Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETIKA ALAMI

DISUSUN OLEH: GOLONGAN IV/KELOMPOK 24 Satwika Pramesti Dimas Nicko Rahmat Siskha Nur Aeni (FA/07946) (FA/07947) (FA/07950) (FA/07951)

DOSEN : Purwanto, Apt.

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2010

PRAKTIKUM MANDIRI SABUN SEREH

1. TINJAUAN PUSTAKA Sabun adalah salah satu jenis deterjen yang bisa membersihkan kotoran berminyak dan menjadi bagian dari kelompok yang disebut surfaktan. Surfaktan sendiri sebagai surface active agent sehingga berdaya larut baik terhadap kotoran maupun lemak. Namun tidak semua surfaktan sintetik dapat digunakan sebagai pembersih kulit. Pengalaman dari para ahli kimia maupun kosmetik serta dokter kulit menyatakan bahwa perlu suatu formua yang optimal untuk membuatnya karena banyak substansi lain yang diperlukan seperti protektor terhadap kulit, antiiritasi dan bahan-bahan superfatty. Fungsi sabun kecuali sebagai pembersih juga bisa digunakan sebagai obat. Sabun yang dimaksud disini adalah produk campuran garam natrium dengan asam stearat, palmitat, dan oleat yang berisi sedikit komponen asam miristat dan laurat. Sabun merupakan kosmetik pembersih paling tua, sudah sejak berabadabad yang silam. Sabun diketahui telah digunakan lebih kurang 5000 tahun yang lalu oleh para wanita sapo. Orang Yunani menamakannya sapo, yang berasal dari kata proses pembuatannya saponifikasi (penyabunan) dan dekat dengan kata soap. Sabun sekarang telah banyak berkembang menjadi suatu industri besar yang dapat menyediakan berbagai jenis sabun dari semua warna, keharuman dan konsistensi. Umumnya masyarakat berpendapat sabun dan deterjen merupakan hal yang berbeda, bahkan banyak yang mengatakan bahwa sabun adalah lawan dari deterjen. Berbeda dengan pendapat ahli kimia, sabun atau berbagai macam sediaan pembersih kulit modern, baik berbentuk batang(bar), cair(liquid), atau bubuk(powder), adalah deterjen. Deterjen berasal dari kata detergere yang berarti membersihkan, yang sesuai dengan tujuan semula pembuatan campuran itu. Tidak diketahui apa sebutan yang dipakai oleh orang Sumeria untuk bahan pembersih badannya zaman dulu.
Surfaktan adalah prinsip kerja dari setiap deterjen, yang jika dilarutkan kedalam

cairan cenderung memekat pada permukaan cairan tersebut. Hal ini dikarenakan

kemampuan fisioimia yang dualistik (ambifilik) yakni bagian yang senang pelarut (filik) dan yang tidak senang dengan pelarut yakni fobik. Jika pelarutnya air, maka surfaktan akan berada tegak lurus dengan batas dimana bagian filik akan berada di air. Pemilihan surfaktan dapat ditentukan dengan perhitungan kimia dan fisik faktor KHL (keseimbangan hidrofilik dan lipofilik) menggunakan cara Griffin maupun cara Davies, karena besarnya bagian yang fobik dan filik menentukan potensi surfaktan. Besarnya bagian yang fobik dan filik akan menentukan potensi surfaktan. Bila salah satu bagian terlalu dominan maka surfaktan tidak dapat bekerja karena akan larut pada salah satu bahan pelarut atau yang dilarutkan. Selain sebagai pelarut (kotoran dan lemak), surfaktan dapat bekerja sebagai pembasah, pembentuk busa, dan pengemulsi. Pada sabun, surfaktan bekerja sebagai ketiganya. menyukai busa sabun dalam pencucian Sabun dapat menimbulkan iritasi dan alergi pada kulit akibat efek dari sejumlah daya kerjanya, antara lain : 1. Alkalisasi yaitu akibat terurainya sabun dalam air sehingga menyebabkan pH sabun lebih besar dari pH fisiologi kulit yang berkisar 4,5-6,5 sehingga dapat merusak kulit. Misalnya, pembengkakan keratin yang memudahkan masuknya bakteri dan kulit dapat menjadi kering dan pecah-pecah. 2. pembengkakan keratin kulit yaitu akibat penyerapan surfaktan oleh keratin kulit karena perbedaan pH yang jauh dari isoelektrik keratin kulit sekitar pH 5. Walaupun hal ini tidak berbahaya tetapi pembengkakan keratin menyebabkan lapisan stratum corneum melunak dan bahan-bahan asing seperti bakteri mudah memasukinya. 3. pengurangan minyak kulit (degreasing) meskipun pembuangan sebagian minyak dan kotoran adalah tujuan dari pembersihan kulit, namun bila terlalu banyak minyak yang terbuang maka kulit akan kering. 4. absorbsi sabun oleh keratin kulit jika hal ini terjadi maka akan membentuk suatu lapisan tipis pada sel-sel Meskipun banyaknya busa tidak mempengaruhi daya larut dan daya bersih sabun, namun masih banyak orang

