Anda di halaman 1dari 10

Peningkatan Pemahaman Konsep Nilai Tempat Bilangan Bulat

Dengan Media Rak Nilai Tempat Di Kelas IV SD

Deta Anisa 1), Yandhu Ardiansyah 2)

detaanisa47@gmail.com 1), yandhuardiansyah617@gmail.com 2)

S1 PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Terbuka

ABSTRAK

Latar belakang penelitian ini adalah masih kurangnya pemahaman konsep siswa
terhadap materi nilai tempat bilangan bulat besar di mata pelajaran matematika, yang
disebabkan oleh penyeseuaian Kurikulum Merdeka. Solusi dalam mengatasi masalah
tersebut adalah dengan menggunakan media rak nilai tempat yang realistis. Rumusan
masalah pada penelitian tindakan kelas ini adalah “apakah media rak nilai tempat dapat
meningkatkan pemahaman konsep nilai tempat bilangan bulat besar?”. Dengan tujuan
penelitian yaitu mengetahui berhasil atau tidaknya dengan media rak nilai tempat dapat
meningkatkan pemahaman konsep siswa. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas
IV SDN 191/VII Pematang Kabau II yang terdiri dari 20 orang. Hasil penelitian tindakan
kelas ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan media realistik berupa rak nilai tempat
dapat meningkatkan pemahaman konsep nilai tempat siswa. Dengan adanya bukti pada
data awal nilai rata-rata pemahaman siswa hanya 63,5 (kurang) serta persentase ketuntasan
hanya 10%. Dan pada siklus I meningkat nilai rata-rata pemahaman siswa menjadi 65
(kurang) dan persentase ketuntasan 25% dengan hanya menggunakan metode ceramah saja.
Selanjutnya pada siklus II dengan menggunakan media realistik berupa rak nilai tempat
nilai rata-rata pemahaman siswa meningkat pesat menjadi 84,5 (baik) dan persentase
ketuntasan 90%.

Kata kunci : meningkatkan pemahaman, nilai tempat, media realistik (rak nilai tempat)
PENDAHULUAN

Menurut Ahmad (2017: 3), pendidikan adalah ketika pendidik atau tenaga
kependidikan mengarahkan langsung perkembangan jasmani dan rohani terdidik dengan
cara membimbing pembentukan tokoh utama. Salah satu mata pelajaran penting di dunia
pendidikan adalah mata pelajaran matematika, matematika adalah satu dari empat mata
pelajaran wajib pada zaman dahulu yang disebut ujian nasional. Matematika adalah mata
pelajaran yang memerlukan banyak kemampuan atau keterampilan untuk dikuasai yaitu
pemahaman, berpikir dan penalaran (Prasetyo, 2016: 2), sehingga banyak siswa yang
menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dipahami.

Keterampilan atau kualifikasi orang adalah persyaratan yang sangat mendasar.


Dalam rangkaian ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat, diperlukan cara berpikir dan
cara terhubung yang benar dan penuh semangat. Dalam hal ini, pembelajaran diperlukan
untuk setiap individu, dimanapun mereka berada. Pendidikan adalah cara mempersiapkan
individu dengan kegiatan kepemimpinan, pengajaran dan pendidikan. Pada dasarnya,
perubahan perilaku manusia didasarkan pada pengalaman dan praktek. Perubahan perilaku
meliputi perubahan pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), serta nilai dan
sikap (afektif).

Belajar adalah proses yang aktif untuk mendapatkan pengalaman dan ilmu baru
yang mengarah pada perubahan perilaku (Herman Hudoyo, 2016 : 83). Sedangkan menurut
Fontana (dalam H. Erman Suherman 2015: 7) belajar adalah suatu proses di mana tingkah
laku manusia menjadi tidak berubah atau permanen karena pengalaman, sedangkan belajar
adalah usaha untuk menciptakan lingkungan yang memberikan keadaan bagi pertumbuhan
dan perkembangan program-program belajar secara optimal.

Siswa sekolah dasar ada di tahap operasi konkrit (Piaget dalam Novita, 2014:5),
yang mengungkapkan bahwa cara berpikir siswa sekolah dasar masih bertumpu pada
manipulasi fisik benda-benda konkrit. Menurut Syaiful Bahari Djamarah dan Azwan Zain
(2020:121), media pembelajaran merupakan alat peraga berbentuk visual yang dapat
berbentuk apa saja untuk menghubungkan informasi guna mengkomunikasikan tujuan
pembelajaran kepada siswa. Pemahaman konsep didasarkan pada kecerdasan siswa sekolah
dasar, dan dapat dipahami melalui media pembelajaran khusus atau alat peraga atau benda
atau benda yang dapat dipegang oleh siswa sekolah dasar, yang akan menjadikan
pembelajaran lebih bermakna. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru harus mencari
banyak informasi tentang media pembelajaran yang cocok dan menarik. Dengan
menggunakan alat bantu belajar yang menarik, anak-anak akan memiliki kesempatan yang
optimal untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka sendiri dalam
memahami konsep nilai tempat.

