Anda di halaman 1dari 13

Vol. xx, No. xx,Tahun, Hal: ... - ... pISSN: ... , eISSN: ...

EDUKASI
Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan
http://journal.ummgl.ac.id/nju/index.php/edukasi

Penggunaan Media Video Animasi Untuk Meningkatkan Pemahaman


Konsep Pada Siswa Kelas V MI Nurul Huda Baleendah Jawa Barat

Dhita Fuspita Nursabrina1*, Yayan Carlian2, Inne Marthyane Pratiwi3


1,2,3
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, UIN Sunan Gunung Djati Bandung,
Indonesia
Email: dhitanursabrina02@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui penggunaan media video animasi terhadap
kemampuan pemahaman konsep siswa kelas V pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA). Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan pemahaman konsep
siswa yang rendah seperti yang terjadi pada pada siswa kelas V dari 43 siswa terdapat
31 siswa yang tidak mencapai KKM yakni 73% dan 12 siswa yang mendapat skor
KKM yakni sebesar 27%. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas
(PTK) dilakukan sebanyak 3 siklus setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan ialah,
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan pada kelas V
MI Nurul Huda yang terdiri dari 43 siswa. Data penelitian ini diperoleh dengan
menggunakan teknik observasi, tes uraian, serta dokumentasi. Berdasarkan hasil
Penelitian menunjukkan bahwa: 1) pemahaman konsep siswa pada prasiklus
menunjukkan hasil pemahaman yang masih rendah dengan skor rata-rata siswa sebesar
62,51 (cukup) dan hanya terdapat 12 siswa yang melampaui nilai KKM yaitu 75 sebesar
27% (kurang baik), sedangkan masih ada 31 siswa belum mencapai nilai KKM dengan
presentase 73%. 2) penggunaan media video animasi untuk meningkatkan pemahaman
konsep siswa pada mata pelajaran IPA terlaksana dengan baik. Hasil observasi aktivitas
guru sebesar 91% (baik sekali), sedangkan aktivitas siswa sebsar 84% (baik). 3) adanya
peningkatan pemahaman konsep siswa dari setiap siklus yaitu terjadi peningkatan dari
62,51 (cukup) pada prasiklus, kemudian meningkat menjadi 63,84 (cukup) pada siklus I.
Pada siklus II rata-rata pemahaman konsep siswa meningkat menjadi 81,62 (baik) dan
pada siklus III meningkat kembali menjadi 85,35 (baik).

Kata Kunci : IPA, Media Video Animasi, Pemahaman Konsep


ABSTRACT
The aim of the study was to determine the use of animated video media on the ability to
understand concepts of fifth grade students in Natural Sciences (IPA) subjects. This
research is an attempt to increase students' understanding of concepts that are low as
happened to fifth grade students out of 43 students, there were 31 students who did not
reach the KKM, namely 73% and 12 students who received a KKM score, which was
27%. This study used the classroom action research (CAR) method, carried out in 3
cycles, each cycle consisting of four stages, namely planning, action, observation, and
reflection. This research was conducted in class V MI Nurul Huda which consisted of
43 students. The research data were obtained using observation techniques, essay tests,
and documentation. Based on the results of the study, it was shown that: 1) students'
understanding of concepts in pre-cycle showed low understanding with an average
student score of 62.51 (enough) and there were only 12 students who exceeded the KKM
score of 75 by 27% (not good) , while there are still 31 students who have not reached
the KKM score with a percentage of 73%. 2) the use of animated video media to
increase students' understanding of concepts in science subjects is well implemented.
The results of observations of teacher activity were 91% (very good), while student
activity was 84% (good). 3) there was an increase in students' understanding of
concepts from each cycle, namely an increase from 62.51 (enough) in pre-cycle, then
increased to 63.84 (enough) in cycle I. In cycle II, the average understanding of
students' concepts increased to 81.62 (good) and in cycle III it increased again to 85.35
(good).

Keyword : Animation Video Media, Understanding Concepts, Science

PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan komunikasi antara guru dan siswa dengan masing-
masing tugasnya siswa sebagai seorang pelajar dan guru sebagai seorang pendidik.
Pembelajaran juga memiliki arti lain yakni sebuah proses untuk mengupayakan siswa
agar mampu belajar, merasa butuh belajar, dan menjadikan belajar sebagai kebiasaan
yang menarik sehingga mendorong siswa aktif dalam pembelajaran dan diharapkan agar
memperoleh hasil belajar yang maksimal dalam pembelajaran (Sagala, 2007).
Hasil yang maksimal dalam kegiatan pembelajaran harus didukung dengan
pembelajaran yang sesuai dengan tingkat pendidikan, seperti jika pembelajaran
dilaksanakan pada tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI) maka pembelajaran yang
dilaksanakan harus sesuai dengan karakteristik usia anak MI. Pada kenyataanya MI
merupakan tingkat pendidikan awal yang menentukan pembentukan karakter anak di
tingkat selanjutnya, sehingga pada pembelajaran di MI ini harus mampu mengarahkan
siswa agar menumbuhkan pribadi yang cerdas secara akademik, spritual, serta
emosional, dengan menciptakan pembelajaran dengan suasana menyenangkan sesuai
dengan karakterisrik usia siswa di MI. Pembelajaran di MI merupakan pelaksanaan pada
siswa dalam periode transisi dari pertumbuhan masa anak-anak ke fase perkembangan
yang lebih bertahap, maka pada masa inilah siswa dapat mendefinisikan dirinya sebagai
siswa sehingga pembelajaran yang dilaksanakan juga harus memiliki suasana yang
nyaman, efektif, aktif, serta menyenangkan dan berlandaskan pada Al-Qur’an dan As-
Sunnah (Hanafy, 2014).
Pada pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah (MI) terdapat berbagai macam mata
pelajaran salah satunya ialah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, merupakan mata
pelajaran yang berkaitan dengan alam sekitar. Pada mata pelajaran IPA yang diajarkan
di MI memiliki aspek-aspek yang harus dipenuhi seperti contohnya ada salah satu aspek
ialah pemahaman konsep. Menurut Sudjana (2011) pemahaman konsep merupakan
tingkat hasil belajar yang lebih optimal dari pengetahuan yang diberikan, sehingga perlu
adanya kegiatan pengenalan atau mencari tahu agar dapat memahami. Dengan kata lain
siswa dapat memahami suatu konteks yang ada pada materi ajar. Sehingga pemahaman
konsep ini sangatlah penting karena mendorong pemahaman siswa terhadap materi yang
diberikan untuk seluruh mata pelajaran salah satunya adalah mata pelajaran IPA.
Aspek-aspek yang terdapat pada setiap mata pelajaran yang khususnya
pemahaman konsep pada mata pelajaran IPA ini dituntut harus terpenuhi, dengan
demikian untuk memenuhi aspek tersebut maka harus adanya pembelajaran yang
efektif, aktif, dan menyenangkan sehingga hasil pembelajaran menjadi optimal. Namun
pada kenyataannya terdapat banyak kekeliruan dalam melaksanakan pembelajaran
seperti yang dinyatakan oleh Sanjaya (2006) yaitu tidak adanya usaha untuk mengetahui
kemampuan awal siswa sehingga tidak dapat mengetahui siswa telah paham dengan
materi yang akan diajarkan, lalu tidak mengajak siswa untuk berpikir secara kritis
karena jika tujuan pembelajaran hanya untuk sekedar menyampaikan informasi akan
menyebabkan siswa kehilangan motivasi belajarnya, dan kekeliruan yang lainnya ialah
sering menganggap guru sebagai seseorang yang ahli serta dianggap paling bisa dalam
kegiatan menguasai pelajaran, yang sebenarnya pada era sekarang peranan guru
merupakan sebagai pengelola pembelajaran bukan lagi sebagai sumber belajar satu-
satunya sehingga dalam keadaan seperti ini bisa saja guru dan siswa menjadi saling
membelajarkan.
Setelah ditinjau dari permasalahan secara umum mengenai kegiatan pembelajaran,
ternyata ada permasalahan yang seringkali terjadi yaitu seperti yang ditemui setelah
melakukan kegiatan observasi serta wawancara yang diajukan kepada wali kelas di
kelas V MI Nurul Huda Baleendah yaitu Ibu Pipih Hopipah didapat hasil yang
menyatakan bahwa pembelajaran baru menggunakan satu metode yang dianggap mudah
untuk diaplikasikan ialah metode ceramah. Metode ini juga merupakan metode
pembelajaran yang hanya menggunakan satu arah komunikasi sehingga dapat memicu
suasana pembelajaran yang membuat beberapa siswa menjadi cepat bosan dan jenuh,
sehingga menyebabkan pengaruh yang kurang baik terhadap hasil belajar siswa.
Pada pembelajaran kelas V di MI Nurul Huda Baleendah juga belum
menggunakan media pembelajaran berupa video animasi sehingga konsep yang bersifat
abstrak sulit dipahami oleh siswa karena hanya dapat memahami materi dari guru dan
sumber belajar yang telah diberikan. Hal tersebut terjadi dikarenakan pembelajaran
dilaksanakan tanpa bantuan media pembelajaran menurut Lestari, Ariani, & Ashadi
(2014) tujuan dari digunakannya media pembelajaran yaitu mempermudah dalam
menyampaikan materi yang tidak dapat dipikir secara abstrak agar materi tersebut
mudah dimengerti, menarik serta menyenangkan. Metode ceramah jika tidak dibantu
dengan penggunaan media pembelajaran membuat siswa cenderung kurang memahami
materi khususnya pada materi alat pernapasan manusia dan hewan serta fungsinya serta
cara memelihara kesehatan alat pernapasan manusia yang terdapat pada mata pelajaran
IPA karena memiliki konsep yang bersifat abstrak.
Pembelajaran dapat dikatakan berhasil atau tidak dapat diukur dari hasil belajar
siswa dengan melihat keberhasilan seorang siswa dalam melaksanakan pembelajaran
yang akan ditentukan melalui peninjauan yang berlandaskan pada Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang merupakan kriteria paling rendah dalam menyatakan pencapaian
ketuntasan siswa, sehingga jika siswa mengalami kesulitan untuk menerima materi
maka akan sulit juga untuk mencapai nilai di atas kriteria yang telah ditentukan.
Sehingga untuk meningkatkan pemahaman siswa maka dengan adanya penerapan media
yang cocok agar dapat membantu serta meningkatkan pemahaman konsep siswa.
Media yang cocok ialah media video animasi dimana media Video Animasi ialah
media berbasis audio visual yaitu media ini menjadi alat pendukung dalam pelaksanaan
pembelajaran yang implementasinya melalui indera pendengaran dan penglihatan
(Nurmalasari, 2021). Media video animasi ini dapat menyampaikan suatu konsep secara
visual, lalu mampu menarik perhatian siswa dengan mudah. Maka peneliti
menggunakan media berupa video animasi karena media ini dianggap cocok setelah
ditinjau dari pengertian menurut Apriyansah, Sambowo, dan Maulana (2020) dengan
media video animasi dapat membawa pengaruh besar karena materi yang disampaikan
dapat diterima melalui dua sensor indera manusia yaitu mata dan telinga, penuturan
tersebut dikuatkan dengan pernyataan Sudirman (2016) bahwa pengalaman belajar
cenderung diperoleh dari mata yang merupakan indera penglihatan ialah sebesar 75%
dan dengan telinga sebagai indera pendengaran sebesar 13%. Dengan begitu media
video animasi dapat memberikan penjelasan yang lebih jelas dari materi yang sedang
diajarkan, sehingga media video animasi ini dianggap cocok digunakan untuk
peningkatan pemahaman konsep terhadap materi alat pernapasan manusia dan hewan
serta fungsinya dan cara memelihara kesehatan alat pernapasan manusia.

METODE
Penelitian ini bertujuan sebagai upaya dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa
dengan menggunakan media video animasi dengan materi Alat Pernapasan Manusia dan Hewan
serta Fungsinya dan Cara Memelihara Kesehatan Alat Pernapasan Manusia dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif serta jenis penelitian yang digunakan berupa
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran
sekaligus pemahaman konsep siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Penelitian tindakan
kelas ini mengharapkan kualitas pembelajaran menjadi lebih baik, dan juga dilakukan
untuk mencari perbedaan antara pembelajaran yang menggunakan media video animasi
dengan pembelajaran yang dilakukan dengan tidak menggunakan media pembelajaran.
Model desain yang dipakai pada penelitian ini ialah yang dikemukakan oleh
Kemmis dan Mc.Taggart (1988) Model ini bersifat reflektif seperti pada pelaksanaan
dari penelitian ini terdapat dalam beberapa siklus dengan terdiri dari empat langkah
seperti melakukan perencanaan, melakukan tindakan, melakukan pengamatan dan yang
terakhir melakukan refleksi untuk bahan evaluasi di tahap selanjutnya. Jenis data
penelitian ini yaitu memakai data kuantitatif, data ini didapat dari hasil tes uraian dan
lembar observasi kegiatan guru dan siswa. Serta data kualitiatif diperoleh dokumentasi
dan lembar observasi kegiatan siswa dengan sumber data ialah siswa kelas V MI Nurul
Huda Baleendah yang terdiri dari 43 siswa diantaranya terdapat 18 siswa laki-laki dan
25 siswa perempuan. Indikator keberhasilan yang ditetapkan ialah nilai KKM yaitu 75.
Adapun indikator pemahaman konsep yang digunakan pada penelitian ini dapat ditinjau
pada Tabel 1.
Analisis data berasal dari sebuah pengamatan atau observasi maupun hasil tes
yang nantinya dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Tes dalam penelitian
ini berupa tes uraian, selanjutnya dengan instrument non tes yaitu instrument dengan
mengamati suatu keadaan atau observasi dengan tujuan untuk mengamati pelaksanaan
tindakan, dan dengan dokumentasi untuk melampirkan bukti-bukti selama kegiatan
pelaksanaan pembelajaran berlangsung.
Tabel. 1 Indikator Pemahaman Konsep
No. Indikator Keterangan
1. Menafsirkan (Interpreting) Mengubah informasi kedalam bentuk
informasi yang lain (gambar atau narasi)
dengan tidak mengubah arti yang
sesungguhnya dengan lengkap dan tepat
2. Memberikan Contoh Memberikan contoh serta penjelasan dari
(Exemplifying) suatu konsep dengan tepat
3. Mengklasifikasikan Mengkategorikan sebuah konsep, objek
(Classifiying) atau peristiwa dengan tepat
4. Meringkas (Summarizing) Menjelaskan inti dari sebuah konsep atau
informasi dengan tepat
5. Menjelaskan (Explaning) Menjelaskan sebuah konsep dengan
menggunakan sebab akibat dengan tepat

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Data yang diperoleh pada penelitian ini menggunakan teknik observasi, tes uraian
serta dokumentasi. Teknik observasi ini dilakukan untuk melihat aktivitas guru maupun
siswa selama pembelajaran berlangsung selama tiga siklus dengan menggunakan media
video animasi. Adapun tes uraian dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan data
hasil belajar siswa mengenai pemahaman konsepnya terhadap materi yang dipelajari, tes
uraian ini terdiri dari lima soal uraian yang diberikan di setiap akhir siklus. Sedangkan
untuk dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data berupa foto-foto kegiatan
selama pembelajaran pada setiap siklus.
Pembelajaran sebelum menggunakan media video animasi pada mata pelajaran
IPA ini disebut dengan kegiatan prasiklus. Pada kegiatan ini diperoleh data yang
menunjukkan skor rata-rata siswa ialah 61,51 (cukup baik) serta persentase ketuntasan
secara klasikal yang menunjukan 27% (kurang baik) hal tersebut dipicu karena beberapa
siswa yang masih belum memahami kelima soal tes uraian yang diberikan. Sebelum
adanya kegiatan mengisi tes uraian tersebut terlihat beberapa dari siswa yang ada di
kelas tidak memperhatikan materi yang sedang dipaparkan guru, beberapa siswa juga
terlihat kurang antusias serta aktif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga beberapa
siswa lebih asik mengobrol dan asik dengan dunianya sendiri, bahkan terlihat beberapa
siswa yang hanya diam memperatikan jendela kelas, hal ini dapat mempengaruhi
pemahaman siswa pada pelajaran yang dipelajari.
Suasana pembelajaran membuat siswa menjadi bosan, bahkan terlihat
mengantuk karena pembelajaran tidak menekankan siswa untuk turut aktif. Guru dan
lingkungan menjadi hal penting yang dapat membuat suasana pembelajaran menjadi
menyenangkan, sejalan dengan yang dipaparkan indrawati dan setiawan (2009)
pembelajaran yang menyenangkan akan menciptakan suasana yang rileks
membangkitkan minat belajar, siswa bebas dari tekanan, adanya keterlibatan siswa
secara aktif, lingkungan belajar yang menarik, serta perasaan yang bersemangat dan
bergembira, dan konsentrasi yang tinggi, namun jika pembelajaran menjadi tidak
menyenangkan jika siswa merasa tertekan, tidak bersemangat, pembelajaran terkesan
monoton, siswa tidak tertarik terhdap pembelajaran, dan terlihat malas dan bosan.
Kemudian dari hasil jawaban siswa mengenai tes uraian terdapat sebagian siswa
yang tidak memahami materi yang dipelajari, serta beberapa siswa yang tidak mengisi
jawaban dan mengisi jawaban dengan kata-kata yang asal, pengisian pada tes tersebut
dapat menunjukan pemahaman siswa. Sejalan dengan pendapat Hamalik (2002) yang
menyatakan bahwa pemahaman merupakan kemampuan dalam bidang pengetahuan
sehingga untuk menilai suatu kemampuan pemahaman dapat dilakukan dengan tes lisan
ataupun tertulis dengan mengajukan pernyataan benar atau keliru, uraian dengan open
ended serta yang memuat rangkaian kata ataupun contoh. Sehingga jika siswa mengisi
tes uraian dengan kata-kata yang asal siswa tersebut belum memahami materi dengan
baik.
Pembelajaran dengan menggunakan media video animasi menunjukan bahwa
adanya peningkatan pada kemampuan pemahaman konsep seperti hal nya pada siklus I
pemahaman konsep siswa juga telah terlihat adanya peningkatan yang cukup baik,
seperti halnya terdapat beberapa siswa yang sebelumnya belum memperoleh nilai lebih
atau sama dengan KKM kini telah mulai mendapatkan nilai sesuai dengan kriteria yang
telah ditentukan, meski ada juga beberapa siswa yang masih belum mendapat nilai lebih
atau sama dengan KKM. Pada siklus II terlihat bahwa keaktifan siswa dapat
mempengaruhi pemahaman konsep siswa terhadap materi yang dipelajari, karena
dengan keaktifannya menjadikan pembelajaran tersebut bermakna dan memberikan
pengalaman kepada siswa dalam memahami materi yang dipelajarinya, sehingga
pemahaman konsep siswa menjadi meningkat. Pada siklus III juga terdapat peningkatan
pada hasil pemahaman konsep siswa yang terlihat dari bertambahnya siswa yang
memperoleh nilai lebih atau sama dengan nilai kriteria minimal yang telah ditetapkan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan adanya penggunaan media video
animasi dalam sebuah proses pembelajaran membuat siswa menjadi lebih aktif dalam
mencari pengetahuan yang lebih sehingga tingkat pemahaman konsep siswa juga ikut
meningkat sehingga siswa dapat dengan mudah dalam menyelesaikan soal tes uraian
yang diberikan terkait materi yang dipalajari. Berdasarkan pemaparan tersebut
peningkatan pada siswa kelas V MI Nurul Huda dalam segi keaktifan dimulai dari
siklus I sampai dengan siklus terakhir yaitu siklus III dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Peningkatan Aktivitas Siswa dan Guru Pada Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
Data Siklus I Siklus II Siklus III

Aktivitas Guru 76% 90% 91%

Aktivitas Siswa 59% 60% 84%

Adapun hasil analisis data yang menunjukan bahwa adanya peningkatan pada
pemahaman konsep siswa kelas V MI Nurul Huda yang diperoleh dari hasil pengisian
tes uraian yang diberikan dari mulai prasiklus sampai dengan siklus terakhir yaitu siklus
III dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3. Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa Pada Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan
Siklus III
Data Prasiklus Siklus I Siklus II Siklus III

Jumlah 2645 2745 3510 3670

Rata-Rata 61,51 63,84 81,62 85,35

Presentase Klasikal 27% 44% 81% 93%

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan mulai dari siklus I sampai dengan
siklus III keterlibatan guru maupun siswa sangat aktif dan baik meningkat di setiap
siklusnya seperti yang dinyatakan pada Tabel 2. Aktivitas siswa yang meningkat sampai
84% pada siklus III dan juga Aktivitas guru yang meningkat sehingga memperoleh skor
presentase 91% di siklus III. Peningkatan aktivitas guru maupun siswa ini juga
merupakan salah satu faktor penting yang mendukung peningkatan pada pemahaman
konsep siswa seperti yang dijelaskan oleh Susanto (2020) yang menyatakan bahwa guru
memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran untuk membimbing maupun
merencanakan serta melaksanakan kegiatan belajar dengan penguasan materi ataupun
penguasaan metode serta media yang digunakan untuk mendorong siswa untuk
melakuka kegiatan belajar dengan sungguh-sungguh. Adapun pernyataan dinyatakan
oleh Sugandi (2004) yang menjelaskan bahwa keaktifan siswa tidak hanya terlibat
dalam kegiatan fisik yaitu seperti siswa yang hanya duduk melingkar untuk
mengerjakan suatu hal tetapi juga melibatkan psikis siswa dalam membentuk suatu
proses penganalisisan analogi ataupun komparasi dan penghayatan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil evaluasi mengenai pemahaman konsep
siswa dari siklus I sampai dengan siklsu III dengan adanya penggunaan media video
animasi menunjukan bahwa adanya peningkatan pemahaman konsep siswa pada
pelajaran IPA materi alat pernapasan manusia dan hewan beserta fungsinya dan cara
memelihara kesehatan alat pernapasan manusia di kelas V, dimulai dari data siklus I
yang memperoleh skor 63,84 (cukup baik) kemudian meningkat pada siklus II sebesar
81,62 (baik) dan pada siklus III juga meningkat menjadi sebesar 85,35 (baik). Selain
dari data skor rata-rata pemahaman konsep siswa, adapun data mengenai persentase
ketuntasan pemahaman konsep siswa yang menunjukkan adanya peningkatan pada
pemahaman konsep siswa dengan skor persentase secara klasikal yang telah mencapai
93%. (sangat baik). Peningkatan pemahaman konsep siswa tersebut terjadi dari siklus I
yang memperoleh skor persentase klasikal sebesar 44% (cukup baik) lalu siklus II yang
memperoleh skor persentase secara klasikal sebesar 81% (sangat baik). Peningkatan
tersebut tidak berhenti pada siklus II saja peningkatan tersebut berlanjut pada siklus III
yang mendapat persentase skor secara klasikal sebesar 93% (sangat baik).
Sehingga hal tersebut membuktikan bahwa penggunaan media video animasi
dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas V pada mata pelajaran IPA materi
alat pernapasan manusia dan hewan beserta fungsinya dan cara memelihara kesehatan
alat pernapasan manusia. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Zhang Liao dan Li
(2020) yang menjelaskan bahwa media video animasi merupakan media yang dapat
memberikan kemudahan untuk siswa memperoleh pemahamannya serta memperkuat
daya ingat dari penyampaian materi yang ditayangkan dalam sebuah media video
animasi.
Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya melalui pembelajaran dengan
adanya penggunaan media video animasi siswa merasa ingin mencari lebih tahu
mengenai materi yang diamati pada tayangan video yang diamati secara bersama-sama,
sehingga siswa akan secara aktif bertukar pendapat dalam kegiatan tanya jawab ataupun
kegiatan diskusi berkelompok mengenai pemahaman konsepnya mengenai materi yang
telah ditayangkan. Maka media video animasi ini dapat meningkatkan pemahaman
konsep siswa terhadap materi pada mata pelajaran IPA sehingga siswa dapat dengan
mudah menyampaikan pemahamannya baik secara lisan atupun tulisan.
Upaya mengatasi permasalahan yang selalu terjadi pada setiap pembelajaran yaitu
siswa yang kurang antusias dalam proses pembelajaran, tidak mengamati pembelajaran
dengan baik, kurang percaya diri dalam menyampaikan pemahamannya mengenai
materi karena tidak ada dukungan dari suasana pembelajaran yang dibangun oleh guru
atau tidak adanya kesempatan dalam diri siswa untuk menunjukkan dirinya. Oleh sebab
itu dengan adanya penggunaan media baru yaitu menggunakan media video animasi
yang meningkatkan rasa antusias dan rasa ingin tahu siswa terhadap materi melalui
media ini. Adanya bimbingan guru terhadap proses tanya jawab serta diskusi
berkelompok ataupun berpasangan terkait materi yang dipelajari. serta adanya
pemberian motivasi ataupun apresiasi untuk setiap hal yang telah dilaksanakan oleh
siswa. Selaras dengan pendapat Sukiyasa dan Sukoco (2013) yang mengatakan bahwa
penggunaan media video animasi ini memungkinkan untuk membantuk meningkatkan
keefektifitasan serta efisiensi dalam proses pembelajaran sehingga tidak hanya
meningkatkan pemahaman siswa saja tetapi memiliki daya tarik serta menjadi motivasi
siswa dalam ikut serta pada kegiatan belajar.
Selain dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran yang
diajarkan kepada siswa, adanya penggunaan media video animasi sebagai media
pembelajaran ini juga dapat meningkatkan rasa antusiasme siswa terhadap
pembelajaran, meningkatkan rasa percaya diri, serta membuat suasa pembelajaran
menjadi aktif serta menyenangkan. Sehingga dengan kata lain penggunaan media video
animasi ini efektif digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa yang
masih pada kategori rendah seklaigus dengan meningkatkan motivasi dan rasa antusias
siswa dengan membuat siswa merasa percaya diri agar pembelajaran berjalan dengan
optimal. Hal tersebut ditunjukkan dari perolehan skor rata-rata sebesar 85,35 (baik),
serta persentase secara klasikal yang telah melebihi kriteria keberhasilan yang
ditentukan yaitu diperoleh skor persentase secara klasikal sebesar 93% (sangat baik).
Sehingga penggunaan media video animasi ini dianggap efektif sebai upaya dalam
meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pelajaran IPA.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran IPA sebelum menggunakan media
video animasi masih rendah hal tersebut terlihat dari skor rata-rata siswa yang hanya
menunjukan pada angka 62,51 dan persentase siswa yang tuntas hanya menunjukkan
pada 27% termasuk pada kategori “Kurang Baik” karena persentase ketuntasan siswa
berada pada rentang 40%–20%. Menunjukkan adanya peningkatan pada aktivitas guru
maupun siswa serta pada pemahamn siswa. Hal tersebut ditinjau dari hasil aktivitas guru
pada siklus I mendapat persentase 76%, sedangkan hasil aktivitas siswa 59%. Pada
siklus II mendapat persentase aktivitas guru sebesar 90% sedangkan aktivitas siswa
60%, dan pada siklus III persentase aktivitas guru sebesar 91% sedangkan aktivitas
siswa 84%. Pemahaman konsep siswa setelah adanya penggunaa media video animasi
pada mata pelajaran IPA terjadi peningkatan. Hal tersebut ditinjau dari skor rata-rata
siswa pada siklus III yaitu berada pada angka 85,35 skor persentase siswa yang tuntas
menunjukkan pada 93% termasuk pada kategori “Sangat Baik”. Maka dari penjelasan
hasil analisis data tersebut mengandung arti bahwa siswa telah berhasil mencapai
indikator yang telah ditetapkan ialah 75% dengan besar peningkatan pada siklus I
sampai dengan siklus III ialah 49%.

Saran
Penelitian dengan menggunakan media pembelajaran video animasi ini harus
lebih meningkatkan kualitas dari segi gambar, suara, pergerakan animasi, dan
pengolahan materi yang akan dituangkan kedalam bentuk video animasi. Media video
animasi ini tidak hanya untuk materi IPA saja melainkan dapat dikembangkan pada
materi-materi mata pelajaran lainnya yang terdapat ada Madrasah Ibtidaiyah dengan
tujuan untuk memudahkan penyampaian materi yang bersifat abstrak menjadi mudah
dipahami dan diterima oleh siswa. Penelitian dengan media video animasi ini juga dapat
diterapkan pada setiap kelas dimulai dari kelas I sampai dengan kelas VI dengan
menyesuaikan isi video animasi sesuai dengan tingkatan kelasnya. Sehingga diharapkan
sebagai guru dapat mengemas pembelaran dengan lebih menarik kreatif serta bervariatif
dalam meningkatkan perhatiannya terhadap kemampuan siswa dalam mehamai materi
yang menjadi bekal siswa di jenjang-jenjang berikutnya agar siswa mampu
meningkatkan motivasi belajar serta rasa antusias dalam kegiatan belajar, sehingga
dapat serius dalam mengamati sebuah konsep pada materi agar percaya diri dalam
menyampaikan pendapat mengenai pemahamannya serta percaya diri dalam menjawabb
pertanyaan-pertanyaan terkait materi

DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, O. (2002). Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Hanafy, M. S. (2014). Konsep Belajar dan Pembelajaran. Lentera Pendidikan, Vo.17
No.1.
Kemmis, S. &. (1988). The Action Reseacrh Planner. Victoria: Deakin University Press.
Lestari, N. A. (2014). Pengaruh Pembelajaran Kimia Menggunakan Metode Student
Teams Achievement Divisions (Stad) Dan Team Assisted Individualization (Tai)
Dilengkapi Media Animasi Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Asam
Basa Kelas XI Semester Ganjil SMK Sakti Gemolong . Jurnal Pendidikan Kimia
(Jpk).
Muhammad Ridwan Apriansyah, K. A. (2020). Pengembangan Media Pembelajaran
Video Berbasis Animasi Mata Kuliah Ilmu Bahan Bangunan di Program Studi
Pendidikan Teknik Bangunan Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta. Jurnal
pendidikan Teknik Sipil (Jpensil), Vol.9.
Nurmalasari, G. B. (2021). Pengaruh Media Pembelajaran Explee Berbasis Video
Interaktif Sebagai Penguatan Pendidikan Karakter Siswa Sekolah Dasar. Al-Aulad
Journal of Islamic Primary Education 4.
Sagala, S. (2007). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV.ALFABETA.
Sanjaya, W. (2006). Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Bandung: Kencana.
Setiawan, I. d. (2009). Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan : untuk
Guru SD. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (untuk Program bermutu).
Sudjana. (2011). Penilaian Hasil dan proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya.
Sudriman, A. (2016). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo.
Sugandi, A. (2004). Teori Pembelajaran . Semarang: UNNES Press.
Sukoco, K. S. (2013). Pengaruh Media Animasi Terhadap Hasil Belajar Dan Motivasi
Belajar Siswa Materi Sistem Kelistrikan Otomotif. Jurnal Pendidikan Vokasi,
Vol.3.
Susanto, A. (2016). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Zhang. J Liao, G. d. (2020). Combining Active Learning and Local Patch Alignment for
Dara-Driven Facial Animation With Fine-Grained Local Detail. Neurocomputing.

Anda mungkin juga menyukai