Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

PERUBAHAN MATERI DAN PEMISAHAN CAMPURAN

Oleh:

Nama : Permata Dian Pertiwi


NIM : 201910801055
Kelas/Kelompok: Teknik Perminyakan/5
Asisten : Febrina Iffa Ariqoh

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2020
I. Judul
Perubahan Materi dan Pemisahan Campuran

II. Tujuan Penulisan


-Mendemonstrasikan pemisahan suatu campuran
-Menguji beberapa teknik pemisahan campuran berdasar sifat
-Memisahkan campuran homogen dengan teknik distilasi

III. Pendahuluan

3.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)


3.1.1 Garam Dapur (NaCl)
Garam dapur memiliki sifat fisik padat,berwarna putih,dan tidak berbau.
Garam dapur yang tersedia secara umum dikenal dengan sebutan Natrium
Klorida. Garam dapur adalah sejenis mineral yang dapat membuat rasa asin
yang dihasilkan oleh air laut. Garam dapur memiliki dengan berat 58,44 g/mol
dan dengan titik didih 1413°C dan titik lebur 801°C. Natrium klorida memiliki
efek samping saat terkena bagian tubuh, namun untuk menghindari resiko yang
tidak diinginkan saat terkena kulit dan mata segera bilas bagian tubuh yang
terkontamonasi dengan air bersih. Penanganan apabila terkena pada kontak
mata yang pertama lepaskan kontak dan segera bilas dengan air selama 15
menit jangan menggunakan salep mata dan segera hubungi dokter apabila
terkena segera cuci pada bagian yang terkena dan pakaikan sabun non abrasif
dengan tutupi kulit yang teriritasi dan segera cari pertolongan medis apabila
iritasi lebih, Jika terhirup segera letakan korban pada ruang berventilasi agar
bisa menghirup udara segar dan jika tertelan jangan menginduksi muntah
dengan melonggarkan pada bagian yang ketat jika tidak bisa bernapas lakukan
napas buatan dan segera hubungi medis (Labcem,2020).
3.1.2 Kapur Barus (Naftalene)
Naftalene adalah hidrokarbon polisiklik padat berwarna putih, mudah
menguap, dengan bau kapur yang kuat. Naftalence diperoleh dari tar batubara
atau disilasi minyak bumi dan digunakan untuk membuat anhidrida ftalat.
Naftalence memiliki sifat fisik yang mudah terbakar dan tidak larut dalam air.
Nama kimia dari naftalene yaitu C10H8 dan bahan ini memiliki berat 128,17
g/mol. Naftalene memiliki titik didih 218°C dan titik beku serta titik leleh 79-
82°C. Kapur barus tidak dapat larut ke dalam air. Kapur barus mempunyai sifat
beracun. Identifikasi bahaya terkait adalah sumber api, pembentukan debu,
kelembaban, panas berlebih, uap. Naftalene akan menyebabkan iritasi apabila
mengenai mata. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan apabila naftalence
mengenai mata adalah segera menyiram mata dengan air bersih dan sesekali
mengangkat kelopak mata ke atas dan ke bawah. Naftalene juga dapat
menyebabkan iritasi, kekeringan dan meretak apabila zat tersebut mengenai
kulit. Segera cuci bagian kulit yang terkena zat tersebut dengan menggunakan
sabun, lepaskan pakaian yang terkena kontak langsung dengan zat naftalene.
Hindari kejadian-kejadian di atas dengan menggunakan sarung tangan,
kacamata pelindung dan jas laboratorium ketika sedang melakukan praktikum
atau percobaan (Pubchem, 2020).

3.1.3 Serbuk Kapur (Ca(OH)2)

Serbuk kapur memiliki karakteristik fisika berbentuk solid. Serbuk kapur


memiliki bau yang menyengat dan berasa alkaline. Serbuk kapur memiliki
karakteristik kimia dengan rumus molekul Ca(OH)2 dengan berat molekul 74,1
g/mol,bewarna warna putih,tidak memiliki titik didih,titik lebur sebesar 580°C
serta sedikit larut pada air. Serbuk kapur lebih larut ke dalam alkohol dan jua
amonium, gula dan larutan amonium klorida. Identifikasi bahaya jauhkan dari
adanya benda semacam air. Berbahaya jika tertelan, terhirup. Selalu jaga
wadah agar tetap kering. Serbuk kapur dapat menyebabkan iritasi apabila
terjadi kontak dengan mata atau kulit secara intens. Penanganan apabila
terkena kulit dan mata segera bilas dengan air kemudian segera hubungi medis.
Jika serbuk kapur terhirup segera bawa korban ke ruangan terbuka yang
memungkinkan untuk menghirup udara segar jangan lupa untuk longgarkan
pakaian. Apabila tertelan segera hubungi medis sambil menunjukan wadah
serta sampel. Simpan pada tempat tertutup dengan suhu di bawah 25°C
(Reinold, 2005).

