Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PERCOBAAN I

“DESTILASI”

A. Tujuan
Untuk memisahkan suatu zat dari campuran beberapa senyawa
atas fraksi-fraksinya berdasarkan perbedaan tekanan uap atau
titik didih.

B. Dasar Teori
 Destilasi
Suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan
kecepatan atau kemudian menguap(volalitas) bahan dalam
penyulingan, campuran zat didihkan sehingga menguap, dan uap ini
kemudian didinginkan kembali kedalam bentuk cairan. Zat yang
memiliki titik didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu.
(syukri, 2007)
Destilasi merupakan teknik pemisahan yang didasari atas
perbedaan-perbedaan titik didih atau titik cair dari masing-masing
zat penyusun dari campuran homogeny. Dalam proses terdapat dua
tahap proses, yaitu: tahap penguapan dan dilanjutkan dengan tahap
pengembangan kembali uap menjadi cair atau padatan. Atas dasar ini
maka perangkat peralatan destilasi menggunakan alat pemanas dan
alat pendingin.(wahyu,2013)

 Air Nira
Salah satu minuman beralkohol yang pembuatannya masih
tradisional adalah tuak. Tuak berasal dari air nira.(Fardiaz,2018)

C. Alat dan bahan


a) Alat : labu erlenmeyer
Pendingin/kondensor
Thermometer
Statif dan klem
b) Bahan : air ijok mameh atau air nira

D. Prosedur kerja
Dimasukkan 300 ml air nira kedalam labu destilasi,
kemudian di destilasi menggunakan waterbath sampai suhu
leher 82̊C (titik didih alcohol pada air nira). Uap yang akan
keluar akan mengalami kondensasi didalam kondensor dan
destilat yang keluar akan ditampung lalu dimasukkan ke dalam
corong terpisah. Kemudian tambahkan Na2SO4 anhidrat untuk
menarik air yang terikat pada destilat, kemudian diperoleh
destilat berupa alkohol.

Contoh alat/perangkat destilasi

E. Data Pengamatan
Penentuan kadar alkohol:
Berat kosong piknometer: X= 14,49 gram
Berat pikno kosong + destilat: Y= 9
Berat destilat = 14,49 – 9 gram
= 5,49 gram
BJ= 5,49 gram

F. Pembahasan
Dari praktikum ini melakukan percobaan dengan bahan air
nira. Dan yang di praktikumkan ini agar alkohol dan air dapat
terpisah, akan tetapi gagal pada percobaan pertama ini. Karena
bahan yang di bawa sudah tidak mengandung alkoholnya.
Pada percobaan ini membutuhkan waktu selama 2 jam dan
hasilnya tidak maksimal. Titik didih alkohol pada air nira adalah
0,025%/100ml, dan dipanaskan hingga titik didih 82̊C Dan hasil
akhir dari praktikum ini yang didapatkan dari air nira yang sudah
di destilasi adalah 5,49 gram.
G. Kesimpulan
Dari praktikum destilasi air nira ini dapat disimpulkan bahwa
air nira memiliki alkohol 0,025% per100ml dengan titik didih
alkohol 78% yang ada pada labu destilasi.

BAB II
PERCOBAAN II

“REKRISTALISASI”

A. Tujuan
 Mahasiswa mempelajari rekrisatilasi untuk pemurnian senyawa
organik.
 Untuk memurnikan suatu zat hasi isolasi maupun pemisahan
zat proses rekristalisasi. Kristal yang terjadi dilarutkan dalam
larutan panas yang mengandung senyawa. Perlahan-lahan
didinginkan sehingga produk yang dimurnikan tersebut secara
terpisah terendapkan. Bila senyawa tersebut berwarna, maka
ditambahkan zat yang dapat menyerap warna tersebut seperti
norit.

