Anda di halaman 1dari 18

JURNAL PRAKTIKUM

KIMIA DASAR LANJUTAN

KESETIMBANGAN KIMIA DAN PRINSIP LE CHÂTELIER

Disusun Oleh :
Zihana Arrufaida

LABORATORIUM KIMIA DASAR


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2021
I. Judul : Kesetimbangan Kimia dan Prinsip Le Châtelier

II. Tujuan Percobaan


II.1Mempelajari sistem kesetimbangan
II.2Mempelajari pengaruh penambahan konsentrasi dan temperature
terhadap kesetimbangan

III. Pendahuluan
III.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)
III.1.1 CuSO4 (Tembaga(II) Sulfat)
Tembaga(II) Sulfat Pentahidrat merupakan senyawa
yang sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman.
Senyawa ini berwwujud padat berwarna biru mencolok
yang tak berbau. Senyawa ini berada di kisaran pH 3,5-4,5
pada 50g/l 20ºC. Titik didihnya yaitu 147C dan
kelarutannya dalam air yaitu 317 g/l pada 20ºC. Senyawa
ini tergolong berbahaya jika tertelan dan dapat
menyebabkan kerusakan mata yang serius. Limbah CuSO 4
sangat beracun pada kehidupan perairan dengan efek
panjang sehingga perlu perhatian khusus ketika
membuangnya (Smartlab, 2019).
III.1.2 NH3 (Amonia)
Amonia banyak ditemukan pada bahan pembersih
rumah tangga, bahan pembuat pestisida, pewarna, dll.
Amonia berwujud cair, tidak memiliki warna, dan baunya
pedih. Titik leburnya terletak pada -57,5ºC dan titik
didihnya yaitu 37,7ºC. Larutan ini tidak mudah terbakar
namun dapat membentuk campuran ammonia/udara yang
dapat terbakar pada penggasan. Amonia merupakan
senyawa yang dapat menyebabkan korosif terhadap logam,
kulit terbakar, iritasi pada saluran pernafasan, dan sangat
beracun pada perairan. Penanganan yang tepat seperti
memilas kulit yang terkena larutan ini dibutuhkan saat
terpapar larutan ammonia (SmartLab, 2017).
III.1.3 HCl (Asam Klorida)
HCl atau asam klorida merupakan senyawa yang
termasuk asam kuat. HCl berwujud cair dan berwarna
bening kekuningan. Titik leburnya pada -30ºC dan titik
didihnyapada suhu lebih dari 100ºC. Asam klorida dapat
menyebabkan korosif pada besi dan kulit terbakar. Apabila
mengontaminasi kulit segera bilas daerah kulit dengan air
mengalir selama beberapa menit (SmartLab, 2017).
III.1.4 NaCl (Natrium Klorida)
Sodium Klorida atau biasa disebut garam dapur sangat
penting dalam pemenuhan unsur garam pada tubuh. Karena
sangat penting perannya tersebut, NaCl banyak digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Natrium klorida memiliki
berat molekul 58,44g/mol. Senyawa ini berwujud padat
dengan warna putih. Titik leburnya tergolong tinggi yaitu
801ºC sedangkan titik didihnya yaitu 1461ºC. Reaksi
dengan logam basa/reaksi eksotermik dapat menyebabkan
adanya ledakan. Menurut undang-undang Uni Eropa
senyawa ini termasuk berbahaya sehingga dalam
penyimpanannya harus benar-benar rapat dan berada di
tempat kering (SmartLab, 2019).
III.1.5 KSCN (Kalium Tiosanat)
Kalium Tiosanat berwujud padat dengan warna putih.
Senyawa ini memiliki berat molekul 97,18 g/mol. Titik
lelehnya yaitu 173ºC. Dalam penyimpanannya, senyawa ini
harus dijauhkan dari kelembaan, segala macam asam, dan
basa kuat. Kalium tiosanat tergolong senyawa berbahaya
sehingga ketika menggunakannya diperlukan proteksi
sarung tangan dan masker (SmartLab, 2019).
III.1.6 FeCl3 (Besi(III) Klorida)
