Anda di halaman 1dari 58

1

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS KOMIK BERORIENTASI


PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA
MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA KELAS V SEKOLAH DASAR

1. Latar Belakang Masalah


Secara garis besar dalam kehidupan manusia pendidikan adalah hal yang

paling penting. Manusia dan pendidikan sangat berkaitan erat, itulah sebabnya

pendidikan merupakan suatu kunci untuk menuju masa depan yang lebih baik

dengan dibekali akal dan pikiran. Pendidikan merupakan hal yang terpenting

agar sumber daya manusia (SDM) makin meningkat dan berkembang demi

terjaminnya sebuah kemajuan suatu Bangsa dan Negara.

Kemajuan dari suatu Negara selalu berkaitan dengan sistem pendidikan

pada Negara tersebut, sebagaimana telah disebutkan dalam Undang-Undang

nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional: pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang di perlukan dirinya,

masyarakat, bangsa, dan negara. Melalui pendidikan, diharapkan potensi pada

siswa dapat dikembangkan agar mereka menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa mempunyai akhlak mulia, cerdas,

sehat, berkemauan, berprasaan, dan dapat berkarya untuk memenuhi kebutuhan

secara wajar, berkepribadian. Untuk memenuhi tujuan pendidikan yang telah

dijelaskan di atas, maka seorang pendidik dituntut untuk lebih kreatif dalam
2

usaha mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri siswa (Rosyida,

2018).

Seiring perkembangan pendidikan, perkembangan teknologi juga ikut

berkembang. Dengan kemajuannya, pada dunia pendidikan sangat dibutuhkan

suatu pembaharuan berupa media dan strategi pembelajaran. Berbagai

penelitian dan pengembangan dilakukan demi tercapainya tujuan tersebut

terutama pada jenjang Sekolah Dasar (Jambi, 2017).

Pendidikan di Sekolah Dasar merupakan suatu proses pendidikan yang

paling penting dalam perkembangan siswa. Hal ini dikarenakan Sekolah Dasar

adalah sumber pendidikan dasar bagi anak untuk memperoleh ilmu setelah

mereka di didik orang tua di dalam rumah. Sekolah dasar adalah jenjang

pendidikan formal di Indonesia untuk mempersiapkan peserta didik mengikuti

jenjang pendidikan lebih lanjut. Dalam kurikulum 2013 pada jenjang sekolah

dasar menerapkan pembelajaran tematik terpadu (N. A. Sari et al., 2018).

Pembelajaran tematik muatan terpadu merupakan pendekatan pembelajaran

yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran salah

satunya muatan IPA.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu muatan materi pelajaran

yang wajib diberikan pada jenjang sekolah dasar. IPA merupakan salah satu

muatan pembelajaran di SD yang mempelajari hubungan manusia dengan alam

dengan cara pengamatan dan pengumpulan konsep-konsep alam yang logis,

sistematis dan bertujuan untuk sebuah penemuan (Ariyanto, 2018). Hal ini

sejalan dengan pendapat Ansel & Arafat (2021) pembelajaran IPA ialah salah
3

satu mata pelajaran yang dapat membentuk sikap ilmiah siswa karena IPA

berkaitan dengan ilmu alam yang terstruktur berlandaskan pada prinsip,

konsep, serta fakta sistematis yang dapat dibuktikan melalui eksperiem serta

penyelidikan sederhana. Tercapainya suatu ketrampilan proses dan penguasaan

materi IPA selalu menekankan pada tujuan dari pembelajaran IPA di sekolah

dasar (Winangun, 2020). Sebagian besar peserta didik beranggapan bahwa

pada materi pembelajaran IPA masih sulit karena beberapa materi sifatnya

masih abstrak serta memerlukan pemahaman sedangkan karakteristik siswa SD

selalu berkaitan dengan hal-hal yang nyata. Dengan kata lain, maka pentingnya

peranan seorang guru dalam membantu siswa agar materi pembelajaran yang

awalnya sulit menjadi mudah dan sederhana dengan mengaitkan suatu

kehidupan sehari-hari dalam materi pembelajaran (Dasi & Putra, 2022).

Berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti lakukan dengan wali

kelas V SD Negeri 67 Palembang didapatkan bahwa pada saat proses

pembelajaran IPA dilihat bahwa rendahnya minat belajar siswa terutama pada

materi Perubahan Wujud Benda dikarenakan pendekatan pembelajaran yang

digunakan masih monoton dan bahan ajar yang digunakan guru dalam

mengajar hanya menggunakan buku paket dan papan tulis sehingga belum

mencapai pembelajaran yang optimal. Untuk mencapai pembelajaran yang

optimal tentunya dibutuhkan pendekatan yang tepat dan bahan ajar yang

menarik. Bahan ajar yang menarik selalu berkaitan dengan pendekatan yang

tidak monoton. Salah satunya menggunakan Pendekatan contextual teaching

and learning (CTL).


4

Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu

pendekatan pembelajaran yang membantu guru serta menekankan pada proses

keterlibatan siswa secara penuh agar dapat menemukan materi yang dipelajari

dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan yang nyata, sehingga dapat

mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan mereka (Nanda et

al., 2017). Pembelajaran berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL)

bukan hanya transfer ilmu pengetahuan dari guru ke peserta didik, melainkan

lebih menekankan pada proses keterlibatan siswa menemukan pengalaman

belajar yang lebih nyata (Haryani et al., 2022). Dengan adanya pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) diharapkan siswa menjadi lebih

memahami pembelajaran sesuai dengan situasi yang konkret.

Untuk mendukung proses pembelajaran yang konkret dan lebih menarik

dibutuhkan sumber belajar. Salah satu bagian dari sumber belajar adalah bahan

ajar (Anggraini & Lubis, 2023). Bahan ajar merupakan segala bentuk bahan

yang digunakan untuk mempermudah guru dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran. Dengan kata lain, bahan ajar dapat mempermudah siswa dalam

menambah sumber belajar yang dimiliki serta dapat memperluas pemahaman

materi yang dipelajari (Dita et al., 2021). Penggunaan bahan ajar seperti buku

paket kurang menarik karena pada umumnya buku paket hanya berupa tulisan

dan sedikit gambar sehingga siswa cenderung merasa bosan jika hanya

membaca buku paket tersebut. Dengan demikian dalam proses pembelajaran

siswa lebih cenderung mendengarkan, mencatat dan belum mampu memahami

konsep yang dipelajaran. Guru harus menciptakan suasana yang


5

menyenangkan bagi siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung, guru

juga harus melibatkan siswa agar lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran IPA.

Terbatasnya bahan ajar pada muatan pembelajaran IPA menyebabkan siswa

kesulitan dalam menangkap materi pembelajaran khususnya materi perubahan

wujud benda (Dasi & Putra, 2022). Sehingga diperlukan bahan ajar agar materi

tersebut dapat tersampaikan dan bisa dipahami siswa dengan baik (Nuraini &

Wedi, 2021). Namun ada beberapa guru yang masih belum mampu

mengembangkan bahan ajar yang lebih menarik sesuai dengan kebutuhan

siswa.

Salah satu bahan ajar yang menarik perhatian siswa adalah komik.

Komik merupakan bahan ajar yang dituangkan kedalam cerita yang memiliki

alur cerita yang menarik dengan berbagai karakter tokoh serta menggunakan

visualisasi atau ilustrasi bergambar. Menurut Budiarti dan Haryanto (2016)

menjelaskan bahwa bahan ajar komik suatu hal yang menunjukkan gambar-

gambar yang berwarna mempunyai daya tarik sendiri bagi anak-anak sehingga

dapat menarik anak-anak menjadi lebih senang dalam membaca. Gambar-

gambar dalam komik dapat membangkitkan kembali semangat belajar siswa.

Dengan demikian, penjelasan yang kompleks dari buku teks dapat

dipresentasikan dengan baik dengan menggabungkan teks dan gambar dalam

sebuah komik, sehingga siswa dapat dengan mudah memahaminya (Rahim et

al., 2022). Komik berperan sebagai pilihan praktis untuk mengembangkan

bahan ajar meningkat.


6

Bahan ajar berbasis komik dengan pendekata contextual teaching and

learning (ctl) pada pembelajaran IPA khususnya materi perubahan wujud

benda diharapkan dapat mendorong peserta didik untuk termotivasi serta

membantu memahami materi pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari,

sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa.