B. Dasar Teori
Rekristalisasi adalah salah satu cara pemurnian zat padat yang
banyak digunakan. Rekristalisasi dilakukan dengan cara
melatutkan zat padat dengan pelarut yang sesuai lalu larutan
tersebut dikristalkan kembali. Konsentrasi total zat dan pengotor
biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan. Bila
dingin, maka konsentrasi zat dan pengotor yang rendah, tetapi
dalam larutan sementara dalam produk yang berkonsentrasi tinggi
akan mengendap.(Arsyad,2001)
Pemurnian senyawa organik padat dapat dilakukan dengan
rekristalisasi dengan pelarut yang didasarkan pada prinsip
kelarutan. Zat-zat yang direkristalisasi dilarutkan pada pelarut di
suhu tinggi, dihilangkan pengotornya, disaring untuk
menghilangkan residu yang tak larut dan didinginkan. Kristal
yang terbentuk kemudian disaring dengan tekanan rendah, dicuci
dan dikeringkan.(Mikee,1997)
Pemilihan pelarut merupakan yang penting dalam
rekristalisasi. Beberapa persyaratan suatu pelarut dapat dipakai
dengan proses rekristalisasi antara lain, memberikan perbedaan
daya larut yang cukup besar antara zat yang dimurnikan dengan
zat pengotor, pada Kristal, mudah dipisahkan pada Kristal,
bersifat inert (tidak mudah bereaksi dengan Kristal).
(shaevla,1989)

C. Alat dan Bahan


a). Alat: - Beaker glass
- Tabung reaksi
- Corong
- Gelas ukur
- Neraca
- Penangas air
- Hot plate

b). Bahan: - Karbon aktif


- Ethanol
- Kapur barus berwarna
- Kapur barus tak berwarna
- Garam inggris

D. Prosedur Kerja
 Pilihlah pelarut yang sesuai
 Panaskanlah pelarut pada titik didihnya
 Larutkanlah zat kimia organik padat tersebut pada jumlah
seperlunya pada larutan mendidih
 Lalu, tambahkan karbon aktif atau magnesium oksida untuk
warna klorofil
 Saringlah campuran panas melalui penyaring yang
dipanaskan
 Masukkan filtrat yang ditampung ke dalam botol sampel
 Biarkan larutan panas menjadi dingin secara perlahan-lahan
 Tempatkan botol sampel kedalam beaker glass
 Bila Kristal tidak terjadi, gerus dengan batang pengaduk
pada dinding botol jika perlu tambahkan Kristal murni zat
tersebut dalam jumlah kecil untuk memancing terbentuknya
Kristal
 Kumpulkan Kristal menggunakan penyaring buchler
 Cucilah Kristal dengan sedikit pelarut dalam keadaan dingin
 Keringkan Kristal tersebut

E. Data Pengamatan
Dari praktikum ini,menggunakan 3 bahan, yaitu kapur barus
berwarna, kapur barus putih, dan garam kotor.
 Sampel 1: kapru barus putih

NO PERLAKUAN PENGAMATAN
1. Air ethanol dipanaskan hingga Air mendidih
mendidih
2. 2 sendok kapur barus putih Larutan berwarna bening
3. Larutan disaring dengan corong Diperoleh filtrat dan
dan kertas saring residu
4. Filtrat didinginkan dan disaring Terbentuk kristal
5. Kristal kapur barus putih Memperoleh Kristal kapur
barus yang berwarna
sedikit kekuning-kuningan

 Sampel 2 : kapur barus berwarna

NO PERLAKUAN PENGAMATAN
1. Air ethanol dipanaskan hingga Air mendidih
mendidih
2. 2 sendok kapur barus berwarna Larutan berwarna hijau
3. Tambahkan sedikit zat aktif Berubah warna menjadi
kedalam air yang berisi kapur keunguan
barus
4. Larutan disaring dengan corong Diperoleh filtrate dan
dan kertas saring residu
5. Filtrat didinginkan dan disaring Terbentuk Kristal
6. Kristal kapur barus berwarna Memperoleh Kristal kapur
barus berwarna keungu-
unguan

F. Pembahasan
Terbentuk dengan mudah, jika Kristal sudah mulai terbentuk,
maka dilakukan penyaringan dengan menggunakan kertas saring.
Hal ini bertujuan untuk memisahkan endapan dari larutan.
Disini menggunakan 3 uji, yaitu:
o Uji kelarutan
Sampel I,II, dan III memiliki kelarutan yang maksimal.
o Uji peniadaan warna.
Sampel I memiliki sedikit warna kekuning-kuningan,
sampel II memiliki warna
keungu-unguan, dan sampel III memiliki warna sedikit
keruh.
o Rekristalisasi
Sampel I membentuk Kristal yang menggumpal, sampel II
membentuk butiran-butiran Kristal, dan sampel III
membentuk butiran Kristal garam.

G. Kesimpulan
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa pemurnian
secara rekristalisasi didasarkan pada perbedaan daya larut antara
zat yang dimurnikan dengan pengotornya dalam suatu pelarut
tertentu.
BAB III

PERCOBAAN III

“OKSIDASI PADA SENYAWA ORGANIK”

A. Tujuan
Untuk mengetahui terjadinya oksidasi padaa senyawa organik
tak jenuh.

B. Dasar Teori
Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mereduksi
seyawa senyawa-senyawa lain dikatakan sebagai resuktif dan
dikenal sebagai reduktor atau agen reduksi. Reduktor melepaskan
elektronnya ke senyawa lain sehingga ia teroksidasi. Oleh karena
itu ia juga disebut sebagai penderma elektron. Pasangan oksidasi
dan reduktor yang terlibat dalam sebuah reaksi disebut sebagai
pasangan redoks.(Rivai,1998)
Ternyata tidak semua reaksi oksidasi dengan senyawa organik
dapat dijelaskan dengan pemberian dan penerimaan oksigen
misalnya walaupun reaksi untuk mensintesis olin dengan
mereaksikan nitro benzene dan besi dengan kehadiran HCl dan
reaksi oksidasi pembentukan CH3CH3 dengan penambahan
hidrogen pada CH2CH2 tidak melibatkan pemberian dan
penerimaan oksigen. Oksidator melepaskan elektron dari senyawa
lain sehingga dirinya tereduksi. Oleh karena itu menerima
elektron dapat disebut sebagai penerima elektron oksidator
biasanya adalah senyawa yang memiliki unsur-unsur dengan
bilangan oksidasi yang tinggi.

C. Alat dan Bahan


a. Alat
Beaker glass
Magnetic stirrer
Cawan penguap
Thermometer
b. Bahan
Asam oleat
KOH
KMnO4
Asam sulfat pekat
Aquadest
D. Prosedur Kerja
a. Timbanglah asam oleat 2 gram dan KOH 0,6 gram dalam 1,2 ml
aquadest(larutan alkali asam oleat).
b. Larutkanlah KMnO4 5,4 gram didalam aquadest 100 ml,
kemudian diaduk sampai KMnO4 larut sempurna.
c. Panaskanlah larutan KMnO4 + larutan alkali asam oleat hingga
suhu 75̊C, diaduk selama 30 menit.
d. Dinginkan dan tambahkan larutan H2SO4 pekat dan 10 ml
aquadest. Panaskan pada suhu 25̊C selama 15 menit.(filtrat I)
e. Tambahkan 30 ml aquadest dan dipanaskan, disaring selagi
panas.(filtrat II)
f. Campurkan fitrat I dan II, diuapkan sampai 1/3 bagian.
g. Dinginkan pada suhu kamar sehingga terbentuk Kristal putih
dan saring dengan penyaring Buchner.
h. Keringkan Kristal dalam oven pada suhu 60̊C.
i. Kristal yang diperoleh direkristalisasikan dengan aquadest
panas, dikeringkan kembali dalam oven pada suhu 60̊C.
j. Titik lebur Kristal : 108,6̊C.
k. Kelarutan : tidak larut dalam air dingin, CHCL3, dll dan larut
didalam air panas, aseton, methanol, alkohol.

E. Data Pengamatan

No perlakuan Pengamatan
1 Asam oleat + KOH + Warna kuning putih seperti
Aquadest mentega.
2 100 ml KMnO4 + alkil Dua lapisan. Lapisan bawah
asam oleat mentega.
3 100 ml KMnO4 + H2SO4 Menit pertama seperti gunung
merapi ungu pekat kemudian
menjadi pekat tua.

F. Pembahasan
Dalam praktikum ini, melakukan percobaan oksidasi pada
senyawa organik yang tak jernih. Oksidasi bertujuan untuk
mengetahui bentuk-bentuk reaksi pada senyawa organik. Pada
percobaan ini direaksikan KMnO4 dengan dilarutkan didalam
aquadest menjadi larut.
aduk sampai larutan tersebut menghasilkan warna ungu
kehitaman dengan menambahkan larutan H2SO4 dengan aquadest
menjadi paduan hingga suhu mencapai 75̊C selama 15 menit dan
disaring selagi panas dan menghasilkan endapan sehingga
terbentuk Kristal putih. Tujuan pengeringan tersebut adalah untuk
mengkristalkan antara zat yang telah larut dengan zat
pengotornya, agar diperoleh zat yang lebih murni jika dilihat dari
hasil yang diamati yaitu perubahan warna dan bentuk Kristal.

