Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I

“PEMURNIAN ZAT CAIR DENGAN METODE DISTILASI”

Tanggal Praktikum : Senin, 14 September 2015


Tanggal Pengumpulan Laporan : Senin, 28 September 2015

Disusun Oleh :

AHMAD HANIF FAHRUDY (1147040003)

KIMIA 3-A
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2015
A. TUJUAN PRAKTIKUM

Pada praktikum pertama ini, kami melakukan pemurnian dan


memisahkan zat cair dengan tujuan sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi proses pemurnian zat cair menggunakan metode distilasi


biasa.
2. Mengidentifikasi proses pemurnian zat cair menggunakan metode distilasi
bertingkat: azeotrop terner.
B. TEORI DASAR

Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan


kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap
(volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga
menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk
cairan. Zat yang memilik titik didih rendah akan menguap lebih dulu.

Metode ini termasuk sebagai unit operasi kimia jenis perpindahan


massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu
larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya.
Model ideal distilasi didasarka pada hukum Raoult dan Hukum Dalton.

Secara umum, terdapat beberapa macam distilasi, yaitu:

1. Distilasi sederhana

Distilasi sederhana digunakan untuk memisahkan dua atau lebih


komponen cair dari suatu larutan yang memiliki perbedaan titik didih yang
jauh. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu
kecenderungan suatu zat unutk berubah menjadi gas. Distilasi ini dilakukan
pada kondisi tekanan atmosfer yang normal.

2. Distilasi bertingkat (fraksional)

Sedikit berbeda dengan distilasi sederhana, distilasi bertingkat digunakan


untuk memisahkan dua atau lebih komponen cair dari suatu larutan yang
memiliki titik didih yang berdekatan. Distilasi ini juga dapat digunakan
unutk campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari 20ºC dan bekerja
pada tekanan atmosfer yang rendah.

Perbadaan distilasi bertingkat dengan distilasi sederhana adalah adanya


kolom fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan
suhu yang berbeda-beda pada setiap kolomnya, sehingga komponen yang
memiliki titik didih yang lebih tinggi akan tetap berada di bawah dan tidak
bisa melewati kolom-kolom fraksionasi tersebut, sedangkan zatyang titik
didihnya paling rendah akan naik dan lolos dari kolom fraksinasi dan
terpisah dari zat lainnya

3. Distilasi azeotrop terner

Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih komponen yang memiliki
titik didih yang konstan. Azeotrop dapat menjadi gangguan yang
menyebabkan hasil distilasi menjadi tidak maksimal. Komposisi azeotrop
tetap konstan dalam penambahan tekanan. Ketika tekanan berubah, kedua
titik didih dan komposisi dari azeotrop berubah. Sehingga akibatnya,
azeotrop bukanlah komponen tetap, yang komposisinya harus selalu konstan
dalam interval suhu dan tekanan, tetapi lebih ke campuran yang dihasilkan
dari saling memengaruhi dalam kekuatan intramolekul dalam larutan.

Azeotrop dapat didistilasi dengan menggunakan tambahan pelarut


tertentu, misalnya penambahan benzena untuk memisahkan air. Air dan
pelarut akan ditangkap oleh penangkap Dean-Stark. Air akan tetap tinggal di
dasar penangkap dan pelarut akan kembali ke campuran dan memisahkan air
lagi. Campran azeotrop merupakan penyimpangan dari hukum Raoult.

Berikut sifat fisik dan kimia bahan serta cara penanggulangannya:

N
Bahan Sifat fisik
o
Cairan tak berwarna, titik didih 100ᵒC, titik lebur 0ᵒC, Mr
1 Air (H2O)
18 gram/mol, ρ 1 gram/cm3
Aseton Cairan tak berwarna, titik didih 56,53ᵒC, titik lebur -94,9
2
(CH3OCH3) ᵒC, Mr 58,08 gram/mol, ρ 0,79 gram/cm3
Metanol Cairan tak berwarna, titik didih 64,7ᵒC, titik lebur -97ᵒC,
3
(CH3OH) Mr 32,04 gram/mol, ρ 0,79 gram/cm3
Benzena Cairan tak berwarna, titik didih 80,1ᵒC, titik lebur 5,5ᵒC,
4
(C6H6) Mr 78,1 gram/mol, ρ 0,88 gram/cm3

N
Bahan
o Sifat kimia
1 Air (H2O) Pelarut universal, oksidator, reduktor
2 Aseton (CH3OCH3) Mudah terbakar, iritan
3 Metanol (CH3OH) Mudah terbakar, beracun
4 Benzena (C6H6) Mudah terbakar, beracun

