Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang

2.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan manusia berupa


pengetahuan, gagasan, dan konsep tentang alam sekitar yang diperoleh dari
pengalaman melalui serangkain proses ilmiah. Menurut Rahayu, Mulyani & Miswadi
(2012) IPA merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam yang meliputi
makhluk hidup dan makhluk tak hidup atau sains tentang kehidupan dan sains tentang
dunia fisik. IPA pada hakekatnya adalah ilmu untuk mencari tahu, memahami alam
semesta secara sistematik dan mengembangkan pemahaman ilmu pengetahuan
tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip, dan hukum yang
teruji kebenarannya, namun IPA bukan hanya merupakan kumpulan pengetahuan
berupa fakta, konsep, prinsip, melainkan suatu proses penemuan dan pengembangan
sehingga ilmu dalam IPA setiap waktu dapat berkembang. Pembelajaran IPA lebih
menekankan pada proses, peserta didik aktif kegiatan supaya pembelajaran menjadi
bermakna. Pembelajaran yang bermakna diperlukan cara khusus yang disebut model
pembelajaran salah satunya adalah model pembelajaran Numbered Head Together
(NHT).
Model pembelajaran NHT memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
saling membagi ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat. Model
pembelajaran NHT juga dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi peserta
didik karena peserta didik tidak dapat mengandalkan jawaban dari temannya sehingga
peserta didik harus manyiapkan dan menyampaikan jawabannya sendiri. Dalam
sebuah penelitian Sulistyaningrum dan Nawangsari (2014) dijelaskan “....thus a study
on how NHT and TPS affect learning outcomes (understanding and application of
Physics concepts) on Mathematics Department students at Unirow, Tuban”.
Berdasarkan prinsip kerja model NHT, peserta didik dibagi menjadi beberapa
kelompok dan berdiskusi. Pembentukan kelompok-kelompok kecil yang menjadi
wahana proses pembelajaran, bisa menunjang proses pembelajaran bila kelompok-
kelompok ini bisa dikelola dengan baik. Menurut
Brumfit, sebagaimana dikutip oleh Iriantara (2014:147), menunjukkan “dalam
kelompok-kelompok kecil ini kegiatannya lebih mirip dengan orang yang mengobrol
dalam kehidupan sehari-hari, bila dibandingkan cara lain dalam mengorganisasikan
kelas”. Model pembelajaran NHT walaupun memiliki kelebihan, juga memiliki
kelemahan. Untuk mengatasi kelemahan model pembelajaran ini digunakan
pembelajaran berbasis masalah.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
diawali dengan menghadapakan peserta didik dengan masalah yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari. Dengan semua pengetahuan yang dimilikinya, peserta didik
dituntut untuk menyelesaikan masalah yang banyak menggunakan konsep-konsep
sains yang dimilikinya. Karakteristik dari pembelajaran berbasis masalah adalah
mendorong peserta didik untuk mampu menemukan masalah dan mengajukan
dugaan-dugaan, perencanaan, dan penyelesain masalah, serta melatih peserta didik
untuk terampil menyajikan temuan. Masalah yang timbul di kehidupan sehari-hari
sering disebabkan oleh aktivitas manusia salah satunya adalah penggunaan produk
kimia rumah tangga.
Produk kimia rumah tangga merupakan produk hasil buatan pabrik yang sangat
membantu dalam kehidupan manusia tetapi banyak efek negatif yang ditimbulkan
karena komposisinya yang terbuat dari bahan kimia. Penggunaan terus menerus
secara berlebihan pada jangka panjang akan menimbulkan dampak yang serius bagi
kesehatan dan lingkungan. Karena ada efek samping yang ditimbulkan oleh zat kimia
pada produk tersebut, maka perlu adanya pengkajian lebih jauh mengenai zat-zat yang
terkandung pada produk kimia rumah tangga sehingga peserta didik mampu
melakukan pencegahan dan berhati-hati dalam penggunaannya.
Berdasarkan hasil observasi di SMP Empu Tantular dengan cara interview
dengan guru mata pelajaran IPA mayoritas peserta didik kemampuan mengungkapkan
gagasan ataupun bertanya masih rendah, sehingga terjadinya pembelajaran satu arah
yang berpusat pada guru sedangkan peserta didik hanya sebagai pendengar, sehingga
menyebabkan hasil belajar rendah dimana 40% peserta didik masih di bawah KKM.
Perubahan kurikulum dari kurikulum 2013 ke KTSP menjadikan materi yang
diajarkan tumpang tindih. Materi yang diajarkan pada kurikulum 2013 semester satu
harus diajarkan lagi pada semester 2 pada KTSP, untuk mengatasi masalah tersebut
guru membuat pemetakan materi. Materi produk kimia rumah tangga yang belum
diajarkan adalah KD 4.1 yang isinya, mencari informasi tentang kegunaan dan efek
samping bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari dan KD 4.2. yang isinya,
mengkomunikasikan informasi tentang kegunaan dan efek samping bahan kimia.
Sebagaimana KD 4.1 dan 4.2 peserta didik mengumpulkan informasi tentang
kegunanaan dan efek samping bahan kimia dalam kegidupan sehari-hari kemudian
mengkomunikasikannya.
Salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh peserta didik adalah
keterampilan berkomunikasi, karena dalam proses pembelajaran, komunikasi yang
dilangsungkan bukan sekedar menyampaikan bahan ajar tetapi komunikasi yang
berorientasi pada peserta didik. Misalnya, melalui tugas dalam kelompok peserta
didik dibelajarkan untuk dapat menyelesaikan masalah secara bersama-sama, dengan
kemampuan yang dimilikinya masing-masing. Kemampuan peserta didik untuk
berkomunikasi menggunakan bentuk lisan. Komunikasi bentuk lisan dilakukan
dengan cara berbicara. Menurut Iriantara (2014) “komponen paling penting dalam
pembelajaran di ruang kelas adalah terjadinya interaksi sosial dan interaks
komunikatif di antara semua peserta didik dan antara peserta didik dengan gurunya.
Kemampuan peserta didik dalam mengajukan pertanyaan, menyampaiakan
pandangannya atau bahkan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap suatu gagasan,
menjadi syarat penting berjalannya proses pembelajaran yang baik”. Proses
pembelajaran yang baik akan berpengaruh pada hasil belajar yang baik.
Menurut Arikunto sebagaimana telah dikutip oleh Widoyoko (2008) guru
maupun pendidik lainnya perlu mengadakan penilaian terhadap hasil belajar peserta
didik karena dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan hasil belajar
mempunyai makna yang penting, baik bagi peserta didik, guru maupun sekolah.
Dengan adanya hasil belajar , maka dapat digunakan untuk mengukur kemampuan
peserta didik di dalam pencapaian tujuan pembelajaran, mengetahui kriteria
ketuntasan minimum (KKM),dan mengetahui apakah model pembelajaran yang
digunakan sudah tepat atau belum.
Alasan dari pemaparan di atas adalah penggunaan model pembelajaran NHT
berbasis masalah dalam penelitian ini, sehingga dalam proses pembelajarannya,
materi produk kimia rumah tangga dapat disesuaikan dengan kejadian di kehidupan
sehari-hari. Diharapkan dengan menambahkan pembelajaran berbasis masalah peserta
didik dapat menggunakan produk kimia rumah tangga dengan lebih bijak.
Penggunaan model pembelajaran NHT yang prinsipnya seperti diskusi juga akan
menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam dan membuat peserta didik
lebih paham dengan masalah sehari-hari dan cara menyelesaikannya.

Anda mungkin juga menyukai