Anda di halaman 1dari 182

PROCEEDING

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012


Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah

TREND PENELITIAN PENDIDIKAN:


KASUS PENELITIAN PENDIDIKAN SAINS

Nuryani Y. Rustaman,
Universitas Pendidikan Indonesia
email: nuryani_rustaman@yahoo.com

A. PENDAHULUAN dapat diangkat menjadi penelitian pendidikan


1. Hakikat dan Tujuan Penelitian Pendidikan sains, seperti kearifan lokal yang ditransfer dalam
Penelitian yang original dan baik biasanya kelompok-kelompok budaya tertentu dari satu
tidak diketahui jawabannya. Hasil penelitian generasi ke generasi berikutnya, selain
semacam itu seringkali menghasilkan teori pengembangan penalaran dan berpikir tingkat
mendasar (grounded theory) yang belum ada tinggi. Bahkan aspek pendidikan dari biokonservasi,
sebelumnya. Dalam penelitian pendidikan atau aspek saintifik dari konsep konservasi
seringkali digunakan penelitian yang bersifat (bilangan, luas, volume) menururt Piaget &
pengembangan. Penelitian semacam itu lebih Inhelder masih terbuka lebar untuk diteliti. Belum
dikenal sebagai R & D (research and development). lagi bagaimana membelajarkan sesama guru
Pada awalnya program atau model yang melalui program lesson study, pemberdayaan
dikembangkan belum diketahui pasti hasilnya. dokumen lokal di suatu masyarakat tertentu.
Sambil dilakukan ujicoba, dilakukan perbaikan- Pemberdayaan bahan dasar setempat sebagai
perbaikan. Ujicobanya dilakukan bertahap, mulai teaching material, atau pemanfaatan IT
dari ujicoba terbatas hingga ujicoba diperluas, dan (information technology) sebagai pembelajaran
sangat diperluas. Penelitian pendidikan pada berbantuan kom-puter, program animasi, dan
umumnya tidak dapat dikendalikan sepenuhnya pengembangan media elektronik untuk konsep-
variabel-variabel lain di luar variabel bebas atau konsep IPA yang abstrak (genetika sel ultra-
variabel perlakuan, sehingga hasilnya tidak dapat struktur, gerak permukaan bumi, pergerakan
dipertanggung-jawabkan bahwa dampak yang benda-benda langit), yang prosesnya memerlukan
ditimbulkan benar-benar merupakan akibat waktu lama (perubahan iklim, evolusi,
variabel perlakuan yang diberikan, apalagi terdapat perkembangan embryo), atau waktunya terlalu
keterbatasan dalam implementasinya. singkat (pembelahan sel, gempa bumi), atau
Penelitian pendidikan sangat baik cakupannya terlalu luas (biosfer, sains kelautan).
dilaksanakan melalui pendekatan naturalistik atau
dalam natural setting. Penelitian pendidikan tidak 2. Portofolio dalam Karir Profesional Pendidik
dapat dikendalikan sepenuhnya, melainkan hanya Portofolio untuk bukti perkembangan
sesaat. Oleh karena itulah penelitian yang bersifat profesional pendidik di perguruan tinggi sekarang
kuantitatif dan sangat terstruktur dengan menjadi persyaratan juga bagi pendidikan di
keberadaan pembanding menjadi sangat “rawan” jenjang pendidikan dasar dan menengah.
dapat dikendalikan dalam jangka waktu lama, Portofolio juga menjadi persyaratan sertifikasi
hanya pada saat implementasi atau ujicoba kondisi pendidik (guru dan dosen). Para guru dengan
pembelajaran dapat dikendalikan dan dilakukan golongan gaji golongan IV yang memang
pembandingan antara kelas perlakuan atau kelas mengalami kesulitan untuk memenuhi tuntutan
eksperimen dengan kelas control yang biasanya bidang B (karya penelitian dan tulisan ilmiah)
diterapkan pembelajaran tradisional atau makin resah dengan tuntutan keharusan karya
pembelajaran konvensional. penelitian yang dipublikasi dan semakin ketatnya
Penelitian pendidikan sains diupayakan yang penilaian karya ilmiah yang dipublikasi.
bermanfaat bagi kehidupan. Penelitian pendidikan Pengalaman pribadi sebagai asesor sertifikasi guru
sains tidak terbatas pada penelitian di dalam kelas menunjukkan bahwa sebagian besar karya ilmiah
tentang pembelajaran. Banyak aspek lain yang guru jauh dari ilmiah, apalagi layak publikasi.

1
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Penggunaan portofolio untuk bukti Berdasarkan penelitian untuk pembelajaran
perkembangan profesional pendidik tampaknya sains dapat dilakukan penelitian melalui
tidak sepenuhnya dapat diandalkan untuk pengembangan dan implementasi model-model
dijadikan instrumen penilaian sertifikasi guru atau pembelajaran. Terdapat beberapa model
dosen. Pemberdayaaan alat-alat elektronik dan pembelajaran, tetapi kebanyakan model
kreativitas yang cenderung negatif memfasilitasi pembelajaran dalam sains merujuk pada rumpun
kecurangan kumpulan bukti empiris dalam model kognitif atau pemrosesan informasi, dan
sertifikasi pendidik. Meski kadang-kadang karena rujukan konstruktivis.
kekuranghati-hatian atau kekurang-cermatan Masih banyak aspek yang dapat diungkap
pengusul, tetap ditemukan kecenderungan melalui penelitian pendidikan sains yang terkait
plagiarisme bahkan self plagiarism. Kekurang- dengan pembelajaran dengan pendekatan konsep
cermatan memberikan rekomendasi bagi pengusul dan media pembe-lajaran. Untuk pembelajaran
portofolio ternyata cenderung ”dimanfaatkan” dengan pendekatan konsep selain dapat mengukur
oleh mereka yang tidak memiliki bukti lengkap pencapaian, diagnosis kesulitan belajar, dapat
dengan hanya memfotokopi halaman sampul dan mengungkap miskonsepsi dan melakukan
bagian depan tulisan ilmiah atau laporan penelitian remediasi-nya. Akhir-akhir ini dipadukan aspek
yang seakan-akan sudah selesai dilaksanakan dan pembelajaran dengan aspek asesmen khususnya
dibuat laporannya. classroom assessment. Assessment for learning
Portofolio menuntut bukti otentik semua memberdayakan assessment untuk memberi
perjalanan karir akademik atau karisr profesional kesempatan siswa belajar lebih jauh, bahkan juga
pendidik. Alur keotentikan tersebut terlebih-lebih gurunya (Popham, 2011). Dengan formative
penting bagi pengusul untuk jabatan fungsional assessment dan assessment for learning
tertinggi di perguruan tinggi, yakni jabatan guru berlangsung continuous assessment selama
besar. Belum lagi linieritas kualifikasi pendidikan pembelajaran.
pengusul. Plagiarisme dan keorisinilan karya ilmiah
sebagai bukti perjalanan karir akademisi menjadi B. PENELITIAN DALAM PENDIDIKAN SAINS
perdebatan yang menghebohkan beberapa waktu 1. Penelitian Kuantitatif
yang lalu. Etika profesional pendidik, etika Penelitian kuantitatif memiliki prosedur yang
keilmuan dan etika penelitian kelas tetap perlu sangat ketat. Biasanya penelitian kuantitatif
dijunjung tinggi. menggunakan desain eksperimen (dengan
berbagai variasinya) dan memiliki komponen-
3. Trend Penelitian Pendidikan Sains komponen serupa komponen dalam metode
Penelitian untuk pendidikan sains sangat ilmiah. Sejumlah komponen seperti rumusan
terkait erat dengan penelitian dalam pembelajaran masalah, variabel penelitian, hipotesis, pemilihan
sains. Penelitian pendidikan dapat menggunakan sampel dari populasi yang terdistribusi, sajian data
pendekatan kualitatif, kuantitatif, naturalistik. berupa tabel, grafik, diagram, dan diskusi atau
Penelitian pendidikan sains dapat pula pembahasan berdasarkan landasan teori yang
menggunakan metode pengembangan, penelitian dipilih, harus dipahami dengan benar. Hasil belajar
dan pengembangan (R & D), mixed methods, kelompok eksperimen yang dikenakan treatment
deskriptif, survei, lapangan, kasus. Penelitian dibandingkan dengan sangat ketat dengan
pembelajaran sains selain mengungkap kelompok pembanding. Semuanya mirip dengan
miskonsepsi, conceptual changes, konstruktivisme proses melaksanakan eksperimen dalam
sosial dalam hal konsep sains, dapat diintegrasikan pembelajaran sains.
dengan penyisipan dan penanaman nilai-nilai sains Penelitian kuantitatif seringkali memerlukan
di dalamnya. Nilai-nilai yang dimaksud antara lain statistika inferensial, statistika parametric atau non
adalah nilai moral, nilai praktis, nilai intelektual, parametric, menggunakan factorial design, dalam
nilai religius, nilai sosial-ekonomi, dan nilai melakukan analisis datanya. Prosesnya sangat rigid,
pendidikan. dan proposalnya disusun dengan sangat ketat agar
instrumen untuk menjaring datanya dapat
mengukur apa yang ingin diukur dengan validitas
yang tinggi dan ajeg untuk mengukur kemampuan

2
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
serupa. Hubungan rumpun data diolah dengan
regresi, korelasional dan kesimpulannya dikaji, 2. Penelitian Kualitatif
setelah melalui beberapa tahap pengujian. Penelitian kualitatif dibedakan menjadi
Software untuk membantu uji statistic diperlukan beberapa dimensi berdasarkan lima tradisi
statistic yang advanced. Penelitian kuantitatif penelitian kualitatif (Creswell, 1998). Masing-
dilakukan antara lain untuk menguji seberapa masing dimensi dibandingkan di antara tradisi
efektif sesuatu (metode, model, atau program) penelitian kualitatif sebagaimana tampak pada
dibandingkan dengan (metode, model atau Tabel 1.
program) lainnya. Selain itu diungkap pula
dianggap efektif untuk taraf kepercayaan mana.

Tabel 1 . Dimensi untuk Membandingkan Kelima Tradisi Penelitian dalam Penelitian Kualitatif

Grounded
Dimensi Biografi Fenome-nologi Etnografi Studi Kasus
Theory
Menjelaskan Pemahaman “the Deskripsi 1 Deskripsi dan Deskripsi analisis
kehidupan essence of teori mendasar interpretasi 1 klp mendalam tentang 1
Fokus
individu experience” tentang dalam data sosial atau 1 kasus atau multi-
1 fenomena dari lapangan kelompok budaya kasus
A. Antropologi
L. Kebijakan
B. Kesusas-
F. Filosofi J. Antropologi M. Sosiologi
Asal traan I. Sosiologi
G. Sosiologi budaya N. Evaluasi
Disiplin C. Sejarah
H. Psikologi K. Sosiologi O. Urban study
D. Psikologi
P. Ilmu sosial lainnya
E. Sosiologi
Interviu Terutama obser-vasi Sumber berva-riasi,
dengan 20-30 dan inter-viu dengan dokumen, interviu ,
Terutama
Koleksi Interviu sampai orang dalam “ad-ditional artefact” obser-vasi, catatan
interviu dan
data sekitar 10 individu kategori alami selama waktu yang lapangan, physical
dokumen
& rincian 1 diperluas artefact
teori
U. “open
coding”
Q. Pernyataan
Cerita; V. “ axial
R. Pemaknaan Y. Deskripsi BB. Deskripsi
Analisis ”epiphany”; coding”
S. Pemaknaan tema Z. Analisis CC. Tematik
data “historical W. “Selective
T. Deskripsi umum AA. Interpretasi DD. “Assertion”
content” coding”
ttg pengalaman
X. “Conditional
matrix”
Gambaran Deskripsi tentang Deskripsi peri-laku 1 Studi mendalam
Bentuk Teori atau
rinci tentang “the essence of individu atau tentang kasus atau
Naratif model teoretis
seseorang experience” kelompok budaya kasus-kasus
Sumber: Cresswell, J.W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design. London: SAGE Publications

3. Penelitian Naturalistik sudut pandang peneliti, sehingga hasil


Penelitian naturalistik dilakukan pada situasi penelitiannya bersifat emik, dan tidak dapat
kondisi apa adanya, tidak memberi perlakuan digeneralisasi. Pembaca yang memiliki situasi dan
untuk diobservasi dampaknya. Kearifan local pada kondisi yang serupa dapat mengambil manfaat dari
suatu kelompok budaya dicoba diungkap dan hasil atau temuan penelitian naturalistic.
dilaporkan setelah dilakukan observasi secara Dalam beberapa hal penelitian naturalistik
intensif. Aspek apa yang diungkap bergantung dari banyak kemiripannya dengan penelitian kualitaif,

3
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
tetapi tidak menolak adanya kuantifikasi dalam Penelitian longitudinal dilaksanakan dalam
menyajikan data poenunjang untuk melaporkan rentang waktu yang lebar atau lama. Penelitian
hasil dan temuan penelitannya. Instrumen utama longitudinal biasanya dilakukan untuk mengikuti
penelitian naturalistic adalah penelitinya sendiri, atau mengungkap pola atau kecenderungan-
tetapi peneliti juga tidak dilarang menggunakan kecenderungan yang disignifikan sebuah
alat bantu untuk melengkapi data penelitiannya. perjalanan proses atau peristiwa yang diikuti
Data tersebut menjadi sumber data penelitiannya, secara intensif dengan menggunakan berbagai
belum data sesungguhnya. Data sesungguhnya instrumen seperti lembar observasi dan
berupa hasil triangulasi fakta atau informasi dari pengolahan data secara simultan dengan koleksi
berbagai sumber data setelah mencapai kejenuhan datanya.
(saturated). Penelitian longitudinal dilakukan oleh Piaget
tentang perkembangan intelektual dan
4. Penelitian Lapangan (Field Study) dan Studi perkembangan moral putera puterinya. Dalam
Kasus (Case Study) perkembangan intelektual melalui studi
Penelitian lapangan mencoba mengungkap longitudinalnya Piaget menemukan empat tahapan
situasisesungguhnya dari suatu kondisi di sebuah perkembangan yang berbeda antara satu jenjang
kelas, di sebuah sekolah atau di institusi atau dengan jenjang lainnya, yakni tahap sensori
wilayah tertentu. Penelitia menjadi participant motorik, tahap pra-operasi, tahap operasi konkret,
observer atau observation participant. Penelitia dan tahap operasi abstrak. Sementara itu Piaget
tidak menggunakan teori tertentu saat mengambil juga melaporkan hasil studi longitudinalnya melalui
data, mengungkap kondisi apa adanya (mirip pengamatan terhadap kelompok anak-anak yang
penelitian naturalistik). Dalam penelitian lapangan diikuti perkembangan moralnya melalui permainan
ada focus sebagai masalah penelitian dan berkelompok atau dari rasionalitas argumen
dilakukan pengembangan teori pada kahir kegiatan sebagai alasan seseorang (anak) melakukan
saat melaporkan. Teori yang dikembangkan mirip sesuatu yang kurang baik, misalnya berdusta ketika
dengan hipotesis yang masih perlu diuji atau dikaji atau setelah melakukan sesuatu (Piaget, 1997).
kebenarannya berdasarkan bukti-bukti penunjang.
Fokus penelitian dapat merupakan hal yang C. PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN DAN
sangat positif, dapat juga merupakan hal yang ASESMEN
sangat negatif. Penelitian serupa ini Penelitian pendidikan sains untuk
mengutamakan diagnosis kualitas pembelajaran pembelajaran sudah sejak dulu memfokuskan pada
sains untuk ditentukan penaykit dan terapinya penguasaaan konsep. Biasanya penguasaan konsep
kalau memang memerlukan perbaikan. Studi yang merupakan hasil utama pendidikan sains
semacam ini sangat potensial untuk menghasilkan diberikan dalam bentuk jadi. Siswa seyogianya
teori-teori kependidikan yang berasal dari kondisi diajak untuk membangun atau mengkonstruk
nyata lapangan. Jenis penelitian ini sangat baik konsep berdasarkan pengalaman dan pemaknaan
dibekalkan kepada para guru yang sudah ada di terhadap fakta atau pengalaman tersebut, atau
lapangan dan mencoba menempatkan diri menjadi siswa diajak menginterpretasi sejumlah informasi
observer sebagai peneliti lapangan atau peneliti yang diperoleh sebagai data sekunder. Dengan
kasus. kata lain sangat penting dilakukan penelitian
pembelajaran yang menekankan pada penguasaan
5. Penelitian Pengembangan dan Penelitian konsep dengan cara yang benar sehingga
Longitudinal bermakna untuk bekal mempelajari konsep lain
Penelitian pengembangan secara garis besar yang lebih ”advanced”. Apabila Bruner (Dahar,
telah diungkap di bagian awal pemaparan dalam 1996; Rustaman et al., 2005) menekankan
makalah ini. Penelitian pengembangan berupaya pembelajaran penemuan sebagai pembelajaran
terus dilakukan sampai diperoleh untuk sementara bermakna, dan Ausubel (Dahar, 1996)
hasil yang dapat dipublikasikan. Penelitian memunculkan pembelajaran penerimaan yang
pengembamngan akan terus berlanjut pada para melibatkan pengetahuan awal yang sudah dimiliki
akademisi, bahkan jauh setelah jabatan fungsional sebelumnya menjadi pembelajaran bermakna,
guru besarnya diraih. Anderson & Krathwohl. (2001) membedakan

4
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
pembelajaran hafalan (rote learning) dengan Penelitian akhir-akhir ini lebih digiatkan
pembelajaran bermakna (meaningful learning). bukan assessment of learning, justru lebih banyak
Bahkan Anderson & Krathwohl (2001) dalam difungsikan sebagai assessment for learning bagi
Revision of Bloom’s Taxonomy berkaitan dengan siswa yang diases. Portofolio merupakan salah satu
learning, teaching, and assessing, menekankan bentuk yang dapat digunakan untuk tujuan
benar perbandingan antara no learning dengan mendorong pembelajaran atau memotivasi siswa
rote learning dan meaningful learning. belajar lebih jauh berdasarkan pemberdayaan
asesmen.
1. Tujuan Melakukan Penelitian dalam Kurikulum berbasis kompetensi atau KBK
Pembelajaran Sains (2004) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Sudah sejak lama pembelajaran sains atau KTSP (2006) sangat menekankan
(Kurikulum 1975) menekankan pemahaman pengembangan dan pemanfaatan kemampuan
konsep dan hubungan antarkonsep, serta (kompetensi) dalam pengajaran di berbagai
penggunaan metode ilmiah. Dalam GBPP jenjang. KPS merupakan keterampilan dasar yang
Kurikulum 1984 dan Kurikulum 1994 pembelajaran memungkinkan pembelajaran sains dengan inkuiri
sains ditujukan untuk mengembangkan dilakukan di kalangan siswa. Penelitian untuk
keterampilan proses sains (KPS) pada tingkat pengajaran juga sangat diperlukan yang
pendidikan dasar, dan menggunakan keterampilan mengembangkan kemampuan atau ”ability”.
proses pada tingkat pendidikan menengah Ability diartikan sebagai suatu hasil belajar yang
(Rustaman et al., 2003 & 2005). Penelitian untuk kompleks yang memerlukan interaksi antara
pengajaran banyak dilakukan untuk mengukur pengetahuan dan keterampilan secara berulang-
ketercapaian keterampilan proses dalam ulang sehingga menjadi milik siswa yang
pembelajaran biologi. Bagaimana dengan mempelajarinya secara internal dan dapat
kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan dipanggil (retrieved) kembali apabila diperlukan.
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)? Pembelajaran yang hanya menekankan
Apakah KPS tidak dipentingkan lagi, apalagi dengan pengetahuan atau keterampilan secara terpisah
penekanan pada Salingtemas, belajar penemuan tidak akan menghasilkan kemampuan (ability) bagi
dan inkuiri? para siswa yang mengalaminya. Jadi, melalui
Asesmen dan evaluasi yang dibedakan dalam pembelajaran berinkuiri yang bermakna,
penilaian terutama didasarkan pada kaitannya kemampuan inkuiri dapat dikembangkan, dicapai
dengan pembelajaran. Asesmen merupakan proses dan diukur. Penelitian pendidikan yang hanya
pengumpulan informasi selama dan sesudah menekankan pada pencapaian konsep atau
pembelajaran yang menyatakan proses belajar dan peningkatan prestasi belajar dalam kognitif (penge-
hasil belajar siswa, sedangkan evaluasi lebih tahuan kognitif) tidak akan memberikan bekal yang
mengungkapkan hasil belajar, sebagai hasil akhir diperlukan untuk belajar sepanjang hayat (life-long
dengan memanfaatkan hasil asesmen dan learning).
melibatkan pertimbangan (judgement). Keduanya Penelitian untuk pembelajaran sains perlu
diperlukan oleh siswa dan guru untuk menyatakan dan dapat dimuati unsur pengem-bangan
pencapaian belajar siswa dan digunakan oleh kemampuan kerja imiah (scientific Inquiry and
pihak sekolah untuk menghasilkan laporan hasil working scientifically), pembentukan karakter
belajar siswa selama jangka waktu tertentu dalam melalui pengembangan sikap ilmiah (scientific
kegiatan evaluasi. Biasanya dikenal penilaian attitude). Beberapa jenis sikap ilmiah yang dapat
formatif dan penilaian sumatif dalam kaitan dikembangkan melalui pengajaran sains antara lain
dengan pembelajaran. Apabila sebelumnya lebih meliputi: sikap ingin tahu (curiosity), sikap untuk
populer dengan evaluasi formatif dan evaluasi senantiasa menda-hulukan bukti (respect for
sumatif, akhir-akhir ini berkembang sangat pesat evidence), sikap luwes terhadap gagasan baru
asesmen formatif dan asesmen sumatif. Asesmen (flexibility), sikap merenung secara kritis (critical
formatif lebih diarahkan sebagai the assessment reflection), sikap peka/peduli terhadap makhluk
for learnng, sedangkan asesmen sumatif lebih hidup dan lingkungan (sensitivity to living things
diarahkan sebagai the assessment of learning. and environment).

5
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
2. Karakteristik dan Prosedur Penelitian Kelas 3. Karakteristik dan Prosedur Penelitian
Berbeda dengan penelitian sebagai Tindakan
penggalan penelitian di kelas yang dilakukan oleh Dalam hubungannya dengan pembelajaran
peneliti yang tidak terkait langsung dengan professional (professional learning), penelitian
pembelajarannya, penelitian kelas justru tindakan sudah dilakukan sejak lama dan
memunculkan guru sebagai peneliti yang mengalami perkembangan secara terus emnerus.
mengkritisi (look critically) kelasnya sendiri. Tujuan Namun semuanya memiliki kesamaan yakni
utama melakukan penelitian kelas adalah untuk memberikan dukungan pembelajaran professional.
memperbaiki dan mening-`katkan kualitas Pada awalnya bagi sejumlah peneliti, penelitian
pembelajarannya dan kualitas pendidikan di tindakan dianggap kurang ilmiah, lebih bersifat
sekolahnya. praktis dan tidak layak diangkat dalam forum
Berikut adalah cuplikan pendapat internasional, bahkan pada level nasional. Namun
Cronbach yang dikutip oleh Hopkins (1993: 30): perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa
“When we give propoer weight to local conditions, penelitian tindakan diangkap pada konteks
any generalization is a working hypothesis, not a “policy”, khususnya setelah penelitian tindakan
conclusion (Cronbach, 1975: 125)”. Maknanya berkembang di sekolah-sekolah di Inggris dan
adalah bahwa hasil penelitian perlu diuji coba pada pengakuan guru-guru tentang manfaatnya. Terjadi
kondisi-kondisi lokal. Lebih jauh Hopkins (1993) integrasi antara pelatihan berbasis kompetensi
menceriterakan pengalamannya ketika dia (Competency-based training) dan pendidikan
melakukan penelitian kelas dengan cara merekam profesi, bahkan dalam hubungannya dengan
hasil observasi kelas temannya, sementara dia kurikulum nasional dan model-model
sendiri mempelajari hasil rekaman koleganya. pengembamngan kurikulum (Elliot, 1991).
Disampaikannya kepada para mahasiswanya Penelitian tindakan merupakan dilemma dan
sebagai berikut: sekaligus inovasi (Elliot, 1991: 43). Penelitian
“I’m explaining to the students that I’m doing a tindakan menunjukkan perpaduan antara masalah
study on my own teaching and that this should teoretis dan masalah praktis. Tujuan mendasar
help me to teach better. And I’m beginning to penelitian tindakan adalah untuk meningkatkan
get them talking about how well my teaching kepraktisan daripada untuk menghasilkan
and their learning goes”. pengetahuan. Produksi dan penggunaan
pengetahuan bersifat “subordinate to, and
Selanjutnya Hopkins tiba pada kesimpulan conditioned by, this fundamental aim”. Adapun
sementara sebagai berikut. karak-teristik mendasar dari penelitian tindakan
“The more I come to study my own classroom, adalah sebagai berikut.
and my own school as well, the more I come to This kind of joint reflection about the
understand why research provides case studies relationship in particular circumstances
of classrooms. Comparing other people’s between processes and products is a central
experiences with my own through all sorts of characteristic of what Schon has called
illuminating possibilities – hypotheses, I mean”. reflective practice and others, including
It’s a real classroom!”. myself, have termed action research (Elliot,
Penelitian kelas menjadi makin populer 1991: 50).
untuk tujuan perbaikan kualitas pengajaran guru, Penelitian tindakan mengintegrasikan
kualitas pembelajaran siswa, dan kualitas pengajaran, pengembangan guru, pengem-bangan
pencapaian taget kurikulum secara praktis. Untuk kurikulum dan evaluasi, riset dan refleksi filosofis
tujuan itu selanjutnya penelitian kelas dapat dalam satu bentuk konsepsi pemersatu tentang
berkembang penelitian tindakan kelas. Penelitian suatu refleksi praktek kependidikan.
kelas diarahkan menjadi penelitian tindakan kelas
apabila masalahnya tidak dapat diatasi sekali jadi, 4. Karakteristik dan Prosedur Penelitian
melainkan perlu dilakukan lebih dari satu siklus Tindakan Kelas
tindakan, di kelas yang sama. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu
bentuk penelitian pendidikan yang bersifat reflektif
dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu

6
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
agar dapat memper-baiki dan atau meningkatkan and engaged in PARTICIPATIVE problem-solving
praktek praktek pembelajaran di kelas secara lebih and continuing professional development”.
professional (Sriyati, 2007). Penelitian tindakan Oleh karena tantangan yang dihadapi
kelas (PTK) terutama dilakukan untuk perguruan tinggi sekarang ini adalah
meningkatkan kualitas proses dan hasil mengoperasional penelitian yang biasanya bersifat
pembelajaran untuk mengatasi masalah teoritis dan perbaikan dapat langsung
pembelajaran, meningkatkan profesionalisme, dan diimplementasikan, maka kolaborasi seringkali
menumbuhkan budaya akademik. Penelitian kelas dilakukan antara pendidik di sekolah dengan dosen
dilakukan oleh pengajar sebagai solusi perguruan tinggi yang lebih banyak mengenal teori
permasalahan PBM dan memiliki lebih dari satu untuk menjelaskan fenomena yang terjadi di
siklus tindakan. Setiap siklus tindakannya terdiri sekolah. Terjadi learning gaps: antara keinginan
dari perencanaan, tindakan, observasi, refleksi mengubah kondisi pembelajaran yang berrsifat
(Carr & Kemmis, 1986). hafalan dengan pemahaman yang membekali
Pentingnya PTK dalam pendidikan adalah mahasiswa dengan kemampuan dan keinginan
memperbaiki praktek pendidikan seperti: (i) untuk melakukan sesuatu yang kemudian ketika
memecahkan masalah pbm (proses & hasil), (ii) diterapkan atau dilakukan, prosesnya sudah
solusi cepat mengatasi masalah, (iii) dilakukan oleh berubah.
pengajar, dan (iv) dapat langsung diaplikasikan di
kelas. PTK sendiri memiliki karakteristik yang khas, D. Bidang Pendidikan Sains yang Penting untuk
diantaranya adalah sebagai berikut. Pertama, Diteliti
sumber masalahnya bersifat empiris. Kedua, 1. Literasi sains dan literasi membaca
merupakan upaya peningkatan kualitas. Ketiga, Literasi atau literacy merupakan salah satu
bersifat praktis dan diuji-cobakan langsung. tuntutan bagi warga-negara muda usia agar
Keempat, situasional, fleksibel, adaptif, tematik. mereka dapat tetap eksis untuk bersaing secara
Kelima, menawarkan inovasi, revisi, spesifik. bebas pada era globalisasi (Hayat, 2003). Kalau
Keenam, mengena pada sasaran. dahulu setiap warga suatu negara cukup dapat
Problema yang diangkat untuk dipecahkan membaca dan menulis saja, ternyata pada masa
melalui PTK harus berangkat dari persoalan sekarang khususnya pada era informasi dan
praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapi globalisasi ini mereka perlu menguasai cara-cara
guru; adanya tindakan atau aksi tertentu untuk memperoleh, mengolah, dan memaknai informasi
memperbaiki proses belajar mengajar di kelas dengan mengembangkan kemampuan dan potensi
(Sriyati, 2007). Lebih lanjut dikemukakan bahwa pribadi (Rustaman et al., 2004). Melalui cara-cara
PTK bersifat inkuiri refleksi diri yang dilakukan oleh itu kemampuan dan potensi seseorang dapat
partisipan untuk memperbaiki praktek sendiri dan berkembang pesat, tak terkecuali bagi pendidik
juga berdasarkan pemahaman sendiri. PTK dan calon pendidik sains.
biasanya merupakan penelitian kolaboratif, dapat Literasi sains atau Scientific Literacy
dilakukan oleh lebih dari satu orang atau kelompok didefinisikan PISA (Programme for International
dan kelompok mendeskripsikan hasil pemikiran Student Assessment) sebagai kapasitas untuk
bersama dan menentukan area yang menjadi focus menggunakan pengetahuan ilmiah,
untuk diperbaiki. Kelompok pula yang mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan dan untuk
merencanakan, melakukan, melakukan observasi, menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti agar
merefleksikan tindakan untuk menentukan dapat memahami dan membantu membuat
tindakan selanjutnya dalam siklus-siklus. Semua itu keputusan tentang dunia alami dan interaksi
merupakan dasar tindakan PTK. manusia dengan alam. Literasi sains dianggap
Beberapa model PTK diperkenalkan dalam suatu hasil belajar kunci dalam pendidikan pada
berbagai pelatihan. MODEL CRASP PTK terdiri dari usia 15 tahun bagi semua siswa, baik yang akan
sejumlah kegiatan sebagai berikut: “CRITICAL melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
collaborative enquiry by REFLECTIVE practitioners tinggi maupun yang akan bekerja. Berpikir ilmiah
being ACCOUNTABLE and making results of their merupakan tuntutan bagi setiap warganegara,
enquiry public, SELF-EVALUATING their practice warga masyarakat, dan warga dunia, bukan hanya
ilmuwan.

7
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Rendahnya posisi literasi sains siswa 2. Sikap Ilmiah dan Kemampuan Dasar Bekerja
Indonesia yang juga terkait dengan rendahnya Ilmiah
literasi membacanya, menunjukkan bahwa ada Beberapa sikap ilmiah (sikap jujur, terbuka,
masalah serius dalam pendidikan sains di negara luwes, tekun, logis, kritis, kreatif) penting dalam
kita. Masalah tersebut mungkin disebabkan kurang pembentukan watak melalui budi pekerti pada
sinkronnya penilaian (asesmen) terkait dengan jenjang sekolah dasar. Terdapat sejumlah sikap
pembelajarannya, kurang terbinanya kemampuan ilmiah yang dapat dikembangkan dalam
membaca secara bermakna, atau mungkin hakikat pembelajaran sains di jenjang pendidikan dasar
pembelajaran sains belum merupakan fokus dan menengah penting untuk pembentukan
perhatian para guru sains. Hal ini memerlukan karakter anak bangsa (Karhami, 2000). Sikap yang
penelitian dan pembenahan bersama di jenjang dimaksud adalah kemelitan (curiosity), sikap untuk
pendidikan dasar dan menengah, juga pendidikan senantiasa mendahulukan bukti (respect for
calon guru sains-nya. evidence), luwes terhadap gagasan baru
Kebiasaan membaca dan kebiasaan belajar (fllexibility), merenung secara kritis (critical
atau saling membelajarkan antar-siswa, antarguru reflection), dan yang paling penting adalah peka/
hendaknya merupakan kebutuhan bagi semua peduli terhadap makhluk hidup dan lingkungan
siswa dan guru. Belajar dan bekerja sama dapat (sensitivity to living things and environment).
menjadi suatu forum pemecahan masalah Pembelajaran sains di tingkat pendidikan dasar,
pembelajaran. Habits of reading dan habits of mind pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi
memberikan kontribusi penting dalam sangat potensial untuk membekali sikap dan kerja
pengembangan diri dan pengembangan ilmu ilmiah dalam pengembangan karakter mereka.
selanjutnya. Dalam pendidikan di Jepang dan kini Kurangnya penumbuh-kembangan sikap ilmiah
sedang disebarluaskan di Indonesia di sekolah- (scientific attitude) selain perluasan wawasan
sekolah menengah pertama di tiga daerah ilmiah dan pengembangan keterampilan proses di
(Sumedang, Bantul, Pasuruan) guru-guru saling sekolah diduga dapat menjadi salah satu
belajar melalui observasi pada lesson study. penyebabnya.
Melalui observasi pada saat lesson study, guru- Curiosity ditandai dengan tingginya minat
guru pengamat belajar bagaimana rencana keingin-tahuan siswa terhadap setiap perilaku alam
pembelajaran yang dirancang bersama di sekitarnya. Siswa sering melakukan eksplorasi
diimplementasikan, bagaimana siswa belajar pada benda-benda yang ditemuinya. Siswa sering
berdasarkan rancangan bersama, dan bersama- mencoba beberapa pengalaman baru. Siswa sering
sama pula mereka melakukan refleksi memberi mengamati benda-benda di dekatnya. Perilaku ini
masukan untuk menyempurnakannya. tentu saja sangat membantu siswa dalam
Terbentuknya masyarakat belajar (learning society) pencapaian tagihan kegiatan pembelajaran.
merupakan salah satu tujuan diadakannya lesson Curiosity sering diawali dengan pengajuan
study. pertanyaan. Mendorong siswa untuk terbiasa
Duduk bersama, belajar dan berpikir secara mengajukan pertanyaan merupakan cara terbaik
teratur sebagai kebutuhan sehingga menjadi suatu untuk mengembangkan curiosity. Selain itu
kebiasaan positif, memungkinkan munculnya kebiasaan siswa mengajukan pertanyaan
gagasan-gagasan kreatif dan original dalam dunia merupakan langkah awal melibatkan mereka
pendidikan biologi, seperti pernah terjadi di antara berinkuiri.
para saintis (scientists) yang membentuk scientific Mata pelajaran sains memiliki dua sisi. Sisi
societies and experiemental science. Kalau saja satu sebagai proses dan sisi yang lain sebagai
terjadi academic movement di antara para produk. Proses sains merupakan upaya
pendidik sains, tentulah pembelajaran sains di pengumpulan dan penggunaan bukti untuk
negara kita akan berkontribusi lebih baik. Jika guru- menguji dan mengembangkan gagasan. Suatu teori
guru sains mau bereksperimen dan menguji- pada mulanya berupa gagasan imaginatif, dan
cobakan gagasan mereka sendiri, boleh jadi gagasan itu akan tetap sebagai gagasan imaginatif
kearifan dan sains lokal (etnoscience) akan selama belum mampu menyajikan sejumlah bukti
berkembang dan berjalan sejajar dengan sains untuk memverifikasi gagasan itu. Penggunaan bukti
ilmiah dari luar. sangat pokok dalam kegiatan sains di sekolah.

8
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Selama diskusi, sering muncul pernyataan- bekerja ilmiah (KDBI) sebagai perpaduan antara
pernyataan yang mengungkapkan sebab suatu kecerdasan intelektual (intelectual intelegence)
fenomena alam. Pernyataan ini tidak perlu dengan kecerdasan emosional (emotional
dipercayai selama belum disediakan pernyataan intelligence). KDBI tersebut melibatkan
pendukung dalam bentuk contoh sebagai bukti. keterampilan proses sains (KPS) dan kemampuan
Menghadapi situasi ini, dapat diajukan pertanyaan: generik (KG). Keduanya termasuk ke dalam
'Bagaimana kamu tahu bahwa itu benar?' atau intelegensi intelektual. Melalui pengembangan KPS
'Dapatkah kamu memberikan alasannya sehingga dan KG, siswa sikap ilmiah siswa ikut
pernyataanmu itu benar?' dikembangkan. Pernyataan ini dikuat oleh
Konsep yang dibangun siswa untuk pendapat Harlen (1985) bahwa dari dua jenis
memahami lingkungannya senantiasa berubah scientific attitude (attitude toward science dan
sejalan dengan penambahan pengalaman dan attitude of science), sikap ilmiah yang sering
bukti baru. Pengalaman dan bukti baru ini diungkapkan dalam belajar sains adalah ”attitude
seringkali bertentangan dengan konsep yang sudah of science’ atau sikap yang melekat pada sains.
dipegang sebelumnya. Pemahaman suatu konsep Namun berbeda dengan sikap ilmiah, kecerdasan
ilmiah sering berlangsung secara bertahap. Kondisi emosional tidak begitu saja dapat ikut
ini memerlukan sikap luwes (fleksibel) untuk terkembangkan. Kecerdasan emosional ini perlu
membangun gagasan baru yang lebih saintifik. secara terencana dirancang sebelum dan selama
Setelah kegiatan pengujian/penelitian, siswa perlu pembelajaran sains.
mengembalikan makhluk hidup yang telah
digunakan ke habitatnya. Cara ini dapat memupuk 3. Pendidikan Sains sebagai Pengembangan
rasa cinta dan kepekaan siswa terhadap Berpikir
lingkungannya. Pentingnya peranan proses berpikir
Selain sikap ilmiah yang telah dibahas, pada berdasarkan pandangan biologi dan peranannya
setiap kurikulum sains sikap men-cintai dan dalam pendidikan sains (Rustaman, 2002)
menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa mengingatkan kita semua akan adanya hubungan
menjadi rujukan perumusan tujuan atau yang erat antara proses berpikir dengan aspek
kompetensi. Dengan kata lain selain sikap ilmiah, afektif melalui suatu sistem limbik. Sistem Limbik
diharapkan dikem-bangkan juga pengembangan mempunyai peran sebagai pengandali proses
nilai-nilai dalam pembelajaran sains, baik berupa berpikir. Emosi dan memori muncul di dalam
nilai religius, nilai praktis (manfaat), maupun nilai sistem limbik, suatu unit fungsional dari beberapa
intelektual dan nilai emosional atau nilai spiritual. pusat pengintegrasi dan jalur-jalur neuron
Sejumlah 'scientific attitude' ini mungkin penghubung di dalam otak depan. Sistem limbik
dapat dikembangkan dan ditingkatkan jika siswa sendiri meliputi thalamus, hippothalamus dan
diperlakukan dan dianggap sebagai seorang saintis bagian dalam dari otak besar. Dua di antaranya,
muda di kelas. Untuk maksud ini, siswa amygdala dan hippocampus, berfungsi bersama
memerlukan lebih banyak 'doing science' dari pada dengan korteks prefrontal dalam memproses dan
'listening to scientific knowledge'. Dengan kata lain, memanggil kembali (retrieve) memori.
peningkatan saintific attitude dapat berlangsung Sistem limbik berperan dalam emosi
jika pengajaran sains disajikan guru dengan ataupun memori tatkala bau tertentu
mengurangi peran 'penghutbah' dan meningkatkan membawanya kembali memori harum sebagai
peran 'fasilitator' melalui kegiatan praktis ilmiah pengalaman emosi masa lalu. Emosi juga dilayani
(scientific activities) yang mendorong siswa 'doing oleh belahan kanan otak besar (selain pusat-pusat
science' seperti pengamatan, pengujian, dan sensoris, intuisi, imajinasi, persepsi spatial,
penelitian. Pembelajaran yang hands-on dan kemampuan artistik, kemampuan musikal).
sekaligus mengembangkan proses berpikir (minds- Sementara itu belahan otak kiri bertanggung
on) dituntut untuk difasilitasi dalam pembelajaran jawab dalam hal bernalar; sebagai tempat pusat-
sains. pusat bahasa; kemampuan logika, matematis, dan
Hasil penelitian Rustaman dan kawan-kawan pidato. Dengan demikian mengembangkan
(2006) melalui Hibah Pasca-nya selama tiga tahun kemampuan bernalar saja tanpa mengembangkan
(2004-2007) menghasilkan kemampuan dasar kemampuan mengendalikan emosi akan

9
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
menyebabkan kedua belahan otak tidak berbeda sedikit pada kelompok budaya tertentu.
berkembang seimbang. Secara umum kemampuan bernalar perlu
Hubungan antara klasifikasi dan berpikir juga dikembangkan dalam pendidikan, khususnya dalam
sudah ditemukan (Rustaman, 2002).rpikir. Sebagai pendidikan sains sejak kecil. Melalui interaksi
prosedur yang paling dasar untuk mengubah data dengan obyek secara langsung siswa memperoleh
agar berfungsi dan prosedur pokok bagi semua pengetahuan fisis dan kemudian mengembangkan
penelitian, juga bagi kegiatan mental, klasifikasi pengetahuan logik matematik melalui pengalaman
diperlukan dalam pengembangan ilmu. Tanpa langsung secara berulang-ulang. Berdasarkan
klasifikasi yang baik, kebanyakan ilmu tidak akan perolehan pengetahuan fisis dengan pengalaman
mampu berkembang. Kegiatan klasifikasi telah yang berulang-ulang siswa menemukan pola atau
diketahui diperlukan oleh setiap orang yang hidup keteraturan, setelah dapat melihat hubungan
di jaman sekarang, baik oleh awam dalam antara yang dialami dengan pikirannya. Pola atau
kehidupan sehari-hari maupun oleh ilmuwan dan keteraturan tertentu diabstraksikan dengan simbol
peneliti dalam kegiatan ilmiah. Tujuan akhir tertentu, misalnya angka lima (5), atau phi untuk
melakukan klasifikasi adalah memiliki kemampuan 22/7.
berpikir fleksibel, yang dibutuhkan dalam proses
pengambilan keputusan dan untuk menjadi 4. Pendidikan Sains sebagai Bekal Hidup
bijaksana. Pendidikan Kehidupan Keluarga (PKK) atau
Proses berpikir (alamiah & artifisial) dikaji Family life education mendapat porsi khusus dalam
lebih jauh (Rustaman, 2002). Seseorang yang pendidikan sains, khususnya di FPMIPA UPI.
berpikir memerlukan suatu stimulus sebagai Melalui PKK atau FLE tersebut seyogianya calon
masukan, saraf sebagai penghantar dan penyampai guru sains memperoleh bekal untuk hidup di
impuls, susunan saraf pusat (otak dan sumsum masyarakat terutama dalam hal mendidik para
spinal) sebagai penerima dan pengolah informasi putra-putrinya dan juga bekal untuk mendidik para
menjadi sesuatu yang bermakna untuk kemudian siswanya. Dalam PKK atau FLE tersebut dibahas
ditindaklanjuti berupa gerakan atau sekresi. Cara perkembangan psikoseksual anak sejak lahir hingga
kerja sistem saraf dalam tubuh manusia dijadikan mencapai pubertas, termasuk juga cara mencegah
model pengembangan proses berpikir buatan pada atau mengatasinya.
komputer dan robot. Komputer dan robot dapat Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan
memberikan respons apabila ada stimulus. penting yang perlu dibekalkan kepada para siswa
Respons yang diberikan bergantung pada stimulus yang mempelajari sains sebagai warga masyarakat
yang dikenakan terhadap komputer atau robot. dan warga negara yang sehat. Pengetahuan
Bukan hanya dalam cara kerjanya komputer tersebut sangat penting membekali lulusannya
meniru cara kerja sistem saraf manusia bahkan pengetahuan tentang gizi makanan serta cara-cara
juga dalam hal kemungkinan programnya terinfeksi merencanakan dan mengatur menu makanan
virus. seimbang. Pengetahuan tersebut sangat diperlukan
Telah diidentifikasi satu atau lebih faktor untuk dapat hidup sehat sekaligus mencegah
yang bertanggung jawab dalam proses berpikir, penyakit. Dengan demikian diharapkan mereka
tetapi lebih penting membahas proses berpikir mempunyai bekal pengetahuan dan keterampilan
daripada mekanisme spesifiknya. Dengan yang cukup untuk mengatur menu makanan sehat
menggunakan temuan sebelumnya, diketahui dan menjaga kesehatan. Pengetahuan gizi ini
bahwa manusia tidak dilahirkan dengan tampaknya kurang diperhatikan dalam kehidupan
kemampuan berpikir secara lengkap, kemampuan remaja. Mereka kurang memilih makanan yang
berpikir tersebut berkembang secara bertahap bervariasi dan bergizi, cenderung mengkonsumsi
menurut urutan waktu. Oleh karena itu penelitian makanan yang berkalori tinggi, tapi kurang bergizi.
terhadap pendidikan yang mengembangkan proses Pilihan mereka kebanyakan jatuh pada ”junk food”
berpikir sangat penting untuk dikembangkan atau makanan siap saji lainnya.
secara terencana dan berkesinambungan. Pembiasaan yang telah diungkapkan pada
"Warisan" kemampuan biologis kita untuk bagian terdahulu tampaknya perlu ditindak-lanjuti
berpikir dengan urutan atau hierarki tertentu dalam bidang pendidikan sains. Bioritme,
seperti dikemukakan di atas tidak mustahil kebiasaan berpikir, pola makan, pola hidup dan

10
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
disiplin diri turut menentukan keberhasilan tumbuhan bertemu dan berbagi pengalaman di
seseorang dalam belajar, bekerja, hidup di institusi atau wilayah garapannya masing-masing.
masyarakat kita yang majemuk ini. Penelitian pendidikan sains hendaknya
dilakukan untuk tujuan-tujuan yang jelas seperti
E. PENUTUP tujuan pembelajaran, pengembangan berpikir,
Perkembangan professional guru menjadi sekaligus pengembangan karakter bangsa.
perhatian pendidikan tinggi melalui sertifikasi Pembiasaan membaca, bertanya, belajar dan
pendidik. Pengembangan profesional guru dapat berpikir produktif sangat diperlukan untuk diteliti
dilakukan secara individu, kelompok kecil di dan dikembangkan lebih jauh. Pengembangan
sekolah, kelompok MGMP, kelompok asosiasi potensi manusia Indonesia yang pluralistik melalui
profesi, learning community dalam lesson study. pendidikan moral tampaknya perlu mempertim-
Hal mendasar yang menjadi kepedulian semua bangkan mentalitas bangsa, dan kearifan lokal agar
pihak adalah terjadi peningkatan kualitas sinkron dan berdaya guna bagi bangsa dan
pembelajaran (baca: kualitas pembelajaran sains) masyrakat yang sedang membangun jati dirinya.
pada berbagai level atau jenjang. Peningkatan hak Pendidikan sains yang menekankan hakekat
(kesejahteraan) hendaknya diikuti dengan sains dan hakikat pendidikan sains dengan fokus
peningkatan tanggung jawab dan kesepakatan tak kemampuan mempertanyakan (inkuiri) dan
tertulis. Kualitas pendidikan sains menjadi pemberdayaan kerja ilmiah (termasuk
tanggung jawab para pendidik sains dan pendidik pengembangan dan penggunaan Keterampilan
calon gurunya. proses sains atau KPS), sebagai pengembangan
Setiap pendidik pada level mana pun sikap ilmiah dan karakter bangsa termasuk
seyogianya memperbaiki kualitas pembelajarannya pengembangan kemampuan (ability) dan berpikir
melalui penelitian terencana. Penelitian dalam manusia secara optimal kurang berkembang di
pendidikan sains untuk meningkatkan kualitas negara kita karena beberapa hal. Pertama, faktor
pembelajaran sains menjadi fokus sosialisasi dan budaya yang tidak memberikan kesempatan anak-
diseminasi penelitian pendidikan sains. Hasil-hasil anak mengembangkan potensi belahan otak besar
penelitian tersebut seyogianya didokumentasikan, sama kuatnya, sehingga penekanan berlebihan
dipublikasikan dan disebarluaskan. Dengan cara pada pengetahuan dan berpikir yang kurang
demikian maka temuan penelitian pendidikan sains menekankan pada pengembangan emosi dan
yang pernah dilakukan dapat diujicoba di lokasidan afektif akan menghambat pengem-bangan diri dan
wilayah lain sehingga hasilnya lebih bisa dirasakan pribadinya secara utuh. Kedua, bekal pengetahuan
dan diperkuat oleh hasil ujicoba yang diperluas. gizi dan kesehatan kurang mendapat perhatian
Pendidik yang kreatif dapat terus merencanakan yang proporsional dalam pendidikan, baik untuk
dan melaksanakan penelitian lanjutan, sementara memenuhi kebutuhan gizi remaja, (ibu hamil)
para pendidik lainnya dapat mengujicoba di kelas maupun balita. Ketiga, masih kurang kesadaran
dan sekolahnya masing-masing. Dengan cara para pendidik di rumah dan di sekolah untuk
demikian pemerataan kualitas pendidikan sains menekankan pengembangan kecerdasan
dikukuhkan dan dapat lebih diangkat menjadi hasil intelektual yang seimbang dengan kecerdasan
penelitian yang lebih general, bahkan dapat emosional dalam mendidik melalui sains, sehingga
diangkat menjadi teori kependidikan yang sudah bioritme, disiplin diri, pola makan dan pola hidup
diujicoba secara luas dan bersifat cultural based. kurang diberdayakan sebagai modal utama untuk
Dengan perkataan lain dihasilkan Ethnopedagogy. menjadi manusia yang purnawan.
Research community menjadi tawaran Jawaban mustahil diperoleh tanpa ada
tersendiri dalam pertemuan yang bersifat upaya manusia untuk merumuskannya. Kepekaan
semiloka. Pendidik peneliti yang serumpun dapat terhadap fenomena alam dan lingkungan sekitar
berkumpul bersama membahas gagasan, temuan merupakan kepekaan dan sikap ilmiah khusus yang
sementara atau hipotesisnya tentang proses sangat diperlukan oleh orang yang belajar sains
pembelajaran untuk topik-topik atau tema-tema ataupun pendidik sains untuk menempa dan
serumpun. Secara periodic pemerhati penelitian mengembangkan diri dalam berinteraksi dengan
pendidikan taksonomi dan keanekaragaman faktor biotik-abiotik dan lingkungannya. Jawaban
juga mustahil diperoleh apabila siswa belajar sains

11
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
dengan diceritakan, bukan dengan berbuat atau Cronbach, L. (1975). “Beyond the two disciplines of
melakukan kegiatan praktis (scientific activities and scientific psychology”. American
practices). Yang paling penting adalah para Psychologist, 30 (2), 116-127.
pendidik calon guru sains dan pendidik sains mau Cruickshank, D.R. (1990). Research that Informs
melakukan kajian dan mencoba sendiri bersama Teachers and Teacher Educators.
pendidik lain dan saling membelajarkan untuk Bloomington, Indiana: A publication of the
memberi siswa bantuan untuk menjadi manusia PHI DELTA KAPPA Educational Foundation.
yang mandiri, bertanggung jawab, produktif dan Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta:
berbudi luhur (berakhlak mulia). Penerbit Erlangga.
Hampir mustahil pembelajaran sains yang Elliott, J. (1991). Action Research for Educational
berorientasi inkuiri dialami para siswa apabila guru Change. Milton Keynes, Philadelphia: Open
dan calon gurunya tidak memiliki pengalaman University.
tentang hal itu. Mustahil juga siswa belajar Gall, M.D., Gall, J.P., & Borg, W.R. (2003).
bermakna apabila siswa hanya mengulangi Educational Research: An Introduction. 7th.
penjelasan guru, tidak mencari dan membangun Edition. Boston: Allyn and Bacon.
pengetahuan, penalaran dan kemampuannya Hayat, B. (2003). Kemampuan Dasar Hidup:
secara aktif. Guru yang unggul memberi para Prestasi Literasi Membaca, Matematika dan
siswanya inspirasi untuk berbuat dan melakukan Sains Anak Indonesia Usia 15 tahun Di Dunia
penelitian dalam sains. Internasional. Jakarta: Pusat Penilaian
Meskipun kurkulum sudah berganti Pendidikan.
beberapa kali, kualitas pembelajaran sains hanya Hopkins, D. (1992). A Teacher’s Guide to
akan meningkat dan menjadi baik apabila guru dan Classroom Research. Second Edition.
pendidik mengubah cara pandangnya tentang Buckinghsm, Philadelphia: Open University
makna mendidik melalui sains, menerapkan Press.
pemahaman isi dan jiwa kurikulum dan melakukan Karhami, S. K. A. (2000). ”Sikap Ilmiah sebagai
perubahan. Para pendidik seyogianya senantiasa Wahana Pengembangan Unsur Budi Pekerti
mengembangkan kemampuan dirinya untuk (kajian melalui sudut pandang pengajaran
menjadi profesional dalam arti sesungguhnya, IPA)”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.
bukan hanya karena sudah memiliki sertifikasi 027. November 2000. [Online]. Tersedia:
guru. Penelitian pendidikan dalam pembelajaran http://www..depdiknas.
yang memungkinkan guru dan pendidik untuk tidak go.id/jurnal/27/sikap_ilmiah_sebagai_wahan
meninggalkan kelas dan peserta didiknya adalah a_peng.htm
penelitian tindakan kelas (penelitian kelas, Mills, Q.E. (2000). Action Research: A guide for the
penelitian tindakan di kelas). Kolaborasi dengan Teacher Researcher. New Jersey: Merrill.
sesama guru sains amat diperlukan dan dianjurkan Piaget, J. (1997). The Moral Judgment of the Child.
untuk membangun learning community, sekaligus New York: Free Press Paperbacks
research community. Popham, W. J. (2011). Classroom Assessment:
What Teachers Need to Know. Sixth edition.
DAFTAR PUSTAKA Boston: Pearson..
Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (eds.). (2001). A Rudduck,J. (1993). “A Study in dissemination of
Taxonomy for Learning, Teaching, and Action Research”. In Burgess, R.G. (Ed.). The
Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy Research Process in Educational Settings:
of Educational Objectives. New York: Ten Case Studies. London: The Falmer Press.
Longman. Rustaman, N.Y. (2004). Peran Pendidikan Biologi di
Carr, W. & Kemmis, S. (1986). Becoming Critical. Perguruan Tinggi pada Era Globalisasi.
Lewis: Falmer Press. Makalah Kunci disajikan pada Seminar
Creswell, J. W. (1998). Qualitative Inquiry and Nasional Pengembangan Pendidikan Biologi
Research Design: Choosing Among Five Menyongsong Era Globalisasi dan Pasar
Traditions. London: SAGE Publications Bebas di Universitas Negeri Medan, Medan,
16 September 2004

12
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Rustaman, N.Y. (2002). Pandangan Biologi tentang Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang:
Proses Berpikir dan Implikasinya dalam UM Press.
Pendidikan Sains. Pidato pengukuhan guru Schon, D. (1983). The Reflective Practitioner. New
besar pada Fakultas Pendidikan Matamatika York: Basic Books.
dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA) Sriyati, S. (2007) Penelitian Tindakan Kelas. Hand
Universitas Pendidikan Indonesia. Tanggal 18 out tayangan Penelitian Tindakan kelas untuk
Oktober 2002 di Gedung Balai Pertemuan pelatihan guru-guru sains SMP dalam Lesson
UPI di Bandung. Study FPMIPA UPI. Bandung: Tidak
Rustaman, N. , Dirdjosoemarto, S., Subekti, R., diterbitkan.
Achmad, Y. Kusumastuti, M.N., Walker, B. (1990). Doing Research: A Handbook for
Rochintaniawati, D., & Yudianto, S.A. (2005). Teachers. London: Routledge.

13
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah

KIAT-KIAT PENULISAN KARYA ILMIAH IPA

Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.


Guru Besar Pendidikan IPA UNS
widhasunarno@gmail.com

PENGANTAR
Dosen, Guru, dan Mahasiswa mempunyai tanggung jawab terhadap pembudayaan penulisan karya
ilmiah. Dengan kegiatan penulisan karya ilmiah seorang Dosen, Guru, maupun Mahasiswa dapat
mengkomunikasikan berbagai gagasan, ide-ide baru, dan hasil penelitiannya. Istilah karya ilmiah mempunyai
konotasi yang berbeda dengan karya atau penulisan yang non ilmiah. Mengacu pada pengertian
pengetahuan yang ilmiah adalah pengethuan yang mempunyai beberapa ciri khas, yaitu : obyektif, metodik,
sistematis, dan berlaku umum. Obyektif : sesuai obyeknya, dapat diverifikasi secara empiris. Metodik :
diperoleh dengan metode ilmiah yaitu menggunakan cara-cara tertertentu yang teratur dan terkendali.
Sistematis : tersusun dalam suatu system yang saling berkaitan dan saling menjelaskan,sebagai satu kesatuan
yang utuh. Berlaku Umum : dapat diterima siapa saja, koheren dan konsisten.
Karya ilmiah IPA tentu saja melekat erat dengan tugas para Guru, Mahasiswa, maupun Dosen yang
berkecimpung di bidang IPA. Mahasiswa dilatih untuk menhasilkan karya tulis ilmiah, seperti laporan prktikum,
makalah, penyelesaian berbagai tugas akhir. Bagi para mahasiswa menulis karya ilmiah dilakukan ketika
mengikuti lomba karya ilmiah mahasiswa. Selain itu mahasiswa juga diwajibkan menulis karya ilmiah seperti
skripsi pada akhir penyelesaian studinya. Penulisan karya ilmiah IPA bagi para Guru dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan profesionalnya dan dikaitkan dengan syarat kenaikan pangkat dan jabatannya.
Sebagai contoh Guru golongan IV/a akan naik pangkat ke golongan IV/b wajib melaksanakan publikasi
ilmiah/karya inovatif, yakni karya tulis ilmiah, membuat alat peraga, alat pelajaran, karya teknologi/seni, yang
nilainya 12 angka kredit. Para Dosen untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi tidak lepas dari
kegiatan penulisan karya ilmiah. Semua kegiatan Tri Dharma Perguruan Tingga disertai dengan penulisan karya
ilmiah dalam implementasinya maupun dalam penyusunan laporan akhirnya.

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH (LKTI) diverifikasi secara empiris, ataupun melalui
Banyak upaya bagi mahasiswa untuk pembuktian secara ketat melalui teori-teori yang
menghasilkan karya tulis ilmiah (KTI) yang berhasil relevan.
dikutsertakan dan dapat memenangkan dalam Karya ilmiah IPA berarti berupa laporan
lomba karya tulis ilmiah (LKTI). Ada berbagai tertulis yang memaparkan informasi, gagasan,
langkah, antara lain: 1. Cermati karakteristik karya kajian, telaah, tinjauan, dan hasil penelitian di
ilmiah yang dilombakan, 2. Pahami tujuan dan bidang IPA, yang dilakukan secara perorangan,
fungsi karya ilmiah yang dilombakan, 3. Pahami ataupun dalam suatu tim. Salah satu ciri khas karya
jenis-jenis karya ilmiah yang dilombakan. 4. Pahami ilmiah adalah dalam bentuk tertulis, baik sebagai
Format Karya Ilmiah yang dilombakan. buku, jurnal, laporan-laporan, makalah, naskah
Pertama mahasiswa harus mampu lomba, naskah presentasi, majalah, surat kabar,
memahami karakteristik karya ilmiah yang maupun yang diunggah (upload) di internet.
dilombakan. Karya ilmiah merupakan karya tulis Karakteristik karya ilmiah, antara lain dapat dikaji
yang berbentuk ilmiah. Karya ilmiah dapat meliputi minimal dari empat aspek: struktur sajian,
bidang pengetahuan, teknologi, maupun seni. komponen dan substansi, sikap atau pandangan
Karya tulis ilmiah yang disusun perlu dikerjakan penulis, bahasa baku yang digunakan. Struktur
sesuai dengan metode ilmiah dengan mengikuti sajian karya ilmiah biasanya terdiri dari bagian
pedoman yang telah disepakati atau yang awal, bagian inti, dan penutup. Bagian awal
ditetapkan.Sesuatu dikatakan ilmiah jika dapat sebagai pengantar menuju ke bagian inti.

14
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Sedangkan bagian inti merupakan sajian gagasan Sesuai dengan kharakteristik IPA, KTI dapat
pokok yang ingin disampaikan, dan terdiri dari mengembangkan sikap ilmiah pada diri mahasiswa.
beberapa bab atau sub topik. Adapun penutup Sikap ingin tahu meningkat, dan mahasiwa ingin
merupakan kesimpulan, dan rekomendasi untuk belajar secara terus menerus. Kemampaun
tindak lanjutnya. mengalisis menjadi lebih tajam, dan mahasiswa
Karya ilmiah dapat disusun dari hasil berpikir lebih kritis terhadap lingungannya.
penelitian, ataupun dari pengamatan dan tinjauan Mahasiswa memiliki sikap jujur, dan terbuka mau
dari suatu kasus secara ilmiah. Pada dasarnya menghargai pendapat dan karya orang lain.
seseorang yang melakukan penelitian, minimal Mahasiswa bersikap obyektif, berani
memiliki tiga tujuan yaitu: penemuan, pengujian, mempertahankan kebenaran, dan berorientasi ke
dan pengembangan. Dalam penemuan atau masa depan.
eksplorasi dimaksudkan untuk menemukan Ketiga, cermati dan pahami jenis KTI yang
sesuatu yang baru di bidang IPA. Dalam kegiatan dilombakan. Pada dasarnya karya ilmiah yang
pengujian atau verifikasi dengan maksud untuk dilombakan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
menguji kebenaran Sesutu yang telah ada dalam karya ilmiah hasil penelitian, dan karya ilmiah
bidang IPA. Adapun dalam bidang pengembangan nonpelitian. Karya tulis penelitian merupakan karya
atau development dengan maksud untuk tulis yang berisi pemaparan tentang proses dan
mendapatkan hasil atau produk baru atau hasil yang diperoleh dari kegiatan penelitian.
menyempurnakan produk yang telah ada yang Laporan penelitian yang dilombakan lebih dikenal
dapat dipertagungg jawbkan di bidang IPA. dengan istilah Lomba Karya Tulis atau Lomba Karya
Kedua mahasiswa harus mampu Ilmiah Penelitian. Karya tulis hasil penelitian juga
memahami tujuan dan fungsi karya ilmiah yang dapat ditulis dalam bentuk artikel ilmiah hasil
dilombakan. Karakteristik IPA antara lain penelitian. Artikel ini dirancang untuk
mencakup tiga aspek, yaitu IPA sebagai produk, dipublikasikan dalam jurnal ilmiah. Karakteristik
proses, dan sikap ilmiah. Diadakan lomba karya tulisan pada artikel ilmiah banyak diwarnai gaya
ilmiah di bidang IPA juga mengacu pada selingkung gaya yang sesuai dengan lingkungan
karakteristik IPA itu sendiri. Penulisan karya ilmiah khasnya masing-masing.
bagi mahasiswa pada dasarnya mempunyai Karya ilmiah nonpenelitian dapat berupa
beberapa tujuan. Lomba diadakan untuk melatih artikel nonpenelitian, dan berbentuk makalah hasil
mahasiswa melakukan penelitian, dan pemikiran. Artikel nonpenelitian merupakan tulisan
mengungkapan hasilnya dalam bentuk karya tulis yang bukan berupa laporan penelitian. Atikel jenis
ilmiah. Dengan menulis karya ilmiah dapat ini dapat berupa penelahaan suatu konsep, prinsip,
menumbuhkan tanggung jawab ilmiah tidak hanya teori, model atau pendiskripsian suatu fakta atau
sebagai konsumen, tetapi juga sebagai produsen di fenomena, serta menilai suatu produk, dan jenis
bidang ilmu pengetahauan dan teknologi. Tuliasan yang lain. Hasil pemikiran atau makalah konseptual
karya ilmiah merupakan jembatan penghubung merupakan karya tulis yang memuat pemikiran
sebagai wahana transformasi dan komunikasi atau kajian tentang topik tertentu yang disajikan
antara mahasiswa dan masyarakat. secara sistematis dan runtut yang disertai analisis
Diadakan lomba karya tulis ilmiah (LKTI) secara logis dan obyektif. Karya tulis ilmiah Jenis
bagi mahasiswa antara lain mempunyai berbagai inilah yang banyak dilombakan dalam LKTI.
tujuan. Dengan LKTI memberikan tantangan bagi Direktorat Penelitian dan Pengabdian
mahasiswa untuk aktualisasi potensi dan kepada Masyarakat Dirjen Dikti menyediakan dana
kreativitas dirinya. LKTI memotivasi mahasiswa untuk Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).
agar mampu menyampaikan aspirasi, dan Dalam hal ini PKM diperuntukkan bagi seluruh
mengembangan ketrampilan, serta menuangkan Perguruan Tinggi melalui penyediaan dana yang
gagasannya di bidang ilmu dan teknologi. LKTI bersifat kompetitip, akuntabel, dan transparan.
mendorong mahasiswa agar peka dan ktritis PKM dibagi ke dalam tujuh kelompok bidang ilmu.
terhadap permasalahan ataupun isu-isu strategis, 1. Bidang Kesehatan. 2. Bidang Pertanian. 3. Bidang
sehingga mahasiswa dapat berperan aktif dalam MIPA. 4. Bidang Teknologi dan Rekayasa. 5. Bidang
pemikiran ilmiah. Sosial Ekonomi, 6. Bidang Humaniora. 7. Bidang
Pendidikan. Kelompok mahasiswa dengan

15
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
didampingi dosen pembimbing dapat mengajukan kredit. Oleh karena itu disarankan agar usulan
proposal untuk mendapatkan dana PKM sesuai kenaikan pangkat dan jabatan tersebut dapat
dengan bidang ilmu yang diminati. dterima tau lolos, maka paling tidak harus
Keempat, cermati dan pahami format mengirimkan 5 karya ilmiah yang berbentuk
karya ilmiah yang dilombakan. Pada dasarnya karya makalah yang tidak dipublikasikan tetapi
ilmiah terdiri atas tiga bagian, yaitu: Bagian Awal, didokumentasikan di perpustakaan. Ternyata
Bagian Isi, dan Bagian Akhir. Bagian awal karya tulis usulan kenaikan pangkat dan jabatan dari guru
ilmiah, antara lain terdiri dari: Halaman Sampul, tersebut dapat diterima, dan pengalaman tersebut
Halaman Pengesahan, Kata Pengantar, Abstrak, digunakan sebagai acuan dalam pengjuan usulan
Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, dan Daftar dari IV/b ke IV/c agar dalam usulan lebih
Lampiran. Bagian Isi Karya Ilmiah, antara lain diperbanyak lagi dalam hal karya tulis ilmiahnya.
memuat: Pendahuluan, Latar Belakang, Perumusan Pada umumnya para guru dalam
Masalah. Tujuan. Manfaat, Tinjauan Pustaka, pengajuan kenaikan pangkat dan jabatan sebagian
Metode. Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan dan besar mengirimkan karya ilmiahnya berbentuk
Saran, Daftar Pustaka. Bagian Akhir Atau Bagian makalah yang tidak dipublikasikan yang
Pelengkap, antara lain meliputi: Biodata Ketua terdokumentasi di perpustakaan. Karya ilmiah
serta Anggota Kelompok, Biodata Dosen berbentuk makalah yang berupa tinjaun atau
Pembimbing. Lain-lain ulasan ilmiah dari hasil gagasan sendiri dalam
Sebagai tambahan, format artikel hasil bidang pendidikan yang tidak dipublikasikan tetapi
penelitian antara lain memuat: Judul, Penulis, didokumentasikan di perpustakaan sekolah, setiap
Abstrak, Kata Kunci, Pendahuluan, Metode, Hasil, makalah diberi bobot maksimal 3,5 angka kredit.
Pembahasan, Kesimpulan dan Saran, Daftar Makalah yang dikirim oleh guru pada umumnya
Pustaka. Adapun format artikel untuk memperoleh nilai kurang dari 3,5 per makalah, hal
nonpenelitian atau hasil pemikiran, antara lain ini dikarenakan karya yang dikirim harus
memuat: Judul, Penulis, Abstrak, Kata Kunci, memenuhi kelayakan dan kaidah penulisan karya
Pendahuluan, Bahasan Utama, Penutup atau ilmiah.
kesimpulan, dan Daftar Pustaka. Penulisan artikel Kecenderungannya sekarang banyak guru
biasanya mengacu gaya selingkung yang yang mengikuti pelatihan penulisan karya ilmiah,
diberlakukan. mengikuti berbagai seminar baik tingkat lokal
KARYA TULIS IMIAH BAGI GURU maupun nasional. Dengan maksud agar
Berdasarkan pengalaman sebagai nara mendapatkan sertifikat untuk menambah angka
sumber atau pembimbing dalam penulisan karya kredit. Sertifikat yang diperoleh bukan termasuk
ilmiah bagi para guru, ternyata terjadi akumulasi karya ilmiah. Dalam mengikuti kegiatan seminar,
atau penumpukan di Golongan IV/a. Banyak para agar para guru mendapat nilai angka kredit pada
guru IPA yang mengalami kesulitan untuk naik ke karya ilmiah, mereka harus berperan sebagai
jenjang IV/b, karena pada umumnya terganjal pada penyaji makalah atau pemakalah. Para guru harus
penulisan karya ilmiah. Sebagai contoh seorang mengirimkan artikel ilmiahnya ke panitia seminar,
Guru dengan Jabatan Guru Madya, Pangkat dan akan diberikan kesempatan presentasi
Pembina, Golongan/Ruang IV/a untuk naik ke makalahnya pada siding-sidang parallel. Makalah
Pangkat Pembina TK. I, Golongan/Ruang IV/b harus yang dipresentasikan dalam sidang paralel akan
memenuhi persyaratan pengumpulan angka kredit dimuat dalam prosiding dengan bobot 2,5 angka
150 minimum 4 dari pengembangan diri, dan 12 kredit. Untuk keperluan kenaikan pangkat dan
dari karya ilmiah. jabatan, para guru menunjukkan prosiding hasil
Dari pengalaman seorang guru IPA yang seminar yang memuat karya tulis ilmiahnya Hal ini
mengajukan usulan kenaikan pangkat dan jabatan nilainya juga bergantung dari tingkat seminar yang
dari IV/a ke IV/b, dia mengirimkan 2 karya ilmiah diikuti apakah pada tingkal Lokal atau Nasional.
dengan harapan dapat memenuhi 12 angka kredit KARYA ILMIAH BAGI DOSEN
yang dibutuhkan. Tentu saja usulan tersebut Para dosen di Perguruan Tnggi
ditolak atau dikembalikan, karena setiap karya melaksanakan kegiatan Tridharma Perguruan
ilmiah yang berbentuk makalah yang tidak Tinggi. Unsur Utama Tridarma Perguruan Tinggi
dipublikasikan diberi bobot maksimal 3,5 angka adalah Melaksanakan Pendidikan dan Pengajaran,

16
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Melaksanakan Penelitian, dan Melaksanakan bantu dapat berbentuk perangkat keras maupun
Pengabdian Kepada Masyarakat. Pada setiap perangkat lunak yang digunakan untuk membantu
kegiatan Tridharma para dosen dituntut untuk pelaksanaan perkuliahan dalam rangka
menghasilkan Karya Ilmiah. Bagi para dosen, karya meningkatkan pengusaan konsep suatu fenomena
tulis ilmiah yang dihasilkan dapat digunakan untuk bagi peserta kuliah. Untuk alat bantu diberi bobot
keperluan usulan kenaikan pangkat dan jabatan ke atau angka kredit maksimum 5, dan dihasilkan satu
jenjang yang lebih tinggi. Setiap karya tulis Imiah alat bantu dalam satu semester. Audio visual
akan diberi bobot atau angka kredit sesuai dengan adalah alat bantu perkuliahan yang
peraturan yang berlaku. mengombinasikan antara gambar dan suara yang
Dalam bidang pendidikan dan pengajaran, dimanfaatkan dalam perkuliahan untuk
karya ilmiah yang dihasilkan dosen berbentuk meningkatkan penguasaan konsep suatu fenomena
pengembangan bahan pengajaran sebagai bagi peserta kuliah. Untuk audio visual diberi bobot
pengembangan inovatif materi substansi atau angka kredit maksimum 5, dan dihasilkan satu
pengajaran dalam bentuk buku ajar, diktat, modul audio visual dalam satu semester. Naskah tutorial
petunjuk praktikum, model alat bantu, audio adalah bahan rujukan untuk kegiatan toturial suatu
visual, dan naskah tutorial. Buku ajar adalah buku matakuliah yang disusun dan ditulis oleh pengajar
pegangan kuliah untuk suatu matakuliah yang matakuliah atau oleh pelaksana kegiatan tutorial
ditulis dan disusun oleh pakar di bidang terkait dan dengan mengikuti kaidah penulisan ilmiah. Untuk
memenuhi kaidah buku teks serta diterbitkan nsakah tutorial diberi bobot atau angka kredit
secara resmi dan disebar luaskan. Untuk buku ajar maksimum 5, dan dihasilkan satu naskah dalam
atau buku teks, asli, dan dihasilkan satu buku satu semester.
pertahun diberi bobot dengan angka kredit Karya ilmiah yang dihasilkan oleh para
maksimum 20. Diktat adalah bahan ajar untuk dosen dari kegiatan penelitian terbagi dalam
suatu matakuliah yang ditulis dan disusun oleh beberapa kriteria dengan angka kredit yang
pengajar matakuliah tersebut, mengikuti kaidah bervariasi. Selain karya ilmiah hasil penelitian, ada
tulisan ilmiah dan disebar luaskan kepada peserta bentuk karya ilmiah yang lain, yaitu:
kuliah. Untuk diktat diberi bobot atau angka kredit menerjemahkan atau menyadur buku ilmiah,
maksimum 5, dan dihasilkan satu diktat dalam satu mengedit atau menyunting karya ilmiah, membuat
semester. Modul merupakan bagain dari bahan rancangan dan karya teknologi yang dipatenkan,
ajar untuk suatu matakuliah yang ditulis oleh membuat rancangan dan karya seni
pengajar matakuliah tersebut, mengikuti kaidah monumental/seni pertunjukkan/karya sastra.
tulisan ilmiah dan disebar luaskan kepada peserta Karya ilmiah hasil penelitian dari para dosen dapat
kuliah. Untuk modul diberi bobot atau angka kredit dibedakan menjadi: Hasil penelitian atau hasil
maksimum 5, dan dihasilkan satu modul dalam pemikiran yang dipublikasikan, dan Hasil penelitian
satu semester. Petunjuk praktikum adalah atau hasil pemikiran yang tidak dipublikasikan, dan
pedoman pelaksanaan praktikum yang berisi tata tersimpan di perpustaan perguruan tinggi.
cara, persiapan, pelaksanaan, analisis data laporan. Hasil penelitian atau hasil pemikiran yang
Pedoman praktikum disusun dan ditulis oleh dipublikasikan adalah hasil penelitian atau hasil
kelompok dosen yang menangani praktikum pemikiran yang berbentuk buku yang meiliki ISBN.
tersebut dengan mengukti kaidah penulisan ilmiah. Jika yang dihasilkan berupa buku referensi, asli,
Untuk petunjuk praktikum diberi bobot atau angka diterbitkan, pada satu bidang ilmu, dan satu buku
kredit maksimum 5, dan dihasilkan satu petunjuk pertahun, diberi angka kredit maksimum 40. Buku
praktikum dalam satu semester. referensi adalah suatu tulisan dalam bentuk buku
Karya ilmiah yang lain adalah model yang yang substansi pembahasannya pada satu bidang
merupakan alat peraga atau berbentuk animasi ilmu. Isi tulisan harus memenuhi syarat-syarat
simulasi komputer yang digunakan untuk sebuah karya ilmiah yang utuh, yaitu adanya
presentasi fenomena yang terkandung dalam suatu perumusan masalah yang mengandung nilai
matakuliah untuk membantu dalam penguasaan kebaruan, metodologi pemecahan masalah,
konsep bagi peserta kuliah Untuk model diberi dukungan data atau teori mutakhir yang lengkap
bobot atau angka kredit maksimum 5, dan dan jelas, serta ada kesimpulan dan daftar pustaka,
dihasilkan satu model dalam satu semester. Alat dan diterbitkan sesuai dengan ketentuan yang

17
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
berlaku. Hasil penelitian atau hasil pemikiran yang dimanfaatkan untuk pengembangan kurikulum,
dipublikasikan atau dimuat di jurnal ilmiah yang lingkungan sekolah, keahlian pada pembelajaran,
memiliki ISSN nasional terakreditasi diberi bobot dan sebagainya. PTK dapat dilakukan dengan cara
angka kredit maksimum 25. Jurnal ilmiah nasional kolaborasi antara dosen dengan para guru. PTK
terakreditasi adalah jurnal ilmiah yang memenuhi dapat dilaksanakan secara terintegrasi dengan
kriteria sebagai jurnal nasional dan mendapat kegiatan sehari-hari, sehingga guru tidak merasa
status terakreditasi dari Dirjen Dikti. Jika hasil terganggu dan merasa tidak terbebani.
penelitian atau hasil pemikiran dipublikasikan atau Karakteristik PTK antara lain bahwa problem yang
dimuat di jurnal ilmiah tak terakreditasi diangkat untuk dipecahkan berangkat dari
diberibobot dengan angka kredit maksimum 10. persoalan praktis sehari-hari, dan ada tindakan
Jurnal ilmiah nasional tidak terakreditasi adalah atau aksi untuk memperbaikinya. Tujuan PTK
jurnal ilmiah yang memiliki ISSN tetapi tidak adalah untuk meningkatkan atau memperbaiki
mendapat status terakreditasi dari Dirjen Dikti. KBM yang dilakukan oleh guru. Pelaksanaan PTK
Selain dari penelitian, karya tulis ilmiah dilakukan melalui beberapa siklus. Secara garis
seorang dosen dapat berupa karya ilmiah besar ada 4 tahapan dalam satu siklus, yaitu:
menerjemahkan/menyadur buku ilmiah dalam perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
bahasa asing ke dalam Bahasa Indonesia atau refleksi.
sebaliknya yang diterbitkan dan diedarkan secara Penelitian yang sering dilakukan dalam
nasional yang berbentuk buku, dan diberi bobot bidang pendidikan IPA adalah penelitian
angka kredit maksimum 15. Karya ilmiah yang lain eksperimen. Penelitian eksperimen menggunakan
seorang dosen dapat berupa editing/suntingan landasan metode ilmiah. Alur berpikir dalam
terhadap isi buku ilmiah orang lain untuk metode ilmiah dapat dijabarkan dalam beberapa
memudahkan pemahaman bagi pembaca dan langkah yang mencerminkan tahapan kegiatan
diterbitkan serta diedarkan secara nasional dalam ilmiah. Langkah-langkah metode ilmiah, antara
bentuk buku, dan diberi bobot dengan angka kredit lain: dimulai dari permasalahan atau perumusan
maksimum 10. Dalam bidang pengabdian kepada masalah, penyusunan kerangka berpikir,
masyarakat seorang dosen dapat perumusan hipotesis, pengujian hipotesis, dan
membuat/menulis karya pengabdian pada penarikan kesimpulan. Ada beberapa ciri khas
masyarakat berupa tulisan mengenai cara-cara penelitian Eksperimen. Pada penelitian eksperimen
melaksanakan atau mengembangkan sesuatu menggunakan kelompok (klas) eksperimen dan
untuk dimanfaatkan oleh masyarakat, baik di kelompok (klas) control. Variabel-variabelnya
bidang ilmunya maupun di luar bidang ilmunya dikendalikan secara tertib dan ketat, biasanya
yang tidak dibupublikasikan, biasanya diberi bobot menggunakan beberapa variabel bebas dan
angka kredit 1. varibel terikat. Pada umumnya penelitian
eksperimen mengkaji hubungan sebab akibat atau
PENELITIAN PENDIDIKAN IPA pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel
Sebagai akhir pada uraian ini, akan terikat. Penelitian eksperimen menggunakan
disajikan beberapa jenis penelitian yang bisa desain eksperimen yang jelas. Oleh karena
dilakukan oleh mahasiswa, guru, maupun dosen. aturannya yang jelas para peneliti pemula lebih
Jenis penelitian yang biasa dilakukan dalam bidang senang menggunakan penelitian eksperimen.
pendidikan IPA, antara lain: penelitian tindakan Penelitian dan Pengembangan pada awalnya
kelas (PTK), penelitian eksperimen, serta penelitian dilakukan di bidang industri untuk menghasilkan
dan pengembangan. Laporan dari hasil penilitian produk baru atau menyempurnakan produk yang
yang disusun menurut kaidah-kaidah penulisan sudah ada yang dapat dipertanggung-jawabkan.
ilmiah akan menjadi bentuk karya tulis ilmiah Penelitian dan pengembangan di bidang
sesorang yang nilai bobot angka kreditnya cukup pendidikan IPA banyak digunakan untuk
besar. mengembangan bahan ajar, modul-modul, media
PTK disebut juga classrom action research, pembelajaran, serta manajemen pembelajaran.
salah satu alternatif untuk memperbaiki KBM dan Dengan kata lain penelitian dan pengembangan
meningkatkan profesionalisme guru. Sebagai digunakan untuk mengembangkan berbagai asfek,
bentuk penelitian reflektif yang hasilnya dapat antara lain: software, hardware, teknoware,

18
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
maupun manageware. Penelitian dan Ketiga, sediakan waktu setiap hari meskipun hanya
pengembangan merupakan metode penghubung 5 menit untuk menulis secara konsisten. Keempat,
yang mengatasi kesenjangan antara penelitian jangan segan-segan mencari adan menambah
dasar yang bersifat teoritis, dan penelitian terapan rujukan, acuan atau referensi pendukung yang
yang bersifat praktis. Ada beberapa metode yang mutakhir dan relevan yang berasal dari manapun.
dapat digunakan dalam pelaksanaan penelitian dan
pengembangan, yaitu: metode deskriptif, metode DAFTAR PUSTAKA
evaluatif, dan metode eksperimen. Metode Departemen Pendidikan Nasional. (2009).
penelitian deskriptif digunakan sebagai penelitian Pedoman Operasional Penilaian Angka
awal, tentang kondisi yang ada. Metode evaluatif Kredit. Jakarta. Direktorat Jendral Pendidikan
dilakukan mengevaluasi proses dan hasil, dalam Tinggi.
rangka pengembangan produk. Metode Husamah, dan Agus Santosa. (2010). Cerdas
Eksperimen dilakukan untuk menguji keampuhan Memenangkan Lomba Karya Ilmiah.
produk yang dihasilkan, perlu ada kelompok Yogyakarta. Kelompok Penerbit Pinus (KPP).
pembandingnya. Dalam eksperimen, diadakan Imam Suyitno. (2011). Karya Tulis Ilmiah (KTI).
pengukuran baik pada kelompok eksperimen Bandung. PT. Refika Aditama.
maupun pada kelompok control. Hasil Iyo Mulyono. (2011). Dari Karya Tulis Ilmiah Sampai
perbandingan dari kedua kelompok tersebut dapat Dengan Soft Skills. Bandung. Penerbit Yrama
menunjukkan tingkat keampuhan atau kehebatan Widya.
produk yang dihasilkan. Jujun S. Suriasumantri. (2001). Filsafat Ilmu.
Jakarta. Penerbit Sinar Harapan.
PENUTUP Nana Syaodih. (2011). Metode Penelitian
Sebagai penutup dalam uraian ini, dapat Pendidikan. Bandung. PT Remaja
disimpulkan bahwa dalam menghasilkan karya tulis Rosdakarya.
ilmiah (KTI), baik bagi mahasiswa, guru, maupun Nurudin. (2012). Dasar – Dasar Penulisan. Malang.
dosen perlu adanya kiat-kiat tertentu. Pertama, UMM Press.
harus ada kemauan dan tumbuhkan rasa percaya Sukardi. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan,
diri bahwa mampu untuk menghasilakn KTI. Bagi Jakarta. Penerbit Bumi Aksara.
Mahasiswa, Guru, maupun Dosen harus memiliki Sumadi Suryabrata. (2000). Metodologi Penelitian.
keberanian untuk mengemukakan ide atau Jakarta. Penerbit PT RajaGrafindo Persada.
gagasannya sendiri yang dituangkan dalam bentuk Sutejo. (2009). Cara Mudah Menulis PTK.
KTI. Kedua, pilihlah topik-topik yang Yoyakarta. Pustaka Felicha.
disenangi/diminati, kekinian (up to date), tentu Suwarsih. (2009). Teori dan Praktek Penelitian
saja yang mampu dikerjakan dan diselesaikan. Tindakan. Bandung. Penerbit Alfabeta.

19
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK


PADA KONSEP FERMENTASI

Baiq Fatmawati
STKIP Hamzanwadi - Selong
f_baiq@yahoo.com

Abstrak
Pembelajaran berbasis proyek memungkinkan siswa untuk meneliti, merencanakan, mendesain dan merefleksi
pada penciptaan proyek teknologi sesuai bidangnya. Pembelajaran berbasis proyek merupakan metode belajar
yang sistematis, yang melibatkan mahasiswa dalam belajar pengetahuan dan keterampilan melalui proses
pencarian/penggalian (inquiry)yang panjang dan terstruktur terhadap pertanyaan yang otentik dan kompleks
serta tugas dan produk yang dirancang dengan sangat hati-hati. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek pada konsep fermentasi dan mengukur kemampuan berpikir
kreatif mahasiswa dalam mengemukakan ide-ide mengolah sumber pangan yang ada di lingkungan sekitar
mereka dengan memanfaatkan mikroba sebagai agent of change.Subyek penelitian adalah mahasiswa
pendidikan biologi semester V (n=28). Instrumen penelitian terdiri dari tes dan lembar kerja mahasiswa yang
akan di jadikan panduan untuk mendesign produk fermentasi. Desain penelitian menggunakan single-group
design yaitu One-Group Pretest-Postest Design. Analisis data dilakukan secara diskriptif kuantitatif.Hasil
implementasi dari pembelajaran berbasis proyek adalah ada modifikasi dalam sintaks pembelajaran berbasis
proyek, Mahasiswa merancang produk-produk fermentasi dengan memodifikasi bahan-bahan pangan,terjadi
peningkatan berpikir kreatif sebesar 0,33 dan dikategorikan sedang.

Kata Kunci: Berpikir Kreatif, Pembelajaran Berbasis Proyek, fermentation

A. Pendahuluan di kedua perguruan tinggi yang dijadikan sebagai


Orientasi pembelajaran mahasiswa lokasi penelitian, metode dalam perkuliahan
kependidikan diarahkan pada terbentuknya calon Mikrobiologi khususnya pada sub mikrobiologi
pendidik (guru) yang secara afektif mahasiswa pangan dan industri yang digunakan selama ini
belajar menjadi guru, secara kognitif mahasiswa menggunakan metode ceramah dan diskusi,
belajar tentang guru (guru yang cerdas), dan secara mikrobiologi pangan dan industri juga terintegrasi
psikomotorik mahasiswa memiliki performa yang denganpraktikum, namunpelaksanaannyamasih
patut, layak, dan terampil sebagai guru menggunakanpetunjuk model “buku resep”.
(Hidayatullah, 2007). Pembelajaran biologi Dunia pendidikan harus berperan aktif
seringkali diberikan sebagai belajar hapalan, verbal menyiapkan sumber daya manusia terdidik yang
dan kurang terkait dengan masalah kehidupan mampu menghadapi berbagai tantangan
peserta didik (Depdiknas, 2002). Hal yang sama kehidupan baik lokal, regional, nasional maupun
juga dikemukakan oleh Suderajat (2003) yaitu internasional.Karena di zaman ini, kita selalu
pembelajaran yang dikembangkan di lembaga dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan
pendidikan memiliki kecenderung-an antara lain hidup seperti keadaan ekonomi yang kurang yang
(1) pengulangan dan hapalan, (2) kurang menyebabkan salah satu terjadinya angka
mendorong peserta didik untuk berpikir kreatif, pengangguran yang tinggi di Indonesia. Padahal,
dan (3) jarang melatihkan pemecahan masalah. banyak sekali sumber daya alam yang bisa
Akibatnya, peserta didik kurang mampu dimanfaatkan untuk mengatasinya, sumberdaya
menerapkan materi pelajaran yang dipelajarinya alam tersebut bisa diolah dan dimanfaatkan
untuk memecahkan masalah kehidupan sehari- dengan baik jika kita mampu berfikir secara kreatif
hari. Hal ini juga didukung dari hasil wawancara untuk mengolahnya menjadi sesuatu yang baru.
dengan dosen pengampu mata kuliah mikrobiologi Munandar (1999) mengemukakan bahwa

20
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
kreativitas sebagai kemampuan untuk melihat penelitian yang dikemukakan yaitu: 1)
bermacam-macam kemungkinan penyelesaian bagaimanakah langkah-langkah dalam
terhadap suatu masalah merupakan bentuk pembelajaran berbasis proyek pada mata kuliah
pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mikrobiologi?, 2) apakah dengan pembelajaran
mendapat perhatian, demikian juga dalam proses berbasis proyek kreativitas mahasiswa tergali?, dan
pembelajaran. 3) apakah dengan pembelajaran berbasis proyek
Pembelajaran berbasis proyek berpikir kreatif mahasiswa meningkat?
memungkinkan siswa untuk meneliti,
merencanakan, mendesaindan merefleksi pada B. Metode penelitian
penciptaan proyek teknologi sesuai bidangnya Penelitian melibatkan 34 orang mahasiswa
(Doppelt, 2000). Pengetahuan yang diperoleh STKIP jurusan Pendidikan Biologi semester V yang
menjadi lebih berarti dan kegiatan pembelajaran mengikuti mata kuliah Mikrobiologi. Desain
menjadi lebih menarik, karena pengetahuan itu penelitianiniadalah single-group design yaitu One-
bermanfaat baginya untuk lebih mengapresiasi Group Pretest-Postest Design (Borg., et al.,
lingkungannya, lebihmemahami dan memecahkan 2003).Dalampelaksanaan pembelajaran berbasis
masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari- proyek mahasiswa diberikan pre testdanpost
sehari. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa testuntukmengetahuipeningkatanberpikirkreatifma
pembelajaran berbasis proyek adalah satu usaha hasiswa.
untuk menciptakan praktek-praktek pembelajaran Tes berupa kemampuan mahasiswa dalam
baru yang relevan dengan melibatkan aspek menjawab soal-soal yang mengarah kepada
lingkungan tempat mahasiswa berada dan belajar. mengemukakan ide-ide/alternative jawaban.Data
Pembelajaranberbasisproyekmemilikipotensi yang skor pre test dan post tes dianalisis dengan
amatbesaruntukmembuatpengalamanbelajar yang menghitung mean dari pre test dan post test
lebihmenarikdanbermaknauntukpebelajarusiadew kemudian dilakukan perhitungan N gain
asasepertisiswa, apakahmerekasedangbelajar di ternormalisasi menurut rumus dari Hake (Savinem
perguruantinggimaupunpelatihantransisionaluntuk & Scott, 2002). Penggunaan rumus tersebut
memasukilapangankerja (Gaer, 1998). dilakukan untuk mengetahui tingkat berpikir kreatif
Menanamkan berpikir kreatif pada siswa mahasiswa pada pretestdanpost test. Rumus dari
melalui proses desain proyek bukan hanya Hake (Savinem & Scott, 2002) sebagai berikut:
mengubah metode pengajaran dan lingkungan
belajar tetapi juga mengadopsi metode baru dalam
penilaian, seperti penilaian portofolio.
Pengetahuan yang diperoleh menjadi lebih berarti
Ket: % g = persentase gain
dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik,
karena pengetahuan itu bermanfaat baginya untuk Spost = skor tes akhir
lebih mengapresiasi lingkungannya, memahami, Spre = skor tes awal
serta memecahkan masalah yang dihadapi dalam Smax = skor maksimum
kehidupan sehari-sehari. Dengan proyek yang
diberikan dapat terjadi pengembangan proses
inkuiri dalam berbagai aspek dari topik-topik C. Hasil dan pembahasan
bersifat nyata yang mungkin merupakan 1. Langkah-langkah dalam pembelajaran berbasis
ketertarikan dari mahasiswa.Hal yang sama juga proyek
dikemukakan oleh Direktorat Akademik Dikti Dalam pembelajaran berbasis proyek ini
(2008) bahwa pembelajaran berbasis proyek yang lebih ditekankan adalah kegiatan merancang,
merupakan metodebelajar yang sistematis, yang namun tetap mengikuti langkah-langkah
melibatkan mahasiswa dalam belajar pengetahuan pembelajaran berbasis proyek. Kegiatan
dan keterampilan melalui proses merancang berbasis proyek mempunyai sembilan
pencarian/penggalian (inquiry) yang panjang dan (9) tahapan yaitu (a) Uraian; pembelajaran dimulai
terstruktur terhadap pertanyaan yang otentik dan dengan menjelaskan tentang pembelajaran
kompleks serta tugas dan produk yang dirancang berbasis proyek, dan menjelaskan komponen-
dengan sangat hati-hati. Adapun pertanyaan komponen dalam lembar kegiatan merancang

21
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
mahasiswa, (b) Permasalahan; menstimulus baru atau hanya dilakukan modifikasi/kombinasi,
mahasiswa dengan pertanyaan-pertanyaan seputar termasuk di dalamnya, (3) menyusun jadwal
sumber/jenis pangan sesuai dengan kondisi di kegiatan, dan (3) menyusun anggaran biaya yang
lingkungan sekitar mahasiswa, pertanyaan yang dibutuhkan yaitu pembelian bahan-bahan
dimunculkan dapat member penugasan kepada praktikum, (f) Refleksi; rancangan yang dibuat
mahasiswa untuk melakukan suatu aktivitas seperti diperiksa dan diberi umpan balik oleh dosen dan
kegiatan mengidentifikasi, (c) Observasi; dalam proses refleksi dilakukan penilaian
mahasiswa melakukan observasi dengan mencari rancangan, jika rancangan tidak menunjukkan
informasi dari berbagai sumber baik itu browsing di sesuatu yang baru atau tidak ada
internet, membaca buku-buku yang relevan, dan modifikasi/kombinasi produk, mahasiswa
atau bertanya langsung kepada ahlinya, (d) Solusi memeriksa kembalisolusi alternatif yang dipilih, (g)
Alternatif; mahasiswa mendapatkan berbagai Pelaksanaan Proyek; mahasiswa melakukan
solusi dari hasil observasi/investigasi untuk eksperimen/praktikum untuk menguji hasil
memecahkan permasalahan yang diajukan dalam rancangan, (h) Penilaian Produk; jika produk yang
LKMM, kemudian mahasiwa mempertimbangkan dibuat berhasil maka dilanjutkan untuk
solusi-solusi yang didapat dan mengambil salah mempresentasikan hasilnya di kelas, dan jika
satu solusi alternatif yang terbaik, produk yang dibuat gagal maka mahasiswa kembali
strategiinimemungkinansiswa membuat banyak melakukan observasi, dan (i); Presentasi Hasil
kemungkinan atau ide kreatif yang takpernah Proyek; mahasiswa mempertangungjawabkan hasil
dicoba sebelumnya, (e) Metode Penelitian; dalam rancangan proyek dan produk yang telah dibuat
metode penelitian ini mahasiswa: (1) menyebutkan kepada dosen dan teman-teman lainnya, dalam
alat dan bahan yang dibutuhkan, (2) menyusun presentasi ini juga dilakukan diskusi dan tanya
cara kerja; dari solusi alternatif yang diambil, jawab.
mahasiswa menyusun cara kerja pelaksanaannya, Untuk memperjelas alur pelaksanaan
dari sinilah dilihat kreativitas mahasiswa dalam pembelajaran berbasis proyek ini, disajikan dalam
merancang kegiatan praktikum apakah dalam bentuk bagan/skema(gambar 1).
rancangan yang dibuat merupakan produk yang

Gambar 1: langkah-langkahdalampembelajaranberbasisproyek

22
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
2. Kreativitasmahasiswa diberikan lembar kerja mahasiswa seperti
Untuk menggali kreativitas mahasiswa, gambar (2) dibawah ini:

LEMBAR KEGIATAN MERANCANG MAHASISWA


Mata kuliah
Sub Materi
Kelompok
Tanggal

Petunjuk:
1. Bacalah informasi yang diberikandalam LKMMini
2. Diskusikan dan bekerjalah dengan anggota kelompok yang telah ditentukan
3. Gunakanlah referensi yang sesuai dengan masalah yang diambil
4. Lembar kerja mahasiswa ini di susun untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatifan dan dalam
merancang sebuah kegiatan praktikum
5. Rancangan diserahkan sehari sebelum perkuliahan Mikrobiologi

FERMENTASI
Di sekitar kita banyak sekali sumber pangan yang bias dimanfaatkan untuk diolah menjadi produk
makanan, baik yang berasal dari sumber pangan nabati maupun hewani. Pangan merupakan salah
satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pengolahan bahan makanan
memiliki interelasi terhadap pemenuhan gizi masyarakat, maka tidak mengherankan jika semua
Negara baik yang sudah maju maupun berkembang berusaha untuk menyediakan suplai pangan yang
cukup, aman dan bergizi. Salah satu cara pengolahan pangan adalah fermentasi. Fermentasi
merupakan salah satu cara dalam mengolah bahan pangan dengan tujuan menghasilkan suatu produk
yang dapat meningkatkan kandungan nutrisinya, mengubah tekstur, dan dapat memperpanjang masa
simpan. Beberapa contoh produk pangan fermentasi yang sering dijumpai di sekitar kita seperti roti,
keju, yoghurt, danacar. Dalam mikrobiologi pangan dan industri, pokok bahasan utamanya adalah
fermentasi. Fermentasi adalah proses produksi energi di dalam sel, tanpa membutuhkan udara. Gula
adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada
jenis gula yang digunakan dan produk yang dihasilkan (http://wapedia.mobi/id/ ). Glukosa (C6H12O6)
merupakan gula paling sederhana, melalui fermentasiakan dihasilkan etanol (2C2H5OH). Reaksi
fermentasi ini dilakukan oleh mikroba, dan digunakan pada produksi makanan dan minuman.
Berbagai jenis mikroba berperan dalam fermentasi baik secara alami maupun yang sengaja
ditambahkan kedalam bahan makanan yang akan difermentasi.

Pertanyaan:
1. Pilih salah satu bahan dari sumber pangan nabati dan hewani di bawah ini, kemudian buatlah
rancangan sebuah produk makanan fermentasi.

Berasketan Kedelai Sayur-sayuran


Kelapa Air kelapa Ikan

2. Isi rancanganmeliputi:
2.1. Judul rancangan
2.2. Permasalahan
2.3. Solusi/alternative pemecahan masalah
2.4. Tujuan
2.5. Alat dan bahan yang digunakan
2.6. Cara kerja/langkah kerja pembuatan produk

23
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah

2.7. Rincian biaya yang dibutuhkan


2.8. Buatlah jadwal pelaksanaan proyek
Gambar 2.Bentuk lembar kerja mahasiswa

Lembar kerja mahasiswa tersebut produk yang akan diolah menjadi produk
diberikan kepada tiap kelompok, kemudian fermentasi, berikut hasil refleksi rancangan
mahasiswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk mahasiswa yang disajikan dalam bentuk tabel di
merancang produk fermentasi yang akan dibuat. bawah ini:
Dari hasil refleksi rancangan diperoleh rancangan

Tabel 1.Hasil dari proses merancang produk fermentasi


Kelompok Hasil Refleksi Rancangan Proyek Produk yang dibuat
Ketan 4x refleksi rancangan Tape ketan ungu
Susu kedelai 4x refleksi rancangan Soycredu
Air kelapa 4x refleksi rancangan Nata de coco pandan

Sayuran 3x refleksi rancangan Kimchi kangkung


kedelai 3x refleksi rancangan Soyghurt pisang kepok
Ikan 3x refleksi rancangan Peda belut
Kelapa 3x refleksi rancangan Minuman skim kelapa rasa jahe
dilanjutkan, tahap ini bisa memunculkan inspirasi,
Dari hasil kegiatan merancang proyek, 3) Iluminasi; tahap timbulnya insightataulebih
banyak ide-ide baru yang dimunculkan walaupun dikenal dengan “inspirasi”, dan 4) Verifikasi atau
ada beberapa ide-ide mahasiswa tersebut hanya evaluasi pengujian ide-ide yang sudah
modifikasi produk yang sudah ada. Untuk dimunculkan.
merangsang mahasiswa dalam memunculkan ide- Beberapa bentuk kreativitas diantaranya
ide tersebut, pembelajaran dimulai dengan pemberian nama produk, dan produk. (1)
memberikan pertanyaan-pertanyaan atau Pemberian nama produk; mahasiswa memberikan
permasalahan yang sering dijumpai di sekitar nama produk fermentasi yang berasal dari
mereka, hal tersebut bisa melatihkan cara berpikir gabungan bahan baku dan campuran bahan
mahasiswa untuk memecahkan persoalan yang lainnya dalam pembuatan produk seperti Tape
dimunculkan. Ketan Ungu (Ubi jalar ungu digunakan untuk
Selama proses merancang proyek mendapatkan warna ungu), minuman dari susu
mahasiswa diberi kesempatan beberapa hari untuk kedelai dengan khasiat obat yang dicampurkan
memunculkan ide-ide mereka sehingga diperoleh dengan buah mengkudu yang dinamakan Soycredu
sebuah ide yang kreatif. Memunculkan ide-ide (Soyghurt Cream Mengkudu), Kimchi Kangkung,
kreatif dan menuangkan dalam sebuah rancangan Soyghurt Rasa Pisang Kepok, Susu Skim Kelapa
proyek, tentunya dibutuhkan waktu dan proses Rasa Jahe, Peda Belut, dan Nata de Coco Pandan.
mulai dari mencari, memecahkan, dan Pemberian nama produk fermentasi ini bisa dilihat
menggabungkan informasi yang diperoleh. Hal ini sebagai suatu bentuk kreativitas. (2) Produk;
senada dengan pendapat Wallas (Munandar, 2009) mahasiswa kelas uji terbatas memodifikasi produk
yang menyatakan bahwa proses berpikir kreatif dari warna, rasa dan aroma sedangkan mahasiswa
melalui empat tahapan yaitu 1) Persiapan; kelas implementasi membuat produk fermentasi
mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dari bahan baku yang baru.
dengan belajar berpikir, mencari jawaban, Kreativitas merupakan hasil dari proses
bertanya kepada orang, 2) Inkubasi; kegiatan berpikir kreatif, kreativitas juga dapat dilihat
mencari dan menghimpun informasi tidak sebagai hasil dari modifikasi produk atau membuat
produk yang benar-benar baru. Dyer, et. al (2009)
24
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
mengemukakan bahwa ada empat elemen untuk
membangun keterampilan berpikir kreatif yakni
questioning, observing, associating dan
experimenting. Pucio dan Murdock (Costa, 2001;
Munandar, 2009) menyatakan bahwa salah satu
aspek dalam berpikir kreatif adalah keterampilan
metakognitif yang mencakup; merancang strategi,
menetapkan tujuan, menetapkan keputusan, dan
Gambar 4. Peningkatan berpikir kreatif mahasiswa
memajukan elaborasi solusi masalah dan rencana.
Elaborasi merupakan kemampuan untuk
Kreativitas merupakan hasil dari proses
mengembangkan dan memperkaya suatu gagasan,
berpikir kreatif, dalam proses tersebut melibatkan
membuat implikasi dari informasi-infornasi yang
keterampilan kognitif, afektif dan psikomotorik
tersedia. Hal ini sesuai juga dengan kegiatan
yang dapat menghasilkan ide-ide baru, atau
merancang proyek yang dikembangkan dalam
menggabungkan ide-ide yang sudah ada. Ide-ide
mata kuliah mikrobiologi.
tersebut dimulai dari timbulnya permasalahan,
melakukan observasi, menghubung-hubungkan
3. Tes Berpikir kreatif
(asosiasi) hasil observasi dengan fakta yang ada,
Kemampuan berpikir kreatif mahasiswa
memilih solusi alternatif yang telah dibuat, dan
juga dites, pelaksanaan tes dilakukan sebelum dan
melakukan sebuah percobaan untuk menguji ide-
sesudah program pembelajaran.Tujuan dilakukan
ide sehingga menjadi sebuah kombinasi ide yang
tes berpikir kreatif adalah untuk mengetahui
baru dan tercipta produk baru. Hal yang sama juga
kemampuan berpikir kreatif mahasiswa secara
diungkapkan oleh Pucio dan Murdock (Costa, 2001)
individual. Bentuk pertanyaan pada tes berpikir
yang menyatakan bahwa beripikir kreatif memuat
kreatif ini sama dengan yang ada pada komponen
aspek keterampilan kognitif, afektif, dan
lembar kegiatan merancang mahasiswa. Isi dari tes
metakognitif. Keterampilan kognitif meliputi
berpikir kreatif ada dua jenis pertanyaan yang
kemampuan: mengidentifikasi masalah dan
diajukan ke mahasiswa yaitu (1) mahasiswa
peluang, menyusun pertanyaan yang baik dan
diminta untuk mengidentifikasi sumber/jenis
berbeda, mengidentifikasi data yang relevan dan
pangan yang ada disekitar mereka dan memilih
yang tidak relevan, masalah dan peluang yang
salah satu dari bebrapa yang disebutkan, kemudian
produktif, menghasilkan banyak ide (fluency), ide
mahasiswa diminta merancang pembuatan
yang berbeda (flexibility), dan produk atau ide yang
makanan/minuman fermetntasi sesuai jenis
baru (originality), memeriksa dan menilai
pangan yang dipilih. (2) ada tiga gambar yang
hubungan antara pilihan dan alternatif, mengubah
ditampilkan dalam soal, mahasiswa diminta untuk
pola pikir dan kebiasaan lama, menyusun
merancang produk makanan apa yang bisa diolah
hubungan baru, memperluas, dan memperbaharui
dari gambar tersebut. Dari hasil analisis data,
rencana atau ide. Keterampilan afektif yang
mahasiswa mengalami peningkatan tes berpikir
termuat dalam berpikir kreatif meliputi; merasakan
kreatif sebesar 0,33% dan termasuk dalam kategori
masalah dan peluang, toleran terhadap
sedang sebesar 57,2%. Data disajikan dalam
ketidakpastian, memahami lingkungan dan
bentuk grafik (gambar 3 dan 4)
kearifan orang lain, bersifat terbuka, berani
mengambil resiko, mebangun rasa percaya diri,
mengontrol diri, rasa ingin tahu, menyatakan dan
merespons perasaan dan emosi, dan
mengantisipasi sesuatu yang tidak diketahui.
Keterampilan metakognitif dalam berpikir kreatif
mencakup; merancang strategi, menentapkan
tujuan dan keputusan, mempredeksi dari data yang
tidak lengkap, memahami kekreatifan dan sesuatu
Gambar 3.Kategori berpikir kreatif mahasiswa
yang tidak dipahami orang lain, mendiagnosa
informasi yang tidak lengkap, membuat

25
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
pertimbangan multipel, mengatur emosi, dan Doppelt, Y. (2005). Assessment of Project-Based
memajukan elaborasi solusi masalah dan rencana. Learning in aMechatronics Context. Journal
of Technology Education Volume 16
D. Kesimpulan Number 2. [On Line].
1. Proses pembelajaran yang digunakan agar Tersedia:http://scholar.lib.vt.edu/ejournals
menjadi lebih bermakna,dimulai dari pemberian /JTE. [30 Mei 2009].
pertanyaan menantang tentang suatu
fenomena, kemudian menugaskan peserta didik Dyer, et.al. (2009). The Innovator’s DNA. [On Line].
untuk melakukan suatu aktivitas, memusatkan Tersedia: www.hbr.org. [30 April 2011].
pada pengumpulan dan penggunaan bukti, Gaer, S. (1998). What is Project-Based
bukan sekedar penyampaian informasi secara Learning?.[On Line]. Tersedia:
langsung dan penekanan pada hafalan (Lawson, http://members.aol.com/CulebraMom/pbl
1995). prt.html.
2. Implementasi pembelajaran berbasis proyek Lawson,A.E.(1995).Science Teaching and The
dilaksanakan dengan memodifikasi langkah- Development of Thinking.Wadswort:
langkah/sintaks dalam pembelajaran berbasis California.
proyek yang dikemukakan oleh Doppelt danThe Munandar, S.C.U. (1999). Kreativitas dan
George Lucas Educational Foundation. Keberbakatan: Strategi Mewujudkan
3. Mahasiswa dalam proses merancang Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: PT
mengajukan produk-produk fermentasi dengan Gramedia Pustaka.
memodifikasi bahan-bahan pangan yang Savinem, A & Scott, P. (2002). The Force Concept: A
diberikan. Tool For Monitoring Student Learning.
4. Kemampuan berpikir kreatif mahasiswa Physics Education. 39 (1), 45-42.
meningkat dan tergolong sedang. The George Lucas Educational
Foundation.(2005).Instructional Module
E. Daftar Pustaka Project Based Learning. [On Line].
Borg, W.R., et.al. (2003). Educational Research an Tersedia:http://www.edutopia.org/module
Introduction; Seventh Edition. New York: s/PBL/whatpbl.php. [10 Juli 2007].
Longman Inc.
Depdiknas. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.

26
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BIOKIMIA BERBASIS KOMPUTER UNTUK MEMBEKALI


KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI

Hafnati Rahmatan*, Liliasari**, Sri Redjeki***


*
Prodi Pend. Biologi FKIP UNSYIAH; e-mail: hafnatirahmatan@yahoo.co.id
**
Program Studi Pendidikan IPA SPs UPI; e-mail: liliasari@upi.edu
***
Program Studi Pendidikan IPA SPs UPI

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran biokima berbasis komputer untuk
membekali keterampilan berpikir kreatif mahasiswa calon guru biologi. Metode penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif yang mengungkap tentang pengembangan model pembelajaran biokimia dengan model
drill and practice yang dikemas dalam software. Pengumpulan data dilakukan dengan memvalidasi model
pembelajaran yang dilakukan oleh tiga ahli yang berasal dari dosen Universitas Pendidikan Indonesia.
Selanjutnya software tersebut diujicobakan pada mahasiswa di salah satu LPTK Negeri di provinsi Jawa Barat
sebanyak 20 mahasiswa calon guru biologi untuk melihat keterbacaan software tersebut. Analisis data
dilakukan secara deskriptif dengan persentase. Hasil pengolahan data diperoleh bahwa hasil validasi oleh ahli
terhadap model pembelajaran sudah baik demikian juga dengan keterbacaan software pembelajaran karena
rata-rata mahasiswa memberikan tanggapan dengan baik. Dengan demikian model pembelajaran biokimia
dengan model drill and practice yang dikemas dalam software sudah dapat digunakan untuk mengukur
penguasaan konsep biokimia dan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa calon guru biologi.

Kata kunci: validasi, software pembelajaran, penelitian deskriptif, keterampilan berpikir kreatif

PENDAHULUAN
Biokimia merupakan salah satu aspek menggunakan jalur reaksi kimia yang sangat
kajian dalam bidang biologi yang dapat dijadikan kompleks. Disamping itu juga harus memahami
wahana untuk membekali pengetahuan, tahapan-tahapan yang terjadi dalam setiap jalur
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai ilmiah peserta reaksi dengan memperhatikan struktur senyawa,
didik/calon guru dalam pembentukan enzim, koenzim dan kofaktor yang terlibat.
pengetahuannya. Hasil analisis silabus biokimia Ditambahkan lagi bahwa pada topik ini, mahasiswa
pada beberapa LPTK menunjukkan tujuan sulit mengaitkan antara satu tahapan dengan
perkuliahan biokimia hanya menekankan pada tahapan reaksi lain karena diajarkan secara
aspek pemahaman konsep sedangkan terpisah dalam waktu pembelajarannya.
keterampilan berpikir tingkat tinggi sama sekali Hasil analisis konsep biokimia, khususnya
belum tersentuh. pada konsep katabolisme karbohidrat diketahui
Salah satu topik kajian dalam Biokimia bahwa sebagian besar konsepnya adalah konsep
adalah metabolisme, meliputi katabolisme dan abstrak dan konsep yang menyatakan proses. Jenis
anabolisme dari karbohidrat, protein dan lipid. kedua konsep ini sulit dipahami karena tidak dapat
Pada penelitian ini topik yang dipilih adalah terlihat, oleh karena itu perlu dibantu dengan
katabolisme karbohidrat. Pemilihan topik ini strategi pembelajaran yang dapat membantu
didasarkan pada studi sebelumnya (Rahmatan, mahasiswa memahaminya yaitu dengan
2011) pada mahasiswa biologi pada salah satu memanfaatkan teknologi komputer.
LPTK Negeri di provinsi Aceh, menunjukkan bahwa Pemanfaatan teknologi komputer sebagai
karakteristik topik katabolisme karbohidrat paling upaya pengembangan alternatif dalam proses
sulit diantara topik lainnya. Berdasarkan hasil pembelajaran biokimia perlu dipersiapkan dengan
tanggapan mahasiswa terhadap topik katabolisme baik. Hal ini sangat membantu dosen dalam
karbohidrat bahwa pada topik ini banyak meningkatkan mutu perkuliahan biokimia.

27
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Mengenai manfaat multimedia dalam program menyediakan fasilitas untuk mengulang
pembelajaran Waryanto (2008) menjelaskan latihan atau remediation, yang dapat diberikan
bahwa (1) multimedia dapat digunakan sebagai secara parsial atau pada akhir keseluruhan soal.
salah satu unsur pembelajaran di kelas; (2) Keterampilan berpikir tingkat tinggi
multimedia dapat digunakan sebagai materi khususnya keterampilan berpikir kreatif dalam
pembelajaran mandiri; (3) multimedia digunakan bidang pendidikan hendaknya perlu dipandu
sebagai media didalam pembelajaran. Terkait (dibina), dipupuk (dikembangkan dan ditingkatkan)
dengan peningkatan mutu perkuliahan, Sarwiko dan dilatih agar siswa mampu mencari pemecahan
(2011) mengemukakan bahwa multimedia juga yang imajinatif dalam menghadapi kemajuan
menyediakan peluang bagi pendidik untuk teknologi (Munandar, 2009). Beranjak dari
mengembangkan teknik pembelajaran sehingga kenyataan tersebut, perlu dilakukan perbaikan
dapat memberikan hasil yang maksimal untuk perkuliahan biokimia, khususnya topik katabolisme
meningkatkan mutu pendidikan. karbohidrat dengan menerapkan lingkungan
Melalui sistem komputer kegiatan belajar yang membiasakan mahasiswa
pembelajaran dilakukan secara tuntas (mastery mengkontruksi pengetahuannya sendiri dengan
learning), dosen dapat melatih mahasiswa secara melatih keterampilan berpikir kreatif melalui
terus menerus sampai mencapai ketuntasan dalam pembelajaran berbasis komputer.
perkuliahan. Kegiatan perkuliahan dapat diberikan Untuk dapat membekali dan
melalui pemberian latihan untuk melatih mengembangkan berbagai keterampilan tersebut
keterampilan berpikir mahasiswa dalam diperlukan sutu metode yang tepat dan handal,
berinteraksi dengan materi perkuliahan dengan sehingga proses pembelajaran calon
menggunakan komputer. Melalui latihan yang guru/mahasiswa dapat lebih bermakna
terus-menerus dan dengan cara mengulangi, maka (meaningfull learning). Program pembelajaran
akan tertanam dan kemudiaan akan menjadi yang dilakukan pada penelitian ini adalah
kebiasaan. pengembangan model pembelajaran berbasis
Munandar (2009) mengatakan bahwa komputer dengan model latihan atau model drills
sistem pendidikan di Indonesia jarang melatih and practice yang dibuat dalam bentuk software
keterampilan berpikir tingkat tinggi terutama pembelajaran yang bersifat interaktif untuk
keterampilan berpikir kreatif. Penekanannya lebih mengembangkan keterampilan berpikir kreatif.
pada hafalan dan mencari satu jawaban yang benar Pengembangan program ini dimaksudkan untuk
terhadap soal-soal yang diberikan. Salah satu mengembangkan suatu program perkuliahan
alternatif untuk melatih keterampilan berpikir dalam rangka untuk mengatasi kelemahan strategi
kreatif yaitu menyediakan suatu model perkuliahan khususnya pada pembelajaran
pembelajaran berbasis komputer dengan model biokimia.
latihan atau model drills and practice. Nandi (2006)
menyebutkan model drills and practice merupakan METODE PENELIITAN
salah satu bentuk model pembelajaran interaktif Penelitian ini merupakan penelitian
berbasis komputer (CBI) yang bertujuan deskriptif yang mengungkap tentang
memberikan pengalaman belajar yang lebih pengembangan model pembelajaran biokimia
kongkret melalui penyedian latihan-latihan soal berbasis komputer dengan model drill and practice
untuk menguji penampilan siswa melalui yang dikemas dalam software. Model
kecepatan menyelesaikan latihan soal yang pembelajaran tersebut mendapat penimbangan
diberikan program. Secara umum tahapan materi oleh tiga orang ahli dari dosen Universitas
model drills and practice adalah sebagai berikut : Pendidikan Indonesia. Selanjutnya software
(1) Penyajian masalah-masalah dalam bentuk pembelajaran diujicobakan pada mahasiswa di
latihan soal pada tingkat tertentu dari penampilan salah satu LPTK Negeri di provinsi Jawa Barat
siswa; (2) Siswa mengerjakan latihan soal; (3) sebanyak 20 orang mahasiswa calon guru biologi
Program merekam penampilan siswa, untuk melihat keterbacaan mereka terhadap
mengevaluasi kemudian memberikan umpan balik; software tersebut. Data yang diperoleh berupa
(4) Jika jawaban yang diberikan benar program hasil penimbangan dari ahli dan jawaban
menyajikan soal selanjutnya dan jika jawaban salah

28
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
mahasiswa tersebut diolah menggunakan pembelajaran dan penyajian materi dalam
persentase. software pembelajaran. Selain memberikan
penilaian, dibagian akhir lembaran validasi
HASIL DAN PEMBAHASAN disediakan ruang catatan untuk memberikan
1. Validasi Ahli terhadap Model Pembelajaran masukan tambahan yang belum tersedia pada
Validasi terhadap model pembelajaran butir-butir pertanyaan sebelumnya. Pertanyaan
dilakukan oleh tiga orang ahli dalam bidangnya. dan jawaban yang diberikan ahli masing-masing
Validasi tersebut dilakukan pada 3 hal, yaitu pada terdapat pada Tabel 1, 2 dan 3.
isi materi biokimia khususnya topik katabolisme
karbohidrat, teknis pengoperasian software

Tabel 1. Hasil Validasi Materi Biokimia Khususnya Topik Katabolisme Karbohidrat dalam Software
Pembelajaran
Skor*
No Pernyataan Rata2 Persentase Kriteria**
A1 A2 A3
1 Kebenaran konsep 3 3 3 3 100 Baik sekali
2 Kedalaman konsep 3 2 3 2,6 86,6 Baik
3 Keluasan konsep 3 2 2 2,3 76,6 Baik
4 Melatihkan cara
3 3 3 3 100 Baik
menyelesaikan latihan
5 Struktur penyajian 3 3 2 2,6 86,6 Baik
6 Aliran penyajian 3 3 2 2,6 86,6 Baik
7 Kabahasaan Tulis 3 2 2 2,3 76,6 Baik
8 Kebahasaan Narasi 3 3 2 2,6 86,6 Baik
Keterangan:
*Skor berada pada interval 1-3, dengan A1, A2, A3: Ahli 1, Ahli 2, Ahli 3
**Kriteria: 1 – 1.9 (Cukup); 2 – 2.9 (Baik); 3 (Baik sekali)

Tabel 1 menunjukkan bahwa secara pertanyaan mengenai tahapan katabolisme


konseptual materi yang terdapat dalam software karbohidrat terdiri dari glikolisis, dekarboksilasi
pembelajaran sudah sesuai baik dari segi oksidatif piruvat, siklus Krebs dan fosforilasi
kedalaman materi, struktur penyajian materi oksidatif. Kebahasaan tulis perlu diperbaiki pada
maupun latihan penyelesaian soal. Diantara kata “langkah” reaksi diganti dengan “mekanisme”.
catatan yang ada pada bagian akhir lembaran Selain itu juga perlu ditambahkan pada kompetensi
validasi materi biokimia, terdapat revisi berupa dasar yaitu mahasiswa dapat menjelaskan
penambahan resume tentang materi yang telah berbagai struktur karbohidrat dan menentukan
dipelajari. Penambahan tersebut dirangkum dalam jenis karbohidrat yang digunakan pada katabolisme
satu frame sebelum berakhir pembelajaran dengan karbohidrat.

Tabel 2. Hasil Validasi Teknis Pengoperasian Software Pembelajaran


Skor* Persentas
No Pernyataan Rata2 Kriteria**
A1 A2 A3 e
1 Tautan (link) menu dan sub- 2
3 3 2,6 86,6 Baik
menu
2 Navigasi tautan (link) 3 3 3 3 100 Baik sekali
3 Bantuan 3 3 3 3 100 Baik sekali
4 Pilihan jawaban pada soal 3 3 3 3 100 Baik sekali
5 Elemen-elemen media 3 3 3 3 100 Baik sekali
6 Keinteraktifan 3 2 2 2,3 76,6 Baik
7 Kreatifan 3 3 2 2,6 86,6 Baik
29
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
8 Kemudahan bagi pengguna 2 2 2 2 66,6 Baik
Keterangan:
*Skor berada pada interval 1-3, dengan A1, A2, A3: Ahli 1, Ahli 2, Ahli 3
**Kriteria: 1 – 1.9 (Cukup); 2 – 2.9 (Baik); 3 (Baik sekali)

Tabel 2 menunjukkan bahwa secara teknis karena kalau belum terbiasa dalam
pengoperasian yang terdapat dalam software penggunaannya maka akan mengalami sedikit
pembelajaran sudah sesuai baik dari segi navigasi kesulitan, dan kalau sudah melakukan 2 atau 3
tautan (link), tanggapan jawaban maupun frame dalam menjawab pertanyaan maka untuk
keinteraktifan. Akan tetapi dari segi kemudahan selanjutnya akan mudah bagi penggunanya.
bagi pengguna sangat relatif kemudahannya

Tabel 3. Hasil Validasi Penyajian Materi dalam Software Pembelajaran


Skor* Persentas
No Pernyataan Rata2 Kriteria**
A1 A2 A3 e
1 Kejelasan 3 3 2 2,6 86,6 Baik
2 Relevansi 3 3 3 3 100 Baik sekali
3 Pengorganisasian 3 3 3 3 100 Baik sekali
4 Kemenarikan 3 3 3 3 100 Baik sekali
5 Keyakinan 3 3 3 3 100 Baik sekali
6 Kepuasan 3 3 3 3 100 Baik sekali
7 Hasil 3 3 2 2,6 86,6 Baik
8 Tindak lanjut 3 3 2 2,6 86,6 Baik
Keterangan:
*Skor berada pada interval 1-3, dengan A1, A2, A3: Ahli 1, Ahli 2, Ahli 3
**Kriteria: 1 – 1.9 (Cukup); 2 – 2.9 (Baik); 3 (Baik sekali)

Tabel 3 menunjukkan bahwa penyajian software pembelajaran. Hal ini penting dalam
materi yang terdapat dalam software rangka perbaikan rancangan yang didasarkan pada
pembelajaran sudah sesuai baik dari segi kejelasan, persepsi mahasiswa sebagai pengguna. Pada tahap
relavansi, hasil maupun tindak lanjut. ini diperoleh beberapa informasi yang selanjutnya
Hasil validasi yang dilakukan para ahli digunakan untuk perbaikan rancangan jika ada
dapat disimpulkan bahwa software pembelajaran masukan dan saran dari mahasiswa. Hasil ujicoba
sudah sesuai baik dari segi isi materi biokimia awal dan dampaknya terhadap rancangan software
khususnya topik katabolisme karbohidrat, teknis pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 4.
pengoperasian dan penyajian materi dalam Berdasarkan data hasil tanggapan
software pembelajaran, oleh karena itu dapat mahasiswa pada pernyataan sikap pasca ujicoba
digunakan untuk pembelajaran biokimia setelah awal terhadap keterbacaan dan penggunaan
dilakukan beberapa revisi sesuai saran dan software pembelajaran (Tabel 4) terlihat bahwa
masukan ahli untuk kesempurnaan program sebanyak 1,1 % mahasiswa memberikan tanggapan
pembelajaran. sangat setuju, 77,5 % mahasiswa memberikan
tanggapan setuju, 8 % mahasiswa memberikan
2. Tingkat Keterbacaan dan Kemudahan tanggapan tidak setuju, sedangkan sangat tidak
Penggunaan Software Pembelajaran Bagi setuju tidak ada yang memberikan tanggapan. Oleh
Mahasiswa karena sebagian besar (77,5 %) mahasiswa
Rancangan software pembelajaran yang menyetujui akan keterbacaan software
telah divalidasi oleh ahli dan diperbaiki sesuai pembelajaran maka software tersebut dapat
saran masukan ahli selanjutnya diujicoba awal digunakan untuk implementasi pada perkuliahan
pada 20 mahasiswa. Ujicoba ini dimaksudkan untuk biokimia. Hal ini terlihat pada antusias mereka
mengetahui tingkat keterbacaan dan penggunaan untuk mempelajari topik katabolisme karbohidrat
30
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
pada setiap frame. Software ini dikemas dalam sekedar mengerjakan tugas atau mencapai
bentuk model drill and practice, dan mendorong kelulusan seperti yang dikemukakan oleh Santrock
mahasiswa untuk mempelajarinya melalui latihan- (2008) bahwa tujuan membuat siswa termotivasi
latihan yang diberikan. adalah untuk melakukan usaha agar lebih tekun
Arends (2007) melaporkan bahwa dan menguasai gagasan-gagasannya daripada
komputer dapat memotivasi siswa untuk tetap hanya mengerjakan tugas untuk sekedar
asyik mengerjakan tugas-tugas belajarnya. memenuhi syarat dan mendapatkan nilai yang
Membangkitkan motivasi siswa dalam belajar hanya cukup untuk lulus.
mempunyai tujuan yang lebih luas bukan hanya

Tabel 4. Tanggapan Mahasiswa terhadap Keterbacaan Software Program Pembelajaran Biokimia


Topik Katabolisme Karbohidrat

Persentase Tanggapan Mahasiswa


Sangat
No Pernyataan Sangat Tidak
Setuju Tidak
Setuju Setuju
Setuju
1 Petunjuk mudah dipahami 15 75 10 -
2 Pertanyaan dan perintah dalam MMI -
5 80 15
Berpikir Kreatif mudah dimengerti
3 Tampilan MMI Berpikir Kreatif -
20 75 5
menarik
4 Isi MMI Berpikir Kreatif menarik 25 70 5 -
5 Materinya mudah dipahami 5 90 5 -
6 Gambar/animasi/video mudah -
10 85 5
dipahami
7 MMI Berpikir Kreatif mudah -
5 85 10
dioperasikan
8 Tautan (link) bekerja dengan baik 10 65 25 -
9 Audio dapat didengar dengan jelas 5 85 15 -
10 Tombol navigasinya berfungsi -
10 65 25
dengan baik
Jumlah 110 775 80 -
Rata-rata 11 77,5 8 -

KESIMPULAN (77,5 %) mahasiswa memberikan tanggapan


Berdasarkan hasil penelitian dan dengan baik akan software tersebut. Dengan
pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, demikian model pembelajaran biokimia dengan
dapat diambil kesimpulan bahwa hasil validasi model drill and practice yang dikemas dalam
terhadap model pembelajaran yang dilakukan pada software sudah dapat digunakan untuk mengukur
isi materi biokimia khususnya topik katabolisme penguasaan konsep biokimia dan keterampilan
karbohidrat, teknis pengoperasian software berpikir kreatif mahasiswa calon guru biologi.
pembelajaran dan penyajian materi dalam
software pembelajaran sudah baik dengan sedikit DAFTAR PUSTAKA
perbaikan sesuai masukan dan saran ahli. Munandar, U. (2009). Pengembangan Kreativitas
Mengenai keterbacaan software pembelajaran Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
juga sudah dapat digunakan untuk implementasi Nandi. (2006). “Penggunaan Multimedia Interaktif
pada perkuliahan biokimia karena sebagian besar Dalam Pembelajaran Geografi di
Persekolahan”. Jurnal “GEA” Jurusan
Pendidikan Geografi. 6, (1), 1-9.

31
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Rahmatan, H. (2011) . “Pengetahuan Awal Calon Sistem Informasi). [Online].Tersedia:
Guru Biologi Tentang Konsep Katabolisme http://papers.gunadarma.ac.id/index.php/
Karbohidrat (Respirasi Seluler)”. Makalah. computer/article/view/575/537. pdf. [2
Semarang: Universitas Negeri Semarang. Desember 2011].
Sarwiko, D. (2011). Pengembangan Media Waryanto, (2008). “Multimedia Interaktif dalam
Pembelajaran Berbasis Multimedia Pembelajaran”. Makalah. Klaten: SMK
Interaktif Menggunakan Muhammadiah 3.
Macromediadirector Mx (Studi Kasus Mata
Kuliah Pengolahan Citra Pada Jurusan S1

32
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah

KETERAMPILAN ESENSIAL DAN KOMPETENSI MOTORIK LABORATORIUM MAHASIWA CALON


GURU BIOLOGI DALAM KEGIATAN PRAKTIKUM EKOLOGI

Djohar Maknun*, R.R. Hertien K Surtikanti2, Achmad Munandar2, Tati S Subahar3


*)Mahasiswa Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung
1) & 2) Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung
2) Sekolah Ilmu Hayati dan Teknologi, ITB
E-mail: djohar_m@yahoo.co.id

Abstrak
Keterampilan esensial laboratorium adalah keterampilan dasar sebagai prasyarat pengembangan keterampilan
selanjutnya, berupa sejumlah prosedur, proses dan metode yang digunakan ilmuwan ketika mengkonstruksi
pengetahuan dan memecahkan masalah dalam kerja ilmiah. Pembentukan keterampilan esensial dalam
memperoleh pengetahuan merupakan salah satu penekanan dalam pembelajaran sains. Kenyataan data
penelitian menunjukkan bahwa kompetensi keterampilan esensial lab mahasiswa masih rendah. Keterampilan
esensial lab juga belum sepenuhnya diajarkan secara optimal dalam praktikum ekologi. Metode penelitian
deskriptif kuantitatif dengan menggunakan tes, angket, dan wawancara. Sampel diambil secara acak
sederhana. Rata-rata tingkat penguasaan keterampilan esensial lab mahasiswa 35,50%, sedangkan kompetensi
motorik lab-nya sebesar 59,6%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji profil keterampilan esensial lab
mahasiswa dan komptesi motorik lab mahasiswa calon guru biologi.

Kata kunci : keterampilan esensial lab, kompetensi motorik, praktikum ekologi

PENDAHULUAN (Wulan, 2003), serta praktikum yang dilaksanakan


kurang menggugah proses berpikir siswa
Pelayanan kegiatan laboratorium/
(Corebima, 1999). Hasil penelitian Balitbang
praktikum merupakan salah satu komponen
Depdiknas (Rustad et al., 2004; Wiyanto, 2005)
penting dan upaya yang tidak dapat dipisahkan dari
mengemukakan bahwa kemampuan guru dalam
pembelajaran sains IPA secara menyeluruh. Untuk
merancang praktikum masih rendah. Sekitar 51%
memenuhi kebutuhan pendidikan terhadap
guru IPA SMP dan sekitar 43% guru fisika SMA di
kegiatan laboratorium yang semakin meningkat
Indonesia tidak dapat menggunakan alat-alat lab
baik jumlah maupun mutunya, maka peranan
yang tersedia di sekolahnya. Dengan demikian
laboratorium sains (biologi) baik dalam bentuk
kurangnya pelaksanaan kegiatan lab di sekolah-
rujukan kegiatan lab sains maupun bentuk lainnya
sekolah merupakan gejala yang cukup
perlu dikembangkan dan ditingkatkan.
memprihatinkan dalam pengembangan
Implementasi kegiatan praktikum di
keterampilan proses siswa. Hal ini berarti bahwa
lapangan ternyata masih menghadapi banyak
penguasaan keterampilan-keterampilan esensial
kendala. Permasalahan yang dihadapi dan dialami
laboratorium siswa masih cukup rendah, sehingga
guru dalam menyelenggarakan kegiatan praktikum
mengganggu pengembangan keterampilan proses
antara lain kurangnya peralatan praktikum,
sains siswa itu sendiri.
kurangnya pengetahuan dan keterampilan guru
Hal-hal apa saja yang tercakup dalam
dalam mengelola kegiatan lab, kegiatan praktikum
pembelajaran biologi? Menurut Haigh (1996)
atau kegiatan laboratorium secara praktis jarang
menuliskan bahwa seorang guru harus mampu
dilaksanakan, praktikum banyak menyita waktu
melibatkan konsep-konsep siswa, mengembangkan
dan tenaga (Anggraeni, 2001, Rustaman, 2003) dan
keterampilan esensial (observasi, klasifikasi,
guru juga kurang mampu merencanakan
mengukur, komunikasi, manipulasi, menyimpulkan,
percobaan, merumuskan tujuan, membuat lembar
prediksi dan kemampuan kerja sama), seperangkat
kerja siswa, mengelola dan menilai praktikum
proses ilmiah, dan identifikasi, relevansi dan
33
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
penerapan konsep-konsep. Selain itu juga perlu mahasiswa mengambil proyek-proyek riset pada
melibatkan ranah afektif yang perlu dikembangkan, tahun terakhir di luar konteks riset tradisional
mencakup minat, keterlibatan, dan aplikasi. laboratorium, sehingga dapat mengurangi atau
Pentingnya keterampilan laboratorium ditekankan menghambat pengembangan keterampilan-
oleh Watson, Prieto, dan Dillon (1995) bahwa keterampilan laboratorium dan kecerdasan
pendekatan keterampilan laboratorium mahasiswa (Collis et al., 2008).
memberikan pengalaman langsung, pengalaman Menurut Woolnough (Rustaman et al.,
pertama kepada siswa, sehingga mampu 2003) bentuk praktikum terdiri atas praktikum
mengubah persepsi siswa tentang hal-hal penting. yang bersifat latihan, praktikum yang bersifat
Oleh karena itu selama proses pembelajaran perlu memberi pengalaman, dan praktikum yang bersifat
dilatihkan keterampilan esensial laboratorium. investigasi atau penyelidikan. Ketiga bentuk
Ottander dan Grelsson (2006) menyatakan praktikum ini penting dibekalkan kepada
bahwa kegiatan lab merupakan bagian yang sangat mahasiswa calon guru.
penting dalam pembelajaran biologi dan sains. Pada tahun 1999, Dewan Riset Nasional
Kegiatan lab berfungsi menghubungkan teori/ menerbitkan buku yang sangat dinantikan orang
konsep dan praktek, meningkatkan daya tarik atau “Bagaimana orang belajar: otak, pikiran,
minat siswa, dapat memperbaiki miskonsepsi, dan pengalaman, dan sekolah “ (Bransford et al., 1999),
mengembangkan sikap analisis dan kritis pada yang menunjukkan bagaimana penelitian tentang
siswa. Oleh karenanya untuk mendukung fungsi pembelajaran yang didasarkan pada teori dan
kegiatan lab tersebut, maka metode penilaiannya eksperimen dapat mengubah praktik mengajar.
perlu diperbaiki agar kegiatan lab berlangsung Jadi, proses pembelajaran harus menyentuh pula
lebih efektif. Hasil penelitian dari Moore (2007) aspek keterampilan-keterampilan laboratorium
menunjukkan bahwa kegiatan lab dapat sebagai pendukung melakukan eksperimen atau
meningkatkan nilai perkuliahan mahasiswa. penelitian (Kattmann et al., 2006). Hal ini seperti
Kegiatan laboratorium merupakan yang dinyatakan oleh Horgen (1984 dalam Surya,
kegiatan yang melibatkan seluruh aktivitas, 2003), bahwa suatu hal yang muncul dari
kreativitas dan intelektualitas siswa. Salah satu definisinya adalah bahwa perilaku sebagai akibat
keterampilan dan kreativitas yang diperlukan dan belajar itu disebabkan karena latihan atau
harus dikuasai siswa adalah keterampilan pengalaman, sedangan Mc Geoch (1956) dalam
merencanakan suatu percobaan, meliputi Surya (2003) memberikan definisi belajar “learning
keterampilan menentukan alat dan bahan, is a change perforfermance as a result of practice”.
menentukan variabel, menentukan hal-hal yang Ini berarti bahwa belajar membawa perubahan
perlu diamati dan dicatat, menentukan langkah dalam kinerja yang disebabkan oleh proses latihan.
kerja, serta cara pengolahan data untuk menarik Dalam hal ini jelaslah bahwa penguasaan
kesimpulan sementara (Ottander & Grelsson, keterampilan-keterampilan esensial lab pun dapat
2006). terkuasai dengan baik jika melakukan latihan dan
Perlengkapan kerja berbasis laboratorium pengalaman belajar.
merupakan bagian dari kerja praktek sains yang Keterampilan laboratorium merupakan
meliputi juga field study (Henry, 1975), sering bagian terpenting ketika melakukan penilaian
disinonimkan dengan “doing science”. Telah dalam keterampilan psikomotorik. Beasley (1987)
dilaporkan oleh beberapa employer (Asosiasi menyatakan bahwa ragam keterampilan
Industri Farmasi Inggris, 2005; Federasi Biosains, laboratorium yang harus dimiliki peserta
2005a, 2005b) adanya lulusan yang kurang didik/mahasiswa adalah :
terampil dalam beberapa bidang biosains, (1) Memilih, memasang, mengoperasikan,
terutama sekali yang terkait dengan keterampilan- membuka, membersihkan dan
keterampilan laboratorium dan kecerdasan. Salah mengembalikan peralatan;
satu faktor penting penyebab hal tersebut (2) Mencocokkan peralatan;
berhubungan dengan pengetahuan dan (3) Membaca alat ukur dengan teliti;
keterampilan-keterampilan esensial mahasiswa (4) Menangani, menyiapkan dan menyadari
pada tahun ke-1 dan ke-2 di laboratorium. bahaya bahan kimia;
Terdapat kecenderungan meningkat bahwa para

34
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
(5) Mendeteksi, mengkalibrasi dan memperbaiki implikasi-implikasi etika dan sosial/budaya
kesalahan dalam mengatur peralatan; keputusan, pertanyaan yang menerima kebijakan,
(6) Menggambar peralatan dengan akurat. membuka ide-ide dan kemungkinan-kemungkinan
Keterampilan esensial dikenal pula dengan baru, berpikir dan beralasan logis, berpikir kreatif,
sebutan keterampilan kunci, keterampilan inti analisis, dan membuat keputusan yang matang dan
(core skill), keterampilan generik, dan keterampilan bertanggung jawab secara moral, sosial dan
dasar. Keterampilan esensial ada yang secara praktis.
spesifik berhubungan dengan pekerjaan, ada yang Keterampilan esensial adalah keterampilan
relevan dengan aspek sosial. Keterampilan esensial dasar yang digunakan untuk menguraikan sejumlah
antara lain meliputi keterampilan: komunikasi, prosedur, proses dan metode yang penting yang
kerja tim, pemecahan masalah, inisiatif dan usaha digunakan ilmuwan ketika mengkonstruksi
(initiative and enterprise), merencanakan dan pengetahuan dan memecahkan masalah yang
mengorganisasi, menajemen diri, keterampilan berkaitan dengan eksperimennya. Keterampilan
belajar, dan keterampilan teknologi. Hal yang dasar tersebut bukan hanya berkaitan dengan
berkaitan dengan atribut personal meliputi: keterampilan otomatis saja, tetapi juga
loyalitas, komitmen, jujur, integritas, antusias, menyangkut keterampilan fisik dan mental.
dapat dipercaya, sikap simbang terhadap Keterampilan-keterampilan ini berproses dalam
pekerjaan dan kehidupan rumah, motivasi, kerja ilmiah, proses digunakan para ahli dalam
presentasi personal, akal sehat, penghargaan kerjanya. Keterampilan-keterampilan dasar
positif, rasa humor, kemampuan mengatasi tersebut antara lain : mengobservasi, menghitung,
tekanan, dan kemampuan adaptasi (Gibb, 2002). mengukur, mengklasifikasi, mencari hubungan
Jenis-jenis utama dari keterampilan ruang/waktu, membuat hipotesis, mefencanakan
esensial adalah keterampilan berpikir (seperti penelitian/eksperimen, mengendalikan variabel,
teknik memecahkan masalah), strategi menafsirkan data, menyusun inferensi,
pembelajaran (seperti membuat mnemonik untuk memprediksi, mengaplikasikan, dan
membantu mengingat sesuatu), dan keterampilan mengkomunikasikan (Nur, 1996; Semiawan, 1985).
metakognitif (seperti memonitor dan merevisi Menurut Wetzel (2008), keterampilan
teknik memecahkan masalah atau teknik membuat proses sains merupakan dasar dari pemecahan
mnemonik) (Gibb, 2002). Sedikitnya ada tiga masalah dalam sains dan metode ilmiah.
bagian utama keterampilan esensial. Komponen Keterampilan proses sains dikelompokkan menjadi
yang paling lazim adalah prosedur, prinsip, dan keterampilan proses dasar dan keterampilan
memorasi atau mengingat. Prosedur yaitu proses terpadu. Menurut Rezba (1999) dan Wetzel
seperangkat langkah yang digunakan untuk (2008), keterampilan proses dasar terdiri atas
melakukan keterampilan. Prinsip yaitu berkenaan enam komponen tanpa urutan tertentu, yaitu:
dengan kemampuan memahami dan menerapkan 1. Observasi atau mengamati, menggunakan
konsep-konsep tertentu untuk menuntun kapan lima indera untuk mencari tahu informasi
dan bagaimana suatu langkah atau prosedur tentang obyek seperti karakteristik obyek,
(pendekatan) dilakukan. Memorasi yaitu sifat, persamaan, dan fitur identifikasi lain.
mengingat urutan langkah-langkah. 2. Klasifikasi, proses pengelompokan dan
Careers Advisory Board The University of penataan objek
Western Australia tahun 1996 (Gibb, 3. Mengukur, membandingkan kuantitas yang
2002), mengemukakan bahwa perkuliahan- tidak diketahui dengan jumlah yang diketahui,
perkuliahan pada umumnya tidak mengembangkan seperti: standar dan non-standar satuan
kemampuan-kemampuan esensial secara pengukuran.
maksimal. Keterampilan esensial yang dimaksud 4. Komunikasi, menggunakan multimedia,
meliputi kemampuan: komunikasi oral, komunikasi tulisan, grafik, gambar, atau cara lain untuk
melalui tulisan, belajar keterampilan dan prosedur berbagi temuan.
baru, bekerja dalam kelompok, membuat 5. Menyimpulkan, membentuk ide-ide untuk
keputusan, memecahkan masalah, menjelaskan pengamatan.
mengadaptasikan pengetahuan pada situasi baru, 6. Prediksi, mengembangkan sebuah asumsi
bekerja dengan pengawasan minimum, memahami tentang hasil yang diharapkan.

35
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Keterampilan proses sains dapat secara acak sederhana. Mereka diberikan
meletakkan dasar logika untuk meningkatkan seperangkat tes, angket, dan wawancara untuk
kemampuan berpikir siswa bahkan pada siswa di mengkaji kompetensi keterampilan esensial
kelas awal tingkat sekolah dasar. Di kelas awal, laboratorium, khususnya di bidang biologi.
siswa lebih banyak menggunakan keterampilan Untuk setiap kompetensi keterampilan lab
proses sains yang mudah seperti pengamatan dan dilakukan tes secara tertulis dan demosntrasi
komunikasi, namun seiring perkembangannya untuk menganalisis sampai seberapa besar
mereka dapat menggunakan keterampilan proses penguasaan kompetensi setiap mahasiswa. Dalam
sains yang kompleks seperti inferensi dan prediksi pengukuran kompetensi ini, baik secara tertulis
(Rezba, 1999). maupun demonstrasi diambil sampel 17 orang, hal
Perpaduan dua kemampuan keterampilan ini terkait dengan pertimbangan waktu penelitian
proses dasar atau lebih membentuk keterampilan yang cukup terbatas.
proses terpadu. Menurut Weztel (2008), Selanjutnya data dianalisis secara
Keterampilan proses terpadu meliputi: kuantitatif deskriptif untuk melihat keterampilan
1. Merumuskan hipotesis, membuat prediksi esensial lab dan kompetensi motorik mahasiswa
(tebakan) berdasarkan bukti dari penelitian calon guru biologi tersebut.
sebelumnya atau penyelidikan.
2. Mengidentifikasi variabel, penamaan dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
pengendalian terhadap variabel independen,
Tabel 1 menunjukkan bahwa keterampilan
dependen, dan variabel kontrol dalam
esensial lab yang dilakukan pada setiap topik
penyelidikan
praktikum ekologi sangat bervariasi. Kemampuan
3. Membuat defenisi operasional,
mengobservasi, menghitung, mengukur,
mengembangkan istilah spesifik untuk
mengkomunikasikan, menafsirkan data, dan
menggambarkan apa yang terjadi dalam
menyimpulkan hampir selalu diajarkan pada setiap
penyelidikan berdasarkan karakteristik
topik praktikum ekologi. Sebaliknya keterampilan
diamati.
esensial seperti mengklasifikasi, mencari hubungan
4. Percobaan, melakukan penyelidikan dan
waktu/ ruang, dan memprediksi umumnya masih
mengumpulkan data
jarang diberikan pada saat praktikum ekologi.
5. Interpretasi data, menganalisis hasil
Keterampilan lab dalam hal merencanakan
penyelidikan.
penelitian/eksperimen, menyusun inferensi,
Bertolak dari latar belakang masalah di
mengendalikan variabel, mebuat hipotesis, dan
atas, penulis melakukan penelitian ini dengan
mengaplikasikan tidak pernah diajarkan secara
tujuan mengkaji bagaimana profil penguasaan
optimal melalui kegiatan praktikum tersebut.
keterampilan esensial lab mahasiswa calon guru
Dapat dilihat pada Tabel 1 tersebut bahwa semua
biologi IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Hasil penelitian
topik praktikum ekologi tidak ada yang
ini diharapkan dapat digunakan untuk
mengajarkan seluruh (14 jenis) keterampilan
meningkatkan keterampilan esensial laboratorium
esensial lab. Pada beberapa topik praktikum
mahasiswa.
ekologi hanya diajarkan keterampilan-
keterampilan esensial lab tertentu.
METODE PENELITIAN
Kurangnya pembelajaran keterampilan
Metode penelitian yang digunakan
esensial lab kepada mahasiswa calon guru biologi
deskriptif kuantitatif yang menggambarkan
ini dapat menyebabkan tingkat penguasaan
sebaran keterampilan esensial lab pada topik
keterampilan esensial lab mereka menjadi rendah.
praktikum ekologi dan tingkat penguasaan
Dari Tabel 1 di atas terlihat tingkat penguasaan
keterampilan esensial lab mahasiswa calon guru
keterampilan esensial lab mahasiswa calon guru
biologi di Jurusan Tadris IPA Biologi Fakultas
biologi dalam mengobservasi hanya dikuasai oleh
Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati Cirebon
43,45%, menghitung oleh 53,21% mahasiswa,
Sampel yang diambil dalam penelitian ini
sedangkan kemampuan menafsirkan data dikuasai
40 orang mahasiswa yang telah lulus mengambil
oleh 56,88% mahasiswa dan terbanyak adalah
mata kuliah Ekologi dan mata kuliah Praktek
mengkomunikasikan secara tertulis yaitu dikuasai
Profesi Lapangan. Teknik pengambilan sampel
oleh 57,24%. Keterampilan esensial lab berupa
36
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
merencanakan penelitian/eksperimen dan dilaksanakan, praktikum banyak menyita waktu
mengaplikasikan, masing-masing hanya dikuasai dan tenaga (Anggraeni, 2001) dan guru juga kurang
oleh 7,17% dan 5,39 % mahasiswa. Secara mampu merencanakan percobaan, merumuskan
keseluruhan keterampilan esensial lab ini hanya tujuan, membuat lembar kerja siswa, mengelola
dikuasai oleh 35,50% mahasiswa calon guru dan menilai praktikum (Wulan, 2003), serta
biologi. praktikum yang dilaksanakan kurang menggugah
Masalah kegiatan lab atau praktikum proses berpikir siswa (Corebima, 1999).
diperkuat pula oleh Rustaman (2003) menyatakan, Keterampilan-keterampilan esensial yang
bahwa implementasi kegiatan praktikum di dipetakan dan diukur antara lain mengobservasi,
lapangan ternyata masih menghadapi banyak menghitung, mengukur, dan merumuskan
kendala. Permasalahan yang dihadapi dan dialami hipotesis. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.
guru dalam menyelenggarakan kegiatan praktikum Topik praktikum ekologi yang dilakukan
antara lain kurangnya peralatan praktikum, diantaranya adalah pengenalan alat, faktor-faktor
kurangnya pengetahuan dan keterampilan guru lingkungan, suksesi tumbuhan, siklus hidrologi, dan
dalam mengelola kegiatan lab, kegiatan praktikum kinerja hewan.
atau kegiatan laboratorium secara praktis jarang

Tabel 1. Pemetaan Keterampilan Esensial Lab dan Tingkat Penguasaan Mahasiswa Calon Guru Biologi pada
Praktikum Ekologi
Topik Praktikum Tingkat
Keterampilan
No. Pengenal- Faktor Suksesi Siklus Allelopati Analisis Pendugaan Eko- Kinerja Penguasa-
Esensial Lab
an Alat Ling. Tumb. Hidrologi Tanaman Vegetasi Populasi sistem Hewan an (%)
1 Mengobservasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ 43,45
2 Menghitung √ √ √ √ √ √ √ - √ 53,21
3 Mengukur √ √ √ √ √ √ √ - √ 50,17
4 Mengklasifikasi - - √ - - √ - √ - 47,22
5 Mencari hubungan
- √ - √ - - - √ √ 19,07
waktu/ruang
6 Membuat hipotesis - √ - - - - - - √ 26,45
7 Merencanakan
penelitian/eksperi- - - - - - - - - - 7,17
men
8 Mengendalikan
- √ - √ - - - - - 12,98
variabel
9 Menafsirkan data - √ √ √ √ √ √ √ √ 56,88
10 Menyusun inferensi - √ - - - - - - √ 28,76
11 Memprediksi - √ - - - - √ √ √ 44,52
12 Menyimpulkan - √ √ √ √ √ √ √ √ 44,45
13 Mengaplikasikan √ - - - - - - - - 5,39
14 Mengkomunikasikan √ √ √ √ √ √ √ √ √ 57, 24
Jumlah, Rata-rata 5 11 7 8 6 7 7 7 10 35,50
Keterangan: √ = ada diajarkan; - = tidak ada

Oleh karena itu untuk mengatasi proyek, mahasiswa diberikan program pembekalan
rendahnya keterampilan esensial mahasiswa calon keterampilan esensial dimaksud, dengan demikain
guru biologi ini perlu dilaksanakan berbagai diharapkan mahasiswa memiliki keterampilan
program peningkatan kompetensi mahasiswa, esensial lab yang memadai dalam mendukung
khsusunya dalam kegiatan laboratorium. Upaya- profesinya sebagai guru sains.
upaya yang dapat dilakukan di antaranya adalah Untuk setiap kompetensi keterampilan
memberikan program pembekalan secara khusus motorik lab dilakukan tes secara tertulis dan
tentang keterampilan esensial lab kepada demonstrasi untuk menganalisis sampai seberapa
mahasiswa. Selain itu juga, perlu dilakukan upaya besar penguasaan kompetensi setiap mahasiswa.
menggunakan model pembelajaran yang dapat Dalam pengukuran kompetensi ini, baik secara
merangsang meningkatkan keterampilan lab tertulis dan demosntrasi diambil sampel tujuh
mahasiswa, baik secara kognitif, afektif dan belas orang. Tabel 2 sampai dengan Tabel 7
psikomotorik. Melalui praktikum ekologi berbasis menunjukkan bahwa kompetensi mempersiapkan

37
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
bahan dan alat sesuai rencana praktikum hanya guru biologi masih belum maksimal menguasai
dikuasai oleh 46,4% mahasiswa, sedangkan keterampilan motorik laboratorium, sehingga
kompetensi mengkalibrasi dan memelihara dapat dipahami mengapa mereka mengalami
peralatan lab dikuasai oleh 59,3% mahasiswa calon kesulitan dalam kegiatan praktikum di lab sekolah
guru biologi. Masing-masing sebanyak 74,3% ketika melakukan PPL. Salah satu penyebab
mahasiswa dan 55;2% mahasiswa menguasai kurangnya penguasaan keterampilan motorik lab
kompetensi mengoperasikan pipet dan ini adalah sistem praktikum yang dilaksanan
mengoperasikan mikroskop. Kompetensi mencatat selama ini. Praktikum yang dilaksanakan, tidak
dan memproses data hanya dikuasai 57,4% melatih secara optimal mengembangkan
mahasiswa, dan kompetensi bekerja aman sesuai keterampilan labnya. Alasan tidak diberikannya
prosedur kesehatan dan keselamatan kerja latihan ini adalah karena waktu yang disediakan
dikuasai 65,0% mahasiswa. masih dirasakan kurang. Selain itu juga, dengan
Keseluruhan enam kompetensi motorik kondisi lab, sarana dan prasarana, bahan dan
keterampilan lab yang diteliti ini menunjukkan peralatan yang masih terbatas, menyebabkan
rata-rata dikusai oleh 59,6% mahasiswa. Hal ini penguasaan keterampilan motorik lab masih
berarti bahwa sebagian besar mahasiswa calon dirasakan kurang maskimal.

Tabel 2. Penguasaan kompetensi “mempersiapkan bahan dan alat sesuai rencana praktikum
TINGKAT
SUBKOMPETENSI
PENGUASAAN (%)
1. Menentukan tujuan pelaksanaan praktikum 60
2. Mengenali jenis-jenis percobaan dan memahami dasar teorinya 61
3. Mengenali alat-alat lab dan terampil menggunakannya 39
4. Mengenali obyek pekerjaan dan menggambarkannya 70
5. Memahami prosedur percobaan dan terampil melaksanakannya 50
6. Menyusun petunjuk praktikum dalam format LKS 32 berbasis
16
keterampilan lab dan implementasinya
7. Merancang alat evaluasi kegiatan 29
Rata-rata 46,4

Pada kompetensi mempersiapkan bahan nya”. Subkompetensi yang paling rendah pada
dan alat sesuai rencana praktikum (Tabel 2), penguasaan kompetensi mengkalibrasi dan
subkompetensi yang paling rendah dikuasai memelihara peralatan (Tabel 3) adalah melakukan
mahasiswa adalah “menyusun petunjuk praktikum kalibrasi peralatan, hanya dikusai 37% mahasiswa,
dalam format LKS 32 berbasis keterampilan lab dan sedangkan penguasaan subkompetensi yang paling
implementasinya” hanya sebesar 16% , tertinggi tinggi yaitu dalam “memelihara buku catatan
70% mahasiswa menguasai subkompetensi dikuasai 75% mahasiswa.
“mengenali obyek pekerjaan dan menggambarkan-

Tabel 3. Penguasaan kompetensi “mengkalibrasi dan memelihara peralatan lab


TINGKAT
SUBKOMPETENSI
PENGUASAAN (%)
1. Mempersiapkan dan melakukan pengecekan peralatan lab
65
sebelum digunakan
2. Melakukan kalibrasi peralatan 37
3. Memelihara peralatan 60
4. Memelihara buku catatan peralatan 75
Rata-rata 59,3

38
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Kompetensi mengoperasikan pipet (Tabel mikroskop (Tabel 5) adalah “menangani mikroskop
4), subkompetensi yang paling rendah dikuasai yang tidak layak pakai sesuai prosedur “, hanya
mahasiswa adalah “mengikuti prosedur kesehatan dikusai 20% mahasiswa, sedangkan penguasaan
dan keselamatan kerja” hanya sebesar 50% , subkompetensi yang paling tinggi dikuasai oleh
tertinggi 90% mahasiswa menguasai 72% mahasiswa yaitu dalam “mengoperasikan
subkompetensi “melakukan pemeliharaan pipet”. penggunaan mikroskop dengan benar sesuai
Subkompetensi yang paling rendah pada prosedur yang berlaku”.
penguasaan kompetensi mengoperasikan

Tabel 4. Penguasaan kompetensi “ mengoperasikan pipet”


TINGKAT
SUBKOMPETENSI
PENGUASAAN (%)
1. Mengidentifikasi pipet yang akan dipakai 75
2. Melakukan pipetasi 82
3. Melakukan pemeliharaan pipet 90
4. Mengikuti prosedur kesehatan dan keselamatan kerja 50
Rata-rata 74,3

Tabel 5. Penguasaan kompetensi “ mengoperasikan mikroskop”


TINGKAT
SUBKOMPETENSI
PENGUASAAN (%)
1. Memilih jenis mikroskop yang sesuai dengan kebutuhan
70
pemeriksaan dan layak pakai sebelum digunakan
2. Menangani mikroskop yang tidak layak pakai sesuai prosedur 20
3. Mengoperasikan penggunaan mikroskop dengan benar sesuai
72
prosedur yang berlaku
4. Menjelaskan cara pemeliharaan mikroskop secara rutin sesuai
65
prosedur yang berlaku
5. Membuat rekaman pemeliharaan mikroskop 34
6. Melakukan langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan
70
kerusakan mikroskop sesuai prosedur yang berlaku
Rata-rata 55,2

Untuk kompetensi mencatat dan Pada subkompetensi “persiapan


memproses data (Tabel 6), subkompetensi melakukan pekerjaan” (Tabel 7) hanya dikusai
“melakukan komputasi laboratorium hanya oleh 52% mahasiswa calon guru biologi, berbeda
dikusai oleh 40% mahasiswa, sedangkan dengan subkompetensi “membersihkan alat dan
“mencatat dan menyimpan data” 75% mahasiswa bahan setelah selesai pekerjaan” sebagian besar
menguasai subkompetensi tersebut. 78% mahasiswa kompeten dalam subkompetensi
tersebut.
Tabel 6. Penguasaan kompetensi “ mencatat dan memproses data”
TINGKAT
SUBKOMPETENSI
PENGUASAAN (%)
1. Mencatat dan menyimpan data 75
2. Melakukan komputasi laboratorium 40
3. Menampilkan data dalam bentuk tabel, diagram, dan grafik 55
4. Menginterpretasikan data dalam bentuk tabel, diagram, dan
47
grafik
5. Menjaga keakuratan dan kerahasiaan data 70
Rata-rata 57,4
39
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Tabel 7. Penguasaan kompetensi “ bekerja aman sesuai prosedur kesehatan dan keselamatan kerja di
laboratorium
TINGKAT
SUBKOMPETENSI
PENGUASAAN (%)
1. Persiapan untuk melakukan pekerjaan 52
2. Melakukan pekerjaan yang sehat dan aman di laboratorium 65
3. Membersihkan alat dan bahan setelah selesai pekerjaan 78
Rata-rata 65,0

Ford, E. D. (2000). Scientific Method for Ecological


Menurut Carrol dan Feltam (2007),
Research. New York: Cambridge
mahasiswa akan menunjukkan kinerja yang lebih
University Press.
baik jika diberi waktu yang lebih lama untuk
Gibb, J. (2002). The Collection of Research Reading
berlatih mengenai keterampilan-keterampilan riset
on Generic Skill in VET [online].
dan keterampilan lab yang merupakan
Tersedia:
keterampilan kunci. Pentingnya keterampilan lab
http://www.ncvr.edu.au.hotm. [ 17
ini seperti yang dikemukakan oleh Sund and
Nopember 2008].
Trowbridge (1987), terdapat lima kategori
Haigh, M., (1996). Investigating Investigatorrs:
keterampilan yang dapat diperoleh mahasiswa
Implications for Teachesrs of
setelah belajar sains dengan praktikum yakni: 1)
theIntroduction of Open Investigations
keterampilan memperoleh (acquisitive skills), 2)
Into Form 6 (Year 12) Biology Practical
keterampilan mengorganisasi (organizational
Work. Paper accompanying
skills), 3) keterampilan kreatif (creative skills), 4)
presentation to 27th annual conference
keterampilan manipulasi (manipulative skills), dan
of The Australian Science Education
5) keterampilan komunikasi (communicative skills).
Research Association, Canberra.
Henry, N. W. (1975). Objectives of Laboratory
PENUTUP
Work. In: The Structure of Science
Berdasarkan hasil penelitian ini
Education, Australia: Longman.
menunjukkan bahwa kompetensi keterampilan
Moore, R. (2007). What Do Students’ Behaviors
esensial lab mahasiswa calon guru biologi masih
and Performances in Lab Tell Us About
rendah. Pembelajaran keterampilan esensial lab
Their Behaviors and Performances in
kepada mahasiswa belum maksimal diberikan pada
Lecture – Portions of Introductory
setiap topik praktikum ekologi. Kompetensi
Biology Courses? Bioscene: Journal of
motorik lab mahasiswa secara umum hanya
College Biology Teaching. 33(1), 19-24.
dikuasai 59,6% mahasiswa calon guru biologi.
Nur, M. (1996). Teori Pembelajaran IPA dan
Hakekat Pendekatan Keterampilan
DAFTAR PUSTAKA
Proses. Jakarta : Dikmenum.
Anggraeni, S. (2001). Analisis Pembelajaran Biologi
Ottander, C, & Grelsson, G. (2006). Laboratory
Molekuler di SMU Kodya Bandung.
work: the teachers’ perspective. Journal
Makalah Penelitian. Bandung: FMIPA
of Biological Education. 40(3), 113-118.
UPI.
Rustaman, N et al. (2003). Strategi Belajar
Carrol, S. and Feltam, M. (2007). Knowledge or
Mengajar Biologi. Bandung: Jurusan
Skills-The Way to a Meaningful Degree?
Pendidikan Biologi UPI.
An Investigation into Importance of Key
Rustaman N & Riyanto, A. (2003). Perencanaan dan
Skills within an Undergraduate Degree
Penilaian Praktikum di Perguruan
and The Effect This on Student Success.
Tinggi. Handout Program applied
Bioscience Education e-journal 10.
approach bagi Dosen baru Universitas
D’Avanzo C. (2003). Research on Learning:
Pendidikan Indonesia, Bandung, 13-25
Potential for Improving College Ecology
Januari 2003.
Teaching. Front Ecol Environment.
Semiawan, C. (1985). Pendekatan Keterampilan
1(10):533-540.
Proses. Jakarta : PT. Gramedia.

40
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Sund, R.B. and Trowbridge, L.W. (1987). Teaching Wulan, A.R. (2003). Permasalahan yang Dihadapi
Science by Inquiry in The Secondary dalam Pemberdayaan Praktikum Biologi
School. Ohio: A Bell & Howell Company. di SMU dan Upaya Penanggulangannya.
Surya, M. (2003). Psikologi Pembelajaran dan Tesis. Bandung: SPs UPI (tidak
Pengajaran. Bandumg: Pustaka Bani dipublikasika).
Buraisy.
Watson, R., Prieto, T., Dillon, S.J., (1995). The Effect
of Practical Work on Students’
Understanding of Combustion. J.
Research in Science Teaching. Vol 32,
No. 5.

41
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah

MELATIH MAHASISWA DALAM PENYUSUNAN ARTIKEL ILMIAH


SEBAGAI SYARAT KELULUSAN PROGRAM SARJANA

Parmin
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Unnes
e-mail: anugerahbio@yahoo.co.id

Abstrak
Tujuan dari penulisan artikel ini yaitu memberikan sumbangsih saran, agar mahasiswa dapat memenuhi
kebijakan Kementerian Pendidikan Nasional tentang kewajiban menyusun artikel ilmiah yang dipublikasikan
melalui jurnal. Agar mahasiswa memiliki pengetahuan tentang cara menyusun artikel yang baik maka kegiatan
yang dapat dilakukan yaitu dengan mengkaji artikel jurnal yang telah ada sebelum mahasiswa menyusun
artikel. Setelah melakukan kajian, maka mahasiswa akan memiliki pengalaman nyata tentang artikel yang layak
publikasi ke jurnal ilmiah.

Kata kunci: artikel ilmiah, kajian kritis, dan syarat lulus

A. PENDAHULUAN Dalam perkuliahan seminar, setiap


Sesuai dengan surat edaran Dirjen Dikti mahasiswa secara individu ditugasi menyusun
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, nomor: artikel dapat merupakan rencana skripsi, dan
152/E/T/2012 tanggal 27 Januari 2012 tentang kajian literatur/konseptual untuk dipresentasikan
Publikasi Karya Ilmiah antara lain berisi “untuk lulus dan akan mendapatkan masukan, pertanyaan dari
program sarjana harus menghasilkan makalah rekan sejawat dilanjutkan dengan penjelasan dan
yang terbit pada jurnal ilmiah”. Berkaitan dengan penguatan oleh dosen pengampu. Setelah
edaran tersebut, dosen perlu menyikapi dengan mendapatkan berbagai masukan dari mahasiswa
bijaksana melalui kegiatan menyiapkan mahasiswa lain dan dosen, artikel selanjutnya diperbaiki untuk
agar dapat menyusun artikel yang dapat dikumpulkan.
dipublikasikan melalui jurnal ilmiah karena apabila Sangat sesuai apabila mahasiswa diberi
mahasiswa tidak diberi latihan menyusun artikel kesempatan berlatih menyusun artikel ilmiah yang
dan langsung berharap mereka bisa menyusun berkualitas melalui penyelenggaraan mata kuliah
ketika menjelang lulus maka dapat membebani seminar pendidikan. Untuk itu diperlukan strategi
sekaligus dimungkinkan memperlambat waktu yang dapat mengeksplorasi kemampuan
kelulusan. mahasiswa dalam mengkaji sumber bacaan dari
Kegiatan yang dapat dilakukan dosen artikel jurnal penelitian, kajian teori dan karya tulis
antara lain dengan memberikan bekal maupun menyusun rancangan skripsi dalam
pengetahuan dalam perkuliahan untuk beberapa bentuk artikel. Strategi yang dapat dipilih oleh
mata kuliah yang relevan diantaranya; seminar dosen untuk melatih mahasiswa menghasilkan
pendidikan. Mata kuliah seminar pendidikan artikel ilmiah yang berkualitas dapat dilakukan
diselenggarakan di semua perguruan tinggi yang melalui kegiatan mengkaji artikel jurnal penelitian.
mendidik calon guru dengan demikian dosen yang Suatu kegiatan membaca, menelaah,
mengampu mata kuliah tersebut memiliki peran menganalisis bacaan/artikel untuk memperoleh
yang sangat strategis untuk membekali mahasiswa ide-ide, penjelasan, data-data pendukung yang
mendukung pokok pikiran utama, serta
menyusun artikel ilmiah yang berkualitas.
memberikan komentar terhadap isi bacaan secara
42
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
keseluruhan dari sudut pandang kepentingan tentang artikel yang layak publikasi ke jurnal
pengkaji dapat dilakukan untuk memberikan ilmiah.
pengalaman pada mahasiswa tentang artikel yang Teori kritik memiliki dua pengertian yang
telah dipublikasikan di jurnal. Kemampuan berbeda, yaitu teori kritik sosial dan teori kritik
melakukan kajian kritis sangat diperlukan oleh literatur. Penekanan kedua teori berbeda karena
mahasiswa untuk melakukan analisis terhadap pada kritik literatur lebih pada pemahaman dan
berbagai aspek yang berkaitan dengan tugas dan analisis terhadap sumber belajar dalam rangka
tanggung jawabnya, seperti kajian kritis terhadap menemukan kebaikan dan kelamahan, tanpa
kurikulum, strategi pembelajaran, artikel dan bermaksud lebih jauh untuk melakukan perubahan
tulisan ilmiah lainnya. Kemampuan melakukan terhadap literatur yang dikaji. Dalam rangka
kajian kritis, dapat digunakan untuk membuat pengembangan komptensi guru maka memahami
laporan dan memilih materi atau bahan aja, makna kajian kritis dipandang sangat diperlukan.
menilai dan memberi masukan terhadap tulisan Kemampuan mengkaji literatur meliputi;
memperoleh informasi sesuai dengan apa yang kemampuan berpikir kritis (critical thinking),
ditulis. membaca kritis (critical reading), dan melakukan
Mengingat mulai kelulusan bulan Agustus kajian kritis (critical review) (Heriawan, 2009).
2012 mahasiswa wajib menyusun artikel di jurnal, Berdasarkan hasil penelitian terdahulu
dan tidak ada mata kuliah penyusunan artikel menunjukkan bahwa melakukan kajian kritis
secara khusus, maka diperlukan usaha-usaha nyata terhadap pelaksanaan pembelajaran dapat
oleh dosen atau program studi untuk melatih mendukung kemampuan seorang guru dalam
mahasiswa agar nantinya tidak mengalami mengidentifikasi masalahan untuk Penelitian
kesulitan dalam penyusunan artikel ilmiah. Melalui Tindakan Kelas (PTK). Dalam pelaksanaannya, guru
artikel ini, penulis ingin memberikan alternatif yang secara kolaborasi melakukan analisis tahapan
dapat dipilih oleh setiap perguruan tinggi agar pembelajaran yang dilakukan penelitian. Dari
mahasiswa memiliki kemampuan menyusun artikel kegiatan tersebut, teridentifikasi berbagai
yang berkualitas sebagai syarat kelulusan. Tujuan permasalahan pembelajaran yang oleh guru
dari penulisan artikel ini yaitu memberikan observer dijadikan sebagai permasalahan dalam
sumbangsih saran, agar mahasiswa dapat penelitian. Kajian kritis dapat menentukan kualitas
memenuhi kebijakan Kementerian Pendidikan kajian teori yang dikembangkan oleh guru sebagai
Nasional tentang kewajiban menyusun artikel peneliti (Sutrisno, 2010).
ilmiah yang dipublikasikan melalui jurnal. Artikel yang dimuat di berbagai jurnal telah
melalui serangkaian proses seleksi sebelum terbit
sehingga secara kualitas tidak diragukan lagi.
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian bahwa dalam
Jurnal ilmiah berisikan kumpulan artikel
pembelajaran strategi belajar mengajar melalui
tentang hasil-hasil penelitian di berbagai jenjang pemanfaatan hasil-hasil penelitian pembelajaran
pendidikan. Artikel yang dimuat dijurnal telah IPA di sekolah yang telah dipublikasikan di jurnal
melalui mekanisme seleksi administrasi dan sangat baik dijadikan sebagai bahan untuk
akademik dari editor dan mitra bebestari. Oleh mengembangkan bahan ajar yang akan digunakan
karena itu, berbagai artikel yang dimuat dijurnal oleh mahasiswa dalam pembelajaran (Parmin,
dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Mahasiswa 2011).
dapat menggunakan artikel sebagai bahan belajar Berdasarkan penjelasan bahwa
untuk dilakukan kajian secara sistematis dan jelas. memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk
Artikel ilmiah sebagai sumber belajar dapat mengkaji artikel ilmiah sebelum menyusun artikel
dimanfaatkan melalui kegiatan mengkaji struktur
sendiri sangat diperlukan dengan
tulisan/sistematika dan isi artikel. Agar mahasiswa mengintegrasikan pada mata kuliah yang relevan,
memiliki pengetahuan tentang cara menyusun diantaranya melalui mata kuliah seminar
artikel yang baik maka kegiatan yang dapat pendidikan. Pada mata kuliah ini, mahasiswa calon
dilakukan yaitu dengan mengkaji artikel jurnal. guru akan menyusun artikel, selanjutnya secara
Setelah melakukan kajian, maka mahasiswa akan individu diseminarkan, rekan mahasiswa yang lain
memiliki pengalaman nyata sekaligus berdiskusi

43
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
mengadakan diskusi kelas, dan dosen memberikan tentang penyusunan artikel. Mata kuliah bagi
masukan-masukan. mahasiswa calon guru yang relevan untuk
Tujuan melakukan kajian kritis terhadap mendukung kewajiban tersebut diantaranya mata
artikel jurnal yaitu menilai dan memberi masukan
kuliah seminar pendidikan karena mahasiswa akan
terhadap tulisan dan memperoleh informasi sesuai
dengan apa yang ditulis. Sementara itu, terdapat menyusun artikel yang selanjutnya diseminarkan.
tiga prinsip kajian kritis meliputi: (a) kajian Kegiatan akan diawali dengan menentukan
ilmiah/objektif berupa; 1) menyajikan artikel jurnal yang sesuai untuk dianalisis,
data, fakta dan opini secara objektif dan logis, 2) kemudian artikel dibaca, ditelaah untuk
pernyataan dalam kalimat tulus, benar, sesuai memperoleh ide-ide pengembangan, penjelasan,
aturan dan norma yang berlaku serta sesuai dan memberikan komentar terhadap isi bacaan
dengan kaidah bahasa yang berlaku, dan 3) tidak
secara keseluruhan dari sudut pandang
memuat pandangan-pandangan tanpa dukungan
fakta, tidak emosional atau menonjolkan emosi. (b) kepentingan mahasiswa sebagai pengkaji. struktur
sikap ilmiah/prediktif, ada beberapa sikap kritis kajian kritis meliputi; a) pendahuluan yang berisi
dalam bentuk sikap ilmiah yang meliputi 1) sikap menerangkan apa judul, siapa pengarang,
ingin tahu, kritis, terbuka, dan objektif, 2) penjelasan umum mengenai topik artikel/buku,
menghargai karya orang lain, (3) berani tujuan penulisan artikel/buku, ringkasan mengenai
mempertahankan kebenaran, dan 4) mempunyai apa yang disimpulkan dari artikel/buku,
pandangan luas dan jauh ke depan. (c) sistematis
argumentasi serta alasannya, serta diakhiri dengan
menuntut kajian dilakukan secara berurutan dan
terpadu sehingga satu aspek dengan aspek lainnya pernyataan umum mengenai penilaian terhadap
membentuk suatu keseluruhan yang tertata rapi. artikel/buku. Umumnya bagian pendahuluan
Tahapan yang dapat ditempuh untuk menghabiskan maksimal satu halaman untuk kajian
melatih mahasiswa dalam menyusun artikel ilmiah terhadap artikel dan maksimal tiga halaman untuk
sebagai berikut; kajian terhadap buku;

Mahasiswa Syarat lulus


calon guru menyusun
Menyusun Seminar
artikel ilmiah
artikel

Tidak ada mata Artikel


kuliah penyusunan Memahami artikel Jurnal
artikel ilmiah yang
berkualitas
Mata kuliah
seminar pendidikan

Artikel di jurnal Kajian kritis Laporan


ilmiah artikel ilmiah kajian kritis

Bagan 1. Kajian kritis artikel ilmiah

b) rangkuman yang berisikan point-point pokok


Mahasiswa calon guru memiliki kewajiban
artikel/buku beserta contoh-contohnya.
yang sama dengan mahasiswa pada umumnya
Apabila laporan kajian kritis telah
yaitu sebagai syarat kelulusan menyusun artikel
dihasilkan, hal ini berarti mahasiswa telah memiliki
yang dipublikasikan melalui jurnal. Namun tidak
pengetahuan dan pengalaman tentang sistematika
terdapat mata kuliah khusus yang mengkaji
dan isi suatu artikel termasuk kekuatan dan
44
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
kelamahan suatu artikel. Selanjutnya, dosen mata DAFTAR PUSTAKA
kuliah seminar pendidikan dapat meminta Heriawan Iwan, dkk. 2009. Panduan Kajian Kritis
mahasiswa untuk menyusun artikel berdasarkan Program Bermutu. Kemendiknas: P4TK
pengalaman menganalisis. Artikel yang telah IPA Bandung.
Parmin dan Endah Peniati. 2011. Pengembangan
disusun selanjutnya diseminarkan. Pada saat
Modul Mata Kuliah Strategi Belajar
seminar, mahasiswa lain akan memberikan Mengajar IPA Berbasis Hasil Penelitian
pertanyaan dan masukan, serta mendapatkan Pembelajaran. Jurnal Pendidikan IPA
masukan dari dosen. Artikel yang telah Indonesia. Volume 1 (1), (43-56).
diseminarkan selanjutnya di revisi dan akhirnya Sutrisno Ashari. 2010. Kajian Kritis Dalam
setiap orang mahasiswa menghasilkan artikel akhir Pembelajaran Matematika melalui
yang diharapkan berkualitas dan layak Penelitian Tindakan Kelas. Laporan
Program Bermutu. Kementerian
dipublikasikan melalui jurnal ilmiah.
Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
C. PENUTUP Kependidikan. Pusat Pengembangan dan
Terdapat beberapa alternatif untuk Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
melatih mahasiswa dalam menyusun artikel ilmiah Kependidikan (PPPPTK).
sebagai syarat lulus, diantaranya mengintegrasikan
pada mata kuliah yang relevan, pelatihan,
workshop, dan pembimbingan khusus oleh dosen.
Berdasarkan beberapa cara tersebut,
mengintegrasikan pada mata kuliah yang relevan
menjadi pilihan yang lebih baik mengingat
dilakukan selama satu semester sehingga
intensitasnya lebih banyak.

