Anda di halaman 1dari 13

Reaksi Metabolisme Asam Amino

Tahap awal reaksi metabolisme asam amino, melibatkan pelepasan gugus amino,
kemudian baru perubahan kerangka karbon pada molekul asam amino. Dua proses
utama pelepasan gugus amino, yaitu transaminasi dan deaminasi akan dibahas berikut
ini.
Transaminasi
Transaminasi ialah proses katabolisme asam amino yang melibatkan pemindahan
gugus amino dari satu asam amino kepada asam amino lain. Dalam reaksi transaminasi
ini gugus amino dari suatu asam amino dipindahkan kepada saah satu dari tiga senyawa
keto, yaitu asam piruvat, α ketoglutarat atau oksaloasetat, sehingga senyawa keto ini
diubah menjadi asam amino, sedangkan asam amino semula diubah menjadi asam keto.
Ada dua enzim penting dalam reaksi transaminasi yaitu alanin transaminase dan
glutarat transaminase yang bekerja sebagai katalis dalam reaksi berikut:

Reaksi transaminasi bersifat reversibel. Pada reaksi ini tidak ada gugu amino yang
hilang, karena gugus amino yang dilepaskan oleh asam amino diterima oleh asam keto.
Alanin transaminase merupakan enzim yang mempunyai kekhasan terhadap asam
piruvat-alanin sebagai satu pasang substrat, tetapi tidak terhadap asam-asam amino
yang lain. Dengan demikian alanin transaminase dapat mengubah berbagai jenis asam
amino menjadi alanin, selama tersedia asam piruvat. Glutamat transaminase
merupakan enzim yang mempunyai kekhasan terhadap glutamat-ketoglutarat sebagai
satu pasang substrat, karena itu enzim ini dapat mengubah asam-asam amino menjadi
asam glutamat. Apabila alanin transaminase terdapat dalam jumlah banyak, maka
alanin yang dihasilkan dari reaksi transaminasi akan diubah menjadi asam glutamat.

Enzim yang bekerja sebagai katalis dalam reaksi tersebut ialah alanin-glutamat
transaminase.
Dari reaksi-reaksi di atas dapat dilihat bahwa walaupun ada beberapa jalur reaksi
transaminasi, namun asam ketoglutarat merupakan akseptor gugus amino yang
terakhir. Dengan demikian hasil reaksi transaminasi keseluruhan ialah asam glutamat.
Reaksi transaminasi ini terjadi dalam mitokondria maupun dalam cairan
sitoplasma. Semua enzim transaminase tersebut dibantu oleh piridoksalfosfat sebagai
koenzim. Telah diterangkan bahwa piridoksalfosfat tidak hanya merupakan koenzim
pada reaksi transaminasi, tetapi juga pada reaksi-reaksi metabolisme yang lain.

Deaminasi Oksidatif
Asam amino dengan reaksi transaminasi dapat diubah menjadi asam glutamat.
Dalam beberapa sel misalnya dalam bakteri, asam glutamat dapat mengalami proses
deaminasi oksidatif yang menggunakan glutamat dehidrogenase sebagai katalis.

Dalam proses ini asam glutamat melepaskan gugus amino dalam bentuk NH4+.
Selain NAD+ glutamat dehidrogenase dapat pula menggunakan NADP+ sebagai
akseptor elektron. Oleh karena asam glutamat merupakan hasil akhir proses
transaminasi, maka glutamat dehidrogenase merupakan enzim yang penting dalam
metabolisme asam amino.
Dua jenis dehidrogenase lain yang penting ialah L−asam amino oksidase dan
D−asam amino oksidase.

L−asam amino oksidase adalah enzim flavoprotein yang mempunyai gugus


prostetik flavinmononukleotida (FMN). Enzim ini terdapat dalam sel hati pada
endoplasmik retikulum dan bukan merupakan enzim yang penting. D−asam amino
oksidase adalah juga enzim flavoprotein dan merupakan katalis pada reaksi:

Enzim ini mempunyai FAD sebagai gugus prostetik dan terdapat dalam sel hati.
Oleh karena D−asam amino jarang terdapat pada tubuh manusia, maka fungsi D−asam
amino oksidase belum diketahui dengan jelas.
Di samping melalui metabolisme gugus amino, asam amino dapat mengalami
reaksi-reaksi yang mengakibatkan berubahnya rantai karbon. Gambar 1
memperlihatkan metabolisme rantai karbon asam amino yang dikaitkan dengan siklus
asam sitrat.
Pembentukan Asetil Koenzim A
Pada Gambar 1 terlihat bahwa asetil koenzim A merupakan senyawa penghubung
antara metabolisme asam amino dengan siklus asam sitrat. Ada dua jalur metabolik
yang menuju kepada pembentukan asetil koenzim A, yaitu melalui asam piruvat dan
melalui asam asetoasetat.

Asam-asam amino yang menjalani jalur metabolik melalui asam piruvat ialah
alanin, sistein, glisin, serin, dan treonin. Alanin menghasilkan asam piruvat dengan
langsung pada reaksi transaminasi dengan asam α ketoglutarat. Serin mengalami reaksi
dehidrasi dan deaminasi oleh enzim serin α dehidratase. Treonin diubah menjadi glisin
dan asetaldehida oleh enzim treonin aldotase. Glisin kemudian diubah menjadi asetil
koenzim A melalui pembentukan serin dengan jalan penambahan satu atom karbon,
seperti metil, hidroksi metil dan formil. Koenzim yang bekerja di sini ialah
tetrahidrofolat.

Metabolisme Beberapa Asam Amino


Di muka telah dibahas beberapa jalur metabolik asam amino secara umum yang
meliputi reaksi-reaksi transaminasi dan deaminasi oksidatif. Berikut ini akan dibahas
jalur metabolik masing-masing asam amino, yaitu glisin, alanin, valin, leusin dan
isoleusin, treonin, fenilalanin dan tirosin, tritofan, sistin dan sistein, metionin, asam
aspartat, asam glutamat, asparagin, glutamin, arginin, histidin, prolin dan
hidroksiprolin.
Glisin
Glisin dapat mengalami reaksi deaminasi oksidatif oleh glisin oksidase, yaitu
enzim yang terdapat dalam jaringan hati dan ginjal. Dalam reaksi ini glisin akan diubah
menjadi asam glioksilat dan amonia. Asam glioksilat yang terbentuk dapat diuraikan
lebih lanjut menjadi formaldehida dan karbon dioksida.
Asam glioksilat dapat juga diubah menjadi asam malat yang menjalani
metabolisme melalui siklus asam sitrat. Di samping itu glisin dapat diubah pula
menjadi serin dengan adanya 5−formiltetrahidrofolat. Dalam reaksi ini
5−formiltetrahidrofolat berfungsi sebagai donor gugus formil kepada glisin.

Glisin dapat berfungsi dalam proses penawar racun, misalnya apabila asam
benzoat atau derivatnya termasuk dalam makanan maka glisin akan bergabung dengan
zat-zat tersebut sehingga terbentuk asam hipurat yang tidak bersifat racun.
Dalam tubuh glisin dapat dibentuk dari serin dalam jumlah yang cukup, karena itu
glisin adalah asam amino nonesensial. Serin dibentuk dari asam 3−fosfogliserat yang
merupakan salah satu hasil antara dalam proses glikolisis. Dengan demikian dapat
dilihat bahwa ada hubungan antara glikolisis dengan biosintesis glisin.

Alanin
Alanin dapat diubah menjadi asam piruvat melalui proses transaminasi berikut ini:

dan reaksi tersebut bersifat reversibel. Asam piruvat merupakan senyawa yang
terbentuk pada jalur metabolisme karbohidrat. Dengan demikian reaksi metabolisme
alanin ini merupakan hubungan antara metabolisme protein dengan metabolisme
karbohidrat. Alanin adalah asam amino nonesensial yang dapat dibuat dalam tubuh
melalui reaksi transaminasi piruvat dengan asam glutamat atau asam amino lain.

Valin
Melalui beberapa tahap reaksi, valin dapat diubah menjadi suksinil KoA yang
kemudian masuk ke dalam siklus asam sitrat. Dalam metabolisme ini, valin mula-mula
diubah menjadi asam ketoisovalerat dengan cara transaminasi. Selanjutnya asam
ketoisovalerat diubah berturut-turut menjadi isobutiril KoA dan suksinil KoA.
Biosintesis valin, suatu asam amino esensial, hanya terjadi dalam tumbuhan dan
organisme mikro. Biosintesis ini diawali dari asam piruvat yang berturut-turut diubah
menjadi aseto laktat, α, β dihidroksi isovalerat, α ketoisovalerat, dan kemudian valin.

Leusin
Leusin dapat diubah menjadi asam keto melalui reaksi transaminasi oksidatif.
Kemudian asam keto ini melalui beberapa tahap reaksi diubah menjadi asetil KoA.

Salah satu senyawa yang terbentuk dalam tahap reaksi tersebut ialah β hidroksi β
metil glutamil KoA (HMG CoA), yang juga merupakan salah satu zat antara dalam
biosintesis kolesterol.

Hal ini merupakan salah satu contoh hubungan antara metabolisme protein, lemak, dan
karbohidrat.
Leusin adalah salah satu asam amino esensial yang disintesis oleh organisme
mikro atau tumbuhan dari asam piruvat.

Isoleusin
Dalam metabolismenya isoleusin juga mengalami reaksi transaminasi oksidatif
sehingga terbentuk asam keto, yaitu asam α keto β metil valerat. Kemudian asam ini
melalui beberapa tahap reaksi diubah menjadi asetil KoA dan propionil KoA. Asetil
KoA dapat langsung masuk ke dalam siklus asam sitrat, sedangkan propionil KoA
diubah terlebih dahulu menjadi suksinil KoA baru kemudian masuk ke dalam siklus
asam sitrat.
Isoleusin juga merupakan asam amino esensial yang disintesis dalam organisme
mikro. Biosintesis isoleusin ini dimulai dari asam α ketobutirat yang dapat dibentuk
dari treonin. Melalui beberapa tahap reaksi asam ketobutirat diubah menjadi isoleusin.

Serin
Metabolisme serin berlangsung melalui reaksi deaminasi dan menghasilkan asam
piruvat. Metabolisme ini terjadi dengan menggunakan treonin aldotase selaku katalis.

Biosintesis serin dimulai dari asam fosfogliserat yang terbentuk pada proses
glikolisis dan berlangsung melalui beberapa tahap reaksi sehingga terbentuk serin.

Disamping itu serin dapat pula terbentuk dari glisin. Serin merupakan bagian dari
fosfatidil serin yaitu salah satu lipid yang terdapat dalam otak. Serin juga dapat
membentuk etanolamina yang merupakan bagian dari fosfatidil etanolamina.

Treonin
Treonin mengalami metabolisme yang serupa dengan serin. Asam ketobutirat
kemudian diubah menjadi propionil KoA yang selanjutnya diubah menjadi suksinil
KoA.

Di samping metabolisme tersebut treonin juga dapat diubah menjadi glisin dan
asetaldehida dengan cara pemecahan molekulnya.

Reaksi pemecahan molekul treonin ini berlangsung oleh enzim aldotase treonin dan
piridoksalfosfat sebagai koenzim.
Biosintesis treonin berasal dari asam aspartat melalui beberapa tahap reaksi
sebagai berikut.

Tirosin
Tirosin dapat diubah menjadi asam p−hidroksifenilpiruvat dengan cara
transaminasi. Reaksi ini berlangsung dengan bantuan enzim tirosin ketoglutarat
transaminase dan piridoksal fosfat sebagai koenzim. Selanjutnya melalui beberapa
tahap reaksi asam p−hidroksifenilpiruvat diubah menjadi asam fumarat dan asam
asetoasetat. Asam asetoasetat pada akhirnya diubah menjadi asetil KoA dan asam
asetat.

Tirosin dapat dibentuk dari fenilalanin dengan bantuan enzim fenilalanin hidroksilase
sebagai katalis. Dalam reaksi ini O2 diubah menjadi H2O dan untuk ini ada dua kegiatan
yang berlangsung yaitu kegiatan II reduksi dihidrobiopterin oleh NADPH menjadi
tetrahidrobiopterin dan kegiatan I reduksi O2 menjadi H2O dan perubahan fenilalanin
menjadi tirosin, sedangkan tetrahidrobiopterin berubah menjadi dihidrobiopterin
kembali.

Fenilalanin
Sebagaimana telah diuraikan pada metabolisme tirosin, fenilalanin dapat diubah
menjadi tirosin yang kemudian melalui beberapa tahap reaksi dapat diubah menjadi
asam formiat dan asam asetoasetat. Reaksi pembentukan tirosin dan fenilalanin adalah
reaksi tidak reversibel, artinya fenilalanin tidak dapat dibentuk dari tirosin dan
karenanya fenilalanin adalah asam amino esensial sedangkan tirosin merupakan asam
amino nonesensial.
Biosintesis fenilalanin terjadi pada organisme mikro dan dapat dibentuk dari asam
fosfoenol piruvat dan eritrosa−4−fosfat. Kedua jenis ini melalui beberapa tahap reaksi
dapat membentuk asam fenilpiruvat yang selanjutnya dengan reaksi transaminasi
terbentuk fenilalanin.

Triptofan
Triptofan adalah suatu asam amino esensial dan satu-satunya asam amino esensial
yang mengandung cincin indol. Metabolisme triptofan berlangsung antara lain melalui
jalur kinurenin-antranilat, yaitu suatu metabolisme melalui beberapa tahap reaksi yang
menghasilkan asam α ketoadipat yang kemudian membentuk asetoasetil KoA. Dalam
metabolisme ini kinurenin dan asam 3−hidroksi antranilat merupakan senyawa-
senyawa antara.

Seperti fenilalanin, triptofan juga dapat dibentuk dari reaksi fosfoenolpiruvat


dengan eritrosa−4−fosfat. Melalui beberapa tahap reaksi terbentuk asam antranilat
yang kemudian dapat diubah menjadi triptofan. Biosintesis ini terjadi pada organisme
mikro.

Sistin dan Sistein


Sistin dan sistein adalah dua senyawa yang saling dapat diubah dari yang satu
kepada yang lain dan mengalami metabolisme yang sama dalam tubuh.
Dalam metabolisme sistein dapat diubah menjadi asam piruvat melalui tiga cara:
a. Reaksi pengubahan sistein dengan enzim sistein desulfhidrase.
b. Melalui pembentukan asam sisteinsulfinat, kemudian diubah menjadi asam β
sulfinilpiruvat sehingga membentuk asam piruvat.
c. Melalui reaksi transaminasi membentuk asam tiolpiruvat, kemudian diubah
menjadi asam piruvat.
Sistein dan sistin adalah asam amino nonesensial yang dibuat dari asam amino esensial
metionin. Metionin terlebih dahulu diubah menjadi homosistein, kemudian
homosistein bereaksi dengan serin membentuk homoserin dan sistein.

Metionin
Telah dikemukakan di muka bahwa metionin dapat diubah menjadi sistein, tetapi
sistein tidak dapat diubah kembali menjadi metionin. Homoserin yang terbentuk pada
reaksi pengubahan metionin menjadi sistein dapat diubah menjadi asam α ketobutirat.
Biosintesis metionin berawal dari asam aspartat. Asam ini dapat diubah berturut-
turut menjadi β aspartilfosfat, aspartatsemialdehida, homoserin, sistationin,
homosistin, dan metionin.
Biosintesis ini terjadi pula pada tumbuhan atau organisme mikro.
Asparagin dan Asam Aspartat
Dalam metabolismenya, asparagin diubah menjadi asam aspartat dengan bantuan
enzim asparaginase. Kemudian asam aspartat diubah menjadi asam oksaloasetat oleh
enzim transaminase. Di samping itu asam aspartat dapat membentuk beberapa buah
asam amino esensial melalui beberapa tahap reaksi. Asam amino esensial yang
terbentuk dari asam aspartat adalah lisin, metionin, treonin, isoleusin. Sebaliknya asam
aspartat dapat dibentuk dari asam oksaloasetat dengan reaksi transaminasi. Dari asam
aspartat dapat dibentuk asparagin dengan enzim asparagin sintetase. Dalam reaksi ini
diperlukan donor gugus amino dan ATP sebagai sumber energi yang diubah menjadi
AMP. Sebagai kofaktor diperlukan ion Mg2+. Donor gugus amino untuk reaksi yang
terjadi pada binatang mamalia adalah glutamin, sedangkan pada bakteri digunakan
amonia. Asparagin dapat pula dibentuk dari asam α ketosuksinat.

Glutamin dan Asam Glutamat


Asam glutamat banyak terlihat dalam reaksi transaminasi dengan bantuan enzim
glutamat transaminase, suatu enzim yang mempunyai aktivitas tinggi dan terdapat
banyak pada jaringan hewan. Dalam reaksi transaminasi asam glutamat diubah menjadi
asam α ketoglutarat. Selain dengan reaksi transaminasi, asam α ketoglutarat dapat pula
dibentuk dari asam glutamat dengan reaksi deaminasi oksidatif. Dalam reaksi ini yang
bekerja sebagai katalis ialah glutamat dehidrogenase dengan bantuan koenzim NAD+
dan NADP+. Oleh karena transaminasi maupun deaminasi oksidatif tersebut adalah
reaksi yang reversibel, maka kedua reaksi tersebut dapat merupakan reaksi katabolisme
maupun biosintesis asam glutamat. Dalam otak, asam glutamat dapat diubah menjadi
asam γ amino butirat dengan reaksi dekarboksilasi oleh enzim glutamat dekarboksilase.
Asam γ amino butirat ini dapat diubah kembali menjadi asam glutamat oleh asam α
ketoglutarat.
Glutamin dapat diubah menjadi asam glutamat oleh enzim glutaminase dalam
reaksi deaminasi yang tidak bersifat reversibel. Biosintesis glutamin dari asam
glutamat berlangsung dengan bantuan enzim glutamin sintetase serta ATP dan Mg++.
Enzim tersebut terdapat dalam ginjal, otak, dan retina.

Mekanisme reaksi berlangsung sebagai berikut:

Lisin
Lisin adalah suatu asam diamino monokarboksilat. Lisin dapat memberikan juga
amino kepada asam amino lain, tetapi tidak dapat dibentuk lisin kembali artinya tidak
dapat terjadi proses reaminasi setelah lisin mengalami reaksi deaminasi. Melalui
beberapa tahap reaksi lisin dapat diubah menjadi asam glutarat.

Telah diuraikan di muka bahwa lisin dapat terbentuk dari asam aspartat melalui
beberapa tahap reaksi. Asam aspartat diubah menjadi aspartat β semialdehida yang
kemudian bereaksi dengan asam piruvat dan pada reaksi tahap akhir membentuk lisin.
Biosintesis lisin ini terjadi dalam bakteri. Ragi dapat memproduksi lisin dari asam α
ketoglutarat dengan asetil KoA.

Arginin
Dalam siklus urea, yaitu siklus reaksi-reaksi yang menghasilkan urea dari CO2 dan
NH3, arginin merupakan salah satu senyawa pada siklus tersebut. Arginin diubah oleh
enzim arginase menjadi ornitin dan urea. Selanjutnya sebagian dari ornitin dapat
diubah menjadi prolin dan asam glutamat yang kemudian dapat pula diubah menjadi
asam ketoglutarat yang masuk dalam siklus asam sitrat. Arginin dapat dibuat dalam
tubuh tetapi bagi bayi tidak cukup untuk keperluan pertumbuhan sel, sedangkan bagi
orang dewasa telah cukup untuk proses penggantian sel-sel yang rusak. Jadi, kecepatan
produksi arginin dalam tubuh orang dewasa telah dapat mengimbangi kekurangan yang
terjadi oleh kerusakan protein. Pada bayi atau anak-anak, selain untuk penggantian
protein yang rusak, diperlukan pula untuk pertumbuhan badan. Karenanya pada bayi
atau anak-anak kecepatan produksi belum optimal, sehingga diperlukan tambahan
arginin dalam protein makanan.

Histidin
Seperti arginin, histidin diperlukan dalam protein makanan untuk binatang muda
(tikus) karena asam amino ini tidak diproduksi dengan kecepatan yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan. Namun bagi orang dewasa, histidin yang diproduksi dalam
tubuh telah cukup untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen, sehingga tidak
diperlukan tambahan histidin yang berasal dari protein dalam makanan.
Selain fungsinya sebagai pembentuk protein dalam tubuh, histidin dapat diubah
menjadi histamin dengan cara dekarboksilasi. Histamin adalah suatu senyawa yang
dapat memperkecil tekanan darah, dan juga meningkatkan pengeluaran cairan
lambung. Enzim yang bekerja sebagai katalis dalam reaksi pembentukan histamin ialah
asam amino aromatik dekarboksilase yang terdapat dalam ginjal, otak, dan hati.
Metabolisme histidin sebagian besar terjadi dalam hati. Melalui beberapa tahap
reaksi, histidin diubah menjadi asam glutamat oleh enzim histidase dan urokinase.
Biosintesis histidin yang berlangsung pada organisme mikro terdiri atas beberapa
tahap reaksi yang berawal dari reaksi kondensasi antara fosforibosil pirofosfat dengan
ATP, yang dibantu oleh ATP fosforilase sebagai katalis.

Siklus Urea
Dari uraian tentang metabolisme asam amino telah diketahui bahwa NH3 dapat
dilepaskan dari asam amino melalui reaksi transaminasi dan deaminasi. Pada reaksi
transaminasi gugus –NH2 yang dilepaskan diterima oleh suatu asam keto, sehingga
terbentuk asam amino baru dan asam keto lain, sedangkan pada reaksi deaminasi,
gugus –NH2 dilepaskan dalam bentuk amonia yang kemudian dikeluarkan dari dalam
tubuh dalam bentuk urea dalam urine. Amonia dengan kadar yang tinggi merupakan
racun bagi tubuh manusia.
Hans Krebs dan Kurt Henseleit pada tahun 1932 mengemukakan serangkaian
reaksi kimia tentang pembentukan urea. Mereka berpendapat bahwa urea terbentuk dari
amonia dan karbon dioksida melalui serangkaian reaksi kimia yang berupa siklus, yang
mereka namakan siklus urea. Pembentukan urea ini terutama berlangsung dalam hati.
Urea adalah suatu senyawa yang mudah larut dalam air, bersifat netral, terdapat dalam
urine yang dikeluarkan dari dalam tubuh.
Biosintesis urea terdiri atas beberapa tahap reaksi yang merupakan suatu siklus
sebagai berikut:

Reaksi 1. Sintesis karbamil fosfat


Dalam reaksi pembentukan karbamil fosfat ini, satu mol amonia bereaksi dengan
satu mol karbon dioksida dengan bantuan enzim karbamilfosfat sintetase. Reaksi ini
membutuhkan energi, karenanya reaksi ini melibatkan dua mol ATP yang diubah
menjadi ADP.

Di samping itu sebagai kofaktor dibutuhkan Mg++ dan N−asetil-glutamat.

Reaksi 2. Pembentukan sitrulin


Karbamil fosfat yang terbentuk bereaksi dengan ornitin membentuk sitrulin.
Dalam reaksi ini bagian karbamil bergabung dengan ornitin dan memisahkan gugus
fosfat. Sebagai katalis pada pembentukan sitrulin adalah ornitin transkarbamilase yang
terdapat pada bagian mitokondria sel hati.

Reaksi 3. Pembentukan asam argininosuksinat

Selanjutnya sitrulin bereaksi dengan asam aspartat membentuk asam


argininosuksinat. Reaksi ini berlangsung dengan bantuan enzim argininosuksinat
sintetase. Dalam reaksi tersebut ATP merupakan sumber energi dengan jalan
melepaskan gugus fosfat dan berubah menjadi AMP.
Reaksi 4. Penguraian asam argininosuksinat
Dalam reaksi ini asam argininosuksinat diuraikan menjadi arginin dan asam
fumarat. Reaksi ini berlangsung dengan bantuan enzim argininosuksinase, suatu enzim
yang terdapat dalam hati dan ginjal.

Reaksi 5. Penguraian arginin

Reaksi terakhir ini melengkapi tahap reaksi pada siklus urea. Dalam reaksi ini
arginin diuraikan menjadi urea dan ornitin. Enzim yang bekerja sebagai katalis dalam
reaksi penguraian ini ialah arginase yang terdapat dalam hati. Ornitin yang terbentuk
dalam reaksi hidrolisis ini bereaksi kembali dengan karbamilfosfat untuk membentuk
sitrulin (reaksi 2). Demikian seterusnya reaksi berlangsung secara berulang-ulang
sehingga merupakan suatu siklus. Adapun urea yang terbentuk dikeluarkan dari tubuh
melalui urine.
Reaksi keseluruhan siklus urea ini ialah sebagai berikut:
2NH3 + CO2 + 3ATP + 2H2O → Urea + 2ADP + AMP + 2Pi + PPi
Oleh karena pirofosfat yang terbentuk dalam reaksi ini (PPi) terhidrolisis lebih lanjut
menjadi fosfat, maka pembentukan satu molekul urea membutuhkan empat ikatan
fosfat berenergi tinggi.
Proses kimia dalam siklus urea ini terjadi dalam hati karena enzim-enzim yang
bekerja sebagai katalis terutama terdapat pada mitokondria dalam sel hati.

Anda mungkin juga menyukai