Anda di halaman 1dari 25

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS

ASIDI ALKALIMETRI

Disusun oleh :

Nama : Hilda Qonitatillah


NIM : 201910401085
Hari/tanggal praktikum : Kamis/10 Juni 2021
Asisten : Muhammad Abdul Aziz Fajar

PROGAM STUDI S1 TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
JUNI, 2021
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Menentukan kadar karbonat dan bikarbonat dalam suatu sampel dengan titrasi
langsung (Metode Warder) dan titrasi tidak langsung (Metode Winkler).

1.2 Dasar Teori


1.2.1. Material Safety Data Sheet (MSDS)
a. Aquadest (H2O)
Rumus yang dimiliki oleh aquadest adalah H2O dengan sifat fisik
berbentuk cair, tidak memiliki warna, dan juga tidak memiliki bau. Berat
molekul yang dimiliki aquadest adalah 18,02 g/mol, massa jenis 1,00
g/cm3 memiliki pH yang netral yani 7 pada suhu 20°C, memiliki titik
didih 100°C pada 1.013 hPa, memiliki titik lebur 0°C, serta tekanan uap
23 hPa pada suhu 20°C. Aquades digunakan sebagai bahan pencampur
zat, pelarut untuk senyawa, dan pembersih. Karena aquadest tidak
termasuk senyawa berbahaya maka tidak memerlukan penanganan serius
saat terjadi kecelakaan (Smartlab, 2017).
b. Asam Klorida (HCl)
Asam klorida atau Hydrochloric Acid dengan rumus kimia HCl
memiliki berat molekul 36,46 g/mol. Asam klorida berbentuk cairan yang
tidak memiliki warna dan bau, pH yang dimiliki asam klorida 1,2 pada
suhu 20°C. Kelarutan dan titik lebur masing-masing berada pada suhu
20°C, dan densitas 1 g/cm3 pada suhu 20°C. HCl dapat menimbulkan
iritasi pada kulit dan iritasi yang cukup serius pada mata. Perlindungan
diri yang diperlukan adalah kacamata dan pelindung wajah yang telah
diuji, sarung tangan pelindung yang telah diperiksa, dan pelindung
pernafasan apabila reaksi menimbulkan aerosol. Apabila larutan buffer
terhirup, segera bawa korban ke tempat terbuka untuk menghirup udara
segar. Apabila terkena mata, bilas hati-hati dengan kelopak mata terbuka,
lepaskan lensa kotak apabila memakainya, dan apabila terjadi iritasi
serius, segera hubungi dokter mata. Apabila terkontaminasi dengan kulit,
segera bilas dengan air dan cuci pakaian yang terkontaminasi. Apabila
asam klorida tertelan, segeralah beri minum korban paling banyak dua
gelas air, dan apabila korban merasa tidak sehat, segera konsultasikan ke
dokter (Smartlab, 2017).
c. Barium Klorida (BaCl2)
Barium klorida dengan rumus kimia BaCl2 memiliki berat molekul
sebesar 244,28g/mol. Barium klorida berbentuk padatan yang memiliki
warna putih dan tidak memiliki bau. densitas yang dimiliki barium klorida
sebesar 3,86g/cm3, pH yang dimilikinya sekitar 5,2 – 8 setiap 50g/l pada
suhu 25°C, dan suhu penguraiannya lebih besar dai 100°C. Barium
klorida dapat menyebabkan keracunan apabila terlan dan cukup berbahaya
apabila terhirup. Perlindungan diri yang diperlkan diantaranya, kacamata
pelindung yang telah disetujui lewat pengujian, sarung tangan pelindung,
pelindung tubuh berupa jas lengkap, dan perlindungan pernafasan apabila
reaksi menghasilkan debu. Pertolongan pertama yang perlu diberikan
apabila zat ini terhirup adalah dengan membiarkan korban menghirup
udara segar, jika nafas korban terhenti, segeralah berikan nafas buatan
melalui mulut, berilah masker oksigen dan segera hubungi dokter. Apabila
terjadi kontak dengan kulit, lepaskan pakaian yang ikut terkontaminasi
lalu basuh kulit menggunkan air. Apabila terjadi kontak atau terkena mata,
segera bilas menggunakan air dan lepaskan lensa kotak apabila
memakainya. Apabila tertelan, berilai air minum kepada korban maksimal
dua gelas, segera hubungi dokter, apabila pertolongan mesdis tidak
tersedia dalam waktu satu jam, dan korban dalam keadaan tidak sadarkan
dri, rangsang korban untuk muntah lalu berilah karbon aktif dan segera
onsultasikan dengan dokter (Smartlab, 2017).
d. Boraks (Na2B4O7.10H2O)
Boraks memiliki nama lain Disodium Tetraborate Decahydrate
memiliki rumus kimia Na2B4O7.10H2O dengan berat molekul
381,37g/mol. Boraks atau Na2B4O7.10H2O memiliki bentuk kristal
berwarna putih dan tidak memiliki bau. Titik lebur boraks berada pada
suhu 75°C, pH yang dimilikinya sekitar 9,2 setiap 47g/mol pada 20°C,
kelarutan boraks didalam air sebesar 49,74g/l pada suhu 20°C, densitas