Menurut Ferania (2022) dengan judul “Pengembangan Media KOMPAS

(Komik IPA SD) Pada Materi Perubahan Wujud Benda Untuk Meningkatkan

Minat Belajar Siswa Kelas 3 Sekolah Dasar”, menyimpulkan bahwa media

KOMPAS (Komik IPA SD) layak untuk digunakan sebagai media

pembelajaran sehingga mampu memberi dorongan minat belajar siswa dalam

pembelajaran. Judul “Penerapan Strategi Pembelajaran Kontekstual Dalam

Upaya Meningkatkan Minat Belajar PAK”, menyimpulkan bahwa penerapan

strategi pembelajaran kontekstual dalam proses pembelajaran PAK dapat

meningkatkan minat belajar anak dalam belajar mata pelajaran (Novalis et al.,

2019). Menurut Mujahadah (2021) dengan judul “Pengembangan Media

Pembelajaran Komik untuk meningkatkan Hasil dan Minat Belajar Matematika

Peserta Didik Kelas III SD Muhammadiyah Malawili”, menyimpulkan bahwa

media pembelajaran komik matematika layak digunakan untuk minat belajar

yang memperoleh interprestasi rata-rata dari seluruh responden yang tergolong

baik sekali. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dapat

disimpulkan bahwa komik berorientasi pendekatan contextual teaching and

learning (CTL) ini sangat cocok digunakan untuk bahan ajar agar dalam proses
7

belajar mengajar menjadi menarik dan menyenangkan sehingga dapat

meningkatkan motivasi dan ketertarikan belajar pada siswa.

Berdasarkan uraian tersebut, maka diperlukan suatu pengembangan

bahan ajar IPA pada materi perubahan wujud benda yang dapat menarik minat

belajar siswa. Dengan demikian, dilaksanakan penelitian yang berjudul

“PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS KOMIK

BERORIENTASI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING (CTL) PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA

KELAS V SEKOLAH DASAR”.

2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi

permasalahan sebagai berikut;

1. Kurangnya minat belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada materi

perubahan wujud benda.

2. Penggunaan bahan ajar hanya menggunakan buku paket dan papan tulis.

3. Pendidik terkendala dengan buku yang dapat memandu peserta didik untuk

melakukan pembelajaran yang sesuai dengan dunia nyata atau dalam

kehidupan sehari-hari.

3. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dijelaskan sebelumnya,

maka peneliti perlu membatasi permasalahan agar penelitian ini dapat lebih

fokus dan terarah maka permasalahan dibatasai sebagai berikut:


8

1. Penelitian ini difokuskan pada pengembangan bahan ajar berbasis komik

berorientasi pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada

materi perubahan wujud benda.

2. Penelitian pengembangan bahan ajar berbasis komik ditujukan untuk

peserta didik kelas V Sekolah Negeri 67 Palembang.

4. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, adalah yang

dirumuskan dalam penelitian adalah:

1. Bagaimana kevalidan hasil pengembangan bahan ajar berbasis komik

berorientasi pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada

materi perubahan wujud benda kelas V Sekolah Dasar?

2. Bagaimana kepraktisan hasil pengembangan bahan ajar berbasis komik

berorientasi pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada

materi perubahan wujud benda kelas V Sekolah Dasar?

3. Bagaimana keefektifan hasil pengembangan bahan ajar berbasis komik

berorientasi pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada

materi perubahan wujud benda kelas V Sekolah Dasar?

5. Tujuan Pengembangan
Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kevalidan hasil pengembangan bahan ajar berbasis

komik berorientasi pendekatan contextual teaching and learning (CTL)

pada materi perubahan wujud benda kelas V Sekolah Dasar.


9

2. Untuk mengetahui kepraktisan hasil pengembangan bahan ajar berbasis

komik berorientasi pendekatan contextual teaching and learning (CTL)

pada materi perubahan wujud benda kelas V Sekolah Dasar.

3. Untuk mengetahui keefektifan hasil pengembangan bahan ajar berbasis

komik berorientasi pendekatan contextual teaching and learning (CTL)

pada materi perubahan wujud benda kelas V Sekolah Dasar.

6. Kegunaan Hasil Penelitian


Kegunaan hasil penelitian ini dibagi menjadi 2 katagori, yaitu manfaat

teoritis dan manfaat praktis:

a. Kegunaan Teoritis

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikembangkan diharapkan

hasil penelitian ini dapat menambah wawasan kepada berbagai pihak

terutama yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dasar, dalam hasil

penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pembelajaran yang

bermanfaat dan dapat menarik minat siswa serta dapat menambah kajian

informasi pengetahuan untuk semua orang.

b. Kegunaan Praktis

1. Bagi Peserta Didik

Hasil penelitian ini dapat membantu siswa memahami materi

dengan bahan pembelajaran yang lebih menarik, efektif, dan praktis.

2. Bagi Pendidik

Hasil penelitian ini dapat membantu bahan pembelajaran serta

membantu penyampaian materi dengan lebih mudah.


10

3. Bagi SD Negeri 67 Palembang

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui tanggapan

pendidik dan peserta didik mengenai bahan ajar berbasis komik

berorientasi pendekatan contextual teaching and learning (ctl) sebagai

bahan dan sumber belajar IPA di SD.

7. Spesifikasi Produk yang dikembangkan


Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini yaitu berupa bahan

ajar berbasis komik yang berorientasi pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) pada materi perubahan wujud benda pada kelas V Sekolah

Dasar. Adapun spesipikasi produk yang diharapkan :

a. Bahan ajar berbasis komik berbentuk buku.

b. Bahan ajar berbasis komik dirancang agar dapat dipelajari oleh siswa

baik secara kelompok maupun individu.

c. Komik ini dibuat semenarik mungkin dengan menggunakan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL).

d. Komik berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) ini dibuat

karena pendekatan ini melibatkan siswa dalam kehidupan sehari-hari

sehingga mudah dipahami oleh siswa dan dapat menarik minat

belajarnya.

e. Materi yang dikembangkan adalah perubahan wujud benda.

f. Bahan ajar ini dilengkapi dengan komponen-komponen sebagai berikut.

a) Cover

b) Perumusan KD
11

c) Pengenalan tokoh

d) Cerita pembuka

e) Penjelasan konsep mencair

f) Penjelasan konsep membeku

g) Penjelasan konsep menguap

h) Penjelasan konsep menguap

i) Penjelasan konsep mengembun

j) Penjelasan konsep menyublim

k) Cerita penutup

l) Penguatan konsep

m) Soal latihan siswa

n) Cover belakang

8. Tinjauan Pustaka
a) Kajian Teori

1) Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan sebuah pedoman yang sering dipakai oleh guru-

guru untuk membantu pada kegiatan belajar mengajar di kelas (Lestari,

2018). Bahan ajar merupakan suatu faktor yang paling penting untuk kegiatan

belajar mengajar agar proses pembelajaran bisa efektif khususnya di Sekolah

Dasar (Arsanti, 2018).

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah

sarana yang dapat membantu seorang guru dalam proses pembelajaran


12

sehingga pada saat berjalannya proses belajar mengajar dapat mudah di

pahami oleh siswa dan guru dapat lebih mudah dalam mengajar.

Adapun menurut Nurdyansyah dan Mutala’liah (2015) bahan ajar

adalah sebagai motivasi dalam proses kegiatan belajar mengajar yang

dilakukan oleh guru dengan berbagai materi pembelajaran yang kontekstual

agar siswa dapat melaksanakan tugas belajar secara optimal. Bahan ajar

berfungsi sebagai berikut:

a. Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktifitasnya dalam

proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang

seharusnya diajarkan atau dilatihkan kepada siswanya.

b. Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam

proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang

seharusnya dipelajari atau dikuasainya.

c. Alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran

d. Membantu guru dalam kegiatan belajar mengajar

e. Membantu siswa dalam proses belajar

f. Sebagai perlengkapan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pembelajaran

g. Untuk menciptakan lingkungan atau suasana belajar yang kondusif

Dalam pemilihan bahan ajar tentunya memiliki prinsip dimana menurut

(Romansyah, 2016) prinsip dapat mencakup :


13

a. prisnip relevansi merupakan suatu prinsip yang memiliki keterkaitan

dimana bahan ajar harus sesuai dengan standar kompetensi dan

kompetensi dasar

b. prinsip konsistensi yaitu prinsip kesesuaian, maksudnya jika

kompetesni dasar yang akan dikuasi ada empat maka bahan ajar yang

akan digunakan harus sama

c. prinsip kecukupan dalam artian ialah bahan ajar harus bisa mencakupi

untuk membantu siswa agar bisa mencapai suatu tujuan pembelajaran

yang diharapkan, bahan ajar juga tidak boleh terlalu sedikit materinya

karena siswa akan merasa sulit untuk mempelajarinya sebab

keterbatasan materi terlalu banyak juga akan membutuhkan waktu dan

tenaga maka pembelajaran tidak akan efisien.

Bahan ajar memiliki karakteristik dimana karakteristik ini ialah untuk

melihat dan mengetahui kualitas serta layak digunakannya.