45
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BIOTEKNOLOGI BERVISI KEWIRAUSAHAAN


DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

Achmad Machin
SMA N 1 Dempet – Kabupaten Demak

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah; (1) mengidentifikasi model pembelajaran yang mewarnai praktik
pembelajaran materi bioteknologi di Demak; (2) mengembangkan model pembelajaran bioteknologi bervisi
kewirausahaan, dan (3) mengetahui pengaruh penerapannya pada hasil belajar, sikap kewirausahaan dan
aktivitas pembelajaran.
Metode penelitian merupakan penelitian pengembangan, tahap penelitian meliputi penelitian pendahuluan,
pengembangan dan pengujian model. Hasil pengembangkan diujicobakan pada uji terbatas dan kelas uji coba.
Pengujian model dilakukan di kelas eksperimen. Keefektifan penerapan model ini diukur dari hasil belajar
kognitif, psikomotorik, sikap kewirausahaan, aktivitas siswa, kinerja guru, hasil penilaian berbasis kelas,
respons siswa dan guru.
Hasil yang didapatkan adalah; (1) pelaksanaan pembelajaran materi bioteknologi di Sekolah Menengah Atas di
Demak yang terjadi belum memenuhi prinsip pembelajaran yang diharapkan oleh KTSP; (2) model
pembelajaran bioteknologi bervisi kewirausahaan telah dikembangkan, berisikan silabus, RPP, bahan ajar dan
lembar kegiatan siswa; (3) penerapan model pembelajaran memberikan dampak positif terhadap hasil belajar
siswa. Terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar kognitif dan psikomotorik antara kelas
eksperimen dan kelas pembanding. Penerapan model pembelajaran memberikan dampak positif pada sikap
kewirausahaan siswa. Terdapat perbedaan yang signifikan pada sikap kewirausahaan antara kelas eksperimen
dan kelas pembanding. Rerata sikap kewirausahaan kelas eksperimen adalah 90,00. Penerapan model
pembelajaran berpengaruh positif terhadap aktivitas siswa dengan rerata aktivitas 86,50 (sangat tinggi),
kinerja guru dengan rerata 88,30 (sangat baik), hasil penilain berbasis kelas dengan rerata 82,8 (tinggi), hampir
semua siswa (95%) senang dengan penerapan model karena menumbuhkan sikap kewirausahaan. Respons
guru positif, pembelajaran lebih menarik siswa dilatih berpikir seperti layaknya wirausahawan.

Kata kunci: Pengembangan Model, Bioteknologi, Kewirausahaan.

Pendahuluan menggunakan metode yang monoton yakni


Pendekatan entrepreneurship merupakan ceramah untuk menyelesaikan materi, siswa
pendekatan yang dianjurkan untuk pembelajaran cenderung pasif menerima informasi. Menurut
IPA di Sekolah Menengah Atas. Jika Pendekatan ini para guru tidak adanya model, perangkat dan
dilakukan, proses dan hasil belajar akan lebih baik, bahan ajar yang memadai merupakan penyebab
memenuhi standar proses pembelajaran di SMA tidak menggunakan model pembelajaran bervisi
(PP No. 19 2005), tetapi pada kenyataannya tidak kewirausahaan pada materi bioteknologi.
semua guru menerapkan pendekatan Tujuan Penelitian meliputi: (1)
entrepreneurship. mengetahui model pembelajaran yang mewarnai
Hasil wawancara dengan para guru biologi praktik pembelajaran materi bioteknologi di
SMA dalam wadah MGMP biologi SMA di Sekolah Menengah Atas; (2) mengembangkan
Kabupaten Demak menunjukkan bahwa, secara model pembelajaran bioteknologi bervisi
umum pembelajaran materi bioteknologi belum kewirausahaan; (3) mengetahui pengaruh
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). penerapan model pembelajaran bioteknologi
Menurut para guru Standar Kompetensi (SK) ini bervisi kewirausahaan pada hasil belajar, sikap
sarat materi pelajaran, guru cenderung kewirausahaan dan aktivitas pembelajaran.

46
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Pembelajaran bervisi kewirausahaan Pengembangan produk bioteknologi
adalah pembelajaran yang menerapkan prinsip modern dibeberapa negara maju merupakan
dan metodologi ke arah internalisasi nilai-nilai pusat kegiatan bioekonomi (pengembangan produk
kecakapan hidup pada peserta didiknya dalam ekonomi berbasis teknologi Biologi)
menghadapi tantangan di masyarakat. Hasil (Nurmemmedov, 2004). Tujuan integrasi
penelitian Susiana (2009) tentang program kewirausahaan pada pembelajaran bioteknologi
pembelajaran kimia untuk menumbuhkan sikap adalah mengarahkan para lulusan agar menjadi
wirausaha siswa SMA disimpulkan bahwa program ilmuwan yang hebat dalam berbisnis. (Brown dan
pembelajaran ini dapat meningkatkan secara Kant, 2008).
signifikan terhadap penguasaan konsep kimia dan
konsep wirausaha. Metode
Kewirausahaan adalah proses Penelitian ini merupakan penelitian
menciptakan sesuatu yang berbeda dan bernilai, pengembangan (Research and Development/ R&D).
dengan mengorbankan waktu dan tenaga, serta Tahap Penelitian meliputi tiga tahap yaitu
keberanian menanggung resiko finansial, penelitian pendahuluan (Researching), tahap
psikologikal serta sosial, disertai penerimaan pengembangan model dan perangkat
imbalan keuntungan atau kepuasan pribadi pembelajaran (developing) dan tahap pengujian
(Winardi, 2008). Kemampuan berwirausaha selama model pembelajaran (Researching) (Sugiyono,
proses pembelajaran disebut dengan Entrepreneur 2010).
Intelegence(EI), EI adalah kemampuan seseorang Penelitian pendahuluan dilakukan dengan
untuk mengenali dan mengelola secara kreatif pendekatan deskriptif kualitatif, dengan teknik
berbagai peluang maupun sumber daya di pengumpulan data melalui wawancara tidak
sekitarnya untuk meningkatkan nilai tambah suatu terstruktur. Rincian sampel penelitian pendahuluan
produk (Cahyono, 2009). disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rincian sampel penelitian tahap penelitian pendahuluan


____________________________________________________________________
Jumlah sampel Asal sekolah dan masa kerja guru
(guru) Negeri > 15 th Swasta > 15 th Negeri ≤ 15 th Swasta ≤ 15 th
____________________________________________________________________

12 3 3 3 3
____________________________________________________________________

Model pembelajaran yang dikembangkan pembelajaran kewirausahaan oleh Collet dan


merupakan model prosedural, menunjukkan Wyatt (2005: 410-420), dengan tahapan: exploring,
langkah-langkah yang harus diikuti dalam proses planning, producing, communicating dan
pembelajaran. Sintaks pembelajaran dalam reflecting.
penerapan model mengintegrasikan model Ragam perangkat pembelajaran yang
dikembangkan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Ragam perangkat pembelajaran yang dikembangkan


________________________________________________________________ _______
Jenis Perangkat Keterangan
_______________________________________________________________________
Silabus Berpedoman pada petunjuk penyusunan silabus KTSP
RPP Berpedoman pada petunjuk penyusunan RPP KTSP
Bahan ajar Disesuaikan dengan model dan perangkat pembelajaran
LKS Dasar teori dan petunjuk kerja disesuaikan tujuan
_______________________________________________________________________

47
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Model pembelajaran yang dikembangkan bioteknologi, skor hasil belajar psikomotorik, skor
sebelum digunakan di kelas eksperimen dilakukan sikap terhadap pembelajaran materi bioteknologi,
uji coba terbatas dan di kelas uji coba. Metode skor aktivitas pembelajaran, skor kinerja guru dan
penelitiannya adalah pretest-posttest control group skor hasil penilaian berbasis kelas.
design, dengan desain penelitian sebagai berikut: Uji banding satu sampel digunakan untuk
menguji perbedaan hasil belajar kognitif materi
O1 X O2 bioteknologi, sikap kewirausahaan, hasil belajar
O3 O4 psikomotorik di tahap uji coba terbatas, hasil
Keterangan: pengujian dibandingkan dengan KKM. Uji banding
O1 = nilai pretest kelas eksperimen sampel berpasangan untuk menguji perbedaan
X = perlakuan yang diberikan nilai hasil pretest dan posttest dari hasil belajar
O2 = nilai posttes kelas eksperimen kognitif dan sikap kewirausahaan pada kelas uji
O3 = nilai pretest kelas pembanding coba. Uji banding dua sampel untuk menguji
O4 = nilai posttest kelas pembanding perbedaan hasil belajar kognitif materi
Penelitian dilaksanakan pada bulan bioteknologi, sikap kewirausahaan dan hasil belajar
Maret- April 2011 di SMA Negeri 1 Dempet psikomotorik pada tahap pengujian model
Kabupaten Demak. Subyek penelitian adalah siswa pembelajaran.
kelas XII IPA SMA Negeri 1 Dempet Kabupaten Uji prosentase digunakan untuk mengukur
Demak sebanyak 3 kelas (setiap kelas terdiri atas tingkat aktivitas siswa dalam pembelajaran,
40 siswa). Melalui cara pengundian ditentukan kinerja guru dan hasil penilaian berbasisis kelas
kelas XII IPA1 sebagai kelas pembanding, kelas XII dibandingkan dengan jumlah skor total dalam
IPA2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XII IPA3 bentuk prosen.
sebagai kelas uji coba.
Variabel penelitiannya adalah: (1) variabel Hasil Penelitian dan Pembahasan
bebas: tingkat keterlaksanaan penerapan model Hasil penelitian pendahuluan ditampilkan
pembelajaran bioteknologi bervisi kewirausahaan; pada Tabel 3.
(2) variabel terikat: skor test ulangan materi

Tabel 3. Ringkasan hasil penelitian pendahuluan


_________________________________________________________________________________________
Pertanyaan tentang Prosentase Keterangan
Jawaban
__________________________________________________________________________________________________
Pembelajaran bioteknologi mudah/ 100% sulit mencapai KKM
sulit mencapai KKM
Penyebab kesulitan utama 84% sarat materi, materi terlalu tinggi
Motode/ pendekatan yang sering di- 75% ceramah disertai praktikum pembuatan produk
gunakan
Membimbing kegiatan praktikum 84% membimbing praktikum, 16% tidak membimbing praktikum
Praktikum yang sering dilakukan 100% pembuatan tempe berbahan kedelai,
(bagi yang membimbing praktikum) tape berbahan ketela/ ketan dan nata de coco
Alasan tidak membimbing praktikum 100% tidak tersedianya alat/ bahan
(bagi yang tidak membimbing)
Mengetahui unsur kewirausahaan 75% mengetahui, namun hanya materi
dapat diintegrasikan pada pembelajaran suplemen saja, tidak diintegrasikan
bioteknologi
Mengembangkan model/ perangkat 100% belum pernah, belum tahu modelnya
pembelajaran bioteknologi bervisi
kewirausahaan
Jika ada model/ perangkatnya berke- 100% berkeinginan, menarik untuk digu
inginan menggunkannya nakan.
__________________________________________________________________________________________

48
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Model Pembelajaran bioteknologi bervisi Sintaks penerapan model pembelajaran
kewirausahaaan hasil pengembangan disajikan bioteknologi bervisi kewirausahaan ditampilkan
pada Gambar 1. pada Tabel 4.

Model Pembelajaran Bioteknologi bervisi Kewirausahaan di Sekolah Menengah Atas

Komponen Rencana Penerapan Model Evaluasi


Model Pembelajaran

Silabus Prinsip penerapan Evaluasi

RPP Sintaks Hasil Belajar


Sistem sosial Kognitif dan
Isi Model Prinsip reaksi Psikomotorik
Dampak
Pembelajaran Angket Sikap
Sarana Kewirausahaan
Pembelajaran
Bahan Ajar Aktivitas siswa
LKS
Kinerja guru

Penilaian
berbasis kelas

Respons siswa
dan guru

Tujuan Hasil Belajar Materi Bioteknologi bervisi


Kewirausahaan

Gambar 1. Model Pembelajaran bioteknologi bervisi kewirausahaaan hasil pengembangan

49
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Tabel 4. Sintaks pembelajaran bioteknologi bervisi kewirausahaan
__________________________________________________________________________________________
Fase Peran Guru Aktivitas Siswa
__________________________________________________________________________________________

Fase 1 Menyampaikan tujuan, memotivasi Menyimpulkan tujuan pembelajaran


(Preview) dan mempersiapkan siswa

Fase 2 Membimbing siswa menemukan survei lapangan, eksplorasi,nememukan


(Exploring) berbagai bahan potensial dibuat produk bahan yang po tensial dibuat produk beserta
bioteknologi yang bernilai ekonomis alasan pemilihan bahan

Fase 3 Membantu siswa membuat rencana Membuat rencana kerja, me nulis rencana
(Planning) kerja pembuatan produk, menguatkan kerja dalam bentuk diagram, membuat
novasi produk estimasi alat/ bahan dan membagi
tugas anggota

Fase 4 Membimbing kegiatan praktikum Praktik membuat produk bio teknologi


(Producing) pembuatan produk berdasar rencana kerja, bekerja berdasar
prosedur, menentukan inovasi produk

Fase 5 Melatih siswa berkomunikasi/ mempresentikan kelebihan produk yang


(Communicating/ berpromosi telah dibuat.
Marketing)

Fase 6 Membantu siswa dalam membuat membuat analisis keuntungan kandungan


(Reflecting) refleksi/ evaluasi produk gizi, merencanakan perbaikan produk dan
menilai produk siswa lain.

Sistem sosial yang berkembang adalah Dampak pembelajarannya adalah


minimnya peran guru sebagai sumber ilmu pemahaman, ketrampilan teknis, berpikir kreatif
pengetahuan. Prinsip reaksi yang dikembangkan dan inovatif, kemampuan komunikasi, kemampuan
adalah guru lebih berperan sebagai fasilitator, menghubungkan beberapa materi pembelajaran.
konselor, sumber kritik yang konstruktif dan Hasil pengembangan perangkat
pemikir tingkat tinggi. Sarana pendukung berupa pembelajaran ditampilkan pada Tabel 5.
bahan ajar, lembaran kerja siswa, jurnal, artikel
dan peralatan laboratorium.

Tabel 5. Hasil Pengembangan Perangkat Pembelajaran (kelas eksperimen)


_________________________________________________________________________________
Jenis Perangkat skor Komentar
validator
_________________________________________________________________________________
Silabus 40 Semua aspek telah dikembangkan optimal
RPP 49,6 Semua aspek telah dikembangkan optimal, tertulis
materi ajar seharusnya materi pembelajaran
Bahan ajar 24 Semua aspek telah dikembangkan optimal
LKS 15 Semua aspek telah dikembangkan optimal, dapat digunakan
_________________________________________________________________________________

50
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Penerapan model pembelajaran terhadap hasil belajar kognitif, psikomotorik dan sikap kewirausahaan
ditampilkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Penerapan model pembelajaran pada hasil belajar


_______________________________________________________________________
Hasil Rerata posttest Rerata posttest t hitung t tabel
Belajar kelas eksperimen kelas pembanding
______________________________________________________________________
kognitif 83,05 71,47 6,426 1,860
psikomotorik 86,08 73,68 10,396 1,860
Sikap wirausaha 90,00 73,60 10,209 1,860
__________________________________________________________________

Penerapan model pembelajaran berdampak pada aktivitas siswa yang ditunjukkan pada Gambar 2.
100 90
90 80
80 70
70
60
prosen

50
40
30 20
20 15
7,5 10
10 5 2,5
0
sedang kelas uji coba kelas eksperimen kelas pembanding
tinggi
prosentase aktivitas siswa
sangat tinggi

Gambar 2. Prosentase aktivitas siswa dalam penerapan model pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran materi dalam Santyasa (2007) selain memperhatikan


bioteknologi di Sekolah Menengah Atas yang rasional teoretik, tujuan, dan hasil yang ingin
terjadi belum memenuhi prinsip pembelajaran dicapai, model pembelajaran minimal memiliki
yang diharapkan oleh KTSP. Proses lima unsur dasar, yaitu (1) syntax, yaitu langkah-
pembelajarannya belum mengoptimalkan langkah operasional pembelajaran, (2) social
keaktifan siswa, guru kurang berinovasi dalam system, adalah suasana dan norma yang berlaku
pembuatan produk serta belum pernah dalam pembelajaran, (3) principles of reaction,
mengembangkan model atau perangkat menggambarkan bagaimana seharusnya guru
pembelajaran bioteknologi bervisi kewirausahaan. memandang, memperlakukan, dan merespon
Model pembelajaran bervisi siswa, (4) support system, segala sarana, bahan,
kewirausahaan adalah model pembelajaran yang alat, atau lingkungan belajar yang mendukung
menerapkan prinsip dan metodologinya menuju pembelajaran, dan (5) instructional dan nurturant
internalisasi nilai-nilai kewirausahaan yang effects—hasil belajar yang diperoleh langsung
terintegrasi dengan tujuan pembelajaran. berdasarkan tujuan yang disasar (instructional
Pengembangan model pembelajaran bervisi effects) dan hasil belajar di luar yang disasar
kewirausahaan penting dilakukan karena lembaga (nurturant effects).
pendidikan tidak hanya bertugas melahirkan Tingginya hasil belajar kelas eksperimen
banyak lulusan, tetapi juga membekali para menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang
lulusannya untuk dapat menolong dirinya sendiri dilakukan efektif meningkatkan kemampuan
dalam menghadapi tantangan di masyarakat. kognitif siswa, keefektifan ini ditunjukkan oleh: (1)
Model pembelajaran yang dikembangkan guru menggunakan metode mengajar yang
telah memenuhi unsur-unsur dari pengembangan bervariasi, variasi metode mengakibatkan
model pembelajaran. Menurut Joyce dan Weil penyajian bahan pembelajaran menjadi lebih

51
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
menarik, mudah diterima serta tidak psikomotorik antara kelas eksperimen dan kelas
membosankan; (2) pembelajarannya perlu pembanding. Penerapan model pembelajaran
dihubungkan dengan kehidupan nyata di bioteknologi bervisi kewirausahaan memberikan
masyarakat, berbagai produk yang berkembang di dampak positif pada sikap kewirausahaan siswa.
masyarakat dibawa ke ruang kelas, agar peserta Terdapat perbedaan yang signifikan pada sikap
didik merasakan kebermaknaan dari pembelajaran. kewirausahaan antara kelas eksperimen dan kelas
Penerapan model dan perangkat pembanding. penerapan model pembelajaran
pembelajaran yang dikembangkan berpengaruh berpengaruh positif terhadap aktivitas siswa
positif pada sikap kewirausahaan siswa. Para siswa dengan rerata aktivitas 86,50 (sangat tinggi),
mempunyai kecenderungan percaya pada diri kinerja guru dengan rerata 88,30 (sangat baik),
sendiri, penuh energi, mampu menerima resiko hasil penilain berbasis kelas dengan rerata 82,8
yang diperhitungkan, memiliki kreativitas dan (tinggi). Hampir semua siswa (95%) merasa senang
fleksibilitas, reaksi positif terhadap tantangan, dengan penerapan model pembelajaran karena
memiliki jiwa dinamis dan kepemimpinan, peka menumbuhkan sikap kewirausahaan. Respons
menerima saran dan kritik dari orang lain, memiliki guru model menyatakan bahwa pembelajaran
pengetahuan tentang pasar, optimis dan lebih menarik, siswa dilatih berpikir seperti
berorientasi pada laba. layaknya wirausahawan.
Pengukuran Entrepreneur Intelegence(EI) Saran yang dapat disampaikan adalah: (1)
yang dapat dilakukan dalam pembelajaran guru hendaknya berani mencoba menerapkan
bioteknologi bervisi kewirausahaan, meliputi (1) model pembelajaran bioteknologi bervisi
kemampuan mengenali peluang dari kegiatan kewirausahaan sebagai salah satu variasi model
exploring; (2) menentukan alat dan bahan yang pembelajaran; (2) perlu penyempurnaan lebih
dibutuhkan pada pembuatan produk; (3) lanjut pada isi model maupun perangkat perangkat
merencanakan proses pembuatan produk; (4) pembelajaran yang dikembangkan. Oleh karena itu
membuat produk sesuai rencana; (5) inovasi tidak menutup kemungkinan peneliti lain dapat
terhadap produk; (6) membuat analisis mengembangkannya lebih lanjut demi
keuntungan; (7) menemukan rasa terbaik kesempurnaan; (3) menilik dari semua
berdasarkan uji organoleptik, dan (8) mengevaluasi keterbatasan yang dialami maka perlu adanya
kelebihan dan kekurangan dari produk yang telah pengembangan lebih lanjut untuk mendapatkan
dibuat. model yang maksimal, misalnya dengan
memanfaatkan media atau menggabungkan
Simpulan dan Saran dengan model pembelajaran lainnya.
Simpulan yang diambil dari penelitian ini
adalah; (1) pelaksanaan pembelajaran materi
bioteknologi di Sekolah Menengah Atas yang DAFTAR PUSTAKA
terjadi belum memenuhi prinsip pembelajaran Brown, J. T dan A. C. Kant. 2008. Creating
yang diharapkan oleh KTSP; (2) model bioentrepreneur: How graduate student
pembelajaran bioteknologi bervisi kewirausahaan organisations foster science
telah dikembangkan. Sintaks pembelajarannya entrepreneurship. Journal Biotechnology,
meliputi exploring (praktik menemukan peluang), 1/11: 1-12
planning (merencana dan menciptakan sistem Cahyono, B. 2009. Strategi Mahasiswa menjadi
kerja), producing (mencipta produk/ inovasi Pengusaha. Yogyakarta: Sabda Media.
terhadap produk), communicating/ marketing Collet, C dan D. Wyatt. 2005. Bioneering- Teaching
(berkomunikasi/ berpromosi), reflecting Biotechnology entrepreneurship at the under
(mengevaluasi dan berefleksi). Perangkat Graduate level. Journal Education and
pembelajaran yang dikembangkan adalah silabus, Training, 47/6: 408-421.
RPP, bahan ajar, lembar kegiatan siswa; (3) Nurmemmedov, E. 2004. Bio-entrepreneurial
penerapan model pembelajaran bioteknologi Partnership- A toll for Biotechnology transfer.
bervisi kewirausahaan memberikan dampak positif Master Thesis: Lund University. Swedia
terhadap hasil belajar siswa. Terdapat perbedaan Santyasa, I. W. 2007. Model-model Pembelajaran
yang signifikan pada hasil belajar kognitif dan Inovatif. Makalah: Seminar Nasional

52
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Pendidikan IPA. Universitas Pendidikan Suherman, E. 2008. Desain Pembelajaran
Ganesha Kewirausahaan. Bandung: CV. Alfabeta
Shoemaker, H.J dan A.F. Shoemaker. 1998. The Susiana, N. 2009. Program Pembelajaran Kimia
three pilars of Bioentrepreneurship. Journal untuk Menumbuhkan Sikap Wirausaha Siswa
Nature Biotechnology. 16: 13-15. SMA. Bandung: Jurusan Kimia FMIPA UPI
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Winardi. 2008. Entrepreneur dan Entrepreneurship.
Bandung: Alfabeta Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

53
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah

PENGEMBANGAN ALAT UKUR BERPIKIR KRITIS PADA KONSEP HIDROKARBON


UNTUK SISWA SMA

Kartimi 1 , Liliasari 2, Anna Permanasari3


1
Mahasiswa Pascasarjana UPI Bandung
2
Dosen Pascasarjana UPI Bandung
3
Dosen Pascasarjana UPI Bandung
kartimisuherman@yahoo.com

Abstrak
Upaya peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia ini dapat dilakukan diantaranya melalui pendidikan
sains. Sains yang sarat akan kegiatan berpikir dapat menjadi wahana untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia Indonesia, terutama dalam membangun keterampilan berpikirnya. Pembentukan keterampilan
ini sangat menentukan dalam membangun kepribadian dan pola tindakan dalam kehidupan setiap insan
Indonesia, karena itu pembelajaran sains perlu diberdayakan untuk mencapai maksud tersebut. Pendidikan
sains harus banyak berbuat untuk mengembangkan cara berpikir tingkat tinggi yang salah satunya adalah
berpikir kritis. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mengembangkan berpikir kritis, diperlukan
suatu alat penilaian yang dapat mengukur kemampuan tersebut. Pokok uji keterampilan berpikir kritis perlu
dikembangkan dalam semua pokok bahasan. Mata pelajaran kimia yang memiliki aplikasi dalam kehidupan
sehari-hari bisa menjadi awal yang baik dalam menjawab tantangan tersebut. Keterampilan berpikir kritis
dapat dikembangkan melalui konsep senyawa karbon yang memiliki karakteristik sebagai konsep yang
melibatkan penggambaran simbol. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Alat ukur yang
bagaimanakah yang perlu dikembangkan yang secara akurat dapat mengukur kemampuan berpikir kritis siswa
SMA sebagai hasil pembelajaran pada konsep senyawa hidrokarbon?, Bagaimana hasil implementasi
pengembangan alat ukur keterampilan berpikir kritis pada konsep hidrokarbon di SMA ? Tujuan dari penelitian
ini adalah mengembangkan alat ukur berpikir kritis pada konsep senyawa hidrokarbon untuk siswa SMA dan
mengetahui hasil implementasi alat ukur keterampilan berpikir kritis pada konsep hidrokarbon di SMA di Kota
Cirebon (daerah pantai), Kabupaten Kuningan (daerah pertanian), dan Kabupaten Majalengka (daerah
industri) pada konsep hidrokarbon. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah ”Research and
Development (R&D)” dari model Borg (1989). Lokasi penelitian di SMU di wilayah Kota Cirebon, Kabupaten
Kuningan dan Kabupaten Majalengka. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMA kelas II IPA yang
ditentukan secara random berjumlah 98 siswa SMA di Kota Cirebon, 107 siswa SMA di Kabupaten Kuningan,
dan 101 siswa SMA di Kabupaten Majalengka. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa butir-
butir soal tes pilihan ganda berjenjang. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui tes tertulis. Data
kuantitatif berupa data skor penguasaan keterampilan berpikir kritis siswa diolah secara statistik dengan
menggunakan uji Anova dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan yang signifikan
keterampilan berpikir kritis siswa SMA di antara wilayah Kota Cirebon (daerah pantai),Kabupaten Kuningan
(daerah pertanian), dan Kabupaten Majalengka (daerah industri) pada konsep hidrokarbon. Hal ini
menunjukkan bahwa perangkat tes yang dikembangkan dapat membedakan kemampuan berpikir kritis di
wilayah Kota Cirebon, Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten Majalengka.

Kata Kunci : Pengembangan alat ukur, Berpikir Kritis

A. LATAR BELAKANG yang pelik, kompleks, dan multidimensi.


Perkembangan sains dan teknologi yang Permasalahan-permasalahan di bidang kehidupan
begitu pesat tidak hanya membuahkan kemajuan, di abad ke-21 ini, menuntut individu untuk
namun juga menimbulkan berbagai permasalahan memiliki ketangguhan dan kemampuan berpikir

54
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
yang berkualitas tinggi dalam menganalisis, caranya dengan kebiasaan mengerjakan soal-soal
mengevaluasi, dan mencari alternatif penyelesaian evaluasi yang mengembangkan keterampilan
atas masalah yang dihadapi. berpikmir kritis.
Keadaan ini harus disikapi dengan Untuk mengetahui tingkat keberhasilan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia siswa dalam mengembangkan berpikir kritis,
Indonesia agar menghasilkan generasi penerus diperlukan suatu alat evaluasi yang dapat
yang siap menghadapi tantangan zaman dan mengukur kemampuan tersebut. Pengukuran
memiliki kemampuan berpikir yang berkualitas merupakan faktor penting dalam pendidikan
tinggi. Upaya peningkatan mutu sumber daya karena melalui pengukuran akan diketahui secara
manusia Indonesia ini dapat dilakukan diantaranya persis dimana posisi siswa pada suatu saat atau
melalui pendidikan sains. Sains yang sarat akan pada suatu kegiatan. Pengukuran dalam bidang
kegiatan berpikir dapat menjadi wahana untuk pendidikan dimaksudkan untuk mengukur atribut
meningkatkan kualitas sumber daya manusia atau karakteristik siswa tertentu. Kegiatan
(SDM) Indonesia, terutama dalam membangun pengukuran terhadap karakteristik psikologi
keterampilan berpikirnya. Pembentukan seseorang termasuk kompleks sehingga hanya
keterampilan ini sangat menentukan dalam orang yang memiliki keahlian dan latihan tertentu
membangun kepribadian dan pola tindakan dalam yang dapat melakukannya (Zainul dan Nasution,
kehidupan setiap insan Indonesia, karena itu 2001).
pembelajaran sains perlu diberdayakan untuk Dari pendapat tersebut jelas bahwa
mencapai maksud tersebut (Liliasari, 2005). berpikir kritis termasuk karakteristik psikologis
Pengembangan keterampilan berpikir seseorang yang dapat diketahui kualifikasinya
manusia Indonesia bukan hanya ditujukan untuk (rendah, sedang, atau tinggi) dan hal itu bisa
menjadi warga negara yang baik yang taat hukum diketahui apabila diadaan pengukuran dengan
saja, namun dalam kehidupan berdemokrasi masa aturan dan formula yang jelas. Berdasarkan pra
kini perlu pula pemahaman terhadap tatanan penelitian saat ini belum ada alat ukur yang dapat
sosial, politik, hukum dan ekonomi bangsa, yang menentukan berpikir kritis seorang siswa SMU
karenanya perlu kemampuan berpikir kritis tentang khususnya dalam bidang kimia.
isu-isu yang melibatkan perbedaan pendapat Berdasarkan pernyataan dan fakta tersebut
berbagai pihak. Berpikir kritis penting untuk maka perlu dilakukan pengembangan alat ukur
menghadapi isu-isu demokrasi lokal, nasional, dan berpikir kritis kimia untuk siswa SMA yang dapat
internasional yang kompleks. Keterampilan berpikir menentukan kualifikasi berpikir kritis kimia dan
kritis sangat diperlukan oleh siswa karena menjadi membandingkan kualifikasi berpikir kritis siswa
modal dasar untuk memahami berbagai hal, SMU di wilayah yang berbeda lingkungan sosialnya.
diantaranya memahami konsep dalam disiplin ilmu Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Alat
(De Bono, 1991). Berpikir kritis juga menyebabkan ukur yang bagaimanakah yang perlu dikembangkan
generasi muda dapat dengan mudah mengatur yang secara akurat dapat mengukur kemampuan
strategi tantangan dan persaingan global yang berpikir kritis siswa SMA sebagai hasil
dihadapi (Liliasari, 1997). pembelajaran pada konsep senyawa hidrokarbon?,
Kemampuan berpikir kritis dalam Bagaimana hasil implementasi pengembangan alat
pengajaran dikembangkan dengan asumsi bahwa ukur keterampilan berpikir kritis pada konsep
umumnya anak dapat mencapai berpikir kritis dan hidrokarbon di SMA ? Tujuan dari penelitian ini
keterampilan berpikir selalu berkembang, dapat adalah mengembangkan alat ukur berpikir kritis
diajarkan dan dapat dipelajari (Nickerson, 1985). pada konsep senyawa hidrokarbon untuk siswa
Sebagai implikasi dari asumsi tersebut guru harus SMA dan mengetahui hasil implementasi alat ukur
memberikan unsur rangsangan seperti membuat keterampilan berpikir kritis pada konsep
sistem evaluasi yang dapat membuka pola pikir hidrokarbon di SMA di Kota Cirebon (daerah
siswa dari sekedar mengingat fakta menuju pola pantai), Kabupaten Kuningan (daerah pertanian),
pikir yang kritis. Sesuai dengan karakteristiknya, dan Kabupaten Majalengka (daerah industri) pada
berpikir kritis memerlukan latihan yang salah satu konsep hidrokarbon.

55
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
B. TINJAUAN TEORI pernyataan, (3) bertanya dan menjawab
Sejarah mengenai berpikir kritis dimulai pertanyaan tentang suatu penjelasan
dari John Dewey yang menyatakan pendapatnya 2. Membangun keterampilan dasar, meliputi : (4)
bahwa berpikir kritis merupakan proses berpikir mempertimbangkan apakah sumber dapat
secara aktif, dimana kita berpikir mengenai segala dipercaya/ tidak, dan (5) mengamati dan
sesuatu untuk diri sendiri, membangkitkan mempertimbangkan suatu laporan hasil
pertanyaan untuk diri sendiri, dan mencari observasi
informasi untuk diri kita sendiri (Fisher 2001, 2-3). 3. Menyimpulkan, meliputi : (6) mendeduksi dan
Kemudian Glasser melanjutkan pendapat John mempertimbangkan hasil deduksi, (7)
Dewey dengan memberikan pernyataan bahwa menginduksi dan mempertimbangkan hasil
berpikir kritis adalah suatu sikap yang cenderung induksi, (8) membuat dan menentukan nilai
untuk mempertimbangkan dan memikirkan suatu pertimbangan
masalah yang timbul dari pengalaman. Glaser juga 4. Memberikan penjelasan lanjut, meliputi : (9)
menyatakan bahwa berpikir kritis adalah suatu mendefinisikan istilah dan pertimbangan
pengetahuan dari metode inkuiri/penemuan. dalam tiga dimensi, dan (10) mengidentifikasi
Pendapat Glasser yang terakhir mengenai berpikir asumsi
kritis adalah keterampilan yang dapat 5. Mengatur strategi dan taktik, meliputi : (11)
diimplementasikan melalui metode inkuiri. menentukan tindakan, (12) berinteraksi
Indikator berpikir kritis menurut Edward Glasser dengan orang lain.
adalah pengenalan terhadap masalah, Menurut Richard Paul, berpikir kritis
menginterpretasikan data, menyaring data dan adalah suatu gaya berpikir mengenai suatu
informasi, menuliskan kesimpulan, serta mengenali masalah dimana si pemikir dapat meningkatkan
asumsi dan nilai-nilai (Fisher 2001, 9) kemampuannya dalam berpikir. Richard Paul juga
Tokoh selanjutnya yang berbicara menyatakan bahwa seseorang tidak hanya sekedar
mengenai berpikir kritis adalah Robert Ennis berpikir, tetapi dia juga mampu berpikir mengenai
(Fisher 2001,4). Berpikir kritis menurut Robert apa yang dipikirkannya atau „thinking about
Ennis adalah pengambilan keputusan. Jadi dalam thinking“.
hal ini, Ennis menekankan bahwa berpikir kritis Definisi pertama berpikir kritis adalah
lebih berhubungan dengan alasan yang dapat merefleksikan setiap pemikiran dalam
diterima ketika seseorang mengambil keputusan. memutuskan mengenai apa yang dipercayai atau
Ennis (1985) mendefinisikan berpikir kritis sebagai apa yang dilakukan (Ronning dkk 2004, 181). Jadi
cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berpikir kritis merupakan suatu aktifitas berefleksi.
berdasarkan penalaran yang difokuskan, untuk Berpikir kritis juga mengarah pada pemikiran
menentukan apa yang harus diyakini dan terhadap sesuatu hal supaya kita mempunyai
dilakukan. Berpikir kritis menggunakan dasar pemahaman yang lebih dalam. Definisi yang ke dua
proses berpikir untuk menganalisis argumen dan dari berpikir kritis akan meningkatkan kemampuan
memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap makna dalam mengumpulkan, menginterpretasikan,
dan interpretasi, untuk mengembangkan pola mengevaluasi, dan memilih informasi dengan
penalaran yang kohesif dan logis, memahami tujuan untuk membuat pilihan-pilihan yang jelas.
asumsi dan bias yang mendasari tiap-tiap posisi, Definisi ketiga dari berpikir kritis adalah
memberikan model presentasi yang dapat membedakan antara hasil dengan suatu proses.
dipercaya, ringkas dan meyakinkan. Berpikir kritis Berpikir kritis lebih dari pengambilan keputusan
menekankan aspek pemahaman, analisis (Schlect, dan meyakini bahwa suatu proses dari keputusan
1989), evaluasi (Gerhard,, 1971; Schleect, 1989; lebih dari keputusan sendiri. Richard paul
Ennis 1991). mengelompokkan berpikir kritis ke dalam 22
Menurut Ennis (1985) dalam Goal for A indikator berpikir kritis, beberapa diantaranya
Critical Thinking Curiculum, terdapat lima tahap adalah kemampuan bertanya, kemampuan
berpikir dengan masing-masing indikatornya menjawab pertanyaan, kemampuan memberi
sebagai berikut : kesimpulan, kemampuan menganalisis, dll (Paul
1. Memberikan penjelasan sederhana, meliputi : 2005, 22).
(1) memfokuskan pertanyaan, (2) menganalisis

56
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Menurut B.Z. Presseisen (1985) bahwa mengatur, menyesuaikan, mengubah, atau
berpikir pada umumnya diasumsikan sebagai suatu memperbaiki pikirannya sehingga dia dapat
proses kognitif, suatu tindakan mental dalam bertindak lebih tepat. Penyesuaian-penyesuain ini
usaha memperoleh pengetahuan. Meskipun tidaklah acak atau bersifat instink, tapi didasarkan
kognitif berkaitan dengan beberapa cara pada standar atau rambu-rambu yang oleh Ennis di
bagaimana sesuatu bisa dikenal, seperti persepsi, sebut “nalar” (reason). Seorang yang berpikir kritis
penalaran, dan intuisi. Kemampuan berpikir saat ini adalah orang yang terampil penalarannya. Dia
ditekankan pada penalaran sebagai fokus kognitif mempunyai kemampuan untuk menggunakan
yang utama. Selanjutnya ia menyatakan bahwa penalarannya dalam suatu konteks dimana
berpikir kritis menggunakan proses-proses berpikir penalarannya digunakan sebagai dasar
dasar, menganalisis argumen-argumen, dan pemikirannya. Orang yang berpikir kritis akan
menghasilkan pemahaman makna dan interpretasi memutuskan dan berpikir rasional melalui
tertentu. Kemampuan tersebut juga beberapa pandangan terhadap suatu konteks yang
mengembangkan pola-pola nalar dan kohesif, berbeda. Mereka akan bersiap-siap untuk
memahami asumsi dan bias yang melandasi posisi- membuat penalaran dan keputusan terhadap apa
posisi tertentu, untuk mendapatkan suatu gaya, yang dilihat, didengar atau dipikirkan. Orang yang
presentasi yang terpercaya, konsisten, dan berpikir kritis juga tidak akan membiarkan orang
meyakinkan. lain mengambil keputusan untuknya, mereka akan
Berpikir kritis adalah suatu proses untuk memutuskannya sendiri dan konsisten terhadap
mencari makna bukan sekedar perolehan keputusannya (Spliter, 1991).
pengetahuan (Arendt, 1977 dalam Costa ed. Dalam mengembangkan keterampilan
1985:35). Liliasari (1997) menyatakan bahwa berpikir kritis, seperti halnya mengembangkan
berpikir kritis mampu mempersiapkan siswa keterampilan motorik, keduanya memerlukan
berpikir pada berbagai disiplin ilmu serta dapat latihan-latihan (Penner, 1995). Dalam kaitannya
digunakan untuk memenuhi kebutuhan intelektual dengan pengembangan pemikiran siswa, Dewey
dan pengembangan potensi dirinya. dalam Soejono (1978) secara lebih khusus
Berpikir kritis merupakan sebuah proses mengungkapkan : “ Anak harus dididik
yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kecerdasannya agar tumbuh hasrat untuk
kegiatan mental seperti memecahkan masalah, menyelidiki secara teratur dan akhirnya dapat
mengambil keputusan, membujuk, menganalisis berpikir secara keilmuan, objektif, dan logis. Yang
asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah (Alwasilah terpenting adalah jalan atau proses berpikirnya
2007, 182-183). Berpikir kritis memungkinkan dan bukan hal yang dipikirkan”.
siswa untuk mempelajari masalah secara Peranan pendidik untuk mengembangkan
sistematis, mengahdapi berjuta tantangan dengan keterampilan berpikir kritis dalam diri pelajar
cara yang terorganisasi, merumuskan pertanyaan adalah sebagai pendorong, fasilitator, dan
inovatif, dan merancang solusi. motivator. Dalam hal berpikir kritis, siswa dituntut
Berdasarkan uraian di atas, dapat menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat
dinyatakan bahwa berpikir kritis adalah untuk menguji keandalan gagasan pemecahan
kemampuan untuk mengatakan sesuatu dengan masalah dan mengatasi kesalahan atau
penuh percaya diri. Berpikir kritis memungkinkan kekurangan. Kemampuan berpikir kritis akan
siswa untuk menemukan kebenaran di tengah memungkinkan siswa untuk dapat menentukan
banjir kejadian dan informasi yang mengelilingi informasi apa yang didapat, ditransformasi dan
mereka setiap hari. Dengan demikian keterampilan dipertahankan. Pengalaman bermakna yang
berpikir kritis siswa adalah cara berpikir siswa melibatkan berpikir kritis dapat membantu siswa :
untuk menganalisis argumen dan memunculkan (1) membuat keputusan yang didasarkan pada
wawasan terhadap tiap-tiap makna dan evaluasi komponen-komponen yang terlibat, (2)
interpretasi serta untuk mengembangkan pola menentukan validitas kesimpulan. Keyakinan dan
penalaran yang kohesif dan logis. opini yang dinyatakan orang lain, (3) melihat
Berpikir kritis sangat diperlukan oleh setiap keyakinan, perasaan, sikap dan pemikirannya
individu untuk menyikapi permasalahan kehidupan sendiri yang berkaitan dengan situasi yang ada, dan
yang dihadapi. Dalam berpikir kritis, seorang dapat membiarkan siswa untuk memperkuat gagasan dan

57
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
keyakinannya serta menentukan sendiri nilai-nilai SMA peringkat menengah, dan 29 siswa SMA
yang akan dihargainya (Gerhard, 1971). peringkat bawah , 2) 107 siswa SMA di Kabupaten
Indikator berpikir kritis yang digunakan Cirebon yaitu terdiri dari 37 siswa SMA peringkat
dalam penelitian ini mengacu pada kurikulum Ennis atas, 40 siswa SMA peringkat menengah, dan 30
(1985). Dalam mengembangkan alat ukur berpikir siswa SMA peringkat bawah, dan 3) 101 siswa SMA
kritis terlebih dahulu harus menyeleksi indikator- di Kabupaten Majalengka yaitu terdiri dari 27 siswa
indikator yang ada, agar sesuai dengan konsep SMA peringkat atas, 36 siswa SMA peringkat
yang akan dikembangkan. Alat ukur yang menengah, dan 38 siswa SMA peringkat bawah.
dikembangkan bukan saja berdasarkan tujuan Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
pembelajaran khusus, tetapi juga berdasarkan terdiri dari : analisis konsep, kisi-kisi alat ukur
indikator kemampuan berpikirnya. Jadi alat ukur keterampilan berpikir kritis, alat ukur keterampilan
tersebut merupakan integrasi antara tujuan berpikir kritis : berupa butir-butir soal tes pilihan
pembelajaran khusus dengan indikator ganda berjenjang untuk memperoleh gambaran
kemampuan berpikir kritis. keterampilan berpikir kritis siswa secara konsep
kimia.
C. METODOLOGI PENELITIAN Teknik analisis data untuk data kualitatif
Desain penelitian ini adalah ”Research and berupa jenis-jenis konsep, jenis-jenis indikator
Development (R&D)” yang dimodifikasi dari model berpikir kritis dianalisis secara deskriptif, dan data
Borg (1989). Tahap-tahap penelitian terdiri dari kuantitatif berupa data skor penguasaan
tiga langkah, yaitu : tahap penelitian, tahap keterampilan berpikir kritis siswa diolah secara
pengembangan alat ukur, dan tahap pengujian alat statistik. Untuk mengetahui perbedaan
ukur. kemampuan berpikir kritis siswa SMA di masing-
Lokasi penelitian di SMU di wilayah Kota masing Kabupaten/ Kota dilakukan uji anova dua
Cirebon, Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten jalur.
Majalengka. Kriteria pengambilan sekolah
ditentukan secara random berdasarkan passing D. HASIL DAN PEMBAHASAN
grade Nilai Ujian Akhir Nasional (UAN) di tiap Perbandingan hasil tes keterampilan berpikir kritis
Kabupaten/Kota dan diambil satu sekolah kategori siswa pada konsep senyawa hidrokarbon
peringkat atas, menengah dan bawah di tiap berdsarkan peringkat SMA di tiga wilayah yang
Kabupaten/Kota. berbeda yaitu Kota Cirebon (daerah pantai),
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa Kabupaten Kuningan (daerah pertanian), dan
SMA kelas II yang ditentukan secara random kabupaten Majalengka (daerah industri) dengan
berjumlah : 1) 98 siswa SMA di Kota Cirebon yaitu menggunakan alat ukur yang dikembangkan dapat
terdiri dari 29 siswa SMA peringkat atas, 40 siswa dilihat pada grafik 1 dan 2 serta tabel 1-7 berikut:

Grafik 1. Perbandingan rata-rata hasil tes keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep hidrokarbon antar
SMA di wilayah Kota Cirebon, Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten Majalengka berdasarkan
Peringkat sekolah atas, tengah, dan bawah

58
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Tabel 1. Uji Anova Tes Keterampilan Berpikir Kritis Pada Konsep Hidrokarbon di Kota Cirebon
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 58.143 2 29.072 .406 .667
Within Groups 6802.952 95 71.610
Total 6861.096 97
Ho diterima. Hal ini berarti tidak terdapat
Berdasarkan tabel 1 diatas diperoleh nilai perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa
signifikansi 0.667. Jika diambil nilai α = 0.5, maka diantara tingkatan sekolah.

Tabel 2. Uji Anova Tes Keterampilan Berpikir Kritis Pada Konsep Hidrokarbon di Kabupaten
Kuningan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 928.983 2 464.491 11.901 .000
Within Groups 4019.921 103 39.028
Total 4948.904 105

Pada tabel 2 untuk tes hidrokarbon diatas α = 0.5, maka Ho ditolak. Hal ini berarti terdapat
diperoleh nilai signifikansi 0.000. Jika diambil nilai perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa
diantara tingkatan sekolah di wilayah Kuningan.

Tabel 3. Uji LSD Tes Keterampilan Berpikir Kkritis Pada Konsep Senyawa Hidrokarbon di kabupaten
Kuningan
95% Confidence
(I) Wilayah Mean Interval
(J) Wilayah Kuningan Std. Error Sig.
Kuningan Difference (I-J) Lower Upper
Bound Bound
Sekolah Tinggi Sekolah Sedang 6.072* 1.425 .000 3.25 8.90
*
Sekolah Rendah 6.388 1.549 .000 3.32 9.46
*
Sekolah Sedang Sekolah Tinggi -6.072 1.425 .000 -8.90 -3.25
Sekolah Rendah .317 1.524 .836 -2.71 3.34
Sekolah Rendah Sekolah Tinggi -6.388* 1.549 .000 -9.46 -3.32
Sekolah Sedang -.317 1.524 .836 -3.34 2.71
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Berdasarkan tabel 3 pada uji LSD dapat dijelaskan, dengan siswa yang berasal dari sekolah sedang dan
bahwa kemampuan berpikir kritis siswa yang bawah di wilayah Kabupaten Kuningan.
berasal dari sekolah tinggi paling baik dibandingkan

Tabel 4. Uji Anova Tes Keterampilan Berpikir Kkritis Pada Konsep Hidrokarbon di Kabupaten
Majalengka
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 2071.459 2 1035.729 31.880 .000
Within Groups 3183.879 98 32.489
Total 5255.338 100

59
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Tabel anova untuk tes hidrokarbon diatas perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa
diperoleh nilai signifikansi 0.000. Jika diambil nilai diantara tingkatan sekolah di wilayah Majalengka.
α = 0.5, maka Ho ditolak. Hal ini berarti terdapat

Tabel 5. Uji LSD Tes Keterampilan Berpikir Kkritis Pada Konsep Hidrokarbon di Kabupaten
Majalengka
95% Confidence
(I) Wilayah (J) Wilayah Mean Std. Interval
Sig.
Majalengka Majalengka Difference (I-J) Error Lower Upper
Bound Bound
Sekolah Tinggi Sekolah Sedang -.022 1.451 .988 -2.90 2.86
*
Sekolah Rendah 9.336 1.435 .000 6.49 12.18
Sekolah Sedang Sekolah Tinggi .022 1.451 .988 -2.86 2.90
Sekolah Rendah 9.358* 1.326 .000 6.73 11.99
Sekolah Rendah Sekolah Tinggi -9.336* 1.435 .000 -12.18 -6.49
*
Sekolah Sedang -9.358 1.326 .000 -11.99 -6.73
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Berdasarkan tabel 5 pada uji LSD dapat dijelaskan, dengan siswa yang berasal dari sekolah sedang dan
bahwa kemampuan berpikir kritis siswa yang bawah di wilayah Kabupaten Majalengka.
berasal dari sekolah tinggi paling baik dibandingkan

Grafik 2. Perbandingan hasil tes keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep senyawa
hidrokarbon antar SMA di wilayah Kota Cirebon, Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten
Majalengka

Berdasarkan grafik 2 data hasil tes keterampilan berpikir kritis menunjukkan bahwa keterampilan
berpikir kritis siswa di SMA di Kabupaten Kuningan lebih tinggi dibandingkan SMA di Kota Majalengka dan
keterampilan berpikir kritis siswa SMA Majalengka lebih tinggi dari SMA di Kota cirebon.

60
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah

Tabel 6. Uji Anova Tes Keterampilan Berpikir Kritis Pada Konsep Hidrokarbon Antar Wilayah Kota
Cirebon, Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten Majalengka
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 326.934 2 163.467 2.717 .068
Within Groups 18228.219 303 60.159
Total 18555.154 305

Tabel anova untuk tes hidrokarbon diatas Hal ini berarti terdapat perbedaan kemampuan
diperoleh nilai signifikansi 0.068. Jika diambil nilai berpikir kritis siswa diantara wilayah pada tes
α = 0.1, maka Ho ditolak. hidrokarbon.

Tabel 7. Uji LSD Tes Keterampilan Berpikir Kkritis Pada Konsep Senyawa Hidrokarbon Antar
Wilayah Kota Cirebon, Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten Majalengka
95% Confidence
Mean Interval
(I) Wilayah (J) Wilayah Std. Error Sig.
Difference (I-J) Lower Upper
Bound Bound
Cirebon Kuningan -2.36821* 1.08448 .030 -4.5023 -.2341
Majalengka -.46666 1.09977 .672 -2.6308 1.6975
*
Kuningan Cirebon 2.36821 1.08448 .030 .2341 4.5023
Majalengka 1.90155 1.07604 .078 -.2159 4.0190
Majalengka Cirebon .46666 1.09977 .672 -1.6975 2.6308
Kuningan -1.90155 1.07604 .078 -4.0190 .2159
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Berdasarkan tabel LSD, dapat dijelaskan baik dibandingkan dengan siswa yang berasal dari
sebagai berikut : wilayah lainnya.
a. Siswa yang berasal dari wilayah Cirebon Berdasarkan hasil uji statistik (LSD) pada
berbeda kemampuan berpikir kritisnya tabel 3 dan 5, dapat diketahui bahwa kemampuan
dengan siswa yang berasal dari wilayah berpikir kritis siswa yang berasal dari sekolah tinggi
Kuningan, dan siswa yang berasal dari paling baik dibandingkan dengan siswa yang
wilayah Kuningan lebih baik kemampuan berasal dari sekolah sedang dan bawah baik di
berpikir kritisnya. wilayah Kabupaten Kuningan maupun di
b. Siswa yang berasal dari wilayah Cirebon Kabupaten Majalengka. Keadaan ini menunjukkan
tidak berbeda kemampuan berpikir bahwa sekolah peringkat atas memiliki siswa-siswa
kritisnya dengan siswa yang berasal dari yang memiliki kemampuan intelektual tinggi,
wilayah Majalengka. dimana kemampuan intelektual ini berhubungan
c. Siswa yang berasal dari wilayah Kuningan dengan tingkat kecerdasan, dan tingkat kecerdasan
berbeda kemampuan berpikir kritisnya berkorelasi dengan tingkat ketermapilan berpikir
dengan siswa yang berasal dari wilayah kritis. Hal ini sejalan dengan pandangan Wowo
Majalengka, dan siswa dari wilayah Sunaryo Kuswana (2011) bahwa pengembangan
Kuningan lebih baik dari siswa yang berasal keterampilan berpikir kritis berkorelasi dengan
dari wilayah Majalengka. tingkat/cairan kecerdasan. Seseorang yang tingkat
Dari penjelasan di atas dapat diambil keterampilan berpikir kritisnya tinggi maka akan
kesimpulan, bahwa kemampuan berpikir kritis dapat meningkatkan cairan kecerdasan yang
siswa yang berasal dari wilayah Kuningan paling membantu meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah dan berpikir mendalam.

61
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Semua keterampilan itu berhubungan dengan peringkat atas, menengah, dan bawah di wilayah
salah satu bagian dari otak, semakin Kota Cirebon, Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten
kecerdasan/otak di asah maka akan lebih mudah Majalengka serta terdapat perbedaan
untuk menempatkan keahlian untuk menguji keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada
kemampuan berpikir kritis. Menurut Sperry dalam konsep hidrokarbon antara wilayah Kota Cirebon,
Pryadharma (2001) secara biologis belahan otak Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten Majalengka.
kiri manusia berfungsi untuk berpikir logis, Hal ini menunjukkan bahwa perangkat tes konsep
matematis, sistematis, analitis, linearitas. hidrokarbon yang dikembangkan dapat
Kemampuan tersebut merupakan karakteristik dari membedakan kemampuan berpikir kritis di wilayah
berpikir kritis. Sedangkan belahan otak kanan Cirebon (daerah pantai), kabupaten Kuningan
berfungsi visual, ruang, gerak, kreativitas, inovasi, (daerah pegunungan), dan Kabupaten Majalengka
intuitif, imajinasi. Kemampuan tersebut (daerah pertanian).
merupakan larakteristik dari berpikir kreatif
Berdasarkan hasil uji statistik (LSD) pada DAFTAR PUSTAKA
tabel 7, dapat diketahui bahwa terdapat Carin, A.A. & Sund, R.B. (1980). Teaching Science
perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa SMA through Discovery, Fourth Edition, Ohio :
pada konsep senyawa hidrokarbon diantara Charles E. Merril Publishing Co.
ketiga wilayah yang berbeda yaitu Kota Cirebon Costa, A.L. dan Presseisen, B.Z. (1985). Glossary of
(daerah pantai), Kabupaten Kuningan (daerah thinking skills, in A.L. Costa (ed).
pegunungan), dan Kabupaten Majalengka (daerah Developing Minds : A Resource Book For
pertanian). Keadaan ini sejalan dengan pandangan Teaching Thinking, Alexandria : ASCD.
umum dalam sosiologi kemasyarakatan bahwa 303-312.
kondisi geografis /budaya setempat Herron, J.D. et al. (1977).” Evaluation of the
mempengaruhi cara pandang dan pola Longeot test of cognitive development”.
pikir/keterampilan berpikir masyarakatnya. Journal of Research in Science Taeching,
Berpikir kritis sangat diperlukan oleh setiap 18 (2). 123 –130
individu untuk menyikapi permasalahan kehidupan Joyce, et al. (1992). Models of Teaching, New
yang dihadapi. Dalam berpikir kritis, seorang dapat Jersey: Prentice Hall, Inc.
mengatur, menyesuaikan, mengubah, atau Lawson, A.E. (1979). Science Education Information
memperbaiki pikirannya sehingga dia dapat Report, 1980 AETS Yearbook The
bertindak lebih tepat. Penyesuaian-penyesuain ini Psychology of Teaching for Thinking and
tidaklah acak atau bersifat instink, tapi didasarkan Creativity. Ohio : Clearinghouse.
pada standar atau rambu-rambu yang oleh Ennis di Liliasari. (1999). Pengembangan Model
sebut “nalar” (reason). Seorang yang berpikir kritis Pembelajaran Komputer Berdasarkan
adalah orang yang terampil penalarannya. Dalam Konstruktivisme Untuk Meningkatkan
mengembangkan keterampilan berpikir kritis, Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi.
seperti halnya mengembangkan keterampilan Makalah Dibacakan Dalam Seminar Mutu
motorik, keduanya memerlukan latihan-latihan Pendidikan dalam Rangka Dies Natalis 45
(Penner, 1995). Dalam kaitannya dengan dan Lustrum IX IKIP Bandung,Pusat Studi
pengembangan pemikiran siswa, Dewey dalam Komputer Sains, IKIP Bandung.
Soejono (1978) secara lebih khusus Sund, R.B. dan Trobridge. (1973). Leislie W.,
mengungkapkan : “ Anak harus dididik Teaching Science By Inquiry In The
kecerdasannya agar tumbuh hasrat untuk Secondary School, Columbus : Charles E.
menyelidiki secara teratur dan akhirnya dapat Merill Publishing Company.
berpikir secara keilmuan, objektif, dan logis. Yang
terpenting adalah jalan atau proses berpikirnya
dan bukan hal yang dipikirkan”.

E. KESIMPULAN
Terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis
siswa pada konsep hidrokarbon di antara SMA

62
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah

MODEL PEMBELAJARAN KIMIA ORGANIK TERINTEGRASI KEMAMPUAN GENERIK SAINS

Sudarmin
Universitas Negeri Semarang, Jl. Sekaran Raya 50229
e-mail: darsudarmin@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran kimia organik terintegrasi kemampuan
generik sains (MPKOKG). Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan melalui tahapan define,
desain, dan development MPKOKG. Subjek penelitian 79 mahasiswa Pendidikan Kimia Jurusan Kimia Unnes.
Analisis data mennggunkan uji N-gain yaitu jumlah skor postes dikurangi skor pretes dibagi skor maksimal
dikurangi skor pretes. Nilai N-gain yang diperoleh di interpretasikan dalam kategori pencapaian tinggi, sedang
dan rendah. Pada penelitian ini untuk validasi instrumen menggunakan one group pretest-posttest design.
Sedangkan data dikumpulkan melalui tes penguasaan konsep kimia organik terintegrasi kemampuan generik
sains, angket, dan lembar observasi. Hasil penelitian ditemukan penerapan MPKOKG meningkatkan
penguasaan kemampuan generik sains calon guru kimia dengan taraf pencapaian tinggi dan sedang.
Kemampuan generik pemodelan memiliki taraf pencapaian lebih tinggi dibandingkan kemampuan generik
lainnya. Mahasiswa kelompok prestasi tinggi memiliki penguasaan kemampuan generik sains konsistensi logis,
pengamatan, abstraksi, bahasa simbolik, kesadaran tentang skala serta logical frame lebih baik dibandingkan
kelompok prestasi rendah. Penerapan MPKOKG mampu meningkatkan penguasan konsep Kimia Organik pada
taraf pencapain sedang, dengan harga N-gain tertinggi dicapai pada penguasaan konsep isomeri struktur, tata
nama, dan alkana. Hasil penelitian ini disarankan penelitian lebih lanjut untuk mata kuliah bidang kimia lain,
serta pengembangan model untuk meningkatkan penguasaan kemampuan generik sains bagi mahasiswa
prestasi rendah.

Kata kunci: model pembelajaran, kimia organik, kemampuan generik sains

PENDAHULUAN (Surapranata, 2004). Untuk memperbaiki mutu


Dewasa ini kita berada pada abad ke 21 pendidikan kimia terebut, Lembaga Pendidikan
yang ditandai perkembangan Imu Pengetahuan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai pencetak
dan Teknologi (IPTEK) yang berlangsung secara calon guru kimia perlu membekali calon guru kimia
pesat diikuti transformasi sosial, ekonomi, budaya sesuai Standar Kompetensi Guru (SKG) yang
secara kait mengait tanpa batas. Olehkarenanya meliputi penguasaan dalam materi bidang studi,
untuk menghadapi era globalisasi dan tetap cara penyampaian materi, evaluasi proses dan
survive secara produktif dibutuhkan Sumber Daya hasil pembelajaran, kompeten dalam aspek
Manusia (SDM) berkualitas, kompetitif, berdaya kepribadian sebagai tenaga kependidikan,
pikir tinggi, fleksibel dan berbudaya (Tilaar, 2001). memahami tingkat per-kembangan siswa, serta
Permasalahannya, mutu pendidikan di Indonesia terlibat aktif dalam organisasi keprofesian
sebagai pencetak SDM berkualitas masih rendah, (Depdiknas, 2002).
termasuk kualitas mutu pendidikan kimia Pada pembelajaran kimia sebagai upaya
sehingga berakibat menurunnya daya saing penyiapan calon guru yang berkualitas, perlu
lulusan calon guru kimia di era globalisasi saat ini. didukung pula pendidikan preservice di LPTK yang
Rendahnya penguasaan kimia dapat baik; sebab merekalah yang kelak sebagai faktor
diketahui dari nilai rerata ujian nasional kimia dari kunci dalam melakukan proses pembelajaran kimia
tahun 1999-2000 yang berkisar 4,4 sampai 5,0 di Sekolah Lanjutan. Untuk itulah pembekalan bagi

63
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
calon guru kimia saat ini dan yang akan datang, simbolik, struktur ruang molekul, tata nama atom
sebaiknya tidak hanya dimaksudkan sekedar mem- dan molekul, dan berbagai sifat dan tipe reaksi
berikan informasi pengetahuan konsep kimia, kimia; sehingga berimpilikasi mahasiswa calon guru
tetapi calon guru kimia juga harus memiliki kimia cenderung menghafal dan kurang
kemampuan kompetensi pedagogiek, sosial, dan membangun kemam-puan berpikir dalam
kepribadian yang baik (Mendiknas, 2007). membangun konsep Kimia Organik yang penting
Pembelajaran dalam mata kuliah Kimia Organik di (Bucat, 2005). Idealnya proses belajar mengajar
LPTK, juga belum menunjukkan hasil yang Kimia Organik seperti dirumuskan dalam National
menggembirakan, karena pembelajarannya yang Standard Teaching Association (1988) yaitu belajar
seharusnya membentuk logika mahasiswa untuk diawali dari tahapan ekplorasi pengalaman yang
berpikir sistematis, obyektif, kreatif melalui dimilikinya, melalui kegiatan berpikir ilmiah yang
pendekatan kemampuan proses sains, ternyata didahului dengan observasi sampai dengan
banyak diberikan dalam bentuk ceramah dan menemukan kesimpulan yang menjadi
kegiatan praktikum masih sekedar bersifat pengetahuan baru.
verifikatif (Sudarmin, 2004). Kemampuan generik sains perlu dibekalkan
Permasalahan kualitas proses dan hasil calon guru kimia melalui pembelajaran Kimia
belajar Kimia Organik baik di sekolah lanjutan Organik, sehingga dengan mening-katnya
maupun di LPTK ditentukan banyak faktor. Tanpa kemampuan generik sains pada calon guru kimia
me-ngesampingkan faktor lainnya, guru akan berdampak kualitas lulusan calon guru kimia
merupakan salah satu faktor terpen-ting, sebab meningkat dalam kemampun berpikir dan
kenyataan di lapangan menunjukkan belum semua bertindak (Hartono, 2006). Kemampuan generik
guru kimia dan mahasiswa calon guru kimia sains hakekatnya kemampuan dasar ilmiah yang
memiliki standar kompetensi dan ke-layakan bersifat umum dan dapat dikembangkan ketika
profesi yang diharapkan (Depdiknas, 2004). Dalam mahasiswa calon guru kimia menjalani proses
upaya keter-capaian kompetensi tersebut, maka pembelajaran sains dalam hal ini Kimia Organik,
pola pembelajaran kimia di LPTK hen-daknya dan sebagai bekal meniti karier bidang kimia atau
mengalami pembenahan yaitu model bidang lain secara mandiri (Brotosiswojo, 2001,
pembelajaran yang tidak hanya menekankan Hartono, 2006).
penguasaan konsep kimia, tetapi kemampuan Dibalik harapan-harapan yang tinggi
softskill berpikir, mengko-munikasikan proses dan mengenai kualitas calon guru kimia saat ini,
hasil belajar kimia dalam pembelajaran kimia di kenyataannya pembelajaran Kimia Organik belum
sekolah lanjutan, serta membekali calon guru cukup baik. Untuk penguasaan konsep Kimia
kimia dengan kemampuan generik sains untuk Organik bagi calon guru kimia ma-sih rendah,
diterapkan dalam menyelesaikan masalah sehingga proses dan hasil pembelajaran Kimia
kehidupan sehari-hari (Brotosiswojo, 2001). Organik masih perlu diperbaiki. Hasil penelusuran
Pembelajaran Kimia Organik, mahasiswa nilai untuk mahasiswa Pendidikan Kimia di suatu
calon guru kimia dituntut untuk memiliki LPTK di Jawa Tengah dari tahun 2005 sampai
penguasaan pengetahuan Kimia Organik yang tahun 2007, jumlah mahasiswa yang memperbaiki
bersifat abstrak, mikroskopis, makrokospis, bahasa nilai adalah 28, 21, dan 29 orang. Berdasarkan
simbolik, serta bagaimana pengetahuan Kimia data tersebut, terlihat rerata peserta yang harus
Organik yang telah dipelajari memiliki nilai manfaat mengikuti remedial setiap tahunnya adalah 26
dalam kehidupannya dan masyarakat (Mahaffy, mahasiswa. Berdasar kenyataan empiris tersebut,
2005). Kenyataan di lapangan menunjukkan guru upaya pendidikan calon guru kimia perlu diarahkan
kimia yang mengajar di beberapa SMA menyatakan untuk dibekali suatu contoh model pembelajaran
mata kuliah kelompok mata kuliah Kimia Organik yang mampu meningkatkan penguasaan konsep
yang selama ini dipelajari calon guru kimia di LPTK kimia dan sekaligus penguasaan kemampuan
terasa masih kurang membekali mereka dalam generik sains, dan model pembelajaran tersebut
mengajarkan materi Kimia di SMA, serta adalah model pembelajaran kimia organik
bermanfaat dalam kehidupannya. Keadaan terintegrasi kemampuan generik sains (MPKOKG).
tersebut disebabkan, karena mata kuliah Kimia Penelitian ini dikembangkan suatu model
Organik banyak melibatkan konsep abstrak, bahasa pembelajaran Kimia Organik untuk

64
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
mengembangkan kemampuan generik sains. mengambil mata kuliah Kimia Organik I (KO I) dan
Dipilihnya mata kuliah kimia organik tersebut, Praktikum Kimia Organik I (PKO I).
karena dengan penguasaan Kimia Organik oleh
calon guru kimia dapat sebagai bekal mengajar di Prosedur Penelitian
Sekolah Lanjutan dan mengembangkan kemam- Penelitian ini menggunakan metode
puan generik sains yang mampu diterapkan dalam penelitian dan pengem-bangan pendidikan
penyelesaian masalah dalam kehidupan. menurut Gall (2001), yaitu untuk pengembangan
Kemampuan generik sains yang dimaksudkan model pembelajaran Kimia Organik terintegrasi
terdiri atas kemampuan generik sains (a) kemampuan generik sains. Tahapan
pengamatan, (b) kesadaran tentang skala, (c) pengembangan MPKOKG meliputi (a) tahap
bahasa simbolik, (d) inferensi logika, (e) hukum penetapan (define) model dilakukan kegiatan
sebab akibat, (f) logical frame, (g) konsistensi logis, analisis kebutuhan, studi dokumen dan literatur,
(h) pemodelan, dan (i) abstraksi (Sudarmin, 2007). serta studi empiris, (b) tahap peran-cangan
Kemampuan generik sains tersebut perlu dikuasai (design) MPKOKG untuk meningkatkan
yang belajar kimia, termasuk calon guru kimia penguasaan konsep Kimia Organik dan
sehingga pada gilirannya dapat ditularkan kepada mengembangkan generik sains bagi calon guru
siswanya yang merupakan generasi penerus kimia. Pada tahap kedua ini dilakukan penyusunan
bangsa. rancangan model pembelajaran yang akan
Model pembelajaran yang disusun dalam diterapkan, serta penetapan konsep Kimia Organik
penelitian ini secara operasional mengacu pada dalam mata kuliah Kimia Organik I dan Praktikum
model Gall (2001) yang terdiri empat tahap, hanya Kimia Organik I untuk mengembangkan
pada penelitian ini hanya tiga tahapan penelitian. kemampuan generik sains pada calon guru kimia.
Tahap pertama bertujuan penetapan model Pendekatan pembelajaran Kimia Organik untuk
pembelajaran Kimia Organik terintegrasi mengembangkan kemampuan generik sains bagi
kemampuan generik sains, beserta alat calon guru kimia meliputi pendekatan pemecahan
evaluasinya. Tahap kedua penyusunan MPKOKG masalah, keterampilan proses sains, media peta
dilanjutkan validasi dan alat evaluasi proses dan konsep, diagram Vee, visulisasi animasi simulasi
hasil pembelajaran. Tahap ketiga adalah gambar, simbol, pemodelan, diikuti kegiatan
implementasi MPKOKG untuk mengembangkan responsi, serta tugas mandiri dan kelompok yang
kemampuan generik sains bagi calon guru kimia, diselesaikan diluar pembelajaran di kelas, (c) tahap
dilanjutkan evaluasi terhadap tanggapan pengembangan (development) melalui kegiatan
mahasiswa terhadap penerapan MPKOKG. implementasi terbatas dan secara luas dari draft
Dengan demikian, tujuan penelitian ini awal MPKOKG, kemudian dianalisis, revisi, serta
adalah pengembangan model pembelajaran Kimia validasi oleh pakar Kimia Organik dan pendidikan,
Organik terintegrasi kemampuan generik sains. sehingga akhirnya diperoleh MPKOKG yang siap di-
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah lakukan ujicoba selanjutnya, sehingga diperoleh
menemukan: (a) karakteristik MPKOKG, (b) perangkat pem-belajaran final.
pengaruh penerapan MPKOKG ter-hadap
penguasaan kemampuan generik sains bagi Instrumen Penelitian
mahasiwa calon guru kimia., (c) pengaruh Pada penelitian ini instrumen penelitian
penerapan MPKOKG terhadap pema-haman disusun bertolak pada indikator setiap kemampuan
konsep-konsep Kimia Organik bagi mahasiswa generik sains dan karakteristik setiap konsep Kimia
calon guru kimia, dan (d) tanggapan calon guru Organik. Bentuk instrumen penelitian untuk
kimia terhadap MPKOKG yang telah tersusun dan penguasaan konsep dan kemampuan generik sains
diterapkan. adalah pertanyaan benar-salah (B-S) diikuti
penjelasan singkat (IS). Pada setiap pertanyaan
METODE mahasiswa diminta men-jawab benar (B) atau
Subjek Penelitian salah (S) atas setiap soal tes, kemudian
Subjek penelitian ini adalah 79 mahasiswa memberikan penjelasan singkat, baik penjelasan
semester 2 (dua) dari program studi pendidikan secara kuantitatif atau kualitatif. Penskoran soal
kimia Unnes dan saat penelitian dilakukan mereka benar salah (BS) dilakukan dengan memberikan

65
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
skor 0 un-tuk jawaban salah atau tidak diisi dan
skor satu untuk jawaban benar. Pen- skoran HASIL DAN PEMBAHASAN
jawaban soal isian singkat mengacu sistem Karakteristik MPKOKG
penskoran dari Arter (2000) dan indikator setiap Karakteristik MPKOKG terlihat pada tujuan
kemampuan generik sains, adapun penskoran pembelajaran ki-mia organik yaitu untuk
mulai skor 0 berarti tidak tepat, skor 1- 2 (sedikit membekali penguasaan konsep Kimia Organik dan
tepat atau ada sebagian konsep yang tepat, serta kemampuan generik sains bagi calon guru kimia.
sistematis), dan skor 3 (jawaban angat tepat dan Pada umumnya berdasarkan pengalaman empiris
sistematis). proses pembelajaran menggunakan pendekatan
Pada penelitian ini terdiri atas dua penguasaan konsep semata, oleh karen itu
instrument tes yaitu (a) Instrumen penelitian keberhasilan belajar diukur dari banyaknya topik
pertama berisi 25 soal penguasaan konsep dan dan konsep-konsep yang dapat dikuasai oleh calon
kemampuan generik sains untuk pokok bahasan guru kimia. Untuk proses penerapani MPKOKG ini
atom dan molekul; serta orbital dan peranannya diperlukan perangkat komputer dan berbasis
dalam ikatan kovalen. Instrumen penelitian kedua Internet, sehingga media komputer membantu
berisi 25 soal penguasaan konsep dan kemampuan dalam mengembangkan kemampuan generik sains
generik sains untuk po-kok bahasan isomeri pemodelan, visualisasi dari bahasa simbolik, dalam
struktur tata nama, alkan, dan stereokimia. Setiap kimia, animasi-simulasi gambar, grafik,
tes penguasaan konsep kimia organic terintegrasi sertapemaparan konsep Kimia Organik dengan
kemampuan generik sains memiliki skor maksimal peta konsep.
100. Instrumen untuk mengukur kemampuan Karakteristik MPKOKG lain terlihat pada
generik pengamatan digunakan soal dalam bentuk kegiatan utama pembe-lajaran menggunakanan
diagram Vee, tabel pengamatan, dan uraian. pendekatan pemecahan masalah, keterampilan
Untuk mengetahui tanggapan mahasiswa, serta proses sains, diagram Vee, berbasis aktivitas
evaluasi keunggulan dan keterbatasan MPKOKG mahasiswa, latihan pemecahan soal secara
yang telah diterapkan digunakan instrument non individu dan kelompok, serta diskusi pemecahan
tes berupa angket dan kuesioner. masalah. Untuk kegiatan penutup akhir
Instrumen tes penguasaan konsep kimia pembelajaran adalah evaluasi proses dan hasil
organik dan penguasaan kemampuan generik pembelajaran, mengaitkan kembali tujuan atau
sains sebelum dicobakan secara empirik, perangkat kompetensi pembelajaran dan kemampuan
tes divalidasi isinya oleh pakar pendidikan dan generik sains yang dikembangkan, serta
pakar kimia organik. Para pakar diharapkan menilai pemberian tugas dan latihan untuk meningkatkan
(a) kesesuaian soal dengan tujuan pembelajaran, penguasaan konsep dan kemampuan generik sains.
(b) kejelasan bahasa dan kalimat, (c) sistem
penilaian, dan (d) alokasi waktu yang ditetapkan. Pengelompokan Subjek Penelitian
Kesesuaian soal yaitu apakah soal tes mengukur Pada penelitian ini dilakukan
penguasaan kemampuan generik sains calon guu pengelompokan mahasiswa atas ke-lompok
kimia divalidasi konstruk oleh pakar dan peneliti prestasi tinggi, sedang dan rendah.
yang memfokuskan kemampuan generik sains. Pengelompokan subjek pene-litian ini ke dalam
Sedangkan penghitungan koefisien reliabilitas prestasi tinggi, sedang dan rendah didasarkan atas
instrumen penelitian ini digunakan internal indeks prestasi (IP) semester kesatu. Dipilihnya
konsistensi dengan Cronbach koefisien alpha indeks prestasi (IP) semester satu sebagai dasar
(Surapranata, 2005). Hasil uji reliabilitas konsistensi pengelompokan karena IP kumulatif lebih
butir tes dari kedua perangkat tes ini menggunakan menggambarkan kemampuan menyeluruh
program software SPSS versi 11,0 for window dan mahasiswa daripada hanya didasarkan pada skor
diperoleh data berikut untuk perangakat tes nilai suatu mata kuliah tertentu. Tabel 1 disajikan
pertama memiliki harga koefesien Cronbach alpha hasil pengelompokan prestasi tinggi, sedang dan
(α) 0,824 dengan kriteria sangat tinggi, sedangkan rendah dari subjek penelitian.
instrumen tes kedua memiliki koefesien Cronbach
α 0,79 dengan kriteria tinggi.

66
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah

Tabel 1. Pengelompokan Prestasi dari Subjek Penelitian

No. Kelompok Jumlah (N) subjek


prestasi penelitian IP terendah IP tertinggi

1. Tinggi 13 3,20 3,80


2. Sedang 54 2,63 3,15
3. Rendah 12 2,18 2,58

Pengaruh MPKOKG Terhadap Kemampuan tingkat kepercayaan 95 % untuk keseluruhan


Generik Sains kemampuan generik sains yang terkembangkan
Pada Tabel 2 disajikan hasil analisis rerata calon guru kimia untuk berbagai kelompok
skor postes, skor pretes, N-gain, harga t hitung, prestasi.
dan harga signifikansi (P) uji dua pihak dengan

Tabel 2. Skor Pretes dan Postes Kemampuan Generik sains Calon Guru Kimia Setelah MPKOKG
Diterapkan
Kel. Jumlah Rerata Rerata signifi-
N-gain t- hitung Keputusan
prestasi subjek Postes Pretes kansi*)
Tinggi 13 165,0 112,6 0,62 27,09 0,000 Signi-fikan
Sedang 54 149,9 83,9 0,57 33,13 0,000 Signi-fikan
Rendah 12 128,3 62,2 0,47 12,39 0,000 Signi-fikan
*) Harga signifikansi (P) dengan uji dua pihak dan tingkat kepercayaan 95 %

Berdasar Tabel 2, ditemukan hasil Hasil uji beda rerata skor pretes dan postes
penelitian bahwa MPKOKG telah mampu dengan uji paired sample test (uji-t), maka
meningkatkan penguasaan kemampuan generik diperoleh harga t-hitung pada taraf kepercayaan
sains calon guru kimia untuk semua kelompok 95 % (uji dua pihak) untuk prestasi tinggi, sedang
prestasi tinggi, sedang dan rendah. Jika ketiga dan rendah berturut-tu-rut adalah 27,096; 33,137
harga N-gain dari kelompok prestasi tinggi, sedang, dan 12,391. Harga t-hitung yang diperoleh lebih
dan rendah dihitung reratanya maka diperoleh besar daripada t-tabel dengan db yang
harga N-gain 0,554 atau 55,4 %; sedangkan secara bersesuaian, sehingga diputuskan terdapat
kelompok harga N-gainnya 0,618; 0,57 dan 0,475 peningkatan penguasaan keseluruhan kemampuan
untuk kelompok prestasi tinggi, sedang, dan generik sains bagi calon guru kimia secara
rendah. Peningkatan kemampuan gene-rik signifikan antara sebelum dan sesudah penerapan
mencapai harga rerata N-gain 0,554 seperti pada MPKOKG.
temuan ini termasuk tingkat pencapaian sedang
(Hake, 1998). Harga N-gain Setiap Kemampuan Generik Sains
Hasil penelitian ini juga menunjukkan pola Pada penelitian ini dilakukan pengolahan
keteraturan bahwa daya serap penguasaan setiap kemampuan generik sains.terlihat harga N-
kemampuan generik sains dari mahasiswa prestasi gain untuk penguasaan kemampuan generik sains
tinggi lebih baik daripada kelompok prestasi dari urutan harga N-gain terendah ke harga N-gain
sedang dan rendah. Hasil penelitian ini sejalan hasil tertinggi adalah kemampuan generik sains (a)
temuan Gerace dan Beaty (2005) menyatakan konsistensi logis, (b) pengamatan, (c) hukum sebab
dalam pembelajaran yang menekankan akibat, (d) inferensi logika, (e) abstraksi, (f) bahasa
kemampuan berpikir, mahasiswa prestasi tinggi simbolik, (g) kesadaran tentang skala, (h) logical
lebih baik daripada prestasi rendah, karena mereka frame, dan (i) pemodelan. Kemampuan generik
memiliki retensi memori jangka panjang lebih baik. sains pemodelan dengan taraf pencapaian tinggi
yaitu N-gain 0,715. Sedangkan kemampuan generik

67
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
sains yang terkembangkan dengan taraf sains lain yaitu konsistensi logis, pengamatan,
pencapaian sedang, tetapi harga N-gain dibawah abstraksi, bahasa simbolik, kesadaran tentang
0,400 adalah kemampuan generik sains skala, dan logical frame terdapat perbedaan yang
konsistensi logis yaitu dengan harga N-gain signifikan antara kelompok prestasi tinggi dan
sebesar 0,330. rendah
Rendahnya harga N-gain kemampuan Mengacu hasil penelitian ini, maka terdapat
generik sains konsistensi logis, karena kemampuan model pem-belajaran yang dapat diterima oleh
berpikir konsistensi logis memerlukan tingkat semua kelompok prestasi, sehingga antara
berpikir dasar tingkat tinggi. Kemampuan generik kelompok prestasi tinggi dan rendah tidak terdapat
konsistensi logis menuntut mahasiswa perbedaan yang signifikan dalam penguasaan
menghubungkan antar konsep atau data kemampuan generik sains. Pada sisi lain terdapat
eksperimen Kimia Organik yang dimiliki dengan model pembelajaran yang hanya cocok untuk
konsep atau data eksperimen Kimia Organik yang kelompok prestasi tinggi, sehingga terdapat
lain; kemudian mensintesisnya menjadi suatu perbedaan yang signifikan antara mahasiswa
bentuk keteraturan pola tertentu. Kemampuan kelompok prestasi tinggi dan rendah. Oleh sebab
generik sains dalam tingkat pencapain sedang itu perlunya bimbingan dan layanan tertentu bagi
dengan harga N-gain antara 0,50-0,70 (cenderung kelompok prestasi rendah agar menguasai
tinggi) adalah bahasa simbolik, kesadaran tentang kemampuan generik sains yang sulit
skala dan logical frame. terkembangkan tersebut.

Kemampuan generik sains Antar Prestasi Tinggi Penguasaan Konsep Calon Guru Kimia
dan Rendah Hasil kedua dari penelitian ini adalah
Berdasarkan hasil uji independent sample pengaruh penerapam MPKOKG terhadap
tes (uji t), ditemukan bahwa tidak terdapat penguasaan konsep Kimia Organik bagi calon guru
perbedaan secara signifikan antara mahasiswa kimia. Sehubungan pentingnya penguasaan
prestasi tinggi dan rendah yaitu pada konsep, uraian berikut disajikan hasil analisis skor
kemampuangenerik sains hukum sebab akibat, penguasaan konsep Kimia Organik calon guru kimia
inferensi logika, dan pemodelan. Hal tersebut untuk setiap pokok bahasan yang diungkap
ditandai oleh harga t-hitung lebih kecil daripada t- melalui instrumen penelitian tes. Pada Tabel 3
tabel pada taraf kepercayaan 95 % (uji dua pihak). disajikan keseluruhan penguasaan konsep Kimia
Sedangkan untuk enam jenis kemampuan generik Organik subjek penelitian.

Tabel 3. Rerata Pretes, Postes, N-gain (%), Harga -t hitung untuk Penguasaan Konsep Kimia Organik

Rerata Rerata N-gain Uji t Signifikansi


Pokok Bahasan Keputusan
Pretes Postes (db 23) (P)*)

Atom dan Molekul


31,32 46,28 51,1 17,12 0,00 Signifikan
(Bab I)

Orbital dan Ikatan


kovalen 11,60 27,39 55,3 19,48 0,00 Signifikan
(Bab II)
Isomeri, Tata Nama,
Alkana 30,30 48,89 63,6 20,78 0,00 Signifikan
(Bab III)
Stereokimia
14,67 27,05 46,2 22,743 0,00 Signifikan
(Bab IV)
*) Harga signifikansi pada uji dua pihak dengan tingkat kepercayaan 95%

68
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Pada Tabel 3 diketahui bahwa mahasiswa
calon guru kimia mengalami peningkatan 70 63.60
60 51.10 55.30 48.89
penguasaan konsep organik dengan harga rerata 50
46.20 46.28

N-gain (%) berturut-turut 51,1; 55,3; 63,6 dan 40


27.05
31.32 27.40 30.30
30
46,20 untuk pokok bahasan atom dan molekul 20 14.67 11.06
(Bab I), orbital dan peranannya dalam ikatan 10

kovalen (Bab II), Isomeri struktur, tata nama, 0


Bab IV Bab I Bab II Bab III
alkana (bab III), dan stereokimia (bab IV). Mengacu Pokok Bahasan

pada harga N-gain diketahui bahwa peningkatan Skor Pretes Skor Postes Skor N-gain (%)

penguasaan konsep Kimia Organik pada keempat


pokok bahasan memiliki rerata N-gain pada taraf Gambar 1. Skor pretes, postes dan harga N-gain
pencapaian kategori sedang (Hake, 1998). Hasil (%) penguasaan konsep pada setiap
analisis dengan uji t dengan tingkat kepercayaan 95 pokok bahasan
% (uji dua pihak) menunjukkan bahwa harga
signifikansi (P) adalah 0,00 dan lebih kecil dari Pada penelitian ini peningkatan
harga alpha (0,025). Dengan demikian model penguasaan konsep calon guru kimia, selain dilihat
pembelajaran yang diterapkan mampu dari harga N-gain, signifikansi dengan uji-t, tetapi
memberikan perbedaan yang signifikan mengenai juga dilihat dari perolehan skor dari hasil tes untuk
penguasan konsep Kimia Organik bagi calon guru setiap instrumen penelitian. Tabel 3 disajikan
kimia. analisis skor pretes dan postes penguasaan konsep
Pada Gambar 1 disajikan urutan Kimia Organik pada calon guru kimia. Pada Tabel 3
peningkatan penguasaan konsep Kimia Organik terloihat skor maksimal pretes mencapai 68 untuk
mulai dari harga N-gain rendah ke harga N-gain topik atom, molekul dan orbital dan peranannya;
tinggi yaitu penguasaan konsep untuk pokok serta skor pretes 82 untuk pokok bahasan isomeri
bahasan Stereokimia, Atom dan molekul, Orbital struktur, tata nama, alkana, stereokimia. Setelah
dan peranannya dalam ikatan kovalen, dan Isomeri pembelajaran mengalami peningkatan skor
struktur, tata nama, dan alkana. Dengan demikian maksimal dari 68 menjadi skor 92 untuk pokok
terlihat bahwa penguasaan konsep pada bahasan atom dan molekul, serta orbital dan
stereokimia lebih sulit dibandingkan ketiga pokok peranannya dalam ikatan kovalen. Untuk pokok
bahasan yang lain. Hasil ini wajar, karena konsep- bahasan isomeri struktur, tata nama, alkana dan
konsep berkaitan isomer geometrik, kiralitas, dan stereokimia mengalami peningkatan skor maksimal
konfigurasi R/S dalam stereokimia termasuk dari 82 menjadi 97.
konsep-konsep yang membutuhkan tingkat
berpikir abstraksi yang lebih tingggi untuk
memahaminya.

Tabel 3 Penguasaan Konsep Kimia Organik Subjek Penelitian


Jenis Skor Skor Skor Skor di atas 60
Pokok Bahasan
Tes minimal maksimal Rerata (%)

Atom dan mo-lekul, orbital Postes 34 92 73,25 86,1


dan peranan-nya dalam
ikatan kovalen
(Skor maks. 100) Pretes 18 68 40,61 7,6

Isomeri struk-tur, tata Postes 45 97 75,94 91,1


nama, alkana ,dan
stereokimia (Skor maks.
100) Pretes 23 82 44,97 7,6

69
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Penguasaan Konsep Antar Prestasi Tinggi dan Hasil penelitian ini ditemukan bahwa
Rendah pendekatan pem-belajaran yang diterapkan yang
Hasil pengolahan data melalui uji meliputi pendekatan pemecahan masalah,
indepenentd sample test (uji t-tes) skor rerata keterampilan proses sains, peta konsep, diikuti
postes untuk kelompok prestasi tinggi dan rendah tugas individu dan kelompok. Pada penelitian ini,
pada setiap pokok bahasan yang terkuasai oleh pembelajaran yang diterapkan selalu
mahasiswa calon guru kimia, datanya disajikan mengkondisikan mahasiswa aktif berpikir, serta
Tabel 4. Dari hasil ini diketemukan bahwa terdapat memanfaatkan media komputer untuk pemodelan,
perbedaan pe-ningkatan secara signifikan antara visualisasi animasi-simulasi gambar, dan grafik
mahasiswa kelompok prestasi tinggi dan rendah telah cukup baik dalam meningkatkan penguasaan
dalam penguasaan konsep Kimia Organik dalam konsep dari calon guru kimia.
keempat pokok bahasan tersebut. Hal tersebut
ditandai harga t-hitung lebih besar daripada t-tabel
pada taraf kepercayaan 95 % (uji dua pihak).

Tabel 4 Hasil Uji t-tes Skor Postes Penguasaan Konsep Kimia Organik Antara Prestasi Tinggi dan Rendah
Harga t
Harga
No. Pokok Bahasan Hitung Tabel Keputusan
signifikansi (P)*)
(db 23)
Atom dan mo- 0,000 Signifikan
01. 4,645 2,069
lekul (Bab I)
Orbital dan Pe-
ranannya dalam
02. 3,287 2,069 0,003 Signifikan
ikatan kovalen
(Bab II)
Isomeri struktur, Signifikan
03. Tata Nama, Al- 3,109 2,069 0,005
kana (Bab III)
Stereokimia Signifikan
04. 3,453 2,069 0,002
(Bab IV)
*) Harga signifikansi pada uji dua pihak dengan tingkat kepercayaan 95%

Pembahasan temuan ini dapat dikatakan wajar dan tidak jauh


Peningkatan Penguasaan Kemampuan Generik berbeda dengan hasil penelitian Hartono.
Calon Guru Kimia Dengan memperhatikan pola keteraturan
Berdasarkan hasil temuan penelitian ini harga N-gain dari harga N-gain tinggi ke rendah,
terlihat bahwa MPKOKG telah mampu ditemukan suatu pola keteraturan berikut
mengembangkan sejumlah penguasaan penguasaan kemampuan generik sains mahasiswa
kemampuan generik sains bagi calon guru kimia, kelompok prestasi tinggi lebih baik daripada
baik kelompok prestasi tinggi, sedang, dan rendah. kelompok prestasi sedang dan rendah. Hasil
Harga peningkatan penguasaan kemampuan penelitian ini sejalan hasil temuan Gerace dan
generik sains pada calon guru kimia adalah 0,554 Beaty (2005) yang menemukan pola keteraturan
termasuk kategori pencapaian sedang (Hake, dalam pembelajaran fisika dan sains yang
1998). Hasil temuan penelitian ini jika menekankan keterampilan berpikir pemecahan
dibandingkan hasil penelitian Hartono (2005) yang masalah, maka mahasiswa prestasi tinggi lebih
menunjukkan pencapaian normalized gain rerata baik daripada mahasiswa prestasi rendah. Hal
0,50 dalam pembelajaran Fisika Moderen tersebut terjadi karena mahasiswa kelompok
berorientasi kemampuan generik sains, maka prestasi tinggi memiliki kemampuan analisis
berpikir dan retensi memori jangka panjang lebih

70
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
baik daripada kelompok prestasi sedang dan terkembangkan, sedangkan hasil penelitian ini
rendah. kemampuan generik pengamatan termasuk sulit
Hasil analisis perbedaan rerata skor pretes terkembangkan pada calon guru kimia.
dan postes meng-gunakan paired sample test (uji t) Kemampuan generik konsistensi logis
untuk keseluruhan kemampuan generik sains, memiliki harga N-gain terkecil dan berarti
diketahui bahwa nilai t-hitung lebih besar dari kemampuangenerik ini belum terkembangkan
pada t-tabel dengan taraf kepercayaan 95 %, dengan baik, hal ini dilihat dari harga N-gain yang
sehingga ditemukan bahwa penerapan MPKO-KG menunjukkan harga N-gain rendah yaitu 0,330.
telah mampu meningkatkan penguasaan Menurut Brotosiswojo (2001) kemampuan generik
kemampuan generik sains calon guru kimia. Jika konsistensi logis pada urutan sedang yaitu urutan
diperhatikan secara individual dari 79 mahasiswa keenam dari sepuluh kemampuangenerik yang
calon guru kimia, maka terdapat 12 mahasiswa dari ada. Hasil temuan ini berarti model pembelajaran
kelompok prestasi rendah yang perlu mendapat konsep Kimia Organik untuk mengembangkan
perhatian dan layanan bimbingan selama kemampuan generik sains belum mampu secara
pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan kelompok optimal untuk mengembangkan kemampuan
prestasi rendah memiliki selisih harga N-gain yang berpikir konsistensi logis calon guru kimia.
cukup besar dengan nilai N-gain kelompok prestasi Kemampuan generik konsistensi logis dengan N-
tinggi yaitu sebesar 0,143. Kelompok prestasi gain rendah, berarti menunjukkan pula bahwa
rendah memiliki N-gain 0,475. Sedangan konsep Kimia Organik untuk mengembangkan
mahasiswa kelompok prestasi tinggi memiliki nilai kemampuan generik konsistensi logis seperti
N-gain 0,618, hal ini menunjukkan kelompok hubungan sifat keelektronegatifan unsur dan
prestasi rendah masih mam-pu ditingkatkan kepolaran senyawa organik; hubungan antara
kemampuan generik sainsnya.. ikatan hidrogen dan titik didih, hubungan jenis
Hasil penelitian ini ditemukan urutan orbital hibrida dengan panjang ikatan belum ter-
penguasaan kemam-puan generik sains calon guru kuasai dengan baik oleh calon guru kimia. Hasil
kimia dari urutan harga N-gain terendah yang temuan ini diperkuat dari analisis harga rerata N-
bermakna sulit terkembangkan ke harga N-gain gain penguasaan konsep untuk mengembangkan
tinggi yang berarti mudah terkembangkan adalah kemampuan generik konsistensi logis juga
sebagai berikut kemampuankonsistensi logis mencapai harga N-gain pada taraf pencapaian
(0,330), pengamatan langsung dan tak langsung sedang.
(0,436), hukum sebab akibat (0,445), inferensi Kemampuangenerik hukum sebab akibat
logika (0,464), abstraksi (0,494), bahasa simbolik menurut kategori Brotosiswojo (2001) sebagai
(0,522), kesadaran tentang skala (0,560), logical kemampuan generik dalam kategori sedang atau
frame (0,618); dan pemodelan (0,715). cukup sulit dikembangkan. Hasil temuan ini
Brotosiswojo (2001) mengemukakan urutan menujukkan peningkatan harga N-gain kelompok
kemampuan generik sains dari yang sukar prestasi rendah lebih baik daripada kelompok
dikembangkan ke urutan kemampuan generik yang prestasi tinggi, hal ini dimungkinkan perbedaan
mudah dikembangkan adalah kemampuangenerik pemahaman aturan, hukum, atau prinsip dari
abstraksi, inferensi logika, pemodelan, hukum kelompok prestasi tinggi dan rendah. Hartono
sebab akibat, konsistensi logis, logical frame, (2005) menyatakan kemampuan berpikir hukum
bahasa simbolik, kesadaran tentang skala, sebab akibat berkaitan menghubungkan dua atau
pengamatan tak langsung, dan pengamatan lebih hukum, teori, dan prinsip (variabel), sehingga
langsung. Hasil temuan penelitian ini terdapat ke- temuan ini wajar, sebab masih pada tingkat
terampilan generik sains yang memiliki pola kemampuan berpikir dasar.
urutan tingkat kesulitan yang sama dengan Kemampuan generik inferensi logika,
Brotosiswojo tetapi terdapat pula yang diketahui dari ketiga kelompok prestasi ditemukan
bertentangan. Untuk kemampuangenerik bahwa kelompok prestasi tinggi mencapai N-gain
pemodelan sulit terkembangkan menurut tertinggi yaitu 0,54 yang berarti skor pencapaian
Brotosiswojo (2001), ternyata hasil penelitian ini sedang. Untuk nilai N-gain terendah adalah
mudah terkembangkan. Kemampuan generik kelompok prestasi sedang harga N-gain 0,420.
penga-matan menurut Brotosiswojo (2001) mudah Hasil te-muan ini wajar, sebab inferensi logika

71
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
melibatkan kemampuan berpikir kompleks dalam meningkatkan penguasaan konsep daya nalar
menyusun dan merumuskan kesimpulan. Hal mahasiswa.
inilah, mengapa kelompok prestasi tinggi lebih baik Brotosiswojo (2001) menempatkan
daripada kedua kelompok prestasi lain. kemampuan generik sains inferensi logika dan
Kemampuan generik abstraksi calon guru abstraksi sebagai kemampuan generik saims yang
kimia. telah mengalami peningkatan hingga sulit dikembangkan. Sependapat dengan
mencapai harga rerata N-gain 0,494 atau 49,4 % Brotosiswojo, ternyata hasil temuan penelitian ini
se-telah MPKOKG diterapkan dan termasuk taraf juga diperoleh data bahwa kemampuangenerik
pencapaian sedang. Ber-dasarkan harga N-gain abstraksi, inferensi logika, dan hukum sebab akibat
tersebut, ternyata terdapat perbedaaan yang sebagai kemampuan generik sains yang belum
signifikan antara kelompok prestasi tinggi dan terkembangkan sampai tingkat pencapaian N-gain
rendah, temuan ini sesuai temuan Mahaffy (2005) tinggi.
dan Suma (2003). Sedangkan untuk kemampuan
generik sains kesadaran tentang skala, logical Penguasaan Konsep Kimia Organik Calon Guru
frame, dan pemodelan termasuk kemampuan Kimia
generik sains yang mudah dikembangkan; sehingga Hasil temuan penelitian ini ditemukan
selisih skor pretes dan postesnya cukup besar. pokok bahasan stereokimia dan pokok bahasan
Kemampuan generik sains pengamatan atom dan molekul memiliki harga N-gain sedang
termasuk kategori mudah dikuasai menurut (N-gain 0,46 dan 0,51). Hal tersebut, karena konsep
kategori Brotosiswojo. Kenyataannya hasil pada stereokimia, atom, dan molekul selain
penelitian ini adalah kemampuangenerik untuk sebagai wahana mengembangkan kemampuan
pengamatan sulit terkembangkan. Hal ini generik bahasa simbolik dan pemodelan, tetapi
disebabkan tuntutan dari hasil penelitian ini tidak juga untuk mengembangkan kemampuangenerik
sebatas kemampuan melihat (observer), tetapi yang sulit terkembangkan seperti
dituntut kecermatan dan kemampuan kemampuangenerik abstraksi, inferensi logika,
menganalisis hasil pengamatan, meng-integrasikan hukum sebab akibat dan konsistensi logis.
hasil pengamatan, kemampuan sintesis dalam Pada hasil penelitian ditemukan bahwa
merumus-kan kesimpulan, serta terdapat perbedaan signifikan antara mahasiswa
mempresentasikan hasil pengamatan.. kelompok prestasi tinggi dan rendah dalam
Kemampuan generik sains pemodelan penguasaan konsep Kimia Organik dalam keempat
merupakan satu-satunya yang memiliki harga N- pokok bahasan yang dijadikan objek penelitian ini.
gain dalam kategori tinggi yaitu 0,715 atau 71,5 %. Hal tersebut ditandai harga t-hitung lebih besar
Hal ini berarti model pembelajaran berbantuan daripada t-tabel pada taraf kepercayaan 95 % (uji
komputer untuk visualisasi animasi-simulasi dua pihak). Hal ini berati MPKOKG telah mampu
gambar dua dan tiga dimensi, simbol dan rumus meningkatkan penguasan konsep calon guru kimia,
molekul Kimia Organik, penggunaan alat peraga namun dalam pelaksanaannya perlu ada
model molekul untuk mengkong-kritkan konsep bimbingan untuk mahasiswa kelompok prestasi
yang abstrak dari rumus struktur dan isomer rendah.
struktur dan geometrik, serta kegiatan latihan Hasil analisis skor pretes dan postes,
terstruktur pemecahan masalah diikuti responsi mahasiswa calon guru kimia telah mengalami
telah efektik untuk mengembangkan kemampuan peningkatan penguasaan konsep-konsep organik
generik sains pemodelan bagi calon guru kimia. dengan harga N-gain paling rendah dalam
Hasil temuan ini sebagai salah satu alternatif penelitian ini yaitu 0,323 pada penguasaan konsep
jawaban untuk mengembangkan kemampuan isomeri geometrik dari alkena, hal ini terjadi karena
generik pemodelan yang menurut Brotosiswojo pertanyaannya menuntut kemampuan generik
sulit terkembangkan, namun hasil penelitian ini dalam berabstraksi, pemodelan dan bahasa
mengalami peningkatan N-gain dalam kategori simbolik, sehingga kelompok prestasi sedang dan
tinggi. Tsoi (2007) menyatakan pembelajaran rendah belum menguasai kemampuanbeabstraksi
berbantuan multimedia mampu mengkongkritkan dengan baik. Retno DS (2006) dalam bidang ste-
konsep kimia yang abstrak, mikroskopik, dan reokimia anorganik, menemukan kelompok
keruangan struktur molekul sehingga

72
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
prestasi tinggi lebih baik daripada kelom-pok va-riabel-variabel masalah, dan akhirnya
prestasi sedang dan rendah. menemukan langkah-langkah untuk penyelesaian
masalah tersebut.
Tanggapan, Keunggulan dan Keterbatasan Pembelajaran Kimia Organik dalam
MPKOKG. penelitian ini untuk mengembangkan kemampuan
Berdasarkan hasil analisis dari angket yang generik sains bagi calon guru kimia, walaupun telah
telah disebarkan pada mahasiswa, mkan dirancang secara baik dengan pertimbangan situasi
ditemukan suatu tanggapan positif terhadap dan kelas tetapi dari pengamatan selama penelitian
MPKOKG dengan penilaian yang tinggi untuk masih terdapat beberapa keterbatasan. Berikut
pertambahan konsep Kimia Organik, ajakan untuk terdapat sejumlah keterbatasan dalam penerapan
terlibat aktif selama pembelajaran, serta MPKOKG yang telah dikembangkan yaitu (a)
pemberian layanan bimbingan. Pada penerapan pembelajaran ini lebih efektif jika jumlah peserta
MPKOKG ditemukan beberapa keunggulan yaitu (a) yang tidak begitu banyak, (b) memerlukan
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan perangkat komputer dan waktu belajar dengan
penguasaan konsep Kimia Organik dan jumlah yang cukup, (c) kontrol terhadap
kemampuan generik sains bagi calon guru kimia, kemampuan calon guru kimia masih perlu
(b) memungkinkan dosen melakukan layanan diperhatikan, karena pada penelitian ini sebagai
bimbingan individual. Layanan individu kepada variabe; penelitianbya hanya penguasaan konsep
mahasiswa telaksana, karena pada proses dalam Kimia Organik, kemampuan generik sains,
pembelajaran dengan MPKOKG selalu diikuti oleh dan model pembelajaran. Sedangkan untuk variabel
lembaran pertanyaan dimana per-tanyaan bersifat lain seperti : minat, motivasi, gaya kognitif, dan
membimbing dan disusun secara sistematis serta lingkungan belajar tidak dikontrol.
berurutan sesuai konsep-konsep yang akan
diajarkan dan tingkat kesulitan yang beragam SIMPULAN DAN SARAN
sehingga menjadikan mahasiswa merasa terbantu Berdasarkan dari hasil penelitian, temuan,
dalam memahami konsep Kimia Organik serta dan pembahasan dapat disimpulkan hal-hal
kemampuan generik sains yang dikembangkan bagi sebagai berikut : (a) Karakteristik MPKOKG adalah
calon guru kimia, (c) memberikan contoh langsung pembelajaran yang berpusat aktivitas mahasiswa,
mengenai model pembelajaran kimia berorientasi diikuti responsi, serta tugas individu dan kelompok
kemampuan generik sains pada calon guru kimia. yang harus diselesaikan diluar kelas,
Pada penelitian ini dengan keterlibatan aktif mengkondisikan maha-iswa untuk aktif berpikir,
mahasiswa calon guru kimia secara terus menerus dan memanfaatkan keunggulan komputer, (b)
dalam pembelajaran kimia organik dan Penerapan MPKOKG mampu meningkatkan
kemampuan generik sains diharapkan memiliki penguasaan kemampuan generik sains calon guru
keterampilan berpikir yang teratur yang kimia sampai pada tingkat pencapaian harga N-
merupakan perangkat handal untuk dapat gain kategori tinggi dan sedang. Harga N-gain
menyelesaikan masalah. Apabila hal ini dikaitkan tertinggi dicapai pada penguasaan
dengan tugas mahasiswa sebagai calon guru kimia kemampuangenerik untuk pemodelan. Mahasiswa
maka dapat dikatakan sangat relevan karena calon guru kimia kelompok prestasi tinggi memiliki
mereka tidak hanya mendengar ceramah, atau tingkat penguasaan yang lebih baik dalam
sekedar melihat, tetapi bahkan dia mengalami kemampuan konsistensi logis, pengamatan
sendiri pembelajaran yang berpusat pada langsung dan tak langsung, abstraksi, bahasa
mahasiswa yang belajar. Ini merupakan bekal yang simbolik, kesadaran tentang skala, dan logical
berguna bagi para calon guru kimia karena di frame dibandingkan mahasiswa kelompok prestasi
lapangan kelak mereka berandil besar daam rendah, (b)Penerapan MPKOKG mampu
menemukan kualitas pembelajaran kimia di meningkatkan penguasaan konsep Kimia Organik
sekoah-sekolah kelak. Carind dan Sund (1989) calon guru kimia sampai pada harga N-gain
menyatakan keunggulan suatu pembelajaran kategori sedang, (c) Mahasiswa memberikan
berpusat aktivitas mahasiswa adalah mahasiswa tanggapan positif terhadap MPKOKG dengan
akan terlatih berpikir secara ber-kelanjutan melalui penilaian yang tinggi untuk pertambahan konsep
kegiatan mengenali masalah, mengidentifikasikan Kimia Organik, ajakan untuk terlibat aktif selama

73
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
pembelajaran, serta pemberian layanan solving in physics instruction. Article
bimbingan, presentated in 9th Com-mon Conference of the
.Berdasarkan hasil temuan dan Cyprus Physics Association and Greek Physics
pembahasan penelitian ini, maka beberapa saran- Association, Feb 4-6 2005 in University of
saran yang dapat disampaikan adalah: (a) Massachusetts Amherst.
Perlunya pengembangan model pembelajaran yang Hake, R.R., 2002. Relationship of individual
mampu mening-katkan penguasaan kemampuan student normalized lear-ning gains in
generik sains dan penguasaan konsep Kimia mechanics with gender, high-school, and
Organik bagi mahasiswa kelompok prestasi rendah, pretest scores on mathematics and spatial
(b) Perlunya dilakukan penelitian lebih luas visualizaton. tersedia on line: http: //www.
mengenai pengembangan model pembelajaran arxiv.org. and
bidang kimia lain di beberapa LPTK Indonesia untuk ____. (1998). Interactive-engagement vs traditional
me-ngembangkan kemampuan generik sains calon methods: a six thousand-student survey of
guru kimia, dan (c) . Perlunya dilakukan mechanics test data for introductory physics
pengembangan model pembelajaran sejenis untuk courses. American Journal of Physics, 66, 64-
penelitian kelas besar. 74.
Hartono. 2005. Pembelajaran Fisika Moderen Bagi
DAFTAR RUJUKAN Mahasiswa Calon Guru, Disertasi. Bandung:
Arter, J., and J. McTighe. 2000. Scoring Rubrics in PPS UPI.
Classroom: Using Performance Criteria for Mahaffy, P. 2005. The Future Shape of Chemistry
Assessing and Improving Student Education. Chemistry Educa-tion: Research
Performance (Experts in Assesment. ediors. and Practice. 24(3): 229-245.
Guskey, T.R, and J. Marzano). California: McDermott, L.C. (1990). A perspective on teacher
Corwin Press. Inc. preparation in physics and other science. The
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. need for special science for teacher,
Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat American Journal of Physics. 58(8), 734-742.
Satuan Pendidikan jenjang pendidikan dasar National Science Education Standards. 1996).
dan menengah. Jakarta: Depdiknas. Standards for Pro-fessional Development for
____. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Teachers of Science. Washington: National
Mata Pelajaran Kimia SMA. Jakarta: Academy Press.
Depdiknas. Retno D.S. 2006. Pembekalan Kemampuan Generik
Brotosiswojo, B.S. 2001. Hakekat Pembelajaran Bagi Calon Guru Melalui Pembelajaran Kimia
MIPA dan Kiat Pembelajaran Kimia di Anorganik Berbasis Multimedia Komputer,
Perguruan Tinggi. Jakarta: PAU-PPAI Disertasi. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana
_____2004. Pembelajaran sains di sekolah UPI.
lanjutan. Makalah. Kuliah Stadium General. Sugiyono. 2004. Statistika untuk Penelitian
Tangaal 23 Mei 2005. Bandung: PPS UPI Bandung: Alfabeta.
Bucat, R. 2005. Implication of chemistry education Suma, K.2003. Pembekalan Kemampuan-
research for teaching practice: pedagogical Kemampuan Fisika Bagi Calon Guru. Disertasi,
content knowledge as a way forward. Bandung: PPS UPI
Chemical Education International. 6(1): 1-3.. ____.2004.Peningkatan pendidikan MIPA dalam
Carin, A.A. dan Sund, R.B. 1989, Teaching Science master plan pendidikan indonesia 2004.
Through Discovery (6th edition), Ohio: Merill Makalah. Semnas penelitian MIPA dan
Publishing Company pendidikan MIPA tanggal 2 Agustus 2003.
Depdiknas. 2004. Standar Kompetensi Guru SMA Yogyakarta: UNY.
Mapel Kimia. Jakarta: Direktur Tenaga Tilaar, A.R. 2001. Paradigma Baru Pendidikan
Kependidikan. Nasional. Jakarta: Ri-neka Cipta.
_____. 2002. Standar Kompetensi Guru. Dirjend Tsoi, M.F. 2007. Multimedia learning design: the
Dikti. Proyek P2TK. engaging phase. Makalah. Seminar nasional
Gerace , W.J, and I.D. Beaty. 2005. Teaching vs tanggal 11 April 2007. UPI-Bandung.
learning: changing perspectives on problem

74
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Surapranata. 2004. Peningkatan Pendidikan MIPA
Dalam Master Plan Pendidikan Indonesia
2004. Makalah. Semnas penelitian MIPA dan
pendidikan MIPA tanggal 2 Agustua 2003.
Yogyakarta: UNY

75
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah

KUALITAS ARGUMENTASI PADA DISKUSI ISU SOSIOSAINTIFIK


MIKROBIOLOGI MELALUI WEBLOG

1) 2) 3) 4)
Yanti Herlanti , Nuryani Y. Rustaman , Ijang Rohman , Any Fitriani
1) 2)
UIN Sayrif Hidayatullah, email: yantiherlanti@fitk-uinjkt.ac.id; nuryani_rustaman@yahoo.com
2)3)4)
Program Pendidikan IPA, SPS Universitas Pendidikan Indonesia

Abstrak
Penelitian untuk melihat kualitas argumentasi pada diskusi isu sosiosaintifik “Polemik E. sakazakii” melalui
weblog dilakukan dengan melibatkan sejumlah partisipan]. Dari 82 partisipan yang terlibat dalam diskusi
tersebut dipilih sampel secara acak (n=29) untuk kepentingan pengolahan data berdasarkan perwakilan
kelompok pro dan kelompok kontra, dengan jenjang partisipasi dalam diskusi beragam mulai rendah, sedang
sampai tinggi. Hasil analisis terhadap kualitas argumentasi menunjukkan secara sosial partisipan mampu
mencapai argumentasi level 5 sesuai dengan kerangka Osbone (2005). Sementara itu secara individual skor
rata-rata mencapai 3 sesuai kerangka Inci (2006), dan tidak menunjukkan adanya peningkatan secara signifikan
kemampuan berargumentasi individu antara sebelum dan sesudah diskusi dilakukan. Pengembangan
kerangka ‘scaffolding’ diperlukan untuk mempertahankan kualitas argumentasi secara sosial dan
meningkatkan kualitas argumentasi secara individual.

Kata kunci: isu sosiosaintifik, mikrobiologi, argumentasi, weblog

Pendahuluan untuk meningkatkan kualitas argumentasi


Penggunaan internet di Indoensia cukup pembelajar.
tinggi. Hasil survei Nielsen menunjukkan bahwa Argumentasi berperan penting dalam
sekitar 16,9% dari 200 juta penduduk Indonesia pengembangan pengetahuan sejak lama. Para
atau sekitar 39.600.000 penduduk telah pemikir besar seperti Aristoteles dan Plato telah
menggunakan internet. Menurut hasil survey memperkenalkan penting-nya argumentasi.
tersebut, setiap satu dari tujuh penduduk Bahkan Aristoteles pada abad ke-4 SM telah
Indonesia telah menggunakan internet (Hartono, membuat pendekatan logika atau dialetika dalam
2012). Perkembangan ini memberi kesempatan berargumentasi,yang kemudian dikenal dengan
kepada dunia pendidikan untuk menginte-grasikan model silogisme. Argumentasi juga berperan
internet dalam pembelajaran. Salah satunya penting dalam perkembangan sains. Sains bukan
dengan memanfaatkan media sosial weblog atau sekedar menemukan dan menyajikan fakta,
blog. melainkan membangun argumen dan
Weblog merupakan media sosial yang mempertimbangkannya, serta mendebat berbagai
bersifat interaktif, karena memiliki fasilitas penjelasan tentang fenomena (Osbone, Eduran &
pengiriman tulisan dan komentar. Komentar Simon, 2005; Mc Neill, 2009). Oleh sebab itu
adalah umpan balik yang diberikan pengunjung ilmuwan menggunakan argumentasi untuk
blog (blogwalker) terhadap tulisan yang dikirimkan mendukung teori, model, dan menjelaskan tentang
penulis blog (blogger). Fasilitas interaktif ini dapat fakta alam (Erduran, Ardac, & Guzel, 2006),
dimanfaatkan untuk berdiskusi dan beradu Hanya saja peranan argumentasi ini
argumen antar pengunjung dan penulis dan antar menurun dalam pendidikan sains atau sains
pengunjung satu dengan pengunjung lainnya. sekolahan. Menurut Osbone (2005), hanya 10%
Penggunaan fasilitas interaktif pada weblog dapat guru Sains yang menyajikan sains sebagai sebuah
menciptakan lingkungan belajar yang bersifat pengetahuan yang diuji [dibuktikan dengan] proses
partisipatif, kolaboratif, dan konstruktif (Brunsell pembuktian kebenarannya melalui penalaran,
& Cimino, 2009). Dunia pendidikan dapat konjektur, evaluasi bukti, dan mempertim-bangkan
memanfaatkan weblog sebagai sarana berdiskusi argumen kontra. Kebanyakan guru sains

76
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
menyajikan sains sebagai fakta tanpa pertanyaan memberikan umpan balik, dan mengevaluasi
epistemik. Erduran et al. (2006) menyatakan ideanya.
pendidikan sains lebih menekankan pada ‘apa’ Diskusi di kelas sains dapat mengambil
yang harus dipercayai daripada ‘mengapa’ harus konteks ilmiah atau sosiosaitifik. Menurut hasil
dipercayai. penelitian Osborne (2005) argumentasi pada
Pada perkuliahan sains di pendidikan sains, konteks ilmiah lebih sulit dari pada konteks sosio-
pada umumnya dosen memberikan berbagai saintifik. Hal ini karena diskusi dalam konteks sosio
fakta/konsep yang harus dicerna mahasiswa, saintifik lebih luas tidak hanya melibatkan
memberi kesempatan pada mahasiswa untuk pengetahuan saintifik, tetapi juga etika dan nilai.
bertanya, dan dosen akan menjawab pertanyaan Diskusi sosiosantifik dapat berupa isu dan
mahasiswa tersebut. Akibatnya mahasiswa hanya non isu. Isu dalam hal ini adalah permasalahan
menerima serangkaian informasi yang diberikan atau konsep sains yang menimbulkan kontroversi
dosen. Pada perkuliahan mikrobiologi, mahasiswa di masyarakat karena dipengarui oleh sudut
akan menerima begitu saja, bahwa “Mikroba pandang social politik. Salder & Zeidler (2005)
adalah makhluk hidup berukuran kecil dan yang menyatakan:
termasuk di dalamnya adalah bakteri, virus, “Sociosaintific issues are those that are ‘based on
khamir, dan protozoa”, “Mikroba dapat merugikan scientific concepts or problems, controversial in
dan menguntungkan”, “Mikroba memainkan nature, discussed in public outlets and frequently
peranan penting dalam bioteknologi”. Informasi subject to political and social influences”
yang diberikan oleh pengajar, dapat menjawab
apa, bagaimana, dan mengapa, tetapi proses yang Mikrobiologi termasuk salah satu bidang
dilakukan bersifat satu arah, argumentasi hanya yang kaya akan isu sosiosaintifik, karena sifat ilmu
dikemukakan oleh pengajar dan pembelajar harus mikrobiologi sebagai konsep dasar dan konsep
mempercayai/menerima saja informasi tersebut. aplikasi (Mandiga, 2002). Salah satu isu
Pada perkuliahan sains, jarang terjadi adu sosiosaintifik di bidang mikrobiologi yang sedang
argumentasi antara pengajar dan pebelajar, hangat di Indonesia saat ini adalah kontaminasi E.
padahal adu argumentasi diperlukan dalam sakazakii pada susu formula. Kontaminasi E.
mengkonstruksi pengetahuan. Faktor etika atau sakazakii menjadi isu, ketika dipengaruhi oleh
adab antara pengajar-pebelajar, kesenjangan sudut pandang politik ekonomi, sehingga
pengetahuan pengajar- pebelajar r, dan menimbulkan polemik yang cukup alot.
keterbatasan waktu penyampaian materi menjadi Penelitian ini dimaksudkan untuk
kendala dalam adu argumentasi pengajarpebelajar. menganalisis kualitas argumentasi mahasiswa
Walau demikian, memberi kesempatan pebelajar ketika mendiskusikan isu sosiosaintifik, yaitu
untuk berargumentasi sangatlah penting. Erduran Polemik E. sakazakii. Argumentasi yang
et al. (2005) menyatakan pentingnya argumentasi ditampilkan mahasiswa, akan memperlihatkan pula
dilakukan dalam pendidikan sains, karena sains literasi mikrobiologi yang dimilikinya. Pelibatan
seyogianya diberikan sebagai sebuah proses mahasiswa dalam isu-isu sosiosaitifik yang terjadi
enquiry. Jadi mengajar sains tidak hanya di masyarakat adalah bentuk tanggung jawab
menyampaikan apa yang kita ketahui, tetapi lebih sebagai warga negara yang memiliki literasi sains.
jauh lagi bagaimana kita menjadi tahu dan Dawson & Venville (2009) mengungkapkan, literasi
mengapa kita mempercayainya. sains adalah menyiapkan warga negara masa
Cara yang dapat dilakukan untuk tetap depan untuk membuat keputusan terhadap isu
mengadakan pembelajaran yang bersifat sosiosaintifik secara personal dan kolektif.
argumentatif adalah melalui diskusi antarpebelajar.
Diskusi antarpebelajar bersifat mengadu kekuatan METODE
argumentasi dan menginteraksikan pengetahuan Metode penelitian bersifat deskriptif.
yang telah dida-patkannya pada perkuliahan untuk Penelitian melibatkan 82 orang partisipan yang
mengkonstruksi pengetahuan secara kolaboratif. mengambil mata kuliah mikrobiologi. Berdasarkan
Menurut Cross et al. (2008) diskusi di kelas sangat kelengkapan data dipilih 29 partisipan secara acak.
efektif dalam mengkontruksi pengetahuan, karena Kondisi partisipan berdasarkan pendapatnya
para pelajar mengemukan ideanya, bertanya, terlihat pada Tabel 1.

77
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah

Jumlah komentar ≥ 7 Jumlah komentar ≤ 6


Berkoment Tak di setiap Berkoment Tak setiap
Pendapat Jumlah
ar di setiap sesi ar di setiap sesi
sesi berkomentar sesi berkomentar
Setuju terhadap
pengumuman susu
0 5 2 2 9
terkontaminasi E.
sakazakii oleh IPB
Tidak setuju terhadap
pengumuman susu
5 9 1 5 20
terkontaminasi E.
sakazakii oleh IPB
Jumlah 19 10 29

Data yang terkumpul berupa pendapat 3) makalah argumentasi pasca pelaksa-naan


tertulis partisipan yang terdoku-mentasikan. diskusi.
Pendapat terdiri dari tiga, yaitu: 1) makalah Kualitas argumen pra dan pasca diskusi
argumentasi pra pelaksanaan diskusi, 2) dinilai dengan menggunakan kerangka kerja Inci
argumentasi ketika pelaksanaan diskusi dan (2006) sebagaimana tampak dalam Tabel 2.
terdokumentasi pada Adapun kualitas argumentasi pada saat
http://educationalmicrobiology.wordpress.com, pelaksanaan diskusi nilai dengan menggunakan
kerangka kerja Osborne (2005:372) (lihat Tabel 3).

Tabel 2. Penilaian menurut Kerangka Kerja Inci (2006)


Skor Model Kriteria
K
1 Hanya terdiri dari klaim
[klaim]
DK
2 Terdiri dari data dan klaim
[data, klaim]
DKP Terdiri dari data, penjamin (warrant), dan
3
[data, penjamin, klaim] klaim
DKPB
Terdiri dari data, penjamin, pendukung
4 [data, penjamin-pendukung,
penjamin, dan klaim
klaim]
DKPBR Terdiri dari data, penjamin, pendukung
5 [data, penjamin-pendukung, penjamin, penyanggah/Rebuttal (kualifikasi,
kualifikasi, reservasi, klaim] reservasi)

Tabel 3. Penilaian menurut Kerangka Kerja Osborne (2005)


Level Kriteria
1 Argumentasi mengandung klaim yang sederhana vs klaim kounter atau sebuah klaim vs klaim
2 Argumentasi mengandung klaim dengan data, penjamin, atau pendukung tetapi tidak
mengandung penyanggah
3 Argumentasi mengandung sebuah seri dari klaim atau klaim kounter baik dengan data,
penjamin, atau pendukung dengan penyanggah yang lemah
4 Argumentasi menunjukan argumen dengan sebuah klaim yang jelas teridentifikasi
rebutalnya, seperti sebuah argumen yang mempunyai beberapa klaim dan klaim kounter
tetapi sebetulnya tidak diperlukan
5 Argumen menunjukkan argumen yang lebih luas dengan lebih dari satu peyanggah

78
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Topik yang didiskusikan oleh partisipan Argumentasi pro:
adalah isu kontroversi E. sakazakii, dengan IPB menggunakan dana APBN untuk penelitian
standpoint: “Apakah IPB harus mengumumkan tersebut.
kelima merk susu formula terkontaminasi E. Elaborasi
sakazakii?”. Makalah argumentasi yang telah Pasal 23 UUD 1945 setiap lembaga yang
diberi skor dianalisis lebih lanjut untuk melihat menggunakan dana APBN harus
perbedaan rerata antara kelompok pro dan kontra bertanggung jawab kepada masyarakat
dengan menggunakan uji t independent, Argumen kontra:
perbedaan rerata skor pra dan pasca diskusi isu IPB tidak perlu mengumunkan kelima merk
melalui weblog dengan menggunakan uji t pair susu formula terkontaminasi E. sakazakii
sample, dan hubungan antara partisipasi dalam Elaborasi
diskusi dengan kualitas argumentasi dengan IPB memiliki etika penelitian, kebebasan
menggunakan korelasi product moment. SPSS 16 akademik, dan otonomi keilmuan yang
digunakan untuk melakukan perhitungan uji beda dijamin dalam pasal 24 UU No 20 tahun 2003
dan korelasi. tentang Sistim Pendidikan Nasional
Argumen kontra
HASIL PENELITIAN Penelitian yang dilakukan IPB bukan
A. Deskripsi Diskusi Isososiosaintifik melalui surveillance, tetapi tujuan penelitian adalah
Weblog meneliti bakteri yang mungkin terkandung
Sebanyak 660 komentar termuat dalam dalam susu formula.
weblog untuk menanggapi isu yang dikemukakan. Elaborasi
Deskripsi hasil diskusi dalam weblog adalah sebagai Hasil penelitian surveillance yang dilakukan
berikut. oleh BPOM secara periodik. Pada tahun 2008
Isu BPOM telah memeriksa 96 merk susu yang
E. sakazakii adalah flora normal yang beredar dipasaran dan tidak ada yang
menghuni usus hewan dan manusia. E. mengandung E. sakazakii. Kualitas susu
sakazakii menjadi terkenal di Indonesia, formula secara periodik diumumkan di
setelah IPB pada tahun 2008 mengumumkan website resmi kementrian kesehatan
hasil-hasil penelitian periode 2003-2006 Indonesia, sampai sekarang (April 2011)
melalui website resminya. Salah satu hasil tercatat 117 merk susu formula aman dari E.
penelitian-nya adalah “ditemukannya 5 sakazakii.
sampel susu formula dari 22 sampel Argumen kontra
penelitian terkon-taminasi E. sakazakii. E. E. sakazakii merupakan bakteri yang tidak
sakazakii menjadi polemik, ketika ada membentuk spora dan tumbuh pada rentang
tuntutan masyarakat untuk mengumumkan suhu yang luas yakni 6-47°C.
merk-merk susu formula yang Elaborasi
terkontaminasi E. sakazakii dan IPB bertahan E. sakazakii tidak membentuk spora maka
untuk tidak mengumumkan kelima merk bakteri ini mudah dibunuh oleh panas.
susu terkontaminasi E. sakazakii. Jumlah E. sakazakii dapat diturunkan
Argumen Pro: menjadi 1/10-nya, dengan pemanasan pada
IPB harus mengumumkan kelima merek susu suhu 60°C selama 2,5 menit. Masyarakat
formula terkontaminasi E. sakazakii. tidak perlu panik, bakteri tersebut tidak
Elaborasi: berbahaya seperti yang diduga dan akan
Konsumen berhak atas jaminan kenyaman, mati dengan suhu pemanasan 70 °C. Yang
keamanan, dan keselamatan dalam diperlukan masyarakat adalah cara penyajian
mengkonsumsi barang dan atau jasa (Pasal 5 susu formula yang steril dan sehat.
UU No 8 Tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen). Dan tindakan menutup-nutupi Kesimpulan Diskusi ‘Polemik E. sakazakii’
informasi merupakan perbuatan melawan Hasil diskusi dari polemik E. sakazakii adalah
hukum (pasal 1365 KUH Perdata). semua partisipan diskusi bersepakat bahwa
masyarakat perlu memahami cara penyajian

79
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
susu formula yang steril dan higenis, sehingga kontra. Pada pelaksanaan terjadi interupsi dari
tidak memungkinkan E. sakazakii untuk tumbuh partisipan lain di luar mahasiswa peserta kuliah,
berkembang dan ikut terminum oleh bayi. hal ini terjadi karena sistem weblog yang bersifat
Pemerintah dan komponen masyarakat terkait terbuka. Diskusi juga menunjukkan banyaknya
berparti-sipasi memberikan informasi yang jelas pengiriman pernyataan (statement) yang
dan tidak meresahkan masyarakat. Kontroversi mendapat dukungan dan tanggapan dari yang lain,
masih terjadi pada sisi perlu tidaknya yang kadang-kadang juga ada pertanyaan yang
transparansi diumumkannya merk susu yang ditanggapi oleh partisipan. Pola diskusi dapat
tercemar E. sakazakii pada periode 2003-2006. dilihat dari tekstur gramatikal leksiko (Eggins,
Kualitas argumentasi saat diskusi dinilai 2004). Tekstur gramatikal leksiko pada diskusi
dengan kerangka Osborne, gambarnya dapat polemik E.sakazakii adalah sebagai berikut.
dilihat pada Gambar 1 dan 2.

isu^tanggapan pro^tanggapan kontra^{pendukung pro}^{pendukung kontra}^(intrupsi orang


tidak dikenal)^{statement^pendukung statmen}^{moderator}^{peralihan
topik}^(bertanya^menanggapi pertanyaan)^(koreksi)

Keterangan:
{}= terjadi pengulangan
( ) = kadang-kadang terjadi

Klaim
Data
IPB sebagai pihak yang
Bakteri E. sakazakii mengetahui lima merk susu
ditenukan pada lima Penjamin yang tercemar, BPOM dan
merk susu formula Menteri Kesehatan sebagai
menurut penelitian • Kekhawatiran masyarakat badan yang bertanggung jawab
IPB pada tahun 2006 • Transparansi informasi terhadap kesehatan masyarakat
• Perlindungan keamanan, perlu mengumumkan kelima
kenyamanan dan keselamatan merk susu tersebut
konsumen
• Penelitian IPB menggunakan
dana APBN

Pendukung
• KUHP pasal 1365
• UU Perlindungan konsumen pasal 5
• UUD 1945 pasal 23

Gambar 1. Kualitas Argumentasi Kelompok Pro pada Weblog

Pola diskusi pada weblog dapat dimulai Berdasarkan deskripsi argumentasi, kualitas
dengan isu dilanjutkan dengan tangapan dari argumen dan tekstur gramatikal leksiko pada
kelompok pro, kemudian bantahan terhadap pro diskusi isu E. sakazii, terlihat bahwa menurut
dari kelompok kontra, selanjutnya secara berulang kerangka Osborne (2005), kualitas argumentasi
ditanggapi oleh para pendukung kelompok pro dan

80
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
pada diskusi isu E. sakazakii melalui weblog
menunjukkan level lima (5). Level 5 memiliki

Data
Klaim
Bakteri E. sakazakii
ditenukan pada lima Penjamin IPB sebagai pihak yang meneliti
merk susu formula tidak perlu mengumumkan lima
menurut penelitian • Etika penelitian merk susu formula yang
IPB pada tahun 2006 • Kebebasan akademik dan terkontaminasi E. sakazakii
otonomi keilmuan
• Sifat penelitian bukan
surveillance
• E. sakazakii, flora normal
non spora

Pendukung
• UU No 20 tahun 2003, pasal 24
• Surveillance sudah dilakukan oleh BPOM secara bekala
2008 ada 96 merk susu formula bebas E. sakazakii,
sampai April 2011 ada 117 merk susu formula aman dari
kontaminasi bakteri pathogen
• E. sakazakii, sebagai bakteri non spora akan berkurang
jumlahnya dengan pemanasan 60-70°C

Gambar 2. Kualitas Argumentasi Kelompok Pro pada Weblog

karakteristik argumen yang lebih luas dengan lebih Pada Tabel 4 tampak bahwa kualitas makalah
dari satu penyanggah. argumentasi sebagian besar baik sebelum maupun
sesudah diskusi berada pada model DKP. Tidak
B. Kualitas makalah argumentasi pra dan pasca terlalu banyak terjadi peningkatan kualitas
diskusi melalui weblog argumentasi sebelum dan sesudah diskusi melalui
Partisipan membuat makalah argumentasi weblog. Berdasarkan hasil uji beda, diketahui
sebelum diskusi pada awal weblog dan membuat bahwa kualitas argumentasi pada makalah
kembali makalah setelah diskusi selesai. Hasil partisipan sebelum dan sesudah diskusi pada
penilaian makalah berdasarkan katagori Inci (2006) weblog tidak berbeda nyata secara signifikan (lihat
dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 5).

Tabel 4. Kualitas Makalah Argumentasi Partisipan Sebelum dan Sesudah Diskusi Melalui Weblog
Sebelum Diskusi Setelah Diskusi
Model
n % n %
K
0 0 0 0
[klaim]
DK
2 6,9 1 3,4
[data, klaim]
DKP
24 82,8 26 89,7
[data, penjamin, klaim]
DKPB
3 10,3 2 6,9
[data, penjamin-pendukung,klaim]

81
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
DKPBR
[data, penjamin-pendukung, 0 0 0 0
kualifikasi, reservasi, klaim]
Jumlah 29 100 29 100

Tabel 5. Hasil Uji Beda Kualitas Argumentasi Sebelum dan Sesudah Diskusi Melalui Weblog
Paired Differences
Std. 95% Confidence Interval of the Sig.
Std. Error t df
Mean Deviatio Difference (2-tailed)
Mean
n Lower Upper
-.03448 .32544 .06043 -.15827 .08931 -.571 28 .573

Tabel 6. Kualitas Makalah Argumentasi Partisipan Sebelum dan Sesudah Diskusi Melalui Weblog
Partisipan Pro Partisipan Kontra
Model Pra Pasca Pra Pasca
Diskusi Diskusi Diskusi Diskusi
K
0 0 0 0
[klaim]
DK 1 1 1
0
[data, klaim] (9,1%) (11,1%) (5,6%)
DKP 8 7 16 19
[data, penjamin, klaim] (72,7%) (77,8%) (88,8%) (95%)
DKPB 2 1 1 1
[data, penjamin-pendukung, klaim] (18,2%) (11,1%) (5,6%) (5%)
DKPBR
[data, penjamin-pendukung, 0 0 0 0
kualifikasi, reservasi, klaim]
Jumlah 11 9 18 20

Partisipan terbagi menjadi dua kelompok partisipan kelompok pro (Kutipan a). Sebanyak
pro dan kontra terhadap polemik E. sakazakii. 6,9% partisipan yang berasal dari kelompok pro
Kualitas makalah argumentasi antara kedua berubah pendapat menjadi kelompok kontra
kelompok dapat dilihat pada Tabel 6. Pada Tabel 6 terhadap pengumuman susu terkontaminasi E.
memperlihatkan mayoritas kualitas argumentasi sakazakii oleh IPB dan pemerintah. Hal yang
pada partisipan pro dan kontra baik sebelum membuat mereka berubah pendapat dapat dilihat
maupun sesudah diskusi melalui weblog berada pada kutipan berikut (Kutipan b).
pada model DKP (Skor 3). Kualitas argumentasi Setelah membaca 660 komentar yang ada,
antara partisipan pro dan kontra tidak berbeda, hal maka saya mengubah berpendapat bahwa
ini diperlihatkan pula dari hasil uji beda tidak pemerintah dan IPB tidak perlu
berbeda signifikan (lihat Tabel 7 dan 8). mengumumkan merek-merek susu yang
Pada Tabel 6 juga tampak pengurangan tercemar E. sakazaki.Alasannya seperti yang
pada kelompok pro (dari 11 menjadi 9 partisipan) dikatakan teman-teman masyarakat tidak
dan penambahan pada kelompok kontra (dari 18 perlu khawatir lagi tentang E. sakazakii,
menjadi 20 partisipan) pasca diskusi melalui karena sudah ada penelitian baru yang
weblog. Ini berarti ada partisipan yang berubah dilakukan pada tahun 2009, yang
pendapat pasca diskusi, dan hal ini terjadi pada menyatakan bahwa susu formula yang
bredar di pasar indonesia sudah aman.

82
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Seharusnya jika masyarakat sudah Setelah membaca 660 komentar yang ada,
mengetahui informasi mengenai E.sakazakii maka saya mengubah berpendapat bahwa
tidak perlu resah lagi, karena tak semua pemerintah dan IPB perlu perlu
E.sakazakii itu berbahaya. Bakteri ini mengumumkan merek-merek susu yang
ditemukan pada sistem pencernaan tercemar E. sakazakii, dengan alasan
manusia dan hewan. Penelitian yang mulai dampak yang akan terjadi setelahnya.
dilakukan pada tahun 2003 bukanlah Banyak kemungkinan yang akan terjadi jika
penelitian survaillance, artinya peneliti tidak diumumkan pada masyarakat. Meskipun
mendaftar seluruh merek susu yang beredar memang dalam pasal 1365 KUH Perdata
di pasaran, tapi semata-mata mencari dijelaskan bahwa tindakan menutup-nutupi
bakteri yang terdapat pada susu. Pada tahun informasi adalah perbuatan melawan
2009 Badan POM mulai melakukan hukum, namun jika dilihat kembali dari segi
produsen susu dan pemerintah, pasti kedua
survaillance terhadap seluruh merek susu pihak tersebut akan kewalahan dengan
dan makanan bayi yang beredar di pasaran. masalah baru yang akan muncul. (Indah)
(A. Khalik) Kutipan a. Kutipan b.

Tabel 7. Hasil Uji Beda Kualitas Argumentasi Kelompok Pro dan Kontra Pra Diskusi Melalui Weblog
Levene's Test
for Equality
of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Mean Std. Error Interval of the
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Difference
Difference Difference
Lower Upper
PRE Equal variances
3.383 .077 .601 27 .553 .10000 .16643 -.24149 .44149
assumed
Equal variances
.513 12.360 .617 .10000 .19512 -.32375 .52375
not assumed

Tabel 8. Hasil Uji Beda Kualitas Argumentasi Kelompok Pro dan KontraPasca Diskusi Melalui Weblog
Levene's Test
for Equality
of Variances t-test for Equality of Means
95%
Confidence
Mean Std. Error Interval of the
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Difference Difference Difference
Lower Upper
Post Equal variances
31.448 .000 2.103 27 .045 .200 .095 .005 .395
assumed
Equal variances
1.500 9.000 .168 .200 .133 -.102 .502
not assumed

Sebanyak 13,8% (4 orang) partisipan tidak pasca diskusi melalui weblog menunjukkan.
melakukan perubahan pada makalah argumentasi Partisipan tersebut berargu-mentasi secara tertulis

83
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
sama persis antara pra dan pasca diskusi melalui (hanya satu kali berkontribusi selama diskusi),
weblog. Partisipan tersebut berasal dari kelompok sedang (5-7 kali berkontribusi dalam diskusi) dan
pro (25%) dan kontra (75%), dengan tingkat tinggi (> 10 kali berkontribusi dalam diskusi).
parsipasi dalam diskusi beragam dari mulai rendah

Tabel 9. Hasil Korelasi Pearson antara Jumlah Partisipasi dengan Kualitas Argumentasi Pra dan Pasca
Diskusi Melalui Weblog
Partisipasi
Pra diskusi Pearson Correlation -.091
Sig. (2-tailed) .637
N 29
Pasca diskusi Pearson Correlation -.243
Sig. (2-tailed) .203
N 29
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Jumlah partisipasi dalam diskusi, dengan Kontruksi pengetahuan secara sosial,


kualitas argumentasi secara tertulis baik pra tampaknya belum dapat terejawantahkan
maupun pasca diskusi pun tampaknya tidak secara individual. Diperlukan kerangka
berkorelasi secara signifikan. Tabel 9 memperlihat ‘scaffolding’ tertentu yang bersifat reflektif
korelasi yang tidak signifikan antar jumlah dan dapat membantu partisipan untuk
partisipasi dalam diskusi dengan kualitas mencapai skor tertinggi kualitas
argumentasi pra dan pasca diskusi melalui weblog. argumentasi.
3. Jumlah partisipasi tidak berkolarasi secara
Kesimpulan signifikan dengan kualitas argumentasi.
Secara sosial, kualitas argumentasi selama Kelompok pro dan kontra mempunyai
diskusi melalui weblog menunjukkan pencapaian kesempatan yang sama dalam meraih
yang maksimal, dan dapat meraih level kualitas argumentasi terbaik. Berdasarkan
argumentasi tertinggi. Secara individual, kualitas ini, maka kelompok pro dan kontra dapat
argumentasi partisipan hanya mencapai skor diciptakan secara alami atau ditentukan,
sedang, dan tidak memperlihatkan peningkatan karena penilaian pada kualitas komponen
skor agmunen setelah berdiskusi melalui weblog. argumentasi bukan isi pro dan kontra
terhadap isu.
Rekomendasi
Berdasarkan temuan pada diskusi polemik
E. sakazakii melalui weblog, maka ada beberapa DAFTAR PUSTAKA
rekomendasi yang bermanfaat dalam mendesain Brusell, E. & Cimino, C. (2009). Investigating the
pembelajaran berbasis isu sosiosaintifik melalui Impact of Weekly Weblog Assignments on
weblog. the Learning Environment of a Secondary
1. Secara sosial, weblog dapat mencapai Biology Course. Technology & Social Media
kualitas argumentasi level 5, moderator (Special Issue, Part 1), 15, (2). Tersedia
memegang peran penting pada diskusi ini. online di http://ineducation.ca
Optimalisasi peran moderator dapat Cross, D. et al., (2008). Argumentation: a Strategy
diarahkan melalui kerangka moderasi. for improving achievement and revealing
2. Secara individual, skor rata-rata kualitas scientific identities. International Journal of
argumentasi adalah 3, dan tidak terjadi Science Education, 30, (6) 837-861
peningkatan kualitas argumentasi setelah Dawson, V. & Venville, G.J. (2009). “High School
melakukan diskusi melalui weblog. Student’s Informal Reasoning and
Argumentation about Biotechnology: An

84
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Indicator of Science Literacy?”. International McNeill, K.L. (2009). “Teachers’ Use of Curriculum
Journal of Science Education, 31, (11): 1412- to Support Students in Writing Scientific
1445 Arguments to Explain Phenomena”. Journal
Erduran, S. Ardac, D. & Guzel, B.Y. (2006). of Science Education. 93: 223-268. Tersedia
“Learning To Teach Argumentation: Case online di http://interscience.wiley.com
Studies of Pre-Service Secondary Science Osborne, J. (2005). “The role of argument in
Teachers”. Eurasia Journal of Mathematics, Science Education”. K. Boesma, M.
Science and Technology Education, 2, (2): 1- Goedhart, O. De Jong, & H. Eijkelhof [Eds].
13 Research and Quality of Science Education.
Eduran, S., Osborne, J, & Simon, J. (2005). “The Dordrecht, Nederlands: Spinger.
role of argument in Developing Science Robert, R. & Gott, R. (2010). “A framework for
Literacy”. K. Boesma, M. Goedhart, O. De practical work, argumentation, and Scientific
Jong, & H. Eijkelhof [Eds]. Research and Literacy. In G.Cakmaci & M.F. Tafsar [Eds]. A
Quality of Science Education. Dordrecht, Collection of papers presented at ESERA 2009
Nederlands: Spinger. Conference. Contemporary Science Education
Eggins, S. (2004). An Introduction to Systemic Research: Scientific Literacy and Social
Funcional Linguistics. New York: Continuum. Aspects of Science. Ankara: Pegem Akademi.
Hartono, Y.. (2012). Pengguna Internet di Indonesia pp. 99–105.
Baru Sebatas Konsumtif. Tersedia di Sadler, T.D. & Zeidler, D.L. 2004. “The morality of
http://ukmsukses.com akses tanggal 11 April sosioscientific Issues: Construal and
2012 resulution on genetic engineering
Inch, E.S., Warnick, B., & Endres, D. (2006). Critical dilemmas”. Journal of Science Education
Thinking and Communication: The Use of 88:4-27. Tersedia online di
Reason in Argument. Boston: Pearson http://interscience.wiley.com
Education Inc.
Madiga, M.T., et al. (2002). Biology of
Microorganisms. New Jersey: Pearson
Education Inc.

85
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah

PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN APRESIASI SISWA TERHADAP PROFESI PENGRAJIN
TEMPE DALAM PEMBELAJARAN IPA BERPENDEKATAN ETNOSAINS

Setyo Eko Atmojo


FKIP Universitas PGRI Yogyakarta
SetyoAtmojo@yahoo.co.id

Abstak
Secara konsepsional kegiatan pembelajaran harus dekat dengan lingkungan. Tetapi pada kenyataannya hal ini
belum selalu dilakukan oleh guru. Saat ini masyarakat Kedungtuban banyak yang berprofesi sebagai pengrajin
tempe. Akan tetapi cara hidup atau budaya masyarakat ini kurang mendapat apresiasi positif dihati para
siswa. Hal tersebut terjadi karena siswa belum mengetahui bahwa dalam pembuatan tempe terdapat konsep
konsep IPA. Salah satu cara agar siswa mengetahui bahwa dalam pembuatan tempe terdapat konsep IPA
adalah dengan menyelenggarakan pembelajaran IPA berpendekatan etnosains. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui profil keterampilan proses sains dan apresiasi siswa terhadap profesi pengrajin tempe dalam
pembelajaran IPA berpendekatan etnosains. Selama kegiatan pembelajaran IPA berpendekatan etnosains
dilakukan pengamatan terhadap aspek aspek keterampilan proses sains yang dilakukan oleh siswa dan
pemberian angket apresiasi sebelum dan setelah pembelajaran IPA berpendekatan etnosains. Hasil penelitian
menunjukkan rata-rata persentase keterampilan proses sains siswa pada uji coba I sebesar 64,58%, pada uji
coba II sebesar 70,10% dan sebesar 74,26 % pada uji coba III. Hasil perhitungan terhadap angket apresiasi
siswa terhadap profesi pengrajin tempe diperoleh nilai N-gain > 0,70 yang berarti peningkatan apresiasi siswa
berada pada kategori tinggi.

Kata kunci: apresiasi; etnosains; keterampilan proses sains

PENDAHULUAN
Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak selalu dilakukan oleh guru. Pembelajaran yang
terpisahkan dari kehidupan manusia. Kegiatan berlangsung saat ini cenderung tidak kontekstual.
belajar dapat mengembangkan potensi-potensi Potensi lingkungan setempat khususnya budaya
yang dibawa sejak lahir. Komponen-komponen lokal, tidak dimanfaatkan guru secara optimal
yang ada dalam kegiatan belajar di antaranya dalam proses pembelajaran. Pembelajaran
adalah guru, siswa dan masyarakat beserta dengan cenderung hanya mengutamakan pengembangan
budaya yang berkembang dalam masyarakat aspek intelektual dengan buku teks pegangan guru
tersebut. Seorang guru dituntut mempunyai menjadi sumber belajar utama.
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang Pembelajaran selama ini cenderung hanya
profesional dalam membelajarkan siswa-siswanya. mengutamakan pengembangan aspek intelektual
Pembelajaran adalah proses yang dengan buku teks pegangan guru menjadi sumber
diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan belajar utama. Berdasarkan observasi yang
siswa dalam belajar memperoleh dan memproses dilakukan pada tahun 2010 kenyataan tersebut
pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Zaini, merupakan gambaran umum yang terjadi di
2008). Secara konsepsional kegiatan pembelajaran Kedungtuban Kabupaten Blora karena proses
harus dekat dengan lingkungan. Oleh karena itu, pendidikan formal cenderung dipandang sebagai
kegiatan pembelajaran seharusnya memanfaatkan proses pembelajaran yang terpisah dari proses
secara optimal potensi lingkungan agar lebih akulturasi dan terpisah dari konteks suatu
bermakna. Tetapi pada kenyataannya hal ini belum komunitas budaya. Di samping itu, banyak orang
yang memandang mata pelajaran di sekolah

86
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
memiliki tempat yang lebih tinggi (social prestige), menjelaskan proses pembuatan tempe secara
dari pada tradisi budaya lokal yang dipandang tidak ilmiah agar siswa dapat memberikan apresiasi yang
berarti dan rendah (discreditation). lebih baik terhadap pengrajin tempe,
Saat ini banyak masyarakat Kedungtuban meningkatkan keterampilan proses sains serta hasil
yang berprofesi sebagai pembuat tempe. Profesi belajar siswa diperlukan desain pembelajaran yang
sebagai pengrajin tempe dapat dinyatakan sebagai memasukkan budaya yang didalamnya
bagian dari budaya, karena menurut Unesco (2002) mengandung konsep konsep sains kemudian
budaya merupakan suatu cara hidup yang mebahasnya dikelas. Pembelajaran IPA
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah berpendekatan etnosains diduga sebagai solusi
kelompok orang dan diwariskan dari generasi untuk mengatasi masalah tersebut karena
kegenerasi. Akan tetapi cara hidup atau budaya pendekatan etnosains merupakan strategi
masyarakat ini kurang mendapat apresiasi positif penciptaan lingkungan belajar dan perancangan
dihati para siswa. Kurangnya apresiasi siswa pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya
terhadap profesi tersebut dikarenakan selama ini sebagai bagian dari proses pembelajaran (Sardjiyo,
siswa belum mengetahui bahwa dalam proses 2005).
pembuatan tempe tersebut juga menggunakan Pembelajaran berpendekatan etnosains
prinsip-prinsip sains. dilandaskan pada pengakuan terhadap budaya
Selama ini mereka menganggap cara sebagai bagian yang fundamental (mendasar dan
pembuatan tempe tersebut diperoleh secara turun penting) bagi pendidikan sebagai ekspresi dan
temurun, dan tidak ada hubungannya sama sekali komunikasi suatu gagasan dan perkembangan
dengan kegiatan pembelajaran di sekolah. Untuk pengetahuan (Joseph,2010).
Apresiasi merupakan pemahaman dan meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya
penghargaan atas suatu hasil seni atau budaya masyarakat tersebut.
serta menimbang suatu nilai, merasakan bahwa Tahapan kegiatan pembelajaran dalam
benda itu baik dan mengerti mengapa baik pembelajaran IPA berpendekatan etnosains telah
(Suryawan, 2007). Apresiasi dapat diketahui mencakup aspek aspek keterampilan proses sains,
dengan pengamatan, bertanya langsung maupun sehingga setelah belajar siswa akan memiliki
tidak langsung, dan angket. Dalam penelitian ini keterampilan proses sains dan apresiasi yang lebih
apresiasi akan diukur menggunakan angket. baik.
Keterampilan proses sains adalah wawasan Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX
atau anutan pengembangan keterampilan- SMP Bhakti Kedungtuban Blora. Penelitian ini
keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang dilakukan dengan mengobservasi aspek
bersumber dari kemampuan-kemampuan keterampilan proses sains yang yang dilakukan
mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam oleh siswa. Apresiasi diketahui dengan
diri pebelajar (Dimyati & Mudjiono, 1999). memberikan angket apresiasi sebelum dan
Pembelajaran IPA berpendekatan sesudah pembelajaran IPA berpendekatan
etnosains diyakini dapat merubah pembelajaran etnosains. Variabel yang diamati meliputi
dari Teacher Centered Learning menjadi Student keterampilan proses sains dan apresiasi siswa.
Centered Learning, menciptakan pembelajaran Adapun jenis, teknik, dan instrument pengumpulan
kontekstual dan bermakna. Pembelajaran IPA data dapat dilihat pada Tabel 1.
berpendekatan etnosains yang mengaitkan
pembelajaran dengan budaya masyarakat akan

Tabel 1. Jenis,Teknik, Dan Instrument


No Jenis data Teknik pengumpulan Instrumen Teknik
data pengumpulan data analisis data
1 Keterampilan Observasi Lembar observasi Deskriptif
proses sains persentase
2 Apresiasi Angket apresiasi Lembar angket apresisai N-gain
untuk siswa

87
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
PEMBAHASAN penilaian terhadap tempe sebagai produk dari
Apresiasi mengandung pengertian pengrajin tempe tanpa terlebih dahulu siswa
memahami, menikmati, dan menghargai atau memahami,menikmati atau tidak menikmati
menilai. Dalam hubungan dengan profesi pengrajin produk tersebut.Berdasarkan perhitungan
tempe, jelas bahwa seorang siswa tidak akan dapat terhadap angket yang diberikan dan telah diisi oleh
menghargai profesi tersebut sebelum ia siswa sebelum dan sesudah pembelajaran
memahami dan juga merasakan apa yang diketahui terjadi peningkatan apresisi siswa
terkandung dalam proses pembuatan tempe. sebelum dan sesudah pembelajaran seperti
Demikian juga dengan penghargaan dan penilaian, tampak pada Gambar 1.
siswa tidak akan dapat menghargai atau memberi

Sebelum Pembelajaran Setelah Pembelajaran

100 88.74 91.36


88.42
90
80
70
P ers entas e

60 54.66 54.29 54.47


50
40
30
20
10
0
Uji C oba I Uji C oba II Uji C oba III

K elas

Grafik 1. Grafik Apresiasi Siswa

Dari grafik 1 terlihat bahwa terdapat perbedaan persentase peningkatan apresiasi sebelum dan sesudah
pembelajaran baik pada uji coba I, uji coba II maupun pada uji coba III. Untuk mengetahui besarnya perbedaan
peningkatan apresiasi yang terjadi pada kelas uji coba I, uji coba II dan uni coba III dapat dilihat pada nilai N
gain pada Tabel 2.

Tabel 2. Peningkatan Apresiasi Siswa

Sebelum Setelah
Kelas Gain N gain Kretaria
Pembelajaran pembelajaran

Uji Coba I 54.66 88.74 34.08 0.75 Tinggi


Uji Coba II 54.29 88.42 34.13 0.74 Tinggi
Uji Coba III 54.47 91.36 36.89 0.81 Tinggi

88
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Dalam kegiatan pembelajran IPA diskusi, presentasi dan prkatikum. Hasil observasi
berpendekatan etnosains siswa dapat melakukan keterampilan proses sains dapat dilihat pada Tabel
atau mempunyai keterampilan proses sains, karena 3.
pembelajaran ini dikemas melalui observasi,

Tabel 3. Keterampilan Proses Sains Siswa

Pengukuran
No Aspek ketrampilan proses sains
Uji Coba I Uji Coba II Uji Coba III
Melibatkan seluruh indra untuk
1 31 34 34
mencari informasi
Mengumpulkan fakta-fakta yang ada
2 14 18 17
dari hasil pengamatan
Mencari kesamaan dan perbedaan
3 17 20 22
dari hasil pengamatan
4 Mencatat setiap pengamaatan 31 34 34
Mengemukakan pendapat/dugaan
5 16 18 20
sementara dari hasil pengamatan
Menentukan alat, bahan dan sumber
6 16 20 22
yang digunakan
7 Menentukan prosedur kerja 14 19 20
Melaksanakan prosedur kerja yang
8 29 33 34
telah dibuat
9 Mengumpulkan data 30 33 34
Menampilkan data dalam bentuk
10 9 10 16
diagram, tabel, ataupun grafik
11 Membuat laporan tertulis 28 33 34
Menyampaikan hasil pengamatan
12 13 14 15
secara lisan

Pada proses pembelajaran IPA keterampilan proses sains yang tinggi. Hal ini
berpendekatan etnosains, keterampilan proses disebabkan model pembelajaran IPA
sains siswa pada uji coba I, uji coba II, dan uji coba berpendekatan etnosains memberikan keleluasaan
kepada siswa untuk melakukan berbagai aktivitas
III menunjukkan rata rata yang tinggi. Berdasarkan
belajar. Pemberian informasi tentang kegiatan
hasil pengukuran menunjukkan rata rata yang akan dilakukan juga mendorong siswa untuk
persentase keterampilan proses sains siswa tinggi. melakukan keterampilan proses sains dalam
Diawali dengan pengukuran pada uji coba I rata- pembelajaran.
rata persentase keterampilan proses sains seluruh Dalam kegiatan pembelajaran IPA
siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran berpendekatan etnosains diharapkan siswa dapat
sebesar 64,58%, pada uji coba II rata-rata melakukan atau mempunyai keterampilan proses
sains, karena pembelajaran ini dikemas melalui
keterampilan proses sains sebesar 70,10% dan
observasi, diskusi, presentasi dan prkatikum.
rata-rata persentase keterampilan proses sains Dalam pembelajaran IPA di SMP hal ini menjadi
pada uji coba III sebesar 74,26 %. Hal tersebut sangat penting karena dapat membekali siswa
dapat diartikan bahwa siswa rata rata mempunyai dengan pengalaman langsung dalam mendapatkan
89
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
pembelajaran. Siswa membentuk sendiri sesuai pola pikir siswa SMP.
pengetahuan mereka secara aktif melalui interaksi Pada kegiatan pmbelajaran berpendekatan
dengan lingkungannya, karena perkembangan etnosains telah mencakup ketujuh keterampilan
konseptual merupakan hasil dari interaksi antara proses sains tersebut. Dalam proses pembelajaran
konsep yang telah ada dengan pengalaman yang berpendekatan ernosains siswa belajar dengan
baru. Dengan demikian suatu proses belajar tidak mengobservasi dan melakukan praktikum secara
merupakan transfer pengetahuan. Keterampilan langsung proses pembuatan tempe, dengan sedikit
proses sains tidak muncul dengan sendirinya panduan dari guru siswa dapat memahami konsep
karena itu perlu adanya pengulangan dan stimulus konsep sains yang terdapat dalam proses
dari guru baik secara langsung maupun tidak pembuatan tempe. Dengan melakukan praktikum
langsung melalui pertanyaan dan kegiatan yang pembuatan tempe siswa akan bekerja sesuai
dapat memancing siswa untuk melakukan langkah langkah yang terdapat pada petunjuk
keterampilan proses sains. praktikum yang telah disusun pada pertemuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya sebelumnya.
peningkatan keterampilan proses sains hal ini Bekerja sesuai dengan langkah praktikum
terlihat dari meningkatnya persentase rata rata merupakan salah satu aspek keterampilan proses
keterampilan proses sains. Peningkatan ini sains. Kegiatan observasi, berdiskusi, kemudian
disebabkan pembelajaran IPA berpendekatan mempresentasikan hasilnya didepan kelas setelah
etnosains memberikan keleluasaan kepada siswa sebelumnya siswa membuat laporan hasil
untuk melakukan berbagai aktivitas belajar melaui observasi merupakan aspek aspek keterampilan
kegiatan observasi diskusi, presentasi dan proses sains yang jika keseluruhannya dilaksanakan
praktikum. Hal tersebut sesuai hasil penelitian Fitri oleh siswa dengan baik maka setelah pembelajaran
tahun 2010 dimana melaui kegiatan outdor siswa akan memiliki keterampilan proses sains
learning dapat meningkatkan keterampilan proses yang lebih baik dari sebelumnya (Rebecca dan
siswa SD, akan tetapi pembelajaran IPA Swortzel, 2007). Keterampilan proses sains yang
berpendekatan etnosains ini diimplementasikan paling rendah yaitu kemampuan menyampaikan
pada siswa SMP dalam bentuk observasi, diskusi, hasil pengamatan secara lisan yang berada pada
presentasi dan praktikum. Pemberian informasi kategori cukup. Hal ini berarti bahwa siswa belum
tentang kegiatan yang akan dilakukan juga memiliki kemampuan yang baik dalam
mendorong siswa untuk melakukan keterampilan mengkomunikasikan hasil pengamatan di depan
proses sains dalam pembelajaran. (Gega dalam kelas untuk menjelaskan hasil pengmatan bersama
Saminan, 1995) menyarankan cara untuk kelompoknya. Menurut Mary (2002) keterampilan
membantu seseorang agar dapat melakukan aspek menyampaikan hasil pengamatan secara lisan
keterampilan proses sains dengan baik, salah perlu dilatih secara berulang ulang agar siswa
satunya yaitu dengan membiarkan mereka melatih dapat menyampaikan hasil pengamatan dengan
diri menarik kesimpulan hanya berdasarkan baik, runtut dan mudah dipahami oleh siswa dan
petunjuk-petunjuk atau bukti bukti yang tidak kelompok yang lain.
langsung. Hasil dari implementasi pembelajaran IPA
Jenis keterampilan proses sains yang dapat berpendekatan etnosains selain berdampak pada
dilakukan oleh siswa setingkat SMP memang terjadinya peningkatan keterampilan proses sains
belum meluas seperti halnya orang dewasa karena juga mengakibatkan terjadinya peningkatan
keterbatasan pola pikir mereka (Joseph, 2010). apresiasi siswa terhadap profesi pengrajin tempe.
Secara sederhana keterampilan proses sains yang Peningkatan apresiasi siswa terhadap profesi
harus dimiliki oleh siswa setidaknya terdiri dari: 1) pengrajin tempe tersebut disebabkan oleh
Keterampilan mengamati, 2) Keterampilan pembelajaran IPA yang berpendekatan etnosains,
menafsirkan hasil pengamatan, 3) Membuat dimana pada pembelajaran IPA berpendekatan
hipotesis, 4) Merancang eksperimen, 5) Melakukan etnosains mengaitkan antara budaya membuat
eksperimen, 6) Menganalisis data, 7) tempe yang berkembang dimasyarakat dengan
Mengkomunikasikan hasil (Longfield, 2003). pembelajaran IPA.
Tentunya ketujuh keterampilan proses tersebut Pembelajaran yang dilakukan dengan
menggunakan bahasa dan tata cara sederhana memberikan tugas kepada siswa untuk

90
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
mengobservasi secara langsung proses pembuatan itu sama halnya dengan siswa telah berpartisipasi
tempe, membahas proses proses yang terjadi dalam proses pembuatan tempe sehingga dapat
dalam pembuatan tempe menggunakan konsep meningkatkan pengakuan dan penghargaan siswa
konsep sains melalui diskusi dikelas dan terhadap profesi pengrajin tempe beserta tempe
menyampaikannya didepan kelas. Pada pertemuan sebagai hasil karyanya. Sesuai dengan pendapat
kedua guru menjelaskan materi bioteknologi Rusyana (1984) yang menyatakan bahwa
modern dan perbedaanya dengan bioteknologi peningkatan apresiasi dapat terjadi bila seseorang
konvensional. Siswa diminta mencari contoh mengalami pengalaman, baik langsung maupun
contoh produk produk bioteknologi konvensional tidak langsung, di dalam karya seni atau budaya
dan modern yang ada di lingkungan sekitar siswa, tersebut. Dalam penelitian ini karya seni atau
setelah itu siswa diminta untuk menyusun budaya tersebut adalah profesi pengrajin tempe
petunjuk praktikum pembuatan tempe. Pada beserta dengan tempe sebagai hasil karyanya.
pertemuan ketiga siswa melakukan praktikum Terjadinya peningkatan keterampilan
pembuatan tempe sesuai dengan petunjuk proses sains dan apresiasi siswa terhadap profesi
praktikum pembuatan tempe yang telah disusun pengrajin tempe, dalam pembelajaran IPA
oleh masing masing kelompok pada pertemuan berpendekatan etnosains menunjukkan bahwa
sebelumnya. perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan
Dengan mengikuti dan melakukan seluruh tepat jika diterapkan di kelas. Pembelajaran IPA
kegiatan dalam pembelajaran IPA berpendekatan berpendekatan etnosains penting sekali untuk
etnosains siswa akan mengetahui bahwa ternyata diterapkan dan dikembangkan lebih lanjut karena
dalam proses pembuatan tempe terdapat konsep pembelajaran melibatkan siswa untuk aktif dalam
konsep IPA yang selama ini belum pernah mereka pembelajaran, dapat meningkatkan keterampilan
ketahui sebelumnya. Peningkatan apresiasi siswa proses sains dan apresiasi siswa terhadap profesi
terhadap profesi pengrajin tempe ini juga pengrajin tempe sesuai dengan tuntutan kurikulum
dikarenakan setelah siswa melakukan yang dikembangkan. Pembelajaran berpendekatan
pembelajaran IPA berpendekatan etnosains siswa etnosains dapat membantu siswa dalam
menjadi mengetahui konsep konsep sains apa saja mempelajari, menerapkan konsep sains dan
yang terdapat dalam proses pembuatan tempe. memberikan kesempatan pada siswa untuk berlaku
Kegiatan praktikum pembuatan tempe akan seperti ilmuwan sehingga memberikan
membuat siswa merasakan bagaimana membuat pengalaman yang lebih mendalam tentang konsep
tempe yang ternyata didalam proses prosesnya sains.
terdapat konsep sains yang selama ini mereka
anggap sebagai suatu proses yang wajar dan biasa KESIMPULAN
biasa saja. 1. Pembelajaran IPA yang selama ini berlangsung
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di SMP Bhakti Kedungtuban Blora cenderung
terjadi peningkatan apresiasi setelah siswa belajar tidak kontekstual dan guru kurang
IPA dengan pendekatan etnosains, dimana pada memanfaatkan budaya yang berkembang.
awal pembelajaran berpendekatan etnosains siswa 2. Skor rata rata keterampilan proses sains siswa
harus telah melakukan observasi ketempat (60% ≤ KPS ≥ 80%) berada pada kategori
pembuatan tempe. Setelah itu hasil observasi akan tinggi.
dibahas di dalam kelas melalui diskusi dan 3. Peningkatan apresiasi siswa sebelum dan
presentasi, tahap selanjutnya siswa harus sesudah pembelajaran terhadap profesi
membuat rencana praktikum pembuatan tempe. pengrajin tempe berada pada kriteria tinggi (g
Pada pertemuan selanjutnya siswa melakukan ≥ 0,70).
praktikum pembuatan tempe sehingga setelah
melakukan seluruh kegiatan pembelajaran IPA DAFTAR PUSTAKA
berpendekatan etnosains siswa memiliki Davut, H. 2008. The examination of the basic skill
penenerimaan yang lebih baik terhadap profesi levels of the Students’ in accordance
pengrajin tempe. with the perceptions of Teachers,
Dalam kegiatan praktikum pembuatan parents and students. International
tempe siswa melakukan proses pembuatan tempe Journal of Instruction. 1/2 : 39-56.

91
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Rusyana, Y. 1984. Bahasa dan Sastra dalam
Pembelajaran. Jakarta: Departemen Gamitan Pendidikan. Bandung:
Pendidikan dan Kebudayaan. Diponegoro.
Joseph, M.R. 2010. Ethnoscience and Problems of Saminan. 1995. Kemampuan Memahami Grafik
Method in the Social Scientific Study dalam Fisika. Tesis. Pascasarjana
of Religion. Oxfordjournals. 39/3 : FPMIPA IKIP Bandung.
241-249. Sardjiyo. 2005. Pembelajaran Berbasis Budaya
Longfield, J. 2003. Science Process Skills. Online. Model Inovasi Pembelajaran Dan
http://www.indiana.edu/deanfacpor Implementasi Kurikulum Berbasis
tfolio/examples/jlongfield/doc/scipr Kompetensi. Jurnal Pendidikan. 6/2 :
ocessskills.doc [accessed 30/09/10]. 83-98.
Mary L. A.2002. Mastery of Science Process Skills Semiawan, C. 1992. Pendekatan Keterampilan
and Their Effective Use in the Proses. Jakarta: PT. Gramedia
Teaching of Science:An Educology of Widiasarana Indonesia.
Science Education in the Nigerian Suryawan, Ace Iwan. 2007. Apresiasi Bahasa dan
Context. International Journal of Seni Sebuah Pengantar.Bandung:
Educology. 16/1 : 11-30. Basen Press FPBS UPI.
Rebecca L. H. dan K. A. Swortzel. 2007. Assessing UNESCO. 2002. Universal Declaration on Cultural
Mississippi Aest Teachers’ Capacity Diversity. Issued. International
For Teaching Science Integrated Mother Language Day. Retrieved:
Process Skills. Journal of Southern 2006-06-23.
Agricultural Education Research. Zaini, H. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif.
57/1 : 1-13. Yokyakarta: Pustaka Insan Madani

92
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah

DESAIN MODEL PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS KEPULAUAN


DI SMA KOTA TERNATE MALUKU UTARA

Abdu Mas’ud. M Pd
Email: abdu_unk@yahoo.co.id
Jurusan PMIPA-FKIP Universitas Khairun Ternate

Abstrak
Perangkat pembelajaran (Silabus dan RPP) merupakan komponen pembelajaran yang sangat diperlukan oleh
guru dalam pelaksanaan PBM. Pada sosialisasi dan pelaksanaan KTSP sejak tahun 2006, telah diterapkan
pendekatan Sains teknologi Masyarakat (STM) sebagai pilihan untuk dikembangkan oleh guru sebagai
pendekatan pembelajaran. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menyarankan bahwa pembelajaran harus
berorientasi pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kota
Ternate Maluku utara merupakan wilayah pesisir kepulauan yang memungkinkan dikembangkan perangkat
pembelajaran berorientasi pada wilayah kepulauan.
Penelitian ini merupakan penelitian Pengembangan bertujuan untuk mengembangkan dan menghasilkan
produk berupa perangkat pembelajaran Biologi di SMA yang berbasis kepulauan khususnya di SMA kota
Ternate.
Bahan ajar yang dikembangkan terdiri dari Silabus dan RPP. Produk lain dari penelitian ini adalah strategi
pengajaran, prosedur evaluasi dan lifeskill berbasis STM berorientasi wilayah kepulauan.

Kata kunci: perangkat pembelajaran, biologi, sma

PENDAHULUAN sebagai daerah pesisir dan kepulauan.


Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Hasil observasi terhadap pelaksanaan
(STM) merupakan suatu pendekatan yang pembelajaran Sains (Biologi) di SMA se kota
memadukan antara Sains, Teknologi dan Isu Ternate selama ini pembelajaran Sains Biologi
Teknologi yang ada di masyarakat. Pendekatan khususnya pada pokok bahasan Bioteknologi
STM akan menghasilkan output pendidikan yang masih banyak menggunakan metode ceramah,
berprinsip pada pemanfaatan Sains untuk hal ini dikarenakan masih terbatasnya sarana
menghasilkan karya teknologi sederhana yang prasarana pembelajaran dan pemahaman guru
diikuti dengan pemikiran untuk mengatasi tentang model/strategi pembelajaran Sains yang
masalah yang mungkin timbul di masyarakat. berimplikasi pada Salingtemas. Penggunaan
Menurut Dick dan Carey dalam Puspitasari (2006) pendekatan STM berbasis kepulauan masih belum
pengajaran merupakan suatu keadaan dimana diterapkan, sehingga pengembangan model
guru dan siswa secara bersama-sama dalam suatu perangkat pembelajaran berbasis Sains Teknologi
kegiatan agar terjadi peristiwa belajar. Untuk Masyarakat (STM) ini pada proses belajar dan
dapat melaksanakan suatu proses pengajaran mengajar di kelas diharapkan dapat meningkatkan
diperlukan persiapan-persiapan, dan hal ini motivasi dan pemahaman siswa pada materi
menuntut guru dapat membuat rencana pelajaran serta menerapkannya dalam kehidupan
pembelajaran dan mempersiapkan segala sesuatu sehari-hari.
yang akan dilakukan. Dari beberapa pokok bahasan yang
Berdasarkan potensi luas wilayah terdapat dalam KTSP untuk jenjang sekolah
diketahui bahwa kota Ternate merupakan wilayah menengah atas maka dipilih pokok bahasan
Kota kepulauan/pesisir yang memiliki luas wilayah Bioteknologi untuk dikembangkan. Hal ini
perairan lebih luas dibanding daratan. Kondisi ini berdasarkan pertimbangan bahwa materi tersebut
membawa dampak pada berbagai sektor memuat aplikasi ilmu biologi dengan pemanfaatan
kehidupan masyarakat dan potensi wilayah teknologi konvesional yang sudah ada pada
93
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
masyarakat. Selain itu standar kompetensi dan & Soo Young Lee (2007). Langkah-langkah yang
kompetensi dasar pada materi ini berimplikasi dilakukan dalam pengembangan perangkat
pada salingtemas (Sains, Teknologi, Lingkungan pembelajaran adalah sebagai berikut:
dan Masyarakat). Dengan salingtemas siswa akan 1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran
dapat mengembangkan potensi, perkembangan, umum sesuai dengan KTSP untuk
kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan SMA/MA yang dikeluarkan oleh BNSP. Hal
lingkunganya (BNSP,2006). yang dipelajari
Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di meliputi:pengertian,tujuan,fungsi,ruang
atas peneliti berupaya untuk mengembangkan lingkup,dan standart kompetensi
perangkat pembelajaran dengan pendekatan Sains matapelajaran Biologi SMA dan
Teknologi Masyarakat (STM) berbasis kepulauan kompetensi dasar.
guna meningkatkan kualitas pendidikan 2. Melaksanakan analis materi, setelah
sumberdaya manusia pada jenjang pendidikan mengidentifikasi tujuan pembelajaran,
menegah atas SMA/MA di kota Ternate. hal-hal yang harus dilakukan adalah
Tujuan dari penelitian ini antara lain untuk menganalisis pengajaran. Pada langkah
: 1) Mengembangkan perangkat pembelajaran kedua ini dilakukan suatu kajian terhadap
(Silabus dan RPP) berbasis Sains Teknologi materi pokok yang dipilih yaitu
Masyarakat (STM) berorientasi wilayah Bioteknologi
kepulauan; 2) Mengetahui pengaruh 3. Mengidentifikasi kemampuan awal dan
pengembangan perangkat pembelajaran berbasis karakteristik siswa. Langkah yang ketiga ini
Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam dilakukan dengan eksplorasi kemampuan
meningkatkan pemahaman dan motivasi siswa awal siswa.
dalam belajar Sains; 3) Mengetahui 4. Penulisan tujuan pembelajaran yang
keluaran/produk yang dihasilkan dalam dilakukan dengan menuliskan indikator-
pengembangan perangkat pembelajaran berbasis indikator hasil belajar yang berupa
Sains Teknologi Masyarakat (STM) di kota Ternate kemampuan/keterampilan/pengetahuan
Manfaat yang dapat diharapkan dari hasil yang harus dikuasai oleh siswa sesuai
pengembangan perangkat pembelajaran ini dengan tujuan pembelajaran. Indikator
adalah dapat: 1) Memberikan kemudahan bagi hasil belajar dapat diturunkan dari KD
guru Biologi SMA/MA dalam meng 5. Mengembangkan item tes pengukur
implementasikan pembelajaran biologi di kelas keberhasilan berbasis kriteria, menyusun
dengan menggunakan pendekatan STM; 2) dan mengembangkan instrumen tes untuk
Memberikan kemudahan bagi guru biologi dalam menilai kemampuan siswa
menyampaikan materi Bioteknologi dalam PBM.3) 6. Mengembangkan strategi pembelajaran
Memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar 7. Menyusun perangkat pembelajaran,
Bioteknologi; 4) Dijadikan bahan pertimbangan sesuai dengan format yang ditentukan
bagi pihak sekolah dalam merencanakan dan 8. Merancang dan melaksanakan evaluasi
melaksanakan pembelajaran disekolah; 5) formatif dan validasi. Melakukan validasi.
Dijadikan acuan dan pertimbangan dalam Langkah ini dilakukan dengan tujuan
pelaksanaaan penelitian selanjutnya. untuk mengumpulkan data dan informasi
dari validator sehingga dapat menetukan
METODE PENELITIAN valid tidaknya perangkat pembelajaran
Penelitian ini merupakan penelitian yang dikembangkan berdasarkan isi dan
kualitatif dengan model penelitian pengembangan rancangannya.
dalam hal ini pengembangan perangkat 9. Melakukan revisi, yaitu kegiatan yang
pembelajaran berbasis STM. Perangkat dilakukan untuk lebih menyempurnakan
pembelajaran yang dikembangkan terdiri dari dua produk akhir perangkat pembelajaran. Hal
bagian, yaitu: Silabus dan RPP ini dilakukan apabiala validasi
Prosedur penelitian pengembangan menunjukkan bahwa produk belum
perangkat pembelajaran ini sesuai dengan model memenuhi kriteria yang diterapkan atau
pengembangn Dick dan Carey dalam Hee Sun Lee sudah memenuhi kriteria namun karena

94
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
ada beberapa sarn dari validator dari dua bagian yaitu berupa angket penilaian
mengenai bagian-bagian tertentu dari perangkat pembelajaran dan angket komentar
perangakat pembelajaran masih perlu dan saran
direvisi.
10. Memproduksi perangkat pembelajaran. Teknik Analisa Data menggunakan :
Langkah memproduksi pembelajaran Prosentase data dihitung dengan rumus sebagai
merupakan langkah yang dilakukan berikut:
setelah perangkat direvisi dan siap P = ∑X X 100%
diterapkan untuk diuji lapangan (validasi ∑Xi
empirik atau validasi subtansi). Dimana P : prosentase
Instrumen yang akan digunakan untuk ∑X : Jumlah jawaban penilaian
mengumpulkan data penelitian ini adalah angket. ∑Xi : Jumlah jawaban tertinggi
Angket yang digunakan dalam penelitian ini terdiri

Tabel 1 Kriteria Validasi Analisa prosentase


Prosentase Kriteria validasi
76-100 Valid
56-75 Cukup valid
40-55 Kurang valid (revisi)
0-39 Tidak valid (revisi total)
(Arikunto, 2002)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN tanggapan, saran, masukan dan penilaian


Data Hasil Penelitian Pengembangan dipergunakan untuk merevisi perangkat
Data hasil penilaian terhadap perangkat pembelajaran.
pembelajaran ini diperoleh dari validator yang
terdiri dari: 1 orang konsultan ahli bidang 1. Data Kuantitatif
pendidikan dan Genetika Universitas Negeri Data kuantitatif berupa penilaian
Malang, 2 orang dosen bidang Biologi FKIP perangkat pembelajaran yang berupa angka-
Universitas Khairun, 2 orang dosen bidang angka 4,3,2,dan 1. Data hasil validasi penilaian
pendidikan FKIP Universitas Khairun dan 11 orang perangkat pembelajaran yang dikembangkan,
guru Biologi SMA/MA se kota Ternate. disajikan pada Tabel 2.
Data hasil penilaian berupa kritik,

Tabel 2. Data Hasil validasi Penilaian perangkat Pembelajaran yang dikembangkan


Aspek Persen
yang Jumlah Item Pilihan Jawaban Rata- Keterangan
Kriteria
dinilai Pertanyaan rata(%)
4 3 2 1
Identitas silabus 3 24 20 4 0 85,25 valid
Kompetensi 1 8 8 0 0 87,50 valid
pembelajaran
Materi pelajaran 8 32 64 32 0 75,00 Cukup valid
Pengalaman 5 28 48 4 0 82,50 valid
Silabus
pembelajaran
Instrument evaluasi 4 0 48 4 0 68,75 Cukup Valid
Alokasi waktu 3 12 27 0 0 81,25 Valid
Sumber belajar 3 12 27 0 0 81,25 valid
Identitas RPP 3 24 24 0 0 87,75 valid
RPP Kompetensi 1 4 12 0 0 81,25 Valid
pembelajaran
95
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Strategi/pendekatan/met 5 60 20 0 0 87,50 Valid
ode/model
Sintak pembelajaran 6 24 24 72 0 81,25 Valid
Langkah-langkah 2 0 32 0 0 77,08 Valid
pembelajaran
evaluasi 3 20 28 0 0 87,50 Valid
Sumber belajar 4 28 36 0 0 75,00 Cukp Valid
Jumlah 48 264 391 116 0 81,25 valid

2. Data Kualitatif langkah pembelajara dan sintak, 6) evaluasi, 7)


Data kualitatif hasil validasi berupa media dan sumber belajar dan alokasi waktu
komentar atau tanggapan dan saran dari validator 2) Kelebihan dan Keterbatasan Hasil
terhadap perangkat pembelajaran yang Pengembangan
dikembangkan. Komentar dan saran ini dibagi Berdasarkan hasil analisis melalui kegiatan
menjadi dua bagian yaitu komentar dan saran yang validasi maka dapat diketahui beberapa hal yang
bersifat khusus dan komentar yang bersifat umum. merupakan kelebihan dari perangkat pembelajaran
3 Produk Pengembangan Penelitian yang dikembangkan antara lain:
Produk pengembangan penelitian berupa a. Disusun dengan pendekatan Sains Teknologi
Silabus pembelajaran materi Bioteknologi berbasis Masyarakat (STM) berbasis kepulauan dengan
kepulauan dan Rencana pelaksanaan pembelajaran metode yang bervariasi yaitu diskusi,
berbasis kepulauan. eksperimen, modeling dan kooperatif DI.
b. Strategi pembelajarn yang digunakan dalam
PEMBAHASAN perangkat pembelajaran yang dikembangkan
Pada bagian ini akan dibahas beberapa hal adalah siklus belajar (learning cycle) yang
yang berkaitan dengan hasil analisa data validasi terdiri dari kegiatan eksplorasi, Ekplanasi
produk hasil pengembangan yang terdiri dari;1) (pengenalan konsep), Ekspansi (aplikasi
Kajian produk hasil pengembangan, 2) Kelebihan konsep) dan Evaluasi.
dan Keterbatasan Hasil Pengembangan. c. Silabus dan Desain pembelajaran dalam
1). Kajian Produk Hasil Pengembangan Panduan Guru dikembangkan berdasarkan
Produk hasil pengembangan dalam pendekatan STM berbasis kepulauan,
penelitian ini berupa perangkat pembelajaran yang sehingga guru akan mudah mengaplikasikan
terdiri dari dua bagian yaitu: dalam KBM.
I. Silabus d. Instrumen penilaian yang dikembangkan lebih
II. RPP mengarah pada penilaian proses hal ini masih
Materi pokok yang dikembangkan adalah sangat jarang di rancang dan di gunakan guru.
Bioteknologi dengan dua Kompetensi dasar. e. Dalam buku guru dan buku siswa terdapat
Pendekatan yang digunakan dalam pengembangan gambar-gambar dalam uraian materi sehingga
perangkat pembelajaran ini adalah pendekatan akan memperjelas pemahaman siswa
Sains Teknologi Masyarakat (STM) dengan metode f. Ilustrasi dan gambar yang terdapat dalam
pembelajaran Eksperimen, Kooperatif Direct buku merupakan masalah sehari-hari yang
Instruction dan Modeling. Perangkat telah direvisi tidak jauh dari kehidupan siswa
berdasarkan hasil penilaian oleh validator. g. Kegiatan belajar yang di desain mengarah
Perangkat pembelajaran terdiri dari pada proses belajar siswa aktif
komponen-komponen: bagian pertama merupakan h. Dalam buku siswa/guru terdapat umpan balik
bagian: 1) identitas perangkat,2) kompetensi yang bagi siswa untuk mengukur hasil belajarnya.
dicapai, 3) materi, 4) pengalaman pembelajaran, 5) Keterbatasan dari perangkat yang dikembangkan
evaluasi, 6) media dan sumber belajar dan alokasi adalah perangkat pembelajaran ini hanya memuat
waktu. Rencana pelaksanaan pembelajaran terdiri satu konsep saja dengan alokasi waktu yang sangat
dari beberapa komponen antara lain identitas terbatas.
perangkat,2) kompetensi yang dicapai, 3)
pendekatan/model dan strategi, 4) materi, 5)

96
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa data validasi dan DAFTAR PUSTAKA
pembahasan terhadap perangkat pembelajaran Arikunto S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu
yang dikembangkan maka dapat disimpulkan hal- Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
hal berikut: BSNP,2006. Standart Isi. Jakarta. DepDiknas
1. Perangkat pembelajaran hasil pengembangan Hee sun Lee & Soo-Young Lee. 2007. Dick and
terdiri dari dua bagian yaitu Silabus dan RPP Carey Model. (Online) http: www
2. Berdasarkan hasil analisis data validasi maka umich.edu% html diakses 14 Februari 2007
dapat diketahui bahwa perangkat Iskandar, S.1996. sains Teknologi Masyarakat
pembelajaran yang dikembangkan peneliti (STM) dan Pendekatannya dalam
kategori valid/ baik/layak untuk digunakan, Pembelajaran IPA: Jurnal Media
dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa Komunikasi
dalam mempelajari konsep Bioteknologi. Puspitasari, R.2006. Pengembangan perangkat
3. Produk yang dihasilkan dalam pengembangan pembelajaran kimia berbasis
perangkat pembelajaran ini adalah: Produk konstruktivisme dan kontekstual untuk
utama berupa Silabus matapelajaran Biologi SMA/MA konsep Laju Reaksi. Malang: UM
berbasis kepulauan dan RPP matapelajaran Yayuk, M 2005. Penerapan Pendekatan STM untuk
Biologi berbasis kepulauan, dan Produk meningkatkan hasil belajar Biologi Konsep
tambahan adalah penerapan pendekatan/ Bioteknologi Pada siswa SMAN 1 Batu
strategi dan metode dalam proses belajar yaitu kelas XII. Malang: UM
pendekatan STM, strategi Siklus belajar dengan
metode kooperatif DI, eksperimen, dan
Modeling. Produk yang lain adalah
pengembangan model penilaian proses dan
yang penting lagi adalah life skill bagi siswa
dalam membuat produ makanan melalui
teknologi fermentasi.

SARAN
Berdasarkan hasil validasi terhadap
produk perangkat pembelajaran yang
dikembangkan peneliti masih perlu direvisi pada
beberapa bagian perangkat pembelajaran dan
telah dilakukan perbaikan sesuai dengan saran
yang diberikan oleh validator. Perlu dikembangkan
perangkat pembelajaran yang mencakup beberapa
materi dalam satu semester.

97
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS


PEMBELAJARAN TAKSONOMI VERTEBRATA BAGI MAHASISWA KELAS INTERNASIONAL

Reni Ambarwati, Tjipto Haryono, Ulfi Faizah


Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Negeri Surabaya

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan metode pembelajaran berbasis proyek yang
dilaksanakan oleh dosen dalam proses belajar mengajar. Penelitian dilaksanakan di Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Negeri Surabaya. Subjek penelitian adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi Internasional
angkatan 2009 yang sedang menempuh Mata Kuliah Taksonomi Vertebrata (Vertebrate Taxonomy) yang
berjumlah 15 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua mahasiswa dapat mencapai ketuntasan
belajar, dengan rentang nilai 57-98. Selain itu, lebih dari lima puluh persen mahasiswa merasa senang dengan
pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek ini. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan bahwa metode pembelajaran berbasis proyek yang dilaksanakan oleh dosen dalam proses belajar
mengajar dapat diterapkan sesuai rencana perkuliahan yang telah disusun.

Kata kunci: pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran Taksonomi Vertebrata

PENDAHULUAN diperolehnya itu di kehidupan sehari-hari dengan


Mata kuliah Taksonomi Vertebrata adalah melakukan pengamatan dan penelitian sederhana
mata kuliah yang mempelajari tentang dasar-dasar secara langsung. Metode pembelajaran berbasis
klasifikasi, taksonomi, determinasi, binomial proyek yang diterapkan pada kegiatan kuliah
nomenclatur, ciri-ciri umum, ciri-ciri khusus dari Taksonomi Vertebrata ini berfokus pada konsep-
segi morfologi, fisiologi dan embriologi konsep dan prinsip-prinsip inti dari suatu disiplin
berdasarkan tingkatan takson pada hewan-hewan studi, melibatkan pebelajar dalam investigasi
vertebrata yang meliputi kelas pisces, amfibi, pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas
reptil, aves dan mammalia. Standar kompetensi bermakna yang lain, memberi kesempatan
yang diharapkan adalah mahasiswa dapat pebelajar bekerja secara autonom mengkonstruk
mengidentifikasi, mendeskripsikan dan pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai
mengklasifikasikan spesimen yang termasuk hewan puncaknya menghasilkan produk nyata (Thomas,
vertebrata berdasarkan karakteristiknya (Buku 2000).
Pedoman Unesa, 2009) Pembelajaran berbasis proyek (project-
Berbagai metode pembelajaran inovatif based learning) adalah sebuah model atau
dengan beragam model pembelajaran diterapkan pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang
oleh para dosen untuk memfasilitasi siswa guna menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-
memperoleh kemajuan dalam proses dan hasil kegiatan yang kompleks (CORD, 2001; Thomas et
belajar (Suyatno, 2009). Hal ini dilakukan untuk al.,1999; Moss et al., 1998).
membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya Kekhasan kelas internasional mahasiswa
belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran diharapkan memiliki kompetensi berkomunikasi
dapat dicapai dengan optimal. Oleh karena itu, dengan bahasa internasional yaitu bahasa Inggris,
model pembelajaran yang digunakan sebaiknya baik dalam bentuk lisan maupun tulisan, ragam
disesuaikan dengan kondisi siswa, sifat materi metode yang harus digunakan untuk pembelajaran
bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia dan harus diberikan dalam perkuliahan dan mahasiswa
kondisi dosen itu sendiri (Lutfizulfi, 2008). diharapkan dapat menguasainya, termasuk
Pada perkuliahan Taksonomi Vertebrata, kegiatan tugas proyek.
selain mendapat materi/teori di kelas, mahasiswa Berdasarkan latar belakang tersebut
diharapkan dapat menerapkan ilmu yang penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

98
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
efektivitas penerapan metode pembelajaran terdapat di (a) Pasar Ikan Pabean Surabaya, (b)
berbasis proyek yang dilaksanakan oleh dosen Tempat Pelelangan Ikan Sedati Sidoarjo, dan (c)
dalam proses belajar mengajar. Tempat Pelelangan Ikan di Gresik. (3) Mahasiswa
secara berkelompok melakukan identifikasi ikan-
METODE PENELITIAN ikan yang diperoleh dari tugas proyek tersebut di
Penelitian dilaksanakan di Jurusan Biologi Laboratorium Taksonomi Hewan, Jurusan Biologi,
FMIPA, Universitas Negeri Surabaya. Subjek FMIPA Universitas Negeri Surabaya. (4) Selama
penelitian adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan pelaksanaan tugas proyek, mahasiswa diberi
Biologi Internasional angkatan 2009 yang sedang bimbingan oleh dosen. (5) Dalam melakukan
menempuh Mata Kuliah Taksonomi Vertebrata identifikasi ikan tersebut mahasiswa menggunakan
(Vertebrate Taxonomy) yang berjumlah 15 orang. Kunci Identifikasi Ikan (disediakan di Laboratorium)
Tahap persiapan penelitian meliputi (6) Selanjutnya setelah mahasiswa selesai
penyusunan GBRP sekaligus menyusun RPP dan melakukan identifikasi dengan tuntas, maka
persiapan materi perkuliahan tentang Superkelas mahasiswa menyusun laporan penelitian. (7)
Pisces dalam bentuk hand-out dan power point Mahasiswa mempresentasikan hasil tugas proyek
(PPT) untuk materi Pisces yang terdiri atas materi penelitiannya secara berkelompok (8) Pada akhir
Chondrichtyes dan Osteichtyes.. Selain itu, juga sesi perkuliahan Dosen memberikan tes formatif
dipersiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk secara individual untuk mengetahui hasil belajar
pelaksanaan tugas proyek, yaitu Formalin 4% (5 mahasiswa.
liter), kontainer box untuk tempat ikan-ikan
terpilih, mikroskop binokuler elektrik, mikroskop HASIL
monokuler elektrik, kaca benda, nampan plastik, Sebelum melaksanakan kegiatan praktikum
loup, penggaris plastik, buku identifikasi ikan, diberi tes kesiapan di setiap awal kegiatan
kamera digital, buku laporan praktikum yang akan praktikum Chondrichtyes dan Osteichtyes.
digunakan oleh mahasiswa untuk pelaksanaan Pemberian pre-test dimaksudkan untuk
tugas proyek. mengetahui kesiapan mahasiswa dalam mengikuti
Prosedur penelitian adalah sebagai berikut. praktikum dan pelaksanaan tugas proyek.
(1) Dosen memberikan materi perkuliahan, Selanjutnya kinerja mahasiswa selama
menggunakan dengan metode ceramah dengan praktikum dinilai melalui penilaian laporan
guided questions untuk dua pertemuan dengan praktikum. Hasil kinerja praktikum 2 (72–84), yang
topik Kelas Chondrichtyes dan Osteichtyes; setiap diukur melalui laporan praktikum, lebih tinggi
paparan materi lanjutkan dengan kegiatan daripada hasil kinerja praktikum 1 (75–99). Nilai
praktikum. (2) Mahasiswa diberi tugas melakukan sebagian besar mahasiswa meningkat, meskipun
proyek penelitian secara berkelompok, yaitu terdapat variasi di antara beberapa mahasiswa
melakukan identifikasi jenis-jenis ikan yang (Gambar 1).

Nilai

Mahasiswa ke-
Gambar 1. Perbandingan nilai laporan praktikum mahasiswa, Praktikum 1 (Chondrichthyes);
Praktikum 2 (Osteichthyes)

99
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Pelaksanaan tugas proyek dinilai untuk setiap komponen yang diperoleh kelompok
berdasarkan kegiatan presentasi dan laporan akhir penyaji, dirata-rata untuk memperoleh nilai
berupa artikel ilmiah. Penilaian presentasi hasil objektif. Semua kelompok dapat
proyek penelitian kecil yang dilakukan oleh mempresentasikan hasil penelitian tugas proyek
mahasiswa dinilai oleh peneliti sebagai dosen dengan baik.
pengampu mata kuliah Taksonomi Vertebrata

Tabel 1. Rekapitulasi penilaian presentasi proyek penelitian


No Penilaian Skor Skor Rata Skor
Max Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelas
1 Keselarasan antara rumusan 3 2 2 2,3 2,1
masalah dengan pembahasan
2 Penguasaan Materi 3 2,7 2 2,3 2,3
3 Media Presentasi 2 1,7 2 2 1,9
4 Waktu Presentasi 2 2 2 2 2
Skor Total 8,4 8 8,6 8,3
Nilai Total 84 80 86 83
Keterangan:
Skor tiap kelompok merupakan skor rata-rata dari penilaian 3 dosen pengampu mata kuliah.
Nilai total = (skor total :10) x 100
tugas proyek yang meliputi penyusunan proposal,
Laporan tugas proyek yang disajikan dalam pelaksanaan penelitian, hingga penulisan artikel
bentuk artikel dapat dikatakan baik karena ketiga (Tabel 3).
kelompok mendapat nilai rata-rata di atas 80 Nilai hasil tes formatif (UTS Pisces)
(Tabel 2). Penilaian ditinjau dari beberapa aspek, mahasiswa pada akhir sesi perkuliahan
yaitu judul, abstrak, kata kunci, pengantar, menunjukkan ketuntasan hasil belajar mahasiswa.
metode, hasil dan pembahasan, simpulan dan Hasil tes formatif menunjukkan bahwa mahasiswa
daftar pustaka. Ketepatan identifikasi spesimen memperoleh nilai dengan kisaran 57–98.
berupa ikan yang diperdagangkan di pasar ikan dan Berdasarkan nilai tes formatif tersebut, semua
tempat pelelangan ikan dapat dinilai pada paparan mahasiswa memenuhi nilai ketuntasan, yaitu
hasil, sedangkan pemahaman mahasiswa terhadap minimal C dengan kriteria mengacu pada Surat
materi Pisces tercermin dalam kemampuan Keputusan Rektor Universitas Negeri Surabaya
mereka merumuskan latar belakang penelitian dan Nomor 212/H38/HK.01.23/KU/2011 tentang
membahas temuan hasil penelitian. Penetapan Pedoman Konversi Nilai Universitas
Sebagian besar mahasiswa memberi Negeri Surabaya Tahun 2011/2012. Selain itu, lebih
respons positif terhadap pelaksanaan tugas proyek dari lima puluh persen mahasiswa memperoleh
yang secara garis besar meliputi kegiatan nilai B, B+, dan A (Gambar 2)
perkuliahan (penyampaian materi), pelaksanaan

Tabel 2. Penilaian laporan tugas proyek


Nilai Laporan
Kelompok Judul Tugas Proyek
P1 P2 P3 Rata-rata
I Jenis-jenis ikan yang diperdagangkan di
Pasar Pabean Surabaya 83 80 93 85.3
II Jenis-Jenis Ikan yang diperdagangkan di
Pasar Sumberejo Kecamatan Panceng, 90 77 93 86.7
Kabupaten Gresik
III Jenis-jenis ikan yang diperdagangkan di
Tempat Pelelangan Ikan Sedati, Sidoarjo 90 83 93 88.7
Keterangan: P1= penilai 1; P2= penilai 2; P3= penilai 3

100
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Tabel 3. Rekapitulasi hasil angket mahasiswa
Penilaian
No Pernyataan
4 3 2 1
1 Cara penyampaian materi oleh dosen 33,3% 46.7% 13,3% 6,7%
2 Kejelasan materi yang disampaikan 33,3% 53,3% 13,3% -
3 Kejelasan prosedur pelaksanaan proyek yang disampaikan 33,3% 46,7% 13,3% -
4 Pelaksanaan kegiatan penyusunan rencana proyek 33,3% 60% 6,7% -
5 Pelaksanaan kegiatan konsultasi rencana proyek 26,7% 66,7% 6,7% -
6 Pelaksanaan kegiatan proyek di lapangan 26,7% 66,7% 6,7% -
7 Pelaksanaan kegiatan identifikasi hasil kegiatan proyek di 33,3% 40% 26,7% -
lapangan oleh mahasiswa
8 Pembimbingan kegiatan identifikasi spesimen dan hasil 33,3% 60% 6,7% -
proyek di lapangan oleh dosen
9 Pelaksanaan kegiatan presentasi hasil proyek 40% 46,7% 13,3% -
10 Pelaksanaan kegiatan pembuatan artikel hasil proyek 46,7% 40% 6,7% -
11 Pembimbingan kegiatan identifikasi spesimen dan hasil 46,7% 26,7% 20% -
proyek di lapangan oleh dosen
Keterangan: 4 = sangat baik; 3 = baik; 2 = cukup; 1 = kurang.

Jumlah
Mahasiswa

Kategori Nilai
Gambar 2. Distribusi ketuntasan hasil belajar mahasiswa; 55≤ C <60; 60≤ C+ <65; 65≤ B- <70; 70≤ C <75;
75≤ B+ <80; 80≤ A- <85; 85≤ A+ <100;

PEMBAHASAN pada pertemuan pertama turut mendorong


Berdasarkan Gambar 1 tentang nilai praktikum, peningkatan kinerja mahasiswa. Suciati (1990) dan
dapat dinyatakan bahwa hasil kinerja praktikum 2 Natawidjaja (1983) menyatakan bahwa hasil
(72–84), yang diukur melalui laporan praktikum, belajar tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
lebih tinggi daripada hasil kinerja praktikum 1 (75– intrinsik siswa, tetapi juga faktor lingkungan, yang
99). Nilai sebagian besar mahasiswa meningkat, dalam hal ini adalah kelompok belajar.
meskipun terdapat variasi di antara beberapa Berdasarkan penilaian presentasi tugas
mahasiswa. Hal tersebut menunjukkan bahwa proyek dapat dianalisis sebagai berikut. Komponen
mahasiswa benar-benar mempersiapkan diri untuk penilaian 1: tentang keselarasan antara rumusan
belajar menghadapi kegiatan praktikum ke-2. masalah dengan pembahasan dengan skor
Peningkatan kinerja ini dikarenakan mahasiswa maksimal 3, dari 3 kelompok penyaji rata-rata skor
telah mempersiapkan diri secara lebih baik serta yang diperoleh adalah 2,1 berarti mahasiswa sudah
dapat belajar dari pengalaman praktikum pertama. hampir memenuhi 3 kriteria yang dinilai yaitu 1)
Pengalaman belajar dan bekerja dalam kelompok rumusan masalah sesuai dengan latar belakang; 2)

101
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
rumusan masalah jelas; 3) rumusan masalah daftar pustaka. Ketepatan identifikasi spesimen
dibahas dengan tepat dalam pembahasan. berupa ikan yang diperdagangkan di pasar ikan dan
Kekurangan mahasiswa untuk komponen ini adalah tempat pelelangan ikan dapat dinilai pada paparan
rumusan masalah kurang dibahas dengan tepat hasil, sedangkan pemahaman mahasiswa terhadap
dalam pembahasan. materi Pisces tercermin dalam kemampuan
Komponen penilaian 2: tentang mereka merumuskan latar belakang penelitian dan
penguasaan materi dengan skor maksimal 3, dari 3 membahas temuan hasil.
kelompok penyaji rata-rata skor yang diperoleh Selain itu, berdasarkan hasil penelitian,
adalah 2,3 berarti mahasiswa sudah hampir dapat dinyatakan bahwa mahasiswa dalam
memenuhi 3 kriteria yang dinilai yaitu 1) dapat menyusun laporan tugas proyek sudah baik karena
menyampaikan dengan tepat hasil penelitiannya mahasiswa benar-benar memahami apa yang
sesuai dengan teori dan kenyataan di lapangan; 2) menjadi ketentuan dalam pembuatan suatu
menjawab pertanyaan dengan logis; 3) semua laporan ilmiah sehingga mahasiswa tidak
anggota kelompok menguasai materi. Kekurangan mengalami kendala untuk menuangkan ide dan
mahasiswa untuk komponen ini adalah pikirannya dalam laporan tersebut.
pembahasan kurang didukung oleh teori yang Pemberian angket kepada mahasiswa
sesuai. dengan tujuan untuk memperoleh data tentang
Komponen penilaian 3: tentang media tanggapan mahasiswa terhadap pelaksanaan
presentasi dengan skor maksimal 2, dari 3 perkuliahan maupun pelaksanaan tugas proyek
kelompok penyaji rata-rata skor yang diperoleh penelitian. Beberapa hal dapat dianalisis sebagai
adalah 1, 9 berarti mahasiswa sudah hampir berikut.
memenuhi 2 kriteria yang dinilai yaitu 1) media Secara umum mahasiswa menilai sangat
dapat mengkomunikasikan hasil penelitian dengan baik dan baik kegiatan Penerapan Metode
jelas; 2) penampilan media menarik (pemilihan Pembelajaran Berbasis Proyek untuk Meningkatkan
huruf, ukuran, warna, gambar dll). Kekurangan Kualitas Pembelajaran Taksonomi Vertebrata pada
mahasiswa untuk komponen ini adalah terkadang Mahasiswa Kelas Internasional Angkatan 2009.
dalam 1 slide masih ada menampilkan banyak Komponen penilaian meliputi kegiatan cara
tulisan dengan huruf yang terlalu kecil. penyampaian materi oleh dosen; Kejelasan materi
Komponen penilaian 4: tentang media yang disampaikan; Kejelasan prosedur pelaksanaan
presentasi dengan skor maksimal 2, dari 3 proyek yang disampaikan; Pelaksanaan kegiatan
kelompok penyaji rata-rata skor yang diperoleh penyusunan rencana proyek; Pelaksanaan kegiatan
adalah 2 berarti mahasiswa sudah hampir konsultasi rencana proyek; Pelaksanaan kegiatan
memenuhi 2 kriteria yang dinilai yaitu 1) waktu 20 proyek di lapangan; Pelaksanaan kegiatan
menit digunakan secara maksimal untuk identifikasi hasil kegiatan proyek di lapangan oleh
presentasi; 2) waktu digunakan dengan tidak mahasiswa; Pembimbingan kegiatan identifikasi
monoton. spesimen dan hasil proyek di lapangan oleh dosen;
Rekapitulasi rata-rata nilai seluruh Pelaksanaan kegiatan presentasi hasil proyek;
komponen penilaian dengan nilai maksimal 100. Pelaksanaan kegiatan pembuatan artikel hasil
Dari 3 kelompok penyaji adalah kelompok 1 proyek; Pembimbingan kegiatan identifikasi
memperoleh nilai 84, kelompok 2 memperoleh spesimen dan hasil proyek di lapangan oleh dosen.
nilai 80 dan kelompok 3 memperoleh nilai 86 Kesan tentang peningkatan kualitas
dengan rata-rata nilai kelas adalah 83 ini berarti pembelajaran Taksonomi Vertebrata dengan
semua kelompok sudah dapat dengan baik penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek
memenuhi komponen-komponen penilaian 100 persen responden menyatakan ada
presentasi. peningkatan. Peningkatan pembelajaran yang
Berdasarkan Tabel 2 tentang data mahasiswa peroleh antara lain mereka dapat
penilaian laporan tugas proyek, dapat dikatakan menerapkan secara langsung materi perkuliahan
baik karena ketiga kelompok mendapat nilai rata- Pisces yang diperoleh di kampus dengan
rata di atas 80. Penilaian ditinjau dari beberapa melakukan penelitian di lapangan yaitu di pasar
aspek, yaitu judul, abstrak, kata kunci, pengantar, ikan dan tempat pelelangan ikan yang merupakan
metode, hasil dan pembahasan, simpulan dan tempat yang biasa dijumpai mahasiswa dalam

102
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
kehidupan sehari-hari. Mahasiswa belajar secara DAFTAR PUSTAKA
mandiri untuk mengoleksi, mendokumentasikan, CORD, 2001. Contextual Learning Resource.
mengidentifikasi, mendeskripsikan, dan http://www.cord.org/ lev2.cfm/65.
mengklasifikasikan spesimen-spesimen ikan asli Lutfizulfi. 2008. Model-Model Pembelajaran
yang mereka peroleh dari lapangan. Selain itu Inovatif untuk Digunakan Guru.
mahasiswa belajar membuat artikel dan http://lutfizulfi.wordpress.com/2008/09/2
mempresentasikan hasil penelitian mereka. 6/model-model-pembelajaran-inovatif-
Kesan tentang pelaksanaan pembelajaran untuk-digunakan-guru.Diakses 17
Taksonomi Vertebrata dengan penerapan Metode September 2009.
Pembelajaran Berbasis Proyek, 67% responden Moss, D, & Van Duzer, C. 1998. Project-Based
merasa senang sedangkan 33% responden merasa Learning for Adult English Language
biasa. Mahasiswa merasa senang karena dengan Learners. ERIC Digest, ED427556.
metode ini mereka dapat menemukan sendiri http://www.ed.gov/database/ERIC-
masalah di lapangan dan memecahkannya, Digests/ed427556/html.
sehingga materi yang dipelajari lebih mudah Natawidjaja, Rochman. 1983. Cara Belajar Siswa
dipahami; mahasiswa memperoleh pengalaman Aktif dan Penerapannya Dalam Metode
dan pengetahuan baru yang menarik; kegiatan ini Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal
mareka anggap sebagai latihan untuk melakukan Dikdasmen Depdiknas.
penelitian skripsi. Suciati, dkk. (1990). Belajar dan Pembelajaran 2.
Bila ditinjau dari hasil belajar siswa, Jakarta: Universitas Terbuka.
berdasarkan hasil tes formatif, sebagian besar Sudjana, Nana. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar
siswa mendapat nilai yang memuaskan dan dapat Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
mencapai ketuntasan. Pengalaman belajar yang Suyatno. 2009. Pembelajaran Inovatif Apa
diperoleh siswa melalui kegiatan tugas proyek baik Artinya?. http://garduguru.-blogspot.com/
berupa penyusunan proposal, penelitian, maupun 2009/01/pembelajaran-inovatif-apa-
presentasi telah membantu peningkatan artinya.html. Diakses 17 September 2009.
pemahaman terhadap materi. Zainul (2005) Thomas, J.W. 2000. A Review od Research on
menyatakan bahwa hasil belajar diperoleh melalui Project-Based Learning. California: The
hasil interaksi individu dengan lingkungan, baik Autodesk Foundation. Available on:
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun http://www.autodesk.com/foundation.
lingkungan masyarakat sehingga dapat membawa Thomas, J.W., Margendoller, J.R., & Michaelson, A.
dampak terhadap perubahan-perubahan perilaku 1999. Project-Based Learning: A. Handbook
yang sangat positif dan signifikan baik berupa for Middle and High School Teachers.
pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), maupun http://www.bgsu.edu/
keterampilan (psikomotor). organizations/ctl/proj.html.
Universitas Negeri Surabaya. 2009. Buku Pedoman
SIMPULAN Unesa. Surabaya: Unesa University Press.
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
metode pembelajaran berbasis proyek efektif
untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar
dan dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa.

103
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah

PEMBELAJARAN MULTIMEDIA INTERAKTIF CAHAYA UNTUK MENINGKATKAN


KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA SMP

Achmad Samsudin, M.Pd.1


1
Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI, Bandung, 40154
Email: achmadsamsudin@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang pengembangan Keterampilan Generik Sains
(KGS) siswa SMP melalui pembelajaran multimedia interaktif cahaya dibandingkan dengan menggunakan
model pembelajaran konvensional. Kajian hanya difokuskan pada keterampilan generik sains siswa terhadap
penggunaan pembelajaran Multimedia Interaktif (MMI) Cahaya. Data untuk menarik kesimpulan hasil
penelitian, dikumpulkan melalui pemberian tes KGS yang dilakukan sebelum (tes awal) dan sesudah
pemberian threatment (tes akhir). Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut digunakan metode penelitian
kuasi eksperimen dengan desain penelitian The Randomized Pretest-Posttest Control Group Design. Setelah
dilakukan penelitian ditemukan bahwa hasil tes KGS menggunakan pembelajaran MMI Cahaya meningkat
secara signifikan dibanding siswa yang mendapat pembelajaran dengan cara konvensional. Perolehan rerata N-
gain KGS kelas eksperimen yang belajar menggunakan pembelajaran MMI Cahaya sebesar 17,3% dan rerata N-
gain KGS kelas kontrol sebesar 24,8% yang sama-sama dalam kategori sedang. Hasil uji mann-whitney u
menunjukkan bahwa hipotesis diterima yaitu pembelajaran MMI dapat lebih meningkatkan secara signifikan
pada KGS dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran konsep
Cahaya.

Kata Kunci: Multimedia Interaktif, Cahaya, dan Keterampilan Generik Sains (KGS)

PENDAHULUAN pembelajaran konvensional yang cenderung


Perkembangan sains dan teknologi yang kurang menyentuh aspek aktivitas dan kreativitas
semakin pesat, membuat informasi dapat diakses mahasiswa secara terus menerus harus dibenahi ke
dengan mudah menggunakan media internet. arah lebih baik. Pembenahan terhadap aspek
Dengan adanya perkembangan TIK yang semakin aktivitas dan kreativitas mahasiswa dalam proses
pesat, memungkinkan untuk dikembangkan suatu pembelajaran, dapat dilakukan dengan cara
model pembelajaran yang baru. Model mengembangkan model pembelajaran berbasis
pembelajaran yang dapat dikembangkan dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Model
bentuk model pembelajaran yang menggunakan pembelajaran ini mempunyai banyak jenis, di
media komputer. Internet sebagai pembuka antaranya yaitu: Multimedia Interaktif (MMI),
cakrawala dunia, dapat memberikan sumbangsih Macromedia, Hypermedia, Hypertexts, Weblog,
yang cukup berarti dalam dunia pendidikan, dan lain sebagainya (Duda & Garret, 2008;
dimana penggunaannya harus disesuaikan dengan Samsudin, 2008).
kebutuhan pembelajaran di kelas (Darsono, 2001; Komputer dalam hal ini multimedia interaktif
Samsudin, 2008). sangat banyak memuat program-program dalam
Dinamika sosial kemasyarakatan harus kaitan pengolahan suatu data ilmiah. Pengolahan
diimbangi dengan perkembangan ilmu data ilmiah ini sering kali berupa membuat grafik,
pengetahuan dan teknologi (TIK) yang dinamis mengenal dan menuliskan bahasa (simbol)
pula. Jika tidak berkembang beriringan, maka matematik, menggunakan skala-skala numerik dan
masyarakat akan semakin tertinggal dan kalah perhitungannya, dan lain sebagainnya.
dalam persaingan dunia yang semakin ketat. Untuk Keterampilan-keterampilan untuk mengolah data
menguasai ilmu dan teknologi, pendekatan numerik tersebut termasuk dalam keterampilan
dasar yang perlu dikembangkan. Keterampilan
104
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
dasar ini dinamakan keterampilan generik penelitian sebagai berikut: “Bagaimanakah
sains/KGS (Generic Skills). Menurut Brotosiswoyo peningkatan KGS dalam pembelajaran MMI Cahaya
(2000), keterampilan generik sains yang didapat dibandingkan dengan pembelajaran konvensional
dari proses pembelajaran dimulai dengan pada siswa SMP?”
pengamatan tentang gejala alam (1) pengamatan
(langsung maupun tak langsung), (2) kesadaran METODE PENELITIAN
akan skala besaran (sense of scale), (3) bahasa Penelitian ini menggunakan metode
simbolik, (4) kerangka logika taat azas (logical self- Quasi Experiment karena berbagai hal terutama
consistency), (5) inferensi logika, (6) hukum sebab berkenaan dengan pengontrolan variabel,
akibat (causality), (7) pemodelan matematik, dan kemungkinan sukar sekali dapat digunakan
(8) membangun konsep.Beberapa keterampilan eksperimen murni khususnya dalam penelitian
tersebut dapat dilatihkan lebih mudah dengan pendidikan. Sedangkan desain penelitiannya
menggunakan bantuan media komputer atau menggunakan The Randomized Pretest-Posttest
dengan menggunakan multimedia interaktif. Control Group Design. Kelompok eksperimen dan
Sehingga peran MMI dalam mengembangkan kelompok kontrol memiliki karakteristik yang sama
keterampilan generik sains dapat berjalan karena diambil atau dibentuk secara acak dari
beriringan dan sinergis. populasi yang homogen pula. Bentuk desainnya
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka seperti pada Gambar 1.
dirumuskan suatu rumusan permasalahan

Kelompok Random Tes Awal Perlakuan Tes Akhir


Eksperimen R O X1 O
Kontrol R O X2 O

Gambar 1. Desain Penelitian The Randomized Pretest-Posttest Control Group Design


Keterangan:
R : Pemilihan kelas secara acak
O : Tes Awal sama dengan Tes Akhir
X1 : Pembelajaran fisika dengan model MMI pada kelas eksperimen
X2 : Pembelajaran model konvensional pada kelas kontrol

Populasi dalam penelitian ini adalah di salah satu SMP N Kota Bandung yang dijadikan
seluruh siswa kelas VIII di salah satu SMP Negeri di populasi penelitian mempunyai kualitas yang
kota Bandung. Dengan menggunakan teknik cluster heterogen. Di SMP ini tidak terdapat kelas
random sampling maka setelah diacak terpilih dua unggulan maupun kelas yang siswanya
kelas dari sepuluh kelas yang ada sebagai berkemampuan homogen, sehingga sangat sesuai
kelompok kontrol dan eksperimen. Sampelnya untuk penelitian jenis kuasi eksperimen.
adalah siswa kelas VIII A sebagai kelompok
eksperimen dan VIII F sebagai kelompok kontrol. HASIL DAN PEMBAHASAN
Siswa-siswi yang terlibat dalam penelitian ini, Pada bagian ini disajikan hasil penelitian
untuk kelas eksperimen dan kontrol masing-masing dan pembahasannya tentang data KGS siswa per
berjumlah 30 siswa. Sehingga jumlah siswa indikator yang diperoleh dari pembelajaran MMI
seluruhnya yang dilibatkan dalam penelitian cahaya untuk kelompok eksperimen dan
berjumlah 60 siswa. Sekolah ini dipilih sebagai pembelajaran konvensional untuk kelompok
tempat penelitian karena tersedianya fasilitas kontrol.
laboratorium komputer dan multimedia yang Gambar 2 menyajikan persentase skor
dimiliki SMP ini sudah cukup memadai. Siswa-siswi rerata tes awal, tes akhir, dan N-gain KGS
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

105
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah

Gambar 2. Perbandingan Skor Rerata Tes Awal, Tes Akhir, dan N-gain Keterampilan Generik Sains
untuk Kedua Kelompok

Untuk mengetahui adakah perbedaan hasil Uji Normalitas Distribusi Data Keterampilan
skor tes awal, tes akhir, dan N-gain antara Generik Sains
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol Hasil analisis uji normalitas data tes awal,
dimulai dengan analisis uji normalitas distribusi tes akhir, dan N-gain kelompok eksperimen dan
data, uji homogenitas varians, dan uji Mann- kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 1.
Whitney U.

Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Data Keterampilan Generik Sains


Kelompok χ2hitung χ2tabel Kesimpulan
Eksperimen: Kedua data N-gain
8,246 19,68
N-gain berdistribusi normal
Kontrol: Kedua data N-gain
N-gain 20,465 12,59 berdistribusi tidak normal

Berdasarkan kriteria pengujian normalitas, ini dilakukan karena data kedua kelompok ada
ternyata data skor tes awal, tes akhir, dan N-gain yang berdistribusi normal dan tidak normal dan
untuk sampel kelompok eksperimen berdistribusi juga karena data kedua kelompok bersifat tidak
normal sedangkan kelompok kontrol berdistribusi saling mempengaruhi (independent). Uji ini
tidak normal. Hal ini sesuai dengan hasil uji dimaksudkan untuk memastikan apakah hipotesis
normalitas distribusi data pemahaman konsep. yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Sesuai
Karena salah satu data N-gain pada penelitian ini
berdistribusi tidak normal (tidak memenuhi syarat dengan hipotesis yang diajukan yaitu ”Penggunaan
parametrik) maka tidak perlu dilakukan uji model pembelajaran MMI dapat memberikan
homogenitas. perbedaan peningkatan keterampilan generik sins
Uji Hipotesis yang signifikan dibandingkan dengan penggunaan
Uji hipotesis dilakukan dengan teknik model pembelajaran konvensional”. Hasil uji
statistik non-parametrik (uji Mann-Whitney U). Hal hipotesis dengan uji Mann-Whitney U
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Uji Hipotesis Keterampilan Generik Sains Siswa dengan Uji Mann-Whitney U Rerata
N-gain Kedua Kelompok

Subkonsep ∑ Rx ∑ Ry z hitung z kritis Kesimpulan

Hipotesis ( )
N-gain 1074,5 755,5 2,358 1,645
diterima
106
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Pada Tabel 2 terlihat bahwa hasil uji generik sains siswa yang mendapatkan
hipotesis dengan uji Mann-Whitney U adalah pembelajaran dengan model konvensional. Hal ini
z hitung < z kritis , artinya skor rerata antara N-gain menunjukkan juga bahwa hipotesis yang diajukan
diterima, berarti aplikasi model pembelajaran MMI
kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan
pada konsep Cahaya dapat meningkatkan secara
skor rerata N-gain kelompok kontrol dan
signifikan keterampilan generik sains dibandingkan
perbedaan N-gain -nya signifikan. Hal ini
penerapan model konvensional.
menunjukkan bahwa perbedaan peningkatan
Perbandingan skor rerata N-gain dari
keterampilan generik sains siswa yang
kedua kelompok pada tes KGS siswa ditunjukkan
memperoleh pembelajaran dengan model MMI
pada Gambar 3.
adalah signifikan pada taraf signifikansi 5%
dibandingkan dengan peningkatan keterampilan

Gambar 3. Perbandingan Skor rerata N-gain Pada Tes Keterampilan Generik Sains

Berdasarkan diagram batang pada Gambar dengan peningkatan keterampilan generik sains
3, skor rerata N-gain untuk tes keterampilan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.
generik sains siswa pada kelas eksperimen sebesar Karena perbedaan peningkatan
0,25 atau 24,78% dengan kategori rendah, keterampilan generik sains masih dalam kategori
sedangkan skor rerata N-gain pada kelas kontrol yang sama (rendah) maka perlu dilakukan uji
sebesar 0,17 atau 17,33% dengan kategori rendah hipotesis. Uji hipotesis menggunakan uji Mann-
juga. Dari hasil tersebut ternyata kelas eksperimen Whitney U ternyata menunjukkan perbedaan
mengalami peningkatan keterampilan generik sains peningkatan keterampilan generik sains antara
yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
keterampilan generik sains pada kelas kontrol. adalah signifikan sehingga dapat disimpulkan
Secara umum hal ini dikarenakan di dalam bahwa penggunaan model pembelajaran
pembelajaran menggunakan multimedia interaktif multimedia interaktif secara signifikan dapat lebih
siswa mengalami langsung dalam memperoleh meningkatkan keterampilan generik sains siswa
atau menemukan konsep sehingga siswa di kelas dibandingkan dengan penerapan model
eksperimen melalui simulasi interaktif lebih pembelajaran konvensional. Hal ini didukung
menguasai konsep fisika dibandingkan dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh Liliasari
siswa di kelas kontrol yang memperoleh konsep (2009) dalam penelitiannya tentang ”Model-Model
fisika melalui transfer pengetahuan yang Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi untuk
mengakibatkan siswa kurang berperan aktif dalam Mengembangkan Keterampilan Generik Sains dan
proses pembelajaran. Sehingga, peningkatan Berpikir Tingkat Tinggi Pebelajar”, menyatakan
keterampilan generik sains siswa yang mendapat bahwa model-model pembelajaran multimedia
pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran interaktif dan e-learning dapat meningkatkan
multimedia interaktif lebih besar dibandingkan keterampilan generik sains pebelajar (siswa SMP

107
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
dan SMA, mahasiswa keperawatan, mahasiswa sains terlebih dahulu mengelompokkan tiap
calon guru fisika dan guru fisika). indikator keterampilan generik sains berdasarkan
Peningkatan keterampilan generik sains distribusi soal yang mengukur indikator
siswa dapat dikelompokkan per indikator keterampilan generik sains. Kemudian, dilakukan
keterampilan generik sains, diantaranya perhitungan rerata N-gain untuk tiap indikator
pengamatan langsung, pemodelan matematik, keterampilan generik sains. Skor rerata N-gain
kerangka logika taat asas, bahasa simbolis, dan pada tiap indikator keterampilan generik sains
kesadaran akan besaran skala. Untuk mengetahui untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol
peningkatan tiap indikator keterampilan generik ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Diagram Batang Perbandingan Skor rerata N-gain pada tiap Indikator Keterampilan
Generik Sains
Berdasarkan Gambar 4 untuk peningkatan
Berdasarkan Gambar 4, skor rerata N-gain keterampilan pengamatan langsung, kelas
untuk tiap indikator keterampilan generik sains eksperimen mengalami peningkatan yang lebih
pada kelas eksperimen mengalami peningkatan besar dibandingkan dengan kelas kontrol, dengan
yang lebih besar dibandingkan dengan kelas skor rerata N-gain untuk kelas eksperimen sebesar
kontrol. Untuk kelas eksperimen, pada indikator 0,33 atau 33,33% dengan kategori sedang, dan
pengamatan langsung mengalami peningkatan untuk kelas kontrol sebesar 0,12 atau 12,21%
yang paling signifikan diantara indikator dengan kategori rendah. Dari hasil tersebut,
keterampilan generik sains lainnya. Berikut terlihat bahwa perbedaan peningkatan
penjelasan mengenai peningkatan tiap subkonsep keterampilan pengamatan langsung antara kedua
keterampilan generik sains. kelas mengalami perbedaan peningkatan yang
cukup jauh. Hal ini disebabkan perbedaan
Peningkatan Indikator Pengamatan Langsung perlakuan antara kelas eksperimen dengan kelas
Dalam mempelajari fenomena alam maka kontrol. Siswa di kelas eksperimen mendapatkan
keterampilan dasar seperti pengamatan langsung kesempatan untuk mengamati langsung melalui
sangatlah dibutuhkan. Tidak semua fenomena simulasi interaktif pada semua subkonsep cahaya.
alam dapat dihadirkan didalam kelas untuk Setelah itu mencari keterkaitan-keterkaitan sebab
diamati. Multimedia memungkinkan berbagai akibat dari pengamatan tersebut. Hal ini
fenomena alam seperti pembiasan, pemantulan, mengakibatkan peningkatan keterampilan
pembentukan bayangan oleh cermin dan lensa pengamatan langsung siswa di kelas eksperimen
berikut simulasi yang dapat memperjelas konsep lebih tinggi dibandingkan peningkatan
yang abstrak dihadirkan di kelas untuk diamati keterampilan pengamatan langsung siswa di kelas
secara langsung oleh siswa. kontrol yang memperoleh pengetahuan melalui
transfer pengetahuan. Hal ini senada dengan yang
diungkapkan oleh Liliasari (Sunyono, 2009) bahwa

108
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
pembelajaran sains berorientasi keterampilan besar dibandingkan dengan kelas kontrol, dengan
generik sains dapat dilakukan melalui simulasi skor rerata N-gain pada kelas eksperimen sebesar
komputasi pada beberapa keterampilan generik 0,30 atau 30% dengan kategori rendah dan skor
sains diantaranya adalah keterampilan pemodelan rerata N-gain pada kelas kontrol sebesar 0,02 atau
matematik. 1,88% dengan kategori rendah juga. Dari hasil
tersebut terlihat bahwa peningkatan penerapan
Peningkatan Keterampilan Pemodelan Matematik konsep pada siswa di kelas eksperimen mendekati
Untuk menjelaskan hubungan-hubungan kategori sedang. Hal ini kemungkinan disebabkan
yang diamati diperlukan bantuan pemodelan siswa dalam kelompok eksperimen dengan simulasi
matematik. Keterampilan pemodelan matematik interaktifnya dapat merubah keadaan benda,
sangat dibutuhkan agar siswa dapat diprediksikan merubah indeks bias medium dan variabel-variabel
dengan tepat bagaimana kecendrungan hubungan lainnya sehingga terlatih untuk mencari hubungan
atau perubahan suatu fenomena alam. antara berbagai keadaan tersebut. Arsyad (2002)
Berdasarkan Gambar 4, untuk peningkatan menunjukkan bahwa “pembelajaran menggunakan
indikator pemodelan matematik, kelas eksperimen media komputer dalam hal ini menggunakan
mengalami peningkatan yang lebih besar model pembelajaran MMI, berhasil dengan baik
dibandingkan dengan kelas kontrol, dengan skor dalam pengenalan visual yang berkaitan dengan
rerata N-gain untuk kelas eksperimen sebesar 0,08 prinsip dan konsep”. Hal ini mengakibatkan siswa
atau 8,89% dengan kategori rendah dan untuk di kelas eksperimen mengalami peningkatan
kelas kontrol sebesar 0,04 dengan kategori rendah. keterampilan kerangka logika taat asas lebih tinggi
Dari hasil tersebut terlihat bahwa kelas eksperimen dibandingkan kelas kontrol yang tidak melatihkan
mengalami peningkatan keterampilan pemodelan keterampilan ini.
matematik yang lebih besar dibandingkan dengan
peningkatan keterampilan pemodelan matematik Peningkatan Keterampilan Bahasa Simbolis
di kelas kontrol walaupun peningkatan Untuk memperjelas gejala alam diperlukan
keterampilan pemodelan matematiknya kecil. Hasil bahasa simbolik, agar terjadi komunikasi saat
tersebut dikarenakan simulasi interaktif dan mempelajari fisika. Memahami simbul, lambang,
gambar pada multimedia interaktif dapat dan istilah dapat dilatihkan dengan memberikan
melatihkan keterampilan pemodelan matematik. contoh konkrit.
Fenomena yang diungkapkan dalam bentuk Berdasarkan Gambar 4, untuk peningkatan
rumusan tersedia dalam MMI walaupun terbatas. subkonsep analisis, kelas eksperimen mengalami
Dalam MMI, beberapa fenomena dalam konsep peningkatan yang lebih besar dibandingkan dengan
cahaya dikaitkan langsung dengan persamaannya kelas kontrol, dengan skor rerata N-gain pada kelas
konsep Cahaya. Hal ini senada dengan yang eksperimen sebesar 0,18 atau 18,33% dengan
diungkapkan oleh Liliasari (Sunyono, 2009) bahwa kategori rendah dan skor rerata N-gain pada kelas
pembelajaran sains berorientasi keterampilan kontrol sebesar 0,02 atau 2,24% dengan kategori
generik sains dapat dilakukan melalui simulasi rendah. Dari hasil tersebut terlihat bahwa
komputasi pada beberapa keterampilan generik peningkatan keterampilan bahasa simbolis berada
sains diantaranya adalah keterampilan pemodelan pada kategori rendah namun lebih tinggi
matematik. dibandingkan peningkatan keterampilan bahasa
simbolis pada kelas kontrol. Hal ini mungkin terjadi
Peningkatan Keterampilan Kerangka Logika Taat karena siswa pada kelas eksperimen lebih
Asas memahami simbol-simbol yang dimuat dalam MMI
Mencari hubungan logis antara dua Cahaya. Kemungkinan lainnya adalah karena
keadaan atau aturan adalah keterampilan yang simulasi interaktif atau gambar dalam MMI Cahaya
penting dalam mempelajari fisika. Kemampuan ini membuat siswa memahami simbol-simbol seperti
membuat siswa mampu memprediksi suatu simbol lensa cembung yang diwakilkan dengan
kejadian yang taat asas. simbol garis tanda positif diatas garis vertikal. Hal
Dari Gambar 4, untuk peningkatan ini senada dengan yang diungkapkan oleh Liliasari
keterampilan kerangka logika taat asas, kelas (Sunyono, 2009) bahwa pembelajaran sains
eksperimen mengalami peningkatan yang lebih berorientasi keterampilan generik sains dapat

109
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
dilakukan melalui simulasi komputasi pada Agar penelitian ini selanjutnya dapat
beberapa keterampilan generik sains diantaranya dilaksanakan dengan lebih baik, maka disarankan
adalah keterampilan menggunakan bahasa supaya pengembangan MMI Cahaya menjadi
simbolik. optimal dalam membuat dubbing khusus, tombol
bergerak, atau tombol berubah warna yang
Peningkatan Keterampilan Kesadaran akan Skala menjelaskan navigasi, menambahkan instrumen
Besaran latihan pada bagian khusus, dan MMI dibuat ringan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan sehingga dapat dijalankan pada komputer yang
maka seseorang yang belajar sains akan memiliki mempunyai spesifikasi rendah.
kesadaran akan skala besaran dari berbagai obyek
yang dipelajarinya. Dengan demikian siswa dapat DAFTAR PUSTAKA
membayangkan bahwa yang dipelajarinya itu Arsyad, A. (2009). Media Pembelajaran. Jakarta:
tentang dari ukuran kecepatan yang sangat besar Rajawali Pers.
seperti cahaya sampai ukuran yang sangat kecil Brotosiswoyo, B. (2000). “Hakikat Pembelajaran
seperti panjang gelombang cahaya. Namun ada Fisika di Perguruan Tinggi”, dalam Hakikat
skala besaran yang khas yang terdapat dalam Pembelajaran MIPA dan Kiat Pembelajaran
konsep cahaya yaitu makna posisi “takhingga” Kimia di Perguruan Tinggi. Jakarta: PAU-PPAI
sebuah bayangan yang terbentuk oleh lensa UT.
cembung. Darsono, M. et al. (2001). Belajar dan
Berdasarkan Gambar 4, untuk peningkatan Pembelajaran. Semarang: Universitas Negeri
subkonsep analisis, kelas eksperimen mengalami Semarang (Unnes) Press
peningkatan yang lebih besar dibandingkan dengan Duda, G. & Garret, K. (2008). “Blogging in The
kelas kontrol, dengan skor rerata N-gain pada kelas Physics Classroom: A Research-Based
eksperimen sebesar 0,17 atau 17,22% dengan Approach to Shaping Students’ Attitude
kategori rendah dan skor rerata N-gain pada kelas Toward Physics”. American Journal of
kontrol sebesar 0,05 atau 4,80% dengan kategori Physics. 76, (11), 1054-1065.
rendah juga. Dari hasil tersebut terlihat bahwa Liliasari, et al. (2009). Model-Model Pembelajaran
peningkatan keterampilan kesadaran akan skala Berbasis Teknologi Informasi untuk
besaran pada kelompok eksperimen lebih tinggi Mengembangkan Keterampilan Generik
dibandingkan peningkatan keterampilan kesadaran Sains dan Berpikir Tingkat Tinggi Pebelajar.
akan skala besaran pada kelompok eksperimen. Penelitian Hibah Pasca Sarjana UPI Bandung:
Hal ini mungkin terjadi karena MMI Cahaya tidak diterbitkan.
melatihkan keterampilan ini. Angka-angka besaran Samsudin, A. (2008). Penggunaan model
yang berubah-ubah sesuai dengan posisi benda pembelajaran multimedia interaktif (MMI)
atau bayangan pada MMI cahaya dirasa cukup optika geometri untuk Meningkatkan
untuk melatihkan keterampilan ini. Hal ini senada penguasaan konsep dan memperbaiki sikap
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukmana belajar siswa. Tesis Magister pada SPs UPI
(2008) yang berjudul “Multimedia Ilustrasi Statis Bandung: tidak diterbitkan.
Atau Animasi?” menunjukkan bahwa multimedia Sukmana, R.W. (2008). Multimedia Ilustrasi Statis
dinamis atau animasi dapat meningkatkan atau Animasi. [Online]. Tersedia:
keterampilan generik sains khususnya http://rikawidya.multiply.com/journal/item/
keterampilan kesadaran tentang skala besaran. 6/Multimedia_Ilustrasi_Statis_Atau_Animasi
. [4 Juli 2011].
SIMPULAN DAN SARAN Sunyono. (2009). Pembelajaran IPA dengan
Dari analisis data dan pembahasan yang Keterampilan Generik Sains. [Online].
telah dilakukan, diperoleh temuan bahwa Tersedia: [9 Desember 2009]
pembelajaran MMI Cahaya memberikan
perbedaan peningkatan KGS yang signifikan
dibandingkan penggunaan model pembelajaran
konvensional.

110
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah

PROFIL KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE CALON GURU BIOLOGI YANG


MENGIKUTI PROGRAM PENDIDIKAN PROFESIONAL GURU (PPG)
MELALUI PENDEKATAN KONSEKUTIF

Yenny Anwar1, 2, Nuryani Y. Rustaman3, Ari Widodo3, Sri Redjeki3


1
Mahasiswa Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
2
Dosen Universitas Sriwijaya
3
Dosen Universitas Pendidikan Indonesia

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan/mendeskripsikan kemampuan Pedagogical Content
Knowledge (PCK) mahasiswa calon guru biologi yang mengikuti program Pendidikan Profesional Guru (PPG)
angkatan 2012-2013 melalui pendekatan konsekutif. Mahasiswa calon guru ini merupakan mahasiswa yang
berasal dari Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi yang telah selesai S1 basic science. Perkembangan ini diikuti
selama satu tahun, dengan menggunakan metode longitudinal study. Data dikoleksi menggunakan tes
membuat CoRes dan PaP-eRs tentang kemampuan Subjek spesifik dan pedagogi pada, teknik wawancara,
observasi kemampuan mengajar dan analisis dokumen kurikulum, RPP yang mereka buat, video record serta
catatan lapangan. Data hasil penelitian yang diperoleh melalui CoRes dan Pap-eRs pada materi transportasi
zat setelah program berjalan selama 16 minggu, dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif dan kuantitatif
menggunakan desain konkuren triangulasi (concurrent triangulation design) . Proses pengumpulan data dan
analisis data dilakukan secara intensif berkesinambungan melalui proses check and recheck, analisis dan re-
analisis, sehingga diperoleh hasil perkembangan secara menyeluruh. Hasil sementara menunjukkan bahwa
Kemampuan PCK mahasiswa calon guru biologi yang berlatar belakang Basic Science masih minim, dapat
dilihat dari hasil CoRes dan PaP-eRs yang mereka buat setelah mengikuti matrikulasi. Hasil Setelah mengikuti
workshop pembuatan silabus dan RPP nampak ada peningkatan yang cukup baik dari calon guru mengikuti
Program Pendidikan Profesi Guru.

Kata Kunci : PCK, PPG, Konsekutif

Latar Belakang Untuk itu seorang guru yang professional


Guru adalah orang dewasa yang secara harus disiapkan sejak awal, yaitu ketika mereka
sadar bertanggung jawab dalam mendidik, masih menjadi mahasiswa calon guru. Seorang
mengajar, dan membimbing peserta didik. Orang calon guru harus mampu merencanakan dan
yang disebut guru adalah orang yang memiliki menggabungkan strategi mengajar IPA yang sesuai
kemampuan merancang program pembelajaran, untuk pelajar dengan beragam latar belakang dan
serta menata dan mengelola kelas untuk gaya belajar (NSTA, 1998).
membelajarkan peserta didik yang pada akhirnya Untuk memenuhi kebutuhan seorang guru
dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai yang profesional tersebut maka didesain suatu
tujuan akhir dari proses pendidikan. Guru program pendidikan guru melalui pendekatan
merupakan suatu profesi, yang berarti suatu konsekutif, yang tujuannya adalah memadukan
jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai pengetahuan materi ajar dan pengetahuan
guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang pedagogik. Guru profesional menurut Undang-
orang di luar bidang pendidikan. Pekerjaan Undang no 14 tahun 2005 harus berpendidikan S1
profesional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu atau DIV ditambah pendidikan profesi tanpa
secara mendalam yang hanya mungkin diperoleh mempersoalkan latar belakang dari pendidikan
dari lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai, atau nonpendidikan, namun tetap memper-
sehingga kinerjanya didasarkan pada keilmuan timbangkan kecenderungan perubahan dan
yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. tuntutan pendidikan pada masa yang akan datang.
111
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Untuk itu desain pendidikan profesional guru Understanding of how to help students understand
dipilah menjadi pendidikan profesi guru (PPG) specific subject matter” (Magnusson, Krajcik, &
untuk yang berlatar belakang S1 pendidikan dan Borko, 1999). Shulman’s (1986, 1987) suggestion
pendidikan profesi guru berlatar belakang S1/DIV that teachers needed strong PCK to be the best
nonkependidikan. Desain pendidikan Profesional possible teachers has resulted in a range of studies
Guru ini merujuk pada pembelajaran yang into PCK in pre-service science teacher education.
menekankan content-based dan content-specific Loughran et al. (2008). mencoba
pedagogy untuk menyiapkan mahasiswa calon menggambarkan PCK secara eksplisit melalui CoRes
guru agar mampu mengajar di lingkungan para dan Pap-eRs. CoRes dan Pap-eRs merupakan
peserta didik yang multikultural (Kartadinata, format PCK yang berhasil dikembangkan oleh
2010). Keseluruhan program harus mendukung Loughran et al melalui studi dialog, workshop dan
penyiapan calon guru yang mampu mengemas dan observasi selama beberapa tahun terhadap guru-
mengimplementasikan pembelajarannya bekerja guru. Hal itu terungkap melalui pernyataannya
sama dengan pendidik lain. sebagaimana tampak pada kutipan berikut.
Desain Pendidikan Profesional Guru (PPG) “CoRes and Pap-eRs as a kind of heuristic device
yang merujuk pada content-based dan content- to help student-teachers gain insight into the
specific pedagogy ini sudah lama dinyatakan oleh complex nature of learning about teaching
Shulman (1987), bahwa seorang guru profesional through access to experienced science teachers
harus memiliki pengetahuan dan kemampuan ’thinking. By using PCK as a heuristic there is an
Pedagogical Content Knowledge (PCK) yang baik. additional challenge of working to push student-
Sebagai agen pengubah (the agent of change) teachers beyond the mindset of an immediate
seyogianya para guru terus mengembangkan need to gather up tips and tricks about how to
proses mengajarnya di kelas dan calon guru terus teach”.
melatih kemampuannya dalam merancang Menurut Shulman (….) PCK merupakan
pembelajaran, salah satunya dengan memahami pengetahuan yang penting dan harus dimiliki oleh
PCK. Pedagogical Content Knowledge merupakan seorang guru. Hasil beberapa penelitian
pengetahuan yang harus dipahami oleh seorang dikemukakan bahwa PCK merupakan pengetahuan
guru dan calon guru karena seorang guru harus yang sangat penting dan harus dimiliki oleh
familiar dengan konsep alternatif dan kesulitan seorang guru. Melalui program pemenuhan
yang akan dihadapi siswa yang beragam latar kebutuhan seorang guru yang profesional maka
belakang serta dapat mengorganisasikan, didesain suatu program pendidikan profesional
menyusun, menjalankan dan menilai materi guru melalui pendekatan konsekutif, yang
subjek, yang semuanya itu terangkum dalam PCK tujuannya adalah memadukan pengetahuan materi
(Shulman, 1986). ajar dan pengetahuan pedagogik (Kartadinata,
PCK merupakan pengetahuan, 2010). Terdapat pendapat yang menyatakan
pengalaman dan keahlian yang diperoleh melalui bahwa mahasiswa yang mengikuti program
pengalaman-pengalaman di kelas (Baxter pendekatan konsekutif, kemampuan pedagoginya
&Lederman, 1999; National Research Council, minim.
1996; Van Driel et al., 2001). PCK merupakan Berdasarkan beberapa alasan tersebut
kumpulan pengetahuan yang terintegrasi, konsep, maka dirasa perlu untuk melakukan penelitian
kepercayaan dan nilai yang dikembangkan guru tentang kemampuan PCK calon guru yang
pada situasi mengajar (Marks, 1990; Fernandez- mengikuti program pendidikan Profesi guru
Balboa & Stiehl, 1995; Van Driel, Verloop, & de dengan pendekatan konsekutif.
Vos, 1998; Gess-Newsome, 1999; Loughran,
Milroy, Berry, Gunstone, & Mulhall, 2001; Metode Penelitian
Loughran, Erry & Mulhall, 2004 dalam Lee and Penelitian ini dilakukan di Universitas
Julie, 2008). The National Science Education Pendidikan Indonesia di Bandung, dengan
Standards (National Research Council, 1996) melibatkan mahasiswa calon guru yang sedang
menyatakan: “incorporated the concept of PCK as mengikuti Program Pendidikan Profesional Guru
an essential component of professional PPG (konsekutif) sebagai subjek penelitian
development for science teachers”. “A teacher’s Pemilihan sampel menggunakan tekhnik stratified

112
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
random sampling. Setelah diperoleh hasil dari (Creswell, 2007). Proses pengumpulan data dan
penilaian pertama, akan ditentukan tingkat analisis data dilakukan secara terus menerus
kemampuan siswa (tingkat I,II,III). Mahasiswa melalui proses “cek dan recek”, analisis dan re-
dengan kategori tersebut akan dijadikan sampel analisis, sehingga diperoleh hasil perkembangan
selanjutnya. secara menyeluruh.

Desain dan prosedur Penelitian Hasil dan Pembahasan


Penelitian ini termasuk penelitian non 1. Kurikulum Program Pendidikan Profesional
ekperimental (Nonexperimental Research). Guru
Perkembangan ini dilakukan dengan menggunakan Mahasiswa yang telah menamatkan S1nya
metode longitudinal study. pada program Basic Sains melanjutkan Program
a. Menganalisis Kurikulum Pendidikan Profesi Guru selama tiga semester atau
Penelitian diawali dengan melakukan selama 18 bulan. Satu semester diberikan
penelusuran dokumen yang meliputi kurikulum pembekalan ilmu-ilmu pedagogi (matrikulasi) yang
dan silabus pada program pendidikan profesional kemudian dilanjutkan dengan workshop
guru melalui pendekatan konsekutif. Selain itu pembuatan silabus dan RPP serta peer teaching
partisipan diberi kuesioner untuk mengetahui latar selama satu semester berikutnya (semester
belakang pendidikan dan pengalaman mengajar kedua). Pada semester ketiga mahasiswa akan
para partisipan. kesekolah-sekolah untuk melakukan praktik
b. Menganalisis kemampuan PCK mahasiswa mengajar (PPL).
pada Program dengan Pendekatan Konsekutif Matrikulasi
Pada program dengan pendekatan Tujuan matrikulasi adalah memberikan
konsekutif, sebelum mengikuti program PPG bekal pengetahuan pendidikan yang berkaitan
partisipan diminta untuk membuat CoRes dan PaP- dengan pengembangan bahan ajar, pemahaman
eRs untuk topik transportasi zat melintasi tentang peserta didik, penguasaan tentang peserta
membran, yang tujuannya untuk melihat didik, penguasaan pembelajaran yang mendidik,
kemampuan awal mereka. Saat pengerjaan serta pengembangan kepribadian dan
partisipan tidak diperbolehkan bekerjasama dan keprofesionalan. Melalui pembekalan tersebut
tidak boleh membuka buku. Pada pertengahan diharapkan mahasiswa yang telah lulus program
semester I, dan pada akhir semester I mahasiswa matrikulasi memiliki bekal pengetahuan untuk
akan diminta kembali membuat CoRes dan PaP- merencanakan, melaksanakan, dan menilai
eRs. Beberapa hari setelah pelaksanaan, akan pembelajaran serta menindak lanjuti hasil
dilakukan wawancara terhadap partisipan, penilaian, proses bimbingan dan latihan peserta
berkaitan dengan CoRes dan PaP-eRs yang mereka didik serta cara melakukan penelitian dan cara
buat. Data hasil penelitian dianalisis dengan teknik pengembanagn profesionalitas secara
deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan berkelajutan.
menggunakan desain konkuren triangulasi

Tabel 1. Mata kuliah Matrikulasi Program Pendidikan Profesional Guru


No Mata Kuliah SKS
1. Analisis Kurikulum 2
2. Belajar dan Pembelajaran Biologi 4
3. Metodologi Penelitian 2
4. Evaluasi Pembelajaran Biologi 2
5. Kapita Selekta Biologi 4
6. Media Pembelajaran Biologi 2
7. Perencanaan Pembelajaran Biologi 2
8. Perkembangan Peserta Didik 2
Jumlah 20

113
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Model Pelaksanaan PPG 3. Kerja kelompok/mandiri mengembangkan
Pelaksanaan PPG mengikuti sistem Blok, perangkat RPP
yaitu pelaksanaan program tersebut ditentukan a. Mengembang indikator dan tujuan
satu semester semester pertama untuk workshop pembelajaran
Subject Spesific Pedagogik (SSP) dan PPL b. Merancang evaluasi pembelajaran
dilaksanakan pada semester kedua. c. Merancang bahan ajar ; memilih buku
Tahapan workshop siswa, LKS, dan Media pembelajaran
Pleno I d. Merancang skenario
1. Untuk peserta baru diawali dengan pembelajaran/RPP
penjelasan umum program PPG, 4. Presesntasi Silabus dan RPP untuk
dilanjutkan dengan diskusi dan tanya beberapa mata pelajaran
jawab. Pleno 2:
2. Diskusi kelompok dibimbing oleh dosen 1. Presentasi hasil kerja kelompok/mandiri,
pembimbing (DP), dosen mata pelajaran, berupa peerteaching
dan guru pamong (GP). Diskusi yang 2. Masukan dari Guru pamong dan teman
dilakukan untuk membahas; sejawat
a. Pemilihan tema/materi pembelajaran 3. Revisi RPP
b. Sinkronisasi tema/ materi dengan SK 4. Persetujuan RPP oleh Dosen Pembimbing
dan KD dan Guru Pamong
c. Pemantapan materi sesuai bidang 5. Peerteaching
studi (jika diperlukan) difasilitasi Dosen 6. Refleksi dan revisi , menghasilkan RPP siap
pembimbing dan dosen mata pelajaran untuk PPL
d. Pemilihan pendekatan/metode/
strategi pembelajaran.

2. Kemampuan PCK calon guru

Tabel 2. Kemampuan calon guru tentang materi khusus dan pedagoginya


Nilai
Total Total
No Kode Ide/Konsep CoRes PaP-eRs
I II
Tes I Tes II Tes I Tes II Tes I Tes II
1 A 6 5 20 81 0 4 26 90
2 B 4 6 18 91 0 3 22 100
3 C 4 6 14 64 0 3 18 73
4 D 4 3 30 50 0 0 34 53
5 E 5 6 29 60 0 3 34 69
6 F 4 5 37 56 0 3 41 64
7 G 4 2 25 10 0 0 29 12
8 H 7 6 34 60 2 3 43 69
9 I 5 2 34 38 0 3 39 43
10 J 4 5 27 28 0 2 31 35
11 K 4 6 24 33 0 3 28 42
12 L 0 3 0 32 0 0 0 35
13 M 4 5 9 38 0 3 13 46
14 N 4 3 23 28 0 3 27 34
15 O 3 3 16 44 0 3 19 50
16 P 4 6 29 54 0 3 33 63

114
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah

18 Q 4 4 43 62 0 3 47 69
19 R 3 3 40 52 0 3 43 58
20 S 5 6 41 67 0 2 46 75
21 T 4 6 28 55 0 2 32 63
22 U 6 6 8 33 0 2 14 41

Kemampuan Calon guru tentang Konten spesifik dan pedagogi

100

50

0
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U

TES I 26 22 18 34 34 41 29 43 39 31 28 0 13 31 19 33 47 43 46 32 14

TES II 90 10 73 53 69 46 12 69 43 35 42 35 46 34 50 63 69 58 75 63 41

Gambar I. Kemampuan calon guru tentang materi khusus dan pedagoginya

Dari hasil nampak bahwa pada tes pertama berfasilitas termasuk konsep penting yang harus
hanya satu orang yang membuat PaP-eRs, diberikan kepada siswa.
sedangkan yang lain belum dapat mengaitkan Dari hasil tes pertama tampak ada satu
materi dengan pedagogi. Hal tersebut diduga mahasiswa yang memperoleh nilai nol untuk setiap
disebabkan calon guru baru memperoleh materi aspek, mahasiswa tersebut tidak mengisikan
mengenai strategi pembelajaran, dan belum bisa materi yang akan diajarkan mengenai transportasi
mengaitkannya dengan konsep tertentu. Pada tes zat, melainkan tentang struktur sel. Hasil
kedua, setelah calon guru melakukan workshop wawancara mengungkapkan bahwa mahasiswa
tentang silabus dan RPP secara berkelompok dan tersebut lupa ide-ide apa yang berkaitan dengan
mandiri, nampak ada peningkatan pada PaP-eRS transportasi zat. Dari hasil juga menunjukkan
maupun CoResnya. Calon guru sudah bisa hanya seorang mahasiswa yang mengalami
mengkaitkan strategi mengajar dengan konten penurunan dari tes pertama. Hal tersebut
tertentu, namun semua calon guru tersebut belum disebabkan mahasiswa yang bersangkutan
bisa mengkaitakn strategi, dengan karakteristik mengikuti tes susulan dan hasil setelah
dari konsep/konten tersebut. Pada tes pertama, diwawancarai pengisian tidak konsentrasi karena
dari 22 orang partisipan hanya 4 orang calon guru terlalu banyak tugas lain yang harus diselesaikan,
yang menuliskan difusi berfasilitas termasuk ide sedangkan mahasiswa lainnya mengalami
penting yang harus diajarkan kepada siswa, peningkatan. Akan tetapi kemampuan mereka
sedangkan 18 orang calon guru tidak menuliskan mengenai konten spesifik dan pedagoginya masih
difusi berfasilitas merupakan ide yang harus minim terlihat dari perolehan hasil yang belum
diberikan. Namun pada tes kedua hanya satu orang mencapai 50% dari nilai yang sebenarnya.
yang konsisten menganggap difusi berfasilitas Kemampuan mahasiswa mengenai materi
merupakan hal yang penting, sehingga pada tes spesifik masih sangat minim, mereka belum
kedua sebanyak 21 orang tidak menuliskan difusi terlatih untuk mengupas ide-ide atau konsep-

115
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
konsep penting mana yang harus disampaikan discourse”. International Journal of Science
kepada siswa, para calon guru tersebut juga belum Education. 29 : 1629-1653.
bisa mengaitkan ide-ide mana yang belum saatnya Cooper, J. M. (ed.) (1990). Classroom Teaching
dipelajari oleh siswa. Calon guru juga belum bisa Skill. Lexington, Massa chusetts Toronto:
mengkaitkan antara cara mengajar dengan D.C. Heath and Company.
karakteristik materi, ini terlihat dari hasil PaP-eRs Creswell, John W & Clark, Vicki LP. (2007)
yang mereka buat, belum ada satupun calon guru Designing and Conducting Mixed Methods
yang membuat catatan-catatan tentang Research. London: Sage Publications.
karakteristik materi pada PaP-eRs. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. (2004)
Strategi Jangka Panjang Pendidikan Tinggi
Kesimpulan (HELTS) 2003-2010.Jakarta: . . .
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Gall, D, M. et al. (2002) Educational Research.
dilakukan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan Boston, United States of America : Library
sementara bahwa kemampuan materi/subjek of Congress Cataloging Publication Data.
spesifik pedagogi calon guru biologi yang mengikuti Jong, S & Chuan, S. (2009). “Develoing in-service
program Pendidikan Profesi Guru masih minim. Science Teachers’ PCK through a peer
Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut, coaching- based model”. Education
diantaranya latar belakang mereka yang basic Research. 3: 87-108.
science, mereka baru memperoleh matrikulasi Kartadinata, S. (2010) Re-desain Pendidikan
(padat) selama satu semester, ditambah empat Profesional Guru. Universitas Pendidikan
bulan melakukan workshop. Selain faktor tersebut, Indonesia Press.
juga disebabkan pola-pola pembelajaran yang Koppelman, H. (2008). Pedagogical content
diberikan tidak memberikan penekanan pada knowledge and educational cases in
kemampuan PCK secara umum dan kemampuan computer science: An exploration,
subjek spesifik secara khusus. Pola-pola Proceeding of the Informing Science and IT
pembelajaran seyogianya memberikan bekal Education Conference.
kepada calon guru untuk mengupas setiap Lee, E & Luft, J. (2008), “Experienced Secondary
konsep/ide lebih detail dengan mengkaitkan pada Science Teacher’s representation of
latar belakang siswa. Calon guru seharusnya dilatih Pedagogical Content Knowledge”.
untuk mengupas secara mendalam suatu konsep, International Journal of Science Education.
sehingga mereka terlatih untuk melakukan hal 30 : 1343-1363.
yang sama pada konsep yang berbeda, sehingga Loughran, J., Berry, A., & Mulhall, P. (2006),
mereka mampu mengasah kemampuan Understanding and developing Science
metakognitif mereka secara berkelanjutan. Teacher’s Pedagogical Content Knowledge,
Harapan terbesar dari program ini adalah Rotterdam: Sense Publishers.
menciptakan guru yang profesional dan mereka Loughran, J., Milroy, P., Berry A, Gunstone,R., &
mampu untuk meningkatkan keprofesionalannya Mulhall P. (2001) Documenting Science
terus-menerus selama dia menjadi seorang yang Teacher’s Content Knowledge Through
digugu dan ditiru. Pap-eRs. Research in Science Education 31:
289-307.
DAFTAR PUSTAKA Loughran, J. Muhall, P., & Berry, A. (2008),
Arends, R. (2008) Learning to Teach. New York: “Exploring Pedagogical Content Knowledge
McGraw Hill Companies. in Science Teacher Education”.
Bon-Robinson, J. (2005), Identifying pedagogical International Journal of Science Education.
content knowledge (PCK) in the chemistry 30 : 1301-1320
laboratory, Chemistry Education Research Major, C & Palmer B. (2006). Reshaping teaching
and Practice, 6 (2), 83-103. and learning: the transformation of faculty
Child, A & McNicholl, J. (2007). “Investigating the Pedagogical Content Knowledge. Springer.
relationship between subject content 51 : 619-647
knowledge and pedagogical practice Moreland, J et al. (2006) Developing Pedagogical
through the analysis of classroom Content Knowledge for the New Sciences:

116
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
The Example of biotekchnology. Teacher Shulman, L.S. (1986). Those who understand:
Education journal. 17 : 143-155 Knowledge growth in teaching. Educational
National Research Council, (1996), National Science Researcher, 15(2), 4–14.
Education Standards, Washington DC : Shulman, L. (1987). Knowledge and teaching:
National Academy Press foundations of the new reform. Harvard
NSTA (1998), Standards for Science Teacher Educational Review, 57(1), 1-22.
Preparation. National Science Teachers Uno, H. (2007). Profesi Kependidikan ; Problema,
Association in collaboration with the Solusi, dan Reformasi Pendidikan di
association for the Education of Teachers Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika Offset.
in Science
Padilla K., Ponce-de-Leon A, Rembado F.M.,&
Garritz A., (2008) Understanding
Professors’ Pedagogical Content
Knowledge : The Case of ‘amount of
substance’. International Journal of Science
Education. 30 : 1389-1404

117
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah

STUDI TENTANG KECENDERUNGAN PENERAPAN KONSEP GIZI SISWA SMP

Mimin Nurjhani K, Nuryani Y. Rustaman, Sri Redjeki


Pendidikan IPA Sekolah Pascasarjana UPI

Abstrak
Studi tentang kecenderungan penerapan konsep gizi siswa SMP pada mata pelajaran IPA(Biologi) dilakukan
untuk mendapatkan gambaran tentang pengetahuan gizi yang diperoleh siswa di kelas melalui mata pelajaran
Biologi dan penerapannya dalam memilih makanan sehari-hari. Pengkajian dilakukan dengan cara melakukan
analisis terhadap hasil pengisian format food frequency dan hasil tes konsep. Penelitian dilakukan di sebuah
SMP di kota Bandung pada tahun ajaran 2010/2011. Penelitian ini melibatkan sejumlah siswa SMP (n=82)
yang telah mendapatkan pembelajaran tentang topik Makanan, Kesehatan, dan Sistem Pencernaan. Tes
konsep yang diberikan pada siswa meliputi konsep tentang makanan; fungsi makanan, urutan saluran
pencernaan makanan; komponen yang ada pada saluran pencernaan; fungsi setiap komponen pada saluran
pencernaan; uji kandungan bahan makanan; memperkirakan jumlah dari jenis makanan tertentu yang harus
dimakan setiap hari berda-sarkan piramida makanan; pemanfaatan glukosa dalam tubuh; identifikasi jenis dan
jumlah kandungan zat makanan berdasarkan label pada kemasan makanan; hubungan antara jenis makanan
dengan jenis enzim yang diperlukan dalam sistem pencernaan. Perolehan konsep rata-rata kurang dari 45,8%.
Hasil pengolahan data food frequency menunjukkan bahwa siswa menngonsumsi permen,permen karet, saus,
minuman ringan tanpa soda hampir setiap hari, mengonsumsi sayur yang diolah dan buah lebih banyak
dibanding ayam dan telur. Ikan asin dan ikan sarden merupakan jenis makanan yang paling jarang dikonsumsi.
Hasil analisis data dan pembahasan penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan gizi yang didapatkan siswa di
kelas dengan pengasuhan gizi di lingkungan keluarga dan teman terdapat interaksi yang saling melengkapi.
Konsep yang tidak didapatkan siswa dari guru tetapi didapatkan dari lingkungan keluarga dan teman adalah
memperkirakan jenis dan jumlah makanan yang harus dimakan setiap hari berdasarkan piramida makanan
serta mengidentifikasi jenis dan kandungan zat makanan berdasarkan label pada kemasan makanan.

Kata kunci: pengetahuan gizi, kecenderungan, penerapan konsep, food frequency

PENDAHULUAN kesehatan masyarakat (Baliwati et al., 2004;


Pangan diperlukan untuk mempertahankan BAPPENAS, 2007; BAPPENAS, 2011).
kelangsungan hidup karena mengandung zat-zat Perhatian terhadap kesehatan sangat
yang diperlukan tubuh untuk memperoleh energi berhubungan dengan produktivitas masyarakat.
guna memelihara kesehatan, melangsungkan The Global Competitiveness Report 2010-2011
pertumbuhan dan perkembangan serta melakukan yang dikeluarkan oleh World Economic Forum
aktivitas. Masalah pangan dan gizi merupakan pada September 2010 menyebutkan, peringkat
masalah pokok yang mendasari seluruh kehidupan daya saing Indonesia meningkat dengan sangat
dan pembangunan bangsa.Masalah ini adalah bermakna. Sementara pada 2009 daya saing
masalah yang harus selalu mendapat perhatian Indonesia menduduki peringkat ke-54 dari 144
ekstra dari pemerintah dan kita semua tentunya negara dan tahun 2010 peringkat Indonesia naik
sebagai warga Negara. Oleh karena itu, dalam 10 tingkat di posisi ke-44 dengan nilai 4,43. Posisi
memperoleh pengetahuan, diperlukan ini lebih baik dibanding India, meski masih berada
kebijaksanaan agar pengetahuan ini berguna bagi di bawah Cina. Daya saing global India menduduki
masyarakat. Kesehatan tubuh dapat dijaga dengan peringkat ke-51 dan Cina di peringkat ke-27
memperoleh pangan yang berkualitas dan (Bappenas, 2011). Walaupun demikian peringkat
membentuk kebiasaan makan yang lebih memilih Indonesia tidak buruk, bahkan Indonesia dinilai
pangan yang berkualitas merupakan salah satu sebagai salah satu negara dengan prestasi terbaik.
tugas pemerintah dalam rangka memelihara Tentu saja prestasi ini harus dipertahankan bahkan

118
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
terus ditingkatkan, diantaranya dengan melakukan melalui jalur pendidikan di sekolah. Pendidikan gizi
upaya perbaikan kualitas pangan dan gizi disisipkan ke dalam kurikulum yang berlaku (KTSP)
masyarakat. Tingkat konsumsi makanan seimbang dan kemudian disampaikan pada siswa mulai
dan bergizi baik akan meningkatkan status jenjang SD hingga SMA.
kesehatan yang merupakan salah satu indikator Sekolah merupakan tempat siswa belajar,
penting bersama pendidikan dalam menentukan artinya di sekolah kesempatan yang besar memang
daya saing bangsa. Oleh sebab itu, bukan hanya disediakan untuk membentuk dan mengubah
Indonesia, negara maju juga selalu memperhatikan perilaku siswa sesuai dengan yang diinginkan
status gizi, akses terhadap pangan yang masyarakat. Usaha yang secara sistematik
berkualitas, dan peningkatan layanan kesehatan. diberikan di sekolah untuk membentuk perilaku
Isu yang hingga saat ini masih menjadi fokus seseorang merupakan penerapan dari teori sosial-
perhatian adalah kasus-kasus kesehatan yang kognitif (social- cognitive theory). Telah diketahui
berhubungan dengan pola konsumsi makanan atau bahwa terdapat hubungan yang erat antara
kebiasaan makan yang cenderung meningkat.( pengetahuan dan perilaku. Seseorang tidak
BAPPENAS, 2007; BAPPENAS, 2011; WHO, 2009) mungkin melakukan sesuatu tanpa didasari oleh
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa pengetahuan yang mendukung perilakunya
sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu (Prochaska & Velicer, 1997; Slamma, 2008;
sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia Murphy, 2005). Walaupun demikian pengetahuan
yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif. belum tentu menjamin munculnya perilaku yang
Betapapun kayanya sumber alam yang tersedia sesuai. Sebagai contoh walaupun semua orang
bagi suatu bangsa tanpa adanya sumber daya tahu bahwa olahraga yang teratur itu sangat baik
manusia yang tangguh maka sulit diharapkan untuk bagi kesehatan, tetapi tidak semuanya mau
berhasil membangun bangsa itu sendiri . Kualitas melakukannya. Dibutuhkan komitmen, dukungan
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan dari lingkungan, dan imbalan-imbalan yang dapat
produktif merupakan faktor utama yang diperlukan membuat seseorang berubah dan memelihara
untuk melaksanakan pembangunan nasional. Gizi perilakunya.
merupakan salah satu faktor penting yang Di sekolah guru dapat melakukan usaha
menentukan tingkat kesehatan manusia. untuk memunculkan komitmen, mendukung
Pentingnya kebiasaan hidup sehat dan pola makan terbentuknya lingkungan dan ikut memelihara
gizi seimbang sehari-hari belum merupakan perilaku yang diharapkan muncul dari siswa
kebutuhan yang dirasakan sebagaian besar melalui kegiatan pembelajaran. Untuk
masyarakat. Karena itu upaya perbaikan gizi tidak melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru
cukup dengan penyediaan sarana tetapi juga perlu merujuk pada kurikulum yang berlaku. Idealnya
upaya perubahan sikap dan perilaku. Masalah gizi, kegiatan pembelajaran dirancang sesuai konteks
baik masalah gizi kurang dan gizi lebih, disebabkan yang ditemukan di sekitar lingkungan siswa, akan
banyak faktor yang saling terkait. tetapi seringkali guru merasa kesulitan
Di Indonesia terdapat lembaga Badan menerjemahkan kurikulum ke dalam kegiatan
Perencanaan Pembangunan Nasional atau pembelajaran karena seringkali tuntutan kurikulum
Bappenas dan Departemen Pendidikan Nasional tidak sejalan dengan kenyataan yang ada di
ditunjuk untuk melaksanakan kesepakatan lingkungan sekolah ataupun masyarakat
tersebut. Bappenas membuat program yang sekitarnya. Sebagai contoh , siswa hanya dituntut
berorientasi pada perbaikan pangan untuk anak untuk memahami bahwa zat makanan yang ada
dan wanita usia subur dengan cara merevisi pola dalam makanan harus dikonsumsi dengan
konsumsi pangan, mempertinggi aksesibilitas memperhatikan fungsinya dalam tubuh, tetapi
terhadap pangan, dan melaksanakan program siswa tidak dituntut untuk memahami pengaturan
pendidikan gizi melalui jalur Posyandu yang komposisi makanan berdasarkan jenis dan
melibatkan kader posyandu dan paramedis dari jumlahnya. Padahal Pemerintah dalam Rencana
Puskesmas (BAPPENAS, 2007; BAPPENAS, 2010; Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2006-2010 dan
Poedjiadi, 1990; Soekirman, 1990). Adapun dilanjutkan untuk periode 2011-2015 menekankan
Depdiknas melaksanakan kesepakatan tersebut bahwa ada beberapa masalah gizi yang
dengan cara menyelenggarakan pendidikan gizi berkembang di masyarakat berupa kurang gizi,

119
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
penyakit gizi, dan perilaku konsumsi yang METODE PENELITIAN
disebabkan oleh faktor sosial dan budaya (misalnya Masalah utama dalam penelitian ini adalah
tidak membiasakan makan sayur dan buah, mengungkap kecenderungan penerapan konsep
membiasakan makan makanan instan) (BAPPENAS, gizi siswa SMP. Kemunculan pola interaksi tersebut
2007; BAPPENAS, 2010). dilihat dari dua aspek yaitu: penguasaan konsep
Penelitian ini difokuskan pada menemukan siswadan perilaku konsumsi pangan siswa. Agar
kecenderungan penerapan konsep gizi siswa SMP. semua aspek dapat terungkap, maka pengambilan
Penerapan konsep gizi siswa ditelusuri dengan data disusun dalam 3 tahap. Tahap penjajagan
menggunakan format food frequency,dengan merupakan tahap yang pertama, diikuti dengan
asumsi bahwa food frequency merupakan hasil tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.
pengambilan keputusan yang didasari pada Pada tahap penjajagan dilakukan penentuan
pengetahuan gizi yang dimiliki termasuk sekolah yang dilibatkan dalam penelitian. Siswa
pengetahuan gizi yang didapatkan dari guru. yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah siswa
Pemilihan siswa SMP sebagai responden salah satu SMP di Kota Bandung sebanyak 82 siswa
didasarkan pada kenyataan bahwa siswa SMP kelas VIII. Setelah terjadi kesepakatan antara pihak
berada pada tahap perkembangan psikologis sekolah dengan peneliti, langkah selanjutnya
dimana terjadi pencarian jati diri adalah melakukan observasi. Sasaran observasi
sehinggakemungkinan untuk memperbaiki, adalah kegiatan pembelajaran tentang konsep
memunculkan, dan mengembangkan konsep- Makanan, Kesehatan, dan Sistem Pencernaan
konsep yang diperlukan untuk membentuk Makanan; serta jenis makanan yang biasa dimakan
kebiasaan makan dan meningkatkan kualitas hidup siswa sehari-hari. Kegiatan observasi ini diperlukan
sehat masih cukup besar.Adanya hasil kajian ini untuk mendapatkan gambaran tentang jenis
dapat digunakan untuk menentukan variasi makanan yang biasa dimakan sehari-hari. Data ini
program pembelajaran dan/atau penyuluhan gizi diperlukan untuk mengembangkan format food
yang sesuai bagi mereka. Pemberian program yang frequency. Dari kegiatan ini juga didapatkan
sesuai akan membentuk pemahaman konsep gizi kesepakatan antara guru dan peneliti mengenai
yang benar sehingga secara fisik mereka dapat jadwal penelitian, penyebaran instrumen
memelihara kesehatan dengan benar .Jadi penelitian, dan pelaksanaan wawancara dengan
tampaknya perlu ada studi untuk mengidentifikasi guru dan siswa.
pola pembelajaran gizi yang ada dalam komunitas Kegiatan utama pada tahap persiapan adalah
sekolah dan pola pengasuhan gizi yang mendorong menyiapkan instrumen yang digunakan sebagai
munculnya perilaku konsumsi pangan. alat pengumpul data. Instrumen berupa tes
Rumusan masalah dalam penelitian ini konsep, dikembangkan oleh peneliti berdasarkan
adalah "Bagaimana kecenderungan penerapan hasil analisis Standar Kompetensi (SK) dan
konsep gizi siswa SMP?”. Untuk menemukan Kompetensi Dasar (KD) serta Standar Kelulusan
jawaban dari masalah ini dilakukan penelusuran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
konsep tentang gizi apa yang diajarkan di sekolah (BSNP,2006). Hasilnya dituangkan dalam bentuk
(SMP) berdasarkan kurikulum yang berlaku, dan Kisi-Kisi Soal yang kemudian dibuat butir soal
penerapan konsep gizi siswadalam memilih berbentuk Pilihan Ganda. Instrumen lain berupa
makanan. Penelitian ini bertujuan untuk food frequency dikembangkan sebagai modifikasi
menemukan kecenderungan penerapan konsep dari format food frequency yang dikembangkan
gizi siswa dalam rangka memperoleh dasar oleh National Cancer Institute (Lee dan Nieman,
penentuan program pendidikan gizi di sekolah 2007) dan dari Supariasa et al.(2002). Selain itu
maupun luar sekolah untuk memberi penguatan juga disusun kuesioner yang ditujukan pada guru,
dalam hal kaitan antara pengetahuan gizi & sebagai data pendukung untuk menginventarisir
kesehatan serta fungsi organ-organ pencernaan ke komponen gizi yang sudah diberikan di kelas.
arah pola konsumsi pangan yang sehat dan atau Setelah tahap persiapan selesai, maka
mengubah pola konsumsi pangan yang tidak sehat. dilaksanakan pengambilan data. Tahap ini
didahului dengan pelaksanaan pengisian food
frequency oleh siswa selama 1(satu) jam pelajaran,
hasilnya dikumpulkan. Pelaksanaan tes untuk

120
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
menjaring penguasaan konsep dilaksanakan cara melakukan pemberian skor pada tes
setelah pembelajaran dengan topic Makanan, penguasaan konsep; melakukan inventarisasi jenis
Kesehatan, dan Sistem Pencernaan Makanan makanan yang biasa dimakan siswa seperti yang
selesai disampaikan oleh guru. Pelaksanaan Tes tercantum dalam food frequency. Jika ada
memakan waktu kurang lebih 90 menit. Selama kuesioner yang tidak lengkap, skor perolehan tes
siswa mengerjakan tes, guru mengisi kuesioner konsep sangat baik dan sangat kurang, maka
yang berkaitan dengan persiapan, cakupan, serta dilakukan wawancara dengan siswa untuk
pelaksanaan pembelajaran dengan topik Makanan, menelusuri lebih jauh penyebabnya. Secara ringkas
Kesehatan, dan Sistem Pencernaan Makanan. tahapan dan penggunaan instrumen dapat dilihat
Setelah data tentang status gizi, konteks pada Tabel 1.
perilaku, food frequency dan hasil tes konsep
didapatkan, dilakukan pengolahan data dengan

Tabel 1 Tahapan dan Penggunaan Instrumen Penelitian


Rencana Pelaksanaan Penelitian Sasaran
Jenis Instrumen yang
No. Pemberian
Tahap Deskripsi Kegiatan digunakan
Instrumen
1 Penjajagan Menentukan sekolah dan jumlah siswa yang
akan dijadikan subjek penelitian
Memastikan bahwa siswa telah mendapatkan Wawancara dan/atau Guru
pembelajaran tentang konsep sistem observasi pengampu
pencernaan makanan serta konsep makanan mata
dan kesehatan dari guru IPA bagi siswa SMP pelajaran IPA
dengan cara menanyakan secara langsung.
Menyepakati jadwal untuk menjaring data
penelitian dengan guru pengampu mata
pelajaran IPA atau Biologi.
2 Memberikan petunjuk tentang pengisian food Format isian food Siswa SMP
Koleksi Data I frequency , kemudian meminta siswa mengisi frequency (n=82)
food frequency di kelas.
3 Sementara siswa mengisi food frequency, guru Kuesioner tentang Guru
Koleksi Data I diminta mengisi kuesioner perencanaan dan pengampu
pelaksanaan pem- mata
belajaran pada to-pik pelajaran IPA
Sistem Pencer-naan, di SMP
Makanan, dan Kesehatan
4 Siswa SMP
Koleksi Data II Memberikan tes penguasaan konsep gizi. Tes konsep
(n=82)
5 Melakukan pemberian skor pada tes penguasaan
konsep.
Pengolahan Data Melakukan inventarisasi jenis makanan yang
dari Instrumen I,II biasa dimakan siswa selama sebulan untuk
mengetahui frekuensi konsumsi pangan
berdasarkan jenisnya.
6 Melakukan wawancara dengan siswa yang
termasuk kriteria: Skor perolehan tes konsep
Melengkapi Data
sangat baik & sangat kurang
Pengisian food frequency tidak lengkap

Data yang terkumpul diolah melalui perolehan rata-rata kemudian dipersenkan. . Hasil
beberapa tahap. Data hasil pengisian food pengolahannya kemudian diinterpretasikan untuk
frequency akan diinventarisir dan dihitung mendeskripsikan kecenderungan penerapan
frekuensi rata-ratanya. Hasil tes konsep pertama- konsep gizi siswa.
tama diberi skor, kemudian dihitung angka
121
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
HASIL PENGOLAHAN DATA & PEMBAHASAN makanan yang cukup sering dikonsumsi, sebagian
Penelusuran untuk mengetahui apakah besar siswa mengonsumsi jenis makanan ini
siswa menerapkan konsep baik dari sekolah hampir setiap hari (rata-rata 28 hari dalam
maupun dari lingkungan keluarga maupun teman seminggu). Jenis makanan permen karet dan
sebaya dilakukan dengan melihat food frequency permen ini merupakan makanan yang kemasannya
yang diisi oleh siswa. Hasil pengisian food praktis dan ringkas sehingga mudah dimasukkan ke
frequency dapat dilihat pada gambar 1. Angka pada dalam saku baju. Kemasan yang ringkas tersebut
sumbu Y menunjukkan rata-rata frekuensi menyebabkan siswa dapat membawanya ke dalam
konsumsi perbulan. Nasi merupakan makanan yang kelas tanpa terlihat mencolok dan kemudian jika
dimakan siswa lebih dari sekali sehari. Ikan asin, mereka memakannya juga tidak terlihat
ikan sarden, lalab mentah, kacang-kacangan, dan pengunyahan yang mencolok. Permen karet dan
fast food (burger Mc Donald, KFC, AW) merupakan permen sering dikonsumsi untuk mengatasi rasa
jenis makanan yang dimakan hanya sebulan sekali bosan. Walaupun kemasan permen relatif kecil,
atau dua kali. Permen karet, permen, minuman tapi frekuensi konsumsi yang sering menambah
ringan tanpa soda (teh botol, sirup buah), buah suplai glukosa tanpa disadari. Demikian juga
segar, sayuran yang diolah, saus (kecap, sambal) penambahan saus (kecap, sambal, tomat)
merupakan jenis makanan yang dimakan sedikitnya frekuensinya mendekati sekali sehari (23 hari per
4 hari dalam seminggu. Jadi secara umum dapat bulan). Kenyataan ini juga menunjukkan bahwa
dikatakan bahwa jenis makanan yang dimakan ada usaha menguatkan rasa dengan cara
berdasarkan frekuensi menunjukkan pola konsumsi menambahkan saus setiap makan. Penambahan
yang sesuai dengan anjuran pada piramida saus jarang diperhitungkan sebagai penyebab
makanan atau tumpeng gizi yang dianjurkan bertambahnya asupan kalori karena jumlah
pemerintah. pemakaiannya relatif sedikit. Walaupun demikian,
Penelusuran menggunakan food frequency penambahan saus bisa meningkatkan asupan kalori
menghasilkan beberapa hal yang menarik untuk karena fungsinya sebagai penguat rasa yang
dibahas. Konsumsi pemen karet, permen, dan mengakibatkan selera makan bertambah.
minuman ringan tanpa soda merupakan jenis

Gambar 1. Sebaran frekuensi konsumsi jenis makanan per bulan

122
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Jenis makanan lain yang frekuensi seperti burger dan ayam goreng yang disajikan di
konsumsinya hampir setiap hari adalah buah restoran cepat saji (Mc Donald, KFC, AW) frekuensi
segar dan sayur yang diolah menjadi masakan (22 konsumsinya kurang dari 10 kali dalam sebulan
hari per bulan). Hal ini menarik untuk dibahas karena dianggap mahal.
karena ternyata siswayang masih remaja ini cukup Tes konsep dikembangkan oleh peneliti
menyukai buah segar dan sayur yang diolah berdasarkan indikator yang dikembangkan dari SK
(dimasak dan disajikan sebagai teman nasi) karena dan KD disertai pertimbangan tentang perlunya
hampir selalu tersedia di rumah dan sudah menjadi konsep-konsep yang bersifat kontekstual dan
kebiasaan dalam keluarga. Akan tetapi konsumsi dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
sayuran sebagai lalab bukan merupakan pilihan. Pengetahuan siswa ditelusuri melalui tes konsep
Ternyata hal tersebut disebabkan karena tidak sebanyak 50 item soal yang meliputi konsep
dibiasakan atau jika disediakan tidak dipilih karena tentang makanan; fungsi makanan, urutan saluran
rasanya tidak enak. pencernaan makanan; komponen yang ada pada
Sumber protein hewani yang banyak dipilih saluran pencernaan; fungsi setiap komponen pada
adalah daging ayam, telur, susu serta produk susu saluran pencernaan; uji kandungan bahan
dengan frekuensi konsumsi rata-rata dua hari makanan; memperkirakan jumlah dari jenis
sekali. Alasan pemilihan ini adalah karena makanan tertentu yang harus dimakan setiap hari
disediakan oleh orang tua di rumah. Daging sapi berdasarkan piramida makanan; pemanfaatan
dan ikan jarang menjadi pilihan karena harganya glukosa dalam tubuh; identifikasi jenis dan jumlah
relatif lebih mahal dan lebih sulit mengolahnya. kandungan zat makanan berdasarkan label pada
Hal yang cukup menggembirakan adalah kemasan makanan; hubungan antara jenis
frekuensi konsumsi makanan yang diawetkan (ikan makanan dengan jenis enzim yang diperlukan
asin, ikan sarden, bakso, nugget) serta makanan dalam sistem pencernaan. Perolehan rata-rata skor
cepat saji (burger, ayam goreng) kurang dari 15 siswa adalah 45.8. Angka tersebut menunjukkan
hari dalam sebulan. Ikan sarden dan ikan asin bahwa pengetahuan yang dikuasai siswa rata-rata
bahkan hanya dikonsumsi kurang dari 5 hari dalam belum mencapai 50% dari seluruh konsep yang
sebulan. Penelusuran lebih jauh menemukan tercakup dalam soal. Konsep yang paling kecil
bahwa ikan asin kurang disukai karena baunya persentase penguasaannya adalah 31% yaitu pada
tidak enak dan rasanya terlalu asin, sedangkan ikan konsep hubungan antara jenis makanan dengan
sarden jarang disediakan di rumah. Berbeda jenis enzim yang diperlukan dalam sistem
dengan bakso dan nugget, jenis makanan ini lebih pencernaan. Sedangkan angka persentase tertinggi
sering dikonsumsi karena lebih sering disediakan di 81% ada pada konsep pemanfaatan glukosa dalam
rumah karena orang tua meyakini makanan ini bisa tubuh. Sebaran persentase untuk setiap konsep
dijadikan sumber protein. Selain itu, bakso dan dapat dilihat pada Gambar 1.
nugget bisa disimpan lama dan cepat diolah dan
disajikan. Sedangkan konsumsi makanan cepat saji

Gambar 2. Sebaran hasil tes konsep siswa

123
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah

Keterangan :
M konsep tentang makanan
F fungsi makanan bagi manusia
S komponen yang ada pada saluran pencernaan
R fungsi se tiap yang ada pada saluran pencernaan
U uji kandungan zat makanan yang ada dalam makanan
Memperkirakan jumlah dari jenis makanan tertentu yang harus dimakan setiap hari
P berdasarkan piramida makanan.
G pemanfaatan glukosa dalam tubuh
identifikasi jenis dan jumlah kandungan zat makanan berdasarkan label pada
K kemasan makanan
hubungan antara jenis makanan dengan jenis enzim yang diperlukan dalam
E system pencernaan

Penguasaan konsep tentang hubungan dalam konsumsi makanan berlemak dan bergula
antara jenis makanan dan jenis enzim pencernaan untuk mencegah terjadinya obesitas yang
merupakan konsep yang paling rendah capaiannya mempunyai potensi memunculkan penyakit seperti
(31%) karena pada soal yang ditekankan adalah hipertensi dan diabetes. Disamping itu, pada masa
hubungan antara jenis makanan dan jenis enzim remaja, bentuk fisik dianggap salah satu hal yang
pencernaan pada hewan. Guru menyampaikan menentukan ketertarikan dari lawan jenis sehingga
konsep tentang hubungan antara jenis makanan muncul keinginan untuk menjaga bentuk tubuh
dan jenis enzim pencernaan lebih menekankan sesuai dengan kecenderungan atau trend yang
pada manusia dan tidak dibahas penerapannya berlaku di kalangan mereka.
pada hewan. Pertimbangan lain adalah guru Hal yang cukup menarik untuk dibahas
menganggap pembahasan tentang perbandingan adalah capaian pada konsep-konsep yang tidak
saluran pencernaan pada berbagai macam hewan diajarkan oleh guru tetapi dimunculkan pada tes.
lebih relevan dengan SK dan KD, sedangkan Konsep-konsep tentang mengidentifikasi jumlah
pembahasan tentang jenis enzim pencernaan pada dari jenis makanan tertentu yang harus dimakan
hewan dianggap kurang relevan dengan SK dan KD. setiap hari berdasarkan piramida makanani dan
Pertimbangan lain yang cukup menarik adalah identifikasi jenis dan jumlah kandungan zat
konsep tentang jenis enzim pencernaan pada makanan berdasarkan label pada kemasan
hewan tidak pernah ditanyakan dalam soal Ujian makanan tidak diajarkan oleh guru, tetapi sebagian
Nasional sehingga tidak terlalu perlu dibahas siswa berhasil menjawab dengan benar. Soal
secara rinci. mengenai identifikasi jumlah dan jenis makanan
Penguasaan konsep tentang pemanfaatan tertentu yang harus dimakan berdasarkan piramida
glukosa dalam tubuh menunjukkan capaian yang makanan dijawab dengan benar oleh 51% siswa.
paling tinggi (81%). Hal ini menunjukkan bahwa Soal tentang identifikasi jumlah dan jenis zat
informasi tentang pemrosesan zat makanan dalam makanan yang terkandung pada label kemasan
tubuh secara umum telah dikuasai. Penelusuran makanan dapat dijawab dengan benar oleh 39%
lebih lanjut dengan menggunakan kuesioner yang siswa. Tampaknya informasi yang berkaitan dengan
menanyakan tentang cakupan konsep konsep tersebut didapat siswa bukan dari guru di
menunjukkan bahwa konsep ini disampaikan oleh sekolah.
guru dan mendapat apresiasi yang cukup baik dari Penentuan cakupan materi yang
siswa. Konsep tentang pemanfaatan glukosa dalam disampaikan guru tersebut menunjukkan bahwa
tubuh dianggap mengandung informasi yang bisa pada topic Makanan, Sistem Pencernaan Makanan
digunakan untuk mengatur diet dan aktivitas fisik dan Kesehatan penekanan pada konsep-konsep
dalam rangka membentuk tubuh yang ideal. Pada yang sifatnya lebih konseptual dan kurang
usia 10-19 tahun, merupakan masa dimana memberikan konsep-konsep yang lebih
kebutuhan gizi jauh lebih besar dari segi jumlah kontekstual. Penelusuran lebih jauh melalui
dan jenis (Barasi, 2009) tetapi perlu pembatasan wawancara didapatkan pernyataan bahwa guru

124
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
lebih memilih konsep-konsep yang konseptual apakah makanan dalam kemasan tersebut sesuai
karena tuntutan Standar Kompetensi (SK) dan dengan kebutuhannya (D’Onnofrio & Rich, 1994).
Kompetensi Dasar (KD). Guru beranggapan bahwa Pengetahuan tidak harus selalu diperoleh
konsep-konsep tersebut dianggap cukup berat dari guru di sekolah, tetapi bisa juga diperoleh dari
untuk dikuasai, jadi guru menganggap terlalu berat lingkungan keluarga di rumah atau dari teman
jika ditambah konsep-konsep lain. Di lain pihak (Barasi, 2009). Hal ini dapat dilihat dari hasil tes
guru setuju bahwa pengetahuan tentang makanan konsep makanan seimbang yang mencapai 50%
seimbang yang disusun berdasarkan piramida meski konsep ini tidak diajarkan oleh guru di kelas.
makanan atau tumpeng gizi, cara membaca label Penelusuran melalui food frequency menunjukkan
kemasan makanan, serta enzim pencernaan yang bahwa konsumsi nasi, lauk pauk, sayur dan buah
dimiliki hewan merupakan konsep-konsep yang menunjukkan gejala bahwa siswa sudah
diperlukan sebagai pengetahuan yang dapat diupayakan oleh keluarga untuk mendapatkan
digunakan dalam kehidupan sehari-hari juga dapat asupan makanan yang cukup dari jenis dan
digunakan sebagai dasar dari konsep lain jumlahnya.
(missal:konsep hewan karnivora, posisinya dalam Kebiasaan yang masih perlu diperbaiki
ekosistem sebagai konsumen, upaya pelestarian adalah frekuensi konsumsi permen, saus, dan
hewan karnivora). Konsep-konsep yang berkaitan minuman ringan tanpa soda. Siswa belum
dengan piramida makanan, cara membaca label menyadari bahwa konsumsi permen dan minuman
kemasan makanan dianggap sudah disampaikan ringan bisa menambah asupan glukosa melebihi
oleh orang tua siswa sedangkan konsep tentang kebutuhan. Jika kebiasaan ini tidak diatur maka
hubungan antara jenis makanan dengan jenis bisa menjadi kebiasaan yang sulit dihilangkan dan
enzim pencernaan dianggap akan dipelajari siswadi bisa berpotensi menyebabkan kegemukan
SMA. (Barasi,2009; Gibney et al., 2005). Hal ini
Dari data hasil tes penguasaan konsep dan tampaknya masih belum mendapat perhatian dari
penelusuran menggunakan food frequency tampak guru.
bahwa konsep-konsep yang bersifat kontekstual Secara keseluruhan hasil penelitian ini
atau yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari- memperlihatkan bahwa pengetahuan gizi yang
hari lebih mudah dipahami (Johnson,2011). Hal diperoleh siswa terutama yang berkaitan dengan
tersebut dapat dilihat dari perolehan tes konsep jenis makanan dan jumlah yang dikonsumsi secara
yang berkaitan dengan fungsi makanan dan zat umum menunjukkan telah sesuai. Walaupun
makanan serta pemanfaatan glukosa dalam tubuh. demikian ada yang perlu diperhatikan menyangkut
Berapa besar sumbangan konsep yang diperoleh kebiasaan mengonsumsi permen, permen karet,
terhadap pola konsumsi pangan tidak dihitung dan saus (sambal, kecap) yang menunjukkan
secara statistic sehingga menjadi keterbatasan frekuensi tinggi. Permen dan permen karet
dalam penelitian ini. Konsep tersebut dipahami memang kemasannya kecil, tetapi karena rasanya
dengan baik oleh siswa sehingga perolehannya manis, tidak mengenyangkan dan bisa dimakan
tinggi. Walaupun demikian, konsep bahwa jumlah tanpa mencolok, tanpa terasa dapat memperbesar
asupan glukosa harus diatur belum bisa dipahami asupan kalori melebihi yang diperlukan.
dan diterapkan oleh siswa, hal ini dilihat dari masih Penggunaan saus juga memang tidak banyak tetapi
tingginya frekuensi konsumsi makanan berkalori saus bisa menambah selera makan sehingga juga
tinggi (seperti permen, minuman ringan, saus). Hal berpotensi menambah asupan makanan yang
ini mungkin disebabkan karena siswa belum dimakan berbarengan dengan saus, terutama saus
dibekali dengan kemampuan memanfaatkan sambal. Jadi guru perlu mengingatkan siswa agar
informasi kandungan gizi pada label kemasan tetap waspada dalam mengonsumsi permen,
makanan dan informasi tentang kandungan gizi permen karet, dan saus agar siswa terhindar dari
jenis makanan tertentu yang bisa diperoleh dari kemungkinan kelebihan berat badan serta penyakit
buku pegangan siswa atau dari sumber informasi lain seperti terkikisnya email gigi karena terlalu
lain (majalah, Koran). Informasi gizi yang banyak memakan permen yang mengandung
tercantum pada kemasan makanan bisa membantu caramel serta sakit pada saluran pencernaan
siswa membuat pertimbangan dan memutuskan karena makanan yang pedas . Selain itu, guru juga
tampaknya perlu membekali siswa dengan

125
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
kemampuan membaca terlebih dahulu kandungan [Online], 28,(4), ,18 halaman. Tersedia:
gizi dalam kemasan makanan (terutama permen, http://www.ijbnpa.org/content/4/1/28 [1
permen karet, saus) agar siswa tahu kalori yang Pebruari 2008]
terkandung dalam makanan tersebut dan berapa Endevelt, R.,Shahar, D.R., & Henkin, Y., (2007),
banyak yang boleh dikonsumsi dalam sehari. Development and Implementation of a
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Nutrition Program for Madical School: A New
memberikan kebebasan pada guru untuk Challenge, Education for Health, 19,(2), 244-
mengembangkan materi ajar sesuai dengan 250
lingkungan tempat siswa belajar dan mengem- ______,(2009), Global and Regional Food
bangkan diri. Sebaiknya guru bisa memilih, Consumption Pattern and Trends [Online],
memberi penekanan, memperluas konsep tertentu Tersedia
yang sesuai dengan kebutuhan siswa serta :http://www.who.int/nutrition/topics/3
kecenderungan yang muncul di kalangan siswa foodconsumption/en/print.html [15Mei
sehingga konsep yang disampaikan bisa lebih 2009]
bermakna dan mudah diterapkan oleh siswa. Jadi Gibney, MJ., Margaretts, BM.,Kearney, JM., Arab,
sebaiknya Standar Kompetensi dan Kompetensi L.,(2005), Gizi Kesehatan Masyarakat,
Dasar dimaknai sebagai standar minimal bukan Jakarta: ECG Penerbit Buku Kedokteran
standar maksimal atau standar yang kaku sehingga Irianto , D.P., (2006), Panduan Gizi Lengkap
konsep yang diajarkan sangat ketat sesuai yang Keluarga dan Olahragawan, Jogjakarta: Andi
tersurat, padahal sebenarnya guru diperbolehkan Jago, R., Rowan, B., Fox, K.R., Cartwright, K, Page,
memberi perluasan dan pendalaman yang .AS., & Thompson, J.L., (2009), Friendship
diperlukan untuk membantu siswa memperoleh groups and physical activity: qualitative
kompetensi tertentu yang diperlukan dalam findings on how physical activity is initiated
kehidupan sehari-hari. Selain itu, lingkungan and maintained among 10-11 year old
keluarga dan teman sebaya dapat dijadikan children, International Journal of Behavioral
sebagai sumber belajar yang secara formal Nutrition and Physical Activity, [Online],20,
dilibatkan dalam proses pembelajaran (Cullen et (5),18 halaman. Tersedia:
al.; Jago et al;Baliwati et al.) . Hal ini akan http://www.ijbnpa.org/content/5/1/20 [8
memudahkan siswa memahami perlunya konsep Oktober 2008]
terkait dalam memecahkan masalah sehari-hari. Johnson, EB.,(2011), CTL Contekxtual Teaching &
Learning, Bandung: Kaifa Learning
DAFTAR RPUSTAKA Lee, R.D. & Nieman, D.C.,( 2007), Nutritional
_________ , (2007), Rencana Aksi Nasional Pangan Assessment, fourth edition, New York: Mc
dan Gizi 2006-2010. Jakarta : Badan Graw Hill Inc.
Perencanaan Pembangunan Nasional Merchant A T, Dehghan, M, Behnke-Cook, D and
(Bappenas) Anand, S.S., (2007), Diet, physical activity,
_________ , (2010), Rencana Aksi Nasional Pangan and adiposity in children in poor and rich,
dan Gizi 2010-2015 Jakarta : Badan neighborhoods: a cross sectional
Perencanaan Pembangunan Nasional comparison, Nutrition Journal 2007,
(Bappenas) Minarto, (2007), Upaya Peningkatan Status Gizi
Baliwati, Y.F., Khomsan, A., Dwiriati, C.M., (2004), Masyarakat (disajikan dalam Seminar Sehari
Pengantar Pangan dan Gizi, Jakarta : Penebar Kemitraan dalam Pencegahan dn
Swadaya. Penanggulangan Malnutrisi di Indonesia),
Barasi, ME.,(2009), At a Glance Ilmu Gizi, Jakarta: tidak diterbitkan
Erlangga Olm-Shipman, C.,.Reed, V.A., & Jernstedt., G.C.,
Cullen, K.W., Watso, K., Zakeri, B.I., Baranowski, (2003),Teaching Children about Health, Part-
T.,& Baranowski, J , (2007),"Achieving fruit, II : The Effect of an Academic –community
juice, and vegetable recipe preparation goals Partnership on Medical Students’
influences consumption by 4th grade Communication Skills, Jurnal Education for
students", The International Journal of Health, [Online],16, (3), 339-347. Tersedia:
Behavioral Nutrition and Physical Activityl,

126
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
http://www.informaworld.c om/smpp/tittle- Soekirman, (1990), Nutrition in the National
content=t713416292 [29 September 2007] Development (The Indonesia case): Human
Prochaska,J.O.,and DiClemente, C.C., (!986), Nutrition Better Nutrition in National
Towards a comprehensive model of change. Building, Bangkok Thailand : Siriyod Printing
In:W.R Miller and N.Heather (Eds), Treating Company Ltd.
addictive behaviours: Processes of change. Supariasa, I.D.N., Bakri, B., & Fajar, I., (2002),
New York : Plenum Press Penilaian Status Gizi, Jakarta: EGC Penerbit
Raenaerts, E., de Nooijer, J ., & de Vries , N K., Buku Kedokteran
(2007), Parental versus child reporting of Tak, N.I., te Velde, S.J., & Brug, J.,(2008), Are
fruit and vegetable consumption,The positive changes in potential determinants
International Journal of Behavioral Nutrition associated with increased fruit and vegetable
and Physical Activity, [Online],4, (3),18 intakes amon primary schoolchildren? Result
halaman. Tersedia: of two intervention studies in the
http://www.ijbnpa.org/content/5/1/20 [8 Netherlands: The Schoolgruiten Project and
Oktober 2008] the Pro Children Study, International Journal
Roth-Yoursey,L.,Caskey, M.,May, Jill.,R, & Marla., of Behavioral Nutrition and Physical
(2008), Modifying beverages choices of Activity,[Online],21,(5),
preadolescents through School-based http://www.ijbnpa.org/content/5/1/21 [8
nutrition education, Journal of Extension, Oktober 2008]
[Online],45, (3), ), article number 3RIB7,11 Wang, W.C.,Worsley,A.,& Cunningham,
halaman. Tersedia: E.G.,(2008), Social ideological influences on
http://www.joe.org/content/5/1/20 [6 Juni reported food consumption and BMI,
2008] International Journal of Behavioral Nutrition
Slamma, K.,(2008), Health Behavior & Change, A- and Physical Activity, [Online],20, (5),18
UICC Handbook for Europe halaman. Tersedia:
http://www.ijbnpa.org/content/5/1/20 [8
Oktober 2008]

127
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah

MODEL PENGEMBANGAN ASSESMENT KINERJA (PERFORMANT ASSESMENT)


MATAPELAJARAN IPA BERBASIS NILAI KARAKTER
DI SMP KOTA TERNATE MALUKU UTARA

Sundari. M Pd
Email: mamakia_unk@yahoo.com
Jurusan PMIPA-FKIP Universitas Khairun Ternate

Abstrak
Evaluasi proses pembelajaran menekankan pada evaluasi pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh
pembelajar meliputi kefektifan strategi pembelajaran yang dilaksankan, keefektifan media pembelajaran, cara
mengajar yang dilaksanakan, dan minat, sikap serta cara belajar siswa. Pada sosialisasi dan pelaksanaan KTSP
sejak tahun 2006, telah diterapkan konsep penilaian autentik sebagai pilihan untuk dikembangkan oleh guru
dalam menilai proses dan hasil belajar. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menyarankan bahwa
pembelajaran harus berorientasi pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya.
Penelitian ini merupakan penelitian Pengembangan bertujuan untuk mengembangkan dan menghasilkan
produk berupainstrumen penilaian kinerja (Performant assessment) yang berbasis nilai karakter khususnya
matapelajaran Sains di SMP kota Ternate.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengembangan model assesmen kinerja berbasis karakter diketahui
valid dengan nilai total 85,7% maka secara umum produk pengembangan model assesmen kinerja berbasis
karakter ini layak digunakan. Hasil revisi rubric penilaian ini dapat digunakan sebagai alternative guru untuk
dikembangkan sebagai bahan ajar misalnya pada panduanpengamatan dan panduan praktikumpraktikum.

Kata kunci: assessment kinerja, karakter, sains

PENDAHULUAN pembelajaran yang dilaksankan, keefektifan media


Hasil belajar atau kompetensi siswa pembelajaran, cara mengajar yang dilaksanakan,
didefinisikan sebagai produk, keterampilan dan dan minat, sikap serta cara belajar siswa. Penilaian
sikap yang tercermin dalam perilaku sehari- kinerja harus mencakup keduanya aspek yaitu
hari.Produk mencakup serangkaian penilian produk dan proses sebagai hasil belajar.
fakta,konsep,teori, hokum, prinsip serta prosedur. Penilaian produk dapat dilihat dari hasil pekerjaan
Keterampilan terdiri dari keterampilan berpikir, mendesaian poster atau membuat laporan
keterampilan menggunakan alat (psikomotor), penelitian, saat ini guru tidak boleh hanya
keterampilan social, keterampilan proses menanyakan seberapa besar pemahaman siswa
(melakukan penelitian), keterampilan untuk belajar dalam berfikir atau hanya menilai tingkat
sepanjang hayat dan keterampilan hidup (life skill). pengetahuan siswa saja. Berdasarkan hasil
Sikap mencakup budipekerti, etika, dan ketakwaan observasi dibeberapa sekolah menunjukkan bahwa
terhadap Tuhan YME. Dengan perkataan lain asessmen kinerja untuk kegiatan menilai
informasi yang diperoleh dari assessment harus kemampuan proses dan hasil belajar belum
komprehensif dan telah dilakukan pada saat yang dilaksanakan oleh sebagian besar guru. Alasan
tepat selama dan setelah siswa belajar. Artinya mendasar yang menjadi penghubung adalah
pengukuran harus dilakukan disepanjang proses banyaknya jumlah siswa, tingginya frekuensi beban
belajar yang dijalani siswa. Prinsip inilah yang mengajar guru dan keterbatasan waktu
disebut dengan performan assesmen. Evaluasi mengakibatkan asessmen tersebut tidak dapat
proses pembelajaran menekankan pada evaluasi dilaksanakan di sekolah. Sistem penilaian unjuk
pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh kerja beragam teknik dapat dilakukan untuk
pembelajar meliputi kefektifan strategi mengumpulkan informasi tentang kemajuan
128
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
belajar peserta didik, baik yang berhubungan & Soo Young Lee (2007). Langkah-langkah yang
dengan proses belajar maupun hasil belajar. Teknik dilakukan dalam pengembangan perangkat
pengumpulan informasi tersebut pada prinsipnya pembelajaran adalah sebagai berikut:
adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta 1. Mengkaji SK (standar kompetensi) dan KD
didik berdasarkan standar kompetensi dan (kompetensi dasar) sesuai.
kompetensi dasar yang harus dicapai ( Iskandar, dengan materi yang akan diajarkan.
2000 ).  Standar Kompetensi
Evaluasi pembelajaran adalah pelaksanaan  Melakukan kegiatan kerja ilmiah
dan pengelolaan pembelajaran untuk memperoleh (mengamati dan
pemahaman tentang strategi pembelajaran yang mengkomunikasikan).
dilaksanakan oleh guru, cara mengajar dan media Dari standar kompetensi diatas maka tujuan
pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran yang sasarannya adalah siswa
pembelajaran, serta minat, sikap dan standar kompetensi tersebut diharapkan
cara/kebiasaan belajar siswa. Tahapan pelaksanaan kepada siswa agar dapat mengamati dan
evaluasi pembelajaran adalah penentuan tujuan, mengkomunikasikan kerja ilmiah berdasarkan
menentukan desain evaluasi, pengembangan konsep penggunaan mikroskop.
instrumen evaluasi, pengumpulan informasi/data,  Kompetensi dasar
analisis dan interpretasi dan tindak lanjut (Anonim,  Mengamati objek dengan mikroskop.
2009).  Menjelaskan hasil percobaan /
Hasil belajar dapat dilihat pada tiga ranah penyelidikan dalam bentuk uraian.
yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari kompetensi dasar ini diharapkan siswa
Kognitif merupakan salah satu perkembangan dapat mengetahui siswa dapat menjelaskan
manusia yang berkaitan dengan pengetahuan, hasil percobaannya berdasarkan objek yang
yakni semua proses psikologis yang berkaitan diamati dengan mikroskop.
dengan bagaimana individu mempelajari dan 2. Membuat rubrik penilaian unjuk kerja
memikirkan lingkungannya. Ranah afektif adalah keterampilan menggunakan mikroskop
ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ciri- cahaya.
ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta 3. Membagikan lembar validasi angket pada
didik dalam berbagai tingkah laku. Ranah responden selaku sampel penelitian yaitu 8
psikomotor merupakan ranah yang berkaitan guru biologi yang diambil dari masing-masing
dengan ketrampilan (skill) atau kemampuan SMAN di kota ternate, dan 5 orang sampel
setelah menerima pengalaman belajar tertentu validator ahli dosen FKIP Unkhair yang terdiri
(Anonim, 2003) dari dosen pendidikan biologi dan dosen
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian pembimbing.
yang dilakukan dengan mengamati kegiatan 4. Mengumpulkan lembar validasi angket yang
peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian telah diisi oleh responden kemudian dilakukan
ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian pengambilan data. Untuk mendapatkan hasil
kompetensi yang menuntut peserta didik maka data tersebut dihitung dengan rumus
melakukan tugas tertentu seperti: praktek di yang terdapat dalam teknik analisa data.
laboratorium, presentasi dan diskusi. Cara Instrumen yang akan digunakan untuk
penilaian ini dianggap lebih otentik dari pada tes mengumpulkan data penelitian ini adalah angket.
tertulis karena apa yang diniliai mencerminkan Angket yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
kemampuan peserta didik yang sebenarnya dari dua bagian yaitu berupa angket penilaian
(Stinggins, 1998). perangkat pembelajaran dan angket komentar
dan saran
METODE PENELITIAN Teknik Analisa Data menggunakan :
Penelitian ini merupakan penelitian Prosentase data dihitung dengan rumus
kualitatif dengan model penelitian pengembangan sebagai berikut:
Prosedur penelitian pengembangan perangkat P = ∑X X 100%
pembelajaran ini sesuai dengan model ∑Xi
pengembangn Dick dan Carey dalam Hee Sun Lee Dimana P : prosentase

129
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
∑X : Jumlah jawaban penilaian Berdasarkan hasil validasi pengembangan
∑Xi : Jumlah jawaban tertinggi model evaluasi penilaian unjuk kerja pada materi
penggunaan mikroskop di SMP dengan 10 validator
Tabel 1 Kriteria Validasi Analisa prosentase yang terdiri dari 5 orang guru biologi kelas 1 dari 4
Prosentase Kriteria validasi sekolah di SMPN Kota ternate dan 5 orang Dosen
76-100 Valid FKIP Universitas Khairun Ternate.
56-75 Cukup valid 2. Data Kuantitatif
40-55 Kurang valid (revisi) Data kuantitatif berupa penilaian
0-39 Tidak valid (revisi total) perangkat pembelajaran yang berupa angka-
(Arikunto, 2002) angka 4,3,2,dan 1. Data hasil validasi penilaian
perangkat pembelajaran yang dikembangkan,
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN disajikan pada Tabel 2.
1. Data Hasil Penelitian Pengembangan

Tabel 2 Data Validasi Responden (Validator).


Kriteria Skor
Aspek Prosentase Keterangan
Validator 4 3 2 1
a. Tahap persiapan 5 5 0 0 87,5% Valid
1. Kedalaman
b. Tahap pelaksanaan 4 6 0 0 85% Valid
indikator
c. Tahap penyimpanan 6 4 0 0 90% Valid
a. Sesuai dengan
4 6 0 0 85% Valid
2. Penggunaan kaidah
bahasa b. Informatife dan
5 5 0 0 87,5% Valid
sederhana
a. Kesesuaian dengan
3. Kualitas 6 2 2 0 85% Valid
KD / materi
model b. Menilai psikomotorik 5 5 0 0 87,5% Valid
penilaian
c. Menilai afektif 3 7 0 0 82,5% Valid
a. Durasi waktu sesuai
4. Penggunaan
dengan alokasi 6 4 0 0 90% Valid
model
waktu
penilaian
b. Mudah digunakan
karakter 7 3 0 0 77,5% Valid
/sederhana
Total 85,7% Valid
Materi pokok yang dikembangkan adalah
3 Produk Pengembangan Penelitian Mikroskop. Pendekatan yang digunakan dalam
Produk pengembangan penelitian berupa pengembangan perangkat penilaian kinerja
Model Penilaian kinerja berbasis karakter
masyarakat multietnis. . berbasis karakter ini adalah pendekatan Sains
Teknologi Masyarakat (STM) dengan metode
PEMBAHASAN pembelajaran Eksperimen, Kooperatif Direct
Pada bagian ini akan dibahas beberapa hal Instruction dan Modeling. Perangkat telah direvisi
yang berkaitan dengan hasil analisa data validasi berdasarkan hasil penilaian oleh validator.
produk hasil pengembangan yang terdiri dari;1) Perangkat pembelajaran terdiri dari
Kajian produk hasil pengembangan, 2) Kelebihan komponen-komponen: bagian pertama merupakan
dan Keterbatasan Hasil Pengembangan bagian: 1) identitas perangkat,2) kompetensi yang
1). Kajian Produk Hasil Pengembangan dicapai, 3) bahasa, 4)model penilaian.
Produk hasil pengembangan dalam 2) Kelebihan dan Keterbatasan Hasil
penelitian ini berupa perangkat penilaian kinerja Pengembangan
berbasis nilai karakter masyarakat multietnis.

130
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Berdasarkan hasil analisis melalui kegiatan DAFTAR PUSTAKA
validasi maka dapat diketahui beberapa hal yang Arikunto S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu
merupakan kelebihan dari perangkat pembelajaran Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
yang dikembangkan antara lain: Anonim, 2002. Alternative assesment. Jakarta:
a. Disusun dengan pendekatan Sains Teknologi Dirjen Dikti
Masyarakat (STM) dengan metode yang Hee sun Lee & Soo-Young Lee. 2007. Dick and
bervariasi yaitu diskusi, eksperimen, modeling Carey Model. (Online) http: www
dan kooperatif DI. umich.edu% html diakses 14 Februari 2007
b. Instrumen penilaian kinerja berbasis karakter Iskandar, 2000. penerapan penilaian unjuk kerja
yang dikembangkan lebih mengarah pada dalam laboratorium.tesis Magister
penilaian proses hal ini masih sangat jarang di pada Pps Upi
rancang dan di gunakan guru. Stinggins, R.J. 1994. Student Centered Classroom
c. Kegiatan belajar yang di desain mengarah pada Assesment, New york: Maxwell Macmillan
proses belajar siswa aktif International.
Keterbatasan dari perangkat penilaian yang
dikembangkan adalah perangkat penilaian ini
masih sangat sederhana.

KESIMPULAN
Pengembangan model penilaian unjuk
kerja berbasis karakter yang dihasilkan dalam
penelitian ini berupa produk rubrik penilaiankinerja
berbasis karakter multietnis. Produk yang
dihasilkan ini relevan dan layak digunakan karena
instrument diketahui valid dengan nilai total
85,7%.

131
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah

IMPLEMENTASI PTK BERBASIS LESSON STUDY PADA


DOSEN FKIP UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE

Drs. Taib Latif, M.Hum


FKIP Universitas Khairun Ternate,
abdu__unk@yahoo.co.id

Abstrak
Penelitian Tindakan Penelitian berbasis Lesson Study dilaksanakan di jurusan MIPA FKIP Universitas Khairun
dengan tujuan untuk mengetahui tentang bagaimana implementasi PTK berbasis lesson study di jurusan
PMIPA dan, bagaimana partisipasi dosen selama implementasi PTK lesson study serta bagaimana kompetensi
dosen dalam menulis PTK. Pengambilan data dari tiap siklus PTK berbasis Lesson study dengan metode
observasi, angket dan wawancara.
Hasil pengambilan data dan pembahasan menunjukkan bahwa implementasi PTK berbasis lesson study di
jurusan MIPA FKIP universitas Khairun Ternate sudah sesuai dengan prinsip-prinsip PTK berbasis lesson study,
dosen berpartisipasi sebagai dosen model dan observer serta memiliki kompetensi yang cukup baik dalam
menulis Karya Ilmiah PTK.

Kata Kunci: PTK berbasis LS, kompetensi dosen, KTI

PENDAHULUAN masalah yang dihadapi ataupun untuk tujuan agar


Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan siswa mampu berfikir dan mengemukakan
Lesson Study (LS) yang dilakukan oleh sekelompok pendapatnya sendiri dalam menghadapi masalah.
guru dan dosen yang sepakat berkolaborasi untuk Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian
saling memperkaya pengalaman dan berlatih reflektif yang bersiklus (berdaur), yang dilakukan
saling membelajarkan cara membelajarkan (maha) oleh guru dalam rangka memperbaiki kualitas
siswanya, merupakan salah satu strategi untuk pembelajaran. PTK merupakan salah satu cara
meningkatkan keprofesionalan guru dan dosen. untuk memperbaiki dan meningkatkan
Salah satu penyebab masih rendahnya keprofesionalan guru dalam proses belajar
kualitas pendidikan kita khususnya di Maluku mengajar di kelas`dengan melihat berbagai
utara adalah masih kurangnya pemahaman guru indikator keberhasilan proses dan hasil
dan dosen terhadap bagaimana upaya pembelajaran yang terjadi pada siswa (Susilo,
meningkatkan kinerja dan profesionalismenya 2008).
melalui kegiatan kolaborasi dan refleksi terhadap Tujuan PTK antara lain dapat diuraikan
pelaksanan berbagai strategi pembelajaran, sebagai berikut.
sehingga meskipun telah banyak sosialisiasi a. Memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik
terhadap perubahan pendidikan pola pembelajaran secara berkesinambungan, yang
pembelajaran yang terjadi di lapangan masih pada dasarnya melekat pada terlaksananya
cenderung teacher centre yang lebih menekankan misi keprofesionalan pendidikan yang diemban
pembelajaran yang berpusat pada guru Model dan guru.
metode mengajar adalah suatu pengetahuan b. Menumbuhkan budaya meneliti di kalangan
tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan pendidik (guru dan dosen), dengan
oleh guru dan dosen agar materi pelajaran dapat memberikan kesempatan kepada guru/dosen
ditangkap, dipahami dan digunakan oleh (maha) untuk melakukan pengkajian terhadap
siswa dengan baik. Metode mengajar yang kegiatan pembelajaran yang dilakukannya.
digunakan hendaknya metode yang dapat c. Meningkatkan kolaborasi antara guru dan
memotivasi siswa agar mampu menggunakan guru, guru dan dosen, guru dan widyaiswara,
pengetahuannya untuk memecahkan suatu

132
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
dosen dan dosen, dalam memecahkan Lesson (opsional); 5) membelajarkan siswa dengan
masalah pembelajaran. Lesson versi baru (opsional); 6) berbagi hasil
d. Melalui PTK seorang guru atau dosen akan refleksi mengenai pembelajaran dengan Lesson
dikondisikan menjadi produktif, inovatif dan versi baru.
memeiliki kepedulian terhadap proses dan Susilo (2006) menyatakan Lesson Study
hasil belajar siswa melalui refleksi diri. Adapun adalah suatu bentuk utama pengembangan
berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari keprofesionalan guru yang dipilih oleh guru-guru
penelitian tindakan kelas antara lain ialah: Jepang. Dalam melaksanakan Lesson Study, guru-
1. Guru dapat langsung memperbaiki praktik- guru secara kolaboratif 1) merumuskan tujuan
praktik pembelajaran agar menjadi lebih pembelajaran (yang berkaitan dengan materi
baik dan lebih efektif pokok pembelajaran) dan tujuan pengembangan
2. Guru dapat meneliti sendiri kegiatan praktik siswanya (yang berkaitan dengan pengembangan
pembelajaran yang ia lakukan di kelas kecakapan hidupnya), 2) merancang pembelajaran
3. Guru dapat melihat, merasakan, dan untuk mencapai tujuan tersebut, 3) melaksanakan
menghayati apakah praktik-praktik dan mengamati serta mendiskusikan suatu
pembelajaran yang dilakukan selama ini research lesson (saya terjemahkan sebagai
memiliki keefektifan yang tinggi “pembelajaran yang teliti”) untuk kemudian
4. Guru dapat memperbaiki praktik disempurnakan dan kalau perlu dibelajarkan lagi di
pembelajaran agar menjadi lebih baik dan kelas yang lain untuk dikaji ulang. Lebih lanjut
lebih efektif Lewis (2002) menguraikan bagaimana Lesson Study
5. Guru dapat mencari cara/prosedur baru dapat memberikan sumbangan terhadap
untuk memperbaiki dan meningkatkan pengembangan keprofesionalan guru yaitu dengan
profesionalisme guru dalam PBM di kelas, menguraikan delapan pengalaman yang diberikan
dengan cara melihat berbagai indikator Lesson Study kepada guru sebagai berikut. Lesson
keberhasilan proses dan hasil pembelajaran Study memungkinkan guru untuk 1) memikirkan
yang terjadi pada siswa. dengan cermat mengenai tujuan pembelajaran,
Lesson Study adalah suatu model materi pokok, dan pembelajaran bidang studi, 2)
pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian mengkaji dan mengembangkan pembelajaran yang
pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan terbaik yang dapat dikembangkan, 3)
berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas dan memperdalam pengetahuan mengenai materi
mutual learning untuk membangun learning pokok yang diajarkan, 4) memikirkan secara
community (Sukirman, 2008). Terdapat berbagai mendalam tujuan jangka panjang yang akan dicapai
bentuk kegiatan Lesson Study di Jepang (Lewis, yang berkaitan dengan siswa, 5) merancang
2002), tetapi pada dasarnya dapat dikatakan pembelajaran secara kolaboratif, 6) mengkaji
bahwa terdapat tiga tahapan yang mudah diingat secara cermat cara dan proses belajar serta tingkah
yaitu Plan (merencanakan atau merancang), Do laku siswa, 7) mengembangkan pengetahuan
(melaksanakan), dan See (mengamati, dan sesudah pedagogis yang sesuai untuk membelajarkan siswa,
itu merefleksikan hasil pengamatan) (Sutopo dan dan 8) melihat hasil pembelajaran sendiri melalui
Ibrohim, 2006). Pelaksanaan suatu lesson study mata siswa dan kolega.
akan lebih efektif, jika pelaksananya mengetahui Melalui kegiatan Hibah Lesson study ini tim
apa saja langkah-langkah yang perlu diterapkan. pengembang LS di universitas Khairun telah
Dengan demikian, tujuan pengimplementasian melaksanakan sosialisasi LS sebagai sarana
suatu lesson study yang berfokus pada peningkatan peningkatan kualitas pembelajaran dosen MIPA
kualitas siswa dan guru dapat diwujudkan. dan non MIPA di FKIP Universitas Khairun. Dalam
Menurut Fernandez dan Yoshida (2004) kegiatan sosialisasi LS bagi dosen MIPA diperoleh
tahapan proses Lesson Study meliputi enam suatu umpan balik dari dosen MIPA bahwa melalui
langkah, dengan langkah ke 4-6 itu opsional, yaitu kegiatan Lesson study dapat diperoleh banyak
1) secara kolaboratif merancang Study/research pengalaman berharga dan pembelajaran bagi
Lesson (pembelajaran yang akan diteliti); 2) dosen untuk terbuka menerima kritik dan
mengamati pelaksanaan Study Lesson; 3) perbaikan dari teman sejawat. Penelitian ini
mendiskusikan Study/research Lesson; 4) merevisi bertujuan untuk mengetahui: 1) peranan Lesson

133
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Study sebagai sarana pengembangan kompetensi Plan Do See dilaksanakan sebanyak 4 siklus. Waktu
menulis KTI (PTK berbasis Lesson Study) sebagai penelitian bulan Januari 2011.
Model Pembinaan Profesi dosen IPA berkelanjutan
di FKIP Universitas Khairun. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan di paparkan data hasil
METODE penelitian tentang aktivitas dosen MIPA dalam
Tipe yang digunakan dalam penelitian ini melaksanakan aktivitas kolaboratif dalam Lesson
adalah tipe penelitian deskriptif model survey study dalam rangka penelitian Tindakan Kelas.
dengan menggunakan metode observasi, dan Adapun analisis data pelaskanaan aktivitas
wawancara. Penelitian deskriptif adalah penelitian kolaborasi seperti paparan berikut ini:
yang berusaha menggambarkan aturan atau 1. Deskripsi aktivitas Kolaborasi dalam tahap Plan
menginterprestasikan obyek sesuai dengan apa Do See Dosen MIPA
adanya (Sukardi, 2009). Subyek yang dikaji dalam Deskripsi data kegiatan Plan Do See selama
pelaksanaan Lesson Study adalah dosen MIPA di 4 siklus oleh dosen-dosen program studi
FKIP Universitas Khairun. Rancangan pelaksanaan Pendidikan Matematika, Fisika dan Biologi seperti
gambar 1 .

frekuensi aktivitas kolaborasi dosen

120
100
plan
kualitas

80
60 Do
40 see
20
0
Kalkulus SBM Fisdas 2 BDP gendas SBM

mat Fisika Biologi


kelompok Lesson Study

Gambar 1. Grafik deskripsi Pelaksanaan Lesson Study

Berdasarkan Grafik di atas dapat diketahui Plan Do see dalam Lesson Study oleh dosen di
bahwa pada pelaksanaan Lesson Study yang jurusan MIPA. Kolaborasi umumnya dilakukan pada
dilaksanakan sebanyak 4 siklus dapat saat kegiatan seminar dan penyusunan GBPP awal
meningkatkan aktivitas kolaborasi dosen-dosen semester. Melalui Lesson study tim dosen Lesson
MIPA khususnya tim Lesson Study dalam kegiatan study wajib melakukan Plan untuk merencanakan
Plan Do See. Rata-rata aktivitas dosen prodi pembelajaran seideal mungkin, Do pelaksaan
matematika dalam kegiatan Plan= 80% ; Do =96% pembelajaran sesuai rencana dan See pengamatan
dan See = 96%. Aktivitas kolaborasi dosen prodi dan refleksi untuk dikritik dan saran. Kegiatan
Fisika dalam kegiatan Plan=96% ; Do=94% ; kolaborasi menuntut sikap terbuka, obyektif dan
See=94%. Aktivitas kolaboratif dosen pendidikan mau berubah pada dosen-dosen pelaksana Lesson
Biologi dalam tahap Plan Do See =100%. study. Berdasarkan deskripsi data aktivitas
Aktivitas kolaborasi merupakan aktivitas kolaboratif diketahui dosen biologi memiliki
yang dilakukan oleh kelompok dosen untuk aktivitas tertinggi dalam berkolaborasi melalui
bersama-sama membahas perencanaan tahap Plan Do See. Hal ini dikarenakan dosen
pembelajaran, pelaksanaan dan pengamatan yang Biologi pada pelaksanaan matakuliah sudah
terbuka untuk dikritisi dalam rangka peningkatan terbiasa dengan tim teaching dan tim praktikum.
mutu proses pembelajaran. Aktivitas kolaborasi
jarang dan tidak biasa dilakukan sedetail tahapan

134
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Menurut Susilo (2008) PTK memiliki ciri-ciri yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah
pokok sebagai berikut: 1) Reflektif , 2) . Kolaboratif, pembelajaran yang menjadi fokus kajian dalam
3) Inovatif, 4) Berdaur (bersiklus) Lesson Study. Melalui Lesson Study guru/dosen
PTK menekankan pada proses refleksi secara bersama-sama berkesempatan untuk
terhadap proses dan hasil penelitian secara terus memikirkan pengetahuan yang mana yang penting,
menerus untuk mendapatkan penjelasan dan apa saja yang belum mereka ketahui mengenai hal
justifikasi tentang kemajuan, peningkatan, itu, dan berusaha mencari informasi yang mereka
kemunduran, kekurang-efektifan, dan sebagainya perlukan untuk membelajarkan siswa.
dari pelaksanaan sebuah tindakan untuk dapat Lesson Study juga memberi kesempatan
dimanfaat-gunakan dalam memperbaiki proses kepada guru untuk mempertimbangkan kualitas
dan tindakan. Upaya yang dilakukan dalam ideal yang mereka harapkan dimiliki siswa pada
pelaksanaan PTK adalah adanya siklus PTK yang saat mereka lulus, kualitas apa yang dimiliki siswa
terdiri dari: Plan, action, observation dan saat sekarang, dan bagaimana mengatasi
reflection. kesenjangan yang ada di antaranya. Lesson Study
PTK dan LS merupakan salah satu strategi memberi kesempatan guru secara kolaboratif
untuk meningkatkan keprofesionalan guru dan merancang pembelajaran.
dosen. Guru maupun dosen dapat Menurut Lewis (2002) rata-rata guru di
mengidentifikasi masalah pembelajaran di kelas Jepang mengamati sekitar sepuluh pembelajaran
masing-masing. Masalah ini didiskusikan dan yang diteliti setiap tahun. Guru di Jepang merasa
dikembangkan proposal PTKnya secara kolaboratif kolaborasi itu menguntungkan karena memberikan
dengan guru atau dosen mitra. Secara kolaboratif kesempatan kepada guru untuk memikirkan
bersama guru mitranya dibuat silabus dan RPP pembelajarannya sendiri yang dikaitkan dengan
sebagai rencana pelaksanaan PTK, sekaligus apa yang dilakukan guru lain. Melalui Lesson Study
disiapkan pula perangkat pembelajaran dan guru dapat saling membelajarkan.
Instrumen penelitian PTKnya. RPP didiskusikan Lesson Study memberi kesempatan kepada
bersama mitra dalam kegiatan “Plan” LS untuk guru untuk mengkaji secara cermat cara dan proses
lebih disempurnakan lagi. Berikutnya RPP belajar serta tingkah laku siswa. Fokus Lesson Study
dilaksanakan di kelas dalam kegiatan “Do”- “See”- hendaknya pada peningkatan pembelajaran,
LS dan sekaligus “Pelaksanaan Tindakan” dan melalui pengamatan terhadap siswa, agar dapat
“Observasi” PTK. Segera setelah pelaksanaan dipikirkan cara-cara untuk meningkatkan kegiatan
tindakan dilakukan tahap “Refleksi” PTK dan LS belajar dan kegiatan berpikir siswa bukan pada
sebagai dasar untuk perbaikan dalam pertemuan kegiatan guru mengkritik kesalahan guru.
pelaksanaan tindakan PTK berikutnya dan bahan
untuk “Plan”-LS berikutnya. KESIMPULAN DAN SARAN
Susilo (2006) menyatakan Melalui Lesson Berdasarkan Uraian di atas maka
Study, guru/dosen dapat mengkaji dan kesimpulan dalam makalah ini adalah melalui
mengembangkan pembelajaran yang terbaik yang Lesson study dapat meningkatkan aktivitas
dapat dikembangkan. Hasil Lesson Study kolaborasi dosen dalam rangka meningkatkan
disebarkan melalui buku-buku yang ditulis guru kompetensi menulis Penelitian Tindakan kelas
yang di dalamnya juga dijelaskan tujuan jangka (PTK).
panjang yang ingin dicapai, filosofi pembelajaran Saran dalam makalah ini adalah sebaiknya
yang dianut, diberikan rancangan pembelajaran Lesson study dilaksanakan pada rumpun
dan rancangan seluruh unit, contoh hasil kerja matakuliah yang lebih bervariasi agar aktivitas
siswa, hasil refleksi mengenai kekuatan dan kolaborasi menjadi lebih bermakna.
kesulitan dalam pembelajaran, serta petunjuk
praktis bagi guru/dosen yang ingin mencoba DAFTAR RUJUKAN
pembelajaran tersebut. Lesson Study juga Fernandez, Clea dan Yoshida, Makoto. 2004.
memperdalam pengetahuan guru/dosen Lesson Study: A Japanese Approach to
mengenai materi pokok yang diajarkan. Dengan Improving Mathematics Teaching and
melaksanakan Lesson Study, guru/dosen dapat Learning. New Jersey: Lawrence Erlbaum
mengidentifikasi dan mengorganisasi informasi apa Associates, Inc.

135
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Lewis, Catherine C. 2002. Lesson Study: A Sukardi, 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan.
Handbook of Teacher-Led Instructional Jakarta: Aksara.
Change. Philadelphia, PA: Research for Sukirman 2008. Lesson Study dan Learning
Better Schools, Inc. Community. Makalah disampaikan pada
Susilo, Herawati. 2006. Lesson Study Sebagai workshop penyusunan RIP Program
Pilihan Sarana Peningkatan Perluasan LS bagi LPTK di Batam 22-25
Keprofesionalan Dosen Dan Guru, Makalah September 2010
disajikan dalam Seminar Peningkatan
Profesionalisme Guru dan Dosen MIPA
melalui Lesson Study di Singaraja, 25
Nopember 2006.

136
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU
MENGGUNAKAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN
PROSES DAN SIKAP ILMIAH PESERTA DIDIK

Putri Anjarsari
Email: putri.sainsedu@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengembangkan perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri
yang layak digunakan dalam pembelajaran IPA di SMP, (2) mengetahui peningkatan keterampilan proses
peserta didik, serta (3) mengetahui peningkatan sikap ilmiah peserta didik setelah menggunakan perangkat
pembelajaran IPA terpadu dengan pendekatan inkuiri.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Research and Development (R & D) yang dikembangkan
oleh Borg & Gall. Langkah pengembangan meliputi studi pendahuluan, perencanaan, penyusunan draft
perangkat pembelajaran dan validasi, uji coba terbatas, evaluasi dan revisi, uji coba lapangan menggunakan
kelas kontrol dan eksperimen, revisi uji coba lapangan menjadi produk akhir. Subjek coba pada penelitian ini
adalah peserta didik SMP N 1 Banguntapan Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara,
kuisioner, observasi, dan tes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) perangkat pembelajaran yang dikembangkan (silabus, RPP, dan LKPD)
telah melalui tahapan validasi, uji coba terbatas, dan uji coba lapangan (kelas kontrol dan eksperimen)
sehingga menghasilkan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan inkuiri dan dapat
meningkatkan keterampilan proses serta sikap ilmiah peserta didik, oleh karena itu layak digunakan dalam
pembelajaran IPA di SMP, (2) perangkat pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan proses, meliputi:
keterampilan mengamati, menyusun hipotesis, melakukan eksperimen, meyimpulkan, dan
mengkomunikasikan., (3) perangkat pembelajaran dapat meningkatkan sikap ilmiah peserta didik, meliputi:
sikap ingin tahu, respek terhadap data, dan refleksi kritis.

Kata Kunci: pengembangan, perangkat pembelajaran, pendekatan inkuiri, keterampilan proses, sikap ilmiah

Pendahuluan investigating), kumpulan pengetahuan (a body of


Pembelajaran IPA sebagai bagian dari knowledge), dan science and its interactions with
sistem pendidikan nasional berfungsi technology and society. Sementara itu, Carin dan
meningkatkan pemahaman mengenai hakikat IPA: Sund (1970: 2) merumuskan bahwa “science, then,
produk, proses, dan mengembangkan sikap ilmiah has three major elements: attitude, process
serta sadar akan nilai-nilai yang ada dalam methodes and products”. Berdasarkan pernyataan
masyarakat untuk pengembangan sikap dan tersebut memberikan gambaran bahwa
tindakan berupa aplikasi IPA yang positif. Hal ini pembelajaran IPA hendaknya tidak hanya
sejalan dengan a new taxonomy of science menekankan pada produk saja, tetapi juga pada
education yang menyatakan bahwa pendidikan IPA sikap dan proses.
dewasa ini mencakup lima dimensi: (1) dimensi Sejalan dengan pemikiran tersebut di atas,
pengetahuan dan pemahaman, (2) penggalian dan IPA pada dasarnya merupakan ilmu yang
penemuan, (3) imaginasi dan kreativitas, (4) sikap, mempelajari tentang alam, gelaja alam, dan sebab
dan (5) penerapan. akibat terjadinya gejala alam tersebut. IPA
Collete dan Koballa (2010:105) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam
mengemukakan bahwa sains pada hakikatnya secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
merupakan cara atau jalan berpikir (a way of merupakan kumpulan pengetahuan yang berupa
thinking), cara untuk penyelidikan (a way of fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip
saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Pembelajaran IPA diarahkan secara
137
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
inkuiri agar peserta didik dapat memahami hakikat dibahas secara parsial melalui bidang kajian fisika,
IPA yaitu: produk, proses, sikap dan aplikasi kimia dan biologi. Beberapa faktor yang menjadi
(Depdiknas, 2011: 3). penyebab munculnya masalah di lapangan antara
Pengetahuan tentang alam semesta lain kekurangpahaman pendidik terhadap
merupakan pengetahuan yang sistematis dan pembelajaran terpadu dan belum banyak contoh
menyeluruh. Ilmu pengetahuan alam merupakan konkrit perangkat pembelajaran IPA terpadu yang
ilmu pengetahuan yang holistik, bukan merupakan dapat diaplikasikan.
ilmu yang parsial antara kimia, fisika dan biologi. Hasil temuan tersebut senada dengan
Oleh karena itu pembelajaran IPA harus penelitian yang dilakukan oleh Supriana (2010: 90)
diselenggarakan secara terpadu. Sebagaimana yang menyebutkan bahwa salah satu kendala
dianjurkan dalam Permendiknas nomor 22 tahun pendidik dalam menjabarkan perencanaan
2006, bahwa model pembelajaran IPA sebaiknya pembelajaran secara terpadu adalah latar belakang
dilaksanakan secara terpadu terutama pada pendidikan pendidik yang masih dalam satu disiplin
jenjang pendidikan dasar, mulai dari tingkat ilmu, yaitu fisika, kimia dan biologi. Pendidik
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) merasa kesulitan ketika harus menentukan tema
maupun sekolah menengah pertama (SMP/MTs). yang sesuai dan mengkolaborasikan antara kajian
IPA terpadu biasa disebut dengan integrated fisika, kimia, biologi. Akibatnya, pelaksanaan
science. Integrated berarti “combining parts into a pembelajaran IPA terpadu belum dapat
whole”.“Parts” atau bagian-bagian yang bisa dilaksanakan secara maksimal. Pembelajaran IPA
dipadukan dalam pembelajaran IPA adalah: (a) masih dilakukan secara terpisah. Hasil penelitian
disiplin ilmu IPA, misalnya earth scince, life science tersebut diperkuat oleh penelitian yang dilakukan
dan physical science, (b) proses IPA (misalnya Fitria Yuniasih (2011: 4) yang menyatakan bahwa
inkuiri), serta (c) konteks IPA (misalnya science and rendahnya pemahaman pendidik tentang
society) (BSCS, 2000: 1). Pembelajaran IPA bagaimana membelajarkan IPA secara terpadu
dikatakan terpadu apabila dalam pembelajaran IPA menyebabkan pembelajaran IPA yang dilakukan
terdapat bagian yang diintegrasikan atau masih terpisah. Selain itu, dalam Depdiknas (2011:
dipadukan, misalnya antar bidang kajian atau 1 1) dinyatakan bahwa kecenderungan proses
bidang kajian dipadukan dengan proses IPA pembelajaran IPA pada masa kini hanya
(misalnya inkuiri). mempelajari IPA sebagai produk: menghafal
Pembelajaran IPA terpadu yang dinyatakan konsep, prinsip, hukum, dan teori. Proses
dalam Depdiknas (2011: 3) merupakan suatu pembelajaran yang berorientasi pada ujian
pendekatan pembelajaran IPA yang mengakibatkan sains sebagai sikap dan proses
menghubungkan atau menyatupadukan berbagai tidak tersentuh dalam proses pembelajaran sains.
bidang kajian IPA menjadi satu kesatuan bahasan. Patta Bundu (2006: 1) menyatakan bahwa fokus
Dengan pembelajaran IPA terpadu, diharapkan penilaian Ujian Nasional (UN) masih pada dimensi
peserta didik dapat mempunyai pengetahuan IPA isi (produk sains) berupa konsep-konsep sains,
yang utuh (holistik) untuk memecahkan belum menyentuh pada dimensi proses sains dan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari secara sikap ilmiah. Butir-butir instrumen yang diujikan
kontekstual. Pembelajaran terpadu tidak hanya dalam UN disinyalir belum menggambarkan
memadukan bidang kajian IPA saja, tetapi juga hakikat hasil belajar sains. Sehubungan dengan
memadukan keterampilan untuk memecahkan kondisi tersebut maka diperlukan suatu
masalah, salah satunya keterampilan proses. pendekatan pembelajaran yang membelajarkan
Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP saat ini IPA secara holistik dan tidak hanya mempelajari
sebagian besar masih dilaksanakan secara terpisah IPA sebagai produk, tetapi juga dapat
yaitu masih terpisah sebagai disiplin ilmu fisika, meningkatkan keterampilan proses dan sikap
kimia, dan biologi. Pencapaian Standar Kompetensi ilmiah peserta didik. Salah satu pendekatan yang
(SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran dapat meningkatkan keterampilan proses dan
masih dilakukan sesuai dengan bidang kajian sikap ilmiah peserta didik adalah melalui
masing-masing. Nurudin Hidayat (2009: 15) pembelajaran IPA terpadu menggunakan
menyatakan bahwa pembelajaran IPA di beberapa pendekatan inkuiri. Pinar dan Filiz (2010: 1190)
Madrasah di Kabupaten Gunung Kidul masih menyatakan bahwa pembelajaran berdasarkan

138
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
inkuiri memberikan pengaruh positif terhadap pendekatan inkuiri untuk meningkatkan sikap
pemahaman konsep dan keterampilan proses ilmiah peserta didik.
peserta didik. Hasil penelitian tersebut didukung
oleh Ergul, et al. (2011: 48) yang menyatakan Pembahasan
bahwa pembelajaran berdasarkan inkuiri dapat Prosedur pengembangan perangkat pembelajaran
meningkatkan keterampilan proses dan sikap dalam penelitian ini memodifikasi model
peserta didik secara signifikan. pengembangan Borg & Gall. Prosedur yang
Perangkat pembelajaran diperlukan untuk dimaksud meliputi 5 tahap, yaitu: (1) tahap studi
mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran. Saat pendahuluan, (2) tahap desain produk, (3) tahap
ini, pengembangan perangkat pembelajaran IPA validasi, (4) tahap uji coba dan revisi produk, dan
terpadu yang tidak hanya menekankan pada aspek (5) tahap produk akhir. Desain penelitian secara
kognitif, namun telah mempertimbangkan aspek rinci disajikan pada Gambar 1.
lainnya mulai banyak dikembangkan. Beberapa di Data yang diperoleh dalam pengembangan
antaranya adalah: (1) Agus Adibil Muhtar (2010: ii), perangkat pembelajaran terdiri dari data uji
mengembangkan perangkat pembelajaran IPA kelayakan produk, data uji coba terbatas, dan data
terpadu menggunakan pendekatan inkuiri yang uji coba lapangan. Analisis kelayakan produk
hasil pengembangannya dapat meningkatkan dilakukan terhadap silabus, RPP, dan LKPD. Analisis
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta dilakukan oleh ahli materi, ahli media, pendidik
didik, (2) Janwar Arista,dkk (2011: 23), IPA, dan teman sejawat. Berdasarkan hasil analisis
mengembangkan perangkat pembelajaran IPA oleh ahli materi, ahli media, pendidik IPA dan
terpadu dengan pendekatan inkuiri terbimbing teman sejawat produk perangkat pembelajaran
dengan produk pengembangan yang dapat minimal berada dalam kategori “baik” sehingga
meningkatkan keterampilan proses, (3) Fitria layak untuk diujicobakan.
Yuniasih (2011: ii) mengembangkan LKPD Uji coba terbatas dan lapangan dilakukan
menggunakan metode inkuiri yang mampu di SMP N 1 Banguntapan Yogyakarta selama bulan
meningkatkan keterampilan proses peserta didik. Maret 2012. Peserta didik yang dilibatkan dalam uji
Tujuan produk pengembangan menggunakan coba terbatas berasal dari kelas VIIIG. Hasil uji coba
pendekatan inkuiri biasanya hanya untuk terbatas menunjukkan bahwa perangat
meningkatkan hasil belajar atau keterampilan pembelajaran yang dikembangkan dapat
proses. Perangkat pembelajaran yang tidak hanya mengembangkan keterampilan proses dan sikap
berfungsi untuk meningkatkan keterampilan ilmiah peserta didik. respon peserta didik terhadap
proses, tetapi juga sikap ilmiah belum banyak perangkat pembelajaran yang dikembangkan
dikembangkan. Sehubungan dengan itu, dirasa positif.
perlu untuk melakukan penelitian mengenai Peserta didik yang dilibatkan dalam uji
pengembangan perangkat pembelajaran IPA coba lapangan berasal dari kelas VIII E dan VIII F
terpadu dengan pendekatan inkuiri untuk dengan jumlah peserta didik masing-masing 30
meningkatkan keterampilan proses dan sikap orang. Kelas VIII F digunakan sebagai kelas
ilmiah peserta didik. Rumusan masalah dalam treatment (KT) dan kelas VIII E sebagai kelas
penelitian ini adalah “Bagaimanakah kontrol (KK). Kedua kelas yang dipilih memiliki
pengembangan perangkat pembelajaran IPA rerata kemampuan awal yang mirip. Karakteristik
terpadu menggunakan pendekatan inkuiri untuk tujuan utama pembelajaran IPA pada kelas KK yaitu
meningkatkan keterampilan proses dan sikap menonjolkan kemampuan kognitif pada proses
ilmiah peserta didik?”. Adapun tujuan penelitian ini pembelajaran. Hasil analisis uji coba lapangan
antara lain: 1) Mengetahui kelayakan perangkat adalah sebagai berikut:
pembelajaran IPA terpadu menggunakan a. Analisis Hasil Keterampilan Proses Peserta Didik
pendekatan inkuri, 2) Mengetahui kemampuan Analisis terhadap data keterampilan proses
perangkat pembelajaran IPA terpadu peserta didik dilakukan pada data yang
menggunakan pendekatan inkuiri untuk dikumpulkan berdasarkan hasil tes (soal uraian)
meningkatkan keterampilan proses peserta didik, dan nontes (lembar observasi).
3) Mengetahui kemampuan perangkat
pembelajaran IPA terpadu menggunakan

139
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah

Gambar 1. Model pengembangan perangkat pembelajaran IPA terpadu menggunakan pendekatan ikuiri.

