Anda di halaman 1dari 11

Penerapan Model Pembelajaran Discovery learning untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Peserta Didik Materi Ciri-Ciri Bangun Ruang Kelas V


SDN Panyuran I

Siti Khoirun Nisa 1)


Windyo Suparsono 2)
Ilvi Maulida Nurdiana 3)
1)
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Masukan Sarjana, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka
2)
Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Masukan Sarjana, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka
3)
Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Masukan Sarjana, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka

sitikhoirunnisa.skn@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di SDN Panyuran I Kelas V atas dasar permasalahan hasil
belajar peserta didik pada pembelajaran matematikalmateri ciri-ciri bangun ruang yang
rendah. Penelitian dilakukan dengan dua siklus yang memiliki tujuan untuk mendeskripsikan
pengaplikaisan model pembelajaran discovery l learning dan mendeskripsikan hasil belajar
pembelajaran matematika pada materi ciri-ciri bangunlruang kelas V SDN Panyuran I TP.
2022/2023 yang dilaksanakan peserta didik. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada siklus
I hasil belajar peserta didik berada di rentang 52 sampai dengan 97. Dari nilai tersebut
terdapat 5 pelajar yang belum mencapai ketuntasan dalam pembelajaran dengan persentase
19% sehingga perbaikan pembelajaran dinyatakan tidak berhasil dan dilanjutkan ke siklus II.
Hasil belajar yang diperoleh peserta didik pada siklus II terjadi kenaikan yang signifikan
dikarenakan 100% peserta didik tuntas dalam perbaikan dengan rentang nilai 94 sampai 100.
Keaktifan pelajar dapat terlihat ketika model pembelajaran discovery l learning diterapkan
pada proses perbaikan pembelajaran. Hal tersebut membuktikan bahwa tujuan discovery dapat
melatih berbagai kemampuan intelektual, merangsang rasa ingin tahu dan memotivasi belajar
peserta didik melalui pengalaman-pengalaman belajar yang bermakna dapat terwujud. Pada
setiap siklus, peningkatan hasil belajar peserta didik mengalami kemajuan yang signifikan dari
rerata nilai 80 di siklus pertama menjadi 97 dengan ketuntasan maksimal 100% pada siklus
kedua.

Kata Kunci: Ciri-Ciri Bangun Ruang, Discovery learning, Hasil Belajar

PENDAHULUAN
Menurut Akhiriyah (2019) menyatakan bahwa pendidikan merupakan syarat dalam
perkembangan sebagai wujud kebudayaan manusia yang dinamis. Pendidikan dapat
menyeimbangkan antara suatu hal yang terjadi dengan budaya kehidupan yang mengalami
perubahan mengikuti perkembangan zaman untuk mengantisipasi kepentingan di masa yang
akan datang. Hal ini beriringan dengan pendapat Edgar Dalle dalam (Mulyasana, 2011) bahwa
pendidikan adalah usaha yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah secara
sadar sepanjang hayat melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan pelatihan di dalam dan

1
diluar sekolah dimana pelajar senantiasa untuk mengerjakan tugas masa depan di lingkungan
yang berbeda.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan
pengorganisasian pengalaman belajar dalam mencapai hasil belajar tertentu dan berfungsi
sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan dan melakukan kegiatan pembelajaran secara
sistematis (Malawi, 2017). Menurut efudin (2017), “Model pembelajaran memiliki sintaks
tertentu. Model pembelajaran menggambarkan alur langkah-langkah rangkaian kegiatan
pembelajaran”.
Discovery learning merupakan metode pembelajaran yang dipelopori oleh Jerome
Brunner. Belajar adalah kegiatan manajemen pengetahuan di mana kita mencari kebutuhan
untuk mengidentifikasi dan menjelaskan fenomena yang terjadi di lingkungan kita. Kegiatan
ini melibatkan pembentukan konsep yang muncul dari abstraksi peristiwa dan pengalaman
serupa. Suatu konsep dapat dikatakan sebagai kategori jika merupakan perwakilan benda-benda
atau kejadian yang mempunyai kesamaan. Suatu konsep dapat diimplementasikan dalam
berinteraksi dengan lingkungan. Penggunaan kategori dan sudut pandang pembentukannya
dapat menjelaskan aktivitas-aktivitas persepsi, konseptualisasi, dan pengambilan keputusan
(Sapriati, 2022).
Discovery learning berkaitan dengan kemampuan intelektual anak. Kemampuan
intelektual anak secara bertahap berkembang dari yang sederhana ke yang kompleks, dari yang
mudah ke yang sulit, dan dari yang nyata atau konkrit ke yang abstrak. Hal ini sesuai dengan
teori perkembangan mental Bruner. Urutan perkembangan tersebut dapat membantu siswa ebih
mudah mengikuti pelajaran karena urutan materi dapat diatur sesuai dengan usia anak
(Muhsetyo, 2022).
Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang mengacu pada proses ilmiah (saintifik).
Strategi yang dapat diterapkan dalam pendekatan saintifik, seperti pembelajaran kontekstual.
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang memiliki identitas, sifat, sintaksis,
lingkungan dan budaya. Hasil belajar akan lebih maksimal jika model pembelajaran dapat
diterapkan melalui pendekatan saintifik.
Berdasarkan gagasan dasar psikologi kognitif, peserta didik dituntut untuk berpartisipasi
aktif dalam proses pembelajaran agar belajar mengajar lebih bermakna bagi mereka.
Perkembangan kognitif seorang anak terjadi dalam tiga fase yang harus diperhatikan pada saat
menyesuaikan diri dengan keadaan ingkungan, yaitu aktif, ikonik dan simbolik (Muhsetyo,
2022).

2
Melalui kegiatan wawancara, diketahui bahwa mayoritas pelajar menanggapi
pembelajaran matematika sangat menakutkan. Peserta didik merasa tidak semangat karena
dipaksa menghafal rumus-rumus kemudian mengerjakan soal hitungan yang ada dalam
pelajaran matematika. Learning to know (belajar mengetahui sesuatu), learning to do
(melakukan sesuatu), learning to be (belajar menjiwai), learning to earn (belajar bagaimana
seharusnya), dan learning to live together (belajar bersosialisasi) merupakan dasar dalam
belajar matematika (Masduri, 2014).
Berdasarkan hasil pengamatan dalam kegiatan pembelajaran, diketahui bahwa dalam
belajar matematika peserta didik cenderung kurang mampu menerapkan konsep matematika
secara nyata dalam kehidupan. Seperti halnya yang terjadi di kelas V SDN Panyuran I hasil
belajar peserta didik rendah dalam pembelajaran matematika pada materi ciri-ciri bangun
ruang. Hal tersebut terbukti dengan mayoritas peserta didik belum mencapai kriteria ketuntasan
minimum (KKM) dalam penilaian harian.
Alternatif pemecahan masalah yang dapat diterapkan untuk memperbaiki permasalahan
hasil belajar anak didik dalam materi ciri-ciri bangun ruang kelas V SDN Panyuran I dengan
menerapkan metode diskusi dalam model penemuan (Discovery learning) dan menggunakan
media benda konkret. Hal tersebut relevan dengan hasil penelitian Akhiriyah (2019) yang
menunjukkan bahwa pembelajaran matematika tentang konsep bangun datar dan bangun ruang
sederhana dengan mengaplikasikan model Discovery learning mengalami kemajuan hasil
belajar secara signifikan. Keefektifan pembelajaran Discovery learning juga sesuai dengan
hasil penelitian (Asriani, Sahabuddin, & Fatmawaty, 2021), “hasil tes kognitif IPA meningkat
dengan mengaplikasikan metode pembelajaran penemuan”. Melalui pembelajaran penemuan
anak didik dapat aktif mencari data informasi, memecahkan masalah, dan akhirnya
menghasilkan pengetahuan yang bermakna. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan pengaplikasian model pembelajaran penemuan pada pembelajaran
matematika dengan materi ciri-ciri bangun ruang kelas V SDN Panyuran I dan mendeskripsikan
hasil belajar peserta didik pada pembelajaran matematika materi ciri-ciri bangun ruang kelas V
SDN Panyuran I melalui pengaplikasian model pembelajaran discovery learning.

METODE
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan di Kelas V SDN
Panyuran I Kecamatan Palang Kabupaten Tuban dengan jumlah pelajar 26 orang yang terdiri
atas 17 laki-laki dan 9 perempuan. Penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu sebulan dan
perbaikan pembelajaran sebanyak 2 siklus dengan menerapkan prosedur perencanaan,

3
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi untuk setiap siklusnya. Lembar tes hasil belajar
digunakan sebagai prosedur pengkolektifan data untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta
didik. Hasil belajar pada siklus I dan siklus II dibandingkan dengan analisis deskriptif. Indikator
keberhasilan ditunjukkan dengan ketercapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) secara
individual yakni nilai 75. Nilai rerata tiap siklus dihitung dengan formula:

∑𝑋
𝑀=
𝑁
Keterangan:
M : Rata-Rata Nilai
∑𝑋 : Total nilai keseluruhan peserta didik
𝑁 : Total peserta didik

Sedangkan ketuntasan klasikal ditentukan dengan persentase ketuntasan 85% dari total
peserta didik yang memperoleh nilai 75 yang dihitung dengan formula:
𝐹
𝑃= 𝑥100%
𝑁
Keterangan:
P : persentase
F : total peserta didik yang tuntas
N : total seluruh peserta didik
(Arikunto, 2012)

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian siklus I sesuai dengan prosedur penelitian tindakan kelas yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
a. Perencanaan
Kurikulum yang dipakai dalam pembelajaran materi ciri-ciri bangun ruang
siklus pertama yakni kurikulum 2013 dengan memilih KI dan KD dalam satu
pertemuan. Perbaikan dalam proses kegiatan belajar mengajar ini mengaplikasikan
model discovery learning untuk menemukan ciri-ciri bangun ruang melalui rangkaian
rusuk bangun ruang menggunakan sedotan. Peneliti pada tahap perencanaan
melakukan: (1) memperhatikan permasalahan pada proses belajar bangun ruang di
kelas V SD Negeri Panyuran I TP. 2022/2023, (2) melakukan konsultasi dengan
supervisor, (3) merencanakan alternatif perbaikan dengan membuat silabus, (4)
membuat rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I, (5) membuat Lembar
4
Kerja Peserta Didik, (6) menyiapkan lembar evaluasi berbentuk tes tertulis, dan (7)
Meminta persetujuan kepada kepala sekolah untuk melakukan upaya perbaikan
pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan dengan alokasi waktu 70
menit yang terbagi menjadi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Selama
kegiatan perbaikan, supervisor 2 mengamati aktivitas guru pada kegiatan belajar
mengajar dengan panduan APKG. Langkah-langkah perbaikan pembelajaran pada
siklus I terlaksana sesuai urutan yang ada di rencana pelaksanaan perbaikan
pembelajaran. Pada inti proses pembelajaran menggunakan enam tahapan sintaks
model pembelajaran discovery learning yaitu stimulation, problem statement, data
collection, data processing, verification, dan generalization. Dalam proses data
collection peserta didik melakukan penemuan konsep ciri-ciri bangun ruang
menggunakan penyusunan kerangka bangun ruang menggunakan sedotan.
Hasil Belajar anak didik rata-rata pada perbaikan pembelajaran siklus I yaitu 80
dengan nilai yang tersebar dalam grafik berikut:

HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK SIKLUS I

4
JUMLAH

1
0
52 58 65
68 74 77
81 83 84
87 90 97
NILAI

Gambar 1. Grafik Hasil Belajar Siklus I


Dari grafik tersebut, diperoleh informasi rentang hasil tes kognitif anak didik
berada dalam rentang 52 sampai 97. Sehingga 21 orang dinyatakan tuntas dan 5 orang
tidak tuntas.

5
c. Observasi
Supervisor 2 yang bertugas sebagai pengamat menyatakan bahwa hasil tes
kognitif pada perbaikan kegiatan belajar siklus pertama masih perlu diperbaiki dalam
hal keaktifan anak didik untuk memahami konsep dan aktivitas tanya jawab.
Pemahaman konsep yang kurang dari peserta didik adalah mengidentifikasi bagian sisi
yang lubang dari bangun ruang.
d. Refleksi
Pada tahap refleksi ini, guru dapat mempertimbangkan hasil observasi untuk
mengambil keputusan dalam rangka melanjutkan perbaikan pembelajaran pada siklus
kedua dengan membangun suasana agar peserta didik aktif untuk melakukan tanya
jawab dan menyiapkan media penemuan konsep menggunakan jaring-jaring bangun
ruang agar peserta didik ebih mudah mengidentifikasi bagian sisi, bidang sisi, diagonal
sisi, serta diagonal ruang dalam kondisi kerangka bangun ruang tertutup sempurna.

Penelitian siklus kedua tetap menggunakan penelitian tindakan kelas yang telah
mengalami perbaikan dari hasil pembelajaran siklus pertama dengan prosedur penelitian
yang sama.
a. Perencanaan
Perencanaan pembelajaran pada siklus ke-II dilakukan berdasarkan refleksi dan
analisis kegiatan pembelajaran siklus ke-I dengan tujuan perbaikan pembelajaran yang
berfokus pada efisiensi pengelolaan waktu dan menyiapkan media penemuan konsep
menggunakan jaring-jaring bangun ruang. Pembuatan RPP perbaikan siklus II
merupakan langkah awal dalam perencanaan yang dilanjutkan dengan membuat
Lembar Kerja Peserta Didik, dan membuat soal tes sebagai alat evaluasi.
b. Pelaksanaan
Kegiatan belajar mengajar siklus kedua dilaksanakan dengan cara yang sama
seperti siklus pertama yakni sesuai urutan pada rencana pelaksanaan perbaikan
pembelajaran siklus kedua yaitu kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Kegiatan inti
pembelajaran menggunakan metode discovery learning dengan enam langkah
pembelajaran yaitu stimulation, problem statement, data collection, data processing,
verification, dan generalization. Dalam siklus pertama dan siklus kedua terdapat
perbedaan proses data collection. Siklus pertama anak didik melakukan penemuan
konsep ciri-ciri bangun ruang menggunakan penyusunan kerangka bangun ruang
menggunakan sedotan sedangkan pada siklus II menggunakan media penemuan

6
jaring-jaring bangun ruang. Penggunaan jaring-jaring kubus disesuaikan atas dasar
hasil refleksi siklus I dimana peserta didik belum bisa membedakan bagian sisi, bidang
diagonal, diagonal sisi, dan diagonal ruang. Kesulitan identifikasi sisi tersebut
dikarenakan bagian sisi bangun ruang yang terbuat dari sedotan terbuka.
Pada perbaikan pembelajaran siklus II, rerata hasil belajar anak didik adalah 97
dengan nilai peserta didik yang tersebar dalam grafik berikut:

HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK SIKLUS II


100
100 97
94
90
80
70
60
50
40
30
20
10 11
10 5
0
Nilai Jumlah

Gambar 2. Hasil Belajar Siklus II

Informasi yang dapat diperoleh berdasarkan grafik di atas antara ain: (1) rentang
hasil belajar peserta didik berada pada rentang 94 sampai dengan 100, dan (2) Jumlah
ketuntasan peserta didik 26 orang sehingga memenuhi persentase 100%. Sedangkan
perbandingan ketuntasan belajar peserta didik dalam dua siklus dapat dilihat dalam
grafik berikut.

7
KETUNTASAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
MATERI CIRI-CIRI BANGUN RUANG

30
26
25 21
20
15
10
5
5
0 0

siklus 1
siklus 2

Tuntas Tidak Tuntas

Gambar 3. Ketuntasan Hasil belajar Siklus I dan II

B. Pembahasan
Hasil refleksi guru setelah pembelajaran materi ciri-ciri bangun ruang di kelas V SDN
Panyuran I dilaksanakan dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran yang diaplikasikan
pada materi tersebut kurang tepat sehingga menyebabkan hasil tes kognitif anak didik
rendah. Rendahnya hasil belajar maka perlu dilaksanakan perbaikan pembelajaran dengan
merubah model pembelajaran penemuan atau discovery learning, karena proses
pembelajaran discovery learning menitik beratkan pada penemuan permasalahan yang
dihasilkan dari pengalaman nyata peserta didik dengan tujuan utamanya tidak untuk
menerapkan pengetahuan, tetapi sebagai upaya membangun pengetahuan secara induktif
dari pengalaman peserta didik (Anam,2017).
Penelitian ini lebih menitik beratkan pada hasil belajar yang digunakan dalam aspek
kognitif. Aspek kognitif yang digunakan mengarah pada taksonomi bloom mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta (Nisa, 2018). Aspek
kognitif dapat dinilai dengan menggunakan tes tulis seperti pilihan ganda, pilihan ganda
kompleks, menjodohkan, benar salah, isian singkat, dan menguraikan. Proses kegiatan
belajar mengajar pada siklus pertama tidak berhasil namun pembelajaran model discovery
learning sudah berjalan dengan baik sesuai dengan sintaksnya. Tidak berhasilnya
perbaikan pada pembelajaran ini dikarenakan peserta didik belum bisa mengidentifikasi

8
ciri bangun ruang pada bagian sisi yang terbuka karena hanya menggunakan kerangka
sedotan sebagai rusuk dan keaktifan peserta didik dalam tanya jawab masih perlu
ditingkatkan. Pernyataan tersebut sependapat dengan penelitian Fadilah & Budiyono
(2013) yang mengemukakan bahwa pada siklus pertama masih terdapat kelemahan dalam
mempelajari ciri-ciri bangun geometri dengan menggunakan media warna-warni. Beberapa
anak didik merasa malu untuk melakukan tanya jawab, serta terdapat anak didik yang
belum tertib. Oleh karena itu, penelitian perlu dilanjutkan pada perbaikan pembelajaran
siklus kedua dengan penguatan media sehingga aktivitas anak didik berubah.
Pada siklus II, terdapat perbedaan dalam penggunaan media penemuan konsep berupa
jaring-jaring bangun ruang sehingga bagian sisi dapat tertutup sempurna yang akan
memudahkan peserta didik untuk mengidentifikasi sisi, bidang sisi, diagonal ruang dan
diagonal sisi. Pada siklus ini, keaktifan peserta didik meningkat dan peserta didik mencapai
ketuntasan klasikal 100% dengan rentang nilai 94 sampai 100. Ketuntasan klasikal 100%
dapat membuktikan bahwa kegiatan belajar siklus kedua dengan model pembelajaran
discovery learning menggunakan media penemuan jaring-jaring balok berhasil. Pernyataan
tersebut sependapat dengan Tumurun (2016) bahwa discovery learning adalah
pembelajaran yang melibatkan proses aktivitas intelektual melalui pertukaran pendapat,
diskusi, membaca sendiri dan eksperimen sendiri sehingga peserta didik dapat belajar
sendiri. Melalui kegiatan discovery, peserta didik memiliki pengetahuan bermakna dari
proses menemukan sebuah konsep secara mandiri yang sesuai dengan teori Bell dalam
(Hosnan, 2016) yaitu (1) peserta didik berkesempatan terlibat aktif pada proses belajar
mengajar, (2) peserta didik belajar mendapatkan pola konkret atau abstrak dan menebak
(extrapolate) data tambahan yang diperoleh, (3) Peserta didik belajar Menyusun
pertanyaan yang jelas dan strategi jawaban yang sesuai, (4) Peserta didik dapat menemukan
cara yang efektif untuk berkolaborasi, berbagi informasi, dan mendengar serta
menggunakan ide satu sama lain. (5) Ada fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip tertentu
yang dipahami melalui penelitian yang bermakna, (6) Kemampuan yang didapat pada
kegiatan belajar eksplorasi lebih mudah untuk dipahami dan diaplikasikan dalam kegiatan
belajar.
Penggunaan media penemuan yang tepat juga mempengaruhi hasil belajar peserta
didik karena pengalaman yang diperolehnya lebih signifikan jelasnya dan bermakna serta
terekam lebih lama di memori. Pernyataan tersebut sependapat dengan Ruseffendi dalam
Fadilah & Budiyono (2013) yang menyatakan bahwa benda geometri tergolong menjadi

9
geometri bidang atau ruang yang dapat digunakan untuk menjelaskan konsep geometri
ruang atau bidang yang dibuat oleh guru dengan bantuan peserta didik.

SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan
Dari hasil perbaikan yang dilaksanakan di kelas V SD Negeri Panyuran I
TP.2022/2023 pada materi ciri-ciri bangun ruang dapat diambil kesimpulan bahwa proses
perbaikan pembelajaran dengan mengaplikaisskan metode discovery learning menciptakan
keaktifan peserta didik. Hal tersebut membuktikan bahwa tujuan dari discovery yakni
melatih berbagai kemampuan intelektual, merangsang rasa ingin tahu dan memotivasi
belajar peserta didik melalui pengalaman-pengalaman belajar yang bermakna dapat
terwujud. Pada setiap siklus, hasil tes kognitif peserta didik menunjukkan peningkatan dari
rata-rata nilai 80 di siklus pertama menjadi 97 dengan ketuntasan maksimal 100% pada
siklus kedua.

B. Saran
Saran yang bisa diutarakan dalam penelitian ini yakni pemilihan media guna proses
mengidentifikasi ciri bangun ruang yang konkret dan mudah untuk dipahami peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA
Akhiriyah, N. A. (2019). Penerapan Model Discovery learning pada Pembelajaran Matematika
Yang Berhubungan dengan Bangun Datar dan Bangun Ruang di Kelas V SD. COLLASE
Creative of learning Students Elementary Education, 127.
Anam, K. (2017). Pembelajaran Berbasis Inkuiri: Metode dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Arikunto, S. (2012). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Asriani, Sahabuddin, E. S., & Fatmawaty. (2021). PENINGKATAN HASIL BELAJAR
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING SISWA KELAS V
SD NEGERI 103 UMBEWE . Journal of Teacher Professional, Volume 3 Nomor 3.
Fadilah, N., & Budiyono. (2013). Peningkatan Hasil belajar Sifat-Sifat Bangun Ruang
Menggunakan Media Bangun Ruang Multiwarna pada Siswa Sekolah Dasar. JPGSD
Universitas Negeri Surabaya, Volume 1 Nomor 2.
Hosnan, M. (2016). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21; Kunci
Sukses Implementasi Kurikulum 2013,. Bogor: Ghalia Indonesia.

10
Kumalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Lefudin. (2017). Belajar Dan Pembelajaran Dilengkapi Dengan Model Pembelajaran, Strategi
Pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran Dan Metode Pembelajaran. Yogyakarta:
Deepublish.
Malawi, I. (2017). Pembelajaran Tematik (Konsep Dan Aplikasi). Magetan: CV. AE Grafika.
Masduri. (2014). Memahami Konsep Matematika Pada Materi Sifat-Sifat Bangun Ruang Kelas
Vb Melalui Kolaborasi Metode Ceramah, Demonstrasi Dan Eksperimen. PEDAGOGIA,
127-135.
Muhsetyo, G. (2022). Pembelajaran Matematika SD. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Mulyasana, D. (2011). Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nisa, S. K. (2018). Analisis Soal Ujian Nasional (UN), Ujian Sekolah Berstandar Nasional
(USBN), Dan Ulangan Akhir Semester (UAS) Mata Pelajaran Fisika Tingkat Sekolah
Menengah Atas (SMA) Berdasarkan High Order Thinking Skill (HOTS) . Surabaya:
(Skripsi Sarjana, Universitas Negeri Surabaya).
Sapriati, A. d. (2022). Pembelajaran IPA di SD. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Sudjana, N. (2016). Bandung: Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Tumurun, S. W. (2016). Model Pembelajaran Discovery learning. Pena Ilmiah, Vol. 1 No.1.

11

Anda mungkin juga menyukai