Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR ANALISA DAN PEMISAHAN

KIMIA
PEMISAHAN DAN IDENTIFIKASI KATION GOLONGAN 1 DAN 2

Oleh:
Nama : Khoirina Zulfa
NIM : 201810301065
Kelas / Kelompok : A/VI
Asisten : Maulina Surindri Putri Handayani

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2021
I. Judul : Pemisahan dan Identifikasi Kation Golongan 1 dan 2
II. Tujuan Percobaan
Mempelajari teknik analisa kualitatif dalam menentukan jenis kation / anion
dalam sampel.

1
III. Pendahuluan

3.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)

a) Aquadest

Aquadest memiliki sinonim dihidrogen oksida, deionized water, aqua.


Formula H₂O. Aquades tidak diklasifikasikan sebagai bahan atau campuran
yang berbahaya. Aquades tidak mudah terbakar.Aquades harus disimpan
dengan kondisi penyimpanan yang aman yaitu dengan tertutup sangat rapat.
Suhu penyimpanan yang direkomendasikan harus disimpan pada positif 5℃
hingga positif 30℃. Aquades ini stabil secara kimiawi di bawah kondisi
ruangan standar (suhu kamar). Aquadest memiliki sifat fisik berbentuk cair,
tidak berbau, tidak berwarna dan PH normal pada 20℃. Titik lebur 0℃, titik
didih 100℃. Tekanan uap aquadest adalah 23 hPa pada 20℃. Larut dalam air,
bukan termasuk zat yang berbahaya dan mudah meledak, memiliki densitas
1,00 g/cm3 pada 20℃ (Smartlab,2021).

b) Asam Klorida (HCl)


Asam klorida memiliki rumus molekul HCl yang merupakan senyawa yang
berbentuk cairan bening dan tidak berbau. Asam klorida dapat larut dalam air,
memiliki titik didih 110℃ (383 K) dan 48℃ (321 K), titik lebur -27 32℃ (247
K), tekanan uap 1mm Hg pada 145,8℃, kepadatan uap <0,3 pada 25℃. HCl
diklasifikasikan sebagai bahan yang berbahaya, karena bersifat korosif. HCl
dapat menyebabkan iritasi dan terbakar, berbahaya jika tertelan dan terhirup,
berbahaya jika terkena mata, berbahaya karena mudah meledak dan terbakar.
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan bila terjadi kontak langsung dengan
kulit, segera basuh kulit dengan air kurang lebih selama 15 menit saat
membersihkan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi dengan cairan HCl,
bersihkan secara menyeluruh pakaian dan sepatu sebelum digunakan kembali,
jika terkena mata basuh mata dengan air selama paling sedikit 15 menit, buka
tutup pelupuk mata beberapa kali dan segera cari pertolongan medis dan apabila
HCl terhirup segera cari udara segar, jika tidak bisa bernafas berikan pernafasan

2
buatan, jika masih sulit bernafas segera berikan oksigen, dan apabila HCl
tertelan pertolongan pertama yang harus dilakukan adalah berikan beberapa
susu atau air, akan terjadi beberapa kali muntah tetapi jangan dipaksakan dan
jangan memasukkan apapun kedalam mulut praktikan yang menelan cairan HCl
(Labchem,2021).

c) Natrium Hidroksida (NaOH)

Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik, soda api,
atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium
Hidroksida terbentuk dari oksida basa dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida
membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Natrium
hidroksida digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan
digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur
kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida
adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia. Natrium
hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet,
serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50% yang biasa disebut larutan
Sorensen. Natrium Hidroksida bersifat lembap cair dan secara spontan
menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Natrium Hidroksida sangat larut
dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan, karena pada proses
pelarutannya dalam air bereaksi secara eksotermis. Natrium Hidroksida juga
larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan
ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Natrium hidroksida tidak larut
dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida
akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas (Labchem, 2021).

d) Amonia (NH3)

Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya senyawa ini
didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau amonia).
Walaupun amonia memiliki sumbangan penting bagi
keberadaan nutrisi di bumi, amonia sendiri adalah senyawa kaustik dan dapat
merusak kesehatan. Administrasi Keselamatan dan Kesehatan

3
Pekerjaan Amerika Serikat memberikan batas 15 menit bagi kontak dengan
amonia dalam gas berkonsentrasi 35 ppm volum, atau 8 jam untuk 25 ppm
volum. Kontak dengan gas amonia berkonsentrasi tinggi dapat menyebabkan
kerusakan paru-paru dan bahkan kematian. Sekalipun amonia di AS diatur
sebagai gas tak mudah terbakar, amonia masih digolongkan sebagai
bahan beracun jika terhirup, dan pengangkutan amonia berjumlah lebih besar
dari 3.500 galon (13,248 L) harus disertai surat izin. Amonia yang digunakan
secara komersial dinamakan amonia anhidrat. Istilah ini menunjukkan tidak
adanya air pada bahan tersebut. Karena amonia mendidih di suhu -33 °C, cairan
amonia harus disimpan dalam tekanan tinggi atau temperatur amat rendah.
Walaupun begitu, kalor penguapannya amat tinggi sehingga dapat ditangani
dengan tabung reaksi biasa di dalam sungkup asap. "Amonia rumah"
atau amonium hidroksida adalah larutan NH3 dalam air. Konsentrasi larutan
tersebut diukur dalam satuan baumé. Produk larutan komersial amonia
berkonsentrasi tinggi biasanya memiliki konsentrasi 26 derajat baumé (sekitar
30 persen berat amonia pada 15.5 °C). Amonia yang berada di rumah biasanya
memiliki konsentrasi 5 hingga 10 persen berat amonia.Amonia umumnya
bersifat basa (pKb=4.75), tetapi dapat juga bertindak sebagai asam yang
amat lemah (pKa=9.25). Amonia dapat terbentuk secara alami maupun sintetis.
Amonia yang berada di alam merupakan hasil dekomposisi bahan organic
(Labchem,2021).

e) Kalium Ferosianida (K2Fe(CN)6)

Kalium ferosianida adalah senyawa organik dengan rumus K4[Fe(CN)6] •


3H2O. Ia adalah garam kalium dari kompleks koordinasi [Fe(CN)6]4−. Garam
ini berbentuk kristal monoklinik berwarna kuning lemon. Seperti sianida logam
lainnya, kalium ferosianida padat, baik sebagai garam hidrat dan anhidrat,
memiliki struktur polimer yang rumit. Polimer terdiri dari pusat oktahedral
[Fe(CN)6]4− yang berikatan silang dengan ion K+ yang terikat
pada ligan CN. Ikatan K+---NC pecah ketika padatan dilarutkan dalam air.
Kalium ferosianida tidak beracun, dan tidak terdekomposisi menjadi sianida di

4
dalam tubuh. Toksisitas pada tikus adalah rendah, dengan dosis letal (LD50)
adalah 6.400 mg/kg. K2Fe(CN)6 memiliki massa molar sebesar 368,35 g/mol dan
Kelarutan dalam air sebesar 211 g/l at 20 °C. Penjelasan mengenai tindakan
pertolongan pertama pada kecelakaan saat menggunakan kalium ferosianida.
Apabila kalium ferosianida terhiru maka hirup udara segar. Jika nafas korban
terhenti berikan nafas buatan mulut ke mulut atau secara mekanik. Berikan
masker oksigen jika mungkin. Bila terjadi kontak kulit, dibilas dengan air yang
mengalir dan banyak. Setelah terjadi kontak pada mata, bilas mata dengan air
yang banyak. Lepaskan lensa kontak jika menggunakan lensa kontak. Setelah
tertelan beri air minum (paling banyak dua gelas). Hanya di dalam kasus khusus,
jika pertolongan tidak tersedia dalam satu jam, rangsang untuk muntah (hanya
jika korban tidak sadarkan diri), telan karbon aktif dan konsultasikan kepada
dokter secepatnya (Labchem,2021).

f) Kalium Kromat (K2CrO4)

Kalium kromat adalah senyawa anorganik dengan rumus kimia. Padatan


kuning ini adalah garam kalium dari anion kromat. Ini adalah bahan kimia
laboratorium umum, sedangkan natrium kromat penting bagi industri. Dua
bentuk kristal diketahui, keduanya sangat mirip dengan kalium sulfat yang
sesuai. Β-K2CrO4 ortorombik adalah bentuk yang umum, tetapi ia berubah
menjadi bentuk-a di atas 66 °C. Struktur ini kompleks, meskipun sulfat
mengadopsi geometri tetrahedral yang khas. Seperti senyawa Cr(VI) lainnya,
kalium kromat bersifat karsinogenik. Senyawa ini juga bersifat korosif dan
paparan dapat menyebabkan kerusakan mata atau kebutaan yang parah. Paparan
manusia lebih lanjut meliputi gangguan kesuburan, kerusakan genetik yang
diturunkan dan kerusakan pada anak-anak yang belum lahir. K₂CrO₄ memiliki
massa molar sebesar 194,1896 g/mol dan memiliki titik didih sebesar 1.000°C.
Kepadatan K2CrO4 adalah 2,73 g/cm³. Penjelasan mengenai tindakan
pertolongan pertama pada kecelakaan saat menggunakan kalium kromat.
Apabila kalium kromat terhiru maka hirup udara segar. Jika nafas korban
terhenti berikan nafas buatan mulut ke mulut atau secara mekanik. Berikan

5
masker oksigen jika mungkin. Bila terjadi kontak kulit, dibilas dengan air yang
mengalir dan banyak. Setelah terjadi kontak pada mata, bilas mata dengan air
yang banyak. Lepaskan lensa kontak jika menggunakan lensa kontak. Setelah
tertelan beri air minum. Hanya di dalam kasus khusus, jika pertolongan tidak
tersedia dalam satu jam, rangsang untuk muntah (hanya jika korban tidak
sadarkan diri), telan karbon aktif dan konsultasikan kepada dokter secepatnya
(Labchem,2021).

3.2 Tinjauan Pustaka

Analisis kualitatif atau disebut juga analisis jenis adalah untuk


menentukan macam atau jenis zat atau komponen-komponen bahan yang
dianalisis. Dalam melakukan analisis kita mempergunakan sifat-sifat zat atau
bahan, baik sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimianya. Misalnya ada suatu
sampel cairan dalam gelas kimia. Bila kita ingin tahu apa sampel cair itu maka
kita lakukan analisis kualitatif terhadap sampel cairan itu. Caranya dengan
menentukan sifat-sifat fisis sampel tersebut. Misalnya menentukan warna, bau,
indeks bias, titik didih, massa jenis serta kelarutan. Begitu pula bila sampel berupa
padatan, dapat ditentukan warna, bau, warna nyala, titik leleh, bentuk kristal, serta
kelarutannya. Analisis kualitatif dikelompokkan menjadi dua. Pertama, analisis
kualitatif bahan berdasarkan karakteristik fisik (sifat fisik) dan yang kedua analisis
sifat kimia bahan, yaitu analisis kation dan analisis anion (Sahirman,2013).

Analisis kualitatif sistematik kation-kation dapat diklasifikasikan ke dalam


lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap pereaksi tertentu.
Dengan menggunakan pereaksi tersebut makadapat ditetapkan ada atau tidaknya
suatu kation dan dapat juga memisahkan kation-kation untuk pemeriksaan lebih
lanjut. Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling
umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, ammonium sulfida, dan ammonium
karbonat. Klasifikasi ini didasarkan apakah suatu kation bereaksi membentuk
endapan atau tidak. Kation-kation yang dapat membentuk endapan putih dengan
HCl termasuk golongan I. Ion-ion golongan ini adalah timbal(Pb2+), merkuri (II)
(Hg22+), dan perak (Ag+). Endapan yaang terbentuk PbCl2, Hg2Cl2, dan AgCl

6
bewarna putih. Jika ditambahkan air panas, maka endapan PbCl2 akan larut dan
larutan ini dapat diidentifikasi dengan ion kromat yang akan membentuk endapan
kuning PbCrO4 dan ion sulfat membentuk endapan putih PbSO4. Sedangkan AgCl
dapat dipisahkan dari Hg2Cl2 dengan cara melarutkan ke dalam larutan NH4OH
karena AgCl larut membentuk kompleks Ag(NH3)2+ sedangkan Hg2Cl2 tidak larut.
Adanya ion Ag+ dalam larutan dikenali dengan menambahkan KI membentuk
endapan kuning AgI atau dengan HNO3 yang akan membentuk endapan putih
AgCl. (Tim Kimia Analitik UNPAD, 2014).

Istilah kelarutan digunakan untuk mengacu pada kosentrasi larutan jenus dari
sebuah pelarut dan sebuah pelarut pada temperatur tertentu. Dalam sebuah
kelarutan, kesetimbangan kelarutan jenuh hadir antara benda padat dasn ion-ionnya
dalam larutan. Sebuah larutan jenuh dsapat dihasilkan melanjutkan penambahan zat
terlarut tidak ada lagi yang terurai atau dengan meningkatkan konsentrasi dari ion-
ion sampai pengendapan terjadi. Hasil-hasil pengendapan dalam analin, secara fisik
di pisahkan dari zat-zat lainnya dan larutanya, sperti juga dalam larutan itu sendiri,
sampai sekarang, pengedapan merupakan metode yang paling luas digunakan
dalam memisahkan sebuah sempel komponen(Rivai,2006).

Kation-kation golongan I diendapkan sebagai garam klorida. Pemisahan


kation golongan I tersebut dari campuran sebagai garam klorida didasarkan fakta
bahwa garam klorida dari golongan I tidak larut dalam suasana asam (pH: 0,5-1).
Kation-kation dalam golongan I yang terdiri dari Ag+, Hg22+, dan Pb2+. Garam
klorida dari kation golongan I adalah Hg2Cl2, AgCl, dan PbCl2. Pemisahan
masing-masing kation tersebut dilakukan berdasarkan cara sebagai berikut:

1. PbCl2 dipisahkan dari Hg2Cl2 dan AgCl berdasarkan perbedaan


kelarutan kation. PbCl2 larut dalam air panas, sedangkan Hg2Cl2
dan AgCl tidak dapat larut dalam air panas.
2. Hg2Cl2 dan AgCl dipisahkan berdasarkan perbedaan kelarutan
antara kompleks Hg(NH2)Cl dan [Ag(NH3)2] yang dibentuk
dengan penambahan amonia terhadap Hg2Cl2 dan AgCl setelah
PbCl2 terpisah. Kompleks Hg(NH2)Cl berbentuk endapan hitam

7
yang bercampur dengan Hg+, sedangkan [Ag(NH3)2] tidak
berbentu kendapan (Ibnu. 2005).

Kation golongan II tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk


endapan dengan hidrogen sulfide dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion
golongan ini adalah Merkurium (II), Tembaga, Bismut, Kadnium, Arsenik (II),
Arsenik (V), Stibium (III), Stibium (V), Timah (II), Timah (III), dan Timah (IV).
Keempat ion yang pertama merupakan sub golongan 2A dan keenam yang terakhir
sub golongan 2B. Sementara sulfida dari kation dalam golongan 2A tak dapat larut
dalam amonium polisulfida. Sulfida dari kation dalam golongan 2B justru dapat
larut. Kation golongan III tidak bereaksi dengan asam klorida encer ataupun dengan
hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun, kation ini membentuk
endapan dengan amonium sulfida dalam suasana netral atau amoniak. Kation-
kation golongan ini adalah Cobalt (II), Nikel (II), Besi (II), Besi (III), Aluminium,
Zink, dan Mangan (II). Kation golongan IV tidak bereaksi dengan reagensia
golongan I, II, dan III. Kation-kation ini membentuk endapan dengan amonium
karbonat dengan adanya amonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam.
Kation-kation golongan ini adalah Kalsium, Strontium, dan Barium. Kation-kation
golongan V merupakan kation-kation yang umum tidak bereaksi dengan reagensia
golongan sebulumnya. Yang termasuk anggota golongan ini adalah ion-ion
Magnesium, Natrium, Kalium, Amonium, Litium, dan Hidrogen(Vogel,1985:203-
204).

Banyak reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan berperan penting dalam


analisa kualitatif. Endapan tersebut dapat berbentuk Kristal atau koloid dan dengan
warna yang berbeda-beda. Pemisahan endapan dapat dilakukan dengan
penyaringan ataupun sentrifugasi. Endapan tersebut terbentuk jika larutan menjadi
terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan adalah sama
dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada
berbagai kondisi seperti tekanan, suhu, konsentrasi bahan lain dan jenis pelarut.
Perubahan larutan dengan perubahan tekanan tidak mempunyai arti penting dalam
analisa kualitatif, karena semua pekarjaan dilakukan dalam wadah terbuka pada

8
tekanan atmosfer. kenaikan suhu umumnya dapat memperbesar kelarutan endapan
kecuali pada beberapa endapan, seperti kalsium sulfat, berlaku sebaliknya.
Perbedaan kelarutan karena suhu ini dapat digunakan sebagai dasar pemisahan
kation. Misalnya, pemisahan kation Ag, Hg(l), dan Pb dapat dilakukan dengan
mengendapkan ketiganya sebagai garam klorida, kemudian memisahkan Pb dari Ag
dan Hg(l) dengan memberikan air panas. Kenaikan suhu akan memperbesar
kelarutan Pb sehingga endapan tersebut larut sedangkan kedua kation lainnya tidak
(Hermin, 2017).

Reagnesia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling


umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida, dan amonium
karbonat. Klasifikasi ini berdasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan
reagenreagen ini dengan membentuk endapan atau tidak. Jadi boleh dikatakan
bahwa klasifikasi kation yang paling umum didasarkan pada perbedaan kelarutan
dari klorida, sulfida, dan karbonat dari kation tersebut. Secara prinsip zat yang
akan diidentifikasi dilarutkan kemudian ditambahkan pereaksi tertentu yang
sesuai, yang akan mengendapkan segolongan kation garam yang sukar larut atau
hidroksidanya. Pereaksi harus sedemikian rupa sehingga pengendapan kation,
golongan kation selanjutnya tidak terganggu atau sebelumnya dapat dengan
mudah dihilangkan dari larutan yang hendak dianalisis. Untuk identifikasi kation
senyawa organik, pada umumnya didasarkan atas kelarutannya dalam air. Jika
senyawa tidak larut dalam air, maka harus dilakukan destruksi. Cara destruksi
tergantung dari senyawa yang hendak dianalisis dan ditentukan dengan bantuan
percobaan pendahuluan. Prinsip destruksi ini terdiri dari pelelehan campuran
senyawa yang sukar larut dalam pereaksi yang sesuai dalam jumlah yang berlebih.
Akibatnya reaksi akan digeser sempurna kearah reaksi (Underwood, 1993).

Kelarutan bergantung juga pada sifat dan konsentrasi bahan lain yang ada
dalam campuran larutan itu. Bahan lain tersebut dikenal dengan ion sekutu dan
ion asing. Umumnya kelarutan endapan berkurang dengan adanya ion sekutu yang
berlebih dan dalam prakteknya ini dilakukan dengan memberikan konsentrasi
pereaksi yang berlebih. Tetapi penambahan pereaksi berlebih ini pada beberapa

9
senyawa memberikan efek yang sebaliknya yaitu melarutkan endapan. Hal ini
terjadi karena adanya pembentukan kompleks yang dapat larut dengan ion sekutu
tersebut (Zakki dan Ahmad, 2020).

10
IV. METODOLOGI PERCOBAAN

4.1 Alat dan Bahan


4.1.1 Alat
- Pipet volume
- Pipet tetes
- Erlenmeyer
- Corong
- Gelas beaker
- Batang pengaduk
- Labu ukur
- Gelas arloji
- Tabung reaksi
4.1.2 Bahan
- Sampel
- Akuades
- HCl
- NaOH
- K2Fe(CN)6
- K2CrO4
- NH3

11
4.2 Diaggram Alir
4.2.1 Pemisahan Golongan I dan Golongan II
Sampel terdiri dari kation Gol 1 dan Gol IIA

- Dimasukkan sampel yang mengandung golongan kation 1 & 2 sebanyak 20 ml ke


dalam labu erlenmeyer
- Ditambahkan aquades 20 ml kedalam labu tersebut
- Ditambahkan HCl 20 M,maka akan terbentuk endapan
- Dipisahkan endapan tersebut dan menghasilkan endapan dan filtrat
- Diambil filtrat dengan pipet tetes lalu masukkan kedalam tabung reaksi,kemudian
uji filtrat tersebut dengan K4Fe(CN)6 sebanyak 3 tetes dan menghasilkan endapan
coklat
- Dilarutkan dengan aquades panas yakni endapan yang diperoleh pada tahap
sebelumnya yang dipisahkan dengan filtrat
- Dipisahkan endapan dengan filtrat yang terbentuk akibat pemanasan tersebut
- Diuji filtrat dari pemisahan diaatas ini dengan reagen K2CRO4,NaOH,HCl.
- Ditambah reagen K2CRO4 pada filtrat pertama dan menghasilkan larutan kuning
- Ditambah reagen NaOH pada filtrat kedua dan setelah penambahan tidak terjadi
perubahan
V. - Ditambah reagen HCl pada filtrat ketiga,setelah penambahan tidak terjadi perubahan
- Diperoleh sebelumnya endapan,endapan tersebut lalu dilarutkan dengan NH3 pekat
- Dipanaskan NH3 pekat sebagai pelarut endapan yang kemudian menghasilkan
endapan dan filtrat,kemuadian dipisahkan
- Diuji filtrat dengan reagen NH3 dan NaOH,filtrat pertama ditambahkan reagen NH3
setelah penambahan tidak terjadi perubahan
- Difiltrat kedua diuji dengan ditambahkan NaOH setelah ditambahkan tidak terjadi
perubahan
-
Hasil

12
V. Hasil dan Pembahasan
5.1 Tabel Hasil
No. Sampel Perlakuan Hasil Kalium
1. Sampel X - Larutan biru muda -
2. Filtrat I + K2Fe(CN)6 Larutan kuning dan Cu2+
terbentuk endapan coklat
3. Filtrat II + K2CrO4 Larutan kuning dan Pb2+
terbentuk endapan
kuning
+NaOH Larutan tidak berwarna Pb2+
dan terbentuk endapan
putih
+HCl Larutan tidak berwarna Pb2+, Hg+
dan terbentuk endapan
putih
4. Filtrat III +NaOH Tidak ada perubahan Ag+ tidak
teridentifikasi
+ NH3 Tidak ada perubahan Ag+ tidak
teridentifikasi

5.2 Pembahasan

Reaksi identifikasi adalah suatu reaksi kimia yang dimaksudkan untuk


mengetahuikeberadaan suatu zat (ion) dalam suatu sampel tertentu. Untuk itu maka
dibutuhkan pengetahuan dasar tentang sifat zat/gejala atau perubahan di timbulkan a
pabiladitambahkan suatu pereaksi.

Percobaan pertama praktikum kali ini yaitu identifikasi kation golongan 1 dan
2. Perlakuan pertama yang dilakukan adalah dimasukkan sampel sebanyak 20 ml
kedalam Erlenmeyer. Sampel yang digunakan adalah sampel yang tidak diketahui
mengandung kation golongan 1 dan 2, hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi kation
tersebut. Langkah selanjutnya setelah sampel dimasukkan ke dalam Erlenmeyer

13
ditambahkan aquades sebanyak 10 ml. penambahan akuades ertujuan untuk
melarutkan sampel. Setelah ditambahkan aquades sebanyak 10 ml selanjutnya
ditambah dengan HCL 20 ml. Setelah ditambahkan HCL 20 ml maka dalam sampel
akan terbentuk endapan putih. Penambahan HCl ini dikarenakan untuk
mengidentifikasi kation termasuk golongan 1 atau golongan 2. Pada semple yang
ditambahkan HCl terbentuk endapan putih maka, sempel tersebut termasuk kation
golongan 1. Hal ini sesuai dengan referensi dari dalam buku vogel (1985), bahwa
Kation golongan I dapat membentuk endapan putih jika direaksikan dengan HCl. Ion-
ion golongan ini adalah timbal(Pb2+), merkuri (II) (Hg2+), dan perak (Ag+). Endapan
yaang terbentuk PbCl2, Hg2Cl2, dan AgCl bewarna putih.

Gambar 5.1 Terbentuk endapan putih setelah penambahan HCl

Selanjutnya dipisahkan antara endapan dengan filtrat. Setelah Filtrat dan


endapan terpisah diuji filtratnya menggunakan K2Fe(CN)6, diambil filtratnya
dengan pipet tetes lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi. Ditambahkan
K2Fe(CN)6 sebanyak tiga tetes setelah penambahan K2Fe(CN)6 dapat dilihat bahwa
filtrat yang diuji dengan reagen K2Fe(CN)6 akan menghasilkan endapan berwarna
coklat. Hal ini dikarenakan ketika sempel ditambahkan K2Fe(CN)6 akan
menghasilkan Cu2+ yang memiliki warna coklat. Perlakuan ini sesual dengan Vogel
(1985).

14
Gambar 5.2 Perubahan warna pada sampel yang ditambahkan K2Fe(CN)6
Perlakuan selanjutnya yaitu endapan yang diperoleh dari prosedur sebelumnya
yakni endapan yang dipisahkan dengan filtrat akan dilarutkan dengan akuades panas.
Hal ini dilakukan karena endapan PbCl2 akan larut dalam akuades yang dipanaskan.
Pemanasan dihentikan ketika dirasa telah cukup Maka selanjutnya dipisahkan
endapan dan filtrat yang terbentuk dari pemanasan. Apabila endapan sudah telah
terpisah akan diuji filtratnya menggunakan reagen K2Fe(CN)6, NaOH dan HCL.
Filtrat pertama diuji menggunakan K2Fe(CN)6. Setelah diuji dengan reagen
K2Fe(CN)6 maka dapat dilihat bahwa filtrat yang ditambahkan K2Fe(CN)6 akan
menghasilkan larutan berwarna kuning.

Gambar 5.3 Perubahan warna larutan yang ditambah K2Fe(CN)6

Filtrat yang kedua diuji dengan NaOH setelah penambahan reagen NaOH tidak
terjadi perubahan pada filtrat. Hal ini disebabkan sampel tidak bereaksi dengan
reagen NaOH. Namun dalam vogel (1985) menyatakan bahwa apabila kation
golongan 1 ditambah reagen NaOH maka akan terbentuk endapan putih dari

15
Pb(OH)2. dan terdapat endapan berwarna putih dari Pb(OH)2 . Sampel diuji
menggunakan NaOH terbentuk endapan putih dari kation Pb+ dari reaksi :

Pb+ (l) + NaOH(l) Pb(OH)2(s) (5.1)

Filtrat yang ketiga kita tambahkan dengan reagen HCl, setelah penambahan reagen
HCl tidak terjadi perubahan apapun pada filtrate. Hal ini juga disebabkan sampel
tidak bereaksi dengan HCl.

Prosedur yang terakhir yaitu endapan yang diperoleh dari prosedur sebelumnya
larutkan menggunakan amonia pekat. Dipanaskan larutan ammonia pekat untuk
digunakan sebagai pelarut. Setelah ditambahkan dengan amonia panas maka kita
pisahkan endapan dengan filter, apabila endapan dengan filtrat telah terpisah maka
diuji filtrat menggunakan regent amonia dan NaOH. Filtrat pertama diuji
menggunakan reagen ammonia, didapatkan bahwa filtrat diuji dengan amonia maka
tidak terjadi perubahan apapun. Dapat disimpulkan bahwa filtart tersebuat tidak
bereaksi dengan reagen amonia. Filtrat kedua kita kemudian uji menggunakan
NaOH. Didapatkan bahwa filtrat yang diuji dengan NaOH tidak menghasilkan
perubahan apapun.

16
VI. KESIMPULAN

Kesimpulan dari percobaan Pemisahan dan Identifikasi Kation Golongan 1 dan


2 yakni analisa kualitatif yang digunakan untuk mengidentifikasi suatu sampel dari
kation golongan 1 dan golongan 2. Analisis kualitatif atau disebut juga analisis jenis
adalah untuk menentukan macam atau jenis zat atau komponen-komponen bahan
yang dianalisis. Dalam melakukan analisis kita mempergunakan sifat-sifat zat atau
bahan, baik sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimianya. Dari praktikum ini dapat
diketahui bahwa kation gologan 1 yaitu Ag+, Pb2+ dan Hg22+. Sedangkan kation
golongan 2 yakni Hg2+, Bi3+, Cu2+, Cd2+, Sn2+, Sn4+, Sb3+, Sb5+, As3+ dan As5+.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ibnu, Sodiq. 2005. Kimia Analitik 1. Malang : UM press


Labchem. 2020. Material Safety Data Sheet Asam Klorida [serial online].
www.labchem.com diakses 16 Oktober 2021.

Labchem. 2020. Material Safety Data Sheet Natrium Hidroksida [serial online].
www.labchem.com diakses 16 Oktober 2021

Labchem. 2020. Material Safety Data Sheet Amonia [serial online].


www.labchem.com diakses 17 Oktober 2021.

Labchem. 2020. Material Safety Data Sheet Kalium Ferosianida [serial online].
www.labchem.com diakses 17 Oktober 2021.

Labchem. 2020. Material Safety Data Sheet Kalium Kromat [serial online].
www.labchem.com diakses 3 April 2021.

Mubarok, Zakki Rosmi dan Wibisana, Ahmad, 2020. Kimia Analisa. Jurnal
Praktikum Kimia Analis. Vol. 2 (1) : 12-13

Rival, H. 2006. Asas Pemeriksaan Kuantitatif . Jakarta: Universitas Indonesia


Prees.

Sahirman, 2013. Analisis Kimia Dasar. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan


Dasar dan Menengah.

Sulastri, Hermin. 2017. Kimia Analisa Dasar Untuk Analisis Kualitatif. Malang :
UB Press

Tim Kimia Analitik 1. 2014. Praktikum Kimia Analitik 1. Padang : UNP

Underwood, A.L. , 1993. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga : Surabaya.

Vogel, (1985), "Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan Semimikro",
Edisi V, PT Kalman Media Pusaka : Jakarta.

18
LAMPIRAN
LEMBAR PENGAMATAN
PEMISAHAN DAN IDENTIFIKASI KATION GOLONGAN 1 & 2

No. Sampel Reagen Hasil Pengamatan


1. Sampel X - Larutan biru muda
2. Filtrat I K4Fe(CN)6 Larutan kuning dan terbentuk
endapan coklat
3. Filtrat II K2CrO4 Larutan kuning dan terbentuk
endapan kuning
NaOH Larutan tidak berwarna dan
terbentuk endapan putih
HCl Larutan tidak berwarna dan
terbentuk endapan putih
4. Filtrat III NaOH Tidak ada perubahan
NH3 Tidak ada perubahan

19

Anda mungkin juga menyukai