Anda di halaman 1dari 3

PERCOBAAN VII

PEMURNIAN DAN PEMISAHAN DENGAN METODE REKRISTALISASI


A. Tujuan Percobaan
Untuk memurnikan zat hasil isolasi maupun pemisahan zat dengan metode
rekristalisasi

B. Kajian Teori

Pemurnian merupakan suatu proses memurnikan suatu campuran untuk


mendapatkan zat-zat murni, jarang sekali ditemukan suatu reaksi organik yang
dapat memberikan hasil yang murni, yaitu suatu senyawa yang antara lain adalah
hasil sampingan bahan baku yang tidak larut. Reaksi yang berfungsi sebagai pelarut
dan katalisator dalam suatu reaksi untuk menghasilkan suatu senyawa yang
dimaksud, maka diperlukan pemurnian dan pemisahan, oleh karena itu apabila
ingin suatu hasil yang murni, maka diperlukan proses pemurnian. Pemurnian dapat
dilakukan dengan ekstraksi, filtrasi, sentrifufasi, rekristalisasi, dan sublimasi
(Chandra, 2016). Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat padat dari
campuran atau pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut
setelah dilakukan atau dilarutkan dengan pelarut (solven) yang sesuai. Prinsip dasar
yang digunakan yaitu perbedaan kelarutan (Maulana, 2017).
Rekristalisasi suatu zat dan metode yang paling ampuh untuk pemurnian zat
padat didasarkan atas perbedaan antara kelarutan zat yang digunakan. dalam
rekristalisasi, sebuah larutan mulai mendapatkan sebuah senyawa bila pelarut
tersebut mencapai titik jenuh terhadap senyawa tersebut (Oxtoby, 2001).
Rekristalisasi adalah pembentukan struktur butiran baru dalam bahan padat
oleh migrasi batas butir yang menghasilkan butiran yang lebih besar (Zhao, dkk,
2014). Rekristalisasi merupakan proses pembentukan kristal kembali dari larutan
atau leburan dari material yang ada. Rekristalisasi merupakan proses lanjutan dari
kristalisasi. Rekristalisasi hanya digunakan pada suhu kamar jika hasil kristalisasi
memuaskan (Fessenden & Fessenden, 1994). Rekristalisasi dilakukan dengan
melarutkan senyawa organik pada suhu tinggi yang dihilangkan pengotornya dan
disaring untuk menghilangkan residu. Rekristalisasi dalam kehidupan sehari-hari
digunakan sebagai proses pembuatan garam dari air laut. (Mckee & Zanger, 1997).
Faktor yang mempengaruhi rekristalisasi adalah temperatur, pada temperatur
tinggi dikontrol oleh difusi sedangkan pada temperatur rendah dikontrol oleh
surface intergation. Ukuran kristal, pembentukan kristal yang berukuran kecil lebih
tinggi dikarenakan semakin besar partikel maka semakin rendah kecepatan
pertumbuhan kristal. Pengotor dapat merubah sifat larutan, konsentrasi
kesetimbangan dan derajat supersaturasi serta dapat merubah karakteristik lapisan
adsorpsi permukaan kristal. Aglomerasi, penggabungan partikel-partikel kristal.
Kelarutan dan supersaturasi, kristal dapat terjadi hanya jika kondisi supersaturasi
(lewat jenuh) dapat dicapai (Riswiyanto, 2009).

C. Alat dan Bahat

Alat

Alat Jumlah
Gelas Kimia 100 mL & 50 mL 1/kelompok
Corong Kaca 1/Kelompok
Bunsen 1/Kelompk
Kaki tiga 1/kelompok
Kasa Kawat 1/Kelompok
Erlenmeyer 250 mL 1/Kelompok
Batang Penganduk 1/Kelompok
Korek Api 1/Kelas
Kertas saring 2 lembar/kelompok

Bahan

1. Asam benzoat (C6H5COOH)


2. Garam Dapur
3. Aquades
D. Prosedur Kerja

1. Pemurnian Asam Benzoat

1. Panaskan aquades 50 mL menggunakan bunsen


2. Asam benzoate kasar (5 g) dimasukkan kedalam gelas beaker (50 ml).
3. Kemudian ditambahkan air panas sedikit demi sedikit hingga semua asam
benzoate larut (tepat larut).
4. Selanjutnya asam larutan asam benzoate disaring dengan corong saring
dalam keadaan panas.
5. Kemudian filtrat dibiarkan pada suhu kamar. Kristal yang terbentuk disaring
dengan menggunakan corong buchner.
6. Kristal yang diperoleh dikeringkan.
7. Kemudian kristal yang diperoleh ditimbang dan ditentukan titik leleh asam
benzoate.

2. Rekristalisasi Garam Dapur

1. Panaskan pelarut yang akan dikonsentrasi, dimasukkan pelarut yang sudah


panas pada gelas kimia yang berisi zat sampel lalu diaduk sampai semua zat
terlarut;
2. Disaring dengan cepat dalam keadaan panas menggunakan kertas saring
pada corong kaca, tampung filtratnya;
3. Dibilas zat yang menempel pada kertas saring dalam keadaan panas, dan
didinginkan sampai terbentuk Kristal kembali;
4. Disaring Kristal yang terbentuk;
5. Dicuci Kristal yang terbentuk dengan sedikit pelarut dalam keadaan dingin;
6. Dikeringkan dan diperiksa titik leleh dan bentuk kristalnya. Dibandingkan
dari data handbook

Anda mungkin juga menyukai