Anda di halaman 1dari 16

Wacana e-ISSN : 2579-8464

Didaktika Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains p-ISSN : 2337-9820

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF


MAHASISWA PENDIDIKAN IPA ANGKATAN 2015 PADA
PERKULIAHAN GELOMBANG-OPTIK MELALUI
COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW
Noer Af’idah

Program Studi Pendidikan IPA, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Hasyim Asy’ari
noer_afidah85@ymail.com

ABSTRAK:
Peningkatan aktivitas dan kemampuan kognitif hasil belajar mahasiswa dilakukan dengan
menerapkan metode cooperative learning tipe Jigsaw pada perkuliahan gelombang-optik.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan dua siklus, siklus II
merupakan penguatan dari siklus I. Subyek penelitian ini adalah mahasiswa pendidikan
IPA angkatan 2015. Instrumen Penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data yang
akurat, peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa tes dan nontes. Tes butir soal
atau penugasan untuk memperoleh gambaran hasil belajar mahasiswa tentang
kemampuan memahami, menerapkan teori dalam mengerjakan latihan soal yang
diberikan. Alat pengumpul data yang berupa nontes dilakukan dengan teknik observasi.
Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif dengan membandingkan
prosentase tingkat keaktivan mahasiswa dan nilai rata-rata hasil tes kemampuan kognitif
mahasiswa pada siklus I dan II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
keaktivan mahasiswa pada setiap siklus, dan nilai rata-rata hasil tes kemampuan kognitif
mahasiswa mengalami peningkatan dari 72,6 pada saat pre-tes menjadi 76,9 pada siklus I
dan pada saat siklus II menjadi 80. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa
penerapan cooperative learning tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan
kognitif mahasiswa.

Kata Kunci: Cooprerative learning, tipe Jigsaw, hasil belajar, kemampuan kognitif,
model pembelajaran.

PENDAHULUAN di bawah standart yang ditentukan.


Mata kuliah Gelombang-Optik Berdasarkan data yang diperoleh dari
merupakan salah satu cabang dari ilmu nilai fisika pada mata kuliah Fisika
fisika. Fisika adalah disiplin ilmu yang Dasar pada kelas pendidikan IPA
membutuhkan tingkat pemahaman angkatan 2015 didapatkan nilai rata-
materi dan konsep, serta membutuhkan rata kelas 72,6 dengan rentang nilai
kemampuan berhitung yang cukup antara 65-81. Data nilai ujian akhir
tinggi. Fisika dianggap sebagai semester fisika dasar inilah yang
matakuliah yang cukup sulit sehingga digunakan peneliti sebagai data awal
banyak mahasiswa yang mendapat nilai (pre-tes) dalam penelitian ini. Dari nilai

117 Vol. 4, No. 2, Desember 2016


e-ISSN : 2579-8464 Wacana
p-ISSN : 2337-9820 Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

fisika dasar ini dapat dilihat bahwa secara konvensional yang dicirikan
masih banyak mahasiswa yang dengan mengandalkan penggunaan
mempunyai nilai di bawah 70 yakni metode ekspositori yaitu menjelaskan,
sebanyak 9 mahasiswa dari jumlah memberi contoh, mengajukan
total 22 mahasiswa. pertanyaan, dan memberi tugas secara
Gelombang-Optik pada konsep klasikal. Kalaupun ada diskusi terkesan
Gelombang Stasioner dan Gelombang kurang hidup, karena faktor dari
Berjalan adalah materi yang berisi kemampuan dosen sendiri yang kurang
banyak pemahaman konsep, hafalan, mumpuni dalam mengelola kelas
rumus-rumus, dan hitungan yang maupun minat mahasiswa terhadap
kompleks, sehingga mahasiswa banyak pelajaran fisika yang masih rendah
yang kurang berminat dan mengalami (Yani, 2011).
kesulitan untuk memahami materi ini. Berbagai macam metode
Selain itu, mahasiswa pendidikan IPA pembelajaran telah dicoba untuk
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas menarik perhatian mahasiswa dalam
Hasyim Asy’ari Tebuireng relatif upaya meningkatkan kualitas
heterogen, baik dari segi kemampuan pembelajaran. Dengan adanya variasi
akademis, tingkat kreatifitas, maupun metode pembelajaran di kelas
latar belakang pendidikan yang diharapkan ada peningkatan kualitas
bervariasi, yakni tidak semua pembelajaran, mahasiswa semakin
mahasiswa merupakan lulusan dari termotivasi dalam belajar, daya
jurusan IPA menyebabkan mereka kreativitas akan semakin meningkat
banyak mengalami kesulitan dalam (Yani, 2011).
belajar fisika. Banyak mahasiswa yang Pemilihan dan penentuan
sudah memiliki buku fisika tetapi minat pendekatan pembelajaran yang tepat
baca dan belajar yang cukup rendah. Di sangatlah dibutuhkan dalam suatu
dalam kelas dari 22 mahasiswa hanya proses pembelajaran dengan ketepatan
sekitar 5-10 mahasiswa yang aktif pemilihan pendekatan tersebut
dalam menjawab dan menyelesaikan diharapkan akan dapat lebih mudah
soal dengan benar. mahasiswa dalam menguasai
Selama ini seringkali dalam kompetensi yang diamanatkan pada
pembelajaran fisika masih dilakukan kurikulum.
Vol. 4, No. 2, Desember 2016 118
Wacana e-ISSN : 2579-8464
Didaktika Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains p-ISSN : 2337-9820

