Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan manusia berupa
pengetahuan, gagasan, dan konsep tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkain proses ilmiah. Menurut Rahayu, Mulyani & Miswadi (2012) IPA merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam yang meliputi makhluk hidup dan makhluk tak hidup atau sains tentang kehidupan dan sains tentang dunia fisik. IPA pada hakekatnya adalah ilmu untuk mencari tahu, memahami alam semesta secara sistematik dan mengembangkan pemahaman ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip, dan hukum yang teruji kebenarannya, namun IPA bukan hanya merupakan kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, prinsip, melainkan suatu proses penemuan dan pengembangan sehingga ilmu dalam IPA setiap waktu dapat berkembang. Pembelajaran IPA lebih menekankan pada proses, peserta didik aktif kegiatan supaya pembelajaran menjadi bermakna. Pembelajaran yang bermakna diperlukan cara khusus yang disebut model pembelajaran salah satunya adalah model pembelajaran Numbered Head Together (NHT). Model pembelajaran NHT memberikan kesempatan pada peserta didik untuk saling membagi ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat. Model pembelajaran NHT juga dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi peserta didik karena peserta didik tidak dapat mengandalkan jawaban dari temannya sehingga peserta didik harus manyiapkan dan menyampaikan jawabannya sendiri. Dalam sebuah penelitian Sulistyaningrum dan Nawangsari (2014) dijelaskan “....thus a study on how NHT and TPS affect learning outcomes (understanding and application of Physics concepts) on Mathematics Department students at Unirow, Tuban”. Berdasarkan prinsip kerja model NHT, peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok dan berdiskusi. Pembentukan kelompok-kelompok kecil yang menjadi wahana proses pembelajaran, bisa menunjang proses pembelajaran bila kelompok- kelompok ini bisa dikelola dengan baik. Menurut Brumfit, sebagaimana dikutip oleh Iriantara (2014:147), menunjukkan “dalam kelompok-kelompok kecil ini kegiatannya lebih mirip dengan orang yang mengobrol dalam kehidupan sehari-hari, bila dibandingkan cara lain dalam mengorganisasikan kelas”. Model pembelajaran NHT walaupun memiliki kelebihan, juga memiliki kelemahan. Untuk mengatasi kelemahan model pembelajaran ini digunakan pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang diawali dengan menghadapakan peserta didik dengan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan semua pengetahuan yang dimilikinya, peserta didik dituntut untuk menyelesaikan masalah yang banyak menggunakan konsep-konsep sains yang dimilikinya. Karakteristik dari pembelajaran berbasis masalah adalah mendorong peserta didik untuk mampu menemukan masalah dan mengajukan dugaan-dugaan, perencanaan, dan penyelesain masalah, serta melatih peserta didik untuk terampil menyajikan temuan. Masalah yang timbul di kehidupan sehari-hari sering disebabkan oleh aktivitas manusia salah satunya adalah penggunaan produk kimia rumah tangga. Produk kimia rumah tangga merupakan produk hasil buatan pabrik yang sangat membantu dalam kehidupan manusia tetapi banyak efek negatif yang ditimbulkan karena komposisinya yang terbuat dari bahan kimia. Penggunaan terus menerus secara berlebihan pada jangka panjang akan menimbulkan dampak yang serius bagi kesehatan dan lingkungan. Karena ada efek samping yang ditimbulkan oleh zat kimia pada produk tersebut, maka perlu adanya pengkajian lebih jauh mengenai zat-zat yang terkandung pada produk kimia rumah tangga sehingga peserta didik mampu melakukan pencegahan dan berhati-hati dalam penggunaannya. Berdasarkan hasil observasi di SMP Empu Tantular dengan cara interview dengan guru mata pelajaran IPA mayoritas peserta didik kemampuan mengungkapkan gagasan ataupun bertanya masih rendah, sehingga terjadinya pembelajaran satu arah yang berpusat pada guru sedangkan peserta didik hanya sebagai pendengar, sehingga menyebabkan hasil belajar rendah dimana 40% peserta didik masih di bawah KKM. Perubahan kurikulum dari kurikulum 2013 ke KTSP menjadikan materi yang diajarkan tumpang tindih. Materi yang diajarkan pada kurikulum 2013 semester satu harus diajarkan lagi pada semester 2 pada KTSP, untuk mengatasi masalah tersebut guru membuat pemetakan materi. Materi produk kimia rumah tangga yang belum diajarkan adalah KD 4.1 yang isinya, mencari informasi tentang kegunaan dan efek samping bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari dan KD 4.2. yang isinya, mengkomunikasikan informasi tentang kegunaan dan efek samping bahan kimia. Sebagaimana KD 4.1 dan 4.2 peserta didik mengumpulkan informasi tentang kegunanaan dan efek samping bahan kimia dalam kegidupan sehari-hari kemudian mengkomunikasikannya. Salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh peserta didik adalah keterampilan berkomunikasi, karena dalam proses pembelajaran, komunikasi yang dilangsungkan bukan sekedar menyampaikan bahan ajar tetapi komunikasi yang berorientasi pada peserta didik. Misalnya, melalui tugas dalam kelompok peserta didik dibelajarkan untuk dapat menyelesaikan masalah secara bersama-sama, dengan kemampuan yang dimilikinya masing-masing. Kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi menggunakan bentuk lisan. Komunikasi bentuk lisan dilakukan dengan cara berbicara. Menurut Iriantara (2014) “komponen paling penting dalam pembelajaran di ruang kelas adalah terjadinya interaksi sosial dan interaks komunikatif di antara semua peserta didik dan antara peserta didik dengan gurunya. Kemampuan peserta didik dalam mengajukan pertanyaan, menyampaiakan pandangannya atau bahkan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap suatu gagasan, menjadi syarat penting berjalannya proses pembelajaran yang baik”. Proses pembelajaran yang baik akan berpengaruh pada hasil belajar yang baik. Menurut Arikunto sebagaimana telah dikutip oleh Widoyoko (2008) guru maupun pendidik lainnya perlu mengadakan penilaian terhadap hasil belajar peserta didik karena dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan hasil belajar mempunyai makna yang penting, baik bagi peserta didik, guru maupun sekolah. Dengan adanya hasil belajar , maka dapat digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik di dalam pencapaian tujuan pembelajaran, mengetahui kriteria ketuntasan minimum (KKM),dan mengetahui apakah model pembelajaran yang digunakan sudah tepat atau belum. Alasan dari pemaparan di atas adalah penggunaan model pembelajaran NHT berbasis masalah dalam penelitian ini, sehingga dalam proses pembelajarannya, materi produk kimia rumah tangga dapat disesuaikan dengan kejadian di kehidupan sehari-hari. Diharapkan dengan menambahkan pembelajaran berbasis masalah peserta didik dapat menggunakan produk kimia rumah tangga dengan lebih bijak. Penggunaan model pembelajaran NHT yang prinsipnya seperti diskusi juga akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam dan membuat peserta didik lebih paham dengan masalah sehari-hari dan cara menyelesaikannya.