Anda di halaman 1dari 8

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing… 16

Revi Syafira, Niki Dian Permana, Susilawati, Azhar


DOI: 10.31002/ijel.v5i1.4560

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN


PENGUASAAN KONSEP IPA SISWA PADA MATERI CAHAYA DAN OPTIK

Revi Syahfira1, Niki Dian Permana2, Susilawati3, Azhar4


1, 2, 3
Program Studi Tadris IPA, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Jl. H.R Soebrantas No.155 Km.18 Tampan, Pekanbaru, Riau, Indonesia
4
Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Riau
Jl. H.R Soebrantas Km.12,5 Tampan, Pekanbaru, Riau, Indonesia
e-mail: niki.dian.permana@uin-suska.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang peningkatan penguasaan konsep IPA siswa melalui
penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbin pada materi cahaya dan optik. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan metode quasi eksperiment dengan desain the nonequivalent control design. Populasi penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VIII pada salah satu MTs di kota Pekanbaru dengan sampel sebanyak dua kelas dengan
teknik pengambilan sampel berupa purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen
tes penguasaan konsep IPA pada materi cahaya dan optik.Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji
independent sample t tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan penguasaan konsep IPA siswa pada kelas
eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol dimana skor rata-rata gain yang dinormalisasi <g> siswa pada kelas
eksperimen sebesar 76,12 dengan kategori tinggi sedangkan kelas kontrol sebesar 60,01 dengan kategori sedang.
Berdasarkan uji hipotesis, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan peningkatan penguasaan konsep IPA siswa
yang signifikan antara kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan kelas
control yang menerapkan model pembelajaran konvensional pada materi cahaya dan optik.

Kata Kunci: inkuiri terbimbing, penguasaan konsep IPA

Abstract
This study aims to obtain an overview of improving students' mastery of science concepts through the application of
guided inquiry learning models on light and optical materials. The research was conducted using a quasi-experimental
method with the nonequivalent control design. The population of this study was all students of class VIII at one MTs in
Pekanbaru city with a sample of two classes with a sampling technique in the form of purposive sampling. Data
collection was carried out using a test instrument for mastery of science concepts on light and optical materials.
Hypothesis testing was carried out using the independent sample t test. The results showed that the increase in students'
mastery of science concepts in the experimental class was better than the control class where the normalized gain
average score <g> of students in the experimental class was 76.12 in the high category while the control class was
60.01 in the medium category. Based on the hypothesis test, it was concluded that there was a significant difference in
students' increasing mastery of science concepts between the experimental class that applied the guided inquiry
learning model and the control class that applied the conventional learning model on light and optical materials.

Keywords: guided inquiry, mastery of science concepts

Indonesian Journal of Education and Learning ISSN 2598-5116 (Print) ISSN 2598-5108 (Online)
Vol.5 /No.1 2021
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing… 17
Revi Syafira, Niki Dian Permana, Susilawati, Azhar
DOI: 10.31002/ijel.v5i1.4560