3.1.4 Spiritus

Spiritus adalah larutan campuran yang memiliki sifat fisik cair, berbahaya,
bersifat mudah menguap, mudah terbakar, dan beracun. Cairan spiritus dapat
menyebabkan kerusakan pada mata. Penangan jika terkena spirtus pada mata
yaitu segeralah bilas dengan air bersih, pada bagian bawah kelopak mata,
selama setidaknya 15 menit. Spiritus juga dapat menyebabkan iritasi pada kulit,
pertolongan pertama yang dapat dilakuakan adalah bilas bagian kulit yang
terkena spiritus dengan menggunakan sabun. Hindari kejadian-kejadian di atas
dengan menggunakan masker, kacamata pelindung dan jas laboratorium ketika
sedang melakukan praktikum atau percobaan (Labchem, 2020).
3.2 Tinjauan Pustaka
3.2.1 Materi dan Perubahannya
Materi merupakan sesuatu zat yang dapat menempati ruang serta memiliki
massa. Materi itu bisa sesuatu yang terlihat (zat cair dan zat padat) ataupun
yang tidak terlihat seperti zat gas. Materi menempati ruang yaitu benda dapat
ditempatkan dalam suatu ruang tertentu sedangkan materi mempunyai massa,
memiliki maksud bahwa benda yang termasuk materi dapat diukur, ditimbang
dengan menggunakan alat ukur tertentu yaitu neraca atau timbangan. Materi
pasti mengalami perubahan, baik fisika maupun kimia. Setiap materi
mengandung dan terkait dengan energi. Bila materi berubah akan disertai
perubahan energinya (Arief R,2018).

 Perubahan materi secara umum dibedakan menjadi dua jenis yaitu


perubahan fisis/fisika dan perubahan kimia. Perubahan fisis/fisika merupakan
perubahan pada suatu materi yang tidak menyebabkan pembentukan materi
baru; artinya unsur-unsur penyusunnya akan tetap sama dengan zat semula dan
dapat dikembalikan ke wujud semula (reversible) walaupun tidak melalui
reaksi kimia. contohnya adalah perubahan bentuk, ukuran, dan wujud benda
(zat). Perubahan kimia) merupakan kebalikan dari perubahan fisis/fisika.
Perubahan fisika perubahannya tidak menyebabkan terbentuknya materi baru,
maka pada perubahan kimia ini perubahannya dapat menyebabkan
terbentuknya zat baru yang yang unsur-unsur penyusunnya berbeda dengan zat
asalnya. Hal ini disebabkan karena adanya reaksi kimia (Arief R,2018).

3.2.2 Metode dasar pemisahan dan pemurnian

Dua zat atau lebih yang saling bercampur dapat dipisahkan melalui proses
pemisahan dan pemurnian untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang
telah tercemar atau tecampur. Suatu contoh materi yang tidak murni disebut
campuran. Campuran yaitu bukan sebuah unsur atau sebuah senyawa. Susunan
suatu campuran tidak sama dengan sebuah zat, dapat bervariasi (Petrucci,
1996).

Metode pemisahan merupakan salah satu aspek dalam bidang kimia.


Teknik pemisahan bertujuan untuk memisahkan campuran.
Misalnya,perusahan air minum,memperoleh air jernih dari air sungai melalui
penyaringan pasir dan arang. Air murni untuk keperluan laboratorium atau
farmasi diperoleh melalui teknik pemisahan,ternyata mengahasilkan materi
yang lebih penting dan lebih mahal nilainya (Hendayana,2006).

Metode dasar pemisahan kimia merupakan salah satu hal yang dipelajari
dalam ilmu kimia. Materi yang dipelajari dalam metode dasar pemisahan kimia
haruslah dimengerti bagi mahasiswa program studi kimia maupun praktisi yang
berkecimpung dalam bidang pemisahan kimia seperti pengolahan limbah,
pemurnian air, dan sebagainya. Metode pemisahan kimia sangat penting
dipelajari karena berperan banyak pada kehidupan sehari-hari (Bimmo, 2017).

