SKRIPSI
OLEH
AULIA NOVIARNI
NIM 11711023916
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam didefenisikan sebagai pengetahuan yang
sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum, dan berupa kumpulan
data hasil observasi atau eksperimen. Maka dalam pembelajaran peserta didik
perlu banyak menemukan, dengan diberikan pengalaman-pengalaman
langsung dalam kehidupan sehari-hari. IPA sebagai proses yaitu prosedur
pemecahan masalahan dengan menggunakan metode ilmiah untuk
menemukan konsep-konsep dengan tahap berikut: menemukan masalah,
merumuskan hipotesis, merencanakan penyelidikkan, melaksanakan
penyelidikkan, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan,
dan mengkomunikasikan hasil. Terdapat berbagai permasalahan yang dapat
dipecahkan dengan IPA, karena IPA merupakan ilmu yang mencari jawaban
atas berbagai gejala alam yang terjadi pada kehidupan .1
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu cabang ilmu
yang mempelajari alam secara sistematis sehingga belajar IPA tidak cukup
hanya menghafal materinya saja, melainkan harus dapat memahami konsep-
konsep di dalamnya. Hal tersebut dapat dicapai jika pembelajaran tersebut
bermakna. Menurut Ausubel belajar bermakna merupakan proses
dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relavan yang terdapat dalam
struktur kognitif seseorang.2
Pelajaran IPA di sekolah seharusnya menjadikan peserta didik dapat
mempelajari tentang alam sekitar serta mengembangkan dan menerapkan di
dalam kehidupan sehari-hari, yang berdasar pada metode ilmah. Pembelajaran
IPA hakikatnya adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala
1
Depdiknas. Materi Pelatihan Terintegrasi Ilmu Pengetahuan Alam : Landasan Teori
dalam Pengembangan Model Pengajaran. (Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendasmen Direktorat
Pend. Lanjutan Pertama, 2005).
2
Mukhammad Aji. Fatkhurrohman, “Dengan Model Integrasi Pembelajaran Kooperatif
Stad” 1, no. 1 (2016): hal 61.
2
melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah dan hasilnya
terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting
berupa konsep, prinsip dan teori yang berlaku secara universal. 3 Pembelajaran
IPA adalah interaksi antara komponen-komponen pembelajaran dalam bentuk
proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang berbentuk kompetensi yang
telah ditetapkan.4Proses pembelajaran IPA menekankan untuk
mengembangkan kompetensi yang diarahkan untuk membantu peserta didik
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang IPA. Salah satu
tujuan penting pembelajaran IPA adalah untuk menguasai secara mendalam
konsep-konsep dalam dasar IPA. Konsep merupakan ide-ide objek, atau
peristiwa yang membantu kita memahami dunia sekitar kita. Oleh karena itu,
penguasaan konsep dasar yang baik juga membantu siswa dalam
memecahkan masalah walaupun dihadapkan dalam situasi yang berbeda.
3
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Konsektual. (Jakarta:
PT. Kharisma Putra Utama, 2012):Hal 141
4
Fitri Yatus Saadah and Laily Yunita Susanti, “Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VII MTsN 1
Jember,” Indonesian Journal Of Mathematics and Natural Science Education, 1 (2), 20201,
no. 2 (2020):hal 82.
3
Siswa Tanggung Jawab Besar Dalam Menciptakan Sumber Daya Manusia Yang Unggul .
Guru Mengaktifkan Peserta Did” 4 (2019): 76.
8
Usler Simarmata, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap
Hasil Belajar Siswa Pada Materi Listris Dinamis Di Kelas X SMA,” Jurnal Pendidikan
Fisika 2, no. 1 (2014): hal 174.
9
Jasmine Salabeela Rumpaka, Taupik Taupik, and Romdah Romdah, “Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Penguasaan Konsep dan Aktivitas Belajar,”
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi 11, no. 2 (2019): 79-80
10
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Konsektual.
(Jakarta: PT. Kharisma Putra Utama, 2009):Hal 89.
5
B. Defenisi Istilah
11
Christina Sri Purwanti, “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad
DalamUpaya Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas Xi IPA
Sma Negeri 3 Bantul Tahun Pembelajaran 2013/2014,” Jurnal Penelitian dan Evaluasi
Pendidikan III (2015). Hal: 29.
6
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini, yaitu :
1. Bagi peserta didik, diharapkan dapat menumbuhkan kerjasama pada
kegaiatan kelompok dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran IPA,
khususnya penguasaan konsep peserta didik pada materi Getaran,
Gelombang dan Bunyi.
2. Bagi guru, diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif guru untuk
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk
meningkatkan penguasaan konsep peserta didik. Dimana, model
pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran yang
menarik sehingga peserta didikberpartisipasi dalam pembelajaran.
3. Bagi peneliti, memperluas wawasan peneliti dalam penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan penguasaan
konsep materi pembelajaran IPA sebagai bekal untuk menjadi seorang
pendidik yang profesional.
4. Bagi peneliti lain, sebagi sumber informasi bagi peneliti-peneliti lain yang
ingin meneliti lebih mendalam mengenai model pembelajaran kooperatif
tipe STAD.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Tinjaun Tentang IPA
a. Hakikat Pembelajaran IPA
Hakikat IPA menurut Puskur meliputi empat unsur utama yaitu
sikap, proses dan aplikasi. Pemebelajaran IPA menekannkan pada
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta
didik mampu memahami alam sekitar melalui proses mencari tahu dan
berbuat.12 Hal ini dapat diartikan bahwa pembelajaran IPA harus lebih
menekankan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik yakni peserta
didik harus benar-benar dilibatkan secara langsung dalam pembelajaran.
IPA bukan berisi informasi yang harus dihafalkan peserta didik, tetapi
informasi yang diperoleh melalui pengalaman langsung agar peserta didik
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam sehingga hakikat IPA
sebagai sikap, proses, dan aplikasi dapat dicapai dalam pembelajaran.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) pada kurikulum tahun 2013 terdapat beberapa perubahan
diantara adalah konsep pembelajarannya dikembangkan sebagai mata
pelajaran integrative science atau “IPA Terpadu” bukan sebagai
pendidikan disiplin ilmu. Konsep keterpaduan ini ditunjukkan dalam
Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) pembelajaran IPA
yakni didalam satu KD sudah memadukan konsep-konsep IPA dari bidang
ilmu biologi, fisika, dan ilmu pengetahuan bumi dan antariksa (IPBA). 13
Kurikulum 2013 menghendaki pembelajaran sains secara terpadu
di Sekolah Menengah Pertama (SMP).Hal ini diperlukan untuk dapat
membangun keterampilan peserta didikdalam memecahkan suatu masalah
12
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, progresif dan Konsteksual.
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013). Hal 152
13
Gusti Ayu and Dewi Setiawati, “Pemanfaatan Subak dalam Pembelajaran
Ipa,”Seminar Nasional FMIPA UNDHIKSA III (2013): hal 202.
9
14
Azizah Azizah Arisman, “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dengan
Metode Praktikum Dan Demonstrasi Multimedia Interaktif (Mmi) Dalam Pembelajaran IPA
Terpadu Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa,” Edusains 7, no. 2 (2016): hal 180.
15
Abdul Muiz, “Implementasi Model Susan Loucks-Horsley Terhadap Comunication
and Colaburation Peserta Didik SMP”Unnes Science Education Journal 5, no. 1 (2016):hal
1081.
10
Neli Laa, Hendri Winata, and Rini Intansari Meilani, “Pengaruh Model Pembelajaran
16
Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division Terhadap Minat Belajar Siswa,”
Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran 2, no. 2 (2017):hal 141.
