Anda di halaman 1dari 37

ENTALPI PELARUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM TERMODINAMIKA KIMIA

Nama : Millatie Afrih Rozana


NIM : 171810301038
Kelas/kelompok : B/4
Asisten : Hanifa Hanun

LABORATORIUM KIMIA FISIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JEMBER
2018
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Chang (2004), larutan merupakan campuran homogen antara pelarut
dengan zat terlarut. Larutan terdiri dari larutan jenuh, tidak jenuh, dan lewat jenuh.
Larutan jenuh terjadi apabila kesetimbangan antara zat terlarut dalam larutan dan
zat yang tidak larut. Kecepatan melarut sama dengan kecepatan mengandap saat
tercapainya kondisi kesetimbangan. Entalpi pelarutan merupakan besarnya energi
panas yang menyertai suatu zat yang dapat larut dalam suatu pelarut. Entalpi
pelarutan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, salah satunya yaitu yang
mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah temperatur. Entalpi pelarutan berguna
untuk menentukan bagaimana suatu zat dapat larut dalam suhu tertentu.
Entalpi pelarutan banyak digunakan untuk menentukan kelarutan zat, karena
zat yang dicampurkan tidak seluruhnya akan larut. Zat pelarut memiliki batas
kapasitas sejumlah zat terlarut yang dapat dilarutkan. Zat yang tidak larut akan
mengendap pada bagian bawah. Hal tersebut menyebabkan terbentuknya dua fasa,
sehingga diperlukan perlakuan khusus untuk melarutkan zat yang tidak dapat larut.
Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan pemanasan. Kalor
dengan jumlah tertentu yang diberikan saat pemanasan dapat berpengaruh pada
kealrutan zat tersebut. Sistem dapat menyerap sejumlah panas yang diberikan atau
bisa jadi sistem yang akan mengeluarkan panas. Enlatpi pelarutan biasanya
dimanfaatkan dalam industri serta untuk pembuatan es puter. Pembuatan es puter
bedasarkan sifat koligatis larutan, yaitu penurunan titik beku dilakukan secara
manual menggunakan bantuan panci yang diputar diatas pecahan es batu dan
garam. Panci kecil yang berisi adonan es diputar hingga adonan es menggumpal
membentuk tekstur seperti es krim. Penggunaan garam bertujuan untuk
menurunkan suhu es dan agar es batunya tidak cepat mencair.
Praktikum entalpi pelarutan yang akan dilakukan bertujuan untuk mengetahui
pengaruh temperatur terhadap suatu zat dan mengukur entalpi kelarutannya. Zat
yang diukur kelarutannya yaitu asam oksalat. Variasi temperatur yang digunakan
yaitu 5oC, 10oC, 15oC, 20oC, dan 25oC serta ditentukan kelarutan pada masing-
masing temperatur. Hasil percobaan praktikum entalpi kelarutan dapat diketahui
temperatur dan volume NaOH yang digunakan saat titrasi. Data temperatur
digunakan untuk melihat pada temperatur mana yang dapat melarutkan suatu zat
dan dapat ditentukan nilai entalpi pelarutannya. Entalpi dihasilkan dari grafik antara
temperatur terhadap kelarutan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari percobaan entalpi kelarutan yaitu:
1. Bagaimana pengaruh temperatur terhadap kelarutan suatu zat?
2. Bagaimana menentukan entalpi kelarutan?

1.3 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan entalpi kelarutan yaitu:
1. Mempelajari pengaruh temperatur terhadap kelarutan suatu zat.
2. Menentukan entalpi kelarutan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS)


2.1.1 Akuades (H2O)
Senyawa kimia yang memiliki nama lain air yaitu akuades dan rumus kimia
nya H2O. Senyawa tersebut berwujud zat cair tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa serta berat molekul air sebesar 18,02 g/mol. Akuades memiliki titik didih
100 oC dan pada temperatur 20 oC tekanan uapnya 2,3 kPa dengan densitas uap
sebesar 0,62. Akuades memiliki massa jenis sebesar 1 g/cm3. Akuades merupakan
senyawa dengan pH netral. Akuades tidak berbahaya jika terjadi kontak dengan
mata dan kulit, serta tidak berbahaya jika tertelan. (ScienceLab, 2013).
2.1.2 Asam Oksalat (C2H2O4)
Rumus kimia asam oksalat yaitu C2H2O4. Asam oksalat berwujud bubuk
kristal padat, tidak berbau dan berwarna putih. Asam oksalat memiliki berat
molekul sebesar 90,04 g/mol dan berat jenisnya 1,9 g/L. Asam oksalat juga
memiliki titik didih sebesar 189,5oC. Asam oksalat larut dalam air dingin juga air
panas. Asam oksalat jika kontak dengan mata, maka penanganannya segera periksa
dan lepas lensa kontak serta segera siram mata dengan banyak air, sekurang-
kurangnya 15 menit. Gunakan air dingin dan segera dapatkan perawatan medis.
Asam oksalat terdapat kontak dengan kulit, segera basuh kulit dengan banyak air
selama paling sedikit 15 menit serta melepas pakaian dan sepatu yang
terkontaminasi. Pakaian dan sepatu sebaiknya dicuci sebelum digunakan kembali
dan benar-benar bersih sebelum digunakan kembali. Kulit terkontaminasi asam
oksalat dengan serius, segera cuci dengan sabun desinfektan dan tutupi kulit yang
terkontaminasi dengan krim anti-bakteri. Asam oksalat jika terhirup dapat ditangani
dengan memindahkan ke udara segar jika tidak bernapas, berikan pernapasan
buatan atau berikan oksigen. Segera hubungi pihak medis, apabila masih sulit
bernafas (ScienceLab, 2013).
2.1.3 Indikator PP (Phenolpthalen)
Indikator PP merupakan indikator asam basa berwujud bubuk kristal, berbau
seperti lilin serta berwarna putih. Titik lebur indikator PP antara 130oC hingga
167oC serta suhu penguraiannya sebesar 300oC. Indikator PP larut dalam air panas
serta air panas. Indikator PP sangat berbahaya jika terjadi inhalasi. Indikator PP jika
kontak dengan mata, maka penanganannya segera periksa dan lepas lensa kontak
serta segera siram mata dengan banyak air, sekurang-kurangnya 15 menit. Gunakan
air dingin dan segera dapatkan perawatan medis. Indikator PP terdapat kontak
dengan kulit, segera basuh kulit dengan banyak air selama paling sedikit 15 menit
serta melepas pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Pakaian dan sepatu
sebaiknya dicuci sebelum digunakan kembali dan benar-benar bersih sebelum
digunakan kembali. Kulit terkontaminasi indikator PP dengan serius, segera cuci
dengan sabun desinfektan dan tutupi kulit yang terkontaminasi dengan krim anti-
bakteri. Indikator PP jika terhirup dapat ditangani dengan memindahkan ke udara
segar jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan atau berikan oksigen. Segera
hubungi pihak medis, apabila masih sulit bernafas (ScienceLab, 2013).
2.1.4 Natrium Hidroksida (NaOH)
Rumus kimia natrium hidroksida yaitu NaOH. Natrium hidroksida berwujud
cair, tidak berbau, tidak memiliki rasa serta tidak berwarna. pH natrium hidroksida
yaitu 13,5 (basa). Titik didih natrium hidroksida sebesar 1388oC serta titik leburnya
sebesar 323oC. Berat molekul natrium hidroksida sebesar 40 g/mol. Natrium
hidroksida sangat berbahaya apabila terkena mata karena menyebabkan iritasi.
Natrium hidroksida sedikit larut dalam air dingin. Natrium hidroksida jika kontak
dengan mata, maka penanganannya segera periksa dan lepas lensa kontak serta
segera siram mata dengan banyak air, sekurang-kurangnya 15 menit. Gunakan air
dingin dan segera dapatkan perawatan medis. Natrium hidroksida terdapat kontak
dengan kulit, segera basuh kulit dengan banyak air selama paling sedikit 15 menit
serta melepas pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Pakaian dan sepatu
sebaiknya dicuci sebelum digunakan kembali dan benar-benar bersih sebelum
digunakan kembali. Kulit terkontaminasi natrium hidroksida dengan serius, segera
cuci dengan sabun desinfektan dan tutupi kulit yang terkontaminasi dengan krim
anti-bakteri. Natrium hidroksida jika terhirup dapat ditangani dengan memindahkan
ke udara segar jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan atau berikan oksigen.
Segera hubungi pihak medis, apabila masih sulit bernafas (ScienceLab, 2013).
2.1.5 Natrium Klorida (NaCl)
Rumus kimia natrium Klorida yaitu NaCl. Natrium klorida berwujud bubuk
kristal padat, tidak berbau serta tidak berwarna. Titik didih natrium klorida sebesar
1465oC serta titik leburnya sebesar 801oC. Massa jenis natrium klorida sebesar 2,16
g/L dan berat molekulnya sebesar 58,44 g/mol. Natrium klorida sedikit larut dalam
air dingin. Natrium klorida berbahaya saat tertelan dalam jumlah banyak serta saat
terkena mata. Natrium klorida jika kontak dengan mata, maka penanganannya
segera periksa dan lepas lensa kontak serta segera siram mata dengan banyak air,
sekurang-kurangnya 15 menit. Gunakan air dingin dan segera dapatkan perawatan
medis. Natrium klorida terdapat kontak dengan kulit, segera basuh kulit dengan
banyak air selama paling sedikit 15 menit serta melepas pakaian dan sepatu yang
terkontaminasi. Pakaian dan sepatu sebaiknya dicuci sebelum digunakan kembali
dan benar-benar bersih sebelum digunakan kembali. Kulit terkontaminasi Natrium
klorida dengan serius, segera cuci dengan sabun desinfektan dan tutupi kulit yang
terkontaminasi dengan krim anti-bakteri. Natrium klorida jika terhirup dapat
ditangani dengan memindahkan ke udara segar jika tidak bernapas, berikan
pernapasan buatan atau berikan oksigen. Segera hubungi pihak medis, apabila
masih sulit bernafas (ScienceLab, 2013).

2.2 Dasar Teori


2.2.1 Entalpi Pelarutan dan Perubahan Entalpi
Cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan antar panas atau kalor
dengan energi yang menyertainya disebut termodinamika. Termodinamika sangat
penting dalam ilmu kimia untuk mengetahui sebuah reaksi dapat berlangsung atau
tidak. Termodinamika tidak dapat dipisahkan dengan temperatur dan entalpi,
dikarenakan hubungan tersebut dapat menghasilkan suatu entalpi. Suatu besaran
yang disertai dengan kalor dan sangan mudah diukur disebut entalpi. Kalorimeter
dapat digunakan untuk mengukur entalpi. Kalorimeter sederhana dapat dibuat
dengan bahan yang memiliki kapasitas panas rendah (Bird, 1993).
Campuran homogen antara pelarut dengan zat terlarut disebut larutan.
Larutan dapat berbentuk gas, padatan, dan cairan. Pelarut berperan sebagai medium
bagi zat terlarut serta dalam pengendapan atau penguraian reaksi kimia. Pelarut
yang umum digunakan yaitu air (Chang, 2004).
Terdapat larutan jenut, tidak jenuh, dan lewat jenuh. Larutan jenuh terjadi
apabila larutan tidak dapat melarutkan lebih banyak zat terlarut pada temperatur
tertentu. Larutan tidak jenuh terjadi apabila zat terlarut kurang dari zat pelarut dan
jika lebih maka disebut lewat jenuh. Asam oksalat merupakan zat yang dapat
membentuk larutan lewat jenuh. Beberapa faktor yang mempengatuhi daya larut
suatu zat dalam zaat lain yaitu jenis zat pelarut, jenis zat terlarut, temperatur dan
tekanan. Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat saling
bercampur dengan baik, sedangkan yang tidak umumnya sukar bercampur (like
dissolves like). Air dan alkohol dapat bercampur sempurna (completely immiscible),
air dan eter dapat bercampur sebagian (partially miscible), sedangkan air dan
minyak sama sekali tidak dapar bercampus (completely immicible) (Martin, 1993).
Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang diperlukan untuk
adanya kesetimbangan antara zat terlarut dan zat tak larut disebut larutan jenuh.
Pengadukan kuat dan zat terlarut yang berlebih menyebabkan percepatan
pembentukan larutan jenuh. Suatu larutan jenuh yang disebut dengan kelarutan zaat
terlarut dipengaruhi oleh banyaknya hasil zat terlarut yang melarut dalam
pelarutnya. Suatu larutan tidak jenuh lebih encer daripada larutan jenuh serta
larutan lewat jenuh lebuh pekat dibandingkan dengan larutan jenuh. Larutan yang
lewat jenuh umumnya terbuat dari larutan jenuh pada temperatur yang lebih tinggi.
Zat terlarut harus lebih banyak larut dalam pelarut panas daripada pelarut dingin
(Keenan, 1984).
Sebuah sistem apabila dibebaskan untuk mengubah volumenya terhadap
tekanan luar yang tetap. Energi yang diberikan sebagai kalor tidak sama dengan
perubahan energi dalam. Perubahan entalpi standar apabila suatu zat dapat melarut
dalam suatu jenih pelarut dengan jumlah tertentu disebut entalpi pelarutan standar.
Entalpi kelarutan dipengaruhi oleh suhu, apabila suhu diubah maka entalpi
kelarutannya juga akan berubah (Atkins, 1999).
Perubahan entalpi yang terjadi dapat ditentukan apabila konsentrasi
larutannya diketahui atau telah ditetapkan sebelumnya. Beberapa hal yang harus
diperhatikan pada perubahan entalpi, yaitu:
1. ΔH, ΔE atau q positif, artinya sistem memporelh tenaga.
2. W>0 → kerja dilakukan oleh sistem.
3. W<0 → kerja dilakukan terhadap sistem.
(Sukardjo, 1997).
Perubahan entalpi saat sistem mengalami perubahan fisika atau kimia
biasanya dilaporkan untuk proses yang terjadi pada sekumpulan kondisi standart.
Perubahan entalpi standar (ΔHo) merupakan perubahan entalpi saat sistem
mengalami perubahan fisika maupun kimia umumnya digunakan untuk mengetahui
proses yang terjadi pada kondisi standarnya. Menurut Atkins (1999), perubahan
entalpi standart dibagi mencadi 6 macam, yaitu:
1. Entalpi penguapan standart (ΔHouap), yaitu perubahan entalpi per mol apabila
cairan murni pada tekanan 1 bar menguap menjadi gas.
2. Entalpi peleburan standart (ΔHofus), yaitu apabila es pada tekanan 1 bar meleleh
menjadi air cair.
3. Entalpi pembakaran standart (ΔHoc), yaitu entalpi reaksi standart untuk
oksidasi zaat organik menjadi CO2 dan H2O bagi senyawa yang mengandung
C, H, serta O dan menjadi N2 bagi senyawa yang mengandung N.
4. Entalpi pengionan (ΔHoi), yaitu perubahan entalpi standart untuk penghilangan
satu elektron.
5. Entalpi pembentukan standart (ΔHof), yaitu jumlah kalor yang diperlukan atau
dibebaskan untuk proses pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya
yang stabil pada keadaan santadt (STP). Simbol f berasa dari kata (formation)
yang berarti pembentukan. Contoh unsur-unsur yang stabil pada keadaan
standart antara lain: H2, O2, C, N2, Ag, Cl2, Br2, S, Na, Ca, dan Hg.
6. Entalpi penguraian standart (ΔHod), yaitu jumlah kalor yang diperlukan atau
dibebaskan untuk proses penguraian 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya yang
stabil pada keasaan standar (STP). Simbol d berasal dari kata (decomposition)
yang berarti penguraian.
2.2.2 Panas Pelarutan
Panas pelarutan merupakan panas yang menyertai reaksi kimia pada pelarutan
mol zat terlarut dalam sejumlah mol pelarut terhadap kondisi tekanan serta
temperatur yang sama. Perubahan entalpi yang terjadi apabila dua zat atau lebih
dalam keadaan standar dicampur pada kondisi tekanan dan temperatur yang tetap
umumnya diartikan sebagai panas pelarutan. Panas pelarutan dibgai menjadi dua,
yaitu panas pelarutan integral dan panas pelarutan diferensial. Panas pelarutan
intgral biasa disebut panas pelarutan total. Perubahan entalpi suatu zaat yang terjadi
apabila 1 mol zat tersebut dilarutkan ke dalam suatu pelarut untuk dapat mencapai
konsentrasi tertentu disebut panas pelarutan integral. Kalor dapat diserap atuapun
dilepaskan apabila zat terlarut yang dilarutkan dalam suatu pelarut. Konsentrasi
larutan akhir mempengaruhi kalor reaksi. Zat terlarut yang dilarutkan dalam suatu
pelarut secara kimia sama dan tidak ada perubahan terhadap ionisasi atau
kelarutannya, maka kalor pelarutannya hampir mendekati sama dengan
peluluhannya. Kalor pelarutan integral terdapat dua macam, yaitu kemolalan m 1
dan m2. Kedua kemolalan tersebut merupakan kalor yang menyertai pengenceran
tertentu dengan konsentrasi M serta mengandung 1 mol zat terlarut dengan pelarut
murni untuk membuat larutan dengan konsentrasi m 2 (Alberty, 1992).
Hal yang mempengaruhi kelarutan suatu zat yaitu jenis zat pelarut, jenis zat
terlarut, ukuran partikel, temperatur dan tekanan. Temperatur sangan berpengaruh
terhadap panas pelarutan. Panas pelarutan bernilai negatif (eksoterm) maka daya
larutnya akan turun seiring dengan naiknya temperatur, sedangkan panas pelarutan
bernilai positif (endoterm) maka daya larutnya akan besar seiring dengan naiknya
temperatur. Hal tersebut dapat dinyatakan bahwa pada kondisi endoterm daya larut
berbanding lurus dengan temperatur, sedangkan pada eksoterm daya larut
berbanding terbalik dengan temperatur. Tekanan hanya berpengaruh pada daya
hantar kelarutan gas, namun pada kondisi padatan dan cairan tekanan tidak
mempengaruhi daya kelarutan (Sukardjo, 1997).
Kesetimbangan tergganggu dengan adanya perubahan temperatur, maka
konsentrasi larutannya akan berubah. Pengaruh temperatur terhadap kelarutan
menurut Van’t Hoff dinyatakan sebagai berikut:
d lnS/dt = (ΔH)/RT2 ..................................................... (2.1)
dengan mengintegralkan dari T1 ke T2, maka diperoleh:
ln S2/S1 = (ΔH/R) (T1-1-T2-1) ...................................... (2.2)
ln S = -(ΔH)/RT + konstanta ........................................ (2.3)
Dimana:
S1,S2 : Kelarutan masing-masing zat pada temperatur T1 dan T2 (g/1000gram
solven).
ΔH : Panas pelarutan (panas pelarutan/g(gram))
R : Konstanta gas umum
Secara umum, panas pelarutan merupakan positif (endotermis) sehingga menururt
Van’t Hoff “Semakin tinggi temperatur maka akan semakin banyak zat yang larut”.
Kelarutan zat-zat yang panas pelarutannya negatif (eksotermis), maka “Semakin
tinggi temperatur maka akan semakin berkurang zat yang dapat larut”
(Tim Penyusun, 2018).
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
- Botol Semprot
- Erlenmeyer
- Pipet Mohr
- Pipet Tetes
- Termometer
- Gelas Beaker
- Pengaduk
- Water bath
- Gelas Ukur
- Buret 50 mL
- Statif

3.1.2 Bahan
- Akuades (H2O)
- Natrium Hidroksida (NaOH)
- Asam Oksalat (C2H2O4)
- Indikator PP (Phenolphtalen)
- Garam Dapur (NaCl)
- Es Batu
3.2 Diagram Alir

Asam Oksalat

- dilarutkan dalam 100 mL akuades sedikit demi sedikit sampai keadaan


jenuh.
- dimasukkan dalam waterbath pada temperatur 5 oC, 10 oC, 15 oC, 20 oC,
dan 25oC.
- diaduk terus menerus agar sistem menjadi homogen.
- diambil 5 mL larutan asam oksalat.
- dimasukkan kedalam erlenmeyer yang telah ditimbang.
- ditimbang ulang erlenmeyer setelah dimasukkan
- dititrasi dengan larutan NaOH 0,5 N dengan menggunakan indikator pp
- dilakukan pengulanga 2 kali.
- dihitung data kelarutan yang diproleh terhadap temperatur untuk
menentukan entalpi

Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Nasam nasam oksalat masam oksalat mpelarut mlarutan
No Suhu
oksalat (M) (mol) (gram) (gram) (gram)
I 0,96 4,80 x 10-3 0,605 4,577 5,182
1. 25oC
II 0,98 4,90 x 10-3 0,618 5,733 6,351
I 0,93 4,65 x 10-3 0,586 6,123 6,709
o
2. 20 C
II 0,94 4,70 x 10-3 0,592 5,792 6,384
I 0,92 4,60 x 10-3 0,580 5,609 6,189
3. 15oC
II 0,92 4,60 x 10-3 0,580 5,828 6,408
I 0,94 4,70 x 10-3 0,592 5,823 6,415
o
4. 10 C
II 0,87 4,35 x 10-3 0,548 5,796 6,344
I 0,57 2,85 x 10-3 0,359 5,750 6,289
5. 5oC
II 0,64 3,20 x 10-3 0,403 6,381 6,784

Msolute nsolute Sasam oksalat ∆HI ∆HII


ln S
(mol/kg) (mol) (g/l) (kJ/mol.K) (kJ/mol.K)
1,049 4,80 x 10-3 120,027 4,796
0,855 4,90 x 10-3 123,549 4,817
0,759 4,65 x 10-3 117,245 4,764
0,811 4,70 x 10-3 118,506 4,775
0,820 4,60 x 10-3 115,984 4,753
14,4173 12,9432
0,789 4,60 x 10-3 115,984 4,753
0,807 4,70 x 10-3 118,506 4,775
0,751 4,35 x 10-3 109,681 4,697
0,496 2,85 x 10-3 70,860 4,275
0,501 3,20 x 10-3 80,685 4,391
4.2 Pembahasan
Praktikum entalpi pelarutan bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur
terhadap kelarutan suatu zat dan menentukan entalpi kelarutannya. Campuran
homogen antara pelarut dengan zat terlarut disebut larutan (Chang, 2004).
Perubahan entalpi standar apabila suatu zat dapat melarut dalam suatu jenis pelarut
dengan jumlah tertentu disebut entalpi pelarutan standar. Entalpi kelarutan
dipengaruhi oleh temperatur “apabila temperatur diubah, maka entalpi kelarutannya
juga akan berubah”. Perubahan entalpi standar (ΔH˚) yaitu perubahan entalpi pada
saat sistem mengalami perubahan fisika maupun kimia biasanya digunakan untuk
mengetahui proses yang terjadi pada kondisi standarnya (Atkins, 1999).
Percobaan entalpi pelarutan tersebut menggunakan bahan asam oksalat.
Asam oksalat digunakan karena kealrutan dalam air sekitar 8% terhadap suhu yang
rendah serta larut dalam alkohol. Asam oksalat membentuk garam netral dengan
logam alkali (Na,K) yang dapat larut dalam air (5%-25%). Asam oksalat (C2H2O4)
diukur kelarutannya terhadap suhu 25oC, 20oC, 15oC, 10oC, 5oC. Varian temperatur
tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap kelarutan asam
oksalat. Asam oksalat dilarutkan dengan pelarut air, ditambahan dalam air sedikit
demi sedikit sambil diaduk perlahan. Pengadukan tersebut bertujuan untuk
membantu larutan menjadi cepat homogen, sehingga partikel-partikelnya bergerak
lebih cepat dan semakin tidak berarturan. Hal tersebut menyebabkan tumbuhan
semakin sering terjadi dan reaksi berjalan lebih cepat. Asam oksalata dilarutkan
hingga jenuh dengan ditandai dengan sudah tidak mampunya zat untuk melarut lagi
(mengendap). Gelas beaker terasa dingin saat dilakukan pelarutan asam oksalat
dalam air. Hal tersebut menandakan bahwa reaksi pelarutan antara asam oksalat dan
air merupaka reaksi endotermis. Reaksi endotermis menyerap panas dari
lingkungan ke sistem. Larutan asam oksalat bertindak sebagai sistem dan
tsistemnya yaitu gelas beaker. Reaksi dikatakan bersifa endoterm karena suhu
larutan menjadi dingin yang ditandai dengan ΔH bernilai positif. Reaksi
penguraiannya yaitu:
H2C2O4 (aq) → 2H+ (aq) + C2O42- (aq) ................................ (4.1)
Panas pelarutan dipengaruhi oleh temperatur. Van’t Hoff menyatakan bahwa,
aoabila panas pelarutan (ΔH) negatif maka daya larut turun dengan naiknya
temperatur begitu pula sebaliknya, apabila panas pelarutan (ΔH) positif maka daya
larut naik dengan naiknya temperatur. Berdasarkan reaksi pelarutan yang telah
dilakukan, diketahui bahwa reaksi berjalan secara endoterm sehingga ΔH positif.
Temperatur larutan diturunkan hingga mencapai 25oC, 20oC, 15oC, 10oC, 5oC untuk
menguji teori tersebut. Penurunan suhu larutan dilakukan dengan direndam pada es
batu yang ditaburi garam yang diletakkan dalam wadah. Es digunakan untuk
menurunkan suhu, karena es dapat menyerap kalor dari dinding-dinging gelas
beaker, sedangkan garam dapat menyebabkan permukaan es mencair sehingga
membentuk larutan garam. Es dapat menyerap panas dari larutan garam tersebut,
sehingga larutan menjadi dingin. Larutan garam akan menyerap panas dari laruan
yang ada dalam gelas beaker melalui dinding gelas, sehingga larutan menjadi cepat
dingin. Garam yang ditambahakn terhadap es batu dapat menurunkan titik leleh es
batu. Prinsip pemberian garam dalam penurunan temperatur tersebut berdasarkan
sifat koligatif larutan, apabila suatu pelarut dimasukkan zat lain terlarut akan terjadi
perubahan suhu. Hal tersebut diperlukan untuk mencairkan atau membekukan
larutan tersebut, zat pelarutnya yaitu air. Air murni tanpa zat terlarut apapun
membeku pada 0oC serta mendidih pada 100oC, namun apabila dimasukkan zat
terlarut seperti garam titik beku dan titik didih akan berubah menjadi lebih rendah.
Hal tersebut menyebabkan air yang dalam bentuk es akan lebih mudah mencair.
Garam memiliki sifat hidrofilik yang berarti garam akan mengikat molekul air,
sehingga molekul air tidak dapat membeku kembali. Sifat tersebut merubah kondisi
ekuilibrium terhadap titik beku air, sehingga mempermudah air es untuk mencair
serta mencegah air yang cair untuk memberku. Panas tersebut pula yang
mempengaruhi mencairnya es batu dengan garam. Konsentrasi menyatakan
banyaknya jumlah zat yang terkandung dalam larutan, semakin banyak zat terlarut
maka konsentrasinya semakin tinggi. Hal tersebut menyebabkan kelarutan semakin
kesil terhadap penurunan temperatur sehingga konsentrasi zat yang dapat larut
dalam larutan semakin kecil serta semakin banyak membentuk endpan yang tidak
larut.
Larutan asam oksalat yang telah jenuh dimasukkan dalam gelas beaker 150
ml, kemudian dimasukkan dalam wadah yang berisi campuran es batu dan garam.
Larutan diukur temperaturnya hingga mencapai 25oC, kemudian diambil sebanyak
5 ml dan dimasukkan kedalam erlenmeyer. Jangan sampai kristal asam oksalat yang
tidak dapat larut ikut terbawa. Erlenmeyer yang telah diisi dengan larutan tersebut
ditimbang. Larutan yang telah diambil kemudian ditetesi dengan indikator PP
sebanyak 2 tetes sebelum dititrasi dengan NaOH 0,5 N. Pemberian indikator PP
bertujuan agar dapat lebih mudah untuk mengetahui titik ekivalennya atau titik
dimana titrasi harus dihentikan. Pada percobaan tersebut titik akhir titrasi ditandai
dengan perubahan warna pada larutan yang awalnya tidak berwarna sedikit berubah
menjadi ungu transparan.

Gambar 4.1 Hasil Titik Akhir Titrasi


Pemilihan indikator PP karena indikator tersebut memiliki trayek pH 8-10. Asam
oksalah dan NaOH merupakan asam basa kuat, maka titik ekivalen kemungkinan
terjadi pada pH 7 keatas. Reaksi yang terjadi pada saat proses titrasi yaitu:
H2C2O4 (aq) + 2NaOH (aq) → Na2C2O4 (aq) + 2H2O (l) ....... (4.2)
Berdasarkan percobaan yang dilakukan maka diperoleh data volume NaOH
yang digunakan pada saat titrasi. Volume rata-rata NaOH yang digunakan untuk
titrasi yang dilakukan dua kali pengulangan menunjukkan bahwa semakin tinggi
temperatur akan semakin banyak NaOH yang digunakan. Peningkatan volume
tersebut dikarenakan semakin meningkatnya partikel yang larut serta berpengaruh
pada konsentrasi larutan. Semakin tinggi temperatur maka konsentrasinya semakin
tinggi, sehingga volume NaOH (basa) yang dibutuhkan untuk menetralisasi asam
oksalat pula semakin banyak. Titik ekivalen dari titrasi asam oksalat dengan NaOH
akan terjadi apabila konsentrasi antara NaOH dan asam oksalat sama. Titik ekivalen
berdeketan dengan titik akhir titrasi, apabila telah mencapai titik ekivalen diikuti
dengan perubahan warna larutan menjadi ungu atau merah muda transparan pada
titik akhir titrasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi temperatur
makaa zat yang terlarut akan semakin besar. berdasarkan volume percobaan dapat
dihitung normalitas asam oksalat. Nilai normalitas NaOH berdasarkan literatur
yaitu sebesar 0,5 M sedangkan normalitas asam oksalat yang diperoleh secara
berturut-turut dari temperatur 25oC, 20oC, 15oC, 10oC, 5oC yakni 0,97 M; 0,94 M;
0,92 M; 0,91 M; 0,61 M. Nilai yang dihasilkan tidak sesuai dengan literatur.
Normslitas menigkat seiring peningkatan temperatur dari larutan. Hal tersebut
terjadi karena normalitas erat hubungannya dengan konsentrasi (Molaritas).
Semakin tinggi temperatur konsentrasinya semakin tinggi, sehingga normalitasnya
pun semakin tinggi.
Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa semakin tinggi temperatur dari
asam oksalat maka semakin banyak volume NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi
sampai tercapai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya
perubahan warna larutan menjadi ungu transparan. Hal tersebut berarti semakin
tinggi temperatur maka larutan tersebut semakin basa. Hasil yang didapatkan
menunjukkan bahwa nilai entalpi percobaan positif (endoterm). Secara umum,
panas pelarutan adalah positif atau endotermis sehingga menurut Van’t Hoff
semakin tinggi temperatur makan semakin banyak zat yang larut. Kelarutan apabila
zat-zat yang panas pelarutannya negatif atau eksotermis, semakin tinggi temperatur
maka semakin berkurang zat yang dapat larut. Tabel hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa pada percobaan yang telah dilakukan semakin tinggi
temperatur maka nilai kelarutan pun semakin tinggi. Hal tersebut menjelaskan
bahwa semua proses yang dilakukan pada percobaan kali ini telah mendekati benar.
Grafik ln S VS 1/T pengulangan 1
5 y = -1734,1x + 10,697
4,9 R² = 0,5515
4,8
4,7
ln S

4,6
4,5
Series1
4,4
4,3
4,2
0,00330,003350,00340,003450,00350,003550,00360,00365
1/T

Gambar 4.2 Grafik Hubungan antara ln S dengan 1/T pada pengulangan I

Grafik ln S VS 1/T pengulangan 2


4,9

4,8 y = -1556,8x + 10,096


R² = 0,7565
4,7
ln S

4,6
Series1
4,5 Linear (Series1)

4,4

4,3
0,00330,003350,00340,003450,00350,003550,00360,00365
1/T

Gambar 4.3 Grafik Hubungan antara ln S dengan 1/T pada pengulangan II


BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa temperatur berpengaruh terhadap kelarutan suatu zat. Semakin
tinggi temperatur maka semakin banyak zat yang terlarut, begitupula sebaliknya
semakin rendah temperatur maka semakin kecil jumlah zat yang terlarut. Reaksi
berjalan secara endoterm, sehingga kenaikan suhu dapat meningkatkan kelarutan
asam oksalat dalam akuades. Entalpi kelarutan yang diperoleh dari dua kali
pengulangan terhadap temperatur 25˚C, 20˚C, 15˚C, 10˚C, 5˚C, secara berurutan
yaitu 14,4173 kJ/mol.K; 12,9432 kJ/mol.K. Entalpi pelarutan rata-ratanya adalah
13,6803 kJ/mol.K.

5.2 Saran
Saran yang diberikan pada praktikum entalpi pelarutan yaitu praktikan
sebaiknya memastikan alat dapat bekerja dengan baik. Praktikan juga harus cekatan
saat melakukan titrasi agar tidak terlewat dari titik akhir titrasi. Praktikan harus
memahami teknik-teknik dalam melakukan praktikum yang benar agar tidak terjadi
kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Alberty, Robert. 1992. Kimia Fisika Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Atkins, P.W. 1999. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.
Bird, T. 1993. Kimia Fisika untuk Universitas. Cetakan ke-2. Jakarta: Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti. Ed ke-3. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Keenan, C.W. 1984. Ilmu Kimia untuk Universitas Edisi Keenam Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Martin, A. 1993. Farmasi Fisik 2. Edisi III. Jakarta: UI.
Sciencelab. 2013. Material Safety Data Sheet Aquades. [Serial Online]. Tersedia
di: http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927321. [Diakses
Tanggal 27 Oktober 2018].
Sciencelab. 2013. Material Safety Data Sheet Natrium Cloride. [Serial Online].
Tersedia di: http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927593.
[Diakses Tanggal 27 Oktober 2018].
Sciencelab. 2013. Material Safety Data Sheet Natrium Hidroxide. [Serial Online].
Tersedia di: http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924998.
[Diakses Tanggal 27 Oktober 2018].
Sciencelab. 2013. Material Safety Data Sheet Oxalic Acid. [Serial Online]. Tersedia
di: http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9926346. [Diakses
Tanggal 27 Oktober 2018].
Sciencelab. 2013. Material Safety Data Sheet Phenolpthalen. [Serial Online].
Tersedia di: http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9926477.
[Diakses Tanggal 27 Oktober 2018].
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Tim Penyusun. 2018. Penuntun Praktikum Termodinamika Kimia. Jember:
Universitas Jember.
Lampiran

Vasam oksalat = 5 ml
MNaOH = 0,5 M
Mrasam okslat = 126,07 g/mol

❖ 25oC
• Pengulangan Pertama
1. Normalitas asam oksalat (N)
𝑛. 𝑀 𝐻2𝐶2𝑂4. 𝑉 𝐻2𝐶2𝑂4 = 𝑛. 𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻. 𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻
2. 𝑀 𝐻2𝐶2𝑂4.5 𝑚𝐿 = 1.0,5 𝑀. 19,1 𝑚𝐿

𝑀 𝐻2𝐶2𝑂4 = 0,96 𝑀
2. Mol asam oksalat (n)
𝑛 = 𝑀. 𝑉
𝑛 = 0,96 𝑀 × 5 𝑚𝐿

𝑛 = 4,80 𝑚𝑚𝑜𝑙 = 4,80 × 10−3 𝑚𝑜𝑙


3. Massa asam oksalat
𝑚 = 𝑛. 𝑀𝑟
𝑔
𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 4,80 × 10−3 𝑚𝑜𝑙 × 126,07
𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 0,605 𝑔𝑟𝑎𝑚
4. Massa larutan
𝑚 𝐻2𝐶2𝑂4 = (𝑚 𝐻2𝐶2𝑂4 + 𝑒𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟) − (𝑚 𝑒𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)
= 39,886 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 34,704 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 5,182 𝑔𝑟𝑎𝑚
5. Massa pelarut (H2O)
𝑚 𝐻2𝑂 = 𝑚 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 − 𝑚 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
= 5,182 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 0,605 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 4,577 𝑔𝑟𝑎𝑚
6. Molalitas solute
𝑛 𝐻2𝐶2𝑂4
𝑚𝑜𝑙𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑚 𝐻2𝑂
4,80 × 10−3 𝑚𝑜𝑙
=
4,577 𝑔𝑟𝑎𝑚

𝑚𝑜𝑙 𝑚𝑜𝑙
= 1,049 × 10−3 = 1,049
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑔
7. Mol solute
𝑚𝑜𝑙 𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 = 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠. 𝑚 𝐻2𝑂
𝑚𝑜𝑙
= 1,049 × 10−3 × 4,577 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑔𝑟𝑎𝑚

= 4,80 × 10−3 𝑚𝑜𝑙


8. Kelarutan asam oksalat
𝑚𝑜𝑙 𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡. 𝑀𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑠=
𝑉 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑔
4,80 × 10−3 𝑚𝑜𝑙 × 126,07
= 𝑚𝑜𝑙
5 𝑚𝐿
𝑔 𝑔
= 121,027 × 10−3 = 120,027
𝑚𝐿 𝐿
ln 𝑠 = 4,796

• Pengulangan Kedua
1. Normalitas asam oksalat (N)
𝑛. 𝑀 𝐻2𝐶2𝑂4. 𝑉 𝐻2𝐶2𝑂4 = 𝑛. 𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻. 𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻
2 × 𝑀𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 × 5 𝑚𝐿 = 1 × 0,5 𝑀 × 19,6 𝑚𝐿

𝑀𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 0,98 𝑀

2. Mol asam oksalat (n)

𝑛=𝑀×𝑉

𝑛 = 0,98 𝑀 × 5 𝑚𝐿

𝑛 = 4,90 𝑚𝑚𝑜𝑙 = 4,90 × 10−3 𝑚𝑜𝑙


3. Massa asam oksalat

𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑛 × 𝑀𝑟
𝑔
𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 4,90 × 10−3 𝑚𝑜𝑙 × 126,07
𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 0,618 𝑔𝑟𝑎𝑚

4. Massa larutan

𝑚𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 = 𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡+𝑒𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟 − 𝑚𝑒𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔

= 41,061 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 34,71 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 6,351 𝑔𝑟𝑎𝑚

5. Massa pelarut (H2O)

𝑚𝐻2𝑂 = 𝑚𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 − 𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡

= 6,351 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 0,618 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 5,733 𝑔𝑟𝑎𝑚

6. Molalitas solute
𝑛𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑀𝑜𝑙𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑚𝐻2𝑂

4,90 × 10−3 𝑚𝑜𝑙


=
5,733 𝑔𝑟𝑎𝑚

𝑚𝑜𝑙 𝑚𝑜𝑙
= 0,855 × 10−3 = 0,855
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑔

7. Mol solute

𝑛𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 = 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 × 𝑚𝐻2𝑂

𝑚𝑜𝑙
= 0,855 × 10−3 × 5,733 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑔𝑟𝑎𝑚

= 4,90 × 10−3 𝑚𝑜𝑙


8. Kelarutan asam oksalat

𝑛𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 × 𝑀𝑟
𝑆=
𝑉𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑔
4,90 × 10−3 𝑚𝑜𝑙 × 126,07
= 𝑚𝑜𝑙
5 𝑚𝐿
𝑔 𝑔
= 123,549 × 10−3 = 123,549
𝑚𝐿 𝐿
ln 𝑆 = 4,817

❖ 20oC
• Pengulangan Pertama
1. Normalitas asam oksalat (N)
𝑛. 𝑀 𝐻2𝐶2𝑂4. 𝑉 𝐻2𝐶2𝑂4 = 𝑛. 𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻. 𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻
2 × 𝑀𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 × 5 𝑚𝐿 = 1 × 0,5 𝑀 × 18,6 𝑚𝐿

𝑀𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 0,93 𝑀

2. Mol asam oksalat (n)

𝑛 =𝑀×𝑉

𝑛 = 0,93 𝑀 × 5 𝑚𝐿

𝑛 = 4,65 𝑚𝑚𝑜𝑙 = 4,65 × 10−3 𝑚𝑜𝑙

3. Massa asam oksalat

𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑛 × 𝑀𝑟
𝑔
𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 4,65 × 10−3 𝑚𝑜𝑙 × 126,07
𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 0,586 𝑔𝑟𝑎𝑚

4. Massa larutan

𝑚𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 = 𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡+𝑒𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟 − 𝑚𝑒𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔

= 41,413 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 34,704 𝑔𝑟𝑎𝑚


= 6,709 𝑔𝑟𝑎𝑚

5. Massa pelarut (H2O)

𝑚𝐻2𝑂 = 𝑚𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 − 𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡

= 6,709 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 0,586 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 6,123 𝑔𝑟𝑎𝑚

6. Molalitas solute
𝑛𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑀𝑜𝑙𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑚𝐻2𝑂

4,65 × 10−3 𝑚𝑜𝑙


=
6,123 𝑔𝑟𝑎𝑚

𝑚𝑜𝑙 𝑚𝑜𝑙
= 0,759 × 10−3 = 0,759
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑔

7. Mol solute

𝑛𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 = 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 × 𝑚𝐻2𝑂

𝑚𝑜𝑙
= 7,594 × 10−3 × 6,123 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑔𝑟𝑎𝑚

= 4,65 × 10−3 𝑚𝑜𝑙

8. Kelarutan asam oksalat

𝑛𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 × 𝑀𝑟
𝑆=
𝑉𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑔
4,65 × 10−3 𝑚𝑜𝑙 × 126,07
= 𝑚𝑜𝑙
5 𝑚𝐿
𝑔 𝑔
= 117,245 × 10−3 = 117,245
𝑚𝐿 𝐿
ln 𝑆 = 4,764
• Pengulangan Kedua
1. Normalitas asam oksalat (N)
𝑛. 𝑀 𝐻2𝐶2𝑂4. 𝑉 𝐻2𝐶2𝑂4 = 𝑛. 𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻. 𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻
2 × 𝑀𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 × 5 𝑚𝐿 = 1 × 0,5 𝑀 × 18,8 𝑚𝐿

𝑀𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 0,94 𝑀

2. Mol asam oksalat (n)

𝑛 =𝑀×𝑉

𝑛 = 0,94 𝑀 × 5 𝑚𝐿

𝑛 = 4,70 𝑚𝑚𝑜𝑙 = 4,70 × 10−3 𝑚𝑜𝑙

3. Massa asam oksalat

𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑛 × 𝑀𝑟
𝑔
𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 4,70 × 10−3 𝑚𝑜𝑙 × 126,07
𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 0,592 𝑔𝑟𝑎𝑚

4. Massa larutan

𝑚𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 = 𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡+𝑒𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟 − 𝑚𝑒𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔

= 41,094 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 34,71 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 6,384 𝑔𝑟𝑎𝑚

5. Massa pelarut (H2O)

𝑚𝐻2𝑂 = 𝑚𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 − 𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡

= 6,384 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 0,592 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 5,792 𝑔𝑟𝑎𝑚

6. Molalitas solute
𝑛𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑀𝑜𝑙𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑚𝐻2𝑂

4,70 × 10−3 𝑚𝑜𝑙


=
5,792 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚𝑜𝑙 𝑚𝑜𝑙
= 0,811 × 10−3 = 0,811
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑔

7. Mol solute

𝑛𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 = 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 × 𝑚𝐻2𝑂

𝑚𝑜𝑙
= 0,811 × 10−3 × 5,792 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑔𝑟𝑎𝑚