Besi(III) Klorida berwujud serbuk dengan warna hijau
sampai hitam, dan baunya pedih. Rentang didihnya yaitu
306ºC. Senyawa ini tidak diklasifikasikan sebagai senyawa
yang berpotensi meledak namun memiliki potensi
mengoksidasi. Senyawa ini tergolong korosif terhadap
logam dan dapat menyebabkan iritasi kulit dan pada mata.
Penanganan terbaik apabila terkena senyawa ini pada kulit
maupun mata adalah dengan membilas dengan air bersih
(SmartLab, 2019).
III.1.7 H3PO4 (Asam Fosfat)
Asam fosfat merupakan senyawa yang berbentuk cair
yang tidak berwarna. Senyawa ini tidak memiliki bau
secara spesifik atau tidak berbau. Titik leburnya terletak
pada suhu 21ºC dan titik didihnya 158ºC. Senyawa ini
memiliki potensi mengoksidasi namun tidak termasuk
senyawa yang mudah meledak dan tidak mudah terbakar.
Senyawa ini bereaksi hebat dengan basa dan logam oksida,
dan harus dihindarkan dari logam. Reaksinya dengan
logam membentuk gas hydrogen. Senyawa ini bersifat
korosif terhadap logam dan dapat menyebabkan iritasi
hebat pada kulit dan mata (SmartLab, 2017).
III.1.8 Zn(NO3)2 (Seng Nitrat)
Seng nitrat merupakan senyawa berwujud padat kristal
yang tidak berwarna. Seng nitrat memiliki berat molekul
189,4 g/mol, dapat larut dalam alcohol, dan titik didihnya
pada suhu 110ºC. Senyawa ini tidak mudah terbakar tetapi
dapat mempercepat pembakaran bahan yag mudah terbakar.
Kontak terlalu lama senyawa ini dengan api dapat memicu
terjadinya ledakan dan menghasilkan nitrogen beracun.
Senyawa ini sering digunakan sebagai katalis dalam
pembuatan bahan kimia lainnya (Pubchem, 2005).
III.1.9 NaOH (Natrium Hidroksida)
NaOH atau natrium hidroksida merupakan senyawa
yang larut dalam air. NaOH memiliki warna putih dan
berbentuk Kristal. NaOH memiliki titik leleh 318ºC dan
titik didih 1390ºC. NaOH dapat menyebabkan korosif,
berakibat fatal jika tertelan, berbahaya jika dihirup, dan
menyebabkan luka bakar. Untuk penanganannya dapat
dilakukan dengan membilas bagian yang terkena (mata atau
kontak kulit) dengan air selama 15 menit. Jika NaOH
tertelan, jangan dimuntahkan tetapi diberi air dengan
banyak atau susu. NaOH dapat bereaksi hebat dengan air
atau metal sehingga sebaiknya sebelum melakukan kerja di
laboratorium sudah lebih dahulu menyiapkan alat bantu
pernafasan dan pakaian pelindung (Science Stuff, 2009).
III.1.10 CoCl2 (Kobalt(II) Klorida)
Kobalt(II) klorida merupakan senyawa berujud
padat/kristal dengan warna merah keunguan, dan tidak
berbau. Titik leburnya berada di suhu 25ºC dan titik
didihnya pada suhu 56ºC. Senyawa ini memiliki berat
molekul 237,90 g/mol. Senyawa ini tergolong senyawa
dengan tingkat toksitas akut dan dapat menyebabkan
penyakit mematikan pada tubuh seperti kanker, mutasi gen,
kemandulan, dll. Apabila senyawa ini terkena kulit segera
bilas menggunakan air bersih yang mengalir. Apabila
terhirup segera keluar dari ruangan ke tempat udara segar
dan hubungi dokter atau pusat racun (SmartLab, 2018).
III.1.11Akuades
Aquades berwarna bening, tidak berbau, dan tidak
memiliki rasa. Akuades memiliki titik lebur 0ºC, titik didih
100ºC dan pH netral pada 20ºC. Akuades bukan tergolong
bahan yang berbahaya sehingga tidak memerlukan tindakan
pertolongan pertama yang khusus (SmartLab, 2017).

