Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM


GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR IPS MATERI PERISTIWA KEBANGSAAN SEPUTAR
PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA PADA SISWA KELAS
V SDN 006 SAMARINDA ILIR TAHUN PEMBELAJARAN 2022/2023”
Dosen Pembimbing : Dr. Muhammad Ilyas, M.Pd

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian

Alikta Zahra Sausana Mekarayu


2005116006

PGSD A 2020
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARWAN
TAHUN 2023

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam konteks pendidikan adalah gabungan
antara Ilmu Humaniora dan Ilmu Sosial yang diintegrasikan sedemikian rupa. IPS
dapat dipahami Menurut National Council of Social Studies (NCSS) bahwa social
studies as "the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic
competence (IPS merupakan studi integrasi ilmu sosial dan humaniora untuk
meningkatkan kompetensi warganegara). Dasar masalah dan realitas sosial dengan
pendidikan interdisipliner menjadi dasar atas desain Ilmu Pengetahuan Sosial.
(Saharuddin, 2020)
Istilah IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri
sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains
bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan. Materi IPS untuk jenjang sekolah
dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena lebih memprioritaskan dimensi
pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir peserta didik yang
bersifat holistik (Somantri, 2001; Syaharuddin, Rahman, & Fitriyani, 2019).
Dengan adanya mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar diharapkan peserta didik
dapat memiliki pengetahuan dan wawasan terkait konsep-konsep dasar ilmu sosial
dan humaniora, memiliki kesadaran dan kepekaan terhadap masalah sosial di
lingkungan, serta memiliki keterampilan mengkaji dan memecahkan masalah sosial
tersebut (Al Muchtar, 2007). Hal tersebut juga diharapkan dapat mengembangkan dan
melatih sikap, nilai, moral dan keterampilannya didasari konsep yang telah
dimilikinya dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran adalah proses interaksi antara pendidik dengan peserta
didik dan sumber belajar di lingkungan belajar. Guru harus memperhatikan tugas dan
fungsi sebagaimana tertulis dalam UU Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 39 ayat 2 yakni guru (pendidik) merupakan tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan
tinggi. Pembelajaran dengan menekankan pada pemahaman berbagai fenomena sosial
di masyarakat akan membantu siswa untuk bersosialisasi dengan lingkungan (Fahreza
& Husna, 2017). Hal ini sejalan dengan tujuan utama dari pelaksanaan pembelajaran

1
IPS, yakni untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan analisis
peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan
bermasyarakat yang dinamis (Agustien et al., 2018; Salam, 2017, 2019).
Berdasarkan uraian tersebut, maka pembelajaran IPS merupakan pembelajaran
yang mengintegrasikan konsep terpilih dari berbagai ilmu-ilmu sosial dan humaniora.
Hal ini ditujukan agar peserta didik memiliki pemahaman konsep secara holistik dan
berlangsung optimal (Saharuddin, 2020). Guru dan pembelajaran merupakan elemen
yang terkait satu sama lain. Hal ini dikarenakan keduanya adalah satu kesatuan
sistem. Guru difungsikan sebagai ujung tombak pada aktivitas pembelajaran. Hal ini
dirasa wajar karena guru adalah subjek utama yang menjalin hubungan kepada peserta
didik. Menurut Undang Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal
1 (1) guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan menengah.
Seorang guru perlu memiliki kemampuan khusus, kemampuan yang tidak
mungkin dimiliki oleh orang yang bukan dari guru (Sanjaya, 2008). Kemampuan
yang dimiliki guru digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tercapainya
sebuah tujuan dalam pembelajaran ditandai dengan adanya hasil belajar siswa yang
baik (Jacub et al., 2019), sehingga hasil belajar menjadi salah satu hal yang sangat
penting dalam proses pembelajaran. Hasil belajar yang didapatkan siswa dalam
pembelajaran IPS akan menunjukkan sejauh mana siswa memahami materi yang telah
dibelajarkan oleh gurunya (Sumitro et al., 2017; Tariani, 2018). Hanya saja kenyataan
dilapangan menunjukkan bahwa hasil belajar IPS siswa cenderung rendah. Hal ini
disebabkan karena banyak siswa beranggapan bahwa IPS merupakan mata pelajaran
yang membosankan sehingga tidak menarik untuk dipelajari (Nata & Sujana, 2020).
Hasil observasi prapenelitian yang telah dilakukan di SD Negeri 006
Samarinda Ilir menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar IPS sebesar 57 dengan
ketuntasan belajar 36% (8 orang siswa). Rata-rata hasil belajar IPS yang ditetapkan
dalam kriteria ketuntasan minimal adalah sebesar 70, dengan ketuntasan belajar
sebesar 85% . Selain disebabkan oleh anggapan bahwa pembelajaran IPS tidak
menarik, rendahnya hasil belajar IPS siswa juga disebabkan karna kurangnya
kemampuan guru dalam mendorong dan memotivasi siswa sehingga menjadikan hasil
belajar IPS masih rendah bila dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Pelajaran
IPS selalu disajikan secara verbal melalui kegiatan ceramah dan dengan keterlibatan