Teknik pemisahan campuran bergantung pada jenis, wujud, dan sifat


komponen yang terkandung didalamnya. Jika komponen berwujud padat dan
cair,misalnya pasir dan air, dapat dipisahkan dengan saringan. Saringan
bermacam-macam, mulai dari yang porinya besar sampai yang sangat halus,
contohnya kertas saring dan selaput semi permiabel.  Kertas saring dipakai
untuk memisahkan endapan atau padatan dari pelarut. Selaput semi permiabel
dipakai untuk memisahkan suatu koloid dari pelarutnya (Syukuri S.
1999, Kimia Dasar).

Proses pemisahan sampai ke skala disebut pemisahan kimia. Pemisahan


campuran harus mengatasi semua gaya-gaya alami yang menyatukan senyawa-
senyawa tadi dalam campuran sempurna. Analisis kimia secara konvensional
maupun secara modern menggunakan instrumentasi dapat diarahkan pada
kondisi pemisahan yang sama. Campuran heterogen mempunyai
kecenderungan untuk memisahkan diri dengan sendirinya. Campuran homogen
lebih sukar untuk dipisahkan karena komponen campuran mempunyai sifat
fisika dan sifat kimia mirip. Metode lain untuk memisahkan komponen-
komponen yang memanfaatkan sifat-sufat kimia dari komponen dalam
campuran (Wonorahardjo,2013).
Kemurnian adalah ukuran banyaknya zat pengotor yang terdapat dalam
suatu materi atau bahan. Zat pengotor ini dapat berasal dari pembuatannya atau
terbawa dari lingkungan dimana materi atau bahan itu berada bisa berupa
debu, potongan kertas atau kayu, minyak yang terbawa selama proses di
pabrik. Ukuran kemurnia adalah sesuatu yang relatif dimana nilai sangat
bergantung dari metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya zat pengotor
tersebut (Bimmo,2017).

3.2.3 Beberapa metode pemisahan campuran


Membahas metode pemisahan campuran tentu banyak sekali klasifikasinya
mulai yang tradisional ataupun yang menggunakan alat canggih di
laboratorium. Berikut merupakan beberapa metode pemisahan campuran yang
umum digunakan:
1. Sublimasi
Sublimasi merupakan metode pemisahan campuran dengan
menguapkan zat padat tanpa melalui fasa cair terlebih dahuku sehingga
kotoran yang tidak menyublim akan tertinggal. Bahan-bahan yang
menggunakan metode ini adalah bahan-bahan yang mudah
menyublim,seperti kanfer atau iod. Untuk mendapatkan iodium yang
murni dari campurannya dilakukan sublimasi (Achmad,dkk,1988).
2. Ekstraksi
Ekstraksi mebuah sebuah metode yang menggunakan pelarut yang
dapat melarutkan suatu komponen dari campuran secara selektif. Prinsip
kerja dari ekstraksi adalah proses pemisahan yang memisahkan
berdasarkan kelarutan. Metode ini berdasarkan percobaan koefisien
distribusi zat terlarut dalam 2 larutan yang berbeda frasa dan tidak saling
bercampur (Gozan,2006).
3. Dekantasi
Dekantasi (pengendapan) merupakan proses pemisahan suatu zat dari
campurannya dengan zat lain. Cara pengendapan didasarkan pada massa
jenis yang lebih kecil akan berada pada lapisan bagian bawah atau
mengendap. Zat terlarut yang akan dipisahkan dan diubah menjadi bentuk
yang tak larut, lalu dipisahkan dari larutan (Bahti, 1998).
4. Filtrasi
Filtrasi merupakan metode pemisahan untuk memisahkan zat padat
dari cairannya dengan menggunakan alat berpori (penyaring). Dasar
metode pemisahan ini adalah perbedaan ukuran partikel antara pelarut dan
zat terlarutnya. Hasil penyaringan disebut filtrat dan sisanya disebut
residu. Metode ini dimanfaatkan untuk membersihkan air dari sampah
pada pengolahan air, membersihkan preparat kimia di laboratorium
(Rahayu,2009).
5. Distilasi
Distilasi adalah proses pemisahan yang biasanya dilakukan di
laboratorium dan perlu pengawasan. Proses penyulingan untuk mencari
kemurnian suatu zat cair dari pengotor yang menempel menggunakan set
alat distilasi. Distilasi adalah proses pemisahan suatu campuran yang
didasarkan pada perbedaan titik didih dan tekanan uap yang cukup
signifikan. Suatu campuran komponen cair-cair yang saling larut dan
keduanya merupakan komponen yang volatil, tetapi memiliki perbedaan
titik didih yang cukup signifikan, dapat dipisahkan dengan cara distilasi.
Umpan pada proses distilasi dapat berupa campuran biner (campuran 2
komponen) atau campuran multikomponen yang terdiri atas fase cair saja
atau campuran uap dan cairan (Arief Budiman,2017).
Proses distilasi sering digabungkan ekstraksi untuk mencapai tujuan
pemisahan yang diinginkan. Prinsip utama metode distilasi berdasarkan
titik didih dari masing masing senyawa komponen campuran pada tekanan
tetap. Proses ini melibatkan kesetimbangan cair-uap. Kesetimbangan cair
uap sangat bergantung pada komposisi cairan yang hendak dipisahnkan
(Wonorahardjo,2013).
6. Pengkristalan

