Anda di halaman 1dari 14

1

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FLIPPED


CLASSROM DAN TAKE AND GIVE TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA DALAM PEMBELAJARAN PAI

Dinda (1012020098)

ABSTRAK
Penelitian ini penulis buat dikarenakan pentingnya keterampilan dalam berkomunikasi peserta didik dalam model
Pembelajaran Flipped Classroom pada meningkatkan hasil Belajar peserta didik di Mata Pelajaran PAI (pada
peserta didik Kelas VII A dan B di Sekolah Menengah Pertama Negeri Sindang, Kec.Sindang, Kab. Majalengka)
dan Rumusan persoalan pada penelitian ini adalah bagaimana akibat belajar peserta didik dengan menerapkan
model pembelajaran take and give pada mata pelajaran PAI serta Budi Pekerti (di kelas VII SMPN Satap 6 Bulik).
Tetapi, keterampilan komunikasi peserta didik pada kenyataannya masih rendah. oleh karena itu, pembelajaran
contoh kooperatif tipe STAD diterapkan untuk mengatasi perseteruan tadi. Hal tadi diteliti di peserta didik antara
kelas eksperimen serta kelas kontrol. Penelitian ini ialah eksperimen kuasi yang memakai desain grup kontrol
nonekuivalen. Objek pada penelitian ini ialah semua peserta didik kelas IV salah satu Sekolah Dasar Negeri di
Kota Bandung. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan pembelajaran contoh kooperatif tipe STAD dan kelas
kontrol menggunakan pembelajaran model kooperatif tipe NHT pada materi mengenal kegiatan ekonomi yang
berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di wilayahnya. Instrumen yang digunakan adalah lbr
observasi, hasil Analisis penelitian ini memberikan bahwa ada pengaruh keterampilan komunikasi peserta didik
yang memperoleh pembelajaran contoh kooperatif tipe STAD dan lebih baik dibandingkan peserta didik yang
memperoleh pembelajaran dengan contoh kooperatif tipe NHT. Metode belajar yg terus-menerus mirip metode
ceramah dan peserta didik diminta mendengarkan dan mencatat, membuat suasana pembelajaran terasa tidak
nyaman serta membosankan. Sehingga yang akan terjadi belajar peserta didik belum sepenuhnya mencapai KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimum). Penelitian ini artinya jenis penelitian eksperimen menggunakan pendekatan
kuantitatif yang menekankan di suatu penelitian yang sahih-benar dilakukan. Sampel pada penelitian ini peneliti
mengambil kelas VII berjumlah 8 peserta didik agar melihat yang akan terjadi sebelum serta sesudahnya. Tehnik
pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan dengan menggunakan observasi,
dokumentasi, wawancara dan tes hasil belajar. sesuai akibat analisis tadi dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran take and give terhadap hasil belajar peserta didik kelas VII di SMPN Satap 6 Bulik dilakukan
sebesar dua siklus, dengan tiap siklus 2 kali pertemuan. pada tahap pertama, peneliti memberikan pembelajaran
dengan metode konvensional yaitu metode ceramah, menggunakan yang akan terjadi belajar rata-rata kelas 74.
kemudian pada tahap kedua, peneliti menyampaikan pembelajaran menggunakan metode take and give dan
diperoleh nilai rata-homogen kelas mencapai 85. Tes diberikan pada ketika posttest menggunakan 10 soal pilihan
ganda. terdapat imbas yg signifikan penerapan contoh pembelajaran Take and Give terhadap hasil belajar peserta
didik di mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti kelas VII SMPN Satap 6 Bulik.
Kata kunci: Contoh Pembelajaran Flipped Classroom, Contoh Pembelajaran Take and Give, Hasil Belajar.

1. PENDAHULUAN

Kita berada pada masa dimana ilmu pengetahuan serta inovasi berkembang sangat cepat,
sebagai akibatnya segala jenis kemajuan pada aneka macam bidang ialah sebuah aktivitas yang
substansial. Dengan demikian kemajuan yang dimaksud tidak hanya berbicara perihal
peristiwa yang terjadi, namun juga berbicara perihal inklusi manusia menjadi faktor yang
mempengaruhi kemajuan tersebut. Untuk mendukung hal tadi dibutuhkan sebuah pembinaan
yang bisa menghasilkan individu yang mempunyai kualitas serta bisa berinovasi pada
pengembangan ilmu pengetahuan.
Pada sebuah kehidupan insan mengambil peranan krusial dimana salah satunya ialah pada
dunia pendidikan. seperti kita ketahui ketika didalam kandungan ibu, seorang insan sama sekali
2

tidak mengetahui apa-apa, menggunakan cara inilah Allah SWT memberikan kemampuan
kepada seorang insan agar ia berpikir. Dengan adanya proses pembelajaran serta menyerap
ilmu pengetahuan maka individu bisa berbagi kemampuan yang sebenarnya dia miliki. Tetapi
perlu kita ingat untuk memperoleh ilmu pengetahuan tadi, seorang insan memerlukan sebuah
perjuangan serta bantuan orang lain. Selain itu seorang insan pula wajib secara konsisten
berusaha untuk menemukan sesuatu yang sudah diberikan Allah SWT kepadanya.
Pendidikan agama Islam ialah sebuah cara yang dilakukan secara sadar serta
direncanakan menggunakan tujuan supaya peserta didik bisa mengetahui, memahami,
menghayati, dalam bentuk menghasilkan individu yang beriman serta bertaqwa dengan
mengamalkan ajaran Islam yang tentunya berlandaskan Al-Quran dan Hadits, dimana hal tadi
bisa dilakukan menggunakan cara membimbing, mendidik, mengajarkan, melatih serta
mengamalkan. (Basri, 2017:213).
Pada proses pembelajaran yang menjadi perhatian primer ialah system pembelajaran.
Lebih jauh lagi pada aktivitas pembelajaran kiprah seseorang pengajar ternyata sangat penting.
Menururt Suryosubroto, hubungan pada sebuah pembelajaran artinya suatu bentuk hubungan
berasal dua pihak, tepatnya antara pendidik serta siswa pada tindakan pengajaran serta
pembelajaran yang sepenuhnya bertujuan untuk mengakui syarat belajar yang terstruktur pada
aktivitas pembelajaran. (Rosyid, dkk, 2019:24).
Agar menciptakan iklim belajar terstruktur serta mengesankan, kreativitas pendidik
sangat krusial terutama pada memilih contoh pembelajaran yang akan diterapkan pada saat
kegiatan kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal ini dikarenakan model pembelajaran ialah
salah satu taktik yang signifikan diterapkan oleh pengajar pada pembelajaran
Sehubungan akab hal itu, pada aplikasi pembelajaran tentunya membutuhkan model
pembelajaran serta pendekatan pembelajaran yang diyakini mempunyai solusi yang bisa
mengatasi konflik yg ada. Sebab itu dalam hal ini peneliti berupaya menyampaikan
pengembangan melalui pembaruan metode pembelajaran yang akan digunakan, khususnya
dengan menerapkan contoh pembelajaran flipped classroom.
Seorang ahli dalam Pendidikan Bergmann serta Sams beropini bahwa panduan dari
pembelajaran flipped classroom ialah sesuatu yang bertentangan dengan pembelajaran
konvensional. pada hal model pembelajaran konvensional, pendidik memberikan materi
pembelajaran dan menyampaikan tugas buat dikerjakan oleh peserta didik pada tempat tinggal.
Sedangkan pendidik yang memakai contoh pembelajaran flipped classroom materi
pembelajaran disampaikan serta dipelajari oleh peserta didik dirumah, kemudian ketika proses
pembelajaran peserta didik berdiskusi serta mengerjakan tugas. (Bergmann & Sams, 2012:13).
Sesuai pengalam empiric pada lapangan, penerapan contoh pembelajaran flipped
classroom mempunyai keuntungan tersendiri dimana teknik tersebut di barengi kemajuan
IPTEK yang semakin pesat. Selain itu, dunia pendidikan ketika menghadapi dampak dari
covid-19, dimana proses pembelajaran berlangsung secara terbatas yaitu dilaksanakan secara
daring. sebagai akibatnya pendidik dibutuhkan untuk membentuk kreativitas pada pemanfaatan
teknik pembelajaran yang sepenuhnya bertujuan agar menghasilkan proses pembelajaran yang
efektif serta efisien.
Hasil tinjauan awal yang dilakukan pada tanggal 28 Desember 2020 dalam sebuah
wawancara dengan beberapa siswa dan guru yaitu Bapak Darta, S.Ag selaku pendidik di SMP
Negeri Sindang, Kec. Sindang Kab. Majalengka, dalam pelaksanaan proses pembelajaran
masih diberlakukan sebuah versi pembelajaran konvensional yang dilakukan secara daring
melalui pendekatan metode ceramah dan Tanya jawab.
3

Pada syarat pembelajaran saat ini model pembelajaran konvensional dinilai kurang
berhasil mendukung aplikasi pembelajaran daring. Mengingat pembelajaran jarak jauh (PJJ)
ini relatif sulit dilakukan serta mempunyai perbedaan yang besar menggunakan pembelajaran
yang dilakukan secara eksklusif atau tatap muka. Perbedaan yang bisa dirasakan ialah
komunikasi yang terjalin sangat terbatas antara pendidik serta peserta didik, sebagai akibatnya
hal ini bisa mengakibatkan kurangnya pemahaman peserta didik dalam memahami berita serta
aturan yang dikemukakan sang pengajar.
Pada hasi data ulangan harian peserta didik di mata pelajaran PAI pada kelas VII Sekolah
Menengah Pertama Negeri Sindang, Kec. Sindang Kab. Majalengka, ada sebuah perseteruan
dimana data tadi memberikan hasil belajar peserta didik yang rendah menggunakan standar
KKM PAI yang sudah ditetapkan yaitu dengan nilai 70.
Dari data yang sudah diperoleh, disimpulkan bahwa faktor yang menghipnotis hasil
belajar peserta didik di mata pelajaran PAI ditimbulkan belum adanya pemanfaatan teknologi
secara optimal yang bisa menunjang proses pembelajaran jarak jauh (PJJ). Dengan adanya
media pembelajaran maka bisa membantu peserta didik dalam tahu materi pembelajaran
contohnya seperti penggunaan media audio-visual berbasis video. Untuk mengatasi
perseteruan tadi peneliti mencoba menerapkan metode pembelajaran flipped classroom
menggunakan pendekatan video pembelajaran di peserta didik kelas VII Sekolah Menengah
Pertama Negeri Sindang, Kec. Sindang Kab. Majalengka.
Pelajaran Aqidah peserta didik tak hanya dituntut menguasai konsep-konsep pengetahuan
saja, namun pula kemampuan keterampilan. Dalam hal ini dibutuhkan sebuah metode
pembelajaran yang menekankan pentingnya keterlibatan peserta didik serta bisa melatih
keterampilan metakognitifnya. Materi Aqidah yang krusial pada ruang lingkup akhlak ialah
Asmaul Husna. seseorang pengajar PAI dalam mencapai suatu keberhasilan proses belajar
mengajar tentu wajib memakai metode yang sempurna, efektif serta efisien. Akan tetapi, sesuai
pengamatan pada proses pembelajaran masih ada kesamaan yang menunjuk pada metode
pembelajaran yang wajib diperbaiki, dimana metode sebelumnya tidak sinkron dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, sebagai akibat nya pembelajaran yang akan terjadi kurang
maksimal.
Penggunaan metode yang tak sinkron menggunakan tujuan pembelajaran akan
mengalami hambatan pada pencapaian tujuan yang sudah dirumuskan sebelumnya, sebab
relatif banyak bahan atau bahan ajar yang terbuang sia-sia, sebab penggunaan metode
pembelajaran yang di pakai. Berdasarkan Slavin, model pembelajaran take and give intinya
mengacu pada kontruktivisme, yaitu pembelajaran yang dapat membentuk peserta didik sendiri
itu aktif serta menciptakan pengetahuan yang akan menjadi miliknya (Surawan:2020).
Pada proses tersebut, peserta didik mengecek serta menyesuaikan pengetahuan baru yang
dipelajari menggunakan kerangka berfikir yang sudah mereka miliki. Berdasarkan Dahar,
contoh pembelajaran menerima dan memberi (take and give) ialah metode pembelajaran yang
sintaks, menuntut siswa bisa tahu bahan ajar yang diberikan pengajar serta sahabat sebayanya
(siswa lainnya). Beliau menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses mengaitkan
pengetahuan baru pada pengetahuan relevan yang sudah ada pada struktur kognitif peserta
didik. Berdasarkan Suparno model pembelajaran take and give ialah aktivitas memindahkan
serta mentransfer pengetahuan dari pengajar ke siswa. Kiprah pengajar pada proses
pembelajaran take and give lebih menunjuk menjadi perantara serta fasiliator (Ngalimun, taktik
serta contoh pembelajaran, Banjarmasin : Sripta Cendekia, 2012) proses belajar mengajar
kurang sempurna target (Rasimin, 20212:82).
4

2. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Model Pembelajaran Flipped Classroom

Flipped Classroom pertama kali dikenalkan oleh Jonathan Bergmann serta Aaron Sams
di tahun 2007. Flipped classroom ialah sebuah contoh pembelajaran yang memanfaatkan e-
learning menjadi media pembelajarannya. Contoh pembelajaran ini menuntut pendidik untuk
memberikan upaya mempertimbangkan materi yang akan disampaikan dengan memanfaatkan
bantuan dari teknologi. (Shimamoto, 2012:dua).
Bergmann serta Sams mengemukakan bahwa prinsip dari flipped classroom yaitu
kebalikan dari pembelajaran konvensional. Bila contoh pembelajaran konvensional dikelas
pengajar memberikan materi pembelajaran serta memberikan tugas buat dikerjakan dirumah,
tetapi untuk flipped classroom yaitu materi disampaikan serta di pelajari dirumah sedangkan
di kelas peserta didik berdiskusi serta diberi tugas (Siti Mutmainah, 2019:4).
Berdasarkan Graham Bent contoh pembelajaran flipped classroom merupakan metode
yang dipergunakan oleh pendidik untuk mengurangi bimbingan eksklusif pada proses
pembelajaran serta lebih banyak berkomunikasi dengan peserta didik. Agar melakukan hal tadi
pendidik bisa mengoptimalkan manfaat teknologi yang dipergunakan menjadi media
pembelajaran dimana peserta didik mampu menerima materi pembelajaran yang sudah
diberikan secara daring. (Zuardi Atmadinat, 2019:62).
Terdapat beberapa komponen yg wajib dipenuhi pengajar ketika melaksanakan model
pembelajaran flipped classroom di kelas, antara lain sebagai berikut: (Mutmainah, dkk, 2019:5)
1) Flexible environment (Lingkungan yang fleksibel)
2) Learning Culture (Budaya belajar)
3) Intentional Content (Konten yang dibuat)
4) Professional Educator (Pendidik yang profesional)

B. Pengertian Model Pembelajaran Metode Take And Give

Contoh pembelajaran kooperatif tipe take and give merupakan suatu tipe pembelajaran
yang mengajak peserta didik untuk saling menyebarkan tentang materi yang disampaikan
sang pengajar dengan istilah lain tipe ini melatih peserta didik terlibat secara aktif dalam
memberikan materi yang mereka terima ke sahabat atau peserta didik lain secara berulang-
ulang (Rusmawati, 2009:78).
Contoh pembelajaran kooperatif tipe take and give dirasa sangat cocok untuk
memaksimalkan pembelajaran dalam kelas sehingga tujuan pembelajaran mampu tercapai
serta terorganisir dengan baik. Selain itu tipe Take and Give adalah tipe pembelajaran yang
mempunyai tujuan untuk menciptakan suasana belajar yang bergerak maju, penuh semangat,
serta antusiasme, dan membentuk suasana belajar dari pasif ke aktif, dari jenuh sebagai riang,
dan mempermudah peserta didik untuk mengingat materi. Tipe Take and Give ini diarahkan
supaya tujuan belajar bisa dicapai secara efisien serta efektif pada suasana yang gembira
meskipun membahas hal-hal yang sulit dan berat.
5

C. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Flipped Classroom

Langkah-langkah pembelajaran menggunakan contoh flipped classroom (Bishop,


2013:17):
1) Fase 0, pada fase ini peserta didik menerima materi pembelajaran yang sebelumnya telah
diberikan oleh pendidik dan memahaminya secara mandiri di rumah.
2) Fase 1, di fase ini saat pembelajaran pada kelas, siswa akan diberi tugas secara individu
atau grup yang sudah ditentukan sang pendidik, hal tadi dilakukan untuk mengukur
pemahaman peserta didik sesudah melakukan pembelajaran secara mandiri di tempat
tinggal melalui materi pembelajaran yang sudah diberikan sebelumnya.
3) Fase 2, peserta didik bisa memberikan kemampuannya pada pelaksanaan pembelajaran
seperti memimpin jalannya diskusi grup ketika mencari jawaban atas permasalahan yang
diberikan. Tugas pendidik yaitu memberikan fasilitas bagi peserta didik untuk berdiskusi.
Selain itu, Pendidik pula sudah menyediakan beberapa pertanyaan berasal materi
pembelajaran yang sudah disampaikan. Sementara itu, yang dimaksud dengan tugas pada
mekanisme pembelajaran ini yaitu lembar praktik yang diselesaikan peserta didik untuk
mengetahui perkembangan siswa.
4) Fase 3, di fase ini sehabis siswa berdiskusi maka diakhir pembelajaran pengajar akan
menyampaikan kuis untuk mengukur sejauh mana peserta didik tahu materi
pembelajaran. sesudah itu pengajar menyampaikan penilaian terhadap aktivitas belajar
mengajar serta memberikan kesimpulan.
Berlandaskan dari pendapat pakar, cenderung bisa dipahami bahwa pelaksanaan contoh
pembelajaran flipped classroom yaitu materi ajar diberikan oleh pendidik kepada peserta didik
sebelum aktivitas pembelajaran dilaksanakan. Hal ini bermaksud supaya peserta didik bisa
memahami materi pembelajaran secara mandiri di rumah sebelum pertemuan berikutnya agar
peserta didik bisa lebih siap buat menerima pembelajaran di kelas, sedangkan aktivitas dalam
kelas untuk menguatkan berupa soal latihan berdiskusi serta mempresentasikannya di depan
kelas.

D. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Metode Take And Give

Adapun langkah-Langkah Model Pembelajaran Metode Take And Give ialah sebagai
berikut:
1) Pengajar menyiapkan kartu yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar
2) Pengajar menjelaskan materi
3) Tiap peserta didik di berikan satu kartu untuk dipelajari sekitar lima menit. Kartu yang
diberikan berisi catatan materi yang harus dikuasai atau di hafal oleh masing-masing
peserta didik. Kartu ini dapat berisi catatan yang berbeda beda untuk tiap peserta didik
atau siswa-siswa tertentu.
4) Seluruh peserta didik disuruh berdiri serta mencari pasangan untuk saling
menginformasikan materi sesuai kartu masing-masing. Tiap peserta didik harus
mencatat nama pasangan nya pada kartu kontrol.
5) Sampai seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi serta menerima masing-
masing materi.
6) Pengajar memberikan evaluasi berupa pertanyaan yang bukan berasal dari kartu peserta
didik tersebut.
7) Pengajar bersama-sama peserta didik menyimpukan pelajaran
8) Pengajar menutup pelajaran
6

E. Hasil Belajar

Euis Karwati menyampaikan bahwa yang dianggap dengan hasil belajar peserta didik
yaitu sesuatu yang diperoleh peserta didik melalui melalui pemikiran serta pengembangan
kemampuan peserta didik untuk bisa menguasai, mengetahui, memahami, mempelajari serta
mengamalkannya di kehidupan sehingga bisa memberikan dampak terhadap sikap pada diri
individu. (Karwati & Juni Priansa, 2019:214).
Berdasarkan E.Mulyasa hasil belajar ialah perjuangan yg membentuk sebuah nilai yang
didapat oleh peserta didik melalui proses aktivitas belajar mengajar. Hakikat evaluasi hasil
belajar merupakan sebuah komponen untuk mengukur segala bentuk perubahan peserta didik
sehabis menerima pembelajaran. (Mulyasa, 2013:208).
Berdasarkan beberapa uraian diatas maka bisa diperoleh kesimpulan bahwa hasil belajar
ialah sebuah kemampuan yang diperoleh peserta didik melalui proses pembelajaran. Pada
akhirnya sebuah keberhasilan dari proses pembelajaran ialah ditandai menggunakan nilai serta
kecakapan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran.

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Berdasarkan Muhibin Syah, ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi hasil belajar
peserta didik, antara lain:
1) Faktor Internal
Mencakup aspek fisiologis serta psikologis, yang dimaksud dengan aspek fisiologis ialah
aspek yang berkenaan dengan kondisi fisik peserta didik, lalu untuk aspek psikologis
berkenaan perihal kondisi mental peserta didik. Dimana aspek psikologis mencakup taraf
kecerdasan peserta didik, sikap, minat, talenta serta motivasi yang terdapat pada diri
peserta didik.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang berada pada keadaan luar peserta didik. Faktor
eksternal sendiri mencakup lingkungan sosial serta non sosial. Lingkungan sosial yaitu
seperti lingkungan sekolah, famili atau warga sekitar.
3) Faktor pendekatan belajar
Faktor pendekatan belajar adalah cara atau metode yang dipergunakan peserta didik
dalam membantunya untuk bisa memahami materi pembelajaran saat proses belajar
mengajar berlangsung. (Muhibin Syah, 2012:129).
Slameto mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi hasil
belajar peserta didik yang dipisahkan sebagai dua faktor yaitu faktor internal serta faktor
eksternal. Faktor internal yaitu mencakup faktor jasmaniah, faktor psikologis serta faktor
Kesehatan, lalu faktor eksternal dikelompokkan sebagai tiga faktor, yaitu faktor keluarga,
komponen sekolah, serta faktor lingkungan setempat (Slameto, 2015:60).

G. Indikator Hasil Belajar

Berdasarkan Moh. Zaiful Rosyid dkk (2019:8) alat untuk mengetahui hasil belajar
peserta didik, yaitu:
1) Ranah kognitif
7

Ranah kognitif merupakan segala sesuatu yang mencakup kegiatan otak. Aspek
kognitif meliputi mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi,
serta menilai. Ranah kognitif bertujuan meninjau sejauh mana kemampuan intelektual
secara sederhana, yaitu kemampuan untuk bisa mengingat hingga kemampuan untuk
bisa mengaitkan serta menggabungkan inspirasi atau gagasan lalu dipergunakan untuk
bisa menuntaskan permasalahan.
2) Ranah Afektif
Ranah afektif merupakan ranah yang mencakup aspek perilaku serta nilai, hal ini berupa
perasaan, minat, perilaku, emosi serta nilai. Beberapa ahli mengatakan, seseorang bisa
merubah sikapnya jika dia sudah mempunyai kemampuan intelektual yang optimal.
Hasil belajar bentuk afektif bisa dilihat pada tingkah laku peserta didik tersebut.
3) Psikomotorik
Ranah psikomotorik yaitu ranah yang meliputi sebuah keterampilan atau kemampuan
peserta didik dalam melakukan tindakan sesuai dengan apa yang telah dipelajari. Hasil
belajar dalam ranah psikomotorik dihasilkan dari aspek sebelumnya yaitu ranah
kognitif dan afektif. Yang dikatakan sebagai ranah psikomotorik adalah berkaitan
dengan aktivitas fisik seperti melompat, berlari, menari, menyanyi dan lain-lain.