tanduk tersebut, kemudian menghalangi masuknya bahan-bahan yang diperlukan oleh kulit, misalnya kosmetik pelembab kulit sehingga kulit menjadi kering dan pecah-pecah. 5. Iritasi oleh molekul-molekul asam atau ion-ion misalnya sabun yang terbuat dari minyak kelapa (mengandung C12) lebih iritatif dari sabun yang terbuat dari lemak hewan (mengandung C14). Asam oleat lebih iritatif dibanding asam stearat. 6. pengendapan sabun kalsium, garam kalsium dan magnesium dari asam lemah tinggi tidak larut dalam air. Penggunaan sabun demikian dapat mmenyebabkan pembentukan endapan berlendir di permukaan kulit. Pada praktikum kali ini bahan alam yang kami gunakan adalah minyak sereh. Berikut adalah uraian tentang sereh:

Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Spesies

Klasifikasi :Plantae :Spermatophyta :Monocotyledonae :Poales :Poaceae :Cymbopogon nardus

Indonesia Inggris Melayu Vietnam Thailand Cina Jepang

Nama lain :Serai wangi, sereh wangi :Citronella grass, nardus grass :Rumput citronella :Cu sa :Ta khrai hom :Ya xiang mao :Kou suigaya Deskripsi tanaman Serai menyukai lahan yang berada di dekat air dengan tanah yang gembur. Tak heran bila serai dapat ditemukan tumbuh liar di tepi sungai, rawa, atau saluran irigasi. Kandungan kimia

Minyak asiri: geraniol, citronnelal, eugenol-metil eter, sitral, dipenten, eugenol, kadinen, kadinol, dan limonen Kegunaan ( Anonim, 2009 ) 2. RESEP R/ Minyak kelapa NaOH Lemak sapi cair Minyak sereh Susu murni Aquadest 3. BAHAN DAN ALAT Bahan : Minyak kelapa NaOH 50 75 ml ml 50 75 20 5 q.s q.s ml ml ml ml Sebagai obat batuk, nyeri, sakit kepala dan diare serta sebagai pengusir serangga

Lemak sapi cair Minyak sereh Susu murni Aquadest Alat : Bekerglass 250 ml Gelas pengaduk Penangas air Cetakan Gelas ukur 10 - 25 ml Cawan porselin

20 5 q.s q.s

ml ml

4. CARA KERJA

5. CARA ANALISIS Catat warna, bau, dan karakteristik lain Tes pH : campur lebih kurang 1g sabun dalam aquadest ad 2 ml dan ukur pHnya Pengukuran kemampuan membusa : ( 2 ml larutan shampo tambah aqua ad 200 ml ) Siapkan bejana reservoar yang dipasang tegak di atas gelas ukur 250 ml Larutan shampo dimasukkan bejana sampai batas 15 cm dari kran reservoir, kemudian dituangkan secara hati-hati jangan sampai terbentuk busa Ke dalam gelas ukur dituangkan 50 ml larutan tersebut Catat tinggi busa yang terbentuk setelah 30 , 3, 5, dan 7 Replikas 3 x pada suhu kamar 6. DATA HASIL PERCOBAAN a. Analisa fisis Setelah pembuatan Warna Bau Konsistensi PH : putih : bau minyak sereh : padat keras :8 Larutan shampo diencerkan sampai konsentasi 2 %

Setelah penyimpanan Warna Bau Konsistensi : coklat : bau lavender : agak lembek

b. Pengamatan kontaminan Tidak tampak kontaminasi sampai minggu ketiga c. Pengukuran kemampuan membusa Sabun yang sesuai formula I ( cm ) 30 3 5 7 0,2 0,1 0,1 0,1 II ( cm ) 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 III ( cm ) 0,2 0,1 0,1

