Anda di halaman 1dari 9

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN SCRAMBLE UNTUK SISWA KELAS IV

Mery Chrisna Manik1, Mhd Ihsan Syahaf Nasution2, Moh. Zainudin3


1)
Mahasiswa Program Studi PGSD, Fakultas KependidikanIlmu Pendidikan Universitas
Terbuka
2)
Dosen PKP Program Studi PGSD, Fakultas KependidikanIlmu Pendidikan Universitas
Terbuka
3)
Tutor Karya Ilmiah Universitas Terbuka 3

Email: merychrisna@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar PKn siswa kelas IV SDN 091270 AFd
13 Laras. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar PKn melalui penerapan model
pembelajaran scramble kelas IV di SD 091270 AFd 13 Laras yang dilaksanakan selama 1 minggu.
Subjek dalam penelitian adalah pelajar kelas IV SD Negeri 091270 AFd 13 Laras tahun pelajaran
2023/2024 dengan jumlah siswa sebanyak 12 orang, terdiri dari 4 laki-laki dan 8 perempuan.
Bentuk penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas. Teknik pengumpulan data yang digunakan
ialah dengan metode kuantitatif yaitu dengan perolehan nilai rata-rata. Hasil belajar yang
didapatkan pada siklus I menunjukkan bahwa dari 12 orang siswa kelas IV, 6 orang mencapai batas
minimal kriteria ketuntasan (KKM) dengan persentase (50%) dengan nilai rata-rata 64,8 dan 6
orang tidak tuntas. Kemudian pada siklus II, dari 12 orang siswa, 10 orang mencapai batas minimal
kriteria ketuntasan (KKM) dengan persentase 83% dengan nilai rata-rata 85,4 dan hanya 2 orang
yang benlum mencapai KKM. Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran
Scramble dapat meningkatkan hasil belajar PKN pada siswa kelas IV SD Negeri 091270 Afd 13
Laras.

Kata Kunci: PKN, scramble, hasil belajar

ABSTRACT
This research was motivated by the low Civics learning outcomes of class IV students at SDN
091270 AFd 13 Laras. This research aims to improve Civics learning outcomes through the
implementation of the class IV scramble learning model at SD 091270 AFd 13 Laras which is
carried out for 1 week. The subjects in the research were fourth grade students at SD Negeri 091270
AFd 13 Laras for the 2023/2024 academic year with a total of 12 students, consisting of 4 male
students and 8 female students. The form of research is classroom action research. The data
collection technique used is a quantitative method, namely by obtaining an average value. The
learning results obtained in cycle I showed that of the 12 class IV students, 6 people reached the
minimum completion criteria (KKM) with a percentage of (50%) and 6 people did not complete.
Then in cycle II, out of 12 students, 10 people reached the minimum completion criteria (KKM) with
a percentage of 83% and only 2 people did not reach the KKM. So it can be concluded that the use
of the Scramble learning model can improve PKN learning outcomes for fourth grade students at SD
091270 Afd 13 Laras.

Keywords: PKN, scramble, learning outcomes


PENDAHULUAN
Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan manusia,
mencetak manusia-manusia yang cerdas, kreatif, terampil, produktif, bertanggungjawab dan
berbudi pekerti yang berguna bagi kemajuan bnsa dan Negara. Dalam Permendikbud Nomor
36 tahun 2018 tentang kurikulum 2013, bahwa tujuan pendidikan adalah menciptakan
kehidupan yang lebih baik bagi peserta didik saat ini dan di masa depan dengan memupuk
berbagai kapasitas intelektual, sikap sosial, keterampilan komunikasi, kemampuan
mengasuh, dan keterlibatan masyarakat. Guru merupakan sebagai fasilitator yang dapat
menciptakan suatu pembelajaran yang kondusif, efektif pada proses pembelajaran agar
bejalan dengan baik, lancar serta dapat mengembangkan materi pembelajaran,
meningkatkan pengetahuan siswa dan dapat menguasai tujuan pendidikan yang akan
dicapai.
Pendidikan menurut Yuwono (2018) adalah proses pengarahan energi bawaan yang
ada pada anak untuk memaksimalkan kepuasannya baik sebagai individu maupun sebagai
anggota masyarakat. Artinya kurikulum dengan pembelajaran mempunyai hubungan yang
sangat penting menjadi bagian dari pendidikan, meningkatkan potensi kemampuan yang
dalam diri untuk menghadapi masa depan yang berakhlak mulia (Sulastri et al., 2020).
Pendidikan ialah usaha pengembangan potensi dan kemampuan yang dilatih dengan sadar
dan sengaja yang ada pada diri dan akhlak mulia baikitu kebutuhan individual maupun
dalam lingkungan masyarakat dan bernegara (Sukemi, 2019).
Hasil merupakan pencapaian suatu kegiatan yang telah selesai, dikembangkan baik
secara individu maupun kolektif, menurut Djamarah (2017). Sanjaya, sebaliknya, meyakini
bahwa hasil terbaik adalah hasil yang bisa dihasilkan, hasil yang didapat dari kerja keras,
dan hasil yang memuaskan jiwa saat dicapai. Dengan demikian, dapat dikatakan outcome
merupakan hasil usaha yang dilakukan, dikembangkan, dan estetis. Hasil-hasil ini dicapai
melalui etos kerja yang kuat, baik secara individu maupun kolektif.
Proses pembangunan bangsa diharapkan akan menghasilkan pembangunan masyarakat
Indonesia yang menegakkan sikap demokratis dalam bernegara. Menurut Wadihatusti,
(2016:13), PKn merupakan pembelajaran yang mencakup sejarah Indonesia dan Tata
Negara, yang berikan tentang norma-norma yang sesuai dengan Pancasila yang bertujuan
untuk membimbing murid supaya jadi warga Negara yang baik. Jiptosubadi (2014:11)
menyatakan bahwa PKn adalah usaha yang sengaja dilakukan oleh pemerintah untuk
menanamkan pengertian kebangsaan yang beraneka segi yang dihubungkan dengan
pengertian dasar tentang penanaman nilai-nilai kebangsaan atau kewargaan.
Kegiatan peningkatan hasil belajar ini dilaksanakan dengan melalui Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Tujuan PTK ialah untuk terus mengembangkan proses pembelajaran
agar dapat meningkatkan pembelajaran peserta didik tersebut (Nurgiansah et al., 2021).
Dengan PTK, kesalahan yang dilakukan selama proses belajar mengajar akan segera
diidentifikasi dan diperbaiki, sehingga tidak terjadi lagi. Memperbaiki kesalahan
dimaksudkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa (Masmi, 2014:18). Dalam rangka
meningkatkan kemandirian, penalaran, dan kreativitas dalam pembelajaran sehingga
berdampak pada hasil belajar yang positif, dalam proses pembelajaran PKn penggunaan
metode yang tepat harus diperhatikan.
Menurut Kunandar (2007), seorang guru harus mampu melakukan tugas-tugas berikut
dan memiliki pola pikir sebagai berikut: Pertama, mahir dalam materi pelajaran. Keluasan,
konsep, dan tingkat kesulitan materi yang harus dikuasai dalam proses pembelajaran harus
diketahui oleh guru sesuai dengan pedoman kurikulum. Kedua, menjadi ahli dalam materi
pelajaran yang diajarkan. Selain melengkapi materi pembelajaran yang ditentukan, pendidik
diharapkan memahami dan menghargai secara utuh setiap mata pelajaran yang diajarkannya.
Ketiga, memahami penilaian dan strategi pembelajaran. Keempat, akuntabilitas tugas. Yang
kelima adalah disiplin dalam arti seluas-luasnya.
Melalui penerapan scramble, peserta didik dapat dilatih untuk kreatif dalam menyusun
kembali kata, kalimat, atau wacana yang disusun secara acak sedemikian rupa sehingga
masuk akal dan bahkan mungkin lebih disukai daripada susunan aslinya, menurut Shoimin
(2016:166). Pengetahuan siswa dapat diperluas melalui aktivitas berbasis komposisi, yang
membantu mereka mempertahankan lebih banyak variasi kosakata. Untuk meningkatkan
rasa ingin tahu siswa, metode pembelajaran scramble mengharuskan murid berpartisipasi
akttif pada proses pembelajaran.
Menurut Yustisia (2007), scramble merupakan suatu metode pembelajaran yang
mampu menaikkan semangat dan dorongan belajar peserta didik. Siswa akan belajar lebih
banyak untuk meningkatkan hasil belajar jika mereka ingin timnya memenangkan
penghargaan.
Dari observasi peneliti dalam pembelajaran di kelas IV SD Negeri 091270 Afd 13
Laras, hasil belajar yang didapat oleh siswa sangat rendah. Dari 12 orang murid, hanya 2
orang yang mencapai KKM. Stelah melakukan refleksi, peneliti menemukan bahwa guru
masih dominan menggunakan model pembelajaran Ceramah yang mengharuskan siswa
mendengarkan lebih banyak penjelasan dari guru. Siswa kemudia tampak bosan dalam
pembelajaran dan menjadi sering bercerita dengan temannya pada saat pembelajaran.
Kemudian peneliti berinisiatif untuk melakukan Penelitian untuk meningkatkan hasil belajar
PKN dengan menerapkan model pembelajaran Scramble. Keengganan siswa untuk
menyuarakan pendapatnya atau mengajukan pertanyaan selama pelajaran berlangsung.
Hanya dua (17%) dari dua belas siswa menyatakan keinginan untuk berbagi pemikiran atau
mengajukan pertanyaan. Evaluasi guru menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil siswa
yang mendapat nilai bagus, yang menunjukkan bahwa mereka kurang menguasai materi
pelajaran. Analisis penulis menunjukkan bahwa metode pengajaran guru konvensional
berdampak pada persoalan rendahnya hasil belajar siswa. Instruktur biasanya menggunakan
teknik pengajaran tradisional seperti ceramah, sesi tanya jawab, dan tugas pekerjaan rumah
yang harus diselesaikan siswa di rumah. Siswa dalam situasi ini menjadi apatis dan kurang
kreatif, yang pada akhirnya berdampak pada kemampuannya dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Instruktur telah berusaha untuk meningkatkan hasil pembelajaran siswa
melalui kerja perbaikan, proyek kelompok, dan latihan, namun samapai saat ini belum ada
peningkatan yang signifikan. Peneliti berpendapat bahwa untuk meningkatkan hasil belajar
siswa perlu dilakukan upaya. Model pembelajaran scramble yang akan digunakan dalam hal
ini oleh peneliti. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas
sebagai sarana peningkatan pembelajaran di bawah judul “Peningkatan Hasil Belajar PKn
melalui model Pembelajaran scramble untuk Siswa Kelas IV di SD Negeri 091270 Afd 13
Laras”
.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dengan metodologi PTK. Menurut Suharsimi Arikunto


( 2015), PTK adalah Penelitian yang memaparkan terjadinya karena dampak asal pelakuan
dan menjelaskan hal-hal yang terjadi ketika pelakuan diberikan serta menjelaskan prosedur
lengkap, mulai dari awal pengobatan dan diakhiri dengan efeknya. PTK merupakan suatu
yang sangat penting untuk dilakukan oleh seorang tenaga pendidik.

Pengamatan/ Instrumen pada pengamatan akan dilakukan oleh teman sejawat yang
akan menjadi bahan masukan untuk peneliti. Peneliti meneliti, mengamati, dan
memperhitungkan pengaruh dari dan menggunakan kriteria tertentu yang ditentukan. Peneliti
dapat mengubah dan menyempurnakan objek yang dievaluasi berdasarkan temuan refleksi
tersebut. Tahapan-tahapan pembelajaran dilaksanakan sebagai berikut :

Gambar 1. Tahapan-tahapan dalam Panelitian Tindakan Kelas

Peneliti menjadwalkan kegiatan dalam dua siklus untuk memungkinkan pembelajaran


melalui partisipasi kelas dan untuk lebih jelas mengevaluasi bagaimana hasil belajar murid
berkembang. Pada siklus II akan dikaji masalah-masalah yang bersumber dari kontemplasi
siklus I.

Subjek penelitian ialah 12 orang siswa kelas IV SD Negeri 091270 Afd 13 Laras yang
terdiri dari 4 laki-laki dan 8 perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah dengan
melakukan observasi dan tes.

Nilai rata-rata sebelum siklus dan nilai rata-rata pada akhir setiap siklus digunakan
untuk menganalisis hasil tes. Nilai rata-rata setiap siklus dibandingkan dengan rata-rata
sebelum siklus atau sebelum tindakan pada akhir siklus. Rumus yang digunakan untuk
menentukan nilai rata-rata adalah sebagai berikut (Anas Sudijono, 2006:81):

∑𝑥
X=
𝑁

Keterangan:

X : Nilai rata-rata

∑𝑥: jumlah nilai murid

N : jumlah murid

Kemudian rumus yang dihunakan dalam menghitung persentase ketuntasan murid ialah
sebagai berikut:

𝐹
P= 𝑁 x 100%

Keterangan:

P : Persentase Ketuntasan

F : jumlah peserta didik yang mencapai KKM

N : jumlah siswa

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil belajar yang didapat pada siklus I menunjukkan meningkat dibanding dengan
prasiklus. Dari 2 anak yang tuntas di prasiklus dengan nilai rata-rata 41,32 meningkat
menjadi 6 siswa yang mencapai KKM (50%) dengan nilai rata-rata 64,8. Untuk lebih
jelasnya, perhatikan tabel hasil belajar berikut ini :

Tabel 1. Hasil Belajar Siklus I


Siklus Tuntas Tidak Tuntas Nilai Rata-rata Persentase Ketuntasan
Siklus I 6 6 64,8 50%

Terlihat dari hasil pembelajaran pada siklus sebelumnya bahwa hasil yang dicapai
masih lebih dari cukup. Hasil tersebut disebabkan oleh: Karena kecenderungan siswa hanya
mendengarkan instruksi dan ketidakmampuan mereka berkolaborasi secara efektif dalam
kelompok, guru tampaknya kesulitan dalam mengelola kegiatan pembelajaran model
pembelajaran scramble selama proses pembelajaran perencanaan perolehan ilmu. Disamping
itu, model pembelajaran scramble membutuhkan waktu yang lama sehingga menyulitkan
guru untuk menyesuaikan dengan alokasi waktu. Materi yang disajikan kurang sistematis
sehingga menyulitkan siswa dalam memahami keterkaitan materi secara keseluruhan. Selain
itu, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas tersebut cukup besar. (5) Pembinaan
yang diberikan dalam diskusi kelompok tidak terpusat pada semua kelompok yang telah
terbentuk. Peneliti kemudian melanjutkan ke siklus II untuk mempelajari lebih lanjut.
Hasil belajar yang didapatkan pada siklus II menunjukkan peningkatan hasil belajar
yang cukup signifikan. Dari 12 orang siswa kelas IV, 8 siswa sudah mencapai KKM (83%)
dengan nilai rata-rata 85,4. Hanya 2 orang yang belum mencapai KKM. Untuk lebih
jelasnya, perhatikan tabel hasil belajar Siklus II berikut ini :

Tabel 2. Hasil belajar siklus II


Siklus Tuntas Tidak Tuntas Nilai Rata-rata Persentase Ketuntasan
Siklus II 8 2 85,4 83%

Dari hasil belajar tersebut di atas, didapatkan hasil yang sangat memuaskan. Terjadi
peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II. Dari 6 orang tuntas pada siklus I (50%),
dengan nilai rata-rata 64,8, meningkat menjadi 8 orang yang mendapatkan nilai tuntas (83%)
dengan nilai rata-rata 85,4. Untuk melihat perbandingan hasil belajar siklus II, perhatikan
tabel di bawah ini:
Tabel 3. Perbandingan siklus I dan II
Siklus Tuntas Tidak Tuntas Nilai Rata-rata Persentase Ketuntasan
Siklus I 6 6 64,8 50%
Siklus II 8 2 85,4 83%

Berikut diagram peningkatan hasil belajar dari prasiklus sampai dengan siklus II.
90
80
70
60
50 Tuntas

40 Nilai rata-rata

30 Persentase Ketuntasan

20
10
0
Prasiklus Siklus I Siklus II

Gambar 2. Grafik Peningkatan Hasil Belajar


Semakin tinggi hasil belajar pada siklus II dibandingkan siklus I menunjukkan bahwa
penyampaian hasil belajar yang lebih banyak dapat memaksimalkan waktu. Hal ini
menunjukkan bahwa RPP yang dibuat cocok untuk mengatasi masalah pada rendahnya hasil
belajar siswa yang selama ini diamati di kelas. Peningkatan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran PKn dari siklus I ke siklus II semakin menunjukkan adanya potensi peningkatan
hasil belajar PKn melalui penggunaan model pembelajaran scramble. siswa Kelas IV di SD
Negeri 091270 Afd 13 Laras.

SIMPULAN DAN SARAN


Dari hasil belajar tersebut di atas, didapatkan hasil yang sangat memuaskan. Terjadi
peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II. Dari 6 orang tuntas pada siklus I (50%),
dengan nilai rata-rata 64,8, meningkat menjadi 8 orang yang mendapatkan nilai tuntas (83%)
dengan nilai rata-rata 85,4. Penerapan model pembelajaran scramble dapat meningkatkan
hasil belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri 091270 Afd 13 Laras, berdasarkan temuan
penelitian. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari model pembelajaran scramble yang
mendorong murid agar lebih terlibat dalam pembelajaran dan mengikuti instruksi guru dalam
melakukan diskusi kelompok dan kegiatan pembelajaran. Dalam keadaan seperti ini,
penerimaan siswa akan meningkat dan hasil belajar pada akhirnya akan meningkat.
Rekomendasi yang peneliti berikan berdasarkan temuannya mengenai penerapan
model pembelajaran scramble adalah sebagai berikut: 1) Perencanaan pelaksanaan
pembelajaran hendaknya memperhatikan karakter, kebiasaan, dan tingkatan kelas siswa. 2)
Tetapkan batasan waktu yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA
Shoimin, A. (2016). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Sadulloh, U. (2010). PEDAGOGIK (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta
Masmi, A. (2014). Peningkatan Hasil Belajar Pkn Berbantuan Media Gambar Di Kelas Iv
Sdn 9 Palu. Jurnal Kreatif Online, 1(1), 16–27.
Nurgiansah, T. H., Fajar Pratama, F., Sholichah, A., & Nurchotimah, I. (2021).
PENELITIAN TINDAKAN KELAS DALAM PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN. Jurnal Pendidikan PKn, 2 (13).
Jiptosubadi. (2014). Pendidikan Kewarganegaraan. ISBN.
Yustisia. 2007. Panduan Lengkap KTSP. Yokyakarta: Pustaka Yustisia
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Pasal 3.
Wadihatusti, S. (2016). Pendidikan Kewarganegaraan. Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Arikunto, S. (2015). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.
Kunandar. (2007). Guru Profesional : Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta : Rajagrafindo Persada.

Yuwono, I., & Pasani, C.F (2018). The evaluation of higher order thinking skills assessment
of special needs education students with guided inquiry method. Journal of ICSAR, 2
(1), 28-31.
Sulastri, H. M., Saleh, Y. T., & Sunanih, S. (2020). Pengaruh Media Kartu Kuartet
Terhadap Kemampuan Membaca Siswa Dalam Pelajaran Bahasa Indonesia. Jurnal
Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan, 4(3), 486–492.
https://doi.org/10.23887/jppp.v4i3.26874.
Sukemi, S. (2019). Kartu kata bergambar meningkatkan kemampuan bahasa anak. Prosiding
Seminar Nasional Magister Psikologi Uniersitas Ahmad Dahlan, 546–552.
Djamarah Saiful Bahri (2017), Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai