Anda di halaman 1dari 6

Kristal adalah bahan padat dengan susunan atom atau molekul yang teratur (kisi kristal).

Adapun faktorfaktor yang mempengaruhi faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pembentukan kristal antara
lain adalah:
1. Derajat lewat jenuh
2. Jumlah inti yang ada atau luas permukaan total dari kristal yang ada.
3. Viskositas larutan
4. Jenis dan banyaknya pengotor
5. Pergerakan antara larutan dan kristal
Kristalisasi adalah
pemisahan bahan padat berbentuk kristal dari suatu larutan atau suatu lelehan. Disamping untuk
pemisahan bahan padat dari larutan, kristalisasi juga sering digunakan untuk memurnikan bahan padat
yang sudah bebbentuk kristal. Proses pemurnian ini disebut kristalisasi ulang atau rekristalisasi
(Willbraham, 1992)
Rekristalisasi adalah pemisahan bahan padat berbentuk kristalin. Seringkali senyawa yang diperoleh dari
hasil suatu sintesis kimia memiliki kemurnian yang tidak terlalu tinggi. Untuk memurnikan senyawa
tersebut perlu dilakukan rekristalisasi.
Untuk merekristalisasi suatu senyawa kita harus memilih pelarut yang cocok dengan senyawa tersebut.
Setelah senyawa tersebut dilarutkan kedalam pelarut yang sesuai kemudian dipanaskan (direfluks)
sampai semua senyawanya larut sempurna. Apabila pada temperatur kamar, senyawa tersebut telah
larut sempurna di dalam pelarut, maka tidak perlu lagi dilakukan pemanasan. Pemanasan hanya
dilakukan apabila senyawa tersebut belum atau tidak larut sempurna pada keadaan suhu kamar. Salah
satu faktor penentu keberhasilan proses kristalisasi dan rekristalisasi adalah pemilihan zat pelarut.
Pelarut yang digunakan dalam proses kristalisasi dan rekristalisasi sebaiknya memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1. Memiliki gradient temperatur yang besar dalam sifat kelarutannya.
2. Titik didih pelarut harus dibawah titik lebur senyawa yang akan dikristalkan.
3. Titik didih pelarut yang rendah sangat menguntungkan saat pengeringan.
4. Bersifat inert (tidak bereaksi) terhadap senyawa yang akan dikristalkan atau direkristalisasi.
Apabila zat atau senyawa yang akan kita kristalisasi atau rekristalisasi tidak dikenal secara pasti, maka
kita setidaknya harus mengenal komponen penting dari senyawa tersebut. Jika senyawa tersebut adalah
senyawa organik, maka yang kita ketahui sebaiknya adalah gugus fungsional senyawa tersebut. Dengan
kata lain, kita minimal harus mengetahui polaritas senyawa yang akan kita kristalisasi atau rekristalisasi.

1.
2.
3.
4.

Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran atau pengotornya dengan
cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang cocok. Prinsip
rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat
pencampur atau pencemarnya. Larutan yang terjadi dipisahkan satu sama lain, kemudian larutan
zat yang diinginkan dikristalkan dengan cara menjenuhkannya.
Proses kristalisasi adalah kebalikan dari proses pelarutan. Mula-mula molekul zat terlarut
membentuk agrerat dengan molekul pelarut, lalu terjadi kisi-kisi diantara molekul zat terlarut
yang terus tumbuh membentuk Kristal yang lebih besar diantara molekul pelarutnya, sambil
melepaskan sejumlah energy. Kristalisasi dari zat akan menghasilkan Kristal yang identik dan
teratur bentuknya sesuai dengan sifat Kristal senyawanya. Dan pembentukan Kristal ini akan
mencapai optimum bila berada dalam kesetimbangan.
Untuk merekristalisasi suatu senyawa kita harus memilih pelarut yang cocok dengan
senyawa tersebut. Setelah senyawa tersebut dilarutkan kedalam pelarut yang sesuai kemudian
dipanaskan sampai semua senyawanya larut sempurna. Apabila pada temperatur kamar,
senyawa tersebut telah larut sempurna di dalam pelarut, maka tidak perlu lagi dilakukan
pemanasan. Pemanasan hanya dilakukan apabila senyawa tersebut belum atau tidak larut
sempurna pada keadaan suhu kamar. Salah satu faktor penentu keberhasilan proses kristalisasi
dan rekristalisasi adalah pemilihan zat pelarut.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih pelarut yang sesuai adalah sebagai
berikut:
Pelarut tidak hanya bereaksi dengan zat yang akan dilarutkan.
Pelarut hanya dapat melarutkan zat yang akan dimurnikan dan tidak melarutkan zat
pencemarnya.
Titik didh pelarut harus rendah, hal ini akan mempermudah pengeringan Kristal yang terbentuk.
Titik didih harus lebih rendah dari titik leleh zat yang akan dimurnikan agar zat tersebut tidak
terurai.
Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan, tergantung pada dua faktor penting
yaitu laju pembentukan inti (nukleasi) dan laju pertumbuhan kristal. Jika laju pembentukan inti
tinggi, banyak sekali kristal akan terbentuk, tetapi tak satupun dari ini akan tumbuh menjadi
terlalu besar, jadi terbentuk endapan yang terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju pembentukan
inti tergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan. Makin tinggi derajat lewat jenuh, makin
besarlah kemungkinan untuk membentuk inti baru, jadi makin besarlah laju pembentukan inti.
Laju pertumbuhan kristal merupakan faktor lain yang mempengaruhi ukuran kristal yang
terbentuk selama pengendapan berlangsung. Jika laju ini tinggi, kristal-kristal yang besar akan
terbentuk yang dipengaruhi oleh derajat lewat jenuh (Svehla, 1979).
Kristal dapat digolongkan berdasarkan sifat ikatan antara atom-atom, ion-ion atau
molekul-molekul yang menyusunnya. Penggolongan ini akan lebih mendasar menggunakan
jumlah dan jenis unsure semestinya. Bila hasil rotasi, pantulan atau inverse suatu benda dapat
dengan tepat disuspensi pada benda asalnya, maka struktur itu dikatakan mengandung unsure
seperti simetri tertentu sumbu rotasi, bidang pantulan (cermin),atau titik pusat .operasi simetri ini
dapat diterapkan pada bentuk-bentuk geometris, pada siatu benda fisis atau stuktur molekul.
Tahap Tahap rekristalisasi adalah :

1. Pelarut : melarutkan zat pengotor pada Kristal.


2. Penyaringan : memisahkan zat pengotor dari larutan Kristal yang murni.
3. Pemanasan : menguapkan dan menghilangkan pelarut dari Kristal.

4. Pendinginan : mengkristalkan kembali Kristal yang lebih murni.


Sublimasi merupakan cara yang digunakan untuk pemurnian senyawa senyawa
organic yang berbentuk padatan. pemanasan yang dilakukan tehadap senyawa organic akan
menyebabkan terjadinya perubahan sebagai berikut: apabila zat tersebut pada suhu kamar berada
dalam keadaan padat, pada tekanan tertentu zat tersebut akan meleleh kemudian mendidih. Disini
terjadi perubahan fase dari padat ke cair lalu kefase gas. Apabila zat tersebut pada suhu kamar
berada dalam keadaan cair. Pada tekanan dan temperature tertentu (pada titik didihnya) akan
berubah menjadi fase gas. Apabila zat tersebut pada suhu kamar berada dalam keadaan padat,
pada tekanan dan temperature tertentu akan lansung berubah menjadi fase gas tanpa melalui fase
cair terlebih dahulu. Zat padat sebagai hasil reaksi biasanya bercampur dengan zat padat lain.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan zat-zat padat yang kita inginkan perlu dimurnikan terlebih
dahulu. Prinsip proses ini adalah perbedaan kelarutan zat pengotornya. (Underwood,2002:169).

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat-alat yang digunakan
Pada percobaan Kristalisasi dan Sublimasi
Timbangan
Kaca Arloji

Gelas kimia
Spatula
Kasa Asbes
Pembakar Sepirtus
Corong
Kertas Saring
Labu Erlemeyer
Oven
Cawan Porselen
Tissue

3.2 Bahan yang digunakan


Pada percobaan Kristalisasi dan Sublimasi
Asam Benzoat
2gram
air panas
secukupnya
Serbuk Kamper
1gram
3.3 Gambar Alat