Sabun yang dimodifikasi ( dipanaskan lagi ) I ( cm ) II ( cm ) 0,6 0,7 0,7 0,6 0,6 III ( cm ) 0,6 0,6 0,6

30 3 5 7

0,8 0,8 0,9 0,7

7. PEMBAHASAN Praktikum kali ini bertujuan agar mahasiswa mahir dalam membuat sediaan kosmetika modern yaitu sabun serta mampu analisa produk dengan

pengamatan morfologi dan mengukur pH sabun yang dihasilkan. Proses pembuatan sabun diawali dengan melarutkan NaOH dan susu sapi, aduk hingga menjadi rata (larutan 1). NaOH (basa) adalah bahan dasar sabun yang akan membentuk reaksi saponifikasi dengan lemak dan minyak. NaOH sebagai pembentuk surfaktan antara kotoran pada kulit dengan air, sehingga nantinya kotoran bisa terbilas sehingga kulit menjadi bersih. Susu berkhasiat membantu meremajakan kulit wajah dan seluruh anggota badan, memulihkan efek-efek ketuaan dan flek-flek hitam dan menghilangkan jamur pada kulit. Di samping itu memberikan vitamin pada kulit, mengharumkan serta menyegarkan kulit secara alami ( Adin, 2010 ) Lemak sapi padat dipanaskan terlebih dahulu pada suhu 60oC untuk mendapatkan lemak sapi cair. Setelah itu dipanaskan minyak kelapa dan lemak sapi cair pada suhu 60oC dalam gelas beker di atas penangas air hingga mendidih sambil terus diaduk agar pemanasannya merata. Proses pemanasan minyak inilah yang disebut proses saponifikasi. Minyak kelapa dan lemak sapi cair merupakan bahan terpenting dalam pembuatan sabun karena sebagai surfactant agent yang juga dapat digunakan untuk menghaluskan kulit dan melembabkan kulit yang kering. Minyak kelapa juga berperan sebagai agen lipofil yang nantinya bertugas mengikat kotoran, debu, dan sebagainya yang berikatan pada minyak tubuh pada kulit. Setelah itu kita menuang larutan 1 ke dalam larutan 2, sedikit demi sedikit, sambil terus diaduk hingga terjadi proses penyabunan sempurna (larutan 3). Langkah selanjutnya adalah penambahan bahan tambahan berupa minyak sereh (corigen odoris) yang dilakukan setelah campuran homogen. Minyak sereh digunakan untuk menutupi bau-bau dari campuran bahan, selain itu minyak lavender mempunyai khasiat sebagai antiseptik. Setelah semua bahan telah dimasukkan, maka dipersiapkan cetakan yang telah dioleskan parafin, untuk cetakan disesuaikan selera. Sabun yang masih cair dimasukkan dalam cetakan lalu ditunggu sampai dingin dan mengeras, baru dikeluarkan dari cetakan tersebut. Sabun yang kami hasilkan berwarna kecoklatan. Hal tersebut disebabkan karena tidak ditambahkan pengawet sehingga sabun teroksidasi menjadi berwarna cokelat. Sabun yang kami buat memiliki konsistensi yang agak lunak. Permukaan sabun agak tidak rata, selain itu minyak memisah, sehingga permukaan menjadi kering. Hal ini disebabkan pada saat pencetakan sabun sudah agak dingin selain

itu proses saponifikasi yang tidak sempurna menjadikan minyak tidak campur. Kemudian dilakukan pengukuran pH, dengan cara melarutkan sedikit sabun dalam air secukupnya dan menukurnya dengan kertas lakmus. pH yang terukur dari sabun sebesar 8, yang berarti sabun yang kami buat bersifat cukup basa. Ketika dicobakan pada kulit, setelah beberapa saat kulit menjadi gatal, perih dan merah. Reaksi iritatif tersebut selain disebabkan oleh pH yang terlalu basa juga dikarenakan alkali laurat dari minyak kelapa juga bersifat iritatif. Alkali laurat dari minyak kelapa dihasilkan bila bereaksi dengan NaOH, maka untuk pembuatan sabun selanjutnya perlu dibuat suatu optimasi formulasi sehingga sabun yang dihasilkan lebih baik. Seharusnya saat membuat sabun, perlu diukur suhu dan juga pH agar pH nya dapat dikontrol menjadi netral dengan penambahan asam sitrat. Setelah dilakukan penyimpanan, ternyata sabun kami terjadi perubahan warna dan bau serta terjadi perubahan konsistensi. Dari minggu ke minggu konsistensi sabun makin mengeras. Kekerasan pada sabun masih agak lembek namun sabun masih dapat digunakan dan menghasilkan busa saat sabun digunakan. Pada permukaan sabun yang kami buat terdapat banyak serbuk putih yang berasal dari pemanasan yang terlalu tinggi. Sabun kelompok kami yang awalnya berwarna putih menjadi kecoklatan. Hal ini disebabkan proses oksidasi dan tidak ditambahkannya bahan pengawet. Sebenarnya dalam membuat sabun harus menggunakan suhu tertentu yang konstan namun dalam praktikum tidak digunakan pengatur suhu ataupun menggunakan kompor yang memiliki suhu tetap sehingga hal ini dapat terjadi. Pada pengukuran kemampuan membusa, dapat dilihat tinggi busa yang terbentuk pada sabun yang sesuai formula setelah 30 , 3, 5, 7 pada replikasi I berturut-turut adalah 0,8 cm ; 0,8 cm; 0,9 cm ; 0,7 cm. Sedangkan pada replikasi II berturut-turut adalah 0,6 cm ; 0,7 cm; 0,7 cm ; 0,6 cm. Pada replikasi III berturut-turut adalah 0,6 cm ; 0,6 cm; 0,7 cm ; 0,6 cm. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tinggi busa yang terbentuk pada sabun kelompok kami tidak stabil. Sedangkan pada pengukuran kemampuan membusa sabun yang dipanaskan kembali, dapat dilihat tinggi busa yang terbentuk setelah 30 , 3, 5, 7 pada replikasi I berturut-turut adalah 0,2 cm ; 0,1 cm; 0,1 cm ; 0,1 cm. Sedangkan pada replikasi II berturut-turut adalah 0,2 cm ; 0,1 cm; 0,1 cm ; 0,1 cm. Pada replikasi III berturut-turut adalah 0,1 cm ;

0,1 cm; 0,1 cm ; 0,1 cm. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tinggi busa yang terbentuk pada sabun kelompok kami tidak stabil dan kemapuan membusanya sangat kecil.

Kesulitan yang kami hadapi pada praktikum kali ini adalah praktikan belum memiliki gambaran tentang proses pembuatannya, belum mengetahui sifat masing-masing bahan dengan jelas, sehingga pengerjaan kurang maksimal. Pengatasannya dengan banyak bertanya pada pembimbing dan asisten praktikum yang sudah berpengalaman dan mencari sifat masing-masing bahan dari pustaka. Selain itu berdiskusi dahulu sebelum melakukan praktikum ini. 8. KESIMPULAN a) Sabun hasil praktikum berwarna coklat dengan konsistensi lembek dan beraroma sereh. b) Setelah penyimpanan sabun kami tidak ditumbuhi jamur atau mikroba tapi terjadi oksidasi sehingga sabun berubah menjadi cokelat c) PH sabun cukup basa, yaitu 8. d) Daya busa sabun sangat kecil. 9. SARAN a) Sebaiknya menggunakan alat yang dapat mengontrol suhu agar didapat konsistensi yang baik. b) Sebaiknya dilakukan pengetesan pH untuk melihat sifat iritatif dari sabun tersebut hingga diperoleh sabun yang memiliki pH 7 atau netral. c) Sebaiknya penggunaan NaOH dikurangi jumlahnya untuk menurunkan nilai pH yang terlalu basa. d) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan formulasi sabun yang baik.

10. DAFTAR PUSTAKA Adin, 2010, Sabun Herba , http://herbal.kaffahmedia.com/index.php? option=com_content&view=category&layout=blog&id=25&Itemid=69 diakses 19 Desember 2010 Amelio, F.S.D, 1999, Botanical : A Phytocosmetic Desk Reference, CRC Press : London. Anonim, 2009, Serai ( Cymbopogon nardus ), http://jamu-herbal.com/seraicymbopogon-nardus.html
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Ed IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Anonim, 1993, Kodeks Kosmetika Indonesia, Edisi II Volume I, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Senzel, Alan J., 1997, Manual of Cosmetic Analysis, 2nd ed, Ass. Of Official Analytical. Wasitaatmaja, S.M., 1997, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, UI Press, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai