Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR ANALISA DAN PEMISAHAN

KIMIA
IODOMETRI

Oleh:
Nama : Khoirina Zulfa
NIM : 201810301065
Kelas / Kelompok : A/VI
Asisten : Ainun Nihayah

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2021
I. Judul : Iodometri
II. Tujuan Percobaan
Untuk menentukan konsentrasi asam askorbat dalam vitacimin.
III. Pendahuluan

3.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)

a) Indikator Amilum

Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air,
berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Amilum memiliki rumus
molekul yakni (C6H10O5)n. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan
oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai
produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Hewan dan manusia juga
menjadikan pati sebagai sumber energi yang penting. Pati tersusun dari dua
macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-
beda. Amilosa memberikan sifat keras (pera) sedangkan amilopektin
menyebabkan sifat lengket. Amilosa memberikan warna ungu pekat pada tes
iodin sedangkan amilopektin tidak bereaksi. Penjelasan untuk gejala ini belum
pernah bisa tuntas dijelaskan. Pada titrasi iodometri menggunakan amilum
sebagai indikatoryangberfungsiuntukmenunjukantitik akhir titrasi yang
ditandai dengan perubahan warna dari biru menjadi tidak berwarna. Penjelasan
untuk pertolongan pertama pada kecelakaan saat meggunaka amilum dalam
laboratorium yakni pada saat setelah terhirup, hirup udara segar. Jika nafas
terhenti: berikan nafas buatan mulut ke mulut atau secara mekanik. Berikan
masker oksigen jika mungkin. Bila terjadi kontak kulit, dibilas kulit dengan air
yang banyak. Setelah terjadi kontak pada mata maka, dibilas mata dengan air
yang banyak. Lepaskan lensa kontak jika menggunakan lensa kontak. Apabila
tertelan, segera beri korban minum air putih (dua gelas paling banyak)
(SmartLab,2021).

b) Kalium Iodida (KI)

Kalium iodida memiliki rumus kimia KI. Kalium iodida adalah


suatu senyawa kimia, obat-obatan, dan suplemen makanan. Sebagai obat-
obatan yang digunakan pada penyakit hipertiroidisme, dalam radiasi darurat,
dan untuk melindungi kelenjar tiroid ketika beberapa jenis radiofar
maka digunakan. Pada dunia berkembang saat ini, hal ini juga digunakan untuk
mengobati sporotrikosis dan fikomikosis pada kulit. Sebagai suplemen, hal ini
digunakan pada seseorang yang memiliki asupan iodin yang rendah dalam
makanan, yang diberikan melalui mulut. Efek samping yang umum terjadi
seperti muntah, diare, sakit perut, ruam, dan pembengkakan kelenjar
ludah. Efek samping lainnya seperti reaksi alergi, sakit kepala, gondok,
dan depresi. Ketika digunakan selama kehamilan dapat membahayakan bayi.
Penggunaan ini masih direkomendasikan dalam radiasi saat keadaan darurat.
Penjelasan mengenai tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan saat
menggunakan kalium iodida. Apabila kalium iodida terhiru maka hirup udara
segar. Jika nafas korban terhenti berikan nafas buatan mulut ke mulut atau
secara mekanik. Berikan masker oksigen jika mungkin. Bila terjadi kontak kulit,
dibilas dengan air yang mengalir dan banyak. Setelah terjadi kontak pada mata,
bilas mata dengan air yang banyak. Lepaskan lensa kontak jika menggunakan
lensa kontak. Setelah tertelan beri air minum (paling banyak dua gelas). Hanya
di dalam kasus khusus, jika pertolongan tidak tersedia dalam satu jam, rangsang
untuk muntah (hanya jika korban tidak sadarkan diri), telan karbon aktif dan
konsultasikan kepada dokter secepatnya (Labchem,2021).

c) Asam Sulfat Pekat (H2SO4)

Asam sulfat (H2SO4), merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat
ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak
kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri kimia. Produksi
dunia asam sulfat pada tahun 2001 adalah 165 juta tonKegunaan utamanya
termasuk pemrosesan bijih mineral, sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan
pengilangan minyak. H2SO4 dapat larut dalam air, memiliki bentuk dan bau
yaitu cairan bening tidak berbau, H2SO4 memiliki tingkat penguapan yakni
kurang dari 1 dan menggunakan gravitasi 1,84. H2SO4 dapat menyebabkan
iritasi dan mudah terbakar. Berbahaya jika terkena kulit. Hindari kontak
langsung dengan mata, kulit atau baju. Hindari juga uap dan asapnya. Untuk
pertolongan pertama jika terkena kulit yaitu segera basuh dengan air mengalir
paling sedikit 15 menit. Jika terkena mata juga dibasuh dengan air yang
mengalir selama 15 menit, buka tutup kelopak mata beberapa kali, dan jika
terhirup segera cari udara segar, apabila tidak bisa bernafas berikan nafas buatan
dan segera cari pertolongan medis (Labchem,2021)

d) Natrium tiosulfat (Na2S2O3)

Natrium tiosulfat adalah suatu senyawa kimia dan obat-obatan. Sebagai obat
yang digunakan untuk mengobati keracunan sianida dan panau. Senyawa ini
merupakan senyawa anorganik yang biasanya tersedia sebagai pentahidrat,
Na₂S₂O₃·5H₂O. Padatannya adalah zat kristal yang efloresen yang larut dengan
baik dalam air. rumusa dari natium tiosianat yakni Na2S2O3 yang memiliki
massa molar sebesar 158,11 g/mol. Titik didih dan titik leleh yang dimiliki
Natrium tiosianat adalah 100oC dan 48,3oC. Natrium tiosianat dapat larut dalam
pelarut air. Pertolongan pertama saat terjadi kecelakaan pada pemakaian
Na2S2O3 dilaboratorium yakni setelah terhirup maka hirup udara segar. Jika
nafas terhenti, berikan nafas buatan mulut ke mulut atau secara mekanik.
Berikan masker oksigen jika mungkin. Bila terjadi kontak kulit, dibilas kulit
dengan air yang banyak. Pertolongan pertamaa saat terjadi kontak pada mata
maka, dibilas mata dengan air yang banyak. Lepaskan lensa kontak jika
menggunakan lensa kontak. Setelah tertelan, segera beri korban minum air putih
(dua gelas paling banyak) (SmartLab,2021).

e) Kalium Iodidat (KIO3)

Kalium iodat (KIO3) adalah suatu senyawa ionik, yang terdiri dari ion
K+ dan ion IO3− dengan perbandingan 1:1. Kalium iodat adalah zat
pengoksidasi dan karenanya dapat menyebabkan kebakaran jika bersentuhan
dengan bahan yang mudah terbakar atau zat pereduksi. Senyawa ini dapat
dibuat dengan mereaksikan basa yang mengandung kalium seperti kalium
hidroksida dengan asam iodat. Penjelasan untuk pemberi pertolongan pertama
pada kecelacaan saat menggunakan KIO3 dalam laboraturium yakni setelah
terhirup maka, hirup udara segar. Jika nafas terhenti, berikan nafas buatan mulut
ke mulut atau secara mekanik. Berikan masker oksigen jika mungkin. Bila
terjadi dengan kontak kulit, dibilas kulit dengan air yang banyak. Dan lepas
semua pakaian yang terkontaminas. Setelah kontak pada mata, dibilas mata
dengan air yang banyak. Lepaskan lensa kontak jika menggunakan lensa
kontak. Setelah tertelan, korban diberi air minum (paling banyak dua gelas).
Segera cari anjuran pengobatan.Hanya di dalam kasus khusus, jika pertolongan
tidak tersedia dalam satu jam, rangsang untuk muntah (hanya jika korban tidak
sadarkan diri), telan karbon aktif (Labchem,2021).

f) Aquadest

Aquadest memiliki sinonim dihidrogen oksida, deionized water, aqua.


Formula H₂O. Aquades tidak diklasifikasikan sebagai bahan atau campuran
yang berbahaya. Aquades tidak mudah terbakar.Aquades harus disimpan
dengan kondisi penyimpanan yang aman yaitu dengan tertutup sangat rapat.
Suhu penyimpanan yang direkomendasikan harus disimpan pada positif 5℃
hingga positif 30℃. Aquades ini stabil secara kimiawi di bawah kondisi
ruangan standar (suhu kamar). Aquadest memiliki sifat fisik berbentuk cair,
tidak berbau, tidak berwarna dan PH normal pada 20℃. Titik lebur 0℃, titik
didih 100℃. Tekanan uap aquadest adalah 23 hPa pada 20℃. Larut dalam air,
bukan termasuk zat yang berbahaya dan mudah meledak, memiliki densitas
1,00 g/cm3 pada 20℃ (Smartlab,2021).

g) Asam askorbat (C6H8O6)

Asam askorbat adalah salah satu senyawa kimia yang disebut vitamin C,
selain asam dehidroaskorbat. Ia berbentuk bubuk kristal kuning keputihan yang
larut dalam air dan memiliki sifat-sifat antioksidan. Nama askorbat berasal dari
akar kata a- dan scorbutus, penyakit yang disebabkan oleh defisiensi vitamin C.
Asam askorbat memiliki rumus molekul C6H8O6 dengan massa molar sebesar
176,12 g/mol. Asam askorbat memiliki titik leleh dan titik didih sebesar 190°C
dan 553°C. Asam askorbat termasuk dalam senyawa organic yang dapat larut
dalam air, etanol, Glgiserol, dan propilen glikol. Untuk pemberian pertolongan
pertama pada saat terjadi kecelakaan ketika menggunakan asam askorbat di
laboratorium. Setelah terhirup, hirup udara segar. Jika nafas terhenti, maka
diberikan nafas buatan mulut ke mulut atau secara mekanik. Berikan masker
oksigen. Bila terjadi kontak dengan kulit, dibilas kulit dengan air yang banyak.
Setelah kontak pada mata, dibilas mata dengan air yang banyak. Lepaskan lensa
kontak jika menggunakan lensa kontak. Setelah tertelan, segera beri korban
minum air putih (dua gelas paling banyak) (Smartlab,2021).

3.2 Tinjauan Pustaka

Titrasi adalah suatu metode analisis kimia yang digunakan untuk


menentukan konsentrasi suatu larutan dengan cara mereaksikan sejumlah
volume larutan dengan volume larutan yang konsentrasinya sudah diketahui.
Larutan yang dimasukkan ke dalam buret dikenal dengan titran dan larutan
yang berada dalam labu Erlenmeyer disebut titrat. Titrasi iodometri adalah
salah satu jenis titrasi yang didasarkan padareaksi reduksi dan oksidasi.
Iodometri merupakan jenis titrasi trimetrik yangdi l akukan secara ti dak
l angsung. Ti trasi iodom et ri di l akukan t erhadap zat oksidator dimana zat
ini direduksi terlebih dahulu dengan KI dan iodin. Titrasi inisering digunakan
untuk mengetahui kadar dari suatu zat (Khopkar, 2002).

Iodometri sangat penting untuk dipelajari karena berhubungan erat


dengankehidupan sehari – hari. Praktikum iodometri yang dilakukan
bertujuan untukmenentukan konsentrasi asam askorbat dalam vitamin.
Pemanfaatan iodometrid a l a m k e h i d u p a n d a p a t b e r m a n f a a t d a l a m
beberapa bidang ilmu s e p e r t i kedokteran, sains, dan farmasi.
Pemanfaatan iodometri dalam bidang farmasidapat digunakan dalam
penentuan kadar zat yang mengandung oksidator seperti Cl2, Fe(III), Cu(II),
dan sebagainya. Pengetahuan tentang kadar suatu zat dapatdigunakan untuk
mengetahui mutu dan kualitas dari suatu zat. Iodometri dalambidang farmasi
sering digunakan untuk menetapkan kadar asam askorbat, natriumaskorbat,
metampiron (antalgin), natrium tiosulfat, dan lain-lain. Iodometri sangatpenting
untuk dilakukan dalam penentuan kadar suatu zat karena penentuan kadaryang
tidak tepat dapat berbahaya bagi konsumen (Rosita, dkk, 2016).
Titrasi Iodometri merupakan salah satu jenis titrasi redoks yang
melibatkansenyawa iodium pada perlakuannya. Titrasi ini juga merupakan jenis
titrasi tidaklangsung yang dapat digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa
yangmempunyai potensial oksidasi yang lebih besar daripada sistem iodium iodia
atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO4.5H2O (Asip & Okta,
2013).

Istilah oksidasi mengacu kepada setiap perubahan kimia dimana


terjadikenaikkan bilangan oksidasi. Berarti proses oksidasi disertai dengan
hilangnyaelektron, sedangkan reduksi mempertoleh elektron. Oksidator adalah
senyawa dimana atom yang mengalami kenaikkan bilangan oksidasi. Sebaliknya
pada reduktor, atomyang mengalami kenaikkan bilangan oksidasi. Oksidasi reduksi
selalu berlangsung bersamaan dan saling mengompensasi satu sama lain. Istilah o
ksidator reduktor mengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada atomnya saja. Jika
usatu reagen berperan baik sebagai reduktor dan oksidator maka dikatakan zat
tersebut mengalamiautooksidasi atau disproporsionasi (Khopkar, 2002).

Quraishi (2017) menambahkan, titrasi iodometri merupakan sebuah


analisiskimia volumetrik dimana terjadi reaksi oksidasi-reduksi atau reaksi redoks
antara zat pengoksidasi dan pereduksi dan ada atau tidak adanya unsur iodide
mengindikasikan sebuah titik akhir.Iodium merupakan salah satu mineral yang
dibutuhkan dalam jumlah sedikit dalam tubuh. Iodium ada di dalam kelenjar tiroid
yang digunakan untuk mensintesis protein hormon tiroksin untuk pertumbuha
normal, perkembangan fisik dan mental pada manusia. Iodium yang biasa
ditambahkan pada fortifikasi makanan yaitu dalam bentuk KIO3 karena KIO3
lebih stabil dibandingkan KI (Novitriani & Sucianawati.2014).

Titrasi iodometri sama saja (sinonim) dengan titrasi redoks. Iodometri


dapatdigunakan untuk menentukan jumlah zat pereduksi atau zat pengoksidasi.
Reaksi yangterjadi dalam titrasi iodometri adalah jika klorida bereaksi dengan iodin
yang berasaldari KI maka akan menghasilkan ion klorin dan iodide

Cl2 + 2I- 2Cl- + I2


Dalam titrasi iodometri, jika tiosulfat standar bereaksi dengan iodin maka akan
terjadireaksi

I2 + 2S2O32- S4O4- +2I-

Dari semua kasus reaksi titik akhir titrasi dapat terdeteksi berdasarkan perubahan
warnayang terjadi, yaitu pati biru kompleks (Quraishi, 2017).

Iodometri memiliki manfaat bagi kehidupan sehingga perlu


dilakukanpercobaan dalam mempelajari Iodometri. Larutan KIO 3 dilakukan
standarisasi terlebih dahulu. Tujuan dilakukannya standarisasi yaitu
untuk mengetahuin konsentrasi titran dan mencegah terjadinya kesalahan.
Langkah selanjutnya yaitu analisa vitamin C dimana kita dapat mengetahui
rata-rata asam askorbat dalam vitamin. Tablet vitamin dihaluskan dan
dicampur dengan asam sulfat dan aduk h i n g g a e n c e r . L a r u t a n v i t a m i n
C d i m a s u k k a n k e d a l a m e r l e n m e y e r d a n ditambahkan dengan 1 gram
KI. Larutan tersebut dititrasi dengan menambahkanindikator amilum kedalam
larutan tersebut sehingga konsentrasi asam askorbatdapat dihitung (Tim
Penyusun, 2021).
IV. METODOLOGI PERCOBAAN

4.1 Alat dan Bahan


4.1.1 Alat
- Buret
- Erlenmeyer 250 mL
- Gelas ukur
- Pipe volume
- Pipet tetes
- Pemanas
4.2.1 Bahan
- Indikator amilum
- KI padat
- H2SO4 3 M
- Na2S2O3 0,04 M
- KIO3 0,01 M
4.2 Diaggram Alir
4.2.1 Standarisasi KIO3

Larutan KIO3

- Larutan KIO3 dimaksukan ke dalam


masing-masing 3 tabung Erlenmeyer
menggunakan pipet 25.00 mL.
- Ditambahkan 1 g KI dan 20 mL larutan
asam sulfat 0,3 M ke setiap labu.
- Dititrasi tri iodida dengan larutan tiosulfat
dari larutan coklat menjadi kuning pucat.
Kemudian ditambahkan 2 mL larutan
indikator pati dan dititrasi sampai warna
violet kompleks pati-iodin menghilang
begitu saja. Hal ini adalah titik akhir titrasi.
- Diulangi prosedur ini untuk total tiga titrasi
yang tepat.
- Dihitung konsentrasi KIO3

Hasil
4.2.2 Menganalisis Vitamin C

larutan Mg-EDTA

- Ditimbang sejumlah besar tablet vitamin


sehingga kira-kira 500 mg asam askorbat.
Dihaluskan tablet dengan lumping dan alu
- Ditransfer massa bubuk yang diketahui ke
labu volumetrik 250 mL..
- Ditambahkan 100 mL asam sulfat 0,3 M.
Stirer selama sekitar 10 menit, lalu
dibiarkan selama beberapa menit. Distirer
lagi, lalu diencerkan dengan tanda 0,3 M
asam sulfat sapai tanda batas.
- Dimasukkan 25.00 mL larutan vitamin C ke
labu Erlenmeyer.
- Ditambahkan 1 g KI padat dan 25.00 mL
KIO3 standar ke dalam labu.
- Dititrasi tri iodida yang tersisa dengan
larutan tiosulfat standar seperti di atas,
dengan hati-hati ditambahkan larutan kanji
sesaat sebelum titik akhir.
- Diulangi titrasi ini dua kali untuk total tiga
penentuan yang tepat.
- Dihitung massa rata-rata vitamin C di setiap
tablet.

Hasil
IV. Hasil dan Pembahasan
4.1 Tabel Hasil
4.1.1 Tabel Hasil Standarisasi KIO3
n KIO3 (mol) n I3- (mol) V rata-rata n Na2S2O3 M Na2S2O3
Na2S2O3 (L) (mol) (M)

25 × 10−4 7,5 × 10−4 0,03365 1,5 × 10−4 0,04 M

4.1.2 Tabel Hasil Menganalisis Vitamin C


M Na2S2O3 (M) V rata-rata V Vitamin C M Vitamin C Massa Asam
Na2S2O3 (L) (L) (M) Askorbat
(gram)
25 × 10−4 7,5 × 10−4 0,025 L 0,05384 M 0,236 gram

4.2 Pembahaasan
Titrasi iodometri yaitu titrasi tidak langsung dimana oksidator yang dianalisis
kemudian direaksikan dengan ion iodide berlebih dalam keadaan yang sesuai,yang
selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasi dengan larutan
standar. Ti t rasi i odomet ri dil akukan t erhadap z at oksidator dimana zat ini
direduksi terlebih dahulu dengan KI dan iodin. Titrasi inisering digunakan untuk
mengetahui kadar dari suatu zat. Prinsip metode Iodometri adalah terjadinya
perubahan warna setelah sampel dititrasi. Analisis ini sangat sulit dilakukan secara
langsung untuk sampel yang berwarna seperti bumbu dapur. (Khopkar, 2002).
Percobaan pertama praktikum kali ini yaitu preparasi indikator amilum.
Amilum ditimbang sebanyak 0,5 gram kemudian dimasukkan ke dalam gelas
beker dan dilarutkan kedalam50 ml aquades. Amilum yang masih tersisa di
kaca arloji dibilas dengan menggunakan aquades. Kemudian larutan amilum
dihomogenkan. Larutan amilum kemudian dipanaskan hingga berubah menjadi
tidak berwarna.
Percobaan kedua yaitu you preparasi sampel vitamin C ditimbang sebanyak
0,5 gram dan dimasukkan ke dalam gelas beker sampel vitamin C kemudian
dilarutkan dengan larutan H 2SO4 dengan konsentrasi 0,3 molar kemudian
vitamin C yang masih tersisa digelas arloji dibilas dengan larutan H2

01:44
so4 dengan konsentrasi yang sama lalu
01:48
larutan dihomogenkan
02:00
Hai larutan tersebut diencerkan ke dalam
02:03
lagu ukuran 100 mili larutan yang masih
02:07
tersisa di bilas dengan larutan H2 so4
02:24
Hai
02:28
diencerkan sampai tanda batas saat
02:31
mendekati tanda batas dapat menggunakan
02:35
pipet
02:54
larutan yang telah diencerkan
02:57
kemudian dikocok secara perlahan dan
03:01
dipindahkan kedalam gelas kimia lalu
03:04
didiamkan beberapa saat
03:05
[Musik]
03:11
Hai
03:18
[Musik]
03:20
percobaan ketiga yaitu
03:22
standarisasi kio3
03:25
larutan kio3 diukur sebanyak 25 ML dan
03:30
ditambahkan dengan kaki sebanyak dua
03:33
gram kemudian dihomogenkan
03:45
[Musik]
03:49
setelah larutan homogen ditambahkan 20
03:52
mili larutan H2 so4 dengan konsentrasi
03:56
0,3 molar dan diamati perubahan yang
04:00
terjadi
04:01
[Musik]
04:11
di
04:12
Indonesia
04:18
larutan tersebut dititrasi dengan
04:20
larutan tiosulfat hingga terjadi
04:24
perubahan warna menjadi kuning pucat
04:26
kemudian dicatat volume titran yang
04:29
dibutuhkan
04:35
[Musik]
04:50
[Musik]
05:00
setelah titrasi selesai larutan
05:04
ditambahkan dua mili indikator amilum
05:06
dan diamati perubahan yang terjadi
05:11
Hai
05:20
[Musik]
05:30
[Musik]
05:46
proses fiksasi dilakukan kembali
05:48
sehingga terjadi perubahan warna dan
05:51
dicatat volume ikan yang dibutuhkan
06:03
Hai
06:05
percobaan keempat yaitu analisis vitamin
06:08
C larutan sampel sebanyak 25 militer
06:12
dimasukkan kedalam Erlenmeyer
06:15
[Musik]
06:31
[Musik]
06:42
[Musik]
06:47
dan ditambahkan dua gram kalium iodida
06:51
kemudian dihomogenkan
07:03
Hai
07:04
setelah dihomogenkan larutan ditambah 25
07:09
milik kio3 dan amati perubahan warna
07:12
yang terjadi
07:14
[Musik]
07:21
[Musik]
07:32
[Musik]
07:43
larutan kemudian dititrasi dengan
07:46
nafi'un tiosulfat dengan konsentrasi 0,4
07:51
molar hingga terjadi perubahan warna
07:53
dari coklat menjadi kuning pucat dan
07:56
dicatat volume titran yang dibutuhkan
08:03
Hai
08:17
[Musik]
08:25
setelah proses titrasi selesai larutan
08:29
ditambahkan dua milih indikator amilum
08:31
dan diamati perubahan warna yang terjadi
08:37
[Musik]
08:52
setelah mengalami perubahan warna
08:54
larutan dititrasi kembali dengan natrium
08:58
tiosulfat hingga terjadi perubahan warna
09:01
titrasi ini
09:03
secara Duplo
09:05
hai hai
09:12
[Musik]
DAFTAR PUSTAKA
Arsi. dkk, 2013. Absorbdi H2S Pada Gas Alam Menggunakan Membran Keramik
dengan Metode Titrasi Iodometri. Jurnal Teknik Kimia. Vol. 4. No.19.

Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.Rivai, H.


1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas Indonesia Press, Jakarta

Labchem. 2021. Material Safety Data Sheet Kalium Iodida [serial online].
www.labchem.com diakses 30 September 2021.

Labchem. 2021. Material Safety Data Sheet Asam Sulfat [serial online].
www.labchem.com diakses 30 September 2021.

Labchem. 2021. Material Safety Data Sheet Kalium Iodidat [serial online].
www.labchem.com diakses 30 September 2021.

Novitriani, K. & Sucianawati, D. 2014. Analisa Kadar Iodium pada Telur


Asin. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada.12(1) : 236 – 241

Quraishi, A. 2017. Master Key: Pharmaceutical Chemistry– 1. Educreation


Publishing. New Delhi.

Rosita. Dewi, dkk, 2016. Analisis Kandungan Klorin Pada Beras yang Beredar di
Pasar Besar Kota Malang Sebagai Sumber Belajar Biologi. Jurnal Pendidikan
Biologi Indonesia. Vol.2. No. 4

Smartlab.2021. Material Safety Data Sheet Aquadest [Serial Online]


www.smartlab.co.id diakses 1 Oktober 2021.

Smartlab.2021. Material Safety Data Sheet Amilum [Serial Online]


www.smartlab.co.id diakses 1 Oktober 2021.

Smartlab.2021. Material Safety Data Sheet Asam Askorbat [Serial Online]


www.smartlab.co.id diakses 2Oktober 2021.

Smartlab.2021. Material Safety Data Sheet Natrium Tiosianat [Serial Online]


www.smartlab.co.id diakses 1 Oktober 2021.
Tim Penyusun.2021. Modul Praktikum Kimia Lanjutan 2021. Jember : UNEJ
LAMPIRAN
LEMBAR PENGAMATAN
No Perlakuan Perubahan Warna Volume Tiosulfat

1. Standarisasi KIO3
- Pengulangan Coklat → Kuning pucat 36,0 mL

- Pengulangan
1 Coklat → tidak
Violet → Kuning pucat
berwarna 36,2 mL
1,5 mL

- Pengulangan
2 Coklat → tidak
Violet → Kuning pucat
berwarna 36,4 mL
1,2 mL

2. Analisis Vitamin
3 C Violet → tidak berwarna 1,1 mL
- Pengulangan Coklat → Kuning pucat 32,2 mL

- Pengulangan
1 Coklat → tidak
Violet → Kuning pucat
berwarna 32,5 mL
1,2 mL

2 Violet → tidak berwarna 1,4 mL

LEMBAR PERHITUNGAN
Standarisasi KIO3

- Mol KIO3

n=M×V

= 0.01 M × 25 × 10-3 L

= 2.5 × 10-4 mol

- Mol I3-

I3-(aq) + 8I-(aq) + 6H
( +
aq) → 3I3 (aq) + 3H2O(l)

n I3- = 3 × n KIO3
n I3- = 3 × 2.5 × 10-4 mol

n I3- = 7.5 × 10-4 mol

- Mol Tiosulfat

I3-(aq) + 2S2O2-(aq) + 6H+(aq) (→ 3I3- aq) + S4O62-(l)

n S2O3 = 2 × n I3-

n S2O3 = 2 × 7.5 × 10-4 mol

n S2O3= 1.5 × 10-3 mol

- M Tiosulfat
𝑉1+𝑉2+𝑉3
V= 3

37,5+37,4+37,5
=
3

= 37,46 mL = 0,03746L
𝑛
M=𝑉

1,5 𝑥 10−3
= 0,03746

= 0,04 M

- Mencari M Vitamin C
- Volume tiosulfat
𝑣1+𝑣2
V= 2
33,4+33,9
= 2

= 33,65mL
= 0,03365 L
- Molaritas Vitamin C
M Tiosulfat = M vitamin C
Mtiosulfat x Vtiosulfat = Mvitc x Vvit c
0,04 x 0,03365 = Mvitc x 0,025 L
13,46 x 10-4= Mvitc x 0,025 L
13,46 x 10−4
Mvitc = 0,025

Mvitc = 53,84 x 10-3 M


- Massa Asam Askorbat
𝑚 1000
M= 𝑥
𝑀𝑟 𝑉
𝑚 1000𝑚𝐿/𝐿
53,84 x 10-3 mol/L = 𝑥
176𝑎𝑟/𝑚𝑜𝑙 25𝑚𝐿
-3
m=236,896 x 10 g = 236,9 mg

Anda mungkin juga menyukai