3.4 Prosedur Percobaan


a. Kristalisasi Asam Benzoat dalam Air
Timbang 2gram asam benzoat, masukan kedalam gelas kimia 100mL lalu tambahkan pelarut
(dalam keadaan panas) sedikit demisedikit sambil diaduk sampai asam benzoat tepat larut.
Kemudian, tambahkan sedikit berlebih pelarut panas dan didihkan campuran tersebut diatas kasa
asbes dengan menggunakan pembakar spirtus. Setelah itu, siapkan corong penyaring tangkai
pendek dan kertas saring. Pasang labu Erlenmeyer sebagai penampung filtrat panas. Kemudian
dalam keadaan panas tuangkan larutan kedalam corong (jangan sampai dingin). jika larutan
menjadi dingin dan mengkristal , ulangi pemanasan , ulangi penyaringan sampai semua larutan
tersaring. setelah itu biarkan filtrat dingin dengan penurunan suhu secara perlahan dan jangan
diganggu atau diguncang. Jika semua Kristal sudah terbentuk dan terpisah. Kemudian lakukan
penyaringan Kristal dengan menggunakan corong. lalu, cuci Kristal dalam corong dengan sedikit
pelarut dingin(satu sampai dua kali) tekan kistal dengan spatula hingga sekering mungkin.
setelah itu, keringkan Kristal dalam oven dan timbang Kristal
b. Sublimasi
Timbang 1 gram serbuk kamper, masukan kedalam cawan porselen. Kemudian, pasang
diatas cawan porselen corong yang bagian ujungnya telah disumbat dengan tissue, lalu tutup
cawan porselen dengan kertas saring dan letakan corong dengan posisi terbalik diatas kertas
saring. setelah itu, lakukan pemanasan dengan api kecil dan kumpulkan Kristal yang menempel
dicorong.

BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Perlakuan/percobaan

Hasil Pengamatan

1. Kristalisasi asam benzoat

Asam Benzoat + air panas

Tidak larut

+air panas berlebih dan didihkan

Larut

Disaring dalam 2 tahap

Penyaringan 1

Pada penampung terdapat endapan dan filtrat

Penyaringan 2

Pada penampung terdapat endapan dan filtrat

filtrat didinginkan

penyaringan kembali

Keringkan dalam oven

Kristal ditimbang

Terbentuk Kristal
Kristal terpisah dengan filtrat
Kristal
Berat Kristal murni : 0,24 gram

2. Sublimasi

Kamper disublimasi

Terbentuk kristal-kristal murni kamper yang


menempel pada corong.

Kristal ditimbang

Berat Kristal murni : 0,16 gram

4.2 Pembahasan
Pada percobaan pemisahan dan pemurnian zat padat dapat dilakukan dengan cara
kristalisasi dan sublimasi. Percobaan pertama yaitu mengenai kristalisasi asam benzoat dalam
air. Pada pembuatan Kristal dari asam benzoat yaitu dengan cara melarutkan asam benzoat
kedalam pelarut panas yang bertujuan mempercepat proses kelarutan antara asam benzoat dan
air . Hal ini karena asam benzoat dan air bila dilarutkan sukar larut akibat sifat asam benzoat
yang semi polar sehingga perlu dipanaskan agar kelarutan antara sampel dengan air cepat larut.

jika Larutan asam benzoate terbentuk panaskan kembali untuk mempermudah pelarutan asam
benzoate dengan menyaring asam benzoat diatas corong yang telah dilapisi kertas saring.
Sehingga pada saat disaring didapatkan filtrate yang bening dan kemungkinan adalah asam
benzoate murni. tetapi pada percobaan yang dilakukan kelompok kami, kami tidak dapat
menghasilkan filtrate yang bening karena ada kesalahan yaitu ketika melarutkan asam benzoat
hanya sedikit pelarut panas dan ketika larutan asam benzoat terbentuk tidak dipanaskan kembali
tetapi malah menambahkan larutan tersebut dengan air yang dipanaskan.
setelah itu, Pengendapan filtrate dilakukan dengan membiarkan filtrate mendingin,
kemudian filtrat yang terbentuk dan terpisah disaring kembali agar didapatkan endapan Kristal.
setelah itu dikeringkan dalam oven dan ditimbang dengan berat murni Kristal adalah 0,24 gram.
Dan pada Percobaan kedua yaitu mengenai sublimasi, serbuk kamper disublimasi dengan
cara cawan porselen yang berisi kamper ditutup dengan kertas saring dan corong dipanaskan
menggunakan pembakar spirtus dan kasa asbes sebagai pelapisnya. Reaksi dari kamper
berlangsung dengan sangat cepat. Hal ini disebabkan zat padat dalam proses sublimasi
mengalami proses perubahan langsung menjadi gas tanpa melalui fase cair, kemudian
terkondensasi menjadi padatan atau Kristal kembali. Sehingga dalam proses sublimasi, kamper
tidak berubah menjadi senyawa lain, hanya beubah bentuk (fase) dari padat ke gas. Pada
percobaan diperoleh berat kamper murni yaitu : 0,16 gram

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Proses pemisahan dan pemunirnian zat dapat dilakukun dengan kristalisasi dan sublimasi.
2. Proses pemanasan bertujuan untuk mempercepat proses kelarutan antara asam benzoat dan air .
3. Sublimasi zat padat berubah langsung menjadi gas tanpa melalui fasa cair.

Anda mungkin juga menyukai