= 4,70 × 10−3 𝑚𝑜𝑙

8. Kelarutan asam oksalat

𝑛𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 × 𝑀𝑟
𝑆=
𝑉𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑔
4,70 × 10−3 𝑚𝑜𝑙 × 126,07
= 𝑚𝑜𝑙
5 𝑚𝐿
𝑔 𝑔
= 118,506 × 10−3 = 118,506
𝑚𝐿 𝐿
ln 𝑆 = 4,775

❖ 15oC
• Pengulangan Pertama
1. Normalitas asam oksalat (N)
𝑛. 𝑀 𝐻2𝐶2𝑂4. 𝑉 𝐻2𝐶2𝑂4 = 𝑛. 𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻. 𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻
2 × 𝑀𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 × 5 𝑚𝐿 = 1 × 0,5 𝑀 × 18,4 𝑚𝐿

𝑀𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 0,92 𝑀

2. Mol asam oksalat (n)

𝑛 =𝑀×𝑉

𝑛 = 0,92 𝑀 × 5 𝑚𝐿

𝑛 = 4,60 𝑚𝑚𝑜𝑙 = 4,60 × 10−3 𝑚𝑜𝑙

3. Massa asam oksalat

𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑛 × 𝑀𝑟
𝑔
𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 4,60 × 10−3 𝑚𝑜𝑙 × 126,07
𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 0,580 𝑔𝑟𝑎𝑚

4. Massa larutan

𝑚𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 = 𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡+𝑒𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟 − 𝑚𝑒𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔

= 40,893 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 34,704 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 6,189 𝑔𝑟𝑎𝑚

5. Massa pelarut (H2O)

𝑚𝐻2𝑂 = 𝑚𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 − 𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡

= 6,189 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 0,580 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 5,609 𝑔𝑟𝑎𝑚

6. Molalitas solute
𝑛𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑀𝑜𝑙𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑚𝐻2𝑂

4,60 × 10−3 𝑚𝑜𝑙


=
5,609 𝑔𝑟𝑎𝑚

𝑚𝑜𝑙 𝑚𝑜𝑙
= 0,820 × 10−3 = 0,820
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑔

7. Mol solute

𝑛𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 = 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 × 𝑚𝐻2𝑂

𝑚𝑜𝑙
= 0,820 × 10−3 × 5,609 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑔𝑟𝑎𝑚

= 4,60 × 10−3 𝑚𝑜𝑙

8. Kelarutan asam oksalat

𝑛𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 × 𝑀𝑟
𝑆=
𝑉𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑔
4,60 × 10−3 𝑚𝑜𝑙 × 126,07
= 𝑚𝑜𝑙
5 𝑚𝐿
𝑔 𝑔
= 115,984 × 10−3 = 115,984
𝑚𝐿 𝐿
ln 𝑆 = 4,753

• Pengulangan Kedua
1. Normalitas asam oksalat (N)
𝑛. 𝑀 𝐻2𝐶2𝑂4. 𝑉 𝐻2𝐶2𝑂4 = 𝑛. 𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻. 𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻
2 × 𝑀𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 × 5 𝑚𝐿 = 1 × 0,5 𝑀 × 18,4 𝑚𝐿

𝑀𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 0,92 𝑀

2. Mol asam oksalat (n)

𝑛 =𝑀×𝑉

𝑛 = 0,92 𝑀 × 5 𝑚𝐿

𝑛 = 4,60 𝑚𝑚𝑜𝑙 = 4,60 × 10−3 𝑚𝑜𝑙

3. Massa asam oksalat

𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑛 × 𝑀𝑟
𝑔
𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 4,60 × 10−3 𝑚𝑜𝑙 × 126,07
𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 0,580 𝑔𝑟𝑎𝑚

4. Massa larutan

𝑚𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 = 𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡+𝑒𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟 − 𝑚𝑒𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔

= 41,118 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 34,71 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 6,408 𝑔𝑟𝑎𝑚

5. Massa pelarut (H2O)

𝑚𝐻2𝑂 = 𝑚𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 − 𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡

= 6,408 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 0,580 𝑔𝑟𝑎𝑚


= 5,828 𝑔𝑟𝑎𝑚

6. Molalitas solute
𝑛𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑀𝑜𝑙𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑚𝐻2𝑂

4,60 × 10−3 𝑚𝑜𝑙


=
5,828𝑔𝑟𝑎𝑚

𝑚𝑜𝑙 𝑚𝑜𝑙
= 0,789 × 10−3 = 0,789
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑔

7. Mol solute

𝑛𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 = 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 × 𝑚𝐻2𝑂

𝑚𝑜𝑙
= 0,789 × 10−3 × 5,828 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑔𝑟𝑎𝑚

= 4,60 × 10−3 𝑚𝑜𝑙

8. Kelarutan asam oksalat

𝑛𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 × 𝑀𝑟
𝑆=
𝑉𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑔
4,60 × 10−3 𝑚𝑜𝑙 × 126,07
= 𝑚𝑜𝑙
5 𝑚𝐿
𝑔 𝑔
= 115,984 × 10−3 = 115,984
𝑚𝐿 𝐿
ln 𝑆 = 4,753

❖ 10oC
• Pengulangan Pertama
1. Normalitas asam oksalat (N)
𝑛. 𝑀 𝐻2𝐶2𝑂4. 𝑉 𝐻2𝐶2𝑂4 = 𝑛. 𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻. 𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻
2 × 𝑀𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 × 5 𝑚𝐿 = 1 × 0,5 𝑀 × 18,7 𝑚𝐿

𝑀𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 0,94 𝑀


2. Mol asam oksalat (n)

𝑛 =𝑀×𝑉

𝑛 = 0,94 𝑀 × 5 𝑚𝐿

𝑛 = 4,70 𝑚𝑚𝑜𝑙 = 4,70 × 10−3 𝑚𝑜𝑙

3. Massa asam oksalat

𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑛 × 𝑀𝑟
𝑔
𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 4,70 × 10−3 𝑚𝑜𝑙 × 126,07
𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 0,592 𝑔𝑟𝑎𝑚

4. Massa larutan

𝑚𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 = 𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡+𝑒𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟 − 𝑚𝑒𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔

= 41,119 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 34,704 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 6,415 𝑔𝑟𝑎𝑚

5. Massa pelarut (H2O)

𝑚𝐻2𝑂 = 𝑚𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 − 𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡

= 6,415 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 0,592 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 5,823 𝑔𝑟𝑎𝑚

6. Molalitas solute
𝑛𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑀𝑜𝑙𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑚𝐻2𝑂

4,70 × 10−3 𝑚𝑜𝑙


=
5,823 𝑔𝑟𝑎𝑚

𝑚𝑜𝑙 𝑚𝑜𝑙
= 0,807 × 10−3 = 0,807
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑔

7. Mol solute

𝑛𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 = 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 × 𝑚𝐻2𝑂


𝑚𝑜𝑙
= 0,807 × 10−3 × 5,823 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑔𝑟𝑎𝑚

= 4,70 × 10−3 𝑚𝑜𝑙

8. Kelarutan asam oksalat

𝑛𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 × 𝑀𝑟
𝑆=
𝑉𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑔
4,70 × 10−3 𝑚𝑜𝑙 × 126,07
= 𝑚𝑜𝑙
5 𝑚𝐿
𝑔 𝑔
= 118,506 × 10−3 = 118,506
𝑚𝐿 𝐿
ln 𝑆 = 4,775

• Pengulangan Kedua
1. Normalitas asam oksalat (N)
𝑛. 𝑀 𝐻2𝐶2𝑂4. 𝑉 𝐻2𝐶2𝑂4 = 𝑛. 𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻. 𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻
2 × 𝑀𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 × 5 𝑚𝐿 = 1 × 0,5 𝑀 × 17,4 𝑚𝐿

𝑀𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 0,87 𝑀

2. Mol asam oksalat (n)

𝑛 =𝑀×𝑉

𝑛 = 0,87 𝑀 × 5 𝑚𝐿

𝑛 = 4,35 𝑚𝑚𝑜𝑙 = 4,35 × 10−3 𝑚𝑜𝑙

3. Massa asam oksalat

𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑛 × 𝑀𝑟
𝑔
𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 4,35 × 10−3 𝑚𝑜𝑙 × 126,07
𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 0,548 𝑔𝑟𝑎𝑚

4. Massa larutan

𝑚𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 = 𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡+𝑒𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟 − 𝑚𝑒𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


= 41,054 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 34,71 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 6,344 𝑔𝑟𝑎𝑚

5. Massa pelarut (H2O)

𝑚𝐻2𝑂 = 𝑚𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 − 𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡

= 6,344 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 0,548 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 5,796 𝑔𝑟𝑎𝑚

6. Molalitas solute
𝑛𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑀𝑜𝑙𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑚𝐻2𝑂

4,35 × 10−3 𝑚𝑜𝑙


=
5,796 𝑔𝑟𝑎𝑚

𝑚𝑜𝑙 𝑚𝑜𝑙
= 0,751 × 10−3 = 0,751
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑔

7. Mol solute

𝑛𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 = 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 × 𝑚𝐻2𝑂

𝑚𝑜𝑙
= 0,571 × 10−3 × 5,796 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑔𝑟𝑎𝑚

= 4,35 × 10−3 𝑚𝑜𝑙

8. Kelarutan asam oksalat

𝑛𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 × 𝑀𝑟
𝑆=
𝑉𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑔
4,35 × 10−3 𝑚𝑜𝑙 × 126,07
= 𝑚𝑜𝑙
5 𝑚𝐿
𝑔 𝑔
= 109,681 × 10−3 = 109,681
𝑚𝐿 𝐿
ln 𝑆 = 4,697
❖ 5oC
• Pengulangan Pertama
1. Normalitas asam oksalat (N)
𝑛. 𝑀 𝐻2𝐶2𝑂4. 𝑉 𝐻2𝐶2𝑂4 = 𝑛. 𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻. 𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻
2 × 𝑀𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 × 5 𝑚𝐿 = 1 × 0,5 𝑀 × 11,4 𝑚𝐿

𝑀𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 0,57 𝑀

2. Mol asam oksalat (n)

𝑛 =𝑀×𝑉

𝑛 = 0,57 𝑀 × 5 𝑚𝐿

𝑛 = 2,85 𝑚𝑚𝑜𝑙 = 2,85 × 10−3 𝑚𝑜𝑙

3. Massa asam oksalat

𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑛 × 𝑀𝑟
𝑔
𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 2,85 × 10−3 𝑚𝑜𝑙 × 126,07
𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 0,359 𝑔𝑟𝑎𝑚

4. Massa larutan

𝑚𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 = 𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡+𝑒𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟 − 𝑚𝑒𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔

= 40,993 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 34,704 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 6,289 𝑔𝑟𝑎𝑚

5. Massa pelarut (H2O)

𝑚𝐻2𝑂 = 𝑚𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 − 𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡

= 6,289 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 0,539 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 5,750 𝑔𝑟𝑎𝑚

6. Molalitas solute
𝑛𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑀𝑜𝑙𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑚𝐻2𝑂
2,85 × 10−3 𝑚𝑜𝑙
=
5,750 𝑔𝑟𝑎𝑚

𝑚𝑜𝑙 𝑚𝑜𝑙
= 0,496 × 10−3 = 0,496
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑔

7. Mol solute

𝑛𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 = 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 × 𝑚𝐻2𝑂

𝑚𝑜𝑙
= 0,496 × 10−3 × 5,750 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑔𝑟𝑎𝑚

= 2,85 × 10−3 𝑚𝑜𝑙

8. Kelarutan asam oksalat

𝑛𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 × 𝑀𝑟
𝑆=
𝑉𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑔
2,85 × 10−3 𝑚𝑜𝑙 × 126,07
= 𝑚𝑜𝑙
5 𝑚𝐿
𝑔 𝑔
= 71,860 × 10−3 = 71,860
𝑚𝐿 𝐿
ln 𝑆 = 4,275

• Pengulangan Kedua
1. Normalitas asam oksalat (N)
𝑛. 𝑀 𝐻2𝐶2𝑂4. 𝑉 𝐻2𝐶2𝑂4 = 𝑛. 𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻. 𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻
2 × 𝑀𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 × 5 𝑚𝐿 = 1 × 0,5 𝑀 × 12,8 𝑚𝐿

𝑀𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 0,64 𝑀

2. Mol asam oksalat (n)

𝑛 =𝑀×𝑉

𝑛 = 0,64 𝑀 × 5 𝑚𝐿

𝑛 = 3,20 𝑚𝑚𝑜𝑙 = 3,20 × 10−3 𝑚𝑜𝑙


3. Massa asam oksalat

𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑛 × 𝑀𝑟
𝑔
𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 3,20 × 10−3 𝑚𝑜𝑙 × 126,07
𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 0,403 𝑔𝑟𝑎𝑚

4. Massa larutan

𝑚𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 = 𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡+𝑒𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟 − 𝑚𝑒𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔

= 41,494 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 34,71 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 6,784 𝑔𝑟𝑎𝑚

5. Massa pelarut (H2O)

𝑚𝐻2𝑂 = 𝑚𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 − 𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡

= 6,784 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 0,403 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 6,381 𝑔𝑟𝑎𝑚

6. Molalitas solute
𝑛𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑀𝑜𝑙𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑚𝐻2𝑂

3,20 × 10−3 𝑚𝑜𝑙


=
6,381 𝑔𝑟𝑎𝑚

𝑚𝑜𝑙 𝑚𝑜𝑙
= 0,501 × 10−3 = 0,501
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑔

7. Mol solute

𝑛𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 = 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 × 𝑚𝐻2𝑂

𝑚𝑜𝑙
= 0,501 × 10−3 × 6,381 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑔𝑟𝑎𝑚

= 3,20 × 10−3 𝑚𝑜𝑙


8. Kelarutan asam oksalat

𝑛𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 × 𝑀𝑟
𝑆=
𝑉𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑔
3,20 × 10−3 𝑚𝑜𝑙 × 126,07
= 𝑚𝑜𝑙
5 𝑚𝐿
𝑔 𝑔
= 80,685 × 10−3 = 80,685
𝑚𝐿 𝐿
ln 𝑆 = 4,391

❖ Perubahan entalpi pengulangan I

𝑦 = −1734,1𝑥 + 10,697

−∆𝐻 = 𝑚 × 𝑅

𝐽
−∆𝐻 = −1734,1 × 8,314
𝑚𝑜𝑙. 𝐾
𝐽 𝑘𝐽
∆𝐻 = 14417,307 = 14,4173
𝑚𝑜𝑙. 𝐾 𝑚𝑜𝑙. 𝐾
❖ Perubahan entalpi pengulangan II

𝑦 = −1556,8𝑥 + 10,096

−∆𝐻 = 𝑚 × 𝑅

𝐽
−∆𝐻 = −1556,8 × 8,314
𝑚𝑜𝑙. 𝐾
𝐽 𝑘𝐽
∆𝐻 = 12943,235 = 12,9432
𝑚𝑜𝑙. 𝐾 𝑚𝑜𝑙. 𝐾

Anda mungkin juga menyukai