N
Bahan
o Cara penanggulangan
1 Air (H2O) - 
Aseton Jauhkan dari sumber api, lindungi tubuh dengan APD,
2
(CH3OCH3) buang di tempat khusus
Metanol Jauhkan dari sumber api, pakai masker, jangan dihirup
3
(CH3OH) secara langsung, buang di tempat khusus
Benzena Jauhkan dari sumber api, pakai masker, jangan dihirup
4
(C6H6) secara langsung, buang di tempat khusus

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat

No Nama Alat Jumlah


1 Termometer 1 buah
2 Gelas kimia 2 buah
3 Labu distilasi 2 buah
4 Kondensor 2 buah
5 Selang 4 buah
6 Batu didih 3 buah
7 Kompor listrik 1 buah
8 Statif dan klem 5 buah
9 Tabung reaksi 8 buah
10 Labu ukur 2 buah

2. Bahan

No Bahan Jumlah
Aquade Secukupny
1 s a
Secukupny
2 Es batu a
3 Aseton 20 mL
4 Metanol 12,5 mL
Benzen
5 a 12,5 mL

D. CARA KERJA
1. Bagian I: Kalibrasi Termometer
Gelas kimia diisi dengan bongkahan es kecil hingga kedalaman 10
cm, kemudian ditambahkan sedikit air dingin sampai bongkahan es
mengambang. Setelah itu, termometer dicelupkan hingga kedalaman 7-8
cm. Air diaduk pelan-pelan dengan termometer dan suhu tersebut diamati
lewat termometer. Ketika suhu termometer stabil selama 10-15 detik, skala
termometer dicatat tanpa mengangkatnya dari permukaan air.
2. Bagian II: Distilasi Biasa
Pertama, peralatan distilasi dipasang, lalu camperan aseton-air (1:1)
sebanyak 40 mL dimasukkan ke dalam labu, berikut batu didih. Setelah itu,
dilakukan pemanasan dan pengadukan secara magnetik hingga mendidih.
Kemudian pemanasan diatur supaya distilat menetes secara teratur dengan
kecepatan satu tetes per detik. Suhu dimana tetesan pertama jatuh diamati
dan dicatat. Setelah itu penampung diganti dengan yang bersih, kering, dan
berlabel untuk menampung distilat murni, yaitu distilat yang suhunya sudah
mendekati suhu didih sebenarnya sampai suhunya konstan. Suhu dan
volume distilat dicatat secara teratur sampai sisa distilat tinggal sedikit.
3. Bagian III: Distilasi Bertingkat: Azeotrop Terner
Larutan campuran metanol-air sebanyak 25 mL (1:1) dimasukkan ke
dalam labu bundar 100 mL, kemudian benzena ditambahkan sebanyak 12,5
mL.peralatan distilasi bertingkat dipasang, kemudian dilakukan distilasi
secara teratur dengan mencatat suhu dan volume distilat. Penampung diganti
ketika mencapai titik didih zat murni dan distilasi dihentikan ketika sisa
campuran dalam labu tinggal sedikit. Jika terbentuk 2 fasa, maka fasa atas
dan fasa bawah dipisahkan dengan pipet dan volume masing-masing fasa
diukur.
E. HASIL PENGAMATAN kurva durung
1. Kalibrasi Termometer

Suhu Waktu
 Keadaan
(ᵒC) (s)
Awal 20 0
Akhir 0 15

2. Distilasi Biasa

Suhu ketika tetesan pertama jatuh Volume


Tabung
(ᵒC) (ml)
1 50 4
2 58 0,3
Volume awal campuran aseton-air (1:1)=40 mL
Volume campuran setelah distilasi=40-(4+0,3)=35,7 mL
3. Distilasi Bertingkat: Azeotrop Terner

Suhu ketika tetesan pertama jatuh Volume


Tabung
(ᵒC) (ml)
1 65 5
2 70 4
3 83 5
4 99 3
Sisa larutan akhir 8

F. PEMBAHASAN kurva durung


Prinsip kerja destilasi didasarkan pada teori bahwa pada suatu
larutan, masing-masing komponen akan menguap pada suhu titik didihnya.
Zat yang memiliki titik didih yang lebih rendah akan menguap lebih dulu.

Pada proses distilasi biasa, larutan campuran mengembun dan


menetes pada suhu 50ºC pada tabung 1, dan 58ºC pada tabung 2. Titik
didih aseton berdasarkan literatur adalah 56,53ºC. Titik didih yang kami
dapatkan pada saat praktikum berbeda dengan titik didih aseton pada
literatur karena terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti
suhu luar alat destilasi, suhu ruang, dan tekanan uap yang terdapat pada
alat destilasi.

Pada proses penguapan, molekul zat cair mendekati perbatasan fasa


uap-cair, maka molekul tersebut dapat berubah dari fasa cair menjadi fasa
gas jika memiliki energi yang cukup. Hanya molekul-molekul yang
memiliki energetika yang cukup yang dapat mengatasi gaya yang
mengikat antarmolekul dalam fasa cair sehingga dapat melepaskan diri ke
dalam fasa gas.beberapa molekul yang berada dalam fasa uap di atas zat
cair, ketika mendekati permukaan zat cair tersebut, dapat memasuki fasa
cair kembali sehingga menjadi bagian dari fasa yang terkondensasi. Pada
saat proses ini terjadi, molekul-molekul tersebut memperkecil energi
kinetiknya sehingga gerakannya lebih lambat. Pemanasan terhadap zat cair
menyebabkan banyak molekul memasuki fasa uap.

Proses pengembunan aseton pada proses distilasi terjadi sangat lama,


karena banyak larutan aseton-air yang menguap tetapi belum mengembun
ke dalam tabung reaksi. Volume yang dihasilkan pada kedua tabung
sangat sedikit, yaitu hanya 4,3 mL saja, jika dibandingkan dengan volume
campuran awal yang volumenya 40 mL. Sejatinya, proses penguapan
terjadi sangat cepat karena suhu yang digunakan pada pemanas listrik
adalah 200C, tetapi kemungkinan banyak larutan tersebut menguap dan
keluar dari alat destilasi. Kemungkinan lain yaitu ketika terjadi penguapan,
tidak terjadi pengembunan ke dalam tabung reaksi karena larutan
mengembun di sepanjang pipa kondensor sebagaimana yang telah kami
amati.

Beralih ke distilasi bertingakt azeotrop terner. Azeotrop adalah


campuran dua atau lebih komponen yang sulit dipisahkan. Pada proses
distilasi azeotrop terner, campuran tersebut ditambah dengan zat lain atau
dilakukan distilasi dengan tekanan tinggi.

Proses penguapan pada distilasi azeotrop terner juga terjadi dalam


waktu yang lama karena

Embun pertama yang menetes pada tabung reaksi 1 terjadi ketika


suhu larutan 65C, dan larutan tersebut merupakan metanol murni, karena
zat tersebut menguap dan mengembun pada suhu metanol, yaitu 64,7C
berdasarkan literatur.

Ketika volume pada tabung reaksi mencapai 5 mL, kami mengganti


tabung reaksi dengan yang baru. Embun pertama yang menetes pada
tabung 2 terjadi ketika suhu 70C. Tabung ini berisi benzena murni karena
mendekati titik didih benzena, yaitu 80,1C.

Ketika tabung 2 telah terisi 4 mL benzena, tabung reaksi diganti


dengan yang baru. Pada suhu 83C embun menetes. Ketika telah terisi 5
mL, tabung diganti dengan yang baru lagi ketika suhunya mencapai 99C
dan terisi embun sebanyak 3 mL, sehingga sisa larutan yang terdapat pada
labu destilasi adalah 8 mL.

Pada tabung 1 (metanol) dan tabung 2 (benzena) tidak terdapat 2


fasa, karena larutan tersebut murni dan tidak tercampur dengan larutan
lain. Tabung 3 dan 4 beirisi air karena larutan campuran yang digunakan
hanya metanol, benzena, dan air.

Pada sisa larutan yang terdapat pada labu destilasi mengandung


campuran air, metanol, dan benzena yang masih tercampur. Hal ini dapat
terjadi karena beberapa molekul yang berada pada fasa uap di atas zat cair
dapat memasuki fasa cair kembali sehingga menjadi bagian dari fasa yang
terkondensasi, apabila mendekati permukaan zat cair tersebut.

G. KESIMPULAN
1. Pada destilasi biasa, zat cair dapat dimurnikan dengan cara menguapkan
larutan campuran lalu mengembunkannya menjadi larutan dengan peralatan
destilasi biasa.
2. Pada destilasi bertingkat azeotrop terner, zat cair dapat dimurnikan dengan
cara menguapkan larutan campuran yang telah ditambahkan zat cair lain dan
mengembunkannya menjadi larutan.
H. DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Gambar 1: Rangkaian Alat Destilasi Sederhana

Gambar 2: Rangkaian Alat Destilasi Bertingkat: Azeotrop Terner

Gambar 3: Hasil Pengamatan Destilasi Bertingkat: Azeotrop Terner

Anda mungkin juga menyukai