2
siswa secara minim karena siswa hanya melakukan kegiatan mendengar, mencatat,
dan menghafal hal ini menjadikan siswa bosan dikarenakan pembelajaran kurang
menarik. Guru juga jarang menggunakan media sebagai alat bantu penyampaian
materi agar siswa paham dengan maksud materi yang disampaikan. Jika dibiarkan
secara terus menerus hal ini tentunya akan berdampak pada semakin menurunnya
hasil belajar siswa.
Berdasarkan hal-hal tersebut, guru sebagai pendidik diharuskan memiliki
kemampuan tidak hanya merancang tetapi juga mampu mengimplementasikan
berbagai model pembelajaran yang cocok dengan minat, bakat serta sesuai dengan
taraf perkembangan peserta didik. Hal ini harus dipahami hingga pemanfaatan sumber
dan media pembelajaran untuk menjamin efektivitas pembelajaran.
Pada materi Peristiwa Kebangsaan Seputar Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia berisi informasi tentang beberapa peristiwa dan tokoh-tokoh penting sekitar
proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Untuk mempermudah siswa dalam
menguasai dan memahami materi tersebut serta mampu meningkatkan hasil belajar
siswa, maka menurut peneliti perlu dikembangkan pola pembelajaran berciri khas
kebudayaan Indonesia yang kooperatif dengan pola semboyan "Ingngarsa sung
tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani" yang dipelopori oleh Ki Hajar
Dewantoro. Hasil penelitian ini dapat mengembangkan pola pembelajaran kooperatif
dalam pembelajar IPS di SD, yang berciri khas budaya Indonesia. Pendekatan ini
menggambarkan falsafah bangsa Indonesia yaitu Pancasila dan semboyan "Bhineka
tunggal ika", artinya manusia pada hakikatnya makhluk bhineka dan perlu bergotong
royong dalam mencapai tujuan hidup ini. Untuk itu perlu perhatian dan penanganan
secara cepat dan tepat dengan pendekatan kooperatif baik antara sekolah, orangtua,
dan masyarakat.
Pembelajaran kooperatif yakni rencana pembelajaran yang memusatkan pada
pengelompokan peserta didik dengan tingkat kecakapan akademik, jenis kelamin, ras,
suku maupun agama yang berbeda ke dalam kelompok kecil. Dalam pembelajaran
kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan, yaitu diantara:
Student Teams Achievement Divisions (STAD), Teams Games Tournament (TGT),
Think Pair And Share (TPS), Team Assisted Individualization atau Team Accelerated
Instruction (TAI), Jigsaw, Jigsaw II, Numbered Heads Together (NHT) dan
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).

3
Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Teams Game Tournament)
menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar dengan pengelompokan
heterogen sekitar 3-5 orang, dengan tahapan penyajian kelas, belajar dalam kelompok,
permainan, pertandingan, dan penghargaan. Dalam TGT (Teams Games Tournament)
siswa mempermainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk
memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing (Hamdani et al., 2019). Permainan
dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan materi pelajaran (Febriana, 2018; Mawardi et al., 2019). Kadang-kadang dapat
juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok. Permainan dalam
TGT (Teams Games Tournament) dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis
pada kartu-kartu yang diberi angka dan gambar (Harahap, 2018).
Beberapa penelitan terdahulu yang relevan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Game Tournament) dalam meningkatkan
hasil belajar IPS di SD yaitu penelitian oleh Kalimatun Fitri tahun 2019 dengan judul
“Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Pembelajaran Kolaborasi Tipe Teams Games
Tournament (TGT) Dengan Make A Match” terjadi peningkatan dari pra tindakan ke
siklus I, dari jumlah siswa 12 anak dengan rata-rata nilai IPS adalah 48,75 setelah
dilakukan tindakan pada siklus I, nilai rata-rata meningkat menjadi 62,73 kemudian
jumlah meningkat lagi pada siklus II menjadi 73,75. Dalam penelitian lain oleh Ni
Luh Sri Armidi tahun 2022 dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Teams Games Tournament untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas
VI SD” terjadi peningkatan hasil belajar antara siklus I (jumlah 1330, rata-rata 67,
daya serap 67%, ketuntasan belajar 70%) dan siklus II (jumlah 1590, rata-rata 80,
daya serap 80%, ketuntasan belajar 95%). Terjadi peningkatan hasil belajar antara
siklus I dan siklus II, menunjukan kenaikan rata-rata daya serap 13% dan pada
ketuntasan belajar mengalami kenaikan sebesar 25%.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan didukung dengan penelitian
terdahulu yang relevan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT)
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Peristiwa Kebangsaan Seputar
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Pada Siswa Kelas V SDN 006 Samarinda Ilir
Tahun Pembelajaran 2022/2023”

