Anda di halaman 1dari 68

IPA

LAPORAN
PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL
( PKP )

MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA


MELALUI PENERAPAN MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER
BERBANTUAN MEDIA VISUAL DI KELAS V UPT SDN DANGDEUR 2
KECAMATAN JAYANTI KABUPATEN TANGERANG

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah
Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) / PDGK4501

Disusun Oleh :
Nama : HEPI LESTARI
NIM : 857213291

PROGRAM S1 PGSD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
2021/2022.2 (2022.1)
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal
37 Ayat 1 menyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib
memuat: 1) pendidikan agama; 2) pendidikan kewarganegaraan; 3) bahasa; 4)
matematika; 5) ilmu pengetahuan alam; 6) ilmu pengetahuan sosial; 7) seni dan
budaya; 8) pendidikan jasmani dan olahraga; 9) keterampilan/kejuruan; dan 10)
muatan lokal. Sesuai dengan undang-undang tersebut, menyebutkan bahwa salah
satunya wajib memuat Ilmu Pengetahuan Alam maka siswa pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah wajib mendapatkan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang
mencakup beberapa Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia.


Pendidikan menurut UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional
(Depdikbud, 1993:12) adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan
datang.

Peningkatan mutu pendidikan dalam rangka pencapaian tujuan melibatkan


berhasilnya pendidikan adalah pelaksana pendidikan yaitu guru. Nana Sudjana (Dalam
Sudarwan, 2000:20) Mengemukakan bahwa “Guru merupakan ujung tombak
pendidikan, ia secara langsung berupaya mempengaruhi, membina dan
mengembangkan kemampuan peserta didik”. Sebagai ujung tombak, guru dituntut
untuk meningkatkan kemampuan dasar yang diperlukan.

Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI dalam


Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
untuk satuan pendidikan dasar dan menengah menyebutkan bahwa Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana
bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah.

Pembelajaran IPA di sekolah dasar diharapkan dapat menumbuhkan sikap


ilmiah seperti ilmuwan. Adapun jenis-jenis sikap yang dimaksud, yaitu: sikap
ingin tahu, percaya diri, jujur, tidak tergesa-gesa, dan objektif terhadap fakta
(Susanto, 2013: 168).

Ilmu pengetahuan alam merupakan ilmu yang mempelajari tentang peristiwa-


peristiwa yang terjadi di alam. Menurut Fowler (Trianto, 2010), Ilmu Pengetahuan
Alam adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan
gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi.
Sedangkan menurut Wahaya (Trianto, 2010), mengatakan bahwa IPA adalah suatu
kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya
secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.

Ilmu pengetahuan alam diajarkan melalui kegiatan pembelajaran yang aktif dan
menekankan pada keterampilan proses. Kegiatan pembelajaran dimaksudkan agar
tercipta kondisi yang memungkinkan terjadinya belajar pada diri siswa. Dalam suatu
kegiatan pembelajaran menurut Dimyani dan Mudjiono (Rahayu, 2014) siswa dapat
dikatakan belajar, apabila proses perubahan perilaku terjadi pada dirinya sebagai hasil
dari suatu pengalaman. Untuk itu, tujuan pokok penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran di sekolah secara operasional adalah membelajarkan siswa agar mampu
memproses dan memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap bagi dirinya
sendiri. Pembelajaran tidak dapat berlangsung dengan baik apabila siswa tidak
memahami hakikat pembelajaran IPA itu sendiri. Oleh sebab itu, guru harus
menguasai dan memahami hakikat pembelajaran IPA yang meliputi devinisi, fungsi
dan tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar hingga ruang lingkup pembelajaran
IPA itu sendiri.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis akan memaparkan hakikat


pembelajaran IPA di Sekolah dasar. Hakikat pembelajaran IPA yang dimaksud yaitu
terdiri dari beberapa indikator yang telah disebutkan di atas. Hal ini bertujuan agar
mahasiswa dapat memahami dan mengetahui hakikat pembelajaran IPA secara lebih
mendalam sebelum menjadi seorang guru dan mengajarkan mata pelajaran IPA
kepada siswa di dalam kelas.

Keberhasilan kegiatan belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh banyak


faktor. Faktor tersebut dapat bersifat eksternal maupun internal, dan dapat
menjadi penghambat atau penunjang proses belajar mengajar. Basuki Wibawa
(Media Pengajaran, 2001:2) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
dianggap turut menghambat proses belajar siswa di kelas mungkin berasal dari
verbalisme, kekacauan makna, kegemaran berangan-angan atau persepsi yang
tidak tepat. Namun kadang baik guru maupun siswa sering mengabaikannya.
Masa usia sekolah dasar sekitar 6-12 tahun menurut Mulyani Sumantri
(Strategi Belajar Mengajar 2001:10) merupakan tahapan perkembangan
penting dan bahkan fundamental bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya.
Keterlibatan dalam kehidupan kelompok (kolaborasi atau kerja sama) bagi
anak usia sekolah dasar merupakan minat dan perhatiannya. Perkembangan
hubungan sosial emosional dan adanya kesadaran etis normatif pada anak usia
ini merupakan ciri yang kuat pada usia sekolah dasar.
Suatu hal yang biasa, jika dalam kegiatan belajar mengajar banyak sekali
persoalan yang dihadapi oleh guru kelas berkenaan dengan pelaksanaan
pembelajaran. Salah satunya dalam pelajaran IPA. Kegiatan bertanya jarang
terjadi di kelas pada pelajaran ini. Siswa hampir tidak pernah bertanya tentang
hal-hal yang prinsipal. Sering kali guru harus menunggu cukup lama sampai
siswa mau menjawab pertanyaan yang diajukan.
Sekolah Dasar pada umumnya menggunakan sistem guru kelas. Dalam rangka
melaksanakan tugasnya, guru harus menggunakan salah satu pendidikan untuk
meningkatkan keberhasilan peserta didik dalam penguasaan materi pelajaran, usaha
melaksanakan perbaikan proses belajar mengajar melalui penelitian tindakan kelas.

Hasil tes formatif pembelajaran IPA Tema 6 Sub Tema 2 yang dilaksanakan
oleh guru dari 22 orang siswa hanya 6 orang siswa yang tuntas KKM dengan
persentase sekitar 27% dan siswa belum tuntas KKM hanya 16 orang siswa dengan
persentase sebesar 73% dan KKM yang telah ditentukan yaitu 70 dengan rata-rata
kelas sebesar 67,27.

Permasalahan pembelajaran IPA tersebut merupakan masalah yang riil dan


problematik sehingga segera diperlukan alternatif pemecahan masalahannya.
Untuk memperbaiki pembelajaran tersebut, peneliti bersama kolaborasi sepakat
untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model dan media
pembelajaran yang inovatif yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran IPA yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil
belajar. Peneliti bersama kolaborator membatasi tiga bidang kajian meliputi
keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar dengan alasan banyaknya
waktu yang akan dibutuhkan selama penelitian dan ketiga komponen tersebut
sangat penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran serta ketiga komponen
tersebut mewakili komponen lainnya. Misalnya dalam keterampilan guru, guru akan
mengkondisikan kelas ketika kegiatan pembelajaran yang didalamnya terdapat
penciptaan iklim pembelajaran yang kondusif. Artinya bahwa secara tidak langsung
keterampilan guru mencakup iklim pembelajaran yang kondusif.

Bertolak dari akar penyebab masalah dan kajian teori maka didapatkan
alternatif pemecahan masalah yaitu dengan menerapkan salah satu model
Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media visual. Pembelajaran dengan
model NHT merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas
tradisional. Ciri pembelajaran kooperatif adalah (1) setiap anggota memiliki 6 peran;
(2) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa; (3) setiap anggota kelompok
bertanggung jawab atas cara belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya; (4)
guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan
interpersonal kelompok; (5) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat
diperlukan.

Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa mempersiapkan diri dalam
diskusi kelompok sehingga tidak hanya mengandalkan teman satu kelompok yang
pintar saja serta menyampaikan dan menyatukan ide atau gagasan dalam kelompok
dengan tidak mementingkan ide atau gagasan sendiri. Sementara itu, melalui media
visual siswa dapat mengamati, menganalisis, dan menalar apa yang mereka lihat
kemudian dituangkan dalam bentuk ide atau gagasan sehingga siswa dapat
menemukan sendiri pengetahuannya. Dengan demikian, diharapkan pembelajaran
lebih berpusat pada siswa dan guru tidak lagi mendominasi pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis terdorong untuk


melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran IPA melalui Penerapan Model Numbered Heads Together
Berbantuan Media Visual di Kelas V UPT SDN Dangdeur 2 Kecamatan
Jayanti Kabupaten Tangerang.

1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas tersebut penulis meminta
bantuan teman sejawat untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
pembelajaran IPA, Dari uraian di atas dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan sebagai berikut.
1. Guru kurang memberikan motivasi kepada siswa dalam pembelajara.
2. Guru kurang inovatif dalam menerapkan model pembelajaran.
3. Guru belum maksimal dalam menggunakan media pembelajaran.
4. Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyampaikan pendapat.
5. Kerjasama antara guru dan murid untuk menciptakan suasana
pembelajaran IPA yang kondisif sangat minim.

2. Analisis Masalah
Kurangnya keterampilan guru dalam membuat dan merancang rencana
pembelajaran IPA harus lebih diperdalam lagi agar penguasaan konsep, strategi,
penggunaan media lebih bermakna. Adapun masalah yang guru hadapi adalah di
bawah ini sebagai berikut:

a. Sebagian siswa belum memiliki kesadaran untuk ikut berperan serta


secara aktif dalam kegiatan pembelajaran
b. Siswa kurang bisa berinteraksi dengan temannya
c. Keberanian siswa untuk bertanya dan menyampaikan pendapat masih
kurang.
d. Siswa seringkali tidak mendengarkan saat guru menyampaikan materi.
e. Siswa kurang siap dalam diskusi kelompok dan sebagian siswa banyak yang
mengandalkan teman dalam satu kelompok yang pintar saja.

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah


Berdasarkan hasil pengamatan, penulis berupaya mencari alternatif untuk
memecahkan masalah. Yaitu dengan cara di bawah ini sebagai berikut:

a. Melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model dan media


pembelajaran yang inovatif yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran IPA yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil
belajar.
b. Guru akan mengkondisikan kelas ketika kegiatan pembelajaran yang
didalamnya terdapat penciptaan iklim pembelajaran yang kondusif.
c. Memilih dan menyiapkan materi pembelajaran IPA yang sesuai dengan
karakteristik siswa
d. Menerapkan salah satu model Numbered Heads Together (NHT) berbantuan
media visual.
e. Mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas, yang menjadi fokus perbaikan
untuk pembelajaran IPA Tema 6 Sub Tema 2 adalah: ”Apakah dengan model
Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media visual dapat Meningkatkan
Kualitas Pembelajaran IPA di Kelas V UPT SDN Dangdeur 2 Kecamatan Jayanti
Kabupaten Tangerang?”

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
peningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas V UPT SDN Dangdeur 2
Kecamatan Jayanti Kabupaten Tangerang melalui model Numbered Heads
Together berbantuan media visual.

2. Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan penelitian ini meliputi:

a. Meningkatkan keterampilan guru kelas V UPT SDN Dangdeur 2 Kecamatan


Jayanti Kabupaten Tangerang dalam pembelajaran IPA dengan model
Numbered Heads Together berbantuan media visual.
b. Meningkatkan aktivitas siswa kelas V UPT SDN Dangdeur 2 Kecamatan
Jayanti Kabupaten Tangerang dalam pembelajaran IPA dengan model
Numbered Heads Together berbantuan media visual.
c. Meningkatkan hasil belajarsiswa kelas V UPT SDN Dangdeur 2 Kecamatan
Jayanti Kabupaten Tangerang dalam pembelajaran IPA dengan model
Numbered Heads Together berbantuan media visual

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam bidang
pendidikan. Selain itu juga dapat dijadikan sebagai sumber referensi untuk
penelitian-penelitian berikutnya yang berhubungan dengan pembelajaran IPA.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1. Menambah pengetahuan guru tentang model Numbered Heads Together dan
media visual.
2. Menambah pengalaman guru untuk mempersiapkan diri siswa dalam
kegiatan diskusi kelompok.
3. Mendorong guru untuk menerapkan pembelajaran yang inovatif dan lebih
bervariasi.
4. Meningkatkan keterampilan mengajar guru.
5. Memberikan motivasi bagi guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas
yang bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
b. Bagi Siswa
1. Memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih antusias dalam mengikuti
pembelajaran.
2. Melatih siswa untuk berpartisipasi dan berinteraksi secara aktif dalam
pembelajaran.
3. Meningkatkan interaksi antara siswa dan guru dalam pembelajaran IPA.
4. Melatih siswa untuk saling bekerja sama dan berkolaborasi dalam
kelompok.
5. Melatih kesiapan diri siswa dalam satu kelompok sehingga tidak hanya
mengandalkan teman yang pintar dalam satu kelompok tersebut.
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian dapat dijadikan masukan alternatif dalam upaya
meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan melalui penerapan model
Numbered Heads Together berbantuan media visual dalam mata pelajaran
IPA di kelas V UPT SDN Dangdeur 2 Kecamatan Jayanti Kabupaten
Tangerang.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kualitas Belajar
Etzioni (dalam Hamdani, 2011: 194) menyatakan bahwa kualitas dapat
dimaknai dengan istilah mutu atau juga keefektifan. Secara definitif efektivitas dapat
dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya.
Efektivitas merupakan suatu konsep yang lebih luas mencakup berbagai faktor
didalam maupun diluar diri seseorang. Efektivitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi
produktivitas, tetapi juga dapat dilihat dari sisi persepsi atau sikap orangnya.

Hamdani (2011: 194) mengemukakan aspek-aspek efektivitas belajar, yaitu:


peningkatan pengetahuan, peningkatan keterampilan, perubahan sikap, perilaku,
kemampuan adaptasi, peningkatan integrasi, peningkatan partisipasi, peningkatan
interaksi kultural. Hal ini penting untuk dimaknai bahwa keberhasilan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru dan siswa ditentukan oleh efektivitasnya dalam upaya
pencapaian kompetensi belajar.

Dalam mencapai efektivitas belajar ini, UNESCO (1996) menetapkan empat


pilar pendidikan yang harus diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh pengelola
dunia pendidikan yaitu: (1) belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan (learning to
know); (2) belajar untuk menguasai keterampilan (learning to do); (3) belajar untuk
hidup bermasyarakat (learning to live together); (4) belajar untuk mengembangkan
diri secara maksimal (learning to be).

Keempat pilar tersebut berjalan dengan baik jika diwarnai dengan


pengembangan keberagaman. Nilai-nilai keberagaman ini sangat dibutuhkan siswa
dalam menapaki kehidupan di dunia ini. Pengintegrasian nilai-nilai agama kedalam
mata pelajaran akan membentuk pribadi anak yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.
Menurut Depdiknas (2004: 7) kualitas pembelajaran adalah keterkaitan
sistemik dan sinergis antara guru, siswa, kurikulum dan bahan belajar, media, fasilitas,
dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal
sesuai dengan tuntutan kurikuler. Indikator kualitas pembelajaran dapat dilihat antara
lain dari perilaku pembelajaran pendidik, perilaku dan dampak belajar peserta didik,
hasil belajar, iklim pembelajaran, materi pembelajaran, kualitas media pembelajaran.

Dari beberapa komponen kualitas pembelajaran diatas, dalam penelitian ini


dibatasi tiga komponen kualitas pembelajaran meliputi perilaku pembelajaran guru
dalam hal ini adalah keterampilan guru, perilaku siswa dalam hal ini adalah aktivitas
siswa, dan hasil belajar siswa karena ketiga komponen tersebut sudah mewakili
komponen lainnya.

B. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar


IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di
Indonesia, termasuk pada jenjang Sekolah Dasar. Konsep IPA di Sekolah Dasar
merupakan konsep yang masih terpadu, karena belum dipisahkan secara tersendiri,
seperti mata pelajaran kimia, biologi, dan fisika. Aspek pokok dalam pembelajaran
IPA adalah anak dapat menyadari keterbatasan pengetahuan mereka, memiliki rasa
ingin tahu untuk menggali berbagai pengetahuan baru, dan akhirnya dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka (Samatowa, 2011: 10).

Bila pembelajaran IPA diarahkan dengan tujuan seperti ini, diharapkan bahwa
pembelajaran IPA di SD dapat memberikan sumbangan yang nyata dalam
memberdayakan siswa. Dalam pelaksanaannya, pembelajaran IPA di SD harus
disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. Tahap perkembangan
belajar siswa SD sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan
lingkungan yang ada disekitarnya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan
karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri siswa dengan
lingkungannya (Rusman 2012: 250).

Piaget (dalam Rifa’i dan Tri Anni, 2009: 27-30) mengklasifikasikan


perkembangan kognitif anak menjadi beberapa tahap sejalan dengan usianya
yaitu:

1. Tahap Sensorimotorik (0-2 tahun)


Pada tahap ini bayi menyusun pemahaman dunia dengan mengordinasikan
pengalaman indera (sensori) mereka (seperti melihat dan mendengar) dengan
gerakan motorik (otot) mereka (menggapai, menyentuh). Selama tahap ini,
pengetahuan bayi tentang dunia adalah terbatas pada persepsi yang diperoleh dari
penginderaannya dan kegiatan motoriknya. Perilaku yang dimiliki masih terbatas
pada respon motorik sederhana yang disebabkan oleh rangsangan penginderaan.
Anak menggunakan keterampilan dan kemampuannya yang dibawa sejak lahir,
seperti melihat, menggenggam dan mendengar untuk mempelajari lingkungannya.

2. Tahap Praoperasional (2-7 tahun)


Tahap pemikiran ini lebih bersifat simbolis, egoisentris, dan intuitif, sehingga
tidak melibatkan pemikiran operasional. Pemikiran pada tahap ini terbagi menjadi
dua sub-tahap, yaitu simbolik dan intuitif.

3. Sub-tahap Simbolis (2-4 tahun)


Pada tahap ini anak secara mental sudah mampu mempresentasikan obyek yang
tidak nampak dan penggunaan bahasa mulai bekembang ditunjukkan dengan sikap
bermain, sehingga muncul egoism dan animisme. Egosentris ini terjadi ketika anak
tidak mampu membedakan antara perspektif yang dimiliki oleh orang lain. Anak-
anak cenderung mengambil pandangan tentang obyek seperti yang dia lihat, dan
tidak dapat memahami pandangan orang lain pada obyek yang sama. Animisme
merupakan keyakinan bahwa obyek yang tidak bernyawa adalah mampu bertindak
dan memiliki kualitas seperti kehidupan.

4. Sub-tahap Intuitif (4-7 tahun)


Pada tahap ini anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu
jawaban dari semua pertanyaan; disebut intuitif karena anak merasa yakin akan
pengetahuan dan pemahaman mereka, namun tidak menyadari bagaimana mereka
bisa mengetahui cara-cara apa yang mereka ingin ketahui. Mereka mengetahui
tetapi tanpa menggunakan pemikiran rasional.

5. Tahap Operasional Kongkrit (7-11 tahun)


Pada tahap ini anak mampu mengoperasionalkan berbagai logika, namun
masih dalam bentuk benda kongkrit. Penalaran logika menggantikan penalaran
intuitif, namun hanya pada situasi konkrit dan kemampuan untuk menggolong-
golongkan sudah ada namun belum bisa memecahkan masalah abstrak.

6. Tahap Operasional Formal (7-15 tahun)


Pada tahap ini anak sudah mampu berfikir abstrak, idealis, dan logis.
Pemikiran operasional formal tampak lebih jelas dalam pemecahan probem verbal,
seperti anak dapat memecahkan problem walau disajikan secara verbal.
Anak juga mampu berfikir spekulatif tentang kualitas ideal yang mereka inginkan
dalam diri mereka dan diri orang lain. Pemikiran ini bisa menjadi fantasi, sehingga
mereka sering kali menunjukkan keinginan untuk segera mewujudkan cita-citanya.
Di samping itu anak sudah mampu menyusun rencana untuk memecahkan masalah
dan secara sistematis menguji solusinya.

Umumnya anak Indonesia mulai masuk Sekolah Dasar pada usia 6-7 tahun
dan rentang waktu belajar di SD selama 6 tahun maka usia anak Sekolah Dasar
bervariasi antara 6-12 tahun yang artinya meliputi tahap praoperasional sampai
operasional formal. Menurut Asy’ari (2006: 38) pada usia atau tahap tersebut
umumnya anak memiliki sifat:

a. Memiliki rasa ingin tahu yang kuat.


b. Senang bermain atau suasana menggembirakan.
c. Mengatur dirinya sendiri, mengeksplorasi situasi sehingga suka mencoba-coba.
d. Memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi, tidak suka mengalami kegagalan.
e. Akan belajar afektif bila ia merasa senang dengan situasi yang ada.
f. Belajar dengan cara bekerja dan suka mengajarkan apa yang ia bisa pada
temannya.
Namun apabila dicermati lebih lanjut anak yang berada di kelas rendah atau
kelas 1 s/d 3 memiliki kekhasan berbeda dibanding dengan anak yang berada di kelas
atas atau 4 s/d 6. Oleh karena itu dalam pembelajarandi Sekolah Dasar perlu ada
perbedaan strategi atau penekanan antara siswa kelas rendah atau kelas tinggi
disesuaikan dengan karakteristik masing-masing. Dahar (dalam Asy’ary, 2006: 38)
menyebutkan bahwa siswa yang berada di kelas rendah atau kelas 1 s/d 3 pada
umumnya berusia 6-9 tahun, sehingga berdasarkan klasifikasi Piaget tingkat
perkembangan intelektualnya berada pada tahap akhir praoperasional sampai
operasional kongkrit. Dibanding dengan siswa yang berada di kelas atas atau yang
berusia lebih tua, siswa di kelas rendah memiliki kekhasan tersendiri antara lain:

a. Penalarannya bersifat transduktif, artinya bukan induktif dan bukan deduktif


malainkan bergerak dari sesuatu yang khusus ke hal yang khusus lagi.
b. Tidak dapat berpikir reversibel atau bolak balik, artinya tidak bisa berpikir kembali
ke titik awal.
c. Bersifat egisentris, artinya memandang sesuatu dari sudut pandang dirinya sendiri.
d. Belum memiliki pengertian kekekalan materi, mereka cenderung fokus pada
aspek statis tentang sesuatu dari pada perubahan dari keadaan yang satu ke
keadaan yang lain walau ditinjau dari substansi, volume, dan jumlahnya tetap.
e. Belum bisa berpikir secara abstrak, artinya mereka belumbisa memahami bila
A lebih besar B sedang B lebih besar C maka A lebih besar C. Tetapi bila ketiga
unsur tersebut dikongkritkan mereka baru bisa memahami.
Menurut Samatowa (2011: 10) ada beberapa aspek penting yang dapat
diperhatikan guru dalam memberdayakan anak melalui pembelajaran IPA yaitu:

a. Pentingnya memahami bahwa pada saat memulai kegiatan pembelajarannya,


anak telah memiliki berbagi konsepsi, pengetahuan yang relevan dengan apa
yang mereka pelajari.
b. Aktivitas anak melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam menjadi hal
utama dalam pembelajaran IPA.
c. Dalam setiap pembelajaran IPA kegiatan bertanyalah yang menjadi bagian
yang penting, bahkan menjadi bagian yang paling utama dalam pembelajaran.
d. Dalam pembelajaran IPA memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam menjelaskan suatu masalah.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran IPA
yang berlangsung di SD hendaknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan
kognitif anak. Pembelajaran sebaiknya dibuat menyenangkan, misalnya dengan
menampilkan media yang dapat menarik perhatian siswa. Selain itu, pembelajaran
juga bisa diselingi dengan permainan agar siswa tidak merasa bosan. Dengan
demikian, diharapkan tujuan pembelajaran IPA seperti yang tercantum dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dapat tercapai dengan optimal.

