Anda di halaman 1dari 17

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR LANJUTAN

REDOKS DAN ELEKTROKIMIA

Oleh :

Nama : Safira Salsabila Yasmin


NIM : 201910901054
Kelompok/Kelas : 2/Teknik Pertambangan
Asisten : Zona Salsabila

LABORATORIUM KIMIA DASAR


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2020
I JUDUL
Redoks dan Elektrokimia
II TUJUAN :
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Menentukan reaksi redoks dari fenomena yang terjadi pada reaksi
kimia
2. Merakit sel volta sederhana
3. Mempelajari Elektrolisis air dan larutan NaOH3
III PENDAHULUAN
3.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)
3.1.1 Amonium Hidroksida (NH4OH)
NH4OH atau yang biasa disebut ammonium hidroksida adalah
senyawa basa yang terionisasi dan larut dalam air. Ammonium
hidroksida memiliki tampilan tak berwarna dengan bau yang menyengat
dan cenderung amis. Senyawa ini memiliki titik lebur sebesar -57C serta
titik didih mencapai 37,7C. Ciri kimia senyawa ini adalah tidak korosif
dan cenderung stabil. Identifikasi bahayanya yaitu berbahaya dalam
kasus kontak kulit (iritan), kontakmata, tertelan,inhalasi dapat
mengakibatkan pada luka bakar kulit dan ulserasi. Tindakan pertolongan
pertamanya jika terkena kontak mata yaitu segera basuh mata dengan
banyak air selama minimal 15 menit, air dingin dapat digunakan lalu cari
perawatan medis lebih lanjut. Pertolongan pertama apabila terjadi kontak
kulit segera cuci dengan sabun desinfektan dan menutupi kulit
terkontaminasi dengan krim anti bakteri lalu cari bantuan medis.
Pertolongan pertama jika terhirup maka pindahlah ketempat dengan
udara segar lalu kendurkan pakaian ketat seperti kera , dasi, ikat pinggang
atau ikat pinggang. Pertolongan pertama apabila tertelan maka jangan
dimuntahkan kecuali diarahkan untuk melakukannya oleh tenaga medis
(Labchem, 2021).
3.1.2 Asam Klorida (HCl)
Asam klorida dengan rumus kimia HCl memiliki sifat fisik
berbentuk cairan, berbau dan tidak memiliki warna. HCl termasuk dalam
cairan yang tidak mudah terbakar dan cairan yang dapat larut dalam air
serta bersifat korosif terhadap logam. HCl memiliki berat molekul
sebesar 36,46 g/mol, densitasnya sebesar 1-1,1 serta memiliki titik didih
sebesar 110C dan titik lebur mencapai -27C. Asam klorida memiliki
efek samping ketika terhirup yaitu peradangan pada saluran pernapasan.
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan ketika HCl terhirup yaitu
dengan memberikan udara segar dan memaringkan korban untuk
bernapas. Efek samping yang ditimbulkan ketika asam klorida terkena
kulit adalah luka bakar pada kulit. Pertolongan pertama yang dapat
dilakukan yaitu dengan melepas pakaian yang terkontaminasi dengan
HCl dan membilas dengan air bagian kulit yang terkontaminasi. Efek
samping dari asam klorida ketika terkena mata menyebabkan kerusakan
mata parah. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan ketika HCl
terkena mata adalah dengan membilas mata dengan hati-hati selama
beberapa menit, lepas kontak mata jika memakainya kemudian lanjutkan
membilas mata (Labchem, 2021).
3.1.3 Asam Sulfat (H2SO4)
H2SO4 merupakan bentuk asam yang kuat. Memiliki sifat fisik cair
dan bersifat korosif. Asam ini tidak berwarna dan tidak berbau. Hidrogen
sulfat memiliki kekentalan dinamis dan kinematik sebesar 26,9 mPa dan
14,62 mm2/s. H2SO4 memiliki titik lebur 10C sedangkan titik didihnya
mencapai 337C. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan yaitu basuh
mata dengan air selama paling sedikit 15 menit dan buka pelupuk mata
beberapa kali. Tindakan untuk menghindari resiko-resiko tersebut
dengan saat praktikum memakai sarung tangan laboratorium, memakai
pelindung wajah praktikum dan mata, memakai masker untuk terhindar
dari asap yang beracun dan memakai jas laboratorium. Asam sulfat dapat
menyebabkan iritasi sampai terjadi luka bakar apabila terkena kulit.
Tindakan pertolongan pertama setelah terhirup adalah cepat cepat untuk
