Anda di halaman 1dari 23

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR

KESETIMBANGAN KIMIA DAN PRINSIP LE CHATELIER

Oleh:

Nama : Nico Dimas Saputro


NIM 201910901021
Kelompok 10
Asisten : Vida Prasetianingtias

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2020
BAB I

JUDUL

Kesetimbangan Kimia dan Prinsip Le Chatelier

BAB II

TUJUAN

1. Mempelajari sistem kesetimbangan


2. Mempelajari pengaruh penambahan konsentrasi dan temperatur
terhadap kesetimbangan
BAB III

PENDAHULUAN

3.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)

3.1.1 CuSO4

Tembaga (III) atau culprit sulfat mempunyai rumus CuSO4


memiliki bentuk kristal. CuSO4 berwarna biru yang berasal dari hidrasi air.
Ketika tembaga(II) sulfat dipanaskan dengan api, maka kristalnya akan
terdehidrasi dan berubah warna menjadi hijau abu-abu. Titik didih tembaga
(II) adalah 150°C dan Titik Beku nya 110°C, CuSO4 juga memiliki berat
molekul 249,68. Tembaga sulfat bereaksi dengan asam klorida. Pada reaksi
ini, larutan tembaga (II) yang warnanya biru akan berubah menjadi hijau
karena pembentukan tetraklorokuprat (II). Tembaga(II) sulfat dapat
bereaksi dengan logam lain yang lebih reaktif dari tembaga seperti: Mg,
Fe, Zn, Al, Sn, Pb, dan lain sebagainya.

CuSO4 Berbahaya jika tertelan, menyebabkan kerusakan mata


yang serius. Sangat toksik pada kehidupan perairan dengan efek jangka
panjang. Cara mengatasinya dengan pakai pelindung mata dan hindarkan
pelepasan ke lingkungan. Apabila terjadi kontak kulit tanggalkan segera
semua pakaian yang terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan air/ pancuran
air. Setelah kontak pada mata bilaslah dengan air yang banyak dan segera
hubungi dokter mata. Jika tertelan segera beri korban minum air putih (dua
gelas paling banyak) dan periksakan ke dokter. (Lab Chem, 2021)

3.1.2 NH3

NH3 dengaan nama senyawa Amonia dapat dijumpai dalam bentuk


gas maupun cair. Amonia memiliki bau yang sangat menyengat, ketika
dihirup bisa membua air mata mengalir. Gas amonia dapat dengan mudah
diubah wujudnya ke cair dengan mengkondisikannya pada tekanan 8
sampai dengan 10 atmosfer (atm) dan Gas amonia mendidih pada suhu
239º K (-35º C) pada tekanan 1 atm. Amonia mudah terbakar di udara. Ia
akan terbakar oleh oksigen di atmosfer menurut reaksi di bawah ini dan
menghasilkan gas nitrogen dan uap air. Amonia akan teroksidasi ketika
direaksikan dengan oksida logam pada suhu tinggi nampak seperti rekasi
oksida dari tembaga dan oksida plumbum dengan amonia. Ketika amonia
direaksikan dengan logam alkali seperti natrioum atau kalium akan
menghasilkan senyawa amida dan hidrogen.
Iritasi terhadap saluran pernapasan, hidung, tenggorokan dan mata terjadi
pada 400-700 ppm. Sedang pada 5000 ppm menimbulkan kematian. Kontak
dengan mata dapat menimbulkan iritasi hingga kebutaan total. Kontak dengan
kulit dapat menyebabkan luka bakar. Menghirup uap asam pada jangka panjang
mengakibatkan iritasi pada hidung, tenggorokan dan paru-paru. Hindari gas saat
berada dalam ruang kerja, hindari dari loncatan api dan sumber panas. Simpan
pada tempat dingin, kering dan berventilasi dan jauh dari populasi. Terkena kulit
kita bisa cuci dengan air bersih dan mengalir selama 20 menit, lepaskan pakaian
yang tekontaminasi. Jika terhirup bawa ke tempat aman dan udara yang segar, beri
pernapasan buatan jika perlu, segera bawa ke dokter. Apabila mengenai mata cuci
dengan air bersih dan mengalir selama 20 menit dan segera bawa ke dokter. (Lab
Chem, 2021)

3.1.3 HCl

Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl).
Asam klorida adalah asam kuat, Senyawa ini juga digunakan secara luas dalam
industri. Asam klorida harus ditangani dengan wewanti keselamatan yang tepat
karena merupakan cairan yang sangat korosif. Sifat-sifat fisika HCl, seperti titik
didih, titik leleh, masa jenis, dan pH tergantung pada konsentrasi atau molaritas
HCl dalam larutan asam tersebut. HCl berwujud aզ (larutan), ℓ( liquid). Bersifat
korosif dengan aℓ dan cu. Berbahaya apabila terkena kulit langsung akan
menyebabkan iritasi, serta dapat menyebabkan iritasi mata. Dapat ditangani
dengan mengaliri air selama 15 menit. (Lab Chem, 2021)

3.1.4 H3PO4

Asam fosfat yang memiliki rumus H3PO4 memeiliki berat molekul 98


g/mol. Asam fosfat memeiliki wujud cair dan tidak berwarna atau transparan.
Asam fosfat ini juga larut dalam alkohol dan air. Memiliki titik didih 213 oC dan
titik leleh 42,35oc. Asam fosfor sangat reaktif, memancarkan cahaya, mudah
terbakar di udara, dan beracun. Asam fosfor biasanya digunakan sebagai bahan
baku pembuatan asam fosfat industri.

Asam Fosfat dapat korosif terhadap logam. Berbahaya jika tertelan.


Apabila terkena area sensitif dapat menyebabkan kulit terbakar yang parah dan
kerusakan mata. Untuk mencegahnya kita bisa mengguakan sarung tangan
pelindung/ pakaian pelindung/ pelindung mata/ pelindung wajah/ perlindungan
pendengaran. Apabila terhirup segera hirup udara segar. Jika kontak dengan kulit
cuci dengan air yang banyak segera lepaskan pakaian yang terkontaminasi. Jika
kontak dengan mata bilaslah dengan air yang banyak dan lepaskan lensa kontak.
Apabila tertelan beri air minum kepada korban (paling banyak dua gelas), hidari
muntah (resiko perforasi!). Segera panggil dokter. Jangan mencoba menetralisir.
(Lab Chem, 2021)

3.1.5 FeCl3

FeCl3 atau biaasa disebut Besi (III) Klorida memiliki bentuk padatan
kunning dan sedikit berbau. Besi(III) klorida memiliki titik lebur yang relatif
rendah yaitu 306°C dan mendidih pada 315°C. Pada suhu yang semakin tinggi
lebih cenderung terurai menjadi monomer FeCl3. Besi(III) klorida merupakan
asam Lewis yang relatif kuat, dan bereaksi membentuk adduct dengan basa-basa
Lewis. Jika dipanaskan bersama besi(III) oksida pada temperatur 350 °C, besi
(III) klorida membentuk besi oksiklorida, sebuah padatan berlapis. Besi(III)
klorida adalah agen oksidator yang sedang, mampu mengoksidasi tembaga(I)
klorida to menjadi tembaga(II) klorida.

Pernyataan bahaya dari senyaawa ini seperti dapat korosif terhadap logam.
Berbahaya jika tertelan. Menyebabkan iritasi kulit. Menyebabkan kerusakan mata
yang serius. Kita sendiri dapat mencegahnya dengan menyimpan di dalam wadah
aslinya. Cuci kulit dengan seksama setelah menangani. Kenakan sarung tangan/
pelindung mata/ pelindung wajah. Jika tertelan hubungi dokter/ tenaga medis jika
kamu merasa tidak sehat. Segera cucilah dengan air yang banyak jika terkena
kulit. Bilas dengan seksama dengan air untuk beberapa menit. Lepaskan lensa
kontak jika memakainya dan mudah melakukannya. (Lab Chem, 2021)

3.1.6 NaCl

Natrium klorida, juga dikenal dengan garam dapur, atau halit, adalah
senyawa kimia dengan rumus molekul NaCl. Senyawa ini adalah garam yang
paling memengaruhi salinitas laut dan cairan ekstraselular pada banyak organisme
multiselular. Massa molar 58,44 g/mol, tidak berwarna atau berbentuk kristal
putih, densitas 2,16 g/cm3, titik leleh 801°C (1074 K), titik didih 1465°C (17838
K), kelarutan dalam air 35,9 g/100 ml (25°C). Menyebabkan luka bakar pada kulit
yang parah dan kerusakan mata, jika tertelan bilas mulut, hapus/lepas segera
semua yang terkontaminasi pakaian, bilas kulit dengan air mengalir. Jia terkena
mata bilas secara hati-hati dengan air selama beberapa menit. (Lab Chem, 2021)

3.1.7 KSCN

Kalium Tiosianat memeiliki bentuk padatsn dan berwarna putih, berat


molekulnya 97,18 g/mol. Memiliki titik lebur 173°C dengan suhu peguraian
sebesar 500°C, Kalium Tiosianat memiliki massa jenis 1,88 g/ cm3 dengan
kelarutan Sangat larut dalam air: 217 g / 100 mL pada 20 ° C, 238 g / 100 mL
pada 25 ° C. Larut dalam etanol pH: Larutan olusi KSCN 5% memiliki pH antara
5,3 dan 8,7. Kalium Tiosianat stabil secara kimiawi jika dibawah kondisi ruangan
standar (suhu kamar).

Senyawa ini berbahaya apabila tertelan, terkena kulit atau terhirup,


membahayakan makhluk dalam air dengan dampak jangka panjang dan
mengeluarkan gas sangat beracun jika terkena asam. Tindakan pertolongan
pertama pada kecelakaan (P3K) jika teradi kontak dengan Kalium Tiosianat yaitu
jika terhirup maka segeralah hirup udara segar, setelah terkena kulit maka cuci
dengan air yang banyak lalu lepaskan pakaian yang terkontaminasi. Apabila
terkena mata maka bilaslah dengan air yang banyak lalu segeralah pergi ke dokter.
Jika tertelan, berilah air minum (paling banyak dua gelas jangan sampai terlalu
banyak takut kembung). Segera bawalah ke dokter secepatnya. (Lab Chem, 2021)

3.1.8 CoCl2

Kobalt (II) Klorida degan rumus CoCl2 memiliki bentuk kristal dan warna
ungu/ merah tua. Senyawa ini tidak berbau, memiliki titik lebur 737°C dan titik
didih 1049°C pada 1013 hPa. CoCl2 larut dalam air 20°C dan kerapatan 3,36
g/cm3 pada 25°C. Senyawa ini bereaksi dengan alumunium bromide, membentuk
carbonyl dan alumunium chloro bromide. Bereaksi dengan alkohol membentuk
ester dan bereaksi dengan amina sekunder membentuk carbonyl chloride.

