Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan ilmu pendidikan yang semakin pesat, menuntut sumber daya


manusia atau SDM yang berkualitas. Peningkatan kualitas sumber daya manusia
mempunyai peran yang strategis bagi keberhasilan dan kelanjutan pembangunan
nasional. Pendidikan terdiri dari berbagai jenjang, namun jenjang pendidikan yang
paling utama dan paling dasar dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia
(SDM) adalah pendidikan sekolah dasar (SD). Pada hakikatnya manusia menjalani
proses kehidupan dengan terus belajar. Manusia belajar untuk membentuk
kesadarannya, kesadaran ini adalah kualitas untuk mendapatkan kehidupan yang
lebih baik. Setiap kesadaran akan membuka wawasannya, lalu itu akan mengubah
perilakunya, dan akhirnya mengasah keahliannya.
Untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik, jalannya adalah dengan
pendidikan, karena pendidikan bertujuan untuk memanusiakan manusia. Sejalan
dengan pendapat Sujana (2019) pendidikan adalah upaya untuk membantu jiwa
peserta didik secara lahir dan batin menjadi manusia yang lebih baik. Menurut
Ardiansyah dan Nana (2020) pendidikan merupakan hal penting dalam
pengembangan sumber daya manusia. Melalui pendidikan, akan terbentuk generasi
penerus bangsa yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan karakter diri yang
mengarah pada pribadi yang lebih baik (Hanifah, dkk, 2020). Adnyani, dkk (2020)
mengartikan pendidikan sebagai kegiatan seseorang dalam memimpin dan
membimbing anak menuju ke perkembangan secara optimal agar dapat berdiri
sendiri dan bertanggung jawab. Proses pembelajaran dipandang sangat penting,
karena proses pembelajaran adalah kunci berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan
yang ingindicapai. Menurut Pane dan Dasopang (2017) keberhasilan proses belajar
dan pembelajaran dilihat melalui tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan
pendidikan, guru dapat dikatakan telah berhasil dalam mengajar jika tujuan
pembelajaran tercapai. Seorang pendidik memiliki peran penting dalam
mewujudkan situasi pembelajaran bagi peserta didiknya. Dalam situasi dan kondisi
dunia yang secara global selalu berubah, dunia pendidikan pun mendapat
imbasnya. Sistem pengajaran dari guru dan keseluruhan proses pembelajaran terus
berkembang seiring dengan kemajuan zaman yang dialami. Dalam kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi di zaman sekarang, proses pembelajaran menuntut
adanya pembaharuan sistem mengajar dari pendidik. Peranan teknologi pada era
digital dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk menunjang proses pembelajaran
(Dwiqi, dkk, 2020). Para pendidik dituntut selalu berinovasi. Perlu adanya usaha
dari pendidik untuk menciptakan inovasi dengan pendekatan yang mampu
membuat pembelajaran lebih bermakna. Sejalan dengan pendapat Yasa, dkk (2020)
bahwa dalam mengemas pembelajaran guru harus kreatif dan inovatif agar dapat
membuat siswa termotivasi untuk belajar.
Keterampilan mengajar yang dipadukan dengan teknologi akan memudahkan
pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran agar nantinya tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai dapat terwujud. Proses pendidikan seperti ini tentu membuat
sumber daya manusia menjadi unggul dan semua ini demi perkembangan generasi
selanjutnya. Sehingga perlu adanya penerapan teknologi dalam setiap jenjang
pendidikan formal di Indonesia. Satuan pendidikan penting dalam prosedur
pendidikan formal di Indonesia adalah Sekolah Dasar (SD). Sekolah Dasar
memiliki pengaruh besar sebagai pondasi pengetahuan untuk kelanjutan pendidikan
sesorang (Sumerta dan Sudana, 2019). Dalam jenjang pendidikan ini terdapat
banyak pelajaran yang diajarkan, salah satunya adalah Ilmu Pengetahuan Alam
yang disingkat menjadi IPA. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan ilmu yang
mempelajari tentang gejala alam berupa fakta, konsep dan hukum yang telah teruji
kebenarannya melalui suatu rangkaian penelitian. Pembelajaran IPA diharapkan
dapat membantu siswa untuk memahami fenomena-fenomena alam.

Menurut Baharuddin, dkk (2017) Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA adalah mata
pelajaran yang memberikan akses untuk siswa dapat berkembang menjadi manusia
berkualitas yang mampu proaktif dalam menjawab tantangan zaman. IPA
merupakan salah satu muatan pelajaran yang berhubungan langsung dengan
lingkungan siswa (Utami dan Renda, 2019). Ini sejalan dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Mayuni, dkk (2019) bahwa IPA menekankan pada pemberian
pengalaman untuk pengembangan kemampuan siswa agar mampu menjelajahi
lingkungan alam secara ilmiah. Pendidikan IPA tidak hanya terdiri dari fakta dan
teori yang dihafalkan, tetapi juga terdiri atas proses aktif menggunakan pikiran dan
sikap ilmiah dalam mempelajari gejala alam (Utami, dkk, 2019). Dalam
pembelajaran IPA, peserta didik dituntut untuk aktif dan kreatif dalam memahami
materi dan konsep. Tentu untuk mewujudkan itu, diperlukan pendidik yang memiliki
keterampilan yang baik untuk membimbing proses pembelajaran.

Pembelajaran IPA di SD harus dirancang secara menarik, menyenangkan,


menimbulkan rasa ingin tahu siswa, dan memperhatikan perkembangan siswa
(Andriyani dan Kusmariyatni, 2019 Model pembelajaran adalah kerangka kerja yang
memberikan gambaransistematis untuk melaksanakan pembelajaran agar membantu
belajar siswa dalam tujuan tertentu yang ingin dicapai. Artinya, model pembelajaran
merupakan gambaran umum namun tetap mengerucut pada tujuan khusus. Joyce &
Weil dalam Rusman (2018, hlm. 144) berpendapat bahwa model pembelajaran
adalah suatu rencana atau pola yang bahkan dapat digunakan untuk membentuk
kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan
pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau lingkungan belajar lain.
Pada penelitian peneliti menggunakan model kooperatif make a match pada
pembelajaran IPA kelas IV SD . Model pembelajaran Make a Match atau mencari
pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran. Dimana model pembelajaran ini siswa
diajak mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam
suasana yang menyenangkan. Banyak temuan dalam penerapan model pembelajaran
Make a Match, dimana bisa memupuk kerja sama dalam menjawab pertanyaan
dengan mencocokkan kartu yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih
menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses
pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan
kartunya masing-masing. Hal ini merupakan suatu ciri dari pembelajaran Kooperatif
dimana pembelajaran yang menitikberatkan pada gotong-royong dan kerja sama
kelompok.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti maka


Rendahnya motivasi belajar juga dialami oleh siswa kelas IV SD Negri 040464
Kandibata. Adapun beberapa faktor yang rendahnya motivasi siswa tersebut adalah
pada pembelajaran IPA Manfaat Energi disebabkan siswa kurang mampu bekerja
secara mandiri, model yang digunakan guru dalam pembelajaran IPA Manfaat Energi
kurang bervariasi, siswa kurang mampu mencari dan memecahkan masalah. Kondisi
ini dibuktikan dengan rendahnya motivasi belajar siswa kelas IV SD Negeri 040464
Kandibata. Data hasil observasi menunjukkan bahwa dari 22 siswa kelas IV SD
Negeri 040464 Kandibata, presentase motivasi belajar siswa hanya 9 orang siswa
(40%) sangat memahami, sedangkan 8 orang siswa (38%) cukup memahami, dan 5
orang siswa (22%) kurang memahami dalam pembelajaran IPA Manfaat Energi. Hal
ini dikarekan guru yang tidak bisa sepenuhnya memperhatikan secara intens setiap
siswa yang dia ajarkan dalam kelas tersebut, oleh karena itu setiap siswa juga
memiliki karakteristik yang berbagai macam dalam melakukan pembelajaran, oleh
karena itu dalam presentase dalam motivasi belajar siswa tersebut hanya 9 orang
siswa yang sangat memahami, dan 8 orang siswa cukup memahami, dan hanya 5
siswa yang kurang memehami dalam pembelajaran IPA pada Manfaat Energi. Oleh
sebab itu guru membuat model pemebalajaran Kooperatif Make a Match yang
dimana nantinya guru membentuk lingkungan kondusif bagi terciptanya interaksi
antar anak serta memberikan latihan yang mereka butuhkan untuk mengambangkan
keterampilan lainnya seperti sosial emosional di kehidupan nyata.

Tabel 1.1 Data Ketuntasan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
IPA Kelas IV SD Negeri 040464 Kandibata.

