Anda di halaman 1dari 12

Penerapan Model Make a Match

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH


UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA PADA SEKOLAH DASAR

Intan Fajar Susilowati


PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya (sintanfajar@yahoo.com)

Husni Abdullah
PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe make a match. Jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas. Teknik pengumpulan
data menggunakan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran, tes dan catatan lapangan. Berdasarkan
perhitungan nilai keterlaksanaan pembelajaran pada siklus I 100% dan siklus II mencapai 100%. Nilai
ketercapaian pembelajaran pada siklus I 78.97dan siklus II mencapai nilai 86.60. persentase ketuntasan
belajar siswa ranah pengetahuan pada siklus I 69.56% pada siklus II 82.60% mengalami peningkatan
13.04%. Ketuntasan hasil belajar siswa ranah keterampilan pasa siklus I 78.26% pada siklus II 100%
mengalami peningkatan 21.74%. Ketuntasan hasil belajar siswa ranah sikap pada siklus I 91.30% pada
siklus II 100% mengalami peningkatan 8.7%. Dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV pada SDN
Bangkingan II/442 Surabaya.

Kata Kunci: Make a Match, IPS, Hasil Belajar

Abstract

This study aims to improve student learning outcomes by using cooperative learning model type make a
match. The type of research is classroom action research. Technique of collecting data using observation
sheet implementation of learning, test and field note. Based on the calculation of the value of learning
implementation in the first cycle 100% and cycle II reached 100%. The value of learning achievement in
cycle I 78.97 and cycle II reached value 86.60. the percentage of students' learning mastery in knowledge
cycle I 69.56% in cycle II 82.60% has increased 13.04%. Completeness of student learning outcomes in
the pasa cycle I 78.26% in cycle II 100% increased 21.74%. Completeness of student learning outcomes
in the cycle 91.30% in cycle I 100% increased 8.7%. It can be concluded that the application of
cooperative learning model of type make a match can improve the learning result of social studies of
fourth grade student at SDN Bangkingan II / 442 Surabaya.

Keywords: Make a Match, Social Studies, Learning Outcomes

Pada saat ini Indonesia menerapkan kurikulum


PENDAHULUAN 2013. Kurikulum tersebut memadukan semua pelajaran
Sekolah dasar merupakan sarana untuk menjadi satu tema. Dalam kurikulum 2013, siswa
memperoleh ilmu melalui proses belajar mengajar menjadi pusat pembelajaran dan guru sebagai fasilitator.
dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan Dengan demikian pemebalajaran yang dilaksanakan
kepada siswa. Proses tersebut tidak lepas dari peran dapat merangsang siswa untuk aktif baik secara individu
seorang guru. Guru berkewajiban untuk mencerdaskan maupun kelompok. Penerapan kurikulum ini sesuai
dan mengembangkan semua potensi yang dimiliki siswa dengan teori belajar kognitivisme dan teori belajar
dalam kegiatan pembelajaran. Pemilihan model dan konstruktivisme. Menurut Wundt (dalam Suyono, 2011:
media pembelajaran yang akan digunakan oleh guru 73) teori Kognitivisme merupakan penambahan
harus sesuai dengan kebutuhan siswa demi kelancaran pengetahuan siswa secara aktif dan kreatif melalui
dan tercapainya tujuan pembelajaran dalam proses belajar pengalaman yang di alami. Pembelajaran yang diterim
mengajar. siswa menjadi lebih kompleks dengan pengalaman secara

451
JPGSD. Volume 06 Nomor 04 Tahun 2018, 451-462

langsung, sehingga proses belajar lebih penting daripada menggunakan model pembelajaran langsung dengan
hasil belajar. metode ceramah dalam pembelajaran. Sebenarnya guru
Sementara itu teori konstruktivisme menurut dapat menggunakan model-model pembelajaran yang
Piaget (dalam Suyono, 2011: 107) menyatakan bahwa lebih efektif dipakai dalam pembelajaran. Namun
siswa harus mampu menemukan sendiri informasi yang pemahaman guru mengenai model-model pembelajaran
kompleks, siswa harus dapat memecahkan masalah yang masih kurang. Tidak adanya kegiatan yang melibatkan
sedang dihadapinya di dalam pembelajaran menggunakan siswa dalam pembelajaran membuat siswa menjadi pasif
ide mereka sendiri. Keterlibatan siswa secara langsung dan sering bercanda dengan teman sebangkunya.
dalam proses pembelajaran dapat menanamkan Penanaman konsep pembelajaranpun kurang maksimal.
pengetahuan jangka panjang sehingga siswa tidak mudah Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan,
lupa dengan materi yang sudah dipelajari. peneliti menawarkan cara untuk memperbaiki masalah
Salah satu mata pelajaran yang dipelajari adalah belajar tersebut. Salah satunya yaitu dengan melakukan
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS merupakan mata variasi dalam proses pembelajaran, yaitu dengan model
pelajaran yang berkaitan erat dengan kehidupan manusia kooperatif tipe make a match. Make a match merupakan
sehari-hari. Mata pelajaran IPS telah dipelajari oleh siswa salah satu bentuk dari model pembelajaran kooperatif.
mulai dari sekolah dasar hingga kejenjang yang lebih Model ini telah dikembangkan oleh Curran (dalam
tinggi. Pelajaran IPS berisi tentang segala tingkah laku Shoimin, 2014: 98). Make a match adalah model
dan kebutuhan manusia dalam menjalani kehidupan pembelajaran belajar sambil bermain (mencari pasangan).
bermasyarakat. IPS merupakan mata pelajaran yang Alasan pemilihan model ini yaitu model ini sangat
memiliki berbagai aspek meliputi sejarah, ekonomi, berkaitan dengan keaktifan siswa sehingga cocok
geografi, politik, teknologi, dan seterusnya. Pedidikan diterapkan pada kelas IV-A yang pada dasarnya siswa di
IPS sangat penting diberikan kepada siswa di sekolah kelas IV-A ini bersifat hyperaktif.
dasar. Tujuan pendidikan IPS yaitu mampu menyiapkan Menurut Huda (2013:253) keunggulan dari model
dan memberi pengetahuan kepada siswa untuk dapat ini yaitu siswa dapat menggali konsep dan pengetahuan
hidup di lingkungan masyarakat dengan baik serta dalam suasana belajar yang menyenangkan. Dengan
melatih siswa dalam bertindak secara efektif dalam belajar sambil bermain akan membuat siswa termotivasi
menyelesaikan masalah. serta semangat untuk mengikuti pembelajaran yang
Pembelajaran merupakan proses siswa dilakukan oleh guru dan pembelajaran pun menjadi
memperoleh pendidikan. Pembelajaran yang dilakukan bermakna. Selain itu konsep dan topik yang dipelajari
oleh guru harus mampu mendorong kreativitas serta siswa akan bertahan dalam jangka waktu yang lama.
membuat siswa aktif agar tujuan pembelajaran dapat Untuk itu disusunlah penelitian tindakan kelas yang
tercapai dan berlangsung dalam suasana yang EHUMXGXO ³Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
menyenangkan. Untuk itu keterampilan guru sangat tipe Make a Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips
diperlukan dalam proses pembelajaran. 6LVZD .HODV ,9 6'1 %DQJNLQJDQ ,, 6XUDED\D ´
Pembelajaran IPS khususnya di SDN
Bangkingan II/442 Surabaya masih didominasi oleh guru. METODE
Guru menjelaskan dengan memindahkan semua Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN
pengetahuan secara keseluruhan kepada siswa. Guru Bangkingan II/442 Surabaya. Subjek dari penelitian ini
merasa bahwa cara seperti itu merupakan cara terbaik yaitu guru dan siswa kelas IV-A SDN Bangkingan II/442
bagi siswa untuk belajar, namun realitanya siswa tidak Surabaya. Kelas IV-A terdiri dari 23 siswa. Alasan
bersemangat dalam menerima materi tentang sumber pemilihan lokasi penelitian ini yaitu SDN Bangkingan
daya alam lingkungan. Guru hanya menyuruh siswa II/442 Surabaya merupakan tempat peneliti praktik
untuk menghafalkan materi ajar tanpa mengajarkan cara mengajar yaitu mata kuliah PPP (Program Pengelolaan
berpikir yang logis. Hal tersebut menyebabkan terdapat Pembelajaran) pada awal semester 7 sehingga peneliti
masalah dalam proses belajar diantaranya : 1) siswa mengetahui tentang bagaimana proses pembelajaran dan
kesulitan dalam memahami materi IPS yang diajarkan, 2) model pembelajaran yang biasa dipakai oleh guru masih
siswa belum mampu mengidentifikasi manfaat konvensional yang membuat siswa pasif.
lingkungan bagi kehidupan sehari-hari, 3) siswa kurang Prosedur dalam Penelitian Tindakan Kelas
aktif dalam proses pembelajaran, sehingga hasil belajar (Classroom Action Research) memiliki suatu siklus yang
siswa kurang maksimal yaitu, 56% atau 13 anak dari 23 terdiri dari tiga tahap yaitu Plan (perencanaan), Act and
VLVZD \DQJ KDVLO EHODMDUQ\D PDVLK GLEDZDK ..0 ” Observe (Tindakan dan Pengamatan) dan Reflect
Model pembelajaran yang digunakan dalam (Refleksi). Berikut gambar tahap Penelitian Tindakan
proses pembelajaran masih konvensional. Guru selalu
Penerapan Model Make a Match

Kelas menurut Kemmis dan Mc Taggart (Arikunto, 2013: 4) Membagikan kartu pertanyaan pada kelompok A
132) dan kartu jawaban pada kelompok B
5) Membimbing siswa dalam mencari pasangan
6) Mengonfimasi atau mencocokkan kartu pasangan
7) Membagikan LKPD kepada siswa
8) Memberikan lembar evaluasi kepada siswa
Kegiatan Penutup
1) Memberikan penghargaan atau apresiasi kepada
siswa
2) Melakukan refleksi dengan menyimpulkan kegiatan
pembelajaran bersama siswa
3) Mengucapkan salam dan doa

Gambar 1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas b. Tahap Observasi/Pengamatan


Pengamatan merupakan tahap yang
Tahap-tahap penelitian ini adalah sebagai berikut : dilakukan bersama dengan tahap perlakukan.
1. Plan (Perencanaan) Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada tahap
Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan obervasi atau pengamatan sebagai berikut:
pada tahap perencanaan sebagai berikut: 1) Mengamati dan mencatat aktivitas guru pada saat
a. Menemukan masalah yang terjadi melalui observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan
dan studi wawancara. penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make
b. Melakukan koordinasi dengan guru kelas IV a match.
mengenai masalah pada pembelajaran yang terjadi, 2) Mencatat hal-hal atau kendala-kendala yang muncul
dan peneliti juga memberikan solusi dari masalah saat pelaksanaan pembelajaran.
tersebut.
c. Membuat silabus, merancang RPP sesuai dengan 3. Reflect (Refleksi)
tema dan subtema yang akan digunakan dalam Refleksi merupakan feed back atau umpan
penelitian, membuat media pembelajaran, balik terhadap pelaksanaan tindakan. Refleksi
menyusun LKPD serta menyusun LE sesuai dengan bertujuan untuk mengetahui ketercapaian
RPP. pelaksanaan tindakan, mengetahui kendala-kendala
d. Menyusun jadwal penelitian atas kesepakatan yang terjadi dan mengoreksi kegiatan yang belum
dengan guru dan pihak sekolah. tercapai untuk dilakukan perbaikan pada tahap
e. Menyiapkan kartu make a match yang akan selanjutnya. Adapun kegiatan pada tahap refleksi
digunakan dalam kegiatan pembelajaran. sebagai berikut:
f. Menyiapkan instrumen penelitian. a. Membuat rangkuman mengenai pelaksanaan
g. Melatih guru dalam menerapkan model kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
pembelajaran make a match. b. Melakukan analisis dari hasil evaluasi siswa
c. Mendiskusikan kendala yang yang muncul saat
2. Act and Observe (Tindakan/Pelaksanaan dan kegiatan pembelajaran dan mencari penyelesaiannya
Pengamatan) d. Menyusun kembali perencanaan perbaikan untuk
a. Tahap Pelaksanaan siklus berikutnya.
Adapun kegiatan pelaksanaan sebagai berikut: Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
Kegiatan Awal penelitian ini sebagai berikut:
1) Mengucapkan salam dan mengondisikan siswa 1. Observasi
untuk berdoa. Untuk mengumpulkan data pelaksanaan
2) Mengabsensi siswa. pembelajaran dengan penerapan model
3) Memberikan motivasi dan melakukan apersepsi pembelajaran kooperatif tipe make a match.
kepada siswa 2. Tes
4) Menyampaikan tujuan pembelajaran Untuk mengukur tingkat pemahaman siswa dengan
Kegiatan Inti materi yang telah disampaikan.
1) Menyampaikan materi secara garis besar
2) Menggunakan media pembelajaran
3) Membagi siswa menjadi 2 kelompok.

453
JPGSD. Volume 06 Nomor 04 Tahun 2018, 451-462

3. Catatan Lapangan 2. Ketuntasan kreativitas secara klasikal


Catatan ini berisi rangkuman seluruh data pada Ketuntasan dalam belajar dihitung menggunakan
tahap tertentu dan untuk mencatat kendala yang rumus sebagai berikut:
terjadi.
PTK menggunakan analisis data deskripsi kualitatif
dan kuantitatif. Analisis ini dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut :
1. Analisis Data Observasi Kegiatan Pembelajaran
a. Keterlaksanaan Pembelajaran

Indikator keberhasilan yang digunakan untuk


menyatakan bahwa penelitian ini berhasil adalah sebagai
berikut :
1. Keterlaksanaan pembelajaran dengan penerapan
model make a match PHQFDSDL NHEHUKDVLODQ •
GHQJDQ QLODL NHWHUFDSDLDQ • GHQJDQ NHWXQWDVDQ
2. belajar siswa secaea klasikal mencapai keberhasilan
• sesuai dengan kriteria penilaian yang
dikemukakan oleh Kunandar dan Sudjanana.
b. Ketercapaian Pembelajaran 3. +DVLO EHODMDU GLNDWDNDQ WXQWDV DSDELOD • GDUL
jumlah siswa memperoleh nilai sama atau diatas
KKM yaitu 75 sesuai dengan kriteria penilaian yang
dikemukakan oleh Sudjanana.
4. Kendala-kendala yang muncul dapat diatasi dengan
baik dan keseluruhan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
c. Hasil Belajar Hasil penelitian pembelajaran dengan peneraparan
Data dari hasil belajar IPS siswa dianalisis model pembelajaran kooperatif tipe make a match untuk
menggunakan rumus: mengingkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN
1. Rata-rata siswa yang tuntas Bangkingan II/442 Surabaya dipaparkan pada bab ini.
Rata-rata siswa yang tuntas dapat dihitung Data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi data
menggunakan rumus: hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran, hasil belajar
à ëÜ siswa, dan data pengamat mengenai kendala-kendala yang
M= terjadi pada saat pembelajaran.
Ãá

Siklus 1
a. Perencanaan
Langkah awal yang dilakukan dalam tahap
perencanaan adalah sebagai berikut :
1) Merancang perangkat pembelajaran yang sesuai
kurikulum2013.
2) Menyiapkan media pembelajaran.
3) Menyiapkan instrumen.
4) Memvalidasikan instrumen penelitian sebelun
digunakan untuk penelitian kepada dosen
validator.
Penerapan Model Make a Match

5) Melakukan koordinasi kepada guru kelas untuk Dan terakhir guru menutup kegiatan pembelajaran
menentukan hari dan tanggal dilaksanakannya dengan berdoa dan mengucap salam. Dalam kegiatan
penelitian. akhir terdapat satu point yang tidak dilaksanakan oleh
6) Mengajari guru kelas mengenai model kooperatif guru yaitu menyampaikan pesan moral kepada siswa.
tipe make a match sebelum pelaksanaan
penelitian, sehingga dalam pelaksanaan penelitian b) Pertemuan 2
guru dapat mengerti langkah-langkah dan aturan Dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 3 April 2018.
dalam penerapan model pembelajaran kooperatif Alokasi waktu yang digunakan pada pertemuan 2 yaitu
tipe make a match. 6x35 menit.
7) Perlakuan dan Pengamatan Kegiatan awal berlangsug selama 20 menit. Guru
1) Perlakuan memberi salam dan berdoa bersama siswa. Setelah itu
a) Pertemuan 1 guru melakukan presensi untuk mengecek kehadiran
Dilaksanakan pada hari Senin tanggal 2 April siswa. Setelah itu guru melakukan apersepsi agar siswa
2018. Pada siklus 1 menggunakan pembelajaran 1 dengan ingat tentang materi yang sudah dipelajari dan guru
mata pelajaran yaitu Bahasa Indonesia, IPA, dan IPS. memberi motivasi diawal kegiatan pembelajaran.
Alokasi waktu yang digunakan dalam pembelajaran 6x35 Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
menit. Kegiatan inti berlangsung selama 170 menit. guru
Kegiatan awal berlangsung selama 20 menit. menjelaskan materi secara garis besar mengenai
dumulai dari guru membimbing siswa untuk berdoa dan kerusakan dan cara melestarikan lingkungan. Guru
mengabsensi siswa. kemudian guru melakukan kegiatan menujnjukkan gambar tentang kerusakan lingkungan dan
apersepsi untuk menstimulus siswa, namun guru tidak menjelaskan penyebab terjadinya kerusakan lingkungan
memberikan motivasi diawal kegiatan pembelajaran. tersebut. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
Kemudian guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran melakukan tanya jawab.
namun guru tidak menjelaskan dan menuliskan tujuan Setelah itu guru membagi siswa menjadi 2
pembelajaran dipapan tulis. kelompok yaitu kelompok A dan kelompok B. Guru
Kegiatan inti berlangsung selama 170 menit membagi siswa menjadi 2 kelompok dengan cara
diawali dengan guru memninta siswa mengamati gambar membangi nmor absensi siswa. siswa dengan nomor
yang ada pada buku dan membaca mareti yang ada absen 1-11 menjadi kelompok A dan siswa dengan
dibuku. Kemudian guru menjelaskan materi secara garis nomor absen 12-23 menjadi kelompok B. Kemudian guru
besar mengenai lingkungan dan manfaatnya. Guru membagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan
menunjukkan sebuah gambar yang dipasang didepan kartu jawaban kepada kelompok B.
kelas kemudian guru meminta beberapa siswa untuk maju Guru meninta siswa untuk mencari pasangan kartu
dan mendeskripsikan gambar tersebut. Dalam dengan benar. Dalam mencari atau mencocokkan kartu
penggunaan media tersebut guru tidak menjelaskan guru membimbing dan membantu siswa. setelah siswa
gambar yang ditunjukkan kepada siswa. dapat menenmukan pasangan yang cocok, kemudian guru
Guru mengondisikan siswa untuk melakukan mengonfirkmasi kebenaran atas kartu tersebut. Seletalh
permainan mencari kartu pasangan. Guru membagi siswa itu guru membagi kan LKPD kepada siswa untuk
menjadi 2 kelompok. Dalam membagi siswa menjadi 2 dikerjakan dengan teman sebangku. Guru meminta
kelompok guru menggunakan cara berhitung. Siswa perwakilan beberapa siswa untuk membacakan hasil
berhitung 1 dan 2 begitu seterusnya. siswa dengan angka diskusinya didepan kelas. kegiatan inti diakhiri dengan
ganjil akan menjadi kelompok A dan siswa dengan angka guru memberikan lembar evaluasi kepada siswa untuk
genap akan menjadi kelompok B. Kemudian guru mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi
membagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan yang telah disampaikan dengan penerapan model
kartu jawaban kepada kelompok B. Kemudian guru pembelajaran kooperatif tipe make a match.
membantu siswa dalam mencocokkan kartu pertanyaan Kegiatan akhir berlangsung selama 20 menit.
dan kartu jawaban. Guru mengulangi kegiatan berikut guru memberikan reward kepada siswa sebabagai
hingga 2-3 kali agar siswa terbiasa. Akan tetapi penghargaan karena telah mengikuti kegiatan
pembagian kelompok dengan cara berhitung kurang pembelajaran dengan baik. Kemudian guru bersama-
efektif karena menimbulkan kegaduhan. sama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Kegiatan akhir berlangsung selama 20 menit. guru Setelah itu guru menyampaikan pesan moral kepada
memberikan reward kepada siswa sebagai bentuk siswa. kegiatan akhir ditutupdengan guru mengondisikan
penghargaan. Kemudian guru bersama-sama siswa siswa untuk berdoa kemudian guru mengucap salam.
menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan. 2) Pengamatan

455
JPGSD. Volume 06 Nomor 04 Tahun 2018, 451-462

Pengamatan dilakukan oleh Peneliti dan teman dilakukan digunakan untuk mengetahui hasil belajar
sejawat yakni, observer 1 oleh Intan Fajar Susilowati dan siswa, keberhasilan proses pembelajaran serta mencari
observer 2 oleh Dewi Rahayu. Berikut merupakan solusi terhadap kendala-kendala yang muncul dalam
pemaparan data hasil pengamatan pada siklus 1 : proses pembelajaran. Hasil belajar siswa pada ranah
a) Data hasil pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1, pengetahuan dan keterampilan masih perlu berbaikan
berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh pada siklus berikutnya. Keberhasilan pada proses
kedua observer persentase proses keterlaksanaan pembelajaran dengan penerapan model kooperatif tipe
pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran make a match pada siklus 1 yaitu :
kooperatif tipe make a match telah mencapai 100% 1) Guru menguasai materi dengan baik dan sesuai
dengan nilai ketercapaian 78.97. Untuk itu dapat dengan KD dan Indikator.
dikatakan penelitian ini belum berhasil karena nilai 2) Guru menyampaikan materi dengan bahasa yang
ketercapaian proses pembelajaran belum memenuhi jelas dan mudah dimengerti oleh siswa.
indikator yang telah ditentukan yaitu •80 sehingga Sedangkan untuk solusi dalam memperbaiki
perlu ditingkatkan lagi pada siklus berikutnya. kendala-kendala yang muncul pada pembelajaran dengan
b) Data hasil belajar siswa siklus 1. Hasil belajar siswa penerapan model kooperatif tipe make a match pada
yang dinilai meliputi 3 ranah sesuai dengan siklus 1 yaitu :
kurikulum 2013 yaitu, ranah pengetahuan, ranah 1) Guru hendaknya melakukan ice breaking ditengah-
keterampilan dan ranah sikap, berikut akah tengah pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan
dipaparkan hasil belajar siswa secara klasikal pada dan tetap semangat dalam mengikuti pembelajaran.
siklus 1 disemua ranah : 2) Peneliti dan guru mendiskusikan kembali kesulitan
1)) Ranah Pengetahuan guru dalam menerapkan model. Peneliti kembali
ÃÌÜæêÔ ìÔáÚ çèáçÔæ ÕØßÔÝÔå melatih guru dalam menerapkan model
P= X 100%
ÃæÜæêÔ
5:
pembelajaran kooperetif tipe make a match sampai
P = 67 X 100% guru dapat menguasinya dengan baik.
P = 69.56% (Kurang) 3) Siswa membutuhkan waktu untuk terbiasa dengan
2)) Ranah Keterampilan model pembelajaran kooperatif tipe make a match
ÃÌÜæêÔ ìÔáÚ çèáçÔæ ÕØßÔÝÔå sehingga guru perlu mengulangi kegiatan mencari
P= X 100%
ÃæÜæêÔ
5< pasangan hingga 2-3 kali dan guru harus bisa
P= X 100% mengondisikan siswa.
67
P = 78.26% (Cukup) 4) Guru sebaiknya memberi stimulus diawal
Dari data diatas hasil belajar pada ranah pembelajaran sehingga dapat merangsang daya
pengetahuan dan keterampilan masih belum mencapai ingat siswa.
indikator yang telah ditentukan sehingga perlu Siklus 2
ditingkatkan lagi pada siklus berikutnya. a. Perencanaan
c) Catatan lapangan siklus 1. Catatan lapangan Langkah awal dalam siklus 2 yaitu :
digunakan untuk mencatat kendala-kendala yang 1) Menganalisis kurikulum dengan menggunakan
muncul pada siklus 1. Kendala-kendala berikut yaitu : SHPEHODMDUDQ SDGD WHPD ³.D\DQ\D 1HJHULNX´
Pertemuan 1 VXEWHPD ³.HND\DDQ 6XPEHU 'D\D $ODP GL
1)) Guru kurang mengondisikan siswa sehingga ,QGRQHVLD´
siswa menjadi ramai. 2) Menyusun perangkat pembelajaran. Perangkat
2)) Guru kurang memahami langkah-langkah dan pembelajaran berisi komponen-komponen mulai
aturan model pembelajaran kooperatif tipe make dari silabuh hingga rubrik dan instrumen
a match sehingga banyak waktu terbuang. penilaian. Kemudian memvalidasikan kepada
3)) Siswa yang belum terbiasa dengan model dosen validator.
pembelajaran kooperatif tipe make a match 3) Menyerahkan perengkat pembelajaran kepada
sangat antusian sehingga menimbulkan guru kelas IV-A serta berkoordinasi untuk
kegaduhan. menentukan hari dan tanggal dilaksanakannya
Pertemuan 2 penelitian pada siklus 2.
4)) Guru kurang memberi stimulus diawal kegiatan 4) Menyiapkan media pembelajaran.
pembelajaran. b. Perlakuan dan pengamatan
8) Refleksi 1. Perlakuan
Pada tahap reflesi akan dilakukan evaluasi tentang a) Pertemuan 1
pelaksanaan proses pembelajaran. Evaluasi yang
Penerapan Model Make a Match

Dilaksanakan pada hari Senin tanggal 16 April menyampaikan pesan moral kepada siswa. Kegiatan ini
2018. Pada siklus 2 pembelajaran yang digunakan yaitu diakhir dengan guru mengucap salam.
pembelajaran 5 denga mata pelajaran SBdP dan IPS. b) Pertemuan 2
Alokasi waktu yang digunakan pada proses pembelajaran Siklus 2 pertemuan 2 dilaksanakan pada hari
yaitu selama 4x35 menit. Selasa tanggal 17 April 2018. Pertemuan 2 menggunakan
Kegiatan awal berlangsung selama 15 menit. pembelajaran 5 dengan mata pelajaran SBdP dan IPS.
dimulai dari guru menyiapkan dan mengondisikan siswa Alokasi waktu pada pertemuan 2 ini yaitu 4x35 menit.
untuk berdoa bersama-sama. Kemudian guru melakukan Kegiatan awal pada pertemuan 2 berlangsung
presensi yang digunakan untuk mengecek kehadiran selama 15 menit. Diawali dengan salam kemudian berdoa
siswa. setelah itu guru memberi motivasi diawal kegiatan bersama. Setelah itu guru mengabsensi siswa. Kemudian
pembelajaran serta melakukan apersepsi yaitu guru melakukan apersepsi yaitu mengajak siswa untuk
PHQ\DQ\LNDQ ODJX ³+LMDX 5XPDKNX +LMDX %XPLNX´ PHQ\DQ\LNDQ ODJX ³+LMDX 5XPDKNX +LMDX %XPLNX´
bersama-sama. Kemudian guru menuliskan tujuan bersama-sama. Guru meberikan motivasi kepada siswa
pembelajaran dipapan tulis, akan tetapi guru tidak diawal kegiatan pembelajaran. Kemudian guru
menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai menyampaikan dan menjelaskan tujuan pembelajaran
kepada siswa. yang akan dilaksanakan kepada siswa.
Kegiatan inti berlangsung selama 110 menit. guru Kegiatan inti berlangsung selama 110 menit. Guru
PHPLQWD VLVZD XQWXN PHQ\DQLNDQ ODJX ³+LMDX 5XPDKNX menjelaskan materi secara garis besar mengenai kegiatan
+LMDX %XPLNX´ GHQJDQ QDGD GDQ QRW \DQJ EDLN *XUX ekonomi masyarakat berdasarkan letak geografis.
meminta perwakilan beberapa siswa untuk maju dan Kemudian guru menunjukkan berbagai jenis mata
menyanyikan lagu tersebut didepan kelas dengan pencaharian masyarakat. Setelah itu guru meminta siswa
bimbingan guru. Kemudian guru memberi waktu 15 berdiskusi dengan teman sebangku untuk menganalisis
menit kepada siswa untuk membaca materi yang ada dan mengidentifikasi jenis pekerjaan. Setelah itu guru
dibuku siswa. setelah itu guru meminta siswa untuk meminta perwakilan siswa untuk mempresentasikan hasil
mendeskripsikan gambar yang terdapat dibuku siswa. pekerjaaannya. Setelah itu guru membagi siswa menjadi
kemudian guru menjelaskan materi secara garis besar 2 kelompok yaitu kelompok A dan kelompok B.
mengenai pengaruh letak geografis terhadap aktivitas Setelah membagi siswa menjadi 2 kelompok guru
masyarakat. meminta 5 siswa dari kelompok A dan 5 siswa dari
Guru mengondisikan siswa untuk membentuk kelompok B untuk maju. Guru membagikan kartu
kelompok. Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok pertanyaan kepada kelompok A dan kelompok B harus
yaitu kelompok A dan kelompok B. Guru membagi siswa mencari jawaban yang benar sesuai dengan kartu
menjadi 2 kelompok dengan cara siswa yang bernomor pertanyaan. Guru mengawasi siswa dalam mencari kartu
absen genap menjadi kelompok A dan siswa yang jawaban yang cocok. Guru juga membimbing siswa
bernomor absen ganjil menjadi kelompok B. Kemudian apabila ada siswa yang kesulitan. Setelah siswa
guru memanggil 3 siswa dari kelompok A dan 3 siswa menemukan kartu jawaban yang sesuai dengan kartu
dari kelompok B. Kelompok A mengambil kartu pertanyaan, guru mengonfirmasikan kebenaran kartu
pertanyaan dan kelompok B mencari jawaban dari jawaban dan kartu pertanyaan tersebut. Siswa yang dapat
pertanyaan tersebut melalui kartu jawaban. Guru mencocokkan dengan benar akan diperbolehkan untuk
membimbing siswa dalah mencocokkan kartu. Setelah kembali duduk dan bergatian dengan teman yang lain.
menemukan jawaban yang cocok kemudian guru Setelah semua siswa mendapatkan giliran untuk
mengonfirmasikan kebenaran dari kartu pertanyaan dan bermain kartu, kemudian guru membagikan LKPD
kartu jawaban. Setelah itu siswa diperbolehkan untuk kepada siswa untuk didiskusikan dengan teman
duduk. Dan bergantian dengan siswa yang lain begitu sebangku. Setelah itu perwakilan dari siswa diminta
seterusnya. cara seperti itu lebih efektif dan guru dapat untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan
mengondidikan siswa dengan baik, sehingga kelas tetap kelas. Kemudian guru membagikan lembar evaluasi
tenang dan tidak gaduh. kepda siswa untuk dikerjakan secara mandiri.
Kegiatan Akhir berlangsung selama 15 menit. Kegiatan penutup pada pertemuan 2 berlangsung
guru memberikan reward kepada siswa sebagai selama 15 menit. guru memberikan reward kepada
penghargaan karena telah mengikuti pembelajaran siswa. kemudian guru mengajak siswa untuk
dengan baik. Kemudian guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan. Setelah
menyimpulkan materi yang disampaikan dari itu guru menyampaikan pesan moral kepada siswa. dan
pembelajaran yang telah berlangsung. Setelah itu guru terakhir guru mengucap salam.

457
JPGSD. Volume 06 Nomor 04 Tahun 2018, 451-462

2) Pengamatan Pada pertemuan 2 tidak ada kendala yang terjadi.


Pengamatan dilakukan oleh Peneliti dan teman Guru dan siswa telah terbiasa dengan model
sejawat yakni, observer 1 oleh Intan Fajar Susilowati dan pembelajaran kooperatif tipe make a match.
observer 2 oleh Evi Eryana Hapsari. Berikut merupakan
pemaparan data hasil pengamatan pada siklus 1 : c. Refleksi
a) Data hasil pelaksanaan pembelajaran pada siklus 2, Observer dan guru melakukan refleksi diakhir
berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh pertemuan siklus 2. Dapat diketahuai bahwa data hasil
kedua observer persentase proses keterlaksanaan pelaksanaan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa
pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran pada semua ranah mengalami peningkatan. Tidak hanya
kooperatif tipe make a match telah mencapai 100% itu kendala-kendala yang muncul dalam pelaksanaan
dengan nilai ketercapaian 86.60. Untuk itu dapat proses pembelajaran pun dapat diatasi dengan baik oleh
dikatakan penelitian ini berhasil karena nilai guru.
ketercapaian proses pembelajaran telah memenuhi Peningkatan-peningkatan tersebut akan sajikan
LQGLNDWRU \DQJ WHODK GLWHQWXNDQ \DLWX • dalam grafik pada bab pembahasan. Berikut akan
b) Data hasil belajar siswa siklus 2. Hasil belajar siswa dipaparkan secara terperinci mengenai peningkatan
yang dinilai meliputi ranah pengetahuan dan ranah proses pelaksanaan pembelajaran hingga hasil belajar
keterampilan berikut akah dipaparkan hasil belajar siswa serta kendala-kendala yang terjadi melalui hasil
siswa secara klasikal pada siklus 1 disemua ranah : pengamatan dalam siklus 2 :
1)) Ranah Pengetahuan 1) Pelaksanaan kegiatan aktivitas guru dalam proses
ÃÌÜæêÔ ìÔáÚ çèáçÔæ ÕØßÔÝÔå pembelajaran dengan menerapkan model
P= X 100%
ÃæÜæêÔ
5=
pembelajaran kooperatif tipe make a match mencapai
P = 67 X 100% keterlaksaan 100% dengan nilai ketercapaian 86.60.
P = 82.60% (Baik) 2) Persentase hasil belajar siswa pada ranah pengetahuan
2)) Ranah Keterampilan yaitu 82.60% dengan rata-rata nilai siswa yang tuntas
ÃÌÜæêÔ ìÔáÚ çèáçÔæ ÕØßÔÝÔå yaitu 91.36.
P= X 100%
ÃæÜæêÔ
67 3) Persentase hasil belajar siswa pada ranah
P = 67 X 100% keterampilan yaitu 100% dengan nilai rata-rata 91.56.
P = 100% (Amat Baik) 4) Kendala-kendala yang terjadi dalam proses
Dari data diatas hasil belajar siswa pada ranah pembelajaran dapat diatasi dengan baik.
pengetahuan dan keterampilan telah mencapai Pada siklus 2 seluruh aktivitas guru dalam
indikator yang telah ditentukan. pelaksanaan proses pembelajaran serta hasil belajar siswa
c) Catatan Lapangan mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus 1.
Terdapat beberapa kendala yang terjadi pada siklus 2 Persentase dan nilai ketercapaian telah mencapai
yaitu : indikator yang telah ditentukan. Sehingga guru dan
Pertemuan 1 observer sepakat untuk mengakhiri penelitian tindaan
1)) Dalam pembagian kelompok pada siklus 2 guru kelas ini pada siklus 2.
tidak melakukan dengan cara berhitung, Setelah diuraikan data-data dari hasil pengamatan
melainkan dengan cara membagi siswa sesuai yang dilakukan oleh observer 1 dan observer 2.
dengan nomor absen ganji-genap. Siswa yang Selanjutnya akan disajikan hasil penelitian mengunakan
sedikit bingung sempat membuat kegaduhan. diagram batang pada sikus I dan siklus II. Pembahasan
Namun guru dengan cepat dapat mengondisikan dengan menjawab rumusan-rumusan masalah yang ada
siswa kembali sehingga siswa dapat menyesuaikan pada bab I.
dan dapat berkumpul dengan kelompok masing- 1. Pelaksanaan Pembelajaran
masing sesuai intruksi dari guru. Dalam pelaksanaan pembelajaran, terdapat 2 data
2)) Siswa sulit mencari pasangan dari kartu jawaban yang disajikan yaitu presentase keterlaksanaan dan nilai
yang dari kartu pertanyaan. Hal tersebut ketercapaian.
dikarenakan kurangnya pemahaman siswa a. Preasentase keterlaksanaan pembelajaran
terhadap soal pada kartu jawaban. Akan tetapi Berikut ini disajikan rekapitulasi keterlaksanaan
guru dapat membimbing siswa dengan baik pelaksanaan pembelajaran siklus 1 dan siklus 2.
sehingga siswa dapat menenukan jawaban yang
benar.
Pertemuan 2
Penerapan Model Make a Match

Selanjutnya pada siklus II nilai ketercapaian


100% mengalami peningkatan. Nilai ketercapaian yang
80% diperoleh guru pada siklus 2 yaitu 86,6 termasuk
dalam kategori Baik (B), sehingga mengalami
60% Siklus 2
peningkatan sebesar 7,63 dan dikatakan berhasil,
40% (100%)
karena telah memenuhi indikator keberhasilan yang
20% Siklus 1 WHODK GLWHQWXNDQ \DLWX •
(100%) 2. Hasil Belajar IPS
0%
Siklus Siklus a. Hasil belajar siswa ranah kognitif
1 2 Berikut ini disajikan hasil nilai belajar IPS pada
ranah kognitif pada siklus 1 dan siklus 2.
Gambar 2. Persentase keterlaksanaan 100,00%
pembelajaran siklus 1 dan siklus 2
80,00%
Persentase keterlaksanaan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe make a match pada 60,00%
pembelajaran IPS pada diagram 4.1 pada siklus 1 Siklus 2
persentase keterlaksanaan pembelajaran mencapai 100%, 40,00% (82,60%)
data tersebut diperoleh dari rata-rata skor siklus 1 Siklus 1
20,00%
pertemuan 1 dan pertemuan 2. Sedangkan pada siklus 2 (69,56%)
persentase keterlaksanaan pembelajaran mencapai 100% , 0,00%
di dapat dari rata-rata skor pertemuan 1 dan pertemuan 2 Siklus 1 Siklus 2
pada siklus 2. Persentase keterlaksanaan pembelajaran
tersebut termasuk dalam kategori sangat baik dan telah
PHQFDSDL LQGLNDWRU NHEHUKDVLODQ SHQHOLWLDQ \DLWX • Gambar 4. Hasil belajar ranah
sehingga dikatakan berhasil. pengetahuan siklus 1 dan siklus 2

b. Nilai ketercapaian pelaksanaan pembelajaran Ranah pengetahuan diperoleh dari hasil siswa
Berikut ini disajikan hasil rekapitulasi nilai mengerjakan lembar evaluai. Lembar evaluasi
ketercapaian pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 digunakan untuk mengukur seberapa dalam pemahaman
dan siklus 2. siswa dengan materi yang telah dipelajari. Hasil belajar
IPS siswa pada diagram 4.3 pada siklus 1 menunjukkan
100 ketuntasan klasikal hasil belajar IPS siswa yaitu 69,56%
termasuk dalam kategori kurang (C) dan belum
80
memenuhi indikator keberhasilan penelitian yaitu
Siklus 2
60 • 3DGD VLNOXV KDVLO EHODMDU ,36 VLVZD VHcara
(86,60)
klasikal mengalami peningkatan, hasil belajar IPS siswa
40
Siklus 1 mencapai 82,60%, sehingga mengalami peningkatan
20 (78,97) sebesar 13,04% dan termasuk dalam ketegori baik (B)
0 GDQ WHODK PHPHQXKL LQGLNDWRU NHEHUKDVLODQ \DLWX •
Siklus 1 Siklus 2
Pembahasan
Gambar 3. Nilai ketercapaian kegiatan pembelajaran Hasil dari penelitian yang dilakukan pada
siklus 1 dan siklus 2 SDN Bangkingan II/442 Surabaya pada siklus 1
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru
Ketercapaian penerapan model masih banyak mengalami kendala dan terdapat
pembelajaran kooperatif tipe make a match pada kegiatan yang dilaksanakan oleh guru kurang
diagram 4.2 nilai ketercapian yang diperoleh guru maksimal. Misalnya guru kurang memberikan
pada siklus 1 yaitu 78,97 , nilai tersebut termasuk stimulus atau apersepsi kepada siswa sehingga
dalam kategori cukup (C) dan dikatakan belum siswa kurang bersemangat dalam mengikuti proses
berhasil , karena belum mencapai indikator pembelajaran. Guru tidak menjelaskan tujuan
keberhasilan penelitian. pembelajaran sehingga arah pembelajaran kurang
dipahami siswa. Serta dalam penerapan model

459
JPGSD. Volume 06 Nomor 04 Tahun 2018, 451-462

pembelajaran kooperatif tipe make a match guru (2009:46) yang menyatakan bahwa model
belum terlalu paham dengan aturan dan langkah- pembelajaran adalah suatu pola yang disusun
langkah model pembelajaran tersebut. Berikut akan secara sistematis yang digunakan untuk
dibahas mengenai proses pembelajaran dengan mengatur kegiatan serta bahan ajar yang
penerapan model kooperatif tipe make a match. dilakukan oleh guru sebagai pedoman dalam
1) Penerapan model pembelajaran kooperatif proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran
tipe make a match. yang diinginkan dapat tercapai. Dengan
Pada penerapan model pembelajaran adanya model pembelajaran yang diterapkan
kooperatif tipe make a match untuk dalam suatu kegiatan pembelajaran, proses
meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV belajar mengajar akan jelas dan terarah karena
SDN Bangkingan II/442 Surabaya dalam terdapat langkah-langkah pembeljaran yang
kegiatan proses pembelajaran yang dilakukan harus dilaksanakan.
oleh guru terdapat 2 aspek yang harus diamati Pembelajaran IPS merupakan salah satu
yaitu keterlaksanaan pembelajaran dan nilai pembelajaran yang harus diikuti oleh siswa.
ketercapaian pembelajaran. Aspek ±aspek Salah satu permasalahan yang dihadapi pada
tersebut dinilai dengan menggunakan lembar proses pembelajaran IPS yaitu siswa cepat
observasi kegiatan pembelajaran, untuk aspek bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
keterlaksanaan pembelajaran dinilai dengan Untuk mengatasinya guru harus menguasai
PHPEHULNDQ WDQGD FKHNOLVW ¥ SDGD NHJLDWDQ model-model pembelajaran yang inovatif agar
yang telah dialksanakan oleh guru. Sedangkan siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti
untuk nilai ketercapaian penilaian berupa kegiatan pembelajaran, salah satu model
pemberian skor (1-4) pada setiap aktivitas pembelajaran yang inovatif yaitu model
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. pembelajaran kooperatif tipe make a match.
Pemberian skor berdasarkan indikator yang Pada awal penerapan yaitu pada siklus I guru
dilakasanakan oleh guru pada setiap kegiatan terlihat belum mengusai model pembelajaran
yang dilakukan. yang diterapkan, hal tersebut terjadi karena
Pada siklus 1 guru telah melaksanakan guru belum pernah menerapkan model
semua kegiatan dengan baik. Untuk nilai pembelajaran tersebut, sehingga pembelajaran
ketercapaian pada siklus I hasil yang diproleh kurang efektif. Namun pada pertemuan
guru masih belum mencapai indikator selanjutnya yaitu pada siklus 2 guru mulai
keberhasilan yang ditentukan. Hal tesebut terbiasa dengan pembelajaran tipe make a
terjadi karena guru sebelumnya belum pernah match sehingga pembelajaran IPS berjalan
menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan lancar. Berdasarkan pengamatan yang
tipe make a match dalam pembelajaran IPS. dilakukan siswa terlihat antusias dalam
Namun hal tersebut dapat diperbaiki oleh guru mengikuti kegiatan pembelajaran dan situasi
pada siklus 2. Dengan memerikan pelatihan belajar menjadi menyenangkan. Hal tersebut
yang intensif pada guru, guru dapat menguasai sesuai dengan pendapat Shoimin (2014:98)
model pembelajaran yang diterapkan dalam yang menyatakan bahwa, pembelajaran tipe
kegiatan pembelajaran dengan mengikuti make a match merupakan salah satu tipe dari
langkah-langkah yang terdapat pada model model pembelajaran kooperatif yang dalam
pembelajaran kooperatif tipe make a match. pelaksanaannya siswa harus mencari pasangan
Peningkatan nilai ketercapaian penerapan dengan bantuan kartu soal dan kartu jawaban.
pembelajaran disebabkan karena guru telah Tipe ini cocok untuk siswa yang berkarakter
melaksanakan langkah-langkah pembelajaran hiper aktif karena dalam pelaksanaan model
yang tersusun secara sistematis yang terdapat kooperatif tipe make a match ini didukung
pada sintaks model yang diterapkan dalam oleh keaktifan siswa dalam mencari pasangan
kegiatan pembelajaran IPS . Dilihat dari dengan media kartu, sehingga kegiatan
seluruh kegiatan guru yang telah terlaksana pembelajaran menjadi menyenangkan.
membuktikan bahwa kegiatan pembelajaran
telah dilakukan sesuai dengan rencana 2) Hasil belajar IPS
pelaksanaan pembelajaran, sehingga tujuan Pada hasil belajar IPS sesuai dengan
pembelajaran yang diinginkan dapat dicapai. Kurikulum 2013 yang akan dibahas yaitu hasil
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suprijono belajar IPS pada ranah pengetahuan dan ranah
Penerapan Model Make a Match

