Anda di halaman 1dari 13

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR

PERUBAHAN MATERI DAN PEMISAHAN CAMPURAN

Oleh
Nama : Yolanda
NIM : 2318102010
Kelas/Kelompok :
Asisten :

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2023
II. TUJUAN
Tujuan dari praktikum perubahan materi dan pemisahan campuran adalah :
- Mendemontrasikan pemisahan suatu campuran.
- Menguji beberapa teknik pemisahan berdasarkan sifat fisik masing-masing
komponen.
- Memisahkan campuran homogen dengan teknik destilasi

III. PENDAHULUAN
3.1 MSDS
3.1.1 Naftalena (Kapur Barus)
Naftalene atau biasa disebut dengan kapur barus adalah senyawa yang
berbentuk padat, berwarna putih, dan tidak memiliki bau. Naftalena memiliki rumus
kimia C10H8. Naftalena belum memiliki informasi tentang pH yang dikandungnya.
Naftalena memiliki titik leleh 81 - 83 °C / 177.8 - 181.4 °F. Naftalena memiliki
berat molekul sebesar 136.22 gr/mol. Sifat mudah terbakar dan kereaktifan masih
pada naftalena belum diketahui. Naftalena merupakan senyawa pengoksidasi yang
kuat. Pertolongan pertama apabila terkena mata yaitu segera bilas mata dan kelopak
mata dengan air mengalir minimal selama 15 menit. Pertolongan medis apabila
dirasa terkena mata cukup parah. Segera cuci dengan sabun dan air mengalir saat
membersihkan semua kain dan sepatu yang terkontaminasi, apabila naftalena
terkena kulit. Hubungi dokter apabila terjadi iritasi dan reaksi alergi. Naftalena
terhirup oleh hidung maka bersihkan dari paparan, lalu berbaring dan hirup udara
segar, apabila tidak dapat bernapas, beri bantuan pernapasan dan jika terdapat gejala
berlanjut, segera panggil tenaga medis. Naftalena tertelan, jangan pernah
memasukkan apapun ke dalam mulut korban. Minum air mengalir dan jika
memungkinkan minum susu, kemudian panggil tenaga medis (ThermoFisher
Scientific, 2020).

3.1.2 Pb(NO3)2
Pb(NO3)2 disebut juga sebagai timbal II nitrat tidak memiliki bau dan
warna, serta memiliki berat molekul sebesar 331.20 gr/mol. Senyawa tersebut
mudah larut dengan air dan alkohol. Titik leleh, titik didih dan pH masih belum
diketahui. Senyawa ini merupakan senyawa pengoksidasi yang kuat, mengiritasi,
dan bersifat karsiogen. Penanganan pertama apabila terkena mata, segera basuh
mata dengan air mengalir minimal selama 15 menit, kedipkan kelopak mata
sesekali. Penanganan pertama apabila terkena kulit yaitu segera basuh dengan air
mengalir minimal selama 15 menit saat membersihkan pakaian yang
terkontaminasi. Penanganan pertama apabila tertelan, panggil pengendalian racun
segera. Bilas mulut dengan air dingin. Berikan korban 1-2 gelas air atau susu untuk
diminum dan akan menyebabkan muntah dengan segera (Scholar Chemistry, 2020).

3.1.3 Garam Dapur (NaCl)


Sodium klorida atau biasa disebut dengan garam dapur. Garam dapur
berbentuk padat berwarna putih dan tidak berbau. Garam dapur memiliki derajat
keasaman (pH) yaitu 4,5 - 7,0. Garam dapur memiliki titik didih 1465oC dan titik
lebur 801oC. Tekanan uap dari garam dapur pada suhu 856oC adalah 1,3 hPa.
Rumus atau formula dari garam dapur adalah NaCl dan memiliki berat molekul
58,44 gram/mol. Garam dapur yang tertelan, atau terhisap tidak menimbulkan
gejala serius atau tidak berbahaya, tetapi jika terkena mata segera bilas dengan air
dan bawa ke dokter jika terjadi iritasi. Penyimpanan garam dapur sebaiknya di
wadah tertutup rapat dan kering. (SmartLab, 2020).

3.1.4 Vaselin
Vaselin merupakan cairan berbentuk pasta berwarna putih dan tidak berbau.
Vaselin memiliki pH 4.5 – 8.0 (25 °C). Vaselin tidak memiliki titik didih, dan
memiliki titik lebur 38 – 60 °C. Vaselin tidak memiliki rumus kimia. Segera hirup
segar apabila vaselin terhirup. Segera cuci dengan air mengalir dan sabun apabila
vaselin terkena kulit. Bilas dengan air mengalir secara hati-hari selama beberapa
menit apabila vaselin terkena mata. Segera cari bantuan medis, apabila dirasa
terkena cukup parah. Bilas mulut menggunakan air pabila vaselin tertelan. Jangan
memasukkan apapun kedalam mulut orang yang tidak sadar. (FUJIFILM Wako
Pure Chemical Corporation, 2020).

3.1.5 Serbuk Kapur


Kalsium oksida atau biasa disebut dengan kapur. Kapur memiliki bentuk padat
berwarna putih dan tidak berbau. Serbuk kapur memiliki derajat keasaman (pH)
yang tidak diketahui. Serbuk kapur memiliki titik didih 2850oC dan titik lebur
2572oC. Tekanan uap dari serbuk kapur tidak diketahui. Rumus kimia atau formula
dari serbuk kapur adalah CaO dan berat molekul 56,07 gram/mol Serbuk kapur
dapat larut dengan air. Serbuk kapur dapat menyebabkan luka bakar kulit yang
parah. Mengakibatkan gangguan mata berat apabila serbuk kapur terkena mata,
pertolongan pertama yang harus diberikan apabila terkena mata yaitu bilas dengan
air secara hati-hati dan segera bawa ke dokter. Lepas pakaian yang terkena dan bilas
dengan air mengalir apabila serbuk kapur terkena kulit. Penyimpanan serbuk kapur
sebaiknya di wadah tertutup rapat, kering, dan diletakkan di tempat yangsejuk
(Ltschem, 2020).

3.2 Tinjauan Pustaka


3.2.1 Definisi Materi dan Pemisahan Campuran
Menurut Hari (2019), materi adalah segala sesuatu yang memiliki massa dan
menempati ruang. Menurut Keenan (1994), campuran merupakan bahan yang
mengandung dua zat atau lebih yang berlainan namun bercampur dengan karib.
Komponen-komponen yang ada dalam campuran dapat dipisahkan dengan proses
fisika namun tidak bisa dipisahkan menggunakan proses kimia. Misalnya, pada
temperatur udara diturunkan, uap air cenderung memisahkan diri dalam bentuk
cairan atau zat padat, yakni embun atau es dan jika udara cair dididihkan dengan
hati-hati maka campuran ini dapat dipisahkan karena tiap komponen cenderung
mendidih dalam jangka temperatur yang bergantung pada titik didihnya dan metode
ini disebut destilasi.
Menurut Johari (2006), larutan suatu zat dapat dipisahkan dari campurannya
karena mempunyai perbedaan sifat. Beberapa dasar pemisahan campuran antara
lain disebabkan oleh ukuran partikel, titik didih, dan pengendapan.Setiap
pemisahan campuran memiliki proses yang berbeda-beda karena setiap zat
mempunyai sifat yang berbeda.
3.2.2 Jenis – Jenis Pemisahan Campuran
a. Sublimasi
Sublimasi merupakan suatu metode pemisahan campuran dengan cara
menguapkan zat padat tanpa melalui fasa cair terlebih dahulu sehingga kotoran
yang tidak menyublim akan tertinggal. Bahan-bahan yang digunakan dalam
metode ini adalah bahan yang mudah menyublim, seperti kamper dan iod.
Sublimasi dilakukan untuk mendapatkan iodium yang murni dari campurannya.
Campuran iodium dipanaskan pada gelas kimia yang ditutup dengan wadah
yang diisi es (Purba, 2006).

b. Ekstraksi
Menurut Mukhriani (2014), ekstraksi merupakan suatu proses
pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunankan pelarut yang sesuai.
Pelarut yang paling sering digunakan adalah dietil eter C2H5OC2H5, yang
memiliki titik didih rendah sehingga mudah disingkirkan dan dapat melarutkan
berbagai senyawa organik. Ekstraksi bermanfaat untuk memisahkan campuran
senyawa dengan berbagai sifat kimia yang berbeda.

c. Dekantasi
Dekantasi adalah suatu proses pemisahan zat padat yang tidak ikut
terlarut di dalam pelarutnya dengan cara dituangkan. Proses dekantasi
mengakibatkan cairan tersebut akan terpisah dari zat padat yang tercampur.
Dekantasi memiliki prinsip kerja yaitu dilakukan karena perbedaan partikel,
massa dan wujudnya yang cukup besar (Syukri, 1999).
d. Filtrasi
Filtrasi merupakan suatu metode pemisahan untuk memisahkan zat
padat dari cairannya dengan menggunakan alat berpori atau biasa disebut
dengan penyaring. Fltrasi memiliki dasar pemisahan yaitu dengan perbedaan
ukuran partikel antara pelarut dan zat terlarutnya. Penyaring akan menahan zat
padat denga ukuran yang lebih besar dari pori saringan. Proses ini dilakukan
dengan bahan yang berbentuk larutan cair. Hasil penyaringan disebut filtrat
dan zat yang tertahan disebut residu (Faputri, 2016).
e. Evaporasi

Menurut Faputri (2016), evaporasi adalah penguapan bahan pelarut


untuk memperoleh zat terlarut. Bahan pelarut dalam proses evaporasi yaitu
berupa garam. Proses evaporasi menggunakan prinsip berupa perbedaan titik
didih sehingga garam yang memiliki titik didih lebih tinggi akan tertinggal.

f. Distilasi
Distilasi adalah suatu proses penggabungan pemanasan dan
pendinginan uap yang terbentuk sehingga diperoleh kembali yang murni.
Destilasi meyebabkan suatu bahaya pemanasan cairan namun dapat dihindarkan
dengan memperhatikan sebab pemanasan. Ditambahkan batu didih untuk
mencegah letupan-letupan pada saat pemanasan cairan berlangsung (Kharani,
1994).
g. Rekristalisasi

Rekristalisasi adalah merupakan suatu pembentukan partikel padatan


yang di dalamnya ada sebuah fasa homogen pembentukan dapat terjadi dari fasa
uap. Fasa uap yang terjadi seperti pada proses pembentukan kristal salju atau
sebagai pemadatan suatu cairan pada titik lelehnya. Fasa uap juga dapat
dikatakan sebagai kristalisasi dalam suatu larutan (cair) (Endah, 2008).

IV. Metodologi Percobaan


4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat :
- Timbangan
- Cawan Porselen
- Kaki tiga Jaring kawat
- Beaker
- Spatula
- Batang pengaduk
- Pembakar spiritus
- Corong clamps
- Set alat distilasi
- Thermometer
4.1.2 Bahan :
- Naftalene (kapur barus)
- Pb(NO3)2 0,5 M
- Garam dapur (NaCl)
- Vaselin
- Pasir
- Serbuk kapur
4.2 Skema Kerja
4.2.1 Pemisahan Campuran

Pasir, garam dapur, - Ditimbang gelas beaker ukuran 100 mL yang

dan naphtalene kosong.


- Dimasukkan masing-masing 0,5 gram sampel ke
dalam beaker dan diaduk sampai tercampur
sempurna
- Ditimbang berat total dan cawan porselen serta
digunakan penutup beaker
- Ditempatkan beaker dan dish diatas jaring kawat
dan kaki tiga
- Ditambahkan beberapa pecahan es batu diatas
cawan porselen
- Dipanaskan beaker dengan pembakar spirtus atau
bunsen dan didiamkan selama 10 menit dan
dipindahkan pembakar spirtus
- Dikumpulkan padatan dibawah cawan porselen ke
dalam wadah digunakan spatula dan ditimbang
- Ditimbang beaker yang berisi sisa padatan dan
dihitung berat hasil sublimasi ditambah dengan
berat sisa padatan
- Dibandingkan hasil perhitungannya dengan berat
awal total campuran dalam beaker
- Ditambahkan 25 mL aquades kedalam sisa padatan
dalam gelas beaker dan diaduk selama 5 menit
- Disaring campuran dan tampung fitratnya dalam
beaker lain dan dibilas padatan pada kertas saring
dengan 10 mL aquades
- Dikeringkan kertas saring yang berisi padatan dalam
oven suhu 1050 C selama 10 menit
- Ditentukan berat padatan hasil penyaringan
Hasil
4.2.2 Distilasi
Sisa filtrat pemisahan
campuran, vaselin dan
larutan Pb(NO3)2

- Dipasang set alat


- Diolesi vaselin setiap sambungan alat
- Digunakan labu alas bulat 100 mL untuk labu
destilasi dan labu penampung
- Diisi labu destilasi dengan sisa filtrat pemisahan
campuran
- Dimasukkan 2 butir batu didih
- Dipasangkan kedua labu pada set alat destilasi
- Dipanaskan dengan pembakar spirtus
- Dicatat temperature saat distilat yang tertampung
volumenya sekitar 1 mL
- Dilanjutkan distilasi hingga setengah volume air
pada labu distilasi pindah ke labu distilat
- Dimatikan pembakar spirtus
- Didinginkan labu distilat
- Dimasukkan masing-masing sebanyak 2 mL cairan
sisa pada labu distilasi dan cairan pada labu
penampung distilat, pada dua tabung reaksi terpisah
- Diteteskan sebanyak 3 tetes larutan Pb(NO3)2 0,01
M pada masing-masing tabung reaksi
- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi
Hasil
4.2.3 SentrifugasiVersus Dekantasi

Bubuk kapur

- Dimasukkan 2-3 sendok makan bubuk kapur ke


dalam gelas kimia 50 mL
- Ditambahkan 30 mL air, diaduk sampai rata
- Diambil 10 mL larutan ke dalam tabung sentrifugal
- Dipastikan sentrat dan endapan diputar selama 2
menit dan diambil filtrat dengan pipet tetes
- Diambil kembali 10 mL campuran air dengan kapur
- Disaring menggunkan kertas saring diambil
filtratnya
- Dibandingkan sentrat dari proses sentrifugasi dan
Hasil filtrat dari proses penyaringan

4.2.4 Rekristalisasi
Garam dapur

- Diambl 1 garam dapur kotor


- Dilarutkan dalam gelas kimia 50 mL dengan air
secukupnya
- Disaring dan ditmpung filtratnya
- Diuapkan dalam cawan porselin diatas nyala
pembakar spirtus sampai air habis menguap
- Dibandingkan keadaan fisik garam dapur sebelum
dan sesudah proses

Hasil
4.3 Prosedur Kerja
4.3.1 Pemisahan campuran
Gelas beaker ditimbang dengan ukuran 100 mL yang kosong, bersih, dan
kering. Pasir, garam dapur, dan naphthalene dimasukkan masing-masing 0,5 gram
ke dalam gelas beaker. Diaduk sampai tercampur sempurna baha-bahan tersebut.
Sampel dan beaker cawan porselen ditimbang berat totalnya. Cawan porselen
digunakansebagai penutup beaker. Beaker dan dish ditempatkan diatas jaring kawat
dan kaki tiga. Ditambahkan beberapa pecahan es batu diatas cawan porselen dan
jangan sampai ada tetesan air dibawah dish atau di dalam beaker. Dipanaskan
beaker dengan pembakar spirtus atau bunsen sampai terbentuk uap didalam beaker
dan padatan mulai menempel dibawah cawan porselen. Beaker yang telah
dipanaskan didiamkan selama 10 menit dan pindahkan pembakar spirtus. Padatan
dikumpulkan dibawah cawan porselen ke dalam wadah digunakan spatula.
Campuran dalam beaker diaduk dengan batang pengaduk kemudian beaker ditutup
dengan cawan porselen, lalu panaskan beaker sampai tidak terbentuk padatan
dibawah evaporating dish. Padatan hasil sublimasi yang ditempel dibawah cawan
porselen ditimbang. Beaker didinginkan pada temperature ruang, kemudian
ditimbang beaker yang berisi sisa padatan. Hasil sublimasi dihitung dan ditambah
dengan berat sisa padatan. Hasil perhitungannya dibandingkan dengan berat awal
total campuran dalam beaker. Akuades 25 mL ditambahkan kedalam sisa padatan
dalam gelas beaker kemudian diaduk selama 5 menit. Kertas saring ditimbang dan
disiapkan kertas saring. Campuran disaring dan tampung fltratnya dalam beaker
lain, lalu dibilas padatan pada kertas saring dengan 10 mL aquades. Kertas saring
yang berisi padatan dikeringkan dalam oven suhu 1050 C selama 10 menit,
kemudian ditentukan berat atau ditimbang padatan hasil penyaringan. Cairan atau
filtrat yang tersisa digunakan sebagai sampel percobaan distilasi.
4.3.2 Distilasi
Alat dan bahan disiapkan, yaitu sisa filtrat pemisahan campuran, vaselin dan
larutan Pb(NO3)2. Set alat dipasang untuk proses distilasi. Vaselin dioleskan ke
setiap sambungan alat dan digunakan labu alas bulat 100 mL untuk labu destilasi
dan labu penampung. Labu destilasi diisi dengan sisa filtrat pemisahan campuran.
Batu didih sebanyak 2 butir dimasukkan, kemudian dipasangkan kedua labu pada
set alat destilasi dan dipanaskan dengan pembakar spirtus. Temperatur dicatat saat
distilat yang tertampung volumenya sekitar 1 mL kemudian dilanjutkan distilasi
hingga setengah volume air pada labu distilasi pindah ke labu distilat. Pembakar
spirtus dimatikan dan didinginkan labu distilat, kemudian dimasukkan masing-
masing sebanyak 2 mL cairan sisa pada labu distilasi dan cairan pada labu
penampung distilat, pada dua tabung reaksi terpisah. Larutan Pb(NO3)2 0,01 M
diteteskan pada masing-masing tabung reaksi langkah terakhir yaitu diamati dan
dicatat perubahan yang terjadi.
4.3.3 Sentrifugasi versus dekantasi
Langkah awal untuk melakukan praktikum sentrifugasi dan dekantasi adalah
menyiapkan alat dan bahan yaitu berupa gelas kimia, tabung sentrifugal, kertas
saring, dan bubuk kapur. Bubuk kapur di masukkan 2-3 sendok makan ke dalam
gelas kimia 50 mL kemudian ditambahkan 30 mL air, diaduk sampai rata. Larutan
10 mL diambil ke dalam tabung sentrifugal dan dipastikan sentrat dan endapan
diputar selama 2 menit dan diambil filtrat dengan pipet tetes. Campuran air diambil
kembali 10 mL dengan kapur kemudian disaring menggunakan kertas saring
diambil filtratnya serta dibandingkan sentrat dari proses sentrifugasi dan filtrat dari
proses penyaringan.
4.3.4 Rekritalisasi
Garam dapur kotor diambil satu kemudian dilarutkan dalamgelas kimia 50
mL dengan air secukupnya. Filtratnya kemudian disaring dan ditampung, dan
dalam cawan porselin diuapkan diatas nyala pembakar spirtus sampai air habis
menguap. Keadaan fisik garam dapur dibandingkan sebelum dan sesudah proses.
DAFTAR PUSTAKA

Endah, N.P., A.Fachry, Rasyidi, dan Tumanggor. 2008. Pengaruh waktu kristalisasi

dengan proses pendinginan terhadap pertumbuhan kristal ammonium sulfat

dari larutannya. Jurnal Teknik Kimia Universitas Sriwijaya. 15(2):31-37

Faputri, A., F. 2016. Desain evaporatordan pengujian kondisi operasi optimal pada

desain peralatan . Jurnal Teknik Patra Akademika. 7(2):12-16

FUJIFILM Wako Pure Chemical Corporation. 2019. Safety Data Sheet [serial

online].https://labchemwako.fujifilm.com/sds/W01W01220016JGHEEN.p

df diakses pada 27 September 2023

Hari, B.S. 2019. Materi dan Perubahannya. Depok : Penerbit Duta

Johari, sandri.2006. Kimia. Bogor : Yudistira

Keenan, dkk. 1994. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga

Kharani, Imam. 1994. Keselamatan Kerja Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga

Mukhriani. 2014. Ekstraksi, pemisahan senyawa, dan identifikasi senyawa aktif.

Jurnal Kesehatan. 7(2)

Ltschem. 2020. Material Safety Data Sheet Calcium Oxide MSDS [Serial Online].

www.ltschem.com diakses pada 27 September 2023

Purba, Michael. 2006. IPA Kimia. Jakarta: Erlangga

Scholar Chemistry. 2009. Material Safety Data Sheet [serial online].


https://www.mccsd.net/cms/lib/NY02208580/Centricity/Shared/Material%
20Safety%20Data%20Sheets%20_MSDS_/MSDS%20Sheets_Lead_Nitrat
e_Solution_1_0M_403_20.pdf

Anda mungkin juga menyukai