KIMIA ORGANIK
PERCOBAAN 2
A. Judul
C. Dasar teori
MgO, K2SO4 dengan K2SeO4, dan Cr2O3dengan Fe2O3. Zat isomorfik tidak
selalu dapat mengkristal bersama secara homogen. Artinya satu partikel tidak
dapat menggantikan kedudukan partikel lain. Contohnya, Na+ tidak dapat
menggantikan K+ dalam KCl, walaupun bentuk kristal NaCl sama dengan KCl.
Suatu zat yang mempunyai dua kristal atau lebih disebut polimorfik (banyak
bentuk), contohnya karbon dan belerang. Karbon mempunyai struktur grafit
dan intan, belerang dapat berstruktur rombohedarl dan monoklin.
Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang jamak
digunakan, dimana zat-zat tersebut atau zat-zat padat tersebut dilarutkan dalam
suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali. Cara ini bergantung pada
kelarutan zat dalam pelarut tertentu di kala suhu diperbesar. Karena konsentrasi
total impuriti biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, bila
dingin, maka konsentrasi impuriti yang rendah tetapi dalam larutan sementara
produk yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap.
Kemudahan suatu endapan dapat disaring dan dicuci tergantung sebagian
besar pada struktur morfologi endapan, yaitu bentuk dan ukuran-ukuran
kristalnya. Semakin besar kristal-kristal yang terbentuk selama berlangsungnya
pengendapan, makin mudah mereka dapat disaring dan mungkin sekali (meski
tak harus) makin cepat kristal-kristal itu akan turun keluar dari larutan, yang
lagi-lagi akan membantu penyaringan.
Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan, tergantung pada dua
faktor penting yaitu laju pembentukan inti (nukleasi) dan laju pertumbuhan
kristal. Jika laju pembentukan inti tinggi, banyak sekali kristal akan terbentuk,
tetapi tak satupun dari ini akan tumbuh menjadi terlalu besar, jadi terbentuk
endapan yang terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju pembentukan inti
tergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan. Makin tinggi derajat lewat
jenuh, makin besarlah kemungkinan untuk membentuk inti baru, jadi makin
besarlah laju pembentukan inti. Laju pertumbuhan kristal merupakan faktor
lain yang mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan
berlangsung. Jika laju ini tinggi, kristal-kristal yang besar akan terbentuk yang
dipengaruhi oleh derajat lewat jenuh.
Titik leleh dan titik didih merupakan salah satu indikator kemurnian
senyawa organik. Titik didih digunakan untuk zat cair sedangkan titik leleh
untuk zat padat. Padatan murni suatu senyawa akan mempunyai rentang suhu
1-2o C. Kristal senyawa organik murni mempunyai titik leleh tertentu dengan
tajam, artinya kisaran titik leleh yaitu perbedaan suhu pada saat kristal meleleh
sempurna atau mulai meleleh, tidak lebih dari 0,5 oC. Adanya sedikit zat
pengotor dapat menyebabkan kisaran titik leleh akan membesar dan
mengakibatkan titik leleh dari zat yang diamati menjadi lebih rendah dari titik
leleh zat murninya.
Pada waktu kristal dinaikkan, atom-atomnya atau ion-ionnya bergetar
dengan kuat, akhirnya pada suhu tertentu struktur kristal hancur oleh getaran
kuat tersebut sehingga padatan berubah menjadi cairan, proses ini dinamakan
meleleh. Suhu padat saat padatan meleleh adalah identik, pada suhu ini
dinamakan dengan titik leleh. Jika semua padatan telah meleleh, suhu
meningkat demikian pula pelepasan kalor dari campuran cairan-cairan pada
keadaan seimbang suhu tetap dan cairan berubah menjadi padatan.
Pada pengeringan beku, peristiwa sublimasi dapat diikuti oleh peristiwa
ablimasi secara simultan. Ablimasi adalah peristiwa perubahan uap air menjadi
es karena udara lingkungan lebih jenuh dari pada permukaan sublimasi.
Peristiwa ablimasi terjadi karena uap air hasil sublimasi tidak segera
dikeluarkan dari lapisan kering untuk dikondensasikan pada permukaan
perangkap dingin. Peristiwa ini dapat menyebabkan terjadinya proses
rekristalisasi yang diketahui akan mempengaruhi hasil pengeringan.
N
o.
Nama
Alat
Kat
egori
Gambar
Alat
Fungsi
Wadah
menampung bahan
atau suatu larutan
untuk
kimia
Gelas
Kimia
Tabun
g Reaksi
Kasa
Asbes
Batan
g Pengaduk
Pemb
Untuk
suatu larutan
Wadah
untuk
menyaring suatu larutan
akar
Bunsen
Coron
g
Kerta
s Saring
Labu
Erlenmeyer
Untuk mencampurkan
atau mengaduk suatu larutan
Sebagai
suatu larutan
memanaskan
penyaring
Wadah
untuk
menampung larutan yang
akan dititrasi
Coron
g Buncher
Memisahkan endapan
dari suatu campuran larutan
yang tidak larut
Cawa
Alas
Untuk
intensitas
Kasa
Wadah
corak gambar
Suncti
n Porselen
Wool
on
Klem
Bunder
Coron
g Gelas
Cawa
n
Kasa
Asbes
mengurangi
pembentuk
Untuk menghisap
cairan
Untuk memindahkan
cairan dari wadah satu ke
wadahyang lain
2. Bahan
Nama Bahan
Sifat Fisika
Sifat Kimia
o.
Aquad
est
er
E. Prosedur Kerja
a
Kalibrasi Termometer
10 mL aquades
- Dimasukkan kedalam tabung reaksi
-
Hasil Pengamatan
saring
Dipasang labu erlenmeyer untuk menampung filtrat panas
Dituangkan larutan kedalam corong
Didinginkan samapi suhunya turun secara perlahan-lahan,
ditimbang
Dihitung titik leleh dan peroleh kembali asetanilda murni
Diulangi rekristalisai jika trayek leleh masih lebar
Hasil Pengamatan
Sublimasi
1 gram
- Dimasukkan kedalam cawan porselen
Serbuk kamper kotor
- Dipasang cawan kasa asbes yang bersih dan dengan cara
-
diklem
Dipasang corong gelas yang telah disumbat glaswol diatas
asbes
Dilakukan pemanasan langsung dengan api kecil
Dikumpulkan kristal yang menempel diatas asbes
Ditimbang kemudian ditentukan titik lelehnya
Hasil Pengamatan
F. Hasil Pengamatan
IV.1.1 Uji titik leleh dengan minyak
Sampel
Asam
benzoat
Perlakuan
panaskan
Dalam
minyak
Titik leleh
1
2
3
suhu
88oc
95oc
105oc
IV.1.2 Rekristalisasi
No
1
2
Perlakuan
Hasil pengamatan
Menambahkan aquades
Asam benzoate larut
ke dalam 2 gr asam benzoat
sebagian
Memanaskan
dengan
Mulai terbentuk Kristal
penangas
yang lebih besar diantara
molekul pelarut
Hasil rekristalisasi
Kristal
benzoat
berbentuk seperti jarum
Perlakuan
Titik
Suhu
1
2
3
18oc
80oc
84oc
leleh
Naftalen dalam
Aquades
Panaskan
dalam
aquades
G PEMBAHASAN
Dalam praktikum kali ini terdapat 3 tahap dalam percobaan
pemisahan dan pemurnian pada zat padat dengan melakukan
rekristalisasi dan melihat uji titik leleh, yakni :
1
Kalibrasi thermometer
kalibrasi thermometer berguna untuk melihat skala
pada thermometer itu layak atau tidak. jika pembacaan skala
berada dalam trayek 1C di bawah atau di atas 0C ,maka
termometer layak pakai.
Kristal
yang
pemanasan
dengan
pelarut
yang
cocok.
berbentuk
pemanasan
seperti
dengan
jarum
setelah
menggunakan
dilakukannya
penangas.
Hal
ini
Sublimasi
Pada percobaan ini bahan yang digunakan adalah kapur
barus atau naftalen yang berwarna. Penggunaan naftalen
yang
berwarna
memisahkan
pengotornya
bertujuan
antara
dengan
agar
memudahkan
bahan-bahan
zat
murni
dari
pencemar
sampel
untuk
atau
tersebut.
berturut-turut.
Setelah
diamati
beberapa
saat
diperoleh bahwa pada uji titik leleh satu suhunya lebih kecil
dibandingkan uji titik leleh 2 dan 3.
Manfaat
mempelajari
tehnik-tehnik
pemisahan
dan
kita
untuk
pengetahuan
dalam
penelitian
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa proses pemisahan
dan pemurnian dapat dilakukan dengan cara dekantasi, filtrasi, penguapan,
kristalisasi dan destilasi.
Dekantasi yaitu proses yang didasarkan pada massa jenis yang lebih besar
akan berada pada lapisan bawa atau proses pemisahan zat dan campurannya
dengan mengendapkan zat lain. Sedangkan filtrasi yaitu proses pemisahan yang
yang didasarkan pada perbedaan ukuran partikel antara pelarut dan zat terlarutnya.
Kristalisasi adalah pemisahan bahan padat berbentuk kristal dari suatu
larutan yang diinginkan sehingga zat terlarut mengkristal. Penguapan yang prinsip
kerjanya didasarkan pada salah satu zat yang bercampur padakeadaan lewat
jenuh,serta perbedaan titik didih zat tersebut.
I.
Kemungkinan Kesalahan
Adapun kemungkinan kesalahan yang didapat pada saat praktikum yaitu :
1. Kurangnya ketelitian pada saat merangkai alat destilasi
2. Kurangnya ketelitian prsktikan dalam mengukur suatu larutan
3. Kurangnya ketelitian praktikan dalam mengukur skala pada
termometer
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, C.1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik I. UGM. Yogyakarta.
Arsyad, M. Natsir. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Gramedia.
Jakarta.
Charles, W. 1986. Kimia untuk Universitas. Erlangga. Jakarta.
Keenan, Charles W. dkk., 1992. Kimia Untuk Universitas Jilid 2.
Erlangga. Jakarta.
Petrucci, R.H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Erlangga. Jakarta.
Sahidin. 2009. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Unhalu. Kendari.
Svehla. 1979. Buku Ajar Vogel: Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan
Semimikro. PT Kalman Media Pusaka. Jakarta.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 3. ITB Press. Bandung.