1,72g/cm3 pada suhu 20°C, dan tekanan uap sebesar 0,213hPa pada 20°C.
Boraks termasuk bahan yang berbaya, boraks dapat merusak janin,
kesuburan, dan kerusakan pada mata yang cukup serius. Perlindungan diri
yang diperlkan diantaranya, kacamata pelindung yang telah disetujui
lewat pengujian, sarung tangan pelindung, pelindung tubuh berupa jas
lengkap, dan perlindungan pernafasan apabila reaksi menghasilkan debu.
Apabila zat ini terhirup, sgera bawa korban ke tempat terbuka untuk
menghirup udara segar, dan segera konsultasikan ke dokter. Apabila
terjadi konta dengan kulit, tanggalkan semua pakaian yang terkontaminasi
lalu basuh kulit menggunakan air dan periksakan ke dokter. Apabila
terjadi kontak dengan mata, basuhlah dengan kelopak mata yang terbuka
menggunakan air yang banyak, kemudia segera hubungi doter mata.
Apabila boraks tertelan, berilah korban air minum maksimal dua gelas,
apabila korban tidak sadarkan diri, jangan berikan apapun melalui mulut
dan segeralah hubungi dokter atau tenaga kesehatan (Smartlab, 2016).
e. Indikator MM (C15H15N3O2)
Indikator MM (Merah Metil) atau Methyl Red dengan rumus kimia
C15H15N3O2 memiliki berat molekul sebesar 269,31g/mol. Indikator merah
metil berbentuk padatan berwarna merah keunguan dan memiliki bau
yang lemah. Titik lebur yang dimiliki indikator ini berkisar antara 178 -
182°C dan kelarutan dalam air 20°C. Indikator merah metil tidak
terklasifikasi sebagai bahan yang berbahaya. Perlindungan diri yang perlu
dikenakan diantaranya,kacamata pelindung, sarug tangan pelindung, dan
perlindungan pernafasan apabila reaksi menghasilkan debu. Pertolongan
pertama yang perlu diberikan apabila zat ini terhirup adalah dengan
membiarkan korban menghirup udara segar, jika nafas korban terhenti,
segeralah berikan nafas buatan melalui mulut, berilah masker oksigen dan
segera hubungi dokter. Apabila terjadi kontak dengan kulit, lepaskan
pakaian yang ikut terkontaminasi lalu basuh kulit menggunkan air.
Apabila terjadi kontak atau terkena mata, segera bilas menggunakan air
dan lepaskan lensa kotak apabila memakainya. Apabila tertelan, berikan
air minum pada korban maksimal dua gelas lalu segeraa hubungi dokter
(Smartlab, 2019).
f. Indikator MO (C14H14N3NaO3S)
Indikator MO atau Methyl Orange dengan rumus kimia
C14H14N3NaO3S berbentuk padatan, memiliki warna jingga, dan memiliki
bau khas yang lemah. Indikator MO memiliki berat molekul 327,34g/mol,
pH yang dimilikinya sekitar 6,5 setiap 5g/l pada suhu 20°C, titik lebur
diatas suhu 300°C, dan kelarutan dalam air 5 g/l pada suhu 20°C.
Indikator MO dapat menyebabkan keracunan apabila tertelan.
Perlindungan diri yang diperlukan diantaranya, perlindungan mata dan
wajah berupa kacamata atau goggles pelindung, sarung tangan pelindung
yang telah diperiksa, dan perlindungan pernafasan apabila reaksi
menghasilkan debu. Pertolongan pertama yang perlu diberikan apabila zat
ini terhirup adalah dengan membiarkan korban menghirup udara segar,
jika nafas korban terhenti, segeralah berikan nafas buatan melalui mulut,
berilah masker oksigen dan segera hubungi dokter. Apabila terjadi kontak
dengan kulit, lepaskan pakaian yang ikut terkontaminasi lalu basuh kulit
menggunkan air. Apabila terjadi kontak atau terkena mata, segera bilas
menggunakan air dan lepaskan lensa kotak apabila memakainya. Apabila
tertelan, berilai air minum kepada korban maksimal dua gelas, segera
hubungi dokter, apabila pertolongan mesdis tidak tersedia dalam waktu
satu jam, dan korban dalam keadaan tidak sadarkan dri, rangsang korban
untuk muntah lalu berilah karbon aktif dan segera onsultasikan dengan
dokter (Smartlab, 2019).
g. Indikator PP (C20H14O4)
Indikator PP atau Phenolphthalein Indicator dengan rumus kimia
C20H14O4 memiliki bentuk padatan berwarna putih dan tidak memiliki bau.
Titik didih yang dimiliki indikator PP berada diatas suhu 450°C, titik
leburnya berada pada suhu 263,7°C, densitas 1,296g/cm3 pada suhu 20°C,
kelarutan dalam air 3,36mg/l pada 20°C, tekanan uap dibawah 0,00001 Pa
pada 50°C, dan suhu pembakaran sendiri sebesar 397°C. Indikator PP
dapat menyebabkan kanker, kerusakan pada genetik, dan kerusakan
kesuburan. Perlindungan diri dari pemaparan yang dapat dikenaan
diantaranya, kacamata pelindung, sarung tangan pelindung, dan
perlindungan pernafasan apabil reaksi menghasilkan debu. Apabila
