Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Model Pembelajaran Probing-Prompting terhadap Hasil Belajar

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING TERHADAP HASIL


BELAJAR PADA TEMA 8 (EKOSISTEM) SISWA KELAS V SDN WIYUNG I SURABAYA

Masrotul Fauziyah
PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya (masrotulfauziyah081@gmail.com)

Mintohari
PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya

Abstrak
Penelitian ini didasarkan pada pemanfaatan model pembelajaran inovatif yang kurang maksimal oleh
guru di sekolah. Guna mengetahui pengaruh model pembelajaran Probing-Prompting terhadap hasil
belajar pada tema 8 (ekosistem) siswa kelas V SDN Wiyung 1 Surabaya, maka dilaksanakan penelitian
eksperimen, yaitu Quasi Eksperimen. Subjek penelitian adalah siswa SDN Wiyung 1 Surabaya, kelas V-B
berjumlah 34 siswa (kelas eksperimen) dan kelas V-A berjumlah 34 siswa (kelas kontrol). Teknik
pengumpulan data menggunakan tes. Instrumen yang digunakan adalah pretest dan posttest. Dari hasil
penelitian diperoleh rata-rata pretest kelas eksperimen adalah 66,4 dengan ketuntasan sebesar 37,50%
pada posttest adalah 82,34 dengan nilai ketuntasan 81,25%. Sedangkan rata-rata pretest kelas kontrol
adalah 65,46 dengan nilai ketuntasan 37,50% dan posttest adalah 77,65 dengan nilai ketuntasan sebesar
59,40%. Maka terbukti bahwa setelah diberi perlakuan menggunakan model Probing-Prompting terdapat
pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar tema 8 (Ekosistem) siswa kelas V SDN Wiyung 1
Surabaya.
Kata Kunci: Model pembelajaran Probing-Prompting, ekosistem, hasil belajar siswa

Abstract
This research based on utilities innovative learning method which is less maximal used by teacher in the
school. To know effect of probing-prompting learning method concern in 5 th student of SDN 1 Wiyung for
8th theme (ecosystem) learning result, so the researcher did experimental research (quasi experiment).
Research subject is students of SDN Wiyung 1 Surabaya, VB class which has 34 students (experimental
class) and VA class which has 34 students (controlling class). Data collecting method using test and for
the instrument using pretest and posttest. From the research result, the researcher got the average of
experimental class pretest is 66.4 with completely values is 37.50% and for posttest is 82.34 with
completely value is 81.25%. Whereas, average of controlling class pre-test is 65.46 with completely value
is 37.50% and for posttest is 77.65 with completely value is 59.40%. So, it had proven that there is a
significant effect of students grade 5 th SDN Wiyung 1 Surabaya in 8 th theme (ecosystem) learning result
after use probing-prompting learning method
Key word: probing-prompting learning method, ecosystem, students learning result

PENDAHULUAN manusia yang berkualitas, adalah dengan memperbaiki


Pendidikan pada dasarnya yakni aktivitas yang sistem pendidikan itu sendiri yaitu memperbaiki dan
dikerjakan secara sadar untuk menumbuh kembangkan mengkaji kurikulum yang diaksanakan saat ni.
kepribadian dan kemampuan berfikir serta bernalar. Kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini yaitu
Dalam pelaksanannya, pendidikan memiliki lembaga kurikulum 2013. Tujuan dari kurikulum 2013 itu sendiri
yang berguna untuk membimbing dan mendidik siswa yakni memotivasi siswa menjadi lebih bermutu dalam
dalam proses berpikir logis, ilmiah, dan bertanggung melakukan observasi, bertanya, bernalar dan
jawab sehingga nantinya akan terbentuk generasi yang mengkomunikasikan apa yang mereka dapatkan atau
kompeten dalam bidang yang ditekuni. Usaha yang terus mereka pahami setelah memperoleh pembelajaran.
menerus dilakukan pemerintah Indonesia untuk Penyajian materi dalam pembelajaran kurikulum 2013
meningkatkan pendidikan yang dapat menghasilkan berupa tema. Dalam satu tema memuat beberapa

533
JPGSD. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2017

kompetensi dasar dan indikator yang mencakup beberapa dapat menciptakan proses berpikir yang mampu
mata pelajaran. Sehingga antara pembelajaran satu mengaitkan pengetahuan dan pengalaman siswa dengan
dengan yang lain salin berkesinambungan dan hampir pengetahuan yang sedang dipelajari, Suherman (dalam
tidak terlihat. Misalnya mata pelajaran IPA diajarkan Huda, 2013:281). Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
membaur dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia dan pada saat pembelajaran berlangsung bersifat menggali
pelajaran lainnya. IPA sendiri memiliki kajian yang sehingga dapat menuntun siswa untuk menemukan
cukup luas dan teori-teori yang banyak untuk dipelajari. jawaban sendiri hingga jawaban tersebut benar-benar
Definisi dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) itu sendiri akurat, proses Tanya jawab dilaksanakan dengan memilih
adalah ilmu yang mengkaji tentang alam semesta beserta siswa secara acak sehingga memberikan kesempatan
isi dan kejadian-kejadian maupun aktivitas yang ada di yang sama bagi siswa untuk menerima pertanyaan dan
dalamnya. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar diajarkan agar setiap siswa dapat berpartisipasi aktif dalam
dengan cara memperoleh informasi mengenai gejala alam kegiatan Tanya-jawab. Dalam penerapan model Probing-
secara sistematis, dengan demikian IPA tidak hanya Prompting guru membantu siswa memahami materi
pemahaman pengetahuan yang berupa fakta-fakta, dengan pemberian pertanyaan-pertanyaan yang dapat
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja namun juga membangun rasa ingin tahu peserta didik dan
diartikan sebagai suatu sproses penemuan.tersebut. Pada memudahkan peserta didik dalam memahami materi
umumnya pembelajaran IPA yang berlangsung di tersebut.
Sekolah Dasar kebanyakan siswa mengalami kesulitan Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang
dalam hal pemahaman konsep-konsep ilmiah dan peneliti laksanakan terhadap guru SDN Wiyung 1
bagaimana prosesnya. Sebagian besar siswa hanya Surabaya, maka peneliti menemukaan hasil belajar siswa
mampu menghafal konsep dan fakta, namun tidak dapat pada mata pelajaran IPA yang tergolong rendah. Rata-
menjelaskan suatu fenomena kehidupan yang rata nilai ulangan harian 69,15 di bawah KKM. Demikian
berhubungan dengan konsep tersebut. Salah satu juga rata-rata nilai ujian tengah semester yang di bawah
alternatif yang dapat diterapkan pada pembelajaran IPA KKM yakni 72,18. Tingkat ketuntasan di bawah 50%.
melihat adanya permasalahan di atas dengan Dengan demikian perlu diadakan perubahan dari cara
menggunakan model pembelajaran Probing-Prompting guru menyampaikan materi dan situasi belajar yang lebih
untuk membantu terlaksananya proses pembelajaran agar baik lagi.
dapat meraih ketercapaian yang diinginkan baik oleh Melihat karakteristik pembelajaran IPA yaitu
siswa maupun guru. mendorong rasa ingin tahu siswa secara alamiah dan
Pada dasarnya prinsip pembelajaran IPA yaitu mengembangkan kemampuan berpikir kritis serta
interaksi antara siswa dengan lingkungan sekitarnya. mencari jawaban melalui pengamatan dan pengalaman
Peningkatan hasil belajar, aktivitas, maupun motivasi langsung. Hal tersebut menjadi salah satu acuan pada
sangat diperlukan. Hal tersebut menjadikan keterkaitan penggunaan model pembelajaran Probing-
pembelajaran IPA seharusnya mengedepankan peran Prompting itu sendiri, dimana pada dasarnya model
siswa pada aktivitas pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran ini mengharuskan setiap siswa untuk aktif
pembelajaran yang berlangsung ialah aktivitas belajar melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru
yang menjadikan guru sebagai fasilitator dan untuk menggali pengetahuan mereka dari pengamatan
memusatkan kegiatan belajar tersebut kepada siswa. dan pengalaman. Melalui penggunaan model
Guna meningkatkan mutu pembelajaran yang baik, guru pembelajaran Probing-Prompting tersebut, siswa diberi
memperdalam pengalaman belajar siswa demi meraih ruang untuk melatih kemampuannya dalam hal
tujuan pembelajaran. Hal tersebut sangan erat kaitannya memecahkan masalah, menyempurnakan jawaban,
dengan hakikat IPA. Oleh sebab itu, aktivitas berpikir kritis dan aktif pada proses pembelajaran, maka
pembelajaran perlu menerapkan prinsip pembeajaran hal tersebut dapat memengaruhi hasil belajar siswa. Hal
yang tepat yaitu melibatkan siswa secara aktif pada setiap ini memberikan pengalaman yang berbeda, sehingga
prosesnya, motivasi dan dorongan untuk belajar IPA, dapat memeroleh harapan agar hasil belajar IPA dapat
berkesinambungan, menggunakan model atau metode meningkat.
yang bervariasi, penemuan, totalitas, dan perbedaan Berdasarkan keadaan tersebut, maka peneliti ingin
individu yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. melakukan penelitian dengan menerapkan salah satu
Model pembelajaran Probing-Prompting dapat model pembelajaran yang inovatif sebagai alternatif
diartikan sebagai pembelajaran yang memberikan untuk mengetahui hasil belajar siswa tentang materi
berbagai macam pertanyaan-pertanyaan yang bersifat ekosistem. Dengan menggunakan model pembelajaran
membimbing dan memperdalam gagasan siswa sehingga Probing-Prompting, diharapkan siswa dapat lebih

2
Pengaruh Model Pembelajaran Probing-Prompting terhadap Hasil Belajar

menguasai materi ekosistem dari beberapa pertanyaan Pengertian pembelajaran mencakup arti yang luas,
Probing-Prompting yang diberikan oleh guru saat proses menurut Winataputra (dalam Ngalimun, 2016:29) kata
pembelajaran berlangsung. Dari latar belakang masalah pembelajaran mengandung arti “sebuah proses yang
tersebut, peneliti merasa perlu untuk melakukan membuat seseorang melakukan proses belajar sesuai
penelitian tentang pengaruh model pembelajaran dengan rancangan”. Kemudian lebih jelas lagi, Gagne
Probing-Prompting terhadap hasil belajar pada tema 8 menyatakan bahwa pembelajaran adalah serangkaian
(ekosistem) siswa kelas V SDN Wiyung I Surabaya. aktivitas belajar untuk mempermudah seseorang dalam
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai belajar, sehingga terjadi aktivitas belajar yang optimal.
berikut : Bagaimana hasil belajar siswa kelas V tema 8 Melihat pemaparan kedua pengertian tersebut, dapat
(Ekosistem) SDN Wiyung 1 Surabaya setelah diterapkan diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran
penggunaan model pembelajaran Probing-Prompting? mengedepankan pada segala kegiatan (events) yang dapat
Dan bagaimana pengaruh penggunaan model memberikan pengaruh langsung terjadinya belajar pada
pembelajaran Probing-Prompting terhadap hasil belajar manusia. Menurut Ngalimun (2016:40) menyatakan
siswa kelas V siswa kelas V tema 8 (Ekosistem) SDN bahwa tujuan merupakan suatu harapan yang ingin
Wiyung 1 Surabaya? Sedangkan, tujuan penelitian ini dicapai dari keterlaksanaan suatu kegiatan. Sehingga
adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas V tema dalam kegiatan pembelajaran, memiliki tujuan yang
8 (Ekosistem) di SDN Wiyung 1 Surabaya setelah berarti suatu cita-cita yang akan dicapai dengan kegiatan
menggunakan model pembelajaran Probing-Prompting pembelajaran.
dan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran
Probing-Prompting terhadap hasil belajar siswa kelas V terpadu yang memakai tema sebagai pemersatu materi
tema 8 (ekosistem) di SDN Wiyung 1 Surabaya. dan mengaitkan mata pelajaran yang satu dengan lainnya
Manfaat dari penelitian ini adalah: Manfaat Teoritis: dalam satu kali aktivitas pembelajaran. Pembelajaran
Dapat dijadikan sebagai gambaran bahan referensi dan tematik menekankan pada arti belajar dan keterkaitan
wawasan untuk berpikir secara kritis dan sebagai berbagai konsep mata pelajaran. Lebih memprioritaskan
pendukung penelitian yang akan dilakukan selanjutnya. keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran
Sedangkan manfaat praktis (a) bagi siswa: Hasil yang sedang berlangsung bertujuan agar peserta didik
penelitian ini diiharapkan dapat membantu dapat aktif dan memberikan pengalaman langsung. Pada
keberlangsungan proses pembelajaran sehingga pembelajaran tematik tidak terlihat adanya pemisah antar
pembelajaran terasa lebih baik dan bermakna, serta dapat mata pelajaran satu dengan lainnya
meningkatkan hasil belajar siswa. b) Bagi guru: Dapat Pengertian pembelajaran mencakup arti yang luas,
dijadikan sebagai salah satu acuan model pembelajaran menurut Winataputra (dalam Ngalimun, 2016:29) kata
yang dapat diterapkan pada saat pembelajaran sehingga pembelajaran mengandung arti “sebuah proses yang
dapat membantu proses pembelajaran di kelas. Selain itu membuat seseorang melakukan proses belajar sesuai
juga sebagai inovasi guru dalam mengatasi masalah dengan rancangan”. Kemudian lebih jelas lagi, Gagne
pembelajaran yang sering ditemui. c) Bagi sekolah: menyatakan bahwa pembelajaran adalah serangkaian
Melalui penelitian ini yang menggunakan model aktivitas belajar untuk mempermudah seseorang dalam
pembelajaran Probing-Prompting untuk meningkatkan belajar, sehingga terjadi aktivitas belajar yang optimal.
hasil belajar siswa sehingga dapat dijadikan contoh Melihat pemaparan kedua pengertian tersebut, dapat
pembelajaran yang dapat dikembangkan di sekolah dan diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekoah mengedepankan pada segala kegiatan (events) yang dapat
tersebut. memberikan pengaruh langsung terjadinya belajar pada
Agar penelitian ini lebih fokus pada pembahasan manusia.
tertentu, maka peneliti memberikan batasan penelitian Pembelajaran di Sekolah Dasar adalah wadah bagi
pada: Penelitian ini hanya memfokuskan materi pada anak-anak dalam menuangkan ide-ide melalui kegiatan
tema 8 (Ekosistem) Sub Tema 1 (Komponen Ekosistem), belajar mengajar di dalam kelas maupu di luar kelas.
KD 3.6 Mengenal jenis hewan dari makanannya dan Pembelajaran akan tercapai jika adanya perubahan
mendeskripsikan rantai makanan pada ekosistem di individu melalui proses dan mengalami sesuatu yang
lingkungan sekitar dan KD 4.6 Menyajikan hasil diciptakan dalam rancangan proses pembelajaran.
pengamatan untuk membentuk rantai makanan dari Pembelajaran dapat memberikan arti jika semua
makhluk hidup di lingkungan sekitar yang terdiri dari komponen yang dibutuhkan pada proses pembelajaran
karnivora, herbivora, dan amnivora. dapat terpenuhi dan berjalan sesuai dengan harapan
sehingga tujuan dari pembelajaran itu sendiri dapat

535
JPGSD. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2017

tercapai secara optimal. Pada pembelajaran IPA diajarkan Melalui penggunaan model probing-prompting siswa
melalui percobaan-percobaan yang dilakukan oleh anak mampu menguasai materi dengan mencari tau sendiri
sendiri. Sehingga anak diberi kesempatan untuk belajar tentang informasi tersebut sehingga pengetahuan yang
menemukan sendiri suatu informasi yang nantinya dapat diperoleh siswa akan tertanam lebih lama. Model
tertanam di otak anak lebih lama. IPA melatih anak pembelajaran Probing-Prompting diterapkan dengan cara
berpikir kritis dan objektif, sesuai dengan kenyataan dan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
sesuai dengan pengalaman atau pengamatan melalui menuntun agar siswa dapat menemukan informasih
panca indera. sehingga terjadi proses berpikir. Siswa dapat
IPA pada sekolah dasar diterapkan dengan mengonstruksi konsep, prinsip, dan aturan menjadi
memberikan kesempatan siswa agar dapat menumbuhkan pengetahuan baru (shoimin Aris, 2014:126).
rasa ingin tau siswa secara alamiah. Dengan demikian Lingkungan belajar pada model pembeajaran
dapat membantu siswa dalam mengembangkan Probing-Prompting dapat digolonggkan sebagai
kemampuan bertanya dan mempereoleh jawaban lingkuangn belajar yang kondusif namun sedikit tegang
berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berpikir dikarenakan siswa focus memncari jawaban jika
ilmiah. Fokus pembelajaran IPA di SD diberikan untuk sewaktu-waktu dberikan pertanyaan oleh guru.
memupuk minat dan mengembangkan siswa terhadap Lingkungan yang seperti ini sesuai dengan pmbelajaran
dunia mereka di mana mereka hidup (Samatowa, pada kurikulum 2013. Tingakat berpikir siswa lebih
2016:02). tinggi dan menuntun siswa untuk belajar dan berusaha
Soekamto (dalam Shoimin, 2014:23) menyebutkan menemukan jawaban sendiri sehingga informasi yang
bahwa bagan konseptual yang memberikan gambaran didapat oleh siswaa berkembang dan memeruas sumber
langkah-langkah secara teratur dalam mengorganisasikan pengetahuan siswa. Tujuan dari model pembelajaran
pengalaman belajar demi tercapainya tujuan belajar Probing-Prompting yaitu: (a) Mengaktifkan siswa dalam
merupakan maksud dari model pembelajaran. Jadi, model proses pembljaran di kelas. Pada model ini, siswa aktif
pembelajaran merupakan suatu cara atau gaya yang mengumpulkan infrmasi agar dapt menjawab pertanyaan.
dilakukan oleh guru dalam melakasanakan proses (b) Belajar memahami suatu konsep melalui pertanyaan.
pembelajaran sehingga dapat mencapi tujuan Siswa merngakai pemahaman dari berbagai pertnyaan
pembelajaran itu sendiri. yang diberikan oleh guru kemudian menysuun jawaban
Menurut Suherman (dalam Huda, 2013:281) Model tersebut menjadi suatu konsep yang dapat dipahami. (c)
pembelajaran Probing-Prompting merupakan Memfokuskan siswa pada situasi belajar kondusif.
pembelajaran yang menyuguhkan berbagai pertanyaan Dimana siswa akan terfokuskan mencari jawaban jika
yang bersifat memperdalam ide dan pikiran siswa sewaktu-waktu diberi pertanyaan guru. (d) Belajar
sehingga dapat meningkatkan proses berpikir yang pemecahan masalah. Siswa dihadapkann pada suatu
membuat siswa mampu menghubungkan informasi yang mslahaa kemudian mereka disuruh memcahkn masalah
didapat dengan pengalamannya sendiri. Terdapat dua tersebut dengan bantuan pertanyaan yang menuntun. (e)
aktivitas siswa yang salingg berhubungan dalam model Bekerjasama dan saling menghagrai. Yankni siswa saling
pembelajaran Probing-Prompting, yaitu aktivitas sistwa berdiskusi saat mencari jawaban dan menghargai jika
yang melputi aktiitas berpikir dan aktivitas fisik yang temannya tidak bisa menjawab pertnyaan.
berusaha membangun pengetahuannya, serta kativitas Langkah-langkah model Probing-Prompting yaitu: a)
guru berusaha membimbing siswa dengan menggunakan Siswa dihadapkan pada situasi baru, melalui gambar,
sejumlah pertanyaan yang memerlukan pengetahuan video, bacaan atau sesuatu yang terdapat informasi yang
tingkat rendah sampai pengetahuan tingkat tiggi mengandung permaalahan. b) Guru memberikan sebuah
(Suherman, 2001:55). Proses pembelajaran akan gambar dan ringkasan materi kemudian guru memberikan
melibatkn guru, siswa dan lingkungan sebagi tempat serangkaian pertanyaan. c) siswa diberikan waktu untuk
belajar. Settiap pembelajaran mencoba mengaktifkan berdiskusi dalam menentukan jawaban. d) Guru
siswa dengan memberikan tawaran pertanyaan hingga mengajukan persoalan kepada siswa yang sesuai dengan
muncul jawaban salah pada diri siswa. Situasi tersebut Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) atau indikator
akan terus berlangsung samapai konsep jawaban benar kepada seluruh siswa. e) Siswa diberikan waktu untuk
menjadi simpulan. Namun jawaban yang benar dari siswa berdiskusi dalam menemukan jawaban. f) Menunjuk
tidak cukup sehingga membutuhkan jawaban yang lebih salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan. g) Jika
mendalam dari guru. Hal ini penting bagi guru memliki siswa dapat menjawab dengan tepat, guru meminta siswa
pngetahuan yang lebih sehingga tercipta jawaban yang lain untuk memberikan tanggapan mengenai jawaban
betul-betul memadai untuk disajikan kepada siswa. tersebut agar siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan

2
Pengaruh Model Pembelajaran Probing-Prompting terhadap Hasil Belajar

pembelajaran. Namun, jika siswa tersebut mengalami jenis penelitian yang diterapkan merupakan penelitian
kemacetan dalam menemukan jawaban, kurang tepat, eksperimen. Jenis dari penelitian ini menggunakan data
tidak tepat, atau diam, guru memberikan pertanyaan- berbentuk angka dan dianalisis menggunakan statistic.
pertanyaan yang lain yang masih mengacu pada jawaban Oleh sebab itu jenis penelitian yang dilakukan merupakan
sebelumnya. Kemdian dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian kuantitatif. Sedangkan rancangan yang
yang dapat memperdalam ilmu siswa agar dapat berpikir digunakan yaitu kuasi eksperimen. Desain penelitian ini
tingkat lebih tinggi, sehingga dapat menemukan jawaban yaitu nonequivalent control group yang menggunakan dua
dari pertanyaan sesuai dengan kompetensi dasar atau sampel kelas, satu sampel untuk kelompk eksperimen
indikator. Pertanyaan yang dilakukan pada langkah yaitu kelas yang pembelajarannya diberi perlakuan
keenam ini sebaiknya diajukan pada beberapa siswa yang menngunakan model Probing-Prompting dan kelas lain
berbeda agar seluruh siswa terlibat dalam seluruh untuk kelompok kontrol tanpa menggunakan model
kegiatan Probing-prompting. h) Guru mengajukan pemblajaran probing-promppting.
pertanyaan akhir pada siswa yang berbeda untuk lebih Lokasi penelitian ini berada di SD Negeri Wiyung I
menekankan bahwa indikator tersebut benar-benar telah Surabaya, yang beralamat di Jl. Raya Menganti Wiyung
dipahami oleh seluruh siswa. Menurut Rosnawati (dalam No. 11 Surabaya. Pemilihan lokasi ini berdasarkan hasil
Shoimin, 2014:128) tiga tahapan pembelajaran Probing- belajar siswa kelas V yang masih kurang dan sekolah ini
Prompting: (a) Kegiatan awal: guru menggali juga dapat menerima masukan yang positif untuk
memperdalam pengetahuan dan kemampuan siswa perkembangan pendidikan di sekolah tersebut. Penelitian
menggunakan teknik probing. (b) pemberian materi ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2016-
dilaksanakan dengan menggunakan teknik probing. (c) 2017.
Kegiatan akhir: pola probing digunakan untuk melihat Populasi penelitian merupakan subjek penelitian.
tingkat keberhasilan hasil belajar sesudah melaksanakan Populasi dari penelitian ini merupakan semua anak kelas
kegiatan tersebut. V SD Negeri Wiyung I Surabaya. Anggota populasi
Hasil belajar adalah hal yang utama pada sebuah terdiri dari dua kelas yaitu kelas VA-VD yang berjumlah
proses pembelajaran. Hasil belajar sering diartikan 137 siswa. Adapun pengambilan sampling yang peneliti
sebagai puncak dari proses pembeajaran yang gunakan yaitu dengan menggunakan teknik Purposive
menentukan keberhasilan dalam ketercapaian suatu Sampling. Hal tersebut digunakan karena dalam
materi. Nana Sudjana (2009:3) memdefnisikan hasil menentukan sampel, peneliti melihat banyak
belajar siswa pada hakekatnya merupakan perubahan pertimbbangan supaya dalam memeroleh data betul-betul
tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang representative. Sampel yang diambil pada penelitian ini
lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan yaitu kelas VA sebagai kelas kontrol yang berjumlah 34
psikomotorik. Hasil belajar dapat dikatakan sebagai siswa dan kelas VB yang berjumlah 34 siswa.
kemampuan yang didapatkan melalui proses Prosedur penelitiannya dibagi menjadi tiga tahap,
pembelajaran. Dengan adanya kemampuan yang dimiliki yaitu tahap persiapan (a) Menyusun proposal. (b)
oleh siswa, hasil belajar dapat diperoleh menggunakan Menyusun perangkat pembelajaran. (c) Menyusun
tes atau nilai yang diberikan oleh guru sehingga dapat instrument penelitian yang berupa lembar soal pretest dan
merubah sikap dan tingkah laku siswa melalui kegiatan posttest. (d) validasi perangkat. Pada tahap awal guru
pembelajaran. membagikan test awal (Pretest). Pretest tersebut
Faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar: a) diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan
Faktor internal adalah faktor yang terdapat pada setiap materi ekosistem. Tujuan dilakukan Pretest yakni agar
diri individu yang sedang belajar. Faktor tersebut dapat melihat pemahaman siswa sebelum pembelajaran.
meliputi faktor fisiologis dan psikologis. b) Faktor Tahap penelitian
eksternal yaitu faktor yang terdapat di luar individu. Penelitian dilaksanakan 2 kali pertemuan. Pertemuan
Lingkungan sosial yakni lingkungan dimana sesorang pertama di kelas eksperimen dilaksanakan dengan
melakukan interaksi dan bersosialisasi dengan manusia menggunakan model probing-prompting dan pertemuan
sekitarnya. Sehingga diperlukan kehati-hatian dalam kedua yaitu kelas kontrol dilaksanakan menggunakan
melakukan interaksi sosial dengan masyarakat lainnya. model konvensional. Tahap akhir Guru memberikan
posttest di akhir pembelajaran. Soal posttes sama dengan
METODE PENELITIAN pretest, namun disusun secara acak namun tetap
Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk memnuhi indikator. Posttest ini diberikan agar dapat
mengetahui pengaruh model pembelajaran Probing- mengetahui hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas
Prompting terhadap hasil belajar kognitif siswa. Sehingga

537
JPGSD. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2017

kontrol. Tahap analisis hasil data yaitu Analisis data dan pengumpulan data yang di gunakan adalah dengan
uji statistic dan Penyusunan laporan penelitian. menggunakan tes yang terdiri dari pretest dan posttest.
Penelitian ini dilaksanakan dua kali pertemuan. Dalam pretest ini peneliti memberikan test soal dalam
Karena dengan dua kali pelaksanaan diharapkan data bentuk pilihan ganda berjumlah 20 soal. Pretest ini diberi
yang diperoleh valid dan menunjukkan signifikansi yang kepada siswa sebelum melakukan pelajaran dan bertujuan
tinggi yang disebabkan perlakuan yang diberikan. agar dapat melihat kemampuan pemahaman awal siswa.
Pertemuan pertama dilaksanakan observasi awal sebelum Pretest ini diberikan kepada dua kelompok yang berbeda
perlakuan (prestest) yang kemudian dilanjutkan dengan yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Butir
pemberian perlakuan (treatment) dengan menggunakan soal tes yang diberikan mencakup materi tentang
model Probing-Prompting, yang dilanjutkan dengan ekosistem. Sedangkan posttest ini bentuk dan jumlah soal
pemberian observasi akhir yang dilakukan setelah sama dengan pretest yaitu 20 butir soal. Namun postest
mendapat perlakuan (posttest). Yang kemudian ini diberi setelah kedua kelompok diberi perlakuan yang
menghasilkan data yang akan diolah untuk mengetahui berbeda. Kelompok eksperimen diajarkan menggunakaan
signifikansi dan pengaruh perlakuan terhadap hasil model Probing-Prompting sedangkan kelompok kontrol
belajar siswa. diberi perlakuan dengan menggunakan model
Instrument penelitian adalah alat yang digunakan pembelajaran konvensional. Adapun tujuan dari postest
untuk memeroleh data supaya data tersebut dapat ini ialah untuk mengungkapkan kemampuan siswa
memeroleh hasil yang baik. Penelitian ini menggunakan setelah diberikan perlakuan.
instrument penelitian berupa lembar tes. Butir soal yang
digunakan berupa pilihan ganda yang berjumlah 20 soal. HASIL DAN PEMBAHASAN
Lembar test diberikan sebelum dan sesudah diberi Hasil
pembahasan materi Ekosistem. Tujuan diberikan test ini Dari uji validitas dan reliabilitas, proses ini dilakukan
yakni agar dapat mengetahui adakah pengaruh model sebelum diberikan perlakuan dengan tujuan untuk
pembelajaran probing-prompting terhadap hasil belajar. mengetahui pemahaman siswa tentang materi. Dari uji
Adapun Tahap Analisis Instrumen adalah sebagai validitas dan reliabilitas maka diperoleh soal yang valid
berikut: (a) Menentukan Validitas. Validitas ialah alat dan tidak valid. Berikut merupakan perhitungan
ukur yang digunakan untuk menunjukkan valid tidaknya reliabilitas pretest dan posttest:
suatu intstrumen. Untuk menghitung korelasi setiap butir Tabel 1. Realibilitas
soal adalah dengan menngunakan rumus korelasi product
moment. Pengujian validitas menggunakan software spss
22. Jika angka korelasi sudah didapatkan, selanjutnya
membandigkan harga tersebut dengan tabel r product
moment dengan taraf signifikansi 5%.
Jika telah memeroleh angka korelasi, langkah
selanjutnya yaitu membandingkan angka tersebut dengan
rabl r product moment. Jika rxy < r tabel maka hasilnya tidak Berdasarkan perhitungan menggunakan spss 22 for
valid, tetapi jika rxy > r tabel maka hasilnya valid. Dilihat windows dengan split-half method, dapat diperoleh data
dari tabel 3.1, terdapat 4 butir soal yang tidak valid yaitu nilai rhitung = 0,675 > rtabel = 0,316 dinyatakan reliabel
soal nomer 4,5,6 dan 26. Sedangkan 24 soal yang valid atau dapat dipercaya dan dapat digunakan peneliti untuk
yaitu butir soal nomer 1, 2, 3, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, mengambil sampel.
15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 30. Sebelum menerapkan pembelajaran dengan
Soal yang tidak valid tidak digunakan dalam pembuat menggunakan model Probing-Prompting, siswa diberikan
soal pretest dan posttest. Peneliti menggunakan 20 butir tes awal berupa pretest baik di kelas eksperimen ataupun
soal pilihan ganda. Pemilihan butir soal tersebut sesuai di kelas kontrol. Pretest ini diberikan agar dapat
dengan indikator yang digunakan. Sehingga semua mengetahui kemampuan awal siswa terhadap materi yang
indikator harus terpenuhi pada tiap butir soalnya. akan diberikan sebagai treatment pada saat penelitian.
Menurut Sugiono (2013:224), teknik pengumpulan
data mempunyai tujuan utama dalam penelitian yakni
memeroleh data. Data yang akan diperoleh pada
penelitian ini tentang hasil belajar siswa, maka digunakan
suatu teknik yang tepat agar peneliti mendapatkan data
yang mmenuhi standar yang di tetapkan. Adapun teknik

2
Pengaruh Model Pembelajaran Probing-Prompting terhadap Hasil Belajar

Diagram 1. Rata-rata Hasil Belajar Kognitif

Nilai pretest pada kelas eksperimen memperoleh rata-


rata sebesar lebih besar yaitu 66,4 sedangkan nilai pretest
pada kelas kontrol memperoleh rata-rata sebesar 65,46.
Kemudian nilai posttest pada kelas eksperimen
memperoleh rata-rata sebesar 82,34 lebih besar dari nilai
posttest pada kelas kontrol memperoleh rata-rata sebesar Diagram 3. Ketuntasan Hasil Belajar Kelas V-B
77,65. Uji normalitas digunakan agar dapat mengetahui
Ketuntasan hasil belajar yang didapatkan siswa kelas apakah jumlah sampel berasal dari populasi yang
V-A sebagai kelas kontrol diperoleh melalui pemberian berdistribusi normal atau tidak. Penelitian ini
pretest yang diberikan sebelum pemberian perlakuan dan menggunakan bantuan software spss 22 dengan metode
posttest sesudah disajikan dengan perlakuan Kolmogrov Smirnov karena data yang digunakan lebih
menggunakan model pembelajaran konvensional. dari 50 siswa (Sundayana, 2014: 88). Untuk pengambilan
keputusan sebagai berikut: Jika Sig > α = 0,05 maka H O
diterima dan Jika Sig < α = 0,05 maka HO ditolak
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Pretest

Dapat dilihat bahwa nilai sig. dalam kolom


Kolmogrov-Smirnov pada kelas 1 (kelas eksperimen)
menunjukkan nilai 0,173 > 0,05 yang berarti yang berarti
bahwa data dari kelas eksperimen berdistribusi normal.
Diagram 2. Ketuntasan Hasil Belajar Kelas V-A Pada keas 2 (kelas kontrol) dalam kolom Kolmogrov-
Hasil belajar siswa dapat dianggap tuntas apabila nilai Smirnov menunjukkan nilai 0,109 > 0,05 yang berarti
yang didapatkan sudah mencapai KKM yakni nilai yang bahwa data dari kelas kontrol berdistribusi normal.
didapatkan ≥ 75. Dilihat pada diagram 4.2, hasil pretest Berdasarkan data yang terdapat pada tabel tersebut dapat
pada kelas V-A memperoleh presentase ketuntasan disimpulkan bahwa data nilai hasil pretest dari siswa kelas
sebesar 37,50% yang termasuk dalam kategori rendah eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi nomal.
yaitu terdapat 12 siswa yang mendapat nilai ≥75 dan Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Posttest
dianggap tuntas. Sedangkan 20 siswa mendapat nilai <75
dan dinyatakan tidak tuntas dalam penilaian hasil belajar.
Hasil posttest pada kelas V-A memeroleh ketuntasan
sebesar 59,4% yang termasuk dalam kategori sedang,
dimana terdapat 19 siswa mendapat nilai ≥ 75 dan
dianggap tuntas, sedangkan 13 siswa memeroleh nilai
<75 dan dianggap tidak tuntas dalam perolehan hasil pada kelas 1 (kelas eksperimen) menunjukkan nilai
belajar. 0,122 > 0,05 yang berarti data dari kelas eksperimen
Ketuntasan hasil belajar yang didapatkan siswa kelas berdistribusi normal. Pada kelas 2 (kelas kontrol) dalam
V-B sebagai kelas eksperimen diperoleh dari pemberian kolom Kolmogrov-Smirnov menunjukkan nilai 0,058 >
pretest yang diberikan sebelum pemberian perlakuan dan 0,05. Berdasarkan data yang terdapat pada tabel tersebut
posttest sesudah diberikan perlakuan menggunakan dapat disimpulkan bahwa data nilai hasil posttest dari
model pembelajaran Probing-Prompting.

539
JPGSD. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2017

siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi


normal.
Uji homogenitas digunakan agar dapat mengetahui
varian dari masing-masing kelompok memiliki kesamaan
atau tidak sehingga dapat menentukan rumus t-test yang
akan digunakan untuk langkah selanjutnya. Uji
homogenitas dapat dihitung dengan menggunakan spss 22
dengan kriteria sebagai berikut: Jika Sig > α = 0,05 maka Dari data yang terdapat pada tabel 4.7, dapat dilihat
HO diterima dan Jika Sig < α = 0,05 maka HO ditolak. bahwa nilai thitung > ttabel (2,350 > 0,50204) dan (2,350 >
0,38341) dan signifikansi < α = 5% atau (0,000 < 0,05)
yang berarti bahwa Ho ditolak. Jadi dapat dikatakan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikansi antara gain kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Pretest Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini yakni agar dapat
mengetahui ada tidaknya pengaruh dari model
pembelajaran Probing-Prompting terhadap hasil belajar
pada tema 8 (ekosistem) siswa kelas V SDN Wiyung 1
Surabaya tahun ajaran 2016-2017. Keterlaksanaan
pembelajaran dilakukan untuk mengidentifikasi
kesesuaian pembelajaran dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) melalui pemberian model
Dapat dilihat bahwa nilai sig. sebesar 0,832 yang pembelajaran Probing-Prompting pada kelas eksperimen.
berarti bahwa nilai pretest dari kelas eksperimen dan kelas Berdasarkan hasil t-test yang telah dianalisis, dapat
kontrol adalah homogen. Sedangkan hasil uji homogenitas diketahui bahwa model pembelajaran Probing-Prompting
dari nilai posttest siswa yang di uji menggunakan spss 22 memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil
yaitu: belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan hasil
Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas Posttest gain antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Prosedur penelitian ini terdiri dari 3 tahapan yaitu: a)
tahap persiapan dan perencanaan penelitian b)
pelaksanaan c) penyajian. Pada tahap permulaan,
dilakukan penyusunan proposal, perangkat pembelajaran,
menyusun instrument penilaian berupa soal pretest dan
posttest. Selanjutnya melakukan vaidasi soal ke dosen
ahli, kemudian di validasi ke SD. Pada pengujian
Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa nilai sig. validitas soal dapat diketahui soal yang valid dan tidak
sebesar 0,470 yang berarti bahwa nilai posttest dari kelas valid. Soal dapat disebut valid jika rhitung > rtabel. Pengujian
eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen. soal berjumlah 30 soal untuk pretest dan posttest. Pada
Uji t ini digunakan agar dapat melihat apakah terdapat uji validitas pretest dan posttest terdapat 26 soal yang
perbedaan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen valid dan 4 soal yang tidak valid. Pengujian validitas ini
dikarenakan terdapat perlakuan berbeda yang telah soal pretest dan posttest diberikan soal yang sama. Dari
diberikan. Peneliti menggunakan bantuan program SPSS 26 butir soal yang valid tersebut diacak untuk digunakan
versi 22 dengan melihat perhitungan uji Independent pada soal pretest dan posttest. Soal yang diujikan Pretest
Samples T-Test yang memiliki kriteria sebagai berikut: sebanyak 20 soal dan posttest 20 soal.
Jika thitung > ttabel, maka Ho diterima, Jika ttabel ≥ thitung, maka Ho Selanjutnya tahap kedua pengambilan data, peneliti
ditolak Atau Jika Sig > α = 0,05 maka H O diterima, Jika memberikan pretest dan posttest untuk mengetahui
Sig < α = 0,05 maka HO ditolak normal dan homogen pada kelompok eksperimen dan
Tabel 6. Independent Sample Test kelompok kontrol. Untuk mengetahui adanya perbedaan
hasil belajar kognitif antara kelas eksperimen dengan
kelas kontrol, peneliti menghitung nilai hasil belajar
kognitif menggunakan nilai posttest. Pengujian hipotesis
ini dihitung dengan menggunakan uji independent sample

2
Pengaruh Model Pembelajaran Probing-Prompting terhadap Hasil Belajar

T-Test pada SPSS 22. Dari perhitungan diperoleh hasil bertujuan agar siswa dapat mengikuti pembelajaran
signifikansi hitung yaitu 0,014 < 0,05. Sehingga dapat secara maksimal. Model pembelajaran Probing-
ditarik kesimpulan Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan Prompting diterapkan dengan cara memberikan
demikian dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan rata- pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menuntun agar
rata hasil belajar kognitif yang mana kelas eksperimen siswa dapat menemukan informasih sehingga terjadi
lebih baik daripada kelas kontrol. proses berpikir. Siswa dapat mengonstruksi konsep,
Hasil belajar kognitif pada pretest kelas eksperimen prinsip, dan aturan menjadi pengetahuan baru (shoimin
terdapat 12 siswa yang memeroleh nilai tuntas dan 20 Aris, 2014:126).
siswa memeroleh nilai tidak tuntas. Pada kelas kontrol Hal tersebut sesuai dengan teori perkembangan
terdapat 12 siswa yang memeroleh nilai tuntas dan 20 kognitif Vygotsky. Menurut Vygotsky, perolehan
siswa yang tidak tuntas. Setelah diberikannya perlakuan perkembangan kognitif seseorang diperoleh dari sumber-
pada kelas eksperimen dengan menggunakan model sumber social di luar dirinya. Hal ini tidak berarti bahwa
pembelajaran Probing-Prompting. Sedangkan pada kelas individu bersikap positif dalam perkembangan
kontrol tidak diberikan perlakuan. Selanjutnya pemberian kognitifnya, tetapi Vygotsky juga menekankan
posttest untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa. pentingnya peran aktif seseorang dalam mengonstruksi
Pada kelas eksperimen terdapat 26 siswa yang pengetahuannya yang disebut sebagai pendekatan
memeroleh nilai tuntas dan 6 siswa yang memeroleh nilai kontruktivisme (Vlamband, dalam Santrock 2008: 60).
tidak tuntas. Sedangkan pada kelas kontrol 19 siswa yang Maksudnya, perkembangan kognitif seseorang disamping
memeroleh nilai tuntas dan 13 siswa yang mendapatkan ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga oleh
nilai tidak tuntas. lingkungan social yang aktif pula. Bagaimana anak-anak
Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen berkembang dengan melalui proses belajar, dimana
memberikan perbedaan hasil belajar kognitif antara kelas fungsi-fungsi kognitif belum matang, tetapi masih dalam
kontrol dengan kelas eksperimen. Hal ini dapat dilihat proses pematangan. Vygotsky membedakan antara aktual
dari rata-rata siswa kelas eksperimen yang meningkat development dan potensial development pada anak.
dari sebelumnya, meskipun dari kedua kelas tersebut Aktual development ditentukan apakah seorang anak
mengalami peningkatan, tetapi kelas kontrol mengalami dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa
peningkatan lebih banyak dan hasil yang lebih baik atau guru. Sedangkan potensial development
daripada kelas kontrol. Nilai rata-rata pretest pada kelas membedakan apakah seorang anak dapat melakukan
eksperimen yaitu 66,4 dan nilai posttestnya yaitu 82,34. sesuatu, memecahkan masalah di bawah petunjuk orang
Pada kelas kontrol nilai rata-rata pretestnya yaitu 65,46 dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
dan nilai rata-rata posttestnya yaitu 77,65. Berdasarkan analisis data dan pembahasan di atas
Pada saat menghitung gain score ditemukan adanya dapat dilihat rata-rata hasil belajar mendapatkan haasil
peningkatan nilai pretest dan posttest. Pengujian gain yang baik pada kelas eksperimen dengn penerapan model
score dilakukan untuk mengetahui peningkatan yang pembelajaran Probing-Prompting. Dalam penerapan
telah didapatkan oleh kedua kelas. Pada perhitungan yang model pembelajaran Probing-Prompting ini guru
telah dilakukan, pada kelas eksperimen mendapatkan (peneliti) mendidik siswa agar selalu berkonsentrasi dan
peningkatan yang lebih tinggi daripada kelas kontrol. aktif saat pembelajaran berlangsung. Siswa perlu
Yaitu diperoleh peningkatan pada kelas eksperimen membaca, menulis, berdiskusi atau bersama-sama dengan
sebesar 0,50204 yang tergolong sedang dan kelas kontrol teman sekelas dalam memecahkan masalah.
sebesar 0,37448. Dapat dikatakan selisih nilainya yang Pembelajaran Probing-Prompting diberikan pertanyaan-
didapatkan dari kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas pertanyaan yang menjadikan siswa untuk belajar
kontrol. Hasil belajar yang diperoleh menunjukkan hasil menemukan jawaban dari pemikiran atas informasi yang
yang baik. Hal demikian terjadi dikarenakan pemberian mereka temukan sendiri melalui diskusi dengan
perlakuan dengan model pembelajaran Probing- temannya. Selain itu model pembelajaran Probing-
Prompting. Model pembelajaran Probing-Prompting Prompting memberikan peluang bagi siswa agar dapat
merupakan model pembelajaran dengan mensajikan menguatkan daya ingatannya dengan mencari tahu materi
beberapa pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menuntun dengan mandiri. Sehingga dapat disimpulkn bahwa
dan memperdalam gagasan siswa sehingga mampu model pembelajaran Probing-Prompting berpengaruh
membantu proses berpikir agar dapat mengaitkan positif terhadap hasil belajar tema 8 (ekosistem) siswa
pengetahuan dan pengalaman siswa dengan hal baru yang kelas V SDN Wiyung 1 Surabaya.
sedang dipelajari (Huda, 2013:281). Pertanyaan-
pertanyaan itu diberikan kepada siswa secara acak PENUTUP

541
JPGSD. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2017

Simpulan Kelas IV SD Negeri 2 Antosari Kecamatan


Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Selemadeg Barat”. Vol 2(1): hal 01-10.
pengaruh model pembelajaran Probing-Prompting Jill McNew-Birren, Leigh A. van den Keiboom. 2017.
terhadap hasil belajar pada tema 8 (ekosistem) siswa kelas “Exploring The Development of Core
V SDN Wiyung 1 Surabaya yang telah dideskripsikan Teaching Paractices in The Context of
pada bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa model Inquiry-Based Science Instrucion: An
pembelajaran Probing-Prompting berpengaruh positif Interpretive Case Study”. Vol 66: pp 74-87.
pada pembelajaran di kelas eksperimen. Sehingga dapat Jiri Dostal. 2015. “The Draft of The Competencial Model
dikatakan penelitian menggunakan model pembelajaran of The Teacher in The Context of The Inquiry-
Probing-Prompting memberikan pengaruh yang signifikan Based Instruction”. Vol 186: pp 998-1006.
terhadap hasil belajar siswa kelas V-B sebagai kelas Julianto, dkk. 2011. Teori dan Implementasi Model-
eksperimen. model Pembelajaraan Inovatif. Surabaya:
Hasil belajar pada kelas eksperimen mengalami Unesa Universitas Press.
peningkatan yang lebih tinggi dibandingan dengan Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan
peningkatan pada kelas kontrol. Pada kelas eksperimen Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
memperoleh nilai pretest rata-rata 66,4 dengan presentase I Wyn. Eka Swarjana, Md. Suarjana, Ni Nym. Garminah.
ketuntasan sebesar 37,5%, sedangkan untuk rata-rata 2013. “Pengaruh Model Pembelajaran
posttest 82,34 dengan presentase ketuntasan mencapai Probing-Prompting Terhadap Hasil Belajar
81,25%. Pada kelas kontrol nilai pretest rata-rata 65,46 IPA Siswa Kelas V Di SD Negeri 1 Sebatu”.
dengan presentase ketuntasan sebesar 37,5%, sedangkan Hal 01-11
untuk rata-rata nilai posttest 77,65 dengan presentase Ngalimun. 2016. Strategi dan Model Pembelajaran.
ketuntasan mencapai 59,37%. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Putunda Al Arif Hidayatullah, Gede Raga, Luh Putu
Saran Putrini Mahadewi. 2014. “Pengaruh Model
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka Probing-Prompting Terhadap Kemampuan
saran yang dapat diberikan agar proses belajar mengajar Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran
tema 8 (Ekosistem) lebih efektif dan lebih memberikan IPA Kelas V”. Vol 2(1): hal 01-10.
hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran Priyatno, Dwi. 2014. Teknik Mudah dan Cepat
sebagai berikut: (1) Model pembelajaran Probing- Melakukan Analisis Data Penelitian dengan
Prompting dapat diterapkan pada saat proses SPSS. Yogyakarta: Gava Media
pembelajaran dengan materi yang sesuai, karena dapat Samatowa, Usman. 2016. Pembelajaran IPA di Sekolah
meningkatkan hasil belajar siswa. (2) Pada saat kegiatan Dasar. Jakarta: PT Indeks.
pembelajaran berlangsung, guru lebih baik melibatkan Osman Senai Dogan, Elif Tekin-Iftar. 2002. “The Effects
siswa agar dapat lebih aktif dalam proses belajar. Karena of Simultaneous Prompting Teaching
dengan siswa berpartisipasi secara aktif, maka Receptively Identifying Occupation From
pembelajaran akan terlaksana dengan lancar dan Picture Cards”. Vol. 23: pp 237-252.
mendapatkan hasil yang optimal. (3) Guru hendaknya Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif
dapat meningkatkan kemampuan mengelola kelas dan dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz
membagi perhatian pada siswa yang kurang dalam Media.
belajar, serta membagi waktu dengan baik dalam Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar
melaksanakan pembelajaran. Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif
DAFTAR PUSTAKA
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian Suatu
Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu dalam
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi
Winarsunu Tulus. 2014. STATISTIK Dalam Penelitian
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Psikologi dan Pendidikan. Malang: UMM
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Press.
SD/MI. Depdiknas: Dirjendikti.
Dyah Ayu Widyastuti, Ni Nyoman Ganing, I Ketut
Ardana. 2014. “Penerapan Model
Pembelajaran Probing-Prompting Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Siswa

Anda mungkin juga menyukai