PENDAHULUAN siswa akan lebih bertahan lama karena kebenaran


didapat oleh siswa sendiri. Akan tetapi kondisi
Pendidikan pada dasarnya merupakan yang terjadi saat ini kedudukan dan fungsi guru
interaksi antara guru dengan siswa, untuk dalam kegiatan pembelajaran cenderung
mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung mendominasi sehingga pembelajaran menjadi
dalam lingkungan tertentu. Pendidikan diberikan terpusat pada guru bukan pada siswa. Dampaknya
melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan yang adalah susasana belajar menjadi monoton dan
berfungsi mengembangkan seluruh aspek pribadi kemampuan berpikir siswa tidak berkembang
peserta didik secara utuh. Tujuan pembelajaran optimal. Oleh karena itu, guru dituntut dapat
IPA salah satunya adalah untuk memberikan menerapkan berbagai metode yang efektif dan
penguasaan konsep-konsep IPA kepada siswa. menarik bagi siswa dalam proses penyampaian
konsep adalah sesuatu yang diterima pikiran atau materi pembelajaran (Damawiyah & Ridwan,
suatu ide yang diperoleh dari pengalaman atau 2015, p. 148).
hasil pikiran (Dahar, 2012, p. 79). Penguasaan Berdasarkan observasi dan wawancara
konsep diartikan sebagai kemampuan siswa dalam dengan guru mata pelajaran IPA pada salah satu
memahami makna ilmiah, baik konsep secara MTs di kota Pekanbaru ditemukan bahwa
teori maupun penerapannya dalam kehidupan pembelajaran yang selama ini dilakukan juga
sehari-hari. Penguasaan konsep merupakan masih terpusat pada guru dimana guru
pemahaman yang bukan hanya mengingat konsep menjelaskan konsep materi yang diajarkan
yang sudah dipelajari, tetapi juga mampu terlebih dahulu setelah itu memberikan contoh-
mengungkapkan kembali dalam bentuk lain atau contoh soal yang berkaitan dengan materi. Siswa
dengan kata-kata sendiri sehingga mudah memperhatikan guru dan mengerjakan soal-soal
dimengerti, namun tidak mengubah makna. Agar latihan yang diberikan guru sehingga siswa tidak
siswa memahami konsep-konsep IPA dalam aktif dalam menemukan sendiri konsep materi
pembelajaran, perlu melibatkan siswa dalam yang diajarkan. Efeknya adalah rendahnya
kegiatan penyelidikan dengan mengintegrasikan penguasaan konsep IPA siswa.
keterampilan, pengetahuan, dan sikap siswa. Permasalahan tersebut dapat diatasi
Penguasaan konsep adalah proses penyerapan dengan melakukan pembelajaran yang bersifat
ilmu pengetahuan oleh siswa selama proses student centered agar peserta didik terlibat secara
pembelajaran berlangsung yang dapat dilihat dari langsung dalam pembelajaran dan berinteraksi
hasil yang diperoleh dari hasil belajar siswa pada antar peserta didik sehingga mereka dapat saling
akhir pembelajaran (Manik et al., 2015, p. 745). bertukar pikiran untuk memperbaiki hasil belajar
Anderson & Krathwohl, (2010, p.403) (Riyanti et al., 2016, p. 1282) dan siswa dapat
menyatakan bahwa ada 6 indikator dimensi proses menemukan sendiri konsep dari apa yang mereka
kognitif yaitu mengingat (C1), memahami (C2), pelajari. Pembelajaran yang berpusat pada siswa
mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), maksudnya yaitu siswalah yang aktif membangun
mengevaluasi (5) dan mencipta (6). pengetahuannya sendiri, sedangkan guru hanya
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan bertugas sebagai fasilitator, motivator, dan
dengan cara mencari tahu tentang gejala alam dinamisator.
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya Peran guru hanya sebagai mediator dan
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fasilitator saja dalam proses pembelajaran
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip (Permana, 2018, p. 18). Guru merupakan elemen
saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan penting dalam pembelajaran di kelas (Diniya et
(Ali, 2013, p. 2). IPA berkaitan dengan cara al., 2021, p. 142). Rendahnya kualitas pendidikan
mencari tahu tentang fenomena alam secara terlihat dari gaya mengajar guru. Pada umumnya
sistematis. Pembelajaran IPA menekankan proses pembelajaran di tingkat SMA masih
kegiatan-kegiatan belajar yang memberikan menggunakan pembelajaran konvensional seperti
pengalaman langsung kepada siswa untuk buku teks dan berorientasi pada guru yang
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh mengakibatkan pembelajaran pasif dan tidak
siswa. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari berhubungan dengan kehidupan nyata(Bustami et
tahu dan berbuat sehingga siswa dapat al., 2018, p. 451). Untuk itu, guru harus bijaksana
memperoleh pemahamannya mengenai alam di dalam menentukan suatu model yang dapat
sekitarnya dengan lebih mendalam. Dengan menciptakan situasi dan kondisi kelas yang
demikian, setiap pengetahuan yang dimiliki oleh kondusif agar proses pembelajaran dapat

Indonesian Journal of Education and Learning ISSN 2598-5116 (Print) ISSN 2598-5108 (Online)
Vol.5 /No.1 2021
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing… 18
Revi Syafira, Niki Dian Permana, Susilawati, Azhar
DOI: 10.31002/ijel.v5i1.4560