Menurut Magdalena (2020) adapun penjabaran dari kelima karakteristik

bahan ajar tersebut sebagai berikut.

a. Pertama, self instructional yaitu bahan ajar dapat membuat siswa

mampu membelajarkan diri sendiri dengan ajar yang dikembangkan.

Oleh karena itu, di dalam bahan ajar harus terdapat tujuan yang

dirumuskan dengan jelas dan memberikan materi pembelajaran yang

dikemas ke dalam unit-unit atau kegiatan yang lebih spesifik.


14

b. Karakteristik Bahan Ajar Self Contained yaitu seluruh materi pelajaran

dari satu unit kompetensi atau subkompetensi yang dipelajari terdapat

di dalam satu bahan ajar utuh.

c. Karakteristik Bahan Stand Alone (berdiri sendiri) yaitu bahan ajar yang

dikembangkan tidak tergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus

digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain.

d. Karakteristik Bahan Adaptive yaitu bahan ajar hendaknya memiliki

daya adopted yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.

e. Karakteristik Bahan User Friendly yaitu setiap instruksi dan pparan

informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan

pemakaianya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon dan

mengakses sesuai dengan keinginan.

Berdasarkan pendapat diatas, bahan ajar adalah sarana yang dapat

membantu seorang guru dalam proses pembelajaran sehingga pada saat

berjalannya proses belajar mengajar dapat mudah di pahami oleh siswa dan

guru dapat lebih mudah dalam mengajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa

bahan ajar adalah pedoman seorang guru untuk membantu proses

pembelajaran sehingga pelajaran berjalan dengan efektif dan siswa mampu

mempelajari materi secara optimal.

2) Komik

Komik ialah sebuah buku yang efektif dalam pembelajaran karena

didalamnya ada sebuah gambar, teks serta alur cerita (Kusuma Putra & Yasa,

2019). Komik sangat bisa digunakan dalam menyampaikan sebuah


15

informasih serta mudah dimengerti, sebuah komik mengkombinasikan

gambar serta tulisan yang dibuat dalam sebuah alur cerita yang dapat

memberikan pengetahuan agar mudah dalam memahaminya. Buku komik

juga berisikan alur cerita yang sederhana serta mudah dipahami sehingga

buku komik bisa disukai oleh anak-anak Sekolah Dasar atau orang dewasa

(W. W. Sari & Ritonga, 2021). Sedangkan menurut (Kustandi & Darmawan,

2020, p. 142) komik adalah suatu media berupa kumpulan cerita yang

digambar dan dirancang sedemikian rupa yang terdiri beberapa panel yang

diperjelas oleh balonbalon kata dan ilustrasi gambar sehingga memudahkan

pembaca memahami isi cerita dengan mudah dan bersifat sebagai hiburan

maupun edukasi.

Berdasarkan dari penjelasan komik yang dikemukakan oleh para ahli di

atas, maka dapat disimpulkan bahwa komik adalah sesuata yang dapat

membantu anak-anak dalam memahami suatu pembelajran, karena komik

memiliki skenario dalam sebuah cerita yang menarik sehingga tidak heran

banyak diantara anak-anak menyukainya.

Komik memiliki beragam bentuk, baik dari tampilan, cara

penyampainnya, bentuk karakternya, serta makna isinya.

Menurut Kustandi dan Darmawan (2020: 154) menjelaskan mengenai

jenis-jenis komik yaitu:

a. Kartun yaitu sebuah komik yang berupa satu tampilan, tujuan komik ini

biasanya mengandung unsur kritikan, sindiran, dan humor.


16

b. Komik potongan (comic strip) adalah penggalan-penggalan yang

digabungkan menjadi satu bagian atau sebuah alur cerita pendek.

c. Komik tahunan (comic annual), komik ini biasanya terbit setiap 1 bulan

sekali, bahkan bisa juga 1 tahun sekali.

d. Komik online (web comic), dalam hal publikasi komik juga ada yang

memanfaatkan internet.

e. Komik ringan (comic simple) adalah komik yang biasanya dibuat dari

hasil karya sendiri yang difotokopi dan jilid sehingga menjadi sebuah

komik.

f. Buku komik (comic book) adalah suatu cerita yang berisikan gambar,

tulisan dan cerita yang dikemas dalam sebuah buku.

Dalam buku komik ini terbagi beberapa jenis lagi, yaitu:

a. Komik kertas tipis yaitu buku komik ini berukuran seperti buku biasa,

tidak terlalu lebar dan besar. Walau terkesan tipis namun bisa juga

dikemas dengan menggunaka kualitas kertas yang baik atau bagus

sehingga penampilan atau penyajian buku ini terlihat menarik. Apalagi

dengan gambar dan warna yang kontras membuat buku komik ini

sangat digemari.

b. Komik majalah yaitu buku komik berukuran seperti majalah, biasanya

menggunakan tipe kertas yang tebal dank eras untuk sampulnya.

Dengan ukuran kertas yang besar tentunya, satu buku dapat mencakup

kurang lebih dari 64 halaman yang tentunya dapat menampung banyak

gambar da nisi cerita.


17

c. Komik novel yaitu biasanya isi ceritanya lebih panjang dan komplikasi

serta membutuhkan tingkat berpikir yang lebih dewasa untuk

pembacanya. Isi buku lebih dari 100 halaman. Bisa juga dalam bentuk

seri atau cerita bersambung.

Menurut Murharsi (200) yang dikatakan Kustandi dan Darmawan

(2020: 150) dalam pengembangan komik ada 11 langkah yaitu :

a. Membuat sinopsis cerita

b. Ilustrasi sinopsis

c. Membuat Storyline

d. Membuat Karakter tokoh verbal

e. Membuat Karakter tokoh visual

f. Tahap sketsa layout panel, ilustrasi, dan balon teks (storyboard)

g. Tahap penintaan

h. Tahap pewarnaan

i. Tahap pembuatan balon teks beserta isinya

j. Pembuatan cover

k. Layout buku komik

l. Finishing

Begitu naik daunya komik di masyarakat dan begitu tingginya kesukaan

terhadap komik hal tersebut menjadikan komik sebagai media pembelajaran.

Salah satu kelebihan komik seperti penelitian yang dilakukan Thorndike,

diketahui bahwa anak yang membaca komik lebih banyak misalnya dalam

sebulan minimal satu buah buku komik maka sama dengan membaca buku-
18

buku pelajaran dalam setiap tahunnya, hal ini berdampak pada kemampuan

membaca siswa dan penguasaan kosa kata jauh lebih banyak dari siswa yang

tidak menyukai komik. Namun disisi lain komik juga memiliki kekurangan

yaitu pada proses pembuatan komik membutuhkan waktu yang relatif lama

serta penggunaan sumber belajar terbatas (W. W. Sari & Ritonga, 2021).

Kesimpulnnya bahwa komik adalah buku cetak yang berbentuk cerita

didalamnya terdapat ilustrasi gambar yang bisa dipergunakan untuk menarik

siswa supaya siswa bisa memahami proses pembelajaran dengan

menyenangkan sehingga tingkat berpikir anak lebih tinggi.

3) Contextual Teaching and Learning


Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar

yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran

apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka

terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka

bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang

sudah mereka miliki sebelumnya (Johnson, 2002) . Contextual Teaching and

Learning (CTL) adalah sebuah sistem Contextual Teaching and Learning

(CTL) yang bersifat menyeluruh yang menyerupai cara alam bekerja.

(Nurdyansyah & Fahyuni, 2016) mengungkapkan bahwa CTL

merupakan konsep belajar yang membantu peserta didik mengaitkan antara

materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam

kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.


19

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Contextual

Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu pendekatan pembelajaran

yang menghubungkan antara belajar dengan kehidupan sehari-hari atau

mengkaitkan pembelajaran dengan kehidupan yang nyata.

Contextual Teaching and Learning (CTL) memiliki karakteristik (Al-

Tabany, 2014) yang membedakan dengan pembelajaran lainnya, antara lain:

1. Kerja sama

2. Saling menunjang

3. Menyenangkan, tidak membosankan (joyfull, comfortable)

4. Belajar dengan bergairah

5. Pembelajaran terintegrasi

6. Memakai berbagai sumber

7. Siswa aktif

Menurut Latipah dan Afriansyah (2018) menjelaskan Contextual

Teaching and Learning (CTL) tentunya memliki kelebihan diantaranya yaitu:

a. Penggunaan konteks membuat siswa menjadi lebih aktif dalam

pembelajaran

b. Siswa yang biasanya tidak menyukai pembelajaran dan lebih memilih

mengobrol atau menggambar, bila disajikan dengan adanya konteks

dalam pembelajaran, siswa tersebut menjadi ikut serta dalam

pembelajaran

c. Siswa yang tidak menyukai pembelajaran berkelompok, menjadi

bersemangat belajar bersemangat


20

d. Siswa menjadi lebih mandiri dalam membuat catatan dikarenakan siswa

tersebut bisa menyimpulkan dan menemukan konsep sendiri selama

proses pembelajaran.