4
B. Rumusan Masalah Penelitian
Bagaimana cara meningkatan hasil belajar IPS materi peristiwa kebangsaan seputar
proklamasi kemerdekaan Indonesia melalui penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Team Games Tournament (TGT) pada siswa kelas V SDN 006 Samarinda Ilir
tahun pembelajaran 2022/2023?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS materi
peristiwa kebangsaan seputar proklamasi kemerdekaan Indonesia melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) pada siswa kelas
V SDN 006 Samarinda Ilir tahun pembelajaran 2022/2023?
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
a. Dapat dijadikan kajian lebih lanjut terkait penerapan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT)
b. Dapat dijadikan bahan pembuktian bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT ) menjadi salah satu hal yang
mampu dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Sekolah
Sebagai bahan evaluasi sekolah dalam hal meningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolah.
b. Bagi Guru
Sebagai sumber pengetahuan dan wawasan baru dalam menggunakan
model pembelajaran yang efektif dalam pembelajaran IPS, menumbuhkan
motivasi, dan ketrampilan guru untuk terus meningkatkan proses pembelajaran
terhadap aktivitas siswa.
c. Bagi Siswa
Sebagai upaya dalam menerima pembelajaran yang lebih bermakna,
memfokuskan pada keterlibatan siswa, dan meningkatkan hasil belajar dalam
pembelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament (TGT).
d. Bagi Peneliti
Sebagai upaya dalam menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman
peneliti dalam meningkatkan kualitas di dalam pembelajaran.

5
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT).
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament
(TGT).
Pembelajaran kooperatif model Team Game Turnament (TGT) adalah salah
satu jenis model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan
aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa
sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.
(Gayatri, 2009).
Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan suatu strategi
pembelajaran dengan cara siswa bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang
memiliki tingkat kemampuan akademik yang berbeda dan saling membantu satu
sama lainnya. Tujuan pembentukan kelompok kooperatif adalah untuk
memberikan kesempatan kepada siswa terlibat secara aktif dalam proses berfikir
dalam kegiatan belajarnya (Ibrahim, dkk, 2000; dan Eggen and Kauchack, 1996).
TGT adalah pembelajaran yang memetakan siswa dan kelompok-kelompok
belajar yang beranggotakan 5-6 siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin
dan suku yang berbeda.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe team
games tournament (TGT) adalah salah satu jenis model pembelajaran kooperatf
dimana membagi peserta didik dalam beberapa kelompok kecil yang heterogen
untuk saling membantu dan terlibat aktif dalam mengikut diskusi dan permainan
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT).
a) Bekerja dalam Kelompok-Kelompok Kecil
Peserta didik dikelompokkan dalam kelompok belajar yang beranggotakan 5-6
siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku yang berbeda.
Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharuskan dapat
memotivasi siswa untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan
lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi
pelajaran. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri
siswa bahwa belajar secara kooperatif sangat menyenangkan.
b) Games tournament

6
Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari
kelompoknya. Permainan dilakukan sesuai dengan permainan yang sudah
ditentukan oleh Guru. Guru bisa menempatka soal di papan tulis d masing-
masing kelompok. Kemudian anggota kelompok mau satu persatu untuk
menjawab dan mengatur strategi untuk mendapatkan point tertinggi
c) Penghargaan Kelompok
Langkah pertama sebelum memberikan pengharagaan kelompok adalah
menghitung rata-rata skor kelompok. Untuk memilih rata-rata skor kelompok
dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing-
masing anggota kelompok dibagi dengan banyaknya anggota kelompok. Skor
yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik dicatat pada lembar
pencatat skor. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata-rata poin yang di
dapat oleh kelompok tersebut
3. Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT)
1) Dapat meningkatkan keaktifan peserta didik sehingga lebih mendominasi
dalam kegiatan pembelajaran.
2) Dapat meningkatkan rasa toleransi untuk menghormati dan menghargai orang
lain.
3) Dapat meningkatkan motivasi dan semangat belajar siswa terhadap pelajaran
yang sedang berlangsung. (Gayatri, 2009)
4. Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games
Tournament (TGT)
Kelebihan pembelajaran kooperatif model TGT menurut Slavin (2005:163)
adalah pembelajaran menggunakan tournament akademik dan menggunakan kuis
dan skor individu, meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial, saling
bekerja sama, dan menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri.
Kelemahan dari pembelajaran kooperatif model TGT menurut Shoimin
(2014:208) membutuhkan waktu yang lama, guru dituntut untuk pandai memilih
materi pelajaran yang cocok untuk model ini, guru harus mempersiapkan model
ini dengan baik, misalnya membuat soal untuk meja tournament atau lomba, dan
guru harus tahu urutan akademis siswa dari tinggi hingga rendah.

5. Tahap-Tahap Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games


Tournament (TGT).

7
Menurut Slavin (1995), pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5
langkah tahapan yaitu: tahapan penyajian kelas (class precentation), belajar dalam
kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (class precentation), dan
penghargaan kelompok (team recognition).

Berikut ini akan dijabarkan lebih rinci masing-masing tahapan model


pembelajaran kooperatif tipe TGT, yaitu:

1) Penyajian kelas (class precentation)


Pada awal pembelajarn guru mempresentasikan atau menyajikan materi,
menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan
memberikan motivasi. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar
memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan
membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat
game akan menentukan skor kelompok. Materi pelajaran dalam TGT
dirancang khusus untuk menunjang pelaksanaan game/ turnamen. Materi ini
dapat dibuat dengan cara mempersiapkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
2) Belajar dalam kelompok (teams study)
Kelompok biasanya terdiri dari 5-6 siswa yang anggotanya heterogen secara
akademik, jenis kelamin dan ras. Masing-masing kelompok diberi kode,
misalnya I, II, III, IV, dan seterusnya. Fungsi kelompok adalah untuk lebih
mendalami materi bersama teman kelompoknya agar bekerja dengan baik dan
optimal pada saat game. Setelah guru menginformasikan materi dan tujuan
pembelajaran, kelompok berdiskusi dengan menggunakan LKS. Dalam
kelompok terjadi diskusi untuk memecahkan masalah bersama, saling
memberikan jawaban dan mengoreksi jika ada anggota kelompok yang salah
dalam menjawab. Perlu disampaikan kepada siswa bahwa mereka akan
bekerja sama dalam kelompok selama beberapa kali pertemuan dan mereka
akan memainkan suatru permainan akademik untuk menambah poin kelompok
mereka, kelompok yang memperoleh nilai tertinggi akan mendapatkan
penghargaan.
3) Permainan (game)
Game terdiri dari pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang
didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Permainan diikuti
oleh anggota kelompok dari masing-masing kelompok yang berbeda. Tujuan

8
dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah semua anggota kelompok
telah menguasai materi, di mana pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
berhubungan dengan materi yang telah didiskusikan dalam kegiatan
kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan sederhana bernomor.
Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang
sesuai dengan nomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan
nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor.
Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4) Turnamen (tournament)
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah
guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar
kerja. Turnamen pertaman guru mebagi siswa ke dalam beberpa meja
turnamen. Empat siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja A,
empat siswa selanjutnya pada meja B dan seterusnya. Untuk melaksanakan
turnamen, perlu diperhatikan:
a. Membentuk meja turnamen, disesuaikan dengan banyaknya siswa pada
setiap kelompok.
b. Menentukan rangking (berdasarkan kemampuan) setiap siswa kelompok.
c. Menempatkan siswa yang memiliki kemampuan yang sama pada meja
yang sama, misalnya siswa pandai (IA, IIA, IIIA, dan seterusnya)
ditempatkan pada meja A, dan seterusnya.
d. Masing-masing siswa pada meja turnamen bertanding untuk mendapatkan
skor sebanyak-banyaknya.
e. Skor siswa dari setiap kelompok yang punya jumlah komulatif tertinggi
ditentukan sebagai pemenang pertandingan.
5) Penghargaan Kelompok (teams recognition)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team
akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria
yang ditentukan. Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rerata
poin yang diperoleh oleh kelompok dari permainan. Lembar penghargaan
dicetak dalam kertas HVS, dimana penghargaan ini akan diberikan kepada tim
yang memenuhi kategori rata-rata poin.
B. Hasil Belajar IPS
1. Pengertian Hasil Belajar IPS

9
Hasil belajar adalah sesuatu yang didapatkan dari proses belajar. Hasil belajar
tersebut dituangkan dalam bentuk nilai atau angka tertentu yang mencerminkan
suatu hasil, akibatnya adalah adanya perubahan kognitif, afektif, maupun
psikomotorik (Oemar Hamalik, 2005:25). Hasil belajar menunjuk pada prestasi
belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat
perubahan tingkah laku siswa.
a. Ranah kognitif (pengetahuan atau pemahaman)
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak) yang
secara lebih khusus aspek pengetahuan dan kemampuan intelektual serta
keterampilan-keterampilan.
b. Ranah afektif
Ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Beberapa pakar mengatakan
bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang
memiliki penguasaan kognitif yang lebih tinggi. Ciri-ciri hasil belajar
afektif akan tampak pada peserta didik dalam bertingkah laku .
c. Ranah psikomotorik
Ranah yang berkaitan dengan keterampilan ( skill) atau kemampuan
bertidak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil
belajar ranah psikomotor di kemukakn oleh Simpson (1956) menyatakan
nahwa hasil belajar psikomoto ini tampak dalam bentuk keterampilan
(skill ) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar kognitif dan hasil
belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotorik apabila peserta
didik telah menunjukan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan
makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya.
(Oemar Hamalik, hal.161163, 2010).
Hasil belajar IPS mengacu pada dua aspek, yakni pertama, kemampuan
memahami konsep-konsep IPS; kedua, kemampuan mengaplikasikan pemahaman
IPS, seperti kemampuan berfikir kritis (critical thingking) dan kreatif (creative),
kemampuan memahami dan menyelesaikan masalah-masalah sosial (problem
solving), serta kemampuan mengambil keputusan yang tepat (decission making
process)”.

10
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPS adalah perolehan
sesuatu dari proses belajar yang dapat dilihat dan diharapkan berdampak terhadap
adanya perubahan ke arah yang lebih baik yakni kognitif terkait pemahaman
berfikir kritis, psikomotorik yakni kreatif, serta ranah afektif dalam menyelesaikan
masalah dan mengambil keputusan yang tepat

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaiu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang bersal dari dalam diri seseorang
sedangkan faktor eksternal adalah berasal dari luar individu. (Kurniawan
dkk.2017 Vol.4).
a. Faktor Internal
Kemampuan ilektual,afeksi sepersti perasaan dan percaya diri, motivasi,
kematengan untuk belajar, usia, jenis kelamin, kebiasaan belajar belajar,
kemampuan mengingat, dan kemampuan pengindraan seperti melihat,
mendengarkan, dan merasakan.
b. Faktor Eksternal
Guru, kualitas pembelajaran, instrumen atau fasilitas belajar baik yang berupa
hasrdware maupun softwer serta lingkungan, baik lingkungan sosial maupun
lingkungan alam (Wangid dkk. 2016. Vol. 2).

11
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yaitu
penelitian yang dilakukan oleh guru dalam ruang kelas atau sekolah tempat mengajar
dengan penekanan pada penyempurnaan hasil atau peningkatan praktik dan proses
dalam pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berasal dari bahasa ingris
Classroom Action Research, yang memiliki arti penelitian yang di lakukan pada
sebuah kelas dalam upaya pemecahan permasalahan yang dihadapi seseorang dalam
tugasnya sehari-hari dimanapun tempatnya. Penelitian ini dianggap sebagai penelitian
mikro yang bersifat partisipatif dan kalaboratif. Bersifat partisipatif karena
dilakukan sendiri oleh peneliti mulai dari penelitian topik, perumusan masalah,
perencanaan, pelaksanaan, analis, dan pelapornya. Penelitian Tindakan Kelas kegiatan
lebih diarahkan pada pemecahan masalah pembelajaran melalui penerapan langsung
dikelas (Mansur Muslich, 2014: 7-8). Pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini,
penulis dan guru bertukar peran, maksudnya adalah penulis sebagai guru yang
memberikan pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai peneliti yang bertindak
sebagai pengamat ketika pembelajaran Matematika dilakukan. Penelitian ini
termasuk penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research (CAR).
PTK adalah penelitian yang di lakukan oleh guru dalam kelas atau sekolah tempat
mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan
proses dalam pembelajaran.(JUMRAWARSI1, 2, MUDJIRAN3, NEVIYARNI4,
2021)
B. Prosedur Penelitian
Dalam pelaksanaannya, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan model
Kemmis dan Taggart, yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat
langkah pokok yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3)
observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting) atau evaluasi. Secara keseluruhan,
empat tahapan dalam PTK tersebut membentuk suatu siklus PTK yang digambarkan
dalam bentuk spiral. Seperti pada Gambar dibawah ini

12
Adapun dari masing-masing siklus memiliki 4 tahapan, yaitu 1) perencanaan
tindakan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) tindakan observasi, dan 4) refleksi. Rancangan
prosedur penelitian dari setiap siklus dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Siklus 1
a. Perencanaan tindakan
Kegiatan yang dilakukan yaitu:
1) Menganalisis kurikulum agar mengetahui kompetensi dasar yang akan
diberikan ke siswa
2) Membuat rancangan pembelajaran berupa RPP
3) Membuat media pembelajaran untuk menunjang pelaksanaan
pembelajaran
4) Membuat lembar instrumen berupa tes observasi siswa disesuaikan dengan
indikator pembelajaran.
Berikut rencana pelaksanaan pembelajaran :
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SDN 024 Penajam

Kelas/Semester : V / II

13
Tema 7 : Peristiwa dalam Kehidupan

Sub Tema 2 : Peristiwa Kebangsaan Seputar Proklamasi


Kemerdekaan

Pembelajaran :1

Muatan Pelajaran : IPS

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (2 JP)

A. KOMPETENSI INTI

KI 1 : Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.


KI 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru,dan tetangga,
dan negara.
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat dasar dengan cara mengamati, menanya, dan mencoba berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda
yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.
KI 4 : Menunjukkan keterampilan berfikir dan bertindak kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, dan komunikatif. Dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis dan
kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan
tindakan yang mencerminkan perilaku anak sesuai dengan tahap perkembangannya.
B. KOMPETENSI DASAR

Muatan : IPS

No KOMPETENSI DASAR (KD) INDIKATOR

1. 3.5 Mengidentifikasi faktor-faktor 3.5.1 Mengetahui peristiwa


penting penyebab penjajahan pembacaan teks proklamasi
bangsa Indonesia dan upaya kemerdekaan.
bangsa Indonesia dalam 3.5.2 Mengidentifikasi persitiwa
mempertahankan peristiwa penting seputar
kedaulatannya pembacaan teks
proklamasi.

14
2. 4.4 Menyajikan hasil identifikasi 4.4.1 mempresentasikan peristiwa-
mengenai faktor-faktor penting peristiwa penting seputar
penyebab penjajahan bangsa pembacaan teks proklamasi
Indonesia dan upaya bangsa
Indonesia dalam
mempertahankan
kedaulatannya.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Dengan membaca dan kegiatan tanya jawab, peserta didik dapat mengetahui peristiwa
pembacaan teks proklamasi kemerdekaan.
2. Dengan kegiatan bermain dan berdiskusi kelompok, peserta didik dapat
mengidentifikasi persitiwa peristiwa penting seputar pembacaan teks proklamasi.
3. Dengan berdiskusi kelompok, peserta didik dapat mempresentasikan peristiwa-
peristiwa penting seputar pembacaan teks proklamasi

D.MATERI PEMBELAJARAN

Peristiwa penting seputar kemerdekaan terkait pembacaan teks proklamasi

E. PENDEKATAN, MODEL, DAN METODE PEMBELAJARAN

1. Pendekatan : Scientific (Mengamati, Menanya, Menalar, Mencoba, Mengumpulkan


Informasi)
2. Model : Team Games Tournament (TGT)
3. Metode : Ceramah, tanya jawab, dan permainan (simulasi)
4. Strategi : Small Group Discussion

F. MEDIA PEMBELAJARAN

1. Media :

▪ Papan Tulis
▪ Gambar-gambar kegiatan peristiwa seputar kemerdekaan Indonesia
2. Alat dan bahan :
▪ TV/Proyektor
▪ Kertas A0
▪ Origami
▪ Gunting
▪ Lem

15
G. SUMBER BELAJAR

1. Buku Pedoman Guru Tema 7, Kelas 5, Subtema 2 (Buku Tematik Terpadu Kurikulum
2013, Revisi 2018, Jakarta: Kementrian Pendidikan dan kebudayaan, 2018).
2. Buku Pedoman Siswa Tema 7, Kelas 5, Subtema 2 (Buku Tematik Terpadu
Kurikulum 2013, Revisi 2018, Jakarta: Kementrian Pendidikan dan kebudayaan,
2018).

3. Youtube

4. Internet

H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu

Pendahuluan ● Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa 10 Menit


berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-masing.
Religius
● Menyanyikan lagu Nasional “Garuda Pancasila”
bersama-sama. Nasionalis
● Guru mengecek kesiapan diri dengan mengisi lembar
kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan
tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan
pembelajaran.
● Menginformasikan tema yang akan dipelajari yaitu
tentang ”Peristiwa dalam Kehidupan”.
● Guru menyampaikan kepada peserta didik tujuan
pembelajaran yang dilakukan yaitu terkait bangun
datar. Orientasi
Inti Penyajian Kelas 45 Menit
 Guru membagi peserta didik dalam beberapa
kelompok kecil
 Guru menyajikan materi peristiwa proklamasi
menggunakan media gambar, video proklamasi,
dan bacaan buku
Belajar dalam kelompok
 Peserta didik bersama kelompoknya belajar
bersama dan diberi kesempatan bertanya jika
ada yang belum dipahami
 Guru memberi tahu cara permainan dan skornya
sehingga peserta didik dapat berdiskusi terkait
strategi yang akan digunakan untuk dapat
memenangkan games.