indikator ini terhirup, bawa korban e tempat terbuka untuk menghirup
udara segar lalu hubungi dokter. Apabila terjadi kontak dengan kulit,
lepasan pakaian-pakaian yang ikut terkontaminasi, bilas kulit
menggunakan air. Apabila terjadi kontak dengan mata, bilas mata
menggunaan air, lepaslah lensa kotak apabila memakainya, dan segera
hubungi dokter mata. Apabila indikator PP tertelan, berilah korban air
minum maksimal dua gelas kemudian konsultasikanlah dengan dokter
(Smartlab, 2017).
h. Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida yang memiliki rumus kimia NaOH dengan berat
molekul 40,00g/mol ini berupa cairan, tidak memiliki warna, tidak berbau.
Natrium hidroksida memiliki pH 13,7 di suhu 20°C, kelarutan dalam
airnya berada pada suhu 20°C, dan densitas 1,04g/cm3 pada suhu 20°C.
Natrium hidroksida dapat merusak mata, menyebabkan iritasi pada kulit
dan memiliki sifat yang korosif terhadap logam. Perlindungan diri yang
diperlukan diantaranya, sarung tangan pelindung, kacamata pelindung,
pelindung badan berupa antistatik yang tahn nyala, dan perlindungan
pernafasan apabila menghasilkan aerosol. Apabila zat ini terhirup, bawa
korban ke tempat terbuka untuk menghirup udara segar. Apabila
terkontaminasi dengan kulit, segera bilas dengan air dan cuci pakaian
yang terkontaminasi. Segera bilas mata menggunakan air dan lepaskan
lensa kotak terkena mata, lalu segeralah hubungi dokter mata. Apabila
tertelan, berilah air minum maksimal 2 gelas, jangan rangsang korban
untuk muntah, karena hal ini dapat menyebabkan perforasi, jangan
mencoba untuk menetralisir dan segeralah hubungi dokter (Smartlab,
2019).
i. Soda Kue (NaHCO3)
Soda kue atau sodium bicarbonat memiliki rumus kimia NaHCO 3
dengan berat molekul 84,01 g/mol. Sodium bicarbonat berbentuk serbuk
berwarna putih dan tidak memiliki bau. Titik lebur yang dimiliki oleh
sodium bicarbonate berada pada suhu 270°C, pH sebesar 8,6 setiap 50 g/l
dan berada pada suhu 20°C, densitas 2,22g/cm 3 pada suhu 20°C, kelarutan
dalam air 96g/l pada suhu 20°C, serta suhu penguraian diatas 50°C.
Sodium bicarbonat tidak terklasifikasi sebagai zat yang berbahaya.
Perlindungan diri yang diperlkan diantaranya, kacamata pelindung yang
telah disetujui lewat pengujian, sarung tangan pelindung, pelindung tubuh
berupa jas lengkap, dan perlindungan pernafasan apabila reaksi
menghasilkan debu. Apabila sodium bicarbonat terhirup, bawa korban ke
tempat terbuka untuk menghirup udara segar. Apabila terjadi kontak
dengan kulit, segera tanggalkan semua pakaian yang terkontaminasi
kemudian bilas menggunakan air. Apabila terjadi kontak dengan mata,
segera lepas lensa kotak dan basuh mata menggunakan air. Apabila zat ini
tertelan, berilah korban air minum maksimal dua gelas dan apabila korban
merasa tidak enak badan, segera periksakan ke dokter (Smartlab, 2016).
j. Soda pencuci (Na2CO3)
Natrium karbonat atau dengan nama lain soda pencuci (Washing
soda) atau Sodium Carbonate Anhydrous dengan rumus kimia Na2CO3
memili bentuk serbuk, berwarna putih dan tidak berbau. Berat molekul
yang dimiliki Na2CO3 ini adalah 105,99 g/mol, dengan pH 11,16 setiap 4
g/l dengan suhu 25°C, titik didih dan lebur masing-masing sebesar 300°C
dan 854°C, kelarutan dalam air 212,5g/l pada suhu 20°C, dan densitas
2,53 g/cm3 pada suhu 20°C. Soda pencuci dapat menyebabkan iritasi pada
mata yang cukup serius, perlindungan diri yang diperlukan diantaranya,
kacamata pelindung, sarung tangan pelindung yang telah diperiksa, serta
perlindungan pernafasan apabila reaksi menghasilkan debu. Apabila zat
ini terhirup, bawa korban ke tempat terbuka untuk menghirup udara segar,
berikab nafas buatan dam masker oksigen apabila nafas korban terhenti
dan segera hubngi dokter. Apabila terkontaminasi dengan kulit, segera
bilas dengan air dan cuci pakaian yang terkontaminasi. Segera bilas mata
menggunakan air dan lepaskan lensa kotak apabila zat buffer terkena
mata, lalu segeralah hubungi dokter mata. Apabila tertelan, segeralah beri
minum korban paling banyak dua gelas air, segera hubungi tenaga
kesehata, dan bila tidak tersedia dalan kurun waktu satu jam dan korban
dalam keadaan tidak sadarkan diri, rangsang korban untuk muntah berikan
karbon aktif, dan segera hubungi dokter (Smartlab, 2019).

1.2.1 Tinjauan pustaka


Ilmu Kimia Analitik merupakan cabang ilmu Kimia yang
mempelajari prinsip identifikasi, separasi dan kuantifikasi senyawa-
senyawa kimia melalui pengembangan metode, teknik, dan instrumentasi
yang dikaji secara fundamental dan aplikasinya. Secara garis besar, kimia
analis terbagi menjadi dua yakni analis kualitatif dan kuantitatif. Analis
kualitatif membahas tentang identifikasi zat-zat yang mencangkup unsur
atau senyawa yang terkandung dalam sampel. Sedangkan analis
kuantitatif merupakan penentuan banyaknya suatu zat yang terdapat dalam
sampel (Underwood, 1993)
Metode analisis titrimetrik merupakan salah satu metode yang
terdapat dalam kimia analitik. Reaksi yang menjadi acuan dalam analis
titrimetrik adalah reaksi aA + tT  produk, A disini melambangkan
analit atau titrat sedangkan T adalah titran atau pereaksi. Titran atau
pereaksi yang digunakan biasanya berupa larutan standart yang di
letakkan di dalam burret dan ditambahkan kedalam analit secara kontinu,
proses ini biasanya disebut dengan proses titrasi. Larutan standart
merupakan larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan pasti.
Konsentrasi larutan standart dapat diperoleh melalui proses standarisasi.
Proses titrasi dapat dihentikan apabila titrasi sudah mendekati titik
ekuivalen. Untuk mempermudah penentuan titik ekuivalen, digunakan
suatu bahan kimia yakni indikator untuk memberikan perubahan warna
lartan yang cukup signifikan pada saat mendekati titik ekuivalennya
(Underwood, 1986).
Terdapat dua macam reaksi yang terjadi pada titrimetri. Pertama,
yakni reaksi metaterik yang tidak menimbulkan perubahan pada oksidasi
atau tidak terjadi perpindahan eletron, reaksi ini hanya bergantung pada
ion-ionnya. Yang kedua yani reaksi redoks atau reaksi reduksi-oksidasi
yang menyebabkan terjadinya perubahan bilangan oksidasi atau terjadinya
perpindahan elektron. Selanjutnya, dua macam reaksi ini terbagi menjadi
empat macam yakni: reaksi asam-basa atau penetralan, reasi inilah yang
dipakai pada metode analisis asisdi alkalimetri, elektrolit yang kuat
biasanya digunakan sebagai titran dalam metode ini; reakasi redoks atau
reaksi reduksi-oksidasi yang biasanya menggunakan kalium permanganat
sebagai titrannya; reaksi pengendapan, merupakan reaksi yang
menghasilkan suatu endapan yang tidak larut dalam cairan; dan terakhir
reaksi pembentukan kompleks (Basset, 1994).
Titrasi asam basa adalah titrasi yang berdasarkan pada reaksi
penetralan asam basa. Titrasi asam basa dapat melibatkan asam maupun
basa untuk menjadi titrat dan titrannya. Titrat merupakan zat yang telah
diketahui konsentrasinya sedangkan titran adalah zat yang akan
ditentukan. (sukardjo, 1984)
Pada titrasi ini, titrasi terbagi menjadi dua yakni titrasi langsung dan
tidak langsung. Titrasi langsung atau Direct titration merupakan titrasi
yang dilakukan dengan mereaksikan langsung larutan sampel dengan
larutan standart. Titrasi tidak langsung atau Indirect titration merupakan
reaksi yang larutan sampelnya direaksikan dengan pereaksi terlebih
dahulu sbelum tititrasi (Sukardjo 1984).
Dalam reaksi penentralan atau reaksi asam-basa terdapat istilah
asidimetri dan juga alkalimetri. Asidimetri merupakan reaksi dimana
larutan standart nya memiliki sifat asam sedangkan analitnya memiliki
sifat basa. Sebalikknya, alkalimetri merupakan reaksi dimana larutan
standart atau titrannya memiliki sifat basa sedangkan analit bersifat asam.
Asidi alkalimetri atau reaksi penetralan melibatkan titrasi asam bebas dan
titrasi basa bebas. Asam bebas terbentuk dikarenakan adanya reaksi basa
standart dengan basa lemah yang membentuk hidrolisis garam. Basa bebas
terbentuk dikarenakan adanya reaksi asam standart dengan asam lemah
yang membentuk hidrolisis garam (Basset, 1994).
Larutan baku atau larutan yang digunakan sebagai titran terbagi
menjadi dua macam, pertama yakni larutan baku primer dan kedua
sekunder. Larutan baku primer yang di standarisasi dapat menghasilkan
larutan baku sekunder. Karena dalam asidimetri dilakukan pelarutan
sempurna, maka larutan baku yang biasa digunakan berupa asam kuat
seperti HCl dan H2SO4. Larutan asam uat ini harus distandarisasi
menggunakan boraks atau Na2B4O7.10H2O (standart primer) terlebih
dahulu. Dalam alkalimetri, basa kuat yang biasanya digunakan adalah
natrium hidroksida atau NaOH. Metode analisis asidimetri biasanya
digunakan sebagai perhitungan kadar basa semisal KOH dan NaOH juga a
kadar garam yang bersifat basa seperti NaHCO3 dan Na2CO3 (Harjadi,
1993).
Asam karbonat terbentuk dari ion karbonat dan ion bikarbonat.
Asam karbonat tidak hanya memiliki satu ion hidrogen yang
memungkinkan untuk terionisasi oleh karena itu, asam karbonat termasuk
ke dalam jenis asam poliprotik. Proses ionisasi yang terjadi pada asam
karbonat merupakan kebalikan dari pratikum, yakni berubah menjadi ion
karbonat dan bikarbonat. Asam arbonat dinilai tidak memiliki kestabilan
yang cukup baik, hal ini karena kemampuannya yang dapat terurai
menjadi H2O atau air dan CO2 atau karbondioksida (Petrucci, 1987).
Dalam alkalinitas terdapat tiga pembentuk utama yakni hidroksida,
karbonat, dan bikarbonat. Bikarbonat merupakan ion yang paling b mudah
ditemukan di perairan alami (Efendi, 2003). Garam hidrogen karbonat dan
garam karbonat terbentuk oleh asam karbonat. Garam-garam ini memiliki
sifat basa oleh karena itu kedua garam ini dapat ditirasi menggunakan
asam kuat. Proses titrasi yang terjadi dilakukan secara bertahap. Indikator
yang cocok untuk digunakan dalam proses ini adalah indikator PP atau
indikator Phenolptalein yang memiliki rentang pH antara 8,0 sampai 9,6.
Indikator yang cocok untuk digunakan untuk suasana asam atau suasana
dengan nilai pH yang rendah adalah indikator metil jingga yang memiliki
rentang pH antara 3,1 hingga 4,4. Reaksi yang terjadi (garam hidrogen
karbonat dan dan asam garam karbonat dengan asam kuat) adalah sebagai
berikut:
CO32- + H+  HCO3-
HCO3- + H+  H2 CO3
(Anggi, 2011).
Pemilihan indikator yang tepat sangat diperlukan dalam titrasi.
Penentuan titik ekuivalen dalam titrasi sulit untuk ditentukan karena
perubahan warna yang terjadi pada indikator tidak hanya terjadi pada TE
(titik ekuivalen) saja, melainkan juga terjadi pada daerah diluar titik
ekuivalen yakni trayek warna. Oleh sebab itu, indikator yang digunakan
haruslah indikator yang hanya memunculkan perubahan warna pada saat
titik ekuivalen telah tercapai, dan tidak terjadi perubahan warna diselain
titik tersebut. (Harjadi, 1993).
Titrasi dihentikan saat terjadinya perubahan warna pada indikator.
Perubahan ini terjadi pada saat melewati titik ekuivalen. Pada titrasi asam
basa terdapat istilah titik ekuivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekuivalen
adalah titik dimana asam basa tepat habis bereaksi. Sedangkan titik akhir
titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indikator
(sukmariah, 2007)
Sifat yang dimiliki oleh ion karbonat yakni basa. Namun pada saat
ion karbonat direaksikan dengan hidrogen terjadi secara dua tahap yakni:
CO32- + H3O+  HCO3- + H2O (1)
HCO3- + H3O+  H2CO3 + H2O (2)
Apabila indikator yang digunakan pada reaksi pertama adalah indikator
PP atau Phenolptalein. Reaksi pertama dapat menghasilkan perubahan
warna dan dikatakan mengalami reaksi sempurna jika ion karbonat
bereaksi dengan tidak lebih dari satu ion H3O+. Namun disini akan terjadi
galat dikarenakan dalam pembentukan satu CO32- memerlukan dua ion
OH-. Apabila pada reaksi kedua menggunakan indikator metil oranye,
perubahan warna dapat terjadi, hal ini dikarenakan setiap CO32- akan
mengikat dua ion H3O+ sekaligus. Idikator PP atau Phenolptalein lebih
cocok dignakan sebagai indikator pada titrasi asam lemah. (Day dan
Underwood, 2002).
BAB 2. METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1. Alat
 Labu takar
 Pipet volume dan pipet ukur
 Erlenmeyer
 Burret, statif, dan klem
 Gelas ukur
 Kaca arloji
 Beaker glass
 Neraca analitis
2.1.2. Bahan
 Soda pencuci Na2CO3
 Soda kue NaHCO3
 Boraks NaB4O7.10H2O
 NaOH 0,1 M
 HCl
 Indikator PP
 Indikator MO
 Indikator MM
 Larutan BaCl2
 Aquadest
2.2 Cara kerja
2.2.1. Standarisasi Larutan HCl

Boraks 0,4 gram

Diencerkan hingga 50 ml

10 ml larutan boraks
dipipet dan dimasukkan
kedalam erlenmeyer

Ditambahkan 2 tetes
indikator MM

Dititrasi menggunakan
HCl

Data pengamatan
2.2.2. Penentuan kadar karbonat dan bikarbonat dengan titrasi langsung

Soda pencuci dan kue


masing-masing 0,25 g

Masing-masing
diencerkan hingga 50 ml

5 ml soda pencuci dan 1


ml soda kue dipipet
kedalam erlenmeyer

Ditambahkan aquadest
hingga volume 50 ml

Ditambahkan 2 tetes
indikator MM

Dititrasi menggunakan
HCl

Kadar karbonat dan


bikarbonat
2.2.3. Penentuan kadar karbonat dan bikarbonat dengan titrasi tidak langsung

5 ml larutan soda
pencuci dan 1 ml larutan
soda kue

Dimasukkan kedalam
erlenmeyer 250 ml

Ditambahkan aquadest
hingga volume 50 ml

Ditambahkan dua tetes


indikator MO

Dititrasi menggunakan
HCl

Dipipet lagi 5 ml soda


pencuci dan 1 ml soda kue
kedalam erlenmeyer 250
ml

Ditambahkan NaOH 0,1


M 20 ml

Ditambahkan BaCl2 25 ml

Dititrasi dengan HCl


dengan indikator PP.
Volume HCl dicatat

Kadar karbonat dan


bikarbonat
BAB 3. HASIL

3.1 Data Pengamatan


3.1.1. Titrasi Langsung

Tabel 3.1 Tabel pengamatantitrasi langsung


Larutan Indikator V HCl Perubahan warna
5 ml Na2CO3
PP 1,7 ml merah muda - bening
1 ml NaHCO3
44 ml aquadest
MO 9,3 ml kuning - merah muda

3.1.2. Titrasi Tidak langsung

Tabel 3.2 Tabel pengamatan titrasi tidak langsung


Larutan Indikator V HCl Perubahan warna
5 ml Na2CO3
1 ml NaHCO3 MO 10,6 ml kuning - merah muda
44 ml aquadest
5 ml Na2CO3
1 ml NaHCO3
PP 12,1 ml merah muda keruh - putih keruh
20 ml NaOH
25 ml BaCl2

3.2 Hasil Perhitungan


3.2.1. Titrasi Langsung

Tabel 3.3 Hasil perhitungan titrasi langsung

Massa Na 2 CO 3 180,2 mg

Massa NaHCO 3 3192 mg

3.2.2. Titrasi Tidak Langsung

Tabel 3.4 Hasil perhitungan titrasi tidak langsung

Massa Na 2 CO 3 143,1 mg

Massa NaHCO 3 3318 mg


BAB 4. PEMBAHASAN

Praktikum dilakukan secara daring pada hari kamis, 10 juni 2021. Praktikum ini
dilaksanakan dengan tujuan Menentukan kadar karbonat dan bikarbonat dalam suatu sampel
dengan titrasi langsung (Metode Warder) dan titrasi tidak langsung (Metode Winkler). Dalam
reaksi penentralan atau reaksi asam-basa terdapat istilah asidimetri dan juga alkalimetri.
Asidimetri merupakan reaksi dimana larutan standart nya memiliki sifat asam sedangkan
analitnya memiliki sifat basa. Sebalikknya, alkalimetri merupakan reaksi dimana larutan
standart atau titrannya memiliki sifat basa sedangkan analit bersifat asam. Asidi alkalimetri
atau reaksi penetralan melibatkan titrasi asam bebas dan titrasi basa bebas. Asam bebas
terbentuk dikarenakan adanya reaksi basa standart dengan basa lemah yang membentuk
hidrolisis garam. Basa bebas terbentuk dikarenakan adanya reaksi asam standart dengan asam
lemah yang membentuk hidrolisis garam (Basset, 1994).
Langkah pertama dalam metode ini yakni melakukan penimbangan Natrium karbonat
menggunakan neraca analitik. Monitor pada neraca analitik harus dipastikan menunjukkan
angka nol untuk mendapatkan penimbangan yang akurat. Kemudian masukkan kaca arloji
dan tunggu hingga neraca berada dalam kondisi stabil. Neraca berada pada kondisi stabil
apabila pada belakang angka telah terdapat huruf “g”. Setelah massa kaca arloji stabil, tekan
tombol tare untuk menghilangkan massa pada arloji. Penghilangan massa kaca arloji ini
bertujuan agar massa kaca arloji tidak mempengaruhi massa setelah itu lakukan
penimbangan pada natrium karbonat sebanyak 0,25 gram, tutup kembali neraca analitik dan
tunggu hingga angka pada neraca menunjukkan angka yang stabil. Langkah penimbangan ini
dilakukan agar massa natrium karbonat yang akan digunakan sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan dan dalam keadaan stabil.
Setelah dilakukan penimbangan, natrium karbonat dimasukkaan kedalam gelas
beaker. Sisa-sisa natrium karbonat yang berada di kaca arloji dibilas menggunakan aquadest,
lalu kemudian dimasukkan kembali kedalam gelas beaker.pembilasan ini dilakukan hingga
padatan yang berada di kaca arloji benar-benar bersih. Selanjutnya, larutan yaang berada di
dalamgelas beaker diaduk menggunakan batang pengaduk sebelum kemudian dimasukkan
kedalam labu ukur 50 ml. Larutan natrium karbonat yang telah berada di dalam labu ukur
kemudian diencerkan menggunakan aquadest hingga larutan sampai pada tanda batas.
Sebelum mendekati tanda batas, aqudest ditambahkan menggunakan botol semprot, namun
untuk menghindari adanya kelebihan penambahan aquadest, pada saat mendekati tanda batas,
aquadest ditambahkan dengan menggunakan pipet tetes. Setelan mencapai tanda batas, labu
ukur ditutup kemudian dikocok secara perlahan agar larutan homogen atau tercampur secaraa
merata. Setelah pengocokan, larutan natrium karbonat dipindahkan kedalam gelas beaker.
Hal yang sama juga dilakukan untuk natrium bikarbonat. Naatrium bikarbonat
ditimbang sebanyak 0,25 gram kemudian diemcerkan dengan aquadet menggunakan labu
ukur yang berukuran 50 ml. Larutan natrium bikarbonatyang telah dibuat kemudian
dimasukkan kedalam gelas beakes lain yang telah disediakan sebelumnya.
Selanjutnya, larutan natrium karbonat dipepet menggunakan pipet volume sebanyak 5
ml kemudian diletakkan kedalam erlenmeyer lain yang telah disiapkan sebelumnya. Pipet
volume digunakan karena hasilnya lebih akurat dibandingkan pipet ukur. Cara penggunaan
pipet volume pertama-tama dengan cara kita keluarkan gas yang ada dalam ball pipet dengan
menekan tombol “A”. Ball pipet kemudian dipasangkan ke pipet volume.larutan diambil
dengan cara menekan tombol “S” dan pastikan larutan mencapai tanda batas yang sesuai.
Kemudian larutan dikeluarkan dari pipet volume dengan cara menekan tombol “E”.
Lagkah selanjutnya, dimasukkan natrium karonat kedalam erlenmeyer yang telah
berisi natrium karbonat sebanyak 1 ml. Penambahan natrium bikarbonat kedalam erlenmeyer
ini menggunakan bantuan pipet ukur. Setelah penambahan natrium bikarbonat, aquadest
ditambahkan hingga volume yang didapatkan sebesar 50 ml. Setelah itu,ditambahkan 2 tetes
indikator PP kedalam labu erlenmeyer lalu kocok sebentar hingga merata. Tujuan dari
penambahan indikator PP ini ialah untuk mengetahui titik ekuivalen pada saat titrasi
dilakukan. Titika akhir titrasi ditandai dengan berubahnya warna pada larutan. Setelah
penambahan indikator PP, larutan yang awalnya tidak memiliki warna berubah menjadi
merah muda seperti gambar 4.1. Perubahan warna ini terjadi akibat nilai pH pada larutan
berada dibawah 8,3.

Gambar 4.1 warna larutan setelah ditambah indikator PP


Prosedur
selanjutnya yakni dilakukan proses titrasi larutan menggunakan HCl. Pertama-tama, HCl
dimasukkan kedalam buret menggunakan bantuan corong kaca hingga volume yang
didapatkan sebanyak 50 ml atau sesuai dengan ukuran buret. Setelah itu, proses titrasi
dimulai dengan cara memutar kran pada buter hingga HCl keluar. Titrasi ini dilakukan sedikit
demi sedikit hingga larutan berubah warna menjadi bening seperti pada gambar 4.2, karena
pada saat warna berubah menjadi bening inilah titik akhir dari titrasi terjadi.

Gambar 4.2 perubahan warna setelah titrasi pertama


Larutan berubah warna menjadi bening karena larutan memiliki pH yang diatas 10.
Volume dari HCl yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir titrasi sebanyak 1,7 ml. Reaksi
yang terjadi pada saat penambahan HCl adalah

Na2 CO 3 +2 HCl → H 2 O+CO 2+2 NaCl

NaHC O3 + HCl → NaCl+CO 2 + H 2 O

Langkah berikutnya, larutan yangtelah melewati proses titrasi pertama ditambahkan


dengan dua tetes indikator MO atau Metil kemudian dikocok pelan hingga tercampur
sempurna. Setelah penambahan indikator MO, larutan akan berubah menjadi warna kuning
seperti pada gambar 4.3. perubahan warna yang ditunjukkan setelah ditambahkan 2 tetes
indikator MO kuning karena nilai pH nya menunjukkan angka dibawah 3,2. Kemudianlarutan
dititrasi kembali menggunakan cara yang sama dengan sebelumnya. Proses titrasi ini
dilakukan hingga larutan yang awalnya memiliki warna kuning berubah warna menjadi pink
seperti yang terlihat pada gambar 4.4. Larutan berubah warna menjadi merah muda karena
nilai pH yang dimiliki larutan diatas 4,4. Volume dari HCl yang dibutuhkan untuk mencapai
titik akhirdari titrasi kedua ini adalah 9,3 ml.

Gambar 4.3 warna larutan setelah penambahan indikator MO

Gambar 4.4 perubahan warna setelah titrasi kedua


Proses pertama pada prosedur berikutnya, yakni pencampuran antara natrium
karbonat 5 ml, natrium bikarbonat 1 ml, dan kemudian diencerkan dengan aquadest di dalam
erlenmeyer seperti yang telah dilakukan pada prosedur sebelumnya. Pengenceran ini
bertujuan agar benar-benar menjadi larutan yang homogen dan untuk memperkecil
konsentrasi larutan yang dititrasi. Aquadest ditambahkan hingga volume total larutan yang
didapatkan sebesar 50 ml. Dengan begitu, volume aquadest yang diperlukan sebanyak 44 ml.
Selanjutnya, ditambahkan dua tetes indikator Metil Orange kedalam larutan. Setelah
ditambahkan Metil Orange, larutan yang awalnya bening atau tidak berwarna berubah
menjadi kuning seperti pada gambar 4.5. larutan berubah warna menjadi kuning karena nilai
pH dalam larutan nilainya dibawah 3,1. Setelah penambahan indikator, larutan dititrasi
menggunakan HCl seperti yang telah dilakukan pada prosedur sebelumnya. Pada proses
titrasi ini, titik akhir titrasi didapatkan pada saat warna larutan yang awalnya orange berubah
menjadi pink atau merah muda seperti pada gambar 4.6. Larutan berubah warna menjadi
merah muda karena pH yangdimiliki larutan diatas 4,4.volume HCl yang dibutuhkan untuk
mencapai titik akhir titrasi sebanyak 10,6 ml.

Gambar 4.5 warna larutan setelah ditambah indikator MO

Gambar 4.6 perubahan warna setelah titrasi


Langkah berikutnya, disiapkan labu erlenmeyer kembali. Dimasukkan Na2CO3 atau
natrium karbonatsebanyak 5 ml menggunakan bantuanpipet volume. Kemudian tambahkan
NaHCO3 sebanyak 1 ml menggunakan pipet ukur. Selanjutnya ditambahkan larutan NaOH
0,1 M sebanyak 20 ml menggunakan gelas ukur 10 ml, oleh karena itu, pengukuran
penambahan NaOH dilakukan sebanyak dua kali. Apabila terjadi kelebihan larutan pada saat
pengukuran, kelebihan larutan NaOH tersebut diambil menggunakan pipet tetes. Penambahan
NaOH ini bertujuan agar larutan HCl tidak bereaksi langsung dengan natrium karbonat dan
natrium bikarbonat. Reaksi yang terjadi pada saat penambahan NaOH adalah

NaH CO 3+ NaOH → Na2 CO 3+ H 2 O


Selanjutnya ditambahkan larutan BaCl2 kedalam erlenmeyer sebanyak 25 ml
menggunakan bantuan pipet volume. Larutan ini kemudian ditambahkan dengan indikator PP
sebanyak dua tetes. Reaksi yangterjadi pada saat penambahan BaCl2 adalah