Latipah dan Afriansyah (2018) mengatakan bahwa Contextual Teaching

and Learning (CTL) memiliki kekurangan yaitu:

a. Karena kemampuan yang digunakan adalah kemampuan koneksi

pembelajaran, peneliti kesulitan dalam mencari soal-soal yang

berhubungan dengan CTL

b. Siswa tidak memperhatikan tidak dapat mengikuti dan menemukan

konsep dikarenakan CTL dapat menemukan konsep apabila sesuai

dengan langkah-langkah

c. Soal-soal koneksi matematis siswa yang dihubungkan dnegan pendekatan

CTL membuat siswa merasa bingung

Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan CTL, guru

harus membuat desan/scenario pembelajaran sebagai pedoman umum dan

sekaligus sebagai alat control dalam pelaksanaannya. Pada intinya

pengembangan komponen CTL tersebut dalam pembelajaran dapat dilakukan

melalui Langkah-langkah sebgai berikut:

a. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar

lebih bermakna, apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan

sendiri, dan mengkonstrusi pengetahuan dan ketrampilan baru siswa.

b. Melaksanakan kegiatan inkuiri untuk semua topik yang diajarkan.

c. Mengembangkan sifat ingin tahu melalui pertanyaan-pertanyaan.


21

d. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok

berdiskusi, tanya jawab, dan lain sebgainya.

e. Menghadirkan contoh pembelajaran melalui ilustrasi, model, bahkan

media yang sebenarnya.

f. Membiasakan anak melakukan refleksi setiap kegiatan pembelajaran

yang telah dilakukan.

g. Melalukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang

sebenarnya pada setiap siswa.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Contextual Teaching and Learning

(CTL) adalah suatu konsep pembelajaran yang mengaitkan materi dengan

kehidupan sehari-hari yang nyata sehingga dapat mengembangkan rasa ingin

tahu yang tinggi dan menciptakan masyarakat belajar yaitu melalui belajar

berkelompok, Tanya jawab dan berdiskusi.

4) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)


IPA merupkan ilmu yang terkonstruksi secara personal dan sosial

berlandaskan pendekatan konstruktivisme. Pembelajaran IPA memerlukan

kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk melakukan inkuiri dan

mengonstruksi sains seoptimal mungkin sesuai dengan kapasitas mereka

masing-masing dengan memanfaatkan iklim kolaborasi di dalam kelas

(Wisudawati & Sulistyowati, 2022).

Dalam pedoman pengembangan kurikulum 2013 disebutkan bahwa

pembelajaran IPA dilaksanakan dengan berbasis keterpaduan. Ilmu

Pengetahuan Alam atau Sains adalah pelajaran yang berorientasi pada fakta,
22

generalisasi, hukum, teori, tentang alam yang menarik untuk dikaji,

bermanfaat, selalu berkembang, dan berlaku global.

Pada pelajaran IPA juga penting diterapkan pemahaman siswa terhadap

materi yang pengetahuannya menyangkut pada lingkungan sekitar siswa, dan

peserta didik diharapkan dalam materi IPA dapat menjadi wahana untuk

mempelajari diri mereka sendiri dan alam sekitar (Rahayu, 2022).

Berdasarkan pendapat diatas dapat kita ketahui bahwa Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu pelajaran yang berorientasi pada fakta,

prinsip, generalisasi, hukum, teori, tentang alam yang menekankan pada

penerimaan pengalaman langsung demi mengmbangkan keahliannya

sehingga siswa mampu menjelajahi dan mengerti alam sekitar.

a) Materi Perubahan Wujud Benda


Dalam kehidupan sehari-hari sering kita temukan adanya perubahan-

perubahan pada beberapa benda. Perubahan-perubahan yang terjadi di alam

dapat digolongkan menjadi kimia, biologi, dan fisika. Perubahan-perubahan

yang terjadi di alam juga disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu suhu,

kelembapan, ada tidaknya kuman, dan waktu beberapa faktor di atas

berkaitan dengan perubahan materi yang disebabkan oleh adanya

pembakaran, perkaratan oleh oksigen dan air, pemanasan, pembusukan

pendinginan, dan pemberian tekanan. Dengan memahami berbagai aspek

materi dan perubahannya ini berdampak besar bagi kehidupan.

Materi adalah sesuatu yang mempunyai massa dan dapat menempati

sebuah ruang. Materi disebut juga dengan zat. Wujud zat terdiri dari hal-hal

berikut.
23

(1) Benda padat

(2) Benda cair

(3) Benda gas

Materi mempunyai dua sifat, yaitu sebagai berikut.

a. Sifat fisika

b. Sifat kimia

c. Sifat biologi

Perubahan zat terbagi dalam 2 kelompok besar yaitu sebagai berikut.

a. Perubahan Fisika, perubahan benda tanpa menghasilkan zat baru.

Macam-macam perubahan fisika yaitu: mencair, membeku, menguap,

mengembun, menyublim, mengkristal atau menghablur.

b. Perubahan Kimia, peristiwa perubahan pada benda (zat) yang

menghasilkan zat baru yang berbeda dengan sifat asalnya.

b) Konsep Pengembangan Prototype


Konsep pengembangan prototype dalam artiannya yaitu suatu produk

dapat memperbarui produk yang telah ada sehingga lebih efektif dan praktis

serta bermanfaat untuk banyak pihak. Untuk pengembangan model peneliti

akan mengarahkan bentuk sebuah produk yang akan dikembangkan. Metode

penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji

keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2021).

Peneliti akan mengembangkan sebuah bahan ajar berbasis komik

berorientasi pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada


24

materi Perubahan Wujud Benda kelas V Sekolah Dasar. Pengembangan ini

memiliki tujuan yaitu untuk membantu guru dan siswa lebih mudah dalam

proses pembelajaran sehingga siswa dapat lebih memahami apa yang telah

diajarkan oleh guru dan dapat menjadikan kegiatan belajar mengajar lebih

mengasyikkan dan bermakna.

c) Konsep Prototype yang Dikembangkan


Peneliti menggunakan model penelitian ADDIE. Sugiyono (2019: 752)

mengemukakan model yang dikembangkan oleh Dick and Carry (1996)

menggunakan istilah ADDIE (Analysis, Design, Development,

Implementation, Evaluation) dan Development Research yang dapat

diterjemahkan menjadi penelitian pengembangan.

Model desain sistem pembelajaran ADDIE bersifat sederhana dan dapat

dilakukan secara bertahap atau sistematik untuk mewujudkan program yang

komprehensif (Pribadi, 2014: 23).

Penelitian ini memiliki lima tahapan yaitu Analysis, Design,

Development, Implementation, dan Evaluation. Model pengembangan ini

dapat memberikan acuan dalam setiap tahapan nya secara rinci namun

sederhana dan mudah di pahami untuk mendapatkan hasil yang efektif dan

menarik. Model ADDIE sangat cocok dan memudahkan penggunaan nya

untuk mengembangkan sebuah komik berorientasi pendekatan Contextual

Teaching and Learning pada materi Perubahan Wujud Benda kelas V

Sekolah Dasar.

d) Kajian Terdahulu yang Relevan


25

Sebelum melakukan penelitian ini, penelitian sebelumnya telah terkait

dengan penelitian yang dilakukan oleh:

1. Dasi dan Putra (2022) dengan judul “Pengembangan Media

Pembelajaran E-Komik Berbasis Pendekatan Kontekstual Pada Materi

Perubahan Wujud Benda Muatan IPA Kelas V SD”. Menunjukan dari

hasil penelitiannya menjelaskan bahwa berdasarkan hasil uji para ahli,

uji coba perorangan dan uji coba perorangan dan uji coba kelompok

kecil dapat disimpulkan pengembangan media pembelajaran e-komik

berbasis pendekatan kontekstual layak digunakan sebagai media

pembelajaran muatan IPA materi perubahan wujud benda untuk siswa

kelas V. Dari penelitian (Dasi & Putra, 2022) terdapat persamaan dan

perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu : persamaan

dari penelitian ini adalah terletak pada pendekatan kontekstual pada

materi perubahan wujud benda muatan kelas V. Sedangkan

perbedaannya adalah terletak pada pengembangan media pembelajaran

e-komik sedangkan peneliti menggunakan pengembangan bahan ajar

komik.

