Oleh:
Iin Puspamita
NIM. 824687534
Email: iinpuspa35@gmail.com
ABSTRAK
A. Pendahuluan
Mengingat akan pentingnya peran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) dalam proses pembentukan warga negara yang baik khususnya di era
globalisasi, maka dalam hal ini mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
perlu diajarkan dalam lingkungan sekolah guna untuk menciptakan kualitas
pribadi siswa. Hamijoyo (1990) yang dikutip oleh Nursid Sumaatmadja
(2014:1.7) menjelaskan bahwa globalisasi itu perlu didukung oleh kecepatan
informasi, kecanggihan teknologi, transportasi dan komunikasi yang
diperkuat oleh tatanan organisasi dan manajemen yang tangguh. Oleh karena
itu, pembelajaran materi Globalisasi yang dikaitkan dengan mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada kelas IV, akan mengajarkan kepada
siswa agar dapat berkembang siring dengan perkembangan globalisasi namun
tetap harus mampu menyeleksi segala sesuatu yang sesuai dengan kebutuhan
dan kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia. Namun, untuk dapat
menyampaikan materi Globalisasi agar siswa mudah memahami ternyata
tidaklah mudah. Masalah demikian terjadi di kelas IV SDS Wahidiyah
Sendang, yang mana pada saat kegiatan belajar mengajar siswa hanya terlihat
pasif sebagai bentuk dari kurangnya minat dan motivasi mereka dalam
belajar. Padahal, dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar siswa
mempunyai kebebasan untuk berpendapat serta terlibat aktif berkaitan dengan
materi yang sedang berlangsung di dalam kelas tersebut.
Menurut hasil observasi dari proses pembelajaran materi
Globalisasi pada kelas IV di SDS Wahidiyah Sendang, guru hanya
menggunakan metode ceramah saja yang mana metode tersebut menjadikan
guru sebagai pendominasi kegiatan pembelajaran. Hal demikian
menyebabkan siswa cepat bosan dan kurang berantusias terhadap materi
pembelajaran. Tidak banyak siswa yang berani bertanya dan mengungkapkan
gagasannya. Di sini siswa pada umumnya hanya akan mendengarkan,
membaca, dan menghafal berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru.
3
D. Materi Globalisasi
Globalisasi berasal dari kata global, dan global berasal dari kata
globe yang artinya dunia atau bola dunia. Globalisasi menunjuk pada proses
yakni adalah proses menuju lingkup dunia. Globalisasi berarti adalah proses
mendunia. Adanya globalisasi disebabkan oleh kemajuan transportasi,
kemajuan sarana komunikasi dan informasi (Winarno dan Kusumawati,
2009:60).
Selanjutnya Dewi dan Kartika (2008:45) menyebutkan mengenai
pengaruh postif dan negatif dari globalisasi, yakni:
1. Pengaruh positif globalisasi:
a. Kemajuan di bidang transportasi dan komunikasi.
b. Meningkatnya perekonomian masyarakat di dalam suatu negara.
c. Meluasnya pasar untuk produk dalam negeri.
d. Dapat memperoleh banyak modal dan teknologi yang lebih baik.
e. Dapat menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi.
2. Pengaruh negatif globalisasi:
6
a. Gaya hidup bebas, narkoba dan kekerasan menjadi mudah masuk dalam
kehidupan masyarakat Indonesia.
b. Masyarakat cenderung lebih mementingkan diri sendiri.
c. Masyarakat menjadi konsumtif.
E. Pelaksanaan Penelitian
Subjek penelitian perbaikan ini adalah siswa kelas IV SDS
Wahidiyah Sendang Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 16 siswa,
terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan. Sasaran penelitian
adalah mata pelajaran PKn kelas IV Semester II dengan Standar Kompetensi
menunjukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya. Lokasi SDS
Wahidiyah terletak di Desa Tugu, Kecamatan Sendang, Kabupaten
Tulungagung dengan lingkungan persawahan, pemukiman penduduk dan
hutan kecil. Adapun waktu pelaksanaan penelitian adalah hari Selasa, 11
April 2017 untuk perbaikan pembelajaran siklus I dan hari Selasa, 18 April
2017 untuk perbaikan pembelajaran siklus II.
Dari pengamatan yang peneliti lakukan, dapat diperoleh data
tentang karakteristik siswa sebagai berikut:
1. Kurangnya minat dan motivasi belajar siswa.
2. Sebagian besar siswa cenderung pasif selama kegiatan pembelajaran
dilaksanakan.
3. Banyak siswa yang ramai ketika guru menyampaikan materi.
4. Siswa belum berani bertanya dan mengungkapkan gagasannya.
5. Terjadi pendominasian siswa yang memiliki kemampuan tinggi.
Rancangan kegiatan perbaikan pembelajaran pada setiap siklus I
dan siklus II meliputi empat tahapan kegiatan, yakni tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, tahap pengamatan dan tahap refleksi. Perencanaan perbaikan
pembelajaran dilaksanakan sebelum melaksanakan kegiatan perbaikan
pembelajaran. Peneliti terlebih dahulu menyusun perencanaan mengenai
kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan. Kegiatan pembelajaran pada
siklus I adalah menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and
7
9 siswa. Namun masih ada siswa yang belum mencapai KKM yakni sebanyak
7 siswa. Dengan hasil yang demikian, dapat diartikan bahwa proses perbaikan
pembelajaran pada siklus I belum optimal karena beberapa hasil belajar siswa
belum dapat mencapai KKM yang telah ditentukan. Penyebab masih
banyaknya siswa yang belum mengalami ketuntasan belajar adalah siswa
belum bisa fokus terhadap pelajaran dan banyak siswa yang masih ramai
sendiri. Hal ini terjadi akibat guru kurang peka terhadap kondisi kelas,
karenanya guru harus lebih pandai lagi dalam mengkondisikan kelas atau
mengelola kelas.
Kemudian untuk siklus II dengan mengacu pada Kriteria
Ketuntasan Minimal yang telah ditentukan yakni adalah 70, maka diperoleh
data bahwa hasil belajar siswa pada tes akhir atau pada tes evaluasi siklus II
mengalami peningkatan. Pada hasil perbaikan pembelajaran siklus I, jumlah
siswa dari 16 siswa yang dapat mencapai KKM adalah sebanyak 9 siswa dan
jumlah siswa yang belum mencapai KKM adalah sebanyak 7 siswa. Setelah
perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan, jumlah siswa yang dapat
mencapai KKM adalah sebanyak 16 siswa, artinya semua siswa telah
mencapai KKM. Proses pembelajaran sudah optimal dan semua siswa bisa
fokus terhadap pelajaran. Guru sudah dapat memotivasi siswa,
mengkondisikan kelas, dan dapat menerapkan variasi model pembelajaran
dengan baik dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA