Anda di halaman 1dari 13

Model Discovery Learning

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V


PADA MASA PANDEMI COVID-19

Yunis Shofiyul Ummah


PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya (yunis.17010644182@mhs.unesa.ac.id)

Julianto
PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan penerapan model discovery learning dalam
pembelajaran dan mengetahui apakah terdapat pengaruh model discovery learning terhadap hasil belajar
yang diperoleh peserta didik kelas V Sekolah Dasar Negeri Lebo semester 2 tahun ajaran 2020/2021 pada
masa pandemi covid-19. Metode penelitian menggunakan quasi experimental design yang melibatkan
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan teknik pengambilan sampling jenuh. Data
dikumpulkan menggunakan instrumen observasi aktivitas guru, aktivitas peserta didik, penilaian hasil
belajar ranah afektif, psikomotor dan kognitif. Penialaian tersebut memperoleh hasil belajar dengan rata-
rata persentase ≥75%. Sedangkan hasil belajar peserta didik pada ranah kognitif dinyatakan 28% tuntas
untuk hasil pretest sedangkan 57% dinyatakan tuntas untuk hasil posttsest. Skor nilai N-Gain hasil belajar
peserta didik sebesar 0,371. Berdasarkan hasil uji beda hasil belajar (Uji T) diperoleh thitung > ttabel
(2,070>1,662). Artinya gain hasil belajar antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol terdapat perbedaan
yang signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa model discovery learning lebih baik secara signifikan
daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik pada masa pandemi
covid-19. Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh model discovery learning terhadap hasil belajar
peserta didik. Maka dapat digunakan sebagai alternatif bagi guru dan calon guru dalam pembelajaran jarak
jauh.
Kata Kunci: model discovery learning, hasil belajar.

Abstract
The purpose of this study is to determine the implementation of the discovery learning model in online
learning and determine whether there is an influence of the discovery learning model on the learning
outcomes obtained by the fifth-grade students of Lebo State Elementary School in the second semester of
the 2020/2021 academic year during the covid-19 pandemic. The research method used a quasi-
experimental design involving the experimental group and the control group with a saturated sampling
technique. The data were collected using an instrument of observation of teacher activities, student
activities, assessment of learning outcomes in the affective, psychomotor and cognitive domains. The
assessment obtained learning outcomes with an average percentage of ≥75%. Meanwhile, the learning
outcomes of students in the cognitive domain were stated to be 28% complete for the pretest results while
57% were declared complete for the posttest results. The score of the N-Gain value of students' learning
outcomes is 0,371. Based on the results of the different learning outcomes test (T-test) obtained tcount > ttable
(2,070>1,662). This means that the gain in learning outcomes between the experimental class and the
control class there is a significant difference. It can be concluded that the discovery learning model
significantly better than conventional learning in improving student learning outcomes during the covid-19
pandemic. The results of this study indicate that there is an effect of the discovery learning model on
student learning outcomes. Thus, it can be used as an alternative for teachers and prospective teachers in
distance learning.
Keywords: discovery learning models, learning outcomes.

bangsa yaitu generasi muda (Roesminingsih & Susarno,


PENDAHULUAN 2016:62). Pendidikan membantu manusia menjadi lebih
Pendidikan pada hakikatnya adalah memanusiakan berkembang dalam semua aspek kepribadian manusia
manusia menjadi lebih manusiawi melalui proses termasuk siap dalam menyambut berbagai tantangan dan
pendidikan dengan tujuan mencerdaskan kehidupan rintangan di masa depan. Usaha dalam rangka
manusia. Pendidikan menjadi perantara yang tepat untuk meningkatkan Pendidikan yang berkualitas di sekolah
meningkatkan mutu manusia terutama calon penerus

2502
JPGSD. Volume 09 Nomor 06 Tahun 2021, 2502-2514

khususnya sekolah dasar dapat dijangkau melalui kualitas membutuhkan metode pendekatan berupa pemecahan
pembelajaran (edukasi). masalah yaitu materi zat tunggal dan zat campuran pada
Pembelajaran termasuk metode interaksi secara kelas V tema 9 yang sesuai dengan kompetensi dasar 3.9
langsung dengan mengimplikasikan komponen-kompenen mengelompokkan materi dalam kehidupan sehari-hari
dalam sistem pembelajaran yang mencakup guru, peserta berdasarkan komponen penyusunnya (zat tunggal dan
didik, kurikulum, metode, sarana dan media (Rahmi & campuran) dan 4.9 melaporkan hasil pengamatan sifat-
Fitria, 2020). Melalui sistem pembelajaran diharapakan sifat campuran dan komponen penyusunnya dalam
terjadi transformasi ke arah lebih baik bagi peserta didik, kehidupan sehari-hari. Sesuai dengan kompetensi dasar
yaitu meningkatnya pengetahuan (intelektual), tersebut mewajibkan aktivitas pada peserta didik untuk
keterampilan dan sikap. Pembelajaran hendaklah mengidentifikasi, menganalisis, mengelompokkan
memakai model efektif dan aktif, peserta didik mampu mendeskripsikan dan mengaplikasikan apa saja yang
menggali kemampuan agar bisa menyempurnakan pola berkaitan pada materi, zat tunggal serta zat campuran. Hal
pikirnya (Permendikbud no. 67:2016). Berdasarkan tersebut tentunya memerlukan bentuk (model)
peraturan tersebut penerapan pembelajaran pada pembelajaran yang dapat mampu memfasilitasi
kurikulum 2013 sebaiknya memakai model pendidikan kemampuan berpikir dalam memecahkan masalah serta
kreatif, inovatif, menyenangkan serta berpotensi dalam terjadinya kemajuan hasil belajar yang diperoleh peserta
meningkatkan kemampuan peserta didik. Peran seorang didik
guru untuk tingkat keberhasilan suatu proses Hasil belajar IPA pada sekolah dasar masih tergolong
pembelajaran sangat besar. Menurut Roesminingsih & kurang baik (rendah). Berdasarkan data tahun 2018 yang
Susarno (2016:146) kontribusi guru dalam proses merupakan hasil survei PISA untuk kategori sains, skor
pembelajaran meliputi banyak hal yaitu berperan sebagai yang diperoleh indonesia yaitu 396 berada pada peringkat
pendidik, berkontribusi sebagai seorang pembelajar, 9 dari bawah dari 80 negara, hal tersebut masih berada di
sebagai sosok pelatih dan pembimbing. selain itu, guru bawah rata-rata skor OECD yakni 489 (Permana, 2019).
harus menguasai kompetensi pedagogik dan Untuk menunjang kualitas peserta didik dalam
mempraktikkan secara efisien agar maksud berupa misi memperoleh peningkatan hasil belajar (penilaian) pada
dari pendidikan itu sendiri terwujud (tercapai). Cara mata pelajaran IPA dibutuhkan kualitas pembelajaran
penyampaian materi kepada peserta didiknya yang yang baik berdasarkan karakteristik pembelajaran
dilakukan setiap guru berbeda-beda. Perbedaan tersebut berpusat pada peserta didik yang merupakan tujuan dari
dapat mempengaruhi keadaan kelas tentunya juga hasil kurikulum 2013.
belajar peserta didik. Prosedur kegiatan belajar mengajar IPA di sekolah
Salah satu mata pelajaran di sekolah dasar yaitu Ilmu dasar pada umumnya dilakukan di sekolah atau ruang
Pengetahuan Alam. IPA merupakan kelompok ilmu yang kelas Namun, terhitung semenjak bulan Maret 2020 di
tidak terlepas dengan alam sekitar, manusia, fenomena Indonesia terjadi penyebaran wabah Covid-19 sehingga
serta dampak bagi kehidupan. Obyek dan subyek kajian Kemendikbud mewajibkan peserta didik belajar di rumah
sains bersumber dari manusia dan lingkungan. IPA dapat sebagai alternatif belajar di tengah pandemi agar
dikatakan sebagai bagian dari pengalaman manusia yang pendidikan tetap dapat berjalan sebagaimana mestinya
setiap individu dapat merasakan, memaknai dengan cara (Permendikbud no. 15:2020). Solusi pelaksanaan
yang berbeda ataupun sama (Ali, 2018). Selain itu IPA pembelajaran dilakukan secara daring memberikan
sebagai body of knowledge merupakan perolehan tanggungjawab penuh sebagai seorang guru yang
pengetahuan baru berupa konsep, nilai, proses, sikap merupakan salah satu komponen utama pendidikan yang
ilmiah, implementasi dalam kkehidupan sehari-hari serta harus mampu memfasilitasi peserta didiknya untuk tetap
kreativitas sebagai objek kajian IPA yang ditemukan para melanjutkan proses belajar. Salah satunya dalam mata
ilmuwan (Desstya et al., 2017). pelajaran IPA dilaksanakan secara daring sesuai dengan
IPA pada hakikatnya adalah sebagai proses dan karakteristik Pembelajaran IPA yaitu mempunyai nilai
produk. Hakikat proses Pembelajaran IPA adalah ilmiah yang dapat dibuktikan kebenarannya menggunakan
pembelajaran yang didasarkan pada proses, yang berarti metode ilmiah sehingga diperoleh konsep, prinsip, hukum
dalam kegiatan pembelajaran IPA penemuan sendiri dan teori (Fadil & Amran, 2020). Dalam pelaksanaan
konsep-konsep diutuamakan untuk peserta didik yang pembelajaran IPA SD tetap mengutamakan penanaman
diperoleh melalui kegiatan pengamatan, diskusi dan konsep dan pengembangan keterampilan proses meskipun
penyelidikan atau percobaan sederhana sehingga melalui pembelajaran dilakukan di rumah dengan tetap
kegiatan pembelajaran tersebut memberikan pengalaman menjunjung karakteristik pembelajaran IPA biarpun
langsung bagi peserta didik (Hisbullah & Selvi, 2018:5). dilakukan secara daring dengan melaksanakan
Satu diantara materi-materi IPA di sekolah dasar yang eksperimen atau percobaan sederhana dengan alat dan

2503
Model Discovery Learning

bahan yang mudah didapatkan di rumah dengan panduan didik dalam kegiatan pembelajaran IPA dari rumah serta
guru secara daring melalui whatsapp dan zoom sehingga meningkatkan perolehan nilai belajar peserta didik.
salah satu bagian dari proses IPA yaitu eksperimen dapat Hasil penelitian (Tumurun et al., 2016) (Wijayanto,
tetap dilakukan meskipun dalam pembelajaran daring. 2017) (Dwi dan Satiti, 2020) (Gede et al., 2020) (Rahmi
Pada kenyataannya di lapangan banyak proses dan Fitria, 2020) yang dilakukan pembelajaran secara
pembelajaran IPA selama pembelajaran daring langsung atau tatap muka mengemukakan bahwa
menggunakan metode ceramah dan mengerjakan LKPD discovery learning memiliki pengaruh pada tingkat
berupa soal-soal yang membuat peserta didik bosan dan efektifitas perolehan nilai belajar siswa. Model discovery
jenuh selama pembelajaran daring. Hal ini didukung learning dapat mengembangkan keterampilan berpikir
berdasarkan hasil penelitian analisis proses pembelajaran kreatif pada diri siswa. Hal tersebut disebabkan karena
daring yang dilakukan (Putria et al., 2020) diperoleh data tahap discovery learning membetuk siswa berpikir kreatif
bahwa keadaan di lapangan selama pembelajaran daring dengan tahapan penemuan masalah dan merumuskan
diketahui bahwa kehadiran peserta tidak mencapai 100% masalah (Tumurun et al., 2016).
meskipun dilaksanakan berdasarkan jam pembelajaran Untuk pembelajaran jarak jauh yang lebih baik, maka
telah ditentukan, selain itu banyak materi yang tidak perlu adanya pembaruan dari segi keefektifan
tuntas, kurangnya dorongan belajar peserta didik dan pembelajaran berupa penerapan model pembelajaran yang
aspek ekonomi yang berkaitan dengan kuota internet. menjadikan peserta didik tetap berperan aktif, inovatif dan
Perasaan jenuh dan bosan di rasakan peserta didik dalam kreatif. Sehingga hasil belajar pada pembelajaran daring
pembelajaran daring bagi anak usia sekolah dasar dalam situasi pandemi covid-19 diharapkan memiliki hasil
sehingga dirasa kurang efektif, selain itu ada faktor belajar yang baik seperti pada saat pembelajaran tatap
penghambat yaitu tidak semua peserta didik memiliki muka atau secara langsung. Materi yang digunakan
handphone dengan kuota serta jaringan yang mendukung peneliti yaitu materi zat tunggal dan campuran. Dipilihnya
dan masih banyak orang tua yang tidak dapat materi tersebut dalam penelitian kali ini karena pada
mendampingi anaknya saat pembelajaran daring. Selain materi tersebut dirasa ada kecocokan dengan penggunaan
itu analisis pembelajaran daring juga dilakukan oleh model discovery learning dalam pembelajaran daring
(Rahmawati et al., 2020) diperoleh data keadaan di dengan mamakai alat dan bahan yang ada di rumah
lapangan yang menunjukkan penyebab terhambatnya dengan didampingi guru melalui zoom meeting dan
pembelajaran daring tidak berjalan optimal meliputi difasilitasi berupa LKPD. Melalui discovery learing
penjelasan guru tidak diterima peserta didik dengam daring diharapkan mampu menghidupkan kembali
maksimal, motivasi belajar peserta didik dari hari ke hari motivasi belajar dalam diri peserta didik selama
semakin menurun. Jika minat belajar dan dorongan pembelajaran daring yang merupakan model berbasis
(motivasi) perserta didik terus menurun selama penemuan atau discovery yang sangat baik digunakan
pembelajaran daring kemungkinan mempengaruhi hasil karena peserta didik akan berperan aktif selama
penilaian yang diperoleh peserta didik. pembelajaran daring tertantang mengembangkan dan
Untuk mengatasi kelemahan selama proses memeperoleh pengalaman, selain itu konsep dapat
pembelajaran daring maka diperlukan penyesuaian konsep ditemukan sendiri dengan cara eksperimen sederhana
belajar dari rumah dengan penggunaan bentuk dilakukan di rumah. Selain itu discovery learning ini
pembelajaran yang membatu peserta didik mudah dalam sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA yang
memahami materi dengan tetap mengutamakan didasarkan pada hakikat IPA yaitu sikap, proses, produk
penanaman konsep dan keterampilan proses IPA. Salah dan aplikasi.
satu model pembelajaran yang diharapkan dapat efektif Dalam kurikulum 2013 terdapat materi mengenai zat
dalam pembelajaran daring yaitu penerapan model tunggal dan zat campuran. Substansi karakteristik materi
discovery learning. Discovery merupakan proses zat tunggal dan zat campuran mengenai pengertian, sifat,
mengamati, mencerna mengerti, mengklasifikasi, bentuk dan perbedaan zat yang seringkali dipakai dalam
membuat dugaan, menjelaskan, dan membuat kesimpulan kehidupan sehari-hari sebagai barang konsumsi untuk
dimana siswa dapat mangasimilasikan suatu konsep memenuhi kebutuhan hidup dimana pada karakteristik
(Shobirin, 2016:71). Discovery learning adalah model substansi isi materi pelajaran tersebut berhubungan
pembelajaran penemuan yang menuntut dan mengarahkan dengan pengertian, karakteristik, atribut, label atau ide dan
peserta didik untuk terampil dalam mengamati, mengola gagasan sesuatu. Interpretasi guru dalam materi zat
dan menyajikan. Dengan demikian, selama pembelajaran tunggal dan zat campuran mengajarkan tentang konsep
berlangsung peran aktif dari peserta didik untuk sehingga diperlukan model pembelajaran yang sesuai
mendapatkan dan menyelidiki sendiri tentang beberapa dengan substansi isi materi yaitu discovery learning
konsep diharapan dapat membangkitkan motivasi peserta secara daring dengan desain pembelajaran yang