Senyawa ini dapat menyebabkan berbagai bahaya seperti menyebabkan


reaksi alergi pada kulit. Dapat menyebabkan alergi atau gejala asma atau kesulitan
bernafas jka terhrup. Diduga menyebabkan kerusakan genetik, menyebabkan
kanker jika terhirup, dapat merusak kesuburan dan sangat toksik pada kehidupan
perairan dengan efek jangka panjang. Tindakan pertolongan pertama jika tertelan
segera hubungi dokter/ tenaga medis jika kamu merasa tidak sehat. Cucilah
dengan air yang banyak jika terkena kulit. Apabila terhirup segera pindahkan
korban ke udara segar dan posisikan yang nyaman untuk bernapas. Hubungi
dokter/ tenaga medis jika kamu merasa tidak sehat.(Lab Chem, 2021)

3.1.9 NaOH 2M

NaOH 2M dengan kata lain natrium hidroksida memiliki sifat fisik massa
molar sebesar 39,8871 g/mol, massa jenis sebesar 2,1 gr/cm³, zat padat berwarna
putih, titik lebur sebesar 318°C (591 K), titik didih 1390°C (1663 K). Sedangkan
sifat kimia sangat larut dalam air, memiliki sifat tidak mudah terbakar, mudah
reaktif dengan oksidator dan logam, bersifat korosif, bersifat Higroskopis sangat
larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Natrium Hidroksida
merupakan salah satu zat yang berbahaya, dikategorikan berbahaya karena dapat
mrnyebabkan luka bakar, menyebabkan kerusakan mata, iritasi saluran
pernapasan, iritasi pada selaput lendir hidung, jika tertelan dapat menebabkan
sakit perut dan pendarahan pada saluran pencernaan.

Menangani hal ini dapat dilakukan antara lain dengan jangan menghirup
kabut, semprotan, ataupun uap, cuci kulit jika terpapar secara menyeluruh, pakai
pelindung mata, pelindung wajah, sarung tangan, dan pelindung badan. Jika
tertelan kita harus langsung harus berkumur, jangan memaksakan muntah, apabila
terkena kulit, hapus /lepas segera semua yang terkontaminasi, bilas kulit dengan
air mengalir. Jika terhirup, pindaha korban ke uadara segar dan baringkan dalam
posisi nyaman untuk bernafas. Jika terkena mata, langkah pertama yag harus kita
hadapi yaiu bilas secara hati-hati degan air selama beberapa menit, menghapus
kontak lensa. Segera hubungi dokter jika timbul gejala-gejala. (Lab Chem, 2021)

3.1.10 Aquades

Aquades memiliki rumus kimia yaitu H2O bersifat cair, tidak berbau, tidak
memiliki rasa, tidak berwarna, memiliki pH netral, titik lebur 0°C, titik didihnya
100°C pada 1.013 hPa, tekanan uap 23 hPa pada 20°C tergolong larutan yang
tidak berbahaya dan tidak memerlukan tindakan pertolongan pertama yang
khusus. Akuades mudah menyerap atau melarutkan berbagai macam partikel
mineral anorganik, dan logam berat. (Labchem, 2021)

3.1.11 Zn(NO3)2

Seng nitrat atau yang memiliki rumus (Zn(NO3)2) ini memiliki sifat fisik
dan kimia antara lain, memiliki ciri fisik berupa cairan yang tidak berwarna dan
tidak berbau. Seng nitrat titik memiliki batas titik lebur, beku dan didih. Seng
nitrat memiliki kelarutan berat jenis sebesar 1,05 g/ml. Bahaya terjadinya kontak
dengan seng nitrat . Bahaya terjadinya kontak dengan kulit dapat menyebabkan
luka bakar. Bahaya setelah terhirup akan menyebabkan iritasi pada saluran
pernapasan. Bahaya setelah terjadi kontak dengan mata akan menyebabkan
kerusakan mata yang serius. Bahaya setelah mengkonsumsi terbakarnya mukosa
atau usus.

Tindakan pertolongan pertama setelah terjadinya kontak dengan seng


nitrat. Tindakan pertolongan pertama setelah terhirup, korban dipindahkan ke
tempayt yang berudara segra da baringkan dengan posisi yang nyaman untuk
bernafas. Tindakan pertolongan pertama setelah terjadi kontak dengan kulit,
semua pakaian yang terkontaminasi segera di lepas dan bilas kulit dengan air.
Tindakan pertolongan pertama setelah terjadi kontak dengan mata, bilas dengan
air secara hati-hati selama beberapa menit, lepaskan lensa kontak jika
memakainya dan mudah untuk dilakukan dan dilanjut dengan membilas. Tindakan
pertolongan pertama setelah mengkonsumsi, mulut dibilas, jangan memaksakan
untuk muntah dan segera hubungi pusat racun atau dokter. (LabChem, 2021)

3.2 Tinjauan Pustaka

Banyak reaksi tidak berlangsng hingga selesai tapi keadaan keadaan,


dimana dan reaktan yang suada tidak terpakai kedua-kelebihan dalam jumlah yang
relatif tertentu banyaknya. Begitu kesetimbangan tercapai, tak akan ada lagi
perubahan komposisi lebih lanjut yang terjadi. Keadaan kesetimbangan
kuantitatif melalui tetapan kesetimbangan digambarkan secara reaksi yang
tergantung pada suhu dimana reaksi berlangsung (0xtoby, 2011).

Peristiwa adsorpsi merupakan suatu fenomena permukaan, yaitu


penambahan antara komponen-komponen tertentu pada permukaan dua fase.
Adsorpsi dapat dibedakan menjadi adsorpsi fisis (adsorpsi fisik) dan kimia
(adsorpsi kimiawi Secara umum adsorpsi fisis mempunyai gaya intermolekular
yang relatif lemah, sedangkan pada adsoprsi kimia terjadi adsorpsi). Ikatan ikatan
kimia antara molekul adsorbat dengan molekul yang terhubung pada Pertukaran
permukaan adsorben. Pertukaran ion adalah suatu fenomena atau suatu proses
yang melibatkan pertukaran dapat balik antara ion-ion dalam larutan dengan ion
yang terikat dalam bahan penukar ion. Pada proses itu, tidak ada perubahan
permanen dalam struktur apdatan. Mekanisme pertukaran ini berdasarkan sifat
sorptif dari tempat yang bermuatan negatif dalam adsorben terhadap ion
bermuatan positif yang terjadi karena interaksi gaya Coulomb. Pertukaran ion
dapat dikategorikan juga sebagai proses soption seperti hanya adsorpsi, yaitu
sejumlah bahan tertentu yang terlarut (zat terlarut) di fase fluida secara selektif
tertransfer ke dalam suatu partikel yang tak larut. Pertukaran ion kadang disebut
juga penyeimbang adsorpsi (Zainab dkk, 2016).

Kesetimbangan dapat didefinisikan sebagai keadaan atau kondisi yang


didalamnya semua gaya, proses atau kecenderungan yang ada tepat diimbangi
oleh gaya, proses atau kecenderungan yang sama, tetapi berlawanan arah. Dalam
ilmu kimia, kesetimbangan yang terjadi dengan potensial kimia berlangsung
secara konstan karena tidak ada perubahan energi bebas. Kesetimbangan kimia
(asam basa) merupakan suatu topik yang sangat penting dalam ilmu kimia dan
ilmu-ilmu lain yang mempergunakan kimia, seperti biologi, kedokteran dan
pertanian (Hadyana, 2002).
Kesetimbangan dapat diistilahkan dengan lembah energi. Suatu reaksi
kimiawi atau proses fisik pada kesetimbangan tidak melakukan kerja. Suatu
proses adalah spontan dan dapat melakukan kerja ketika meluncur mendekati
kesetimbangan. Pergerakan menjauhi kesetimbangan adalah non spontan. Hal ini
dapat terjadi hanya dengan bantuan sumber energi dari luar atau faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Hubungan antara konsep energi bebas dan
kesetimbangan kimia dapat diterapkan lebih spesifik dalam kehidupan (Campbell,
2002).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia. Seperti


perubahan konsentrasi. Perubahan konsentrasi dapat mempengaruhi posisi
keadaan kesetimbangan, atau lebih tepatnya jumlah relatif reaktan dan produk.
Perubahan tekanan dan volume kemungkinan memberikan pengaruh yang
sama terhadap sistem gas dalam kesetimbangan. Hanya perubahan suhu yang
dapat mengubah nilai konstanta kesetimbangan. Katalis dapat mempercepat
tercapainya keadaaan kesetimbangan dengan cara mempercepat laju reaksi maju
dan laju reaksi balik. Tetapi katalis tidak dapat mengubah posisi
kesetimbangan atau konstanta kesetimbangan (Chang, 2004)

Kesetimbangan kimia merupakan topik sentral program kimia fisik. Pada


kesetimbangan kimia terdapat prinsip Le yang memiliki hubungan kuat prediksi
Chatelier untuk kualitatif respon sistem pada kesetimbangan dengan perubahan
kondisi eksternal. (Moroni dkk, 2015).
BAB IV

METODOLOGI PERCOBAAN
4.1 Alat dan Bahan

4.1.1 Alat

 Tabung reaksi
 Gelas arloji
 Pipet tetes
 Pemanas air
 Gelas Beaker
 Pengaduk
 Rak tabung reaksi

4.1.2 Bahan

 0,1 M CuSO4
 3 M NH3
 1 M HCl
 NaCl Jenuh
 HCl Pekat
 0,1 M KSCN
 0,1 M FeCl3
 Larutan H3PO4
 Kertas lakmus
 Larutan Zn(NO3)2 0,1 M
 NaOH 3 M
 HCl 3 M
 0,5 M CoCl2
 Akuades
4.2 Skema Kerja

4.2.1 Reaksi Pembentukan

CuSO4, NH3, dan HCl

 Dimasukkan 20 tetes (kurang lebih 1 mL) larutan CuSO4 0,1 M


kedalam tabung reaksi.
 Diteteskan larutan 1 M NH3 perlahan-lahan kedalam tabung
yang sudah berisi larutan CuSO4 tersebut.
 Dikocok tabung setiap selesai penetesan.
 Dilanjutkan penetesan jika belum terjadi perubahan warna.
 Dicatat jumlah tetesan yang diperlukan untuk merubah warna
larutan.
 Diteteskan larutan HCL 1 M sampai warna larutan berubah
menjadi biru pucat kedalam larutan yang sudah setimbang
tersebut.
 Dictat jumlah tetesan HCl 1 M yang dibutuhkan

Hasil

4.2.2 Efek Ion Senama

H3PO4 dan HCl

 Dimasukkan 2 mL larutan H3PO4 kedalam tabung.


 Diambil kertas lakmus, celupkan ujungnya ke dalam larutan
tersebut.
 Dicatat hasil pengujian tersebut.
 Ditambahkan satu tetes larutan HCl 1 M ke kertas lakmus.
 Diamati dan catat perubahan yang terjadi.
 Ditambahkan satu tetes larutan HCl 1 M ke dalam tabung
reaksi, kemudian dikocok
 Dicelupkan kertas lakmus ke dalam larutan campuran tersebut
 Diamati dan catat hasilnya

Hasil
4.2.3 Pengaruh Konsentrasi

FeCl, KSCN, dan


NaCl

 Dipersiapkan larutan induk dengan ditambahkan 1 mL 0,1 M


Besi(III) Klorida (FeCl3) dan 1 mL 0,1 M Potassium Sianat
(KSCN) ke dalam 50 mL akuades ke dalam gelas beaker
 Disiapkan 4 tabung reaksi dan diberi label 1-4 untuk masing-
masing tabung
 Didalam setiap tabung tambahkan 2 mL larutan induk yang
telah disiapkan
 Digunakan tabung pertama sebagai standart yang akan
dibandingkan dengan tabung-tabung yang lain
 Ditambahkan 10 tetes larutan FeCl3 0,1 M pada tabung kedua
 Ditambahkan 10 tetes larutan KSCN 0,1 M pada tabung
ketiga
 Ditambahkan 5 tetes larutan NaCl jenuh pada tabung keempat
 Diamati dan catat perubahan warna yang terjadi untuk setiap
tabung

Hasil

4.2.4 Pengaruh Suhu

CoCl2 dan HCl

 Dimasukkan 5 tetes larutan CoCl2 0,5 M ke dalam suatu


tabung reaksi yang kering dan bersih
 Ditambahkan HCl 3 M tetes demi tetes sampai terjadi
perubahan warna
 Diamati dan catat perubahan yang terjadi
 Dimasukkan 1 mL CoCl2 ke dalam suatu tabung reaksi yang
kering dan bersih, dicatat warnanya
 Dimasukkan tabung tersebut kedalam penangas air
 Diamati dan catat perubahannya

Hasil
4.2.5 Kestabilan dan Kesetimbangan Ion Kompleks dari Ion Seng

Zn(NO3)2, HCl, NaOH,


dan NH3

 Dimasukkan masing-masing 2 ml larutan Zn(NO3)2 0,1


M ke dalam 3 buah tabung reaksi yang bersih dan
kering.
 Ditambahkan masing-masing dua tetes NaOH 3 M dan
diaduk.
 Dicatat perubahan yang terjadi.
 Ditambahkan HCl 3 M tetes demi tetes dan diaduk,
amati perubahannya pada tabung pertama.
 Ditambahkan NaOH 3 M tetes demi tetes dan diaduk,
amati perubahannya pada tabung kedua.
 Ditambahkan NH3 3 M tetes demi tetes dan diaduk,
amati perubahannya pada tabung ketiga.
 Dicatat perubahan yang terjadi pada masing-masing
tabung dalam tabel pengamatan.

Hasil

4.3 Prosedur Kerja

4.3.1 Reaksi Pembentukan


Dimasukkan 20 tetes (kurang lebih 1 ml) larutan CuSO4 0,1 M kedalam
tabung reaksi yang bersih dan kering. Ditetesan NH3 1 M kedalam tabung reaksi
yang berisi larutan CuSO4 secara perlahan, diocok tabung setiap selesai
penetesan. Dilanjutkan penetesan jika belum terjadi perubahan warna. Dicatat
jumah tetesan yang diperlukan untuk merubah warna larutan. Ditetekan larutan
HCl M kedalam larutan setimbang tersebursampai warna berubah menjadi biru
pucat. Dicatat jumlah tetesan HCl 1 M yang dibutuhkan.

4.3.2 Efek Ion Senama


Dimasukkan 2 ml H3PO4 kedalam tabung reaksi yang bersih dan kering.
Diambil kertas lakmus, dicelupkan ujungnya kedalam larutan tersebut. Dicatat
hasil pengujiannya. Ditambahkan satu tetes larutan HC 1 M ke kertas lakmus.
Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi. Ditambahkan satu tetes larutan HCl 1
M ke dalam tabung reaksi, lalu dikocok. Dicelupkan kertas lakmus ke dalam
larutan campuran tersebut. Diamati dan dicatat hasilnya.