berlangsung sesuai dengan tujuan yang inkuiri terbimbing bahwa ide atau gagasan yang
diharapkan. Keaktifan siswa dalam pembelajaran diperoleh siswa bertahan lama karena siswa
dapat mempengaruhi pencapaian konsep yang terlibat secara aktif bekerjasama dengan guru dan
diterima siswa. Seorang guru harus siswa lainnya dalam proses pembelajaran dari
mengupayakan agar siswa aktif dalam proses tahap perencanaan sampai akhirnya terbentuk ide
belajar dan menemukan sendiri konsep dari apa tersebut (Suhartini et al., 2016, p. 893).
yang mereka pelajari agar siswa dapat menguasai Pembelajaran inkuiri terbimbing juga melatih
konsep IPA yang telah diajarkan. siswa untuk menjadi pembelajar mandiri
Berdasarkan hal tersebut, perlunya (Hariyadi et al., 2016, p. 1571). Hasil penelitian
menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri
menjadikan siswa aktif dalam proses terbimbing berpengaruh pada penguasaan konsep
pembelajaran dan menemukan sendiri konsep (Hermansyah et al., 2017). Model inkuiri
dari apa yang mereka pelajari sehingga dapat terbimbing meningkatkan keaktifan siswa karena
meningkatkan penguasaan konsep IPA siswa. memungkingkinkan pengalaman belajar sehingga
Adapun model pembelajaran yang perlu diharapkan dapat mempengaruhi penguasaan
dikembangkan untuk meningkatkan penguasaan konsep IPA siswa. Kelebihan dari model
konsep IPA adalah dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, yaitu siswa
pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Menurut terlibat secara aktif dalam memberikan
(Hairida, 2016, p. 209) Pembelajaran IPA dan hipotesis, menyelidiki, mengumpulkan
inkuiri tidak dapat dipisahkan dengan mengacu
beberapa data untuk membuktikan hipotesis,
pada kurikulum 2013 yang menekankan pada
pengalaman langsung dalam rangka
mengkomunikasikan bukti-bukti yang
pengembangan kompetensi siswa. Secara teoretis diperoleh dengan teman dan guru agar
inkuiri terbimbing dapat menjadi solusi yang mendapat simpulan yang jelas dan tepat
efektif untuk pembelajaran IPA di sekolah (Dewi et al., 2020, p. 197).
menengah, karena dalam proses pembelajaran
yang menggunakan inkuiri terbimbing siswa aktif METODE PENELITIAN
melakukan eksplorasi, observasi, investigasi yang
dapat meningkatkan penguasaan konsep IPA Penelitian menggunakan metode quasi
siswa (Wati et al., 2018, p. 129). experiment dengan desain the nonequivalent
Berdasarkan penelitian sebelumnya bahwa control design. Desain penelitiannya dapat dilihat
model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif pada Tabel 1.
dalam meningkatkan motivasi dan penguasaan
konsep siswa (Halimah et al., 2015, p. 1000). Tabel 1. Desain Penelitian
Penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing, Kelompok Pretes Perlakuan Postes
peserta didik yang aktif dan terlibat langsung E O1 X O2
dalam eksperimen akan lebih mendalami konsep C O1 Y O2
dengan membuat hubungan antara bagian- bagian Ket:
informasi yang saling terpisah untuk menjadi O1 = Pretes
gambaran yang terperinci (Suci et al., 2017, p. O2 = Postes (tes kemampuan penguasaan
183). Inkuiri terbimbing merupakan proses konsep IPA)
pembelajaran berdasarkan penemuan dan X = Pembelajaran dengan Model Inkuiri
pencarian melalui proses berpikir secara Terbimbing
sistematis, dimana guru memimpin murid-murid Y = Pembelajaran dengan Model
dengan tahapan-tahapan yang benar, mengijinkan Konvensional
adanya diskusi, memberikan pertanyaan yang Penelitian dilakukan pada dua kelas, yaitu
menuntun, dan memperkenalkan ide pokok bila kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan model
dirasa perlu. Dengan model inkuiri terbimbing, inkuiri terbimbing, dan kelas kontrol yang
siswa dituntut untuk menemukan konsep melalui dibelajarkan dengan model konvensional.
petunjuk-petunjuk seperlunya dari seorang guru. Sebelum dilakukan pembelajaran masing-masing
Petunjuk-petunjuk itu pada umumnya berupa kelompok dilakukan pretes dan setelah
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat pembelajaran dilakukan postes. Teknik
membimbing. pengambilan sampel yaitu purposive sampling.
Pada penerapan model pembelajaran Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

Indonesian Journal of Education and Learning ISSN 2598-5116 (Print) ISSN 2598-5108 (Online)
Vol.5 /No.1 2021
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing… 19
Revi Syafira, Niki Dian Permana, Susilawati, Azhar
DOI: 10.31002/ijel.v5i1.4560