Pendekatan pembelajaran tersebut dimaksudkan untuk


tersebut hakikatnya sudah memperbaiki mutu pendidikan, baik
menempatkan mahasiswa tidak hanya dari segi proses maupun hasil
sekadar sebagai objek melainkan juga pendidikan.
sebagai subjek. Namun demikian, Dengan demikian materi
penilaian yang dilakukan ternyata pembelajaran tidak hanya tersusun atas
masih mengacu pada hasil atau tujuan hal-hal sederhana yang bersifat hafalan
pembelajaran. dan pemahaman, tetapi juga tersusun
Proses pembelajaran di lapangan atas materi yang kompleks yang
tidak dapat dipungkiri kenyataannya memerlukan analisis, aplikasi, dan
masih banyak dosen yang belum sintesis. Untuk itu, dosen harus
mampu menempatkan mahasiswa bijaksana dalam menentukan suatu
sebagai subjek, melainkan baru sebatas model yang sesuai yang dapat
sebagai objek. Hal ini terjadi karena menciptakan situasi dan kondisi kelas
pendekatan pembelajaran yang yang kondusif agar proses belajar
diterapkan masih berorientasi pada mengajar dapat berlangsung sesuai
hasil dan pendekatan ini telah dengan tujuan yang diharapkan.
mengakar kuat di kalangan dosen. Satu inovasi yang menarik
Walaupun tidak sepenuhnya dapat mengiringi perubahan paradigma
disalahkan namun kenyataan seperti ini tersebut adalah ditemukan dan
dirasakan sangat menghambat diterapkannya strategi pembelajaran
keberhasilan proses pembelajaran. yang mampu mengembangkan dan
Salah satu perubahan paradigma menggali pengetahuan mahasiswa
pembelajaran tersebut adalah orientasi secara konkret dan mandiri. Inovasi ini
pembelajaran yang semula berpusat bermula dan diadopsi dari metode kerja
pada dosen beralih berpusat pada para ilmuwan dalam menemukan suatu
murid; yakni mahasiswa, metodologi pengetahuan baru.
yang semula lebih didominasi Berdasarkan alasan tersebut,
ekspositori berganti ke partisipatori; maka sangatlah urgen bagi para
dan pendekatan yang semula lebih pendidik khususnya dosen memahami
banyak bersifat tekstual berubah karakteristik materi, mahasiswa dan
menjadi kontekstual. Semua perubahan metodologi pembelajaran dalam proses

119 Vol. 4, No. 2, Desember 2016


e-ISSN : 2579-8464 Wacana
p-ISSN : 2337-9820 Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

pembelajaran terutama berkaitan matakuliah fisika Gelombang-Optik


pemilihan terhadap model-model dapat disebabkan oleh beberapa
pembelajaran modern. Dengan kemungkinan. Beberapa kemungkinan
demikian proses pembelajaran akan tersebut antara lain: (1) penggunaan
lebih variatif, inovatif dan konstruktif strategi pembelajaran yang kurang
dalam merekonstruksi wawasan bervariasi; (2) penggunaan metode atau
pengetahuan dan implementasinya teknik yang kurang tepat; (3) tidak
sehingga dapat meningkatkan aktivitas menggunakan media pembelajaran
dan kreativitas mahasiswa. yang memadai; (4) minimnya sumber
Persoalan sekarang adalah belajar atau referensi yang digunakan
bagaimana menemukan cara yang oleh pendidik sebagai fasilitator.
terbaik untuk menyampaikan berbagai Salah satu alternatif pemecahan
konsep yang diajarkan sehingga masalah pembelajaran matakuliah
mahasiswa dapat menggunakan dan Gelombang-Optik yang akan
mengingat lebih lama konsep tersebut. digunakan dalam penelitian ini adalah
Bagaimana dosen dapat berkomunikasi dengan metode cooperative learning
baik dengan mahasiswanya. Bagaimana tipe Jigsaw. Peneliti memilih
dosen dapat membuka wawasan menggunakan metode ini karena pada
berpikir yang beragam dari seluruh pembelajaran ini mahasiswa dilibatkan
mahasiswa, sehingga dapat secara langsung dan dituntut aktif
mempelajari berbagai konsep dan cara selama pembelajaran. Mahasiswa dapat
mengaitkannya dalam kehidupan nyata. mengeksplor semua kemampuannya
Bagaimana sebagai dosen yang baik dan bertanya maupun memperbaiki
dan bijaksana mampu menggunakan kesalahannya tanpa ada rasa segan atau
model pembelajaran yang berkaitan malu kepada dosen. Hal ini tentunya
dengan cara memecahkan masalah sangat baik terhadap tingkat keaktifan
(problem solving). dan kemampuan kognitif mereka.
Menurunnya minat belajar dan Pembelajaran Kooperatif
kemampuan mahasiswa pendidikan Pembelajaran kooperatif adalah
IPA angkatan 2015 dalam memahami salah satu bentuk pembelajaran yang
materi, konsep dan menyelesaikan berdasarkan faham konstruktivis
berbagai macam variasi soal (Suparno, 2007). Pembelajaran
Vol. 4, No. 2, Desember 2016 120
Wacana e-ISSN : 2579-8464
Didaktika Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains p-ISSN : 2337-9820