Slavin, Robert E, Cooperative Learning, (Teori , Riset dan Praktek),
17
kelamin, ras atau etnik.3) kuis, setelah peserta didik melaksanakan presentasi
kelas dan belajar secara berkelompok, maka peserta didikakan mengerjakan
kuis secara individual dan teman sekelompoknya tidak diperkenankan untuk
19
Slavin, Robert E, Cooperative Learning, London: Allymand Bacon, (2005): hal 12.
20
dan Fatmah Dhafir Najma AR. Talamoa, I Nengah Kundera, “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Di Kelas V SDN 14 Ampana,”
Jurnal Kreatif Tadulako Online 4, no. 4 (2014): 99.Jurnal Kreatif Tadulako Online 4, no.4
(2014):hal 99
21
Nurmahni Harahap, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap
Hasil Belajar Kognitif, Motivasi, Dan Aktivitas Belajar Siswa Pada Konsep Ekosistem Di
Mtsn Model Banda Aceh”. (2013) :hal 59
12
22
Happy Komike Sari, “Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Hasil Belajar
Fisika Siswa Pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement
Division,” Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah 1, no. 1 (2016):hal 16.
23
Rusman, Model-Model Pembelajaran, Jakarta : Rajawali Pers (2016): Hal 215-216.
13
dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri
terpenting dari STAD.
e. Kuis (Evaluasi)
Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang
materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaianterhadap presentasi
hasil kerja masing-masing kelompok. Peserta didikdiberikan kuis secara
individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk
menjamin agar peserta didiksecara individu bertanggung jawab kepada diri
sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru menetapkan skor batas
penguasaan untuk setiap soal sesuai dengan tingkat kesulitan siswa.
f. Penghargaan Prestasi Tim
Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja peserta
didikdan diberikan angka dengan rentang 0-100.Selanjutnya pemberian
penghargaan atas keberhasilan kelompok.
Tabel di bawah ini menunjukkan sintaks model pembelajaran
kooperatif STAD.24
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Fase Tingkah Laku Guru Tingkah Laku Siswa
Fase 1 Guru menyajikan materi Peserta
Penyajian Mata pelajaran. didikmendengarkan
Pelajaran. penyajian materi
pelajaran.
Fase 2 Guru membentuk Peserta didikberkumpul
Pembentukan kelompok yang terdiri dari dalam kelompok yang
kelompok. 4-5 orang peserta telah dibentuk oleh guru.
didiksecara heterogen.
Fase 3 Guru memberi tugas Peserta didikmengerjakan
Diskusi. kepada kelompok dan tugas dengan cara diskusi
24
Hengki Wijaya and Arismunandar Arismunandar, “Pengembangan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis Media Sosial,” Jurnal Jaffray 16, no. 2
(2018):hal 181.
14
25
Tri Ariani and Duwi Agustini, “Model Pembelajaran Student Team Achievement
Division (STAD) Dan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT): Dampak
Terhadap Hasil Belajar Fisika,” Science and Physics Education Journal (SPEJ) 1, no. 2
(2018):hal 69.
16
26
Ni Made Yeni Suranti, Gunawan Gunawan, and Hairunnisyah Sahidu, “Pengaruh
Model Project Based Learning Berbantuan Media Virtual Terhadap Penguasaan Konsep
Peserta Didik Pada Materi Alat-Alat Optik,” Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi 2, no. 2
(2017):hal 73.
27
Widya Oktaviani, Program Studi, and Pendidikan Fisika, “Pengembangan Bahan Ajar
Fisika Kontekstual Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa,” Jurnal Pendidikan
Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902), Vol III No. 1 III, no. 1 (2017):hal 2.
28
Nina Nisrina, Gunawan Gunawan, and Ahmad Harjono, “Pembelajaran Kooperatif
Dengan Media Virtual Untuk Peningkatan Penguasaan Konsep Fluida Statis Siswa,” Jurnal
Pendidikan Fisika dan Teknologi 2, no. 2 (2017):hal 68.