2. Jambi (2017) dengan judul “Pengembangan Media Komik SAINS

Berbasis Kontekstual Pada Pembelajaran Sistem Pernapasan Kelas V

Sekolah Dasar”. Hasil dari penelitian menyatakan komik yang

dihasilkan valid dari segi media dan materi dengan persentase masing-

masing 91,25 % dan 83,8% serta media komik IPA yang dikembangkan

dinyatakan sangat praktis dengan persentase respon guru 87,5% dan


26

respon siswa 88,5%. Dari penelitian yang dilakukan oleh (Jambi, 2017)

terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian. Artinya kesamaan

penelitian ini terdapat pada pengembangan bahan ajar berbasis komik

berorientasi pendekatan contextual teaching and learning. Disisi lain,

terdapat perbedaan pada materi pembelajaran yaitu perubahan wujud

benda.

3. W. W. Sari dan Ritonga (2021) dengan judul “Pengembangan Bahan

Ajar Komik Muatan Matematika Materi Satuan Berat Di Sekolah

Dasar”. Hasil dari penelitian menyatakan bahwa pengembangan produk

berupa bahan ajar komik matematika materi satuan berat ini dinilai

sangat layak dan efektif digunakan saat kegiatan pembelajaran. dari

penelitian yang dilakukan oleh (W. W. Sari & Ritonga, 2021) terdapat

persamaan dan perbedaan dengan penelitian lakukan yaitu: persamaan

dari penelitian ini adalah terletak dari pengembangan bahan ajar

berorientasi komik. Perbedaannya adalah terletak pada pendekatan

contextual teaching and learning dan pada muatan IPA.


27

e) Kerangka Berfikir
Masalah:

Minat belajar siswa masih rendah pada pembelajaran IPA khususnya di pokok
bahasan perubahan wujud benda

Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Komik Berorientasi Pedekatan Contextual


Teaching and Learning Pada materi Perubahan Wujud Benda kelas V Sekolah
Dasar

Analisis konten
Analysis
Analisis karakteristik
siswa
1. Garis besar isi media
2. Penulisan dialog Analisis lingkungan
Design
3. Pembuatan ilustrasi
4. Pembuata flowchart
5. Pembuatan storyboard 1. Membuat media
berdasarkan Storyboard
Development
dan flowchart yang telah
dibuat
Uju coba produk yaitu bahan ajar
2. Melakukan validasi ahli
berbasis komik berorientasi
pendekatan Contextual Teaching Implmentation
and Learning (CTL)
Menganalisis kevalidan dan
Penyebaran angket respon siswa kepraktisan bahan ajar berbasis
Evaluation komik berorientasi pendekatan
Contextual Teaching and
Learning (CTL)

Menghasilkan bahan ajar berbasis komik


berorientasi pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) yang valid dan praktis
28

Gambar 1. Kerangka berpikir Model ADDIE

9. Metodologi Penelitian
a) Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian pengembangan atau Development

Research yang bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar berbasis buku komik

berorientasi pendekatan contextual teaching and learning pada materi

perubahan wujud benda kelas V Sekolah Dasar.

Menurut Sugiyono (2021) menjelaskan bahwa penelitian dan

pengembangan merupakan proses atau metode yang digunakan untuk

memvalidasi dan mengembangkan produk. Memvalidasi produk, berarti

produk ini telah ada, dan peneliti hanya menguju efektivitas atau validitas

produk tersebut sedangkan mengembangkan produkdalam arti luas dapat

berupa memperbarui produk yang telah ada (sehingga menjadi lebih praktis,

efektif, dan efisien) atau menciptakan produk baru (yang sebelumnya belum

pernah ada).

b) Prosedur Penelitian
Dalam pengembangan ini diperlukan prosedur kerja yang sistematis dan

terarah sehingga diharapkan dapat terencana dengan baik. Adapun prosedur

kerja yang akan dilaksanakan dalam pengembangan ini mulai dari pemilihan

materi sampai uji coba media. Dalam bentuk bagan pengembangan yang

menjadi acuan penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut:


29

1. Analisis (Analysis)

Tujuan dari analisis adalah untuk mengetahui kebutuhan awal dalam

mengembangkan media ini, yakni mengenai analisis konten, analisis

karakteristik siswa, analisis lingkungan. Analisis konten dilaksanakan dengan

melakukan wawancara bersama guru kelas V, hasil wawancara menunjukan

muatan materi pembelajaran IPA sulit dipahami dan kurangnya bahan ajar

yang dapat memotivasi peserta didik dalam belajar IPA khususnya materi

perubahan wujud benda. Dalam analisis konten, selain menentukan materi

dilakukan juga penetapan kompetensi dasar pada muatan IPA berdasarkan

kurikulum 2013. Adapun konten dasar pada materi perubahan wujud benda

dapat dilihat pada tabel 7. berikut.

Tabel 1. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Muatan IPA Kelas V

Kompetensi Dasar Indikator

3.7 Menganalisis pengaruh kalor 3.2.1 Menelaah contoh benda padat,


terhadap perubahan wujud suhu cair dan gas dalam kehidupan
dan wujud benda dalam sehari-hari.
kehidupan sehari-hari
3.2.2 Menguraikan pengertian
perubahan wujud benda.

3.2.3 Mengkatogorikan perubahan


wujud benda yang
dipengaruhi oleh kalor atau
panas.

3.2.4 Merinci macam-macam


perubahan wujud benda.

3.2.5 Mengaitkan contoh peristiwa


perubahan wujud benda yang
terjadi dalam kehidupan
sehari-hari.
4.7 Melaporkan hasil percobaan 4.7.1 Menyajikan hasil percobaan
30

pengaruh kalor pada benda pengaruh kalor pada benda.

Pada analiss karakter menunjukkan siswa memiliki gaya belajar visual

dan siswa menyukai bahan ajar yang menampilkan gambar-gambar yang

menarik. Hasil tersebut didapatkan melalui wawancara dengan guru kelas V

dan penyabaran kuisioner kepada siswa. Analisis linkungan dilaksanakan

dengan observasi di SD Negeri 67 Palembang memperoleh hasil bahwa

pembelajaran kebanyakan hanya menggunakan buku paket atau LKS saja,

sehingga peserta didik memiliki rasa antusias atau minat dalam belajar sangat

rendah. Berdasarkan kondisi tersebut, maka diperlukan pengembangan bahan

ajar yang mampu meningkatkan minat belajar siswa. Bahan ajar yang

dikembangkan yaitu bahan ajar berbasis komik berorientasi pendekatan

contextual teaching and learning pada materi perubahan wujud benda kelas V

di SD Negeri 67 Palembang.

2. Desain (Design)

Tahap kedua yaitu tahap pembuatan desain produk yang akan

dikembangkan. Peneliti membuat desain gambar, sesuai dengan lingkungan

siswa yang dapat dijadikan bahan materi perubahan wujud benda. Desain

merupakan rancangan secara umum yang meliputi cover, isi, penutup, dan

materi yang akan disajikan. Selain itu, penentuan alur pembelajaran yang

akan dibuat serta merencanakan bentuk dalam penyajian materi. Storyboard

dari komik yang akan dibuat dapat dilihat pada table berikut:
31

Tabel 2. Desain Storyboard

Perumusan Pengenalan
KD Tokoh
COVER

Penjelasan Cerita Awal Cerita


(Konsep Perubahan Muncul Pembuka
Wujud Benda Masalah

Cerita Penguatan Soal


Penutup Konsep Latihan
Siswa

Cover
Belakang

Desain dan storyboard yang telah dibuat akan dikonsultasikan kepada

dosen pembimbing. Revisi dan perbaikan akan dilakukan jika desain tersebut

belum sesuai. Jika desai dinilai dengan baik, proses pengembangan media
32

tersebut meningkat ke tahap develovment (pembuatan produk). Pembuatan

produk tersebut berpedoman pada desain dan storyboard yang telah dibuat.

3. Pengembangan (Develop)

Pada tahap ini, peneliti melanjutkan pembuatan produk berdasarkan

storyboard dan desain yang telah dibuat. Ada tiga bagian utama dalam media

ini, yaitu bagian cover, isi, dan penutup. Ketiga bagian tersebut

dikembangkan dengan menggunakan Clip Studio Paint (CSP). Tidak lupa

pula, pada tahap awal pembuatan produk ini, peneliti mengkonsultasikan

kepada dosen pembimbing untuk revisi dan tindak lanjut tahap demi tahap.

Media yang telah dihasilkan kemudian dikaji oleh beberapa validator

sebagai ahli media dan ahli materi. Review media ini dilakukan untuk

memperoleh penilaian yang disajikan. Hasil penilaian dari validator

digunakan untuk pedoman revisi sehingga akan dihasilakan media yang layak

uji baik dari segi tampilan maupun materi. Adapun kriteria validator adalah

sebagai berikut:

a) Ahli isi/materi

Ahli isi/materi yang akan memvalidasi bahan ajar ini berdasarkan

kriteria berikut ini: (1) memiliki latar belakang pendidikan minimal

Magister (S-2), (2) memiliki latar belakang pendidikan MIPA, (3) dosen
33

pengampu mata kulia Ilmu Pengetahuan Alam (4) memiliki pengalaman

dan wawasan yang relevan dengan pendidikan IPA.

b) Ahli Media

Ahli media yang akan memvalidasi media pembelajaran harus

memiliki kriteria antara lain: (1) memiliki latar belakang pendidikan

minimal Magister (S-2), (2) dosen dan pengampu mata kuliah teknologi

pembelajaran, (3) memiliki pengalaman dan wawasan yang relevan

dengan teknologi pembelajaran.

4. Implementasi (Implement)

Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem

pembelajaran yang sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah

dikembangkan diinstal atau diset sedemikian rupa sesuai dengan peran atau

fungsinya agar bisa diimplementasikan. Setelah produk siap, maka dapat

diuji cobakan melalui kelompok besar kemudian dievaluasi dan direvisi.

Kemudian uji coba dapat dilakukan pada kelompok besar selanjutnya

dievaluasi kembali dan direvisi sehingga menghasilkan produk akhir yang

siap digunakan.

5. Evaluasi (Evaluate)

Evalusi adalah suatu proses untuk mengetahui apakah sistem

pembelajaran yang sedang dirancang tercapai, sesuai dengan harapan yang di

inginkan atau tidak. Tahap evaluasi dapat dilakukan pada setiap empat tahap

di atas yang disebut evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan


34

revisi. Misalnya pada tahap rancangan kita membutuhkan validasi ahli untuk

memberikan input terhadap rancangan yang sedang dibuat.

c) Rancangan Produk Pengembangan


Pada proses pembuatan bahan ajar berbasis komik dilakukan dengan

menggunakan aplikasi Clip Studio Paint (CSP). Rancangan produk

pengembangan bahan ajar berbasis komik terdapat pada lampiran 1.

d) Teknik Pengumpulan Data


Untuk mempengaruhi kualitas data hasil penelitian perlu menggunakan

ketepatan cara untuk dilakukannya sebuah penelitian dan pengumpulan data

dapat dilakukan dengan berbagai cara (Sugiyono, Matode Penelitian

Pendidikan, 2021). Teknik pengumpulan data yang akan digunakan oleh

peneliti berdasarkan fakta yang terjadi dilapangan. Berikut adalah tahap

pengumpulan data yang dilakukan peneliti:

1. Wawancara

Wawancara adalah salah satu tehnik pengumpulan data untuk

mengetahui hal-hal dari responden dalam jumlah yang kecil secara lebih

mendalam sebagai studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang

harus diteliti.

2. Angket atau Kuisioner

Angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara memberikan

pertanyaan atau pernyataan atau penyataan tertulis kepada responden untuk


35

dijawab. Angket cocok diberikan kepada responden yang cukup besar dan

dapat diberikan secara langsung.

3. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak terbatas pada

orang atau subjek melainkan obyek-obyek alam yang lain. Observasi

digunakan apabila penelitian berkaitan dengan prilaku manusia, gejala alam,

proses kerja dan jika responden yang diamati tidak terlalu besar.

e) Teknik Validasi
Teknik validasi yang peneliti lakukan adalah validasi ahli materi dan

ahli media. Sebelum produk digunakan maka produk akan divalidasi oleh

beberapa ahli untuk menilai keefektifan dan kelayakan produk sebelum

digunakan. Kemudian bahan ajar berbasis komik ini akan diimplementasikan

kepada guru dan siswa. Kisi-kisi instrument validasi ahli materi dan ahli

media yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan bahan ajar

berbasis komik adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Ahli Isi Materi Pembelajaran

No Aspek Indikator

1. Kurikulum a. Kesesuaian materi dengan


kompetensi dasar

b. Kesesuain materi dengan indikator


pembelajaran

c. Kesesuain materi dengan tujuan


pembelajaran
2. Materi a. Kesesuaian materi dengan karakter
36

siswa kedalam materi


b. Materinya didukung media yang
tepat
c. Materinya mudah dipahami
d. Materinya merepresentasikan
kehidupan nyata
e. Memberikan sumber lain untuk
belajara
f. Penggunaan Bahasa yang tepat dan
konsisten
3. Evaluasi a. Kesesuaian evaluasi dengan materi
b. Kesesuaian tingkat kesulitan soal
dengan kompetensi

Sumber: (Suartama, 2016)

Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Ahli Media Pembelajaran

No Aspek Indikator

1. Teknis a. Kemudahan menggunakan media

b. Media dapat membantu siswa


memahami materi

c. Media dapat membangkitkan


motivasi siswa
2. Tampilan a. Kualitas tampilan baik
b. Tampilan layar serasi dan seimbang
3. Teks a. Ketepatan penggunaan jenis huruf
b. Ketepatan penggunaan ukuran huruf
c. Ketepatan penggunaan spasi tulisan
4. Gambar a. Penggunaan gambar dalam komik
mendukung pembelajaran
b. Penggunaan media komik yang
37

mendukung pemahaman

Sumber: (Suartama, 2016)


Tabel 5. Kisi-kisi Angket Respon Guru

No. Pernyataan

1. Kemenarikan tampilan komik untuk dipelajari siswa.


2. Kesesuaian materi pada komik dengan topic
pembelajaran.
3. Kesesuai materi yang disajikan dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
4. Tulisan yang terdapat pada bahan ajar komik menarik
dan proporsional.
5. Penyajian gambar tokoh pada media komik menarik dan
proporsional.
6. Gambar pada komik membuat siswa menjadi tertarik
mengikuti pembelajaran.
7. Bahan ajar memudahkan penyampaian materi
perubahan wujud benda.
8. Bahan ajar komik sesuai dengan karakteristik siswa.
9. Kejelasan tulisan pada komik.
10. Tata bahasa dan penyusunan kalimat pada komik untuk
dimengerti siswa.
11. Kemampuan bahan ajar dalam meningkatkan minat
belajar siswa.
12. Fleksibilitas penggunaan bahan ajar komik dalam
pembelajaran.
13. Kemudahan bahan ajar komik untuk memahami materi
yang disajikan
14. Kemampuan bahan ajar komik untuk menambah
pengetahuan siswa
15. Ilustrasi pada komik dapat membantu siswa untuk
memahami pembelajaran.
38

Tabel 5. Kisi-kisi Angket Respon Siswa

No. Pernyataan

1. Bahan ajar komik yang dikembangkan mampu menarik


minat saya untuk belajar.
2. Cerita dalam komik berkaitan dengan kehidupan sehari-
hari.
3. Gambar pada komik membuat saya menjadi tertarik
mengikuti pembelajaran.
4. Gambar yang disajikan sudah sesuai dengan karakter
tokoh yang diceritakan.
5. Gambar yang disajikan pada bahan ajar komik menarik
dan jelas.
6. Materi yang disajikan di dalam komik sudah berurutan,
menarik untuk dipahami.
7. Bahasa yang digunakan mudah dimengerti.
8. Saya sudah memahami materi perubahan wujud benda
menggunakan bahan ajar komik.
9. Desain karakter komik sangat menarik.
10. Bahan ajar komik bisa saya gunakan dengan baik

Analisis data hasil uji validitas ahli materi dan media serta angket respon

guru dan siswa menggunakan teknik deskripsi kualitatif dengan presentase

untuk menggambarkan tingkat validitas. Cara yang dapat ditempuh yaitu

dengan melihat skor pengukuran yang diperoleh kemudin dihitung

menggunakan rumus berikut ini:

Keterangan :
39

AP : Angka Presentase

Skor Aktual : Skor yang diberikan oleh validator atau ahli

Skor Ideal : Skor maksimal hasil kali jumlah item dengan skor dari

masing-masing item.

Angket presentasi yang diperoleh selanjutnya dikelompokan dalam kriteria

penilaian tabel berikut :

Tabel 6. Kriteria Penelitian

Skor Kriteria

80-100% Sangat tinggi


61-80% Tinggi
41-60% Cukup
21-40% Rendah
1-20% Sangat rendah

f) Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif. Metode analisis

deskriptif kualitatif adalah suatu cara pengolahan data bentuk kalimat,

kategori mengenai suatu objek sehingga memperoleh kesimpulan umum

(Agung, 2018). Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah untuk
40

menentukkan validitas, kepraktisan, serta keefektifan komik pada materi

perubahan wujud benda. Adapun teknik analisis data yang peneliti gunakan

sebagai berikut.

(1) Analisis Kevalidan

Analisis data lembar validasi merupakan lembar validasi yang telah

diisi serta dinilai oleh para ahli kemudian dianalisis oleh penelitian dengan

mendata hasil dari penilaian para ahli tersebut. Adapun skor penilaian

validator terhadap lembar kerja peserta didik dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7. Kategori Nilai Validasi

Kategori Jawaban Skor Pertanyaan Positif

Sangat Baik 4
Baik 3
Tidak Baik 2
Sangat Tidak Baik 1

Sumber: Sugiyono (Novita, Burhan & Darlius, 2016) hal 13

Setelah mendapatkan nilai dari validator, selanjutnya akan dianalisis

peneliti dengan menggunakan rekapitulasi skor hasil penilaian masing-masing

validator. Berikut rumus yang digunakan dalam menghitung nilai kevalidan.

Kemudian peneliti menghitung rata-rata nilai dari validator

menggunakan rumus.
41

Persentasi Kelayakan (%)= X 100%

Sumber: Sugiyono (Novita, Burhan & Darlius, 2016) hal 14

Nilai validator tersebut disesuaikan dengan karakteristik validitas pada

tabel diatas, dimana tidak hanya mengelola data hasil penelitian validator,

peneliti juga mendapatkan data berbentuk saran dari validator yang

berikutnya hendak dianalisis secara deskriptif untuk masukan dan acuan bagi

peneliti untuk merevisi komik, sehingga nantinya menciptakan produk yang

layak digunakan oleh pendidik dan peserta didik.

Tabel 8. Kategori Kelayakan

Kategori kelayakan Skor validitas

Sangat layak 81-100%


Layak 61-80%
Cukup layak 41-60%
Tidak layak 21-40%
Sangat tidak layak 0-20%

Sumber : Sugiyono (Novita, Burhan, & Darlius, 2016, hal. 13) dimodifikasi
(2) Analisis Kepraktisan
Untuk menghasilkan kepraktisan produk, maka peneliti perlu

melakukan uji kepraktisan kepada pendidik dan peserta didik dengan

menggunakan angket respon peserta didik dan pendidik terhadap angket


42

tersebut menggunakan skala likert disusun melalui lima proses dalam bentuk

pertanyaan. Untuk keperluan analisis, maka setiap jawaban dapat diberi skor:

Tabel 9. Kategori Nilai Validasi

Kategori Jawaban Skor Pertanyaan Positif

Sangat Baik 4
Baik 3
Tidak Baik 2
Sangat Tidak Baik 1

Sumber: Sugiyono (Novita, Burhan & Darlius, 2016) hal 13

Kemudian dicari rata-rata nilai buat setiap responden menggunakan

rumus berikut:

Persentasi Kelayakan (%)= X 100%

Sumber: Sugiyono (Novita, Burhan & Darlius, 2016) hal 14

Nilai yang diperoleh setelah ditentukan dengan kriteria kepraktisan

semacam pada tabel diatas. Bukan hanya mengelah informasi atau data

peneliti dapat juga menerima dan berbentuk pendapat dasri peserta didik yang

nantinya akan digunakan sebagai masukan bagi peneliti untuk merevisi

komik, sehingga nantinya dapat menghasilkan produk yang lebih layak.

Tabel 10. Kategori Kepraktisan

Kategori Kelayakan Skor Validasi

Sangat Layak 81-100%


Layak 61-80%
Cukup Layak 41-60%
43

Tidak Layak 21-40%


Sangat Tidak Layak 0-20%

Sumber: (Akbar, Instrumen Perangkat Pembelajaran, 2016, hal 41)

(3) Analisis Keefektifan


Teknik analisis keefektifan komik ini menggunakan analisis statistika

deskriptif digunakan untuk menganalisis data keterlaksanaan pembelajaran,

aktivitaspeserta didik selama pembelajaran, aktivitas peserta didik selama

pembelajaran, respon peserta didik terhadap pembelajaran, dan hasil belajar

peserta didik. Analisis deskriptif bertujuan untuk melihat gambaran suatu data

secara umum. Data yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest dianlisis

untuk mengetahui minat belajar peserta didik.

Gain adalaah selisih antara nilai pretest dan posttest, gain menunjukkan

peningkatan minat belajar peserta didik setelah pembelajaran dilakukan guru.

Untuk mengetahui seberapa besar ketuntasan hasil belajar peserta didik

peserta didik, di uji dengan menggunakan rumus Normalized gain.

g=

Keterangan:

G = gain ternomalisasi

Spre = Skor Pretes

Spos = Skor Posttest


44

Smak = Skor Maksimum Ideal

Kriteria yang digunakan untuk menentukan hasil belajar peserta

didik adalah sebagai berikut :

Tabel 11. Kriteria Interprestasi Gain Ternormalisasi

Rata-rata Katerangan

-1,00 ≤ g < 0,00 Terjadi Penurunan


g = 0,00 Tetap
0,00 ≤ g ≤ 0,30 Rendah
0,30 ≤ g 0,70 Sedang
0,70 ≤ g ≤ 1,00 Tinggi

Sumber: (Kesumawati, Retta & Sari, 2016: 161)

g) Jadwal Kerja

Januari Februari Maret April Mei Juni

No. Uraian 2023 2023 2023 2023 2023 2023

Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Usul Judul Proposal

2. Penyusunan Proposal

3. Seminar Proposal

4. Revisi Proposal
45

5. Analisis Kebutuhan

6. Penyusunan Design

7. Pengembangan
Development

8. Validasi Ahli Materi

9. Validasi Ahli Media

10. Validasi Ahli Bahasa

11. Menerapkan
Pembelajaran
Edutainment Dengan
Menggunakan Hasil
Pengembangan E-Modul

12. Evaluasi

13. Penelitian

14. BAB IV

15. BAB V

16. Abstrak

17. Ujian Skripsi

Lampiran 1:

Rancangan Produk Pengembangan

Rancangan Keterangan
46

Rancangan bagian depan a. Muatan materi

a b. judul komik

c. ilustrasi tokoh 1, 2 dan 3


b

Kata Pengantar a. Judul “Kata Pengantar”

b. Isi Kata Pengantar


a
c. Halaman
b

c
47

Perumusan KD a. Judul “Perumusan KD”

b. Isi Perumusan KD

a c. Halaman

Tujuan Pembelajaran a. Judul “ Judul Pembelajaran”

a b. Isi tujuan pembelajaran

b c. Halaman

Pengenalan Tokoh a. Judul “Pengenalan Tokoh”

a b. Tokoh 1

b c. Tokoh 2
c

d. Tokoh 3
d

e e. Tokoh 4

f. halaman
f
48

Cerita Awal Pembuka a. Tokoh 1

b. Balon kata

c. Warung
aa

b
d. Tokoh 1

c e. Halaman
d

e
49

Awal Muncul Masalah a. Tokoh 1 bertanya kepada tokoh 2,


3, dan 4
a
b. Tokoh 2, 3, dan 4 menjawab lalu
b tokoh 2 menjawab sebab belum
pulang

c. Tokoh 1 bertanya lagi


d c
d. Tokoh 2, 3, dan 4 menjawab

e. Halaman
e

Penjelasan Konsep Mencair a. Tokoh 1 ekspresi berfikir

b a b. Tokoh 1 memesan

c. Tokoh 2 menyentuh tokoh 1


c
d d. Tokoh 2 bertanya ke tokoh 1

e. Tokoh 1 menjelaskan konsep


mencair mengaitkan dengan
fe CTL

f. Balon kata
g
g. Halaman
50

Penjelasan Konsep Membeku a. Objek membeku yaitu es batu


yang dimasukkan ke dalam
a
kulkas

b. Tokoh 3 bertanya pada tokoh 1


b
c. Tokoh 1 menjelaskan konsep
membeku mengaitkan dengan
CTL
c
d. halaman

Penjelasan Konsep Mengembun a. Tokoh 1

a b b. Tokoh 4 bertanya pada tokoh 1

c. Objek mengembun yaitu cup jus


c d yang dinding cupnya menjadi
basah karena bagian dalam diisi
es.

e d. Tokoh 4 bertanya

e. Tokoh 1 menjelaskan konsep


f
mengembun mengaitkan dengan
CTL

f. halaman
51

Penjelasan Konsep Menguap a. Objek menguap yaitu model


yang dipanaskan.
a
b. Tokoh 2 bertanya pada tokoh 1

b c. Tokoh 1 menjelaskan konsep


menguap mengaitkan dengan
CTL

c d. Halaman

Penjelasan Konsep Menyublim a. Objek menyublim yaitu es batu


yang dikeluarkan langsung dari
a
kulkas dan didiamkan beberapa
saat di suhu ruangan, maka akan
terlihat uap air bentuk uap putih
yang mengepul dari es batu.
b c
b. Tokoh 1 berbicara ke tokoh 2
d
c. Tokoh 2 bertanya ke tokoh 1

e d. Tokoh 1 menjelaskan konsep


menyublim mengaitkan dengan
CTL

e. Halaman
52

Cerita Penutup a. Tokoh 2 bertanya ke tokoh 1


yaitu tentang kesimpulan
perubahan wujud benda yang
a
berkaitan dengan pendekatan
contextual teaching and
learning (CTL)

b. Tokoh 1 memberi penjelasan


b
c. halaman

Penguatan Konsep a. Perintah untuk melihat bagan

b. Gambar bagan perubahan wujud


benda
a
c. halaman

c
53

Soal Latihan Siswa a. Tokoh 4

b. Perintah
a
c. halaman

Cover Belakang a. Gambar tokoh 1, 2, 3 dan 4

b. Terimakasih

b
54

DAFTAR PUSTAKA

Al-Tabany, T. I. B. (2014). MENDESAIN MODEL PEM BELAJARAN


INOVATIF, PROGRESIF, DAN KONTEKSTUAL. KENCANA.

