Anda di halaman 1dari 29

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN

MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO PADA SISWA KELAS VI SD


MUHAMMADIYAH 7 SURABAYA TAHUN AJARAN 2018 – 2019

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Pemantapan


Kemampuan Profesional (PDGK 4501) sebagai salah satu syarat dalam
menempuh Tugas Akhir Percepatan Program S-1 PGSD

Disusun oleh :
VITRIANI
NIM: 834948876

UPBP-UT PGSD PERCEPATAN PROGRAM S-1 PGSD


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ SURABAYA POKJAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kondisi saat ini yang terjadi di kelas VI SD Muhammadiyah 7,
Kecamatan Wonokromo, di mana hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS
semester 1 tahun pelajaran 2017 – 2018 masih dibawah nilai KKM. Dari
perolehan hasil belajar IPS mengenai upaya mempertahankan kemerdekaan
Indonesia di Kelas VI diketemukan bahwa 60% siswa belum memahami
materi dengan indikator tidak tercapainya Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) mata pelajaran IPS di kelas VI yaitu 80. Berdasarkan hasil analisis
ulangan harian pada pokok bahasan upaya mempertahankan kemerdekaan
Indonesia diketahui sebanyak 9 siswa dari 13 siswa yang terdapat di kelas
VI SD Muhammadiyah 7 mendapatkan nilai 60, hal ini masih jauh diatas
rata-rata nilai KKM yang diinginkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada
kesulitan yang cukup berarti bagi siswa kelas VI dalam menyelesaikan soal
pokok bahasan upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas VI SD
Muhammadiyah 7 Surabaya, sebagian besar siswa tidak terlibat secara aktif
dalam mengikuti pembelajaran IPS. Hal ini dikarenakan guru menggunakan
metode ceramah yang digunakan dari awal hingga akhir proses pembelajaran,
sehingga siswa hanya duduk dan mendengarkan penjelasan guru. Selain itu,
belum digunakannya media oleh guru dalam pembelajaran juga menjadi
faktor penyebab siswa menjadi pasif. Guru hanya menyampaikan materi
berdasarkan buku paket. Ketika proses pembelajaran berlangsung, beberapa
siswa mulai bosan dalam mengikuti pelajaran. Hal ini dapat terlihat ketika
guru menjelaskan di depan kelas, beberapa siswa ramai sendiri, melakukan
aktivitas lain seperti menggambar, melihat keluar kelas, dan bahkan ada
beberapa yang mengantuk di kelas.
Keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VI SD
Muhammadiyah 7 masih belum optimal. Hal ini berdampak pada hasil
belajar siswa yang rendah pada mata pelajaran IPS. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, perlu adanya sebuah metode yang cocok digunakan
untuk membelajarkan IPS. Sebuah metode yang mampu melibatkan peranan
siswa secara aktif dengan memberi pengalaman belajar langsung sehingga
pada akhirnya akan turut meningkatkan hasil belajar. Maka perlu upaya
peningkatan kemampuan melalui upaya–upaya yang dapat dilakukan oleh
guru.
Dari hasil refleksi, diketemukan bahwa masalah tersebut terjadi
karena siswa kelas VI SD Muhammadiyah 7 kurang memahami konsep upaya
memepertahankan kemerdekaan Indonesia serta kurang memperhatikan
penjelasan guru. Hal ini kemungkinan terjadi akibat guru kurang bervariasi
dalam menggunakan media dengan alasan waktu yang banyak tersita untuk
mempersiapkan media serta masih banyaknya materi yang harus disampaikan
kepada siswa sehingga guru menggunakan metode ceramah.
Dengan melihat permasalahan yang ada, maka salah satu alternatif
yang dapat dilakukan guru adalah dengan menerapkan media pembelajaran
yang sesuai sehingga membangkitkan dan meningkatkan kembali hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Media yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah tersebut salah satunya dengan menggunakan media video
dalam pembelajaran. Dengan media video siswa mampu mempelajari sejarah
masa lalu selain dari membaca buku. Media video juga dapat diputar ulang
sesuai kebutuhan siswa sampai dapat memahami materi. Selain itu karena
usia siswa sekolah dasar ada pada tahapan operasional konkret maka media
video membantu siswa memberikan gambaran nyata tentang suatu masalah.
Berdasarkan uraian di atas, hal inilah yang menarik dan penting untuk
dilakukan penelitian. Oleh karena itu, peneliti mengangkat judul,
“Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar IPS Dengan Menggunakan Media
Video pada Siswa Kelas VI SD Muhammadiyah 7 Surabaya Tahun Ajaran
2018 - 2019.”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
peneltian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana aktivitas guru melalui penggunaan media video dalam
pembelajaran IPS tentang upaya mempertahankan kemerdekaan Indoesia di
kelas VI SD Muhammadiyah 7 Surabaya?
2. Bagaimana aktivitas siswa melalui penggunaan media video dalam
pembelajaran IPS tentang upaya mempertahankan kemerdekaan Indoesia di
kelas VI SD Muhammadiyah 7 Surabaya?
3. Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS tentang upaya
mempertahankan kemerdekaan Indoesia di kelas VI SD Muhammadiyah 7
Surabaya?

D. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui aktivitas guru melalui penggunaan media video dalam
pembelajaran IPS tentang upaya mempertahankan kemerdekaan Indoesia di
kelas VI SD Muhammadiyah 7 Surabaya.
2. Untuk mengetahui aktivitas siswa melalui penggunaan media video dalam
pembelajaran IPS tentang upaya mempertahankan kemerdekaan Indoesia di
kelas VI SD Muhammadiyah 7 Surabaya.
3. Untuk mengetahui hasil belajar siswa melalui penggunaan media video
dalam pembelajaran IPS tentang upaya mempertahankan kemerdekaan
Indoesia di kelas VI SD Muhammadiyah 7 Surabaya.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis.
Untuk lebih jelasnya, diuraikan sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti berikutnya.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini bermanfaat bagi siswa, guru, dan
sekolah. Untuk lebih jelasnya, dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Siswa
1) Memudahkan siswa dalam memahami materi karena media video
menyajikan gambaran nyata tentang suatu masalah atau peristiwa.
2) Sebagai motivasi untuk meningkatkan prestasi belajar terutama
belajar IPS.
b. Guru
1) Melalui hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan
guru untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses
pembelajaran melalui media pembelajaran yang bervariasi.
2) Melalui hasil penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Sekolah atau Institusi Pendidikan
Melalui penggunaan media pembelajaran video di SD
Muhammadiyah 7 Surabaya dapat meningkatkan mutu pendidikan
dan menuju pembelajaran yang lebih baik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Keaktifan Belajar
Unsur terpenting dalam keberhasilan proses pembelajaran adalah
terdapat pada keaktifan siswa. Menurut Sudjana (2010) keaktifan siswa
dapat dilihat dari keikutsertaan siswa dalam melaksanakan tugas
belajarnya, terlibat dalam memecahkan masalah, bertanya kepada siswa
lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapi, mencari
informasi untuk memecahkan masalah, melatih diri dalam memecahkan
masalah serta menilai kemampuan diri sendiri dan hasil-hasil yang
diperoleh.
Uno & Mohamad (2011) menjelaskan bahwa dalam proses
pembelajaran siswa diharapkan aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran
untuk berpikir, berinteraksi, berbuat untuk mencoba, menemukan konsep
baru atau menghasilkan suatu karya.
Sadulloh (2011) menjelaskan bahwa interaksi belajar mengajar di
sekolah tidak ada gunanya apabila siswa hanya pasif. Anak yang
melakukan kegiatan fisik seperti menggambar, menulis, dan olahraga
disebut aktif, dan anak yang sedang mencoba menjawab suatu pertanyaan
juga disebut aktif. Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa aktif
artinya giat, baik secara lahiriah maupun rohaniah. Keaktifan ini sangat
penting bagi suatu proses belajar agar lebih bermakna.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka dapat disimpulkan
bahwa keaktifan belajar adalah keterlibatan siswa secara langsung dalam
proses pembelajaran melalui kegiatan berpikir, berinteraksi, dan
berkomunikasi agar pembelajaran lebih bermakna.
2. Hakikat Belajar
Dalam hakikat belajar ini akan dibahas dua hal, yaitu pengertian
belajar, dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.
a. Pengertian Belajar
Menurut Slameto (1995), Belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Jika seseorang belajar
sesuatu sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku
secara menyeluruh dalam sikap ketrampilan dan kemampuannya.
Sementara itu menurut Witherington dalam Purwanto (1977), belajar
adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri
sebagai pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap kebiasaan
atau suatu pengertian.
Loster D. Crow and Crow dalam Kasijan (1984) menyatakan
bahwa belajar adalah perbuatan untuk memperoleh kebiasaan, ilmu
pengetahuan dan berbagai sikap. Sedangkan Suryabrata (1984)
menyatakan bahwa kegiatan belajar mencakup tiga hal yaitu: a)
membawa perubahan, b) terjadi karena didapatkan kecakapan baru,
dan c) terjadi karena ada upaya.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, maka dapat simpulkan
bahwa belajar adalah suatu proses aktivitas manusia secara aktif,
melibatkan unsur jasmani maupun rohani untuk menghasilkan
perubahan-perubahan dalam hal pengetahuan, pemahaman,
keterampilan nilai dan sikap. Perubahan-perubahan itu bersifat relatif
konstan dan menetap sehingga dibutuhkan suatu minat agar
mendapatkan sikap belajar yang baik.
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar.
Menurut Slameto (1995), faktor yang mempengaruhi belajar
dibedakan menjadi dua yaitu faktor intern dan ekstern:
1) Faktor-faktor intern, yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang
sedang belajar, faktor ini meliputi :
a) Faktor jasmani yaitu faktor yang berasal dari anggota badan
individu itu sendiri, faktor jasmani terdiri dari dua macam, yaitu
faktor kesehatan dan cacat tubuh
b) Faktor psikologis yaitu faktor yang mempengaruhi kejiwaan
setiap individu. Faktor psikologis terdiri dari inteligensi
(kecakapan), perhatian (keaktifan jiwa), minat (keinginan),
bakat (kemampuan yang dimiliki sejak lahir), kematangan
(pertumbuhan dan alat-alat sudah sia) dan kesiapan (kesediaan
memberi respon)
c) Faktor kelelahan, yaitu faktor yang disebabkan karena daya
fisiknya menurun, kelelahan ada dua macam, yaitu kelelahan
jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul
kecenderungan untuk membaringkan tubuh. dan kelelahan
rohani dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga
minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
2) Faktor ekstern
Faktor ekstern yang mempengaruhi belajar siswa dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan
faktor masyarakat. Hal ini senada dengan pendapat Ki Hajar
Dewantara yang dikutip oleh Siswoyo (2008) membedakan
lingkungan pendidikan berdasar pada kelembagaannya, yaitu :
a) lingkungan keluarga
b) lingkungan perguruan/ sekolah dan
c) lingkungan pergerakan/ organisasi pemuda.
Lingkungan tersebut dikenal dengan istilah Tri Pusat Pendidikan
3. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan sebuah pencapaian akhir yang dicapai dari
sebuah proses pembelajaran. Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik
hasil belajar yang berbeda. Hal ini dimaksudkan untuk menjadikan siswa
manusia seutuhnya. Hasil belajar ini harus bersifat menetap dan tertanam
kuat dalam diri siswa sehingga menjadi kepribadian siswa itu sendiri.
Suprijono (2009) menjelaskan hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan
keterampilan. Secara garis besar klasifikasi hasil belajar terbagi menjadi
tiga ranah menurut Benyamin Bloom dalam Sudjana (2005), yaitu:
a. Ranah kognitif, yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan,
menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.
b. Ranah afektif, yaitu berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek,
yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penelitian, organisasi, dan
internalisasi.
c. Ranah psikomotorik, yaitu berkenaan dengan hasil belajar keterampilan
dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni
gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,
keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan
gerakan ekspresif dan interpretatif
Gagne dalam Sumantri (1998) membagi jenis hasil belajar
menjadi lima kategori yang meliputi :
a) verbal information (informasi verbal), pengetahuan dalam arti
informasi dan fakta
b) intellectual skills (ketrampilan skill), tergantung pada kapasias
intelektual kecerdasan seseorang dan pada kesempatan belajar yang
tersedia.
c) cognitive stategies (strategi kognitif), mengatur cara belajar dan
berfikir seseorang di dalam arti seluas-luasnya, termasuk
kemampuan memecahkan masalah.
d) attitude (sikap), berhubungan dengan arah serta intensitas
emosional yang dimiliki seseorang
e) motor skills (keterampilan motorik), keterampilan motoric yang
diperoleh di sekolah seperti keterampilan menulis, mengetik,
menggunakan jangka dan sebagainya.
Dari berbagai pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah tingkat kemampuan dan perubahan tingkah laku yang
dicapai siswa setelah proses belajar mengajar. Hasil belajar dapat
dibedakan menjadi 3 ranah yang mencakup kognitif, afektif, dan
psikomotorik.

C. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)


1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah. Sapriya (2009), mata pelajaran IPS
merupakan sebuah nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran
sejarah, geografi, dan ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya. Ciri
khas IPS sebagai mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah adalah sifat terpadu (integrated) dari sejumlah mata pelajaran
dengan tujuan agar mata pelajaran ini lebih bermakna bagi siswa sehingga
pengorganisasian materi atau bahan pelajaran disesuaikan dengan
lingkungan, karakteristik, dan kebutuhan siswa.
Jarolimek dalam Masitoh, Susilo, dan Soewarso (2010)
mengemukakan bahwa “IPS adalah ilmu yang mengkaji manusia dalam
hubungannya dengan lingkungan sosial dan fisik”. IPS dapat dikatakan
suatu ilmu yang mengemukakan adanya hubungan antara manusia yang satu
dan yang lain (hubungan sosial) serta lingkungan sekitar. Sementara
menurut Kosasih dalam Solihatin dan Raharjo (2008), “IPS adalah Ilmu
yang membahas hubungan antara manusia dan lingkungannya”. Hubungan
tersebut yaitu adanya interaksi positif sesama manusia dengan lingkungan
sekitar.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari mata pelajaran Sejarah,
Geografi, dan Ekonomi, serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya yang
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang
berkaitan dengan manusia dan dunia sekelilingnya serta merupakan bentuk
pengetahuan yang mengajarkan siswa tentang nilai-nilai dan sikap agar
dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar
2.Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar (SD)
Scunche dalam Ali, dkk (2007) menguraikan bahwa “program
pembelajaran IPS harus mampu memberikan pengalaman-pengalaman
belajar dalam serangkaian aktivitas dan pengalaman belajar mampu
memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk terlibat dalam proses
memecahkan masalah di dalam lingkungan belajar yang dibuat sebagaimana
realitas yang sesungguhnya.
Menurut Masitoh, Susilo, dan Soewarso (2010), Pembelajaran IPS di
SD disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa sekolah dasar dan
melalui pelajaran IPS siswa dapat diperkenalkan kepada masalah-masalah
social. Mereka dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
kepekaan untuk menghadapi hidup dengan tantangan-tantangannya.
Akhirnya mereka diharapkan mampu bertindak secara rasional dalam
memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapinya.
Jadi, pembelajaran IPS di SD disesuaikan dengan tingkat
perkembangan siswa tersebut. Sementara siswa SD belum banyak
mengetahui permasalahan-permasalahan sosial di lingkungan sekitar.
Dengan adanya pembelajaran IPS di SD, siswa akan lebih banyak belajar
tentang masalah sosial yang bermunculan. Mereka akan memperoleh
pengetahuan, sikap, dan keterampilan memecahkan permasalahan sosial
yang ada di lingkungan sekitar.
D. Materi Upaya Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
1. Usaha mempertahankan kemerdekaan indonesia
Sebelum memperoleh kemedekaan, bangsa Indonesia terlebih
dahulu memproklamasikan kemerdekaannya yang dikenal dengan
“Proklamasi Kemerdekaan”. Proses ini berawal dari terdengarnya berita
kekalahan Jepang dari pihak sekutu, seketika juga kelompok pemuda
mendesak Sukarno-Hata untuk segera memproklamasikan kemerdekaan
Bangsa Indonesia. Akan tetapi dengan alasan menunggu janji Jepang
untuk memberikan kemerdekaan Indonesia, Sukarno-Hata tidak dengan
segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Hal inilah yang
mendorong para pemuda melakukan aksi penculikan terhadap Sukarno-
Hata ke Rengasdengklok yang akhirnya dikenal dengan “Peristiwa
Rengasdengklok”. Proses perumusan teks prokalamasi kemerdekaan
bertempat di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda dengan tujuan
keamanan dan tidak terganggu oleh pihak Jepang.
Upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia melalui berbagai
upaya, yaitu perlucutan senjata Jepang, menghadapi tentara sekutu dan
NICA, serta perjuangan politik untuk mendapatkan pengakuan
internasional. Kedatangan pihak sekutu ke Indonesia dengan tujuan
melepaskan tawanan perang tentara sekutu dari Jepang dan melucuti
tentara Jepang pada awalnya diterima dengan baik oleh rakyat Indonesia.
Namun setelah tahu kedatangan sekutu diboncengi oleh NICA
(Netherlands Indies Civil Administration) dengan tujuan Belanda ingin
menguasai kembali wilayah Indonesia, akhirnya terjadilah konflik di
berbagai daerah di Indonesia. Pada masa itu Belanda melalui pemimpin
Van Mook membentuk Negara-negara bagian, yaitu NIT (Negara
Indonesia Timur), Negara Pasundan, Daerah Istimewa Borneo Barat,
Negara Madura, Negara Sumatra Timur, Negara Jawa Timur.
2. Perjuangan Bersenjata dalam Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
a. Pertempuran Lima Hari di Semarang (14-19 Oktober 1945)
Pada peristiwa ini gugur Dokter Karyadi yang ditembak
pasukan Jepang. Akhirnya pecah perang antara pasukan Jepang dengan
rakyat Indonesia dan pasukan Jepang yang mengakibatkan banyaknya
korban.
b. Peristiwa heroik di Surabaya
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 10 November 1945 diawali
dengan ultimatum dari pasukan sekutu (Inggris) pada bangsa
Indonesia untuk menyerahkan senjata dengan membawa bendera putih
sebagai tanda menyerah pada sekutu sebagai akibat tewasnya Brigjen
Mallaby. Namun sampai batas waktu yang dijanjikan tidak diindahkan
akhirnya terjadilah pertempuran yang mengakibatkan banyaknya jatuh
korban.
c. Bandung Lautan Api
Peristiwa ini terjadi pada bulan Oktober 1945 ketika pasukan
sekutu memasuki kota Bandung untuk mengambil alih tawanan Jepang
dan melucuti senjata mereka. Pihak Sekutu juga meminta Indonesia
untuk menyerahkan senjata yang berhasil dirampas dari pihak Jepang.
Namun permintaan itu tidak dihiraukan oleh Indonesia akhirnya
tanggal 23 Maret 1946 meletuslah pertempuran tersebut. Adanya
perintah dari pusat untuk mengosongkan kota Bandung, akhirnya
pasukan meninggalkan kota Bandung dengan terlebih dahulu
membumihanguskan kota Bandung bagian selatan.
d. Peristiwa Medan Area
Peristiwa ini bermula dengan kedatangan pasukan sekutu yang
diboncengi NICA pada tanggal 9 Oktober 1945. Kedatangan mereka
yang bermaksud untuk memperkuat pasukan Westerling (Belanda)
yang diterjunkan sebelumnya akhirnya memberikan kesimpulan bahwa
Belanda bermaksud untuk menjajah kembali. Akhirnya terjadi
ketegangan-ketegangan yang menimbulkan konflik antara Inonesia
dengan Belanda.
e. Pertempuran Ambarawa
Pertempuran ini terjadi pada tanggal 15 Desember 1945 antara
pasukan Inggris (Sekutu) melawan pasukan Indonesia (Divisi V
Banyumas) di bawah Kolonel Soedirman. Dalam pertempuran itu
pasukan Indonesia berhasil memukul mundur pasukan Inggris. Untuk
mengenangnya didirikan Monumen Palagan Ambarawa.
f. Pertempuran Puputan Margarana di Bali
Puputan artinya perang habis-habisan. Perang ini terjadi pada
tanggal 26 November 1946 antara pasukan Belanda dan rakyat Bali.
Dalam peperangan ini tokoh Ngurah Rai dan seluruh pasukannya
gugur.
g. Agresi Militer Belanda I
Terjadi tanggal 21 Juli 1947 di mana Belanda telah melanggar
Perjanjian Linggarjati dengan melancarkan serangan secara tiba-
tiba. Serangan tersebut diarahkan di kota-kota besar di Jawa dan
Sumatra terutama daerah minyak dan perkebunan.
h. Agresi Militer Belanda II
Terjadi pada tanggal 19 Desember 1948 di Yogyakarta.
Serangan ini telah melanggar Perjanjian Renville. Melihat hal ini,
Sukarno dan Hata mengirim radiogram kepada Mr Syarifudin
Prawiranegara yang berkunjung di Bukittinggi Sumatra untuk segera
membentuk pemerintahan darurat RI di Bukittinggi.
3. Beberapa Perjuangan Melalui Jalur Diplomasi (Perundingan).
a. Perundingan Soekarno – Van Mook
Pertemuan dimulai tanggal 23 Oktober 1945 di Gambir. Dalam
perundingan ini tidak menghasilkan apa-apa, namun sebagai langkah awal
merintis jalan perundingan selanjutnya.
b. Pertemuan Sutan Syahrir – Van Mook Pertama
Pertemuan ini juga tidak menghasilkan keputusan apa-apa karena Belanda
tetap berpegang teguh pada isi pidato Ratu Wilhelmina tanggal 7
Desember 1942.
c. Perundingan Hooge Veluwe
Perundingan ini terjadi tanggal 14 – 21 April di Hooge Veluwe di kota
kecil Belanda. Perundingan ini menemui jalan buntu yang
mengakibatkan hubungan Indonesia– Belanda semakin memburu.
d. Perundingan Linggarjati
Perundingan ini menghasilkan :
1) Belanda mengakui kekuasaan de facto RI atas Jawa, Madura, dan
Sumatra.
2) Pemerintah Belanda bersama RI akan bersama-sama mendirikan
Negara Indonesia Serikat (NIS) tanggal 1 Januari 1949
3) RI dan Belanda merupakan satu uni (gabungan) yang dikepalai Ratu
Belanda
e. Perundingan Renville
Hasil dari perundingan ini :
1) Akan dibentuk RIS (Republik Indonesia Serikat)
2) Belanda akan tetap berkuasa di Indonesia sampai saat penyerahan
kedaulatan.
3) Kedudukan RIS sejajar dengan Belanda
4) RI merupakan bagian dari RI
5) Pasukan RI harus ditarik keluar dari daerah pendudukan yang berhasil
direbutnya.
6) RI harus mengakui daerah yang berhasil diduduki Belanda sejak Agresi
Militer Belanda Pertama.
f. Perundingan Roem Royen
Hasil pertemuan ini :
1) Angkatan bersenjata Indonesia akan menghentikan semua aktivitas
gerilya
2) Pemerintah RI dikembalikan ke Yogyakarta
3) Pemerintah RI akan menghadiri KMB
4) Angkatan bersenjata Belanda akan menghentikan semua operasi
militer dan membebaskan tawanan perang

g. Perundingan KMB (Konferensi Meja Bundar)


Hasil KMB adalah :
1) Belanda mengakui kedaultan RIS (Republik Indonesia Serikat)
kecuali wilayah Irian Barat yang akan diselesaikan dalam waktu satu
tahun.
2) Dibentuknya UNI Indonesia-Belanda dengan monarchi Belanda
sebagai Kepala Negara.
3) Hutang Hindia Belanda diambil alih oleh RIS.

E. Pengertian Media Video


1. Pengertian Media Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai
edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan siswa. Interaksi
yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum
pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar melakukan kegiatan
pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya
guna kepentingan pengajaran. Posisi guru sebagai pendidik dituntut untuk
selalu inovatif dan kreatif dalam berbagai hal, termasuk dalam
menyampaikan mata pelajaran agar mudah dicerna para siswa. Salah
satunya adalah menggunakan media pembelajaran yang sesuai dan diminati
oleh banyak siswa.
Menurut Djamarah dan Zain (2013) media pembelajaran
merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Sesuai
dengan pendapat Romiszowski dalm Basuki dan Farida (1991) yang
mengatakan media ialah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber
pesan (yang dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan. Pesan
yang disalurkan oleh media dari sumber pesan ke penerima pesan itu ialah
isi pelajaran yang berasal dari kurikulum yang disampaikan oleh guru
kepada siswa. Gerlach & Ely dalam Azhar (2013) mengatakan bahwa
media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau
kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap. Secara lebih khusus,
pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan
sebagai alat- alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap,
memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal menurut
Azhar ( 2013).
Gagne dan Briggs dalam Azhar( 2013) secara implisit
mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik
digunakan untuk menyampaikan materi pengajaran, yang terdiri dari antara
lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide
(gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan computer.
Dari pendapat para ahli dapat penulis simpulkan media ialah
komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi
instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk
belajar.

2. Media Video
Video termasuk ke dalam media audio visual. Azhar (2013)
mengemukakan bahwa pengajaran melalui audio- visual adalah produksi
dan penggunaan materi yang penyerapannya melalui pandangan dan
pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata
atau simbol- simbol yang serupa. Basuki dan Farida (1991) mengatakan
bahwa media audio visual ini tidak saja dapat menyampaikan pesan- pesan
yang lebih rumit, tapi juga lebih realistis.
Media audio visual adalah merupakan media perantara atau
penggunaan materi dan penyerapannya melalui pandangan dan
pendengaran sehingga membangun kondisi yang dapat membuat siswa
mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
Media audio visual yang sering digunakan di sekolah- sekolah
adalah film dan video. Azhar (2013) mengatakan bahwa film atau gambar
hidup merupakan gambar- gambar dalam frame dimana frame demi frame
diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar
terlihat gambar itu hidup. Sedangkan video dapat menggambarkan suatu
objek yang bergerak bersama- sama dengan suara alamiah atau suara yang
sesuai.
Andi (2013) mengatakan menurut KBBI (2006), video diartikan
sebagai rekaman gambar hidup atau program televisi lewat tayangan
pesawat televisi. Atau dengan kata lain video merupakan tayangan gambar
bergerak yang disertai dengan suara. Andi (2013) juga mengatakan bahwa
bahan ajar audio visual merupakan bahan ajar yang mengkombinasikan
dua materi yaitu materi visual dan materi auditif. Dengan kombinasi dua
materi ini, guru dapat menciptakan proses pembelajaran yang lebih
berkualitas, karena komunikasi berlangsung secara lebih efektif.
Berdasarkan pengertian menurut beberapa ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa video merupakan salah satu jenis media audio-visual
dan dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-sama
dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Video menyajikan informasi,
memaparkan proses, menjelaskan konsep yang rumit, mengajarkan
keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan mempengaruhi
sikap.

F. Kerangka Berpikir
Peningkatan keaktifan siswa dan hasil belajar di kelas selain menggunakan
metode belajar yang tepat, juga bisa terbantu dengan menggunakan media
pembelajaran yang tepat. Dalam pembelajaran sejarah saat ini menggunakan
media video sangat membantu dalam meningkatkan keaktifan siwa dan hasil
belajar siswa. Penggunaan media video ini dapat membangkitkan rangsangan
siswa karena mengoptimalkan semua indera sehingga pembelajaran lebih
menarik dan menyenangkan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.

1. Kurangnya penggunaan media


pembelajaran yang tepat
2. Pemahaman materi berkurang

Penelitian Tindakan Kelas

Media Video

1. Keaktifan guru
2. Keaktifan siswa
3. Hasil Belajar Siswa
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subyek, Tempat, Waktu Penelitian, Pihak Yang Membantu


1. Subjek

Subjek untuk pelaksanaan penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 6


di SD Muhammadiyah 7 Surabaya dengan jumlah siswa sebanyak 13 anak,
yang terdiri dari 5 anak laki-laki dan 8 anak perempuan.
2. Tempat
Tempat atau lokasi penelitian bertempat di SD Muhammadiyah , Jl
Jagir Sidomukti VI D / 4-5, Kelurahan jagir kecamatan Wonokromo Kota
Surabaya
3. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu satu bulan
yaitu bulan Maret 2018. Adapun pelaksanaan penelitian, siklus I tanggal
11 Oktober 2018, siklus II tanggal 17 Oktober 2018 dan siklus III tanggal
24 Oktober 2018.
No Siklus Waktu Pelaksanaan
1 Siklus I 11 Oktober 2018
2 Siklus II 17 Oktober 2018
3 Siklus III 24 Oktober 2018.
Tabel 3.1 waktu pelaksanaan penelitian
Pihak yang Membantu
Dalam penelitian ini guru bekerja sama dengan mitra kolaborasi,
yaitu teman sejawat (sekaligus bertindak sebagai Penilai 2). Hal ini
dimaksudkan agar konsentrasi guru dalam mengajar tetap fokus, tidak
terpecah dengan hal lain. Pihak lain yang membantu di antaranya pihak
SD Muhammadiyah 7 Surabaya khususnya Kepala Sekolah, SDN
Siwalankerto II/ 419 Surabaya selaku Supervisor II, dan Universitas
Terbuka.
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), sehingga
mekanisme kerjanya diwujudkan dalam bentuk siklus di mana pada penelitian
kali ini direncanakan 3 siklus. Setiap siklus terdiri empat tahap, yaitu tahap
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Gambaran kerangka
berpikirnya sebagia berikut:

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

observasi

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Observasi

Perencanaan

Refleksi SIKLUS III Pelaksanaan

Observasi

Kesimpulan

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas


Arikunto ( 2006)
Rancangan prosedur Penelitian Tindakan Kelas diuraikan sebagai berikut:
Siklus I
1. Prosedur Pelaksanaan Siklus I
a. Tahap perencanaan tindakan
Pada tahap ini, peneliti menyiapkan beberapa kegiatan pembelajaran
untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan. Dalam siklus ini,
mempersiapkan proses pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Mengidentifikasi masalah yang ada dalam pembelajaran IPS di kelas 6
SD Muhammadiyah 7 Surabaya melalui kegiatan observasi.
2) Merancang waktu penelitian.
3) Menganalisis kurikulum yang disesuaikan dengan materi
pembelajaran.
4) Menyusun perangkat pembelajaran.
5) Menyusun alat evaluasi, yang berupa instrumen penelitian yang
meliputi lembar observasi (aktivitas guru dan siswa), Lembar Kerja
Siswa (LKS), serta lembar evaluasi.
b. Tahap pelaksanaan tindakan
Tahapan ini merupakan tahapan inti dari kegiatan penelitian. Pada
tahapan ini tindakan yang dilakukan guru adalah melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang sesuai dengan apa yang telah dirancang pada tahap
perencanaan, mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian,
yaitu hasil belajar siswa.
c. Tahap pengamatan
Observasi merupakan tahap pengamatan yang dilakukan oleh
pengamat dalam hal ini adalah supervisor (pengamat 1) dan teman sejawat
(pengamat 2) dalam proses pembelajaran. Hal-hal yang diamati sesuai
dengan instrument pengamatan yang telah dirancang oleh peneliti
d. Refleksi
Tahap refleksi merupakan kegiatan untuk menganalisis dan
mengevaluasi serta interpretasi terhadap informasi dan data yang diperoleh
dari kegiatan pengamatan. Dalam tahap ini akan didiskusikan masalah-
masalah, kendala-kendala yang ditemukan, dianalisis dan dicari
pemecahannya. Kemudian dirancang sebuah perencanaan untuk
memperbaiki hal-hal yang kurang memuaskan. Dari hasil tersebut,
diterapkan pada siklus selanjutnya hingga dapat diperoleh bahan sebagai
penyusun siklus berikutnya.

Siklus II
2. Prosedur Pelaksanaan Siklus II
a. Tahap perencanaan tindakan
Pada tahap ini, peneliti menyiapkan beberapa kegiatan pembelajaran
untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan. Dalam siklus ini,
mempersiapkan proses pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Mengidentifikasi masalah yang ada dalam pembelajaran IPS di kelas
kelas 6 SD Muhammadiyah 7 Surabaya melalui kegiatan observasi.
2) Merancang waktu penelitian.
3) Menganalisis kurikulum yang disesuaikan dengan materi
pembelajaran.
4) Menyusun perangkat pembelajaran.
5) Menyusun alat evaluasi, yang berupa instrumen penelitian yang
meliputi lembar observasi (aktivitas guru dan siswa), Lembar Kerja
Siswa (LKS), serta lembar evaluasi.
b. Tahap pelaksanaan tindakan
Tahapan ini merupakan tahapan inti dari kegiatan penelitian. Pada
tahapan ini tindakan yang dilakukan guru adalah melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang sesuai dengan apa yang telah dirancang pada tahap
perencanaan, mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian,
yaitu hasil belajar siswa.
c. Tahap pengamatan
Observasi merupakan tahap pengamatan yang dilakukan oleh
pengamat dalam hal ini adalah supervisor (pengamat 1) dan teman sejawat
(pengamat 2) dalam proses pembelajaran. Hal-hal yang diamati sesuai
dengan instrument pengamatan yang telah dirancang oleh peneliti
d. Refleksi
Tahap refleksi merupakan kegiatan untuk menganalisis dan
mengevaluasi serta interpretasi terhadap informasi dan data yang diperoleh
dari kegiatan pengamatan. Dalam tahap ini akan didiskusikan masalah-
masalah, kendala-kendala yang ditemukan, dianalisis dan dicari
pemecahannya. Kemudian dirancang sebuah perencanaan untuk
memperbaiki hal-hal yang kurang memuaskan. Dari hasil tersebut,
diterapkan pada siklus selanjutnya hingga dapat diperoleh bahan sebagai
penyusun siklus berikutnya.

Siklus III

3. Prosedur Pelaksanaan Siklus III


a. Tahap perencanaan tindakan
Pada tahap ini, peneliti menyiapkan beberapa kegiatan pembelajaran
untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan. Dalam siklus ini,
mempersiapkan proses pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Mengidentifikasi masalah yang ada dalam pembelajaran IPS di kelas 6
SD Muhammadiyah 7 Surabaya melalui kegiatan observasi.
2) Merancang waktu penelitian.
3) Menganalisis kurikulum yang disesuaikan dengan materi
pembelajaran perbandingan.
4) Menyusun perangkat pembelajaran.
5) Menyusun alat evaluasi, yang berupa instrumen penelitian yang
meliputi lembar observasi (aktivitas guru dan siswa), Lembar Kerja
Siswa (LKS), serta lembar evaluasi.
b. Tahap pelaksanaan tindakan
Tahapan ini merupakan tahapan inti dari kegiatan penelitian. Pada
tahapan ini tindakan yang dilakukan guru adalah melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang sesuai dengan apa yang telah dirancang pada tahap
perencanaan, mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian,
yaitu hasil belajar siswa.
c. Tahap pengamatan
Observasi merupakan tahap pengamatan yang dilakukan oleh
pengamat dalam hal ini adalah supervisor (pengamat 1) dan teman sejawat
(pengamat 2) dalam proses pembelajaran. Hal-hal yang diamati sesuai
dengan instrument pengamatan yang telah dirancang oleh peneliti
d. Refleksi
Tahap refleksi merupakan kegiatan untuk menganalisis dan
mengevaluasi serta interprestasi terhadap informasi dan data yang
diperoleh dari kegiatan pengamatan. Dalam tahap ini akan didiskusikan
masalah-masalah, kendala-kendala yang ditemukan serta hasil yang
dicapai. Dari hasil tersebut, data akan dianalisis dan diolah yang akan
disimpulkan sebagai hasil penelitian ini.
C. Teknik Analisis Data
1. Data dan Instrumen Penelitian
a. Data Penelitian
Beberapa data yang akan diperoleh sesuai rancangan perencanaan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1) Observasi aktivitas guru dan siswa
Selama pembelajaran berlangsung, aktivitas yang dilakukan guru
dan siswa diamati oleh pengamat dalam hal ini adalah supervisor
dan teman sejawat guru. Pengamat memberikan penilaian dengan
mengisi lembar observasi aktivitas guru dan siswa yang telah
disiapkan oleh peneliti sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung
dengan memberi tanda chek list pada kolom yang tersedia. Tujuan
dari observasi ini untuk mengumpulkan data aktivitas siswa dan
guru selama proses pembelajaran berlangsung, dan kendala-
kendala yang dihadapi guru dalam penggunaan media video.
2) Tes hasil belajar
Soal tes hasil belajar disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang
telah ditentukan oleh peneliti bersama guru. Tes yang diberikan
berupa soal-soal peneliti menggunakan bentuk tes untuk
mengetahui hasil belajar siswa. Tes ini dilakukan pada akhir
pembelajaran.
b. Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam pengumpulan data
penelitian ini sebagai berikut:
1) Lembar observasi aktivitas guru, yaitu berupa lembaran yang harus
diisi pengamat dan digunakan untuk mengetahui observasi aktivitas
guru dalam proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
media video
2) Lembar observasi aktivitas siswa, yaitu berupa lembaran yang harus
diisi pengamat dan digunakan untuk mengetahui observasi aktivitas
siswa dalam proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
media video
3) Lembar tes, yaitu berupa beberapa soal untuk mengukur kemampuan
siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan media video
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi pada umumnya digunakan untuk memperoleh data mengenai
perilaku individu atau proses kegiatan tertentu Sudjana (2009).
Observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar
misalnya tingkah laku siswa pada belajar, tingkah laku guru pada waktu
mengajar, kegiatan diskusi siswa, partisipasi siswa dalam simulasi dan
penggunaan alat peraga pada waktu belajar. Pada penelitian ini penulis
melakukan observasi untuk mengamati aktifitas siswa pada saat
pembelajaran berlangsung yaitu dari tahap awal sampai akhir.

b. Tes
Digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada materi
pembelajaran yang disampaikan. Materi tes dibuat penulis dengan
memperhatikan buku panduan mata pelajaran Bahasa Indonesia.

3. Teknik Analisa Data


a. Analisis hasil observasi
Hasil observasi diperoleh dari pengamat yaitu supervisor 2 dan teman
sejawat guru yang telah mengisi lembar observasi saat mengamati
proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti. Analisis ini
dilakukan pada hasil observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa.
Analisis hasil observasi ditentukan dengan menggunakan rumus:

P = ∑F X 100 %
N

Keterangan:
P = persentase aktivitas guru / siswa
F = jumlah kegiatan yang terlaksana
N = jumlah nilai maksimal keseluruhan aktivitas (Sumadi, 2010)
Tingkat keberhasilan ditentukan dengan menggunakan kriteria penilaian
sebagai berikut:
80% - 100% dinyatakan sangat baik
66% - 79% dinyatakan baik
56% - 65% dinyatakan cukup
0% - 55% dinyatakan kurang
b. Analisis data tes hasil belajar
Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa digunakan instrumen tes
hasil belajar siswa. Penentuan ketuntasan berdasarkan penilaian acuan
patokan, yaitu sejauh mana kemampuan yang ditargetkan dapat
dikuasai siswa dengan cara menghitung proporsi jumlah siswa yang
menjawab dengan tuntas dibagi dengan jumlah siswa seluruhnya. Siswa
dikatakan tuntas dalam pembelajaran IPS menuliskan perbandingan
apabila mendapat nilai minimal ≥ 75 yang merupakan KKM. Adapun
penelitian tindakan kelas ini dalam menghitung persentase ketuntasan
belajar, menganalisis dengan menggunakan rumus:

Siswa yang tuntas belajar


P= X 100 %
Siswa

Kriteria tingkat keberhasilan siswa sebagai berikut:


≥ 80% = sangat tinggi
60 – 79% = tinggi
40 – 59% = sedang
20 – 39% = rendah
<20% = sangat rendah
(Sugiyono, 2008)
4. IndikatorKeberhasilan
Indikator kinerja disusun berdasarkan aktivitas guru dan siswa
selama kegiatan belajar mengajar yang mengindikasikan munculnya
keingintahuan mereka sehingga meningkatkan hasil belajar mata pelajaran
IPS sebagaimana terinci dalam tabel berikut:
Tindakan perbaikan dinyatakan berhasil apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut :
a. Dalam kegiatan pembelajaran ativitas guru mencapai keberhasilan lebih
dari atau sama dengan 80%.
b. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran mencapai keberhasilan
lebih dari atau sama dengan 80%.
c. Siswa dikatakan tuntas belajar apabila nilai siswa sudah mencapai nilai
ketuntasan minimal, yaitu 80% dari jumlah seluruh siswa dalam kelas.

Anda mungkin juga menyukai