G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa
kalium permanganat merupakan oksidator yang kuat dimana jika
direaksikan dengan KOH, KMnO4 dan H2SO4 pekat, kalium
permanganat bertindak sebagai reduktor atau zat yang mengalami
dan bertindak.
Oksidasi ini dapat dilihat dari terjadinya perubahan warna
pada larutan yang diuji. Warna coklat kekuning-kuningan
walaupun ada beberapa yang mengalami kegagalan karena terjadi
beberapa kesalahan pada saat pencampuran bahan oleh praktikan.
BAB IV

PERCOBAAN IV

“ ESTERIFIKASI ASAM BENZOAT “

A. Tujuan
Untuk mengetahui reaksi esterifikasi suatu asam karboksilat
dengan suatu alkohol katalisator asam.

B. Dasar Teori
Penamaan ester hampir menyerupai dengan penamaan basa
walaupun tidak benar-benar mempunyai kation dan anion. Namun
memiliki kemiripan dalam sifat lebih elektropositif dan
keelektronegatifan. Ester dapat dibuat sebagai produk dari suatu
pemadatan asam dari suatu asam (pada umumnya suatu asam
organik) dan suatu alkohol (campuran zat asam karbon).
Walaupun ada cara-cara lain untuk membentuk ester.
Pemadatan adalah suatu jenis reaksi kimia diaman dua molekul
bekerja sama dengan menghapuskan suatu molekul yang kecil,
dalam hal ini dua gugus OH yang merupakan hasil eliminasi suatu
molekul cair. (Clark,2002)
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester
dengan reaksi langsung antara suatu asam karboksilat dengan
suatu alkohol, suatu ester asam karboksilat mengandung gugus -
CO2R dengan R dapat berbentuk alkil atau etil. (poedjiadi, 1994)
Suatu reaksi pemadatan untuk membentuk suatu ester disebut
esterifikasi. Esterifikasi dapat dikatalis oleh kehadiran ion IH.
Asam belerang sering digunakan sebagai suatu katalisator untuk
reaksi ini. Nama ester berasal dari Essigather jerman, sebuah
nama kuno untuk menyebutkan etil asam cuka (asam cuka etil).
(Anshory, 2003)

C. Alat dan Bahan


a. Alat :
- Labu alas bulat
- Rotary evaporator
- Magnetic stirrer
- Pendingin bola
- Corong pisah
- Erlenmeyer

b. Bahan :
- Asam benzoate 1 gram
- CH3OH p.a 5 ml
- H2SO4 p.a 5 ml
- Eter 15 ml
- Aquadest
- Na2CO3
- NaCl
- Na2SO4 anhidrat
D. Prosedur Kerja
a. Masukkan 5 gram asam benzoate ke labu alas bulat 200 ml +
25 ml CH3OH p.a + 3 ml H2SO4 p.a (pelan – pelan melalui
dinding).
b. Aduklah menggunakan magnetic stirrer dan direfluks selama
30 menit dengan suhu 70 - 80̊C dalam penangas.
c. Dinginkanlah dengan suhu kamar, pindahkan ke corong pisah,
tambahkan eter 50 ml dan aquadest 25 ml, kocok dan diamkan
sampai terpisah.
d. Diulang hingga lima kali.
e. Tambahkan lapisan eter 5 ml Na2CO3 5%, tambahkan NaCl
jenuh 5 ml, dipisahkan tiga kali.
f. Lapisan eter dikumpulkan.
g. Larutan eter ditambah Na2SO4 anhidrat.
h. Diuapkan eter dengan evaporator, tes titik lebur (198-200)̊C.

