap pada suatu permukaan zat lain disebut dengan adsorbat, dan zat yang dapat
menyerap askorbat disebut dengan ardsorben. Percobaan pada kali ini adalah tentang entalpi
adsorpsi. Tujuan dilakukannnya praktikum ini ialah untuk mempelajari secara kuantitatif sifat-
sifat adsorpsi suatu bahan adsorben (Daintith,1994).
Percobaan kedua pada praktikum kali ini tentang entalpi adsorpsi. Adsorpsi merupakan
peristiwa penyerapan pada permukaan suatu adsorben. Adsorben adalah zat yang
permukaannya dapat menyerap zat lain, misalnya zat padat akan menarik molekul – molekul
gas atau zat cair pada permukaannya sedangkan zat yang terserap pada permukaan zat lain
disebut adsorbat. Adsorban yang digunakan pada percobaan entalpi adsorpsi adalah karbon
aktif. Karbon aktif atau biasa disebut arang adalah jenis karbon yang memiliki luas permukaan
yang besar, sifatnya sangat aktif dan menyerap apa saja yang terkontak dengan karbon tersebut.
Karbon aktif dapat menyerap larutan asam asetat sehingga yang awalnya tidak murni menjadi
lebih murni karena zat – zat yang terserap oleh karbon aktif. Asam asetat yang konsentrasi
awalnya tinggi menjadi lebih rendah.
Perlakuan pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu standarisasi larutan NaOH
menggunakan asam oksalat. Standarisasi larutan NaOH bertujuan untuk membuktikan atau
memastikan bahwa suatu larutan memang memiliki konsentrasi sejumlah yang tertera pada label
NaOH yaitu 0,5 N. Penambahan indikator pp dilakukan sebelum titrasi dilakukan yaitu sebanyak
2 tetes indikator pp. Penambahan indikator pp ini bertujuan untuk mengetahui titik akhir titrasi
yang mana ditandai dengan adanya perubahan warna asam asetat dari tidak berwarna menjadi
berwarna pink pudar. Perubahan warna tersebut akan terjadi ketika asam asetat telah mencapai
pH antara 8,3-10 atau basa karena range indikator pp antara pH 8,3-10. Reaksi yang terjadi saat
proses titrasi asam oksalat melawan NaOH yaitu sebagai berikut:
H2C2O4 (aq) + 2 NaOH (aq) Na2C2O4 (aq) + 2 H2O (aq)
Volume larutan NaOH yang diperlukan untuk titrasi dengan asam oksalat sebesar 6 mL dan
diperoleh konsentrasi NaOH berdasarkan perhitungan dari data standarisasi yaitu 0,33 M.
Prosedur selanjutnya yaitu pembuatan larutan asam asetat sebanyak 150 ml dengan
konsentrasi 0,1N dan 0,2 N dan standarisasi asam oksalat. Variasi konsentrasi ini bertujuan untuk
mengamati pengaruh konsentrasi terhadap proses adsorpsi. Sampel pada tiap-tiap varian
konsentrasi tersebut kemudian diambil sebanyak 10 mL untuk dititrasi dengan NaOH yang telah
distandarisasi. Penambahan indikator pp dilakukan sebelum titrasi dilakukan yaitu sebanyak 2
tetes seperti pada penambahan asam oksalat. Standarisasi asam asetat ini bertujuan untuk
mengetahui apakah bkonsntrasi dari asam asetat benar-benar 0,1 N da 0,2 N. Titrasi asam asetat
dengan NaOH harusnya dihentikan ketika telah mencapai titik akhir yaitu ketika terjadi
perubahan warna asam asetat dari tidak berwarna menjadi berwarna pink pudar, namun pada
titrasi untuk kedua konsntrasi asam asetat, praktikan kurang hati-hati sehingga perubahan warna
yang tejadi terlalu mencolok dan berarti sudah melebihi titik akhir titrasi. Reaksi yang terjadi
saat proses titrasi asam asetat dengan NaOH yaitu sebagai berikut:
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) CH3COONa(aq) + H2O(aq)
Hasil titrasi pada proses ini memberikan informasi tentang konsentrasi awal asam asetat.
Konsentrasi asam asetat yang teradsorpsi besarnya ditentukan dengan melanjutkan mengambil
setiap larutan sebanyak 10 mL dan dimasukkan ke dalam gelas beaker, lalu ke dalam masing-
masing larutan ditambahkan 0,2 gram adsorben. Absorben yang digunakan ialah karbon aktif.
Perlakuan selanjutnya gelas beaker tersebut tutup dengan alumunium foil. Tujuan dari ditutup
dengan alumunium foil agar tidak ada zat keluar menguap atau terkontaminasi bahan lain,
sehingga dapat menganggu proses adsoropsi dan mempengaruhi hasil yang didapat. Percobaan
pertama dilakukan pada variasi suhu ruang yaitu 27oC. Perlakuan selanjutnya ialah memisahkan
filtrat asam asetat dari residu karbon aktif dengan cara mengambil filrat perlahan-lahan agar
adsorben tidak ikut terambil. Pengambilan filtrate menggunakan pipet volume. Filtrat yang
diambil sebanyak 10 mL yang kemudian di titrasi dengan NaOH pada masing masing variasi
konsentrasi. Hasil yang didapatkan dalam percobaan ini dapat dilihat dalam grafik dibawah ini:
Grafik log C (x) vs log X/m (y) suhu
27°C
-1.86
y = 0.2121x - 1.6345
-2 -1.5 -1 -0.5 -1.87 0
R² = 1
-1.88
-1.89
Log x/m -1.9
-1.91
-1.92
-1.93
-1.94
-1.95
Log C
Gambar 4.1 menunjukkan Grafik log X/m vs log C dibuat untuk mengetahui tetapan
adsorpsi (n dan k). Log C merupakan hasil log konsentrasi awal asam asetat sebelum diadsorbsi,
sedangkan Log X/m merupakan hasil log dari massa zat yang diadsorbsi dibagi dengan massa
karbon aktif awal. Nilai dari log C pada suhu 27 oC berturut-turut dari konsentrasi ,0.1 N 0.2 N
yaitu -1.44 dan -1.11 sedangkan nilai log X/m berturut-turut dari konsentrasi 0.1 N dan 0.2 N
yaitu -1,94 dan -1.87 hasil grafik tersebut merupakan grafik yang cukup linier karena sesuai
dengan teori bahwa nilai adsorbsi semakin meningkat dengan meningkatnya konsentrasi larutan
yang diukur. Grafik menghasilkan persamaan y = 0.2121x - 1.6345
Perlakuan selanjutnya adalah dengan menggunakan variasi suhu 32oC yaitu dengan cara
memasukkannya kedalam waterbath. Penggunaan waterbath dinjurkan daripada menggunakan
penangas air agar suhu etap konstan saat dimasukkannya absorben kedalam beaker gelas. Gelas
beaker yang telah terisi denga absorben sebanyak 0.2 gram kemudian ditutup dengan
menggunakan kertas alumunium foil. Tujuan dari ditutupnya gelas beaker dengan alumunium
foil adalah agar air yang berada pada waterbath tidak ikut masuk ke dalam gelas beaker. Gelas
beaker yang telah terisi absorben dikocok, tujuannya agar karbon aktif tersebar menyeluruh
didalam sistem sehingga mempermudah penyerapan asam asetat oleh karbon aktif. Proses
pemanasan dalam waterbath ini dilakukan selama 15 menit agar penyerapan asam asetat
oleh karbon aktif lebih optimal. Perlakuan selanjutnya ialah memisahkan filtrat asam asetat
dari residu karbon aktif dengan cara mengambil filrat perlahan-lahan agar adsorben tidak ikut
terambil. Pengambilan filtrate menggunakan pipet volume. Filtrat yang diambil sebanyak 10
mL yang kemudian di titrasi dengan NaOH pada masing masing variasi konsentrasi. Hasil yang
didapatkan dalam percobaan ini dapat dilihat dalam grafik dibawah ini :
Grafik log C (x) vs log X/m (y) suhu
32°C
0
-2 -1.5 -1 -0.5 0
-0.5
y = -1.4412x - 3.4697
Log x/m -1 R² = 1
-1.5
-2
Log C
Gambar 4.2 menunjukkan Grafik log X/m vs log C dibuat untuk mengetahui tetapan
adsorpsi (n dan k). Log C merupakan hasil log konsentrasi awal asam asetat sebelum diadsorbsi,
sedangkan Log X/m merupakan hasil log dari massa zat yang diadsorbsi dibagi dengan massa
karbon aktif awal. Nilai dari log C pada suhu 32 oC berturut-turut dari konsentrasi ,0.1 N 0.2 N
yaitu -1.45 dan -1.11 sedangkan nilai log X/m berturut-turut dari konsentrasi 0.1 N dan 0.2 N
yaitu -1.38 dan -1.87 hasil grafik tersebut merupakan grafik yang cukup linier karena sesuai
dengan teori bahwa nilai adsorbsi semakin meningkat dengan meningkatnya konsentrasi larutan
yang diukur. Grafik menghasilkan persamaan y = -1.4412x - 3.4697
Percobaan selanjutnya adalah dengan menggunakan variasi suhu 37oC yaitu dengan cara
memasukkannya kedalam waterbath. Penggunaan waterbath dinjurkan daripada menggunakan
penangas air agar suhu etap konstan saat dimasukkannya absorben kedalam beaker gelas. Gelas
beaker yang telah terisi denga absorben sebanyak 0.2 gram kemudian ditutup dengan
menggunakan kertas alumunium foil. Tujuan dari ditutupnya gelas beaker dengan alumunium
foil adalah agar air yang berada pada waterbath tidak ikut masuk ke dalam gelas beaker. Gelas
beaker yang telah terisi absorben dikocok, tujuannya agar karbon aktif tersebar menyeluruh
didalam sistem sehingga mempermudah penyerapan asam asetat oleh karbon akti f. Proses
pemanasan dalam waterbath ini dilakukan selama 15 menit agar penyerapan asam asetat
oleh karbon aktif lebih optimal. Perlakuan selanjutnya ialah memisahkan filtrat asam asetat
dari residu karbon aktif dengan cara mengambil filrat perlahan-lahan agar adsorben tidak ikut
terambil. Pengambilan filtrate menggunakan pipet volume. Filtrat yang diambil sebanyak 10
mL yang kemudian di titrasi dengan NaOH pada masing masing variasi konsentrasi. Hasil yang
didapatkan dalam percobaan ini dapat dilihat dalam grafik dibawah ini :
Grafik log C (x) vs log X/m (y) suhu
37°C
-1.85
-2 -1.5 -1 -0.5 -1.9 0
-1.95 y = 0.8378x - 0.94
R² = 1
Log x/m
-2
-2.05
-2.1
-2.15
-2.2
Log C
Gambar 4.3 menunjukkan Grafik log X/m vs log C dibuat untuk mengetahui tetapan
adsorpsi (n dan k). Log C merupakan hasil log konsentrasi awal asam asetat sebelum diadsorbsi,
sedangkan Log X/m merupakan hasil log dari massa zat yang diadsorbsi dibagi dengan massa
karbon aktif awal. Nilai dari log C pada suhu 37oC berturut-turut dari konsentrasi ,0.1 N 0.2 N
yaitu -1.48 dan -1.11 sedangkan nilai log X/m berturut-turut dari konsentrasi 0.1 N dan 0.2 N
yaitu -2.18 dan -1.87 hasil grafik tersebut merupakan grafik yang cukup linier karena sesuai
dengan teori bahwa nilai adsorbsi semakin meningkat dengan meningkatnya konsentrasi larutan
yang diukur. Grafik menghasilkan persamaan y = 0.8378x - 0.94
Percobaan selanjutnya adalah dengan menggunakan variasi suhu 37oC yaitu dengan cara
memasukkannya kedalam waterbath. Penggunaan waterbath dinjurkan daripada menggunakan
penangas air agar suhu etap konstan saat dimasukkannya absorben kedalam beaker gelas. Gelas
beaker yang telah terisi denga absorben sebanyak 0.2 gram kemudian ditutup dengan
menggunakan kertas alumunium foil. Tujuan dari ditutupnya gelas beaker dengan alumunium
foil adalah agar air yang berada pada waterbath tidak ikut masuk ke dalam gelas beaker. Gelas
beaker yang telah terisi absorben dikocok, tujuannya agar karbon aktif tersebar menyeluruh
didalam sistem sehingga mempermudah penyerapan asam asetat oleh karbon aktif. Proses
pemanasan dalam waterbath ini dilakukan selama 15 menit agar penyerapan asam asetat
oleh karbon aktif lebih optimal. Perlakuan selanjutnya ialah memisahkan filtrat asam asetat
dari residu karbon aktif dengan cara mengambil filrat perlahan-lahan agar adsorben tidak ikut
terambil. Pengambilan filtrate menggunakan pipet volume. Filtrat yang diambil sebanyak 10
mL yang kemudian di titrasi dengan NaOH pada masing masing variasi konsentrasi. Hasil yang
didapatkan dalam percobaan ini dapat dilihat dalam grafik dibawah ini :
Grafik log C (x) vs log X/m (y) suhu
42℃
0
-1.5 -1.48 -1.46 -1.44 -1.42 -1.4 -0.2-1.38
-0.4
-0.6
Log x/m
Gambar 4.4 menunjukkan Grafik log X/m vs log C dibuat untuk mengetahui tetapan
adsorpsi (n dan k). Log C merupakan hasil log konsentrasi awal asam asetat sebelum diadsorbsi,
sedangkan Log X/m merupakan hasil log dari massa zat yang diadsorbsi dibagi dengan massa
karbon aktif awal. Nilai dari log C pada suhu 37oC berturut-turut dari konsentrasi ,0.1 N 0.2 N
yaitu -1.48 dan -1.39 sedangkan nilai log X/m berturut-turut dari konsentrasi 0.1 N dan 0.2 N
yaitu -1.40 dan -0.8 hasil grafik tersebut merupakan grafik yang cukup linier karena sesuai
dengan teori bahwa nilai adsorbsi semakin meningkat dengan meningkatnya konsentrasi larutan
yang diukur. Grafik menghasilkan persamaan y = 6.6667x + 8.4667
Berdasarkan hasil pengamatan dari sudut pandang suhu yang berbeda pada konsentrasi
0.1 N asam asetat , dari 27˚C, 32˚C, 37˚C dan 42˚C terjadi peningkatan massa asam asetat
yang teradsorpsi dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Hal ini dibuktikan dengan
volume NaOH yang digunakan untuk titrasi asam asetat berkurang seiring bertambahnya
suhu, tetapi pada suhu 42˚C volume NaOH yang dibutuhkan meningkat. Hal ini merupakan
kesalaha dan tidak sesuai dengan teori, yang seharusnya semakin tinggi suhu pada
konsentrasi yang sama maka, larutan yang teradsorpsi menjadi lebih banyak. Kesalahan ini
diakibatkan karena ketidaktelitian dari praktikan saat melakukan titrasi dan juga mungkin
praktikan kurang teliti dalam pengamatan suhu, yang sebenarnya suhu tidak tepat.
Berdasarkan hasil pengamatan dari sudut pandang suhu yang berbeda pada konsentrasi
0.2 N asam asetat , dari 27˚C, 32˚C, 37˚C dan 42˚C terjadi peningkatan massa asam asetat
yang teradsorpsi dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Hal ini dibuktikan dengan
volume NaOH yang digunakan untuk titrasi asam asetat berkurang seiring bertambahnya
suhu, Hal ini k sesuai dengan teori, yaitu semakin tinggi suhu pada konsentrasi yang sama
maka, larutan yang teradsorpsi menjadi lebih banyak. Sehingga, volume NaOH yang
digunakan untuk mentitrasi asam asetat menjadi lebih sedikit karena banyaknya kadar asam
asetat yang terserap oleh absorben.
Karbon aktif merupakan jenis zat padat yang memiliki pori-pori. Pada saat suhu semakin
tinggi, maka memicu terjadinya pembesaran pori-pori dan menyebabkan luas permukaan dari
karbon aktif bertambah besar. Luas permukaan dari absorben yang semakin besar akan
menyebabkan zat yang terserap juga semakin besar karena semakin banyak memakan tempat
dan memenuhi permukaan larutan. Hal ini yang menyebabkan semakin bertambahnya suhu,
maka larutan yang teradsorpsi semakin banyak, sehingga konsentrasi dari larutan semakin
berkurang.
Penentuan nilai entalpi adsorpsi asam asetat oleh karbon aktif dilakukan dengan cara
membuat grafik ln k (sebagai y) melawan 1/T (sebagai x), yang mana nilai ln k diperoleh
dari intersep pada grafik pengaruh konsentrasi terhadap adsorpsi. Persamaan garis yang
didapatkan akan ekivalen dengan persamaan 4.1 berikut:
∆𝐻 1
ln k= . 𝑇 + 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 (4.1)
𝑅
Berdsarkan persamaan diatas, bisa ditentukan nilai entalpi (∆𝐻) yaitu gradien (m) dikalikan
dengan konstanta gas (R). Grafik ln k melawan 1/T dapat dilihat berikut ini:
5
Linear (grafik
0 hubungan antara 1/T
0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335 vs ln K)
-5
-10
-15
1/T
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari percobaan entalpi adsorpsi adalah :
1. Percobaan entalpi adsorpsi, volume NaOH yang dibutuhkan pada proses titrasi berbeda-
beda untuk menentukan konsentrasi larutannya. Konsentrasi semakin besar, maka semakin
banyak volume NaOH yang dibutuhkan.
2. Massa zat yang diadsorpsi pada suhu 27oC, 32oC, 37oC dan 42oC dari konsentrasi rendah
ke tinggi adalah meningkat. Hasil ini menunjukkan semakin besar konsentrasi larutan,
maka semakin banyak massa asam asetat yang diadsorpsi. Begitupula dengan kenaikan
suhu makan semakin banyak konsentrasi zat yang teradsorpsi. Pada percobaan diperoleh
nilai entalpi adsorpsi ∆H sebesar -1,208606 x 106 J. Entalpi bernilai negative yang berarti
reaksi yang terjadi bersifat eksotermis yaitu panas dari sistem berpindah ke lingkungan.
5.2. Saran
Saran untuk praktikum ini dan praktikum selanjutnya adalah:
1. Praktikan harus teliti saat menentukan titik akhir titrasi.
2. Praktikan lebih teliti dalam membaca alat ukur volumetri seperti buret, pipet mohr, maupun
pipet volume.Praktikan lebih teliti dalam membaca alat ukur massa seperti neraca.
DAFTAR PUSTAKA
A. Pengenceran
0,4 N
N1 . 𝑉 1 = N2 . V2
N2 .V2
V1 = 𝑁1
0,1 𝑁 .50 𝑚𝐿
= 1𝑁
= 5 mL
0,2 N
N1 . 𝑉 1 = N2 . V2
N2 .V2
V1 = 𝑁1
0,2 N .50 mL
= 1𝑁
= 10 mL
B. Standarisasi LarutanNaOH
M NaOH . V NaOH = MC2H2O4 . V C2H2O4
M NaOH . 6 mL = 0,2 M . 10 mL
M NaOH = 0,33 M
-1.9
-1.91
Linear (grafik
-1.92 hubungan log C vs log
-1.93 x/m)
-1.94
-1.95
log C
y = mx + c
= -0,212x -1,634
c= log k = - 1,634
k = 0,023
ln k = -3,37
I. Grafik log C (x) vs log X/m (y) pada suhu𝟑𝟐℃
X Log C - 1,45 -1,11
Y Log x/m -1,38 -1,87
y = -1.4412x - 3.4697
-1
R² = 1
-1.2 Linear (grafik
-1.4 hubungan log C vs log
-1.6 x/m)
-1.8
-2
log C
y = mx + c
= -1,441x - 3,469
c= log k = -3,469
k =0,00033
ln k = -8,01
J. Grafik log C (x) vs log X/m (y) pada suhu 𝟑𝟕℃
X Log C - 1,48 -1,11
Y Log x/m -2,18 -1,87
y = 0.8378x - 0.94
grafik hubungan log C vs log x/m R² = 1
-1.85
-2 -1.5 -1 -0.5 0
-1.9
-1.95
grafik hubungan log C
vs log x/m
log x/m
-2
-2.05
Linear (grafik
-2.1 hubungan log C vs log
x/m)
-2.15
-2.2
log C
y = mx + c
= 0,837x -0,94
c = log k = -0,94
k =8,70
ln k = 2,16
-0.8
-1 Linear (grafik
hubungan log C vs log
-1.2 x/m)
-1.4
-1.6
log C
y = mx + c
= 6,666x + 8,466
c = log k = 8,466
k =292415237,8
ln k = 19,49
5
Linear (grafik
0 hubungan antara 1/T
0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335 vs ln K)
-5
-10
-15
1/T
y = mx + c
= -14537x + 474,4
-∆H/R = 14537
∆H = -14537 (8,314)
∆H = -1,208606 x 106 J
LAMPIRAN GAMBAR
Standarisasi asam asetat 0.2N Standarisasi asam asetat 0.1N suhu 27oC
Standarisasi asam asetat 0.1N suhu 32oC Standarisasi asam asetat 0.1N suhu 37oC
Standarisasi asam asetat 0.1N suhu 42oC Standarisasi asam asetat 0.2N suhu 27oC
Standarisasi asam asetat 0.2N suhu 32oC Standarisasi asam asetat 0.2N suhu 37oC