2504
JPGSD. Volume 09 Nomor 06 Tahun 2021, 2502-2514

memudahkan peserta didik dalam meluaskan kemampuan terkait teknik dalam menerapkan model discovery
berpikir kritis untuk memperoleh pengalaman dalam learning dapat dipelajari kembali. Bagi peserta didik
menemukan konsep melalui penemuan informasi dengan keuntungan yang diperoleh yakni menjadi tempat dalam
serangkain kegiatan ilmiah yang difasiliasi dan dipandu rangka meningkatkan hasil belajar melalui kemampuan
oleh guru secara daring menggunakan berbagai platform memahami suatu materi berserta konsep serta tidak
berupa aplikasi Zoom dan Whatsapp melalui enam merasa bosan saat proses pembelajaran daring. Manfaat
tahapan berupa pemberian rangsangan (stimulation), bagi guru yakni memperoleh suatu informasi dalam
identifikasi masalah (problem statement), pengumpulan memilih metode pembelajaran yang membuat peeserta
data (data collection), pengolahan data (data processing), didik tetap aktif selama pembelajaran daring. Bagi
pembuktian (Verification) dan penarikan kesimpulan sekolah bermanfaat dijadikannya suatu masukan
(generalization) (Priadi et al., 2021). Penerapan model bersangkutan dengan aktualisasi dan hasil eksperimen
discovery learning secara daring terkait hasil belajar yang diterapkan dijadikan sebagai bahan evaluasi sekolah
berkenaan dengan kemampuan peserta didik dalam untuk memilih metode pembelajaran di situasi
memahami materi pembelajaran yang diamati dan diukur pembelajaran daring yang berhasil menjadikan peserta
dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan didiknya tetap berperan aktif dalam pembelajaran dan
keterampilan. mengahasilkan efek positif terhadap anak didiknya selama
Penelitian yang dilakukan oleh Sumendra (2021) pada proses pembelajaran agar kualitas pembelajaran di
peserta didik SMK pada mata pelajaran matematika sekolah meningkat.
diperoleh hasil bahwa implementasi online discovery
learning dapat menunjang lebih tinggi kepuasan peserta METODE
didik dalam belajar dilihat berdasarkan peningkatan hasil Pendekatatan dalam penelitian ini memakai
belajar dan aktifitas peserta didik menurut tingkat pendekatan kuantitatif melalui teknik quasi experiment
ketuntasan belajar peserta didik dari setiap siklusnya. dengan desain nonquivalent control group design yaitu
Berdasarakan uraian hasil penelitian diatas, maka tujuan dengan melibatkan kelompok eksperimen dan kelompok
penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model kontrol. Penerapan model discovery learning diaplikasian
discovery learning tetap memberikan dampak positif atau di kelompok eksperimen sedangkan di kelompok kontrol
tetap memiliki pengaruh pada tingkat efektifitas hasil menerapakan cara konvensional disesuaikan model
belajar pada peserta didik pada sekolah dasar meskipun pembelajaran di kelasnya.
pembelajaran dilakukan secara daring atau jarak jauh. Peneliti melakukan penelitian di SD Negeri Lebo
Oleh sebab itu, peneliti mencoba mengetahui apakah Sidoarjo sebab sekolah masuk dalam kualiafikasi yang
model pembelajaran yang dilaksanakan secara daring tercatat memiliki 2 kelas untuk dijadikan sampel selain itu
tersebut berpengaruh terhadap hasil belajar IPA dengan pihak guru dan kepala sekolah bersifat transparan dalam
mengangkat judul “Pengaruh Model Discovery Learning menyambut sesuatu yang baru untuk dunia pendidikan
Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Materi Zat pada masa pandemi covid-19 serta bagian terpenting yaitu
Tunggal dan Campuran Pada Masa Pandemi Covid-19”. dalam hal memperbaiki kualitas hasil belajar melalui
Pokok Materi bahasan pada penelitian ini difokuskan pada pembelajaran yang berkualitas bagi peserta didik.
materi komponen punyusun (zat tunggal dan campuran) Populasi yang digunakan peneliti yaitu peserta didik kelas
yang dipelajari peserta didik kelas V pada tahun ajaran V SD Negeri Lebo Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan
2020/2021. Sementara itu, rumusan masalah yang sampel jenuh yaitu kelas V-A smenjasdi kelompok
diajukan dalam penelitian ini yang pertama yaitu eksperimen dengan jumlah peserta didik sebanyak 47,
bagaimana keterlaksanaan pembelajaran IPA dengan selanjutnya kelas V-B menjadi kelompok kontrol dengan
menggunakan model discovery learning di kelas V pada jumlah peserta didik sebanyak 46. Sampling jenuh
materi zat tunggal dan campuran pada masa pandemi merupakan suatu teknik dalam menggunakan sampel
covid-19, sedangkan rumusan yang kedua yaitu apakah penelitian dengan cara memakai semua peserta populasi.
terdapat pengaruh model discovery learning terhadap (Sugiyono, 2017:85).
hasil belajar siswa kelas V pada materi zat tunggal dan Variabel bebas yang digunakan peneliti berupa model
campuran pada masa pandemi covid-19. discovery learning, selanjutnya variabel terikat yang
Tujuan pelaksanaan penelitian ini untuk mengetahui digunakan yaitu hasil belajar peserta didik dan untuk
bagaimana pengaruh penerapan model discovery learning materi ajar, peserta didik, guru lembar pretest dan lembar
terhadap hasil belajar siswa kelas V pada materi zat posttest diadikan variabel kontrol. Teknik Mengumpulkan
tunggal dan campuran pada masa pandemi covid-19. data melalui cara observasi dan tes. Pada bagian observasi
Keuntangan dari penelitian yang dilakukan jika dilihat dipergunakan untuk memperoleh data terkait
dari sudut pandang peneliti yakni pemahanam wawasan terealisasikannya penerapan model discovery learning

2505
Model Discovery Learning

selama proses pembelajaran berlangsung yang berupa untuk pertanyaan posttest 0,821 menggunakan n=15 pada
aktivitas untuk guru dan aktivitas untuk peserta didik. taraf signifikansi 1% bernilai 0,641 dan 5% bernilai
Bersamaan dengan hasil belajar pada ranah afektif dan 0,514. Maka didapatkan hasil yang menunjukkan
psikomotor juga dikumpulkan menggunakan teknik pertanyaan pretest (0,764>0,641>0,541) dan pertanyaan
observasi. Pada Teknik observasi menggunakan untuk posttest (0,821>0,641>0,514). Oleh sebab itu
Instrumen berupa penilaian observasi aktivitas pada guru, diperoleh kesimpulan bahwa pertanyaan pretest maupun
aktivitas pada peserta didik dan hasil penilaian observasi posttest dikatakan terbukti (reliabel).
peserta didik pada bidang afektif serta psikomotor. Penelitin ini memakai teknik analisis data non tes dan
Kemudian teknik penilaian tes digunakan untuk data tes. Pertama memakai teknik analisis data non tes
memperoleh hasil belajar kognitif peserta didik dengan yang berfungsi mengkaji data pada hasil penilaian
cara mengumpulkan data melalui instrument soal pretest pengamatan pada aktivitas guru, aktivitas peserta didik,
dan soal posttest. hasil penilaian pada ranah afektif maupun psikomotor
Pengujian validitas instrument di lembar penilaian melalui rumus berikut ini:
observasi aktivitas pada guru, aktivitas peserta didik hasil
penilaian afektif berserta psikomotor dilakukan seorang
validator dengan prosedur menilai setiap bagian instrumen Keterangan:
sesuai kriteria deskriptor yang telah dirumuskan. Total P = presentase
Nilai yang diperoleh dari validator dihitung menggunakan f = banyaknya aktivitas yang nampak
rumus sebagai berikut: N = jumlah aktivitas secara keseluruhan
(Winarsunu dikutip dalam Hidayati, 2019)
Sedangkan pada data tes yaitu pretest dan posttest
Keterangan: menggunakan uji normalitas dilanjutkan dengan uji
SP = Nilai presentase perolehan uji validasi homogenitas kemudian uji t-test serta yang terakhir yaitu
ST = Nilai total perolehan validasi oleh validator uji N-gain dengan bantuan aplikasi SPSS versi 16 untuk
SM = Total nilai maksimal mendapatkan hasil perhitungannya. Uji normalitas dan uji
dilanjutkan dengan menginterpretasikan hasil dari homogenitas dilakukan sebagai syarat dalam uji statistik
validasi berdasarkan kriteria berikut ini: parametrik sebelum melakukan uji hipotesis agar peneliti
Tabel 1. Kriteria Hasil Validasi dapat megetahui apakah data yang didapatkan telah
Skor Kategori berdistribusi normal dan homogen. Pengambilan
75% ≤ SP ≤ 100% Valid tanpa revisi keputusan pada uji normalitas melalui Kolmogrov
50% ≤ SP ≤ 75% Valid dengan revisi ringan Smirnof dengan kriteria yaitu:
25% ≤ SP ≤ 50% Belum valid dengan revisi berat Apabila p ≥ 0,05 data distribusi dikatakan normal;
SP < 25% Tidak valid Apabila p < 0,05 data distribusi dikatakan tidak normal.
Selanjutnya, pengujian kehomogenitasan untuk
Berikutnya uji validasi pada instrument teknik tes
mengetahui apakah kehomogenan varians data yakni
berupa pretest dan posttest memanfaatkan bantuan
variabel X dan Y. Berikut prosedur yang harus dilakukan:
pengolahan data SPSS 16 menggunakan rumus korelasi
1. Menghitung varians standar deviasi dari variabel X
poduct moment. Butir pertanyaan dapat dikatakan valid
dan Y, menggunakan rumus:
jika rhitung>rtabel dengan kententuan taraf signifikansi 5%
dengan n sebanyak 15 peserta didik diketahui bahwa rtabel
yakni 0,514. Maka sesudahnya dilakukan proses uji coba
kemudian melakukan uji validitas dinyatakan bahwa 10 2. Menghitung nilai Fhitung varians X serta Y
butir pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda semuanya menggunakan rumus sebagai berikut:
dinyatakan benar dan meyakinkan yang berarti valid.
Langkah selanjutnya sesudah melaksanakan tahap uji
validitas ialah melakukan uji reliabilitas berbantuan SPSS 3. Melakukan perbandingan antara nilai Fhitung dengan
16 memakai rumus Spearman-Brown dengan kriteria opsi nilai Ftabel dengan ketentuan:
jawaban yaitu apabila jawaban benar bernilai 10 dan apabila nilai Fhitung > Ftabel berarti data tidak homogen
apabila jawaban salah bernilai 0. Dengan ketentuan apabila nilai Fhitung < Ftabel berarti data homogen
pengambilan keputusan rhitung>rtabel dapat dikatakan (Winarsunu dikutip dalam Hidayati, 2019)
bahwa butir pertenyaan tersebut reliabel. Berdasarkan Kemudian peneliti melakukan uji t-test yang
perolehan perhitungan SPSS 16 diperoleh koefisien berfungsi mengetahui ada pengaruh atau tidak ada
reliablitas 0,764 untuk pertanyaan pretest sedangkan pengaruh secara signifikan dari peningkatan perolehan

2506
JPGSD. Volume 09 Nomor 06 Tahun 2021, 2502-2514

data pretest dan posttest yang dihitung menggunakan skor atau nilai pada instrumen sehingga diperoleh
rumus: hasil kegiatan guru sebagai berikut:

(Arikunto dikutip dalam Hidayati, 2019)


Keterangan:
= mean pada distribusi sampel 1
= mean pada distrubusi sampel 2
= nilai varians pada distribusi sampel 1
= nilai varians pada distribusi sampel 2
= jumlah individu pada sampel 1
= jumlah individu pada sampel 2
Setelah perhitungan t-test diperoleh hasil, langkah Diagram 1. Rata-rata Persentase Aktivitas Guru
berikutnya melakukan pengecekan pada tabel nilai t. Keterangan:
Dapat dikatakan signifikan apabila variasi perbedaan hasil 1. Guru memberikan pertanyaan (suatu
pre-test dengan pos-test yaitu apabila thitung ≤ ttabel maka masalah) yang bersangkutan dengan materi
H0 diterima apabila thitung ≥ ttabel maka H0 ditolak.. agar mengetahui pemahaman dan
Kemudian dilakukan Uji N-gain yang merupakan pengetahuan awal peserta didik. (Stimulation)
pengujian tahap akhir untuk mengetahui besarnya 2. Guru memusatkan perhatian peserta didik,
kemajuan peningkatan pada penilaian belajar peserta melangsungkan demonstrasi serta
didik sebelum dan setelah dilaksanakannya kegiatan memberikan peluang kepada peserta didik
belajar menggunakan rumus berikut ini: agar dapat mengidentifikasi masalah berupa
argumen dan merumuskan sebuah hipotesis.
(Problem Statement)
Perolehan perhitungan N-gain dapat diukur berdasarkan 3. Guru mengarahkan peserta didiknya agar
tabel kategori dibawah ini: menggali keterangan berupa informasi dari
Tabel 2. Pedoman Tolak Ukur Hasil Validasi berbagai sumber dan mendampingi peserta
Skor Kategori didik selama proses percobaan atau
G ≤ 0,3 Rendah ekspreimen sederhana. (Data Collection)
0,3 < g ≤ Sedang 4. Guru membimbing peserta didik dalam
G > 0,7 Tinggi percobaan sederhana sesuai dengan langkah-
langkah yang ada di LKPD.
(Jumiati dalam Hidayati, 2019)
5. Guru mendampingi peserta didik dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN mengklasifikasikan materi zat tunggal dan
Pada hasil dan pembahasan penelitian ini mengacu campuran. (Data Processing)
pada rumusan masalah. Hasil penelitian diperoleh peneliti 6. Guru memberikan kesempatan peserta didik
berdasarkan pembelajaran yang dilakukan sebanyak dua untuk membuktikan hipotesis awal dengan
kali pertemuan memperoleh hasil penelitian yaitu hasil data yang diperoleh setelah
keterlaksanaan pembelajaran ditinjau dari data aktivitas pengumpulan dan pengolahan data.
pada guru dan aktivitas pada peserta didik. Selanjutnya, (Verification)
hasil belajar peserta didik pada ranah afektif, psikomotor 7. Guru memberikan pertanyaan berupa
dan kognitif. keterkaitan hubungan dari konsep yang telah
1. Keterlaksanaan Pembelajaran dipelajari dengan kehidupan sehari-hari.
a. Aktivitas Pada Guru 8. Guru mendampingi peserta didiknya menarik
Diperoleh hasil penelitian yang didapatkan suatu kesimpulan berkaitan dengan materi zat
dari analisis berupa pengamatan yang dilakukan tunggal dan campuran serta memberikan
oleh seorang pengamat terkait keterlaksanaan peluang kepada peserta didik untuk
aspek-aspek kegiatan pembelajaran melalui mempresentasikan kesimpulan yang sudah
kententuan beberapa aspek dengan memberikan dibuat. (Generalization)

2507
Model Discovery Learning

Berdasarkan diagram aktivitas guru diperoleh 5. Peserta didik mengklasifikasikan zat tunggal
rata-rata persentase pada kegiatan yang dan zat campuran. (Data Processing)
dilakukan guru mencapai hasil yang memuaskan. 6. Peserta didik untuk membuktikan hipotesis
Perolehan persentase setiap aspek apabila awal dengan hasil data yang telah diperoleh
diurutkan diperoleh persentase yaitu sebesar saat pengumpulan dan pengolahan data.
80%; 100%; 100%; 100%; 80%; 60%; 100%; (Verification)
60%. Perolehan rerata presentase tiap aspek 7. Peserta didik mampu mengaitkan hubungan
diperoleh sebesar 85% termasuk kategori dari konsep yang diperoleh dengan kehidupan
persentase sangat baik, maka tergambar apa yang sehari-hari.
dilakukan guru dalam pembelajaran daring 8. Peserta didik menarik kesimpulan terkait
menerapkan model discovery learning sudah materi zat tunggal dan campuran serta
memenuhi perlakuan yang seharusnya. mempresentasikan kesimpulan yang telah
b. Aktivitas Peserta Didik dibuat. (Generalization)
Diperoleh hasil penelitian yang didapatkan Berdasarkan diagram aktivitas peserta didik
dari analisis berupa pengamatan yang dilakukan diperoleh rata-rata persentase pada kegiatan yang
oleh seorang pengamat yakni guru kelas melalui dilakukan peserta didik mencapai hasil dalam
media zoom meeting terkait aktivitas pesertanya kategori baik. Perolehan persentase setiap aspek
berdasarkan aspek yang telah ditentukan dengan apabila diurutkan diperoleh persentase yaitu
memberikan skor atau nilai pada lembar sebesar 70%; 80%; 71%; 89%; 65%; 74%; 83%;
instrumen yang diberikan. Sehingga diperoleh 58%. Setiap aspek memperoleh hasil rata-rata
hasil kegiatan peserta didik sebagai berikut persentase sebesar 73,75% yang termasuk
kategori persentase baik, maka dapat tergambar
apa yang dilakukan peserta didik selama
mengikuti kegiatan belajar dari rumah
menerapkan model discovery learning sudah
memenuhi perlakuan yang seharusnya diterima
oleh peserta didik.
2. Hasil Belajar Kognitif
Perolehan penilaian kognitif peserta didik
didapatkan dari penilaian berupa tes diawal yaitu
pretest dan tes diakhir yaitu posttest. Kedua kelas yang
merupakan kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen diuji dengan dibagikannya pretest dan
posttest. Perolehan hasil belajar pada ranah kognitif
Diagram 1. Rata-rata Persentase Aktivitas Peserta dapat diamati pada diagram berikut ini:
Didik
Keterangan: 100%
Tuntas (Kelas
1. Peserta didik merespon pertanyaan yang 90% Eksperimen)
diberikan guru dan memberikan pendapat 80% 72% 72%
berdasarkan pengetahuan awal. (Stimulation) 70% 59% Tidak Tuntas
57%
2. Peserta didik memprioritaskan penjelasan 60% (Kelas
50% 43%
41% Eksperimen)
guru saat melakukan demonstrasi,
mengidentifikasi masalah yang diberikan oleh 40% Tuntas (Kelas
28% 28%
30% Kontrol)
guru berupa argumen serta merumuskan
20%
sebuah hipotesis. (Problem Statement)
10% Tidak Tuntas
3. Peserta didik menggali keterangan berupa (Kelas Kontrol)
0%
informasi dari berbagai sumber dan
PRETEST POSTTEST
melakukan percobaan atau eksperimen
sederhana terkait materi, zat tunggal, dan zat Diagram 3. Rata-rata Hasil Belajar Pretest Posttest
campuran. (Data Collection) Berdasarkan diagram rata- rata persentase aktivitas
4. Peserta didik melangsungkan percobaan peserta didik diperoleh ketuntatasan nilai pretest pada
sederhana berdasarkan prosedur pada LKPD. kelas V-A sebagai kelas eksperiman dan kelas V-B
sebagai kelas kontrol mencapai hasil perolehan

2508
JPGSD. Volume 09 Nomor 06 Tahun 2021, 2502-2514

persentase yang sama yaitu 28% sedangkan 72% Tabel 2. Hasil uji homogenitas pretest
dinyatakan tidak tuntas dengan nilai dibawah KKM. Test of Homogeneity of Variances
Kemudian sesudah pemberian perlakuan di kelas Pre-Test
eksperimen yaitu V-A hasil belajar berupa posttest
Levene Statistic df1 df2 Sig.
mengalami peningkatan menjadi 57% untuk peserta
didik yang tuntas sedangkan 43% pada peserta didik .001 1 91 .972
yang dinyatakan tidak tuntas. Sedangkan perolehan Berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa pada kolom
nilai posttest di kelas kontrol juga terjadi peningkatan sig nilainya 0,972 berarti pada kelas eksperimen dan
yaitu 41% dinyatakan tuntas dan 59% memperoleh kelas kontrol hasil perolehan data pretest dinyatakan
nilai dibawah KKM (tidak tuntas). Perolehan sama (homogen). Berikutnya yaitu penghitungan hasil
persentase hasil belajar kognitif tersebut membuktikan belajar posttest pada tahap uji homogenitas diperoleh
model discovery learning dilakukan secara daring hasil sebagai berikut:
berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh Tabel 3. Hasil uji homogenitas posttest
peserta didik. Test of Homogeneity of Variances
Sesudah data nilai diperoleh yaitu pretest serta Post-Test
posttest dilaksanakan Uji Normalitas pada data, Uji
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Homogenitas, Uji t-Test serta yang terakhir yaitu uji
N-Gain. Berikut adalah perolehan Uji Normalitas .001 1 91 .976
menggunakan bantuan SPSS 16 yaitu, Berdasarkan tabel 3 yang merupakan hasil uji
Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest posttest diperoleh nilai Sig, sebesar 0,976 diartikan
Tests of Normality bahwa pada kelas kontrol dan juga kelas eksperimen
Kolmogorov-Smirnova data pretest tersebut ialah homogen.
Langkah selanjutnya sesudah melewati tahap uji
Kelas Statistic df Sig. normalitas, uji homogenitas kemudian data penelitian
Hasil Pre-Test dinyatakan telah berdistribusi baik (normal) dan juga
.121 47 .081
Belajar Eksperimen homogen yaitu melakukan Uji hipotesis Independent
Siswa Samples T test melalui program SPSS 16, hasil
Post-Test
.125 47 .065 penghitungan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut
Eksperimen
ini:
Pre-Test
.125 46 .071 Tabel 4. Hasil uji Independent Sample T-test
Kontrol
Independent Samples Test
Post-Test
.121 46 .091 Levene's
Kontrol
Test for
Equality of
Pada kelas eksperimen dilakukan uji normalitas Variances t-test for Equality of Means
Kolmogorof-Smirnov hasil pretest dan posttest dengan 95%
bantuan aplikasi SPSS versi 16. Berdasarkan tabel 1 Confidence
Interval of
pada kolom Sig, diketahui nilai pretest yakni 0,81 > the
Sig. Mea Std.
0,05, sehingga dapat dikatakan data pretest telah Difference
(2- n Error
terdistribusi dengan baik (normal) di kelas tail Differ Differ Low
eksperimen. Begitu juga dengan hasil posttest kelas F Sig. T df ed) ence ence er Upper
eksperimen yakni 0,65 > 0,05, juga menyalur dengan G Equal
baik (berdistribusi normal). AI varianc
.04 7.21
Berdasarkan tabel 1 juga dapat dilihat hasil uji N es .001 .976 2.070 91 3.485 .293 14.138
1 6
assum
normalitas pada kelas kontrol nilai Sig, pretest dan
ed
posttest pada kolom Kolmogorof-Smirnof diperoleh
Equal
hasil 0,71 > 0,05 untuk hasil pretest dan untuk hasil varianc 90.
belajar posttest yaitu 0,91 > 0,05 maka diartikan data .04 7.21
es not 2.071 98 3.485 .294 14.137
1 6
pada hasil pretest maupun posttest sudah berdistribusi assum 9
normal. ed

Dengan batuan SPSS 16 juga dilakukan tahapan uji Dapat diamati pada table 4, diketahui bahwa nilai
homogenitas terkait hasil belajar pretest yaitu sebagai thitung>ttabel yaitu 2,070 > 1,662. Signifikansi < α 5%
berikut: (0,05) yaitu 0,41 < 0,05 yang menunjukkan bahwa H0

2509
Model Discovery Learning

ditolak sedangkan Ha diterima. Sehingga diperoleh aspek tanggung jawab mencapai persentase 77% dan
suatu kesimpulan bahwa terdapat perbedaan antara aspek terbuka mencapai persentase 72%. Pada aspek
gain pada kelas eksperimen yakni menerapakan model terbuka memperoleh persentase terendah yaitu 72%
discovery learning dengan gain kelas kontrol yang karena masih banyak peserta didik yang masih malu
tidak menggunakan model discovery learning. dan ragu dalam menyampaikan pendapat. Akan tetapi
Penghitungan Uji n-gain yang diperoleh secara keseluruhan rata-rata pada hasil belajar afektif
membuktikan adanya perbedaan signifikan antara nilai ini mencapai skor rata-rata 4 jika dipersentase sebesar
pretest dan posttest yang dapat diamati melalui table 78% tergolong dalam kategori baik, sehingga secara
berikut ini: keselurahan dapat tergambar telah mencapai hasil
Tabel 5. Skor N-gain yang diharapkan berdasarkan hasil belajar jika ditinjau
Nilai dari ranah afektif pada kelas VA saat mengikuti proses
kelas n-gain
Pretes Posttest pembelajaran dengan menerapkan model discovery
eksperimen 65,32 78,09 0,371 learning.
kontrol 66,09 70,87 0,109 4. Hasil Belajar Psikomotor
Berdasarkan tabel 5, pada kolom n-gain dapat Hasil penilaian belajar peserta didik pada ranah
diketahui peningkatan hasil belajar peserta didik. psikomotor di kelas VA yang dilakukan oleh guru
Perolehan nilai n-gain pada kelas eksperimen yaitu berdasarkan hasil pengamatannya dapat dilihat dari
0,371 tergolong sedang sedangkan hasil 0,109 yang diagram berikut ini:
tergolong rendah merupakan perolehan n-gain untuk
kelas kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkan Hasil Belajar
bahwa nilai n-gain di kelas kontrol lebih rendah
dibandingkan dengan nilai n-gain di kelas eksperimen. Psikomotor
3. Hasil Belajar Afektif
Hasil penilaian belajar peserta didik pada ranah 77%
80%
afektif di kelas VA yang dilakukan oleh guru 83%
100%
berdasarkan hasil pengamatannya dapat dilihat dari 90%
Persentase

80%
diagram berikut ini: 70%
60%
50%
40%
30%
20%
Hasil Belajar Afektif 10%
0%
Aspek yang diamati

72%
77%
80%
100% 83%
Persentase

90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Aspek yang diamati Diagram 5. Rata-rata persentase hasil belajar
psikomotor
Berdasarkan diagram 5, dapat dilihat perolehan hasil
belajar peserta didik ranah psikomotor di kelas VA
memperoleh rata-rata persentase memuaskan. Pencapaian
persentase sebesar 83% diperoleh kegiatan (aspek)
keterampilan mempersiapkan alat dan bahan, sedangkan
kegiatan melaksanakan perintah sesuai dengan langkah-
Diagram 4. Rata-rata persentase hasil belajar afektif langkah (prosedur) mencapai 80% dan yang terakhir
Berdasarkan diagram 4, dapat diketahui bahwa mencapai 77% pada kegiatan mencatat data hasil
hasil belajar peserta didik ranah afektif di kelas VA percobaan. Secara keseluruhan rata-rata hasil belajar
memperoleh rata-rata persentase memuaskan. psikomotor mencapai 82% tergolong dalam kategori
Mengenai hasil persentase untuk aspek sangat baik berdasarkan hasil rata-rata. Maka dari itu
memperhatikan penjelasan guru mencapai 83%, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil penilaian (belajar)
kemudian aspek kejujuran mencapai persentase 80%, pada ranah psikomotor di kelas VA dengan mengikuti

2510
JPGSD. Volume 09 Nomor 06 Tahun 2021, 2502-2514

proses pembelajaran menggunakan model discovery Berdasarkan hasil observasi guru diperoleh persentase
learning sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar yang menunjukkan kategori sangat baik dengan perolehan
psikomotor pada kelas VA pada saat mengikuti sebesar 85%. Jadi, dapat diperoleh kesimpulan bahwa
pembelajaran dengan menerapkan model discovery guru sudah melaksankan setiap tahapan yang ada pada
learning sudah mencapai hasil sesuai harapan. model discovery learning di kelas eksperimen dengan
baik serta sudah memenuhi perlakuan yang seharusnya
PEMBAHASAN dilakukan. Pada Aktivitas guru yang pertama yaitu
Berdasarkan prosedur analisis data yang sudah memberikan suatu masalah (pertanyaan) yang
dilakukan oleh peneliti terhadap hasil penelitian, maka bersangkutan dengan materi agar mengetahui pemahaman
diperoleh gambaran dengan jelas mengenai tujuan dari dan pengetahuan awal peserta didik (Stimulation),
penelitian ini yakni mengetahui keterlaksanaan penerapan memusatkan perhatian peserta didik, melangsungkan
model discovery learning dalam pembelajaran dan demonstrasi serta memberikan peluang kepada peserta
mengetahui ada tidaknya pengaruh penerapan model didik agar dapat mengidentifikasi masalah berupa
discovery learning terhadap hasil belajar yang diperoleh argumen dan merumuskan sebuah hipotesis (Problem
peserta didik kelas V pada materi zat tunggal dan Statement), mengarahkan peserta didiknya agar menggali
campuran di masa pandemi covid-19. Data hasil Uji t-Test keterangan berupa informasi dari berbagai sumber dan
yang sudah dianalisis menunjukkan bahwa model mendampingi peserta didik selama proses percobaan atau
discovery learning memberikan pengaruh signifikan eksperimen sederhana (Data Collection), membimbing
terhadap hasil belajar yang diperoleh peserta didik. Hal peserta didik dalam percobaan sederhana sesuai dengan
tersebut didukung dengan adanya bukti hasil gain kelas langkah-langkah yang ada di LKPD, mendampingi
kontrol dengan kelas eksperimen terdapat perbedaan. peserta didik dalam mengklasifikasikan materi zat tunggal
Selain itu terkait keterlaksanaan pembelajarannya dapat dan campuran (Data Processing), memberikan
dilihat juga berdasarkan aktivitas (kegiatan) pada guru dan kesempatan peserta didik untuk membuktikan hipotesis
peserta didik juga memberi efek (pengaruh) terhadap hasil awal dengan hasil data yang diperoleh setelah
belajar yang diperoleh peserta didik. Hasil belajar tersebut pengumpulan dan pengolahan data (Verification),
dikarenakan aktivitas guru dan aktivitas peserta didik ini memberikan pertanyaan berupa keterkaitan hubungan dari
memberikan pengaruh (dampak positif) pada saat konsep-konsep yang telah diperoleh dalam kehidupan
pelaksanaan pembelajaran sehingga proses pembelajaran sehari-hari, mendampingi peserta didiknya menarik suatu
secara daring dapat lebih optimal, efisien sehingga guru kesimpulan berkaitan dengan materi zat tunggal dan
dapat menyampaikan materi dengan mudah, selain itu campuran serta memberikan peluang kepada peserta didik
dapat diserap dan dipahami lebih baik oleh peserta didik untuk mempresentasikan kesimpulan yang sudah dibuat
yang menjadikan hasil belajar yang diterima oleh peserta (Generalization), telah masuk kedalam kategori (kriteria)
didik jauh lebih baik (meningkat). yang sangat baik.
Pemberian perlakuan yang berbeda pada kedua kelas Selanjutnya hasil observasi kegiatan (aktivitas) pada
menimbulkan adanya perbedaan rata-rata hasil belajar peserta didik diperoleh persentase yang menunjukkan
pada kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Pada Kelas kategori baik dengan perolehan persentase sebesar
eksperimen terjadi peningkatan hasil belajar karena 73,75%. Jadi, dapat diambil kesimpulan yaitu peserta
diberikan perlakuan dengan menerapkan model discovery didik melaksanakan dan mengikuti setiap tahapan yang
learning. Dalam pembelajaran tersebut peserta didik dari ada pada model discovery learing dengan baik serta
kelas eksperimen diberikan pengalaman secara langsung memenuhi perlakuan yang seharusnya diterima, sebab
dengan menemukan sendiri konsep dari materi, zat aktivitas peserta didik merupakan bagian utama (penting)
tunggal dan zat campuran melalui proses percobaan untuk mewujudkan keberhasilan peserta didik dalam
sederhana secara individu melalui zoom meeting. memahami atau menafsirkan konsep materi yang
Dalam pelaksanaan discovery learning secara daring dipelajari. Tahap Aktivitas yang pertama pada peserta
pelaksanaanya tetap berpedoman pada pembelajaran didik yaitu merespon pertanyaan yang diberikan guru dan
penemuan dimana peserta didik berperan aktif selama memberikan pendapat berdasarkan pengetahuan awal
proses pembelajaran dengan melalui enam tahapan berupa (Stimulation) di tahap ini peserta didik perlu diberi
stimulasi, identifikasi masalah, pengumpulan data, peluang (kesempatan) mengamati video yang disajikan
pengolahan data, pembuktian dan penarikan kesimpulan oleh guru melalui zoom meeting. Pada tahap kedua
yang didampingi oleh guru yang berperan sebagai peserta didik memprioritaskan penjelasan guru saat
fasilisator dilakukan secara daring atau jarak jauh dengan melakukan demonstrasi, mengidentifikasi masalah yang
mengunakan bantuan internet. diberikan oleh guru berupa argumen serta merumuskan
sebuah hipotesis (Problem Statement). Selanjutnya, pada