keterampilan. Dari data hasil belajar IPS pada eksternal yaitu faktor yang mempengaruhi
siklus 1 dan 2 mengalami peningkatan. Pada hasil belajar yang berasal dari luar diri siswa.
ranah pengetahuan ketuntasan klasikal hasil faktor eksternal tersebut meliputi keluarga,
belajar yaitu dari 69,56% menjadi 82,60%, sekolah, dan lingkungan. Kualitas
sehingga mengalami peningkatan sebesar pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah
13,04% dengan menerapkan model dapat di lihat dari sarana prasarana,
pemebelajaran kooperatif tipe make a match. ketersediaan media dan kemampuan pengajar
Peningatan tersebut terjadi karena siswa telah dalam memberikan materi sehingga sekolah
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik memiliki peran yang penting terhadap
serta memahami materi pembelajaran yang keberhasilan hasil belajar siswa.
disampaikan oleh guru . Hal ini sesuai dengan Pembelajaran IPS dengan menerapkan
pendapat Suprijono (2009:5) mengemukakan model pembelajaran kooperatif tipe make a
bahwa hasil belajar adalah perubahan pola- match menjadikan siswa mandiri aktif dalam
pola keterampilan, nilai-nilai sikap serta kegiatan pembelajaran dan melatih siswa
tingkat pengetahuan siswa antara sebelum dan untuk mandiri mengali informasi,
sesudah mengikuti proses pembelajaran. mengidentifikasi peritiwa-peristiwa yang
Pada ranah keterampilan, hasil belajar berkaitan dengan materi yang diajarkan serta
siswa juga mengalami peningkatan. Hasil memberikan keterampilan memecahkan
belajar pada ranah keterampilan diperoleh dari masalah yang ditemukan dalam kegiatan
kegiatan siswa mengerjakan Lembar Kerja pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan
Peserta Didik (LKPD) yang telah dibagikan pendapat Siradjuddin (2012:19) yang
oleh guru. Dengan menerapkan model menyatakan salah satu tujuan IPS yaitu
pembelajaran kooperatif tipe make a match membekali pengetahuan, meningkatkan
pengajaran konsep yang dilakukan oleh guru keterampilan siswa serta mengajarkan kepada
dalam kegiatan pembelajaran dengan suasana siswa norma dan etika dalam kehidupan
yang menyenangkan sehingga konsep dapat bermasyarakat.
tertanam dalam jangka waktu yang lama. 3) Kendala-kendala yang muncul
Siswa diajak untuk bermain sambil belajar Selama pelaksanan pembelajaran dengan penerapan
dengan mencari pasangan kartu soal dan kartu model pembelajaran kooperatif tipe make a match
jawaban hal tersebut juga mengajarkan kepada terdapat kendala-kendala karena memang guru tidak
siswa untuk bekerja sama dengan teman serta terbiasa dengan peneraparan model pembelajaran make a
melatih siswa untuk berinteraksi dengan match dalam proses pembelajaran. Kendalan-kendala
sesama. Hal tersebut sesuai dengan pendapat tersebut sebagaimana telah disebutkan pada hasil
Kurniasih (2015:56) yang menyatakan bahwa penelitian.
salah satu keuntungan dari model Semua kendala-kendala yang terjadi selama
pembelajaran kooperatif tipe make a match penelitian baik pada siklus 1 maupun pada siklus 2 dapat
yaitu tercapainya ketiga aspek pembelajaran terselesaikan semua dengan baik. Setelah melaksanakan
yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. pembelajaran guru beserta peneliti selalu
Serta dapat melatih siswa percaya diri dan mengengevaluasi pembelajaran yang dilakukan. Sehingga
bergotong royong dengan antar sesama. apabila ada kendala-kendala yang muncul, guru dan
Terdapat faktor lain yang dapat peneliti mencari solusi untuk kendala tersebut.
mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Hal tersebut KESIMPULAN DAN SARAN
sesuai dengan pendapat Walisman (dalam Kesimpulan
Susanto, 2013 :12) yang menyatakan bahwa Berdasarkan pemaparan data hasil penelitian
hasil belajar siswa diperngruhi oleh faktor pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
internal dan faktor eksternal. Faktor internal penelitian dengan menerapkan model pembelajaran
merupakan salah satu faktor yang berasal dari kooperatif tipe make a match SDGD WHPD ³.D\DQ\D
dalam diri siswa itu sendiri. Macam-macam 1HJHULNX´ VXE WHPD ³.HND\DDQ 6HPEHU (QHUJL GL
faktor internal yang dapat mempengaruhi hasil ,QGRQHVLD´ GL 6'1 %DQJNLQJDQ ,, 6XUDED\D GDSDW
belajar siswa yaitu meliputi kondisi fisik dan meningkatkan hasil belajar IPS siswa.
kesehatan, kecerdasan, minat, motivasi belajar Bedasarkan data hasil pengamatan proses
dan kebiasaan belajar. Sedangan faktor pembelajaran dengan mererapkan model kooperatif tipe

461
JPGSD. Volume 06 Nomor 04 Tahun 2018, 451-462

make a match, keterlaksanaan proses pembelajaran pada DAFTAR PUSTAKA


siklus 1 mencapai persentase 100% dengan nilai
ketercapaian yaitu 78,97. Pada siklus 2 mencapai Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
persentase 100% dengan nilai ketercapaian yaitu 86,60
dengan demikian nilai ketercapaian siklus 1 dan siklus 2 Kurniasih, Imas dan Sani, Berlin. 2015. Ragam
mengalami peningkatan sebanyak 7,63 dan termasuk Pengembangan Model Pembelajaran Untuk
dalam kategori baik. Meningkatkan Profesionalitas Guru. Jakarta :
Hasil belajar IPS siswa siswa kelas IV-A SDN Kata Pena.
Bangkingan II/442 Surabaya. Ketuntasan klasikal hasil
belajar IPS siswa pada ranah pengetahuan pada siklus 1 Siradjuddin dan Suhanadji. 2012. Pendidikan IPS
(Hakikat, Konsep, dan Pembelajaran).
yaitu 69,56% termasuk dalam kategori kurang. Pada
Surabaya : UNESA University Press.
siklus 2 ketuntasan klasikal hasil belajar IPS yaitu
82,60% sehingga mengalami peningkatan sebesar Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif
13,04% termasuk dalam kategori baik. dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta : AR-
Semua kendala-kendala yang terjadi selama RUZZ MEDIA.
penelitian baik pada siklus 1 maupun pada siklus 2 dapat
terselesaikan semua dengan baik. Setelah melaksanakan Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
pembelajaran guru beserta peneliti selalu
mengengevaluasi pembelajaran yang dilakukan. Sehingga Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan
apabila ada kendala-kendala yang muncul, guru dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta : Pustaka
peneliti mencari solusi untuk kendala tersebut. Pelajar.

Saran Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran


Di Sekolah Dasar. Jakarta : Prenada Media
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, Grub.
diketahui bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran
make a match dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa Teori dan Konsep Dasar. Bandung : PT
kelas IV-A SDN Bangkingan II/442 Surabaya. Dengan Remaja Rosdakarya
demikian saran bagi guru,sekolah, dan peneliti lain
sebagai berikut.
1. Bagi sekolah, kepala sekolah sebaiknya
mengistruksikan kepada tenaga pendidikanya untuk
menerapkan model-model pembelajaran yan
inovatif dalam kegiatan pembelajaran agar dapat
menambah kualitas pembelajaran pada sekolah
tersebut.
2. Bagi guru, disarankan untuk menerapkan model-
model pembelajaran yang inovatif dalam pada
kegiatan pembelajaran selain pada mata pelajaran
IPS, karena model pembelajaran kooperatif tipe
make a match sudah terbukti dapat meningkatkan
hasil belajar IPS siswa. Serta menggunakan media
yang mendukung dalam proses pembelajaran.
3. Bagi peneliti lain, sebaiknya pada langkah-langkah
pembelajaran tipe make a match lebih dijelaskan
secara rinci dan jelas sehingga dalam pelaksanaanya
guru maupun siswa dapat menerapkanya tanpa
adanya suatu kekurangan.

Anda mungkin juga menyukai