16
Games
 Guru sudah menyiapkan media bermain
 Peserta didik mulai bermain satu persatu
anggota kelompok maju dan menjawab soal
mengumpulkan point terbanyak
 Guru menginstruksikan siswa untuk
bermain dengan sportif dan jujur
Turnament
 Setelah mendapatkan point, peserta didik
kembali bermain di minggu akhir
pembelajaran dari akumulasi point untuk
diketahui pemenangnya
 Peserta didik mempresentasikan hasil
belajarnya terkait materi proklamasi
kemerdekaan
Penghargaan kelompok
 Kelompok yang mendapat point tertinggi
diberi hadiah dapat berupa benda,
makanan, sertifikat, ataupun reward
bermanfaat lainnya.
 Guru tetap mengapresiasi selruh peserta
didik agar tertanam jiwa sportif, toleransi,
dan menghargai.

Penutup ● Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk 15 Menit


menyampaikan pendapatnya tentang pembelajaran
yang telah diikuti.
o Materi apa saja yang telah dipahami?
o Materi apa saja yang belum dipahami?
o Adakah hal-hal yang ingin diketahui oleh siswa
lebih lanjut?
o Bagaimana perasaan selama pembelajaran
berlangsung?
● Bersama siswa, guru menyimpulkan kegiatan
pembelajaran.
● Siswa menyanyikan lagu daerah “Apuse”.
● Guru memberi apresiasi kepada siswa
● Guru memberi tahu siswa materi yang akan dipelajari
selanjutnya
● Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan
keyakinan masing-masing (untuk mengakhiri kegiatan
pembelajaran) dipimpin oleh ketua kelas. Religius

17
● Guru memberi sedikit permainan yaitu yang dapat
menjawab pertanyaan mengenai materi-materi
peristiwa seputar kemerdekaan Indonesia bisa pulang
terlebih dahulu. Ini dilakukan juga untuk kembali
memperkuat pemahamn peserta didik

b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan penerapan dalam kelas terhadap isi rancangan yaitu sebagai berikut:
1) Guru menggunakan realita dalam memberi materi pembelajaran
2) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok
3) Guru mengajak siswa berdiskusi dan belajar dengan tutor sebaya
4) Guru mengajak siswa bermain permainan yang melibatkan materi seputar
peristiwa kebangsaan seputar proklamasi Indonesia.
5) Guru memberi kesimpulan, motivasi, dan penguatan kepada siswa
6) Guru memberikan evaluasi
c. Tindakan Observasi
Dilakukan di berbagai kegiatan yang mengarah dalam mengenali, merekam,
dan mendokumentasikan setiap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
yang meliputi hasil belajar siswa, hasil observasi aktifitas belajar siswa, dan
hasil observasi aktifitas guru
d. Refleksi
Melihat dan meninjau kembali apa yang sudah dilakukan. Jika dalam tahap ini
hasil yang dicapai belum memenuhi kriteria keberhasilan maka dalam siklus
ini akan dilakukan perbaikan di tahap selanjutnya.
2. Siklus 2
a. Perencanaan Tindakan
Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran seperti pada siklus I, menyusun
dan mempersiapkan bahan ajar, mempersiapkan lembar observasi, dan
mempersiapkan tes akhir untuk siklus II.
b. Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan pembelajaran berdasarkan RPP dan menggunakan penerapan
model pembelajaran Team Games Tournament.
c. Tindakan Observasi

18
Melakukan pengamatan selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung
dengan menggunakan model pembelajaran Team Games Tournament
menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.
d. Refleksi
Melakukan refleksi terhadap siklus II seperti pada siklus I dan melakukan
analisis dalam rangka membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran
dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas V
SDN 006 Samarinda Ilir.
C. Teknik Pengambilan Data
Data diambil dengan dikumpulkan dan disusun melalui teknik pengumpulan data
yang meliputi tes, observasi, dan dokumentasi. Berikut penjelasan dari ketiga teknik
tersebut antara lain yaitu:
1. Tes Hasil Belajar
Tes ialah seperangkat rangsangan yang diberikan kepada seseorang
yang dengan maksud mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi
penetapan skor angka. Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan
pengukuran berupa mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek,
diantara objek tes peserta didik ( Eko Putro Widoyoko, hal. 2, 2014)
Tes tertulis adalah sejumlah pertanyaan yang diberikan secara tertulis tentang
aspek-aspek yang ingin diketahui keadaanya dari jawaban yang diberikan
secara tertulis pula.
Ada tiga jenis tes tertulis yang digunakan sebagai alat pengukur
adalah:
1. Tes esay yaitu tes yang menghendaki agar memberikan
jawaban dalam bentuk uraian atau kalimat-kalimat yang
disusun sendiri.
2. Tes pilihan ganda yaitu tes yang didalamnya hanya terdapat
satu jawaban benar yang dapat dijadikan alat ukur dalam
mengukur kemampuan kognitif.
3. Tes objektif yaitu tes yang disusun dimana setiap pertanyaan
tes disediakan alternatif jawaban yang dapat dipilih. Tes ini
dapat menghasilkan skor yang konstan, tidak tergantung kepada
siapapun yang memberikan skor, karna pemberian skor
tergantung oleh sikap siswa (Margono,hal.170,1997).

19
1. Dokumentasi
Dokumentasi juga memiliki peran penting dan perlu mendapat perhatian bagi
para peneliti. Data ini memiliki objektifitas yang tinggi dan nyata dalam memberikan
informasi kepada para guru sebagai tim peneliti. Informasi dan sumber dokumen
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: dokumen resmi dan tidak resmi. Informasi
dari dokumentasi dapat memberikan informasi relevan terhadap problem yang ada
dikelas ( Sukandi, hal. 47, 2013).

D. Teknik Analisis Data


Menurut (trianto, 2013) pada data kualitatif yang merupakan hasil observasi aktivitas
siswa dapat dihitung melalui:
Persentase respon siswa = x 100%

Dimana :
A = proporsi siswa yang memilih (aktif)
B = jumlah siswa (keseluruhan)
Dengan penilaian :
0 – 19 = tidak aktif
20 – 59 = kurang aktif
60 – 69 = cukup aktif
70 – 79 = aktif
80 – 100 = aktif sekali
Sedangkan hasil observasi ak tivitas guru diberikan nilai sebagai berikut:
1= kurang baik
2 = cukup baik
3 = baik
4 = baik sekali
Data hasil tes yang telah diperoleh, selanjutnya di analisis menggunakan
teknik analisis deskriptif kuantitatif. Hasil uji tes yang digunakan untuk mengetahui
seberapa besar peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal di kelas I
pada pembelajaran matematika realistik pada setiap siklus. Hasil tes tersebut
kemudian dicari nilai ketuntasan belajar dan persentase ketuntasan belajar siswa untuk
setiap siklusnya.
a. Ketuntasan Individu

20
Setiap siswa dikatakan tuntas apabila memperoleh nilai ≥ 75. Data diolah
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Persentase siswa individu: X =

Keterangan:
X = Nilai rata-rata
∑X = Jumlah semua nilai siswa
∑N = Jumlah siswa (Daryanto, 2014: 191)
Setelah mencari persentase ketuntasan siswa, selanjutnya menentukan kriteria
ketuntasan dengan kriteria sebagai berikut:
No Nilai Keberhasilan Taraf Keberhasilan
1. 85%-100% Sangat Baik
2. 75%-84,99% Baik
3. 65%-74,99% Cukup
4. 55%-64,99% Kurang
5. <55% Sangat Kurang

b. Ketuntasan Klasikal

P= x 100%

Ketuntasan belajar klasikal tercapai jika ≥70% siswa memperoleh skor


minimal 75 yang akan dilihat pada hasil evaluasi tuap-tiap siklus.

E. Instrumen Penelitian
1.Instrumen Pengumpulan Data Tes :
Menggunakan lembar kerja atu butiran soal untuk mengukur hasil belajar siswa.
2.Instrumen Pengumpulan Data Wawancara
Menggunakan paduan wawancara untuk mengetahui pendapat pembelajaran IPS
menggunakan model TGT.
3.Instrumen Pengumpulan Data dokumentasi
Digunakan untuk mengumpulkan data-data tentang pembelajaran model TGT.

21
DAFTAR PUSTAKA

Gayatri, Y. (2009). Cooperative Learning Tipe Team Game Tournaments (TGT) Sebegai
Alternatif Model Pembelajaran Biologi. Didaktis, 8(3), 59–67.

JUMRAWARSI1, 2, MUDJIRAN3, NEVIYARNI4, H. N. (2021). Vol. 3 No.4 Edisi 1 Juli


2021 http://jurnal.ensiklopediaku.org Ensiklopedia of Journal. 3(4), 53–58.

Saharuddin, M. (2020). Strategi Pembelajaran IPS : Konsep dan Aplikasi. In Pendidikan.


http://eprints.ulm.ac.id/8545/2/MUTIANI 2020-IPS-100 X (1).pdf

22

Anda mungkin juga menyukai