Oleh
Nama : Yolanda
NIM : 2318102010
Kelas/Kelompok :
Asisten :
III. PENDAHULUAN
3.1 MSDS
3.1.1 Naftalena (Kapur Barus)
Naftalene atau biasa disebut dengan kapur barus adalah senyawa yang
berbentuk padat, berwarna putih, dan tidak memiliki bau. Naftalena memiliki rumus
kimia C10H8. Naftalena belum memiliki informasi tentang pH yang dikandungnya.
Naftalena memiliki titik leleh 81 - 83 °C / 177.8 - 181.4 °F. Naftalena memiliki
berat molekul sebesar 136.22 gr/mol. Sifat mudah terbakar dan kereaktifan masih
pada naftalena belum diketahui. Naftalena merupakan senyawa pengoksidasi yang
kuat. Pertolongan pertama apabila terkena mata yaitu segera bilas mata dan kelopak
mata dengan air mengalir minimal selama 15 menit. Pertolongan medis apabila
dirasa terkena mata cukup parah. Segera cuci dengan sabun dan air mengalir saat
membersihkan semua kain dan sepatu yang terkontaminasi, apabila naftalena
terkena kulit. Hubungi dokter apabila terjadi iritasi dan reaksi alergi. Naftalena
terhirup oleh hidung maka bersihkan dari paparan, lalu berbaring dan hirup udara
segar, apabila tidak dapat bernapas, beri bantuan pernapasan dan jika terdapat gejala
berlanjut, segera panggil tenaga medis. Naftalena tertelan, jangan pernah
memasukkan apapun ke dalam mulut korban. Minum air mengalir dan jika
memungkinkan minum susu, kemudian panggil tenaga medis (ThermoFisher
Scientific, 2020).
3.1.2 Pb(NO3)2
Pb(NO3)2 disebut juga sebagai timbal II nitrat tidak memiliki bau dan
warna, serta memiliki berat molekul sebesar 331.20 gr/mol. Senyawa tersebut
mudah larut dengan air dan alkohol. Titik leleh, titik didih dan pH masih belum
diketahui. Senyawa ini merupakan senyawa pengoksidasi yang kuat, mengiritasi,
dan bersifat karsiogen. Penanganan pertama apabila terkena mata, segera basuh
mata dengan air mengalir minimal selama 15 menit, kedipkan kelopak mata
sesekali. Penanganan pertama apabila terkena kulit yaitu segera basuh dengan air
mengalir minimal selama 15 menit saat membersihkan pakaian yang
terkontaminasi. Penanganan pertama apabila tertelan, panggil pengendalian racun
segera. Bilas mulut dengan air dingin. Berikan korban 1-2 gelas air atau susu untuk
diminum dan akan menyebabkan muntah dengan segera (Scholar Chemistry, 2020).
3.1.4 Vaselin
Vaselin merupakan cairan berbentuk pasta berwarna putih dan tidak berbau.
Vaselin memiliki pH 4.5 – 8.0 (25 °C). Vaselin tidak memiliki titik didih, dan
memiliki titik lebur 38 – 60 °C. Vaselin tidak memiliki rumus kimia. Segera hirup
segar apabila vaselin terhirup. Segera cuci dengan air mengalir dan sabun apabila
vaselin terkena kulit. Bilas dengan air mengalir secara hati-hari selama beberapa
menit apabila vaselin terkena mata. Segera cari bantuan medis, apabila dirasa
terkena cukup parah. Bilas mulut menggunakan air pabila vaselin tertelan. Jangan
memasukkan apapun kedalam mulut orang yang tidak sadar. (FUJIFILM Wako
Pure Chemical Corporation, 2020).
b. Ekstraksi
Menurut Mukhriani (2014), ekstraksi merupakan suatu proses
pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunankan pelarut yang sesuai.
Pelarut yang paling sering digunakan adalah dietil eter C2H5OC2H5, yang
memiliki titik didih rendah sehingga mudah disingkirkan dan dapat melarutkan
berbagai senyawa organik. Ekstraksi bermanfaat untuk memisahkan campuran
senyawa dengan berbagai sifat kimia yang berbeda.
c. Dekantasi
Dekantasi adalah suatu proses pemisahan zat padat yang tidak ikut
terlarut di dalam pelarutnya dengan cara dituangkan. Proses dekantasi
mengakibatkan cairan tersebut akan terpisah dari zat padat yang tercampur.
Dekantasi memiliki prinsip kerja yaitu dilakukan karena perbedaan partikel,
massa dan wujudnya yang cukup besar (Syukri, 1999).
d. Filtrasi
Filtrasi merupakan suatu metode pemisahan untuk memisahkan zat
padat dari cairannya dengan menggunakan alat berpori atau biasa disebut
dengan penyaring. Fltrasi memiliki dasar pemisahan yaitu dengan perbedaan
ukuran partikel antara pelarut dan zat terlarutnya. Penyaring akan menahan zat
padat denga ukuran yang lebih besar dari pori saringan. Proses ini dilakukan
dengan bahan yang berbentuk larutan cair. Hasil penyaringan disebut filtrat
dan zat yang tertahan disebut residu (Faputri, 2016).
e. Evaporasi
f. Distilasi
Distilasi adalah suatu proses penggabungan pemanasan dan
pendinginan uap yang terbentuk sehingga diperoleh kembali yang murni.
Destilasi meyebabkan suatu bahaya pemanasan cairan namun dapat dihindarkan
dengan memperhatikan sebab pemanasan. Ditambahkan batu didih untuk
mencegah letupan-letupan pada saat pemanasan cairan berlangsung (Kharani,
1994).
g. Rekristalisasi
Bubuk kapur
4.2.4 Rekristalisasi
Garam dapur
Hasil
4.3 Prosedur Kerja
4.3.1 Pemisahan campuran
Gelas beaker ditimbang dengan ukuran 100 mL yang kosong, bersih, dan
kering. Pasir, garam dapur, dan naphthalene dimasukkan masing-masing 0,5 gram
ke dalam gelas beaker. Diaduk sampai tercampur sempurna baha-bahan tersebut.
Sampel dan beaker cawan porselen ditimbang berat totalnya. Cawan porselen
digunakansebagai penutup beaker. Beaker dan dish ditempatkan diatas jaring kawat
dan kaki tiga. Ditambahkan beberapa pecahan es batu diatas cawan porselen dan
jangan sampai ada tetesan air dibawah dish atau di dalam beaker. Dipanaskan
beaker dengan pembakar spirtus atau bunsen sampai terbentuk uap didalam beaker
dan padatan mulai menempel dibawah cawan porselen. Beaker yang telah
dipanaskan didiamkan selama 10 menit dan pindahkan pembakar spirtus. Padatan
dikumpulkan dibawah cawan porselen ke dalam wadah digunakan spatula.
Campuran dalam beaker diaduk dengan batang pengaduk kemudian beaker ditutup
dengan cawan porselen, lalu panaskan beaker sampai tidak terbentuk padatan
dibawah evaporating dish. Padatan hasil sublimasi yang ditempel dibawah cawan
porselen ditimbang. Beaker didinginkan pada temperature ruang, kemudian
ditimbang beaker yang berisi sisa padatan. Hasil sublimasi dihitung dan ditambah
dengan berat sisa padatan. Hasil perhitungannya dibandingkan dengan berat awal
total campuran dalam beaker. Akuades 25 mL ditambahkan kedalam sisa padatan
dalam gelas beaker kemudian diaduk selama 5 menit. Kertas saring ditimbang dan
disiapkan kertas saring. Campuran disaring dan tampung fltratnya dalam beaker
lain, lalu dibilas padatan pada kertas saring dengan 10 mL aquades. Kertas saring
yang berisi padatan dikeringkan dalam oven suhu 1050 C selama 10 menit,
kemudian ditentukan berat atau ditimbang padatan hasil penyaringan. Cairan atau
filtrat yang tersisa digunakan sebagai sampel percobaan distilasi.
4.3.2 Distilasi
Alat dan bahan disiapkan, yaitu sisa filtrat pemisahan campuran, vaselin dan
larutan Pb(NO3)2. Set alat dipasang untuk proses distilasi. Vaselin dioleskan ke
setiap sambungan alat dan digunakan labu alas bulat 100 mL untuk labu destilasi
dan labu penampung. Labu destilasi diisi dengan sisa filtrat pemisahan campuran.
Batu didih sebanyak 2 butir dimasukkan, kemudian dipasangkan kedua labu pada
set alat destilasi dan dipanaskan dengan pembakar spirtus. Temperatur dicatat saat
distilat yang tertampung volumenya sekitar 1 mL kemudian dilanjutkan distilasi
hingga setengah volume air pada labu distilasi pindah ke labu distilat. Pembakar
spirtus dimatikan dan didinginkan labu distilat, kemudian dimasukkan masing-
masing sebanyak 2 mL cairan sisa pada labu distilasi dan cairan pada labu
penampung distilat, pada dua tabung reaksi terpisah. Larutan Pb(NO3)2 0,01 M
diteteskan pada masing-masing tabung reaksi langkah terakhir yaitu diamati dan
dicatat perubahan yang terjadi.
4.3.3 Sentrifugasi versus dekantasi
Langkah awal untuk melakukan praktikum sentrifugasi dan dekantasi adalah
menyiapkan alat dan bahan yaitu berupa gelas kimia, tabung sentrifugal, kertas
saring, dan bubuk kapur. Bubuk kapur di masukkan 2-3 sendok makan ke dalam
gelas kimia 50 mL kemudian ditambahkan 30 mL air, diaduk sampai rata. Larutan
10 mL diambil ke dalam tabung sentrifugal dan dipastikan sentrat dan endapan
diputar selama 2 menit dan diambil filtrat dengan pipet tetes. Campuran air diambil
kembali 10 mL dengan kapur kemudian disaring menggunakan kertas saring
diambil filtratnya serta dibandingkan sentrat dari proses sentrifugasi dan filtrat dari
proses penyaringan.
4.3.4 Rekritalisasi
Garam dapur kotor diambil satu kemudian dilarutkan dalamgelas kimia 50
mL dengan air secukupnya. Filtratnya kemudian disaring dan ditampung, dan
dalam cawan porselin diuapkan diatas nyala pembakar spirtus sampai air habis
menguap. Keadaan fisik garam dapur dibandingkan sebelum dan sesudah proses.
DAFTAR PUSTAKA
Endah, N.P., A.Fachry, Rasyidi, dan Tumanggor. 2008. Pengaruh waktu kristalisasi
Faputri, A., F. 2016. Desain evaporatordan pengujian kondisi operasi optimal pada
FUJIFILM Wako Pure Chemical Corporation. 2019. Safety Data Sheet [serial
online].https://labchemwako.fujifilm.com/sds/W01W01220016JGHEEN.p
Ltschem. 2020. Material Safety Data Sheet Calcium Oxide MSDS [Serial Online].