kelas VIII salah satu MTs di kota Pekanbaru HASIL DAN PEMBAHASAN
terdiri atas 4 kelas. Sampel pada penelitian adalah
kelas VIII C sebagai kelas eksperimen dan kelas Berdasarkan data skor pretest dan posttest
VIII D sebagai kelas kontrol. penguasaan konsep IPA yang diperoleh siswa
Instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat ditentukan peningkatan penguasaan konsep
ini adalah instrumen tes kemampuan penguasaan IPA siswa melalui perhitungan rata-rata skor gain
konsep IPA berbentuk tes pilihan ganda dengan yang dinormalisasi <g>. Data hasil pengolahan
empat pilihan (multiple choice) dan essai (uraian). skor pretest, posttest dan gain yang dinormalisasi
Tes bentuk uraian adalah tes yang pertanyaannya untuk penguasaan konsep IPA materi cahaya dan
membutuhkan jawaban uraian, baik uraian secara alat optik kelas eksperimen dan kelas kontrol.
bebas maupun uraian secara terbatas. Test Perbandingan peningkatan penguasaan konsep
multiple choice merupakan tes objektif dimana siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
masing-masing tes disediakan lebih dari disajikan pada Gambar 1
kemungkinan jawaban, dan hanya satu dari
pilihan-pilihan tersebut yang benar atau yang
paling benar (Permana, 2019, p. 19).
Instrumen tes penguasaan konsep IPA yang
digunakan sebanyak 15 soal pilihan ganda dan 3
soal essai (uraian) sehingga jumlah total sebanyak
18 soal. Seluruh soal terdistribusi ke setiap
indikator penguasaan konsep secara proporsional
dimana jumlah soal untuk indikator mengingat
(C1) 3 soal, memahami (C2), mengaplikasikan
(C3) 5 soal, manganalisis (C4) 4 soal dan
menciptakan (C6) 1 soal. Instrumen tes
Gambar 1 Grafik perbandingan rata-rata skor
penguasaan konsep IPA yang digunakan telah
pretest, posttest dan gain <g> penguasaan
divalidasi oleh 2 orang ahli sehingga sudah valid
konsep kelas kontrol dan eksperimen
untuk digunakan sebagai instrument penelitian.
Peserta didik diberikan tes dalam bentuk
Berdasarkan Gambar 1, diketahui bahwa
pretest dan posttest untuk mendapatkan data
rata-rata skor pretest penguasaan konsep IPA
tentang penguasaan konsep IPA baik sebelum
siswa pada kelas kontrol dan eksperimen adalah
maupun sesudah perlakuan menggunakan model
hampir sama yaitu 35,27 pada kelas eksperimen
pembelajaran Inkuiri terbimbing.
dan 34,00 pada kelas kontrol. Rata-rata skor
Data peningkatan penguasaan konsep IPA
posttest penguasaan konsep IPA kelas eksperimen
dianalisis menggunakan uji N-Gain atau Gain
adalah sebesar 84,73 dan kelas kontrol 73,61.
yang dinormalisasi (g). Rumus N-Gain menurut
Skor maksimum ideal untuk pretest dan posttest
hake, (1999) adalah sebagai berikut:
tes penguasaan konsep IPA adalah 100.
Peningkatan penguasaan konsep IPA
𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡 − 𝑆𝑝𝑟𝑒
(𝑔) = siswa berdasarkan perolehan skor rata-rata gain
𝑆𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 − 𝑆𝑝𝑟𝑒 yang dinormalisasi <g> pada kelas eksperimen
Keterangan: dan kelas kontrol pada Gambar 1, yaitu pada kelas
(g) : Skor rata-rata gain yang dinormalisasi eksperimen dengan penerapan model
Spost : Skor rata-rata posttest pembelajaran inkuiri terbimbing persentase skor
Spre : Skor rata-rata pretest rata-rata gain yang dinormalisasi <g> penguasaan
Sm ideal : Skor maksimum ideal konsep IPA yang diperoleh sebesar 76,12
termasuk pada kategori tinggi hal ini
Uji hipotesis menggunakan uji Independent menunjukkan bahwa penguasaan konsep IPA
Sample t Test untuk melihat adanya perbedaan siswa meningkat dengan kategori tinggi setelah
peningkatan penguasaan konsep yang signifikan mengikuti pembelajaran dengan penerapan model
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji pembelajaran inkuiri terbimbing sedangkan
hipotesis dilakukan setelah dilakukannya uji persentase skor rata-rata gain yang dinormalisasi
normalitas dan homogenitas data. <g> kelas kontrol sebesar 60,01 termasuk pada
kategori sedang hal ini menunjukkan bahwa

Indonesian Journal of Education and Learning ISSN 2598-5116 (Print) ISSN 2598-5108 (Online)
Vol.5 /No.1 2021
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing… 20
Revi Syafira, Niki Dian Permana, Susilawati, Azhar
DOI: 10.31002/ijel.v5i1.4560

penguasaan konsep IPA siswa meningkat dengan Berdasarkan data hasil penelitian tentang
kategori sedang setelah mengikuti pembelajaran penguasaan konsep IPA siswa tersebut, secara
dengan penerapan model pembelajaran umum menunjukkan bahwa peningkatan di kelas
konvensional. eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Dengan demikian, dapat dideskripsikan Hal tersebut sejalan dengan yang dikatakan
bahwa peningkatan penguasaan konsep IPA siswa Sugiyono (2011) bahwa jika kelompok treatment
kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama lebih baik dari pada kelompok kontrol, maka
mengalami peningkatan namun secara kuantitatif perlakuan yang diberikan pada kelompok
pada kelas eksperimen skor rata-rata gain yang treatment berpengaruh positif.
dinormalisasinya lebih tinggi dibandingkan kelas Signifikansi perbedaan peningkatan
kontrol. penguasaan konsep IPA siswa antara kelas
Peningkatan penguasaan konsep IPA eksperimen dan kelas kontrol dapat diketahui
siswa untuk setiap indikator pada kelas dengan melakukan uji hipotesis dengan
eksperimen dan kelas kontrol dapat dijelaskan menggunakan uji Independent sample t test.
pada gambar 2. Berdasarkan hasil analisis data menggunakan
SPSS Statistic 25.0 diperoleh nilai signifikansi
sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi ˂0,05
maka HA diterima dan H0 ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
peningkatan penguasaan konsep IPA yang
signifikan antara kelas eksperimen yang
menerapkan model pembelajaran inkuiri
terbimbing pada materi cahaya dan alat optik
dengan kelas kontrol yang menerapkan model
pembelajaran konvensional.
Peningkatan penguasaan konsep IPA siswa
Berdasarkan gambar 2 terlihat bahwa yang signifikan pada kelas eksperimen disebabkan
peningkatan penguasaan konsep IPA siswa pada oleh penerapan model inkuiri terbimbing ini
kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas membuat siswa menjadi lebih aktif dalam belajar
kontrol pada indikator mengingat (C1), karena dalam tahapan pembelajaran inkuiri
mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), dan terbimbing siswa berusaha menemukan sendiri
menciptakan (C6) sedangkan pada indikator konsep melaksanakan tahapan-tahapan
memahami (C2) kelas kontrol lebih tinggi pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat
dibandingkan kelas eksperimen. (Wardani et al., 2017, p. 197) bahwa hal ini
Peningkatan penguasaan konsep IPA dikarenakan dalam proses inkuiri, peserta didik
siswa pada kelas eksperimen yang termasuk menerima informasi, mereka akan berpikir,
kategori tinggi adalah pada indikator menganalisis memprioritaskan informasi, dan mencari
(C4) dengan skor persentase sebesar 83,59, korelasinya sebelum mencari alasan-alasan
mengingat (C1) sebesar 81,82, dan mencipta (C6) pendukung yang mengacu pada pengetahuan baru
sebesar 73,86. Sedangkan peningkatan tersebut.
penguasaan konsep IPA siswa yang termasuk Kegiatan model pembelajaran inkuiri
kategori sedang terdiri dari dua indikator yaitu terbimbing menekankan pada pengalaman belajar
pada indikator mengaplikasikan (C3) dengan skor secara langsung melalui kegiatan penyelidikan,
persentase sebesar 60,68 dan memahami (C2) menemukan konsep dan kemudian menerapkan
sebesar 42,47. konsep yang telah diperoleh dalam kehidupan
Pada kelas kontrol, peningkatan sehari-hari(Puspitasari et al., 2019, p. 103).
penguasaan konsep IPA siswa tidak ada yang Hal ini terjadi karena pada kelas
termasuk dalam kategori tinggi, sedangkan untuk eksperimen diterapkan model pembelajaran
kategori sedang terdiri dari lima indikator yaitu inkuiri terbimbing. Pada tahap awal pembelajaran
indikator mencipta (C6) dengan skor rata-rata yaitu pada tahap merumuskan masalah siswa
sebesar 69.70, mengingat (C1) 63,64, mengamati fenomena membuat mereka penasaran
menganalisis (C4) 57,69, memahami (C2) 57,58 untuk mengetahui alasan kenapa fenomena itu
dan mengaplikasikan 51,59. terjadi sehingga siswa termotivasi untuk
menemukan sendiri konsep yang harus

Indonesian Journal of Education and Learning ISSN 2598-5116 (Print) ISSN 2598-5108 (Online)
Vol.5 /No.1 2021
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing… 21
Revi Syafira, Niki Dian Permana, Susilawati, Azhar
DOI: 10.31002/ijel.v5i1.4560

dipahaminya di tahap pembelajaran berikutnya. siswa (Putri et al., 2018, p. 20).