KKM Nilai Jumlah Siswa Persentase %


70 ≥ 70 11 50 %
≤ 70 11 50 %
22 100 %
Sumber Data : SD Negeri 040464 Kandibata

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di atas, hendaknya guru mampu


memilih dan menerapkan model pembelajaran yang mampu memotivasi dan
meningkatkan prestasi belajar siswa. Dari model pembelajaran yang ada, model
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan yaitu melalui model pembelajaran
Make a Match. Karena Model Make a Match sangat cocok digunakan dalam
pembelajaran IPA karena siswa bisa langsung berperan aktif dengan diarahkan
untuk memahami dan mengetahui pesan-pesan yang terkandung terhadap materi yang
sedang dipelajarinya secara nyata dan siswa bisa terlibat langsung dengan kegiatan
belajar mengajar yang sedang berlangsung. bisa mengembangkan siswa untuk terus
aktif dalam pembelajaran. Ini bisa menjadi solusi pemerataan pemahaman setiap
materi, disamping itu siswa juga bisa belajar kerja sama dan rasa tanggung jawab.

Oleh karena itu guru di SD Negeri 040464 Kandibata berinisiatif untuk


menggunakan model pembelajaran Make a Match dikarenakan model tersebut
merupakan sebuah model belajar dimana guru masih memberikan contoh secara
praktek dihadapan para siswa. Materi yang cocok disampaikan dengan model
pembelajaran contohmya Manfaat Energi, siswa mencari pasangan jawaban sambil
belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Kunci
pokok yang harus dipegang teguh adalah keaktivan siswa.

Penelitian menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match


didukung oleh jurnal penelitian Sutini, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Riau. Yang berjudul ‘‘Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Make a Match untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa Kelas IV Sekolah
Dasar’’.Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA Siswa kelas IV
SDN 016 Beringin Jaya melalui model Kooperatif tipe Make a Match. Penelitian ini
bertempat di kelas IV SDN 016 Beringin Jaya dengan jumlah 25 siswa. Hasil
penelitian memperlihatkan bahwa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif
tipe make a match dapat meningkatn hasil belajar siswa. Terlihat pada perolehan data
aktivitas guru siklus I pertemuan ke-1 dengan persentase 56% pada kategori cukup,
pertemuan ke-2 dengan persentase 69,5% pada kategori baik, pada siklus II pada
peremuan ke-3 persentase sebesar 83% pada kategori amat baik, dan pada pertemuan
ke-4 persentase yang didapat 95% pada kategori amat baik. Data aktivitas siswa pada
siklus I pertemuan ke-1 sebesar 55,5%, pertemuan ke-2 sebesar 66,5%, pada siklus II
pertemuan ke-3 sebesar 80%, dan pertemuan ke-4 diperoleh persentase sebesar 93%.
Data peningkatan hasil belajar pada data awal diperoleh rata-rata 68,5, pada ulangan
harian I sebesar 78, dan pada ulangan harian II sebesar 87.

Kemudian didukung oleh Jurnal Penelitian yang dilakukan oleh Nisrina


Kamila, yang berjudul ‘‘Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a
Match untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa Kelas IV Sekolah Dasar Bringin
Nonggal 1 Torjun. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kontribusi model
pembelajaran kooperatif tipe make a match berbantu video interaktif terhadap
peningkatan aktivitas siswa dan guru serta hasil belajar siswa. Subjek penelitian ini
yaitu peserta didik kelas IV SDN Bringin Nonggal 1 Torjun sebanyak 11 orang.
Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen observasi aktivitas siswa dan
guru, serta tes tulis untuk mengetahui hasil belajar siswa ranah kognitif. Data
dianalisis dengan teknik deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan pada
masa pra siklus nilai rata-rata sebesar 44 dengan persentase ketuntasan belajar kelas
sebesar 36%, pada siklus I nilai rata-rata menjadi 76,82 dengan persentase ketuntasan
belajar kelas sebesar 64% skor aktivitas belajar siswa sebesar 62% dan skor aktivitas
guru sebesar 70%, pada siklus II nilai rata-rata mencapai 85,90 dengan persentase
ketuntasan belajar kelas sebesar 82% skor aktivitas belajar siswa sebesar 95% dan
skor aktivitas guru sebesar 96%. Dengan demikian, hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match berbantu media
video interaktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta aktivitas belajar siswa
dan guru.

Dan terakhir Jurnal Penelitian yang di lakukan oleh Vera Roswita. Yang
berjudul ‘‘Upaya meningkatkan Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa Kleas V SD Ngeri
17 Lhoksukon’’. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa
kelas V SD Negeri 17 Lhoksukon Tahun Pelajaran 2020/2021 dalam mata pelajaran
IPA dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Bentuk
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas terdiri dari dua siklus, tiap siklus terdiri
dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Sebagai
subjek penelitian adalah siswa kelasV SD Negeri 17 Lhoksukon. Teknik
pengumpulan data menggunakan, observasi, wawancara, analisis dokumen, tes dan
non tes.Hasil penelitian ini adalah (1) Adanya peningkatan ratarata nilai yang
diperoleh siswa. Pada tes awal 67.50; kemudian pada tes siklus pertama 71.35; pada
siklus kedua menjadi 80.17 siklus kedua (2) Adanya peningkatan persentase
ketuntasan belajar siswa yang pada tes awal hanya 53.33%; dan pada tes siklus
pertama 66.67%; kemudian pada siklus kedua menjadi 90%.Berdasarkan hasil
penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Make A Matchmampu meningkatkan hasil belajar IPA
pada siswa kelas V SD Negeri 17 Lhoksukon Tahun Pelajaran 2020/2021.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


dengan judul “Meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model
kooperatif tipe Make a Match Tahun Ajaran 2022/2023”.
1.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat di indetifikasikan beberapa
masalah, antara lain sebagai berikut:
1. Guru kurang maksimal dalam menggunakan model yang bervariasi dan
kreatif dalam proses pembelajaran
2. Siswa kurang tertarik terhadap materi yang diajarkan sehingga keaktifan
siswa dalam proses belajar mengajar masih belum optimal.
3. Rendah motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA Manfaat Energi
disebabkan oleh kurangnya kreaktivitas pada guru
4. Kurangnya penjelasan guru terhadap siswa sehingga menyebabkan siswa
kurang mampu bekerja secara mandiri.
5. Model yang digunakan guru pada pembelajaran IPA Manfaat Energi
menggunakan metode ceramah

1.2 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dalam penelitian ini ialah Meningkatkan Motivasi Belajar
Siswa Pada Pembelajaran IPA Manfaat Energi Dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Make a Match Di kelas IV SD Negeri 040464 Kandibata
tahun ajaran 2022/2023.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apakah motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA dalam Manfaat
Energi dapat meningkatkan aktivitas pada siswa kelas IV SD Negeri 040464
Kandibata tahun ajaran 2022/2023?
2. Apakah minat belajar siswa terhadap pembelajaran IPA dalam manfaat energi
berpengaruh dalam kurang mampunya belajar mandiri pada siswa kelas IV SD
Negeri 040464 Kandibata tahun ajaran 2022/2023?
3. Apakah ada pengaruh model pembelajaran inquiry terbimbing dalam kreativitas
guru dalam meningkatkan motivasibelajar siswa pada pembelajaran IPA
manfaat energi pada siswa kelas IV SD Negeri 040464 Kandibata tahun ajaran
2022/2023?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian
adalah:
1. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA dalam
Manfaat Energi dapat meningkatkan aktivitas pada siswa kelas IV SD
Negeri 040464 Kandibata tahun ajaran 2022/2023
2. Untuk mengetahui minat belajar siswa terhadap pembelajaran IPA dalam
Manfaat Energi berpengaruh dalam kurang mampunya belajar mandiri pada
siswa kelas IV SD Negeri 040464 Kandibata tahun ajaran 2022/2023
3. Untuk mengetahui ada pengaruh model pembelajaran Make a Match dalam
kreativitas guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada
pembelajaran IPA Manfaat Energi pada siswa kelas IV SD Negeri 040464
Kandibata tahun ajaran 2022/2023

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang dapat diharapkan dari observasi penelitian ini adalah
1. Bagi Guru
Peniliti diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman melaksanakan
pembelajaran dalam hal ini meningkatkan motivasi belajar siswa dengan
menerapkan model Kooperatif Make a Match.
2. Bagi Siswa
Dengan penerapan model pembelajaran Kooperatif Make a Match diharapkan
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA dengan
manfaat energi yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
tersebut.
3. Bagi Sekolah

Sebagai informasi bagi semua pengajar mengenai model pembelajaran


Kooperatif Make a Match dan sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
4. Bagi peneliti
Untuk menambah pengalaman,wawasan,pengetahuan bagi peneliti sebagai calon
guru dalam menggunakan model Make a Match

Anda mungkin juga menyukai