Kurikulum Merdeka merupakan kebijakan pengembangan dari Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan bagi peserta didik yang belajar di sekolah. Kebijakan Belajar
Mandiri merupakan langkah menuju transformasi pendidikan untuk mewujudkan Sumber
Daya Manusia (SDM) Senior Indonesia berwawasan Pancasila. Pada hakekatnya, mata
kuliah mandiri adalah mata kuliah yang menitikberatkan pada penanaman minat dan bakat
siswa sejak dini. 2022 adalah tahun pertama menggunakan kursus mandiri. Di SD, tahun
pertama menggunakan kurikulum tersendiri adalah kelas I dan IV, tahun kedua adalah kelas
II dan V, dan tahun terakhir adalah kelas III dan VI. Pada Matematika IV yang membahas
materi nilai tempat bilangan bulat besar, siswa mengalami kesulitan dalam menangkap
konsep karena bilangan atau bilangan yang terlalu besar. Dalam bukunya yang berjudul
Matematika (2016), Wahyudin Djumanta menjelaskan bahwa bilangan bulat adalah jenis
bilangan yang terdiri dari bilangan bulat positif, bilangan nol, dan bilangan bulat negatif..
Maka dari itu dibutuhkan media pembelajaran yang konkret atau menarik untuk dapat
mempermudah pemahaman konsep siswa.

Memahami konsep dalam pembelajaran matematika, melalui praktik mandiri harus


memfokuskan pada pemahaman pengertian dan bagan matematika. Jika konsepnya telah
dikuasai, maka pembagian pembelajaran akan berjalan dengan lancar. Pembagian
pembelajaran tidak terjadi secara otomatis, tetapi terjadi ketika pengajaran memusatkan
pada pengertian pemahaman. Setelah pemahaman diperoleh, maka keterampilan akan
diperoleh juga. Keterampilan diperoleh dengan latihan. Ketika keterampilan diperoleh
dengan latihan, siswa akan terkenang dengan konsep pembelajaran dengan lebih lama.

Media pembelajaran konkrit yang digunakan berupa rak tempat nilai. Rak nilai
tempat adalah sarana pengajaran yang dipakai untuk mempermudah pemahaman siswa
terhadap konsep materi nilai tempat bilangan bulat yang besar. Media ini digunakan karena
merupakan media konkrit yang dapat dilihat dan dipegang siswa secara langsung, sehingga
pembelajaran dapat bermakna. Rak nilai tempat terbuat dari kardus bekas yang disusun
menjadi rak menurut kolom nilai tempat. Selain menempatkan rak nilai, gunakan kartu
angka yang akan ditempatkan pada setiap rak sesuai dengan nilai tempatnya masing-
masing.

METODE PENELITIAN

Subjek pada penelitian tindakan kelas ini adalah siswa/siswa IV, berjumlah 20
orang dan terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Penelitian dilaksanakan di
SDN 191/VII Pematang Kabau II dan dilakukan pada tanggal 13-20 November 2022.
Peneliti sebagai guru bidang studi matematika di SD tersebut.

Penelitian ini menggunakan pendekatan Classroom Action Research (CAR).


Menurut Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2015:11) menyatakan bahwa penelitian tindakan
kelas adalah penelitian yang menghubungkan metode penelitian dengan aktivitas
substantif, aktivitas area penelitian, atau upaya untuk memahami apa yang terjadi ketika
seseorang yang ikut dalam proses perbaikan dan perubahan.

Sedangkan menurut Ebbutt (dalam Wiriaatmadja, 2015:12) mengatakan bahwa


penelitian tindakan kelas ini merupakan kajian sistematis tentang bagaimana sekelompok
guru berusaha untuk meningkatkan pelaksanaan praktik pedagogik melalui tindakan yang
berkaitan dengan pembelajaran berdasarkan refleksi mereka terhadap hasil tindakan
tersebut.

Berdasarkan pendapat para ahli terhadap penelitian tindakan kelas di atas, dapat
diambil kesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan
pendidik dengan bekerja sama dengan berbagai pihak secara langsung di dalam kelas
dengan tujuan untuk meningkatkan mutu atau kualitas untuk meningkatkan proses
pembelajaran di dalam kelas melalui kegiatan tertentu.