Model ini juga memberikan stimulus secara Hasil penelitian ini sejalan dengan
optimal kepada siswa untuk mengingat materi penelitian sebelumnya tentang model
pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya dengan pembelajaran inkuiri terbimbing, penelitian ini
fenomena yang dijelaskan. Iswatun, et al., (2017) dilakukan oleh Damawiyah & Ridwan, (2015, p.
menyatakan bahwa keterlibatan siswa dalam 186) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh
pembelajaran dengan inkuiri terbimbing sangat yang signifikan dari penerapan model
tinggi karena siswa berusaha menemukan konsep pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil
untuk menguasi topic yang diberikan guru. belajar siswa pada materi usaha dan energy.
Lembar kerja peserta didik (LKPD) yang Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Fatwa
diberikan disetiap pertemuan menuntut siswa et al., (2018, p. 125) yang menyatakan ada
saling bekerjasama dalam mencari, pengaruh yang signifikan penguasaan konsep
mengumpulkan, mengolah, serta menemukan sains siswa yang mengikuti model pembelajaran
sendiri konsep yang ada di setiap materi dengan inkuiri terbimbing dengan model pembelajaran
arahan atau bimbingan dari peneliti, maka proses konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa siswa
pembelajaran menjadi lebih bermakna, sedangkan yang mendapatkan pembelajaran dengan model
pada kelas kontrol tindakan nyata ini tidak pembelajaran inkuiri terbimbing secara
diterapkan. Akibat dari hal itu, aktivitas keseluruhan menunjukkan penguasaan konsep
pembelajaran siswa di kelas eksperimen menjadi sainsnya lebih baik dibandingkan dengan siswa
lebih optimal dan pembelajaran menjadi berpusat yang mendapatkan pembelajaran dengan model
pada siswa (student center). pembelajaran konvensional. Model pembelajaran
Model pembelajaran inkuiri terbimbing inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan
merupakan model pembelajaran yang membantu motivasi dan penguasaan konsep siswa (Halimah
siswa untuk belajar, membantu siswa memperoleh et al., 2015, p. 1009).
pengetahuan dengan cara menemukan sendiri. Selain itu Dedy Hariyadi juga melakukan
Siswa dapat menemukan konsep sendiri secara penelitian yang menunjukkan hasil bahwa
terstruktur sehingga apa yang diperolehnya akan terdapat perbedaan penguasaan konsep IPA siswa
lebih bermakna dan bertahan lama. Siswa diberi antara siswa yang dibelajarkan dengan model
kesempatan untuk berpikir, menyelidiki, inkuiri terbimbing berbasis lingkungan dengan
menemukan sendiri konsep yang telah dipelajari. siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran
Menurut Abidin dalam (Sari et al., 2019a, konvensional (Hariyadi et al., 2016, p. 1571).
p. 33) pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan Penelitian lain juga sejalan dengan hasil
pembelajaran yang menuntut siswa untuk penelitian ini, menyatakan bahwa bahwa
melakukan serangkaian proses saintifik dari penggunaan model pembelajaran inkuiri
tahapan menetapkan masalah, merumuskan terbimbing berpengaruh terhadap penguasaan
hipotesis, melakukan observasi, eksperimen, dan konsep fisika dan keterampilan proses sains
kegiatan penelitian sederhana, mengolah dan (Suwandari et al., 2018, p. 88). Dengan demikian
menganalisis data, menguji hipotesis, hingga hasil penelitian ini, mendukung hipotesis
tahapan membuat kesimpulan akhir atau penelitian, yaitu terdapat perbedaan peningkatan
kesimpulan umum serta mempresentasikannya. penguasaan konsep IPA yang signifikan antara
Penerapan model pembelajaran inkuiri kelas eksperimen yang menerapkan model
terbimbing siswa memperoleh pengetahuan bukan pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi
langsung dari guru melainkan, siswa membangun cahaya dan alat optik dengan kelas kontrol yang
sendiri pengetahuan yang akan dicarinya, menerapkan model pembelajaran konvensional.
sehingga memastikan keterlibatan siswa secara
aktif selama proses pembelajaran (Sari et al., SIMPULAN
2019b, p. 38). Inkuiri terbimbing melalui metode
eksperimen lebih menggerakkan ide dan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk dengan uji hipotesis independent sample t test,
melakukan percobaan sendiri sehingga siswa lebih didapatkan nilai sig (2-tailed) sebesar 0,000<0,05,
memahami materi pada konsep yang sedang dengan demikian H0 ditolak dan HA diterima yang
dipelajari. Hal itulah yang menjadikan bahwa artinya terdapat perbedaan peningkatan
model pembelajaran inkuiri terbimbing penguasaan konsep IPA yang signifikan antara
berpengaruh terhadap penguasaan konsep IPA kelas eksperimen yang menerapkan model

Indonesian Journal of Education and Learning ISSN 2598-5116 (Print) ISSN 2598-5108 (Online)
Vol.5 /No.1 2021
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing… 22
Revi Syafira, Niki Dian Permana, Susilawati, Azhar
DOI: 10.31002/ijel.v5i1.4560

pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi Ditinjau dari Pengetahuan Awal Peserta
cahaya dan alat optik dengan kelas kontrol yang Didik. Jurnal Pendidikan Fisika dan
menerapkan model pembelajaran konvensional. Teknologi, 4(1), 121.
Saran yang dapat direkomendasikan yaitu agar https://doi.org/10.29303/jpft.v4i1.572
pelaksanaan model pembelajaran Inkuiri Hairida. (2016). The Effectiveness Using Inquiry
terbimbing dapat dilaksanakan dengan maksimal, Based Natural Science Module With
diperlukan pengkondisian kesiapan siswa dalam Authentic Assessment to Improve The
penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing Critical Thinking and Inquiry Skills of
secara berkala. Selain itu, perlu dilakukan Junior High School Students. Jurnal
penelitian lebih lanjut tentang penggunaan model Pendidikan IPA Indonesia, 5(2), 209–215.
pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran IPA. https://doi.org/10.15294/jpii.v5i2.7681
Halimah, S. N., Rudibyani, R. B., & Efkar, T.
DAFTAR PUSTAKA (2015). Penerapan Model Inkuiri
Terbimbing dalam Meningkatkan Motivasi
Ali, L. U. (2013). Pengelolaan Pembelajaran IPA Belajar dan Penguasaan Konsep Siswa.
Ditinjau dari Hakikat Sains pada SMP di Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran
Kabupaten Lombok Timur. E-Journal Kimia, 4(3), 997–1010.
Program Pascasarjana Universitas Hariyadi, D., Rahayu, S., & Ibrohim. (2016).
Pendidikan Ganesha, 3(1), 2. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Anderson, L.W., & Krathwohl, D.R. (2010). Keterampilan Proses dan Penguasaan. Jurnal
Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pendidikan, 1567–1574.
Pengajaran dan Asessmen. Yogyakarta: Hermansyah, H., Gunawan, G., & Harjono, A.
Pustaka Pelajar (2017). Pengaruh Penggunaan Laboratorium
Bustami, Y., Syafruddin, D., & Afriani, R. (2018). Virtual dalam Pembelajaran Inkuiri
The Implementation of Contextual Learning Terbimbing terhadap Penguasaan Konsep
to Enhance Biology Students ’ Critical Kalor Peserta Didik. Jurnal Pendidikan
Thinking Skills. Jurnal Pendidikan IPA Fisika dan Teknologi, 3(2), 249.
Indonesia, 7(4), 451–457. https://doi.org/10.29303/jpft.v3i2.420
https://doi.org/10.15294/jpii.v7i4.11721 Iswatun, I., Mosik, M., & Subali, B. (2017).
Dahar, R. W. (2012). Teori-Teori Belajar. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Erlangga. Terbimbing untuk Meningkatkan KPS dan
Damawiyah, S., & Ridwan, A. S. (2015). Hasil Belajar Siswa SMP Kelas VIII. Jurnal
Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Inovasi Pendidikan IPA, 3(2), 150-160.
Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Siswa Manik, D. P., Rosilawati, I., & Tania, L. (2015).
pada Materi Pokok Usaha dan Energi Kelas Efektivitas Inkuiri Terbimbing pada Materi
VIII Semester II SMP Negeri 1 Pagajahan. Kelarutan dan KSP dalam Meningkatkan
INPAFI (Inovasi Pembelajaran Fisika), Penguasaan Konsep. Jurnal Pendidikan dan
3(2), 182–190. Pembelajaran Kimia, 4(2), 744–755.
Dewi, C., Utami, L., & Octarya, Z. (2020). Permana, N. D. (2018). Penerapan Model
Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Pembelajaran Learning Cycle 7E
Terbimbing Integrasi Peer Instruction Berbantuan Website untuk Meningkatkan
terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada
SMA pada Materi Laju Reaksi. Journal of Materi Kinematika Gerak Lurus. Journal of
Natural Science and Integration, 3(2), 196– Natural Science and Integration, 1(1), 11–
204. https://doi.org/10.24014/jnsi.v3i2.9100 41. https://doi.org/10.24014/jnsi.v1i1.5187
Diniya, D., Ilhami, A., Permana, N. D., Permana, N. D. (2019). Evaluasi Dalam
Mahartika, I., & Prakash, O. (2021). Pembelajaran IPA. Cahaya Firdaus.
Kemampuan Argumentasi Ilmiah Calon Puspitasari, R. D., Mustaji, M., & Rusmawati, R.
Guru IPA melalui Pendekatan MIKIR D. (2019). Model Pembelajaran Inkuiri
selama Pandemi Covid-19. 4(1), 141–148. Terbimbing Berpengaruh terhadap
Fatwa, M. W., Harjono, A., & Jamaluddin, J. Pemahaman dan Penemuan Konsep dalam
(2018). Pengaruh Model Pembelajaran Pembelajaran PPKn. Jurnal Imiah
Inkuiri Terbimbing terhadap Keterampilan Pendidikan dan Pembelajaran, 3(1), 96-107.
Proses dan Penguasaan Konsep Sains Putri, S. B., Sarwi, & Akhlis, I. (2018).

Indonesian Journal of Education and Learning ISSN 2598-5116 (Print) ISSN 2598-5108 (Online)
Vol.5 /No.1 2021
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing… 23
Revi Syafira, Niki Dian Permana, Susilawati, Azhar
DOI: 10.31002/ijel.v5i1.4560

Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Melalui (2017). The Development of Inquiry By


Kegiatan Lab Virtual dan Eksperimen Riil. Using Android-System-Based Chemistry
Unnes Physics Education Journal, 7(1), 14– Board Game to Improve Learning Outcome
22. and Critical Thinking Ability. Jurnal
Riyanti, A., Arif, W., & Indah, U. W. (2016). Pendidikan IPA Indonesia, 6(2), 196–205.
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif https://doi.org/10.15294/jpii.v6i2.8360
Tipe Team Assisted Individualization Wati, A., Susilo, H., & Sutopo. (2018). Pengaruh
Berbantuan Peta Konsep Terhadap Hasil Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Belajar dan Keterampilan Berpikir Kritis Berbantuan Jurnal Belajar terhadap
Siswa SMP Tema Kalor. Unnes Science Penguasaan Konsep IPA Siswa. Jurnal
Education Journal, 5(2), 1280–1287. Pendidikan, 3(1), 129–133.
Sari, R. M., Rusdi, & Maulidiya, D. (2019a).
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing untuk Meningkatkan Aktivitas
Matematika Peserta Didik Kelas VII SMP
Negeri 2 Kota Bengkulu. Jurnal Penelitian
Pembelajaran Matematika Sekolah
(JP2MS), 3(1), 31–39.
Sari, R. M., Rusdi, R., & Maulidiya, D. (2019b).
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing untuk Meningkatkan Aktivitas
Matematika Peserta Didik Kelas VII SMP
Negeri 2 Kota Bengkulu. Jurnal Penelitian
Pembelajaran Matematika Sekolah
(JP2MS), 3(1), 31–39.
https://doi.org/10.33369/jp2ms.3.1.31-39
Suci, Y., Wahyudi, & Rahayu, S. (2017).
Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing terhadap Penguasaan Konsep
dan Kemampuan Berpikir Kritis Fisika
Peserta Didik Kelas X SMAN 1 Kuripan.
Jurnal Pendidikan Fisika Dan Teknologi,
3(2), 181–187.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324
.004
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung
Suhartini, E., Supardi, Z. I., & Agustini, R.
(2017). Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Model Inkuiri Terbimbing
Berbantuan Teknik Mind Mapping untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP.
JPPS (Jurnal Penelitian Pendidikan Sains),
5(2), 892-902.
Suwandari, P. K., Taufik, M., & Rahayu, S.
(2018). Pengaruh Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing terhadap Penguasaan
Konsep dan Keterampilan Proses Sains
Fisika Peserta Didik Kelas XI MAN 2
Mataram tahun pelajaran 2017/2018. Jurnal
Pendidikan Fisika dan Teknologi, 4(1), 82-
89.
Wardani, S., Lindawati, L., & Kusuma, S. B. .

Indonesian Journal of Education and Learning ISSN 2598-5116 (Print) ISSN 2598-5108 (Online)
Vol.5 /No.1 2021

Anda mungkin juga menyukai