Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR LANJUTAN

KESETIMBANGAN KIMIA DAN PRINSIP LA CHATELIER

Disusun Oleh

Sephia Salsabilah Firdaus

LABORATORIUM KIMIA DASAR

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS JEMBER

2021
I. Judul
Keesetimbangan Kimia dan Prinsip La Chatelier
II. Tujuan
- Mempelajari sistem kesetimbangan
- Mempelajari pengaruh penambahan konsentrasi dan temperatur terhadap
kesetimbangan.
III. Pendahuluan
III.1 Material Safety of Data Sheets (MSDS)
III.1.1 Aquades (H2O)

Aquades (H2O) adalah senyawa kimia yang berbentuk cairan, tidak


bewarna, tidak berbau, tidak mudah terbakar, memiliki pH 7, titik lebur 0oC, titik
didih 100oC, temperatur kritis 374,1oC. Tekanan kritis 218,3 atm dan tekanan uap
17,535 mmHg, kepadatan relatif 1, grafitasi/kepadatan spesifik 0,99823 g/ml,
massa molekul 18 g/ml, viskositas kinematis 1,004 mm 2/dtk, viskositas dinamis
1,002 cP. Kelarutan : larut dalam asam asetat, aseton, amonia, etanol, gliserol,
asam klorida, metanol, asam nitrat, asam sulfat, natrium hidroksida. Stabilitas
kimia dalam kondisi normal yaitu stabil, produk penguraian yang berbahaya
adalah hidrogen dan oksigen. Akuades tidak diklarifikasi sebagai bahan kimia
berbahaya. Diperkirakan tidak menimbulkan bahaya yang signifikan dalam
kondisi penggunaan normal yang diantisipasi.

III.1.2 Asam klorida (HCl)

Cairan yang tidak berwarna atau kekuningan tergantung pada


kemurniannya, mudah menguap . Uapnya tajam dan beracun, sangat korosif,
mudah larut dalam air, alkohol dan eter. Uapnya berbahaya terhadap sistem
saluran pernapasan. Asam klorida (HCI) pekat bila mengenai kulit akan
merusaknya dengan sempurna, sedang larutannya menyebabkan gatal-gatal (iritasi
kulit) dan lain – lain.

Penanganan pertama yang dilakukan yaitu ruangan bekerja berventilasi


baik, jika memindahkan bahan kimia pekat atau mengencerkan sebaiknya
dikerjakan dalam lemari asam. Terkena tumpahan asam pekat segera dinetralkan
dulu dengan basa (soda, kapur) baru diencerkan dengan air, bila tumpahan dalam
jumlah besar disiapkan pemadam kebakaran (Labchem. 2021)

3.1.3 Asam fosfat (H3PO4)


Asam fosfat (H3PO4) berbentuk cairan tidak berwarna dan tidak berbau.
Titik lebur pada suhu 21oC dan titik didih pada suhu 158 oC. tidak mudah terbakar
dalam wujud padat dan gas. Tekanan uap sebesar 2.2 hPa (20 °C), kepadatan
relatif 1,7 dengan spesifik gravitasi 1685 kg/m³ dan massa molekul 98 g/mol.
Larut dalam air dan etanol bereaksi secara eksotermis dengan air, jika terurai dan
terkena kenaikan suhu akan menyebabkan pelepasan oksida gas beracun dan
korosif. Bereaksi saat terpapar kenaikan suhu dengan beberapa logam, pelepasan
gas atau uap yang sangat mudah terbakar. Kuat terhadap reaksi eksplosif dengan
banyak senyawa misalnya pengoksidasi dan pereduksi kuat. Produk penguraian
yang berbahaya yaitu karbon monoksida, karbon dioksida dan dekomposisi termal
dapat menyebabkan uap korosif.

Efek yang diakibatkan dari paparan senyawa ini adalah jika terhirup
tenggorokan kering atau sakit bahkan dapat mengiritasi saluran pernapasan yaitu
pada selaput lendir hidung penyakit yang mungkin muncul adalah edema laring,
dan pneumonia. Efek jika terkena kulit yaitu dapat menyebabkan luka bakar
kaustik atau korosi pada kulit. Efek yang ditimbulkan jika tertelan adalah mual,
sakit parut, syok, dan tekanan arteri rendah.
Penanganan dari bahaya yang timbul sebagai berikut: jika bahan kimia
mengenai mata basuh mata dengan air yang banyak, sesekali mengangkat kelopak
mata bagian bawah dan atas. segera dapatkan pertolongan medis. Terkena kulit,
segera basuh kulit yang terkontaminasi dengan air, jika bahan ini dapat menembus
pakaian yang sedang dipakai, segera lepas pakaian dan basuh kulit dengan air dan
segera dapatkan pertolongan medis. Terhirup dalam jumlah yang cukup besar,
pindahkan korban ke udara segar, jika pernapasan terhenti, lakukan resusitasi dari
mulut ke mulut, jaga orang yang terkena agar tetap hangat dan istirahat, jika
tertelan, dapatkan pertolongan medis sesegera mungkin. (Labchem, 2021)

3.1.4 Natrium Hidroksida (NaOH)

NaOH memiliki sifat fisik dan sifat kimia yaitu, berwujud cairan, tidak
berwarna, tidak berbau, dan pH = 14. Titik leleh 323 oC dan titik didih 1388 oC
NaOH ketika dinetralkan dilarutkan dalam air akan melepaskan kalor yang cukup
besar, yang mungkin cukup untuk menyalakan bahan yang mudah terbakar.
Natrium hidroksida bersifat sangat korosif, mudah larut dalam air dingin, dan air
panas.
Terkena bahan ini bisa sangat mengiritasi kulit, mata, dan selaput lendir
bahkan beracun jika tertelan. NaOH dapat menyebabkan luka bakar kulit yang
parah dan kerusakan mata. Penanganan yang dapat dilakukan yaitu sebagai
berikut. Mata basuh dengan air yang mengalir dan sesekali mengangkat kelopak
mata bagian bawah maupun atas. Segera dapatkan pertolongan medis. Kulit,
segera basuh kulit yang terkontaminasi dengan air, jika bahan ini dapat menembus
pakaian yang sedang dipakai, segera lepas pakaian dan basuh kulit dengan air.
Segera dapatkan pertolongan medis. Terhirup dalam jumlah yang cukup besar,
pindahkan korban ke luar ruangan untuk menghirup udara segar, jika pernapasan
terhenti, lakukan resusitasi dari mulut ke mulut, jaga orang yang terkena agar
tetap hangat. Tertelan jangan paksakan korban untuk muntah dan berikan air
sebanyak banyaknya untuk melarutkan kimia kemudian segera dapatkan
pertolongan medis sesegera mungkin. (Labchem,2021)

3.1.5 Natrium klorida (NaCl)


NaCl muncul sebagai padatan kristal putoh kelas komersial biasanya
mengandung beberapa klorida kalsium dan magnesium yang menyerap
kelembapan dan menyebabkan penggumpalan serta mudah larut dalam air.
Larutan natrium klorida tidaj berwarna dan tidak berbau. Titik lebur 801oC dan

titik didih 1413 oC. Densitas 2.165 g/cm³ dan massa molekul sebesar 58.44 g/mol
Menelan senyawa ini dapat menyebabkan mual, muntah, diare, otot
berkedut, radang saluran pencernaan, dan dehidrasi. Bahaya akutnya dapat
menyebabkan iritasi mata, saat dipanaskan hingga terurai dapat mengeluarkan
asap beracun. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan jika terkena mata dan
kulit segera basuh dengan air mengalir. Tertelan segera berikan air antara 1 – 2
gelas untuk mengencerkan bahan kimia yang ada di dalam tubuh dan segera di
bawa ke rumah sakit. Terhirup segera bawa korban keluar ruangan untuk
menghirup udara segar (Labchem, 2021).
3.1.6 Amonia (NH3)

Amonia adalah senyawa kimia yang mempunyai rumus molekul NH 3. Sifat


fisika amonia yaitu berwujud gas yang tidak bewarna, memiliki bau yang khas,
larut dalam air dengan perbandingan 1 L air : 1300 L gas amonia, tekanannya 8-10
atm dan mendidih pada suhu 293 ° K pada tekanan 1 atm. Sifat kimia amonia
yaitu berekasi dengan logam dan halogen, stabilitas termal, mudah terbakar di
udara, dan bereaksi dengan logam alkali.
Amonia secara alami hadir di lingkungan sekitar dihasilkan oleh sisa
bahan organik di tanah, seperti tumbuhan, bangkai dan kotoran hewan yang
terurai oleh bakteri. Amonia jika terhirup menyebabkan sesak napas dan batuk,
cara mengatasinya yaitu segera cari udara segar dan minum air putih 2-3 gelas.
Amonia jika bersentuhan dengan mata atupun kulit menyebabkan iritasi dan luka
bakar, cara mengatasinya yaitu segera bilas dengan air mengalir dan segera bawa
ke dokter. (Labchem. 2021)

3.1.7 Kalium Tiosianat (KSCN)

Kalium tiosianat adalah senyawa kimia yang mempunyai rumus molekul


KSCN. Sifat fisika kalium tiosianat yaitu padatan berwarna Kalium tiosianat
adalah senyawa kimia yang mempunyai rumus molekul KSCN. Sifat fisika
kalium tiosianat yaitu bewarna padatan putih, berat molekul 97,18 g/mol, titik
lebur 173 ℃ , dan massa jenis 1,88 g/cm3. Sifat kimia kalium tiosianat yaitu
larut dalam air, bentuknya encer ketika direaksikan dengan MnO2 dan
membentuk SCN2 serta larut dalam etanol.

Kalium tiosianat jika terhirup menyebabkan sesak napas, cara


mengatasinya yaitu segera cari udara segar dan minum air putih 2-3 gelas.
Kalium tiosianat jika bersentuhan dengan mata atupun kulit menyebabkan iritasi
dan luka bakar, cara mengatasinya yaitu segera bilas dengan air mengalir selama
5 menit. Kalium tiosianat jika tetelan menyebabkan mual dan sakit perut, cara
mengatasinya yaitu segera di bawa ke dokter untuk mendapat pertolongan.
(Labchem.2021)

3.1.8 Tembaga (II) Sulfat (CuSO4)

Tembaga (II) sulfat adalah senyawa kimia yang mempunyai rumus


molekul CuSO4. Sifat fisika tembaga (II) sulfat yaitu memiliki massa molar
159,62 g/mol, titik lebur 110 ℃ , dan densitas 3,603 g/mol. Sifat kimia
tembaga (II) sulfat yaitu larut dalam air, tidak tercampur dengan etanol, dan
beracun.

Tembaga (II) sulfat apabila mengenai mata menyebabkan konjungtivitas


dan radang pada kornea, cara mengatasinya yaitu bilas mata dengan air mengalir
minimal 5 menit. Tembaga (II) sulfat apabila bersentuhan dengan kulit akan
menyebabkan eksem, cara mengatasinya yaitu bilas dengan air mengalir selama
3-5 menit. Tembaga (II) sulfat apabila tertelan menyebabkan mual, cara
mengatasinya yaitu segera bawa ke dokter untuk mendapatkan pertolongan.
(Labchem.2021)

3.1.9 Kobalt (II) Klorida (COCl2)

Kobalt (II) klorida adalah senyawa kimia yang mempunyai rumus


molekul COCl2. Sifat fisikanya yaitu berwarna biru keunguan, mempunyai titik
lebur 726 ℃ , titik didih 1049 ℃ dan massa molar 129,839 g/mol. Sifat
kimianya yaitu larut dalam air sebesar 43,6 g/100 mL, metanol sebesar 38,5
g/100 ml dan larut dalam aseton sebesar 8,6 g/100 ml.

Kobalt (II) klorida jika terhirup menyebabkan sesak napas, cara


mengatasinya yaitu segera cari udara segar dan minum air putih 2-3 gelas.
Kobalt (II) klorida jika bersentuhan dengan mata atupun kulit menyebabkan
iritasi dan luka bakar, cara mengatasinya yaitu segera bilas dengan air mengalir
selama 5 menit. Kobalt (II) klorida jika tetelan menyebabkan mual dan sakit
perut, cara mengatasinya yaitu segera di bawa ke dokter untuk mendapat
pertolongan. (Labchem. 2021)

3.1.10 Besi (III) Klorida (FeCl3)

Besi (III) klorida adalah senyawa kimia yang mempunyai rumus molekul
FeCl3. Sifat fisikanya yaitu bebentuk padatan kuning, mempunyai titik lebur 306
℃ , titik didih 315 ℃ dan massa molar 162,2 g/mol. Sifat kimianya yaitu
sedikit berbau, reaksi eksotermis (menghasilkan panas) dan bersifat korosif.

Besi (III) klorida jika terhirup menyebabkan sesak napas, cara


mengatasinya yaitu segera cari udara segar dan minum air putih 2-3 gelas. Besi
(III) klorida jika bersentuhan dengan mata atupun kulit menyebabkan iritasi dan
luka bakar, cara mengatasinya yaitu segera bilas dengan air mengalir selama 5
menit. Besi (III) klorida jika tetelan menyebabkan mual dan sakit perut, cara
mengatasinya yaitu segera di bawa ke dokter untuk mendapat pertolongan.
(Labchem.2021)

3.1.11 Seng Nitrat (Zn(NO3)2

Seng nitrat adalah senyawa kimia yang mempunyai rumus molekul


(Zn(NO3)2.. Sifat fisikanya yaitu berbentuk kristal dan tidak bewarna, berair,
mempunyai titik lebur 110 ℃ , titik didih 125 ℃ dan massa moar 189,36
g/mol. Sifat kimianya yaitu bisa meledak saat di panaskan, tidak mudah terbakar
dan sangat larut dalam alkohol.

Seng nitrat jika bersentuhan dengan mata atupun kulit menyebabkan


iritasi dan luka goresan, cara mengatasinya yaitu segera bilas dengan air
mengalir selama 5 menit. Seng nitrat yang berkarat menyebabkan infeksi apabila
terjadi kontak dengan tubuh. Seng nitrat dapat di simpan pada tempat yang
terlindung dari cahaya matahari.(Pubchem.2021)

3.2 Tinjauan Pustaka

3.2.1 Kesetimbangan kimia

Reaksi kimia yang sedang berlangsung menyebabkan pereaksi dan hasil


reaksi berubah, saat reaksi baru dimulai maka laju reaksi akan berlangsung
dengan cepat karena konsentrasi pereaksi masih banyak. Reaksi yang semakin
lama akan membuat laju reaksi semakin lambat seiring dengan berkurangnya
konsentrasi pereaksi sementara hasil reaksinya akan semakin bertambah. Waktu
tertentu yang digunakan dalam bereaksi tidak menimbulkan semua pereaksi habis
bereaksi dimana reaksi tersebut dikatakan reaksi berkesudahan namun banyak
reaksi yang tidak berkesudahan. (Haryono. 2019)

Kondisi tertentu yang membuat reaksi tidak berkesudahan, misalnya reaksi


dibiarkan dalam waktu yang cukup lama dan masih ada sisa pereaksi yang belum
bereaksi hal ini terjadi karena adanya reaksi ke arah sebaliknya yaitu ke kiri yang
menghasilkan perubahan hasil reaksi menjadi pereaksi. Laju reaksi pada suatu saat
akan sama cepatnya baik ke kanan maupun ke kiri dan konsentrasinya tetap.
Keadaan tersebut baik yang ke kanan maupun yang ke kiri berjalan dengan tidak
akan menyebabkan terjadinya perubahan konsentrasi pereaksi maupun hasil reaksi
keadaan yang demikian dinamakan kesetimbangan reaksi. Sistem kimia umumnya
cenderung ke arah pembentukan kesetimbangan.(Haryono. 2019)

3.2.2 Prinsip La Chatelier

Reaksi yang mengalami perubahan kondisi (gangguan) akan


mempengaruhi kesetimbangan. Gangguan akan mengakibatkan reaksi
berlangsung menuju ke kesetimbangan baru (pergeseran kesetimbangan). Prinsip
La Chatelier dapat memprediksi arah pergeseran kesetimbangan yang terjadi,
adapun prinsip La Chatelier adalah “gangguan terhadap sistem pada
kesetimbangan akan mengakibatkan pergeseran kesetimbangan sedemikian rupa
sehingga arah pergeseran berfungsi menghilangkan gangguan” (Triyono. 2013)

3.2.3 Faktor Konsentrasi

Reaksi kesetimbangan secara umum adalah sebagai berikut

A+B⇌C

Prinsip La Chatelier menyatakan bahwa jika ada usaha untuk menambah


atau mengurangi konsentrasi dari salah satu zat pada reaksi setimbang maka akan
terjadi pergeseran kesetimbangan. Reaksi diatas dapat diperinci sebagai berikut :

a. Konsentrasi zat pereaksi ditambah, kesetimbangan akan bergeser ke arah zat


hasil reaksi sebaliknya konsentrasi pereaksi dikurangi maka kesetimbangan
bergeser ke arah zat pereaksi.
b. Konsentrasi zat hasil reaksi ditambah kesetimbangan akan bergeser ke arah zat
pereaksi sebaliknya konsentrasi zat hasil reaksi dikurangi maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah zat hasil reaksi
c. Kesetimbangan heterogen, jika konsentrasi zat yang berbentuk padat atau cair
ditambah atau dikurangi kesetimbangan tidak akan bergeser (Dewi. 2009)

3.2.4 Faktor Suhu / Temperatur

Reaksi kesetimbangan secara umum adalah sebagai berikut :

A + B ⇌ C. ΔH = -a kj

Prinsip La Chatelier menyatakan bahwa jika suhu atau temperature suatu


sistem kesetimbangan dinaikkan, maka reaksi sistem menurunkan temperatur,
kesetimbangan akan bergeser ke pihak reaksi yang menyerap kalor (ke pihak
reaksi endoterm). Suhu diturunkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke pihak
reaksi eksoterm. Reaksi dapat digolongkan menjadi endoterm atau eksoterm
dilihat dari ΔH yang diberikan jika negatif maka reaksi tersebut merupakan reaksi
eksoterm sedangkan jika positif maka reaksi tersebut merupakan reaksi endoterm.
Reaksi endoterm maka produknya merupakan endoterm dan reaktannya eksoterm,
jika reaksi eksoterm maka produknya eksoterm dan reaktannya adalah endoterm
(Dewi. 2009)

3.2.5 Faktor Tekanan dan Volume


Hukum Boyle menyatakan kenaikan tekanan berarti penurunan volume
dan hanya dapat berlaku untuk sistem gas karena zat pada dan zat cair sulit untuk
dimampatkan. Tekanan gas terjadi karena adanya tumbukan molekul – molekul
dan molekul dengan dinding wadah, pada temperatur tertentu bila jumlah molekul
– molekul besar artinya tekanan makin besar.

Contoh : N2(g) + 3H2(g) ⇌ 2NH3(g)

Reaksi dari kiri ke kanan terjadi pengurangan jumlah molekul gas dari 4
menjadi 2 ini berarti tekanan yang ditimbulkan sistem bertambah dan volume
sistem berkurang. Menurut La Chatelier pengurangan volume (kenaikan tekanan)
mengakibatkan kesetimbangan bergeser ke kanan dan bergeser ke arah jumlah
mol gas yang terkecil hal ini terjadi karena volume dan tekanan berbanding
terbalik. (Sastrohamidjojo. 2018)

3.2.6 Faktor Katalis

Katalis merupakan zat yang dapat mempercepat laju reaksi, hal ini berlaku
juga untuk reaksi kesetimbangan akan tetapi keberadaan katalis tidak menggeser
kesetimbangan dengan kata lain, katalis hanya dapat mempercepat tercapainya
kesetimbangan. Katalis ada atau tidak, komposisi kesetimbangan akan tetap sama.
Katalis mempercepat reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi (Ea).
meskipun menurunkan energi aktivasi reaksi, katalis tidak mempengaruhi tingkat
energi/entalpi produk dan pereaksi. Penggunaan katalis tidak akan mengubah
perubahan entalpi reaksi.(Chang. 2005)

3.2.7 Ion Senama

Zat yang dilarutkan dalam air akan terionisasi menjadi ion – ionnya
misalkan larutan AgCl yang dilarutkan dalam air maka akan terbentuk ion Ag +
dan Cl-. Larutan AgNO3 yang ditambahkan akan memperbesar konsentrasi ion Ag+
karena AgNO3 juga akan terionisasi dan menghasilkan ion Ag +. Ion Ag+ yang
sudah ada di dalam larutan tersebut dinamakan ion senama. Menurut prinsip
kesetimbangan La Chatelier “apabila konsentrasi salah satu ion diperbesar maka
kesetimbangan bergeser ke arah lawan yaitu konsentrasi yang diperbesar menjadi
sekecil mungkin”. Ion senama akan mempengaruhi reaksi kesetimbangan
(Achmadi. 2003)

3.2.8 Kestabilan dan Kesetimbangan Ion Kompleks


Senyawa kompleks dapat juga disebut dengan senyawa koordinasi karena
senyawa kompleks tersusun oleh ikatan kovalen koordinasi. Senyawa kompleks
terbentuk dari hasil reaksi asam basa lewis dimana ion logam sebagai asam
(aseptor elektron) dan ligan sebagai basa lewis (donor elektron). Semua ion logan
mempunyai kecenderungan membentuk senyawa kompleks, kecenderungan
tersebut semakin meningkat seiring naiknya afinitas elektron pada ion logam.
Semua molekul dan ion yang minimal mempunyai pasangan elektron bebas akan
cenderung membentuk senyawa kompleks dengan ion logam. Sifat kestabilan
senyawa kompleks ditinjau dari dua hal yaitu kestabilan termodinamik dan
kestabilan kinetik. Kestabilan termodinamik dinyatakan dengan istilah stabil dan
tidak stabil sedangkan kestabilan kinetik dinyatakan dengan istilah inert (Saputro.
2015)
IV. Metodologi Percobaan
IV.1 Alat dan Bahan
IV.1.1 Alat
- Tabung Reaksi
- Pipet Tetes
- Gelas Beaker
- Rak Tabung Reaksi
- Gelas Arloji
- Pemanas Air
- Pengaduk
IV.1.2 Bahan
- 0,1M CuSO4
- 3M NH3
- 1M HCl
- NaCl jenuh
- HCl pekat
- 0,1M KSCN
- 0,1M FeCl3
- larutan H3PO4
- kertas Lakmus
- larutan Zn(NO3)2 0,1M
- NaOH 3 M
- HCl 3M
- 0,5 CoCl2
- Aquades
IV.2 Diagram Alir

4.2.1 Reaksi Pembentukan

CuSO4 0,1M
- Dimasukkan 20 tetes (kurang lebih 1 mL) larutan CuSO4 0,1M kedalam
tabung reaksi yang sudah dibersihkan dan dikeringkan
- Diteteskan larutan 1M NH3 perlahan – lahan ke dalam tabung yang sudah
berisi larutan CuSO4 tersebut dan tabung dikocok setiap selesai penetesan.
- Dilanjutkan penetesan jika belum terjadi perubahan warna dan dicatat
jumlah tetesan yang diperlukan untuk merubah warna larutan.
- Diteteskan larutan HCl 1M kedalam larutan yang sudah setimbang
tersebut sampai warna larutan berubah menjadi biru pucat.
- Dicatat jumlah tetesan HCl 1M yang dibutuhkan.

Hasil
4.2.2 Efek Ion Senama

H3PO4

- Dimasukkan 2 mL larutan H3PO4 kedalam tabung reaksi yang bersih dan


kering
- Diambil kertas lakmus dan dicelupkan ujungnya ke dalam larutan tersedut
kemudian hasil pengujian tersebut dicatat
- Ditambahkan satu tetes larutan HCl 1M ke kertas lakmus
- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi
- Ditambahkan satu tetes larutan HCl 1M kedalam tabung reaksi kemudian
dikocok
- Dicelupkan kertas lakmus ke dalam larutan campuran tersebut
- Diamati dan dicatat hasilnya

Hasil
4.2.3 Pengaruh Konsentrasi

Larutan FeCl3

- Dipersiapkan larutan induk dengan menambahkan 1 mL 0,1M


Besi(III)Klorida (FeCl3) dan 1 mL potassium Sianat (KSCN) ke dalam 50
mL aquades dalam gelas beaker
- Disiapkan 4 tabung reaksi yang kering dan bersih kemudian diberi label
1- 4 untuk masing – masing tabung
- Ditambahkan 2 mL larutan induk yang telash disiapkan ke dalam setiap
tabung
- Digunakan tabung pertama sebagai standart yang akan dibandingkan
dengan tabung – tabung yang lain
- Ditambahkan 10 tetes larutan FeCl3 0,1M pada tabung kedua
- Ditambahkan 10 tetes larutan KSCN 0,1M pada tabung ketiga
- Ditambahkan 5 tetes larutan NaCl jenuh pada tabung keempat
- Diamati dan dicatat perubahan warna yang terjadi untuk setiap tabung

Hasil
4.2.4 Pengaruh Suhu

CoCl2

- Dimasukkan 5 tetes larytan CoCl2 0,5M kedalam suatu tabung reaksi yang
kering dan bersih
- Ditambahkan HCl 3M tetes deni tetes sampai terjadi perubahan warna
- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi
- Dimasukkan 1 mL CoCl2 ke dalam suatu tabung reaksi yang kering dan
bersih kemudian dicatat warnanya
- Dimasukkan tabung tersebut ke dalam pemanas air
- Diamati dan dicatat perubahannya

Hasil
4.2.5 Kestabilan dan Kesetimbangan Ion Kompleks dari Ion Seng

Zn(NO3)2 0,1M

- Dimasukkan masing – masing 2 mL larutan Zn(NO3)2 0,1M ke dalam 3


buah tabung reaksi yang bersih dan kering kemudian ditambahkan masing
– masing 2 tetes NaOH 3M dan diaduk
- Dicatat perubahan yang terjadi
- Ditambahkan HCl 3M tetes demi tetes dan diaduk pada tabung pertama
kemudian diamati perubahannya
- Ditambahkan NaOH 3M tetes demi tetes dan diaduk pada tabung kedua
kemudian diamati perubahannya
- Ditambahkan NH3 3M tetes demi tetes dan diaduk pada tabung ketiga
kemudian diamati perubahannya
- Dicatat perubahan yang terjadi pada masing – masing tabung dalam tabel
pengamatan
-
Hasil

IV.3 Prosedur Kerja


IV.3.1 Reaksi Pembentukan

20 tetes (kurang lebih 1 mL) larutan CuSO 4 0,1M dimasukkan kedalam


tabung reaksi yang sudah dibersihkan dan dikeringkan kemudian diteteskan
larutan NH3 perlahan – lahan ke dalam tabung yang sudah berisi larutan CuSO4
tersebut. Tabung reaksi dikocok setiap kali penetesan dan penetesan dilanjutkan
jika belum terjadi perubahan warna. Jumlah tetesan yang diperlukan untuk
merubah warna larutan dicatat. Larutan HCl 1M diteteskan ke dalam larutan yang
sudah setimbang sampai warna larutan berubah menjadi biru pucat dan dicatat
jumlah tetesan HCl 1M yang dibutuhkan.

IV.3.2 Efek Ion Senama

2 mL larutan H3PO4 dimasukkan kedalam tabung reaksi yang bersih dan


kering. Kertas lakmus diambil dan dicelupkan ujungnya kedalam larutan tersebut
kemudian dicatat hasil pengujian tersebut. HCl 1M ditambahkan satu tetes ke
kertas lakmus, diamati dan dicatat oerubahan yang terjadi larutan HCl 1M
ditambahkan satu tetes kedalam tabung reaksi kemudian dikocok dan dicelupkan
kertas lakmus kedalam larutan campuran tersebut, diamati dan dicatat hasilnya.
IV.3.3 Pengaruh Konsentrasi

Larutan induk dipersiapkan dengan menambahkan 1 mL 0,1M FeCl3 dan 1


mL 0,1M KSCN ke dalam 50 mL aquades dalam gelas beaker. 4 tabung reaksi
yang bersih dan kering disiapkan kemudian diberi label 1 - 4 pada masing –
masing tabung. 2 mL larutan induk yang telah disiapkan ditambahkan dalam
masing – masing tabung dengan tabung pertama pertama sebagai standar yang
akan dibandingkan dengan tabung yang lain. Tabung 1 ditambahkan 10 tetes
larutan FeCl3 0,1M, tabung 2 ditambahkan 10 tetes larutan KSCN 0,1M, dan
tabung 3 ditambahkan 5 tetes larutan NaCl jenuh, diamati dan dicatat perubahan
warna yang terjadi untuk setiap tabung.

IV.3.4 Pengaruh Suhu

5 tetes larutan CoCl2 0,5M dimasukkan ke dalam suatu tabung reaksi yang
bersih dan kering kemudian ditambahkan HCl 3M tetes demi tetes sampai terjadi
perubahan warna,diamati dan dicatat perubahan yang terjadi. 1 mL CoCl 2
dimasukkan ke dalam suatu tabung reaksi yang kering dan bersih, dicatat
warnanya. Tabung tersebung dimasukkan ke dalam pemanas air diamati dan
dicatat perubahan yang terjadi.

IV.3.5 Kestabilan dan Kesetimbangan Ion Kompleks dari Ion Seng

2 mL larutan Zn(NO3)2 0,1M dimasukkan masing – masing kedalam 3


buah tabung reaksi yang bersih dan kering kemudian masing – masing
ditambahkan 2 tetes NaOH 3M sembari diaduk, diamati dan dicatat perubahan
yang terjadi. Tabung 1 ditambahkan HCl 3M tetes demi tetes dan diaduk, tabung 2
ditambahkan NaOH 3M tetes demi tetes dan diaduk, tabung 3 ditambahkan NH 3
3M tetes demi tetes dan diaduk. Perubahan yang terjadi pada masing – masing
tabung diamati dan dicatat dalam tabel pengamatan.
V. Data dan Perhitungan
V.1 Data
V.1.1 Reaksi Pembentukan

CuSO4 0.1M 10 tetes = warna biru bening

CuSO4 0.1M 10 tetes +NH3 1M 10 tetes = warna biru keruh

CuSO4 0.1M 10 tetes +NH3 1M 10 tetes +HCl 1M 5 tetes = warna biru pucat

V.1.2 Efek Ion Senama

H3PO4 2 ml +Lakmus biru = biru menjadi merah

H3PO4 2 ml + Lakmus biru + HCl = tetap berwarna merah

HCL 1M + Lakmus biru = biru menjadi merah

V.1.3 Pengaruh Konsentrasi

Larutan induk akuades 50 ml + FeCl3 0.1 M 1 ml + KSCN 0.1 M 1 ml

= jingga muda

Larutan induk+ FeCl3 0.1 M 10 tetes = jingga muda menjadi merah bata

Larutan induk +KSCN 0.1 M 10 tetes = jingga muda menjadi jingga tua

Larutan induk + NaCl jenuh 5 tetes = jingga muda menjadi kuning pucat

V.1.4 Pengaruh Suhu

CoCl2 0.1 M 5 tetes = warna merah muda

CoCl2 0.1 M 5 tetes + HCl 3M 30 tetes = merah muda menjadi merah muda cerah

CoCl2 0.1 M 1 ml + Dipanaskan = merah muda menjadi merah muda pekat

V.1.5 Kestabilan dan Kesetimbangan Ion Kompleks dari Ion Seng

Zn(NO3)2 0.1 M 2 ml = tidak berwarna

Zn(NO3)2 0.1 M 2 ml +NaOH 3 M 2 tetes = tidak berwarna menjadi putih


keruh

Tabung 1 + HCl 3 M 5 tetes = putih keruh menjadi tidak


berwarna

Tabung 2 + NaOH 3 M = putih keruh menjadi semakin keruh


dan terdapat endapan

Tabung 3 + NH3 3M = putih keruh menjadi dua fase yaitu

endapan dan larutan tidak berwarna


VI. Hasil dan Pembahasan
VI.1 Hasil
VI.1.1 Tabel Hasil Reaksi Pembentukan

Perubahan
No. Perlakuan
Sebelum Sesudah
1. CuSO4 0,1 M + NH3 1 M Biru bening Biru keruh
2. CuSO4 0,1 M + HCl 1 M Biru keruh Biru pucat
VI.1.2 Tabel Hasil Efek Ion Senama

Perubahan
No. Perlakuan
Sebelum Sesudah
1. H3PO4 2 ml + Lakmus biru Biru Merah
H3PO4 2 ml + Lakmus biru +
2. Merah Merah
HCl
3. HCL 1M + Lakmus biru Biru Merah
VI.1.3 Tabel Hasil Pengaruh Konsesntrasi

Perubahan
No. Perlakuan
Sebelum Sesudah
1. Larutan induk + FeCl3 0.1 M Jingga Muda Merah Bata
2. Larutan induk+ KSCN 0,1 M Jingga Muda Jingga Tua
3. Larutan induk + NaCl jenuh Jingga muda Kuning Pucat
VI.1.4 Tabel Hasil Pengaruh Suhu

Perubahan
No. Perlakuan
Sebelum Sesudah
Merah Muda
1. Larutan CoCl2 0,5 M + HCl 3M Merah Muda
Cerah
Larutan CoCl2 0,5 M + Merah Muda
2. Merah Muda
Dipanaskan Pekat
VI.1.5 Tabel Hasil Kestabilan dan Kesetimbangan Ion Kompleks dari Ion Seng

Perubahan
No. Perlakuan
Sebelum Sesudah
1. Zn(NO3)2 0,1M + NaOH 3 M Tidak Berwarna Putih Keruh
Zn(NO3)2 0,1M + NaOH 3 M +
2. Putih Keruh Tidak Berwarna
HCl 3 M
3. Zn(NO3)2 0,1M + NaOH 3 M + Putih Keruh Semakin Keruh
NaOH 3M dan terdapat
endapan
Zn(NO3)2 0,1M + NaOH 3 M + dua fase yaitu
4. Putih Keruh endapa
NH3 3 M
VI.2 Pembahsan

Praktikum kali ini mengenai kesetimbangan kimia dan prinsip la chatelier


yang akan menguji tentang reaksi pembentukkan, efek ion senama, pengaruh
konsentrasi, pengaruh suhu, serta kestabilan dan kesetimbangan ion kompleks dari
ion seng. Percobaan pertama yaitu reaksi pembentukkan dengan perlakuan
mencampurkan larutan CuSO4 0,1M dengan NH3 3M tetes demi tetes sampai
terjadi perubahan warna. Larutan tersebut berubah warna pada tetesan kesepuluh
dan berubah warna dari biru bening ke biru pucat. Perlakuan tersebut dilakukan
untuk menyetimbangkan reaksi dari larutan, setelah larutan tersebut mencapai
kessetimbangan ditambahkan HCl 1M tetes demi tetes sampai warnanya berubah
menjadi biru pucat. HCl 1 M dapat merubah warna larutan tersebut pada tetesan
kelima. Perubahan warna tersebut terjadi karena tetesan yang diberikan mengubah
pergeseran kesetimbangan Reaksi yang terbentuh adalah sebagai berikut :

CuSO4(aq) + 4NH3 ⇆ (Cu(NH3)4)SO4 (aq)


(aq)

(Cu(NH3)4)SO4 (aq) + 4HCl(aq) ⇆ CuSO4(aq) + 4NH4Cl(aq)

Gambar 6.2.1 Reaksi CuSO4 dan NH3 Gambar 6.2.2 Reaksi CuSO 4 NH3 dan
HCl

Percobaan kedua yaitu efek ion senama dengan menggunakan larutan


H3PO4 HCl dan kertas lakmus. Lakmus biru adalah salah satu indikator untuk
menentukan suatu larutan bersifat asam atau basah, jika asam maka lakmus biru
akan berubah menjadi merah dan lakmus merah akan tetap merah Perlakuan
pertama yaitu memasukkan H3PO4 2 ml kedalam tabung reaksi kemudian
mencelupkan kertas lakmus biru kedalam larutan H 3PO4 dan warnanya berubah
dari biru menjadi merah. Lakmus yang berubah tersebut menandakan bahwa
larutan H3PO4 adalah salah satu larutan asam sehingga pada saat ditambahkan HCl
lakmus tetap berwarna merah dan hanya menambah konsentrasi H+. Perlakuan
penambahan HCl pada lakmus bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh
ion senama dalam pergeseran kesetimbangan. Menurut achmadi (2003) seperti
pada asas La Chatelier saat salah satu konsentrasi ion ditambah maka pergeseran
akan bergeser ke arah lawannya oleh karena itu lakmus tersebut tetap berwarna
merah. Reaksi yang terbentuk adalah sebagai berikut.

H3PO4(aq) + 5HCl(aq) ⇆ PCl5(aq) + 4H2O(l)

Gambar 6.2.3 lakmus dicelupkan H3PO4 Gambar 6.2.4 penambahan HCl di


lakmus

Percobaan ketiga yaitu pengaruh konsentrasi pada kesetimbangan kimia.


Percobaan kali ini menggunakan beberapa bahan yaitu FeCl3 0,1M, KSCN 0,1M,
NaCl, dan H2O. Reaksi pertama pada tabung reaksi 1 yaitu, sebanyak 1 mL FeCl3
dan 1 mL KSCN dicampurkan dengan 50 mL akuades ke dalam gelas beaker.
Pencampuran ini bertujuan untuk menghasilkan larutan induk. Warna yang
dihasilkan dari pencampuran tersebut yakni jingga muda dan menunjukkan bahwa
reaksi berada pada keadaan yang setimbang dan larutan menjadi homogen.
Persamaan reaksi antara FeCl3, KSCN, H2O dapat dituliskan sebagai berikut:
FeCl3(aq) + KSCN(aq) + 5H2O(l) ⇆ (Fe(H2O)5(SCN)Cl2(aq) + KCl(aq)

Gambar 6.2.5 Larutan Induk


Reaksi kedua pada tabung reaksi 2 yaitu, larutan induk ditambahkan
dengan 10 tetes larutan FeCl3 0,1M. Warna yang dihasilkan dari reaksi ini yaitu
merah bata. Perubahan warna tersebut karena adanya peningkatan konsentrasi
FeCl3 sehingga reaksi bergeser ke arah kanan (produk). Persamaan reaksi dapat
dituliskan sebagai berikut:
Fe(H2O)5(SCN))Cl2(aq)+KCl(aq)+FeCl3(aq) ⇋ Fe(H2O)5(SCN))Cl2(aq)+KCl(aq)

Gambar 6.2,6 Hasil Pencampuran Larutan


Induk dengan FeCl3
Reaksi ketiga pada tabung reaksi 3 yaitu, larutan induk ditambahkan
dengan 10 tetes larutan KSCN 0,1M. Warna yang dihasilkan dari reaksi ini yaitu
jingga tua. Perubahan warna yang terjadi karena adanya peningkatan konsentrasi
KSCN sehingga reaksi bergeser kearah kanan (produk). Persamaan reaksi dapat
dituliskan sebagai berikut:
Fe(H2O)5(SCN))Cl2(aq)+KCl(aq)+KSCN(aq) ⇆ Fe(H2O)5(SCN))Cl2(aq)+KCl(aq)

Gambar 6.2.7 Hasil Pencampuran Larutan


Induk dengan KSCN
Reaksi keempat pada tabung reaksi 4 yaitu, larutan induk yang
ditambahkan dengan 5 tetes NaCl jenuh. Warna yang dihasilkan dari reaksi yaitu
kuning pucat. Perubahan warna tersebut karena reaksi bergeser ke arah kiri
(reaktan). Pergeseran ini disebabkan karena ion-ion NaCl tidak sama dengan ion
ion pada larutan induk sehingga penambahan NaCl bersifat mengurangi
konsentrasi. Pengurangan konsentrasi mengakibatkan warna produk yang
terbentuk akan pudar. Persamaan reaksi dapat dituliskan sebagai berikut:
Fe(H2O)5(SCN))Cl2(aq) + KCl(aq) + NaCl(aq) ⇆ FeCl4KSCN(aq) + Na(aq)
Gambar 6.2.8 Hasil Pencampuran Larutan
Induk dengan NaCl Jenuh

Hasil dari percobaan ini menyatakan bahwa perubahan dari keadaan


kesetimbangan semula ke kesetimbangan yang baru akibat adanya aksi atau
pengaruh dari luar itu dikenal dengan pergeseran kesetimbangan, yang sesuai
dengan literatur (Syarifudin, 2011). Konsentrasi salah satu zat diperbesar, maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah yang berlawanan dari zat tersebut.
Sebaliknya, jika konsentrasi salah satu zat diperkecil, maka kesetimbangan akan
bergeser ke pihak zat tersebut (Syarifudin, 2011).
Percobaan keempat yaitu pengaruh suhu pada kesetimbangan kimia.
Percobaan kali ini menggunakan beberapa bahan yaitu CoCl2 0,5M dan HCl 3M.
Reaksi pertama 5 tetes larutan CoCl2 0,5M dimasukkan dalam tabung reaksi dan
ditambahkan HCl 3M 30 tetes. Larutan CoCl2 0,5M berwarna merah muda, ketika
ditetesi dengan larutan HCl 3M berubah warna menjadi merah muda cerah.
Perubahan warna ini disebabkan karena suhu pada larutan menurun sehingga
reaksi yang terjadi adalah reaksi pembentukan. Penurunan suhu mengakibatkan
kesetimbangan bergeser ke arah kanan yaitu reaksi bersifat eksoterm. Reaksi
eksoterm merupakan reaksi yang melepaskan energi ke lingkungan (Syarifudin,
2011). Persamaan reaksi CoCl2 dan HCl dapat dituliskan sebagai berikut:
2CoCl2(aq) + 4HCl(aq) ⇆ 2CoCl4(aq) + 2H2(aq)

Gambar 6.2.9 Perubahan Warna Reaksi


Larutan CoCl2 dan HCl
Reaksi kedua yaitu 1 mL larutan CoCl2 0,5M dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang kemudian dipanaskan. Warna larutan CoCl2 yaitu merah muda, setelah
dipanaskan berwarna merah muda pekat. Perubahan warna terjadi karena suhu
pada sistem dinaikkan, sehingga reaksi yang terjadi adalah reaksi penguraian.
Kenaikan suhu ini mengakibatkan kesetimbangan bergeser ke arah kiri sehingga
reaksi dinamakan reaksi endoterm. Reaksi endoterm merupakan reaksi kimia yang
menyerap kalor atau panas dari lingkungan ke sistem (Syarifudin, 2011).
Persamaan reaksi dapat dituliskan sebagai berikut:
CoCl2(aq) ⇆ Co(s) + Cl2(aq) ΔH = +a

Gambar 6.2.10 Perubahan Warna Larutan


CoCl2 Gambar
Setelah Dipanaskan
Percobaan ini sesuai dengan literatur (Syarifudin, 2011) yang menyatakan
bahwa reaksi eksorterm merupakan reaksi yang melepaskan energi ke lingkungan.
Reaksi ini menghasilkan kalor, karena perpindahan kalor dari sistem ke
lingkungan atau pada reaksi ini dikeluarkan panas. Reaksi endoterm merupakan
reaksi kimia yang menyerap kalor atau panas dari lingkungan ke sistem atau pada
reaksi endoterm dibutuhkan panas. Suhu kesetimbangan saat dinaikkan akan
bergeser ke kiri yaitu ke arah endotermis, dan saat diturunkan akan bergeser ke
kanan yaitu ke arah eksotermis. Suhu naik sama dengan meningkatkan energi
dalam sistem.
Percobaan kelima yaitu kestabilan dan kesetimbangan ion kompleks dan
ion seng. Percobaan ini menggunakan beberapa bahan yaitu larutan Zn(NO 3)2
0,1M, NaOH 3M, HCl 3M, dan NH3 3M. Prosedur pertama, 2 mL larutan
Zn(NO3)2 0,1M dan 2 tetes NaOH 3M dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi
berbeda. Pencampuran ini mengakibatkan perubahan yang terjadi adalah larutan
tersebut berubah menjadi putih keruh, hal ini menandakan bahwa terjadinya reaksi
antara Zn(NO3)2 dengan NaOH. Persamaan reaksi Zn(NO3)2 dengan NaOH dapat
dituliskan sebagai berikut:
Zn(NO3)2(aq) + NaOH ⇆ NaNO3(aq) + Zn(OH)2(aq)

Gambar 6.2.11 Hasil Pencampuran antara


Zn(NO3)2 dengan NaOH ke dalam 3 Tabung
Reaksi
Tabung reaksi 1 setelah bereaksi ditambahkan HCl 3M sebanyak 5 tetes
untuk terjadi perubahan warna. Warna yang dihasilkan larutan berubah menjadi
tidak berwarna. Perubahan warna ini terjadi karena ion-ion HCl tidak sama
dengan ion-ion pada larutan campuran antara Zn(NO3)2 dan NaOH sehingga
penambahan HCl akan mengurangi konsentrasi pada larutan campuran.
Persamaan reaksi dapat dituliskan sebagai berikut:
Zn(OH)2(aq) + 2NaNO3(aq) + 2HCl(aq) ⇋ Zn(NO3)2(aq) + 2NaCl(aq) + 2H2O(aq)

Gambar 6.2.13 Hasil Pencampuran Tabung


Reaksi 1 dengan HCl

Tabung reaksi 2 setelah bereaksi ditambahkan larutan NaOH 3M sebanyak


5 tetes untuk terjadi perubahan warna. Warna yang dihasilkan larutan menjadi
semakin keruh dan terdapat endapan. Endapan yang dihasikan yaitu endapan
Zn(OH)2. Perubahan warna ini terjadi karena ion seng pada senyawa Zn(NO 3)2
memiliki tingkat konfigurasi elektron yang besar sehingga kestabilan ionnya kecil
dan menjadi mudah terurai (terdisosiasi). Ion seng memiliki keelektronegativan
yang rendah, sehingga larutan sukar teroksidasi. Kesetimbangan bergeser ke arah
produk karena konsentrasi NaOH pada reaksi ditambah. Persamaan reaksi dapat
dituliskan sebagai berikut:
Zn(OH)2 (aq)+ 2NaOH (aq) ⇋ Zn(OH)2 (s) + 2NaNO3 (aq)

Gambar 6.2.13 Hasil Pencampuran Tabung


Reaksi 2 dengan NaOH
Tabung reaksi 3 setelah bereaksi ditambahkan larutan NH3 3M sebanyak 5
tetes untuk terjadi perubahan warna. Warna yang dihasilkan larutan berubah
menjadi tidak berwarna dan terdapat endapan. Endapan yang dihasilkan yaitu
endapan Zn(NO3)2. Perubahan warna ini terjadi karena ion NH3 tidak sama dengan
ion yang terdapat pada larutan campuran sehingga penambahan NH 3 akan
mengurangi konsentrasi dari larutan campuran. Kesetimbangan reaksi akan
bergeser ke arah kiri (reaktan) dan mengakibatkan warna produk menjadi
memudar. Perubahan warna juga disebabkan karena ion seng pada senyawa
Zn(NO3)2 yang memiliki tingkat konfigurasi elektron yang besar dan
mengakibatkan kestabilan ionnya kecil dan menjadi mudah terurai (terdisosiasi).
Ion seng juga memiliki keelektronegativan yang rendah, sehingga larutan sulit
teroksidasi. Persamaan reaksi dapat dituliskan sebagai berikut:
Zn(OH)2(aq) + 2NaNO3(aq) + NH3(aq) ⇋ Zn(NO3)2(aq) + NH4OH(aq) + Na2O(aq)

Gambar 6.2.14 Hasil Pencampuran Tabung


Reaksi 3 dengan NH3
Percobaan tersebut sesuai dengan literatur (Sukardjo, 2004) yang
menyatakan bahwa konfigurasi elektron suatu ion semakin besar, maka semakin
kecil stabilitasnya. Konfigurasi elektron yang semakin kecil mengakibatkan
stabilitas ionnya semakin besar. Ion seng mempunyai konfigurasi ion yang besar,
sehingga stabilitasnya kecil dan dapat menyebabkan ionnya mudah terurai.
VII. Penutup
VII.1 Kesimpulan

Kesetimbangan kimia merupakan keadaan reaksi bolak-balik secara terus


menerus tetapi tidak ada perubahan yang dapat diamati. Reaksi kimia dapat
mencapai kesetimbangan apabila kecepatan reaksi ke kanan sama dengan
kecepatan reaksi ke kiri. Reaksi kesetimbangan memiliki konsentrasi reaktan dan
produk yang sama sehingga apabila pada sistem kesetimbangan diadakan aksi,
sistem akan mengadakan reaksi sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi-aksi itu
menjadi sekecil-kecilnya. Perubahan dari keadaan kesetimbangan semula ke
keadaan kesetimbangan yang baru akibat adanya aksi atau pengaruh dari luar itu
dikenal dengan pergeseran kesetimbangan.
Konsentrasi larutan menyebabkan kesetimbangan menjauhi komponen
yang ditambahkan. Temperatur atau suhu kesetimbangan saat dinaikkan akan
bergeser ke kiri yaitu ke arah endotermis, saat diturunkan akan bergeser ke kanan
yaitu ke arah eksotermis. Reaksi endoterm merupakan reaksi kimia yang
menyerap kalor atau panas dari lingkungan ke sistem atau pada reaksi endoterm
dibutuhkan panas. Reaksi eksoterm merupakan reaksi yang melepaskan energi ke
lingkungan.
VII.2 Saran

Saran yang dapat diberikan setelah menonton praktikum kesetimbangan


kimia dan prinsip La Chatelier melalui video adalah sebelum menonton video
sebaiknya mempelajari materi yang akan dipraktikan agar nantinya saat menonton
video praktikum memahami setiap perlakuan yang dilakukan dalam video.
Praktikan sebaiknya menanyakan apa yang tidak jelas dalam video kepada asisten
praktikum agar tidak bingung dalam menyusun laporan nantinya.
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi. S. S. 2003. Prinsip – Prinsip Kimia Modern. Edisi Keempat. Erlangga

Jakarta

Chang. R. 2005. Kimia Dasar Konsep – Konsep Inti. Erlangga. Jakarta

Dewi, L. J. E. 2009. Pengembangan Media Pembelajaran Reaksi Kesetimbangan

Kimia. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, 6(2).

Haryono. H. E. 2019. Kimia Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Labchem. 2012. Material Safety Data Sheet Ammonia. [serial online].


www.scinelab,com. Diakses pada 31 Maret 2021.

Labchem. 2012. Material Safety Data Sheet Aquades. [serial online].


www.scinelab,com. Diakses pada 31 Maret 2021.

Labchem. 2012. Material Safety Data Sheet Cobaltous chloride. [serial online].
www.scinelab,com. Diakses pada 31 Maret 2021.

Labchem. 2012. Material Safety Data Sheet Copper (II)sulfate. [serial online].
www.scinelab,com. Diakses pada 31 Maret 2021.

Labchem. 2012. Material Safety Data Sheet Ferric chloride. [serial online].
www.scinelab,com. Diakses pada 31 Maret 2021.

Labchem. 2012. Material Safety Data Sheet Hydrocloric acid. [serial online].
www.scinelab,com. Diakses pada 31 Maret 2021.

Labchem. 2012. Material Safety Data Sheet Phosporic acid. [serial online].
www.scinelab,com. Diakses pada 31 Maret 2021.

Labchem. 2012. Material Safety Data Sheet Pottasium thiocyanate. [serial


online].www.scinelab,com. Diakses pada 31 Maret 2021.
Labchem. 2012. Material Safety Data Sheet Sodium chloride. [serial online].
www.scinelab,com. Diakses pada 31 Maret 2021.

Labchem. 2012. Material Safety Data Sheet Sodium hydroxide. [serial online].
www.scinelab,com. Diakses pada 31 Maret 2021.

Pubchem. 2012. Material Safety Data Sheet Zinc nitrate. [serial online].
www.scinelab,com. Diakses pada 31 Maret 2021.
Saputro. A. N. C. 2015. Konsep Dasar Kimia Koordinasi. Edisi Pertama.

Deepublish. Jakarta

Sastrohamidjojo. H. 2018. Kimia Dasar. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta

Sukardjo, S. 2004. Kimia Anorganik. Jakarta: Rinika Cipta.

Syarifudin. 2011. Kimia. Tangerang Selatan: Scientific Press.

Triyono. 2013. Kesetimbangan Kimia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Tim Penyusun. 2021 Modul Praktikum KimDas Lanjutan. Jember. Universitas

Jember
LAMPIRAN
LEMBAR PENGAMATAN

N Perlakuan Hasil Pengamatan


o Sebelum Sesudah
1. Reaksi Pembentukan
CuSO4 0,1M + NH3 Biru bening Biru keruh
1M
CuSO4 0,1M Biru keruh Biru pucat
+ NH3 1M +
HCl 1M
2. Efek Ion Senama
H3PO4 2 mL+ Biru Merah
Lakmus biru
(H3PO4 + Lakmus Merah Merah
biru) + HCl 1M
HCl 1M + Lakmus Biru Merah
biru
3. Pengaruh Konsentrasi
Larutan induk Jingga muda Merah bata
(Akuades 50 ml +
FeCl3 0,1M 1 mL +
KSCN 0,1M 1 mL) +
FeCl3 0,1M 10 tetes
Larutan induk Jingga muda Jingga tua
(Akuades 50 ml +
FeCl3 0,1M 1 mL +
KSCN 0,1M 1 mL) +
KSCN 0.1 M 10 tetes
Larutan induk Jingga muda Kuning pucat
(Akuades 50 ml +
FeCl3 0,1M 1 mL +
KSCN 0,1M 1 mL) +
NaCl jenuh 5 tetes
4. Pengaruh Suhu
CoCl2 0,1M + HCl Merah muda Merah muda cerah
3M
CoCl2 0,1M + Merah muda Merah muda pekat
dipanaskan
5. Kestabilan dan Kesetimbangan Ion Kompleks dari Ion Seng
Zn(NO3)2 0,1M 2 mL
+ Tidak berwarna Putih keruh
NaOH 3M
Tabung 1 + HCl 3M Putih keruh Tidak berwarna
Tabung 2 + NaOH Semakin keruh dan
Putih keruh
3M terdapat endapan
Menjadi dua fase yaitu
Tabung 3 + NH3 3M Putih keruh endapan dan larutan
tidak berwarna

Anda mungkin juga menyukai