hirup udara segar. Pertolongan pertama apabila terjadi kontak kulit maka
tanggalkan segera semua pakaian yang terkontaminasi lalu bilaslah kulit
dengan air/ pancuran air dan lepaskan lensa kontak. Pertolongan pertama
jika tertelan maka segera beri korban minum air putih (dua gelas paling
banyak) dan periksakan ke dokter. (Labchem, 2021).
3.1.4 Kalsium Karbonat (CaCO3)
CaCO3 atau yang sering disebut kalsium karbonat adalah senyawa
kimia yang banyak terdapat pada batauan. Senyawa ini memiliki titik
lebur 825C serta titik didih sebesar 1339C dan densitas sebesar 2771
g/cm3. Kalsium karbonat memiliki cirri khas tida berbau dan berbrentuk
putih halus dengan rasa kekapuran. Sifat kimianya yaitu senyawa ini
tidak bersifat korosif serta bersifat stabil. Efek samping yang terjadi
setelah terhirup ialah dapat menyebabkan tenggorokan kering. Tindakan
pertolongan pertama setelah terhirup yaitu jika sulit bernafas, pindahkan
korban ke tempat berudara segar, segera hubungi dokter atau layanan
medis, dan biarkan korban beristirahat. Efek samping yang terjadi setelah
kontak mata ialah dapat menyebabkan iritasi kecil pada jaringan mata.
Tindakan pertolongan pertama setelah kontak mata yaitu bilas secara
hati-hati dengan air selama beberapa menit, jangan gunakan penetral, dan
jika iritasi mata berlanjut segera ke dokter ataupun mendapatkan layanan
medis. Efek samping yang terjadi setelah kontak kulit ialah menyebabkan
kesemutan. Tindakan pertolongan pertama setelah kontak kulit yaitu cuci
dengan air dan menggunakan sabun. Efek samping yang terjadi setelah
tertelan ialah menyebabkan tubuh lemah, dan setelah penyerapan jumlah
tinggi akan menyebabkan sakit. Resiko-resiko ini dapat dihindari dengan
cara memakai sarung tangan, pelindung wajah,dan pakaian pelindung.
Kondisi penyimpanan perlu diperhatikan yaitu jaga agar wadah tetap
tertutup saat tidak digunakan, jangan diletakkan pada tempat yang
langsung terkena langsung oleh paparan cahaya matahari, hindarkan dari
tempat berapi. Hindari pelepasan atau tumpah ke lingkungan (LabChem,
2021).
3.1.5 Lempeng Tembaga
Lempeng tembaga dengan rumus kimia Cu merupakan unsur kimia
yang ditemukan di alam dengan nomor atom 29. Unsur ini berwarna
emas kekuning kuningan, berkilau, keras serta rapuh. Tembaga bersifat
magnet pada suhu tertinggi dari semua elemen magnetic lainnya dengan
titik didih sebesar 2562C dan titik lebur mencapai 1084C. Sifat
kimianya yaitu kurang reaktif serta stabil dalam ikatannya. Tindakan
pertolongan utama apabila tertelan segera beri air minum kepada korban
(paling banyak dua gelas) serta konsultasi kepada dokter jika merasa
tidak sehat. Kumpulan gejala / efek terpenting, baik akut maupun
tertunda antara lain yaitu efek iritan, mual dan muntah. Langkah-langkah
pencegahan untuk penanganan yang aman yaitu dengan cara taati label
tindakan pencegahan, melakukan tindakan higienis dan ganti pakaian
yang terkontaminasi serta cuci tangan setelah bekerja dengan bahan
tersebut (Labchem, 2021).
3.1.6 Lempeng Zinc
Zinc atau yang sering disebut seng adalah salah satu materi yang
terdapat dalam bumi yang tergolong mineral yang memiliki sifat fisik
cukup keras dan berwarna putih kebiruan. Logam Zn memiliki dentitas
sebesar 1.05 g/ml, titik lebur 420C serta titik didih mencapai 900C.
Logam ini juga termasuk bahan yang larut dalam air. Efek samping yang
ditimbulkan apabila bahan terkena kulit adalah dapat menyebabkan luka
pada kulit yang terkontaminasi. Pertolongan pertama yang dapat
dilakukan ketika bahan terkena kulit adalah dengan melepas semua
pakaian yang terkena atau terkontaminasi dengan bahan, kemudian cuci
kulit dengan air mengalir. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan
apabila bahan terkena mata adalah dengan membilas dengan hati-hati
selama beberapa menit dilanjutkan dengan melepas lensa kontak mata
dan dilanjutkan membilas mata dengan air mengalir. Efek samping yang
ditimbulkan bahan ini apabila terhirup dapat menyebabkan iritasi saluran
pernapasan. Pertolongan pertama yang dapat dilakuakan adalah dengan
segera memindahkan korban ketempat berudara segar dan baringkan
korban sehingga mempermudah dalam bernapas. Efek samping yang
ditimbulkan dari logam Zn ini dapat dihindari dengan mematuhi
peraturan keselamatan laboratorium dan juga memakai perlatan
keselamatan laboratorium seperti memakai masker, kacamata pelindung,
sarung tangan dan perlatan-peralatan penunjang lainnya (Labchem,
2021).
3.1.7 Natrium Nitrat (NaNO3)
NaNO3 atau bisa disebut dengan natrium nitrat merapakan senyawa
anorganik yang memiliki sifat fisik berbentuk padatan kristal, berwarna
putih dan tidak memiliki bau. Natrium nitrat memiliki massa molekul
sebesar 84.99 g/mol dan pH sekitar 5.5-8.0 pada 50 g/l. Titik didih bahan
ini adalah sekitar 380 oC dan titik leburnya sekitar 308 oC. Natrium
nitrat memiliki densitas sekitar 2.26 g/cm3 pada 20 oC dan kelarutan
dalam airnya 874 g/l pada 20 oC. Bahan ini dapat menyebabkan iritasi
mata berat apabila terkena kontak langsung denagn mata. Pertolongan
pertama yang dapat dilakukan yaitu dengan membilas mata dengan air
selama beberapa menit kemudian lepas lensa kontak mata dan lanjutkan
membilas. Bahan ini memiliki efek samping iritasi selaput lendir, mual
muntah hingga diare apabila bahan tertelan. Pertolongan pertama yang
dapat dilakukan apabila bahan tertelan yaitu dengan membilas mulut
dengan air dan beri korban air minum (maksimal 2 gelas). Efek yang
ditimbulkan bahan ini apabila terhirup yaitu dapat menyebabkan
gangguan saluran pernapsan dan iritasi mukosa ringan. Pertolongan
pertama yang dapat dilakukan yaitu dengan segera memindahkan
korbanketempat terbuka dan memilki udara segar. Efek samping yang
ditimbulkan dari natrium nitrat ini dapat dihindari dengan mematuhi
perturan keselamatan laboratorium dan juga memakai perlatan
keselamatan laboratorium seperti memakai masker, kacamata pelindung,
sarung tangan dan perlatan-peralatan penunjang lainnya (Labchem,
2021).
3.1.8 Serbuk Besi
Serbuk besi berasal dari besi yang memiliki rumus kimia yaitu
Ferrum (Fe). Serbuk besi memiliki sifat fisik berbentuk serbuk, memiliki
warna hijau sampai hitam, dan memiliki bau yang pedih jika dihirup.
Serbuk besi memiliki titik lebur 306°C dan tidak memiliki titik didih dan
titik nyala. Serbuk besi ini juga akan mengalami korosif terhadap logam.
Ada beberapa gejala atau efek terpenting, baik akut maupun tertunda bila
serbuk besi terhirup, tertelan dan terjadi kontak dengan mata, yaitu mual,
muntah, penyerapan dalam jumlah besar diikuti oleh gangguan
kardiovaskular, efek toksik pada liver dan ginjal, iritasi, korosi, dan
reaksi alergi hingga resiko cedera serius pada mata. Pertolongan pertama
saat serbuk besi terhirup oleh korban yaitu segera pindahkan korban ke
ruangan terbuka dan biarkan korban menghirup udara segar. Pertolongan
pertama saat serbuk besi terjadi kontak dengan mata yaitu segera bilas
mata yang terkena serbuk besi dengan air yang banyak, lepaskan lensa
kontak jika memakai, dan segera hubungi dokter mata jika terjadi cedera
yang serius. Pertolongan pertama saat serbuk besi tertelan yaitu segera
beri korban minum air putih (dua gelas paling banyak), dan periksakan
korban ke dokter (Labchem, 2021)
3.2 Tinjauan Pustaka :
3.2.1 Pengertian Reaksi Redoks
Redoks adalah reaksi kimia yang disertai perubahan bilangan
oksidasi. Setiap reaksi redoks terdiri atas reaksi-reaksi reduksi dan
oksidasi. Reaksi oksidasi adalah reaksi kimia yang ditandai kenaikan 
bilangan biloks. Sedangkan reduksi adalah reaksi kimia yang ditandai
dengan penurunan bilangan oksidasi. Bilangan oksidasi didefinisikan
sebagai muatan yang dimiliki suatu atom jika seandainyaelektron
diberikan kepada atom yang lain yang keelektronegatifannya lebih kecil
lebih positif, sedangkan atom yang keelektronegatifannya lebih besar
memiliki bilangan oksidasi positif (Dogra, 2005).

Oksidasi berarti pembentukan oksida dari unsurnya atau


pembentukan senyawa dengan mereaksikannya dengan oksigen, dan
reduksi adalah kebalikan oksidasi. Definisi reduksi saat ini adalah reaksi
yang menangkap elektron, dan oksidasi adalah reaksi yang membebaskan
elektron. Oleh karena itu, suatu pereaksi yang memberikan elektron
disebut reduktor dan yang menangkap elektron oksidator. Akibat reaksi
redoks, reduktor mengalami oksidasi dan oksidator mengalami reduksi.
Reaksi oksidasi adalah reaksi pengikatan oksigen oleh unsur atau
senyawa, sedangkan reaksi reduksi adalah reaksi pelepasan oksigen atau
reaksi yang menghasilkan oksigen (Nurlela, Mawardi dan Kurniati,
2017).

Redoks diciptakan dari Reduksi dan Oksidasi. Ini karena dua proses
terjadi bersamaan dalam reaksi yang sama Reaksi-reaksi ini melibatkan
transfer atom atau elektron Oksigen atau hidrogen dari satu unit materi ke
yang lain Pada dasarnya, ada dua jenis reagen redoks yang digunakan
dalam reaksi redoks: agen pereduksi dan oksidator. Dalam reaksi redoks.

- Reduktor (reduktan atau reducer) adalah zat yang kehilangan atau


menyumbangkan elektron, atau teroksidasi; yang bilangan
oksidasinya meningkat.
- Oksidator (oksidan atau oksidator) adalah zat yang memperoleh atau
menerima pemilihan, atau berkurang; atau yang bilangan oksidasinya
menurun
Oleh karena itu reaksi redoks dapat didefinisikan dalam istilah
elektron, hidrogen atau transfer oksigen, atau dalam hal perubahan dalam
keadaan oksidasi spesies dalam reaksi. Contoh umum proses redoks
adalah pembakaran zat, pengaratan dan pembubaran logam, peminjaman
buah; respirasi dan fotosintesis. (Shehu, 2015)
3.2.2 Penyetaraan Reaksi Redoks
Penyetaraan reaksi redoks dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
cara setengah reaksi dan cara perubahan bilangan oksidasi (biloks). Cara
penyetaraan reaksi redoks dengan sistem setengah reaksi dilakukan
dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Menuliskan masing-masing persamaan setengah reaksi reduksi dan
reaksi oksidasi.
2. Menyetarakan unsur-unsur yang mengalami reaksi redoks.
3. Menambahkan (1) molekul H2O :
- pada yang kekurangan (1) atom O, jika reaksi berlangsung dalam
suasana asam.
- pada yang kelebihan (1) atom O, jika reaksi berlangsung dalam suasana
basa.
4. Menyetarakan atom hidrogen dengan ion H+ jika suasana asam atau
dengan ion OHjika suasana basa.
5. Menyetarakan muatan dengan menambahan elektron di sebelah kanan
atau kiri persamaan reaksi.
6. Menjumlahkan kedua persamaan setengah reaksi dengan menyamakan
elektronnya.
Contoh 1: Reaksi : Cr2O72- + Cu+ → Cr3+ + Cu2+ (3.1)
Langkah-langkah penyetaraan reaksi:
Tahap 1 : Cr2O72- → Cr3+ + Cu+ → Cu2+ (3.2)
Tahap 2 : Cr2O72- → 2 Cr3+ + Cu+ → Cu2+ (3.3)
Tahap 3 : Cr2O72- → 2 Cr3+ + 7 H2O + Cu2+→ Cu2+ (3.4)
Tahap 4 : 14 H+ + Cr2O72- → 2 Cr3+ + 7 H2O + Cu+ → Cu2+ (3.5)
Tahap 5 : 6e- + 14 H+ + Cr2O72- → 2 Cr3+ + 7 H2O (I) + Cu+ → Cu2+ +
e(II) (3.6)
Tahap 6 : 6e- + 14 H+ + Cr2O72- → 2 Cr3+ + 7 H2O (I) x16 (3.7)
Cu+ → 6 Cu2+ + 6e- (II) x6 (3.8)
Reaksi akhir: Cr2O72- + 6 Cu+ + 14 H+ → 2 Cr3+ + 6 Cu2+ + 7 H2O (3.9)
(Arifin,2003).
3.2.3 Elektrokimia
Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang berkenaan dengan
inkonversi energi listrik dan kimia. Proses elektrokimia adalah reaksi
redoks (oksidasi-reduksi), dimana dalam reaksi ini energi yang dilepas
oleh reaksi spontan dibawa menjadi listrik atau dimana energi listrik
digunakan agar reaksi nonspontan bisa terjadi. Dalam reaksi redoks,
elektron-elektron ditransfer dari suatu zat ke zat lain. Antara logan
magnesium dan klorida merupakan salah satu contoh reaksi redoks.
Mg (s) + 2HCl (ag) → MgCl2 (ag) + H2 (g) (3.1)
(Chang, 2005).
Sel elektrokimia dapat diklasifikasikan sebagai sel galvani bila sel
digunakan untuk menghasilkan energy listrik (potensial sel positif) dan
sel elktrolisis bila sel memerlukan energi listrik dari suatu sumber. Secara
definisi katode ialah suatu electrode dimana reduksi terjadi. Anode ialah
suatu electrode dimana oksidasi terjadi. Definisi ini berlaku untuk sel
galvani dan sel elektrolisis. Pada berbagai sel, umumnya electrode-
elektrode tercelup langsung dalam larutan atau dihubungkan lewat
jembatan garam yang merupakan jalan aliran electron. Jembatan garam
umunya digunakan apabila electrode-elektrode harus dicelupkan dalam
larutan yang berbeda dan tidak bercampur (Rivai, 2007).

Sel galvani atau sel volta merupakan salah satu sel elektrokimia yang
dapat menghasilkan energi listrik, karena terjadinya reaksi redoks secara
spontan. Pada sel galvani  masing-masing sel mengandung sebuah
elektroda dan suatu elektrolit. Elektroda yang digunakan merupakan
suatu konduktor listrik yabg ridak beraksi dengan larutan elektrolit.
Elektroda dengan kutub negatif disebut anoda dan merupakan tempat
berlangsungnya reaksi oksidasi, sedangkan katoda adalah elektroda
dengan kutub negatif dan merupakan tempat berlangsungnya reaksi
reduksi (Chang, 2005).
Istilah elektrolisis berasal dari kata (elektro) yang berarti listrik dan
lisis yang berarti penguraian. Sel elektrolisis pada dasaranya hampir sama
dengan sel galuani, tetapi tidak digunakan jembatan garam dan voltmeter
diganti menggunakan sumber arus, biasanya baterai. Sel elektrolisis
terdiri dari dua buah katoda , yang masing-masing dihubungkan dengan
kutub-kutub sumber arus dan dimasukan ke dalam bejana yang berisi zat
elektrolit. Saat elektrolisis di lakukan ion-ion yang bermuatan positif
(kation) aan teroksidasi dan menempel pada elektroda ang digunakan
pada katoda sehingga apabila dilakukan penimbangan masa katoda
bertambah, sedangkan ion-ion yang bermuatan  negatif (anion) akan
tereduksi pada anoda sehingga elektroda yang diletakan pada anoda 
masanya tidak berubah (tetap). Proses elektrolisis umumnya terdiri dari
dua type lelehan dan larutan (Chang, 2005).

IV Metodologi Percobaan
4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
- Botol Bening 25 mL
- Elektroda karbon
- Gabus
- Gelas piala 50 mL
- Kabel
- Korek api batang / kayu
- Lampu LED
- Pipa U
- Pipet tetes
- Tabung reaksi
4.1.2 Bahan
- Amonium Hidroksida (NH4OH) 1M
- Asam Klorida (HCl)
- Asam Sulfat (H2SO4) 3M
- Buah Jeruk/Apel
- Kalsium Karbonat (CaCO3)
- Lempeng Tembaga
- Lempeng Zinc
- Natrium Nitrat (NaNO3) 0,1M
- Serbuk Besi
- Serbuk Zinc
- Lempeng Zinc
- Natrium Nitrat (NaNO3) 0,1M
- Serbuk Besi
- Serbuk Zinc
4.2 Skema Kerja

4.2.1 Redoks

Serbuk Zn
- Diambil sebanyak sepucuk spatula lalu dimasukkan ke tabung 1.
- Diisi tabung 2 dengan 1 butir padatan CaCO3.
- Ditambahkan 10 tetes larutan HCl pekat pada masing-masing
tabung.
- Diamati yang terjadi.Catat pada lembar pengamatan.
- Diambil tabung reaksi ketiga, diisi dengan larutan H2SO4 1M
setinggi 1cm.
- Ditambahkan jumlah yang sama pada larutan NH4OH 2M.
- Diamati yang terjadi.Catat pada lembar pengamatan.
- Diambil 2 tabung reaksi beri nomor 4 dan 5, diisi serbuk besi
sebanyak pucuk spatula.
- Ditambahkan larutan H2SO4 3M pada tabung nomor 4 setinggi 1
cm, lalu dikocok dan didiamkan beberapa lama.
- Ditambahkan larutan NH4OH 2M pada tabung nomor 5 setinggi 1
cm, lalu dikocok dan didiamkan beberapa lama.
- Diamati yang terjadi. Catat pada lembar pengamatan.

Hasil

4.2.2 Elektrokimia
1. Sel Volta Sederhana 1

Jeruk nipis/Belimbing wuluh

- Diambil 5 buah, lalu ditancapkan 1 lempeng Zink dan 1 lempeng


tembaga.
- Dihubungkan antara lempeng tembaga dari jeruk 1 dengan
lempeng Zink dari jeruk 2 menggunakan kabel hingga 5 buah
jeruk terhubung secara seri.
- Dihubungkan lampu LED pada lempeng Zink jeruk 1 dan
lempeng tembaga jeruk 5.
- Diamati yang terjadi.Catat pada lembar pengamatan.

Hasil

2. Sel Volta Sederhana 2


Jeruk nipis/Belimbing wuluh

- Diambil 5 buah, lalu diiris bagian tengah menjadi 2 bagian.


- Diperas dan diambil airnya lalu masukkan dalam 5 botol bening
25ml.
- Dibuat rangkaian seri menggunkan lempeng tembaga, zink dan
satu lampu LED.
- Diamati yang terjadi.
- Dan bandingkan nyala lampu LED antara sel air jeruk dengan sel
buah jeruk.
Hasil
3. Sel Volta Sederhana 3

Air jeruk
- Digunakan sel air jeruk.
- Diganti air jeruk dengan cuka masing-masing 10ml.
- Dihubungkan secara seri antar gelas menggunakan elektroda
- tembaga , zink dan lampu LED.
- Diamati yang terjadi.Catat pada lembar pengamatan.
Hasil
4. Elektrolisis Aquades

Aquades
- Diisikan ke dalam pipa U hingga 1cm dari ujung pipa U.
- Diletakkan elektroda pada kedua mulut pipa U.
- Dihubungkan elektroda dengan baterai 3 volt atau power supply 3
volt.
- Diputus sambungan power supply setelah 10 menit.
- Diuji dengan sebatang korek api yang membara pada kedua mulut
pipa U.
- Diamati yang terjadi dan berikan penjelasan.
- Diukur panjang kolom udara pada kedua mulut pipa U.
- Diulangi percobaan dengan waktu elektrolisis selama 20 menit.

Hasil

5. Elektrolisis Larutan NaNO3

Larutan NaNO3 0,1M


- Diisikan ke dalam pipa U hingga 1cm dari ujung pipa U.
- Diletakkan elektroda pada kedua mulut pipa U.
- Dihubungkan elektroda dengan baterai 3 volt atau power supply
3 volt.
- Diputus sambungan power supply setelah 10 menit.
- Diuji dengan sebatang korek api yang membara pada kedua mulut
pipa U.
- Diamati yang terjadi dan berikan penjelasan.
- Diukur panjang kolom udara pada kedua mulut pipa U.
- Diulangi percobaan dengan waktu elektrolisis selama 20 menit.

Hasil
4.3 Prosedur Kerja
4.3.1 Redoks
Tabung reaksi sebanyak 2 buah diambil lalu diisi dengan serbuk Zn
sebanyak sepucuk spatula. Tabung 2 diisi dengan 1 butir padatan CaCO3.
HCl pekat sebanyak 10 tetes ditambahkan ke dalam tabung 1 dan tabung
2 kemudian diamati apa yang terjadi dan ditulis pada lembar pengamatan.
Tabung reaksi ketiga diambil lalu diisi dengan larutan H 2SO4 1M setinggi
1 cm. Larutan NH4OH 2M ditambahkan dengan jumlah yang sama. Hasil
diamati apa yang terjadi dan dicatat dalam lembar pengamatan. Tabung
reaksi sebanyak 2 buah diambil dan dberi nomor 4 dan 5, masing-masing
diisi dengan serbuk besi sebanyak sepucuk spatula. Tabung nomor 4
larutan H2SO4 3 M dan larutan NH4OH 2M ditambahkan ke dalam tabung
5 masing-masing setinggi 1 cm kemudian dikocok dan didiamkan
beberapa lama. Hasil diamati dan dituliskan dalam lembar pengamatan.
4.3.2 Elektrokimia
1. Sel volta sederhana
5 buah jeruk nipis / belimbing wuluh diambil (praktikan bawa
sendiri). 1 lempeng Zinc dan 1 lempeng tembaga masing-masing
ditancapkan. Antara lempeng tembaga dari jeruk 1 dengan lempeng
Zinc dari jeruk 2 dihubungkan menggunakan kabel dan seterusnya
sampai 5 buah jeruk terhubung secara seri. lampu LED dihubungkan
pada lempeng Zinc jeruk 1 dan lempeng tembaga jeruk. Apa yang
terjadi diamati dan tulis hasilnya pada hasil pengamatan.
2. Sel Volta Sederhana 2
5 buah jeruk/belimbing wuluh diambil dan disiapkan. Bagian
tengah dipotong sehingga masing-masing menjadi 2 bagian. Airnya
diperas dan dimasukkan ke dalam 5 botol bening (vial) 25 ml.
Rangkaian seri dirangkai menggunakan lempeng tembaga, zinc, dan
lampu LED. Diperhatikan yang terjadi. Nyala lampu LED
dibandingkan antara sel air jeruk dengan sel buah jeruk.
3. Sel Volta Sederhana 3
Sel air jeruk digunakan untuk percobaan ini. Air jeruk diganti
dengan cuka masing-masing 10 mL. Hubungan seri antar gelas
dibuat dengan elektroda tembaga, zink serta lampu LED. Hasil
percobaan diamati dan tulis pada hasil pengamatan
4. Elektrolisis Akuades
Sebuah pipa U diambil kemudian diisi dengan aquades hingga 1
cm dari ujung pipa U. Elektroda diletakkan pada kedua mulut pipa
U. Elektroda dihubungkan dengan baterai 3 volt atau power supply 3
volt kemudian diuji dengan sebatang korek api yang membara pada
kedua mulut pipa U. Hasil percobaan diamati apa yang terjadi dan
diberikan penjelasan mengapa demikian. Panjang kolom udara
diukur pada kedua mulut pipa U. Percobaan diulangi dengan waktu
elektrolisis selama 20 menit
5. Elektrolisis Larutan NaNO3
Sebuah pipa U yang lain diambil dan diisi dengan larutan NaNO3
0.1M hingga 1 cm dari ujung pipa U. Elektroda diletakkan pada kedua
mulut pipa U. Elektroda dihubungkan dengan baterai 3 volt atau power
supply 3 volt kemudian diuji dengan sebatang korek api pada kedua
mulut pipa U. Hasil percobaan diamati apa yang terjadi serta
diberikan penjelasan mengapa demikian. Panjang kolom udara
diukur pada kedua mulut pipa U. Percobaan diulangi dengan waktu
elektrolisis selama 20 menit .
DAFTAR PUSTAKA

Arifin.2003. Strategi Belajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia


FPMIPA UPI.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
Dogra. 2005. Kimia Fisika. Jakarta : Universitas Indonesia.

LabChem, 2020. Material Safety Data Sheet of Amonium Hydroxide.


http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC11050.pdf. Diakses
online pada 28 April 2021.
LabChem, 2020. Material Safety Data Sheet of Calcium Carbonate.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC12690.pdf. Diakses
online pada 28 April 2021.
LabChem, 2020. Material Safety Data Sheet of Copper.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC13400.pdf. Diakses
online pada 28 April 2021.
LabChem, 2020. Material Safety Data Sheet of Hydrochloric Acid.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC15300.pdf. Diakses
online pada 29 April 2021.
LabChem, 2020. Material Safety Data Sheet of Sulfuric Acid.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC25550.pdf. Diakses
online pada 29 April 2021.
LabChem, 2020. Material Safety Data Sheet of Sodium Nitrate.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC24650.pdf. Diakses
online pada 29 April 2021.
LabChem, 2020. Material Safety Data Sheet of Ferrum.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC15700.pdf. Diakses
online pada 26 April 2021.
LabChem, 2020. Material Safety Data Sheet of Zinc.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC27150.pdf. Diakses
online pada 30 April 2021.
Nurlela, Mawardi dan Tuti Kurniati. 2017. Kajian Miskonsepsi Siswa
Melalui Tes Multiple Choice Menggunakan Certainty Response
Index (CRI) pada Materi Reaksi Reduksi Oksidasi Kelas X MIPA
SMAN 1 Pontianak. Ar-Razi Jurnal Ilmiah. 5(2): 2503-4448.
Rivai. 2007. Kimia Organik Universitas. Jakarta : Balai Pustaka.
Shehu, Garba. 2015. Two Ideas of Redox Reaction: Misconceptions and
Their Challeges in Chemistry Education. IOSR Journal of
Research & Method in Education (IOSR-JRME)1. 1(1): 15-20.

Anda mungkin juga menyukai