Ranah psikomotorik merupakan ranah dari mencakup sebuah keterampilan atau


kemampuan siswa dalam melakukan tindakan sesuai dengan apa yang sudah dipelajari.
Hasil belajar pada ranah psikomotorik didapatkan dari aspek sebelumnya yaitu ranah
kognitif serta afektif, yang disebut sebagai ranah psikomotorik ialah berkaitan dengan
kegiatan fisik mirip melompat, berlari, menari, menyanyi dan sebagainya.

3. METODE PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada Sekolah Menengah Pertama Negeri Sindang


yang bertempat di Kp. Sindang RT 02/RW 03, Kecamatan Sindang, Kabupaten Majalengka
45472. Adapun ketika penelitian yang dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2020/2021,
yaitu mulai dilaksanakan pada bulan Maret-Mei.
Jenis penelitian ini ialah penelitian kuantitatif berupa penelitian eksperimen. Berdasarkan
Sugiyono yang dimaksud menggunakan penelitian eksperimen ialah penelitian yang berada
pada kendali peneliti, yang dipergunakan untuk mengkaji akibat dari perlakuan yang
diterapkan. (Sugiyono, 2016:107).
Penelitian ini memakai metode yang berdasarkan true experimentl design yang lalu
dikembangkan sebagai quast-experimental design. menggunakan metode quat-experimental
design bisa mempermudah peneliti dalam memilih kelompok kontrol serta kelompok
eksperimen pada penelitian. (Sugiyono, 2016:114).
Lalu untuk desain penelitiannya dipergunakan sebuah desain menggunakan bentuk
pretest-postest control class design. Desain ini diambil untuk melihat perbedaan hasil belajar
peserta didik antara kelas kontrol serta kelas eksperimen
Sesuai jenis data penelitian, analisis yang dipergunakan pada penelitian ini terbagi dua
yaitu analisis kualitatif serta analisis kuantitatif. Analisis kualitatif terkait menggunakan
penerapan metode Take and Give, untuk melihat pola serta kesamaan langkah-langkah
tindakan yang dilakukan di setiap siklus. Perolehan tindakan di setiap siklus dipaparkan pada
bentuk deskriptif, sementara data kuantitatif berkaitan menggunakan data hasil belajar yang
dianalisis menggunakan cara menghitung ketuntasan belajar siswa. Seperti pedoman awam
8

kurikulum tingkat satuan pendidikan, seseorang siswa dinyatakan tuntas bila 75% peserta didik
memeroleh nilai ≥ 75. Kriteria ketuntasan mengkategorikan sebagai ketuntasan secara klasikal
serta individual. Untuk menghitung ketuntasan belajar secara klasikal, digunakan rumus di
bawah ini:
X = ƹX
ƹN
Keterangan :
X = nilai rata-rata
ƹX = jumlah nilai semua siswa
ƹN = jumlah siswa
Prosentase ketuntasan peserta didik secara individual, dapat dihitung dengan cara :
P = Ƹsiswa yang tuntas belajar x100%
Ƹsiswa
Hasil yang didapatkan kemudian dibandingkan menggunakan hasil pra siklus agar
mengetahui persentase peningkatan pemahaman peserta didik kelas VII di pelajaran PAI serta
Budi Pekerti materi Asmaul Husna pada SMPN Satap 6 Bulik.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian model Flipped Classrom siswa kelas VII A dan VII B di SMP Negeri
Sindang
Sesuai perolehan pengolahan data pretest yang dilakukan terhadap peserta didik kelas VII
A serta VII B pada Sekolah Menengah Pertama Negeri Sindang kelas eksperimen serta
kontrol perolehan nilai kurang memuaskan, hal ini akibat karena masih banyaknya nilai
peserta didik berada dibawah KKM yang sudah ditetapkan sekolah. Oleh karena itu peneliti
menerapkan model pembelajaran flipped classroom agar menaikkan hasil belajar peserta
didik di mata pelajaran Pendidikan agama Islam. Jumlah data di penelitian ini ialah 60
peserta didik menggunakan rincian 30 peserta didik kelas eksperimen, serta 30 peserta didik
kelas control. Pada kelas control dipergunakan metode pembelajaran seperti umumnya ialah
model pembelajaran konvensional. Dan di kelas eksperimen menggunakan penemuan model
pembelajaran yaitu flipped classroom. Mengenai materi pembelajaran yang akan peneliti
berikan adalah Mengimani Allah melalui Asmaul Husna.
Sebelum melakukan pembelajaran, hal utama yang peneliti lakukan adalah memberi
pemahaman pada peserta didik tentang contoh pembelajaran flipped classroom yang akan
peneliti terapkan. Kemudian peneliti menyampaikan materi dengan whatsapp menggunakan
pendekatan video pembelajaran lalu akan dipelajari peserta didik secara mandiri di tempat
tinggal masing-masing. Dengan begitu di saat aktivitas belajar mengajar peserta didik sudah
menerima gambaran terhadap materi yang akan dipelajari dikelas. Selanjutnya hal yang peneliti
lakukan dikelas saat aktivitas belajar berlangsung ialah membimbing peserta didik untuk
berdiskusi tentang video pembelajaran yang sudah diberikan. sesudah itu peserta didik diberi
tugas oleh peneliti untuk dikerjakan di kelas.
9

Penelitian ini berjalan selama 6 kali pertemuan, masing-masing di kelas eksperimen juga
kelas kontrol dilakukan sebesar 3 kali pertemuan. Di pertemuan pertama selain saling
berkenalan terhadap peserta didik, peneliti pula mengadakan tes awal (pretest) wacana utama
bahasan mengimani Allah melalui Asmaul Husna agar mengetahui kemampuan awal peserta
didik. Kemudian untuk tes akhir (postest) peneliti memberikannya pada akhir pertemuan atau
pada pertemuan ke-6. Gambaran soal pretest serta postest di penelitian adalah soal pilihan
ganda sebesar 20 soal.
Dari hasil penelitian ini, perolehan tes yang dilakukan untuk mengetahui peningkatan
pemahaman peserta didik terhadap materi mengimani Allah melalui Asmaul Husna
mendapatkan kesimpulan pemahaman peserta didik pada kelas eksperimen lebih unggul Bila
dibandingkan dengan kelas kontrol. Pretest serta Postest yang dilakukan di penelitian ini
bertujuan agar mengetahui adanya peningkatan hasil belajar peserta didik, hal ini bisa ditinjau
dari hasil uji peningkatan (NGain). Perolehan uji N-Gain di kelas kontrol mempunyai nilai 0,15
yang memiliki kategori rendah, sedangkan nilai N-Gain di kelas eksperimen sebanyak 0,46
yang memiliki kategori sedang. Hal ini menggambarkan bahwa ada peningkatan yang relatif
signifikan bagi kelas eksperimen sebab mempunyai nilai N-Gain yang lebih besar bila
dibandingkan dengan nilai N-Gain kelas kontrol.
Tabel 4.1 Hasil Uji N-Gain pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Skor Skor NGain Kategori
Tertinggi Terendah
Eksperimen 1,00 0,11 0,46 Sedang
Kontrol 0,75 0,29 0,15 Rendah

Sumber: Hasil Pengolahan Data di SMP Negeri Sindang Majalengka (2021)

Sesuai dengan tabel serta uraian diatas, bisa dicermati bahwa contoh pembelajaran flipped
classroom yang dilakukan peneliti mendapat dampak positif terhadap perolehan belajar peserta
didik. Perihal ini bisa dicermati dari data perolehan belajar peserta didik di kelas eksperimen
yang menggunakan pendekatan video pembelajaran, serta kelas kontrol yang menggunakan
pendekatan metode ceramah serta tanya jawab. Agar bisa dipahami bahwa menggunakan
contoh pembelajaran flipped classroom yang mempunyai komponen flexible environment
(lingkungan yang fleksibel) peserta didik mempunyai lebih banyak waktu serta kesempatan
untuk mengkaji materi pembelajaran. Hal lainnya ialah video pembelajaran yang sudah
diberikan bisa di lihat secara berulang-ulang supaya peserta didik bisa lebih tahu materi
pembelajaran. Dengan begitu torehan hasil belajar pun menjadi lebih maksimal.
Kelas eksperimen yang menerapkan contoh pembelajaran flipped classroom yang
menggunakan pendekatan video maka pengajar berperan menjadi fasilitator, dimana peserta
didik dituntut agar lebih berpartisipasi dalam proses pembelajaran sebagaimana mengamati
video, gambar, memahami makna dari setiap Asmaul Husna, mencermati buku teks pelajaran
serta mencatat setiap hal yang kurang dipahami sehingga bisa dipertanyakan saat proses
pembelajaran. Kemudian di kelas kontrol peserta didik hanya mempunyai satu sumber belajar
yaitu pengajar, sebab di kelas kontrol guru lebih mendominasi kelas ketika pembelajaran
berlangsung.
Pemberian materi menggunakan pendekatan video pembelajaran ini tentunya relevan
terhadap kehidupan sehari-hari. Tidak hanya bersifat teoritis video pembelajaran pula bersifat
mudah sehingga isi dari bahan ajar pembelajaran diadaptasi dengan kebutuhan peserta didik.
Hal ini dilakukan supaya peserta didik bisa lebih praktis memahami materi pembelajaran yang
10

berkaitan langsung terhadap kesehariannya supaya peserta didik bisa memperoleh hasil belajar
secara optimal.
Kemudian sesuai perolehan pengujian hipotesis menggunakan memakai uji-t postest
memberikan tℎ >t yaitu 3,8051 > 2,0017, maka a diterima dan o ditolak. Hal ini
memperlihatkan bahwa contoh pembelajaran flipped classroom menunjukkan dampak kepada
hasil belajar peserta didik di mata pelajaran PAI.
Tabel 4.2 Hasil Uji Hipotesis pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
DATA

Eksperimen Kontrol

̅ 77,33 67,66

S 13,75 17,94

Varians 189,19 321,95


t
hitung 3,8051
t
tabel 2,00172

Ho Ditolak
Ha Diterima

Sumber: Hasil Pengolahan Data di SMP Negeri Sindang Majalengka (2021)


Bila dicermati dari sifat korelasi kedua variabel ini ialah positif searah yang berarti semakin
baik penerapan contoh pembelajaran flipped classroom mempunyai dampak pada hasil belajar
peserta didik bisa diperoleh secara optimal, tetapi jika semakin buruk penerapan contoh
pembelajaran flipped classroom maka hasil belajar peserta didik yang didapatkan kurang
optimal.
Kesimpulan yang di dapat ialah dengan menerapkan contoh pembelajaran flipped
classroom yang mengunakan pendekatan video pembelajaran lebih efektif dari pada contoh
pembelajaran langsung yang berdampak pada nilai pelajaran peserta didik di mata pelajaran
Pendidikan agama Islam di siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri Sindang
Majalengka. Hal ini mengakibatkan perolehan belajar PAI di kelas eksperimen lebih baik
dibandingkan di kelas kontrol.
B. Hasil Penelitian model Take and Give terhadap hasil belajar siswa pada mata
pelajaran PAI dan Budi Pekerti kelas VII SMPN Satap 6 Bulik

Peneliti mengobservasi terlebih dahulu sebelum melakukan aktivitas penelitian. Dari


manfaat observasi peneliti bisa mengerti persoalan pada pembelajaran di Sekolah Menengah
Pertama Negeri Satu Atap 6 Bulik. Agar peneliti dapat memperoleh hasil atau nilai sebelum
kegiatan, agar bisa membandingkan poin di waktu aktivitas pembelajaran dengan poin di waktu
observasi.
Aktivitas observasi dilaksanakan tanggal 12 Agustus 2021. Sesuai observasi yang
dilakukan peneliti di waktu proses pembelajaran terjadi, maka pembelajaran telah bagus tetapi
di pertemuan awal tidak memakai media pembelajaran yang berdampak pada peserta didik
yang merasa bosan, dikarenakan di pertemuan awal hanya memberikan materi menggunakan
metode ceramah serta bercerita tanpa memakai media pembelajaran.
11

Peneliti melaksanakan aktivitas pembukaan dengan memberikan pengertian iman kepada


Allah serta perngertian Asmaul Husna. Pada aktivitas ini, bagian yang menjadi pertimbangan
ialah pemahaman terhadap pengertian iman kepada Allah serta pengertian Asmaul Husna.
Sesudah peneliti amati dari 8 peserta didik yang menerima kriteria BSB 2 peserta didik, yang
menerima kriteria BHS 2 peserta didik, serta yang menerima kriteria MB berjumlah 4 peserta
didik.
Sesuai data jumlah yang diperoleh peserta didik, peneliti sudah melaksanakan perekapan
perolehan nilai secara klasikal yang terdapat pada data table rekapitulasi perolehan pra siklus.
Sesuai data diatas, bisa disimpulkan kemampuan memahami makna iman kepada Allah serta
makna Asmaul Husna kelas VII SMPN Satap 6 Bulik masih rendah. Dapat dilihat dari data
rekapitulasi hasil pra siklus dengan aspek pemahaman makna iman kepada Allah ialah 50%
sedangkan aspek pemahaman Asmaul Husna hanya 25%. Dengan data yang di peroleh peneliti
bisa menjadikan dasar acuan untuk menejalankan penelitian tindakan selanjutnya di siklus I,
dengan tujuan supaya kemampuan memahami pengertian iman kepada Allah serta Asmaul
Husna peserta didik kelas VII SMPN Satap 6 Bulik bisa lebih membaik.

 Nilai Pretest dan Postest siklus kesatu penguasaan konsep

N NI NAMA L/ NILAI KETERANGAN


O S P
PreTest PostTest

1 Ilham Pangestu L 60 60 Tidak Tuntas

2 Dinda P 60 70 Tuntas

3 Razi L 70 70 Tuntas

4 Prabowo L 60 60 Tidak Tuntas

5 Sandiaga Uno L 60 70 Tuntas

6 Arsya Antoni L 57 60 Tidak Tuntas

7 Sugiono L 70 70 Tuntas

8 Zafran L 60 65 Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas 2 4 4

Prosentase siswa yang tuntas 30% 50% 50%

Jumlah siswa yang tidak tuntas 6 4 4

Presentase siswa yang tidak tuntas 70% 50% 50%

kriteria ketuntasan minimum: 70

Dari data tabel tersebut mengambarkan bahwa dari 8 peserta didik, sebesar 6 orang peserta
didik (70%) tidak tuntas pada pembelajaran, sedangkan 2 peserta didik (30%) tuntas pada
pembelajaran materi asmaul husna. Persentase rata-rata yang di capai peserta didik di pretest
siklus pertama ialah 62%, sedangkan persentase pencapaian rata-rata peserta didik di postest
siklus pertama ialah 66%. Perolehan data ini belum mampu memenuhi sasaran mata pelajaran
PAI di penelitian ini, sebab itu peneliti perlu melakukan adanya penelitian di siklus ke-2.
12

Perihal ini dapat ditoleransi sebab setiap peserta didik memiliki taraf pemahaman yang
tidak sama serta keadaan pandemi yang mengakibatkan pembelajaran tidak mampu
dilaksanakan sepenuhnya. Hal lainnya ialah masing-masing peserta didik mempunyai latar
belakang yang tidak sama. Peneliti sudah melakukan aktivitas korektif terhadap metode pada
siklus ke-2 agar hasil belajar mampu meningkat dan membaik.
 Nilai Pre test dan Post test siklus kedua penguasaan konsep

N NI NAMA L/ NILAI KETERANGAN


O S P
PreTest PostTest

1 Ilham Pangestu L 70 80 Tuntas

2 Dinda P 75 90 Tuntas

3 Razi L 70 90 Tuntas

4 Prabowo L 70 75 Tuntas

5 Sandiaga Uno L 75 70 Tuntas

6 Arsya Antoni L 65 70 Tuntas

7 Sugiono L 70 90 Tuntas

8 Zafran L 60 70 Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas 6 8 8

Prosentase siswa yang tuntas 75% 100% 100%

Jumlah siswa yang tidak tuntas 2 0 0

Presentase siswa yang tidak tuntas 25% 0% 0%

kriteria ketuntasan minimum:70

Pada data di atas menjelaskan perolehan data bahwa hasil belajar peserta didik di siklus ke-
2 mengalami peningkatan sebesar 5 peserta didik (71%) menerima ketuntasan pada
pembelajaran materi asmaul husna, serta sebesar 3 peserta didik (29%) belum menerima
ketuntasan pembelajaran. Dapat diambil kesimpulan bahwa di siklus 2 ada peningkatan hasil
belajar peserta didik di materi asmaul husna menggunakan menerapkan metode take and give.
Di pretes siklus ke-2, presentase pencapaian rata-rata kelas 68% lalu persentase pencapaian
homogen-rata peserta didik di posttest siklus ke-2 ialah 79%.
Perubahan Kemampuan Penguasaan Konsep
Siklus % PreTest % PostTest Perubahan
Pertama 30 50 20
Kedua 75 100 25
13

120
100
80
60
40
20
0
Siklus 1 Siklus 2

Pretes Postest Perubahan

Berdasarkan grafik di atas bisa dipahami bahwa penggunaan metode take and give
membawa peningkatan hasil belajar di siklus pertama terjadi kenaikan 20% dari pretest.
Sedangkan di siklus kedua terjadi kenaikan 25% dari pretest siklus kedua. tingkat keberhasilan
hasil belajar peserta didik di siklus pertama ialah 50% lalu di siklus ke 2 tingkat
keberhasilannya ialah 100% dengan kategori sangat baik. Oleh karena itu terjadi peningkatan
tingkat keberhasilan perolehan belajar di aspek penguasaan serta nilai-nilai peserta didik pada
siklus pertama ke siklus ke 2 yaitu sebanyak 50%.

5. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian tentang penerapan contoh pembelajaran flipped classroom agar
memperkaya hasil belajar peserta didik di mata pelajaran PAI (Penelitian quasy experiment di
peserta didik kelas VII A serta B di Sekolah Menengah Pertama Negeri Sindang, Kec. Sindang,
Kab. Majalengka) bisa diambil kesimpulan :
1) Penerapan contoh pembelajaran flipped classroom di mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam di peserta didik kelas VII B di SMP Negeri Sindang Majalengka dengan jumlah
contoh sebanyak 30 peserta didik memberikan tanggapan yang baik serta peserta didik
menjadi lebih giat pada aktivitas pembelajaran. Perihal ini dapat dilihat pada perolehan
rekapitulasi kuesioner yang meperlihatkan rata-rata sebesar 77% masuk kategori baik.
2) Perolehan belajar peserta didik mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di peserta didik
kelas VII di SMP Negeri Sindang dengan sampel sebanyak 30 peserta didik masuk dalam
kategori baik. Menurut data rekapitulasi hasil belajar siswa dengan rata-rata presentasi
sebesar 79%. Hal ini disebabkan penerapan model pembelajaran flipped classroom
menggunakan pendekatan video pembelajaran yang berakibat peserta didik dapat
memahami materi pembelajaran sehingga hasil belajar peserta didik lebih optimal.
3) Perolehan belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI kelas VII di SMP Negeri Sindang
di kelas kontrol dengan rata-rata pretest 64 serta postest 67,66. Dan pada kelas eksperimen
mempunyai rata-rata nilai pretest 62,66 serta postest sebesar 77,33. Dan apabila di lihat
dari uji peningkatan (N-Gain) terdapat bahwa N-Gain di kelas eksperimen mencapai 0,46
masuk kategori sedang serta di kelas kontrol mencapai 0,15 masuk kategori rendah. Dari
hasil ini dapat di ambil kesimpulan bahwa penerapan contoh pembelajaran flipped
classroom lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik di mata pelajaran
PAI SMP Negeri Sindang.
Dari hasil penelitian tentang penerapan metode Take And Give yang telah dilaksanakan di
SMPN Satap 6 Bulik di kelas VII, mendapat kesimpulan bahwa pembelajaran di mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam serta Budi Pekerti yang memakai metode take and give mampu
meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini berdasarkan setiap siklus yang ada :
14

1) Di siklus 1, memperlihatkan bahwa dari 8 peserta didik, diperoleh 6 orang siswa (70%)
tidak tuntas dalam pembelajaran dan 2 peserta didik (30%) tuntas dalam pembelajaran
materi asmaul husna. Persentase yang di dapatkan rata-rata siswa pada pretest siklus
pertama ialah 62%, lalu persentase yang di dapatkan rata-rata peserta didik di pos test siklus
pertama ialah 66%. Pada data ini peneliti mengambil keputusan untuk mengambil tindakan
pada siklus 2 dikarenan di siklus 1 belum mencapai target yang diinginkan atau nilai belum
menyentuh kategori ketuntasan minimum.
2) Di siklus 2, terdapat hasil belajar yang sangat signifikan dan akhirnya hasil belajar peserta
didik menyentuh kategori ketuntasan minimum.
3) Metode pembelajaran take and give memberikan dampak positif untuk semua pihak, baik
siswa maupun dari pihak pendidik. Hal ini disebabkan karena yang hanya awalnya
pembelajaran hanya menggunakan metode yang monoton atau konvensional menjelma
menjadi metode pembelajaran yang terkini yaitu metode take and give, yang berdampak
pada keaktifan siswa. Siswa menjadi antusias dan perolehan belajarnya pun meningkat.

6. DAFTAR PUSTAKA

Wiganda, I., & Fatonah, N. (2021). Penerapan Model Pembelajaran Flipped Classroom
Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI. Jurnal Pendidikan
UNIGA, 13(1), 236-248
Mardiyah, R. (2021). Penerapan Metode Take And Give Terhadap Hasil Belajar Materi
Asmaul Husna SMPN Satap 6 Bulik. Prosiding Pendidikan Profesi Guru Agama Islam
(PPGAI), 1(1), 654-660.
Ikawati, H. D. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran Take and Give Dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa. Jurnal Paedagogy, 4(2), 50-55.
Habibati. (2017) Strategi Belajar Mengajar. N.p., Syiah Kuala University Press, 140-141.

Anda mungkin juga menyukai