1) Analisis Hasil Tes Keterampilan Proses perangkat pembelajaran pendekatan inkuiri


Tes keterampilan proses dilakukan dengan perangkat pembelajaran pendekatan
menggunakan instrumen lembar soal uraian. Tes kerja laboratorium induktif.
tersebut diberikan dua kali yaitu sebelum Hasil perhitungan uji-t kedua kelas disajikan
perlakukan (pre-test) dan setelah perlakukan (pos- pada Lampiran 12 dan secara ringkas disajikan
tes) dengan tujuan untuk mengetahui besarnya pada Tabel 2
pengaruh perlakukan terhadap keterampilan
proses peserta didik. Selisih pos-test dan pre-test Tabel 2. Uji Beda untuk Data Gain Standar Setiap
dihitung menggunakan teknik gain standar. Gain Jenis Keterampilan Proses Peserta Didik
standar digunakan untuk mengetahui perbedaan Sig.
Aspek yang Dinilai Keterangan
peningkatan keterampilan proses peserta didik (2-tailed)
yang meliputi keterampilan melakukan Mengamati 0,020 H0 ditolak
pengamatan, melakukan prediksi, Memprediksi 0,899 H0 diterima
mengkomunikasikan, dan mengambil kesimpulan. Mengkomunikasikan 0,000 H0 ditolak
Perbedaan peningkatan keterampilan Menyimpulkan 0,046 H0 ditolak
proses pada kedua kelas ditentukan melalui uji-t.
Sebelum melakukan uji-t diperlukan uji prasyarat Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat
analisis, yaitu uji normalitas dan homogenitas. perbedaan peningkatan skor keterampilan proses
Perhitungan uji-t (independent sample t-test) mengamati, mengkomunikasikan, dan mengambil
dalam penelitian ini menggunakan program kesimpulan pada KT dan KK, namun tidak terdapat
SPSSTM versi 16.0. Hipotesis penelitian dalam perbedaan signifikan pada keterampilan
analisis uji-t adalah sebagai berikut: melakukan prediksi pada KT maupun KK.
H0 : tidak ada perbedaan signifikan peningkatan 2) Analisis Hasil Observasi Keterampilan
keterampilan proses antara peserta didik Proses
yang mengikuti pembelajaran menggunakan Analisis data pada masing-masing jenis
perangkat pembelajaran pendekatan inkuiri keterampilan proses dilakukan untuk mengetahui
dengan perangkat pembelajaran pendekatan pengaruh perangkat pembelajaran terhadap setiap
kerja laboratorium induktif. jenis keterampilan proses yang diukur. Hasil
H1 : ada perbedaan signifikan peningkatan analisis disajikan secara lengkap pada Tabel 3.
keterampilan proses antara peserta didik Nilai p-value data keterampilan menyusun
yang mengikuti pembelajaran menggunakan hipotesis, mengamati, melakukan eksperimen,
140
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
mengkomunikasikan, dan menyimpulkan lebih standar. Gain standar pada KK dan KT dianalisis
kecil dari 0,05, sehingga H0 ditolak. Nilai p-value menggunakan uji-t untuk mengetahui perbedaan
keterampilan proses untuk melakukan prediksi peningkatan sikap ilmiah peserta didik yang
lebih besar dari 0,05 sehingga H0 diterima. meliputi sikap ingin tahu, respek terhadap data,
fleksibilitas dalam cara berpikir, dan refleksi kritis.
Tabel 3. Uji Beda untuk Data Observasi Setiap Jenis
Keterampilan Proses Peserta Didik Tabel 4. Uji Beda untuk Data Gain Standar pada
Sig. Setiap Dimensi Sikap Ilmiah
Aspek yang Dinilai Keterangan
(2-tailed) Sig.
Dimensi Keterangan
Mengamati 0,033 H0 ditolak (2-tailed)
Memprediksi 0,289 H0 diterima Ingin tahu 0,021 H0 ditolak
Mengkomunikasikan 0,000 H0 ditolak Respek terhadap
0,042 H0 ditolak
Menyimpulkan 0,029 H0 ditolak fakta
Menyusun hipotesis 0,000 H0 ditolak Fleksibilitas 0,581 H0 diterima
Melakukan eksperimen 0,044 H0 ditolak Refleksi kritis 0,007 H0 ditolak

Hasil analisis data observasi mendukung Tabel 4 menunjukkan bahwa H0 pada


hasil analisis data tes keterampilan proses. Hasil sikap ingin tahu, respek terhadap fakta, dan
analisis data tes keterampilan proses yang telah refleksi kritis ditolak, yang berarti bahwa terdapat
dibahas sebelumnya menunjukkan bahwa terjadi perbedaan peningkatan sikap ilmiah pada dimensi
perbedaan peningkatan keterampilan proses sikap ingin tahu, respek terhadap fakta, dan
peserta didik pada KT dan KK. Peningkatan refleksi kritis. Hasil analisis tersebut berkebalikan
keterampilan proses yang signifikan terjadi pada dengan hasil analisis data pada dimensi sikap
keterampilan mengamati, mengkomunikasikan, fleksibilitas.
dan mengambil kesimpulan, sedangkan pada
keterampilan menyusun prediksi tidak terjadi 2) Analisis Hasil Observasi Sikap Ilmiah
peningkatan yang signifikan. Analisis sikap ilmiah pada setiap dimensi dilakukan
Dengan demikian, berdasarkan hasil untuk mengetahui perbedaan pengaruh perangkat
analisis data tes keterampilan proses dan pembelajaran terhadap setiap dimensi sikap yang
observasi, dapat disimpulkan bahwa perangkat diukur. Perbedaan pengaruh perangkat
pembelajaran yang dihasilkan dapat meningkatkan pembelajaran pada kedua kelas ditentukan melalui
keterampilan proses secara signifikan pada uji-t. Hasil perhitungan uji-t kedua kelas disajikan
keterampilan menyusun hipotesis, mengamati, pada Tabel 5.
melakukan eksperimen, mengkomunikasikan, dan
menyimpulkan. Namun, tidak dapat meningkatkan Tabel 5. Uji Beda untuk Data Observasi Setiap
keterampilan membuat prediksi secara signifikan. Dimensi Sikap Ilmiah Peserta Didik
Hal ini disebabkan karena pada KK pendidik lebih
sering memberikan pertanyaan yang menuntut Sig.
Dimensi Sikap Ilmiah Keterangan
peserta didik melakukan prediksi, sehingga (2-tailed)
keterampilan melakukan prediksi pada peserta Ingin tahu 0,025 H0 ditolak
didik sudah berada dalam kategori baik.
Respek terhadap data 0,037 H0 ditolak
b. Analisis Hasil Sikap Ilmiah Peserta Didik
Data sikap ilmiah peserta didik diperoleh Fleksibilitas 0,445 H0 diterima
dari angket dan lembar observasi. Angket sikap Refleksi kritis 0,003 H0 ditolak
ilmiah diberikan sebelum perlakukan dan setelah
perlakuan, sedangkan lembar observasi digunakan Uji beda sikap ingin tahu, respek terhadap
selama proses pembelajaran berlangsung. data, dan refleksi kritis memberikan nilai p-value
1) Analisis Angket Sikap Ilmiah Peserta Didik yang lebih kecil dari 0,05 sehingga H0 ditolak.
Data tentang sikap ilmiah yang diperoleh Kondisi sebaliknya terjadi untuk nilai p-value pada
melalui angket sebelum perlakukan dan setelah sikap fleksibilitas dalam cara berpikir yang lebih
perlakukan digunakan untuk menghitung gain besar dari 0,05, sehingga H0 diterima. Hasil
141
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan LKPD tersebut menunjukkan LKPD dari aspek
yang signifikan antara KT dan KK pada sikap ingin kelayakan materi, penyajian, kebahasaan, dan
tahu, respek terhadap data, dan refleksi kritis, kegrafikan termasuk dalam kategori “baik”. LKPD
namun tidak terdapat perbedaan signifikan pada yang dikembangkan merupakan lembar kegiatan
sikap fleksibilitas dalam cara berpikir. peserta didik yang dapat membimbing peserta
Hasil analisis data observasi sikap ilmiah didik dalam menjalankan seluruh kegiatan
mendukung hasil analisis data angket sikap ilmiah. ekperimen. Materi dalam LKPD disesuaikan
Berdasarkan hasil kedua analisis data menunjukkan dengan tema keterpaduan dan selalu dikaitkan
bahwa penerapan perangkat pembelajaran hasil dengan kehidupan nyata. Kegiatan dalam LKPD
pengembangan dapat meningkatkan sikap ingin mendorong peserta didik menggunakan
tahu, respek terhadap data, dan refleksi kritis, keterampilan proses sains yang dapat menjadi
tetapi tidak dapat meningkatkan sikap fleksibilitas dasar pembentukan sikap ilmiah peserta didik.
dalam cara berpikir. 4. Temuan pada Uji Coba Lapangan
Dalam proses pembelajaran IPA yang
D. Kajian Produk Akhir menggunakan perangkat pembelajaran hasil
Pengembangan perangkat pembelajaran pengembangan, ditemukan hasil antara lain:
yang meliputi silabus, RPP, dan LKPD secara garis a. Peningkatan Keterampilan Proses
besar melalui 7 tahapan penelitian menurut Borg Berdasarkan hasil analisis tes keterampilan
& Gall. Pembahasan kajian produk akhir proses peserta didik, terjadi peningkatan
pengembangan perangkat pembelajaran ini keterampilan proses antara peserta didik yang
merupakan hasil konfirmasi antara hasil penelitian mengikuti pembelajaran menggunakan perangkat
yang diperoleh dengan kajian teori dan hasil pembelajaran yang dikembangkan (menggunakan
temuan penelitian sebelumnya. Pembahasan pendekatan inkuiri) dengan peserta didik yang
tersebut meliputi karakteristik masing-masing mengikuti pembelajaran menggunakan perangkat
produk yang dikembangkan. pembelajaran di sekolah (menggunakan
1. Silabus pendekatan kerja laboratorium induktif).
Berdasarkan hasil penilian ahli materi, Pengukuran keterampilan proses melalui
pendidik IPA, dan teman sejawat menunjukkan observasi dilakukan untuk mendukung hasil
bahwa silabus hasil pengembangan termasuk pengukuran sikap ilmiah melalui tes. Hasil analisis
dalam kategori “sangat baik”. Silabus yang data keterampilan proses yang dimiliki peserta
dikembangkan merupakan silabus pembelajaran didik pada KT dan KK menunjukkan bahwa terdapat
IPA terpadu dengan tema “Tekanan Zat Padat, Cair, pengaruh terhadap keterampilan proses pada KT
dan Gas dalam Kehidupan Manusia”. dan KK. Untuk mengetahui pengaruh setiap jenis
Standar kompetensi yang dipadukan dalam keterampilan proses yang diukur, maka dilakukan
silabus ini adalah standar kompetensi pada kelas 8 analisis setiap jenis keterampilan proses.
semester 1 dan 2. Kegiatan pembelajaran dalam Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh
silabus yang dikembangkan didasarkan pada hasil bahwa pembelajaran yang menggunakan
pendekatan inkuiri dengan tujuan untuk perangkat pembelajaran hasil pengembangan
meningkatkan keterampilan proses dan sikap berpengaruh signifikan terhadap keterampilan
ilmiah peserta didik. mengamati, mengkomunikasikan, dan mengambil
2. RPP kesimpulan, namun tidak berpengaruh terhadap
Penilaian terhadap RPP baik dari ahli, keterampilan melakukan prediksi. Hal ini
pendidik IPA, maupun teman sejawat disebabkan karena pada kelas non-treatment
menunjukkan hasil yang positif. Berdasarkan hasil pendidik lebih sering memberikan pertanyaan yang
penilaian, RPP hasil pengembangan secara menuntut peserta didik untuk melakukan prediksi,
keseluruhan termasuk dalam kategori minimal sehingga berdasarkan hasil analisis data tidak
“baik”. Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan terdapat perbedaan signifikan pada keterampilan
materi, pemilihan media pembelajaran,. melakukan prediksi antara kelas treatment dan
3. LKPD kelas kontrol. Hasil observasi juga memberikan
Secara keseluruhan penilaian terhadap gambaran bahwa perangkat pembelajaran yang
LKPD menunjukkan hasil yang positif. Penilaian dikembangkan memberikan pengaruh signifikan

142
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
terhadap kemampuan menyusun hipotesis dan Janwar Arista, Suparwoto, dan Wita Setianingsih
melakukan eksperimen. (2011: 23) serta Fitria Yuniasih (2011: ii) yang
b. Peningkatan Sikap Ilmiah menyatakan bahwa pengembangan perangkat
Sikap ilmiah sangat erat kaitannya dengan pembelajaran IPA terpadu menggunakan
keterampilan proses. Perangkat pembelajaran hasil pendekatan inkuiri dapat mengembangkan aspek
pengembangan selain meningkatkan keterampilan keterampilan proses. Pada aspek sikap ilmiah,
proses, juga dapat meningkatkan sikap ilmiah perangkat pembelajaran secara signifikan
peserta didik. Hal ini dapat diketahui dari hasil berpengaruh terhadap sikap ingin tahu, respek
analisis skor angket sikap ilmiah, yang terhadap data, dan refleksi kritis.
menunjukkan bahwa terjadi perbedaan Perbedaan peningkatan dan pengaruh
peningkatan sikap ilmiah antara peserta didik yang perangkat pembelajaran yang dikembangkan
mengikuti pembelajaran menggunakan perangkat dibandingkan dengan perangkat pembelajaran di
pembelajaran hasil pengembangan (menggunakan sekolah disebabkan karena kelebihan perangkat
pendekatan inkuiri) dengan peserta didik yang pembelajaran yang dikembangkan yaitu
mengikuti pembelajaran menggunakan perangkat menggunakan pendekatan inkuiri. Padilla (2010: 8)
pembelajaran di sekolah (menggunakan menyatakan bahwa “inquiry is about logic, it’s
pendekatan kerja laboratorium induktif). Hasil about reasoning from data, and it’s about applying
analisis tersebut didukung oleh hasil analisis data scientific techniques and skills to real-world
sikap ilmiah berdasarkan observasi. Hasil observasi problems”. Jadi, perangkat pembelajaran yang
menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran dikembangkan didesain tidak hanya mengarahkan
menggunakan pendekatan inkuiri memberikan peserta didik untuk mengasah kemampuan
pengaruh yang signifikan terhadap sikap ilmiah individualnya dalam melakukan keterampilan
peserta didik. Pengaruh yang signifikan terjadi proses, melainkan juga diarahkan untuk
pada sikap ingin tahu, fleksibilitas dalam cara memecahkan permasalahan dan berpikir layaknya
berpikir, dan refleksi kritis. Sayangnya, perangkat seorang ilmuwan. Padilla (2010: 8) juga
pembelajaran yang dikembangkan kurang bisa menyatakan bahwa dalam inkuiri peserta didik: (1)
memberikan pengaruh pada sikap fleksibilitas engaged with a scientific question, (2) participates
dalam cara berpikir peserta didik. Hal ini in design of procedures, (3) gives priority to
disebabkan karena sikap ilmiah awal peserta didik evidence, (4) formulate explanations, (5) connects
di SMP N 1 Banguntapan sudah berada dalam explanations to scientific knowledge, and (6)
kategori baik. Oleh karena itu diperlukan suatu communicates and justifies explanations. Keenam
strategi lain untuk memaksimalkan sikap komponen dalam inkuiri tersebut terlihat jelas
feksibilitas dalam cara berpikir. dalam perangkat pembelajaran yang
Dengan demikian, berdasarkan analisis dikembangkan.
tersebut dapat dikatakan bahwa perangkat
pembelajaran hasil pengembangan telah layak baik Simpulan Dan Saran
secara logis maupun empiris dan dapat digunakan A. Simpulan Tentang Produk
dalam pembelajaran IPA di lapangan. 1. Perangkat pembelajaran yang
Karakteristik dari perangkat pembelajaran dikembangkan (silabus, RPP, dan LKPD) telah
yang dikembangkan adalah keungggulan yang melalui tahapan validasi, uji coba terbatas, dan uji
dimilikinya. Perangkat pembelajaran hasil coba lapangan (kelas kontrol dan eksperimen)
pengembangan tidak hanya meningkatkan sehingga menghasilkan perangkat pembelajaran
pengetahuan (produk) saja, melainkan juga yang sesuai dengan pendekatan inkuiri dan dapat
meningkatkan keterampilan proses (proses), dan meningkatkan keterampilan proses serta sikap
sikap ilmiah (sikap) peserta didik. Perangkat ilmiah peserta didik, oleh karena itu layak
pembelajaran memberikan pengaruh yang digunakan dalam pembelajaran IPA di SMP
signifikan terhadap keterampilan proses IPA, yaitu: 2. Perangkat pembelajaran IPA yang
(1) mengamati, (2) menyusun hipotesis, (3) dikembangkan dapat meningkatkan keterampilan
melakukan eksperimen, (4) mengkomunikasikan, proses peserta didik khususnya keterampilan
dan (5) mengambil kesimpulan. Hasil penelitian ini menyusun hipotesis, melakukan pengamatan,
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

143
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
melakukan eksperimen, mengkomunikasikan, dan Depdiknas. (2011). Panduan pengembangan
mengambil kesimpulan. pembelajaran IPA secara terpadu. Jakarta:
3. Perangkat pembelajaran IPA yang Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
dikembangkan mampu meningkatkan sikap ilmiah Pertama.
peserta didik pada aspek keingintahuan, respek Ergul, R., Simsekli, Y., Calis, S., et al. (2011). The
terhadap data, dan refleksi kritis. effects of inquiry-based science teaching
on elementary school students’science
B. Saran Pemanfaatan dan Pengembangan process skills and science attitude [Versi
Produk Lebih Lanjut Elektronik]. Bulgarian Journal of Science
1. Perangkat pembelajaran hasil and Education Policy, 5, 48-68.
pengembangan diharapkan dapat digunakan oleh Fitria Yuniasih. (2011). Pengembangan LKPD ‘Be a
pendidik IPA sebagai referensi untuk melaksanakan Scientist’ dalam pembalajaran IPA SMP
pembelajaran IPA terpadu dan untuk untuk meningkatkan keterampilan proses
meningkatkan keterampilan proses serta sikap peserta didik SMP kelas VII. Tesis magister,
ilmiah peserta didik. tidak diterbitkan, Universitas Negeri
2. Perangkat pembelajaran hasil Yogyakarta, Yogyakarta.
pengembangan diharapkan dapat didesiminasikan Janwar Arista, Suparwoto, Wita Setianingsih. (Mei
di sekolah lain, tidak hanya di sekolah tempat uji 2011). Pengembangan perangkat
coba. pembelajaran IPA terpadu dengan
3. Perangkat pembelajaran yang sejenis pendekatan inkuiri terbimbing dalam tema
dengan hasil pengembangan ini dapat “Berlari Cepat Keluarkan Keringat”.
dikembangkan lebih lanjut untuk materi berbeda Makalah disajikan dalam Seminar Nasional
serta target keterampilan proses dan sikap ilmiah Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan
yang ditingkatkan juga berbeda. MIPA, di Universitas Negeri Yogyakarta.
Nurudin Hidayat. (2009). Pengembangan
Daftar Pustaka pembelajaran terpadu model connected
Agus Abidil Muhtar. (2010). Pengembangan untuk meningkatkan hasil belajar peserta
perangkat pembelajaran IPA terpadu tipe didik dalam mata pelajaran ilmu
terhubung (connected) menggunakan pengetahuan alam [Versi lektronik]. Jurnal
pendekatan penemuan terbimbing dengan Inovasi Kurikulum, 1, 15-29.
tema “Mata Sebagai Alat Optik dan Alat Padilla, M. (2010). Inquiry, process skills, and
Indera Manusia” untuk kelas VIII MTSn thingking in science. Science and Childern.
Janten Temon Kulonprogo. Tesis magister, Diambil pada tanggal 15 Maret 2012, dari
tidak diterbitkan, Universitas Negeri www.coe.ufl.edu/Project/sapa.htm.
Yogyakarta, Yogyakarta Patta Bundu. (2006). Penilaian keterampilan proses
Borg, W.R., Gall. M.D. (1983). Educational research dan sikap ilmiah dalam pembelajaran
an introduction. New York: Longman. sains-SD. Jakarta: Depdiknas.
BSCS. (2000). Making sense of integrated science (a Simsek, P., & Kabapinar, F. (2010). The effects of
guide for high schools). Colorado: Corolado inkuiri-based learning on elementary
springs. students’ conceptual understanding of
Carin, A. A., & Sund, R.B. (1989). Teaching modern matter, scientific process skills and science
science (3th ed.). Ohio: A Bell & Howell attitudes [Versi Elektronik]. Procedia-Social
Company. and Behavioral Sciences, 2, 1190-1194.
Chiappetta, E. L. & Koballa, T. R. Jr. (2010). Science Supriana. (2010). Implementasi pembelajaran ipa
instruction in the middle and secondary terpadu di smp negeri Kota Yogyakarta.
schoo (7th ed.). New York: Pearson Tesis Magister, tidak diterbitkan,
Education, Inc. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

144
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
MENYEDERHANAKAN TEKNIK KULTUR JARINGAN TUMBUHAN
UNTUK MENGAKTUALISASIKAN PEMBELAJARAN BIOTEKNOLOGI DI SMA

Enni Suwarsi Rahayu


Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang
Jalan Raya Sekaran Gunungpati Semarang 50229
e-mail enni.bio@gmail.com

Abstrak
Pada umumnya pembelajaran materi bioteknologi di SMA selama ini cenderung berorientasi pada pemberian
konsep sehingga belum sesuai dengan hakekat pembelajaran biologi yang seharusnya menekankan pada
pemberian pengalaman secara langsung kepada siswa. Pemberian pengalamanyang antara lain dapat
dilakukan melalui kegiatan praktikum perlu dilakukanuntuk mengembangkan keterampilan proses sains.
Praktikum bioteknologi selama ini belum optimal dilakukan karena sarana prasarana yang dibutuhkan cukup
kompleks, tidak tersedia di sekolah, membutuhkan biaya tinggi, serta kadang-kadang sulit diperoleh. Teknik
kultur jaringan tumbuhan sebagai salah satu jenis bioteknologi sebenarnya juga membutuhkan sarana
prasarana yang cukup kompleks, namun dapat disederhanakan dengan mengganti alat dan bahan yang
harganya relatif mahal dan sulit diperoleh dengan alat dan bahan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari
atau mudah dibuat/diperoleh. Alat yang dapat digunakan sebagai alternatif misalnya entkas sebagai
pengganti laminar air flowdan pressure cooker sebagai pengganti autoklaf. Bahan yang dapat digunakan antara
lain pupuk majemuk sebagai pengganti makro dan mikronutrien, gula pasir sebagai pengganti sukrosa analitis,
air kelapa/ekstrak buah/umbi sebagai sumber bahan organik, dan pemutih pakaian sebagai sterilan. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan alat dan bahan alternatif tersebut efektif dapat mendukung
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan di media kultur. Dengan demikian praktikum kultur jaringan
berpeluang besar untuk dapat dilaksanakan di setiap sekolah untuk mengaktualisasikan pembelajaran
bioteknologi di SMA dalam rangka mengembangkan ketrampilan proses sains siswa.

Kata kunci: bioteknologi, kultur jaringan tumbuhan, peralatan kultur, media kultur, sterilan

Pendahuluan dapat merasakan manfaat pembelajaran biologi


Bioteknologi merupakan bagian dari materi tersebut bagi diri serta masyarakatnya
pembelajaran biologiyang membahas pemanfaatan (Departemen Pendidikan Nasional, 2007). Namun
organisme hidup untuk menghasilkan produk dan demikian yang terjadi selama ini pada sebagian
jasa yang bermanfaat bagi manusia. Materi besar sekolah, pembelajaran bioteknologi hanya
pembelajaran bioteknologi di SMA meliputi menekankan pada pemberian materi dan kurang
prinsip-prinsip, peran dan implikasi bioteknologi melatih ketrampilan proses siswa. Pemberian
bagi sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat materi itupun tidak dapat secara jelas dan tuntas
(salingtemas). dilakukan (komunikasi langsung dengan sejumlah
Pembelajaran bioteknologi seharusnya guru biologi di SMA Kota Semarang, 2012). Diduga
dilaksanakan sesuai dengan hakekat pendidikan kuat hal ini terjadi karena pemahaman guru
biologi, yaitu menekankan pada pemberian tentang prinsip-prinsip bioteknologi, khususnya
pengalaman secara langsung sehingga siswa dapat bioteknologi modern belum cukup untuk
dibantu untuk mengembangkan sejumlah diimplementasikan dalam pembelajaran yang
keterampilan proses supaya mereka mampu menekankan pada ketrampilan proses. Selain itu
menjelajahi dan memahami alam sekitar. Di terdapat anggapan bahwa kegiatan praktikum
samping itu kemungkinan untuk mengembangkan untuk materi bioteknologi modern membutuhkan
teknologi relevan dari konsep-konsep biologi yang fasilitas yang mahal dan tidak mungkin dilakukan di
dipelajari sangat dianjurkan dalam sekolah. Sebenarnya hal ini tidak sepenuhnya
kegiatanpembelajaran. Dengan demikian, siswa benar karena ada beberapa materi bioteknologi

145
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
modern yang dapat diimplementasikan melalui (salingtemas)’’. Dari SK tersebut, terdapat dua
kegiatan yang dapat dilaksanakan di laboratorium kompetensi dasar (KD) yang harus diwujudkan,
sekolah menengah. yaitu 1) menjelaskan arti, prinsip dasar dan jenis
Pada kurikulum Biologi SMA tahun 2006 bioteknologi, dan 2) menjelaskan dan menganalisis
materi bioteknologi dibelajarkan di kelas XII peran bioteknologi serta implikasi hasil-hasil
dengan standar kompetensi (SK) yang harus dicapai bioteknologi pada salingtemas. Berdasarkan SK dan
adalah ‘’siswa mampu memahamiprinsip-prinsip KD tersebut dapat disusun beberapa indikator,
dasar bioteknologi serta implikasinya pada antara lain seperti pada Tabel 1.
sains,lingkungan, teknologi, dan masyarakat

Tabel 1. Kompetensi dasar, indikator, dan materi pokok bioteknologi SMA kelas XII
MATERI
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR
POKOK
1 menjelaskan arti, • Mendeskripsikan pengertian bioteknologi Prinsip Dasar
prinsip dasar dan • Menjelaskan karakteristik organisme dan peranannya dalam dan Jenis
jenis bioteknologi proses bioteknologi Bioteknologi
• Menjelaskan kemampuan proses- proses rekayasa dalam
memanipulasi sifat organisme
• Menjelaskan jenis bioteknologi berdasarkan masa perkembangan
dan bidang implementasi
2 menjelaskan dan • Menjelaskan manfaat dan bahaya bioteknologi bagi kehidupan Implikasi
menganalisis peran • Memberi contoh- contoh penerapan bioteknologi yang Bioteknologi
bioteknologi serta berpengaruh pada pengembangan bahan pangan, sandang, pada Sains,
implikasi hasil-hasil bidang medis Lingkungan,
bioteknologi pada • Memberi contoh dampak bioteknologi pada perbaikan dan Teknologi, dan
salingtemas. perusakan lingkungan Masyarakat.
• Merumuskan tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mencegah
dampak negatif bioteknologi dimasa yang akan datang
• Melakukan kegiatan implementasi bioteknologi

Berdasarkan SK, KD, dan indikator tersebut pada salingtemas; tindakan pencegahan dampak
maka dapat diidentifikasi konsep-konsep negatif bioteknologi; serta kegiatan implementasi
bioteknologi yang perlu dipelajari siswa SMA bioteknologi.
adalah pengertian dan konsep dasar bioteknologi; Beberapa contoh jenis bioteknologiyang
contoh peran, jenis, produk di pasaran dan dampak berperan pada berbagai bidang kehidupan yang
bioteknologi di dalam berbagai bidang; implikasi perlu dipelajari untuk mencapai indikator-indikator
di atas diidentifikasi pada Tabel 2.

Tabel 2. Contoh jenis bioteknologi di berbagai bidang kehidupan


No Bidang Jenis Bioteknologi
1 Pertanian dan peternakan kultur jaringan tumbuhan, rekayasa genetika, inseminasi
buatan,transfer embrio, cloning
2 Lingkungan bioremediasi, fitoremediasi , composting
3 Produksi pangan fermentasi , produksi protein sel tunggal, hibridoma
4 Kesehatan produksi antibiotik & vaksin, terapi gen, biofarming
sidik jari DNA

Di antara berbagai jenis bioteknologi kultur jaringan tumbuhan. Pemberian pengalaman


tersebut yang pembelajarannya memungkinkan langsung dilakukan melalui praktikum sehingga
untuk memberi pengalaman secara langsung siswa dapat dibantu untuk mengembangkan
kepada siswa sekolah menengah adalah materi sejumlah keterampilan proses. Sarana prasarana

146
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
yang dibutuhkan untuk mempraktekkan teknik mengekspresikan keberhasilan terbaik adalah sel
kultur jaringan standar memang cukup kompleks yang meristematik. Selain itu metode kultur
dan mahal, namun sebagian besar dapat diganti jaringan dapat dikembangkan karena sel tumbuhan
dengan alat atau bahan lain yang murah dan mempunyai potensi untuk mengalami
mudah diperoleh di lingkungan sekitar, serta dediferensiasi yaitu kemampuan sel-sel yang telah
terbukti efektif. Di samping itu dengan melakukan terdiferensiasi kembali menjadi meristematik dan
praktek teknik kultur jaringan berkembang menjadi satu titik pertumbuhan baru;
tumbuhan,pengembangan teknologi lain yang dan rediferensiasi yaitu mampu melakukan
relevan sangat mungkin dilakukan. Dengan reorganisasi manjadi organ-organ baru (Withers &
demikian, siswa dapat merasakan manfaat belajar Engelmann, 1997; Yadav et al. 2012). Kultur
teknik kultur jaringan tumbuhan tersebut bagi diri jaringan pada awalnya dimanfaatkan untuk
serta masyarakatnya. perbanyakan tanaman (mikropropagasi), namun
Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan sekarang ini dimanfaatkan untuk banyak tujuan,
penyederhanaan teknik kultur jaringan tumbuhan antara lain perbaikan mutu tumbuhan, produksi
dengan mengganti beberapa alat dan bahan yang metabolit sekunder, konservasi atau pelestarian
harganya mahal dan sulit diperoleh di sekitar. Oleh plasma nutfah, produksi tumbuhan bebas patogen,
karena itu ada beberapa hal/masalah yang perlu dan induksi tumbuhan haploid.
dibahas dan dikaji adalah sebagai berikut. Penerapan teknik kultur jaringan akan
1. Sarana prasarana standar apa sajakah yang berhasil dengan baik apabila terpenuhi syarat-
dibutuhkan untuk melakukan teknik kultur syarat tertentu. Syarat-syarat tersebut yaitu
jaringan tumbuhan? 1)keadaan aseptik, 2) penggunaan medium yang
2. Alat dan bahan apakah yang dapat digunakan cocok, dan 3).pemilihan eksplan yang tepat.Berkait
sebagai alternatif/pengganti alat dan bahan dengan syarat aseptik, penentuan lokasi,
standar yang dibutuhkan dalam teknik kultur pembagian ruang, kondisi ruang, serta alat-alat
jaringan tumbuhan? yang ada di dalam labaoratorium kultur jaringan
3. Bagaimanakah efektivitas sarana prasarana tumbuhan perlu diperhatikan.
alternatif/pengganti tersebut? Ruang laboratorium. Ruang-ruang yang
diperlukan dalam laboratorium kultur jaringan
Sarana Prasarana Standar Kultur Jaringan adalah ruang pembuatan media, ruang
Tumbuhan tanam/transfer, ruang kultur/inkubasi, ruang
Kultur jaringan tumbuhan merupakan penyimpanan bersuhu rendah, ruang
metode untuk mengisolasi bagian dari tumbuhan penyimpanan umum/persiapan, ruang cuci, dan
seperti protoplasma, sel, jaringan dan organ; serta ruang aklimatisasi (rumah teduh). Idealnya ruang-
menumbuhkannya dalam kondisi aseptik, sehingga ruang tersebut harus terpisah satu dengan yang
bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri lain. Ruang kultur harus bersuhu rendah maksimal
dan beregenerasi menjadi tumbuhan utuh kembali. sekitar 24–25 oC, oleh karena itu di daerah yang
Teknik ini berkembang karena adanya teori bersuhu tinggi harus dilengkapi dengan AC. Ruang
totipotensi sel, yaitu setiap sel mempunyai semua aklimatisasi merupakan ruang yang dibatasi oleh
informasi genetik untuk pertumbuhan dan kawat kasa untuk mencegah masuknya hama dan
perkembangan secara lengkapsehingga penyakit, atap berupa paranet yang dapat
berpotensi untuk tumbuh dan berkembang mengurangi intensitas cahaya matahari, dan lantai
menjadi tumbuhan secara utuh jika distimulasi yang dapat meresapkan / mengalirkan air sehingga
dengan benar dan sesuai. Walaupun secara teoritis tidak menggenang.
seluruh sel bersifat totipoten tetapi yang

147
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah

Gambar 1. Beberapa alat alternatif di laboratorium kultur jaringan tumbuhan di Jurusan Biologi FMIPA Unnes. Dari
kiri ke kanan: autoklaf ‘tiruan’, entkas, dan rak kultur

Alat-alat laboratorium. Laboratorium menggunakan autoklaf pada suhu 120oC dan


kultur jaringan memerlukan beberapa alat esensial tekanan 15 psi (1,06 kg/cm2) selama 10–20 menit
yang harus ada. Laminar air flow (LAF) cabinet, atau oven pada suhu 130 – 170oC selama 2– 4 jam;
digunakan sebagai tempat penanaman dan perlu dilanjutkan dengan menyemprotkan atau
pemindahan eksplan ke dalam media kultur. LAF mencelupnya dalam alkohol 70–95%, spiritus atau
dilengkapi dengan lampu UV dan blower untuk larutan kaporit; kemudian larutan sterilan
menjamin sterilitas di dalamnya.Autoclave menguap. Untuk sterilisasi eksplan dapat
digunakan untuk sterilisasi alat, media dan digunakan berbagai macam bahan, yaitu natrium
sebagainya. Idealnya alat ini dilengkapi dengan hipoklorit, kalsium hipoklorit, hidrogen peroksida
pengukur tekanan, suhu dan waktu, dengan (H2O2), merkuri klorida (HgCl2), perak nitrat
sumber tenaga listrik. Selain itu juga (AgNO3), gas klorin, betadine, benlate, antibiotik
dibutuhkantimbangan analitik dengan tingkat atau alkohol (etanol atau isopropanol). Bahan-
ketelitian yang tinggi untuk menimbang bahan bahan sterilan diatas perlu dikombinasikan untuk
kimia komponen media.Almari es diperlukan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Detergen (seperti
menyimpan larutan stok dan bahan-bahan kimia Triton dan Tween20) seringkali ditambahkan
tertentu agar tidak rusak. Alat-alat lain yang sangat karena dapat mengurangi tegangan permukaan
esensiil adalah alat-alat gelas untuk membuat lapisan kutikula pada permukaan daun dan
media dan menanam (gelas ukur, gelas beker, meningkatkan keadaan basah sehingga
erlen meyer, tabung reaksi, pengaduk, cawan petri, meningkatkan keefektifan proses sterilisasi
botol kultur), alat tanam (spatula, skalpel, pinset), eksplan.
pH-meter atau pH-indikator untuk mengukur pH Bahan penyusun media. Medium kultur
media, hot plate -stirer untuk mengaduk media umumnya mengandung makronutrien dan
secara praktis, dan rak kultur dilengkapi dengan mikronutrien berupa garam anorganik dalam kadar
lampu TL untuk menyimpan botol kultur. dan perbandingan tertentu, sumber karbohidrat,
Bahan sterilan. Kondisi aseptik atau bebas air, asam amino, vitamin, dan zat pengatur tumbuh
kontaminasi harus diupayakan dari berbagai faktor. (ZPT). Selain itu seringkali juga ditambah dengan
Kontaminasi dapat berasal dari eksplan, medium, senyawa organik kompleks dari bahan alami
alat-alat yang digunakan, lingkungan kerja, dan tertentu seperti pisang dan air kelapa. Untuk
kecerobohan dalam pelaksanaan. Oleh karena itu medium padat perlu ditambah bahan pemadat
perlu dilakukan sterilisasi pada lingkungan kerja, (agar atau gelrite) sehingga terjadi kontak antara
alat-alat, medium dan eksplan. Bahan sterilisasi jaringan tumbuhan dengan media dan udara. Pada
lingkungan kerja yang diperlukan dapat berupa medium yang digunakan untuk menstimulir
alkohol 70%, spiritus, larutan formalin, atau larutan pertumbuhan akar seringkali juga ditambahkan
kaporit. Sterilisasi alat, selain dengan arang aktif (Yadav et al. 2012).

148
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Makronutrien biasanya diberikan dalam Bahan pengatur pH dan pemadat
bentuk NH4NO3, KNO3, CaCl2.2H2O, MgSO4.7H2O media.Medium kultur jaringan harus diatur pH-
dan KH2PO4, sedangkan unsur mikro biasanya nya agar sel dapat tumbuh dengan baik. Sel-sel
diberikan dalam bentuk MnSO4.4H2O, ZnSO4.4H2O, tumbuhan membutuhkan pH yang sedikit asam
H3BO3,KI, Na2MoO4.2H2O5,CuSO4.5H2O dan berkisar antara 5,5 – 5,8, sehingga medium kultur
CoCl2.6H2O. Sumber karbohidrat terutama gula jaringan juga harus diatur agar pH sekitar 5,8.
biasanya menggunakan sukrosa dengan Pengaturan pH medium biasanya dilakukan dengan
konsentrasi 2-3% (berat/volume). Glukosa atau menggunakan NaOH/KOH atau HCl sebelum
campuran glukosa dan fruktosa juga kadang- medium disterilisasi. Untuk memadatkan media
kadang digunakan. Pada kultur skala besar, dapat ditambahkan bahan pemadat media.Bahan
biasanya digunakan sumber gula yang lebih murah pemadat dipilih yang 1) dapat disterilisasi, 2) tidak
berupa sirup jagung. dapat diurai enzim, dan 3) tidak bereaksi dengan
Air yang digunakan untuk membuat dengan komponen media. Bahan pemadat dapat
medium harus benar-benar berkualitas tinggi berupa agarpowder atau gelrite.
karena air meliputi 95% dari media. Untuk itu
sebaiknya digunakan air distilata (akuades). Sarana Prasarana Alternatif/Pengganti
Vitamin merupakan komponen media yang Sarana prasarana standar di atas pada
berpengaruh pada pertumbuhan kultur. Vitamin umumnya berharga relatif mahal dan tidak selalu
perlu ditambahkan dalam medium kultur in vitro, tersedia di setiap kota. Walaupun demikian
sebab sel pada bahan tumbuhan yang dikulturkan hendaknya hal tersebut tidak menjadi penghalang
secara in vitro belum mampu membuat vitamin untuk melakukan praktikum kultur jaringan
untuk kehidupannya. Vitamin yang sering tumbuhan di sekolah menengah. Beberapa alat
digunakan berasal dari kelompok vitamin B yaitu dan bahan tersebut dapat diganti dengan alat atau
tiamin-HCl (vitamin B1), piridoksin-HCl (vitamin bahan lain yang lebih murah dan mudah diperoleh
B6), asam nikotinat dan riboflavin (vitamin B2). di setiap tempat, namun secara fungsional harus
Selain itu vitamin C (asam askorbat), vitamin E dan memenuhi syarat.
myo-inositol juga perlu ditambahkan karena Ruang laboratorium. Untuk skala latihan,
bermanfaat mendorong pertumbuhan dan ruang-ruang laboratorium tidak harus terpisah
morfogenesis. Asam pantotenat mempunyai sama sekali satu dengan yang lain, yang penting
peranan penting dalam pertumbuhan beberapa adalah ruang tersebut bersih, jauh dari tempat
jaringan tertentu (Thorpe et al. 2008). pembuangan sampah, da nada sumber air. Dua
Asam amino merupakan sumber nitrogen ruangan berukuran 3 m x 4 m dan sebuah dapur
organik. Pemberian asam amino memberikan yang dilengkapi halaman terbuka untuk
pengaruh positif terhadap pertumbuhan dan memelihara tumbuhan sudah cukup memadai
perkembangan kultur. Asam amino yang biasanya untuk tahap awal penyiapan laboratorium kultur
ditambahkan pada medium adalah L-glutamin, L- jaringan.Satu ruang difungsikan sebagai ruang
sistein, asam asparagin, L-arginin, dan glisin. Bahan tanam yang terpisah dan steril dari pengaruh
organik lain yang sangat esensial adalah zat lingkungan luar; sedangkan satu ruang yang lain
pengatur tumbuh (ZPT)sebagai pengatur difungsikan sebagai ruang kultur dan ruang
pertumbuhan dan diferensiasi sel. ZPT terdiri atas penyimpanan bersuhu rendah. Dapur dapat
beberapa golongan, yaitu auksin, sitokinin, difungsikan sebagai ruang pembuatan media,
giberelin (gibberelic acid/GA), etilen, asam absisat ruang penyimpanan umum dan ruang cuci. Ruang
(absisic acid/ABA), dan senyawa lain yang mirip aklimatisasi dapat berupa teras yang ditambah
ZPT. Yang paling sering digunakan adalah auksin paranet/jarring-jaring untuk mengurangi intensitas
dan sitokinin. Contoh auksin sintetik antara lain cahaya matahari.
naphtalene acetic acid (NAA), indol 3-butiric acid Alat laboratorium. Untuk laboratorium
(IBA), 2,4 dichlorofenoxy acetic acid (2,4-D), 2,4,5- skala kecil, beberapa alat standar di atas dapat
T, dan pichloram, sedangkan sitokininsintetik yang diganti dengan yang lebih sederhana dan murah.
analog dengan yang alami antara lain benzil amino Autoklaf dapat diganti dengan autoklaf buatan
purin (BAP), kinetin, dan thydiazuron (TDZ). lokal yang dapat dipesan di laboratorium
perguruan tinggi yang relevan, misalnya

149
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
laboratorium jurusan teknik mesin. Autoklaf ini 2001; Demo et al., 2008).Air yang digunakan
juga dilengkapi dengan penunjuk suhu dan haruslah berupa akuades. Pada saat ini akuades
tekanan, namun tidak bersifat digital (Gambar 1). mudah diperoleh dengan harga tidak mahal.
Selain itu dapat pula digunakanpressure Vitamin-vitamin yang diperlukan mudah diperoleh
cookeratau yang sering disebut panci presto yang di berbagai tempat. Sebagai sumber pengganti
merupakan penrlengkapan dapur yang banyak asam amino dan ZPT dapat digunakan berbagai
dijual di pasaran. Namun karena tidak ada bahan alam yang berdasarkan hasil penelitian
penunjuk suhu dan tekanan, penggunaannya mengandung berbagai asam amino dan
memerlukan trial and error untuk mengetahui fitohormon, serta efektif mendukung
suhu dan tekanan yang tepat. LAF cabinetdapat pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
diganti dengan enkas yang merupakan kotak Bahan-bahan alam yang dapat digunakan adalah
tertutup rapat yang terbuat dari kaca atau plywood air kelapa, ekstrak tomat, bubur kentang, bubur
yang di bagian depannya terdapat dua lubang pisang, bubur pepaya, dan sebagainya (Matatula,
untuk memasukkan tangan ketika menanam 2003; Muawanah, 2005; Rachmatullah, 2009).
(Gambar 1).Entkas dapat dipesan pada produsen Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
akuarium skala rumah tangga. Untuk mensterilkan penambahan air kelapa. bubur pisang dan
ruang dalam entkas dilakukan dengan penggunaan pupuk majemuk berpengaruh positif
menyemprotkan spiritus atau alkohol 95%. pH- terhadap perkembangan eksplan di kultur jaringan.
meter dapat diganti dengan kertas lakmus yang Air kelapa mengandung beberapa jenis hormone,
dapat menjadi indicator larutan asam dan basa, terutama sitokinin, sedangkan ekstrak bubur
dan banyak dijual di toko-toko bahan kimia. Rak pisang mengandung vitamin A, tiamin (vitamin B1),
kultur mudah dibuat dengan menggunakan kaca, riboflavin (vitamin B2), piridoksin (vitamin B6) dan
sedangkan alat-alat kaca dan alat tanam biasanya asam askorbat (vitamin C) (Kodym & Zapata-Arias,
sudah tersedia di laboratorium sekolah. 2001; Matatula, 2003; Bey et al., 2006;Molnar et
Bahan sterilan. Bahan sterilan standar al., 2011).
untuk ruang dapat berupa spritus yang mudah Bahan pemadat media. Bahan pemadat
diperoleh dengan harga relatif murah; sedangkan pengganti yang dapat digunakan adalah agar-agar
bahan standar sterilan eksplan yang sulit diperoleh konsumsi yang banyak dijual dalam berbagai merk.
atau harganya mahal dapat diganti dengan Yang perlu diingat adalah memilih agar-agar yang
pemutih pakaian yang banyak dijual di bersifat plain atau tidak mempunyai aroma atau
pasaran.Pada umumnya bahan pemutih pakaian rasa tertentu. Selain itu dapat pula digunakan
mengandung sekitar 5% NaClO (obervasi langsung) tepung tapioka (Widiastoety & Purbadi, 2003;
atau chlorox. Tween20 yang berperan sebagai agen Kuria et al., 2008).
pembasah dapat diganti dengan detergen
konsentrasi rendah. Efektivitas sarana prasarana pengganti dalam
Bahan penyusun media. Garam-garam teknik kultur jaringan tumbuhan
komponen makronutrien dan mikronutrien harga Hasil beberapa penelitian menunjukkan
dan ketersediaannya bervariasi, sebagian murah bahwa penambahan gula pasir, pupuk majemuk
dan mudah diperoleh di berbagai toko bahan dan beberapa bahan organik dalam media kultur
kimia; sebagian yang lain relatif mahal dan kadang- dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan
kadang sulit diperoleh. Garam-garam tersebut perkembangan eksplan beberapa jenis tumbuhan
dapat diganti dengan pupuk majemuk yang pada dalam kultur in vitro. Widiastoety dan
umumnya mengandung nutrien Purbadi(2003) menyatakan bahwa penambahan air
lengkap(Muawanah, 2005; Rachmatullah, 2009; kelapa umur muda dan umur sedang sebanyak 150
Khasanah, 2011). Pupuk semacam ini tersedia di ml/l media dapat mendorong pertumbuhan tinggi,
penjual tanaman hias dengan berbagai merk dan panjang dan lebar daun serta panjang dan jumlah
harganya juga relatif murah. Sebelum menentukan akar plantlet anggrek Dendrobium. Hasil penelitian
merk sebaiknya dicermati komposisinya. Untuk Muawanah (2005) menunjukkan bahwa
sumber karbohidrat dapat digunakan gula pasir penambahan ekstrak pisang pada media kultur
yang sudah terbukti efektif untuk berbagai jenis anggrek Dendrobium canayo mendukung
tumbuhan dan tujuan(Kodym & Zapata-Arias, pertumbuhan tunas menjadi lebih baik,

150
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
konsentrasi yang optimum untuk pertumbuhan air kelapa yang masih muda, kertas pH, gula pasir,
tunas adalah 100 g/l. Penggunaan gula pasir putih dan agar konsumsi.
maupun coklat tidak hanya meningkatkan secara Percobaan dilakukan dengan rancangan acak
signifikan kecepatan mikropropagasi kentang lengkap faktorial yang terdiri dari dua perlakuan,
melainkan juga menurunkan biaya produksi hingan masing-masing dengan tiga taraf, merk pupuk
34-51% jika dibandingkan dengan penggunaan daun terdiri growmore(B1), hyponex (B2), gandasil
sukrose analitis (Demo et al. 2008). (B3), dan konsentrasi merk pupuk 1 g/l (D1), 2 g/l
Selain itu sebuah penelitian telah dilakukan (D2), dan 3 g/l (D3).Tahapan penelitian yang
dengan menggunakan sebagian besar alat dan dilakukan adalah sterilisasi alat dengan cara dicuci
bahan pengganti. Tujuan penelitian tersebut bersih dengan detergen kemudian disterilkan
adalah menguji pengaruh merk, konsentrasi pupuk dalam autoclave non-standard dengan suhu 121oC,
daun dan interaksinya terhadap pertumbuhan tekanan antara 1,1-1,5 kg/cm2 selama 30 menit.
plantlet anggrek Dendrobium(Khasanah et al., Pembuatan media dilakukan dengan mencampur
2011). Penelitian ini dilakukan di Laboratorium pupuk daun sesuai perlakuan ditambah dengan
Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas 100 g/l bubur pisang ambon dan 150 ml/l air
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, kelapa, kemudian disterilisasi. Penanaman eksplan
Universitas Negeri Semarang mulai Agustus 2010 dilakukan dalam laminar yang telah disterilkan di
sampai Maret 2011. Bahan tanaman yang ruang tanam yang telah disemprot dengan alkohol
digunakan adalah tunas anggrek dengan tinggi 1 - 70%. Inkubasi dilakukan di dalam ruang bersuhu
2 cm dan mempunyai 2 – 3 helai daun tanpa akar, 23-25 oC dengan perlakuan terang 24 jam.
akuadest, pupuk daun (growmore, hyponex,
gandasil), bubur pisang ambon setengah matang,

Gambar 2. Pertumbuhan tunas anggrek dalam media kultur menggunakan pupuk majemuk, air kelapa muda
dan bubur pisang ambon (Hasanah, 2011)

Parameter yang diukur berupa signifikan terhadap penambahan tinggi plantlet


penambahan tinggi plantlet, penambahan jumlah dan panjang akar. Interaksi merk dengan
daun, luas daun, jumlah akar dan panjang akar. konsentrasi pupuk juga berpengaruh signifikan
Data dianalisis menggunakan uji ANAVA dua jalan, terhadap tinggi plantlet dan luas daun. Merk pupuk
kemudian bila hasil uji signifikan, dilanjutkan di Uji yang paling optimal berdasarkan parameter
Jarak Berganda Duncan (UJBD) dengan tingkat penambahan jumlah daun dan luas daun adalah
kepercayaan 95% untuk menentukan taraf-taraf pupuk hyponex, sedangkan parameter jumlah akar
perlakuan yang menyebabkan perbedaan yang optimal adalah pupuk gandasil. Konsentrasi
signifikan. yang optimal berdasarkan parameter penambahan
Hasil analisis menunjukkan bahwa merk tinggi plantlet adalah konsentrasi 2g/l, sedangkan
pupuk berpengaruh signifikan terhadap berdasarkan parameter panjang akar adalah
penambahan jumlah daun, luas daun, dan jumlah konsentrasi 1 g/l. Perlakuan yang paling optimal
akar, sedangkan konsentrasi pupuk berpengaruh
151
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
pada kedua parameter adalah pupuk hyponex Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata
dengan konsentrasi 2 g/l. Pelajaran IPA. Pusat Kurikulum Badan
Berdasar hasil penelitian tersebut Penelitian dan Pengembangan Departemen
disimpulkan bahwa pupuk daun daun, air kelapa Pendidikan Nasional.
muda dan bubur pisang efektif untuk digunakan Hasanah U. 2011. Pemanfaatan pupuk daun, air
sebagai komponen media kultur jaringan anggrek kelapa dan bubur pisang sebagai
(Gambar 2). Perlakuan pupuk hyponex dengan komponen medium kultur jaringan untuk
konsentrasi 2 g/l dapat menginduksi pertumbuhan mengoptimalkan pertumbuhan plantlet
plantlet anggrek paling efektif. anggrek Dendrobium kelemense. Skripsi.
Semarang: Universitas Negeri Semarang
Penutup Kodym A & Zapata-Arias FJ. 2001. Low-cost
Teknik kultur jaringan tumbuhan sebagai alternatives for the micropropagation of
salah satu jenis bioteknologi sebenarnya juga banana. Plant Cell Tissue Organ Cult. 66: 67-
membutuhkan sarana prasarana yang cukup 71
kompleks, namun dapat disederhanakan dengan Kuria P, Demo P, Nyende AB &Kahangi EM. 2008.
mengganti alat dan bahan yang harganya relatif Cassava starch as an alternative cheap
mahal dan sulit diperoleh dengan alat dan bahan gelling agent for the in vitro micro-
yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari atau propagation of potato (Solanum tuberosum
mudah dibuat/diperoleh. Alat yang dapat L.). Afr. J. Biotechnol. 7(3): 301-307.
digunakan sebagai alternatif misalnya entkas Matatula AJ. 2003. Substitution of MS Medium
sebagai pengganti laminar air flow dan pressure with Coconut Water and Gandasil-D on
cooker sebagai pengganti autoklaf. Bahan yang Chrysanthemum Tissue Culture. Eugenia 9
dapat digunakan antara lain pupuk majemuk (4) : 203-211.
sebagai pengganti makro dan mikronutrien, gula Molnár Z, Virág E & Ördög V. 2011. Natural
pasir sebagai pengganti sukrosa analitis, air substances in tissue culture media of higher
kelapa/ekstrak buah/umbi sebagai sumber bahan plants. Acta Biologica Szegediensis
organik, dan pemutih pakaian sebagai sterilan. 5(1):123-127.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Muawanah G. 2005. Penggunaan Pupuk Hyponex,
penggunaan alat dan bahan alternatif tersebut Ekstrak Tomat dan Ekstrak Pisang dalam
efektif dapat mendukung pertumbuhan dan Perbanyakan dan Perbesaran Planlet
perkembangan tumbuhan di media kultur. Dengan Anggrek Dendrobium (Dendrobium canayo)
demikian praktikum kultur jaringan berpeluang secara In Vitro (skripsi). Bogor: Institut
besar untuk dapat dilaksanakan di setiap sekolah Pertanian Bogor.
untuk mengaktualisasikan pembelajaran Rachmatullah. 2009. Penggunaan Hyponex dan
bioteknologi di SMA dalam rangka Bubur Pepaya Dalam Pembesaran Plantlet
mengembangkan ketrampilan proses sains siswa. Anggrek Dendrobium “Kanayao” Secara In
Vitro dan Perlakuan Media Aklimatisasi.
(Skripsi). Bogor : Institut Pertanian Bogor.
DAFTAR PUSTAKA Thorpe TA, Stasolla C, Yeung EC, de Klerk GJ,
Bey Y, Syafii W, & Sutrisna. 2006. Pengaruh Roberts A & George EF. 2008. The
Giberelin(GA3) dan Air Kelapa terhadap Component of Plants Tissue Culture Media
Perkecambahan Biji Bulan (Phaleopsis II: Organic additions, osmotic and pH
amabilis BL) secara In Vitro. Jurnal effects, and supports system. In George EF,
Biogenesis 2(2):41-46. Hall MA & de Klerk GJ (eds.). Plants
Demo P, Kuria P, Nyende AB & Kahangi EM. 2008. Propagations by Tissue Culture. 3rd. Vol. 1.
Table sugar as an alternative low cost The Background, Springer-Verlag, Dordrecht
medium component for in vitro micro- 115-173.
propagation of potato (Solanum Widiastoety D & Purbadi. 2003. Pengaruh Bubur
tuberosumL.). African Journal of Ubikayu dan Ubijalar Terhadap
Biotechnology 7 (15): 2578-2584. Pertumbuhan Plantlet Anggrek
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Naskah Dendrobium. J. Hort. 13(1):1-6.

152
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Withers LA & Engelmann F.1997. In vitro
conservation of plant genetic resources. In:
Altman A (ed). Biotechnology in Agriculture,
Marcel Dekker, NY, Hal. 57-88.
Yadav K, Singh N & Verma S. 2012. Plant tissue
culture: a biotechnological tool for solving
the problem of propagation of multipurpose
endangered plants in India. Journal of
Agricultural Technology 8(1): 305--318

153
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah

INTERNALISASI BUDAYA JAWA DALAM PENINGKATAN KECERDASAN INTER-INTRAPERSONAL


MAHASISWA CALON GURU KIMIA MELALUI PEMBELAJARAN ELEKTROMETRI
BERBASIS AKTIVITAS INKUIRI LABORATORIUM

Sri Wardani *) Anna Permanasari, Asep Kadarohman**), Buchari ***)


*) FMIPA UNNES; **) SPs UPI; ;***) ITB

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan inter-intrapersonal mahasiswa calon guru kimia yang
telah terinternalisasi budaya jawa melalui penerapan pembelajaran elektrometri berbasis aktivitas inkuiri
laboratorium. Desain quasi eksperimen dengan pretest – postest control group digunakan dalam penelitian
ini, dan perbedaan antara tes awal- akhir diasumsikan sebagai efek dari perlakuan. Subyek penelitian adalah
35 mahasiswa sebagai kelas kontrol dan 29 mahasiswa kelas eksperimen Prodi Pendidikan Kimia FMIPA LPTK
Negeri Semarang yang mengontrak mata kuliah Praktikum Kimia Analitik Instrumen tahun ajaran 2010/2011.
Internalisasi budaya jawa diukur secara deskriptif dari hasil isian kuesioner, kecerdasan inter-intrapersonal
diukur dengan, kuesioner, serta cara wawancara; sedangkan pemahaman konsep dengan tes bentuk uraian.
Peningkatan tes pemahaman konsep dianalisis berdasarkan perbandingan nilai gain yang dinormalisasi (N-
gain), sedangkan wawancara dianalisis secara deskriptif. Data pengukuran % N-gain pemahaman konsep
untuk kelompok kontrol dan eksperimen masing-masing adalah dan 41,58% dan 59,60%. Dari hasil kuesioner
pengukuran kecerdasan inter-intrapersonal ditentukan skor totalnya kemudian dibandingkan %
peningkatannya. Temuan hasil penelitian menunjukkan implementasi pembelajaran berbasis inkuiri
laboratorium materi elektromeri pada mahasiswa calon guru kimia memberi respon positif

Kata kunci: Internalisasi budaya jawa, Pembelajaran Elektrometri, Kecerdasan Inter-intrapersonal, berbasis
aktivitas inkuiri laboratorium

Pendahuluan dalam keseharian mereka dan sangat potensial


Nilai budaya jawa yang berkembang dalam mengembangkan kecerdasan intrapersonal
selama ini telah terinternalisasi pada manusia jawa Penyelenggaraan praktikum di Lembaga
dan budaya kerja orang jawa sehingga menjadi Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) khususnya
manusia yang ulet atau pekerja keras, sabar, dapat juga di perguruan tinggi lain umumnya
bekerja sama, tidak sombong, membuat orang dilaksanakan dengan panduan model resep yang
jawa bisa hidup dan dapat diterima di berbagai bersifat verifikasi, sehingga kurang memberikan
lingkungan budaya. Didasarkan studi pendahuluan( kesempatan untuk melakukan investigasi serta
Wardani,S.,2011) terungkap bahwa 97% kurang optimal mengembangkan kreativitas
mahasiswa calon guru masih mengenal dan (Corebama, 1999). Permasalahan praktikum kimia
memelihara budaya jawa dalam hidupnya. Kondisi termasuk kimia analitik dengan panduan yang
ini sedikit banyak mempengaruhi juga budaya kerja bersifat verifikatif juga menjadi perhatian para
dan pola berpikir mahasiswa calon guru kimia. peneliti seperti Eggleston dan Leonard (McComas,
100% dari mereka masih mengakui nilai budaya 2005); Pasha (2006); Adami (2006); dan
rukun agawe santosa, nilai ini sangat mendukung Amarasiriwardena (2007). Para peneliti tersebut
bekerja dalam kelompok dilaboratorium, dan berpendapat bahwa hasil belajar praktikum
potensial dalam meningkatkan kecerdasan semestinya di samping meningkatkan pemahaman
interpersonal. Selanjutnya masih dalam( konsep, serta mengembangkan keterampilan
wardani,S.,2011), terungkap bahwa 91% dasar melakukan eksperimen, juga
mahasiswa calon guru mengakui bahwa nilai mengembangkan kemampuan pemecahan
budaya gemi, nastiti, ngati-ati dan budaya kerja masalah.
ulet, sabar,tekun, teliti, hati-hati masih hidup
154
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Dari penelitian pendahuluan (Wardani, fenomena dari sudut pandang orang lain, agar
2012) terungkap bahwa hasil belajar praktikum dapat memahami bagaimana mereka melihat dan
kimia analitik instrumen di jurusan pendidikan merasakan. Sehingga terbentuk kemampuan yang
kimia FMIPA UNNES ternyata baru berhasil bagus dalam mengorganisasikan orang, menjalin
meningkatkan pengembangan keterampilan dasar kerjasama dengan orang lain ataupun menjaga
melaksanakan eksperimen. Peningkatan kesatuan suatu kelompok. Kemampuan tersebut
penguasaan konsep, serta konsep-konsep dasar ditunjang dengan bahasa verbal dan non-verbal
praktikum seperti menjelaskan prinsip dasar untuk membuka saluran komunikasi dengan orang
pengukuran, maksud langkah dalam prosedur, lain. Kecerdasan interpersonal terdiri dari tahapan
gejala yang teramati, serta kelemahan dalam mengumpulkan dasar pengetahuan merupakan
menjelaskan data pengamatan kemungkinan akan tahap menerima masukan teman-teman dan
terus berlangsung, jika pola pelaksanaan praktikum menyamakan dengan pendapat sendiri, kemudian
tidak diperbaiki utamanya panduan praktikum analisis informasi dan prosesing yaitu tahapan
yang bersifat verifikatif. Selanjutnya masih dalam menghubungkan pendapat teman dengan
Wardani (2012); praktikum dengan pola pendapat sendiri untuk menyamakan pemahaman
pelaksanaan yang berlangsung sampai saat ini konsep dalam kerja kelompok, dan tahapan
belum memberikan peluang mahasiswa untuk berpikir tingkat tinggi dan penalaran merupakan
mengidentifikasi masalah, mengelaborasi tahap menyimpulkan dan mengembangkan hasil
informasi, bekerja sama dalam kelompok untuk diskusi untuk mengembangkan penelitian dan
memutuskan dan mengevaluasi prosedur yang mengidentifikasi pendapat dalam bentuk
akan digunakan, menganalisis data dan pertanyaan (Lazear, 2004).
mempresentasikan dalam kelompok kecil dan Kecerdasan intrapersonal, tergantung pada
kelas. Peluang-peluang tersebut merupakan proses dasar yang memungkinkan individu untuk
bagian dari indikator inter-intrapersonal( mengklasifikasikan dengan tepat perasaan-
Sevian,2009 dan Lazear, 2004) perasaan mereka, misalnya membedakan sakit dan
Perkuliahan elektrometri sebagaimana senang dan bertingkah laku tepat sesuai
tercantum dalam kurikulum inti butir praktikum pembedaan tersebut. Kecerdasan ini
kimia analisis instrumen, yakni mampu memungkinkan individu untuk membangun model
mengembangkan konsep kimia dengan mental mereka yang akurat, dan menggambarkan
memanfaatkan teknologi dan seni, serta beberapa model untuk membuat keputusan yang
menggunakan peralatan kimia dalam baik dalam hidup mereka. Kecerdasan
mengembangkan konsep elektrometri. Kedua butir intrapersonal terdiri dari tahapan mengumpulkan
kompetensi tersebut mengisyaratkan bahwa dasar pengetahuan merupakan tahapan melihat
pengembangan konsep dasar elektrometri dalam sumber informasi dari buku dan internet agar
rangka pembekalan kompetensi dasar dapat menghubungkan dengan permasalahan yang
elektroanalitik yang dapat dicapai melalui aktivitas ada, kemudian tahapan analisis informasi dan
laboratorium yang terencana dengan baik. prosesing yaitu tahapan pengembangan penemuan
Praktikum yang terencana dengan baik harus untuk menjawab permasalahan yang ada dan
mengacu pada kemampuan dasar analitik tahapan berpikir tingkat tinggi dan penalaran
termasuk didalamnya elektroanalitik yang harus merupakan tahap transformasi konsep dasar
dimiliki oleh mahasiswa calon guru. Kemampuan menjadi pendapat sendiri dengan menyusun
dasar yang harus dimiliki berupa pemahaman konsep baru dari proses pemecahan masalah dan
konsep dasar elektroanalitik, tehnik analisis dan dapat menunjukan pemahaman konsep dengan
penerapan analisis pada sampel. Selain itu dengan cara membuat laporan (Lazear, 2004 ).
pemahaman yang dimilikinya diharapkan Pembelajaran Berbasis Inkuiri
mahasiswa dapat menyelesaikan permasalahan Laboratorium disini dimaksudkan untuk memberi
terkait teknik analisis secara elekrometri . lingkungan belajar yang menantang, mendorong
Kecerdasan interpersonal, merupakan peserta didik untuk bertanya, mampu mengatasi
kecerdasan dalam berhubungan dan memahami ketakutan berbuat salah, serta memberi
orang lain di luar dirinya. Kecerdasan tersebut kesempatan untuk mengambil inisiatif dalam
menuntun individu untuk melihat berbagai mengatasi tugas dan bekerjasama dalam kelompok

155
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
(Tan, 2004) termasuk dalam aktivitas interpersonal. eksperimen diberi perlakuan berupa pembelajaran
Pada saat siswa mengatasi suatu masalah dalam praktikum Kimia Analitik Instrumen berbasis
pembelajaran berbasis aktivitas laboratorium, masalah, sedangkan pembelajaran di kelas kontrol
maka siswa harus berusaha untuk merencanakan, berupa praktikum di laboratorium dengan
mengevaluasi, dan mengatur penggunaan prosedur praktikum yang sudah baku. Penelitian
strateginya, yang ketiganya menurut Brawn dalam dilakukan di Jurusan Kimia FMIPA salah satu LPTK
Marzano et al., (1988) termasuk dalam aktivitas negeri di Jawa Tengah, dengan subyek penelitian
intrapersonal. 35 mahasiswa sebagai kelompok kontrol dan 29
Penelitian ini dimaksudkan untuk sebagai kelompok eksperimen, yang mengontrak
mengimplementasikan model pembelajaran mata kuliah kimia analitik instrumen tahun ajaran
praktikum kimia analitik instrumen berbasis 2010/2011. Data pengukuran pemahaman konsep
aktivitas laboratorium yang diprediksi mampu diukur melalui tes bentuk uraian, kuesioner dan
meningkatkan kecerdasan inter-intrapersonal wawancara tidak terstruktur untuk mengungkap
mahasiswa calon guru kimia yang telah kecerdasan inter-intrapersonal dan budaya kerja
terinternalisasi budaya kerja jawa, dengan harapan jawa yang berkembang. Peningkatan pemahan
memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan konsep dianalisis dengan perbandingan nilai gain
kualitas lulusan calon Guru kimia dan kualitas yang dinormalisasi (N-gain) antara kelompok
proses pembelajaran. Sebagai calon guru kelak eksperimen dan kelompok kontrol, baik untuk
harus mampu memonitor bagaimana pertemuan keseluruhan maupun untuk kategori kelas atas dan
kelas akan dibawa, menentukan apa yang bawah, sedangkan observasi dan wawancara
dilakukan dan tidak dilakukan, serta bagaimana dianalisis secara deskriptif. Tanggapan mahasiswa
mengubah kondisi tersebut untuk topik yang terhadap penerapan pembelajaran berbasis
berbeda. (Lazear,2004 dan Rosyidi,U.2005). masalah pada perkuliahan praktikum Kimia Analitik
Pengembangan Kecerdasan inter-intrapersonal Instrumen dijaring melalui kuesioner. Langkah-
calon guru dengan internalisasi budaya jawa langkah pembelajaran diadaptasi dari Pasha
melalui praktikum dipandang potensial untuk (2006), Adami (2006),dan Sevian (2009).
dilakukan karena sekitar 80% perkuliahan sains Pembelajaran diawali dengan kontrak perkuliahan,
kimia di LPTK disertai praktikum. Studi dilanjutkan: (1) mengorientasi mahasiswa pada
eksperimen dilakukan di salah satu perguruan masalah, pretes, dan mengisi kuesioner, (2)
tinggi di Jawa Tengah dengan mengambil mengorganisasi mahasiswa untuk belajar, (3)
instrumen potensiometer dan konduktometer. membimbing penyelidikan kelompok, (4)
menyajikan hasil proyek penelitian, (5)
Metode Penelitian menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
Metode kuasi eksperimen dengan desain masalah, dan (6) mahasiswa mengisi kuesioner,
pretest – postest control group digunakan dalam serta postes.
penelitian ini, dan perbedaan antara tes awal dan
tes akhir diasumsikan sebagai efek perlakuan. Kelas

Tabel 1. Langkah Pembelajaran praktikum kimia analitik instrumen berbasis Aktivitas Laboratorium
Langkah Deskripsi
Pendahuluan 1. Diskusi kontrak perkuliahan: penjelasan mengapa PBAL digunakan dalam perkuliahan
praktikum, penjadwalan, dan penilaian
2. Pembentukan kelompok 3-4 mahasiswa perkelompok, menentukan peran anggota tim
dalam kelompok, pemberian masalah
3. Latihan menggunakan instrument seperti pH meter dan Konduktometer
Tahap 1: 1. Mahasiswa dalam kelompok diberi masalah terkait penentuan kadar suatu zat dengan
mengorientasi peralatan yang tersedia. Mahasiswa diminta untuk menyelesaikan masalah dalam suatu
maha-siswa pada kegiatan proyek penelitian laboratorium yang diusahakan melalui rujukan baik dari buku,
masalah laporan penelitian, maupun akses internet.
2. Dosen menginformasikan rambu-rambu yang harus ditulis mahasiswa dalam Laporan
Hasil Penelitian, dan mempersiapkan untuk presentasi secara kelompok.
3. Dosen memberikan pretes

156
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Tahap2: 1. Mahasiswa mengkaji masalah yang diberikan, mengidentifikasi materi/ konsep yang
Mengorganisasi mendukung, selanjutnya membuat proposal.
mahasiswa untuk 2. Dosen bertindak sebagai fasilitator, menyediakan waktu untuk menerima pertanyaan
belajar maupun memberikan pertanyaan arahan pada mahasiswa
3. Mahasiswa mencari tambahan informasi yang berkaitan dengan masalah yang diberikan
Tahap 3 1. Mahasiswa mengumpulkan data mulai pengambilan sampel, preparasi sampel,
Membimbing pengumpulan data, dan analisis data.
penyelidikan 2. Dosen sebagai fasilitator dalam kegiatan ini, di samping membimbing penyelidikan juga
kelompok menyediakan waktu untuk menerima pertanyaan maupun memberikan pertanyaan
arahan pada mahasiswa, serta mempersiapkan lembar observasi untuk mengetahui
kinerja mahasiswa
Tahap 4: 1. Mahasiswa membuat laporan hasil penyelidikannya dan mengkomunikasikannya pada
Menyajikan hasil kelompok lain. Komunikasi dilakukan melalui presentasi, dan pembuatan poster
proyek penelitian 2. Dosen sebagai fasilitator, mempersiapkan lembar penilaian presentasi
Tahap 5: 1. Mahasiswa antar kelompok saling memberikan pendapat terhadap pekerjaan yang
Menganalisis dan dilakukan oleh kelompok lain untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan masing -
mengevaluasi masing.
proses pemecahan 2. Dosen memberikan penekanan konsep-konsep penting, menggenera lisasikan
masalah penyelesaian masalah melalui diskusi
Tahap 6. Penutup postest: soal uraian untuk menjaring penguasaan konsep
2. kuesioner: menjaring tanggapan mahasiswa kelompok
eksperimen

Hasil dan Pembahasan menunjukkan bahwa peningkatan pada kelas


Pengukuran peningkatan pemahaman eksperimen belum menunjukkan kemampuan yang
konsep dalam penelitian ini dilakukan melalui pre- optimal akan tetapi masih pada taraf sedang (0,3 <
posttes yang dilakukan pada awal dan akhir g < 0,7), begitu pula untuk kelas kontrol dan dari
pembelajaran praktikum. Kelompok eksperimen uji t menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal
mengalami peningkatan lebih besar dibanding ini menandakan bahwa implementasi
kelompok kontrol ditunjukkan dari Gambar 1, pembelajaran berbasis aktivitas laboratorium pada
dengan persen N-g ternormalisasi kelompok pembelajaran kimia analitik instrumen untuk topik
kontrol dan eksperimen masing-masing 41,58% elektrometri mampu meningkatkan pemahaman
dan 59,60%. Hasil peningkatan tersebut konsep mahasiswa calon guru kimia.

Gambar 1. Rerata pretes, posttest, dan % N-gain secara keseluruhan antara kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen

157
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Pada dasarnya internalisasi budaya jawa Untuk mengetahui bagaimana peningkatan
sudah terjadi pada kehidupan mahasiswa, hal ini keterampilan intra personal pada setiap indikator
dapat dilakukan juga selama perkuliahan secara intra personal untuk ketiga level kognitif pada
terus menerus sesuai konteks materi, sehingga kelas eksperimen ditunjukkan pada Gambar 2.
keterampilan inter-intrapersonal terkembangkan.

Gambar 2. Persentase Tiap Indikator Kecerdasan Intrapersonal pada kelompok eksperimen

Didasarkan gambar 2 di atas presentase mahasiswa secara berkelompok diminta untuk


mahasiswa yang memperoleh kriteria baik (B) lebih menyelesaikan masalah dalam suatu kegiatan
besar dari kriteria sangat baik(SB) dan tidak proyek penelitian laboratorium.
baik(TB), untuk semua kategori I (dasar Selanjutnya Kipnis dan Hofstein (2007)
pengetahuan), II (Analisis informasi dan proses), menyimpulkan bahwa selama berada di
dan III (Berpikir tingkat tinggi dan penalaran). laboratorium mahasiswa melatih metakognisi
Perolehan tertinggi pada kriteria baik ada pada dalam berbagai tahap proses pembelajaran
indikator metakognisi baik pada kategori berpikir praktikum berbasis inkuiri. Senada dengan Kipnis
dasar dan berpikir tingkat tinggi, sedangkan kedua dan Hofstein, Baind dan White (Kipnis, 2007),(
tertinggi adalah indicator values clarification baik Haryani,2012) juga menyatakan, “jika dilakukan
pada kategori I,II, maupun III, kemudian yang juga dengan penuh pemikiran, kegiatan laboratorium
menonjol adalah indicator selfreflection, Hal ini dapat meningkatkan metakognisi yang diinginkan.
sesuai dengan pendapat Kipnis dan Hofstein (2007) Hal ini juga merupakan hasil internalisasi dari
yang melakukan wawancara selama pembelajaran budaya ojo dumeh, ulet,tekun,teliti,ati-ati yang
praktikum berbasis inkuiri untuk mengungkap sudah ada pada kehidupan sehari-hari mahasiswa
metakognisi mahasiswa. Pada tahap 1 yaitu calon guru kimia.
mengorientasi mahasiswa pada masalah,

Gambar 3. Persentase Level Taksonomi Kognitif Kecerdasan Intrapersonal kelompok kontrol dan
eksperimen

158
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Pada gambar 3, untuk persentase level pembelajaran elektrometri berbasis aktivitas
taksonomi kognitif kecerdasan intrapersonal, inkuiri laboratorium sesuai untuk meningkatkan
rerata SB dan B kelompok eksperimen untuk kecerdasan intrapersonal, hal ini sesuai dengan
ketiga kategori semuanya lebih tinggi dari pendapat( Lazear,2004,Kipnis, 2007,sevian,2009).
kelompok kontrol, hal ini menunjukkan

Gambar 4. Persentase Tiap Indikator keterampilan Interpersonal pada Kelas Eksperimen

Didasarkan gambar 4 presentase ketiga kategori semuanya lebih tinggi dari


mahasiswa yang memperoleh kriteria baik(B) lebih kelompok kontrol, yaitu 62,07% dan 49,14%
besar dari kriteria sangat baik(SB) dan tidak (kategoriI) ;55,17% dan 45,34% (kategori II); dan
baik(TB), untuk semua kategori I (dasar 57,93% dan 46,86%( kategori III), hal ini
pengetahuan), II (Analisis informasi dan proses), menunjukkan pembelajaran elektrometri berbasis
dan III (Berpikir tingkat tinggi dan penalaran). aktivitas inkuiri laboratorium sesuai untuk
Perolehan tertinggi pada kriteria baik(B) ada pada meningkatkan kecerdasan interpersonal, hal ini
indikator Giving feedback baik pada kategori sesuai dengan pendapat( Lazear,2004,Kipnis,
berpikir dasar dan berpikir tingkat tinggi, 2007,sevian,2009). Yang melakukan pembelajaran
sedangkan kedua tertinggi adalah indikator praktikum berbasis inkuiri untuk meningkatkan
Listening to others baik pada kategori I,II, maupun metakognisi mahasiswa dan mengembangkan kerja
III, kemudian yang juga menonjol adalah indikator tim. Mahasiswa secara berkelompok diminta untuk
Inquiry and question Hal ini sesuai dengan menyelesaikan masalah dalam suatu kegiatan
pendapat Sevian (2009) yang melakukan proyek penelitian laboratorium.Hal ini juga
pembelajaran praktikum berbasis inkuiri untuk merupakan internalisasi dari budaya rukun agawe
meningkatkan metakognisi mahasiswa dan santosa (Purwadi,2006), merupakan budaya dalam
mengembangkan kerja tim. Mahasiswa secara kerja kelompok untuk menyelesaikan masalah yang
berkelompok diminta untuk menyelesaikan sudah ada, agar masalah yang rumit menjadi
masalah dalam suatu kegiatan proyek penelitian mudah penyelesaiannya.
laboratorium.Hal ini juga merupakan internalisasi
dari budaya rukun agawe santosa (Purwadi,2006), Tanggapan mahasiswa
merupakan budaya kerja kelompok untuk Berdasarkan hasil kuesioner tanggapan
menyelesaikan masalah yang sudah ada, agar mahasiswa kelompok eksperimen, ternyata
masalah yang rumit menjadi mudah jawaban setuju (S) memiliki persentasi yang paling
penyelesaiannya. tinggi 70,7%, Sangat Setuju(SS) 14,3%; sedangkan
Pada gambar 5 di atas, untuk persentase yang tidak setuju(TS)16,6%. 7,20 %,. Kendala yang
level taksonomi kognitif kecerdasan interpersonal, dihadapi mahasiswa melalui wawancara tidak
rerata SB dan B kelompok eksperimen untuk terstruktur pada penerapan pembelajaran berbasis

159
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
aktivitas inkuiri laboratorium(PBAIL) yakni harus produktif dan membantu mahasiswa
sering konsultasi dengan dosen, sehingga butuh mengidentifikasi pengetahuan yang diperlukan
pengaturan waktu selain jadwal resmi. Walaupun untuk memecahkan masalah, memfasilitasi proses
demikian didasarkan hasil kuesioner, mahasiswa pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan-
merasa telah melakukan penelitian yang pertanyaan, dan memonitor serta mengevaluasi
menyenangkan, dan berharap dapat diterapkan kinerja selama proses pemecahan masalah
pada praktikum lainnya, serta pengalaman dalam (Gijselaers, 1996). Sebagai hasil proses
pembelajaran elektrometri berbasis aktivitas pembelajaran praktikum berbasis aktivitas inkuiri
laboratorium ini sangat bermanfaat untuk laboratorium, dalam penelitian ini adalah
mengembangkan pembelajaran di SMA nanti. peningkatan pemahaman konsep dan kualitas
Menurut Semiawan (1994) keterampilan kinerja dan aktivitas mahasiswa yang semakin baik,
merencanakan percobaan merupakan salah satu dan hal ini sesuai pendapat Woolnough dan Allsop
tujuan yang perlu dikembangkan karena kegiatan (Rustaman, 2002) tentang tujuan dilakukannya
praktikum tidak hanya sekedar melakukan kegiatan kegiatan praktikum. Lebih lanjut menurut
manual dengan atau tanpa alat-alat, melainkan Rustaman tentang tujuan dilakukannya praktikum
juga mentransfer kegiatan merencanakan kegiatan adalah di samping meningkatkan pemahaman
ilmiah, merumuskan pertanyaan serta merancang konsep, mengembangkan keterampilan dasar
percobaan. Melalui PBAIL keterampilan ini melakukan eksperimen, juga mengembangkan
terkembangkan dengan baik karena sejak tahap kemampuan pemecahan masalah. Dengan
awal mahasiswa mencari berbagai informasi untuk demikian kegiatan praktikum memberi
menentukan prosedur yang akan digunakan untuk kesempatan yang lebih luas untuk pengembangan
memecahkan masalah. Selanjutnya, untuk kompetensi, namun demikian untuk memperoleh
pencapaian peningkatan kemampuan komunikasi hasil belajar yang baik dalam proses
berkembang seiring dengan pelaksanaan pembelajarannya diperlukan perencanaan,
pembelajaran yang menuntut mahasiswa untuk persiapan, dan alat evaluasi yang baik.
senantiasa menyampaikan ide baik dalam
kelompoknya maupun dengan kelompok lain Kesimpulan dan Saran
terkait hasil pengalaman eksperimennya di Pembelajaran elektrometri berbasis
laboratorium baik secara lisan maupun tulisan. Aktivitas Inkuiri laboratorium lebih baik
Kemampuan komunikasi lisan dan tulisan ini meningkatkan pemahaman konsep bagi
menjadi salah satu poin untuk penilaian. mahasiswa, dibanding pembelajaran praktikum
Komunikasi efektif adalah bagian penting yang sudah baku, dengan % N-gain untuk
yang harus dikembangkan di dalam pembelajaran kelompok kontrol dan eksperimen masing-masing
bagi calon guru, karena kemampuan ini perlu adalah 41,58 % dan 59,60 %. menunjukkan bahwa
dimiliki guru dalam menjalankan fungsi profesinya. peningkatan pada kelas eksperimen belum
Dalam hal ini seorang guru memainkan peranan menunjukkan kemampuan yang optimal akan
yang penting untuk dapat terjadinya komunikasi tetapi masih pada taraf sedang (0,3 < g < 0,7),
dalam bidang pendidikan, yang dalam skala sempit begitu pula untuk kelas kontrol.
adalah pembelajaran di kelas. Merumuskan Internalisasi budaya jawa dapat lebih
masalah pencapaiannya terendah disamping optimal dilaksanakan dalam perkuliahan apabila
karena mahasiswa belum terbiasa merumuskan didukung oleh pemilihan model Pembelajaran
masalah, diduga kesempatan merumuskan yang sesuai. praktikum kimia analitik instrumen
masalah hanya pada langkah penulisan proposal . untuk persentase level taksonomi kognitif
Selama pelaksanaan kegiatan praktikum kecerdasan interpersonal, rerata SB dan B
mahasiswa memperoleh bimbingan langsung dan kelompok eksperimen untuk ketiga kategori
diobservasi kinerjanya dengan lembar observasi semuanya lebih tinggi dari kelompok kontrol, yaitu
yang telah dikomunikasikan. Proses PBAIL akan 62,07% dan 49,14% (kategoriI) ;55,17% dan 45,34%
berakhir jika mahasiswa telah melaporkan tentang (kategori II); dan 57,93% dan 46,86%( kategori III).
apa yang mereka pelajari, dan mempresentasikan Tertinggi pada level I, Hal ini juga merupakan
hasil pemecahan masalah secara berkelompok. internalisasi dari budaya rukun agawe santosa
Fungsi dosen sebagai fasilitator adalah untuk merupakan budaya dalam kerja kelompok untuk
mendorong terjadinya interaksi mahasiswa secara menyelesaikan masalah yang sudah ada, agar

160
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
masalah yang rumit menjadi mudah Haryani, S. (2009). Analisis Kelemahan Eksplanasi
penyelesaiannya. Mahasiswa dan Kaitannya dengan
Pembelajaran praktikum analitik Pengembangan Metakognisi dalam
instrumen untuk persentase level taksonomi Praktikum Kimia Analitik Instrumen. Makalah
kognitif kecerdasan intrapersonal, rerata SB dan B diseminarkan di UNS
kelompok eksperimen untuk ketiga kategori Hodson, D. (1996). Practical Work and Scool
semuanya lebih tinggi dari kelompok kontrol, yaitu Science. Exsploring Some Directons for
63,45% dan 49,71% (kategoriI) ;67,59% dan 53,71% Change. International Journal of Science
(kategori II); dan 68,97% dan 52,57%( kategori III). Education. (11) 541-543)
Tertinggi pada level III,Hal ini juga merupakan hasil Hollingworth, R. dan McLoughlin. (2002). The
internalisasi dari budaya kerja ojo dumeh, Development of Metacognitive Skills among
ulet,tekun,teliti,ati-ati yang sudah ada pada First Year Science Students. Tersedia
kehidupan sehari-hari mahasiswa calon guru kimia. http://www.fyhe. Qut.edu.au./FYHE-
Previous/Papers/HollingworthPaper.doc
Daftar Pustaka Livingston, J.A. (1997). Metacognition: An
Adami, G. A. (2006). New Project-Based Lab for Overview. State University of New York at
Undergraduate Environmental and Analytical Buffalo. Unpublished manuscript
Cemistry. Journal of Chemical Education, Vol Marzano, R.J; Brandt, R.S; Hughes, C.S; Jones, B.F;
83 No 2. Februari 2006 Presseisen, B.Z; Rankin, S.C; Suhor . (1988).
Akınoglu, O dan Ozkardes Tandogan. (2007). Dimensions of Thinking: Framework for
Effects of Problem-Based Active Learning in Curriculum and Instruction. CUSA: ASCD
Science Education on Students’ Academic McGregor, D. (2007). Developing Thinking;
Achievement, Attitude and Concept Developing Learning: A Guide to Thinking
Learning. Eurasia Journal of Mathematics, Skills in Education. Berkshire: Open
Science & Technologi Education, 2007. 3 (1), University Press.
71-81. Tersedia http: www.ejmdte.com. McDermott. (1990). A Perspective on Teacher
(Februari 2008) Preparation in Physics and Other Sciences.
Amarasiriwardena, D. (2007). Teaching Analytical American Journal of Physics. Vol 58 No.8
Atomic Spectroscopy Advances In An Kolmos, A., Kuru, S., Hansen, H., Eskil, T., L., Fink,
Environmental Chemistry Class Using A F., de Graaff, E., Wolff, J. U., & Soylu, A.
Project-Based Laboratory Approach: (2008). Problem-based Learning. [Online].
Investigation Of Lead And Arsenic Tersedia: http:www. [4 Februari 2008].
Distributions In A Lead Arsenate Pasha, J.A. 2006. A Procedural Problem in
Contaminated Apple Orchard. ABCS of Laboratory Teachig: Experiment and Expla-
Teaching Analytical Science nation, or Vice-versa? Journal of Chemical
Anderson, L.W, & Krathwol, D.R. (eds). (2001). A Education: Vol 83 No 1. januari 2006
Taxonomy for Learning Teaching and Purwadi.(2006). Babad Tanah Jawa, Menelusuri
Assessing. A Revision of Bloom’s Taxonomy sejarah Kejayaan Kehidupan Jawa Kuno,
of Educational Objectives.New York: Panji Pustaka Yogyakarta.
Addison Wesley Longman, Inc Ram, P., Ram, A., & Spragur, C. (2007). From
Barrows, H. S. (1988). The Tutorial Process. Student Learner to Professional Learner:
Springfield: Southern Illinois University Training for Lifelong Learning through Online
School of Medicine. PBL. [Online]. Tersedia:
Cooper, M. Santiago, S. (2008). Design and http://gatech.academia.edu/ARam/Papers/2
Validation of an Instrument to Assess 1865/From-Student-Learner-To-
Metacognitive Skillfulness. Journal of Professional-Learner--Training-For-Lifelong-
Chemichal Education. Vol. 86 No. 2 February Learning-Through-On-Line-PBL. [13 Juni
2008. www.JJCE.DivCHED.org 2009]
Costa, A.L. (ed). (1985). Developing Minds, A Ruseffendi. H.E.T. (1998). Statistika Dasar untuk
Resource Book for Teaching Thinking. Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Press
Alexandria: ASCD

161
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Samford .edu. (2003). Problem Based Learning. Weinert, F.E dan Kluwe, R.E. (1987).
[online]. Tersedia Metacognition, Motivation, and
http://www.samford.edu/pbl/ April 2007 Understanding.London: Lawrence Erbaum
Sevian,H., Cacciatore,K.L.,2009.Incrementally Associates
Approaching an Inquiry Lab.Curriculum:Can Winn, W & Snyder, D. (1998). Metacognition.
Changing a Single Laboratory Experiment Graduate Student, SDSU Department of
Improve Student Performance in General Educational Technology
Chemistry?.Chemical Education Wardani,S.,2011, Potensi Budaya Jawa dalam
Research.Vol.86 No 4. Meningkatkan Multiple Intelligence
Schraw, G. Dan Moshman, D. (1995). Mahasiswa Calon Guru Kimia, Makalah
Metacognitive Theories. Educational Seminar Nasional Kimia, 8 oktober 2011 di
Psychology, Departement of Educational UNS.
Psychology. Paper and Publications Wardani,S.,2012, Analisis Kelemahan Eksplanasi
Savery, J. R. & Duffy, T., M. (1991). “Problem-Based Mahasiswa Kaitannya dengan budaya kerja
Learning: An Instructional Model and Its dan Pengembangan perkuliahan
Constructivist Framework.” Constructivist Elektrometri di Laboratorium, Makalah
Learning Environments. 135-148. seminar Nasional HKI ke3, 10 maret 2012
Tan, O.S. (2004). Enhanching Thinking Problem
Based Learning Approached. Singapura:
Thomson

162
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah

VIABILITAS BAKTERI ASAM LAKTAT ENKAPSULASI DALAM PEMBUATAN PAKAN


INDUK UDANG AIR TAWAR (MACROBRACHIUM IDAE) BERKAROTENOID TINGGI

Dhanang Puspita*, Budhi Prasetyo*, Jacob L.A. Uktolseja* ,


*
Pascasarjana Magister Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
e-mail: lauji@yahoo.com, Tel.: +62 (0) 298 321212, Facs.: +62 (0) 298 321433

Abstrak
Viabilitas bakteri asam laktat enkapsulasi terhadap kondisi karotenoid tinggi dalam pakan induk udang air
tawar (Macrobrachium idae) menentukan efektivitas penambahan bakteri sebagai probiotik untuk
meningkatkan kualitas induk udang air dengan menekan bakteri patogen dalam saluran pencernaan.
Penelitian bertujuan mengetahui viabilitas bakteri asam laktat enkapsulasi dalam kondisi karotenoid tinggi
pakan induk udang air tawar. Bakteri asam dienkapsulasi dengan tepung singkong (Manihot esculenta), lalu
ditambahkan ke dalam lima jenis pakan induk udang air tawar. Kelima pakan itu masing-masing diberi
antioksidan pelindung karotenoid berupa vitamin C, E dicampur esktrak jahe, daun jambu, dan daun teh
(pakan II), campuran esktrak jahe, daun jambu, dan daun teh (pakan III), vitamin C dan vitamin E (pakan IV),
BHT (pakan V), dan pakan kontrol (pakan I). Viabilitas bakteri dihitung setelah pakan dibuat. Hasil penelitian
menunjukkan bakteri asam laktat masih dapat bertahan dalam kondisi karotenoid tinggi berpelindung
antioksidan setelah pengeringan rerata . 67,7.105CFU/g dan setelah penyimpanan 5 hari sebesar
38,2.105CFU/g . Jadi bakteri asam laktat enkapsulasi tepung singkong dapat digunakan untuk pakan induk
udang berkarotenoid.

Kata kunci: bakteri asam laktat, enkapsulasi, tepung singkong, karotenoid, viabilitas

Pendahuluan bersifat patogen atau mengganggu inang, 1) tidak


Pakan adalah satu elemen penting dalam bersifat patogen bagi konsumen (manusia dan
peningkatan produktivitas perikanan, disamping hewan lainnya), 2) tidak mengganggu
pemilihan bibit dan faktor lingkungan. Beragam keseimbangan ekosistem setempat, 3) mikroba
upaya dilakukan agar pakan berperan optimal tersebut hendaklah dapat dan mudah dipelihara
sebagai asupan utama bagi udang air tawar dan diperbanyak, 4) dapat hidup dan bertahan
(Macrobrachium idae) , yakni dengan: menambah serta berkembang biak di dalam usus ikan, 5)
kuantitas pakan, pemberian pakan alami dan dipelihara dalam media yang memungkinkan untuk
buatan, dan menambah unsur-unsur esensial pada diintroduksikan ke dalam usus ikan, dan 6) dapat
pakan. Salah satu cara untuk member nilai tambah hidup dan berkembang di dalam air wadah
pada pakan adalah dengan mengintroduksikan pemeliharaan ikan (Feliatra dkk.2004).
probiotik. Tujuan pemanfaatan probiotik pada Aplikasi probiotik pada sebagai suplemen
budidaya perikanan adalah untuk menjaga pakan dengan dua cara, yaitu: 1) melalui
keseimbangan mikroba dan pengendalian patogen lingkungan perairan dan 2) melalui oral yakni
dalan saluran pencernaan, dan lingkungan perairan dengan dicampurkan pada pakan. Penambahan
lewat proses biodegradasi. probiotik pada pakan bisa dilakukan dengan 2 cara,
Probiotik adalah suatu produk yang yakni dengan mencampurkan pakan dengan
mengandung organisme dan substansi yang probiotik saat hendak dipakai, dan
berperan dalam keseimbangan mikroba di saluran mengintroduksikan probiotik pada saat pembuatan
pencernaan. Organisma yang dimaksudkan adalah pakan. Penambahan probiotik dengan
mikroba hidup yang menguntungkan inang karena mencampur/meredam dengan pakan saat hendak
dapat memperbaiki keseimbangan mikroba di ditebarkan, kurang efektif dari segi teknis
saluran pencernaan (Fuller 1987 dalam Mansyur, pelaksanaan, dan tidak semua mikroba bisa masuk
A.----). Syarat mikroba probiotik adalah tidak dalam pakan, sedangkan introduksi probiotik pada

163
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
pakan saat diproduksi, akan dipengaruhi viabilitas probiotik pada dadih yang dienkapsulasi dan
mikroba. Pengaruh viabilitas bakteri probiotik pada diintroduksikan pada pakan udang.
pembuatan pakan, seperti proses pemanasan,
pengeringan dan penyimpanan akan Bahan dan Metode
mempengaruhi viabiltas bakteri probiotik. Pembuatan Dadih
Cara mensiasati untuk meningkatkan Sebanyak 500ml susu Sapi segar yang
viabilitas bakteri probiotik yang diintroduksikan diambil dari peternakan di peram dalam gelas
pada pakan ikan adalah, seleksi bakteri-bakteri beaker ukuran 1000ml lalu di tutup dengan plastic
probiotik yang tahan terhadap stress lingkungan warp. Pemeraman dilakukan selama 3 hari, dan
dengan seleksi alami dan proses bioenkapsulasi. indikator adanya bakteri asam laktat adalah
Seleksi alamian bakteri terjadi pada proses adanya lapisan curd dan whey akibat koagulasi
pembuatan dadih. Dadih merupakan salah satu protein oleh asam laktat.
makanan tradisional khas Sumatra Barat yang
berpotensi sebagai produk probiotik. Ditempat Pembuatan media pertumbuhan dan Kering-beku
asalnya, dadih dibuat dari susu kerbau yang Sebanyak 50ml aqudes ditambah 1gr
difermentasi secara alami (tanpa penambahan Glukosa, 0,5g Amonium sulfat, dan 5g susu skim
starter) di dalam sepotong ruas bambu segar dicampur dalam Erlenmeyer 100ml. Medium
selama 48 jam (Harahap, A.E. 2011). Menurut kemudian di steaming selama 60 menit kemudian
Hosono dkk, (1989); Surono & Nurani (2001) dalam didinginkan. Setelah medium dingin kemudian
Pato (2003), bakteri asam laktat yang diisolasi dari diiokulasikan sebanyak 5ml whey dadih dengan
dadih antara lain Genus Lactobacillus (L brevis, L menggukan pipet steril. Medium kemudian
casei), Streptococcus (S. faecalis), Leuconostoc (L diperam pada suhu ruang, selama 12 jam. Proses
mesentroides), dan Lactococcus (L lactis, L casei). enkapsulasi dilakukan dengan memasukan
Dengan berprinsip pada pembuatan dadih, maka sebanyak 5ml sampel dalam 5ml larutan tepung
susu sapi segar bisa dimanfaatkan sebagai media tapioka 50% dalam cawan petri steril. Cawan petri
penjebak bakteri probiotik. Bakteri yang ada secara kemudian dimasukan dalam lemari pendingin dan
alami akan berkompetisi dan beradaptasi untuk dibiarkan mengering selama 24 jam lalu dikerok
mempertahankan hidupanya. Hanya bakteri yang dan dimasukan dalam botol steril.
unggul dan potensial yang bisa bertahan hidup
karena sudah melewati seleksi alami yang ketat. Pembuatan Pakan Ikan dan Intoduksi Probiotik
Bioenkapsulasi adalah Enkapsulasi pada Pakan
merupakan teknik penyalutan suatu bahan Bahan yang digunakan; Tepung Ikan 18,8%;
sehingga bahan yang disalut dapat dilindungi dari tepung kedelai 25,5%; tepung udang 35,5%, tepung
pengaruh lingkungan. Bahan penyalut disebut terigu 6,6%; minyak merah 5,8%; gelatin; 1%,
enkapsulan sedangkan yang disalut/dilindungi vitamin premix 0,7%; mineral mix 0,8% dan starter
disebut core. Enkapsulasi pada bakteri dapat probiotik 5%. Dari bahan-bahan tersebut kemudian
memberikan kondisi yang mampu melindungi dibuat 6 perlakuan yakni masing-masing ditambah;
mikroba dari pengaruh lingkungan yang tidak vitamin C dan E 9,2 tablet/kg; herbal 400mg/kg;
menguntungkan, seperti panas dan bahan kimia BHT 0,02%; Vitamin C, E dan herbal; vitamin C, E,
(Triana, E.2006). Enkapsulasi dikatakan berhasil jika Herbal dan BHT, dan kontrol. Tepung dan gelatin
bahan yang dienkapsulasi memiliki viabilitas sel dipanaskan dengan 200ml air pada suhu 800C.
yang relatif tinggi dan sifat-sifat fisiologis yang Bahan-bahan lain dicampur secara merata dan
relatif sama dengan sebelum dienkapsulasi. setelah itu dicampur dengan adonan gelatin dan
Penggunan bakteri probiotik yang tepung yang sudah dipanaskan, kemudian
terseleksi secara alami pada dadih yang kemudian dimasukan dalam penggilingan daging untuk
di enkapsulasi dan diintroduksikan pada pakan ikan dicetak menjadi pellet. Setelah pellet ikan
diharapkan mampu menambah nilai tambah pada terbentuk, lalu dikeringkan dengan cara di oven
pakan ikan. Nilai tambah tersebut antara lain; pada suhu 800C selam 12 jam. Pellet yang sudah
meningkatkan kecernaan pada ikan sehingga kering kemudian diambil sampel untuk di uji
terserap optimal dan memberikan keseimbangan viabilitasnya dan kemudian disimpan dalam
mikroba pada pakan udang. Tujuan dari penelitian lemarin pendingin selama 5 hari kemudian diambil
ini adalah untuk mengetahui viabilitas bakteri sampel lagi untuk dihitung viabilitasnya.

164
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Uji Viabilitas Enkapsulasi bakteri probiotik bertujuan
Uji viabilitas dengan metode ALT (Angka untuk melindungi bakteri dari pengaruh
Lempeng Total) dengan menggunkan PCA agar lingkungan, sehingga bakteri bertahan hidup walau
sebanyak 11,5g untuk 500ml aquades, dan dalam kondisi dorman. Keuntungan lain dari
ditambah 0,5g CaCO3. Medium kemudian di bioenkapsulasi adalah mempernjang masa simpan
sterilkan dan dituang dalam petri steril secara bakteri, karena sudah dalam bentuk kering. Uji
aseptis. Sebanyak 1g mikroba kering beku viabilitas bakteri yang sudah dienkapsulasi penting,
dilarutkan dalam 9ml larutan garam fisiologis lalu karena untuk mengetahui seberapa banyak bakteri
dilakukan beberapa seri pengenceran 103, 104, 105, yang tetap bertahan hidup.
106, 107 dan 108. Dari masing-masing pengenceran Penambahan bioenkapsulasi bakteri
kemudian diambil 1ml kemudian dituangkan probiotik pada pakan udang air tawar memiliki dua
dengan pipet steril dalam petri lalu diratakan dan tujuan. Tujuan yang pertamana adalah member
diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam. Setelah tambah nilai pakan, karena kehadiran bakteri
24 jam kemudian dihitung koloni-koloni yang probiotik dan tujuan kedua adalah diharapkan
bakteri asam laktat yang ditandai ada zona terang adanya viabilitas bakteri yang tinggi karena sudah
disekitar koloni karena ada reaksi asam laktat dikapsulasi. Dari penelitian ini diperoleh hasil
dengan CaCO3. viabilitas bakteri probiotik yang diintroduksikan
pada pakan udang masih ada bakteri yang
Hasil dan Pembahasan bertahan hidup.

Tabel 1. Viabiltas Bakteri Probiotik pada Pakan Ikan Setelah dikeringkan


(CFU.105/Gr sampel)
Penyimpanan 1* 2* 3* 4* 5* 6*
T0 48 80 109 48 57 72
28 123 97 65 62 67
24 76 88 51 49 78
jumlah 100 279 294 164 168 217
rerata 33.33333 93 98 54.66667 56 72.33333
Keterangan; 1*. Kontrol + Probiotik; 2*. Vitamin + Herbal; 3*. Herbal; 4*. Vitamin C dan E; 5*. BHT; 6*. Semua
perlakuan jadi satu, viabilitas starter probiotik: 69.108 CFU/gr

Viabilitas bakteri probiotik yang Viabilitas terendah pada perlakuan pakan


dienkapsulasi sebesar 69.108CFU/g atau lebih tinggi kontrol yakni sebesar 33,3.105CFU/g sampel pakan
dari penelitian sebelumnya dengan perlakuan udang. Viabilitas tertinggi, sebesar 98.105CFU/g
tanpa enkapsulasi yakni sebesar (6,83±0,01) x 108 sampel pakan udang terdapat pada perlakuan
CFU/g (Puspita, 2012). Tabel 1, menunjukan data pakan dengan penambahan herbal.
viabilitas bakteri probioti pada pakan udang yang
telah mengalami proses pengeringan.

Tabel 2.Viabiltas Bakteri Probiotik Setelah Penyimpanan 5 Hari (CFU.105/g sampel)


Penyimpanan 1* 2* 3* 4* 5* 6*
5 hari 34 20 49 33 18 54
28 43 45 48 24 48
32 42 40 44 25 67
jumlah 94 105 134 125 67 169
rerata 31.33333 35 44.66667 41.66667 22.33333 56.33333
Keterangan; 1*. Kontrol + Probiotik; 2*. Vitamin + Herbal; 3*. Herbal; 4*. Vitamin C dan E; 5*. BHT; 6*. Semua
perlakuan jadi satu, viabilitas starter probiotik: 69.108 CFU/g

165
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Setelah pakan disimpan selama 5 hari pada suhu viabilitas yang semula sebesar 56.105CFU/g
dingin 0-40C, terjadi penurunan viabilitas bakteri menjadi 22,3.105CFU/g. Semua perlakuan
probiotik. Pada perlakuan ke 5, yakni pakan mengalami penurunan viabilitas seperti
dengan penambahan BHT mengalami penurunan digambarkan dalam grafik 1.

Grafik 1. Penurunan Viabilitas Bakteri Probiotik

Penurunan terbesar pada perlakuan ke 2 pakan ikan. Suhu dan lama penyimpanan
yakni pakan dengan penambahan vitamin dan berpengaruh terhadap viabilitas bakteri yang
herbal, sedangkan perlakuan ke 3 dengan pakan semula 67,7.105CFU/g dan setelah penyimpanan 5
penambahan herbal. Penurunan viabilitas hari pada suhu dingin turun menjadi
perlakuan ke 2 yang semula dari 93.105CFU/g 38,2.105CFU/g.
menjadi 35.105CFU/g dan pada pakan perlakuan 3
dari 98.105CFU/g menjadi 44.105CF/g. Perlakuan Daftar Pustaka
penambahan vitamin+herbal, herbal, vitamin, BHT Harahap, A.E. 2011. Kajian Kualitas dan Kuantitas
pada awalnya mampu memberikan viabilitas Bakteri Asam Laktat Silase Ransum Komplit
dengan rerata 67,7.105CFU/g dan setelah Hasil Samping Jagung yang Dikapsulasi
penyimpanan 5 hari pada suhu dingin turun Menggunakan Bagan dan Metode Berbeda.
menjadi 38,2.105CFU/g. Agrinak vol.01 no.1 September 2011;48-51.
Penurunan viabilitas bakteri banyak Feliatra dkk.2004. Isolasi dan Identifikasi Bakteri
disebabkan karena pengaruh penyimpanan pada probiotik dari ikan Kerapu macan
suhu dingin dibandingakan dengan perlakuan (Ephinephelus fuscogatus) dalam Upaya
penambahan vitamin, herbal dan BHT. Suhu sangat Efisiensi Pakan Ikan. Jurnal Natur Indonesia
berpengaruh pada kondisi fisiologis bakteri, 6(2): 75-80
terbukti dari turunnya viabilitas sekitar 56% jika Mansyur, A dan Tangko, A.M. ----. Probiotik: untuk
direrata. Perubahan kondisi lingkungan dari Pemanfaatan Pakan Ikan Berkualitas
bakteri, yang semula dikapsulasi kemdian dikering Rendah. Balai Riset Budidaya Perikanan Air
bekukan pada suhu 40C, lalu disimpan pada suhu 1- Payau. Maros
40C, kemudian diintroduksikan pada pakan ikan Pato, U. 2003. Potensi Bakteri Asam Laktat yang
dan mengalami pengeringan pada suhu 800C diisolasi dari Dadih untuk Menurunkan
selama 12 jam. Setelah dikeringkan kemudian Resiko Penyakit kangker. Jurnal Natur 6(2) l:
disimpan kembali dengan suhu 1-40C. Perubahan 162-166
suhu yang mendadak ekstrim membuat daya tahan Puspita, dkk. 2012. Viabilitas Keringan Beku
bakteri menurun sehingga banyak yang tidak tahan Bakteri Asam Laktat untuk Inokulan Probiotik
dan terjadi penurunan viabilitas. Pakan Ikan. Prosiding Seminar Masyarakat
Aqua Kultur Indonesia. Semarang
Kesimpulan Triana, E. 2006. Uji Viabilitas Lactobacillus sp. Mar
Penambahan vitamin, herbal dan BHT tidak 8 Terenkapsulasi. Biodiversitas vol.7 no.2 hal;
berpengaruh terhadap viabilitas bakteri probiotik 114-117
yang dienkapsulasi yang diintroduksikan pada

166
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah

PENYUSUNAN DAN ANALISIS TES


KETERAMPILAN GENERIK SAINS (KGS) MAHASISWA CALON GURU

Kistiono 1) Andi Suhandi 2)


1
) Program Studi Fisika FKIP Universitas Sriwijaya
2
)Jurusan Pendidikan FMIPA UPI Bandung

Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengkonstruk dan menganalisis tes keterampilan generik sains (KGS) yang meliputi
indikator : (1) Pengamatan tidak langsung, (2) Bahasa simbolik, (3) Kerangka logika taat azas, (4) Inferensi
logika, (5) Hukum sebab akibat, (6) Pemodelan matematik dan (7) Membangun konsep terkait materi
perkuliahan Fisika Dasar. Penyusunan tes ini dilakukan dalam rangka penyusunan instrumen pengukur KGS
untuk keperluan penelitian tentang pengembangan model praktikum berbasis fenomena alam (PBFA) untuk
meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains (KGS) mahasiswa calon guru.. Analisis tes
dilakukan melalui pertimbangan (judgement) pakar untuk melihat validitas item tes dan uji coba tes untuk
melihat reliabilitas tes, daya pembeda tiap butir item tes dan tingkat kesukaran tiap butir item tes. Uji coba tes
dilakukan terhadap 25 mahasiswa calon guru pada FKIP salah satu Universitas di Sumatera Selatan yang
dipilih secara random. Hasil pertimbangan pakar menunjukkan bahwa butir-butir item tes keterampilan
generik sain telah sesuai dengan konten materi ajar fisika dasar dan indicator KGS yang akan diukur, dengan
demikian tes ini telah memenuhi validitas isi, namun demikian dari segi redaksional masih ada yang perlu
diperbaiki. Hasil analisis data uji coba tes menunjukkan bahwa tes yang dikonstruk memiliki reliabilitas yang
tinggi ditandai oleh koefisien reliabilitas tes sebesar 0,78. Dari keseluruhan item tes KGS yang dikonstruk,
terdapat dapat 15 item (47 %) yang memiliki daya pembeda dengan kategori sangat baik, , 10 item (31 %)
mempunyai daya pembeda dalam katagori baik, dan 7 item (22 %) memiliki daya pembeda dengan kategori
tidak baik. Seluruh item tes KGS yang disusun memiliki tingkat kesukaran dalam kategori sedang. Berdasarkan
pertimbanagan pakar dan data hasil uji coba tes, maka jumlah item tes yang layak digunakan untuk
kepentingan pengukuran KGS dalam suatu proses perkuliahan berjumlah 25 item dari 32 item yang disusun.

Kata kunci: Tes KGS, Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran.

PENDAHULUAN sepanjang hayat (life-long learning). Keterampilan


generik berlaku umum untuk semua lulusan, bukan
Evaluasi dan Asesmen merupakan satu spesifik milik bidang studi tertentu. Keterampilan
kesatuan yang tak terpisahkan dari keseluruhan ini dapat ditransfer mengacu pada keterampilan
proses pembelajaran. Evaluasi dan Asesmen yang dikembangkan pada satu bidang (area)
berfungsi baik sebagai alat ukur kompetensi yang tertentu berfungsi sebagai dasar untuk adaptasi
dicapai dari suatu pembelajaran yang dapat dan perkembangan ketika ditransfer ke bidang
digunakan sebagai feedback untuk perbaikan (area) lain. Keterampilan generik secara
proses pembelajaran maupun untuk menentukan fundamental berguna untuk membantu peserta
prestasi yang dicapai mahasiswa. Dari sekian didik belajar bagaimana belajar. Kketerampilan ini
kompetensi yang harus dikembangkan dalam dikembangkan melalui pembelajaran dan
perkuliahan Fisika Dasar adalah Keterampilan pengajaran dalam konteks subjek dan area yang
Generik Sains (KGS). Menurut Yeung (dalam berbeda, dan dapat ditransfer ke dalam situasi
Generic Capabilities for Lifelong Education, (2007), pembelajaran yang berbeda.
keterampilan generik merupakan keterampilan Menurut NCVER (2003), dibeberapa negara
yang bermanfaat dan penting untuk semua lulusan (Inggris, Selandia Baru, Australia, Kanada, Amerika
perguruan tinggi, keterampilan generik relevan, Serikat, Singapura, Prancis, Jerman, Switzerlan, dan
berguna, dan menjadi penyokong pendidikan dan Denmak) istilah keterampilan generik mempunyai
menjadi dasar untuk mendukung pembelajaran istilah dan komponen-komponen yang berbeda-

167
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
beda, namun demikian istilah keterampilan dalam pendidikan selanjutnya dan dalam
generik secara umum merupakan keterampilan inti kehidupan kehidupan dewasa yang lebih umum.
atau kompetetensi kunci. Kompetensi kunci adalah Dalam pembelajaran Fisika sebagai bagian
kompetensi penting untuk berpartisipasi efektif sains, menurut Brotosiswoyo (2000) ada 9
dalam menimbulkan pola dan organisasi kerja. keterampilan generik yang dapat dikembangkan
Keterampilan kunci memfokuskan pada kapasitas yaitu: (1) Pengamatan langsung, (2) Pengamatan
untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan tidak langsung, (3) Kesadaran tentang skala
dalam suatu cara yang terintegrasi dalam situasi besaran, (4) Bahasa simbolik, (5) Kerangkan logika
perkerjaan. Kompetensi kunci adalah umum dalam taat azas dari hukum alam, (6) Inferensi logika, (7)
penerapan di tempat kerja, biasanya menjadi Hukum sebab akibat, (8) Pemodelan matematik
spesifik untuk pekerjaaan dan industri tertentu. dan (9) Membangun konsep, sembilan jenis
Karakteristik ini berarti bahwa kompetensi kunci keterampilan generik yang dapat dikembangkan
tidak hanya berperan penting dalam pekerjaan, dalam pembelajaran sains fisika masing-masing
tetapi juga penting dalam berpartisipasi aktif didefinikan dan mempunyai indikator seperi
ditunjukan pada tabel 1.

Tabel 1. Indikator-indikator KGS menurut Brotosiswoyo


Keterampilan
N0 Generik Definisi Indikator
Sains
1 Pengamatan Mengamati objek secara langsung Menggunakan sebanyak mungkin indera dalam
langsung dengan menggunakan alat indera mengamati percobaan/fenomena alam
penglihatan Mengumpulkan fakta-fakta hasil percobaan atau
fenomena alam
Mencari perbedaan dan persamaan
2 Pengamatan Pengamatan terhadap objek-objek yang Menggunakan alat ukur sebagai alat bantu indera
tidak tak dapat dilihat atau didengar, atau dalam mengamati percobaan/gejala alam
langsung dicium atau mengadakan pengamatan
terhadap objek dengan menggunakan
alat bantu karena keterbatasan alat
inderaia manusia.
3 Kesadaran Penggunaan besaran-besaran dari skala Menyadari objek-objek alam dan kepekaan yang
tentang skala kecil sampai skala yang sangat besar tinggi terhadap skala numerik sebagai
besaran (missal, skala jagat raya), baik besaran/ukuran skala mikroskopis ataupun
menyangkut jarak maupun dalam hal makroskopis
jumlah benda
4 Bahasa Mengungkap gejala-gejala alam yang Memahami simbol, lambang dan istilah
simbolik tidak dapat diungkapkan dengan Memahami makna kuantitatif satuan dan
bahasa sehari-hari khususnya yang besaran dari suatu persamaan
diungkapkan secara kuantitatif. Sifat Menggunakan aturan matematis untuk
kuantitatif dari gejala memerlukan memecahkan masalah/fenomena gejala alam
pengungkapan secara simbolik. Membaca suatu grafik/diagram, tabel, serta tanda
Misalnya gerak benda dalam mekanika, matematis.
termodinamika dan elektrodinamika
diungkapkan dalam persamaan
diferensial.
5 Kerangka Pengamatan terhadap suatu gejala Menemukan pola keteraturan sebuah fenomena
logika taat alam/besaran yang dijelaskan melalui alam/peristiwa.
asas hukum-hukum dan kemudian membuat Menemukan perbedaan atau mengontraskan
hubungan antara hukum-hukum itu ciri/sifat fisik.
agar memenuhi taat asas Mengungkapakan dasar penggolongan atas suatu
objek/peristiwa

168
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
6 Inferensi Penggunaan logika untuk melahirkan Menarik kesimpulan secara induktif setelah
logis hukum-hukum melalui inferensia logika percobaan atau pengamatan gejala alam
dan mempunyai konsekuensi- Mencari keteraturan sifat fisika tertentu
konsekuensi logis dalam pemikiran dan
Hasil-hasil inferensi logika dapat
dibuktikan secara meyakinkan melalui
percobaan-percobaan
7 Hukum sebab Rangkaian hubungan antara berbagai Menyatakan hubungan antar 2 variabel atau
akibat faktor dari gejala yang diamati yang lebih dalam suatu gejala alam tertentu
menunjukan hubungan sebab akibat Memperkirakan penyebab dan akibat gejala
alam/peristiwa kimia.
8 Pemodelan Penggunaan Mengungkap gejala alam/reaksi kimia dengan
matematis hubungan.model/persamaan sketsa gambar atau grafik dalam bidang
matematik untuk menjelaskan kimia
hubungan-hubungan yang diamati agar Memaknai arti fisik/kimia suatu sketsa
dapat diprediksikan dengan tepat gambar, fenomena alam dalam bentuk rumus.
bagaimana kecendrungan hubungan
atau perubahan suatu fenomena alam.

9 Membangun Untuk membangun suatu konsep guna Mengajukan prediksi gejala alam/peristiwa yang
konsep menjelaskan gejala alam yang sulit belum terjadi berdasarkan fakta/hukum
dipahami dengan menggunakan bahasa terdahulu.
sehari-hari, misalnya konsep energi, Menerapkan konsep untuk menjelaskan peristiwa
konsep entropi, konsep momentum, tertentu untuk mencapai kebenaran ilmiah.
konsep gaya dan sebagainya. Menarik kesimpulan dari suatu gejala/peristiwa
kimia berdasarkan hukum-hukum terdahulu.

Lebih lanjut ditegaskan pula bahwa, keterampilan METODE ANALISIS


generik sains merupakan kemampuan berfikir dan Uji coba tes KGS dilakukan terhadap
bertindak peserta didik berdasarkan pengetahuan mahasiswa calon guru fisika pada FKIP salah satu
sains yang dimilikinya. Universitas di Sumatera Selatan dengan jumlah
Pada penelitian ini penulis responden sebanyak 25 orang yang dipilih secara
mengembangkan tes KGS untuk mengukur random. Proses Analisis tes dilakukan melalui
keterampilan generik sains mahasiswa dalam pertimbangan (judgement) pakar untuk menilai
rangka penerapan model praktikum berbasis validitas item tes dan uji coba tes untuk
fenomena alam (PBFA), yaitu model praktikum menganalisis reliabilitas tes, Pertimbangan
baru yang disusun dalam rangka pengambangan (judgement) dilakukan oleh tiga orang pakar dari
model-model praktikum baru yang inovatif untuk sebuah LPTK negeri di Jawa Barat. Pertimbangan
perkuliahan Fisika Dasar. Model Praktikum ini pakar dilakukan untuk menelaah kesesuaian butir
didesain salah satunya untuk mengembangkan soal dengan cakupan materi ajar serta indikator
Keterampilan Generik sains mahasiswa sebagai keterampilan generik sains yang diukur. Terdapat 7
calon guru Fisika. indikator KGS yang diukur dalam tes ini yaitu: (1)
Menurut Brotosiswoyo (2000) Pengamatan tidak langsung, (2) Bahasa simbolik,
Keterampilan generik sains (KGS) mahasiswa dapat (3) Kerangkan logika taat azas, (4) Inferensi logika,
dilatihkan melalui kegiatan praktikum yang (5) Hukum sebab akibat, (6) Pemodelan matematik
berorientasi pada penemuan dan berlandaskan dan (7) Membangun konsep. Tabel 2 menunjukkan
faham konstruktivisme. matriks nomor soal untuk tiap indikator KGS.

169
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Tabel 2. Matriks nomor soal untuk tiap indikator KGS
No Indikator KGS Jumlah Soal Nomor Soal
1 Pengamatan Tak Langsung 4 1-4
2 Bahasa Simbolik 6 5-10
3 Kerangka Logika Taat Azas 5 11-15
4 Inferensi Logika 4 16-19
5 Hukum Sebab Akibat 6 20-25
6 Pemodelan Matematika 4 26-29
7 Membangun Konsep 3 30-32

Beberapa contoh soal tes KGS dapat dilihat pada yang menjawab soal dengan benar dan PB adalah
bagian Apendiks. proporsi kelompok bawah yang menjawab soal
Analisis reliabilitas tes dilakukan dengan dengan benar. Untu menentukan katagori dari
metode test-retest yaitu penyelenggaraan tes koefisien daya pembeda item tes digunakan
yang berulang beda waktu terhadap responden kriteria sebagai berikut :
yang sama. Untuk menghitung koefisien reliabilitas bila 0,00 < D < 0,19 maka item tes memiliki daya
tes digunakan perssamaan korelasi Product beda dalam katagori sangat jelek,
Moment Pearson seperti berikut : (Arikunto, 2008). bila 0,20 < D < 0,39 maka item tes memiliki daya
beda dalam katagori jelek,
bila 0,40 < D < 0,69 maka item tes memiliki daya
Disini = koefesien korelasi antara variabel X dan beda dalam katagori baik,
bila 0,70 < D < 1,00 maka item tes memiliki daya
variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan, X beda dalam katagori sangat baik
adalah skor total tes pertama, Y adalah skor total Analisis tingkat kesukaran item tes
tes kedua, dan N adalah jumlah mahasiswa. Untuk dilakukan dengan cara menghitung besarnya
menentukan kategori dari koefisien reliabilitas tes indeks tingkat kesukaran (P), dengan persamaan
digunakan kriteria sebagai berikut : sebagai berikut : (Arikunto, 2008)
bila 0,81 sd 1,00 maka reliabilitas tes termasuk
katagori sangat tinggi,
bila 0,61 sd 0,80 maka reliabilitas tes termasuk Di sini P adalah indeks kesukaran, B adalah
katagori tinggi, banyak mahasiswa yang menjawab soal dengan
bila 0,41 sd 0,60 maka reliabilitas tes termasuk benar dan JS adalah jumlah seluruh mahasiswa
katagori cukup, peserta tes. Untuk menentukan kategori dari
bila 0,21 sd 0,40 maka reliabilitas tes termasuk indeks tingkat kesukaran soal digunakan kriteria
katagori rendah, sebagai berikut :
bila 0,00 sd 0,21 maka reliabilitas tes termasuk bila P ≤ 0,3, maka item tes memiliki tingkat
katagori sangat rendah. kesukaran dalam katagori sukar,
Analisis daya pembeda item tes dilakukan bila 0,31< P ≤ 0,7, maka item tes memiliki tingkat
dengan cara menghitung koefisien daya pembeda kesukaran dalam katagori sedang
dengan menggunakan persamaan seperti berikut : bila 0,7 < P ≤ 1,0, maka item tes memiliki tingkat
(Arikunto, 2008) kesukaran dalam katagori mudah
,
HASIL DAN PEMBAHASAN
Disini D adalah koefisien daya pembeda, JA adalah Hasil pertimbangan (judgement) ketiga
banyaknya peserta tes dari kelompok atas, JB pakar menunjukan bahwa butir-butir item tes KGS
adalah banyaknya peserta tes dari kelompok yang disusun telah sesuai dengan cakupan konten
bawah, BA adaalah banyaknya kelompok atas yang materi ajar fisika dasar dan indikator-indikator KGS
menjawab soal dengan benar, dan BB adalah yang diukur. Dengan demikian seluruh item tes
banyaknya kelompok bawah yang menjawabsoal KGS ini telah memenuhi validitas isi, namun
dengan benar. PA adalah proporsi kelompok atas demikian dari segi redaksional masih ada yang
170
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
perlu direvisi beberapa. Hasil analisis data uji coba Berdasarkan hasil analisis data tersebut di
tes menunjukkan bahwa tes yang disusun memiliki atas, maka tes KGS yang disusun merupakan
koefisien reliabilitas sebesar 0,78, hal ini instrumen yang memiliki keajegan tinggi artinya tes
menunjukkan bahwa tes KGS yang disusun tersebut akan dapat menghasilkan skor yang tetap
memiliki reliabilitas dengan kategori tinggi. jika di teskan pada waktu yang berbeda. Namun
Hasil analisis daya pembeda soal demikian tidak semua item tes memenuhi kriteria
menunjukkan bahwa terdapat 15 item (47 %) item yang baik, hanya 78 % (25 item) yang layak
dengan kategori sangat baik, yaitu nomor item tes digunakan untuk mengukur keterampilan generik
3, 7, 9, 11, 15, 16, 17, 20, 21, 25, 26, 27, 29, 30, sains mahasiswa. Sisanya 22% (7 item) memiliki
31, 10 item tes (31 %) memiliki daya pembeda kualitas yang jelek karena memiliki daya beda yang
dengan kategori baik, yaitu item tes nomor 1, 2, 4, jelek artinya tidak mampu membedakan antara
5, 8, 10, 12, 13, 14, 19, dan terdapat 7 item tes (22 mahasiswa kelompok atas dan mahasiswa
%) memiliki daya pembeda dengan kategori jelek, kelompok bawah. Dengan memperhatikan hasil
yaitu item tes nomor 6, 18, 22, 23, 24, 28, 32. analisis data uji coba tes, maka komposisi item tes
Hasil analisis tingkat kesukaran soal yang layak digunakan dalam pengukuran dapat
menunjukkan bahwa seluruh ietm tes yang disusun dilihat pada tabel 3.
memiliki indeks tingkat kesukaran dengan kategori
sedang.
Tabel 3
Komposisi jumlah soal yang layak digunakan untuk setiap indikator KGS

Jumlah item
Indikator KGS Keterangan
Disusum Layak digunakan
Pengamatan tak 4 (1 - 4) 4(1- 4) Semua item berkualitas baik
langsung
Kerangka Logika Taat 6 (5 – 10) 5(5, 7, 8, 9, 10) No item tet no 6,8 memiliki daya beda yang
Azas jelek
Hukum Sebab Akibat 5 (11 - 15) 5 (11-15) Semua item berkualitas baik
Inferensi Logis 4 (16 - 19) 3(16, 17, 19) No item 18 memiliki daya beda yang jelek
Indikator Bahasa 6 (20 - 25) 3(20, 21, 25) No item tes 22, 23 dan 24 memiliki daya beda
Simbolis yang jelek
Membangun Konsep 4 (26 - 29) 3(26, 27, 29) No item tes 28 mempunyai daya beda yang
jelek
Pemodelan 3 (30 sd 32) 2(20, 31) No item tes 32 mempunyai daya beda yang
Matematis jelek
Jumlah 32 25

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI uji coba tes, maka jumlah item tes yang layak
Kesimpulan digunakan untuk kepentingan pengukuran KGS
Hasil analisis data uji coba tes dalam suatu proses perkuliahan berjumlah 25 item
menunjukkan bahwa tes yang dikonstruk memiliki dari 32 item yang disusun.
reliabilitas yang tinggi ditandai oleh koefisien
reliabilitas tes sebesar 0,78. Dari keseluruhan item Rekomendasi
tes KGS yang dikonstruk, terdapat dapat 15 item Atas dasar kesimpulan yang didapat, tes
(47 %) yang memiliki daya pembeda dengan keterampilan generik sains (KGS) yang disusun
kategori sangat baik, 10 item (31 %) mempunyai layak digunakan untuk mengukur keterampilan
daya pembeda dalam katagori baik, dan 7 item (22 generik sains mahasiswa terkait materi Fisika Dasar
%) memiliki daya pembeda dengan kategori tidak sebagai salah satu kompetensi yang harus
baik. Seluruh item tes KGS yang disusun memiliki dikembangkan dan dievaluasi dalam proses
tingkat kesukaran dalam kategori sedang. perkuliahan Fisika Dasar.
Berdasarkan pertimbanagan pakar dan data hasil
171
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
DAFTAR PUSTAKA e. Jawaban b dan d benar
Arikunto.S. 2008. Dasar-Dasar evaluasi Pendidikan.
Bumi Aksara. Jakarta 7. Perhatikan Gambar fenomena di bawah ini. Dua
NCVER (National Centre for Vocacional Education benda A dan B yang massanya masing-masing 30 kg
dan 20 kg terletak di atas landasan mendatar yang
Research). 2003. Fostering
sangat licin, dimana satu sama lain dihubungkan
Generic skill in VET program and dengan tali. Benda B dihubungkan dengan tali pada
workplace. NCVER, Adelaide. Tersedia beban gantung C yang massanya 2 kg.
pada A B
www.ncver.edu.au/research/proj/nr2102 T T
b.pdf .
Suprapto. B. (2000). Hakikat Pembelajaran MIPA
(Fisika) di Perguruan Tinggi. Proyek
T
Pengembangan Universitas Terbuka
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Jakarta : Depdiknas C
Yeung, A. S., Ng, Chistina, Liu, W, P. (2007). Generic
Capabilities for Lifelong Education:
Conceptualization and Construct Validity. Berdasarkan persaan hukum gerak benda yang berlaku,
Australian Association for Research in maka menurut logika anda apakah kedua benda akan
Education, Fremantle, November 2007. tertarik oleh beban gantung dan bergerak ke arah kanan ?
a. Tidak karena massa A dan B terlalu besar
b. Tidak karena gaya tarik beban lebih kecil dari
berat benda A dan B
Apendiks c. Tidak karena berat beban gantung jauh lebih kecil
dari berat benda A dan B
Proses pergerakan dua benda (A dan B) dalam bidang
datar lurus di laboratorium diamati secara tidak d. Ya, karena landasan licin
langsung menggunakan sistem tiker timer. Jejak e. Ya, karena tidak ada gaya yang menarik benda A
pergerakan kedua benda tersebut tergambar berupa dan B yang berlawanan dengan gaya tarik C
jejak titik-titik pada kertas yang menggambarkan posisi
kedua benda setiap saat, seperti pada gambar di bawah
ini : 8. Perhatikan Gambar sistem benda di bawah ini. Dua
buah benda P dan Q yang massanya masing-
Benda A masing 20 kg dan 12 kg satu sama lain
dihubungkan dengan seutas tali. Benda A terletak
Benda B di bidang miring yang licin sedangkan benda B
tergantung. Menurut logika anda ke arah mana
sistem benda akan bergerak ?
Ke arah kiri karena massa P lebih besar dari
1. Berdasarkan gambaran jejak pergerakan kedua massa Q
benda maka perbedaan gerak benda A dan benda B a. Ke arah kiri karena gaya berat P lebih besar dari
terletak pada ...... gaya berat Q
a. Kecepatan kedua benda d. Benda A ber- b. Sintem diam karena resultan gaya nol
GLB sedangkan benda A ber-GLBB c. Ke kanan karena resultan gaya mengarah ke
b. Percepatan kedua benda e. Benda A ber- kanan
GLBB sedangkan benda B ber-GLB d. Ke kanan karena percepatan Q lebih besar dari
c. Arah gerak kedua benda percepatan P

2. Berdasarkan gambaran jejak pergerakan kedua 13. Massa jenis air laut lebih besar dari massa jenis air
benda maka persamaan gerak benda A dan benda B danau. Sebuah perahu sampan ketika diapungkan
terletak pada ...... di permukaan danau ternyata tinggi bagian perahu
a. Kecepatan kedua benda yang terendam air sekitar 40 cm. Apakah yang
b. Percapatan kedua benda, yaitu nol akan terjadi jika perahu tersebut diapungkan di
c. Kedua benda bergerak secara GLBB permukaan laut ?
d. Kedua benda bergerak secara GLB a. Bagian perahu yang terendam air lebih dari 40
cm
172
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
b. Bagian perahu yang terendam tetap 40 cm
c. Perahu akan langsung terbalik miring
d. Bagian perahu yang terendam air kurang dari
40 cm
e. Perahu akan tenggelam

14. Penyebab sebatang kayu dapat terapung di air


adalah ......
a. Massa jenis kayu lebih kecil dari massa jenis air
b. Massa kayu lebih kecil dari massa air
c. Berat kayu lebih kecil dari gaya apung
d. Adanya tegangan permukaan air
e. Gaya apung yang timbul akibat kayu tercelup
sebagian kedalam air dapat mengimbangi
berat kayu

18. Sebuah benda ketika dicemplungkan ke dalam


suatu zat cair, ternyata keadaan benda tersebut
melayang. Ketika kemudian zat cait tersebut
suhunya dinaikkan ternyata benda tersebut turun
dan tenggelam di dasar zat cair. Hal ini
menunjukkan bahwa......
a. Peningkatan suhu zat cair dapat memperkecil
volume benda
b. Peningkatan suhu zat cair berarti memperbesar
massa jenis cairan
c. Peningkatan suhu zat cair berarti memperbesar
massa cairan
d. Peningkatan suhu zat cair berarti memperbesar
berat benda
e. Peningkatan suhu zat cair berarti memperkecil
massa jenis cairan

21. Besaran konstanta pegas memiliki satuan N/m,


simbol satuan ini menunjukkan ......
a. Tingkat kemudahan suatu pegas meregang
ketika dikenai gaya
b. Tingkat kesukaran suatu pegas meregang ketika
dikenai gaya
c. Tingkat kekakuan suatu pegas
d. Tingkat kelenturan suatu pegas
e. a dan c benar

22. Sebuah benda yang bergerak dibawah pengaruh


gaya dorong tertentu mengalami percepatan
2
sebesar 10 m/s . Hal ini memiliki arti ....
a. Benda mengalami perpindahan 10 m tiap
detiknya
b. Benda mengalami perpindahan 100 m tiap
detik
c. Gaya yang bekerja pada benda adalah 10 N
d. Terjadi perubahan kecepatan benda sebesar 10
m/s tiap detiknya
e. Terjadi perubahan kecepatan benda 100 m/s
tiap detiknya

173
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah

PEMBEKALAN KEMAMPUAN METAKOGNISI CALON GURU MELALUI IMPLEMENTASI


PRAKTIKUM OPEN- ENDEED PADA MATERI SPEKTROMETRI

Sri Haryani*)
*) Jurusan Kimia, FMIPA UNNES

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk membekali kemampuan metakognisi mahasiswa calon guru kimia melalui
penerapan praktikum open endeed pada materi spektrometri. Praktikum open- endeed dilakukan melalui
penerapan pembelajaran berbasis masalah pada perkuliahan Praktikum Kimia Analitik Instrumen (PPKI).
Metode kuasi eksperimen dengan desain pretest – postest control group digunakan dalam penelitian ini
dengan subyek penelitian 35 orang mahasiswa sebagai kelompok kontrol dan 30 orang mahasiswa sebagai
kelompok eksperimen. Instrumen untuk mengukur metakognisi menggunakan tes bentuk uraian dan
kuesioner sebagai data penunjang. Peningkatan tes metakognisi berbasis konten dianalisis berdasarkan
perbandingan nilai gain yang dinormalisasi (N-gain), sedangkan kuesioner dianalisis secara deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa % N- gain metakognisi untuk kelompok kontrol dan eksperimen masing-
masing adalah dan 29,73% dan 55,26%. Temuan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa praktikum
open-endeed pada materi spektrometri mampu membangun metakognisi mahasiswa calon guru serta
mahasiswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran yang diimplementasikan.

Kata kunci: praktikum open-endeed, metakognisi, spektrometri, praktikum kimia analitik instrumen

Pendahuluan pembelajaran oleh dosen akan mempunyai


Penyelenggaraan praktikum di Lembaga dampak tersebarluaskan (trickle down effect).
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) khususnya Di Indonesia, dengan adanya UU No.14
juga di perguruan tinggi lain umumnya tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, secara formal
dilaksanakan dengan panduan model resep yang guru telah diakui sebagai tenaga profesional
bersifat verifikasi, sehingga kurang memberikan dengan konsekuensi harus memiliki kompetensi-
kesempatan untuk melakukan investigasi serta kompetensi stándar, sehingga mampu melakukan
kurang optimal mengembangkan kreativitas tugas yang menghasilkan produk standar.
(Corebama, 1999). Permasalahan praktikum kimia Kompetensi ini dielaborasi lebih lanjut dalam
dengan panduan yang bersifat verifikatif juga Permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang
menjadi perhatian para peneliti seperti Eggleston standar proses, bahwa dalam kegiatan elaborasi,
dan Leonard (McComas, 2005); Pasha (2006); dosen memberikan kesempatan kepada peserta
Adami (2006); dan Amarasiriwardena (2007). Para didik untuk dapat memahami, merancang,
peneliti tersebut berpendapat bahwa hasil belajar memecahkan masalah, mengetahui bagaimana
praktikum semestinya di samping meningkatkan cara dan mengapa melakukan, memonitor,
pemahaman konsep, serta mengembangkan mengevaluasi, dan mengembangkan pemahaman
keterampilan dasar melakukan eksperimen, juga konsepnya. Standar tersebut menunjukkan
mengembangkan kemampuan pemecahan pentingnya kemampuan metakognisi
masalah. Dosen LPTK sebagai salah satu yang dikembangkan. Meskipun bukan suatu tuntutan
berperan dalam meningkatkan mutu pendidikan utama tetapi kemampuanan metakognisi
calon guru, dituntut untuk dapat memadukan nampaknya perlu dilatihkan dan dikembangkan
pengetahuan konten dan pengetahuan pedagogis kepada peserta didik (Anderson 2001, Mc Gregor,
(pedagogical conten knowledge (PCK)) dalam 2007). Praktikum yang direncanakan dengan baik
pembelajaran, karena menurut (McDermott (1990) dapat mengembangkan metakognisi peserta didik,
terwujudnya proses pembelajaran yang berkualitas karena selama praktikum mahasiswa melakukan
sangat tergantung pada kualitas dalam penelitian terbuka yang menyatukan strategi-
mempersiapkan calon guru, sehingga strategi yang dikenal dalam literatur sebagai

174
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
penyebar metakognisi (Kipnis & Hofstein, Brawn dalam Marzano et al., (1988) termasuk
2007,Haryani, 2011). dalam aktivitas metakognisi.
Pengembangan metakognisi ini penting Keunggulan metode Pembelajaran berbasis
dilakukan, karena pengetahuan mahasiswa tentang masalah dalam pembelajaran adalah adanya
proses kognisi dapat membimbing mereka dalam pengalaman untuk memecahkan masalah yang
menyusun lingkungan belajar dan dalam memilih autentik dan dilakukan secara kolaboratif. Dengan
strategi-stategi untuk memperbaiki kinerja kognitif memberikan tugas yang menantang dan menarik
pada masa yang akan datang (Hollingword, 2002). pada pembelajaran berbasis masalah
Hal senada dikatakan Samson (dalam Cooper 2008) menyebabkan mahasiswa belajar untuk
bahwa metakognisi merupakan kunci agar menyelesaikan masalah dan mahasiswa akan
pembelajaran dalam pendidikan kimia lebih memperoleh pengetahuan gabungan dari yang lain
bermakna, dan bertahan lama. Selanjutnya Kipnis untuk menyelesaikan bagian-bagian masalah.
(2007) menyatakan sebagaimana berpikir tingkat Pembelajaran seperti ini akan lebih mendalam dan
tinggi lainnya metakognisi peserta didik dewasa ini lebih berarti serta lebih lama diingat, karena
belum banyak diberdayakan secara sengaja dalam pengetahuan mereka dikonstruk oleh mereka
proses pembelajaran di sekolah pada hal sendiri dalam suatu konteks dan dalam merespon
metakognisi merupakan suatu komponen penting untuk memenuhi kebutuhan (Ram, 1999; dan
dalam pembelajaran sains mendatang, karena di Akınoglu, 2007). Zhang (2002) telah menerapkan
samping membentuk siswa yang mandiri juga pola pembelajaran berbasis masalah di perkuliahan
mampu meningkatkan pemahaman dalam belajar, Analisis Instrumental di Ocean University of China,
serta siswa akan dapat meregulasi diri sendiri sementara Yuzhi (2003) menggunakan
selama perencanaan, pengarahan, dan evaluasi pembelajaran berbasis masalah untuk
dalam suatu tugas. penyelesaian proyek besar sepanjang satu
Hollingword (2002) serta Livingston (1997) semester.
menyatakan, sebagaimana keterampilan maka Berdasarkan argumen yang telah diuraikan
metakognisi akan berhasil jika dikembangkan maka dirasakan perlunya untuk meneliti
melalui latihan, mahasiswa perlu dibekali belajar bagaiamana strategi untuk membekali kemampuan
memecahkan masalah yakni belajar bagaimana metakognisi bagi mahasiswa calon guru melalui
caranya belajar yang mampu mengembangkan rumpun mata kuliah kimia analitik yang berdampak
sekaligus melatihkan metakognisi. Pembelajaran pada penguasaan konsepnya melalui strategi
berbasis masalah memberikan lingkungan pembelajaran yang tepat. Adapun strategi
pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan intruksional yang diharapakan sejalan dengan
metakognisi siswa. Masalah yang diterapkan dalam tujuan tersebut dan sesuai dengan karateristik ilmu
pembelajaran berbasis masalah adalah masalah Kimia Analitik yaitu pembelajaran berbasis
tidak terstruktur (ill-structured), terbuka (open masalah (PBM). Materi spktrometri UV-Vis dipilih
ended), atau ambigu (ambiguous) (Fogartty, 1997). dalam penelitian ini karena diantara materi
Proses dalam pembelajaran berbasis masalah lainnya, spektrometri UV-Vis paling dekat dengan
meminta strategi yang mengarahkan tujuan dan materi kimia di SMA, yaitu struktur atom, sistem
mengarahkan diri, selagi siswa dipengaruhi dalam periodik, dan larutan. Sebagaiman telah diuraikan
suatu konteks masalah yang dihadapi (Samford, sebelumnya terkait pentingnya metakognisi
2003). Menurut Tan (2004) penggunaan dikembangkan bagi peserta didik, sebagai calon
lingkungan belajar yang menantang seperti dalam guru kelak mereka juga harus mampu menjadi
pembelajaran berbasis masalah mendorong model untuk menentukan lingkungan
peserta didik untuk bertanya, mampu mengatasi pembelajarannya. Di samping itu guru juga harus
ketakutan berbuat salah, serta memberi mampu memonitor bagaimana pertemuan kelas
kesempatan untuk mengambil inisiatif dalam akan dibawa, menentukan apa yang dilakukan dan
mengatasi tugas dan bekerjasama. Pada saat siswa tidak dilakukan, serta bagaimana mengubah
mengatasi suatu masalah dalam pembelajaran kondisi tersebut untuk materi yang berbeda.
berbasis masalah, maka siswa harus berusaha Dengan demikian guru juga terlibat dalam
untuk merencanakan, mengevaluasi, dan mengatur metakognisinya sendiri (Stepien, dalam Weinert &
penggunaan strateginya, yang ketiganya menurut Kluwe, 1993). Membangun metakognisi calon guru
melalui praktikum dipandang potensial untuk

175
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
dilakukan karena sekitar 80% perkuliahan sains namun juga dapat berasal dari mahasiswa setelah
kimia di LPTK disertai praktikum. dikonsultasikan dengan dosen. Masalah yang
berasal dari dosen adalah:
Metode Penelitian (1) Perkembangan penduduk dunia yang pesat
Metode kuasi eksperimen dengan desain dengan segala aktifitasnya menyebabkan
pretest – postest control group digunakan dalam beban danau dan sungai melebihi
penelitian ini, dan perbedaan antara tes awal dan kemampuannya untuk membersihkan diri.
tes akhir diasumsikan sebagai efek perlakuan. Kelas Senyawa fosfor dan nitrogen yang digunakan
eksperimen diberi perlakuan berupa pembelajaran dalam deterjen dan pupuk sintetis dapat
praktikum Kimia Analitik Instrumen berbasis menyebabkan eutrofikasi. Kit analisis praktis
masalah, sedangkan pembelajaran di kelas kontrol banyak digunakan yang didasarkan metode
berupa praktikum di laboratorium dengan kolorimetri maupun spektrofotometri. Kit
prosedur praktikum yang sudah baku. Perbedaan analisis sederhana, bahannya mudah di dapat,
antara tes awal dan tes akhir diasumsikan sebagai harganya murah, efisien penggunaannya,
efek dari perlakuan. Penelitian dilakukan di Jurusan serta pereaksinya stabil merupakan kit yang
Kimia FMIPA salah satu LPTK negeri di Jawa sangat dibutuhkan terutama dimanfaatkan
Tengah, dengan subyek penelitian mahasiswa jika sampel air cukup jauh lokasinya dari
Prodi Pendidikan Kimia yang mengontrak mata laboratorium.
Kuliah Kimia Analitik Instrumen (KAI) Tahun (2) Beberapa indikator asam basa yang kita kenal
Akademik 2011/2012. seperti phenol phtalein (p.p), methyl red (m.r),
Data yang diperoleh terdiri atas data dan methyl orange (m.o), masing-masing
kualitatif, yaitu: (1) karakteristik pembelajaran memiliki daerah trayek indikator. Berbagai
yang diterapkan; (2) keunggulan dan kendala macam ekstrak bunga berwarna memiliki
implementasi pembelajaran; serta data kuantitatif potensi digunakan sebagai indikator titrasi
berupa skor tes metakognisi dan penguasaan asam basa. Namun yang jadi masalah adalah
konsep materi spktrometri UV-Vis. Data lain yaitu daerah trayek indikatornya. Untuk
angket tanggapan dianalisis, presentasi hasil, menyelesaikan masalah tersebut berbagai
pemecahan masalah, dan kinerja mahasiswa bunga harus diekstrak, dan hasil ekstrak
dianalisis deskriptif persentase. Indikator dilihat spektrum absorpsinya di daerah UV-
metakognisi yang diukur diturunkan dari level Vis. Bagaimana peluang berbagai bunga
metakognisi yang diadaptasi dari (Mc Gregor,2007; dapat dimanfaatkan sebagai indikator asam-
Schraw, 1995; dan Anderson, 2001) yang meliputi: basa.
(1) menyadari proses berpikir dan mampu Rerata pretes, postes, dan % N-g
menggambarkannya; (2) mengembangkan metakognisi mahasiswa untuk keseluruhan konsep
pengenalan strategi berpikir; (3) merefleksi pada kelompok kontrol dan eksperimen
prosedur secara evaluatif; dan (4) mentransfer ditampilkan pada Tabel 1 dan Gambar 1. Data
pengalaman pengetahuan dan prosedural pada kedua kelompok berdistribusi normal, variansi % N-
konteks lain memprediksi. Data kualitatif dianalisis g antar kelompok homogen. Hasil % N-g untuk
secara deskriptif interpretatif, sedangkan data kelompok kontrol dan eksperimen masing-masing
kuantitatif dianalisis menggunakan uji persentase 29,60 dengan kategori rendah, sementara
gain ternormalisasi setiap mahasiswa pada masing- kelompok eksperimen sebesar 56,88 dengan
masing kelompok. kategori sedang. Sebagaimana pada penguasaan
konsep, pencapaian hasil % N-g untuk metakognisi
Hasil Penelitian dan Pembahasan ini cukup berarti, didukung dari hasil uji uji beda,
Pembelajaran praktikum kimia analisis bahwa % N-g pembelajaran praktikum kimia
instrumen berbasis masalah pada penelitian analisis berbasis masalah untuk kelompok kontrol
dirancang untuk meningkatkan penguasaan konsep dan eksperimen menunjukkan perbedaan yang
dan mengembangkan metakognisi mahasiswa siginifikan (p >0,05). Dengan demikian
calon guru pada materi spektroetri UV-Vis. pembelajaran praktikum berbasis masalah untuk
Masalah yang harus diselesaikan mahasiswa materi spektrometri lebih baik meningkatkan
melalui praktikum dapat berasal dari dosen, metakognisi dibanding pembelajaran biasa.

176
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Tabel 1. Perbandingan Metakognisi Mahasiswa kelompok kontrol dan eksperimen
kelompok Pretest Posttest %N-g Distribusi Varians Uji beda
kontrol 43 52,50 29,60 normal Homogen Berbeda
eksperimen 43,85 68,30 56,88 normal signifikan

Tabel 2. Rerata nilai Metakognisi untuk masing-masing indikator kel. kontrol dan eksperimen
kontrol eksperimen
No Konsep
pre post %N-g pre post %N-g
Mengidentifikasi informasi 44,5 52,18 25,79 48,52 74,74 69,42
Mengelaborasi informasi 57,09 65,55 32,28 53,24 72,11 64,12
Mengaplikasikan pemahamannya 47,59 57,75 31,22 48,24 71,11 54,29
Memilih prosedur yang akan digunakan 55,29 65,75 38,41 48,24 73,81 59,35
Mengembangkan prosedur 41,09 52,45 35,66 43,24 63,11 45,51
menginterpretasi data 26,09 35,45 25,58 31,24 61,11 49,42
Mengevaluasi prosedur 29,39 38,35 18,29 34,24 62,11 56,06

Gambar 1. Perbandingan metakognisi mahasiswa secara keseluruhan antara kelompok kontrol dan
eksperimen pada materi spektrometri

Gambar.2. % N-gain Tiap Indikator Metakognisi untuk Kelompok Kontrol dan Eksperimen, Nomor
Indikator: 1. mengidentifikasi informasi, 2. mengelaborasi informasi, 3. mengaplikasikan
pemahamannya, 4. memilih prosedur yang akan digunakan, 5. mengembangkan
prosedur, 6. menginterpretasi data, 7. mengevaluasi prosedur

177
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Pengukuran metakognisi dalam penelitian pembelajaran praktikum berbasis masalah seperti
ini dilakukan melalui tes bentuk uraian dan pembuatan proposal, pembuatan laporan, dan
kuesioner masing-masing dengan indikator presentasi hasil yang mampu mengembangkan
metakognisi yang dilakukan pada awal dan akhir kedua indikator metakognisi tersebut. Di samping
pembelajaran praktikum. Di samping tes, itu, dalam wawancara tidak terstruktur dosen
metakognisi juga dijaring melalui wawancara mengarahkan agar mahasiswa menguasai
tidak terstruktur selama pelaksanaan menguasai metakognisi level 1 ini.
pembelajaran praktikum kimia analitik instrumen Mengembangkan prosedur termasuk dalam level
berbasis masalah yang dimaksudkan untuk metakognisi nomor 3 yaitu merefleksi prosedur
mengungkap metakognisi yang berkembang. Hasil secara evaluatif. Pada saat pembuatan proposal
tes bentuk uraian untuk mengungkap metakognisi mahasiswa akan mengembangkan prosedur
kelompok eksperimen mengalami peningkatan tentang berbagai hal yang diperoleh dari berbagai
lebih besar dibanding kelompok kontrol dilihat dari informasi yang telah dikumpulkan seperti kajian
rerata pretes dan postes yang ditunjukkan dari teori, serta prosedur kerja laboratorium. Apabila
Gambar 1, dengan persen N-g ternormalisasi prosedur yang dirujuk dari berbagai informasi
kelompok kontrol dan eksperimen masing-masing belum sesuai, maka mahasiswa dalam kelompok
19,11 dan 33,61 %. Hasil peningkatan metakognisi ssemestinya berusaha memanipulasi alat, bahan,
tersebut menunjukkan bahwa peningkatan maupun metode. Mengembangkan prosedur ini
metakognisi pada kelas eksperimen belum juga akan berkembang pada saat presentasi hasil,
menunjukkan kemampuan yang optimal akan terutama pada saat menjawab pertanyaan
tetapi masih pada taraf sedang (0,3 < g < 0,7), kelompok lain. Peningkatan indikator
sedangkan untuk kelas kontrol peningkatannya mengembangkan prosedur untuk kelompok
termasuk dalam kategori rendah (g < 0,3), namun eksperimen yang lebih rendah dibanding indikator
demikian keduanya menunjukkan perbedaan yang lain, diduga kuat dalam mencari prosedur
signifikan. Hal ini menandakan bahwa mahasiswa cenderung merujuk atau mencari
implementasi pembelajaran berbasis masalah pada informasi lain jika prosedur yang didapat kurang
praktikum Kimia Analitik Instrumen untuk materi sesuai.
spektrometri mampu mengembangkan Untuk mengetahui bahwa langkah dalam
metakognisi mahasiswa. pembelajaran praktikum berbasis masalah mampu
Peningkatan metakognisi pada tiap-tiap mengembangkan metakognisi untuk topik
indikator ditunjukkan dari rerata % N-g untuk spektrometri sebagaimana ditunjukkan hasil
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang penelitian ini, berikut diuraikan contoh kaitan
ditampilkan pada Gambar 2. Rerata %N-g untuk antara langkah dalam pembelajaran berbasis
ketuju indikator pada kelompok eksperimen juga masalah dengan metakognisi yang berkembang.
menunjukkan peningkatan lebih tinggi dibanding Data diambil melalui wawancara tidak terstruktur
kelompok kontrol, dengan indikator yang dimaksudkan untuk mengungkap apa yang
mengidentifikasi informasi dan mengelaborasi dilakukan dan dipikirkan mahasiswa selama
informasi yang akan digunakan mencapai pembelajaran praktikum berbasis masalah. Kipnis
peningkatan tertinggi, sedangkan dan Hofstein (2007) juga melakukan wawancara
mengembangkan prosedur pada pencapaian selama pembelajaran praktikum berbasis inkuiri
terendah. Banyak langkah yang bermanfaatuntuk untuk mengungkap metakognisi mahasiswa. Pada
mengidenntifikasi informasi dan mengelaborasi tahap 1 yaitu mengorientasi mahasiswa pada
informasi pada proses pembelajaran praktikum masalah, mahasiswa secara berkelompok diminta
berbasis masalah ini utamanya pada saat penulisan untuk menyelesaikan masalah dalam suatu
rancangan/proposal dan pelaksanaan praktikum, kegiatan proyek penelitian laboratorium. Pada
penulisan laporan, serta presentasi hasil. tahap ini mahasiswa diberi masalah penentuan
Mengidentifikasi dan mengelaborasi kadar kalium, amonium, fosfat, timbal, kalsium,
informasi termasuk dalam level metakognisi nomor kadmium, dan indikator alami, yang semuanya
1, yaitu menyadari proses berpikir dan mampu dapat diukur secara spektrometri. Pertemuan
menggambarkannya (McGregor, 2007). Kedua berikutnya masuk tahap mengorganisasi
indikator tersebut dapat dikembangkan secara mahasiswa untuk belajar, mahasiswa dalam
optimal karena banyak langkah dalam kelompok diminta menyusun proposal untuk

178
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
menyelesaikan masalah yang diberikan. Pada tahap pekerjaan yang tepat, menyarankan kegiatan baru
ini mahasiswa menyadari bahwa tugas yang dan prosedur alternatif, penyediaan waktu untuk
diberikan membutuhkan banyak referensi, untuk diskusi kelompok, serta merencanakan strategi
bisa mengidentifikasi dan mengelaborasi informasi umum sebelum mulai.
yang dibutuhkan. Peningkatan metakognisi hasil penelitian ini
White dan Mitchel (Kipnis dan Hofstein, diikuti peningkatan penguasaan konsep atau
2007) menghubungkan antara kegiatan sebalikya, peningkatan penguasaan konsep juga
laboratorium dan metakognisi, dan menyatakan diikuti dengan peningkatan metakognisi dan
bahwa mahasiswa yang mempunyai tingkah laku keduanya memilki korelasi yang positif. Costa (1985)
pembelajaran yang baik adalah yang berpendapat bahwa dengan mengenali masalah
mengembangkan keterampilan metakognitif yang diberikan mahasiswa akan memfokuskan
tertentu. Sebagian dari tingkah laku itu adalah perhatian terhadap apa yang diperlukan, dan
tindakan yang membutuhkan bagian yang menyatu menentukan informasi untuk menyelesaikan
dari kegiatan laboratorium seperti menanyakan masalah itu. Sementara itu dalam pembelajaran
pertanyaan, mencek pekerjaan laboratorium, berbasis masalah, yang diterapkan masalah menjadi
mengevaluasi data pengamatan, menyesuaikan titik tolak untuk menemukan konsep. Mahasiswa
pendapat, mencari alasan-alasan untuk aspek- mempunyai kesempatan untuk menilai
aspek dari pekerjaan yang tepat, menyarankan pemilihan awal suatu strategi, serta
kegiatan baru dan prosedur alternatif, bekerja mengembangkan pemahamannya kepada
dalam kelompok kecil, penyediaan waktu untuk pemilihan terbaik yang potensial untuk bisa
diskusi kelompok, serta merencanakan strategi menyelesaikan masalah. Mahasiswa akan segera
umum sebelum mulai. sadar bahwa dia tidak mengerti persoalan dan
Peningkatan metakognisi melalui kegiatan mencoba mencari jalan keluar untuk bisa
laboratorium berbasis masalah hasil penelitian ini, menyelesaikan masalah. Menurut Shraw (2006)
sesuai hasil penelitian Cooper dkk (2008, 2009) lingkungan belajar kontruktivisme sangat
yakni dengan pemberian masalah melalui berhubungan erat dengan metakognisi. Dosen
penelitian ilmiah yang diselesesaikan di sebagai fasilitator akan mendorong perkembangan
laboratorium kimia, ternyata akan meningkatkan konsepsi mahasiswa sehingga mahasiswa akan
metakognisi dan meningkatkan pemecahan menggunakan pengetahuan sebelumnya dan
masalah mahasiswa. Selanjutnya Kipnis dan memikirkan gagasan-gagasan dari mahasiswa lain.
Hofstein (2007) menyimpulkan bahwa selama Selanjutnya Shraw menyatakan bahwa serangkaian
berada di laboratorium mahasiswa melatih kegiatan yang membantu siswa mengontrol belajar
metakognisi dalam berbagai tahap proses mereka, yakni mulai perencanaan, monitoring,
pembelajaran praktikum berbasis inkuiri. Senada dan evaluasi termasuk komponen metakognisi
dengan Kipnis dan Hofstein, Baind dan White yaitu peraturan metakognisi.
(Kipnis dan Hofstein, 2007) juga menyatakan, “jika Winn, W dan Snyder (1998), meninjau
dilakukan dengan penuh pemikiran, kegiatan pentingnya strategi metakognisi. Ketika siswa
laboratorium dapat meningkatkan metakognisi semakin terlatih menggunakan strategi
yang diinginkan; orang akan tahu tentang strategi metakognisi, mereka menjadi percaya diri dan
belajar efektif dan ketentuannya, serta akan menjadi pembelajar yang mandiri. Siswa
menyadari dan memahami kemajuan tugas menyadari bahwa mereka dapat memenuhi
pembelajaran yang tepat. White dan Mitchel kebutuhan intelektual mereka sendiri dan
(dalam Kipnis dan Hofstein, 2007) juga menemukan banyak informasi oleh tangan mereka
menegaskan bahwa mahasiswa yang mempunyai sendiri. Kesadaran untuk bisa mengatur,
tingkah laku pembelajaran yang baik adalah yang mengontrol, dan memeriksa dalam suatu tugas
mengembangkan keterampilan metakognitif tertentu, merupakan proses dalam metakognisi.
tertentu. Sebagian dari tingkah laku itu adalah Tugas pendidik adalah menanamkan,
tindakan yang membutuhkan bagian yang menyatu memanfaatkan, dan meningkatkan metakognisi
dari kegiatan laboratorium seperti menanyakan pada semua peserta didik.
pertanyaan, mencek pekerjaan laboratorium, Metakognisi dalam penelitian ini diukur
membetulkan kesalahan, menyesuaikan pendapat, melalui tes bentuk uraian awal – akhir dan
mencari alasan-alasan untuk aspek-aspek dari kuesioner awal - akhir masing-masing dengan

179
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
indikator metakognisi sebagai data pendukung. peningkatan skor metakognisisi dari hasil
Respon terhadap pernyataan-pernyataan kuesioner untuk kelompok eksperimen 14,56 %,
kuesioner terdiri dari pilihan sangat setuju (SS), nilai yang cukup jauh berbeda dibanding kelompok
setuju (S), tidak tahu (TT), tidak setuju (TS), kontrol 1,22%. Hasil yang sama juga terjadi pada
berturut-turut dengan skor Likert untuk masing- kelompok tinggi dan rendah antara kelompok
masing item adalah 4, 3, 2, dan 1. Selanjutnya kontrol dan eksperimen, peningkatan skor
masing-masing item dijumlahkan kemudian dicari kelompok eksperimen jaga lebih tinggi dari
persennya untuk berikutnya dicari skor total dan % kelompok kontrol
peningkatan skor. Tabel 3 menunjukkan

Tabel 3. Perbandingan Skor dan % Peningkatan Skor Hasil Kuesioner Metakognisi antara Kelompok
Kontrol dan Kelompok Eksperimen
Skor
Kelompok % peningkatan skor
pretes Postes
kontrol 296,53 300,17 1,22
eksperimen 297,20 340,50 14,56

Hasil tes metakognisi tersebut didukung pengetahuan yang diperlukan untuk menjelaskan
hasil kuesioner, skor total kelompok eksperimen mekanisme yang mendasari penyebab dari
menunjukkan peningkatan lebih tinggi dibanding masalah. Selanjutnya, mahasiswa melakukan
kelompok kontrol yakni dari 296,53 menjadi penelitian dilaboratorium dengan menggunakan
300,17, atau meningkat sebesar 1,22 % dan untuk sejumlah instrumen yang sesuai dengan masalah
kelompok eksperimen dari 297,20 menjadi 340,50 yang harus diselesaikan. Selama pelaksanaan
atau meningkat 14,56 %. Hasil pengukuran kegiatan praktikum mahasiswa memperoleh
metakognisi melalui kuesioner kelas eksperimen bimbingan langsung dan diobservasi kinerjanya
ini sesuai pendapat Livingston (1997) bahwa dengan lembar observasi yang telah
metakognisi siswa bisa membedakan ahli dengan dikomunikasikan. Proses PBL akan berakhir jika
bukan ahli, dalam hal ini kelaseksperimen mahasiswa telah melaporkan tentang apa yang
dipandang lebih ahli di banding kelas kcontrol mereka pelajari, dan mempresentasikan hasil
setelah implementasi pembelajaran. pemecahan masalah secara berkelompok. Fungsi
Implementasi pembelajaran berbasis dosen sebagai fasilitator adalah untuk mendorong
masalah pada praktikum Kimia Analitik Instrumen terjadinya interaksi mahasiswa secara produktif
materi spektrometri mampu meningkatkan dan membantu mahasiswa mengidentifikasi
penguasaan konsep, serta kualitas kinerja pengetahuan yang diperlukan untuk memecahkan
mahasiswa menjadi lebih baik yang teridentifikasi masalah, memfasilitasi proses pembelajaran
melalui peningkatan kemampuan dasar melakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan
praktikum. Masalah open-ended yang diberikan memonitor serta mengevaluasi kinerja selama
dapat memotivasi mahasiswa untuk proses pemecahan masalah (Gijselaers, 1996).
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber. Sebagai hasil proses pembelajaran praktikum
Mahasiswa dalam kelompok berusaha mencari berbasis masalah dalam penelitian ini adalah
prosedur kerja untuk menyelesaikan masalah. peningkatan penguasaan konsep dan kualitas
Sementara itu, pertanyaan pengarahan pada setiap kinerja dan aktivitas mahasiswa yang semakin baik,
langkah PBL berfungsi untuk menggali konsep- dan hal ini sesuai pendapat Woolnough dan Allsop
konsep dasar praktikum yang dipelajari, (Rustaman, 2002) tentang tujuan dilakukannya
mengidentifikasi dan mengelaborasi pemahaman kegiatan praktikum. Lebih lanjut menurut
mahasiswa sehingga akan dapat mengkonstruksi Rustaman tentang tujuan dilakukannya praktikum
makna dan menghubungkan konsep-konsep baru adalah di samping meningkatkan penguasaan
yang dipelajari dengan pengetahuan sebelumnya konsep, mengembangkan keterampilan dasar
yang telah diperoleh pada saat perkuliahan kimia melakukan eksperimen, juga mengembangkan
analitik instrumen. Sebagai hasil dari proses kemampuan pemecahan masalah. Dengan
pemecahan masalah, mahasiswa menghasilkan demikian kegiatan praktikum memberi
pertanyaan-pertanyaan tentang apa jenis kesempatan yang lebih luas untuk pengembangan

180
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
kompetensi, namun demikian untuk memperoleh mengevaluasi prosedur. Peningkatan
hasil belajar yang baik dalam proses metakognisi tertinggi pada materi spektrometri
pembelajarannya diperlukan perencanaan, dengan indikator mengidentifikasi informasi,
persiapan, dan alat evaluasi yang baik. terendah pada mengembangkan prosedur
Berdasarkan hasil kuesioner tanggapan 4. Secara umum tanggapan mahasiswa terhadap
mahasiswa kelompok eksperimen, ternyata implementasi pembelajaran sangat positif,
jawaban setuju (S) memiliki persentasi yang paling yaitu: (a) meningkatkan keterlibatan; (b)
tinggi, yakni 61,44 %, diikuti sangat setuju (SS). memberikan pengalaman langsung melalui
Hasil secara keseluruhan ditunjukkan pada pemodelan; (c) berlatih melakukan penelitian
lampiran 4, dengan berturut-turut: sangat setuju yang menyenangkan, dan (d) berharap dapat
(SS) 31,30 %; setuju (S) = 61,44 %, tidak ada diterapkan pada praktikum lainnya.
pendapat (TP) = 6,62 %, dan TS 0,64 %. Lampiran 4 5. Keunggulan pembelajaran praktikum kimia
menunjukkan rerata % pendapat mahasiswa yang analitik instrumen berbasis masalah adalah: (a)
dikelompokkan berdasarkan langkah-langkah menumbuhkan keterlibatan mahasiswa selama
dalam PBL dan manfaat yang diperoleh dari proses pembelajaran, (b) memungkinkan dosen
implementasi pembelajaran. untuk melakukan layanan bimbingan individual
Kendala yang dihadapi mahasiswa melalui dan memberikan contoh praktikum berbasis
wawancara tidak terstruktur pada penerapan masalah; dan (c) dapat dimanfaatkan untuk
pembelajaran berbasis masalah ini yakni harus membekali kemampuan metakognisi calon guru
sering konsultasi dengan dosen, sehingga butuh kimia untuk semua kelompok prestasi.
pengaturan waktu selain jadwal resmi. Walaupun
demikian didasarkan hasil kuesioner, mahasiswa SARAN
merasa telah melakukan penelitian yang Berdasarkan hasil-hasil yang dicapai pada
menyenangkan, dan berharap dapat diterapkan penelitian ini dapat direkomendasikan sebagai
pada praktikum lainnya, serta pengalaman dalam berikut.
pembelajaran praktikum berbasis masalah ini 1. Perluasan implementasi model pembelajaran
sangat bermanfaat untuk mengembangkan praktikum berbasis masalah untuk mata kuliah
pembelajaran di SMA nanti praktikum lain, sehingga akan memberikan
atmosfer akademik dalam rangka
Simpulan dan Saran pengembangan metakognisi bagi calon guru
Simpulan kimia
Berdasarkan hasil-hasil penelitian dan 2. Penggunaan asesmen metakognisi yang telah
pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut. tervalidasi perlu disosialisasikan sehingga
1. Pembelajaran praktikum kimia analitik diperoleh pengukuran hasil belajar praktikum
instrumen yang dikembangkan mengadaptasi yang dapat diandalkan. Di samping itu juga
langkah-langkah pembelajaran berbasis diperlukan dosen yang memiliki komitmen
masalah, memiliki karakteristik sebagai berikut: tinggi untuk melakukan pemodelan bagi calon
(a) masalah open-ended terkait dengan materi guru.
spektrometri UV-Vis; (b) metakognisi diukur 3. Perlu penelitian lebih lanjut untuk
melalui tes dan kuesioner; (c) langkah-langkah mengembangkan alat ukur metakognisi yang
praktikum open-endeed menggunakan memadukan bentuk tes dan kuesioner,
pembelajaran berbasis masalah kimia analitik sehingga diperoleh tingkat metakognisi
instrumen. mahasiswa yang diukur.
2. Praktikum kimia analitik berbasis masalah pada
materi spektrometri UV-Vis lebih baik Daftar Pustaka
meningkatkan metakognisi mahasiswa calon Adami, G. A. (2006). New Project-Based Lab for
guru daripada praktikum konvensional. Undergraduate Environmental and Analytical
3. Metakognisi yang berkembang selama proses Cemistry. Journal of Chemical Education, Vol
pembelajaran adalah mengidentifikasi 83 No 2. Februari 2006
informasi, mengelaborasi informasi, Akınoglu, O dan Ozkardes Tandogan. (2007).
mengaplikasikan pemahamannya, memilih Effects of Problem-Based Active Learning in
prosedur, menginterpretasi data, dan Science Education on Students’ Academic

181
PROCEEDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA TAHUN 2012
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Sains Berkelanjutan Melalui Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Achievement, Attitude and Concept Livingstone, J.A. (1997). Metacognition: An
Learning. Eurasia Journal of Mathematics, Overview. State University of New York at
Science & Technologi Education, 2007. 3 (1), Buffalo. Unpublished manuscript
71-81. Tersedia http: www.ejmdte.com. Marzano, R.J; Brandt, R.S; Hughes, C.S; Jones, B.F;
(Februari 2008) Presseisen, B.Z; Rankin, S.C; Suhor . (1988).
Amarasiriwardena, D. (2007). Teaching Analytical Dimensions of Thinking: Framework for
Atomic Spectroscopy Advances In An Curriculum and Instruction. CUSA: ASCD
Environmental Chemistry Class Using A McGregor, D. (2007). Developing Thinking;
Project-Based Laboratory Approach: Developing Learning: A Guide to Thinking
Investigation Of Lead And Arsenic Skills in Education. Berkshire: Open
Distributions In A Lead Arsenate University Press.
Contaminated Apple Orchard. ABCS of McDermott. (1990). A Perspective on Teacher
Teaching Analytical Science Preparation in Physics and Other Sciences.
Anderson, L.W, & Krathwol, D.R. (eds). (2001). A American Journal of Physics. Vol 58 No.8
Taxonomy for Learning Teaching and Pasha, J.A. (2006). A Procedural Problem in
Assessing. A Revision of Bloom’s Taxonomy Laboratory Teachig: Experiment and Expla-
of Educational Objectives.New York: nation, or Vice-versa? Journal of Chemical
Addison Wesley Longman, Inc Education: Vol 83 No 1. januari 2006
Cooper, M. Santiago, S. (2008). Design and Ram, P., Ram, A., & Spragur, C. (2007). From
Validation of an Instrument to Assess Student Learner to Professional Learner:
Metacognitive Skillfulness. Journal of Training for Lifelong Learning through Online
Chemichal Education. Vol. 86 No. 2 February PBL. [Online]. Tersedia:
2008 •www.JJCE.DivCHED.org • http://gatech.academia.edu/ARam/Papers/2
Corebama, D. 1999. Proses dan hasil pembelajaran 1865/From-Student-Learner-To-
MIPA di SD-SMU Perkembangan Penalaran Professional-Learner--Training-For-Lifelong-
Siswa Tidak Dikelola Secara Terencana. Learning-Through-On-Line-PBL. [13 Juni
Makalah Seminar Hasil Penelitian 2009]
Peningkatan Kualitas Pendidikan MIPA: Rustaman, N.Y. (2003). Perencanaan dan Penilaian
Bandung Praktikum di Perguruan Tinggi. Hand Out
Costa, A.L. (ed). (1985). Developing Minds, A Program Applied Approach bagi Dosen Baru
Resource Book for Teaching Thinking. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung,
Alexandria: ASCD 13-25 Januari 2003.
Fogarty, R. (1997). Problem-Based Learning and Samford .edu. (2003). Problem Based Learning.
Multiple Intelligences Classroom, [online]. Tersedia
Melbourne: Hawker Brownlow Education. http://www.samford.edu/pbl/ April 2007
Schraw, G. Dan Moshman, D. (1995).
Gallagher, S., Stepien, W. J., Sher, B. T. & Metacognitive Theories. Educational
Workman, D., (1995). “Implementing Psychology, Departement of Educational
Problem-Based Learning in Science Psychology. Paper and Publications
Classrooms.” School Science and Tan, O.S. (2004). Enhanching Thinking Problem
Mathematics. 95(3), 136-146. Based Learning Approached. Singapura:
Hollingworth, R. dan McLoughlin. (2002). The Thomson
Development of Metacognitive Skills among Winn, W & Snyder, D. (1998). Metacognition.
First Year Science Students. Tersedia Graduate Student, SDSU Depart-ment of
http://www.fyhe. Qut.edu.au./FYHE- Educational Technology
Previous/Papers/HollingworthPaper.doc Yuzhi .(2003). Using Problem Based Learning in
Kipnis, M dan Hofstein, A. (2007). The Inkuiry Teaching Analytical Chemistry.
Laboratory As A Source for Development of http:/www/jce.divched.org/JCEDLib
Metacognitive Skills. International Journal of
Science and Mathematics Education

182

Anda mungkin juga menyukai