4.3.3 Pengaruh Konsentrasi


Disiapkan larutan induk dengan menambahkan 1 ml Besi(III) Klorida
(FeCl3) 0,1 M dan 1 ml Potassium Sianat (KSCN) 0,1 M ke dalam gelas beaker
yang telah diisi 50 ml Aquades (H2O). Disiapkan 4 tabung reaksi yang bersih dan
kering, diberi label 1-4 untuk masing-masing tabung. Ditambahkan 2 ml larutan
induk pada masing-masing tabung reaksi. Digunakan tabung pertama sebagai
standart yang akan dibandingkan dengan tabung-tabung yang lain. Ditambahkan
10 tetes larutan FeCl2 0,1 M pada tabung pertama. Ditambahkan 10 tetes KSCN
0,1 M pada tabung kedua. Ditambahkan 5 tetes NaCl jenuh pada tabung keempat.
Diamati dan dicatat perubahan warna yang terjadi pada setiap tabung.

4.3.4 Pengaruh Suhu


Dimasukkan 5 tetes larutan CoCl2 0,5 M kedalam tabung reaksi yang
bersih dan kering. Ditambahkan tetsan HCl 3 M sampai terjadi perubahan warna.
Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi. Dimasukkan 1 ml CoCl2 kedalam
tabung reaksi yang bersih dan kering, dicatat warnanya. Dimasukkan tabung
tersebut kedalam penangas air. Diamati dan dicatat perubahannya.

4.2.5 Kestabilan dan Kesetimbangan Ion Kompleks dari Ion Seng


Dimasukkan masing-masing 2 ml larutan Zn(NO3)2 0,1 M ke dalam 3
buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Ditambahkan masing-masing dua tetes
NaOH 3 M dan diaduk. Dicatat perubahan yang terjadi. Ditambahkan HCl 3 M
tetes demi tetes dan diaduk, amati perubahannya pada tabung pertama.
Ditambahkan NaOH 3 M tetes demi tetes dan diaduk, amati perubahannya pada
tabung kedua. Ditambahkan NH3 3 M tetes demi tetes dan diaduk, amati
perubahannya pada tabung ketiga. Dicatat perubahan yang terjadi pada masing-
masing tabung dalam tabel pengamatan.
BAB V
DATA DAN PERHITUNGAN

5.1 Prosedur 1

CuSO4 0.1M 10 tetes warna biru bening

+NH3 1M 10 tetes warna biru keruh

+HCl 1M 5 tetes warna biru pucat

5.2 Prosedur 2

H3PO4 2 ml

+Lakmus biru menjadi merah

+HCl tetap berwarna merah

HCL 1M +Lakmus biru menjadi merah

5.3 Prosedur 3

Larutan induk akuades 50 ml+FeCl3 0.1 M 1 ml+ KSCN 0.1 M 1 ml =


jingga muda

+FeCl3 0.1 M 10 tetes menjadi merah bata

+KSCN 0.1 M 10 tetes menjadi jingga tua

+NaCl jenuh 5 tetes menjadi kuning pucat

5.4 Prosedur 4

CoCl2 0.1 M 5 tetes warna merah muda

+HCl 3M 30 tetes menjadi merah muda cerah

+Dipanaskan menjadi merah muda pekat


5.5 Prosedur 5

Zn(NO3)2 0.1 M 2 ml tidak berwarna

+NaOh 3 M menjadi putih keruh

Tabung 1 + HCl 3 M 5 tetes menjadi tidak berwarna

Tabung 2+ NaOH 3 M menjadi semakin keruh dan terdapat endapan

Tabung 3+ NH3 3M menjadi dua fase yaitu endapan dan larutan tidak
berwarna
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Hasil

6.1.1 Reaksi Pembentukan

Perubahan
No. Perlakuan
Sebelum sesudah
1. CuSO4 0,1 M + NH3 1 M Biru bening Biru keruh
2. CuSO4 0,1 M + HCl 1 M Biru keruh Biru pucat

6.1.2 Efek Ion Senama

Perubahan
No. Perlakuan
Sebelum sesudah
1. H3PO4 2 mL + Lakmus Biru Biru Merah
2. H3PO4 2 mL + HCl Merah Merah
H3PO4 2 mL + HCl 1M +
3. Biru Merah
Lakmus Biru

6.1.3 Pengaruh Konsentrasi

Perubahan
No. Perlakuan
Sebelum sesudah
Larutan induk (akuades 50
ml+FeCl3 0.1 M 1 ml+ KSCN
1. Jingga Merah Bata
0.1 M 1 ml) +
FeCl3 0.1 M
Larutan induk (akuades 50
ml+FeCl3 0.1 M 1 ml+ KSCN
2. Jingga Jingga Tua
0.1 M 1 ml) +
KSCN 0.1 M
Larutan induk (akuades 50
ml+FeCl3 0.1 M 1 ml+ KSCN
3. Jingga Kuning Pucat
0.1 M 1 ml)
+ NaCl jenuh
6.1.4 Pengaruh Suhu

Perubahan
No. Perlakuan
Sebelum sesudah
Merah Muda
1. CoCl2 0.1 M + HCl 3 M Merah Muda
Cerah
Merah Muda
2. CoCl2 0.1 M + Dipanaskan Merah Muda
Pekat

6.1.5 Kestabilan dan kesetimbangan ion kompleks dan ion seng

Perubahan
No. Perlakuan
Sebelum sesudah
1. Zn(NO3)2 0.1 M + NaOH 3 M Tidak Berwarna Putih Keruh
2. Tabung 1 + HCl 3 M Putih Keruh Tidak Berwarna
Menjadi semakin
3. Tabung 2+ NaOH 3 M Putih Keruh keruh dan
terdapat endapan
Menjadi dua fase
yaitu endapan dan
4. Tabung 3+ NH3 3M Putih Keruh
larutan tidak
berwarna

6.2 Pembahasan

Berdasarkan pada praktikum kali ini membahas tentang


kesetimbangan kimia, reaksi kimia pada umumnya berada pada keadaan
kesetimbangan. Reaksi pada keadaan setimbang dapat dikenal dari sifat
makrospotik (seperti warna, konsentrasi, dll) yang tidak berubah (pada
suhu tetap) setelah dicapai kondisi setimbang, tetapi gejala molekulernya
terus berubah dalamdua arah secara sinambung. Sifat maksoskopis yang
paling mudah diamati, untuk menentukan system telah mencapai kondisi
setimbang atau tidak, adalah perubahan warna larutan. Keadaan
kesetimbangan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
perubahan suhu, perubahan tekanan dan perubahan konsentrasi. Dimana
perubahan ini dapat mengakibatkan terjadinya pergeseran arah reaksi
baik kearah pereaksi maupun hasil reaksi.

Percobaan pertama yaitu reaksi pembentukan, disiapkan beberapa


larutan. Untuk percbaan pertama yaitu menggunakan larutan CuSO4 0,1
M dimasukkan sebanyak 10 tetes dan didapatkan hasil warna biru bening.
Selanjutnya dimasukkan larutan NH3 1M hingga terjadi perubahan
warna, dan untuk terjadi perubahan warna diperlukan 10 tetes larutan
NH3. Kemudian larutan HCL 1M diperlukan 5 tetes untuk berubah
menjadi biru pucat.

Efek Ion Senama sangat berpengaruh pada sifat kelarutan zat.


Penambahan ion senama bisa mengurangi kelarutan suatu zat,sehingga
semakin banyak ion senama didalam larutan, zat-zat terlarut semakin sulit
untuk larut. Pada percobaan ini dimasukkan laruta H3PO4 kedalam
tabung reaksi sebanyak 2 m, selanjutnya dicelupkan kertas lakmus dan
didapatkan kertas lakmus berubah mejadi warna merah dimana
sebelumnya berwarna biru. Ketika ditambahkan satu tetes larutan HCl 1
M ke kertas lakmus, tidak terjadi perubahan warna pada kertas lakmus.
Selanjutnya dimasukkan satu tetes larutan HCl 1M pada larutan H3PO4,
kemudian dikocok dan dicelupkan kertas lakmus berwarna biru
didapatkan hasil kertas lakmus berubah warna menjadi merah.

Percobaan ketiga yaitu pengaruh konsentrasi, disisni kita harus


persiapkan larutan induk dengan menambahkan 1 ml Besi(III) Klorida
(FeCl3) 0,1 M dan 1 ml Potassium Sianat (KSCN) 0,1 M ke dalam gelas
beaker yang telah diisi 50 ml Aquades (H2O). Disiapkan 4 tabung reaksi
yang bersih dan kering, diberi label 1-4 untuk masing-masing tabung.
Ditambahkan 2 ml larutan induk pada masing-masing tabung reaksi.
Digunakan tabung pertama sebagai standart yang akan dibandingkan
dengan tabung-tabung yang lain. Ditambahkan 10 tetes larutan FeCl2 0,1
M pada tabung pertama didapatkan hasil warna merah bata, dengan
warna sebelumnnya jingga. Ditambahkan 10 tetes KSCN 0,1 M pada
tabung kedua dengan warna sebelumnya jingga, berubah menjadi warna
jingga tua. Ditambahkan 5 tetes NaCl jenuh pada tabung keempat
didapatkan hasil berwarana kuning pucat dengan warna sebelumnya
jingga.

Pengaruh suhu, untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap


kesetimbangan disiapkan CoCl2 0,5 M, dengan meneteskan sebanyak 5
tetes dengan warna awal warna merah muda. Setelah ditambahkan larutan
HCl 3 M tetes demi tetes terhadap larutan CoCl2 0,5M didapatkan
perubahan warna menjadi merah muda cerah. Selanjunya kita
menyiapkan larutan CoCl2 sebanyak 1 ml lagi dan dipanaskan
didapatkan hasil warna menjadi merah muda pekat. Dari percobaan ini
didapatkan kesimpulan bahwa perubahan suhu sangat mempengaruhi
pada kesetimbangan, karena ketika suhu ditingkatkan suhu akan
mendukung reaksi untuk maju atau sebaliknya dapat ditentukan dengan
menerapkan prinsip le chatelier seperti perubahan konsentrasi.

Percobaan kelima kita menggunakan kestabilan dan


kesetimbangan ion kompleks dari ion seng. Pertama dimasukkan masing-
masing 2 ml larutan Zn(NO3)2 0,1 M ke dalam 3 buah tabung reaksi
yang bersih dan kering. Selanjutnya ditambahkan masing-masing dua
tetes NaOH 3 M dan diaduk didapatkan hasil menjadi putih keruh.
Kemudian ditambahkan HCl 3 M tetes demi tetes dan diaduk pada tabung
pertama didapatkan hasil menjadi tidak berwarna. Percobaan keduaa
ditambahkan NaOH 3 M tetes demi tetes dan diaduk pada tabung kedua
hasil yang ditimbulkan menjadi semakin keruh dan terdapat endapan.
Untuk menambah hasil data praktikum, kita melakukakan menambahkan
NH3 3 M tetes demi tetes dan diaduk pada tabung ketiga dimana berubah
menjadi dua fase yaitu endapan dan larutan tidak berwarna. Dari
praktikum kali ini, didaptakan hasil sesuai dengan teori yang ada.
BAB VII
PENUTUP
Kesimpulan

Dari percobaan praktikum kesetimbangan kimia dan prinsip le


chatelier kali ini didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Kesetimbangan kimia menjelaskan keadaan dimana laju reaksi


maju dan laju reaksi balik sama besar, serta konsentrasi reaktan
dan produk tetap tidak berubah seiring berjalannya waktu. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia,
seperti perubahan konsentrasi, perubahan tekanan dan volume,
perubahan suhu, dan katalis

2. Jika konsentrasi diperbesar maka reaksi sistem akan mengurangi


komponen tersebut. Bila ke dalam suatu sistem kesetimbangan,
konsentrasi salah satu komponennya ditambah maka
kesetimbangan akan bergeser dari arah penambahan itu, dan bila
salah satu komponen dikurangi maka kesetimbangan akan
bergeser ke arah pengurangan itu. Jika suhu reaksi dinaikkan,
maka kesetimbangan reaksi akan bergeser ke arah yang
membutuhkan kalor (ke arah reaksi endoterm). Bila pada sistem
kesetimbangan suhu diturunkan, maka kesetimbangan reaksi akan
bergeser ke arah yang membebaskan kalor (ke arah reaksi
eksoterm).
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N. A. 2002. Biologi. Erlangga, Jakarta.

Chang. 2004. Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid 2. Penerbit Erlangga,

Jakarta. Hadyana, A. 2002. Kamus Kimia. Balai Pustaka, Jakarta.

Hydrogen Production From Shale Gas. Journal Of Procces Control.


Czech Republic : The University Of Leeds. Vol 2(3) : 128-144.

Lab Chem, (2020). Material Safety Data Sheet – Copper (II) Sulfate, Vol. 77,
(58).[SerialOnline] http://www.labchem.com/tools/msds/msds/75448.pdf
[Diakses 1 April 2021]

Lab Chem, (2020). Material Safety Data Sheet – Ammonia, Vol. 77,
(58).[SerialOnline]
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC10900.pdf [Diakses 1 April
2021]

Lab Chem, (2020). Material Safety Data Sheet – Hydrolic Acid, Vol. 77, (58).
[Serial Online] http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC15300.pdf
[Diakses 1 April 2021]

Lab Chem, (2020). Material Safety Data Sheet – Phosporic Acid, Vol. 77, (58). [Serial
Online] http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC10100.pdf [Diakses 1
April 2021].

Lab Chem, (2020). Material Safety Data Sheet – Ferric Chloride, Vol. 77, (58). [Serial
Online] http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC14380.pdf [Diakses 1
April 2021].

Lab Chem, (2020). Material Safety Data Sheet – Sodium Chloride, Vol. 77, (58).
[Serial Online] http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC23420.pdf
[Diakses 1 April 2021].

Lab Chem, (2020). Material Safety Data Sheet – Pottasium Thiocyanate, Vol. 77, (58).
[Serial Online]
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC20120.pdf [Diakses 1 April 2021].

Lab Chem, (2020). Material Safety Data Sheet – Cobaltous Chloride, Vol. 77, (58).
[Serial Online]
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC13190.pdf [Diakses 1 April 2021].
Lab Chem, (2020). Material Safety Data Sheet – Sodium Hydroxide, Vol. 77,
(58). [Serial Online]
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC23900.pdf [Diakses 1 April
2021].

Lab Chem, (2020). Material Safety Data Sheet – Zinc Nitrate, Vol. 77, (58).
[Serial Online] http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC27150.pdf
[Diakses 1 April 2021].

Lab Chem, (2020). Material Safety Data Sheet – Aquades, Vol. 77, (58). [Serial
Online] http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC26750.pdf [Diakses 1
April 2021].

Moroni, L ; Gelkini. C ; Salvi. P. 2015. Thermal Denaturation Of Proteins And


Chemical Equalibrium. Word Journal Of Chemical Education. Haly:
University Of Furunzena. Vol 3(3) : 59.

Oxtoby, D. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Jakarta : Erlangga.

Zainab, I ; Valerie. D ; Tariq. M. 2016 Chemical Equailibrium Analysis Of


Hydrogen Production From Shale Gas. Journal Of Procces Control. Czech
Republic : The University Of Leeds. Vol 2(3) : 128-144.

Anda mungkin juga menyukai