III.2 Tinjauan Pustaka


Kesetimbangan meruapakan keadaan dimana berakhirnya
reaksi dengan suatu campuran yang mengandung zat pereaksi maupun
produk. Hukum kesetimbangan adalah hasil kali konsentrasi
setimbang di ruas kanan dibagi hasil kali konsentrasi setimbang di ruas
kiri dan dipangkatkan dengan koefisien reaksinya (Takeuchi, 2008).
Kesetimbangan kimia (chemical equilibrium) terjadi apabila
laju reaksi maju dan reaksi balik sama besar dan konsentrasi reaktan
dan produk tidak lagi mengalami perubahan seiring berjalannya waktu.
Kesetimbangan kimia melibatkan zat-zat berbeda antara reaktan dan
produknya. Kesetimbangan yang dua fasa zatnya sama dinamakan
kesetimbangan fisis karena perubahan yang terjadi hanya perubahan
fisis. Contoh penguapan fisis yaitu penguapan air dalam wadah
tertutup tertentu (Chang, 2005).
Berdasarkan asasnya, konsep antara hubungan laju reaksi
dengan kesetimbangan relatif sederhana. Apabila produk suatu reaksi
dapat bereaksi membentuk zat reaksi asli maka reaksi disebut
reversible. Pada reaksi reversible suatu reaksi dikatakan dalam kondidi
kesetimbangan apabila satu pasang reaksi yang berlawanan (reaksi
maju dan reaksi balik) berlangsung dengan laju reaksi yang sama
(Kleinfelter, 2005).
Pada awal proses reaksi, reaksi berjalan kearah pembentukan
produk. Setelah molekul produk terbentuk, reaksi berjalan sebaliknya,
yaitu pembentukan molekul rekatan dari produk. Apabila laju reaksi
maju dan laju reaksi balik sama, maka kesetimbangan tersebut
tercapai. Ketika reaksi berlangsung, laju reaksi dan konsentrasi
pereaksi berkurang sampai akhirnya saat reaksi selesai, konsentrasi
habis bereaksi. Namun beberapa reaksi tidak memiliki akhir sehingga
konsentrasi pereaksi dengan produk selalu tetap atau disebut reaksi
reversible yang mencapai kesetimbangan kimia. Reaksi reversibel
produk hasil reaksi akan bereaksi Kembali membentuk produk dan
seterusnya. Ketika reaksinya ke kanan/maju laju reaksinya berkurang.
Sebalinya ketika reaksi ke kiri/balik laju reaksinya bertambah akibat
konsentrasi reaktan yang berkurang dan produk bertambah (Stephen,
2002).
Suatu reaksi yang setimbang dapat pula mengalami perubahan
akibat adanya pengaruh dari luar atau disebut pergeseran
kesetimbangan. Terdapat satu aturan yang dapat membantu kita dalam
memprediksikan ke arah mana kesetimbangan bergeser. Asas ini
disebut Asas le Châtelier (Le Châtelier’s principle). Dalam asas ini
disebutkan bahwa bila suatu terkanan eksternal diberikan kepada suatu
system yang setimbang, system ini akan berubah menyesuaikan diri
untuk mengimbangi sebagian tekanan saat system tersebut mencoba
setimbang kembali. Tekanan dalam hal ini berupa factor-faktor yang
mempengaruhi pergeseran pada system yang setimbang tersebut
(Chang, 2005). Berikut ini merupakan factor-faktor yang
mempegaruhi perubahan suatu reaksi dari keadaan setimbang :
1. Konsentrasi
Apabila konsentrasi zat pada suatu system diperbesar,
maka kesetimbangan akan bergeser kearah yang
berlawanan. Sebaliknya, ketika konsentrasi zat di system
tersebut diperkecil, maka kesetimbangan akan bergeser kea
rah zat tersebut.
2. Volume dan Tekanan
Pengaruh volume dan tekanan hanya bekerja pada zat
yang berujud gas saja serta jumlah koefisien antara reaktan
tidak sama dengan produknya. Konsep dari volume dan
tekanan ini bekerja secara berkebalikan. Jika volume
diperkecil atau tekanan diperbesar, maka kesetimbangan
akan bergeser ke arah jumlah koefisien yang kecil.
Sebaliknya, jika volume diperbesar atau tekanan diperkecil,
maka kesetimbangan akan bergeser kea rah koefisien yang
besar.
3. Suhu
Menurut Vant Haff, jika pada suatu system dinaikkan
kesetimbangan akan bergeser kearah reaksi endoterm,
sedangkan jika suatu system diturunkan suhunya,
kesetimbangan akan bergeser kearah reaksi eksoterm.
Perubahan suhu pada sistem juga dapat mengubah nilai
knstanta kesetimbangan baik Kc maupun Kp.
(Purwoko, 2006).
Suatu katalis tidak dapat mengubah kuantitas dari
kesetimbangan. Katalis hanya bekerja untuk mempercepat tercapainya
suatu kesetimbangan. Reaksi yang biasanya mencapai kesetimbangan
dalam kurun waktu berhari-hari hingga berminggu-minggu dapat
mencapai kesetimbangan hanya dalam hitungan menit akibat
ditambahkannya katalis (Sukardjo, 1997).
Hukum aksi massa menghubungkan konsentrasi zat pereaksi
dengan hasil reaksi pada suatu kesetimbangan dan dinyatakan dalam
suatu kuantitas tertentu atau disebut dengan konstanta kesetimbangan.
Konstanta kesetimbangan merupakan hasil bagi antara pembilang,
yaitu hasil kali konsentrasi-konsentrasi setimbang produk berpangkat
koefisien stoikiometri dalam keadaan setara, dan penyebut yang
merupakan hasil kali konsentrasi-konsentrasi setimbang reaktan
berpangkat koefisien persamaan setara. Persamaan hukum aksi mass
ini ditulis dengan
[C ]c [D ]d
K=
[ A ]a [B]b
(Chang, 2005).
IV. Metodologi Percobaan
IV.1 Alat dan Bahan
IV.1.1 Alat
a) Tabung reaksi
b) Pipet tetes
c) Gelas beaker
d) Rak tabung reaksi
e) Gelas arloji
f) Pemanas air
g) Pengaduk
IV.1.2 Bahan
a) CuSO4
b) NH3
c) HCl
d) NaCl
e) KSCN
f) FeCl3
g) H3PO4
h) Kertas Lakmus
i) Zn(NO3)2
j) NaOH
k) CoCl2
l) Akuades
IV.2 Skema Kerja
IV.2.1 Reaksi Pembentukan

CuSO4

- Dimasukkan 20 tetes CuSO4 0,1M


- Diteteskan larutan 1 M NH3 perlahan-
lahan ke tabung reaksi dan dikocok
- Dicatat jumlah penetesan sampai
larutan berganti warna
- Diteteskan 1 tetes HCl 1M kedalam
larutan yang setimbang sampai larutan
biru pucat
- Dicatat jumlah HCl 1M yang
dibutuhkan

Hasil
IV.2.2 Efek Ion Senama

H3PO4

- Dimasukkan 2 ml larutan H3PO4 kedalam


tabung reaksi
- Diambil kertas lakmus
- Dicelupkan ujungnya ke dalam larutan
tersebut
- Dicatat hasil pengujian tersebut
- Ditambahkan satu tetes larutan HCl 1M ke
kertas lakmus
- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi
- Ditambahkan satu tetes larutan HCl 11M ke
dalam tabung reaksi dan dikocok
- Dicelupkan kertas lakmus ke larutan
- Diamati dan dicatat hasilnya

Hasil
IV.2.3 Pengaruh Konsentrasi

FeCl3

-Disiapkan larutan induk dengan menambahkan


FeCl3 1 ml dan KSCN 1ml ke dalam 50 ml
akuades dalam beaker gelas
-Disiapkan 4 tabung reaksi, diberi label 1-4
-Ditambahkan 2 ml larutan induk pada setiap
tabung
-Dibandingkan setiap tabung satu-sama lain,
tabung satu sebagai standart
-Ditambahkan 10 tetes larutan FeCl3 0,1M pada
tabung kedua
-Ditambahkan 10 tetes KSCN 0,1M pada tabung
ketiga
-Ditambahkan NaCl jenuh pada tabung keempat
dan kelima
-Diamati dan dicatat perubahan warna yang terjadi

Hasil
IV.2.4 Pengaruh Suhu

CoCl2

-Dimasukkan 5 tetes CoCl2 ke dalam tabung


reaksi
-Ditambahkan HCl 3M tetes demi tetes
sampai warna berubah
-Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi
-Dimasukkan 1 ml CoCl2 ke dalam suatu
tabung reaksi
-Dicatat warnanya
-Dimasukkan tabung tersebut ke dalam
penangas air
-Diamati dan dicatat perubahannya

Hasil

IV.2.5 Kestabilan dan Kesetimbangan Ion Kompleks dari Ion


Seng

Zn(NO3)2

- Dimasukkan 2 ml Zn(NO3)2 ke dalam tiga


buah tabung
- Ditambahkan masing-masing dua tetes
NaOH 3M dan diaduk
- Dicatat perubahan yang terjadi
- Ditambahkan HCl 3M tetes demi tetes
pada tabung pertama dan diaduk
- Ditambahkan NaOH 3M tetes demi tetes
pada tabung kedua dan diaduk
- Ditambahkan NH3 3M tetes demi tetes
pada tabung ketiga dan diaduk
- Diamati dan dicatat perubahan yang
terjadi

Hasil
IV.3 Prosedur Kerja
IV.3.1 Reaksi Pembentukan
Larutan CuSO4 0,1M sebanyak 20 tetes dimasukkan ke
dalam tabung reaksi yang sudah dibersihkan dan
dikeringkan. Selanjutnya larutan NH3 1 M diteteskan
perlahan-perlahan ke dalam tabung yang sudah berisi
CuSO4 tersebut, kemudian tabung dikocok setiap selesai
penetesan. Penetesan dilanjutkan jika belum terjadi
perubahan warna dan jumlah tetesan yang diperlukan untuk
merubah larutan dicatat. Larutan yang sudah setimbang
tersebut kemudian ditetesi larutan HCl 1M sampai arnanya
biru pucat. Terkakhir jumlah tetesan HCl 1M yang
dibutuhkan dicatat.
IV.3.2 Efek Ion Senama
Larutan H3PO4 sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang bersih dan kering. Kertas lakmus
diambil dan dicelupkan ujungnya ke dalam larutan tersebut.
Hasil pengujiannya kemudian dicatat. Satu tetes larutan
HCl 1M ditambahkan ke kertas lakmus kemudian diamati
dan dicatat apa yang terjadi. Selanjutnya larutan HCl 1M
ditambahkan kembali sebanyak satu tetes ke kertas lakmus
kemudian dikocok. Kertas lakmus kemudian dicelupkan ke
dalam larutan campuran tersebut. Perubahan yang terjadi
diamati dan hasilnya dicatat.
IV.3.3 Pengaruh Konsentrasi
Larutan induk dipersiapkan dengan menambahkan 1 ml
0,1 M Besi(III) Klorida (FeCl3) dan 1 ml 0,1M Potassium
Siasanat (KSCN) ke dalam 50 ml akuades dalam beaker
gelas. Empat tabung reaksi yang kering dan bersih
disiapkan dan diberi label 1-4 untuk masing-masing
tabung. Ke dalam setiap tabung ditambahkan 2 ml larutan
induk yang telah disiapkan. Tabung pertama digunakan
sebagai standart yang akan dibandingkan dengan tabung-
tabung yang lain. Tabung kedua ditambahkan 10 tetes
larutan FeCl3 0,1M, tabung ketiga ditambahkan 10 tetes
larutan KSCN 0,1M, sedangkan tabung keempat
ditambahkan 5 tetes larutan NaCl jenuh. Selanjutnya
diamati dan dicatat perubahan warna yang terjadi untuk
setiap tabung.
IV.3.4 Pengaruh Suhu
Larutan CoCl2 0,5M sebanyak 5 tetes dimasukkan ke
dalam tabung reaksi yang kering dan bersih. HCl 3M
ditambahkan tetes demi tetes sampai terjadi perubahan
warna. Perubahan yang terjadi diamati kemudian dicatat.
Selanjutnya 1 ml CoCl2 dimasukkan ke dalam tabung
reaksi kemudian tabung tersebut dimasukkan ke dalam
penangas air. Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.
IV.3.5 Kestabilan dan Kesetimbangan Ion Kompleks dari Ion
Seng
Larutan Zn(NO3)2 0,1M sebanyak 2 ml dimasukkan
masing-masing ke dalam 3 tabung reaksi. Masing-masing
tabung reaksi ditambahkan dua tetes NaOH 3M kemudian
diaduk. Perubahan yang terjadi dicatat. Selanjutnya tabung
pertama ditambahkan HCl 3M, tabung kedua NaOH 3M,
dan tabung ketiga NH3 3M. Penambahan ketiga tabung
reaksi dilakukan tetes demi tetes kemudian diaduk.
Perubahan dari ketiga tabung reaksi diamati kemudian
dicatat dalam table pengamatan.

DAFTAR PUSTAKA

Bresnick, Stephen. 2002. Intisari Kimia Umum. Jakarta : Erlangga.

Chang, Raymond. 2003. General Chemistry : The Essential Concepts. Edisi Ketiga.
New York: McGraw-Hill. Terjemahan oleh S S. Achmadi. 2005. Kimia
Dasar: Konsep-konsep Inti. Jakarta : Erlangga.

Kleifelter. 2005. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.

Pubchem. 2005. Zinc Nitrate. (https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Zinc-


nitrate diakses pada 4 April 2021).

Purwoko, Agus. 2006. Kimia Dasar 1. Mataram : Mataram University Press.

Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Yogyakarta : Rineka Cipta.

Smartlab. 2019. Lembar Data Keselamatan Bahan. CuSO—.


(http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_COPPER_SULPHATE_PENTAHYD
RATE_(INDO).pdf diakses online pada 4 April 2021).

SmartLab. 2017. Lembar Data Keselamatan Bahan Aquadest.


(http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_AQUADEST_(INDO).pdf diakses
online pada 4 April 2021).

SmartLab. 2017. Hydrochloric Acid. Material Safety Data Sheet.


(http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_HYDROCHLORIC_ACID_37.pdf
diakses pada 4 April 2021).
SmartLab. 2017. Phosphoric Acid. Material Safety Data Sheet.
(http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_PHOSPHORIC_ACID_(ORTHO)_85
.pdf diakses pada 4 April 2021).

SmartLab. 2019. Lembar Data Keselamatan Bahan Sodium Chloride.


(http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_SODIUM_CHLORIDE_(INDO).pdf
diakses pada 4 April 2021).

SmartLab. 2019. Lembar Data Keselamatan Bahan Iron(III) Chloride.


(http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_IRON_(III)_CHLORIDE_ANHYDR
OUS_(INDO).pdf diakses pada 4 April 2021).

SmartLab. 2017. Lembar Data Keselamatan Bahan Ammonia Solution 25%.


(http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_AMMONIA_SOLUTION_(INDO).p
df diakses pada 4 April 2021).

SmartLab. 2019. Potassium Thiocyanate. Material Safety Data Sheet.


(http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_POTASSIUM_THIOCYANATE.pdf
diakses pada 4 April 2021).

SmartLab. 2018. Lembar Data Keselamatan Bahan.


(http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_COBALT_(II)_CHLORIDE_HEXAH
YDRATE_(INDO).pdf diakses pada 4 April 2021).

Science Stuff. 2009. NaOH. Manajemen Modern dan Kesehatan Mayarakat.


(http://www.sciencestuff.com/msds/C2584.html diakses online 4 Januari
2021).

Takeuchi, Y. 2008. Sel Volta. Yogyakarta : Universitas Yogyakarta Press.

Anda mungkin juga menyukai