Kristalisasi adalah metode pemisahan untuk memeroleh zat padat


yang terlarut dalam suatu larutan. Dasar metode ini adalah kelarutan bahan
dalam suatu pelarut dan perbedaan titik beku. Kristalisasi dibagi 2 cara
yaitu kristalisasi penguapan dan kristalisasi pendinginan (Rahayu,2009).

IV. Metodologi Percobaan


4.1 Alat dan Bahan

4.1.1 Alat
- Timbangan
- Kaki tiga
- Beaker
- Batang pengaduk
- Corong
- Set alat distilasi
- Cawan porselen
- Jaring kawat
- Spatula
- Pembakar spiritus
- Clamps
- Termometer

4.1.2 Bahan
- Garam dapur
- Kapur barus
- Vaselin
- Pasir
- Serbuk kapur
4.2 Skema Kerja
4.2.1 Pemisahan campuran

Naftalene + Garam + Pasir

1. Ditimbang gelas beker 100mL didapatkan hasil 62,891


gr
2. Ditimbang masing-masing 0,5 gr garam,pasir,dan
naftalene
3. Dimasukkan garam,pasir,dan naftalene kedalam gelas
beker
4. Diaduk-aduk sampai tercampur semua
5. Ditimbang total beker dan sampel
6. Dipanaskan gelas beker dan ditutup dengan cawan
porselen yang berisi es batu
7. Ditimbang padatan yang diperoleh dan dibandingkan
dengan berat awal
Hasil
4.2.2 Distilasi

Larutan Distilat

1. Dirangkai alat percobaan


2. Disambungkan labu destilasi dengan gelas penghubung
yang telah diolesi vaselin
3. Diletakkan diatas mantel pemanas dan disambungkan
kondensor dengan gelas penghubung
4. Dirangkai menggunakan penjepit statif
5. Dipasang selang aliran air pada setiap lubang kondensor
6. Dimasukkan larutan yang akan didestilasi ke dalam labu
destilasi
7. Ditutup dengan penutup karet yang telah dipasang
termometer
8. Dinyalakan mantel pemanas dan diletakkan gerlas
erlenmeyer diujung pipa kondensor
4.2.3 Hasil Sentrifugasi

Larutan Distilat

1. Dimasukkan 2-3 sendok kapur ke dalam gelas kimia 50 mL


2. Ditambahkan air 30 mL dan diaduk sampai merata
3. Diambil 10 mL larutan ke dalam tabung sentrifugal
4. Diputar dengan pemusingan selama 2 menit
5. Diambil filtrat dengan pipet tetes
6. Diambil 10 mL campuran air dan kapur kemudian disaring
dan diambil filtratnya
7. Dibandingkan sentrat dari proses sentrifugasi dengan
filtrat dari proses penyaringan

Hasil
4.3 Prosedur Percobaan
4.3.1 Pemisahan campuran

Langkah pertama yaitu beaker berukuran 100 mL ditimbang di penimbang


dan catat massa nya, kemudian timbang bahan yang akan di uji yakni pasir,
naftalene, dan garam dapur. Ketiga bahan tersebut kemudian dimasukkan ke
dalam gelas beaker. Ketiga bahan tersebut diaduk-aduk hingga tercampur
sempurna kemudian ditimbang total beaker dan sampel tersebut. Beaker
dipanaskan dan ditutup dengan cawan porselen yang diisi dengan bongkahan es
batu. Beaker dipanaskan hingga hingga terbentuk uap dan endapan di bawah
cawan porselen. Ditimbang padatan yang diperoleh dan dibandingkan dengan
berat awal.

4.3.2 Distilasi
Langkah pertama yaitu alat set disiapkan lalu pasang alat tersebut sesuai
instruksi dari instruktur dimana setiap sambungan sebaiknya dioles
menggunakan vaselin untuk mempermudah saat merangkai alat. Kondestor
disambungkan dengan gelas penghubung kemudian dirangkai dengan penjepit
statif. Selang aliran air dipasang pada setiap lubang kondensor. Larutan yang
akan didestilasi dimasukkan ke dalam tabung destilasi. Tabung tersebut
kemudian ditutup dengan penutup karet yang telah dipasangkan termometer.
Mantel pemanas dinyalakan dan letakkan gelas erlemenyer di ujung pipa
kondensor. Gelas erlenmeyer tersebut ditutup dengan plastik bening dan
tunggu hingga larutan mendidih. Terakhir yaitu timbang masa yang terbentuk
dan amati suhu yang dicapai saat filtrat terbentuk.

4.3.3 Sentrifugasi versus dekantasi


Langkah pertama adalah Bubuk kapur dimasukkan 2-3 sendok makan ke
dalam gelas kimia yang berukuran 50 mL dan tambahkan 30 mL air lalu aduk
hingga rata. Larutan diambil sebanyak 10mL dan dimasukkan ke dalam tabung
sentrifugal, lalu pisahkan sentrat dan endapan dengan diputar dengan
pemusingan selama 2 menit. Filtrat diambil dengan pipet tetes. Campuran air
diambil kembali 10mL dengan kapur (aduk kembali jika kapur telah
mengendap) selanjutnya saring menggunakan kertas saring untuk mengambil
filtrat. Bandingkan sentrat dari proses sentrifugasi dan filtrat dari proses
penyaringan.

V. Data dan Perhitungan

5.1 Pemisahan Campuran


- Massa beaker 100 mL awal :62,891 gr
- Massa pasir : 0,5 gr
- Massa garam dapur : 0,503 gr
- Massa kapur barus : 0,505 gr
- Massa Total : 64,302 gr
- Massa beaker + sisa padatan : 63,551 gr

5.2 Destilasi

- Massa kerja arloji : 23,80 gr


- Massa arloji + padatan : 24,394 grr
- Massa padatan : 0,594 gr
- Suhu larutan sampel awal : 28 ̊C
- Suhu larutan sampel akhir : 50°C
- Warna hasil distilat + spiritus : Bening
- Warna hasil sampel awal + spiritus : Ungu
5.3 Sentrifugasi

- Massa kertas saring bersih : 1,138 gr


- Massa kertas saring + padatan sisa : 1,668 gr
- Massa padatan : 0,53 gr

VI. Hasil dan Pembahasan

6.1 Hasil

No. Percobaan Massa Awal Massa Total Massa


Akhir
1. Pemisahan Campuran 62,891 64,302 63,551
2. Destilasi 23,80 24,393 0,594
3. Sentrifugasi 1,138 1,668 0,53

6.1.1 Tabel Hasil Pengukuran Pemisahan Campuran

Benda Massa
Gelas beaker 100 ml awal 62,891 gram
Massa Pasir 0,500 gram
Massa Garam Dapur 0,503 gram
Massa Naftalene 0,505 gram
Gelas beaker + pasir + garam dapur +naftalene 64,302 gram
Kaca arloji kosong 23,80 gram
Kaca arloji+padatan 24,394 gram
Gelas beaker+sisa padatan 63,551 gram
Kertas saring bersih 1,138 gram
Kertas saring+padatan 1,668 gram
6.1.2 Tabel Hasil Pengukuran Proses Destilasi
Suhu larutan sampel awal : 28 ̊C
Suhu larutan sampel akhir : 50 ̊C
Warna hasil distilat + spiritus : Bening
Warna hasil sampel awal + spiritus : Ungu

6.1.3 Tabel Hasil Pengukuran Proses Sentrifugasi


Warna sampel air + serbuk kapur : Keruh
Warna sentrat hasil sentrifugasi : Putih

6.2 Pembahasan

Praktikum kali ini membahas tentang metode pemisahan campuran dan


pemurnian suatu zat. Metode pemisahan kimia merupakan salah satu hal yang
dipelajari dalam ilmu kimia. Pemisahan sendiri bertujuan untuk mendapatkan
zat yang tidak tercampur dengan bahan kotor dengan cara destilasi, pemisahan
campuran, sentrifugasi, filtrasi, kristalisasi dan banyak lainnya dalam metode
pemisahan yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Praktikum kali ini kita hanya menjabarkan tiga metode pemisahan. Metode
yang pertama yaitu, pemisahan campuran. Pemisahan campuran dalam
percobaan kali ini menggunakan metode yang lumayan rumit dimana
membutuhkan peralatan pokok seperti, timbangan, gelas beaker, bunsen, cawan
porselen dan banyak lainnya. Bahan yang digunakan sendiri ada 3, yaitu pasir,
garam dapur, dan kapur barus. Langkah awal sendiri adalah dengan ketiga
bahan tersebut dan beaker ditimbang kemudian massa nya dicatat. Proses
setelah penimbangan adalah dengan mencampur ketiga bahan tersebut dan
dicampurkan menjadi satu kemudian masukkan ke dalam beaker dan timbang
massa total tersebut. Berlanjut dengan bunsen serta spiritus disiapkan untuk
memasuki tahap pembakaran yaitu dengan meletakan beaker berisi bahan
tersebut di atas bunsen dan di atas beaker ditumpuk dengan cawan porselen
yang berisikan es yang berguna untuk menyerap panas dari pembakaran dari
beaker agar tercipta padatan yang menggumpal dari 3 bahan tersebut.
Terciptalah padatan yang menempel di bawah cawan porselen. Tahap
selanjutnya yaitu sampel padatan hasil diambil dan massa nya ditimbang.

Percobaan kedua yaitu tentang destilasi, hampir sama dengan pemisahan


campuran namun destilasi disini menggunakan labu set lengkap. Destilasi
sendiri dimulai dengan peralatan disiapkan dan dirangkai dengan bantuan
vaseline tujuannya untuk memudahkan dalam pemasangan. Proses selanjutnya
adalah dengan konsestor disambungkan dengan gelas penghubung bertujuan
untuk memudahkan dalam proses penyulingan. Peralatan tersebut dirangkai
menggunakan penjepit statif untuk merekatkan sambungan dari peralatan.
Proses selanjutnya adalah dengan memasang selang aliran pada setiap lubang
kondensor sebagai penghubung. Tahap selanjutnya adalah dengan
memasukkan larutan yang akan didestilasi ke dalam tabung destilasi. Tabung
destilasi selanjutnya ditutup dengan penutup karet yang telah dipasangkan
sebuah termometer. Mantel pemanas dinyalakan dan gelas erlenmeyer
diletakkan pada ujung pipa kondensor sebagai wadah penerima, kemudian
ditutup lagi dengan plastik bening. Tunggulah larutan hingga mendidih
kemudian timbang massa filtrat yang terbentuk dan amati suhu yang terbentuk
ketika proses ini.

Percobaan selanjutnya adalah mengenai sentrifugasi berbeda dengan 2


percobaan sebelumnya dimana sentrifugasi memakai tabung sentrifugal dalam
proses pencampuran bahan. Proses pertama adalah dengan memasukkan 2-3
sendok ke dalam gelas kimia berukuran 50 mL, kemudian ditambahkan dengan
30 mL air dan diaduk hingga rata dan tercampur seluruhnya. Larutan diambil
10 mL dan dimasukkan dalam tabung sentrifugal untuk memasuki proses
sentrifugasi. Sentrat dan endapan dipisahkan dengan diputar melalui
pemusingan kurang lebih selama 2 menit. Filtrat selanjutnya diambil dengan
pipet tetes, kemudian diambil kembali 10 mL campuran air dengan kapur dan
diaduk apabila padatan memadat. Campuran tersebut kemudian disaring
menggunakan kertas saring untuk mendapatkan filtrat. Sentrat sentrifugasi
dibandingkan dengan filtrat hasil dari pemisahan campuran.

