Anda di halaman 1dari 29

Accelerat ing t he world's research.

Laporan Praktikum Kimia Organik I -


Destilasi dan Titik Didih
Gibran Syaillendra Wiscnu Murti
Destilasi dan Titik Didih

Cite this paper Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Laporan Percobaan 1.docx


Anggriani Lat ief

DEST ILASI DAN EKST RAKSI


Soni Afriansyah

PERCOBAAN 1
firdaus muis
LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK 1

DESTILASI DAN TITIK DIDIH

ACARA 1

DISUSUN OLEH:

NAMA : GIBRAN SYAILLENDRA WISCNU MURTI

NIM : K1A021068

KELAS :B

HARI/TANGGAL : JUMAT, 4 MARET 2022

ASISTEN : NALAT TAZKIA FIRDA

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PURWOKERTO

2022
DESTILASI DAN TITIK DIDIH

I. TUJUAN
Pada percobaan ini diharapkan mahasiswa memahami prinsip destilasi
dan terampil dalam melakukan destilasi serta dalam penentuan titik didih.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Proses pemisahan digunakan untuk mendapatkan dua atau lebih produk
yang lebih murni dari suatu campuran senyawa kimia. Sebagian besar
senyawa kimia ditemukan di alam dalam keadaan yang tidak murni.
Biasanya, suatu senyawa kimia berada dalam keadaan tercampur dengan
senyawa lain. Beberapa keperluan seperti sintesis senyawa kimia yang
memerlukan bahan baku senyawa kimia dalam keadaan murni atau proses
produksi suatu senyawa kimia dengan kemurnian tinggi, proses pemisahan
perlu dilakukan. Proses pemisahan sangat penting dalam bidang kimia. Suatu
contoh pentingnya proses pemisahan adalah pada proses pengolahan minyak
bumi. Minyak bumi merupakan campuran berbagai hidrokarbon.
Pemanfaatan hidrokarbon-hidrokarbon penyusun minyak bumi akan lebih
berharga bila memiliki kemurnian yang tinggi. Proses pemisahan minyak
bumi menjadi komponen-komponennya akan menghasilkan produk LPG,
solar, aftur, pelumas, dan aspal (Wahab, 2014).
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas)
bahan atau didefinisikan juga teknik pemisahan kimia yang berdasarkan
perbedaan titik didih. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga
menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan.
Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode
ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa.
Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-
masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal destilasi
didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton (Stephani, 2009).
Tujuan destilasi adalah pemurnian zat cair pada titik didihnya. Tujuan
secara khusus yaitu memisahkan cairan tersebut dari zat padat yang terlarut
atau dari zat cair lainnya yang mempunyai perbedaan titik didih cairan murni.
Pada destilasi biasa, tekanan uap diatas cairan adalah tekanan atmosfir (titik
didih normal). Untuk senyawa murni, suhu yang tercatat pada atmosfir yang
ditempatkan pada tempat terjadinya proses destilasi. Suhu ini adalah sama
dengan titik didih destilat (Sahidin, 2008).
Sumber lain mengatakan bahwan destilasi didefinisikan sebagai sebuah
proses dimana campuran dua atau lebih zat liquid atau vapor dipisahkan
menjadi komponen fraksi yang murni, dengan pengaplikasian dari
perpindahan massa dan panas. Pemisahan campuran liquid dengan destilasi
bergantung pada perbedaan volatilitas antar komponen. Komponen yang
memiliki relative volatility yang lebih besar akan lebih mudah pemisahannya.
Uap akan mengalir menuju puncak kolom sedangkan liquid menuju ke bawah
kolom secara counter-current (berlawanan arah). Uap dan liquid akan
terpisah pada plate atau packing. Sebagian kondensat dari Condensor
dikembalikan ke puncak kolom sebagai liquid untuk dipisahkan lagi, dan
sebagian liquid dari dasar bolom diuapkan pada Reboiler dan dikembalikan
sebagai uap (Komariah, 2009).
Proses destilasi diawali dengan pemanasan, sehingga zat yang memiliki
titik didih lebih rendah akan menguap. Uap tersebut bergerak menuju
kondenser yaitu pendingin proses pendinginan terjadi karena kita
mengalirkan air kedalam dinding (bagian luar kondensor), sehingga uap yang
dihasilkan akan kembali cair. Proses ini berjalan terus menerus dan akhirnya
kita dapat memisahkan seluruh senyawa- senyawa yang ada dalam campuran
homogen tersebut (Syukri, 2007). Perbedaan titik didih zat yang dipisahkan
sangat mempengaruhi hasil yang akan didapatkan. Karena apabila titik didih
zat campuran itu mempunyai jarak yang sangat dekat maka dalam pemanasan
di khawatirkan zat yang tidak diinginkan juga ikut menguap karena titik
didihnya hampIr sama sehingga distilasi harus dilakukan secara berulang atau
bertingkat (Stephani, 2009).
III. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah seperangkat alat
destilasi, termometer skala 0-200°C, gelas ukur 25 dan 50 mL,
pembakar bunsen, dan penangas air.
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah benzene
kotor, toluena, asam asetat, dan CCl4.
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Kalibrasi Termometer
a. Kalibrasi titik nol termometer
Dicelupkan termometer ke dalam campuran air-es yang telah
diaduk homogen.
b. Kalibrasi titik 100 termometer
Dimasukkan 10 mL aquades dan batu didih ke dalam tabung
reaksi. Dipanaskan sampai mendidih. Setelah mendidih
dimasukkan termometer ke dalam tabung reaksi tepat di atas
permukaan air yang mendidih.
3.2.2 Destilasi Senyawa Tunggal
a. Dipasang alat destilasi. Dialirkan air pendingin dari bawah ke
atas.
b. Dimasukkan 50 mL benzene kotor ke dalam labu destilasi 100
mL, lalu ditambahkan batu didih.
c. Dilakukan pemanasan secara perlahan sampai mendidih,
diamati dan dicatat suhu pada saat tetesan pertama destilat.
Dicatat suhu dan volume destilat secara teratur setiap jumlah
destilat 5 mL.
Saat suhu didih sudah mencapai suhu didih benzena dan telah
konstan, segera diganti labu dengan yang baru untuk
menampung destilat benzena murninya. Dicatat suhu dan
volume destilat secara teratur setiap jumlah destilat 5 mL.
Dicatat juga tekanan atmosfer.
d. Diganti lagi labu dengan yang baru jika suhu didih telah mulai
naik.
e. Dihentikan proses destilasi jika cairan dalam labu destilasi
tinggal sekitar 5 mL.
f. Dibuat grafik antara suhu dan volume destilat dari mulai
tetesan pertama sampai sisa cairan dalam labu destilasi tinggal
5 mL.
Catatan: pengotor dapat berupa cairan yang memiliki titik
didih lebih rendah/ lebih tinggi dari titik didih benzenanya
sendiri.
3.2.3 Destilasi Campuran
a. Dipasang alat destilasi. Dialirkan air pendingin dari bawah ke
atas.
b. Dimasukkan 50 mL campuran metanol:air (1:1) ke dalam labu
destilasi 100 mL, lalu ditambahkan batu didih.
c. Dilakukan pemanasan secara perlahan sampai mendidih,
diamati dan dicatat suhu pada saat tetesan pertama destilat
(suhu didih metanol). Dicatat suhu dan volume destilat secara
teratur setiap jumlah destilat 5 mL.
d. Destilasi segera dihentikan (diganti labu penampung destilat)
jika suhu destilasi telah mulai naik.
3.2.4 Destilasi Minyak Atsiri dari Sereh
a. Ditimbang 30 gram sereh, selanjutnya dirajam / dipotong
kecil-kecil.
b. Dipasang alat destilasi.
c. Dimasukkan dalam labu destilasi, dan ditambahkan aquades
sampai semua sereh terendam.
d. Dipanaskan labu destilasi sampai suhu didih air.
e. Diamati dan dicatat suhu pada saat tetesan pertama destilasi.
Destilat ditampung sampai diperkirakan tidak ada lagi minyak
atsiri dalam labu destilasi (dapat dideteksi dari bau tetesan
destilat yang tidak lagi berbau minyak atsiri).
f. Dibiarkan destilat memisah (minyak atsiri dan air).
3.3 Skema Kerja
3.3.1 Kalibrasi Termometer
a. Kalibrasi titik nol termometer

Air Es

- diaduk hingga homogen;


- dicelupkan termometer ke dalam air es.

Suhu

b. Kalibrasi titik 100 termometer

10 mL Aquades dan batu didih

- dimasukkan ke dalam tabung reaksi;


- dipanaskan sampai mendidih;
- dimasukkan termometer tepat di atas permukaan air
yang mendidih.

Suhu
3.3.2 Destilasi Senyawa Tunggal

Benzene kotor 50 mL

- dipasang alat destilasi;


- dialirkan air pendingin dari bawah ke atas;
- dimasukkan benzene kotor 50 mL ke dalam labu
destilasi 100 mL, lalu ditambahkan batu didih;
- dilakukan pemanasan secara perlahan sampai
mendidih, diamati dan dicatat suhu pada saat tetesan
pertama destilat. Dicatat Suhu dan volume destilat
secara teratur setiap jumlah destilat 5 ml;
- saat suhu didih sudah mencapai suhu didih benzena
dan telah konstan, segera diganti labu dengan yang
baru untuk menampung destilat benzena murninya.
Dicatat suhu dan volume destilat secara teratur setiap
jumlah destilat 5 mL. Tekanan atmosfer dicatat juga;
- diganti lagi labu dengan yang baru jika suhu didih
telah mulai naik;
- dihentikan proses destilasi jika cairan dalam labu
destilasi tinggal sekitar 5 mL;
- Dibuat grafik antara suhu dan volume destilat dari
mulai tetesan pertama sampai sisa cairan dalam labu
destilasi tinggal 5 mL.

Grafik destilat (suhu & volume)


3.3.3 Destilasi Campuran

50 mL campuran metanol:air (1:1)

- dipasang alat destilasi;


- dialirkan air pendingin dari bawah ke atas;
- dimasukkan 50 mL campuran metanol:air (1:1) ke
dalam labu destilasi 100 mL, lalu ditambahkan batu
didih;
- dilakukan pemanasan secara perlahan sampai
mendidih, diamati dan dicatat suhu pada saat tetesan
pertama destilat (suhu didih metanol). Dicatat suhu
dan volume destilat secara teratur setiap jumlah
destilat 5 mL;
- destilasi segera dihentikan (diganti labu penampung
destilat) jika suhu destilasi telah mulai naik.

Hasil pengamatan, suhu, dan volume


3.3.4 Destilasi Minyak Atsiri dan Sereh

30 gram sereh

- ditimbang dan dipotong kecil-kecil;


- alat destilasi dipasang;
- dimasukkan dalam labu destilasi dan ditambahkan
aquades sampai semua sereh terendam;
- labu destilasi dipanaskan sampai suhu didih air;
- diamati dan dicatat suhu pada saat tetesan pertama
destilasi. Destilat ditampung sampai diperkirakan
tidak ada lagi minyak atsiri dalam labu destilasi
(dapat dideteksi dari bau tetesan destilat yang tidak
lagi berbau minyak atsiri);
- dibiarkan destilat memisah (minyak atsiri dan air).

Hasil pengamatan dan suhu


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan


4.1.1 Destilasi Senyawa Tunggal
No. Perlakuan Pengamatan
Alat destilasi dipasang, kemudian air
1.
pendingin dialirkan dari bawah ke atas
50 mL benzene kotor dimasukkan ke dalam
2. labu destilasi 100 mL, lalu ditambahkan batu
didih
Dipanaskan secara perlahan hingga mendidih,
3. 70°C
kemudian suhu tetesan pertama destilat dicatat.
Dicatat suhu dan volume destilat secara teratur 5 ml: 78°C
4. setiap jumlah destilat 5 mL. 10 ml: 79°C
15 ml: 79°C

4.1.2 Destilasi Senyawa Campuran


No. Perlakuan Pengamatan
Dimasukkan 50 mL campuran metanol : air
1. (1:1) ke dalam labu destilasi 100 mL, lalu
ditambahkan batu didih.
Dilakukan pemanasan secara perlahan sampai
2. mendidih, diamati dan dicatat suhu pada saat 66°C
tetesan pertama destilat (suhu didih metanol).
Dicatat suhu dan volume destilat secara teratur 5 ml: 77°C
3. setiap jumlah destilat 5 mL. 10 ml: 77°C
15 ml: 77°C
4.2 Pembahasan
Kalibrasi adalah serangkaian kegiatan yang membentuk
hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh instrumen pengukur atau
sistem pengukuran dengan nilai-nilai yang sudah diketahui. Kalibrasi
berkaitan dengan besaran-besaran yang diukur dalam kondisi tertentu.
Sedangkan defenisi kalibrasi menurut Dewan Standarisasi Nasional
(DSN/1990) adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran
konvensional penunjukan instrument ukur. Kalibrasi juga digunakan
untuk menentukan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap
standar nasional dan/atau internasional. Selain itu kalibrasi juga dapat
dikatakan sebagai kegiatan peneraan untuk menentukan kebenaran nilai
penunjukan alat ukur dan/atau bahan ukur (Purba & Yulizam, 2013).
Salah satu alat laboratorium yang perlu dikalibrasi adalah
termometer. Diperlukan adanya pengecekan kalibrasi termometer
secara teratur setidaknya setahun sekali. Kalibrasi pada termometer
dilakukan dengan cara membandingkan antara termometer uji dan
termometer standar. Dilakukan kalibrasi dengan mengatur keluaran dari
perangkat uji di cocokkan dengan keluaran dari perangkat referensi.
Kalibrasi dapat dilakukan oleh pabrik sebagai bagian dari persetujuan
garansi atau servis maupun secara rutin setahun sekali (Al As’ady dkk,
2018).
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan
kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap
(volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan
sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke
dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan
menguap lebih dulu (Syukri, 2007). Prinsip destilasi adalah penguapan
cairan dan pengembunan kembali uap tersebut pada suhu titik didih.
Titik didih suatu cairan adalah suhu dimana tekanan uapnya sama
dengan tekanan atmosfer. Cairan yang diembunkan kembali disebut
destilat. Tujuan destilasi adalah pemurnian zat cair pada titik didihnya,
dan memisahkan cairan tersebut dari zat padat yang terlarut atau dari
zat cair lainnya yang mempunyai perbedaan titik didih cairan murni.
Pada destilasi biasa, tekanan uap di atas cairan adalah tekanan atmosfer
(titik didih normal). Senyawa murni, suhu yang tercatat pada
termometer yang ditempatkan pada tempat terjadinya proses destilasi
adalah sama dengan titik didih destilat (Fhya, 2011).
Titik beku adalah suhu dimana tekanan uap cairan sama dengan
tekananuap padatannya. Titik beku larutan lebih rendah dari pada titik
beku pelarut murni. Hal ini disebabkan zat pelarutnya harus membeku
terlebih dahulu, baru zat terlarutnya. Jadi larutan akan membeku lebih
lama dari pada pelarut. Setiap larutan memiliki titik beku yang berbeda.
Titik beku suatu cairan akan berubah jika tekanan uap berubah,
biasanya diakibatkan oleh masuknya suatu zat terlarut atau dengan kata
lain, jika cairan tersebut tidak murni, maka titik bekunya berubah (nilai
titik beku akan berkurang). Seperti yang kita tahu bahwa titik beku
pelarut murni berada pada suhu 0°C, tapi dengan adanya zat terlarut
misalnya saja kita tambahkan gula ke dalam air tersebut maka titik beku
larutan ini tidak akan sama dengan 0°C lagi, melainkan akan turun
menjadi dibawah 0°C, dan inilah yang dimaksud sebagai “penurunan
titik beku” (Petrucci, 1987).
Titik didih suatu zat adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh
cairan sama dengan tekanan di atas permukaan zat cair. Titik didih
suatu zat cair dipengaruhi oleh tekanan uap, artinya semakin besar
tekanan uap semakin besar pula titik didih zat cair tersebut. Pada
tekanan dan temperatur standar (1 atm, 25°C) titik didih air sebesar
100°C. Artinya pelarut murni akan mendidih bila tekanan uap jenuh
pada permukaan cairan sama dengan tekanan udara luar. Pada sistem
terbuka, tekanan udara luar adalah 1 atm (tekanan udara pada
permukaan larutan) dan suhu pada tekanan udara luar 1 atm disebut titik
didih normal (Purba, 2019).
Prinsip destilasi adalah penguapan cairan dan pengembunan
kembali uap tersebut pada suhu titik didih. Titik didih suatu cairan
adalah suhu dimana tekanan uapnya sama dengan tekanan atmosfer.
Cairan yang diembunkan kembali disebut destilat. Tujuan destilasi
adalah pemurnian zat cair pada titik didihnya, dan memisahkan cairan
tersebut dari zat padat yang terlarut atau dari zat cair lainnya yang
mempunyai perbedaan titik didih cairan murni. Destilasi biasa
menggunakan prinsip dimana tekanan uap di atas cairan adalah tekanan
atmosfer (titik didih normal). Untuk senyawa murni, suhu yang tercatat
pada termometer yang ditempatkan pada tempat terjadinya proses
destilasi adalah sama dengan titik didih destilat (Sahidin, 2008).
Komponen zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan
menguap dan uap tersebut melewati kondensor yang mendinginkan
komponen zat tersebut sehingga terkondensasi sehingga dapat
ditampung di labu destilat. Destilat pada proses destilasi ini ditampung
pada suhu tetap (konstan). Hal ini dilakukan karena diharapkan akan
diperoleh destilat yang murni pada kondisi suhu tersebut, setelah
sampel pada labu destilasi/labu alas bulat berkurang, suhu akan naik
karena jumlah sampel yang didestilasi telah berkurang. Kondisi
naiknya suhu ini berarti proses destilasi sudah dapat dihentikan
sehingga yang diperoleh adalah destilat murni. Ujung termometer harus
tepat berada di persimpangan yang menuju ke kondensor agar suhu
yang teramati adalah benar-benar suhu uap senyawa yang diamati
(Ibrahim, 2013).
Destilasi memiliki beberapa macam diantaranya ada destilasi
sederhana, destilasi bertingkat, destilasi vakum, destilasi azeotrop, dan
destilasi uap. Destilasi sederhana adalah destilasi yang tidak melibatkan
kolom fraksinasi atau proses yang biasanya untuk memisahkan salah
satu komponen zat cair dari zat-zat non volatil atau zat cair lainnya yang
perbedaan titik didihnya paling sedikit 75°C. Kondensat pada dasarnya
akan memiliki perbandingan mol fasa cair yang sama dengan fasa uap
pendidihan dari zat cairnya. Destilasi sederhana tidak efektif untuk
memisahkan komponen-komponen dalam campuran yang perbedaan
titik didihnya tidak terlalu besar. Destilasi ini dilakukan jika campuran
zat tersebut atau sampel tersebut mempunyai perbedaan titik didih yang
cukup tinggi. Sehingga pada suhu tertentu cairan akan mengandung
lebih banyak komponen yang lebih mudah menguap tersebut akan
diembunkan didalam suatu pendingin dan akan ditampung dalam suatu
wadah, sehingga akan terpisah kedua campuran tersebut (Walangare
dkk, 2013). Destilasi bertingkat, sebelum menggunakan destilasi
bertingkat kita harus mengetahui dulu tentang hubungan antara titik
didih atau tekanan uap dari campuran senyawa berserta komposisinya.
Dalam destilasi bertingkat pada suhu tertentu akan terjadi cairan
setimbang dengan uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda.
Uap selalau mengandung komponen yang lebih mudah menguap
demikian sebaliknya. Pada suhu berbeda komposisi uap cairnya akan
berbeda, dengan demikian komposisi uap yang setimbang dengan
cairanya akan berubah sejalan dengan perubahan suhu. Perubahan
komposisi sebagai fungsi suhu dapat digambarkan sebagai diagram
kesetimbangan komposisi uap dan cairanya (Walangare dkk, 2013).
Destilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin
didestilasi tidak stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi
sebelum atau mendekati titik didihnya atau campuran yang meiliki titik
didih di atas 150°C. Metode destilasi ini tidak dapat digunakan pada
pelarut denga titik didih yang rendah jika kondensornya menggunakan
air dingin karena komponen yang menguap tidak dapat dikondensasi
oleh air. Agar mengurangi tekanan digunakan pompa vakum atau
aspirator. Aspirator berfungsi sebagai penurun tekanan pada destilasi
ini (Syukri, 2007). Destilasi azeotrop, azeotrop adalah campuran dari
dua atau lebih komponen yang memiliki titik didih yang konstan.
Campuran azeotrop merupakan penyimpangan dari hukum Raoult
(Soebagio, 2005). Destilasi azeotrop adalah destilasi suatu campuran
zat cair dengan komposisi tertentu yang mengalami destilasi pada suhu
konstan tanpa adanya perubahan dalam komposisinya.
Destilasi uap, proses penyaringan suatu campuran air dan bahan
yang tidak larut sempurna atau larut sebagian dengan menurunkan
tekanan sistem sehingga didapatkan hasil penyulingan jauh dibawah
titik didih awal. Destilasi uap digunakan untuk memurnikan
zat/senyawa cair yang tidak larut dalam air, dan titik didihnya cukup
tinggi, sedangkan sebelum zat cair tersebut mencapai titik didihnya, zat
cair sudah terurai, teroksidasi atau mengalami reaksi pengubahan
(rearrangement), maka zat cair tersebut tidak dapat dimurnikan secara
destilasi sederhana atau destilasi bertingkat, melainkan harus didestilasi
dengan destilasi uap. Destilasi uap adalah istilah yang secara umum
digunakan untuk destilasi campuran air dengan senyawa yang tidak
larut dalam air, dengan cara mengalirkan uap air ke dalam campuran
sehingga bagian yang dapat menguap berubah menjadi uap pada
temperatur yang lebih rendah dari pada dengan pemanasan langsung.
Labu yang berisi senyawa yang akan dimurnikan dihubungkan dengan
labu pembangkit uap (Cahyono, 1991).
Rangkaian alat destilasi memiliki beberapa bagian dengan
fungsinya masing-masing (Gambar 4.2.1).

Gambar 4.2.1 Rangkaian Alat Destilasi


Fungsi masing-masing alat yaitu labu alas bulat sebagai wadah
untuk penyimpanan sampel yang akan didestilasi. Kondensor atau
tempat pengembunan yang berguna untuk mendinginkan uap destilat
yang melewati kondensor sehingga menjadi cair. Kondensor atau
pendingin yang digunakan menggunakan pendingin air dimana air yang
masukbberasal dari bawah dan keluar di atas, karena jika airnya berasal
(masuk) dari atas maka air dalam pendingin atau kondensor tidak akan
memenuhi isi pendingin sehingga tidak dapat digunakan untuk
mendinginkan uap yang mengalir lewat kondensor tersebut. Oleh
karena itu pendingin atau kondensor air masuknya harus dari bawah
sehingga pendingin atau kondensor akan terisi dengan air maka dapat
digunakan untuk mendinginkan komponen zat yang melewati
kondensor tersebut dari berwujud uap menjadi berwujud cair.
Termometer digunakan untuk mengamati suhu dalam proses destuilasi
sehingga suhu dapat dikontrol sesuai dengan suhu yang diinginkan
untuk memperoleh destilat murni. Erlenmeyer sebagai wadah untuk
menampung destilat yang diperoleh dari proses destilasi. Pipa
penghubung (adaptor) untuk menghubungkan antara kondensor dan
wadah penampung destilat (erlenmeyer) sehingga cairan destilat yang
mudah menguap akan tertampung dalam erlenmeyer dan tidak akan
menguap keluar selama proses destilasi berlangsung. Pemanas berguna
untuk memanaskan sampel yang terdapat pada labu alas bulat.
Penggunaan batu didih pada proses destilasi dimaksudkan untuk
mempercepat proses pendidihan sampel dengan menahan tekanan atau
menekan gelembung panas pada sampel serta menyebarkan panas yang
ada ke seluruh bagian sampel. Statif dan klem berguna untuk
menyangga bagian-bagian dari peralatan destilasi sederhana sehingga
tidak jatuh atau goyang (Alimin, 2007).
Percobaan ini menggunakan beberapa bahan, antara lain benzena,
metanol, dan air. Benzena (C6H6) adalah senyawa aromatik dengan
enam cincin karbon tunggal tidak jenuh. Secara alamiah, benzena
terbentuk dalam minyak mentah pada tingkat 4 g/L, senyawa ini
merupakan suatu cairan tak berwarna, mudah menguap dengan bau
yang khas. Cairan ini mendidih pada suhu 80,1°C, sangat mudah
terbakar, dan uapnya sangat mudah meledak. Benzena dihasilkan
melalui destilasi batu bara atau minyak mentah. Benzena sedikit larut
dalam air dan biasanya dicampur dengan aseton, kloroform, dietil eter,
etanol dan larut dalam karbon tetraklorida (Petrucci, 1985).

Gambar 4.2.2 Struktur Benzena

Metanol atau metil alkohol merupakan senyawa yang mempunyai


rumus molekul CH3OH. Metanol mempunyai berat molekul 32,043
g/mol dan berwujud cair pada suhu lingkungan dan tekanan atmosfer.
Titik didih metanol sebesar 64,7°C dan titik leburnya sebesar -97,68°C.
Metanol mempunyai sifat mudah menguap, tidak berwarna, mudah
terbakar, dan beracun dengan bau yang khas. Metanol merupakan bahan
kimia dasar yang banyak digunakan dalam berbagai industri sebagai
senyawa intermediet yang menjadi bahan baku berbagai industri antara
lain: industri asam asetat, formaldehid, Methyl Tertier Buthyl Eter
(MTBE), polyvinyl, polyester, rubber, resin sintetis, farmasi, Dimethyl
Ether (DME), dan lain sebagainya (Perry, 1984). Metanol sedikit larut
dalam lemak dan minyak serta dapat bercampur dengan air, alkohol
lain, eter, keton, dan sebagian pelarut organik (Petrucci, 1985).
Gambar 4.2.3 Struktur Metanol

Air memiliki rumus kimia H2O. Dalam bentuk ion molekul air
dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang berikatan
dengan sebuah ion hidroksida (OH-). Air tersusun oleh molekul-
molekul triatomik sederhana yaitu H2O tetapi tingkah laku air sangat
kompleks, dan beberapa hal agak unik. Sifat unik air muncul terutama
muncul dari struktur molekuler dan resultante gaya-gaya inter
molekulnya. Dalam tabel periodik terlihat bahwa unsur-unsur yang
mengelilingi oksigen adalah nitrogen, fluor, fosfor, sulfur dan klor.
Semua unsur ini jika berikatan dengan hidrogen maka akan
menghasilkan gas pada temperatur dan tekanan normal. Alasan
mengapa hidrogen berikatan dengan oksigen membentuk fase
berkeadaan cair adalah karena oksigen lebih bersifat elektronegatif
dibandingkan unsur-unsur lain tersebut kecuali flor. Alasan lainnya
yaitu kekuatan ikatan hidrogen pada molekul H2O lebih kuat
dibandingkan dengan ikatan hidrogen pada molekul HF. Air merupakan
pelarut universal karena sifatnya yang mudah bercampur dengan
banyak zat kimia lainnya. Adapun zat kimia yang dapat dilarutkan oleh
air adalah pertama zat-zat hidrofilik yaitu zat-zat yang mudah larut
dalam air atau zat pecinta air seperti garam-garam, gula, asam, beberapa
gas dan berbagai macam molekul organik. Kedua adalah zat-zat
hidrofobik yaitu zat-zat yang sukar larut dalam air atau takut air
misalnya lemak dan minyak (Ritonga, 2011).
Percobaan Destilasi dan Titik Didih dilakukan dengan pertama-
tama mengkalibrasi termometer. Kalibrasi termometer dilakukan pada
titik 0°C termometer dan titik 100°C termometer. Kalibrasi termometer
titik nol dilakukan dengan mencelupkan termometer ke dalam
campuran air-es yang telah diaduk homogen. Kalibrasi titik seratus
termometer dilakukan dengan memasukkan 10 mL aquades dan batu
didih ke dalam tabung reaksi, lalu dipanaskan sampai mendidih.
Termometer dimasukkan kedalam tabung reaksi tepat di atas
permukaan air yang mendidih. Fungsi penambahan batu didih adalah
untuk meratakan panas dan mengurangi letupan (Arif & Rahmadani,
2013).
Percobaan kedua adalah destilasi senyawa tunggal. Percobaan ini
dilakukan dengan cara yaitu alat destilasi dipasang kemudian dialirkan
air pendingin dari bawah ke atas. Aliran air kondensor mengalir dari
bawah ke atas untuk menghindari kemungkinan larutan mengalir atau
menetes ke kondensor sebelum dididhkan (Donal, 1990). Lalu, benzena
kotor dimasukkan 50 mL ke dalam labu destilasi 100 mL dan
ditambahkan batu didih. Berdasarkan referensi larutan benzena kotor
berwarna kuning karena terdapat kandungan lainnya (Lide, 2005).
Selanjutnya, dilakukan pemanasan secara perlahan hingga mendidih.
Suhu dan volume diamati dan dicatat destilat secara teratur setiap 5 mL.
Percobaan destilasi senyawa tunggal dengan bahan benzene kotor ini
menghasilkan suhu pada tetesan pertama yaitu 70°C. Suhu saat volume
destilat 5 mL adalah 78°C. Suhu saat volume destilat 10 mL yaitu 79°C.
Suhu pada volume destilat 15 mL yaitu 79°C. Suhu terus meningkat
seiring dengan bertambahnya volume destilat yang dihasilkan dan suhu
terlihat konstan pada 78°C. Hasil destilasi benzena kotor memiliki bau
menyengat. Hubungan suhu dan volume destilat ditunjukkan pada
Grafik 4.2.1.
80
78
76

Suhu (°C)
74
72
70
68
66
64
Tetes Pertama 5 10 15
Volume (mL)

Grafik 4.2.1 Hubungan Antara Volume dan Suhu Pada Destilasi


Senyawa Tunggal

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa tetesan pertama


destilat memiliki suhu 70°C, lalu suhu naik menjadi 78°C saat volume
destilat 5 mL. Suhu naik kembali saat volume destilat 10 mL yaitu 79°C
dan suhu pada volume destilat 15 mL yaitu 79°C. Suhu hasil ini belum
sesuai namun sudah mendekati referensi bahwa titik didih benzena
adalah 80,1°C (Fessenden, 1991). Perbedaan hasil yang diperoleh ini
dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah kandungan
pengotor (Arsyad, 2001).
Percobaan terakhir adalah percobaan destilasi campuran. Mula-
mula alat destilasi dipasang. Air pendingin dialirkan dari bawah ke atas.
Sebanyak 50 mL campuran methanol : air (1:1) dimasukkan ke dalam
labu destilasi 100 mL lalu ditambahkan batu didih. Pemanasan
dilakukan secara perlahan sampai mendidih, diamati dan dicatat suhu
dan volume destilat secara teratur setiap jumlah destilat 5 ml. Destilasi
segera dihentikan (diganti labu penampung destilasi) jika suhu destilasi
telah mulai naik. Didapatkan hasil yaitu tetesan pertama dengan
temperatur 66°C, volume 5 mL yaitu 77°C, volume 10 mL yaitu 77°C,
volume 15 mL yaitu 77°C.
78
76
74

Suhu (°C)
72
70
68
66
64
62
60
Tetes Pertama 5 10 15
Volume (mL)

Grafik 4.2.2 Hubungan Antara Volume dan Suhu Pada Destilasi


Senyawa Campuran

Hasil ini tidak sesuai referensi Perry (1984) yang menyatakan


bahwa titik didih metanol adalah 64,7°C. Perbedaan hasil kemungkinan
karena terbentuknya ikatan hidrogen antara metanol dengan air
sehingga memerlukan energi yang lebih besar untuk memutuskan
ikatan keduanya, akibatnya titik didih yang didapat lebih tinggi dari titik
didih metanol sebenarnya (Perry, 1984). Hubungan antara suhu dan
volume pada destilasi campuran Berdasarkan grafik di atas, dapat
dilihat bahwa tetesan pertama destilat memiliki suhu 66°C, lalu suhu
pada volume 5-15 konstan sebesar 77°C.
Faktor-faktor yang mempengaruhi destilasi adalah sebagai
berikut:
a. Bahan baku, bahan baku yang digunakan sangat berpengaruh
dalam proses destilasi. Biasanya bahan baku berupa bahan-bahan
b. Bobot produk awal, volume air untuk melarutkan zat yang
terkandung pada bahan dan lama destilasi. Semakin banyak
produk awal yang digunakan dalam destilasi maka semakin
banyak volume produksi destilasi yang dihasilkan. Semakin
meningkat suhu pada saat pendidihan maka proses destilasí
semakin cepat.
c. Alat destilasi, apabila alat destilasi itu sederhana (terutama pada
kondensornya) maka memerlukan waktu yang lama untuk proses
destilasi, sedangkan untuk alat destilasi yang modern (terutama
pada kondensornya) memerlukan waktu yang cepat (Petrucci,
1985).
V. KESIMPULAN
Prinsip destilasi adalah penguapan cairan dan pengembunan kembali
uap tersebut pada suhu titik didih. Titik didih suatu cairan adalah suhu dimana
tekanan uapnya sama dengan tekanan atmosfer. Cairan yang diembunkan
kembali disebut destilat. Sedangkan titik didih suatu zat adalah suhu pada saat
tekanan uap jenuh cairan sama dengan tekanan di atas permukaan zat cair.
Titik didih suatu zat cair dipengaruhi oleh tekanan uap, artinya semakin besar
tekanan uap semakin besar pula titik didih zat cair tersebut. Pada tekanan dan
temperatur standar (1 atm, 25°C) titik didih air sebesar 100°C. Artinya pelarut
murni akan mendidih bila tekanan uap jenuh pada permukaan cairan sama
dengan tekanan udara luar.
DAFTAR PUSTAKA

Al As'ady, F. M., Adrianto, A. A., & Basyar, E. (2018). Kesesuaian Termometer


Inframerah Dengan Termometer Digital Terhadap Pengukuran Suhu Aksila
Pada Usia Dewasa Muda. Diponegoro Medical Journal (Jurnal Kedokteran
Diponegoro), 7(2): 1041-1048.

Alimin, M. Y. dan Irfan Idris. (2007). Buku Dasar Kimia Analitik. Makassar:
Alauddin Press.

Arif, S. A., Rahmadani, F. (2013). Efektifitas Ekstraksi Biji Srikaya (Annona


Squamosa) Terhadap Kematian Lalat. Jurnal Poltekkes Jambi, 8(7): 61-66.

Arsyad, N. M. (2001). Kamus Kimia Arti dan Penjelasannya. Jakarta: Gramedia.

Cahyono, B. (1991). Segi Praktis dan Metode Pemisahan Senyawa Organik.


Semarang: Kimia Undip.

Donal, P. (1990). Introduction to Organic Laboratory Techniques. New York:


Saunders College Publishing.

Feriyanto, Y. E., Sipahutar, P. J., Mahfud., Prtihatini, P. (2013). Jurnal Teknik


POMITS, 2(1): 93-97.

Fessenden, R. J., dan Fessenden, J. S. (1986). Kimia Organik Jild 1. Jakarta:


Erlangga.

Fhya. (2011). Teknik Destilasi. Surabaya: Cahaya Media.

Ibrahim, S. H. M. dan Sitorus, M. (2013). Teknik Laboratorium Kimia Organik.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Komariah, L. N. (2009). Tinjauan teoritis Perancangan Kolom Distilasi untuk Pra


Rencana Pabrik Skala Industri. Jurnal Teknik Kimia FT Unsri, 16(4): 19-27.