Anggraini, N., & Lubis, P. H. M. (2023). Pengembangan Bahan Ajar Fisika


Berbasis Contextual Teaching And Learning Untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemahaman Konsep Pada Siswa Kelas XI SMA. 6(1), 105–114.

Ansel, M. F., & Arafat, S. (2021). Jurnal PGSD. Jurnal PGSD, 11(2), 128–134.

Ariyanto, M. (2018). Peningkatan Hasil Belajar Ipa Materi Kenampakan Rupa


Bumi Menggunakan Model Scramble. Profesi Pendidikan Dasar, 3(2), 133.
https://doi.org/10.23917/ppd.v3i2.3844

Arsanti, M. (2018). Pengembangan Bahan Ajar Mata Kuliah Penulisan Kreatif


Bermuatan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Religius Bagi Mahasiswa Prodi
Pbsi, Fkip, Unissula. KREDO : Jurnal Ilmiah Bahasa Dan Sastra, 1(2), 71–
90. https://doi.org/10.24176/kredo.v1i2.2107

Budiarti, W. N., & Haryanto, H. (2016). Pengembangan Media Komik Untuk


55

Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Keterampilan Membaca Pemahaman


Siswa Kelas Iv. Jurnal Prima Edukasia, 4(2), 233.
https://doi.org/10.21831/jpe.v4i2.6295

Dasi, N. L. K., & Putra, S. (2022). Pengembangan Media Pembelajaran E-Komik


Berbasis Pendekatan Kontekstual Pada Materi Perubahan Wujud Benda
Muatan IPA Kelas V SD. Al-Irsyad, 4(3), 354.
https://core.ac.uk/download/pdf/322599509.pdf

Dita, K., Puji, A., Zuliani, R., & Tangerang, U. M. (2021). Pengembangan Bahan
Ajar Ipa Berbasis Media Komik Di Kelas Iii Sdn Doyong 2 Kota Tangerang.
Jurnal Keislaman Dan Ilmu Pendidikan, 1(November), 189–197.

Ferania, M., Wardani, K. W., Satya Wacana, K., Keguruan, D. F., Pendidikan, I.,
Kristen, U., Wacana, S., & Abstract, S. (2022). Pengembangan Media
KOMPAS (Komik IPA SD) Pada Materi Perubahan Wujud Benda Untuk
Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas 3 Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah
Wahana Pendidikan, 8(22), 489–499.
https://doi.org/10.5281/zenodo.7350382

Haryani, P., Fakhrudin, A., & ... (2022). Pengembangan Lkpd Berbasis
Pendekatan Contextual Teaching Learning Materi Geometri Matematika
Kelas Iv Sekolah Dasar. JPDI (Jurnal …, 95–102.
https://journal.stkipsingkawang.ac.id/index.php/JPDI/article/view/3509

Jambi, F. U. (2017). Pengembangan Media Komik Sains Berbasis Sistem


Pernapasan Kelas V Hari Saptiadi a1D111061 Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Hari Saptiadi. 1–14.

Johnson, E. B. (2002). CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING:


MENJADIKAN KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR MENGASYIKKAN DAN
BERMAKNA. MMU.

Kusuma Putra, G. L. A., & Yasa, G. P. P. A. (2019). Komik Sebagai Sarana


Komunikasi Promosi Dalam Media Sosial. Jurnal Nawala Visual, 1(1), 1–8.
https://doi.org/10.35886/nawalavisual.v1i1.1

Latipah, E. D. P., & Afriansyah, E. A. (2018). Analisis Kemampuan Koneksi


Matematis Siswa Menggunakan Pendekatan Pembelajaran CTL dan RME.
Matematika, 17(1), 1–12. https://doi.org/10.29313/jmtm.v17i1.3691
56

Lestari, I. (2018). Pengembangan Bahan Ajar Matematika dengan Memanfaatkan


Geogebra untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep. GAUSS: Jurnal
Pendidikan Matematika, 1(1), 26. https://doi.org/10.30656/gauss.v1i1.634

Magdalena, I., Prabandani, R. O., Rini, E. S., Fitriani, M. A., & Putri, A. A.
(2020). Analisis Pengembangan Bahan Ajar. Jurnal Pendidikan Dan Ilmu
Sosial, 2(2), 170–187. https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/nusantara

Mujahadah, I., Alman, A., & Triono, M. (2021). Pengembangan Media


Pembelajaran Komik untuk Meningkatkan Hasil dan Minat Belajar
Matematika Peserta Didik Kelas III SD Muhammadiyah Malawili. Jurnal
Papeda: Jurnal Publikasi Pendidikan Dasar, 3(1), 8–15.
https://doi.org/10.36232/jurnalpendidikandasar.v3i1.758

Nanda, K. K., Tegeh, I. M., & Sudarma, I. K. (2017). Pengembangan Video


Pembelajaran Berbasis Pendekatan Kontekstual Kelas V di SD Negeri 1
Baktiseraga. Jurnal EDUTECH Universitas Pendidikan Ganesha, 05(1), 88–
99.

Novalis, D., Sumarno, Y., & Paruntung, J. P. (2019). Penerapan Strategi


Pembelajaran Kontekstual Dalam Upaya Meningkatkan Minat Belajar Pak.
Edukasi: Jurnal Pendidikan Agama Kristen, 10(2), 27–39.
http://sttbi.ac.id/journal/index.php/edukasi

Nuraini, M. F., & Wedi, A. (2021). PENGEMBANGAN MULTIMEDIA


INTERAKTIF MATERI. 4(1), 33–40.
https://doi.org/10.17977/um038v4i12021p033

Nurdyansyah, & Fahyuni, E. F. (2016). Inovasi Model. In Nizmania Learning


Center.

Nurdyansyah, & Mutala’liah, N. (2015). Pengembangan Bahan Ajar Modul Ilmu


Pengetahuan Alambagi Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Program Studi
Pendidikan Guru Madrasa Ibtida’iyah Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo, 41(20), 1–15.

Rahayu, P. (2022). Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif IPA Berbasis


Teknologi Pada Materi Perubahan Wujud Benda Untuk Siswa Kelas III Di
SDN Wonorejo 1/321. 9(1).
https://osf.io/preprints/nt7mh/%0Ahttps://osf.io/nt7mh/download
57

Rahim, R., Suhariyanti, S., & Rahman, M. A. (2022). The development of comic-
based teaching material using contextual approach to students of amalyatul
huda elementary school medan. Premiere Educandum : Jurnal Pendidikan
Dasar Dan Pembelajaran, 12(1), 1. https://doi.org/10.25273/pe.v12i1.10416

Romansyah, K. (2016). Pedoman Pemilihan dan Penyajian Bahan Ajar Mata


Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jurnal Logika, 17(2), 59–66.
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/logika/article/download/145/97

Rosyida, A. (2018). Pengembangan Media Komik Berbasis Ctl Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Review Pendidikan
Dasar : Jurnal Kajian Pendidikan Dan Hasil Penelitian, 4(3), 789.
https://doi.org/10.26740/jrpd.v4n3.p789-799

Sari, N. A., Akbar, S., & Yuniastuti. (2018). Penerapan pembelajaran tematik
terpadu di sekolah dasar. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan
Pengembangan, 3(12), 1572–1582.
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/11796

Sari, W. W., & Ritonga, R. (2021). Pengembangan Bahan Ajar Komik Muatan
Matematika Materi Satuan Berat Di Sekolah Dasar. VOX EDUKASI: Jurnal
Ilmiah Ilmu Pendidikan, 12(2), 217–227.
https://doi.org/10.31932/ve.v12i2.1338

Sugiyono. (2021). METODE PENELITIAN PENDIDIKAN (Bandung).


ALFABETA.

Winangun, I. M. A. (2020). Media Berbasis Budaya Lokal dalam Pembelajaran


IPA SD. Edukasi: Jurnal Pendidikan Dasar, 1(1), 65–72.
58

Anda mungkin juga menyukai