VII. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari percobaan perubahan materi dan pemisahan
campuran diatas adalah kita mengetahui tentang pemisahan materi dan
beberapa metode pemisahan dan pemurnian, seperti yang disebutkan pada
tinjauan pustaka di atas, tentang alat dan bahan yang digunakan dalam
percobaan dan bagaimana menggunakan alat dari pemisahan materi yang baik
dan benar. Kita juga mengetahui contoh metode pemisahan campuran yang
dilakukan yaitu tentang, pemisahan campuran, destilasi, dan sentrifugasi.
Percobaan tersebut dilakukan agar kita memahami perbedaan sifat-sifat fisika
dan kimia dari suatu bahan percobaan dan juga tentang menghitung perubahan
yang terjadi pada sebelum dan sesudah perocbaan dengan tepat dan akurat.
Contoh perubahannya yaitu seperti perubaha massa, suhu, konsentrasinya.
Percobaan seperti ini perlu dilakukan dan perlu terus dipelajari karena selain
menambah wawasan pada bidang kimia,menambah ketelitian dan keberhati-
hatian,juga menambah skill dalam percobaan yang berkaitan dengan penemuan
ilmiah ataupun penelitian.

VII. Saran
Pada kegiatan praktikum kali ini, sebaiknya alat dan bahan yang akan
digunakan di persiapkan terlebih dahulu, agar praktikum dapat berjalan dengan
baik dan .Praktikan sebelumnya harus mempelajari materi dan tata cara
praktikum di modul dan mempersiapkan diri materi-materi yang akan
dipraktekkan, agar dalam kegiatan praktikum tidak terhambat dan sesuai
prosedur praktikum. Praktikan juga harus bekerja sesuai intruksi dari asisten
praktikum agar praktikum berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad,dkk. 1988. Kimia Dasar. Jakarta : UT

Arief Budiman. 2017. Distilasi Teori Pengendalian Operasi. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press

Arief R.Nurcahyo. 2018. Pengertian,Perubahan,dan Klasifikasi Materi. Surabya:


Universitas Negeri Surbaya

Bahti,Hasan H. 2017. Teknik Pemishan Kimia. Sumedang: Alqaprint Jatinangor

Gozan. 2006 . Absorbsi,Leaching,dan Ekstraksi pada Industri Kimia. Jakarta:


Universitas Indonesia

Hendayana, Sumar. 2006. Kimia Pemisahan. Bandung: Rosda

Labchem, 2020. Methanol Safety Date Sheet of Methanol. [Serial Online] (diakses
pada 29 Oktober 2020)

LabChem, 2020. Material Safety Data Sheet of Sodium Chloride. [Serial Online]
(diakses pada 29 Oktober 2020)
Petrucci, Ralph H. 2007. General Chemistry: Principles and Modern Applications

Pubchem, 2019. Material Safety Data Sheet of Naphthalene. [Serial Online]


(diakses pada 29 Oktober 2020)

Rahayu, Didah. 2009. Kimia. Bandung: FMIPA UPI

Reinold. 2005. The Sigma Aldrich Library Data keselamatan Kimia.Toronto:2005

Syukri, S., 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB


Wonorahardjo, Surjani. 2013. Metode-metode pemisahan kimia. Jakarta:
Akademia Permata
Yenny Octaviana. 2014. Penentuan Hasil Kali Kelarutan. Makassar: Universitas
Hassanudin.

Lampiran

(Menimbang gelas beaker 100mL)

(Menimbang masing masing 0,5 gram garam,pasir,dan naftalene)

(Garam,dapur,dan naftalene dimasukkan ke dalam beaker)


(Beaker dipanaskan sampai terbentuk uap)

(Padatan ditimbang dan dibandingkan dengan berat awal)

(Merangkai alat percobaan)

(Meletakkan alat percobaan diatas mantel pemanas)


(Menyambungkan kondensor dengan gelas penghubung)

(Merangkai penjepit statif)

(Memasang selang aliran air pada setiap lubang kondensor)

(Masukkan larutan yang akan didestilasi kedalam labu destilasi)


(Mengamati suhu yang dicapai saat filtrat terbentuk)

(Memasukkan 2-3 sendok kapur ke dalam gelas kimia 50 mL)

(Menambahkan air 30 mL kemudian diaduk sampai merata)

(Mengambil 10 mL larutan kedalam tabung sentrifugal)


(Memutar dengan pemusingan selama 2 menit)

(Diambil 10mL campuran air dan kapur disaring dan diambil filtratnya)

(Dibandingkan sentrat dari proses sentrifugasi dengan filtrat dari proses


penyaringan)

Anda mungkin juga menyukai