MSDS yang ada di dunia terdiri dari macam-macam format serta pengaturan.
Indonesia sendiri punya ketentuan mengenai dokumen MSDS. Di mana ketentuan
tersebut tertuang pada peraturan No87/M IND/PER/9/200 kementrian perindustrian
mengenai Sistem Harmonisasi Global Klasifikasi serta Label Bahan Kimia. Peraturan
ini disusun berdasarkan Globally Harmonized System (GHS). GHS adalah standar
internasional di dalam pembuatan MSDS di dunia (Ltschem, 2015)
MSDS tentunya mempunyai tujuan mengapa perlu untuk dibuat. Sesuai dengan
pengertian yang sudah dibahas di atas, berikut adalah beberapa tujuan MSDS
tersusun:
Pb(NO3)2
Timbal (II) Nitrat aatau biasa disebut dengan Pb(NO 3)2 memiliki sifat
fisika padat dan tidak bewarna. Pb(NO3)2 memiliki pH antara 3-4 pada 50 g/1
20 ° C, titik leburnya diantara 458 – 459 C dan titik didih/ rentang didihnya lebih
dari 500C. Pb(NO3)2 tergolong bahan yang berbahaya sehingga jika terkena
mata, segera dibilas dengan air dan jika terhirup segera keluar dan hirup udara
segar. (Smartlab, 2006).
NaCl
NaCl atau ynag biasa kita ketahui berapa di dapur yaitu garam dapur. NaCl
memiliki sifat fisik yaitu berbenyuk padat dan berwarna putih. NaCl memiliki pH
antara 4,5-7,0 pada 100 g/l 20 ° C. NaCl memiliki titik lebur 801C dan titik didih
1461C pada 1.013 hPa. NaCl dapat menyebabkan kerusakan mata jika
berkontak langsung, saat menggunakan bahan garam dapur sebaiknya
menggunakan perlengkapan laboratorium. (Smartlab, 2006).
Aquades
Aquades atau H2O adalah bahan yang tidak diklasifikasikan sebagai bahan
yang berbahaya menurut undang-undang Uni Eropa. Aquades tidak memerlukan
tindakan P3K karena tidak berbahaya. Aquades aman disimpan di penyimpanan
yang tertutup sangat rapat dan suhu penyimpanan yang direkomendaskan pada
+5°C hingga +30°C. Informasi tentang sifat fisika dan kimia Aquades yaitu
bentuknya cair, tidak berwarna, tak berbau, pH pada 20°C netral, titik lebur 0°C,
titik 100°C,dll. Metode penanganan limbah yaitu tinggalkan bahan kimia dalam
wadah aslinya. Jangan dicampurkan dengan limbah lain.(Smartlab, 2017).
Naftalene
Naftalene atau C10H8 adalah jika sampai tertelan, berbahaya dalam kasus kontak
mata, dan sedikit berbahaya dalam kasus kontak kulist. C10H8 memiliki sifat
fisik kristal padat, dan berwarna putih. Titik didihnya 218 ° C, dan berat jenisnya
1,162 (Air=1) (Pubchem,2001).
CaO (kapur barus)
CaO atau yang biasa diketahui dengan sebutan Kalsium Oksida. CaO memiliki
sifat fisik berwarna putih dan memiliki bentuk bubuk atau butiran. CaO memiliki
titik didih yaitu 2850 ° C dan titik leburnya 2572 ° C. efek kesehatannya CaO jika
terkena mata, kulit dan tertelan dapat menyebabkan iritasi (Ltschem,2015)
Hasil
4.2.2 Distilasi
Pb(NO3)2
- Dipasang set alat disttilasi.
- Diisi filtrate pada labu distilasi dari percobaan pemisahan campuran.
- Dimasukkan 2 butir batu didih
- Dihubungkan labu distilasi dengan labu penampung pada set distilasi
- Dipanaskan dengan bunsen.
- Dicatat temperatur saat volume 1 mL
- Dilanjutkan hingga setengah volume air
- Dimatikan Bunsen dan didinginkan.