2511
Model Discovery Learning

tahap ketiga peserta didik menggali keterangan berupa 57%. Ketuntasan yang diperoleh kelas eksperimen
informasi dari berbagai sumber dan melakukan percobaan tentunya berberbeda dengan ketuntusan yang diperoleh di
atau eksperimen sederhana terkait materi, zat tunggal, dan kelas kontrol. Berikut ini ketuntasan yang diperoleh kelas
zat campuran (Data Collection) pada tahap ini peserta VB sebagai kelas kontrol berdasarkan hasil belajar berupa
didik mencari dam memperoleh berbagai sumber pretest memperoleh ketuntasan sebesar 28% termasuk
informasi dan mendapatkan pengalaman secara langsung dalam kategori kurang, sedangkan untuk posttest masuk
dengan melakukan percobaan sederhana yang dilakukan dalam kategori cukup dengan perolehan persentase
di rumah masing-masing sesuai dengan langkah-langkah sebesar 41% yakni lebih rendah dari kelas VA selaku
yang ada di LKPD dengan didampingi oleh guru melalui kelas eksperimen.
media zoom meeeting selain itu peserta didik merasa Prose pembelajaran dilaksanakan sebanyak dua kali
antusias karena belum pernah melakukan percobaan di pertemuan dengan menerapkan model discovery learning
rumah masing masing yang dipandu oleh guru melalui yang dilakukan secara daring. Penerapan model tersebut
zoom meeting sehingga peserta didik dapat menemukan memberikan pengaruh terhadap hasil belajar yang
sendiri konsep dari zat tunggal dan zat campuran. pada diperoleh peserta didik setelah mengikuti pembelajaran
tahap selanjutnya yaitu peserta didik mengklasifikasikan mencapai kategori cukup, berdasarkan hasil tersebut dapat
materi zat tunggal dan campuran (Data Processing) membuktikan bahwa model tersebut telah memberikan
kemudian peserta didik menyusun laporan hasil percobaan pengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Pengaruh
sederhana pada LKPD yang dilakukan secara mandiri. peningkatan hasil belajar tersebut dikarenakan model
Tahap selanjutnya yaitu peserta didik membuktikan discovery learning yang dilakukan secara daring
hipotesis awal dengan hasil data yang telah diperoleh saat memberikan peluang (kesempatan) lebih banyak peserta
pengumpulan dan pengolahan data (Verification) pada didiknya dalam mengikuti pembelajaran berupa
tahap ini peserta didik menyampaikan hipotesis berupa pengalaman secara langsung melalui kegiatan percobaan
argumen dan mengaitkan hubungan dari konsep-konsep sederhana yang dilakukan di rumah masing-masing secara
yang diperoleh dengan kehidupan sehari-hari khususnya daring yang memberikan dampak yang lebih besar dalam
benda yang ada disekitar kita. Untuk tahap terakhir yaitu kemampuan peserta didik memahami dan menemukan
peserta didik menarik kesimpulan terkait materi zat konsep-konsep dari materi yang dipelajari secara mandiri,
tunggal dan campuran serta mempresentasikan sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna serta
kesimpulan yang telah dibuat (Generalization). Seluruh materi IPA lebih mudah dipelajari yang dapat
tahapan pada model discovery learning sudah dilakukan memberikan dampak lebih baik terhadap hasil belajar
oleh peserta didik dan dapat dikatakan masuk kedalam peserta didik terkait pengetahuan (ranah kognitif) dapat
kategori (kriteria) yang baik. meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Hosnan (2014)
Dalam aktivitas pembelajaran interaksi antara guru model discovery learning merupakan kegiatan belajar
dengan peserta didik saling berkaitan satu sama lain. Pada aktif berupa pengalaman langsung untuk peserta didik
hakikatnya guru memberikan fasilitas model pembelajaran dalam menemukan sendiri, menyelidiki sendiri dalam
yang disesuaikan dengan materi untuk menunjang proses memperoleh suatu konsep atau prinsip. Selain itu, pada
pembelajaran dengan hasil belajar yang lebih baik. Hasil pembelajaran IPA di sekolah dasar guru harus
belajar digunakan untuk mengukur seberapa jauh membangkitkan rasa ingin tahu dalam diri peserta didik
seseorang dalam menerima dan memahami sesuatu berupa dengan melibatkan peserta didik secara langsung dalam
bahan atau materi yang telah disampaikan (Purwanto, memecahkan masalah dan berbuat untuk menemukan
2011:38). Hal ini sejalan dengan pendapat yang sebuah konsep, fakta, data, prinsip dan teori-teori
dikemukakan oleh Handayani (2017) Indikator hasil sehingga peserta didik memperoleh pengalaman dan
belajar dari tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
dalam sisitem pendidikan nasional menggunakan hasil Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat Pieaget (dalam
belajar dari benyamin Bloom yang dibagi menjadi 3 ranah Ibda, 2015) yang mengemukakan bahwa dalam belajar
yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. pengalaman langsung mengandung elemen unik yang di
Hasil belajar peserta didik pada ranah kognitif di kelas akomodasi sebagai pendorong lajunya perkembangan
kontrol dan kelas eksperimen terdapat perbedaan kognitif peserta didik.
persentase yang dapat dikatakan cukup signifikan. Hasil Model discovery learning ini merupakan model
penilaian kognitif peserta didik berupa pretest di kelas VA pembelajaran yang melipatkan peserta didiknya secara
sebagai kelas eksperimen ketuntasan termasuk dalam langsung menemukan sendiri suatu konsep melalui proses
golongan (kategori) kurang dengan persentase diperoleh percobaan atau penyelidikan (Shobirin, 2016:71). Dengan
sebesar 28%. Selanjutya ketuntasan posttest termasuk terlibatnya peserta didik secara langsung dapat
dalam kategori cukup dengan persentase yang diperoleh memberikan pembelajaran yang lebih bermakna dan

2512
JPGSD. Volume 09 Nomor 06 Tahun 2021, 2502-2514

materi yang dipelajari dapat dipahami dengan baik. kelas V pada materi komponen penyusun (zat tunggal dan
Apabila materi dapat diterima dan dipahami oleh peserta zat campuran) di SD Negeri Lebo Sidoarjo.
didik dengan baik bisa berdampak pada hasil belajar yang
diperoleh yaitu terjadinya peningkatan. PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis yang dibantu program Simpulan
SPSS 16 diperolehlah hasil signifikansi perbedaan 0,41 Berdasarkan hasil analisis data yang telah dianalisis
yang lebih kecil dari 0,05. Selanjutnya pada thitung maka diperoleh hasil penelitian dan pembahasan terkait
diperoleh nilai 2,070 sehingga nilai thitung lebih besar penerapan model discovery learning terhadap hasil belajar
dibandingkan dengan nilai ttabel yaitu 1,662. Maka dapat peserta didik materi zat tunggal dan zat campuran kelasV
dituliskan thitung > ttabel yaitu 2,070>1,662, kemudian SD Negeri Lebo pada masa pandemi covid 19 yang telah
dengan signifikansi < α 5% (0,05) dapat dituliskan diuraikan secara rinci sehingga didapatkan beberapa
0,41<0,05 yang menyatakan bahwa H0 tidak diterima simpulan, maka simpulan yang didapatkan berdasarkan
(ditolak). Berdasarkan hasil penghitungan dengan bantuan rumusan masalah dalam penelitian ini:
SPSS tersebut dapat disimpulkan bahwa antara gain kelas 1. Proses pelaksanaan penerapan model discovery
kontrol dengan kelas eksperimen terdapat perbedaan yang learning dalam pembelajaran memperoleh hasil yang
cukup signifikan. Model discovery learning secara daring memuaskan berdasarkan hasil observasi pada kegiatan
menggunakan pembelajaran daring jenis synchronous (aktivitas) guru, aktivitas peserta didik berdasarkan
learning. Menurut Alshwaier (dalam Sudarsana et al., hasil pengamatan pada saat proses pembelajaran
2020) synchronous learning yaitu dalam proses berlangsung sebanyak dua kali pertemuan dengan
pembelajaran seorang pembelajar terlibat dalam hasil persentase 85% untuk rata-rata pada aktivitas
pembelajaran daring dengan pengajar melalui streaming guru yang memenuhi kriteria sangat baik. Sedangkan
video dan suara pada waktu yang bersamaan sesuai persentase sebesar 73,75% merupakan rata-rata
dengan waktu yang disepakati. Perolehan hasil penelitian persentase pada aktivitas peserta didik yang
yang telah dilakukan oleh peneliti ini sejalan dengan menunjukkan kriteria baik yang diperoleh berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Gede (2020) dalam hasil pengamatan.
penelitiannya yang dilakukan secara luring di dalam kelas 2. Ketuntasan hasil belajar ranah kognitif pada peserta
menyatakan bahwa Ha diterima yaitu model Discovery didik mencapai 57% yang menunjukkan kategori
Learning berpengaruh terhadap hasil belajar IPA dengan cukup dengan perolehan rata-rata nilai sebesar 78,09.
menyebutkan perhitungan Uji T 2,533>2,0 pada taraf Untuk ketuntasan hasil belajar pada ranah afektif
signifikansi 5%. mencapai 78% dengan perolehan nilai rata-rata 4.
Berikutnya perolehan rata-rata persentase hasil belajar Sedangkan Ketuntasan hasil belajar pada ranah
ranah afektif yakni memperoleh persentase sebesar 78% psikomotor diperoleh persentase sebesar 82% dengan
memenuhi kriteria (kategori) baik dengan nilai rata-rata hasil nilai rata-rata kelas 4 yang menunjukkan kategori
kelas mencapai 4. Sementara itu nilai rata -rata hasil sangat baik Selain itu perhitungan hasil uji beda hasil
belajar pada ranah psikomotor mencapai nilai rata-rata 4 belajar (Uji T) diperoleh thitung sebesar 2,070 > ttabel
dengan persentase tergolong kategori sangat baik yaitu sebesar 1,662 yang menunjukkan signifikan, sehingga
sebesar 82%. Dari perolehan rata-rata hasil belajar dapat disimpulkan terdapat pengaruh model discovery
tersebut berperan penting karena pada ranah afektif dan learning terhadap hasil belajar peserta didik kelas V
ranah psikomotor memiliki keterkaitan dengan aktivitas SD Negeri Lebo.
pada guru dan aktivitas peserta didik dalam terlaksanaya Saran
pembelajaran. Kelebihan dari model discovery learning Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan
yaitu membantu peserta didik dalam memperbaiki dan model pembelajaran yang dilaksanakan di SD Negeri
meningkatkan keterampilan pada proses kognitif, afektif Lebo, maka terdapat beberapa saran yang dapat
dan psikomotor dalam penemuan sebagai kunci disampaikan:
keberhasilan dalam belajarnya, selain itu memberikan 1. Pada saat melaksanakan pembelajaran daring mata
kesempatan bagi peserta didik untuk lebih banyak terlibat pelajaran IPA, guru disarankan menerapkan model
langsung sehingga peserta didik menjadi aktif dalam discovery learning sebab model pembelajaran tersebut
pembelajaran (Marisya & Sukma, 2020). Maka dari itu dapat memberikan pengalaman belajar secara
dapat ditarik suatu kesimpulan berdasarkan hasil analisis langsung sehingga pembelajaran lebih bermakna bagi
data yang telah diuraikan yakni bahwa berlangsungnya peserta didik melalui percobaan sederhana yang dapat
pembelajaran daring menerapkan model discovery dilakukan di rumahnya sendiri maka peserta didik
learning dapat terlaksana dengan baik serta terdapat dapat belajar dengan optimal dan efektif dengan
pengaruh yang baik terhadap hasil belajar peserta didik

2513
Model Discovery Learning

menemukan sendiri suatu konsep terkait materi yang Discovery Learning pada Pembelajaran Tematik
diajarkan oleh guru. Terpadu di Sekolah Dasar Menurut Pandangan
2. Bagi para peneliti selanjutnya diharapkan terus Para Ahli. 4, 2189–2198.
mengembangkan model discovery learning yang Permana, R. H. (2019). Survei Kualitas Pendidikan PISA
dikemas lebih efektif meskipun dilakukan dalam 2018: RI Sepuluh Besar dari Bawah. DetikNews
jangkauan jaringan sebagai usaha memperbaiki (Online). https://news.detik.com/berita/d-
kualitas hasil belajar peserta didik melalui 4808456/survei-kualitas-pendidikan-pisa-2018-ri-
sepuluh-besar-dari-bawah/2
meningkatkan kualitas pembelajaran dengan tetap
memperhatikan kesesuaian pada materi terutama Priadi, M. A., Riyanda, A. R., & Purwanti, D. (2021).
capaian pada kompotesi dasar dan lebih meningkatkan Pengaruh Model Guided Discovery Learning
Berbasis E-Learning Terhadap Kemampuan
interaksi dengan memperbanyak berkomunikasi
Berpikir Kritis. Jurnal IKRA-ITH Humaniora, 5(2),
dengan peserta didik agar peserta didik lebih terbuka 85–97.
dalam menyampaikan argumen.
Putria, H., Maula, L. H., & Uswatun, D. A. (2020).
Analisis Proses pembelajaran Dalam Jaringan
DAFTAR PUSTAKA
(DARING) Masa Pandemi COVID-19 pada Guru
Ali, L. U. (2018). Pengelolaan Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Jurnal basicedu, 4(4), 861–872.
Ditinjau Dari Hakikat Sains Pada SMP Di
Rahmawati, N. R., Rosida, F. E., & Kholidin, F. I.
Kabupaten Lombok Timur. 6(2009), 103–112.
(2020). Analisis Pembelajaran Daring Saat
Desstya, A., Novitasari, I. I., Razak, A. F., Sudrajat, K. Pandemi Di Madrasah Ibtidaiyah. SITTAH: Journal
S., & Surakarta, U. M. (2017). e-ISSN: 2503-3530 of Primary Education, 1(2), 139–148.
p-ISSN 2406-8012 Refleksi Pendidikan Ipa Sekolah
Dasar Di Indonesia (Relevansi Model Pendidikan Rahmi, N., & Fitria, Y. (2020). Pengaruh Model
Discovery Learning terhadap Hasil Belajar
Paulo Freire dengan Pendidikan IPA di Sekolah
Peserta Didik dalam Pembelajaran Tematik
dasar). 1–11.
Terpadu di Kelas IV Sekolah Dasar. 4, 2715–2722.
Dwi, A., & Satiti, R. (2020). Pengaruh Model
Pembelajaran Discovery Learning terhadap Hasil Roesminingsih, M., & Susarno, L. H. (2016). Teori dan
Praktek Pendidikan. Surabaya: Lembaga
Belajar Akuntansi. 4(1), 66–81.
Pengkajian dan Pengembangan Ilmu Pendidikan
Fadil, K., & Amran. (2020). Pengaruh Model Savi Fakultas Ilmu Pendidikan.
Terhadap Keterampilan Proses Sains Dan
Penguasaan Konsep Pada Pembelajaran Ipa. Shobirin, M. (2016). Konsep dan Implementasi
Kurikulum 2013 di Sekolah dasar. Yogyakarta:
10(4).
Deepublish.
Gede, P., Artawan, O., Kusmariyatni, N., & Sudana, D.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif,
N. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran
Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar IPA. Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
3(September), 454–460. Sumendra, M. Y. (2021). Aktivitas dan Hasil Belajar
Handayani, R. D., & Yanti, Y. (2017). Pengaruh Model Peserta didik pada Implementasi Online Discovery
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Learning. 5(1), 108–116.
terhadap Belajar PKn Siswa di Kelas IV MI Tumurun, S. W., Gusrayani, D., & Jayadinata, A. K.
Terpadu Muhammadiyah Sukarame Bandar (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Discovery
Lampung. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Learning Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif
Dasar, 4(2), 107–123. Siswa Pada Materi Sifat-Sifat. 1(1), 101–110.
Hidayati, K. (2019). Pengaruh Model Learning Cycle Wijayanto, S. M. (2017). Discovery Learning Terhadap
Tipe 7e Terhadap Hasil Belajar Siswa Sdn Hasil Belajar Ipa Kelas V Sdn Bintoro 4 Demak. 8,
Kenongo I. 07, 2655–2664. 58–77.
Hisbullah, & Selvi, N. (2018). Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam Di Sekolah Dasar. Makasar:
Penerbit Aksara Timur.
Hosnan, M. (2014). Pendekatan saintif dan kontekstual
dalam Pembelajaran abad 21. Bogor: Penerbit
Ghalia Indonesia.
Ibda, F. (2015). Perkembangan Kognitif: Teori Jean
Piaget. Intelektualita, 3(1), 242904.
Marisya, A., & Sukma, E. (2020). Konsep Model

2514

Anda mungkin juga menyukai