Penelitian Tindakan Kelas atau Classroom Action Research yang telah diterapkan
sebanyak 2 putaran atau siklus, yaitu putaran atau siklus I dan II. Setiap putaran mencakup
tahap perencanaan, implementasi tindakan, pengamatan, dan refleksi. Metode
pengumpulan data yang diaplikasikan meliputi wawancara, pengamatan, dokumentasi, dan
tes atau latihan.
HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa


terhadap konsep materi nilai tempat pada bilangan bulat besar dengan menggunakan media
realistik berupa rak nilai tempat. Ada dua siklus dalam penelitian ini.

Pada siklus 1 dilaksanakan dalam 1 sesi dengan waktu pembelajaran 2 jam (2 x 35


menit). Putaran I terdiri dari empat tahapan utama: perencanaan, pelaksanaan tindakan,
serta pengamatan dan refleksi. Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan diawali
dengan penyusunan bahan ajar dan penyusunan kurikulum mandiri berupa modul ajar dan
LKS khusus siswa. Selain itu, peneliti juga membuat lembar pengamatan terhadap kinerja
guru dan siswa.

Pelaksanaan Siklus I dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 15 November 2022


dengan perkiraan waktu 2 x 35 menit selama pembelajaran I dan II (07.30 – 09.00) di Kelas
IV SDN 191/VII Pematang Kabau II penulis selaku pelaksana, selama guru kelas bertindak
sebagai pengamat. Hasil observasi kegiatan/kegiatan guru Siklus I pada tugas
awal/persiapan maksimal, namun tidak ada kegiatan motivasi dan observasi. Selain itu,
kegiatan inti kurang optimal karena tidak banyak menggunakan media yang menarik,
sehingga siswa kurang memahami konsep nilai tempat secara efektif. Dan langkah terakhir
juga dilakukan oleh para peneliti secara maksimal.

Berdasarkan pelaksanaan Siklus I yang terdiri dari tiga tahapan operasional yaitu
operasi pembukaan, operasi inti dan operasi penutup. Berdasarkan hasil pengamatan
tersebut disimpulkan bahwa pemahaman konsep nilai tempat bilangan bulat besar tidak
berhasil, tetapi informasi aslinya diperbaiki. Guru serta siswa belajar dengan baik dan
menurut modul ajar hanya beberapa fungsi saja yang belum optimal. Beberapa kendala dan
kelemahan yang diamati pada tahap pertama ini adalah pada awal pembelajaran guru
kurang percaya diri dalam memberikan dorongan dan pengamatan serta tidak
menggunakan sumber ajar yang akan menarik perhatian siswa, sehingga siswa melakukan
tidak mampu memusatkan pelajaran guru. Dari hasil riset pada tahap pertama atau siklus I
dengan memakai teknik pengajaran lisan atau metode ceramah dapat diidentifikasi murid
yang berhasil dan tidak berhasil, yakni cuma 5 dari 20 siswa dengan skor rata-rata
pemahaman 65 serta persentase pencapaian target 25%.
Berdasarkan penelitian Siklus II dilaksanakan pada Kamis, 17 November 2022.
Kegiatan Siklus II tidak banyak yang berbeda dengan kegiatan Siklus I yang terdiri dari
empat tahapan utama yaitu rencana, pelaksanaan dan pengendalian, serta refleksi. Siklus II
ini adalah solusi dari hasil Siklus I yang dinantikan dapat meningkatkan pemahaman
konsep matematika nilai tempat bilangan bulat besar.

Pada tahap perancangan Siklus II, hal ini dapat tercermin pada jenjang desain
Siklus I yang sama saja tidak jauh berbeda. Permasalahan yang peneliti siapkan adalah
modifikasi modul ajar perbaikan siklus II berdasarkan hasil refleksi dan keterbatasan siklus
I, serta penyiapan media yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan. Stand nilai tempat
yang terdiri dari beberapa rak dengan kartu angka warna-warni berfungsi sebagai bahan.

Tahap pelaksanaan tindakan ini dilakukan pada hari Kamis, 17 November 2022,
dengan alokasi waktu 3 x 35 menit dari pelajaran pertama sampai ketiga di kelas IV SDN
191/VII Pematang Kabau II. Disini peneliti berperan sebagai pelaksana dan seperti pada
Siklus I didukung oleh guru lain sebagai pengamat. Untuk kegiatan pembelajaran awal
yang diperkirakan berlangsung selama 15 menit, guru memulai kegiatan dengan
mengucapkan salam dan menanyakan kabar, serta berdoa bersama yang dipimpin oleh
salah satu siswa. Kemudian guru mengecek kehadiran siswa. Guru menerjemahkan
persepsi menjadi pertanyaan faktual yang sebelumnya diperiksa untuk nilai tempat. Selain
itu, guru mendorong siswa untuk memanfaatkan pembelajaran materi hari ini dalam
kehidupan sehari-hari. Selain itu, guru memberitahukan kegiatan yang akan dilakukan hari
ini dan tujuan yang dicapai.
Kemudian kegiatan inti ini dilakukan selama 75 menit. Pada kegiatan eksplorasi
sebagai awal pembelajaran guru bertanya jawab kepada siswa tentang “bagaimana
perasaan mereka saat mereka pertama kali menjadi siswa baru di sekolah dasar?”. Dengan
antusias mereka menjawab dan membuat kelas menjadi ramai dengan berbagai jawaban.
Kegiatan ini merupakan salah satu strategi pendekatan kepada siswa agar siswa merasa
guru sebagai teman akrab untuk bercerita pengalaman ataupun kendala yang mereka
temukan. Pada kegiatan yang selanjutnya guru meminta siswa memperhatikan gambar
jumlah penduduk dari beberapa negara di buku siswa. Kemudian guru menanyakan
“bagaimana penyebut bilangan pada penduduk Jepang?”. Hanya beberapa orang siswa saja
yang dapat menjawabnya. Kemudian guru menunjukkan media pembelajaran yang sudah
dipersiapkan yaitu rak nilai tempat. Guru menjelaskan bagaimana cara menggunakan rak
nilai tempat tersebut berdasarkan konsep nilai tempat bilangan bulat besar. Guru
menuliskan satu jumlah penduduk Jepang di papan tulis dan mencontohkan dengan
meletakkan kartu bilangan yang sudah disediakan sesuai dengan nilai tempatnya.
Kegiatan observasi siklus II sama dengan observasi siklus I yaitu hasil observasi
kegiatan guru dan siswa selama pembelajaran. Hasil observasi aktivitas guru pada siklus II
ini sudah sangat maksimal. Jika pada siklus I belum ada kegiatan motivasi dan apersepsi,
namun pada siklus II sudah ada. Serta adanya kegiatan bertanya jawab dengan siswa
sebagai pemancing keakraban antara guru dan siswa. Selain itu pada media pembelajaran
juga sudah menarik dengan menggunakan rak nilai tempat yang berwarna-warni sehingga
membuat siswa lebih fokus dengan apa yang disampaikan oleh guru. Selanjutnya pada
kegiatan penutup guru mengajak siswa untuk melakukan ice breaking yang bertujuan untuk
merefresh otak siswa setelah melakukan pembelajaran matematika. Hasil observasi
aktivitas siswa pada siklus II ini sangat responsif dan bersemangat khususnya pada giliran
maju kedepan kelas untuk memasukkan kartu bilangan pada rak sesuai dengan nilai
tempatnya. Selain itu suasana siswa dalam kelas cukup kondusif. Serta mengerjakan lembar
kerja individu sangat tenang dan tidak ramai.
Dari kegiatan Siklus II terlihat bahwa hambatan pada Siklus I hampir seluruhnya
dibongkar dan diselesaikan dengan baik. Guru lebih fleksibel mengkondisikan, memotivasi
dan memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa. Dan mendukung siswa untuk
lebih fokus pada kegiatan pembelajaran. Artinya, mengingat siklus kedua, dapat
disimpulkan bahwa tidak perlu adanya perbaikan atau penelitian pada siklus berikutnya .

Terbukti dari hasil penelitian pada siklus II dengan menggunakan media realistik
berupa rak nilai tempat ditemukan 19 dari 20 orang siswa tuntas dalam materi ini dengan
nilai rata-rata pemahaman 84,5 dan persentase ketuntasan 95%.

PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis penelitian dari data prasiklus yang didapatkan peneliti dapat
dikenali bahwa hasil belajar pemahaman siswa kelas IV SDN 191/VII Pematang Kabau II
masih jauh dari ketuntasan. Hal ini dapat dilihat dari hanya 2 dari 20 orang siswa yang
tuntas.
Pada siklus I dengan menggunakan metode ceramah saja juga dapat dikatakan
belum dapat mencapai ketuntasan. Hal ini dapat dibuktikan dari 5 dari 20 orang siswa
tuntas dalam pembelajaran. Tetap menjalankan peningkatan dari data awal namun masih
belum mencapai persentase ketuntasan yang maksimal. Dengan nilai rata-rata pemahaman
siswa adalah 65 dan persentase ketuntasan adalah 25%.
Selanjutnya pada siklus II terjadi peningkatan yang sangat signifikan. Dengan
menggunakan media pembelajaran berupa rak nilai tempat, nilai rata-rata pemahaman
siswa sudah mencapai 84,5 dengan persentase ketuntasan 95%.
Berdasarkan tindakan yang dilakukan pada Siklus I dan II dengan menggunakan
media pembelajaran nilai tempat untuk meningkatkan pemahaman konsep materi nilai
tempat bilangan bulat besar, dapat dinilai baik dan dipromosikan dari Siklus I ke Siklus II.
Berdasarkan analisis tindakan yang telah dilakukan pada siklus I dan II dengan
memanfaatkan media pembelajaran rak nilai tempat, terjadi peningkatan pemahaman
konsep materi nilai tempat pada bilangan bulat yang signifikan. Hal ini tergolong hasil yang
baik dan meningkat secara signifikan dari Siklus I ke Siklus II. Informasi peningkatan
kinerja siswa juga terekam dalam bentuk grafik sebagai berikut :

DIAGRAM
PENINGKATAN HASIL
BELAJAR
Series1 Series3
84,5
63,5

65
AXIS TITLE

DATA AWAL SIKLUS I SIKLUS II


AXIS TITLE

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan melalui dua
siklus pembelajaran, ditemukan bahwa pemanfaatan media nyata berupa rak nilai tempat
meningkatkan pemahaman konsep siswa. Terlihat dari hasil siklus I, rata-rata pemahaman
siswa dari 65 siswa meningkat menjadi 84,5 pada siklus II. Dan persentase ketuntasan
(25%) pada siklus I meningkat sebesar 90% pada siklus II. Oleh karena itu, pada mata
kuliah IV SDN 191/VII Pematang Kabau II, pemanfaatan media yang realistis seperti rak
nilai tempat telah terbukti berhasil meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi
bilangan bulat besar.

SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa
penggunaan media realistik seperti rak nilai tempat mampu meningkatkan pemahaman
konsep siswa terhadap mata pelajaran matematika khususnya dalam materi nilai tempat
bilangan bulat besar. Maka dari itu, peneliti merekomendasikan beberapa saran sebagai
berikut; (1) Media yang realistis seperti rak nilai tempat yang digunakan oleh peneliti dapat
menjadi opsi untuk memperluas pemahaman siswa yang masih kurang mata pelajaran
matematika. Dalam prakteknya, siswa langsung turun untuk mendapatkan gambaran
tentang materi yang dipelajarinya. Tujuannya adalah untuk memberikan kesempatan
kepada siswa untuk memperluas pemahaman mereka tentang konsep matematika melalui
apa yang telah mereka ketahui secara langsung. (2) Guru bisa mengadopsi berbagai media
realistis di mata pelajaran atau materi yang sesuai untuk meningkatkan rasa partisipasi dan
imajinasi siswa pada proses pembelajaran sehingga suasana kelas tidak membosankan dan
monoton.

DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudijono, 2015, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Putri, Hartono, 2013, Mathematics in The New Zealand Curriculum, New Zealand

Wahyudin Djumanta, 2016, Matematika, Bandung

Drs. Faturochman, 2012, Rumus Lengkap Matematika, Jakarta

Azhar Arshad, 2011, Media Sebagai Alat Pembelajaran, Jakarta

Syaiful Bahari Djamarah, Azwan Zain, 2020, Media Pembelajaran, Jakarta

Hamidjojo, Latuheru, 2013, Media Adalah Perantara, Jakarta


Wiwik Andayani, 2012, Penelitian Tindakan Kelas Alat Peraga Kantong Nilai Tempat,
Surakarta

Reza Ika Savitri, Lise Chamisijatin, Andayani, 2019, Konsep Nilai Tempat, Jakarta

Nur Lailiyah, 2018, Pemahaman Konsep Dengan Pendekatan PMRI, Surabaya

Tiamin, 2016, Menentukan Nilai Tempat Pada Mata Pelajaran Matematika, Surabaya

Yola Ananda, Damri, 2021, Menentukan Nilai Tempat Melalui Media Tangga Pintar,
Sumatra Barat

Ali, Muhammad dan Asrori, 2014, Metodologi & Aplikasi Riset Pendidikan, Jakarta

Kurniawan, Agus Prasetya, 2014. Strategi Pembelajaran Matematika, Surabaya


Susanto Ahmad, 2013, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta

Wijaya, Ariyadi, 2012, Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif Pendekatan


Pembelajaran Matematika, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai