Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PRAKTIKUM

KIMIA DASAR II
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR

NAMA : Nurianah Tri Puji Astuti


NIM : K1A019048
HARI, TANGGAL : Senin, 13 April
KELOMPOK/SHIFT : 5/B
ASISTEN : Hesti Nurrizqi

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR
BAB I
1.1. Tujuan
1. Merangkai alat destilasi untuk pemisahan dan pemurnian
2. Mengkalibrasi thermometer
3. Mendapatkan destilat murni
1.2. Tinjauan Pustaka
Secara mendasar, proses pemisahan dapat diterangkan sebagai proses
perpindahan massa. Proses pemisahan sendiri dapat diklasifikasikan menjadi
proses pemisahan secara mekanis atau kimiawi. Pemilihan jenis proses
pemisahan yang digunakan bergantung pada kondisi yang dihadapi. Pemisahan
secara mekanis dilakukan kapanpun memungkinkan karena biaya operasinya
lebih murah dari pemisahan secara kimiawi. Campuran yang tidak dapat
dipisahkan melalui proses pemisahan mekanis (seperti pemisahan minyak
bumi), proses pemisahan kimiawi harus dilakukan (Wahab, 2014).
Proses pemisahan digunakan untuk mendapatkan dua atau lebih produk
yang lebih murni dari suatu campuran senyawa kimia. Sebagian besar senyawa
kimia ditemukan di alam dalam keadaan yang tidak murni. Biasanya, suatu
senyawa kimia berada dalam keadaan tercampur dengansenyawa lain.
Beberapa keperluan seperti sintesis senyawa kimia yang memerlukan bahan
baku senyawa kimia dalam keadaan murni atau proses produksi suatu senyawa
kimia dengan kemurnian tinggi, proses pemisahan perlu dilakukan. Proses
pemisahan sangat penting dalam bidang kimia. Suatu contoh pentingnya proses
pemisahan adalah pada proses pengolahan minyak bumi. Minyak bumi
merupakan campuran berbagai hidrokarbon. Pemanfaatan hidrokarbon-
hidrokarbon penyusun minyak bumi akan lebih berharga bila memiliki
kemurnian yang tinggi. Proses pemisahan minyak bumi menjadi komponen-
komponennya akan menghasilkan produk LPG, solar, aftur, pelumas, dan aspal
(Wahab, 2014).
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan
atau didefinisikan juga teknik pemisahan kimia yang berdasarkan perbedaan
titik didih. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap,
dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang
memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini
merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan
proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing

2
3

komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal destilasi didasarkan
pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton (Stephani, 2009).
Dasar pemisahan pada destilasi adalah perbedaan titik didih
komponen cairan yang dipisahkan pada tekanan tertentu. Penguapan
diferensial dari suatu campuran cairan merupakan bagian terpenting dalam
proses pemisahan dengan destilasi, diikuti dengan penampungan material
uap dengan cara pendinginan dan pengembunan dalam kondensor
pendingin-air. Mempelajari proses pemisahan dengan teknik destilasi mesti
dipahami bahwa semua molekul dalam fasa cair memiliki dinamika
pergerakan yang konstan. Pembangkitan tekanan internal dan
kecenderungan molekul lepas dari permukaan dalam bentuk uap, tergantung
pada karakteristik cairan. Tekanan uap adalah ukuran kecenderungan
terlepasnya molekul dari permukaan cairan, tekanan uap cairan adalah sifat
dari cairan itu dan tidak tergantung pada komposisi fasa uap. Peningkatan
temperatur akan meningkatkan pergerakan molekul fasa cair sehingga
mempercepat proses terlepasnya molekul (Alimin, 2007).
Syarat umum pemisahan campuran cairan dengan cara destilasi
adalah semua komponen yang terdapat didalam campuran haruslah bersifat
volatile. Pada suhu yang sama, tingkat penguapan masing-masing
komponen akan berbeda-beda. Hal ini berarti bahwa pada suhu tertentu,
komponen yang lebih volatile dalam campuran cairan akan lebih banyak
membangkitkan uap. Sifat yang demikian ini akan terjadi sebaliknya, yakni
pada suhu tertentu, suhu fasa cairan akan lebih banyak mengandung
komponen yang kurang volatil. Jadi cairan yang setimbang dengan uapnya
pada suhu tertentu memiliki komposisi yang berbeda. Perbedaan komposisi
dalam kesetimbangan uap cairan dapat dengan mudah dipelajari pada
destilasi pemisahan campuran alkohol dari air (Alimin, 2007).
Proses destilasi diawali dengan pemanasan, sehingga zat yang memiliki
titik didih lebih rendah akan menguap. Uap tersebut bergerak menuju
kondenser yaitu pendingin proses pendinginan terjadi karena kita mengalirkan
air kedalam dinding (bagian luar condenser), sehingga uap yang dihasilkan
akan kembali cair. Proses ini berjalan terus menerus dan akhirnya kita dapat
memisahkan seluruh senyawa-senyawa yang ada dalam campuran homogen
tersebut (Syukri, 2007). Perbedaan titik didih zat yang dipisahkan sangat
mempengaruhi hasil yang akan didapatkan. Karena apabila titik didih zat
campuran itu mempunyai jarak yang sangat dekat maka dalam pemanasan di
khawatirkan zat yang tidak diinginkan juga ikut menguap karena titik didihnya
hampIr sama sehingga distilasi harus dilakukan secara berulang atau bertingkat
(Stephani, 2009).
4

1.3. Skema
1.3.1. Kalibrasi Thermometer

Thermometer

Dicelupkan ke campuran air-es yang


diaduk homogen (untuk titik 0o C)
Hasil

10 mL air
Diisi ke dalam tabung reaksi 10 mL
air
Dimasukkan sedikit batu didih
Diklem tabung tegak lurus,
dipanaskan perlahan sampai
mendidih
Dimasukkan thermometer dengan
dipegang, kolom Hg ditempatkan
pada uap di atas permukaan air
mendidih
Hasil

1.3.2. Destilasi Biasa

Labu bundar 100 mL

Diklem dan dipasang


Disimpan di atas kawat kasa dan
pembakar Bunsen
Dialirkan air pendingin/kondensor
dari bawah ke atas
Dimasukkan sampel methanol :
air ke dalam labu kira-kira 50 mL
Dimasukkan beberapa potongan kecil
batu didih ke dalam labu
Dilakukan pemanasan dengan
mengatur supaya destilat menetes
teratur dengan kecepatan satu tetes
per detik
5

Diamati dan dicatat suhunya


Dicatat suhu dan volume destilat
secara teratur setiap selang jumlah
penampungan tertentu, misalnya 5
mL penampung destilat sampai
sampel murni telah terdestilasi semua
Diganti penampung untuk
menampung air
Dicatat suhu dan volume destilat
secara teratur setiap selang jumlah
penampungan tertentu, misalnya 5
mL penampung destilat sampai sisa
cairan dalam labu destilasi tinggal 15
mL
Dicatat tekanan atmosfer dan lakukan
koreksi thermometer
Dibuat grafik suhu terhadap jumlah
mL destilat

Hasil
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Jenis Metode Pemisahan dan Pemurnian
Cara memisahkan campuran homogen maupun heterogen dapat
dilakukan melalui proses pemisahan dan pemurnian. Pemisahan dilakukan
untuk memisahkan dua zat atau lebih yang saling bercampur, sedangkan
pemurnian adalah suatu cara untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang
telah tercemar atau tercampur oleh zat lain (Syukri, 1999). Teknik pemisahan
campuran bergantung pada jenis, wujud, dan sifat komponen yang terkandung
didalamnya. Jika komponen berwujud padat dan cair, misalnya pasir dan air,
dapat dipisahkan dengan saringan. Saringan bermacam-macam, mulai dari
yang porinya besar sampai yang sangat halus, contohnya kertas saring dan
selaput semi permiabel. Kertas saring dipakai untuk memisahkan endapan atau
padatan dari pelarut. Selaput semi permiabel dipakai untuk memisahkan suatu
koloid dari pelarutnya (Syukuri, 1999).
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan
atau didefinisikan juga teknik pemisahan kimia yang berdasarkan perbedaan
titik didih. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap,
dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang
memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini
merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan
proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing
komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal destilasi didasarkan
pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton (Stephani, 2009).
Jenis metode pemisahan dan pemurnian :
1. Memisahkan zat padat dari suspensi
Suspensi adalah sistem yang didalamnya mengandung partikel sangat
kecil (padat), setengah padat, atau cairan tersebutr secara kurang lebih seragam
dalam medium cair.Suatu suspensi dapat dipisahkan dengan penyaringan
(filtrasi) dan sentrifugasi (Syukri, 1991).
1.1. Penyaringan (filtrasi)
Operasi ini adalah pemisahan endapan dari larutan induknya,
sasarannya adalah agar endapan dan medium penyaring secara kuantitatif
bebas dari larutan.

6
7

1.2. Sentrifugasi (pemusingan)


Sentrifugasi dapat digunakan untuk memisahkan suspensi yang
jumlahnya sedikit. Sentrifugasi digunakan untuk memutar dengan cepat hingga
gaya sentrifugal beberapa kali lebih besar daripada gorsa berat, digunakan
untuk mengendapkan partikel tersuspensi (Syukri, 1991).
2. Memisahkan zat padat dari larutan
Zat terlarut padat tidak dapat dipisahkan dari larutannya dengan
penyaringan dan pemusingan (sentrifugasi). Zat padat terlarut dapat dipisahkan
melalui penguapan atau kristalisasi.
2.1. Penguapan
Pada penguapan, larutan dipanaskan sehingga pelarutnya
meninggalkan zat terlarut. Pemisahan terjadi karena zat terlarut mempunyai
titik didih yang lebih tinggi daripada pelarutnya (Syukri, 1991).
2.2. Kristalisasi
Kristalisasi adalah larutan pekat yang didinginkan sehingga zat terlarut
mengkristal. Hal itu terjadi karena kelarutan berkurang ketika suhu diturunkan.
Apabila larutan tidak cukup pekat, dapat dipekatkan lebih dahulu dengan jalan
penguapan, kemudian dilanjutkan dengan pendinginan melalui kristalisasi
diperoleh zat padat yang lebih murni karena komponen larutan yang lainnya
yang kadarnya lebih kecil tidak ikut mengkristal (Syukri, 1991).
2.3. Rekristalisasi
Teknik pemisahan dengan rekristalisasi (pengkristalan kembali)
berdasarkan perbedaan titik beku komponen. Perbedaan itu harus cukup besar,
dan sebaiknya komponen yang akan dipisahkan berwujud padat dan yang
lainnya cair pada suhu kamar. Contohnya garam dapat dipisahkan dari air
karena garam berupa padatan. Air garam bila dipanaskan perlahan dalam
bejana terbuka, maka air akan menguap sedikit demi sedikit. Pemanasan
dihentikan saat larutan tepat jenuh. Jika dibiarkan akhirnya terbentuk kristal
garam secara perlahan. Setelah pengkristalan sempurna garam dapat
dipisahkan dengan penyaring (Syukri, 1991).
3. Memisahkan campuran zat cair
Zat cair dapat dipisahkan dari campurannya melalui destilasi.
Campuran dua jenis cairan yang tidak saling melarutkan dapat dipisahkan
dengan dekantasi dan coronh pisah.
8

3.1. Destilasi
Dasar pemisahan dengan distilasi adalah perbedaan titik didih dua
cairan atau lebih. Jika canpuran dipanaskan maka komponen yang titik
didihnya lebih rendah akan meng uap lebih dulu. Dengan mengatur suhu secara
cermat kita dapat menguapkan dan kemudian mengembunkan komponen demi
komponen secara bertahap. Pengmbunan terjadi dengan mengalirkan uap
ketabung pendingin. Contohnya memisahkan campuran air dan alkohol. Titik
didih air dan alkohol masing-masing 10 0˚C dan 78˚C. Jika campuran
dipanaskan (dalam labu destilasi) dan suhu diatur sekitar 78˚C, maka alkohol
akan menguap sedikit demi sedikit. Uap itu mengembun dalam pendingin dan
akhirnya didapatkan cairan alkohol murni (Subjadi, 1988).
3.2. Dekantasi (pengendapan)
Dekantasi (pengendapan) merupakan proses pemisahan suatu zat dari
campurannya dengan zat lain secara pengendapan didasarkan pada massa jenis
yang lebih kecil akan berada pada lapisan bagian bawah atau mengendap,
contohnya air dan pasir. selain itu zat terlarut (yang akan dipisahkan) diproses
diubah menjadi bentuk yang tak larut, lalu dipisahkan dari larutan. Pelarut-
pelarut yang lebih ringan dari air, dapat digunakan corong pemisah yang
dimodifikasi, yang dirancang untuk menyederhanakan penyingkiran fase yang
lebih ringan. Setelah keadaan seimbang, lapisan yang lebih ringan (misalcter)
dan lapisan air, didesak keatas dengan memasukkan merkurium melalui kran
pada dasar bulatan corong, dengan bantuan sebuah bola pembantu pengatur
permulaan merkurium (Subjadi, 1988).
3.3. Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi zat dari
campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Prinsip metode ini
didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua
pelarut yang tidak saling bercampur seperti eter kloroform, karbon tetraklorida
dan karbon disulfida (Chang, 2005). Ekstraksi pelarut sering kali dilaksanakan
dalam industri, dimana tetesan pelarut yang lebih ringan bergerak ke atas
melewati arus ke bawah lambat-lambat dari pelarut yang lebih berat. Penerapan
teknik ini di tunjukan untuk mengekstrak DDT dan airke minyak. Ekstraksi
arus lawan semacam itu sangat efisien karan pada ujung bawah tabung, pelarut
yang telah kehilangan hamper semua zat terlarutnya di ekstrak oleh pelarut lain
yang masih bersih (Chang, 2005). Diantara berbagai metode
pemisahan, ekstraksi merupakan metode yang paling baik dan paling popular,
alas an utamanya karena metode ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro
maupun mikro. Pemisah tidak memerlukan alat khusus atau canggih,
9

melainkan hanya memerlukan corong pisah.Pemisahan yang dilakukan sangat


sederhana, bersi, cepat dan mudah (Chang, 2005).
3.4.Sublimasi
Sublimasi adalah diman suatu padatan diuapkan tanpa melalui
peleburan dan hanya diembunkan uapnya dengan mendinginkannya, langsung
kembali dalam keadaan padat. Sublimasi merupakan perubahan wujud zat dari
padat ke gas atau sebaliknya, bila partikel penyusun suatu zat padat diberikan
kenaikan suhu melalui pemanasan, maka partikel tersebut akan berubah wujud
menjadi gas sebaliknya bila suhu diturunkan, maka gas akan berubah menjadi
padat (Sudjadi, 1998).
2.2. Pengertian, Prinsip, Tujuan, dan Jenis destilasi
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas)
bahan. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan
uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang
memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu (Syukri,2007).
Prinsip destilasi adalah penguapan cairan dan pengembunan kembali uap
tersebut pada suhu titik didih. Titik didih suatu cairan adalah suhu dimana
tekanan uapnya sama dengan tekanan atmosfer. Cairan yang diembunkan
kembali disebut destilat. Tujuan destilasi adalah pemurnian zat cair pada titik
didihnya, dan memisahkan cairan tersebut dari zat padat yang terlarut atau dari
zat cair lainnya yang mempunyai perbedaan titik didih cairan murni. Pada
destilasi biasa, tekanan uap di atas cairan adalah tekanan atmosfer (titik didih
normal). Senyawa murni, suhu yang tercatat pada termometer yang
ditempatkan pada tempat terjadinya proses destilasi adalah sama dengan titik
didih destilat (Fhya, 2011).
Macam-macam destilasi, yaitu :
A. Destilasi Sederhana
Adalah destilasi yang tidak melibatkan kolom fraksinasi atau proses
yang biasanya untuk memisahkan salah satu komponen zat cair dari zat-zat non
volatile atau zat cair lainnya yang perbedaan titik didihnya paling sedikit 75o
C. Kondensat pada dasarnya akan memiliki perbandingan mol fasa cair yang
sama dengan fasa uap pendidihan dari zat cairnya. Destilasi sederhana tidak
efektif untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran yang
perbedaan titik didihnya tidak terlalu besar. Destilasi ini dilakukan jika
campuran zat tersebut atau sampel tersebut mempunyai perbedaan titik didih
yang cukup tinggi. Sehingga pada suhu tertentu cairan akan mengandung lebih
10

banyak komponen yang lebih mudah menguap tersebut akan diembunkan


didalam suatu pendingin dan akan ditampung dalam suatu wadah, sehingga
akan terpisah kedua campuran tersebut (Robbaniryo, 2011).
B. Destilasi Bertingkat
Sebelum menggunakan destilasi bertingkat kita harus mengetahui dulu
tentang hubungan antara titik didih atau tekanan uap dari campuran senyawa
berserta komposisinya. Dalam destilasi bertingkat pada suhu tertentu akan
terjadi cairan setimbang dengan uapnya akan mempunyai komposisi yang
berbeda. Uap selalau mengandung komponen yang lebih mudah menguap
demikian sebaliknya. Pada suhu berbeda komposisi uap cairnya akan berbeda,
dengan demikian komposisi uap yang setimbang dengan cairanya akan berubah
sejalan dengan perubahan suhu. Perubahan komposisi sebagai fungsi suhu
dapat digambarkan sebagai diagram kesetimbangan komposisi uap dan
cairanya (Robbaniryo, 2011).
C. Destilasi Vakum
Destilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin
didestilasi tidak stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum atau
mendekati titik didihnya atau campuran yang meiliki titik didih di atas 150° C.
Metode destilasi ini tidak dapat digunakan pada pelarut denga titik didih yang
rendah jika kondensornya menggunakan air dingin karena komponen yang
menguap tidak dapat dikondensasi oleh air. Agar mengurangi tekanan
digunakan pompa vakum atau aspirator. Aspirator berfungsi sebagai penurun
tekanan pada destilasi ini (Syukri, 2007).
D. Destilasi Azeotrop
Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih komponen yangmemiliki
titik didih yang konstan. Campuran azeotrop merupakan penyimpangan dari
hokum Raoult (Soebagio, 2005). Destilasi azeotrop adalah destilasi suatu
campuran zat cair dengan komposisi tertentu yang mengalami destilasi pada
suhu konstan tanpa adanya perubahan dalam komposisinya.
E. Destilasi Uap
Proses penyaringan suatu campuran air dan bahan yang tidak larut
sempurnaatau larut sebagian dengan menurunkan tekanan sistem sehingga
didapatkan hasil penyulingan jauh dibawah titik didih awal. Destilasi uap
digunakan untuk memurnikan zat/senyawa cair yang tidak larut dalam air, dan
titik didihnya cukup tinggi, sedangkan sebelum zat cair tersebut mencapai titik
didihnya, zat cair sudah terurai, teroksidasi atau mengalami reaksi pengubahan
11

(rearranagement), maka zat cair tersebut tidak dapat dimurnikan secara


destilasi sederhana atau destilasi bertingkat, melainkan harus didestilasi
dengan destilasi uap. Destilasi uap adalah istilah yang secara umum digunakan
untuk destilasi campuran air dengan senyawa yang tidak larut dalam air,
dengan cara mengalirkan uap air ke dalam campuran sehingga bagian yang
dapat menguap berubah men!adi uap pada temperatur yang lebih rendah dari
pada dengan pemanasan langsung. Labu yang berisi senyawa yang akan
dimurnikan dihubungkan dengan labu pembangkit uap (Cahyono, 1991)
2.3. Gambar Rangkaian Alat Destilasi Beserta Keterangan dan Fungsinya

Gambar 2.1 Alat destilasi


Fungsi masing-masing alat yaitu :
1. Labu alas bulat sebagai wadah untuk penyimpanan sampel yang akan
didestilasi.
2. Kondensor atau tempat pengembunan yang berguna untuk mendinginkan
uap destilat yang melewati kondensor sehingga menjadi cair. Kondensor atau
pendingin yang digunakan menggunakan pendingin air dimana air yang masuk
berasal dari bawah dan keluar di atas, karena jika airnya berasal (masuk) dari
atas maka air dalam pendingin atau kondensor tidak akan memenuhi isi
pendingin sehingga tidak dapat digunakan untuk mendinginkan uap yang
mengalir lewat kondensor tersebut. Oleh karena itu pendingin atau kondensor
air masuknya harus dari bawah sehingga pendingin atau kondensor akan terisi
dengan air maka dapat digunakan untuk mendinginkan komponen zat yang
melewati kondensor tersebut dari berwujud uap menjadi berwujud cair.
3. Thermometer digunakan untuk mengamati suhu dalam proses destuilasi
sehingga suhu dapat dikontrol sesuai dengan suhu yang diinginkan untuk
memperoleh destilat murni.
12

4. Erlenmeyer sebagai wadah untuk menampung destilat yang diperoleh dari


proses destilasi.
5. Pipa penghubung (adaptor) untuk menghubungkan antara kondensor dan
wadah penampung destilat (erlenmeyer) sehingga cairan destilat yang mudah
menguap akan tertampung dalam erlenmeyer dan tidak akan menguap keluar
selama proses destilasi berlangsung.
6. Pemanas berguna untuk memanaskan sampel yang terdapat pada labu alas
bulat. Penggunaan batu didih pada proses destilasi dimaksudkan untuk
mempercepat proses pendidihan sampel dengan menahan tekanan atau
menekan gelembung panas pada sampel serta menyebarkan panas yang ada ke
seluruh bagian sampel.
7. Statif dan klem berguna untuk menyangga bagian-bagian dari peralatan
destilasi sederhana sehingga tidak jatuh atau goyang (Alimin, 2007).
2.4. Sifat, Struktur, dan Karakteristik dari Metanol dan Benzene
Karakteristik benzena yaitu merupakan zat cair tidak berwarna, mudah
menguap, dan sangat beracun. Benzena dapat digunakan sebagai pelarut,
pensintesis berbagaisenyawa karbon, dan bahan dasar pembuatan senyawa
karbon. Benzena tidak begitu reaktif, tapi sangat mudah terbakar, karena kadar
karbon yangterkandung sangat tinggi.Beberapa turunan dari benzena ada yang
bersifat polar maupun non polar. Senyawa polar adalah senyawa yang
terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar elektron pada unsur-unsurnya. Titik
didih pada benzena dan turunannya dimulai dari 80o-250o C. Untuk titik
lelehnya bervariasi, denganangka tertinggi yaitu 122 derjat celsius pada
senyawa asam benzoat (COOH). Variasi titik didih tersebut disebabkan oleh
perngaruh dari kepolarangugus fungsionalnya. Begitu juga dengan titik
lelehnya, dipengaruhi oleh subtitutenya. Seperti benzena, toluena, dan etil
benzena bersifat non-polar. Sedangkan anilin, benzil alkoho, fenol, dan asam
benzoat bersifat polar. Maka dapat disimpulkan asam benzoat memiliki titik
didih tertinggi, dikarenakan sifat polarnya yang lebih, sedangkan benzena
mempunyai titik didih terendah.Senyawa turunan benzena yang bersifat non-
polar tidak akan larut dalam air, sebaliknya, yang bersifat akan larut didalam
air. Sifat benzene dan turunannya yaitu mempunyai derajat keasaman. Fenol
dan asam benzoat termasuk asam lemah. Asam benzoate lebih kuat
dibandingkan fenol. Fenol yang memiliki gugus fungsi -OH ternyata bersifat
asam lemah, yang berarti memberikan ion H+, sedangkananilin yang memiliki
gugus –NH2 bersifat basa lemah, yang berarti menerimaion H+. Benzena lebih
mudah mengalami reaksi subtitusi daripada reaksiadisi (Alimin, 2007).
13

Gambar 2.2 Struktur benzene


Metanol dibuat dari campuran gas karbon monoksida dengan hydrogen
menggunakan katalis ZnO atau Cr2O3 pada suhu 350 °C. Metanol bersifat
racundan dapat mematikan jika ditelan. Kebutaan dapat pula terjadi jika karena
kontak dengan kulit atau penghirupan uapnya terlalu lama. Kebutaan orang
yang mencerna metanol disebabkan oleh terbentuknya formaldehida (H2CO)
atau asam format (HCO2H) yang merusakkan sel-sel retina. Jika formaldehida
adalah penyebabnya, maka diduga zat ini menghambat pembentukan ATP (ad
enosinetrifosfat ) yang diperlukan agar sel retina berfungsi. Jika asam
format penyebabnya, maka diduga asam ini menonaktifkan enzim yang
mengandung besiyang bertanggung jawab mengangkut oksigen ke retina.
Suatu kondisi menyertai pembentukan asam format, yakni asidosis di
mana pH darah dan jaringan darah menurun. Metanol digunakan sebagai
pelarut resindan getah. Sebagian metanol diubah menjadi formaldehida untuk
bahan pembuat plastic (Alimin, 2007).

Gambar 2.3 Struktur methanol


2.5. Penjelasan Prosedur (Proses) Kalibrasi Thermometer dan Destilasi Sederhana
Cara kerja dari kalibrasi alat termometer adalah dengan meletakkan
silinder termometer di air yang sedang mencair dan tandai poin termometer
disaat seluruh air tersebut berwujud cair seluruhnya. Poin ini adalah poin titik
beku air. Dengan cara yang sama, tandai poin termometer disaat seluruh air
tersebut mendidih seluruhnya saat dipanaskan. Bagi panjang dari dua poin
diatas menjadi seratus bagian yang sama. Sampai saat ini tiga poin kalibrasi
diatas masih digunakan untuk mencari rata – rata skala Celsius pada
14

termometer merkuri. Poin-poin tersebut tidak dapat dijadikan metoda


kalibrasi yang akurat karena titik didih dan titik beku air berbeda-
beda seiring beda tekanan (Alibert, 2007).
Cara kerja dari alat destilasi yaitu air tidak murni dimasukkan ke dalam
labu tahan panas kemudian labu dipanaskan hingga air dalam labu mendidih
dan menguap. Uap air yang terbentuk kemudian dialirkan melalui pipa.
Kondensor (pendingin) berisi air mengalir dengan aliran yang berlawanan
dengan aliran uap air dipasang di dalam pipa. Akibatnya, uao air murni yang
mengalami kontak dengan air dingin mengalami pengembunan dan terbentuk
titik-titik air murni yang semakin lama semakin banyak. Air murni tersebut
kemudian ditampung dalam gelas atau tabung. Alat tersebut juga dapat
digunakan untuk mendapatkan alkohol murni dari campuran air dan alcohol.
Karena titik didih alcohol lebih rendah daripada titik didih air, maka uap yang
terbentuk lebih banyak mengandung alcohol sehingga hasil sulingan
merupakan alcohol (Budi, 2006). Jika menggunakan alat tersebut, jangan
sampai tertukar antara tempat air masuk dan tempat air keluar. Cara seperti itu
memudahkan proses pengembunan. Fungsi penambahan batu didih ada 2 yaitu
untuk meratakan panas sehingga panas menjadi homogen pada seluruh bagian
larutandan untuk menghindari titik lewat didih. Tanpa batu didih, maka larutan
yang dipanaskan akan menjadi superheated pada bagian tertentu, lalu tiba-tiba
akan mengeluarkan uap panas yang bisa menimbulkan letupanatau ledakan.
Batu didih tidak boleh dimasukkan pada saat larutan akan mencapai titik
didihnya. Jika batu didih dimasukkan pada larutan yang sudah hampir
mendidih,maka akan terbentuk uap panas dalam jumlah yang besar secara tiba-
tiba. Hal ini bias menyebabkan ledakan atau kebakaran. Jadi, batu didih harus
dimasukkan ke dalam cairan sebelum cairan itu mulai dipanaskan. Jika batu
didih akan dimasukkan ditengah-tengah pemanasan, maka suhu cairan harus
diturunkan terlebih dahulu. Sebaiknya batu didih tidak dipergunakan secara
berulang-ulang karena pori-pori dalam batu didih bisa tersumbat zat pengotor
(Khasani, 1990).
2.6. Pengertian, Faktor yang Mempengaruhi Rendemen, dan Fungsi Menghitung
Rendemen
Rendemen adalah perbandingan jumlah (kuantitas) zat yang dihasilkan
dari ekstraksi suatu zat. Rendemen menggunakan satuan persen (%). Semakin
tinggi nilai rendemen yang dihasilkan menandakan nilai zat murni yang
dihasilkan semakin banyak. (Fahmi, 2016). Kualitas ekstrak yang dihasilkan
biasanya berbanding terbalik dengan jumlah rendamen yang dihasilkan.
Semakin tinggi nilai rendamen yang dihasilkan maka semakin rendah mutu
yang di dapatkan. Jadi, penghitungan rendemen bertujuan untuk mengetahui
15

jumlah zat yang dihasilkan. Adapun rumus untuk menghitung rendamen


sebagai berikut:
Rendemen = Bobot ekstrak x 100%
Bobot simplisia
Rendemen dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor utama yang
mempengaruhi rendemen sebagian besar berasal dari proses penyiapan
sampel (ukuran sampel dan kondisi sampel) serta teknik ekstraksinya
(waktu destilasi serta jenis destilasi yang digunakan) (Sufriadi, 2004). Faktor
utama adalah ukuran sampel, sampel dengan ukuran kecil memiliki luas
permukaan yang lebih besar sehingga lebih banyak terjadi kontak dengan
pelarut yang akan mengekstrak. Faktor utama kedua adalah lama waktu
destilasi, semakin lama waktu yang digunakan untuk destilasi maka akan
menghasilkan rendemen yang lebih besar, dan faktor utama ketiga adalah
kondisi sampel. Sampel dengan kondisi basah atau kadar air yang besar maka
akan menurunkan rendemen yang dihasilkan karena terlalu banyak
mengandung air sehingga ekstraksi kurang optimal (Utomo, 2018).
BAB III
KESIMPULAN
1. Jenis metode pemisahan dan pemurnian :
a. Memisahkan padatan dari suspensi
- Filtrasi (penyaringan)
- Sentrifugasi
b. Memisahkan zat padat dari larutan
- Penguapan
- Kristalisasi
- Rekristalisasi
c. Memisahkan campuran zat cair
- Destilasi
- Sublimasi
- Dekantasi
- Ekstraksi
2. Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas)
bahan. Prinsip destilasi adalah penguapan cairan dan pengembunan
kembali uap tersebut pada suhu titik didih. Tujuan destilasi adalah
pemurnian zat cair pada titik didihnya dan memisahkan cairan tersebut
dari zat padat yang terlarut atau dari zat cair lainnya yang mempunyai
perbedaan titik didih cairan murni.
3. Alat destilasi beserta fungsinya
a. Labu alas bulat sebagai wadah untuk penyimpanan sampel yang akan
didestilasi.
b. Kondensor atau tempat pengembunan yang berguna untuk mendinginkan
uap destilat yang melewati kondensor sehingga menjadi cair.
c. Thermometer digunakan untuk mengamati suhu dalam proses destilasi.
d. Erlenmeyer sebagai wadah untuk menampung destilat yang diperoleh
dari proses destilasi.
f. Pipa penghubung (adaptor) untuk menghubungkan antara kondensor dan
wadah penampung destilat (erlenmeyer).
g. Pemanas berguna untuk memanaskan sampel yang terdapat pada labu alas
bulat.
h. Statif dan klem berguna untuk menyangga bagian-bagian dari peralatan
destilasi sederhana sehingga tidak jatuh atau goyang.
4. Karakteristik benzena yaitu merupakan zat cair tidak berwarna, mudah
menguap, dan sangat beracun. Benzena dapat digunakan sebagai pelarut,
pensintesis berbagaisenyawa karbon, dan bahan dasar pembuatan senyawa

16
17

karbon. Benzena tidak begitu reaktif, tapi sangat mudah terbakar, karena
kadar karbon yangterkandung sangat tinggi. Sedangkan metanol dibuat dari
campuran gas karbon monoksida dengan hydrogen menggunakan katalis
ZnO atau Cr2O3 pada suhu 350 °C. Metanol bersifat racundan dapat
mematikan jika ditelan. Kebutaan dapat pula terjadi jika karena kontak
dengan kulit atau penghirupan uapnya terlalu lama.
5. Cara kerja dari kalibrasi alat termometer adalah dengan meletakkan silinder
termometer di air yang sedang mencair dan tandai poin termometer disaat
seluruh air tersebut berwujud cair seluruhnya. Poin ini adalah poin titik beku
air. Dengan cara yang sama, tandai poin termometer disaat seluruh air
tersebut mendidih seluruhnya saat dipanaskan. Letakkan thermometer di
atas air mendidih untuk kalibrasi titik didih, karena jika dicelupkan ke dalam
air mendidih akan terlalu panas. Sedangkan caara kerja dari alat destilasi
yaitu air tidak murni dimasukkan ke dalam labu tahan panas kemudian labu
dipanaskan hingga air dalam labu mendidih dan menguap. Uap air yang
terbentuk kemudian dialirkan melalui pipa. Kondensor (pendingin) berisi
air mengalir dengan aliran yang berlawanan dengan aliran uap air dipasang
di dalam pipa. Akibatnya, uap air murni yang mengalami kontak dengan air
dingin mengalami pengembunan dan terbentuk titik-titik air murni yang
semakin lama semakin banyak. air murni tersebut kemudian ditampung
dalam gelas atau tabung.
6. Rendemen adalah perbandingan jumlah (kuantitas) zat yang dihasilkan dari
ekstraksi suatu zat. Rendemen menggunakan satuan persen (%).
Rendemen = Bobot ekstrak x 100%
Bobot simplisia
Faktor yang mempengaruhi hasil rendemen yang utama adalah ukuran
sampel, sampel dengan ukuran kecil memiliki luas permukaan yang
lebih besar sehingga lebih banyak terjadi kontak dengan pelarut yang
akan mengekstrak. Faktor utama kedua adalah lama waktu destilasi,
semakin lama waktu yang digunakan untuk destilasi maka akan
menghasilkan rendemen yang lebih besar, dan faktor utama ketiga adalah
kondisi sampel, sampel yang pengotornya banyak menyebabkan destilasi
kurang optimal.
18

DAFTAR PUSTAKA
Alibert, C. dan McCulloch, M. T. (2007). Strontium/Calcium Ratios in
ModernPorites Corals from The Great Barrier Reef as A Proxy for Sea
SurfaceTemperature: Calibration Of The Thermometer and Monitoring of
ENSO.Paleoceanography, Vol:12. No(3), Hal:345-363.
Alimin, Muh.Yunus dan Irfan Idris. (2007). Buku Dasar Kimia Analitik.
Makassar :Alauddin Press.
Cahyono, B. (1991). Segi Praktis dan Metode Pemisahan Senyawa Organik.
Semarang : Kimia UNDIP.
Chang, R. (2005). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Fhya. (2011). Destilasi. Diunduh tanggal 11 April 2020 dari
https://id.scribd.com/document/283756082/destilasi
Khasani. (1990). Keselamatan Kerja dalam Laboratorium Kimia. Jakarta :
Gramedia.
Petrucci. (1996). Kimia Dasar. Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Prasodjo, Budi.(2006). Teori dan aplikasi fisika SMP kelas VII edisi kedua.
Bogor: PT Ghalia Indonesia Printing.
Robbaniryo.(2011). Ilmu Kimia Destilasi Sederhana dan Bertingkat. Diunduh
tanggal 11 April 2020 dari http://robbaniryo.com/ilmu-kimia/distilasi
sederhana-dan-bertingkat
Soebagio, dkk.(2005). Kimia Analitik II. Malang : UM Press.
Stephanie, Kartika dkk.(2009). Pemisahan Kimia Analitik. Yogyakarta: Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Sudjadi. (1988). Metode Pemisahan. Yogyakarta.: Fakultas Farmasi UGM.
Sufriadi, E., Mustanir. (2004). Strategi Pengembangan Menyeluruh terhadap
Minyak Nilam (Patchouli Oil) di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Perkembangan Teknologi TRO VOL. 16 No. (2). Hal:11-19.
Syukri.(2007). Kimia Dasar 2. Bandung: Penerbit ITB.
Utomo, D., Mujiburohman, M.(2018). Pengaruh Kondisi Daun Dan Waktu
Penyulingan Terhadap Rendemen Minyak Kayu Putih. Jurnal Teknologi
Bahan Alam Vol.2. No(2). Hal:124-127.
19

Wahab, W A, dan Nafie, L N., (2014). Metode Pemisahan dan Pengukuran 2


(Elektrometri dan Spektrofotometri), Makasar : FMIPA UNHAS.

Anda mungkin juga menyukai