Na 2 CO 3 +Ba Cl2 → Ba CO3 +2 NaCl

Setelah pencampuran semua larutan diatas lalu kemuadian ditambahkan dengan indikator PP,
warna dari larutan akan berbanmenjadi merah muda keruh seperti yang terlihat pada gambar
4.7. larutan berubah menjadi berwarna merah muda keruh setelah ditambahkan dengan
indikator PP karena nilai pH yang dimiliki larutan berada dibawah 8,3. Selanjutnya, larutan
ini dititrasi seperti proses titrasi sebelumnya, yakni dengan menggunakan HCl. Proses titrasi
dihentikan apabila larutan telah sampai pada titik akhir titrasi yang ditandai dengan
berubahnya larutan dari merah muda keruh menjadi putih keruh seperti yang terlihat pada
gambar 4.8. larutan berubah warna menjadi putihkeruh karena nilai pH yang dimiliki larutan
berada diatas 4,4.

Gambar 4.7 warna larutan setelah ditambah indikator


PP

Gambar 4.8 perubahan warna larutan setelah dititrasi


Dari percobaan menggunakan titrasi langsung didapatkan hasil massa dari larutan
natrium kabonat sebesar 180,2 mg dan massa larutan natrium bikarbonat sebesar 3192 mg.
Selain itu dari percobaan menggunakan titrasi tidak langsung mendapatkan hasil massa dari
larutan natrium kabonat sebesar 143,1 mg dan untuk larutan natrium bikarbonat sebesar 3318
mg. Dalam praktikum, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan adanya perbedaan hasil
dengan literarur. beberapa faktor tersebut dapat berasal dari instrumen, observasi,
enviromental, dan teori. Kesalahan pengukuran dalam pratikum dapat disebabkan oleh grass
error atau esalahan umum seperti keteledoran, systematis error atau kesalahan sistem, dan
random error atau kesalahan yang terjadi secara acak.
BAB 5. PENUTUP

5.2 Kesimpulan

Dari percobaan menggunakan metode asidi alkalimetri ini kita dapat mengetahui massa
dari natrium karbonat dan natrium bikarbonat menggunakan cara titrasi langsung dan titrasi
tidak langsung. Titrasi langsung didapatkan massa natrium karbonat sebesar 180,2 mg dan
natrium bikarbonat sebesar 3192 mg. Sedangkan titrasi tidak langsung didapatkan massa
natrium karbonat sebesar143,2 mg dan untuk natrium bikarbonat sebesar 3318 mg.

5.3 Saran

Pastikan semua peralatan dalam keadaan bersih serta stabil. Selain itu pastikan
memberi label pada setiap larutan agar tidak terjadi kesalahan seperti tertukar serta pastikan
pengukuran dilakukan dengan akurat. Pada saat melakukan praktikum, kenakanlah pelindung
diri yang lengkap, pahami Material Safety Data Sheet, dan lakukan praktikum sesuai modul.
Apabila terjadi kecelakaan, segera lakukan hal yang tertera pada MSDS.
DAFTAR PUSTAKA

Basset, J., & Mendham. (1994). Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Day,R. A., & Underwood,A. L. (Edisi Keenam). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Rohman.Abdul. (2018). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suhartati,Tati. (2017). Dasar-dasar Asidi Alkali untuk Penentuan Kadar. Bandar Lampung:
Anugrah Utama Raharja.
Smartlab. (2016). Lembar Data Keselamatan Boraks.
http://smartlab.co.id/assets/pdf/
MSDS_DISODIUM_TETRABORATE_DECAHYDRATE_(INDO).pdf. (diakses
24 Mei 2021).
Smartlab. (2017). Lembar Data Keselamatan Aquadest.
http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_AQUADEST_(INDO).pdf. (diakses 24 Mei
2021).
Smartlab. (2017). Lembar Data Keselamatan Barium Klorida.
http://smartlab.co.id/assets/pdf/
MSDS_BARIUM_CHLORIDE_DIHYDRATE_(INDO).pdf. (diakses 24 Mei
2021).
Smartlab. (2017). Lembar Data Keselamatan HCl.
http://smartlab.co.id/assets/pdf/
MSDS_HYDROCHLORIC_ACID_0.5_N_in_Demin_(INDO)_.pdf. (diakses 24
Mei 2021).
Smartlab. (2017). Lembar Data Keselamatan Indikator PP.
http://smartlab.co.id/assets/pdf/
MSDS_PHENOLPHTHALEIN_INDICATOR_(INDO).pdf. (diakses 24 Mei 2021).
Smartlab. (2017). Lembar Data Keselamatan Soda Kue.
http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_SODIUM_BICARBONATE_(INDO).pdf.
(diakses 24 Mei 2021).
Smartlab. (2019). Lembar Data Keselamatan Indikator MM.
http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_METHYL_RED_(INDO).pdf. (diakses 24
Mei 2021).
Smartlab. (2019). Lembar Data Keselamatan Indikator MO.
http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_METHYL_ORANGE_(INDO).pdf. (diakses
24 Mei 2021).
Smartlab. (2019). Lembar Data Keselamatan NaOH.
http://smartlab.co.id/assets/pdf/
MSDS_SODIUM_HYDROXIDE_PELLETS_(INDO).pdf. (diakses 24 Mei 2021).
Smartlab. (2019). Lembar Data Keselamatan Soda Pencuci.
http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_SODIUM_CARBONATE_(INDO).pdf.
(diakses 24 Mei 2021).
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai