Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM TERMODINAMIKA KIMIA

ENTALPI ADSORPSI

Oleh :
Nama : Zona Salsabila Ardyanti
NIM : 181810301029
Kelas/Kelompok : B/6
Asisten : Yayuk Sri Wahyuni

LABORATORIUM KIMIA FISIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Entalpi merupakan fungsi keadaan yang menyatakan transfer energi pada tekanan teetap.
Entalpi menyatakan jumlah energi internal dari suatu sistem dan energi yang digunakan untuk
melakukan kerja pada sebuah materi. Adsorpsi merupakan proses penyerapan pada permukaan
suatu adsorben (zat yang permukaannya dapat menyerap zat lain). Proses adsorpsi dapat
digambarkan saat zat padat akan menarik molekul-molekul gas atau zat cair pada
permukaannya. Gaya tarik antara adsorbat dan adsorben menyebabkan timbulnya interaksi
antara keduanya. Proses penyerapan ini akan berjalan dengan maksimal apabila gaya tarik
keduanya seimbang. Materi yang mengalami perubahan selalu melibatkan perubahan energi.
Perubahan energi yang menyertai proses adsorpsi dinamakan entalpi adsorpsi (Daintith,1994).
Materi yang mengalami perubahan selalu melibatkan perubahan energi. Perubahan
energi yang menyertai proses adsorpsi dinamakan entalpi adsorpsi. Entalpi adsorpsi sangat
banyak manfaatnya dalam banyak hal dalam kehidupan, contohnya pengolahan air minum.
Bahan karbon aktif merupakan zat penyerap yang paling sering digunakan dalam proses ini.
Arang tersebut akan menghilangkan bau, warna, rasa, dan ion logam berat. Karbon aktif dapat
digunakan sebagai alternatif pengganti untuk proses koagulasi-flokulasi. Proses adsorpsi oleh
karbon aktif memberikan hasil yang baik dalam menyisihkan kandungan warna maupun
organik. Karbon aktif juga sangat bagus untuk menyerap bau dan zat-zat pengotor lainnya,
karena karbon aktif ini memiliki pori-pori permukaan yang besar. Industri Pembuatan karbon
aktif di Indonesia telah mengalami kemajuan yang cukup pesat. Hal itu dikarenakan semakin
meningkatnya permintaan pasar baik di dalam negeri maupun luar negeri. Peningkatan
kebutuhan karbon aktif disebabkan karena semakin banyaknya aplikasi karbon aktif yang
diterapkan di industri. Karbon aktif pada umumnya digunakan pada industri obat-obatan,
makanan, minuman, pemurnian air, farmasi dan kimia.
Percobaan ini akan menentukan besarnya entalpi adsorpsi karbon aktif terhadap larutan
asam asetat dengan variasi konsentrasi 0,2; 0,4; 0,6 dan 0,8 N dan dilakukan pada suhu 37 dan
400 C. Metode yang digunakan untuk menentukan harga entalpi adsorpsi pada percobaan ini
yaitu titrasi asam-basa yang membandingkan sampel yang telah diadsorpsi dan belum
diadsorpsi disertai dengan variasi suhu. Data yang didapatkan dari percobaan ini akan diolah
sehingga bisa ditentukan harga entalpi adsorpi asam asetat oleh karbon aktif. Penentuan entalpi
adsorpsi yang dilakukan akan memberikan gambaran mengenai sifat karbon aktif sebagai
adsorben. Berdasarkan penjelasan di atas maka perlu untuk dipelajari cara menentukan nilai
entalpi adsorpsi dari karbon aktif tersebut melalui percobaan berikut.

1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya percobaan entalpi adsorpsi adalah :
1. Mengetahui bagaimana pengaruh konsentrasi dan suhu terhadap adsorpsi asam asetat
dengan karbon aktif.
2. Menentukan berapa entalpi adsorpsi asam asetat dengan karbon aktif pada percobaan ini.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS)


2.1.1 Aquades (H2O)
Akuades memiliki nama IUPAC Dihydrogen monoxide, atau Oxidaneleh mikroba
dengan rumus molekul H2O. Akuades tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada
keadaan standar. Akuades memiliki kerapatan 1000 kg m-3, dengan titik leleh 0° C dan titik
didih 100° C. Akuades tidak berbahaya pada kontak kulit, kontak mata dan inhalasi. Akuades
bukan merupakan bahan yang berbahaya sehingga tidak menyebabkan korosi, iritasi, dan
sensitif pada kulit. Akuades tidak mengiritasi mata dan kulit serta tidak menyebabkan gangguan
pencernaan dan pernafasan. Akuades tidak akan menyebabkan gejala kulit yang serius
(LabChem,2019).
2.1.2 Asam Asetat (CH3COOH)
Asam asetat merupakan salah satu jenis asam karboksilat yang mudah ditemui. Asam
asetat memiliki nama lain asam etanoat, ethylic acid,asam asetat glasial, methanecarboxylic
acid, atau biasa disebut asam cuka. Rumus molekul dari asam asetat ini adalah CH3COOH
mempunyai titik lebur 16,7oC dan memiliki titik didih pada 118oC. Asam asetat biasanya
berwujud cair, berbau dan berasa cuka sangat kuat dan tajam serta tidak berwarna.Massa
molekul relative asam asetat adalah 60,05 g/mol. Asam asetat memiliki massa jenis 1,05
gram/mL dan massa jenis uap dari asam asetat adalah 2,07 gram/L. Tekanan uap dari asam cuka
adalah 11 mmHg pada suhu 20oC, dan 30 mmHg pada suhu 30oC. Asam asetat termasuk zat
yang stabil. Bahan ini sangat korosif dan menyebabkan luka bakar yang serius. Asam asetat
harus disimpan ditempat yang sejuk dan jauh dari api. Asam asetat sangat berbahaya jika
tertelan., jika terhirup harus segera dilepaskan ke udara segar dan jika tidak bernapas harus
segera diberikan pernapasan buatan serta jika sulit bernapas harus segera mendapatkan
perhatian medis (LabChem, 2019).
2.1.3 Asam Oksalat (H2C2O4)
Asam oksalat merupakan senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4. Rumus
molekul asam oksalat adalah H2C2O4, dengan massa molar 126.07 g/mol. Titik didih asam
oksalat sebesar 101-102°C dalam keadaan dihidrat.Kelarutan dalam air yaitu 9,5 g/100
mL dalam suhu 15°C dan sebesar 14,3 g /100 mL dalam suhu25°C, dan sebesar 120 g/100
mL pada suhu100°C.Asam oksalat berbahaya apabila terkena kontak dengan kulit, mata dan
tertelan ataupun terhirup.Penanganan yang dilakukan apabila terkena kontak langsung dengan
mata dapat ditangani dengan membasuh mata dengan air mengalir dan mata tebuka terus
menerus dalam waktu 15 menit. Penanganan apabila terjadi kontak kulit dapat segera dibasuh
dengan air dingin sekurang-kurangnya 15 menit (LabChem, 2019).
2.1.4 Indikator Phenolphtalien (PP)
Phenolptalien atau biasa disingkat dengan PP adalah senyawa kimia berbentuk padatan
berwarna putih yang tidak berbau. Titik lebur dan titik leleh pp berada pada suhu 263,7 oC dan
kurang dari 450 oC. Senyawa ini merupakan senyawa yang tidak mudah terbakar dan memiliki
massa jenis 1,296 gram/cm3. Penangan bahan ini jika bekerja pada ruang asam jangan
menghirup bahan dan taati label tindakan pencegahan. Penyimpanannya harus ditutup rapat dan
pada tempat kering, dimana memiliki ventilasi yang baik serta ditempat yang terkunci yang
hanya dapat dimasuki oleh orang-orang tertentu. Tindakan pencegahan yang harus dilakukan
adalah dengan menghindari penghirupan debu dan memastikan adanya ventilasi yang baik
kemudian jangan membuang ke saluran pembuangan metode pembersihan yang benar adalah
dengan diambil dalam keadaan kering setelah itu diteruskan ke area pembuangan. Bersihkan
daerah yang terkena pp dan hindari terbentuknya debu (LabChem, 2019).
2.1.5 Karbon Aktif
Karbon aktif atau umumnya disebut sebagai arang aktif adalah suatu jenis karbon yang
memiliki luas permukaan yang sangat besar. Hal ini bisa dicapai dengan mengaktifkan karbon
atau arang tersebut.Karbon aktif memiliki sifat fisik dan kimia antara lain wujudnya hitam pelet,
tidak berbau dengan titik didih 8721°F, berupa padatan atau gas yang tidak mudah terbakar.
Bahan ini tidak korosif, namun dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan mata, serta iritasi
pernapasan jika terhirup, bahan ini cenderung menghasilkan nyala kecil tanpa asap ataupun api.
Karbon aktif sebanyak satu gram akan mendapatkan suatu material yang memiliki luas
permukaan kira-kira sebesar 500 m2.Pengaktifan biasanya hanya bertujuan untuk memperbesar
luas permukaannya saja, namun beberapa usaha juga berkaitan dengan meningkatkan
kemampuan adsorpsi. Karbon aktif itu sendiri apabila terjadi kontak dengan mata, maka harus
segera dibilas mata dengan air mengalir selama 15 menit, jika terjadi kontak dengan kulit maka
harus segera dicuci bagian yang terkena dengan sabun dan air, apabila tidak sengaja tertelan
harus segera dibilas mulut dengan air dan minum banyak cairan (LabChem, 2019).
2.1.6 Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium Hidroksida merupakan senyawa yang berbentuk padat dan berbau dengan
rumus molekul NaOH.NaOH memiliki berat molekul 40 gram/mol dan berwarna putih.
Senyawa ini memiliki pH 13,5 titik didih 1388oC dan titik leleh 323oC. Senyawa ini salah satu
senyawa yang mudah larut dalam air dingin. Penanganan jika terjadi kontak dengan mata yakni
lepaskan atau periksa lensa kotak. Kontak langsung dengan mata dapat ditangani dengan
membasuh mata dengan air mengalir dan mata tebuka terus menerus dalam waktu 15 menit.
Pada kontak kulit dapat segera dibasuh dengan air dingin sekurang-kurangnya 15 menit.
Pakaian atau sepatu yang erkena harus dikeluarkan dan dibersihkan sebelum digunakan
kembali. Tutup kulit yang terkontak dengan sesuatu yang lunak. Korban pada kasus inhalasi
harus segera dievakuasi ke tempat yang aman. Longgarkan pakaian yang keta seperti kerah,
dasi, dan ikat pinggang, jika sulit bernapas berikan bantuan oksigen jika korban tidak bernafas
lakukan pernafasan dari mulut ke mulut dan segera cari bantuan medis terdekat (LabChem,
2019).
2.2 Tinjauan Pustaka
Adsorpsi adalah penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain. Adsorpsi merupakan
suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun gas) terikat pada suatu padatan dan
akhirnya membentuk suatu film (lapisan tipis) pada permukaan padatan tersebut.Adsorpsi
secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut (soluble) yang ada dalam larutan,
oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan kimia fisika antara
substansi dengan penyerapnya. Proses adsorpsi melibatkan zat yang terserap pada suatu
permukaan zat lain yang disebut adsorbat, sedangkan zat yang permukaannya dapat menyerap
zat lain disebut adsorben (Brady, 1999).
Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Proses adsorpsi hanya terjadi pada permukaannnya
saja sedangkan absorpsi terjadi apabila zat yang terserap dapat menembus ke dalam zat
penyerap. Penyerapan yang dilakukan zat lain pada proses adsorpsi adalah adsorben. Arang
merupakan salah satu contoh adsorben yang sering digunakan untuk menyerap zat – zat dalam
larutan. Penyerapan tersebut terjadi secara selektif dimana zat yang diserap hanya zat terlarut
atau pelarut yang sangat mirip dengan penyerapan gas oleh zat padat. Konsentrasi zat terlarut
dalam cairan dan padatan dapat berubah tiap satuan waktu apabila pelarut yang mengandung
zat terlarutdapat kontak denganadsorben sehingga terjadi perpindahan massa zat terlarut dari
pelarut ke permukaan adsorben (Atkins, 1999).
Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik atom atau molekul
pada permukaan zat padat. Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair,
mempunyai gaya tarik ke arah dalam karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Gaya-
gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair mempunyai gaya adsorpsi. Adsorpsi dibagi dalam
dua macam, yaitu adsorpsi fisik atau Van der Waals yang memiliki ciri panas adsorpsinya
rendah (~10.000 kal/mol) dan kesetimbangan adsorpsi reversibel dan cepat. Adsorpsi jenis
lainnya yaitu adsorpsi kimia atau adsorpsi aktivasi. Adsorpsi ini memiliki ciri yaitu panas
adsorpsi tinggi (20.000 – 100.000 kal/mol) dan terjadi dengan pembentukan senyawa kimia,
hingga ikatannya lebih kuat. Proses penyerapan suatu zat oleh adsorben dalam fungsi waktu
disebut kinetika adsorpsi (Sukardjo, 1989).
Molekul dan atom dapat menempel dan berinteraksi pada permukaan dengan dua cara
yaitu interaksi Van der Walls antar adsorbat dan substrat yang terdapat dalam fisisorpsi.
Interaksi Van der Walls lemah dan jika partikel terfisiorpsi, energi yang dilepaskan memiliki
orde besaran yang sama dengan entalpi kondensasi. Kuantitas energi sekecil ini dapat
diadsorpsi sebagai vibrasi kisi dan dihilangkan sebagai gerakan termal. Molekul yang
melambung pada permukaan seperti batuan akan kehilangan energinya perlahan-lahan dan
akhirnya teradsorpsi pada permukaan. Pengukuran entalpi fisorpsi dapat dilakukan dengan
mencatat kenaikan temperatur sampel dengan kapasitas kalor yang diketahui. Nilai kapasitas
kalor sekitar 20 kJ/mol. Perubahan entalpi yang kecil tidak cukup untuk menghasilkan
pemutusan ikatan sehingga molekul yang terfisisorpsi tetap mempertahankan identitasnya
walaupun molekul tersebut dapat terdistorsi (Bird,1987).
Adsorpsi memiliki daya yang dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :
1. Jenis adsorban
a. Kemurnian adsorban, adsorban yang lebih murni memiliki kemampuan adsorpsi yang
lebih baik
b. Luas permukaan dan volume pori adsorben, luas permukaan dan volume posisi
meningkat menyebabkan adsorpsi juga meningkat.
2. Temperatur lingkungan, proses adsorpsi makin baik jika temperaturnya makin rendah.
3. Jenis adsorbat, bergantung pada bangun molekul zat, kelarutan zat (makin mudah larut
maka makin sulit diadsorpsi), taraf ionisasi (zat organik yang tidak terionisasi lebih mudah
diadsorpsi).
4. Tekanan, tekanan adsorbat yang semakin meningkat menyebabkan kenaikan jumlah zat
yang diadsorpsi.
5. Konsentrasi, semakin besar konsentrasi zat maka akan semakin banyak zat yang diadsorbsi.
(Atkins,1994).
Sifat selektif pada proses adsorpsi, artinya pada campuran zat hanya satu komponen
yang diadsorpsi oleh zat padat tertentu. Adsorben yang memilki luas permukaan besar, maka
adsorpsinya juga semakin besar dan semakin besar konsentrasi semakin banyak pula zat yang
diadsorpsi. Pengaruh konsentrasi larutan terhadap adsorpsi dapat dinyatakan sebagai berikut:
𝑥
= 𝐾. 𝐶 𝑛 (2.1)
𝑚

nilai x merupakan berat zat yang diadsorpsi, m merupakan berat adsorben, c merupakan berat
adsorben pada keadaan setimbang serta n & k merupakan konstanta adsorpsi.
Adsorpsi isotherm Langmuir dapat dinyatakan dalam persamaan (2.2) sebagai berikut:
c/(X/m) = (1/α) + c(β/α) (2.2)
maka dengan membuat grafik antara c/(X/m) melawan c akan diperoleh garis lurus
dengan (β/α) sebagai slope dan (1/α) sebagai intersep
(Tim Kimia Fisik, 2019).
Adsorben yang dapat digunakan selain arang adalah air (untuk gas-gas yang dapat larut
dan untuk pemisahan partikel debu serta tetesan cairan), Natrium Hidroksida (untuk gas-gas
yang dapat bereaksi seperti asam), dan Asam Sulfat (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti
basa). Proses adsorpsi memiliki suatu kolom adsorpsi yang artinya suatu kolom atau tabung
tempat terjadinya proses pengabsorbsi dari zat yang dilewatkan di kolom atau tabung tersebut.
Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang terkontaminasi oleh komponen lain dan zat
tersebut dilewatkan ke kolom ini dimana terdapat fase cair dari komponen tersebut
(Udayani,2010).
Berdasarkan jenis adsorbatnya, tingkat adsorpsi digolongkan menjadi tiga, yaitu lemah,
terjadi pada zat anorganik kecuali golongan halogen (salah satunya adalah klor). Adsorpsi jenis
kedua yaitu adsorpsi menengah (medium), terjadi pada zat organik alifatik dan adsorpsi jenis
ketiga yaitu adsorpsi kuat, terjadi pada senyawa aromatik (zat organik yang berbau (aroma)
dengan struktur benzene (C6H6). Langmuir menganggap permukaan suatu zat padat terdiri dari
ruang elementer yang masing-masing dapat mengadsorpsi satu molekul gas. Langmuir
mengasumsikan bahwa semua ruang elementer adalah identik dalam afinitasnya untuk molekul
gas dan adanya molekul gas pada satu ruang tak mempengaruhi sifat dari ruang yang ada di
dekatnya, bila fraksi permukaan disimbolkan dengan θ, yang ditempati oleh molekul gas maka
laju penguapan dari permukaan adalah rθ, dengan r adalah sebagai laju penguapan dari
permukaan yang tertutup sempurna pada suhu tertentu(Muhara, et.al, 2014).
Laju penguapan gas yang teradsorpsi sama dengan laju kondensasi pada kesetimbangan.
Isoterm adsorpsi adalah hubungan yang menunjukkan distribusi adsorben antara fasa
teradsorpsi pada permukaan adsorben dengan fasa ruah saat kesetimbangan pada temperatur
tertentu. Isoterm Langmuirberdasarkan pada:
a. Adsorben mempunyai permukaan yang homogen dan hanya dapat mengadsorpsi satu
molekul adsorbat untuk setiap molekul adsorbennya. Tidak ada interaksi antara
molekul-molekul yang terserap.
b. Semua proses adsorpsi dilakukan dengan mekanisme yang sama.
c. Satu lapisan tunggal saat terbentuk saat adsorpsi maksimum.
(Wardhani, 2016).
BAB 3. METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
 Beaker gelas
 Pipet volume 20 mL
 Pipet volume 10mL
 Pipet volume 5mL
 Mortar dan Pestle
 Buret dan statif
 Corong kaca
 Alumunium Foil
 Labu ukur 50mL
 Pipet tetes
 Bola pipet
 Botol semprot
 Waterbath
 Kaca arloji

3.1.2 Bahan
 Asam asetat
 Asam oksalat
 NaOH
 Indikator phenolphtalein
 Karbon aktif
3.2 Skema Kerja

Asam oksalat

 distandarisasi terlebih dahulu dengan NaOH.


 dibuat masing-masing larutan asam asetat sebanyak 50 mL dengan konsentrasi 0.2; 0.1
N
 diambil 10 mL tiap-tiap larutan asam asetat untuk dititrasi dengan larutan NaOH 0,5 M
dengan menggunakan indikator pp. Hasil titrasi menunjukkan konsentrasi asam asetat
mula-mula.
 diambil setiap larutan sebanyak 25 mL dimasukkan kedalam beaker glass
 ditambahkan beberapa gram adsorben (karbon aktif)
 kocok larutan
 ditutup dengan kertas saring dan diamkan selama 15 menit dengan variasi suhu 270C,
320C ,370C dan 420C.
 diambil masing-masing filtrat sebanyak 10 mL
 diberi 2 tetes indikator pp
 dititrasi dengan larutan NaOH sehingga dapat diketahui konsentrasi asam asetat yang
ada dalam larutan
 ditentukan jumlah asam asetat yang diadsorpsi
 dicatat dalam lembar pengamatan

Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Standarisasi Larutan NaOH

No M C2H2O4 V C2H2O4 M NaOH V NaOH

1. 0.2 N 10 mL 0,33 M 6 mL

4.1.1 Standarisasi Larutan Asam Asetat

No M CH3COOH V CH3COOH M NaOH V NaOH ̅


X M NaOH

1. 0,1 N 10 mL 0,33 M 2,6 ml


0,33 N
2. 0,2 N 10 mL 0,33 M 4,8 ml

4.1.2 Konsentrasi Mula-Mula Asam Asetat


No N CH3COOH V CH3COOH M NaOH V NaOH M CH3COOH
1. 0.1 N 10 mL 0,33 M 2,6 mL 0,086 M
2. 0.2 N 10 mL 0,33 M 4,8 mL 0,16 M

4.1.3 Konsentrasi CH3COOH setelah adsorpsi pada suhu 27o C


N CH3COOH V CH3COOH M NaOH V NaOH M CH3COOH

0.1 N 10 mL 0,33 M 2,2 mL 0,036 M


0.2 N 10 mL 0,33 M 4,6 mL 0,076 M

4.1.4 Konsentrasi CH3COOH setelah adsorpsi pada suhu 32o C


N CH3COOH V CH3COOH M NaOH V NaOH M CH3COOH

0.1 N 10 mL 0,33 M 2,1 mL 0,035 M


0.2 N 10 mL 0,33 M 4,6 mL 0,076 M

4.1.4 Konsentrasi CH3COOH setelah adsorpsi pada suhu 37o C


N CH3COOH V CH3COOH M NaOH V NaOH M CH3COOH

0.1 N 10 mL 0,33 M 2,5 mL 0,041 M


0.2 N 10 mL 0,33 M 4,6 mL 0,076 M
4.1.4 Konsentrasi CH3COOH setelah adsorpsi pada suhu 42o C
N CH3COOH V CH3COOH M NaOH V NaOH M CH3COOH

0.1 N 10 mL 0,33 M 2,0 mL 0,033 M


0.2 N 10 mL 0,33 M 2,4 mL 0,040 M

4.1.6 Data hasil perhitungan


Suhu 27℃
Konsentrasi Berat Molekul Log(X/m) LogC K
NaOH NaOH
0.1 M -1,94 -1,45
40 g/mol
0,2 M -1,87 -1,11 0,023
Suhu 32℃
Konsentrasi Berat Molekul Log(X/m) LogC K
NaOH NaOH
0.1 M -1,48 -1,45
40 g/mol
0,2 M -1,87 -1,11 0,00033
Suhu 37℃
Konsentrasi Berat Molekul Log(X/m) LogC K
NaOH NaOH
0.1 M -2,18 -1,38
40 g/mol
0,2 M -1,87 -1,11 8,70
Suhu 42℃
Konsentrasi Berat Molekul Log(X/m) LogC K
NaOH NaOH
0.1 M -1,40 -1,48 292415237,8
40 g/mol
0,2 M -0,80 -1,39
Nilai Entalpi Adsorpsi (∆Hadsorpsi)
T (K) 1/T (K-1) k ln k ∆H (adsorpsi)

300 0,0033 0,023 -3,37


-1,208606 x 106
305 0,0032 0,00033 -8,01
J/mol
310 0,00312 8,70 2,16
315 0,0031 292415237,8 19,49

4.2 Pembahasan
Adsorpsi merupakan proses dimana penyerapan pada permukaan suatu adsorben (zat yang
permukaannya dapat menyerap zat lain). Adsorpsi secara umum adalah peristiwaq
penggumpalan substansi terlarut (soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau
benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya.
Zat yang terserap pada suatu permukaan zat lain disebut dengan adsorbat, dan zat yang dapat
menyerap askorbat disebut dengan ardsorben. Percobaan pada kali ini adalah tentang entalpi
adsorpsi. Tujuan dilakukannnya praktikum ini ialah untuk mempelajari secara kuantitatif sifat-
sifat adsorpsi suatu bahan adsorben (Daintith,1994).
Percobaan kedua pada praktikum kali ini tentang entalpi adsorpsi. Adsorpsi merupakan
peristiwa penyerapan pada permukaan suatu adsorben. Adsorben adalah zat yang
permukaannya dapat menyerap zat lain, misalnya zat padat akan menarik molekul – molekul
gas atau zat cair pada permukaannya sedangkan zat yang terserap pada permukaan zat lain
disebut adsorbat. Adsorban yang digunakan pada percobaan entalpi adsorpsi adalah karbon
aktif. Karbon aktif atau biasa disebut arang adalah jenis karbon yang memiliki luas permukaan
yang besar, sifatnya sangat aktif dan menyerap apa saja yang terkontak dengan karbon tersebut.
Karbon aktif dapat menyerap larutan asam asetat sehingga yang awalnya tidak murni menjadi
lebih murni karena zat – zat yang terserap oleh karbon aktif. Asam asetat yang konsentrasi
awalnya tinggi menjadi lebih rendah.
Perlakuan pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu standarisasi larutan NaOH
menggunakan asam oksalat. Standarisasi larutan NaOH bertujuan untuk membuktikan atau
memastikan bahwa suatu larutan memang memiliki konsentrasi sejumlah yang tertera pada label
NaOH yaitu 0,5 N. Penambahan indikator pp dilakukan sebelum titrasi dilakukan yaitu sebanyak
2 tetes indikator pp. Penambahan indikator pp ini bertujuan untuk mengetahui titik akhir titrasi
yang mana ditandai dengan adanya perubahan warna asam asetat dari tidak berwarna menjadi
berwarna pink pudar. Perubahan warna tersebut akan terjadi ketika asam asetat telah mencapai
pH antara 8,3-10 atau basa karena range indikator pp antara pH 8,3-10. Reaksi yang terjadi saat
proses titrasi asam oksalat melawan NaOH yaitu sebagai berikut:
H2C2O4 (aq) + 2 NaOH (aq) Na2C2O4 (aq) + 2 H2O (aq)
Volume larutan NaOH yang diperlukan untuk titrasi dengan asam oksalat sebesar 6 mL dan
diperoleh konsentrasi NaOH berdasarkan perhitungan dari data standarisasi yaitu 0,33 M.
Prosedur selanjutnya yaitu pembuatan larutan asam asetat sebanyak 150 ml dengan
konsentrasi 0,1N dan 0,2 N dan standarisasi asam oksalat. Variasi konsentrasi ini bertujuan untuk
mengamati pengaruh konsentrasi terhadap proses adsorpsi. Sampel pada tiap-tiap varian
konsentrasi tersebut kemudian diambil sebanyak 10 mL untuk dititrasi dengan NaOH yang telah
distandarisasi. Penambahan indikator pp dilakukan sebelum titrasi dilakukan yaitu sebanyak 2
tetes seperti pada penambahan asam oksalat. Standarisasi asam asetat ini bertujuan untuk
mengetahui apakah bkonsntrasi dari asam asetat benar-benar 0,1 N da 0,2 N. Titrasi asam asetat
dengan NaOH harusnya dihentikan ketika telah mencapai titik akhir yaitu ketika terjadi
perubahan warna asam asetat dari tidak berwarna menjadi berwarna pink pudar, namun pada
titrasi untuk kedua konsntrasi asam asetat, praktikan kurang hati-hati sehingga perubahan warna
yang tejadi terlalu mencolok dan berarti sudah melebihi titik akhir titrasi. Reaksi yang terjadi
saat proses titrasi asam asetat dengan NaOH yaitu sebagai berikut:
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) CH3COONa(aq) + H2O(aq)

Hasil titrasi pada proses ini memberikan informasi tentang konsentrasi awal asam asetat.
Konsentrasi asam asetat yang teradsorpsi besarnya ditentukan dengan melanjutkan mengambil
setiap larutan sebanyak 10 mL dan dimasukkan ke dalam gelas beaker, lalu ke dalam masing-
masing larutan ditambahkan 0,2 gram adsorben. Absorben yang digunakan ialah karbon aktif.
Perlakuan selanjutnya gelas beaker tersebut tutup dengan alumunium foil. Tujuan dari ditutup
dengan alumunium foil agar tidak ada zat keluar menguap atau terkontaminasi bahan lain,
sehingga dapat menganggu proses adsoropsi dan mempengaruhi hasil yang didapat. Percobaan
pertama dilakukan pada variasi suhu ruang yaitu 27oC. Perlakuan selanjutnya ialah memisahkan
filtrat asam asetat dari residu karbon aktif dengan cara mengambil filrat perlahan-lahan agar
adsorben tidak ikut terambil. Pengambilan filtrate menggunakan pipet volume. Filtrat yang
diambil sebanyak 10 mL yang kemudian di titrasi dengan NaOH pada masing masing variasi
konsentrasi. Hasil yang didapatkan dalam percobaan ini dapat dilihat dalam grafik dibawah ini:
Grafik log C (x) vs log X/m (y) suhu
27°C
-1.86
y = 0.2121x - 1.6345
-2 -1.5 -1 -0.5 -1.87 0
R² = 1
-1.88
-1.89
Log x/m -1.9
-1.91
-1.92
-1.93
-1.94
-1.95
Log C

Gambar 4.1 Grafik log C terhadap log X/m suhu 25oC.

Gambar 4.1 menunjukkan Grafik log X/m vs log C dibuat untuk mengetahui tetapan
adsorpsi (n dan k). Log C merupakan hasil log konsentrasi awal asam asetat sebelum diadsorbsi,
sedangkan Log X/m merupakan hasil log dari massa zat yang diadsorbsi dibagi dengan massa
karbon aktif awal. Nilai dari log C pada suhu 27 oC berturut-turut dari konsentrasi ,0.1 N 0.2 N
yaitu -1.44 dan -1.11 sedangkan nilai log X/m berturut-turut dari konsentrasi 0.1 N dan 0.2 N
yaitu -1,94 dan -1.87 hasil grafik tersebut merupakan grafik yang cukup linier karena sesuai
dengan teori bahwa nilai adsorbsi semakin meningkat dengan meningkatnya konsentrasi larutan
yang diukur. Grafik menghasilkan persamaan y = 0.2121x - 1.6345
Perlakuan selanjutnya adalah dengan menggunakan variasi suhu 32oC yaitu dengan cara
memasukkannya kedalam waterbath. Penggunaan waterbath dinjurkan daripada menggunakan
penangas air agar suhu etap konstan saat dimasukkannya absorben kedalam beaker gelas. Gelas
beaker yang telah terisi denga absorben sebanyak 0.2 gram kemudian ditutup dengan
menggunakan kertas alumunium foil. Tujuan dari ditutupnya gelas beaker dengan alumunium
foil adalah agar air yang berada pada waterbath tidak ikut masuk ke dalam gelas beaker. Gelas
beaker yang telah terisi absorben dikocok, tujuannya agar karbon aktif tersebar menyeluruh
didalam sistem sehingga mempermudah penyerapan asam asetat oleh karbon aktif. Proses
pemanasan dalam waterbath ini dilakukan selama 15 menit agar penyerapan asam asetat
oleh karbon aktif lebih optimal. Perlakuan selanjutnya ialah memisahkan filtrat asam asetat
dari residu karbon aktif dengan cara mengambil filrat perlahan-lahan agar adsorben tidak ikut
terambil. Pengambilan filtrate menggunakan pipet volume. Filtrat yang diambil sebanyak 10
mL yang kemudian di titrasi dengan NaOH pada masing masing variasi konsentrasi. Hasil yang
didapatkan dalam percobaan ini dapat dilihat dalam grafik dibawah ini :
Grafik log C (x) vs log X/m (y) suhu
32°C
0
-2 -1.5 -1 -0.5 0
-0.5
y = -1.4412x - 3.4697
Log x/m -1 R² = 1

-1.5

-2
Log C

Gambar 4.2 Grafik log C terhadap log X/m suhu 32oC.

Gambar 4.2 menunjukkan Grafik log X/m vs log C dibuat untuk mengetahui tetapan
adsorpsi (n dan k). Log C merupakan hasil log konsentrasi awal asam asetat sebelum diadsorbsi,
sedangkan Log X/m merupakan hasil log dari massa zat yang diadsorbsi dibagi dengan massa
karbon aktif awal. Nilai dari log C pada suhu 32 oC berturut-turut dari konsentrasi ,0.1 N 0.2 N
yaitu -1.45 dan -1.11 sedangkan nilai log X/m berturut-turut dari konsentrasi 0.1 N dan 0.2 N
yaitu -1.38 dan -1.87 hasil grafik tersebut merupakan grafik yang cukup linier karena sesuai
dengan teori bahwa nilai adsorbsi semakin meningkat dengan meningkatnya konsentrasi larutan
yang diukur. Grafik menghasilkan persamaan y = -1.4412x - 3.4697
Percobaan selanjutnya adalah dengan menggunakan variasi suhu 37oC yaitu dengan cara
memasukkannya kedalam waterbath. Penggunaan waterbath dinjurkan daripada menggunakan
penangas air agar suhu etap konstan saat dimasukkannya absorben kedalam beaker gelas. Gelas
beaker yang telah terisi denga absorben sebanyak 0.2 gram kemudian ditutup dengan
menggunakan kertas alumunium foil. Tujuan dari ditutupnya gelas beaker dengan alumunium
foil adalah agar air yang berada pada waterbath tidak ikut masuk ke dalam gelas beaker. Gelas
beaker yang telah terisi absorben dikocok, tujuannya agar karbon aktif tersebar menyeluruh
didalam sistem sehingga mempermudah penyerapan asam asetat oleh karbon akti f. Proses
pemanasan dalam waterbath ini dilakukan selama 15 menit agar penyerapan asam asetat
oleh karbon aktif lebih optimal. Perlakuan selanjutnya ialah memisahkan filtrat asam asetat
dari residu karbon aktif dengan cara mengambil filrat perlahan-lahan agar adsorben tidak ikut
terambil. Pengambilan filtrate menggunakan pipet volume. Filtrat yang diambil sebanyak 10
mL yang kemudian di titrasi dengan NaOH pada masing masing variasi konsentrasi. Hasil yang
didapatkan dalam percobaan ini dapat dilihat dalam grafik dibawah ini :
Grafik log C (x) vs log X/m (y) suhu
37°C
-1.85
-2 -1.5 -1 -0.5 -1.9 0
-1.95 y = 0.8378x - 0.94
R² = 1
Log x/m
-2
-2.05
-2.1
-2.15
-2.2
Log C

Gambar 4.3 Grafik log C terhadap log X/m suhu 37oC.

Gambar 4.3 menunjukkan Grafik log X/m vs log C dibuat untuk mengetahui tetapan
adsorpsi (n dan k). Log C merupakan hasil log konsentrasi awal asam asetat sebelum diadsorbsi,
sedangkan Log X/m merupakan hasil log dari massa zat yang diadsorbsi dibagi dengan massa
karbon aktif awal. Nilai dari log C pada suhu 37oC berturut-turut dari konsentrasi ,0.1 N 0.2 N
yaitu -1.48 dan -1.11 sedangkan nilai log X/m berturut-turut dari konsentrasi 0.1 N dan 0.2 N
yaitu -2.18 dan -1.87 hasil grafik tersebut merupakan grafik yang cukup linier karena sesuai
dengan teori bahwa nilai adsorbsi semakin meningkat dengan meningkatnya konsentrasi larutan
yang diukur. Grafik menghasilkan persamaan y = 0.8378x - 0.94
Percobaan selanjutnya adalah dengan menggunakan variasi suhu 37oC yaitu dengan cara
memasukkannya kedalam waterbath. Penggunaan waterbath dinjurkan daripada menggunakan
penangas air agar suhu etap konstan saat dimasukkannya absorben kedalam beaker gelas. Gelas
beaker yang telah terisi denga absorben sebanyak 0.2 gram kemudian ditutup dengan
menggunakan kertas alumunium foil. Tujuan dari ditutupnya gelas beaker dengan alumunium
foil adalah agar air yang berada pada waterbath tidak ikut masuk ke dalam gelas beaker. Gelas
beaker yang telah terisi absorben dikocok, tujuannya agar karbon aktif tersebar menyeluruh
didalam sistem sehingga mempermudah penyerapan asam asetat oleh karbon aktif. Proses
pemanasan dalam waterbath ini dilakukan selama 15 menit agar penyerapan asam asetat
oleh karbon aktif lebih optimal. Perlakuan selanjutnya ialah memisahkan filtrat asam asetat
dari residu karbon aktif dengan cara mengambil filrat perlahan-lahan agar adsorben tidak ikut
terambil. Pengambilan filtrate menggunakan pipet volume. Filtrat yang diambil sebanyak 10
mL yang kemudian di titrasi dengan NaOH pada masing masing variasi konsentrasi. Hasil yang
didapatkan dalam percobaan ini dapat dilihat dalam grafik dibawah ini :
Grafik log C (x) vs log X/m (y) suhu
42℃
0
-1.5 -1.48 -1.46 -1.44 -1.42 -1.4 -0.2-1.38

-0.4
-0.6
Log x/m

-0.8 y = 6.6667x + 8.4667


-1 R² = 1
-1.2
-1.4
-1.6
Log C
Gambar 4.4 Grafik log C terhadap log X/m suhu 42oC.

Gambar 4.4 menunjukkan Grafik log X/m vs log C dibuat untuk mengetahui tetapan
adsorpsi (n dan k). Log C merupakan hasil log konsentrasi awal asam asetat sebelum diadsorbsi,
sedangkan Log X/m merupakan hasil log dari massa zat yang diadsorbsi dibagi dengan massa
karbon aktif awal. Nilai dari log C pada suhu 37oC berturut-turut dari konsentrasi ,0.1 N 0.2 N
yaitu -1.48 dan -1.39 sedangkan nilai log X/m berturut-turut dari konsentrasi 0.1 N dan 0.2 N
yaitu -1.40 dan -0.8 hasil grafik tersebut merupakan grafik yang cukup linier karena sesuai
dengan teori bahwa nilai adsorbsi semakin meningkat dengan meningkatnya konsentrasi larutan
yang diukur. Grafik menghasilkan persamaan y = 6.6667x + 8.4667
Berdasarkan hasil pengamatan dari sudut pandang suhu yang berbeda pada konsentrasi
0.1 N asam asetat , dari 27˚C, 32˚C, 37˚C dan 42˚C terjadi peningkatan massa asam asetat
yang teradsorpsi dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Hal ini dibuktikan dengan
volume NaOH yang digunakan untuk titrasi asam asetat berkurang seiring bertambahnya
suhu, tetapi pada suhu 42˚C volume NaOH yang dibutuhkan meningkat. Hal ini merupakan
kesalaha dan tidak sesuai dengan teori, yang seharusnya semakin tinggi suhu pada
konsentrasi yang sama maka, larutan yang teradsorpsi menjadi lebih banyak. Kesalahan ini
diakibatkan karena ketidaktelitian dari praktikan saat melakukan titrasi dan juga mungkin
praktikan kurang teliti dalam pengamatan suhu, yang sebenarnya suhu tidak tepat.
Berdasarkan hasil pengamatan dari sudut pandang suhu yang berbeda pada konsentrasi
0.2 N asam asetat , dari 27˚C, 32˚C, 37˚C dan 42˚C terjadi peningkatan massa asam asetat
yang teradsorpsi dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Hal ini dibuktikan dengan
volume NaOH yang digunakan untuk titrasi asam asetat berkurang seiring bertambahnya
suhu, Hal ini k sesuai dengan teori, yaitu semakin tinggi suhu pada konsentrasi yang sama
maka, larutan yang teradsorpsi menjadi lebih banyak. Sehingga, volume NaOH yang
digunakan untuk mentitrasi asam asetat menjadi lebih sedikit karena banyaknya kadar asam
asetat yang terserap oleh absorben.
Karbon aktif merupakan jenis zat padat yang memiliki pori-pori. Pada saat suhu semakin
tinggi, maka memicu terjadinya pembesaran pori-pori dan menyebabkan luas permukaan dari
karbon aktif bertambah besar. Luas permukaan dari absorben yang semakin besar akan
menyebabkan zat yang terserap juga semakin besar karena semakin banyak memakan tempat
dan memenuhi permukaan larutan. Hal ini yang menyebabkan semakin bertambahnya suhu,
maka larutan yang teradsorpsi semakin banyak, sehingga konsentrasi dari larutan semakin
berkurang.
Penentuan nilai entalpi adsorpsi asam asetat oleh karbon aktif dilakukan dengan cara
membuat grafik ln k (sebagai y) melawan 1/T (sebagai x), yang mana nilai ln k diperoleh
dari intersep pada grafik pengaruh konsentrasi terhadap adsorpsi. Persamaan garis yang
didapatkan akan ekivalen dengan persamaan 4.1 berikut:
∆𝐻 1
ln k= . 𝑇 + 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 (4.1)
𝑅

Berdsarkan persamaan diatas, bisa ditentukan nilai entalpi (∆𝐻) yaitu gradien (m) dikalikan
dengan konstanta gas (R). Grafik ln k melawan 1/T dapat dilihat berikut ini:

grafik hubungan antara 1/T vs ln K


25
20 y = -145373x + 474.47
R² = 0.6594
15
grafik hubungan
10 antara 1/T vs ln K
ln K

5
Linear (grafik
0 hubungan antara 1/T
0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335 vs ln K)
-5
-10
-15
1/T

Gambar 4.5. Hubungan grafik 1/T dengan ln k.


Gambar 4.5 menunjukkan nilai grafik antara ln K terhadap 1/T untuk menentukan nilai
entalpi. Penentuan nilai entalpi adsorpsi didapatkan dengan adanya variasi suhu yaitu 27 oC,
32oC, 37oC dan 40oC. Nilai ∆H diperoleh dari Y = mx + c, dari persamaan ln k= -∆H/R . (1/T)
, sehingga diperoleh hasil ∆H sebesar -1,208606 x 106 J.
BAB 5. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari percobaan entalpi adsorpsi adalah :
1. Percobaan entalpi adsorpsi, volume NaOH yang dibutuhkan pada proses titrasi berbeda-
beda untuk menentukan konsentrasi larutannya. Konsentrasi semakin besar, maka semakin
banyak volume NaOH yang dibutuhkan.
2. Massa zat yang diadsorpsi pada suhu 27oC, 32oC, 37oC dan 42oC dari konsentrasi rendah
ke tinggi adalah meningkat. Hasil ini menunjukkan semakin besar konsentrasi larutan,
maka semakin banyak massa asam asetat yang diadsorpsi. Begitupula dengan kenaikan
suhu makan semakin banyak konsentrasi zat yang teradsorpsi. Pada percobaan diperoleh
nilai entalpi adsorpsi ∆H sebesar -1,208606 x 106 J. Entalpi bernilai negative yang berarti
reaksi yang terjadi bersifat eksotermis yaitu panas dari sistem berpindah ke lingkungan.
5.2. Saran
Saran untuk praktikum ini dan praktikum selanjutnya adalah:
1. Praktikan harus teliti saat menentukan titik akhir titrasi.
2. Praktikan lebih teliti dalam membaca alat ukur volumetri seperti buret, pipet mohr, maupun
pipet volume.Praktikan lebih teliti dalam membaca alat ukur massa seperti neraca.
DAFTAR PUSTAKA

Alberty,Robert. 1992. Kimia Fisika Jilid I. Jakarta : Erlangga.


Atkin, PW. 1999. Kimia Fisika. Jakarta : Erlangga.
Bird, Tony. 1987. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Brady, James, E.1999.Kimia Universitas Jilid 1.Jakarta:Erlangga
Dainith,J.1994.Kamus Kimia Lengkap Edisi baru.Jakarta:Erlangga
LabChem. 2019. Material Safety Data SheetAkuades.[serial online].
http://www.labchem.com/msds.php?msdsId=9927127.[diakses 17 Oktober 2019]
LabChem. 2019. Material Safety Data SheetAsam Asetat.[serial online].
http://www.labchem.com/msds.php?msdsId=9927321. [diakses 17 Oktober 2019]..
LabChem. 2019. Material Safety Data SheetAsam Oksalat.[serial online].
http://www.labchem.com/msds.php?msdsId=9927133. [diakses 17 Oktober 2019].
LabChem. 2019. Material Safety Data SheetKarbon Aktif.[serial online]. http://www .
labchem.com/msds.php?msdsId=9923955.[ diakses 17 Oktober 2019].
LabChem. 2019. Material Safety Data Sheet Natrium Hidroksida.[serial online].
http://www.labchem.com/msds.php?msdsId=992718.[ diakses 17 Oktober 2019].
LabChem. 2019. Material Safety Data Sheet Phenolftalein. [serial online].
http://www.labchem.com/msds.php?msdsId=9927062.[ diakses 17 Oktober 2019].
Muhara, I, Fadli, A, Akbar, F.2014. Model Kesetimbangan pada Asorpsi Ion Ca2+ dengan
Variasi Suhu Adsorpsi dan Pemgadukam. Jurnal Mahasiswa Riau. Vol 2, No. 1
Sukardjo. 1989. Kimia Fisika. Yogyakarta: Rinaka Cipta.
Tim Penyusun Kimia Fisik. 2019. Penuntun Praktikum Termodinamika Kimia. Jember:
FMIPA UNEJ.
Udayani, K. 2010. Adsorpsi Detergen Menggunakan Adsorben Karbon Katif pada Kolom
Fluidasi BED. Jurnal Teknik Kimia. Vol 5, No.1
Wardhani, O.P. 2016. Adsorpsi Beta Karoten yang Terkandung dalam Minyak Kelapa Sawit
Menggunakan Karbon Aktif. Jurnal Teknik Kimia. Vol 5, No.1
LEMBAR PERHITUNGAN

A. Pengenceran
 0,4 N

N1 . 𝑉 1 = N2 . V2
N2 .V2
V1 = 𝑁1

0,1 𝑁 .50 𝑚𝐿
= 1𝑁

= 5 mL

 0,2 N

N1 . 𝑉 1 = N2 . V2
N2 .V2
V1 = 𝑁1

0,2 N .50 mL
= 1𝑁

= 10 mL

B. Standarisasi LarutanNaOH
M NaOH . V NaOH = MC2H2O4 . V C2H2O4
M NaOH . 6 mL = 0,2 M . 10 mL
M NaOH = 0,33 M

C. Konsentrasi Mula-Mula Asam Asetat (sebelum di adsorpsi)


 Perc 1 (0,1N)
M NaOH . V NaOH = M CH3COOH . V CH3COOH
0,33 M . 2,6 mL = M CH3COOH . 10 mL
M CH3COOH = 0,086 M
 Perc 2 (0,2N)
M NaOH . V NaOH = M CH3COOH . V CH3COOH
0,33 M . 4,8 mL = M CH3COOH . 10 mL
M CH3COOH = 0,16 M
D. Konsentrasi asam asetat setelah adsorpsi
1.) Pada suhu 27 0C
 Perc.1 (0,1 N )
M NaOH . V NaOH = M CH3COOH . V CH3COOH
0,33 M x 2,2 mL = M CH3COOH . 20 mL
M CH3COOH = 0,036 M
 Perc. 2 (0,2 N )
M NaOH . V NaOH= M CH3COOH . V CH3COOH
0, 33 M x 4,6 mL = M CH3COOH . 20 mL
M CH3COOH = 0,076 M
2.) Pada suhu 320C
 Perc.1 (0,1 N )
M NaOH . V NaOH = M CH3COOH . VCH3COOH
0,33 M x 2,1 mL = M CH3COOH . 20 mL
M CH3COOH= 0,035 M
 Perc.2 ( 0,2N )
M NaOH . V NaOH = M CH3COOH . VCH3COOH
0,33 M x 4,6 mL = M CH3COOH . 20 mL
M CH3COOH = 0,076 M
3.) Pada suhu 370C
 Perc.1 (0,1 N )
M NaOH . V NaOH = M CH3COOH . VCH3COOH
0,33M x 2,5 mL = M CH3COOH . 20 mL
M CH3COOH = 0,041 M
 Perc.2 ( 0,2 N )
M NaOH . V NaOH = M CH3COOH . VCH3COOH
0,33 M x 4,6mL = M CH3COOH . 20 mL
M CH3COOH = 0,076 M
3.) Pada suhu 420C
 Perc.1 (0,1 N )
M NaOH . V NaOH = M CH3COOH . VCH3COOH
0,33M x 2 mL = M CH3COOH . 20 mL
M CH3COOH = 0,033 M
 Perc.2 ( 0,2 N )
M NaOH . V NaOH = M CH3COOH . VCH3COOH
0,33 M x 2,4 mL = M CH3COOH . 20 mL
M CH3COOH = 0,04 M

E. Nilai x pada suhu 27 0C, 320C, 37 0C


X = (a − b) × [NaOH] × BMNaOH

Ket : a = volume NaOH sebelum adsorpsi


b = volume NaOH setelah adsorpsi
Nilai x pada suhu 270C
 Pada (0,1N)
x = ( a – b ) . [ NaOH ] . BM NaOH
= ( 2,6 mL – 2,2 mL ) . 0,33 M . 40 g/mol
= ( 0,4mL ) . 0,33 M . 40 g/mol
x = 5,28 mg
 Pada (0,2N)
x = ( a – b ) . [ NaOH ] . BM NaOH
= ( 4,8 Ml – 4,6 mL ) . 0,33 M . 40 g/mol
= ( 0,2 mL ) . 0,33 M . 40 g/mol
= 2,64 mg
Nilai x pada suhu 320C
 Pada 0,1 N
x = ( a – b ) . [ NaOH ] . BM NaOH
= ( 2,6 mL – 2,1 mL ) . 0,33 M . 40 g/mol
= ( 0,5mL ) . 0,33 M . 40 g/mol
= 6,6 mg
 Pada (0,2N)
x = ( a – b ) . [ NaOH ] . BM NaOH
= ( 4,8 Ml – 4,6 mL ) . 0,33 M . 40 g/mol
= ( 0,2 mL ) . 0,33 M . 40 g/mol
= 2,64 mg
Nilai x pada suhu 370C
 Pada 0,1N
x = ( a – b ) . [ NaOH ] . BM NaOH
= ( 2,6 mL – 2,5 mL ) . 0,33 M . 40 g/mol
= ( 0,1 mL ) . 0,33 M . 40 g/mol
= 1,32 mg
 Pada 0,2N
x = ( a – b ) . [ NaOH ] . BM NaOH
= ( 4,8 mL – 4,6 mL ) . 0,33 M . 40 g/mol
= ( 0,2 mL ) . 0,33 M . 40 g/mol
= 2,64 mg
Nilai x pada suhu 420C
 Pada 0,1N
x = ( a – b ) . [ NaOH ] . BM NaOH
= ( 2,6 mL – 2 mL ) . 0,33 M . 40 g/mol
= ( 0,6 mL ) . 0,33 M . 40 g/mol
= 7,92 mg
 Pada 0,2N
x = ( a – b ) . [ NaOH ] . BM NaOH
= ( 4,8 mL – 2,4 mL ) . 0,33 M . 40 g/mol
= ( 2,4 mL ) . 0,33 M . 40 g/mol
= 31,68 mg

F. Nilai log X/m pada suhu 270C, 32 0C, 37 0C, 420C


 Pada suhu 27 0C
 Pada 0,1 N
𝑥 5,28 𝑚𝑔
log𝑚 = = 0,0114
200 𝑚𝑔

log 0,0114 = -1,94


 Pada 0,2 N
𝑥 2,64 𝑚𝑔
log𝑚 = = 0,0132
200 𝑚𝑔

log 0,0132 = - 1,87


 Pada suhu 320C
 Pada 0,1N
𝑥 6,6 𝑚𝑔
log𝑚 = 200 𝑚𝑔 = 0,033

log 0,033 = -1,48


 Pada 0,2 N
𝑥 2,64 𝑚𝑔
log𝑚 = = 0,0132
200 𝑚𝑔

log 0,0132 = -1,87


 Pada suhu 370C
 Pada 0,1N
𝑥 1,32 𝑚𝑔
log𝑚 = = 0,0066
200 𝑚𝑔

log 0,0066 = -2,18


 Pada 0,2 N
𝑥 2,64 𝑚𝑔
log𝑚 = = 0,0132
200 𝑚𝑔

log 0,0132 = -1,87


 Pada suhu 420C
 Pada 0,1N
𝑥 7,92𝑚𝑔
log𝑚 = 200 𝑚𝑔 = 0,0396

log 0,0396 = -1,40


 Pada 0,2 N
𝑥 31,68 𝑚𝑔
log𝑚 = =0,1584
200 𝑚𝑔

log 0,1584 = -0,8

G. Nilai log C pada suhu 27℃ , 32℃, 37℃, 42℃


Pada suhu 27 0C
 Pada 0.1 N
log C = log 0,036
= - 1,44
 Pada 0,2 N
log C = log 0,076
= - 1,11
Pada suhu 320C
 Pada 0,1 N
log C = log 0,035
= - 1,45
 Pada 0,2 N
log C = log 0,076
= - 1,11
Padasuhu 370C
 Pada 0,1 N
logC = log 0,041
= - 1,38
 Pada 0,2 N
log C = log 0,076
= - 1,11
Pada suhu 420C
 Pada 0,1 N
log C = log 0,033
= - 1,48
 Pada 0,2 N
log C = log 0,04
= - 1,39

H. Grafik log C (x) vs log X/m (y) pada suhu 𝟐𝟕℃

X Log C - 1,44 -1,11


Y Log x/m -1,94 -1,87
y = 0.2121x - 1.6345
grafik hubungan log C vs log x/mR² = 1
-1.86
-2 -1.5 -1 -0.5 -1.87 0
-1.88
-1.89 grafik hubungan log C
vs log x/m
log x/m

-1.9
-1.91
Linear (grafik
-1.92 hubungan log C vs log
-1.93 x/m)
-1.94
-1.95
log C

y = mx + c
= -0,212x -1,634
c= log k = - 1,634
k = 0,023
ln k = -3,37
I. Grafik log C (x) vs log X/m (y) pada suhu𝟑𝟐℃
X Log C - 1,45 -1,11
Y Log x/m -1,38 -1,87

grafik hubungan log C vs log x/m


0
-2 -1.5 -1 -0.5 -0.2 0
-0.4
-0.6 grafik hubungan log C
-0.8 vs log x/m
log x/m

y = -1.4412x - 3.4697
-1
R² = 1
-1.2 Linear (grafik
-1.4 hubungan log C vs log
-1.6 x/m)
-1.8
-2
log C

y = mx + c
= -1,441x - 3,469
c= log k = -3,469
k =0,00033
ln k = -8,01
J. Grafik log C (x) vs log X/m (y) pada suhu 𝟑𝟕℃
X Log C - 1,48 -1,11
Y Log x/m -2,18 -1,87

y = 0.8378x - 0.94
grafik hubungan log C vs log x/m R² = 1

-1.85
-2 -1.5 -1 -0.5 0
-1.9

-1.95
grafik hubungan log C
vs log x/m
log x/m

-2

-2.05
Linear (grafik
-2.1 hubungan log C vs log
x/m)
-2.15

-2.2
log C

y = mx + c
= 0,837x -0,94
c = log k = -0,94
k =8,70
ln k = 2,16

K. Grafik log C (x) vs log X/m (y) pada suhu 𝟒𝟐℃


X Log C - 1,48 -1,39
Y Log x/m -1,40 -0,8
y = 6.6667x + 8.4667
grafik hubungan log C vs log x/m R² = 1
0
-1.5 -1.48 -1.46 -1.44 -1.42 -1.4 -1.38
-0.2
-0.4
grafik hubungan log C
-0.6
vs log x/m
log x/m

-0.8
-1 Linear (grafik
hubungan log C vs log
-1.2 x/m)
-1.4
-1.6
log C

y = mx + c
= 6,666x + 8,466
c = log k = 8,466
k =292415237,8
ln k = 19,49

L. Grafik 1/T (x) vs ln k (y)

T (K) 1/T (K) k ln k

300 0,0033 0,023 -3,37

305 0,0032 0,00033 -8,01

310 0,0032 8,70 2,16

315 0,0031 292415237,8 19,49


grafik hubungan antara 1/T vs ln K
25
20 y = -145373x + 474.47
R² = 0.6594
15
grafik hubungan
10 antara 1/T vs ln K
ln K

5
Linear (grafik
0 hubungan antara 1/T
0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335 vs ln K)
-5
-10
-15
1/T

y = mx + c
= -14537x + 474,4
-∆H/R = 14537
∆H = -14537 (8,314)
∆H = -1,208606 x 106 J
LAMPIRAN GAMBAR

Standarisasi NaOH Standarisasi asam asetat 0.1N

Standarisasi asam asetat 0.2N Standarisasi asam asetat 0.1N suhu 27oC

Standarisasi asam asetat 0.1N suhu 32oC Standarisasi asam asetat 0.1N suhu 37oC

Standarisasi asam asetat 0.1N suhu 42oC Standarisasi asam asetat 0.2N suhu 27oC
Standarisasi asam asetat 0.2N suhu 32oC Standarisasi asam asetat 0.2N suhu 37oC

Standarisasi asam asetat 0.2N suhu 42oC

Anda mungkin juga menyukai