Oleh:
Kelompok : 4 (empat)
2. Destilasi Sederhana
Destilasi sederhana merupakan destilasi yang paling banyak
digunakan di laboratorium karena sangat mudah dan simple. Destilasi ini
sering digunakan untuk memisahkan komponen dari campuran senyawa
yang memiliki perbedaan titik didih yang sangat jauh sehingga dapat
memudahkan proses destilasi (Pangestu, 2022).
3. Destilasi Bertingkat
Destilasi bertingkat merupakan metode destilasi dengan teknisnya
sama dengan destilasi sederhana, namun lebih kompleks dengan adanya
kolom fraksinasi. Destilasi ini bertujuan untuk memisahkan komponen
senyawa dengan perbedaan titik didih yang berdekatan. Campuran
komponen akan diuapkan menuju kolom fraksinasi, setelah menjadi uap
akan didinginkan oleh kondensor. Dengan adanya panas dari uap lain yang
naik akan menyebabkan cairan tadi menguap kembali dan naik ke kolom
yang lebih tinggi (Pangestu, 2022).
4. Kristalisasi
Kristalisasi merupakan suatu metode pemurnian yang sangat tinggi
dengan dengan membentuk sebuah kristal dari suatu larutan induk yang
homogen dan kemurniannya sampai dengan 100% (Haryanto, 2017)
III. PRINSIP DASAR
1. Pemisahan dan Pemurnian Zat Cair: Destilasi dan Titik Didih
Pada percobaan ini digunakan metode pemisahan berupa destilasi.
Pada destilasi sederhana untuk memisahkan senyawa aseton-air memiliki
prinsip pemisahan berdasrkan pada perbedaan tingkat volatilitas pada
suhu dan tekanan tertentu (Alfatih, 2015).
Kemudian digunakan destilasi bertingkat yang memiliki prinsip
mirip dengan destilasi sederhana: berdasarkan perbedaan tingkat
volatilitas dua senyawa atau lebih, namun dengan rangkaian alat
kondensor lebih baik dan titik didih yang berdekatan (Walangarae, 2013).
Pada pemisahan methanol-air (azeotrope) dapat digunakan metode
pemisahan destilasi azeotrope dengan cara menambahkan senyawa yang
dapat memecah azeotrope menggunakan destilasi sederhana, senyawa
yang ditambahkan juga lebih volatile. Cara lain untuk destilasi azeotrope
dapat dilakukan dengan destilasi bertingkat (Erni, 2008)
B. Bahan
Digunakan bahan-bahan yaitu aquades secukupnya, 12 ml aseton,
methanol sebanyak 8,3 ml, dan benzene sebanyak 8,3 ml.
B. Bahan
Bahan yang digunakan adalah asam benzoate 1,5 gram, karbon
0,25 gr, sebuk Naftalena (naftalena) 1 gr, es dan aquadest secukupmya.
V. PROSEDUR
1. Pemisahan dan Pemurnian Zat Cair: Destilasi dan Titik Didih
a. Kalibrasi thermometer
Alat thermometer dimasukkan ke dalam wadah berisikan air dan
es. Ditunggu sampai adanya penurunan suhu pada thermometer.
b. Destilasi sederhana
Alat destilasi dirangkai terlebih dahulu. Setelah alat siap,
dimasukkan aseton-air (1:1) sebanyak 40 ml ke dalam labu bundar.
Labu bundar dipasangkan kembali ke alat destilasi. Setelah itu,
destilasi dimulai. Destilat ditampung dalam gelas ukur sebanyak 5 ml
dan dilakukan berulang. Destilat kemudian dipindahkan ke dalam
tabung reaksi.
c. Destilasi bertingkat
Rangkaian alat destilasi bertingkat dirangkai terlebih dahulu. Pada
labu bundar dimasukkan campuran benzene-metanol-air (1:1:1)
sebanyak 25 ml. Labu bundar dipasangkan kembali ke rangkaian
destilasi. Dilakukan destilasi sampai dihasilkan destilat. Pada setiap 5
ml destilat dipindahkan ke tabung reaksi.
c. Sublimasi
Pertama-tama dimasukkan sebanyak ± 1 gram naftalena ke dalam
gelas kimia ukuran 150 mL. Lalu dipanaskan di atas hot plate dan
ditutup gelas kimia dengan kaca arloji yang berisi es. Kemudian
dilakukan pemanasan sampai seluruh naftalena menyublim. Setelah
itu, ditimbang massa kristal yang terbentuk. Kemudian kristal tersebut
dimasukkan ke dalam pipa kapiler dan dipanaskan dalam minyak.
Terakhir dicatat suhu yang dibutuhkan untuk melelehkan seluruh
kristal pada pipa kapiler.
1.2.Perhitungan
- Pemisahan dan Pemurnian Zat Cair
a. Destilasi sederhana
Vakhir
%R aseton = × 100%
Vawal
15 mL
%R aseton = × 100%
24 mL
%R aseton = 62%
- Destilasi bertingkat
Vakhir
%R metanol = × 100%
Vawal
7 mL
%R metanol = × 100%
8,3 mL
%R metanol = 84,33%
Vakhir
%R benzena = × 100%
Vawal
5 mL
%R benzena = × 100%
8,3 mL
%R benzena = 60,24%
-
Perhitungan komposisi campuran
a. Aseton-air (1:1) 24 mL
1
- 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑜𝑛 = × 24 = 12 mL
2
1
- air = 2 × 24 mL = 12 mL
- Grafik
a. Grafik hubungan volume distilasi terhadap suhu distilasi
Hubungan Volume Distilasi Terhadap Suhu Distilasi
120
91 92
VII. PEMBAHASAN
1. Pemisahan dan Pemurnian Zat Cair: Destilasi dan Titik Didih
Pada percobaan pertama, diperlukan kalibrasi thermometer
terlebih dahulu. Thermometer yang digunakan dalam percobaan ini adalah
thermometer raksa. Untuk menetapkan skala suhu diperlukan kalibrasi.
Kalibrasi dilakukan dengan cara memasukkan thermometer ke dalam
wadah berisi air dan es. Thermometer mengalami penurunan suhu dan
diam pada 20℃. Ini menandakan titik beku dari air. Temometer pun telah
terkalibrasi dan tidak akan ada penyimpangan suhu pada saat digunakan
dalam destilasi.
Percobaan kedua, yaitu memisahkan senyawa aseton – air
menggunakan destilasi sederhana. Pada destilasi digunakan batu didih
yang dimasukkan ke dalam campuran. Fungsi dari batu didih ini adalah
meratakan suhu pemanasan pada larutan agar homogen dan mengatur suhu
agar tidak melewati titik didih. Air merupakan suatu senyawa dengan
rumus molekul H2O yang memiliki peran penting bagi kehidupan di bumi
(Renita, 2021). Air juga bahkan disebut sebagai pelarut universal karena
karakternya yang dapat melarutkan hampir semua senyawa. Air termasuk
ke dalam molekul polar dan memiliki titik didih pada 100℃. Kemudian,
air memiliki berat molekul sebesar 18,02 gr/ml. Di dalam setiap
molekulnya terdapat suatu interaksi tarik-menarik karena adanya momen
dipol yang dapat disebut dengan ikatan hydrogen. Semakin banyak air
maka akan semakin banyak ikatan hydrogen. Maka untuk memanaskan air
yang banyak butuh waktu yang lama agar bisa menguap karena perlu
memutuskan ikatan hydrogen yang banyak. Lalu, untuk senyawa aseton.
Aseton merupakan senyawa organic turunan dari alkana yaitu keton.
Aseton memiliki rumus molekul C3H6O, dimana terdapat gugus karbonil
di tengah dan dua gugus metil lain atau dapat disebut dengan 2-propanon.
Aseton memiliki berat molekul sebesar 58,08 gr/mol dan titik didih pada
56℃. Aseton memiliki tampilan fisik yaitu berbau dan tak berwarna.
Kemudian, aseton memiliki sifat mudah larut dalam air.
Pada campuran aseton-air, aseton terlarut dalam air yang tidak
dapat dibedakan secara organoleptic karena keduanya sama-sama tidak
berwarna. Campuran tersebut dapat dimodelkan dalam persamaan kimia
berikut:
C3H6O(l) + H2O(l) → C3H6O(aq) + H2O(l)
Karena campuran aseton-air memiliki perbedaan titik didih yang
cukup jauh yaitu dengan selisih sebesar 44℃ maka dapat dipisahkan
melalui destilasi sederhana. Pada destilasi sederhana yang berprinsip pada
perbedaan titik didih, senyawa aseton akan terlebih dahulu menguap.
Karena titik didihnya berada di 56℃. Didapatkan destilat pertama
sebanyak 5 ml dengan adanya fasa atas dan fasa bawah. Fasa bawah ini
memiliki tampilan yang sedikit keruh, sedangkan fasa atas jumlahnya
sangat sedikit dan bening. Alasan terjadinya dua fasa ini karena perbedaan
massa jenis. Aseton memiliki massa jenis yang lebih besar daripada air
yaitu 1,48 g/L. Sedangkan air memiliki massa jenis sebesar 1 g/L. Dapat
disimpulkan bahwa fasa bawah itu adalah aseton. Ketika didestilasi,
destilat pertama yang pasti dihasilkan adalah aseton. Namun, tetap ada
senyawa air yang masih tercampur dengan aseton dan itu adalah hal yang
wajar jika air yang ikut itu sedikit. Lalu, suhu yang didapatkan pada
destilat pertama adalah 65℃, yang mana memang sedikit lebih dekat ke
titik didih dari aseton. Maka aseton akan lebih banyak menjadi destilat
karena memiliki volatilitas lebih tinggi dari air. Terbukti dengan hanya
membutuhkan waktu selama 63 s. Kemudian pada destilat kedua,
didapatkan 5 ml destilat yang memiliki dua fasa. Dimana fasa bawah
sedikit keruh dan fasa atasnya bening. Pada destilat kedua ini fasa bawah
masih banyak dan fasa atasnya sedikit. Bisa disimpulkan kembali bahwa
fasa bawah adalah aseton dengan massa jenis yang lebih berat dan fasa
atas adalah air. Destilat kedua dihasilkan pada suhu 91℃ yang mana suhu
ini masih kurang 9℃ menuju titik didih air. Jadi hanya ada beberapa air
saja yang menguap. Kemudian, pada destilat ketiga didapatkan 5 ml
destilat dengan larutan yang bening. Tidak ada fasa di destilat ini.
Didapatkan bahwa destilat ini merupakan aseton yang sudah dapat
menguap dan menjadi destilat. Walaupun pada suhu 96℃ masih kurang
dari titik didih air untuk menguap. Didapatkan % rendemen dari aseton
sebanyak 62% dari destilasi asetone-air ini.
Pada percobaan ketiga yaitu destilasi bertingkat, digunakan
campuran methanol-air-benzena. Dengan suatu persamaan reaksi sebagai
berikut:
VIII. KESIMPULAN
1. Campuran aseton-air dapat dipisahkan menggunakan metode destilasi
sederhana karena perbedaan titik didihnya yang cukup jauh.
Didapatkan aseton yang menjadi destilat dari destilasi sederhana ini.
Dengan rendemen sebesar 62%.
2. Campuran methanol-air-benzena yang merupakan senyawa azeotrope
bisa dipisahkan menggunakan destilasi bertingkat. Dari ketiga
senyawa tersebut didapatkan rendemen dari methanol dan benzene
sebesar 84,33% dan 60,24%.
3. Padatan asam benzoate dapat dimurnikan dengan metode kristalisasi.
Dimana padatan asam benzoate dilarutkan terlebih dahulu oleh air dan
dipisahkan zat pengotornya, kemudian setelah dipanaskan, didiamkan
sampai terbentuk kristal. Kristal yang didapatkan sebanyak 0,379
gram.
4. Kristal asam benzoate pada percobaan ini memiliki titik leleh pada
suhu 102℃. Sedangkan dalam literatur lain berada pada 122,4 ℃.
5. Padatan naftalena bisa dimurnikan menjadi kristal naftalena melalui
metode sublimasi. Dimana padatan naftalena dipanaskan sampai
menghasilkan gas. Kemudian, gas tersebut didinginkan dan menjadi
kristal. Pada percobaan ini dihasilkan kristal naftalena seberat 0,0731
gram dari sampel padatan seberat 1 gram.
6. Didapatkan titik leleh kristal naftalena pada percobaan ini pada 80℃.
Pada literatur disebutkan bahwa titik leleh naftalena adalah 80,5℃.
Hal ini sangat sesuai dari praktik dan teori.
X. DOKUMENTASI
Modul 1 : Pemisahan dan Pemurnian Zat Cair : Distilasi dan Titik Didih
Waktu destilasi
sederhana setiap
tetesan pertama
sampau 5 mL
Dokumentasi
Modul 2 : Pemisahan dan Pemurnian Zat Padat : Kristalisasi dan Sublimasi
Massa naftalena
Uji titik leleh Titik leleh Titil leleh asam Massa total asam
naftalena 80°C benzoat 102°C benzoat