- Dimasukkan 2mL filtrate pada kedua labu
- Diteteskan 3 tetes Pb(NO3)2 0,01 M
- Dicatat perubahannya.
-
Hasil
-
4.2.3 Sentrifugasi Versus Dekantasi
Lemari asam
- Dimasukkan 2-3 sendok makan bubuk kapur kedalam gelas kimia.
- Dimasukkan air lalu diasuk.
- Diambil larutan kedalam tabung sentrifugal
- Dipisahkan sentrat dan endapan
- Diambil filtrate menggunakan pipet tetes.
- Diambil kembali campuran air dan kapur
- Disaring dengan kertas saring dan diambil filtratnya.
- Dibandingkan sentrat dari hasil sentrifugasi dengan filtrate dari proses
penyaringan.
-
Hasil
4.2.4 Rekristalisasi
Termometer
- Dilarutkan garam gelas kimia dengan air.
- Disarin dan ditampung filtratnya
- Diuapkan dalam cawan porselen dengan Bunsen sampai semua air
menguap.
- Dibandingkan keadaan fisik garam dapur sebelum dan sesudah proses.
-
Hasil
4.3.2 Distilasi
Dipasang set alat distilasi sesuai dengan instruksi dari
instruktur. Ingat setiap sambungan alat gelas diolesi vaselin. Gunakan
labu alas bulat 100 mL untuk labu distilasi dan labu penampung. Isi
labu distilasi dengan sisa filtrat percobaan sebelumnya (pemisahan
kimia). Masukkan 2 butir batu didih. Pasangkan kedua labu tersebut
pada set alat distilasi, dan mulailah memanaskan menggunakan
pembakar spiritus. Catat temperatur saat distilat yang tertampung
volumenya sekitar 1 mL. Distilasi dilanjutkan hingga setengah
volume air pada labu distilasi pindah ke labu penampung distilat.
Matikan pembakar spiritus dan dinginkan labu distilat. Masukan
masing-masing sebanyak 2 mL cairan sisa pada labu distilasi dan
cairan pada labu penampung distilat, pada dua tabung reaksi terpisah.
Teteskan sebanyak 3 tetes larutan Pb(NO3)2 0,01 M pada masing-
masing tabung reaksi. Amati dan catat perubahan yang terjadi.
4.3.3 Sentrifugasi Versus Dekantasi
Dimasukkan 2-3 sendok makan bubuk kapur kedalam gelas
kimia 50 ml. Tambahkan 30 ml air, aduk sampai rata. Ambil 10 ml
larutan kedalam tabung sentrifugal. Pisahkan sentrat dan endapan
dengan diputar dengan pemusingan selama 2 menit dan ambil filtrat
dengan pipet tetes. Ambil kembali 10 ml campuran air dengan kapur
(aduk kembali jika kapur telah mengendap), saring menggunakan
kertas saring ambil filtratnya. Bandingkan sentrat dari proses
sentrifugasi dan filtrat dari proses penyaringan
4.3.4 Rekristalisasi
Pertama, diambil garam dapur kotor, dilarutkan dalam gelas
kimia 50 mL dengan air, disaring dan ditampung filtratnya, diuapkan
dalam cawan porselin dengan bunsen spiritus hingga air habis
menguap, lalu dibandingkan keadaan fisik NaCl sebelum dan sesudah
proses .
DAFTAR PUSTAKA
Chang, R. 1986. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Jakarta: Erlangga
Widyastuti, S., dan A. S. Sari. 2011. Kinerja Pengolahan Air Bersih dengan Proses
Filtrasi dalam Mereduksi Kesadahan. Jurnal Teknik Waktui. 09(01):43
Wijaya A., B. Suryatin, dan D. Salirawati. 2008. IPA Terpadu. Bandung: Grasindo.
Sediawan, W. B. 2000. Berbagai Teknologi Proses Pemisahan. Prosiding Ilmiah
Daur Bahan Bakar Nuklir. 5(1): 8-15