E. Data Pengamatan

No Perlakuan Pengamatan
1. 5 gram asam benzoate, 25 ml Larutan asam benzoate,
CH3OH, 3 ml H2SO4 p, CH3OH, dan H2SO4
dimasukkan kedalam labu alas bulat dan batu didih
dan ditambahkan batu didih
2. Putar dengan magnetic stirrer dan Larutan bebas dari
dipanaskan selama 30 menit dengan asam benzoate
suhu 70 - 80̊C, diamkan selama 15
menit
3. Pindahkan kedalam corong pisah Terbentuk dua fase
lalu tambahkan 50 ml eter dan 25 dalam larutan berwarna
ml aquadest putih keruh dan berbau
wangi
4. Pisahkan lapisan air dan cuci Larutan menjadi dua
lapisan eter dengan aquadest fase
sebanyak 5 kali
5. Tambahkan eter 5 ml, Na2CO3 5%, Kedua lapisan terpisah
5 ml NaCl, dipisahkan sebanyak 3
kali
6. Eter ditambahkan dengan H2SO4 Terbentuk dua fase
anhidrat
7. Memisahkan larutan Didapatkan larutan
ester
8. Menambahkan air kedalam corong Terbentuk dua fase
pemisah yang berisi air dan kocok,
lalu diamkan
9. Fase air dipisahkan Terdapat fase bawah
saja
10. Hasil esterifikasi dimasukkan ke Endapan atau larutan
dalam erlenmeyer berwarna bening berada
didalam Erlenmeyer

F. Pembahasan
Esterifikasi adalah suatu proses antara asam karboksilat
dengan alkohol membentuk senyawa ester. Reaksi ini bersifat
bolak – balik (reversible) dan umumnya sangat lambat sehingga
memerlukan katalis agar diperoleh ester. Faktor yang
mempengaruhi proses esterifikasi salah satunya adalah suhu.
Ester merupakan salah satu dari derivat asam karboksilat,
maksud dari asam karboksilat ialah reaksinya dengan air akan
menghasilkan asam karboksilat. Pada derivate asam karboksilat
terdapat karbonil pada gugus acil yang menyebabkan ada
beberapa sifat kimia yang serupa. Juga mengandung gugus pergi
yang terikat pada karbon acil. Biasanya akan terjadi adisi pada
gugus karbonil dari ketonatau aldehid.
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan asam karboksilat
dengan alkohol yang dipanaskan dengan katalis asam (HCl dan
H2SO4) dan pada praktikum ini digunakan H2SO4 pekat. Reaksi
keseimbangan yang terjadi dapat digeser kekanan dengan cara,
yaitu penambahan alkohok dan asam karboksilatnya dan ester atau
air yang terbentuk dipindahkan segera melalui penyuligan. Cara
lain dengan mempertinggi suhu dan katalisator (HCl dan H2SO4)
untuk mempercepat keseimbangan.

G. Kesimpulan
Dari praktikum ini didapat hasil esterifikasi asam benzoat
melalui proses pendinginan balik (refluks) dan destilasi
sederhana berupa larutan bening dengan bau yang khas.

BAB V

PERCOBAAN V

“SULFONASI TOLUEN (SUBSTITUSI ELEKTROLIT)”

A. Tujuan
Untuk mengetahui proses substitusi elektrolit antara atom H
dengan SO2 H.

B. Teori
Reaksi sulfonasi adalah dengan mereaksikan asam sulfat
berasap dengan senyawa benzene. Produknya berupa asam kuat.
(Farhan, 2001)
Asam sulfonasi adalah senyawa golongan asam kuat yang
sering digunakan untuk pembuatan obat-obatan. Asam sulfanilat
adalah bubuk abu-abu terang, atau Kristal, atau sedikit larut dalam
air, alkohol, dan eter, dan larut dalam air panas. Asam sulfanilat
merupakan produk hasil sulfonasi yang merupakan asam organik dari
golongan asam sulfonat atau juga sering disebut asam p-amino
benzene sulfonat atau asam sulfannat dan diperoleh dari analine atau
asam sulfat pekat.(Yayan, 1992)
Asam sulfonilat dipandang sebagai ion amfoter(zat yang
mampu menunjukkan sifat asam maupun basa). Asam sulfonat
bereaksi terurai sebelum mencair pada suhu 300 dan tidak dapat
larut dalam pelarut organik, maka asam sulfanit dapat dipandang
sebagai ion amfoter. Anion merupakan senyawa turunan benzene
yang dihasilkan dari pengurangan nitrobenzene, anaun, dapat dibuat
dengan mengurangi nitrobenzene dengan campuran Fe dan HCl.
Asam fenilamin atai ammobenzena adalah senyawa organik dengan
rumus C6H5NH2.(Angga, 1999)
C. Alat dab Bahan
a. Alat:
- Labu alas bulat 100 ml
- Pendingin bola
- Erlenmeyer
- Batang pengaduk
-
b. Bahan :
- Toluene
- H2SO4 pekat
- NaHCO3
- NaCl

D. Prosedur Kerja
a. Dimasukkan dengan hati-hati ke dalam labu alas bulat 100 ml
sebanyak 8 ml toluene dan 5 ml H2SO4 pekat dengan hati-hati
dan diaduk menggunakan magnetic stirrer.
b. Dipasangkan pendingin bola dan di refluks pada suhu 75̊C dalam
penangas air selama 20 menit (sampai toluene mendidih) hingga
tercampur sempurna.
c. Dipindahkan ke dalam labu 100 ml yang berisi 25 ml air hangat
(gunakan sarung tangan).
d. Dinetralkan asam dengan menambahkan 4 gram
NaHCO3(berlebih). Cek Ph.
e. Ditunggu proses secara sempurna dengan mengaduk-aduk secara
hati-hati.
f. Ditambahkan NaCl sebanyak 10 gram maka akan membentuk
garam berbentuk endapan putih
g. Diaduk (tidak efektif menggunakan magnetic stirrer) dan
didinginkan dengan pendingin es.

E. Data Pengamatan

No. perlakuan Pengamatan


1. Dipanaskan 8 ml toluene dan 5 Terbentuk larutan berwarna
ml H2SO4 pekat sedikit coklat keemasan
2. Larutan toluene + H2SO4 yang Larutan berubah sedikit
sudah diaduk + air hangat tidak jernih
3. Penambahan 4 gram NaHCO3 Larutan bereaksi hingga
menghasilkan tekanan tinggi
dan Phnya adalah 5
4. Penambahan 10 gram NaCl Larutan menjadi tidak jernih
serta berbentuk lingkaran
keemasan pada permukaan
dan berbentuk garam
endapan putih

F. Pembahasan
Sulfonasi adalah proses yang menyebabkan gugus SO4H
menjadi terlihat pada atom karbon dalam senyawa karbon ataupun
ion termasuk reaksi-reaksi yang melihat gugus sulfur kalida atau
garam-garam yang berasal dari gugus.
Asam sulfarat, pada praktikum kali ini, mahasiswa melakukan
percobaan sulfonasi toluene yang bertujuan untuk mengetahui
substitusi elektrofilik antara atom H dengan SO3H, dilakukan
percobaan ini dengan bahan toluene, H2SO4 pekat, NaHCl3, NaCl,
aquadest. Reaksinya dapat dilakukan sebagai berikut :

 C7H8 + H2SO4 = C7H8O2S


 C7H8O3S + Na2Hc2O3 = C7H7N4O3S

G. Kesimpulan
Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa sulfonasi yang
direaksikan toluene + H2SO4 pekat + NaHCl3 + NaCl akan
menghasilkan garam C7H7NaCO3S yang sangat mudah larut dalam
air, dan larutan toluene dan NaSO4 dinetralkan dengan NaHCl3
mendapatkan Phnya 5 atau netral.
BAB VI

PERCOBAAN VI

“PERBANDINGAN KECEPATAN HIDROLISIS AMILUM ANTARA


SALIVA DENGAN HCl 0,1 N”

A. Tujuan
Untuk mengetahui perbandingan kecepatan hidrolisis amilum
antara saliva dengan HCl 0,1 N

B. Dasar Teori
Amilum merupakan suatu senyawa organik yang tersebar luas
pada kandungan tanaman. Amilum dihasilkan dari dalam daun-daun
hijau sebagai wujud penyimpanan sementara dari produk
fotosintesis. Amilum juga tersimpan dalam bahan cadangan makanan
yang permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-jari teras, kulit
batang, akar tanaman menahan, dan umbi. Amilum merupakan 50-
65% nerat kerang biji gandum dan 80% bahan kering umbi kentang.
(Gunawan, 2004)
Amilum juga disebut dengan pati, pati yang diperdagangkan
diperoleh dari berbagai bagian tanaman. Misalnya endosperma biji
gandum, jagung, dan padi, dari umbi kentang: umbi akar manihot es
culenta(pati tapioka), batang metroxion, sagu(pati sagu), dan
rhizome umbi tumbuhan bersitaminodia yang meliputi canna edulis
maranta arundinaceae, dan curcuma angustifolia(pati umbi larut).
(fahn, 1995)
Saliva adalah cairan oral ‘kompleks’ yang terdiri atas
campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada
mukosa oral. Saliva yang terbentuk dirongga mulut, sekitar 90%nya
dihasilkan oleh kelenjar sub maksilor dan kelenjar parotis, 5% oleh
kelenjar sublingual, 5% lagi oleh kelenjar-kelenjar ludah yang
kecil,sebagian besar saliva dihasilkan pada saat makan, sebagian
reaksi atas rangsang yang berupa pengecapan dan mengunyah
makanan, pada saat tidak sedang makan aliran saliva sangat sedikit.
(Bechal, 1992)

C. Alat dan Bahan


a. Alat :
- Tabung reaksi 3 buah
- Erlenmeyer 3 buah
b. Bahan :
- Aquadest 100 ml
- HCl 0,1 N
- Air ludah/saliva(air kumur-kumur)
- Pati(amilum kanji) 50 gram
- Iodium

D. Cara Kerja
a. Disiapkan 3 erlenmeyer
b. Erlenmeyer pertama diisi dengan blanco air 100 ml. Erlenmeyer
kedua diisi dengan HCl 0,1 N. Erlenmeyer ketiga diisi dengan
saliva (air kumur-kumur 3x hingga 100 ml.
c. Dibuat larutan kanji dengan cara 50 gram pati (amilum) ditambah
air secukupnya dan dipanaskan sampai berbentuk larutan kanji
encer.
d. Ditambahkan amilum 10 ml kedalam masing-masing Erlenmeyer.
e. Campuran larutan ini dipanaskan dalam penangas air.
f. Setiap 2 menit sekali dipipet masing-masing Erlenmeyer dan
diletakkan kedalam spot plate lalu ditambahkan 1 tetes larutan
Iodium.
g. Diamati perubahan warna sampai tidak terjadi perubahan warna
lagi. Hal ini berarti amilum sudah terpecah menjadi disakarida
atau monosakarida.
h. Selanjutnya dibuat cara yang sama tanpa pemanasan.
i. Dicatat perubahan warna yang terjadi.
j. Kalau ada, tes hasil terakhir dengan reaksi phenilharason.
E. Data Pengamatan
Dari praktikum ini, menggunakan 3 bahan, yaitu saliva,
aquadest, dan HCl.

a. Sampel I: aquadest

No. perlakuan pengamatan


1. Air dipanaskan hingga mendidih Air mendidih
2. Masukkan tepung kanji 25 gram Larutan berwarna
putih susu
3. Larutan dimasukkan kedalam tabung Larutan berwarna
reaksi 5 ml putih susu
4. Larutan dimasukkan kedalam air Berubah mendidih
mendidih
5. Larutan dimasukkan ke spot plate Berubah lebih cair
lalu ditetesi Iodium 1 tetes

b. Sampel II: Saliva

No. perlakuan pengamatan


1. Air dipanaskan hingga mendidih Air mendidih
2. Masukkan tepung kanji 25 gram Larutan berwarna
putih susu
3. Larutan dimasukkan kedalam tabung Larutan berwarna
reaksi 5 ml putih susu
4. Larutan dimasukkan kedalam air Berubah mendidih
mendidih
5. Larutan dimasukkan ke spot plate Berubah lebih cair dan
lalu ditetesi Iodium 1 tetes berwarna sedikit lebih
keruh

c. Sampel III: HCl

No. perlakuan pengamatan


1. Air dipanaskan hingga mendidih Air mendidih
2. Masukkan tepung kanji 25 gram Larutan berwarna
putih susu
3. Larutan dimasukkan kedalam tabung Larutan berwarna
reaksi 5 ml putih susu
4. Larutan dimasukkan kedalam air Berubah mendidih
mendidih
5. Larutan dumasukkan ke spot plate Berubah jadi
lalu ditetesi Iodium 1 tetes cair/encer dan
berwarna keruh

F. Pembahasan
Dari praktikum ini, percobaan perbandingan kecepatan
hidrolisis amilum antara saliva dan HCl 0,1 N.
Langkah pertama menyiapkan bahan yang digunakan seperti
Erlenmeyer 3 dan tabung reaksi 3, penangas dan spiritus, batang
pengaduk. Lalu selanjutnya memanaskan air hingga mendidih. Dan
setelah mendidih dimasukkan tepung kanji sebanyak 25 gram lalu
diaduk dengan batang pengaduk hingga kelihatan encer. Lalu kami
dipanaskan air lagi di gelas kimia terpisah hingga mendidih.
Selanjutnya, memasukkan tepung kanji yang sudah encer ke 3
tabung reaksi. Lalu, dipanaskan dengan air mendidih dan diletakkan
di spot plate. Lalu, setiap 2 menit sekali diletakkan di atas spot
plate agar terlihat perbedaannya. Lalu, tambahkan Iodium dan
dilihat perubahan dari ketiga sampel tersebut yang berubah warna
dan teksturnya.

G. Kesimpulan
Dari praktikum perbandingan hidrolisis amilum antara saliva
dan HCl 0,1 N dapat disimpulkan setiap kadar Ph air liur, aqua, dan
HCl berbeda dan berubah bentuk dan warna disaat perbandingan 2
menit sekali.
BAB VII

DAFTAR PUSTAKA

Agustina.2013,Rekristalisasi Garam Rakyat,Jurnal Teknologi Kimia


Dan Industry.Semarang:UNDIP-Press

Setyo.2003,Studi Eksperimental Pemurnian Garam.


Surabaya:Universitas Surabaya-Press

Fessenden.1994,Kimia Organik.Edisi III.Jakarta:Erlangga-Press

Koenan.1989,Ilmu Kimia Untuk Universitas.Jakarta:Erlangga-Press

Rivai.1998,Asas Pemeriksaan Kimia .Jakarta:Erlangga-Press

Anshory.2003,Acuan Pelajaran Kimia .Jakarta:Erlangga-Press

Clark.2002(modified 2004),The Mecanisme For The Esterification


Reaction.Yogyakarta:UGM-Press

Poedjiadi.1994, Dasar-Dasar Biokimia.Jakarta:UI-Press

Angga.1999,Praktikum Kimia Organik.Bandung:Universitas


Padjajaran-Press

Farhan.2001,Penuntun Modul Kimia Organik.Jakarta:UI-Press

Yayan.1992,Reaksi-Reaksi Sulfonasi Kimia Organik .Yogyakarta:


UGM-Press

Bechal.1992,Penuntun Kimia Organik.Jakarta:UI-Press

Fahn.1995,Anatomi Tumbuhan Organik.Yogyakarta:UGM-Press


Gunawan.2004,Anatomi Dan Fisiologi Tumbuhan .Jakarta:UI-Press

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ASSYIFA ACEH

BANDA ACEH

2020/2021

Jl.Mr.Mohammad Hasan,No.110,Batoh Kecamatan Lueng Bata

Kota Banda Aceh


Website: stikesassyifaaceh.ac.id, email: assyifastikes@gmail.com

Laporan Akhir Praktikum

Kimia Organik

Disusun Oleh:

Kelompok : 1

Nama Anggota :

Teuku Khairun Ramadhan : 482012020012

Lisa Maulida Hanim : 482012020005

Muhammad Haikal : 484012020008

Rahmat : 484012020007

Mutia Salsal Hafida : 482012020007

Program Studi : S1 dan D3 Farmasi

Dosen Pembimbing : M.Furqan,M.Si


Laboratorium Kimia Organik

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Assyifa Aceh

Banda Aceh

2021

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Swt.


atas selesainya jurnal praktikum Kimia Organik.

Buku jurnal ini merupakan hasil dari praktikum kami selama


semester 2 ini. Pada jurnal ini berisikan laporan-laporan yang sudah
dipraktekkan didalam laboratorium Kimia Organik.

Harapan kami semoga jurnal ini dapat bermanfaat bagi yang


membaca.

Banda Aceh, September 2021

Penyusun,
Anggota Kelompok Satu

STIKes Assyifa Aceh

Anda mungkin juga menyukai