kooperatif merupakan strategi belajar sendiri dalam mempelajari materi


dengan sejumlah siswa sebagai anggota yang dihadapi.
kelompok kecil yang tingkat c) Para siswa harus berpandangan
kemampuannya berbeda. Dalam bahwa mereka semua memiliki
menyelesaikan tugas kelompoknya, tujuan yang sama.
setiap siswa anggota kelompok harus d) Para siswa membagi tugas dan
saling bekerja sama dan saling berbagi tanggungjawab di antara
membantu untuk memahami materi para anggota kelompok.
pelajaran. Dalam pembelajaran e) Para siswa diberikan satu evaluasi
kooperatif, belajar dikatakan belum atau penghargaan yang akan ikut
selesai jika salah satu teman dalam berpengaruh terhadap evaluasi
kelompok belum menguasai bahan kelompok.
pelajaran. f) Para siswa berbagi kepemimpinan
Unsur-unsur dasar dalam sementara mereka memperoleh
pembelajaran kooperatif adalah sebagai keterampilan bekerja sama selama
berikut: (Lungdren, 1994). belajar.
a) Para siswa harus memiliki persepsi Setiap siswa akan diminta
bahwa mereka “tenggelam atau mempertanggungjawabkan secara
berenang bersama.” individual materi yang ditangani dalam
b) Para siswa harus memiliki kelompok kooperatif. Urutan langkah-
tanggungjawab terhadap siswa langkah prilaku guru menurut model
atau peserta didik lain dalam pembelajaran kooperatif yang
kelompoknya, selain diuraiakan oleh Arends (1997) adalah
tanggungjawab terhadap diri sebagaimana terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Sintaks pembelajaran kooperatif


Fase Tingkah Laku Guru
Fase1: Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
memotivasi siswa ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa belajar.

Fase 2: Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan


jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

121 Vol. 4, No. 2, Desember 2016


e-ISSN : 2579-8464 Wacana
p-ISSN : 2337-9820 Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

Fase Tingkah Laku Guru


Fase 3: Mengorganisasikan siswa Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
ke dalam kelompok- caranya membentuk kelompok belajar dan
kelompok belajar membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
Fase 4: Membimbing kelompok Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
bekerja dan belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 5: Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6: Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok.
(Arends, 1997)

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw beragam. Kelompok asal merupakan


Model pembelajaran kooperatif gabungan dari beberapa ahli. Kelompok

tipe Jigsaw merupakan model ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri

pembelajaran kooperatif, dengan siswa dari anggota kelompok asal yang berbeda

belajar dalam kelompok kecil yang yang ditugaskan untuk mempelajari dan
mendalami topik tertentu dan
terdiri dari 4–6 orang secara heterogen
menyelesaikan tugas-tugas yang
dan bekerjasama saling ketergantungan
berhubungan dengan topiknya untuk
yang positif dan bertanggung jawab
kemudian dijelaskan kepada anggota
atas ketuntasan bagian materi pelajaran
kelompok asal. Hubungan antara kelompok
yang harus dipelajari dan asal dan kelompok ahli digambarkan
menyampaikan materi tersebut kepada sebagai berikut (Arends, 2001).
anggota kelompok yang lain (Arends,
1997).
Pada model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok
asal dan kelompok ahli”. Kelompok asal,
yaitu kelompok induk siswa yang
beranggotakan siswa dengan kemampuan, Gambar 1. Ilustrasi kelompok jigsaw
asal, dan latar belakang keluarga yang

Vol. 4, No. 2, Desember 2016 122


Wacana e-ISSN : 2579-8464
Didaktika Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains p-ISSN : 2337-9820

Untuk pelaksanaan mahasiswa pendidikan IPA angkatan 2015

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, Universitas Hasyim Asy’ari terhadap

disusun langkah-langkah pokok sebagai perkuliahan Gelombang-Optik terutama


pada pembahasan Gelombang Stastioner
berikut; (1) pembagian tugas, (2)
dan Gelombang Berjalan. Penelitian ini
pemberian lembar ahli, (3) mengadakan
berlangsung selama satu bulan dari
diskusi, (4) mengadakan kuis. Adapun
pertengahan Februari sampai pertengahan
rencana pembelajaran kooperatif tipe
Maret 2016.
jigsaw ini diatur secara instruksional Prosedur penelitian tindakan kelas
sebagai berikut (Slavin, 1995): ini dalam bentuk siklus. Tahapan
a) Membaca: siswa memperoleh pelaksanaan tindakan berdaur ulang,
topik-topik ahli dan membaca melalui dua siklus, setiap siklus melalui
materi tersebut untuk mendapatkan empat tahapan, yaitu 1) perencanaan, 2)
informasi. pelaksanaan tindakan, 3) pengamatan,

b) Diskusi kelompok ahli: siswa observasi, dan 4) refleksi . Berikut ini


penjelasan tahapan siklus pertama:
dengan topik-topik ahli yang sama
SIKLUS I
bertemu untuk mendiskusikan
1) Tahap Perencanaan
topik tersebut.
Pada tahap ini peneliti melakukan
c) Diskusi kelompok: ahli kembali
perencanaan tindakan. Pada tahap awal
ke kelompok asalnya untuk
dilakukan penyusunan Rencana
menjelaskan topik pada Pembelajaran Semester (RPS) mata kuliah
kelompoknya. Gelombang-Optik materi tentang
d) Kuis: siswa memperoleh kuis gelombang stasioner dan gelombang
individu yang mencakup semua berjalan, yang meliputi (1) penetapan
topik. kompetensi dasar, hasil belajar, dan

e) Penghargaan kelompok: indikator hasil belajar, (2) perumusan


kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan
penghitungan skor kelompok dan
metode kooperatif tipe Jigsaw, (3)
menentukan penghargaan
pemilihan materi dan media pembelajaran,
kelompok.
dan (4) penentuan evaluasi proses dan hasil
Penelitian ini menggunakan
pembelajaran. Kedua, membagi mahasiswa
rancangan Penelitian Tindakan Kelas
menjadi sebelas kelompok. Selanjutnya,
(PTK) bertujuan untuk meningkatkan
peneliti menyusun instrumen atau
keaktifan dan kemampuan kognitif
pengumpulan data yang berupa tes dan

123 Vol. 4, No. 2, Desember 2016


e-ISSN : 2579-8464 Wacana
p-ISSN : 2337-9820 Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

nontes. Instrumen pengumpul data berupa yang dilakukan. Hasil yang diperoleh dari
tes tertulis berupa penugasan yang terdapat kegiatan refleksi ini berupa informasi
pada Lembar Kerja Mahasiswa (LKM). tentang hal-hal yang terjadi dan hal-hal
Sedangkan instrumen nontes, yaitu berupa yang perlu dilakukan. Apabila hasil
pedoman observasi. refleksi pada siklus I menunjukkan
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan kegagalan, Siklus II dilaksanakan sesuai
Pada tahap ini pelaksanaan dengan hasil refleksi siklus I dengan tujuan
tindakan dalam setiap siklus dibagi atas memperbaiki kegagalan dalam kegiatan
satu pertemuan dalam setiap siklus. Satu siklus I. Apabila ternyata siklus I sudah
pertemuan menggunakan waktu tiga jam berhasil, maka siklus II dilaksanakan
pelajaran (3x50 menit). Fokus tindakan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil
setiap siklus berupa implementasi metode yang telah diperoleh pada siklus I sehingga
kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran hasil belajar yang diperoleh akan lebih
gelombang-optik mulai kegiatan awal, baik.
kegiatan inti, dan kegiatan akhir. SIKLUS II
3) Tahap Pengamatan
Siklus II dilaksanakan sesuai
Pada tahap ini observasi dilakukan
dengan hasil refleksi siklus I. Apabila
bersamaan dengan pelaksanaan
siklus I belum berhasil, siklus II
pembelajaran gelombang-optik materi
dilaksanakan untuk memperbaiki siklus I.
gelombang stasioner dan gelombang
Namun bila siklus I telah berhasil, maka
berjalan dengan metode kooperatif tipe
pelaksanaan siklus II untuk meningkatkan
Jigsaw. Observasi dilakukan pada satu
hasil yang diperoleh pada siklus I. Berikut
siklus memberi masukan pada perencanaan
tahapan-tahapan siklus II:
tindakan yang akan dilakukan pada siklus
1) Tahap Perencanaan Ulang
selanjutnya. Hasil observasi ini disusun
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
dengan praktis sehingga menghasilkan 3) Tahap Pengamatan
refleksi yang dapat memperbaiki 4) Tahap Refleksi
perencanaan siklus selanjutnya. Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini

ini diharapkan berlangsung sampai pada dilaksanakan pada mahasiswa Pendidikan

siklus kedua telah mencapai hasil yang IPA Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

maksimal. Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang

4) Tahap Refleksi angkatan 2015, dengan jumlah mahasiswa


Pada tahap ini melibatkan kegiatan 22 orang mahasiswa, 21 mahasiswa putri
penganalisisan, penginterprestasian, dan 1 orang mahasiswa putra. Hal ini
pemaknaan, dan penyimpulan tindakan dilakukan karena pada proses
pembelajaran mata kuliah Fisika Dasar

Vol. 4, No. 2, Desember 2016 124


Wacana e-ISSN : 2579-8464
Didaktika Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains p-ISSN : 2337-9820

yang merupakan mata kuliah pra-syarat, pembelajaran; (2) kerjasama; (3) kreatifitas
nilai rata-rata kelas hanya mencapai 72,6 dan keaktifan dalam proses pembelajaran.
dengan rentang nilai antara 65-81. Data yang diperoleh baik data
Instrumen Penelitian yang yang berkaitan dengan proses
digunakan untuk mendapatkan data yang pembelajaran maupun hasil pembelajaran
akurat, peneliti menggunakan alat gelombang-optik, akan digunakan sebagai
pengumpul data berupa tes dan nontes. Tes data untuk menentukan indikator bahwa
butir soal atau penugasan untuk strategi yang digunakan sesuai. Oleh
memperoleh gambaran hasil belajar karena itu metode kooperatif tipe Jigsaw
mahasiswa tentang kemampuan adalah cocok digunakan dalam
memahami, menerapkan teori dalam pembelajaran gelombang-optik, baik dari
mengerjakan latihan soal yang diberikan. sisi proses yaitu tingkat keaktifan maupun
Penugasan itu meliputi kegiatan: (1) hasil pembelajaran.
mengetahui dan mengerti tentang Data diperoleh dari instrumen tes
gelombang stasioner dan gelombang dan nontes. Untuk instrumen tes berupa
berjalan lengkap dengan persamaan dan penugasan dalam menyelesaikan soal
perbedaannya; (2) mengetahui dan dapat dengan berbagai variasi. Data instrumen
menjelaskan aplikasi gelombang stasioner nontes didapat dari lembar pedoman
dan berjalan dalam kehidupan sehari-hari; observasi yang berisi tentang aktivitas
(3) dapat menurunkan persamaan mahasiswa dalam proses pembelajaran
gelombang stasioner dan gelombang gelombang-optik dengan metode
berjalan; (4) mampu menyelesaikan soal- kooperatif tipe Jigsaw.
soal tentang gelombang stasioner dan Data dari instrument tes yang
berjalan dengan berbagai macam variasi berupa penugasan mahasiswa dianalisis
soal. Keempat kegiatan tersebut diambil dengan cara menilai hasil kerja mahasiswa
data nilainya. dalam menyelesaikan soal tes pada setiap
Alat pengumpul data yang berupa siklus, data tersebut diuraikan dalam
nontes dilakukan dengan teknik observasi. bentuk nilai yang berupa angka-angka.
Observasi merupakan teknik yang Dari data yang berupa angka-angka
dilakukan peneliti dalam memperoleh data tersebut kemudian diubah menjadi data
yang berupa aktivitas mahasiswa dalam kualitatif yang didasarkan pada kategori
mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam yang telah ditentukan dalam pedoman
memperoleh data ini peneliti mencatat penilaian. Sedangkan data yang diperoleh
semua aktivitas mahasiswa dalam hal: (1) dari data nontes diuraikan secara kualitatif
kesungguhan dalam mengikuti proses dan dideskripsikan sesuai dengan data

125 Vol. 4, No. 2, Desember 2016


e-ISSN : 2579-8464 Wacana
p-ISSN : 2337-9820 Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

yang didapatkan dari hasil pengamatan power point dan mempersiapkan lembar
langsung atau observasi. observasi pemahaman dan menyiapkan
lembar tes lisan, menjelaskan tentang
PEMBAHASAN model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
Siklus I
kepada mahasiswa.
Setelah mengetahui permasalahan
Selanjutnya dosen membagi materi
yang dihadapi mahasiswa, maka untuk
bahasan menjadi dua topik bahasan, yaitu
perkuliahan Gelombang-Optik pada
gelombang stasioner dan gelombang
konsep gelombang statis dan gelombang
berjalan. Masing-masing anggota dari
berjalan, peneliti mencoba memanfatkan
kelompok asal kemudian bergabung
potensi yang dimiliki mahasiswa. Dengan
dengan kelompok ahli sesuai dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
materi yang telah ditetapkan bersama.
ini diharapkan para mahasiswa aktif saling
Dengan memanfaatkan berbagai media
melengkapi dan memahami materi yang
baik itu buku maupun media internet
sedang dipelajari di kelas. Dengan
sebagai sumber belajar, kelompok ahli
demikian melalui pembelajaran dengan
diminta untuk berdiskusi sesuai topik yang
tipe Jigsaw ini diharapkan motivasi belajar
diberikan, membuat pertanyaan yang kira-
mahasiswa pada mata kuliah fisika
kira kurang dimengerti atau materi yang
Gelombang-Optik dapat meningkat.
kurang difahami, mencari soal kemudian
Aktivitas yang dilakukan dalam
dibahas bersama. Setelah selesai masing-
pembelajaran mula-mula menyusun
masing tim ahli diminta untuk bergabung
Rencana Pembelajaran Semester (RPS)
dengan tim asal dan berdiskusi untuk
tentang Gelombang sebagai pembukaan
melengkapi materi sehingga didapatkan
pembelajaran adalah dengan
pemahaman materi yang utuh. Dosen
menyampaikan tujuan pembelajaran yang
bertindak sebagai pendamping dan
ingin dicapai sebagai apersepsi dengan
pengarah selama proses pembelajaran.
cara menghubungkan materi dengan
Untuk mendapatkan data yang
kehidupan sehari-hari, selanjutnya dosen
objektif, observasi dilakukan dengan cara
membagi mahasiswa menjadi 11 kelompok
mengamati aktivitas mahasiswa selama
dengan setiap kelompok terdiri dari dua
KBM dengan menggunakan instrumen
mahasiswa, menyampaikan rencana
pengamatan yang telah dipersiapkan,
pembelajaran dengan kooperatif tipe
memantau bagaimana pelaksanaan diskusi,
Jigsaw dengan materi tentang jenis
perwakilan mahasiswa dari beberapa
gelombang. Menyiapkan LKM (Lembar
kelompok mengerjakan latihan soal ke
Kerja Mahasiswa), menyiapkan materi
depan. Sebagai penutup setiap mahasiswa

Vol. 4, No. 2, Desember 2016 126


Wacana e-ISSN : 2579-8464
Didaktika Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains p-ISSN : 2337-9820

diwajibkan untuk mengerjakan latihan soal materi yang pada akhirnya dapat
post-test. mendorong mereka untuk meningkatkan
Keaktifan Mahasiswa Pada Siklus I kemampuan kognitif mereka pada
Pembelajaran kooperatif tipe pembelajaran mata kuliah gelombang-
jigsaw pada perkuliahan gelombang-optik optik.
mendorong mahasiswa lebih aktif belajar Refleksi
dengan kelompoknya sehingga mahasiswa Pada siklus I ini masih banyak
yang dianggap kurang aktif karena kurang mahasiswa yang kurang antusias, terlihat
percaya diri dan merasa malu untuk adanya kecenderungan beberapa kelompok
bertanya ada peningkatan dalam yang anggotanya saling mengandalkan
pemahaman materi yang sedang dipelajari untuk mengerjakan LKM. Umumnya
walaupun belum nampak meraih kenaikan mahasiswa kekurangan waktu dalam
nilai yang signifikan. mengerjakan soal LKM , karena banyak
Kemampuan Kognitif Mahasiswa Pada dari mereka yang masih mengalami
Siklus I kesulitan dalam mengerjakan latihan soal.
Penerapan metode pembelajaran
Dari kegiatan pembelajaran pada siklus I
kooperatif tipe Jigsaw pada mata kuliah
ini dianggap masih kurang dan perlu
gelombang-optik ternyata mampu
ditindaklanjuti pada siklus berikutnya guna
meningkatkan pemahaman materi
peningkatan hasil pembelajaran.
mahasiswa, hal ini bisa dilihat dari hasil
Pada siklus I masih banyak
nilai post-test pada siklus I. Jika
mahasiswa yang bingung membedakan
dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas
antara gelombang stasioner ujung tetap dan
pada mata kuliah fisika dasar yakni 72,6
gelombang stasioner ujung bebas. Terlihat
menjadi 76,9. Tetapi pada siklus I ini
banyak dari mahasiswa yang tertukar
masih ada dua orang mahasiswa yang
dalam menggunakan persamaan untuk
mempunyai nilai di bawah KKM (70).
menentukan letak perut dan simpul pada
Pada siklus I ini beberapa mahasiswa
ujung tetap dan ujung bebas. Jadi perlu
mulai tampak ada kenaikan nilai hasil post-
adanya penguatan materi yang harus
test. Selain itu dengan penerapan metode
dilakukan terutama pada materi gelombang
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini
stasioner.
mahasiswa yang pada awalnya pendiam,
Siklus II
kurang aktif menjadi lebih aktif untuk Aktivitas Pembelajaran
bertanya kepada temannya sesama anggota Pembukaan pembelajaran
kelompok diskusi. Hal ini secara tidak dilakukan dengan cara apersepsi yakni
langsung mendorong mahasiswa tersebut menanyakan tentang jenis gelombang dan
untuk lebih mengerti dan memahami perbedaannya, adapun tujuan pembelajaran

127 Vol. 4, No. 2, Desember 2016


e-ISSN : 2579-8464 Wacana
p-ISSN : 2337-9820 Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

yaitu menguatkan materi yang telah yang sudah dikerjakan dengan baik diberi
dipelajari pada pertemuan sebelumnya penghargaan. Kegiatan ini diatur
terutama pada pembahasan topik sedemikian rupa sehingga target waktu
gelombang stasioner. yang diperlukan benar-benar tepat, tes
Dalam kegiatan inti dilakukan individu dilaksanakan dalam bentuk
pembelajaran seperti pada siklus I, yaitu uraian. Sebagai kegiatan penutup dosen
membagi mahasiswa menjadi 11 kelompok memberikan pemantapan dan penguatan
dengan masing-masing kelompok pada materi yang dipelajari.
beranggotakan dua orang. Materi yang Keaktifan Mahasiswa Pada Siklus II
dibahas pada siklus II difokuskan pada Dengan dilakukannya perbaikan

materi gelombang stasioner ujung bebas selama pembelajaran pada siklus II, yakni

dan gelombang stasioner ujung tetap. Hal pendekatan yang dilakukan pada anggota-

ini dilakukakan untuk memperbaiki anggota kelompok yang pasif dan

kekurangan dalam tindakan pembelajaran pemfokusan pada materi gelombang

siklus I yakni tentang gelombang berjalan stasioner, terlihat adanya perubahan yang

dan gelombang stasioner. sangat baik pada mahasiswa. Hal ini

Semua kelompok diharapkan dibuktikan dengan sudah beraninya

untuk mengerjakan LKM pengawasan beberapa mahasiswa tampil ke depan kelas

kelompok lebih terarah kepada kelompok untuk mengerjakan dan menjelaskan soal

yang pasif sehingga pembelajaran II ini yang sudah dia kerjakan kepada teman-

diharapkan setiap kelompok aktif, temannya, merasa percaya diri dan berani

penilaian dilakukan baik menilai secara untuk bertanya karena merasa ada rasa

individual atau kelompok. Untuk keinginan dan harus bisa dan faham maka

mengetahui sejauh mana materi tentang terlihat sangat efektif dalam melakukan

gelombang stasioner dikuasai oleh kegiatan baik dalam kerja kelompok

mahasiswa secara individual atau maupun ketika menjawab soal–soal sangat

kelompok untuk memotivasi belajar, maka aktif karena mampu berkomunikasi dengan

perwakilan dari setiap kelompok untuk temannya dan dapat bertanya yang

maju dan mengerjakan soal yang sudah dianggap mahasiswa tersebut sulit untuk

disiapkan oleh dosen, selanjutnya mereka dikerjakan sampai merasa dirinya bisa dan

diminta untuk menjelaskan kepada teman- faham tidak ada perasaan untuk malu

temanya. Teman satu kelompoknya bertanya karena mahasiswa tersebut betul-

diminta untuk membantu apabila mereka betul marasa wajib bisa dan harus bersaing

mengalami kesulitan. Bagi kelompok yang dengan temannya maka apapun dilakukan

berhasil mengerjakan dan menjelaskan soal yang dianggap itu untuk meningkatkan

Vol. 4, No. 2, Desember 2016 128


Wacana e-ISSN : 2579-8464
Didaktika Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains p-ISSN : 2337-9820

pemahaman materi yang sedang diajarkan ingin bisa dan memahami. Mahasiswa
sehingga hampir setiap mahasiswa sangat lebih berani dan bertanya kepada
antusias dan aktif dalam kerja kelompoknya sehingga siswa tersebut lebih
kelompoknya, perubahan itu sudah sangat faham apa yang sedang dikerjakan. Bahkan
baik karena merasa sangat senang dan beberapa mahasiswa pada saat siklus II
mudah difahami sehingga setiap ada dipaksa untuk maju ke depan mengerjakan
bahasan ataupun soal yang harus latihan soal kemudian menjelaskannya
dikerjakan dengan cepat dan aktif langsung kepada semua temannya satu kelas. Hal ini
mengerjakannya, kerjasama dalam secara tidak langsung memberikan
kelompok terlihat sangat efektif karena ada penguatan pemahaman kepada mahasiswa
kontribusinya terhadap kerja kelompok yang bersangkutan, selain itu karena yang
yang harus dikerjakan kelompok tidak ada menjelaskan adalah teman sendiri banyak
waktu untuk bermain–main dan diam mahasiswa yang tidak malu untuk bertanya
membisu sehingga semua kelompok sangat sekiranya ada soal dan jawaban yang
aktif dalam kerja kelompok dalam belum jelas. Karena selama ini ketika
mengikuti pembelajaran kooperatif tipe dosen yang menjelaskan di depan hanya
jigsaw ini sangat efektif. sedikit mahasiswa yang aktif untuk
bertanya, padahal belum tentu mereka
Kemampuan Kognitif Pada Siklus II
memahami materi yang dijelaskan. Hal ini
Setelah dilakukan tindakan kedua
bisa jadi karena mereka segan atau malu
dengan menggunakan pembelajaran
untuk bertanya kepada dosen. Jadi dengan
kooperatif teknik jigsaw maka terlihat
adanya perbaikan tindakan selama
peningkatan pemahaman belajar siswa
pembelajaran pada siklus II ini secara tidak
terhadap pelajaran Fisika Gelombang-
langsung meningkatkan nilai hasil post-test
Optik pada konsep gelombang stasioner
pada siklus II.
dan gelombang berjalan dibuktikan dengan
Refleksi
melihat nilai rata–rata meningkat dan tidak
Setelah melakukan tindakan yang
ada lagi ,mahasiswa yang nilainya di
kedua dianggap perlu untuk melakukan
bawah 70.
refleksi baik segi aktifitas maupun
Hubungan mahasiswa yang satu
pemahaman baik secara perorangan
dengan mahasiswa yang lainnya berjalan
maupun kelompok. Adapun yang perlu
lancar tidak ada lagi merasa malu untuk
direfleksi diantaranya adalah akivitas
bertanya ke teman sekelompok ataupun
mahasiswa dengan mahasiswa lainnya
kelompok lain sehingga tingkat
lebih kooperatif dan tidak lagi merasa malu
pemahamannya meningkat karena ada rasa
dalam bertanya antar teman, ternyata

129 Vol. 4, No. 2, Desember 2016


e-ISSN : 2579-8464 Wacana
p-ISSN : 2337-9820 Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

setelah dilakukan pembelajaran dengan mahasiswa tersebut betul–betul marasa


kooperatif tipe jigsaw mahasiswa antusias wajib bisa dan harus bersaing dengan
dan yakin akan kelebihan dari belajar temannya maka apapun dilakukan yang
kelompok, terlihat adanya kecenderungan dianggap itu untuk meningkatkan
beberapa kelompok yang semua anggota pemahaman materi yang sedang diajarkan
kelompok mengerjakan LKM. Umumnya sehingga hampir setiap mahasiswa sangat
mahasiswa dalam mengerjakan LKM antusias dan aktif dalam kerja
terlihat sangat semangat dan banyak waktu kelompoknya, perubahan itu sudah sangat
yang masih tersisa karena mahasiswa baik karena merasa sangat senang dan
dalam mengerjakannya lebih cepat dari mudah difahami sehingga setiap ada
sebelumnya. bahasan ataupun soal yang harus
Perkembangan Tingkat Keaktifan dikerjakan dengan cepat dan aktif lngsung
Mahasiswa Dari Siklus I Ke Siklus II
mengerjakannya, kerjasama dalam
Dengan dilakukan tindakan kelompok terlihat sangat efektif karena ada
pembelajaran mulai dari siklus pertama kontribusinya terhadap kerja kelompok
sampai siklus kedua pada siswa ada yang harus dikerjakan kelompok tidak ada
perubahan dibuktikan dengan sudah waktu untuk bermain–main dan diam
beraninya tampil ke depan kelas untuk membisu sehingga semua kelompok sangat
mengerjakan soal dan menjelaskan kepada aktif dalam kerja kelompok dalam
teman-temannya, pada saat siklus I masih mengikuti pembelajaran kooperatif tipe
banyak mahasiswa yang merasa malu jigsaw ini sangat efektif.
untuk bertanya tetapi setelah dilakukan Penilaian tingkat keaktifan
perbaikan pada siklus II banyak dari para mahasiswa dalam setiap siklus meliputi
mahasiswa merasa lebih percaya diri dan penilaian kesungguhan, kerjasama
berani untuk bertanya karena merasa ada kelompok, dan keaktifan masing-masing
rasa keinginan dan harus bisa dan faham anggota kelompok. Dari grafik 1 berikut
maka terlihat sangat efektif dalam dapat dilihat bahwa dari point penilaian
melakukan kegiatan baik dalam kerja setiap siklus, tingkat keaktifan mahasiswa
kelompok maupun ketika menjawab soal– selama pembelajaran dengan metode
soal sangat aktif karena mampu kooperatif tipe Jigsaw pada siklus II
berkomunikasi dengan temannya dan dapat mengalami kenaikan nilai rata-rata pada
bertanya yang dianggap mahasiswa ketiga poin tersebut. Hal ini menunjukkan
tersebut sulit untuk dikerjakan sampai bahwa perbaikan tindakan selama siklus II
merasa dirinya bisa dan faham tidak ada secara tidak langsung memaksa mahasiswa
perasaan untuk malu bertanya karena

Vol. 4, No. 2, Desember 2016 130


Wacana e-ISSN : 2579-8464
Didaktika Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains p-ISSN : 2337-9820

untuk berperan aktif selama proses dengan tenang serta berbagai ide dan
pembelajaran. kerjasama dengan teman dalam menjawab
pertanyaan termasuk katagori baik dan
aktivitas mahasiswa dalam praktek serta
mengerjakan latihan soal meningkat
disebabkan karena keaktifan yang sangat
efektif dalam mengikuti pembelajaran jika
dibandingkan dengan pembelajaran
Grafik 1. Nilai Rata-rata prosentase
keaktifan mahasiswa dalam tiap siklus sebelumnya.
Nilai Rata-Rata Kelas Hasil
Perkembangan Kemampuan Kognitif Tes Kemampuan Kognitif
Mahasiswa Dari Siklus I Ke Siklus II Mahasiswa
Berdasarkan temuan penelitian
80 Pre-test
yang diuraikan dalam penelitian ini terlihat 75
70 Siklus I
bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw 65
Siklus II
dapat meningkatkan pemahaman pelajaran
Grafik 2. Nilai Rata-rata kelas
fisika gelombang-optik pada pembahasan
dalam setiap siklus
gelombang statis dan berjalan lebih
Berdasarkan Grafik diatas hasil
meningkat setelah dibuktikan dengan hasil
observasi tingkat pemahaman mahasiswa
observasi dan dapat dilihat dari
diperoleh dari meningkatnya nilai rata-rata
meningkatnya nilai rata-rata mahasiswa
mahasiswa pada siklus I sampai siklus II,
tersebut sudah mengerti dan faham
peningkatan hasil belajar nilai rata-rata
terhadap materi dan merasa bangga
mahasiswa dalam pembelajaran fisika
percaya diri sehingga senang mengikuti
gelombang-optik siklus I sebesar 72,6
pelajaran fisika gelombang-optik pada
menjadi 76,9 pada tindakan siklus II
konsep gelombang statis dan berjalan
menjadi 80. Yang paling penting pada
dengan nilai baik dan meningkat dan
siklus II sudah tidak ada lagi mahasiswa
mencapai standar dapat melebihi kriteria
yang mempunyai nilai di bawah KKM
ketuntasan minimal.
yang telah ditentukan (70).
Efektivitas Pembelajaran
Tabel 2 merupakan hasil T-Test
Kooperatif tipe jigsaw keaktifan dalam
untuk menunjukkan hasil perbedaan yang
mengikuti pembelajaran kooperatif tipe
signifikan dari hasil tes kemampuan
jigsaw konsep gelombang statis dan
kognitif mahasiswa dari awal pr-siklus,
berjalan dapat dilakukan dengan penuh
siklus I sampai siklus II. Dari Tabel 2
konsentrasi dalam mengikuti proses
menunjukkan hasil p-value < 0.005, yaitu
pembelajaran dan mengerjakan soal

131 Vol. 4, No. 2, Desember 2016


e-ISSN : 2579-8464 Wacana
p-ISSN : 2337-9820 Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

0.00, maka data nilai pra-siklus ke siklus I menunjukkan perbedaan nilai yang
dan data nilai siklus I ke siklus II signifikan.

Tabel 2. Hasil T-Test nilai kemampuan kognitif mahasiswa pada pra-siklus, siklus I dan
siklus II
One-Sample Test
Test Value = 0
95% Confidence Interval of the Difference
Sig. (2-
t df tailed) Mean Difference Lower Upper
VAR00001 58.176 21 .000 72.5909 69.996 75.186
VAR00002 64.650 21 .000 76.909 74.44 79.38
VAR00003 67.325 21 .000 80.091 77.62 82.56

SIMPULAN dan efektif yang dapat dibuktikan dari


Penggunaan cooperative learning hasil aktifitas belajar mahasiswa
tipe jigsaw pada perkuliahan gelombang- Pendidikan IPA angkatan 2015 pada
optik ternyata dapat meningkatkan setiap siklus dan tergolong sangat
pemahaman mahasiswa terhadap pelajaran meningkat sesuai dengan tabel rata-rata
fisika gelombang-optik. Meningkatnya hasil aktivitas belajar mahasiswa dan
pemahaman mahasiswa terhadap pelajaran dalam bekerja dengan kelompoknya
fisika konsep gelombang statis dan sangat solid dan kompak.
dinamis dapat dibuktikan dari hasil DAFTAR PUSTAKA
tindakan siklus I sampai siklus II Arends, R. I. 1997. Classroom Instruction
meningkatnya pemahaman siswa pada and Management. New York: McGraw
setiap siklus membuktikan adanya Hill Companies.

perubahan pada mahasiswa dalam hal Lungdren, L. 1994. Cooperative Learning


mengikuti belajar mahasiswa dengan in The Science Classroom. New York:
McGraw Hill Companies.
menggunakan pembelajaran kooperatif
Suparno, P. (2007). Metodologi
tipe jigsaw ini terutama pada tingkat
Pembelajaran Fisika: Kontrutivistik
pemahaman. dan Menyenangkan. Yogyakarta:
Adanya respon positif dari Universitas Sanata Dharma.
mahasiswa terhadap penerapan Yani, N., 2011. Meningkatkan
cooperative learning tipe jigsaw pada Pemahaman Siswa Pada Konsep
Listrik Melalui Pembelajaran
perkuliahan gelombang-optik. Hal ini Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa
ditunjukkan dengan sikap antusias, aktif Kelas IX SMPN 43 Bandung, PTK,
Bandung.

Vol. 4, No. 2, Desember 2016 132

Anda mungkin juga menyukai