C. Model Numbered Heads Together


Gagasan dasar dari pembelajaran Numbered Heads Together adalah
melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam
suatu pelajaran dan mengecek pemahaman siswa terhadap isi pelajaran tersebut
(Trianto, 2007: 62). Jadi model Numbered Heads Together metode belajar
dengan cara setiap siswa diberi nomor dan dibuat suatu kelompok, kemudian
secara acak, guru memanggil nomor dari siswa (Hamdani, 2011: 89).
Beberapa kelemahan dari model Numbered Heads Together (Hamdani,
2011: 90) antara lain:
1. Kelas cenderung ramai dikarenakan banyak siswa yang ingin
menyampaikan
pendapatnya.
2. Siswa dapat tertunjuk oleh guru berulang kali.
3. Terdapat siswa yang tidak tertunjuk oleh guru, sedangkan siswa tersebut
kooperatif selama pembelajaran.
Solusi model Numbered Heads Together
1. Diperlukan pengelolaan kelas dan perencanaan pembelajaran yang baik oleh
guru.
2. Untuk menghindari tertunjuknya siswa yang sama, guru dapat mencatat
nama
siswa yang telah tertunjuk.
3. Siswa yang tidak tertunjuk saat pembelajaran, guru dapat menunjuk siswa
tersebut saat pembelajaran berikutnya atau memberi reward diakhir
pembelajaran bagi siswa yang aktif dalam pembelajaran yang dilakukan.
Menurut Hamdani (2011: 90), langkah-langkah model Numbered Heads
Together adalah sebagai berikut:
1. Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam setiap kelompok
mendapat nomor.
2. Guru memberikan tugas dan tiap-tiap kelompok disuruh untuk
mengerjakannya.
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan bahwa
setiap
anggota kelompok dapat mengerjakannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan siswa yang nomornya
dipanggil
melaporkan hasil kerja sama mereka.
5. Siswa lain diminta untuk memberi tanggapan, kemudian guru menunjuk
nomor
lain.
6. Kesimpulan.
Dari pengertian, kelebihan, kelemahan, solusi, dan langkah-langkah
pembelajaran model Numbered Heads Together dapat kita simpulkan bahwa
pembelajaran dengan model ini menekankan pada siswa untuk bekerja sama
dalam diskusi kelompok sehingga dalam pembelajaran ini siswa yang pandai
dapat mengajari siswa yang kurang pandai disetiap kelompok. Model
pembelajaran ini melatih siswa untuk berani mengungkapkan ide-ide atau
gagasan sehingga siswa akan lebih percaya diri dalam berbicara.

D. Media Visual
Media visual menurut Hamdani (2011: 248) adalah media yang hanya bias
dilihat dengan menggunakan indera penglihatan. Jenis media inilah yang sering
digunakan oleh para guru untuk membantu menyampaikan isi atau materi pelajaran.
Media visual terdiri atas media yang tidak dapat diproyeksikan (non projected visuals)
dan media yang dapat diproyeksikan (project visual).

Sementara itu Munadi (2013: 56) menyebutkan bahwa media visual adalah
media yang hanya melibatkan indera penglihatan. Termasuk dalam jenis media ini
adalah media cetak-verbal, media cetak-grafik, dan media visual non-cetak. Pertama,
media visual-verbal adalah media visual yang memuat pesan-pesan verbal (pesan
linguistik berbentuk tulisan). Kedua, media visual nonverbal grafis adalah media
visual yang memuat pesan nonverbal yakni berupa simbol-simbol visual atau unsur-
unsur grafis, seperti gambar (sketsa, lukisan, dan foto), grafik, diagram, bagan, dan
peta. Ketiga, media visual nonverbal tiga dimensi adalah media visual yang memiliki
tiga dimensi berupa model seperti miniatur, mock up,
specimen, dan diorama.

Jenis media visual yang pertama dan kedua bisa dibuat dalam bentuk media
cetak seperti buku, majalah, koran, modul, komik, poster, dan atlas. Bisa juga dibuat
di atas papan visual seperti papan tulis dan papan pamer (display board) dan bisa juga
dibuat dalam bentuk tayangan, yakni melalui projectable
aids atau alat-alat yang mampu memproyeksikan pesan-pesan visual, seperti
opaque projector, OHP (overhead projector), digital projector (biasa disebut
sebagai LCD atau infocus).

Simbol pesan visual untuk pembelajaran hendaknya memperhatikan prinsip-


prinsip tertentu, antara lain kesederhanaan, keterpaduan, penekanan, dan
keseimbangan Arsyad (2013: 103-105).

1. Kesederhanaan
Secara umum kesederhanaan itu mengacu kepada jumlah elemen yang terkandung
dalam suatu visual. Jumlah elemen yang lebih sedikit memudahkan siswa
menangkap dan memahami pesan yang disajikan visual itu. Pesan atau informasi
yang panjang atau rumit harus dibagi-bagi ke dalam beberapa bahan visual yang
mudah dibaca dan mudah dipahami, demikian pula teks yang menyertai bahan
visual harus dibatasi (misalnya antara 15 sampai 20 kata). Kata-kata harus
memakai huruf yang sederhana dengan gaya huruf yang mudah terbaca dan tidak
terlalu beragam dalam satu tampilan ataupun serangkaian tampilan visual. Kalimat-
kalimatnya juga harus ringkas tetapi padat dan mudah dimengerti.

2. Keterpaduan
Keterpaduan mengacu kepada hubungan yang terdapat di antara elemen-elemen
visual yang ketika diamati akan berfungsi secara bersama-sama. Elemen-elemen itu
harus saling terkait dan menyatu sebagai suatu keseluruhan sehingga visual itu
merupakan suatu bentuk menyeluruh yang dapat dikenal yang dapat
membantu pemahaman pesan dan informasi yang dikandungnya.

3. Penekanan
Meskipun penyajian visual dirancang sesederhana mungkin seringkali konsep
yang ingin disajikan memerlukan penekanan terhadap salah satu unsur yang akan
menjadi pusat perhatian siswa. Dengan menggunakan ukuran, hubungan-
hubungan, perspektif, atau ruang penekanan dapat diberikan kepada unsur
terpenting.

4. Keseimbangan
Bentuk atau pola yang dipilih sebaiknya menempati penayangan yang memberikan
persepsi keseimbangan meskipun tidak seluruhnya simetris. Kesimbangan yang
keseluruhannya simetris disebut keseimbangan formal.

Sedangkan keseimbangan yang memerlukan daya imajinasi yang lebih tinggi


disebut keseimbangan informal. Adapun kelebihan dari media visual (Wibawa dan
Mukti, 2001:42) yaitu:

1. Umumnya murah harganya.


2. Mudah didapat.
3. Mudah digunakan.
4. Dapat memperjelas suatu masalah.
5. Lebih realistis.
6. Dapat membantu mengatasi keterbatasan pengamatan.
7. Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
media visual merupakan media yang menekankan pada pengamatan oleh indera
penglihat. Media tersebut bisa berupa gambar, grafik, diagram, bagan, dan peta yang
disajikan dengan cara dicetak, ditempel pada papan, maupun diproyeksikan. Jadi,
media visual adalah media yang hanya dapat dinikmati melalui penglihatan saja.
BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian serta Pihak yang Membantu


1. Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti dalam kegiatan penelitian perbaikan pembelajaran ini
adalah siswa dan siswi kelas V UPT SDN Dangdeur 2 Kecamatan Jayanti
Kabupaten Tangerang yang berjumlah 22 orang siswa dan siswi dengan rincian 11
orang siswa laki-laki dan 11 orang siswi perempuan, sedangkan mata pelajaran
yang menjadi subjek penelitiannya adalah IPA.

2. Tempat Penelitian
Penelitian perbaikan pembelajaran IPA ini dilaksanakan di UPT SDN
Dangdeur 2 yang beralamat di Kp. Dangdeur Desa Dangdeur Jayanti-Tangerang.

3. Waktu Penelitian
Pelaksanaan Pra Siklus dimulai pada hari Selasa, 12 April 2022, Pelaksanaan
perbaikan siklus 1 dilaksanakan pada hari Selasa, 19 April 2022, sedangkan
pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus 2 dilaksanakan pada hari Sabtu, 26
April 2022.

4. Pihak yang Membantu


Penelitian perbaikan pembelajaran ini tidak dilaksanakan sendiri oleh
guru melainkan ada berbagai pihak yang membantu melaksanakan kegiatan
penelitian perbaikan pembelajaran ini. Adapun pihak yang telah membantu
penelitian perbaikan pembelajaran ini antara lain adalah:
1. Bapak Dr. Maman Rumanta, M.Si. Selaku Direktur UT-Serang.
2. Bapak Budi Ramdhan, S.T. Beserta Jajarannya Selaku Pengurus UT
Pokjar Ciruas.
3. Bapak Haryanto, S.Pd.,M.Pd. Selaku supervisor 1 sekaligus tutor
pembimbing yang mengesahkan laporan PKP (PDGK4501).
4. Bapak Sumanang Haryana, S.Pd. Selaku Kepala UPT SDN Dangdeur 2
Kecamatan Jayanti Kabupaten Tangerang.
5. Bapak Ahmad Suhardi, S.Pd. Selaku teman sejawat sekaligus sebagai
Supervisor 2 yang telah membantu dalam penyusunan RPP.
6. Rekan-rekan Dewan Guru dan Siswa Kelas V beserta keluarga besar
UPT SDN Dangdeur 2 Kecamatan Jayanti Kabupaten Tangerang.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


1. Desain Perbaikan Pembelajaran
Prosedur penelitian merupakan rangkaian tahapan penelitian dari awal
hingga akhir penelitian. Menurut Arikunto (2009: 16) secara garis besar terdapat
empat tahapan yang lazim dilalui dalam melaksanakan penelitian tindakan, yaitu:
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Adapun model dan penjelasan
untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut.

Bagan 3.1 Prosedur Penelitian Tindakan kelas diadaptasi dari Arikunto 2009

2. Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Rancangan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan tahapan sebagai berikut:

a. Perencanaan
Tahap perencanaan merupakan tahap dimana peneliti menentukan titik atau
fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati,
kemudian membuat instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam
fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung (Arikunto, 2009: 18). Dalam
pelaksanaan penelitian ini, rencana pembelajaran yang akan
dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Menelaah Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, dan materi


pembelajaran yang akan diajarkan kepada siswa.
2. Menyusun RPP sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan dan scenario
pembelajaran dengan model Numbered Heads Together berbantuan media
visual.
3. Menyiapkan sumber dan media pembelajaran.
4. Menyiapkan lembar observasi untuk mengetahui aktivitas siswa, dan
pedoman wawancara untuk mengetahui keterampilan guru dalam
pembelajaran.
5. Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan lembar diskusi kelompok
untuk mengukur hasil belajar siswa dalam pembelajaran
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dalam PTK merupakan implementasi atau pelaksanaan isi
rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas (Arikunto, 2009:18).
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini direncanakan dalam tiga siklus
dengan menerapkan model Numbered Heads Together berbantuan media visual.
Setiap siklus dilaksanakan satu kali pertemuan dengan alokasi waktu masing-
masing 2x35 menit. Dalam tahap pelaksanaan evaluasi tindakan, peneliti harus
taat pada apa yang sudah dirumuskan dalam tahap perencanaan, yaitu
pelaksanaan pembelajaran menggunakan model Numbered Heads Together
berbantuan media visual. Pada siklus I membahas materi tentang sifat-sifat
cahaya, siklus II membahas materi tentang bayangan dalam cermin, dan siklus
III membahas materi tentang peristiwa penguraian cahaya dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Observasi
Observasi merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat
(Arikunto, 2009: 19). Sedangkan menurut Mulyasa (2011: 69) Observasi adalah
instrumen untuk mengadakan pengamatan terhadap aktivitas dan kreativitas
peserta didik dalam pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas. Kegiatan
observasi dilaksanakan bersama tim kolaborasi untuk mengetahui keterampilan
guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA dengan penerapan model
Numbered Heads Together berbantuan media visual.

d. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
sudah dilakukan (Arikunto, 2009: 19). Setelah melakukan analisis terhadap
keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran serta aktivitas dan hasil
belajar siswa kelas V UPT SDN Dangdeur 2 Kecamatan Jayanti Kabupaten
Tangerang pada mata pelajaran IPA dengan model Numbered Heads Together
berbantuan media visual, apabila hasilnya belum mencapai kriteria yang telah
ditetapkan maka peneliti bersama kolaborasi membuat tindak lanjut perbaikan
untuk siklus berikutnya mengacu pada siklus sebelumnya. Fungsi adanya siklus
adalah untuk meningkatkan atau mengadakan suatu perbaikan yang belum
terjadi pada pembelajaran yang telah berlangsung, sehingga dalam kegiatan
pembelajaran selanjutnya dapat meningkat sesuai indikator keberhasilan yang
telah ditetapkan.

C. Teknik Analisis Data


1. Data Kuantitatif
Data kuantitatif dalam penelitian ini akan dianalisis dengan Pendekatan
Acuan Patokan (PAP). Pendekatan PAP berarti membandingkan skor-skor hasil tes
peserta didik dengan kriteria atau patokan yang secara absolut atau mutlak telah
ditetapkan oleh guru. Jadi skor siswa tidak dibandingkan dengan kelompoknya
tetapi skor-skor itu akan dikonversi menjadi nilai-nilai berdasarkan skor
teoritisnya. Dalam penilaian ini akan menggunakan skala 100, yang mengartikan
skor prestasi sebagai proporsi penguasaan peserta didik pada suatu perangkat tes
dengan batas minimal angka 0 sampai 100 persen (%). Berikut ini langkah-langkah
PAP (Poerwanti dkk, 2008: 6.14-6.16):

a. Menentukan skor berdasarkan proporsi

(Rumus bila menggunakan skala-100)

Keterangan:

N = nilai

B = banyaknya butir yang dijawab benar (dalam bentuk pilihan ganda) atau
jumlah skor jawaban benar pada setiap butir atau item soal (pada tes
bentuk menguraikan).

= Skor teoritis

b. Menentukan ketuntasan klasikal


Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal,
dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

P = Persentase siswa yang tuntas (Aqib, 2011: 41)


Ketuntasan belajar klasikal dapat tercapai apabila ≥85% dari
keseluruhan objek penelitian mendapatkan nilai di atas KKM (Hamdani,
2011: 60).

2. Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari hasi observasi terhadap aktivitas siswa
dan
keterampilan guru dalam pembelajaran IPA melalui penerapan model
Numbered Heads Together berbantuan media visual, serta hasil wawancara,
dan dokumentasi yang kemudian dijabarkan dalam bentuk kalimat yang
diklasifikasikan menurut kategori dan kriteria untuk memperoleh
kesimpulan.

Tabel 3.1. Daftar Kriteria Nilai Siswa

Persentase Tingkat Hasil Belajar

90% – 100% Sangat tinggi

80% – 89% Tinggi

65 %– 79% Sedang

55% – 64% Rendah

0 - 54% Kurang
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


1. Deskripsi Pra Siklus
Perbaikan pembelajaran IPA dalam 2 siklus menghasilkan nilai sebagai hasil
evaluasi yang menjadi tolak ukur keberhasilan perbaikan pembelajaran dapat
dilihat pada table 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1

Hasil Penilaian Tes Formatif Pra Siklus

KKM = 70

No Nama Siswa Nilai Keterangan

1. Abdullatif 65 Belum Tuntas

2. Anggi Anggrah Haleni 65 Belum Tuntas

3. Anis Rakmah Dewi Kencana 80 Tuntas

4. Aris 65 Belum Tuntas

5. Asnawiyah 60 Belum Tuntas

6. Badrul Ulum 80 Tuntas

7. Bunayah 65 Belum Tuntas

8. Dalimah 80 Tuntas

9. Dede Siti Bayinah 65 Belum Tuntas

10. Dede Suhayadi 65 Belum Tuntas

11. Dini Fitriyani 60 Belum Tuntas

12. Ernah 80 Tuntas

13. Sobri 65 Belum Tuntas


14. Suandi 60 Belum Tuntas

15. Subhan 80 Tuntas

16. Suhendi 60 Belum Tuntas

17. Suhendra 60 Belum Tuntas

18. Sunah 60 Belum Tuntas

19. Sunarya 80 Tuntas

20. Syaifun Nafasi 60 Belum Tuntas

21. Uus Ahlan Firdaus 65 Belum Tuntas

22. Wahyu 60 Belum Tuntas

Jumlah 1480 6 Siswa Tuntas

Rata-rata 67,27

Tertinggi 80

Terendah 60

Persentase Ketuntasan 27%

Berdasarkan pada tabel di atas dapat di lihat bahwa pada pembelajaran IPA
pra siklus dengan mengguanakan Model Numbered Heads Together Berbantuan
Media Visual ini hanya 6 dari 22 orang siswa dan siswi keseluruhan yang dapat
tuntas KKM sebesar 27%

Grafik 4.1

Persentase Nilai Evaluasi Pembelajaran Pra Siklus

Siswa Tuntas % Rata-rat

100

80

60

40

20

0
Siswa Tuntas % Rata-rata
Berdasarkan grafik di atas jelas bahwa nilai rata-rata kelas pada
pembelajaran IPA pra siklus dengan mengguanakan Model Numbered Heads
Together Berbantuan Media Visual ini masih jauh dari harapan penulis yaitu
sebesar 67,27.

Refleksi

Setelah melakukan observasi, maka dilakukan refleksi terhadap


pelaksanaan pembelajaran IPA melalui model Numbered Heads Together
berbantuan media visual untuk mengetahui kelebihan atau kekurangan
keterampilan guru dan aktivitas siswa serta hasil belajar pada siklus I. Diantaranya
adalah:

1. Guru belum memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya.


2. Guru belum tegas dalam menegur siswa yang gaduh sehingga kondisi kelas
belum kondusif.
3. Terdapat siswa yang kurang kurang aktif dalam bertanya dan menjawab
pertanyaan.
4. Dalam kegiatan diskusi kelompok, masih terdapat siswa yang pasif dalam
mengemukakan pendapatnya dan kurang berpartisipasi dalam kelompoknya.
5. Persentase hasil belajar IPA siklus I sebesar 27% sehingga belum
memenuhi indikator keberhasilan.
Selanjutnya peneliti melakukan analisis terhadap kekurangan pelaksanaan
pembelajaran pra siklus dan merencanakan tindak lanjut dalam siklus 1. Adapun
rencana perbaikan untuk pembelajaran siklus 1 yaitu:

1. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya pada saat proses
pembelajaran berlangsung.
2. Guru menegur siswa yang gaduh dan berbicara sendiri dengan temannya.
3. Guru memotivasi siswa agar lebih aktif dalam bertanya maupun menjawab
pertanyaan yang berhubungan dengan materi pembelajaran.
4. Memotivasi siswa agar lebih aktif dalam mengemukakan pendapat dan dapat
berpartisipasi dalam kelompoknya sehingga tidak terdapat dominasi dalam
kelompok.
5. Melakukan perbaikan dalam pembelajaran untuk dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dengan menyiapkan media yang lebih menarik dan bervariasi serta
memberi motivasi kepada siswa untuk lebih rajin dalam belajar.
2. Deskripsi Perbaikan Pembelajaran Siklus 1
Setelah membagi siswa kelas V UPT SDN Dangdeur 2 Kecamatan Jayanti
Kabupaten Tangerang dalam kelompok, guru lalu membuka pelajaran dengan
menampilkan tema besar permasalahan. Dilanjutkan dengan memberi penjelasan
tentang hal-hal yang harus dipersiapkan untuk melakukan penyelidikan. Setelah
siswa memperoleh kejelasan tentang apa yang akan dilakukannya, guru
mempersiapkan siswa untuk bekerja secara mandiri dengan kelompoknya dalam
melakukan kegiatan penyelidikan. Bersamaan dengan itu guru membimbing siswa
melalui tahap-tahap penyelidikan secara runtut sampai dengan menemukan solusi
permasalahan yang dipilih oleh masing-masing kelompok. Kemudian tiap-tiap
kelompok membuat hasil karya kelompok yang dipresentasikan di depan kelas atau
melakukan diskusi kelas. Pada siklus 1, siswa mempelajari tentang mengurutkan
bilangan. Setelah semua kegiatan selesai dilakukan, selanjutnya berdasarkan
pengamatan guru terhadap siswa maka diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 4.2

Hasil Penilaian Tes Formatif Siklus 1

KKM = 70

No Nama Siswa Nilai Keterangan

1. Abdullatif 65 Belum Tuntas

2. Anggi Anggrah Haleni 65 Belum Tuntas

3. Anis Rakmah Dewi Kencana 80 Tuntas

4. Aris 65 Belum Tuntas

5. Asnawiyah 60 Belum Tuntas

6. Badrul Ulum 80 Tuntas

7. Bunayah 65 Belum Tuntas


8. Dalimah 80 Tuntas

9. Dede Siti Bayinah 80 Tuntas

10. Dede Suhayadi 80 Tuntas

11. Dini Fitriyani 60 Belum Tuntas

12. Ernah 80 Tuntas

13. Sobri 80 Tuntas

14. Suandi 60 Belum Tuntas

15. Subhan 80 Tuntas

16. Suhendi 60 Belum Tuntas

17. Suhendra 60 Belum Tuntas

18. Sunah 60 Belum Tuntas

19. Sunarya 80 Tuntas

20. Syaifun Nafasi 60 Belum Tuntas

21. Uus Ahlan Firdaus 80 Tuntas

22. Wahyu 60 Belum Tuntas

Jumlah 1540 10 Siswa Tuntas

Rata-rata 70,00

Tertinggi 80

Terendah 60

Persentase Ketuntasan 45%

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa dalam perbaikan pembelajaran


siklus 1 dengan menggunakan Model Numbered Heads Together dari 22 orang
peserta didik hanya 10 orang siswa dan siswi yang dapat tuntas KKM dengan
persentase sebesar 45%.

Grafik 4.2
Persentase Nilai Evaluasi Perbaikan Pembelajaran Siklus 1

Siswa Tuntas % Rerata

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Siswa Tuntas % Rerata

Berdasarkan grafik di atas di terangkan bahwa pada perbaikan pembelajaran


IPA siklus 1 dengan menggunakan Model Numbered Heads Together ini hanya
sebesar 70,00.

Refleksi

Setelah melakukan observasi, maka dilakukan refleksi terhadap pelaksanaan


pembelajaran IPA melalui model Numbered Heads Together berbantuan media
visual untuk mengetahui kelebihan atau kekurangan keterampilan guru dan
aktivitas siswa serta hasil belajar pada siklus 1. Diantaranya adalah:

1. Guru belum menyampaikan urutan kerja kelompok.


2. Pembelajaran yang dilakukan belum sesuai rencana ketika dimulai dan diakhiri
karena guru lebih memusatkan pada siswa yang gaduh.
3. Dalam kegiatan diskusi kelompok, masih terdapat siswa yang pasif dalam
mengemukakan pendapatnya dan kurang berpartisipasi dalam kelompoknya.
4. Ketika membacakan hasil kerja kelompok, terdapat siswa yang tidak serius
dalam membacakan hasil diskusi kelompoknya.
5. Persentase hasil belajar IPA siklus 1 sebesar 45% sehingga belum
memenuhi indikator keberhasilan.
Selanjutnya peneliti melakukan analisis terhadap kekurangan pelaksanaan
pembelajaran siklus I dan merencanakan tindak lanjut dalam siklus 2. Adapun
rencana perbaikan untuk pembelajaran siklus 2 yaitu:

1. Sebelum melakukan diskusi kelompok, guru harus menyampaikan urutan


dalam kerja kelompok.
2. Guru lebih mengatur waktu saat dimulai dan diakhirinya pembelajaran.
3. Memotivasi siswa agar lebih aktif dalam mengemukakan pendapat dan dapat
berpartisipasi dalam kelompoknya.
4. Mengingatkan siswa agar lebih serius dalam membacakan hasil diskusi
kelompok.
5. Melakukan perbaikan dalam meningkatkan pembelajaran dengan
memperhatikan penyampaian materi serta motivasi siswa terhadap materi
yang disampaikan.

3. Deskripsi Perbaikan Pembelajaran Siklus 2


Pada perbaikan pembelajaran IPA siklus 2 dengan menggunakan Model
Numbered Heads Together di kelas V UPT SDN Dangdeur 2 Kecamatan Jayanti
Kabupaten Tangerang, siswa belajar tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku siswa. Persoalan yang dikaji adalah perbedaan pendapat atas jawaban soal
yang berbeda.

Tindakan pada siklus II dilakukan berdasarkan dari kegiatan tindakan pada


siklus I yang telah direfleksi dan dilakukan perbaikan. Rekomendasi dari siklus I
adalah:

1. Guru perlu memberikan motivasi kepada siswa untuk terlibat dalam proses
pemecahan masalah, karena hal ini mempengaruhi proses pemecahan masalah
oleh siswa.
2. Guru perlu memberikan contoh yang dekat dengan kehidupan sehari-hari agar
siswa lebih mudah masuk dalam permasalahan yang disajikan.
3. Dalam pengungkapan kembali, perlu adanya penjelasan lagi tentang apa yang
baru saja dilakukan siswa, agar siswa menjadi lebih jelas.
4. Guru perlu menginformasikan bahwa segala aktivitas serta partisipasi siswa
masuk dalam kriteria penilaian.
Setelah dilakukan pengumpulan data menggunakan instrumen soal evaluasi
terhadap pembelajaran pada siklus 2 diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.3

Hasil Penilaian Tes Formatif Siklus 2

KKM = 70

No Nama Siswa Nilai Keterangan

1. Abdullatif 85 Tuntas

2. Anggi Anggrah Haleni 85 Tuntas

3. Anis Rakmah Dewi Kencana 100 Tuntas

4. Aris 85 Tuntas

5. Asnawiyah 80 Tuntas

6. Badrul Ulum 100 Tuntas

7. Bunayah 85 Tuntas

8. Dalimah 100 Tuntas

9. Dede Siti Bayinah 100 Tuntas

10. Dede Suhayadi 90 Tuntas

11. Dini Fitriyani 80 Tuntas

12. Ernah 90 Tuntas

13. Sobri 100 Tuntas

14. Suandi 80 Tuntas

15. Subhan 100 Tuntas

16. Suhendi 90 Tuntas

17. Suhendra 85 Tuntas

18. Sunah 90 Tuntas


19. Sunarya 100 Tuntas

20. Syaifun Nafasi 80 Tuntas

21. Uus Ahlan Firdaus 100 Tuntas

22. Wahyu 90 Tuntas

Jumlah 1995 22 Siswa Tuntas

Rata-rata 90,68

Tertinggi 100

Terendah 80

Persentase Ketuntasan 100%

Berdasarkan pada tabel di atas di jelaskan bahwa pada perbaikan


pembelajaran siklus 2 perbaikan pembelajaran IPA melalui Model Numbered
Heads Together ini sangat memuaskan karena dari 22 orang siswa dan siswi
semuanya dapat tuntas KKM 100%. Sehingga penulis tidak melanjutkan pada
perbaikan pembelajaran siklus selanjutnya.
Grafik 4.3

Persentase Nilai Evaluasi Perbaikan Pembelajaran Siklus 2

Siswa Tuntas % Rerata

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Siswa Tuntas % Rerata
Tabel 4.1

Berdasarkan grafik di atas bahwa pada perbaikan siklus 2 melalui Model


Numbered Heads Together ini nilai rata-rata hasil evaluasi di kelas yaitu sebesar
90,68.

Refleksi

1. Keterampilan guru dan aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus-siklus


sebelumnya dan sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan
yaitu dalam kategori sangat baik.
2. Hasil belajar siswa sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan
yaitu ketuntasan hasil belajar klasikal sebesar 100%.
3. Merencanakan perbaikan pembelajaran untuk mempertahankan mutu secara
berkelanjutan.
4. Membuat laporan praktik kegiatan perbaikan pembelajaran.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Kemampuan pemecahan masalah dapat dievaluasi melalui observasi dan tes
tertulis. Dari observasi terhadap kegiatan yang siswa lakukan diperoleh informasi
tentang apa yang dapat dilakukan oleh siswa (Performance). Selain itu juga dapat
menggunakan tes tertulis yang menggambarkan kemampuan tersebut. Baik hasil
observasi maupun hasil tes kemampuan pemecahan masalah dapat saling melengkapi
untuk menunjukkan kemampuan pemecahan masalah pada siswa.

1. Kemampuan pemecahan masalah yang dilihat dari hasil observasi


Kemampuan pemecahan masalah pada siswa yang dilihat dari hasil
observasi selama proses pembelajaran melalui Model Numbered Heads Together
menunjukkan bahwa model ini mampu mengembangkan kemampuan pemecahan
masalah pada siswa, karena selama proses pembelajaran melalui Model Numbered
Heads Together memungkinkan siswa dituntut untuk dapat menemukan solusi dari
permasalahan yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Untuk dapat menemukan
solusi permasalahan tersebut, siswa harus melakukan tahapan-tahapan pemecahan
masalah. Tahapan-tahapan tersebut adalah: mengidentifikasi permasalahan,
menemukan alternatif-alternatif penyelesaian, merancang desain penyelidikan,
mencari data yang relevan, menemukan solusi terbaik dan membuat kesimpulan.

Peningkatan kemampuan pemecahan masalah terlihat antara siklus 1 dan


siklus 2. Kategori tidak muncul dalam melakukan proses pemecahan masalah
untuk beberapa indikator masih ada yaitu mengidentifikasi permasalahan, membuat
desain penyelidikan, mencari data yang relevan dan menemukan solusi.

Pada siklus 2 tidak ada lagi aspek yang memiliki kategori tidak muncul yang
berarti pada siklus 2 semua siswa telah melakukan proses pemecahan masalah
dalam kategori kurang baik, baik dan sangat baik. Kemampuan menemukan
alternatif-alternatif penyelesaian dan membuat kesimpulan antara siklus 1 dan
siklus 2 ditunjukkan dengan kategori baik, tetapi pada siklus 2 terjadi peningkatan
persentase yang berarti pada siklus 2 ada peningkatan jumlah siswa yang dapat
melakukan kemampuan tersebut dengan baik.

Hal ini menunjukkan adanya keberhasilan guru dalam melakukan salah satu
proses yaitu Scaffolding. Scaffolding adalah proses dimana seseorang yang lebih
banyak pengetahuannya, dalam hal ini guru, membantu seseorang yang lebih
sedikit pengetahuannya untuk menuntaskan suatu masalah melampaui tingkat
pengetahuannya saat ini (Ibrahim dan Nur, 2000).

Untuk aspek mengidentifikasi permasalahan, membuat desain penyelidikan,


menemukan data-data yang relevan dan menemukan solusi yang pada siklus 1
ditunjukkan oleh kategori kurang baik meningkat menjadi kategori baik pada siklus
2. Secara umum terjadi peningkatan persentase siswa yang dapat melakukan
kemampuan pemecahan masalah untuk kategori sangat baik. Dengan demikian
melalui Model Numbered Heads Together dapat mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah pada siswa.

2. Kemampuan pemecahan masalah yang dilihat dari hasil tes tertulis


Kemampuan pemecahan masalah yang dilihat dari hasil tes tertulis dapat
diketahui dari aspek pemecahan masalah yang menggambarkan kemampuan
mengidentifikasi permasalahan, menemukan alternatif-alternatif penyelesaian,
membuat desain penyelidikan, mencari data yang relevan, menemukan solusi
terbaik dan membuat kesimpulan.

Jika dibandingkan dengan data awal kemampuan pemecahan masalah, pada


siklus I terjadi peningkatan persentase pada beberapa aspek kemampuan
pemecahan masalah yaitu aspek membuat desain penelitian, menemukan solusi dan
membuat kesimpulan. Antara siklus 1 dan siklus 2, kemampuan mengidentifikasi
permasalahan dan menemukan alternatif-alternatif penyelesaian sangat baik berarti
pada siklus 1 dan siklus 2 sebagian besar (>75%) siswa mampu menjawab dengan
benar soal yang menggambarkan kemampuan tersebut. Untuk aspek membuat
desain penyelidikan, mencari data yang relevan, menemukan solusi terbaik dan
membuat kesimpulan pada siklus 1 ditunjukkan oleh kategori baik dimana 50
sampai 75% siswa dapat menjawab soal tersebut dengan benar dan meningkat
menjadi sangat baik pada siklus 2 dimana sebagian besar siswa (>75%) dapat
menjawab soal tersebut dengan benar.

Selain itu juga terjadi penurunan dan peningkatan persentase antara siklus 1
dan siklus 2. Penurunan persentase terjadi pada aspek menemukan alternatif-
alternatif penyelesaian, meskipun masih tetap berada pada kategori sangat baik.
Untuk kemampuan yang lain terjadi peningkatan antara siklus 1 dan siklus 2. Hal
ini berkaitan dengan aktivitas siswa selama pembelajaran.
Tabel 4.4

Hasil Evaluasi Setiap Pembelajaran

Nilai KKM 70
No. Nama Peserta Didik
Pra Siklus Siklus I Siklus II

1. Abdullatif 65 65 85

2. Anggi Anggrah Haleni 65 65 85

3. Anis Rakmah Dewi Kencana 80 80 100

4. Aris 65 65 85

5. Asnawiyah 60 60 80

6. Badrul Ulum 80 80 100

7. Bunayah 65 65 85

8. Dalimah 80 80 100

9. Dede Siti Bayinah 65 80 100

10. Dede Suhayadi 65 80 90

11. Dini Fitriyani 60 60 80

12. Ernah 80 80 90

13. Sobri 65 80 100

14. Suandi 60 60 80

15. Subhan 80 80 100

16. Suhendi 60 60 90

17. Suhendra 60 60 85

18. Sunah 60 60 90

19. Sunarya 80 80 100

20. Syaifun Nafasi 60 60 80

21. Uus Ahlan Firdaus 65 80 100


22. Wahyu 60 60 90

Jumlah 1480 1540 1995

Rata-Rata 67,27 70,00 90,68

Jumlah Siswa Tuntas KKM 6 10 22

Persentase Ketuntasan 27% 45% 100%

Nilai Terendah 60 60 80

Nilai Tertinggi 80 80 100

Berdasarkan hasil evaluasi dari mulai dari pembelajaran pra siklus, perbaikan
pembelajaran siklus 1 dan perbaikan pembelajaran siklus 2 diperoleh peningkatan nilai
yang cukup baik. Hal ini menunjukkan tindakan perbaikan dalam pembelajaran yang
penulis lakukan berhasil. Walaupun penulis sadari apa yang telah dilakukan belum
memperlihatkan hasil yang optimal. Berikut ini temuan dan hasil observasi terhadap
22 peserta didik selama pembelajaran. Hasil yang diajukan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5

Persentase Hasil Setiap Pembelajaran

Hasil setiap Siklus Persentase


No Nilai
Pra 1 2 Pra 1 2

1. 100 - - 8 - - 36%

2. 95 - - - - - -
-
3. 90 - - 5 - 23%
-
4. 85 - - 5 - 23%
46%
5. 80 - 10 4 - 18%
-
6. 75 - - - - -
-
7. 70 6 - - 28% -
8. 65 8 4 - 36% 18% -

9. 60 8 8 - 36% 36% -

10. 50 - - - - - -

11. 40 - - - - -

Jumlah 22 22 22 100% 100% 100%

Sedangkan prosentase tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi


pelajaran dapat digambarkan pada grafik di bawah berikut :
Grafik 4.1

Persentase Nilai Evaluasi Hasil Setiap Pembelajaran

Siklus II Siklus I Pra Siklus

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Dilihat dari tabel di atas diperoleh simpulan bahwa penguasaan peserta didik
terhadap pelajaran matematika menunjukkan peningkatan, seperti terlihat pada grafik
di atas, pada pembelajaran pra siklus penguasaan peserta didik hanya mencapai 27%,
pada perbaikan pembelajaran siklus 1 mengalami peningkatan menjadi 45%. Pada
tahap selanjutnya yakni perbaikan pembelajaran siklus 2 peningkatan pemahaman
peserta didik menjadi 100%. Hal ini menunjukkan peningkatan yang sangat baik.

1. Pembelajaran Pra Siklus


a. Pemberian motivasi pada perbaikan pembelajaran IPA melalui Model
Numbered Heads Together sudah dilakukan oleh guru, tetapi masih harus
ditingkatkan lagi karena peserta didik yang berani bertanya dan menjawab
pertanyaan masih belum optimal.
b. Peserta didik yang mendapat nilai 70 ke atas pada perbaikan pembelajaran IPA
melalui Model Numbered Heads Together ada 6 peserta didik (27%).
Berdasarkan kriteria keberhasilan yang berdasarkan KKM, maka pada
pembelajaran pra siklus ini diproses pembelajaran dinyatakan belum berhasil
dan harus diperbaiki atau diulang pada perbaikan pembelajaran siklus 1.
c. Perolehan nilai rata-rata pada perbaikan pembelajaran IPA melalui Model
Numbered Heads Together yaitu 67,27. Bila diukur dengan menggunakan
penilaian acuan normatif, maka proses pembelajaran pada siklus ini dinyatakan
belum optimal.

2. Perbaikan Pembelajaran Siklus 1


a. Pemberian motivasi pada perbaikan pembelajaran IPA melalui Model
Numbered Heads Together sudah dilakukan oleh guru, tetapi masih harus
ditingkatkan lagi karena peserta didik yang berani bertanya dan menjawab
pertanyaan masih belum optimal.
b. Peserta didik yang mendapat nilai 70 ke atas pada perbaikan pembelajaran IPA
melalui Model Numbered Heads Together ada 10 peserta didik dengan
persentase 45%. Berdasarkan kriteria keberhasilan yang berdasarkan penilaian
acuan kriteria, maka pada siklus 1 ini diproses pembelajaran dinyatakan belum
berhasil dan harus diperbaiki atau diulang pada siklus 2.
c. Perolehan nilai rata-rata pada perbaikan pembelajaran IPA melalui Model
Numbered Heads Together yaitu 70,00. Bila diukur dengan menggunakan
penilaian acuan normatif, maka proses pembelajaran pada siklus ini dinyatakan
belum optimal.

3. Perbaikan Pembelajaran Siklus 2


a. Pemberian motivasi pada perbaikan pembelajaran IPA melalui Model
Numbered Heads Together sudah dilakukan oleh guru, dan peserta didik yang
berani bertanya dan menjawab pertanyaan sudah meningkat.
b. Peserta didik yang mendapat nilai 70 ke atas pada perbaikan pembelajaran IPA
melalui Model Numbered Heads Together ada 22 peserta didik dengan
persentase ketuntasan 100%. Berdasarkan kriteria keberhasilan yang
berdasarkan PAK (minimal 85%), maka pada siklus 2 ini proses pembelajaran
dinyatakan berhasil.
c. Perolehan nilai rata-rata pada pembelajaran matematika 90,68. Bila diukur
dengan menggunakan PAN (minimal 80,00) maka proses pembelajaran pada
siklus ini dinyatakan sudah optimal.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan
Setelah melihat hasil perbaikan pembelajaran mata pelajaran IPA melalui
Model Numbered Heads Together yang telah dilaksanakan di kelas V UPT SDN
Dangdeur 2 Kecamatan Jayanti Kabupaten Tangerang dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:

1. Model Numbered Heads Together dapat meningkatkan kemampuan


pemecahan masalah yang meliputi kemampuan mengindentifikasi
persoalan, menentukan alternatif, membuat desain, mengumpulkan data,
menemukan solusi dan membuat kesimpulan atas soal perbaikan
pembelajaran IPA di depan kelas secara bersama pada siswa Kelas V UPT
SDN Dangdeur 2 Kecamatan Jayanti Kabupaten Tangerang.
2. Model Numbered Heads Together meningkatkan aktivitas siswa dalam
diskusi kelas pada aspek menyampaikan pendapat, menanggapi pendapat
dan mempertahankan pendapat.
3. Siswa secara umum menunjukkan respon positif terhadap pelaksanaan
Model Numbered Heads Together. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya
persentase siswa yang memberikan penilaian positif dan sangat positif
terhadap pembelajaran menggunanakan Model Numbered Heads Together.
4. Pada hasil tes formatif perbaikan pembelajaran IPA yang dilaksanakan oleh
guru dari 22 orang siswa hanya 6 orang siswa yang tuntas KKM dengan
persentase sekitar 27% yang telah ditentukan yaitu 70 dengan rata-rata kelas
sebesar 67,27. Pada kegiatan perbaikian pembelajaran siklus 1 meningkat
terlihat meningkat dengan 10 orang siswa dari 22 orang siswa yang tuntas
KKM dengan persentase sekitar 45% dengan nilai rata-rata kelas 70,00,
meningkat drastis pada perbaikan pembelajaran siklus 2 dari 22 orang siswa
semuanya tuntas KKM dengan persentase ketuntasan 100% dengan nilai
rata-rata kelas 90,68, Melihat hasil yang diperoleh maka penulis tidak perlu
melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus selanjutnya. Dengan kata lain
bahwa penggunaan Model Numbered Heads Together dapat meningkatkan
Kualitas pembelajaran IPA di kelas V UPT SDN Dangdeur 2 Kecamatan
Jayanti Kabupaten Tangerang.

B. Saran Tindak Lanjut


Berdasarkan simpulan tersebut ada beberapa hal yang sebaiknya
dilakukan oleh guru dalam meningkatkan hasil perbaikan pembelajaran IPA,
khususnya meningkatkan penguasaan materi dan keaktifan peserta didik di
dalam kelas V UPT SDN Dangdeur 2 Kecamatan Jayanti Kabupaten
Tangerang supaya model pembelajaran Numbered Heads Together dapat
diterapkan dengan baik dan berhasil maka guru harus dapat menyajikan
persoalan yang otentik dan berkaitan dengan kehidupan nyata, sehingga siswa
bisa merasa tertarik untuk terlibat dalam proses pembelajaran dan pemecahan
masalah tersebut. Model pembelajaran Numbered Heads Together dapat
diterapkan pada pokok bahasan lain selama pokok bahasan tersebut memiliki
persoalan yang otentik untuk dikaji diantaranya adalah:
1. Guru perlu meningkatkan kreativitas untuk membuat alat peraga yang digunakan
dalam pembelajaran.
2. Model pembelajaran Numbered Heads Together yang akan guru terapkan
sebaiknya dilakukan latihan dulu sebelum guru mengimplementasikannya di kelas.
3. Sebaiknya menggunakan latihan berulang-ulang kemudian peserta didik berusaha
menjawab soal.
4. Guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA dengan menggunakan model
Numbered Heads Together berbantuan media visual.
5. Guru juga dapat menerapkan model Numbered Heads Together berbantuan media
visual pada mata pelajaran lain untuk meningkatkan keterampilan guru, aktivitas
siswa, dan hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Andayani, dkk (2008). Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas.


Jakarta: Bumi Aksara.

Basuki Wibawa. (2001). Media Pengajaran. Bandung : CV. Maulana.

Bobby Deporter dan Mike Hernaeki. (2003). Quantum Learning: Nuansa.

Conny Seiawan. (2001). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta : Gramedia.

Hakim, T (2002). Belajar Secara Efektif. Jakarta: Bina Aksara.

Heinz Krek. (1999). Saya Guru yang Baik ?. Jakarta : KANISIUS.

Hermawan, Asep Herry (2006). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:


Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

https://idtesis.com/pengertian-hasil-belajar/

http://indrimudi.blogspot.com/2016/12/makalah-hakikat-pembelajaran-ipa.html

https://www.sekolahdasar.net/2011/06/pengertian-hasil-belajar.html

https://suaidinmath.wordpress.com/2014/10/01/pembelajaran-tematik-terpadu-dalam-
kurikulum-2013/

http://asagenerasiku.blogspot.com/2012/12/manfaat-tumbuhan-dan-hewan-bagi.html

https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/16/183705869/manfaat-tumbuhan?page=all

I.G.A.K, Wardhani, dkk. (2007). Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Universitas


Terbuka.

Makmun, A.S. (2005). Profesi Keguruan 2. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas


Terbuka.
Mulyami Sumantri & Johar Permona. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Bandung :
Maulana.

Mulyono Abdulrahman. (1999). Pendidikan Bagi anak Kesulitan Belajar : Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan.

Russeffendi, E.T (1991). Pengantar Kepada Pembantu Guru Mengembangkan


Potensinya.

Samuan, Aridi (2003). Proses Pembelajaran. Jakarta: Sarana Panca Karya.

Setiawan, Denny (2006). Komputer dan media Pembelajaran. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.

Setiawati dan Usman (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung:
Rosda Karya.

Suharsimi Arikunto. (2000). Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.

Syaiful Babri Djamarah. (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta :
PT Aneka Cipta.

Tim FKIP, (2008) Pemantapan Kemampuan Profesiol, Jakarta: Universitas Terbuka.

Uragg. (1996). Pengelolaan Kelas (saduran Anwar Jasih). Jakarta : Grasindo.

Winataputra, Udin.S, dkk. (2007). Tiori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Universitas
Terbuka.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP) KURIKULUM 2103

PRA SIKLUS

Sekolah : UPT SDN Dangdeur 2

Kelas /Semester : V/2 (Dua)

Tema 7 : Peristiwa dalam Kehidupan

Sub tema 1 : Peristiwa Kebangsaan Masa Penjajahan

Pembelajaran ke- : 1

Fokus Pembelajaran : IPA

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

A. KOMPETENSI INTI (KI)


1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat,
membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan
di sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis
dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan
dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Bahasa Indonesia

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi


3.5 Menggali informasi 3.5.1 Menggali informasi penting
pentingdari teks narasi dari teks narasi sejarah
sejarahyang disajikan yang disajikan secara lisan
secara lisandan tulis dan tulis menggunakan
menggunakan aspek: apa, aspek: apa, di mana, kapan,
di mana, kapan, siapa, siapa, mengapa, dan
mengapa, dan bagaimana. bagaimana.

4.5 Memaparkan informasi 4.5.1 Memaparkan informasi


penting dari teks narasi penting dari teks narasi
sejarah menggunakan sejarah menggunakan
aspek: apa, di mana, aspek: apa, di mana, kapan,
kapan, siapa, mengapa, siapa, mengapa, dan
dan bagaimana serta kosa bagaimana serta kosakata
kata baku dan kalimat baku dan kalimat efektif
efektif
IPA

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi


3.7 Menganalisis pengaruh 3.7.1 Menganalisis pengaruh
kalor terhadap perubahan kalor terhadap perubahan
suhu dan wujud benda suhu dan wujud benda
dalam kehidupan sehari dalam kehidupan sehari-
hari hari;

4.7 Melaporkan hasil 4.7.1 Melaporkan hasil


percobaan pengaruh kalor percobaan pengaruh kalor
pada benda pada benda

SBdP

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi


3.2 Memahami tangga nada. 3.2.1 Mengidentifikasikan alat
musik sederhana untuk
mengiringi lagu bertangga
nada mayor dan minor

4.2 Menyanyikan lagu-lagu 4.2.1 Memainkan alat musik


dalam berbagai tangga sederhana untuk mengiringi
nada dengan iringan lagu bertangga nada mayor
musik. dan minor

4.2.2.Mempraktikkan gerak
melangkahkan kaki ke
berbagai arah dan
mengayun ke berbagai arah
mengikuti ketukan/tepuk
tangan

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Dengan membuat kesimpulan dari bacaan siswa mampu menyajikan ringkasan teks
penjelasan secara ringkasan dan jelas.
2. Dengan melakukan percobaan tentang cara kerja termometer, siswa mampu
menerapkan konsep perpindahan kalor dalam kehidupan sehariharisecara
bertanggung jawab. Dengan menjawab pertanyaan berdasarkan hasil pengamatan
percobaan, siswa mampu membuat laporan tentang perubahan suhu akibat
perpindahan kalor secara tepat.
3. Dengan mengamati nada nada yang digunakan dalam lagu yang disajikan, siswa
mampu menentukan jenis tangga nada pada musik yang di perdengarkan secara
jelas dan tepat.
4. Dengan menyanyikan lagu daerah, siswa mampu menyanyikan lagu bertangga
nada pentatonis secara percaya diri.

D. MATERI PEMBELAJARAN
1. Teks Penjelasan peristiwa penting pada masa pemerintahan colonial Inggris dan
Belanda
2. teks, menjelaskan perubahan wujud benda padat, cair, dan gas.
3. laguberjudul “Rayuan Pulau Kelapa”,

E. METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan Pembelajaran : Saintifik.

Metode Pembelajaran : Simulasi, percobaan, diskusi, tanya jawab, penugasan,


dan ceramah.

F. MEDIA/ALAT, BAHAN, DAN SUMBER BELAJAR


Media/Alat : 1. Teks bacaan.
2. Alat musik tradisional daerah masing-masing.
3. Beragam benda di kelas dan lingkungan sekitar.
Bahan :-
Sumber Belajar : 1. Buku Guru dan Buku Siswa Kelas V, Tema 6: Panas dan
Perpindahannya. Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013
(Revisi 2017). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

G. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Alokas
Kegiatan Deskripsi i
Waktu
Pendahul 1. Kelas dibuka dengan salam, menanyakan kabar, 10
uan dan mengecek kehadiran siswa. (PPK: Disiplin, Menit
Tertib)
2. Kelas dilanjutkan dengan doa dipimpin oleh
salah seorang siswa. (PPK: Religius)
3. Siswa difasilitasi untuk bertanya jawab
pentingnya mengawali setiap kegiatan dengan
doa. Selain berdoa, guru dapat memberikan
penguatan tentang sikap syukur. (PPK: Religius)
4. Siswa diajak menyanyikan Lagu Indonesia
Raya. Guru memberikan penguatan tentang
pentingnya menanamkan semangat kebangsaan.
(PPK: Nasionalis)
5. Siswa diminta memeriksa kerapian diri dan
kebersihan kelas.
6. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang
tujuan, manfaat, dan aktivitas pembelajaran
yang akan dilakukan.
7. Siswa menyimak penjelasan guru tentang
pentingnya sikap disiplin yang akan
dikembangkan dalam pembelajaran.
8. Pembiasaan membaca. Siswa dan guru
mendiskusikan perkembangan kegiatan literasi
yang telah dilakukan.
9. Siswa diajak menyanyikan lagu daerah setempat
untuk menyegarkan suasana kembali.(PPK:
Nasionalis)
Kegiatan AYO MEMBACA (LITERASI) 50
inti Pada kegiatan Ayo Membaca: Menit
Siswa membaca bacaan tentang pembentukan
pemerintahan kolonial Inggris dan Belanda di
Indonesia.
AYO BERLATIH
Pada kegiatan Ayo Belatih:
1. Siswa membuat peta konsep sesuai dengan
informasi yang di dapatkannya dari bacaan
tentang peristiwa pembentukan pemerintahan
kolonialisme di Indonesia.
2. Isi peta konsep merupakan perbandingan antara
pemerintahan colonial Inggris dan Belanda.

AYO BERDISKUSI (4C: COLLABORATION)


Pada kegiatan Ayo Berdiskusi:
1. Siswa berdiskusi berkaitan dengan
permasalahan pada Buku Siswa.
2. Kegiatan diskusi dilakukan di dalam kelompok-
kelompok diskusi.
3. Guru mengamati keterlibatan tiap anggota
dalam kelompok diskusi. Selesai melakukan
diskusi kelompok, tiap-tiap kelompok kemudian
menunjuk perwakilan untuk mempresentasikan
hasilnya. Melaluiundian, kegiatan presentasi
dilakukan secara bergantian oleh setiap
kelompok. Dengan dilakukan pengundian untuk
menentukan giliran presentasi. Pada akhir
presentasi, guru mengajak siswa secara
bersama-sama untuk menarik kesimpulan hasil
diskusi.
AYO MEMBACA (LITERASI)
Pada kegiatan Ayo Membaca:
Siswa membaca bacaan berjudul Perubahan Wujud
Benda.

AYO BERDISKUSI (4C: COLLABORATION)


Pada kegiatan Ayo Berdiskusi:
Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan di Buku Siswa.

AYO MENCOBA
Siswa merancang dan melaksanakan percobaan
untuk menunjukkan terjadinya peristiwa mencair,
membeku, dan menguap.

AYO BERNYANYI
Pada kegiatan Ayo Bernyanyi:
Siswa berlatih menyanyikan lagu “Rayuan Pulau
Kelapa”. (PPK: Nasionalis)

AYO BERLATIH
Selesai bernyanyi, siswa menuliskan is ilagu
“Rayuan Pulau Kelapa” sesuai dengan
pemahamannya.
Pada akhirpembelajaran, guru memberikan
konfirmas itentang isi lagu “Rayuan Pulau Kelapa”.
Penutup 1. Siswa bersama guru melakukan refleksi atas 10
pembelajaran yang telah berlangsung (HOTS: Menit
Reflektif):
 Apa saja yang telah dipelajari dari kegiatan
hari ini?
 Apa yang akan dilakukan untuk menghargai
perbedaan di sekitar?
2. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil
pembelajaran pada hari ini.
3. Siswa menyimak penjelasan guru tentang
aktivitas pembelajaran pada pertemuan
selanjutnya. Termasuk menyampaikan
kegiatan bersama orangtua yaitu: meminta
orang tua untuk menceritakan
pengalamannya menghargai perbedaan di
lingkungan sekitar rumah lalu menceritakan
hasilnya kepada guru.
4. Siswa menyimak cerita motivasi tentang
pentingnya sikap disiplin.
5. Siswa melakukan operasi semut untuk
menjaga kebersihan kelas.

6. Kelas ditutup dengan doa bersama dipimpin


salah seorang siswa.(PPK: Religius)

H. PENILAIAN
1. Teknik Penilaian
a. Penilaian Sikap
Mencatat hal-hal menonjol (positif atau negatif) yang ditunjukkan siswa dalam
sikap disiplin.

b. Penilaian Pengetahuan
Teknik Bentuk
Muatan Indikator
Penilaian Instumen
Bahasa 3.1.1 Mengidentifikasi kalimat Tes Soal pilihan
Indonesi efektif. tertulis ganda
a Soal isian
Soal uraian
IPA b. Rubrik Percobaan Peristiwa Tes Soal pilihan
Perubahan Wujud tertulis ganda
Soal isian
Soal uraian
SBDP Penilaian uji unjuk kerja
a. Rubrik Menyanyi

A. Unjuk Kerja
Membuat Kesimpulan dari Bacaan

Bentuk Penilaian : Tertulis

Instrumen Penilaian : Daftar Periksa

KD BI 3.3 dan 4.3

Teknik Bentuk
Muatan Indikator Penilaia Instumen
n
Bahasa 3.1.1 Mengidentifikasi kalimat Diskusi Rubrik
Indonesi efektif. dan unjuk penilaian pada
a hasil BG halaman 13-
14.
IPA b. Rubrik Percobaan Peristiwa Unjuk Rubrik
Perubahan Wujud kerja dan penilaian pada
hasil BG halaman 16-
17.
SBDP Penilaian uji unjuk kerja
a. Rubrik Menyanyi
Mengetahui, Serang, 12 April 2022
Kepala UPT Sekolah Mahasiswa

SUMANANG HARYANA, S.Pd HEPI LESTARI


NIP. 196208051982041003 NIM. 857213291

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP) KURIKULUM 2103

SIKLUS 1

Sekolah : UPT SDN Dangdeur 2


Kelas /Semester : V/2 (Dua)

Tema 7 : Peristiwa dalam Kehidupan

Sub tema 1 : Peristiwa Kebangsaan Masa Penjajahan

Pembelajaran ke- : 2

Fokus Pembelajaran : IPA

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

I. KOMPETENSI INTI (KI)


5. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
6. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga.
7. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat,
membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan
di sekolah.
8. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis
dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan
dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

J. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Bahasa Indonesia

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi


3.5 Menggali informasi 3.5.1 Menggali informasi penting
pentingdari teks narasi dari teks narasi sejarah
sejarahyang disajikan yang disajikan secara lisan
secara lisandan tulis dan tulis menggunakan
menggunakan aspek: apa, aspek: apa, di mana, kapan,
di mana, kapan, siapa, siapa, mengapa, dan
mengapa, dan bagaimana. bagaimana.

4.5 Memaparkan informasi 4.5.1 Memaparkan informasi


penting dari teks narasi penting dari teks narasi
sejarah menggunakan sejarah menggunakan
aspek: apa, di mana, aspek: apa, di mana, kapan,
kapan, siapa, mengapa, siapa, mengapa, dan
dan bagaimana serta kosa bagaimana serta kosakata
kata baku dan kalimat baku dan kalimat efektif
efektif
IPA

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi


3.7 Menganalisis pengaruh 3.7.1 Menganalisis pengaruh
kalor terhadap perubahan kalor terhadap perubahan
suhu dan wujud benda suhu dan wujud benda
dalam kehidupan sehari dalam kehidupan sehari-
hari hari;

4.7 Melaporkan hasil 4.7.1 Melaporkan hasil


percobaan pengaruh kalor percobaan pengaruh kalor
pada benda pada benda

SBdP

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi


3.2 Memahami tangga nada. 3.2.1 Mengidentifikasikan alat
musik sederhana untuk
mengiringi lagu bertangga
nada mayor dan minor

4.2 Menyanyikan lagu-lagu 4.2.1 Memainkan alat musik


dalam berbagai tangga sederhana untuk mengiringi
nada dengan iringan lagu bertangga nada mayor
musik. dan minor

4.2.2.Mempraktikkan gerak
melangkahkan kaki ke
berbagai arah dan
mengayun ke berbagai arah
mengikuti ketukan/tepuk
tangan

K. TUJUAN PEMBELAJARAN
5. Dengan membuat kesimpulan dari bacaan siswa mampu menyajikan ringkasan teks
penjelasan secara ringkasan dan jelas.
6. Dengan melakukan percobaan tentang cara kerja termometer, siswa mampu
menerapkan konsep perpindahan kalor dalam kehidupan sehariharisecara
bertanggung jawab. Dengan menjawab pertanyaan berdasarkan hasil pengamatan
percobaan, siswa mampu membuat laporan tentang perubahan suhu akibat
perpindahan kalor secara tepat.
7. Dengan mengamati nada nada yang digunakan dalam lagu yang disajikan, siswa
mampu menentukan jenis tangga nada pada musik yang di perdengarkan secara
jelas dan tepat.
8. Dengan menyanyikan lagu daerah, siswa mampu menyanyikan lagu bertangga
nada pentatonis secara percaya diri.

L. MATERI PEMBELAJARAN
4. Teks Penjelasan peristiwa penting pada masa pemerintahan colonial Inggris dan
Belanda
5. teks, menjelaskan perubahan wujud benda padat, cair, dan gas.
6. laguberjudul “Rayuan Pulau Kelapa”,

M.METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan Pembelajaran : Saintifik.

Metode Pembelajaran : Simulasi, percobaan, diskusi, tanya jawab, penugasan,


dan ceramah.

N. MEDIA/ALAT, BAHAN, DAN SUMBER BELAJAR


Media/Alat : 1. Teks bacaan.
2. Alat musik tradisional daerah masing-masing.
3. Beragam benda di kelas dan lingkungan sekitar.
Bahan :-
Sumber Belajar : 1. Buku Guru dan Buku Siswa Kelas V, Tema 6: Panas dan
Perpindahannya. Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013
(Revisi 2017). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

O. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Alokas
Kegiatan Deskripsi i
Waktu
Pendahul 10. Kelas dibuka dengan salam, menanyakan kabar, 10
uan dan mengecek kehadiran siswa. (PPK: Disiplin, Menit
Tertib)
11. Kelas dilanjutkan dengan doa dipimpin oleh
salah seorang siswa. (PPK: Religius)
12. Siswa difasilitasi untuk bertanya jawab
pentingnya mengawali setiap kegiatan dengan
doa. Selain berdoa, guru dapat memberikan
penguatan tentang sikap syukur. (PPK: Religius)
13. Siswa diajak menyanyikan Lagu Indonesia
Raya. Guru memberikan penguatan tentang
pentingnya menanamkan semangat kebangsaan.
(PPK: Nasionalis)
14. Siswa diminta memeriksa kerapian diri dan
kebersihan kelas.
15. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang
tujuan, manfaat, dan aktivitas pembelajaran
yang akan dilakukan.
16. Siswa menyimak penjelasan guru tentang
pentingnya sikap disiplin yang akan
dikembangkan dalam pembelajaran.
17. Pembiasaan membaca. Siswa dan guru
mendiskusikan perkembangan kegiatan literasi
yang telah dilakukan.
18. Siswa diajak menyanyikan lagu daerah setempat
untuk menyegarkan suasana kembali.(PPK:
Nasionalis)
Kegiatan AYO MEMBACA (LITERASI) 50
inti Pada kegiatan Ayo Membaca: Menit
Siswa membaca bacaan tentang pembentukan
pemerintahan kolonial Inggris dan Belanda di
Indonesia.

AYO BERLATIH
Pada kegiatan Ayo Belatih:
3. Siswa membuat peta konsep sesuai dengan
informasi yang di dapatkannya dari bacaan
tentang peristiwa pembentukan pemerintahan
kolonialisme di Indonesia.
4. Isi peta konsep merupakan perbandingan antara
pemerintahan colonial Inggris dan Belanda.

AYO BERDISKUSI (4C: COLLABORATION)


Pada kegiatan Ayo Berdiskusi:
4. Siswa berdiskusi berkaitan dengan
permasalahan pada Buku Siswa.
5. Kegiatan diskusi dilakukan di dalam kelompok-
kelompok diskusi.
6. Guru mengamati keterlibatan tiap anggota
dalam kelompok diskusi. Selesai melakukan
diskusi kelompok, tiap-tiap kelompok kemudian
menunjuk perwakilan untuk mempresentasikan
hasilnya. Melaluiundian, kegiatan presentasi
dilakukan secara bergantian oleh setiap
kelompok. Dengan dilakukan pengundian untuk
menentukan giliran presentasi. Pada akhir
presentasi, guru mengajak siswa secara
bersama-sama untuk menarik kesimpulan hasil
diskusi.
AYO MEMBACA (LITERASI)
Pada kegiatan Ayo Membaca:
Siswa membaca bacaan berjudul Perubahan Wujud
Benda.

AYO BERDISKUSI (4C: COLLABORATION)


Pada kegiatan Ayo Berdiskusi:
Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan di Buku Siswa.

AYO MENCOBA
Siswa merancang dan melaksanakan percobaan
untuk menunjukkan terjadinya peristiwa mencair,
membeku, dan menguap.

AYO BERNYANYI
Pada kegiatan Ayo Bernyanyi:
Siswa berlatih menyanyikan lagu “Rayuan Pulau
Kelapa”. (PPK: Nasionalis)

AYO BERLATIH
Selesai bernyanyi, siswa menuliskan is ilagu
“Rayuan Pulau Kelapa” sesuai dengan
pemahamannya.
Pada akhirpembelajaran, guru memberikan
konfirmas itentang isi lagu “Rayuan Pulau Kelapa”.
Penutup 7. Siswa bersama guru melakukan refleksi atas 10
pembelajaran yang telah berlangsung (HOTS: Menit
Reflektif):
 Apa saja yang telah dipelajari dari kegiatan
hari ini?
 Apa yang akan dilakukan untuk menghargai
perbedaan di sekitar?
8. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil
pembelajaran pada hari ini.
9. Siswa menyimak penjelasan guru tentang
aktivitas pembelajaran pada pertemuan
selanjutnya. Termasuk menyampaikan
kegiatan bersama orangtua yaitu: meminta
orang tua untuk menceritakan
pengalamannya menghargai perbedaan di
lingkungan sekitar rumah lalu menceritakan
hasilnya kepada guru.
10. Siswa menyimak cerita motivasi tentang
pentingnya sikap disiplin.
11. Siswa melakukan operasi semut untuk
menjaga kebersihan kelas.

12. Kelas ditutup dengan doa bersama dipimpin


salah seorang siswa.(PPK: Religius)

P. PENILAIAN
2. Teknik Penilaian
c. Penilaian Sikap
Mencatat hal-hal menonjol (positif atau negatif) yang ditunjukkan siswa dalam
sikap disiplin.

d. Penilaian Pengetahuan
Teknik Bentuk
Muatan Indikator
Penilaian Instumen
Bahasa 3.1.1 Mengidentifikasi kalimat Tes Soal pilihan
Indonesi efektif. tertulis ganda
a Soal isian
Soal uraian
IPA b. Rubrik Percobaan Peristiwa Tes Soal pilihan
Perubahan Wujud tertulis ganda
Soal isian
Soal uraian
SBDP Penilaian uji unjuk kerja
a. Rubrik Menyanyi

B. Unjuk Kerja
Membuat Kesimpulan dari Bacaan

Bentuk Penilaian : Tertulis

Instrumen Penilaian : Daftar Periksa

KD BI 3.3 dan 4.3

Teknik Bentuk
Muatan Indikator Penilaia Instumen
n
Bahasa 3.1.1 Mengidentifikasi kalimat Diskusi Rubrik
Indonesi efektif. dan unjuk penilaian pada
a hasil BG halaman 13-
14.
IPA b. Rubrik Percobaan Peristiwa Unjuk Rubrik
Perubahan Wujud kerja dan penilaian pada
hasil BG halaman 16-
17.
SBDP Penilaian uji unjuk kerja
a. Rubrik Menyanyi

Menyetujui, Serang, 19 April 2022


Supervisor 2 Mahasiswa
AHMAD SUHARDI, S.Pd HEPI LESTARI
NIP. 198409272019031006 NIM. 857213291

Mengetahui,
Kepala UPT Sekolah

SUMANANG HARYANA, S.Pd


NIP. 196208051982041003

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP) KURIKULUM 2103

SIKLUS 2

Sekolah : UPT SDN Dangdeur 2

Kelas /Semester : V/2 (Dua)

Tema 7 : Peristiwa dalam Kehidupan

Sub tema 1 : Peristiwa Kebangsaan Masa Penjajahan

Pembelajaran ke- : 3

Fokus Pembelajaran : IPA

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

Q. KOMPETENSI INTI (KI)


9. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
10.Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga.
11.Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat,
membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan
di sekolah.
12.Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis
dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan
dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

R. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Bahasa Indonesia

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi


3.5 Menggali informasi 3.5.1 Menggali informasi penting
pentingdari teks narasi dari teks narasi sejarah
sejarahyang disajikan yang disajikan secara lisan
secara lisandan tulis dan tulis menggunakan
menggunakan aspek: apa, aspek: apa, di mana, kapan,
di mana, kapan, siapa, siapa, mengapa, dan
mengapa, dan bagaimana. bagaimana.

4.5 Memaparkan informasi 4.5.1 Memaparkan informasi


penting dari teks narasi penting dari teks narasi
sejarah menggunakan sejarah menggunakan
aspek: apa, di mana, aspek: apa, di mana, kapan,
kapan, siapa, mengapa, siapa, mengapa, dan
dan bagaimana serta kosa bagaimana serta kosakata
kata baku dan kalimat baku dan kalimat efektif
efektif
IPA

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi


3.7 Menganalisis pengaruh 3.7.1 Menganalisis pengaruh
kalor terhadap perubahan kalor terhadap perubahan
suhu dan wujud benda suhu dan wujud benda
dalam kehidupan sehari dalam kehidupan sehari-
hari hari;

4.7 Melaporkan hasil 4.7.1 Melaporkan hasil


percobaan pengaruh kalor percobaan pengaruh kalor
pada benda pada benda

SBdP

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi


3.2 Memahami tangga nada. 3.2.1 Mengidentifikasikan alat
musik sederhana untuk
mengiringi lagu bertangga
nada mayor dan minor

4.2 Menyanyikan lagu-lagu 4.2.1 Memainkan alat musik


dalam berbagai tangga sederhana untuk mengiringi
nada dengan iringan lagu bertangga nada mayor
musik. dan minor

4.2.2.Mempraktikkan gerak
melangkahkan kaki ke
berbagai arah dan
mengayun ke berbagai arah
mengikuti ketukan/tepuk
tangan

S. TUJUAN PEMBELAJARAN
9. Dengan membuat kesimpulan dari bacaan siswa mampu menyajikan ringkasan teks
penjelasan secara ringkasan dan jelas.
10.Dengan melakukan percobaan tentang cara kerja termometer, siswa mampu
menerapkan konsep perpindahan kalor dalam kehidupan sehariharisecara
bertanggung jawab. Dengan menjawab pertanyaan berdasarkan hasil pengamatan
percobaan, siswa mampu membuat laporan tentang perubahan suhu akibat
perpindahan kalor secara tepat.
11.Dengan mengamati nada nada yang digunakan dalam lagu yang disajikan, siswa
mampu menentukan jenis tangga nada pada musik yang di perdengarkan secara
jelas dan tepat.
12.Dengan menyanyikan lagu daerah, siswa mampu menyanyikan lagu bertangga
nada pentatonis secara percaya diri.
T. MATERI PEMBELAJARAN
7. Teks Penjelasan peristiwa penting pada masa pemerintahan colonial Inggris dan
Belanda
8. teks, menjelaskan perubahan wujud benda padat, cair, dan gas.
9. laguberjudul “Rayuan Pulau Kelapa”,

U. METODE PEMBELAJARAN
Model Pembelajaran : Numbered Heads Together.

Metode Pembelajaran : Simulasi, percobaan, diskusi, tanya jawab, penugasan,


dan ceramah.

V. MEDIA/ALAT, BAHAN, DAN SUMBER BELAJAR


Media/Alat : 1. Teks bacaan.
2. Alat musik tradisional daerah masing-masing.
3. Beragam benda di kelas dan lingkungan sekitar.
Bahan :-
Sumber Belajar : 1. Buku Guru dan Buku Siswa Kelas V, Tema 6: Panas dan
Perpindahannya. Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013
(Revisi 2017). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

W.LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Alokas
Kegiatan Deskripsi i
Waktu
Pendahul 19. Kelas dibuka dengan salam, menanyakan kabar, 10
uan dan mengecek kehadiran siswa. (PPK: Disiplin, Menit
Tertib)
20. Kelas dilanjutkan dengan doa dipimpin oleh
salah seorang siswa. (PPK: Religius)
21. Siswa difasilitasi untuk bertanya jawab
pentingnya mengawali setiap kegiatan dengan
doa. Selain berdoa, guru dapat memberikan
penguatan tentang sikap syukur. (PPK: Religius)
22. Siswa diajak menyanyikan Lagu Indonesia
Raya. Guru memberikan penguatan tentang
pentingnya menanamkan semangat kebangsaan.
(PPK: Nasionalis)
23. Siswa diminta memeriksa kerapian diri dan
kebersihan kelas.
24. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang
tujuan, manfaat, dan aktivitas pembelajaran
yang akan dilakukan.
25. Siswa menyimak penjelasan guru tentang
pentingnya sikap disiplin yang akan
dikembangkan dalam pembelajaran.
26. Pembiasaan membaca. Siswa dan guru
mendiskusikan perkembangan kegiatan literasi
yang telah dilakukan.
27. Siswa diajak menyanyikan lagu daerah setempat
untuk menyegarkan suasana kembali.(PPK:
Nasionalis)
Kegiatan AYO MEMBACA (LITERASI) 50
inti Pada kegiatan Ayo Membaca: Menit
Siswa membaca bacaan tentang pembentukan
pemerintahan kolonial Inggris dan Belanda di
Indonesia.

AYO BERLATIH
Pada kegiatan Ayo Belatih:
5. Siswa membuat peta konsep sesuai dengan
informasi yang di dapatkannya dari bacaan
tentang peristiwa pembentukan pemerintahan
kolonialisme di Indonesia.
6. Isi peta konsep merupakan perbandingan antara
pemerintahan colonial Inggris dan Belanda.

AYO BERDISKUSI (4C: COLLABORATION)


Pada kegiatan Ayo Berdiskusi:
7. Siswa berdiskusi berkaitan dengan
permasalahan pada Buku Siswa.
8. Kegiatan diskusi dilakukan di dalam kelompok-
kelompok diskusi.
9. Guru mengamati keterlibatan tiap anggota
dalam kelompok diskusi. Selesai melakukan
diskusi kelompok, tiap-tiap kelompok kemudian
menunjuk perwakilan untuk mempresentasikan
hasilnya. Melaluiundian, kegiatan presentasi
dilakukan secara bergantian oleh setiap
kelompok. Dengan dilakukan pengundian untuk
menentukan giliran presentasi. Pada akhir
presentasi, guru mengajak siswa secara
bersama-sama untuk menarik kesimpulan hasil
diskusi.
AYO MEMBACA (LITERASI)
Pada kegiatan Ayo Membaca:
Siswa membaca bacaan berjudul Perubahan Wujud
Benda.

AYO BERDISKUSI (4C: COLLABORATION)


Pada kegiatan Ayo Berdiskusi:
Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan di Buku Siswa.

AYO MENCOBA
Siswa merancang dan melaksanakan percobaan
untuk menunjukkan terjadinya peristiwa mencair,
membeku, dan menguap.

AYO BERNYANYI
Pada kegiatan Ayo Bernyanyi:
Siswa berlatih menyanyikan lagu “Rayuan Pulau
Kelapa”. (PPK: Nasionalis)

AYO BERLATIH
Selesai bernyanyi, siswa menuliskan is ilagu
“Rayuan Pulau Kelapa” sesuai dengan
pemahamannya.
Pada akhirpembelajaran, guru memberikan
konfirmas itentang isi lagu “Rayuan Pulau Kelapa”.
Penutup 13. Siswa bersama guru melakukan refleksi atas 10
pembelajaran yang telah berlangsung (HOTS: Menit
Reflektif):
 Apa saja yang telah dipelajari dari kegiatan
hari ini?
 Apa yang akan dilakukan untuk menghargai
perbedaan di sekitar?
14. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil
pembelajaran pada hari ini.
15. Siswa menyimak penjelasan guru tentang
aktivitas pembelajaran pada pertemuan
selanjutnya. Termasuk menyampaikan
kegiatan bersama orangtua yaitu: meminta
orang tua untuk menceritakan
pengalamannya menghargai perbedaan di
lingkungan sekitar rumah lalu menceritakan
hasilnya kepada guru.
16. Siswa menyimak cerita motivasi tentang
pentingnya sikap disiplin.
17. Siswa melakukan operasi semut untuk
menjaga kebersihan kelas.

18. Kelas ditutup dengan doa bersama dipimpin


salah seorang siswa.(PPK: Religius)

X. PENILAIAN
3. Teknik Penilaian
e. Penilaian Sikap
Mencatat hal-hal menonjol (positif atau negatif) yang ditunjukkan siswa dalam
sikap disiplin.

f. Penilaian Pengetahuan
Teknik Bentuk
Muatan Indikator
Penilaian Instumen
Bahasa 3.1.1 Mengidentifikasi kalimat Tes Soal pilihan
Indonesi efektif. tertulis ganda
a Soal isian
Soal uraian
IPA b. Rubrik Percobaan Peristiwa Tes Soal pilihan
Perubahan Wujud tertulis ganda
Soal isian
Soal uraian
SBDP Penilaian uji unjuk kerja
a. Rubrik Menyanyi

C. Unjuk Kerja
Membuat Kesimpulan dari Bacaan

Bentuk Penilaian : Tertulis

Instrumen Penilaian : Daftar Periksa


KD BI 3.3 dan 4.3

Teknik Bentuk
Muatan Indikator Penilaia Instumen
n
Bahasa 3.1.1 Mengidentifikasi kalimat Diskusi Rubrik
Indonesi efektif. dan unjuk penilaian pada
a hasil BG halaman 13-
14.
IPA b. Rubrik Percobaan Peristiwa Unjuk Rubrik
Perubahan Wujud kerja dan penilaian pada
hasil BG halaman 16-
17.
SBDP Penilaian uji unjuk kerja
a. Rubrik Menyanyi

Menyetujui, Serang, 26 April 2022


Supervisor 2 Mahasiswa

AHMAD SUHARDI, S.Pd HEPI LESTARI


NIP. 198409272019031006 NIM. 857213291

Mengetahui,

Kepala UPT Sekolah

SUMANANG HARYANA, S.Pd


NIP. 196208051982041003

Anda mungkin juga menyukai