Anda di halaman 1dari 10

I.

JUDUL : : Perubahan Materi dan Pemisahan Campuran


II. TUJUAN :
- mendemonstrasikan pemisahan suatu campuran
- menguji beberapa teknik pemisahan berdasarkan
- memisahkan campuran homogeny dengan teknik destilasi
III. Tinjauan pustaka :
Kimia merupakan pengetahuan yang dikembangkan melalui eksperimen
yang valid. Kimia sendiri merupakan cabang ilmu fisik yang mempelajari tentang
susunan, stuktur, sifat, dan perubahan materi. Kimia juga terkadang disebut ilmu
pengetahuan pusat karena menjebatani ilmu lain termasuk fisika, geologi, dan
biologi. Ilmu kimia sendiri memiliki manfaat pada kehidupan manusia dibidang
kedokteran. Ilmu kimia biasa digunakan untuk membantu penyembuhan pasien
yang sakit, digunakan obat-obatan berdasarkan hasil riset dalam cabang kimia
farmasi(chang, 1986).
Sublimasi adalah pemisahan campuran dengan merubah wujud zat dari
padat ke gas tanpa mencair terlebih dahulu. Sublimasi memiliki cara untuk
memisahkan campuran dengan sublimasi sendiri yaitu dapat dilakukan dari
memisahkan partikel yang mudah menyublim menjadi gas, gas tersebut
kemudian ditampung dan didinginkan kembali. Sublimasi memliki syarat
pemisahan campuran yaitu partikel harus memiliki perbedaan titik didih yang
besar, sehingga dapat menghasilkan uap dengan kemurniaan yang tinggi.
(Kamilati, 2006).
Dekantasi adalah salah satu teknik pemisahan yang tergolong sederhana.
Dekantasi merupakan teknik pemisahan antara larutan dan padatan dengan cara
menuangkan cairan secara perlahan sehingga endapan tinggal di bagian dasar
wadah. Misalnya memisahkan air dari tanah termasuk dalam dekantasi. (Wijaya
dkk, 2008).
Filtrasi merupakan metode pemisahan yang dilakukan untuk menisahkan
padatan dan cairan. Dalam metode filtrasi ini yang paling diinginkan ada lah
residu (ampasnya). Faktor yang mempengaruhi filtrasi sendiri contohnya seperti
konsentrasi kekeruhan, temperatur, debit filtrasi dan lain sebagainya (Widyastuti
dan sari, 2011).
Destilasi merupakan proses pemisahan yang sudah sangat lama dikenal.
Destilasi memiliki proses yaitu dengan memanfaatkan perbedaan komposisi
setimbang pada fase uap dan cair. Proses destilasi memerlukan banyak energi
karena melibatkan penguapan dan panas (Sediawan, 2000).
Evaporasi adalah proses pemisahan larutan dengan cara penguapan.
Proses evaporasi bertujuan dalam 3 hal, yaitu mendapatkan larutan dengan
konsentrasi yang lebih tinggi, zat yang lebih murni, atau dalam fase uap untuk
diproses. Untuk memperoleh larutan yang lebih tinggi konsentrasinya maka perlu
dilakukan penguapan pelarut. (Aliwarga dkk, 2019).
Ekstrasi merupakan metode pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan
kelarutan antara dua cairan tidak larut yang berbeda. Ekstrasi memiliki metode
yang menggunakan suatu pelarut yang dapat melarutkan suatu komponen dari
campuran secara selektif, dapat dihasilkan suatu padatan yang dilarutkan
kemudian dipisahkan dari padatan yang tidak larut (Sediawan, 2000).

MSDS (Material Safety Data Sheet),

MSDS yang ada di dunia terdiri dari macam-macam format serta pengaturan.
Indonesia sendiri punya ketentuan mengenai dokumen MSDS. Di mana ketentuan
tersebut tertuang pada peraturan No87/M IND/PER/9/200 kementrian perindustrian
mengenai Sistem Harmonisasi Global Klasifikasi serta Label Bahan Kimia. Peraturan
ini disusun berdasarkan Globally Harmonized System (GHS). GHS adalah standar
internasional di dalam pembuatan MSDS di dunia (Ltschem, 2015)

MSDS tentunya mempunyai tujuan mengapa perlu untuk dibuat. Sesuai dengan
pengertian yang sudah dibahas di atas, berikut adalah beberapa tujuan MSDS
tersusun:

 Mengidentifikasi produk serta pembuat.


 Bahaya yang terkait dengan bahaya fisik.
 Pencegahan yang mempunyai kaitan dengan berbagai hal yang
punya kaitan dengan keadaan yang darurat.
 Respons sesuai di dalam berbagai macam situasi, seperti
kecelakaan, kebakaran, hingga tindakan pertolongan pertama.

Tujuan MSDS pun memberikan jaminan keselamatan untuk


pemakaian bahan kimia. Selain itu, pun terdapat pemenuhan pada
regulasi, perlindungan pekerja serta konsumen yang memakai alat untuk
berikan edukasi serta komunikasi pada pekerja yang terkait bahaya.
Berikut adalah contoh senyawa beserta data MSDSnya :

Pb(NO3)2
Timbal (II) Nitrat aatau biasa disebut dengan Pb(NO 3)2 memiliki sifat
fisika padat dan tidak bewarna. Pb(NO3)2 memiliki pH antara 3-4 pada 50 g/1
20 ° C, titik leburnya diantara 458 – 459 C dan titik didih/ rentang didihnya lebih
dari 500C. Pb(NO3)2 tergolong bahan yang berbahaya sehingga jika terkena
mata, segera dibilas dengan air dan jika terhirup segera keluar dan hirup udara
segar. (Smartlab, 2006).

NaCl

NaCl atau ynag biasa kita ketahui berapa di dapur yaitu garam dapur. NaCl
memiliki sifat fisik yaitu berbenyuk padat dan berwarna putih. NaCl memiliki pH
antara 4,5-7,0 pada 100 g/l 20 ° C. NaCl memiliki titik lebur 801C dan titik didih
1461C pada 1.013 hPa. NaCl dapat menyebabkan kerusakan mata jika
berkontak langsung, saat menggunakan bahan garam dapur sebaiknya
menggunakan perlengkapan laboratorium. (Smartlab, 2006).
Aquades
Aquades atau H2O adalah bahan yang tidak diklasifikasikan sebagai bahan
yang berbahaya menurut undang-undang Uni Eropa. Aquades tidak memerlukan
tindakan P3K karena tidak berbahaya. Aquades aman disimpan di penyimpanan
yang tertutup sangat rapat dan suhu penyimpanan yang direkomendaskan pada
+5°C hingga +30°C. Informasi tentang sifat fisika dan kimia Aquades yaitu
bentuknya cair, tidak berwarna, tak berbau, pH pada 20°C netral, titik lebur 0°C,
titik 100°C,dll. Metode penanganan limbah yaitu tinggalkan bahan kimia dalam
wadah aslinya. Jangan dicampurkan dengan limbah lain.(Smartlab, 2017).
Naftalene
Naftalene atau C10H8 adalah jika sampai tertelan, berbahaya dalam kasus kontak
mata, dan sedikit berbahaya dalam kasus kontak kulist. C10H8 memiliki sifat
fisik kristal padat, dan berwarna putih. Titik didihnya 218 ° C, dan berat jenisnya
1,162 (Air=1) (Pubchem,2001).
CaO (kapur barus)
CaO atau yang biasa diketahui dengan sebutan Kalsium Oksida. CaO memiliki
sifat fisik berwarna putih dan memiliki bentuk bubuk atau butiran. CaO memiliki
titik didih yaitu 2850 ° C dan titik leburnya 2572 ° C. efek kesehatannya CaO jika
terkena mata, kulit dan tertelan dapat menyebabkan iritasi (Ltschem,2015)

IV. Metodologi Percobaan


4.1 Alat dan Bahan
- Alat
- Timbangan
- Kaki Tiga
- Beaker
- Batang Pengaduk
- Corong
- Set Alat Destilasi
- Cawan Porselen
- Jaring Kawat
- Spatula
- Pembakar Spiritus
- Clamps
- Thermometer
- Bahan
- Naftalene ( Kapur Barus)
- Pb( NO 3 ¿2 0,5 M
- Garam Dapur (NaCl)
- Vaselin
- Pasir
- Serbuk Kapur
4.2 Skema Kerja
4.2.1 Pemisahan Campuran
Naphtalane
- Dimasukkan pasir, garam dapur, dan napthalence kedalam beaker
- Ditimbang beaker berisi bahan tersebut
- Ditutup beaker dengan cawan porselen yang sebelumnya telah
ditimbang
- Ditambahkan es diatas cawan poselen.
- Dipanaskan beaker dengan bunsen, setelah 10 menit dipindahkan
bunsen dan dikumpulkan padatan,
- Diulangi hingga tidak terbentuk padatan lagi lalu hasil padatan
ditimbang.
- Di dinginkan beaker dan ditimbing kembali
- Dihitung berat hasil sublimasi ditambah sisa hambatan dan
dibandingkan dengan berat awal.
- Ditambahkan akuades lalu diaduk.
- Disaring menggunakan kertas saring.
- Ditampung filtrate pada beaker lain dan kertas saring dibilas dengan
akuades.
- Dikeringkan kertas saring dengan oven lalu ditimbang kembali.
- Ditimbang padatan hasil penyaringan

Hasil

4.2.2 Distilasi
Pb(NO3)2
- Dipasang set alat disttilasi.
- Diisi filtrate pada labu distilasi dari percobaan pemisahan campuran.
- Dimasukkan 2 butir batu didih
- Dihubungkan labu distilasi dengan labu penampung pada set distilasi
- Dipanaskan dengan bunsen.
- Dicatat temperatur saat volume 1 mL
- Dilanjutkan hingga setengah volume air
- Dimatikan Bunsen dan didinginkan.
- Dimasukkan 2mL filtrate pada kedua labu
- Diteteskan 3 tetes Pb(NO3)2 0,01 M
- Dicatat perubahannya.
-
Hasil
-
4.2.3 Sentrifugasi Versus Dekantasi
Lemari asam
- Dimasukkan 2-3 sendok makan bubuk kapur kedalam gelas kimia.
- Dimasukkan air lalu diasuk.
- Diambil larutan kedalam tabung sentrifugal
- Dipisahkan sentrat dan endapan
- Diambil filtrate menggunakan pipet tetes.
- Diambil kembali campuran air dan kapur
- Disaring dengan kertas saring dan diambil filtratnya.
- Dibandingkan sentrat dari hasil sentrifugasi dengan filtrate dari proses
penyaringan.
-
Hasil

4.2.4 Rekristalisasi
Termometer
- Dilarutkan garam gelas kimia dengan air.
- Disarin dan ditampung filtratnya
- Diuapkan dalam cawan porselen dengan Bunsen sampai semua air
menguap.
- Dibandingkan keadaan fisik garam dapur sebelum dan sesudah proses.
-
Hasil

4.3 Prosedur Kerja


4.3.1 Pemisahan Campuran
Ditimbang beaker 100 mL., dimasukkan 0,5 gram pasir, garam
dapur (NaCl) dan Naphtalene dan diaduk hingga tercampur.
Kemudian ditimbang berat total dari beaker dan campuran, ditutup
beaker menggunakan cawan porselen. Ditempatkan beaker diatas
jaring kawat dan kaki tiga dan ditambahkan es diatas cawan porselen,
dipanaskan beaker dengan bunsen hingga terbentuk uap. Dipindahkan
bunsen dan dikumpulkan padatan dibawah cawan porselen
menggunakan spatula. Setelah dipanaskan selama 10 menit, diaduk
campuran dalam beaker dengan batang pengaduk, ditutup lalu
dipanaskan kembali sampai tidak lagi terbentuk padatan. Selanjutnya
ditimbang padatan yang menempel dibawah cawan porselen dan
didinginkan pada suhu ruang, ditimbang beaker yang berisi sisa
padatan. Dihitung berat hasil sublimasi ditambah dengan padatan
tersisa. Dibandingkan hasil perhitungannya dengan berat awal total
campuran dalam beaker, ditambahkan 25 mL akuades kedalam sisa
padatan dalam beaker, diaduk selama 5 menit. Disaring campuran
menggunakan kertas saring dan ditampung filtratnya dengan beaker
lain. Kemudian dibilas padatan pada kertas saring dengan 10 mL
akuades, dikeringkan padatan pada kertas saring menggunakan oven
suhu 105 o
c selama 10 menit. Dihitung berat padatan hasil
penyaringan, terakhir digunakan filtrat sisa sebagai sampel percobaan
distilasi.

4.3.2 Distilasi
Dipasang set alat distilasi sesuai dengan instruksi dari
instruktur. Ingat setiap sambungan alat gelas diolesi vaselin. Gunakan
labu alas bulat 100 mL untuk labu distilasi dan labu penampung. Isi
labu distilasi dengan sisa filtrat percobaan sebelumnya (pemisahan
kimia). Masukkan 2 butir batu didih. Pasangkan kedua labu tersebut
pada set alat distilasi, dan mulailah memanaskan menggunakan
pembakar spiritus. Catat temperatur saat distilat yang tertampung
volumenya sekitar 1 mL. Distilasi dilanjutkan hingga setengah
volume air pada labu distilasi pindah ke labu penampung distilat.
Matikan pembakar spiritus dan dinginkan labu distilat. Masukan
masing-masing sebanyak 2 mL cairan sisa pada labu distilasi dan
cairan pada labu penampung distilat, pada dua tabung reaksi terpisah.
Teteskan sebanyak 3 tetes larutan Pb(NO3)2 0,01 M pada masing-
masing tabung reaksi. Amati dan catat perubahan yang terjadi.
4.3.3 Sentrifugasi Versus Dekantasi
Dimasukkan 2-3 sendok makan bubuk kapur kedalam gelas
kimia 50 ml. Tambahkan 30 ml air, aduk sampai rata. Ambil 10 ml
larutan kedalam tabung sentrifugal. Pisahkan sentrat dan endapan
dengan diputar dengan pemusingan selama 2 menit dan ambil filtrat
dengan pipet tetes. Ambil kembali 10 ml campuran air dengan kapur
(aduk kembali jika kapur telah mengendap), saring menggunakan
kertas saring ambil filtratnya. Bandingkan sentrat dari proses
sentrifugasi dan filtrat dari proses penyaringan
4.3.4 Rekristalisasi
Pertama, diambil garam dapur kotor, dilarutkan dalam gelas
kimia 50 mL dengan air, disaring dan ditampung filtratnya, diuapkan
dalam cawan porselin dengan bunsen spiritus hingga air habis
menguap, lalu dibandingkan keadaan fisik NaCl sebelum dan sesudah
proses .

DAFTAR PUSTAKA
Chang, R. 1986. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Jakarta: Erlangga

Kamilati N. 2006. Mengenal Kimia. Jakarta: Yudhistira

Aliwarga L., W. S. Kusumo, dan A. Pramono.. 2019. Pengaruh Temperatur dan


Tekanan dalam Proses Evaporasi Asam 6-Aminopenisilinat. Jurnal
Rekayasa Bahan Alam dan Energi Berkelanjutan. 3(1):12-19.

Widyastuti, S., dan A. S. Sari. 2011. Kinerja Pengolahan Air Bersih dengan Proses
Filtrasi dalam Mereduksi Kesadahan. Jurnal Teknik Waktui. 09(01):43

Wijaya A., B. Suryatin, dan D. Salirawati. 2008. IPA Terpadu. Bandung: Grasindo.
Sediawan, W. B. 2000. Berbagai Teknologi Proses Pemisahan. Prosiding Ilmiah
Daur Bahan Bakar Nuklir. 5(1): 8-15

Anda mungkin juga menyukai