Lide, D. (1997). CRC Handbook of Chemistry and Physics. Boca Raton: CRC
Press.
Perry, R.H dan Dw Green. (1984). Perry's Chemical Engineering Hand Book. New
York: Mc Graw Hill Book.

Petrucci. (1987). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan. Jakarta: Erlangga.

Petrucci, Ralph H. (1985). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta:
Erlangga.

Purba, F. & Yulizam. (2013). Analisis Kalibrasi Electrosurgical RSU Dr. H.


Kumpulan Pane Tebing Tinggi. Jurnal Saintia Fisika, 1(1).

Purba, L. (2019). Penuntun Praktikum Kimia Fisik 1. Jakarta: UKI.

Ritonga, P. S. (2011). “Air” Sebagai Sarana Peningkatan Imtaq (Integrasi Kimia


Dan Agama). Jurnal Sosial Budaya, 8(2): 267-276.

Sahidin. (2008). Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Kendari: Urhalu.

Soebagio, dkk. (2005). Kimia Analitik II. Malang: UM Press.

Stephanie, Kartika dkk. (2009). Pemisahan Kimia Analitik. Yogyakarta:


Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Syukri. (2007). Kimia Dasar Jilid 2. Bandung: ITB Press.

Wahab, W A, dan Nafie, L N. (2014). Metode Pemisahan dan Pengukuran 2


(Elektrometri dan Spektrofotometri). Makasar: FMIPA UNHAS.

Walangare, dkk. (2013). Rancang Bangun Alat Konservasi Air Laut Menjadi Air
Minum Dengan Proses Destilasi Sederhana Menggunakan Pemanas Elektrik.
Jurnal Teknik Elektro dan Komputer, 21(4): 11-22.
LAMPIRAN
1. Apa yang dimaksud dengan destilasi?
 Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas)
bahan. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap,
dan uap ini kemudian didinginkan kembali kedalam bantuk cairan. Zat
yang memliki titik didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu.
Metode ini termasuk sebagai unit operasi kimia jenis perpindahan panas.
2. Bagaimana prinsip destilasi?
 Prinsip destilasi adalah penguapan cairan dan pengembunan kembali uap
tersebut pada suhu titik didih. Titik didih suatu cairan adalah suhu dimana
tekanan uapnya sama dengan tekanan atmosfer. Cairan yang diembunkan
kembali disebut destilat. Tujuan destilasi adalah pemurnian zat cair pada
titik didihnya, dan memisahkan cairan tersebut dari zat padat yang
terlarut atau dari zat cair lainnya yang mempunyai perbedaan titik didih
cairan murni. Destilasi biasa menggunakan prinsip dimana tekanan uap
di atas cairan adalah tekanan atmosfer (titik didih normal). Untuk
senyawa murni, suhu yang tercatat pada termometer yang ditempatkan
pada tempat terjadinya proses destilasi adalah sama dengan titik didih
destilat
3. Sebut dan jelaskan macam-macam destilasi!
 Ada 6 jenis destilasi yaitu destilasi sederhana, destilasi fraksionasi,
destilasi uap, destilasi vakum, destilasi kering dan destilasi azeotropik.
- Pada destilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik
didih yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat volatil.
Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih
rendah akan menguap lebih dulu. Selain perbedaan titik didih, juga
perbedaan kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah substansi
untukmenjadi gas. Destilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer.
- Destilasi fraksionasi adalah pemisahan komponen-komponen cair,
dua, atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik
didihnya.
- Destilasi Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih komponen
yang memiliki titik didih yang konstan.
- Destilasi vakum adalah destilasi yang biasanya digunakan jika
senyawa yang ingin didestilasi tidak stabil, dengan pengertian dapat
terdekomposisi sebelum atau mendekati titik didihnya atau
campuran yang memiliki titik didih diatas 150 °C.
- Destilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang
memiliki titik didih mencapai 200 °C atau lebih. Distilasi uap dapat
menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100 °C
dalam tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air
mendidih.
- Destilasi kering merupakan destilasi yang dilakukan dengan cara
memanaskan material padat untuk mendapatkan fase uap dan
cairnya, biasanya digunakan untuk mengambil cairan bahan bakar
dari kayu atau batu bara.
4. Apa yang kamu ketahui tentang minyak atsiri?
 Minyak atsiri dikenal juga dengan nama minyak eteris atau minyak
terbang (ethereal oil, volatile oil) dihasilkan dari sisa proses metabolisme
tumbuhan, yang terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan
kimia dengan adanya air. Minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman
dapat juga terbentuk dari hasil degradasi trigliserida oleh enzim atau
dapat dibuat secara sintesis. Minyak tersebut mudah menguap pada suhu
kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau
wangi sesuai dengan bau tumbuhan penghasilnya, umumnya larut dalam
pelarut organik dan tidak larut dalam air. Pada konsentrasi tinggi, minyak
atsiri dapat digunakan sebagai anastetik lokal, misalnya minyak cengkeh
yang digunakan untuk mengatasi sakit gigi, tetapi dapat merusak selaput
lendir. Kebanyakan minyak atsiri juga bersifat antibakteri dan antijamur
yang kuat.

Anda mungkin juga menyukai