29
Krathwohl, D. R. A Revision of Bloom’s Taxonomy : An Overview. Theory into
Practice (2002): 41
17
L I N Suciani Astuti, “Penguasaan Konsep Ipa Ditinjau Dari Konsep Diri,” Formatif :
30
31
Wa Ode et al., “Analisis Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Sd
Melalui Project Based Learning” Jurnal Pendidikan Dasar 8, no. 1 (2016). 87.
19
n = jumlah getaran
t = waktu (s)
2) Periode Getaran
Dalam tiap satu satu satuan waktu dapat dapat terjadi sejumlah
getaran. Jika ter Jika terjadi satu gerakan, pastilah membutuhkan
waktu tertentu. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu gerakan
ini disebut periode.Hubungan ini antara periode dan frekuensi getaran
dapat dinyatakan sebagai berikut.
Keterangan
b. Gelombang
1) Gelombang Transversal
2) Gelombang Longitudinal
21
Keterangan :
v = kecepatan ( m/s )
s = jarak ( m )
t = waktu ( s)
d. Bunyi
1) Pengertian Bunyi dan Jenis-Jenis Bunyi
Bunyi yaitu sesuatu yang dihasilkan dari benda yang bergetar. Benda
yang menghasilkan suatu bunyi tersebut dinamakan sumber bunyi.Sumber
bunyi yang bergetar tersebut akan menggetarkan molekul-molekul udara
yang berada disekitarnya. Dengan hal tersebut, syarat terjadinya bunyi
adalah adanya benda yang bergetar.Pada perambatan bunyi tersebut juga
memerlukan medium, Anda bisa mendengar bunyi apabila terdapat
medium yang bisa merambatkan bunyi.
Bunyi dikelompokan pada beberapa macam jenis, antara lain ialah
sebagai berikut:
a) Bunyi Infrasonik
23
32
Tim Abdi Guru. IPA Terpadu Untuk SMP / MTS Kelas VII. (Jakarta : Erlangga.
2013):hal 299-308.
25
Fisika Siswa Pada Materi Pokok Gerak Lurus Di Kelas X SMA Swasta
UISU Medan” menunjukkan bahwahasil belajar peserta didikyang diajar
dengan metode STAD lebih tinggi dari pada hasil belajar peserta didikyang
diajar dengan metode konvensional.
4. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fitriani yang berjudul
“Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap
Hasil Belajar Siswa pada Konsep Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit”
menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik yang diajarkan dengan
pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada peserta didik
yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Jadi dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan dari
pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar.
5. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Jamuri, Kosim, dan Aris Doyan
(2015)yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Stad
Berbasis Multi Media Interaktif Terhadap Penguasaan Konsep Siswa
C. Kerangka Berpikir
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu cabang ilmu
yang mempelajari alam secara sistematis sehingga belajar IPA tidak cukup
hanya menghafal materinya saja, melainkan harus dapat memahami konsep-
konsep di dalamnya. Hal tersebut dapat dicapai jika pembelajaran tersebut
bermakna. Menurut Ausubel belajar bermakna merupakan proses
dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relavan yang terdapat dalam
struktur kognitif seseorang. Pelajaran IPA di sekolah seharusnya menjadikan
peserta didik dapat mempelajari tentang alam sekitar serta mengembangkan
dan menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari, yang berdasar pada metode
ilmah. Pembelajaran IPA hakikatnya adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan
proses ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas
tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip dan teori yang berlaku
secara universal. Pembelajaran IPA adalah interaksi antara komponen-
komponen pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan yang berbentuk kompetensi yang telah ditetapkan. Pembelajaran IPA
bertujuan untuk memberikan penguasaan konsep-konsep IPA kepada siswa.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa hasil belajar
peserta didik masih rendah. Hal ini dikarenakan peserta didik kurang
memahami konsep yang akan dipelajari. Dalam proses pembelajaran biasanya
guru menjelaskan dengan metode ceramah atau disebut dengan dengan
model pembelajaran konvesional dengan dimana peserta didikhanya duduk
pasif mendengarkan penjelasan dari guru. Dengan kondisi demikian
mengakibatkan peserta didik belajar sekedar menghafal, pengetahuan yang
didapatkan hanya dari guru saja, sehingga peserta didikmenjadi bosan dalam
proses belajar.
Permasalahan:
Model pembelajaran yang digunakan masih sering
menggunakan model pembelajaran teacher center
Kemampuan pemahaman konsep peserta didik masih relative
rendah
Solusi:
Diterapkan model pembelajaran student team achievement Division
nsep IPA siswa pada kelas yang menerapkan model pembelajaran student team achievement dengan kelas yang tidak menera
dipelajari siswa.
d) Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS). LKS yang
diberikan mencakup materi pokok dan tugas yang akan
dikerjakan siswa secara berkelompok.
e) Guru mengawasi setiap kelompok yang sedang
mendiskusikan LKS. Anggota kelompok yang tahu
menjelaskan pada anggota lainnya, sampai semua anggota
dalam kelompoknya mengerti. Jika ada kelompok yang
merasa kesulitan maka guru membantu kelompok tersebut.
f) Guru menyuruh salah satu kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi dari masing-masing
kelompok dengan membuat undian untuk menentukan
kelompok mana yang maju terlebih dahulu.
g) Guru mengadakan kuis individual dan membuat skor
perkembangan tiap siswa dan kelompok.
h) Guru mengumumkan rekor tim dan individual.
i) Guru memberikan hadiah kepada tim yang nilainya paling
tinggi.
3) Kegiatan Akhir
a) Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan pelajaran.
b) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang materi yang belum dimengerti.
2. Variabel Y yaitu Penguasaan Konsep
Penguasaan konsep adalah kemampuan peserta didik dalam
memahami konsep-konsep setelah kegiatan pembelajaran. Penguasaan
konsep dapat diartikan sebagai kemampuan peserta didik dalam
memahami makna secara ilmiah baik teori maupun penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Tabel 2.2. Kisi-kisi Tes Penguasaan Konsep IPA
No Indikator Penilaian
31
Bentuk
Aspek
Instrumen
1 Mengenali Mengingat Objektif
2 Menjelaskan Memahami Objektif
3 Mengurutkan Mengaplikasikan Objektif
4 Menganalisis Menganalisis Objektif
5 Membandingkan Mengevaluasi Uraian
6 Menggabungkan Mencipta Uraian
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan menjadi hipotesis
alternatif (Ha) dan hipotesis nol (Ho) sebagai berikut:
Ha = Adanya pengaruh terhadap penerapan model pembelajaran
kooperatiftipe STAD terhadap penguasaan konsep peserta didik kelas
VIII SMP materi getaran, gelombang, dan bunyi.
Ho = Tidak ada pengaruh terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD terhadap penguasaan konsep peserta didik kelas VIII SMP
materi getaran, gelombang, dan bunyi.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan desain penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi
eksperiment.Untuk mendapatkan gambaran penguasaan konsep digunakan
metode quasi eksperiment dengan desain “Nonequivalent Control Group
Design”.33
Pembelajaran menggunakan dua kelompok yaitu
kelompokeksperimen dan kelompok kontrol yang tidak dipilih secara acak.
Kelompok eksperimen adalah kelompok yang mendapatkan pembelajaran
dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sedangkan
kelompok kontrol adalah kelompok yang mendapatkan pembelajaran
konvensional.
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Keterangan:
X = Perlakuan terhadap kelompok eksperimen menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD
Y = Perlakuan terhadap kelompok eksperimen menggunakan model
pembelajaran konvesional
O1 = pretest yang diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen
O2 = posttest yang diberikan kepada kelas kontrol dan kelas
B. Waktu danTempat
2. Variabel terikat (Y) adalah “variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas (independent)”. Variabel terikat
dalam penelitian ini yaitu penguasaan konsep.
E. Instrument penelitian
a. Validitas Isi
Tabel 3.2
Revisi instrumen oleh Dosen Tadris IPA
Soal Keterangan
1 Revisi soal
2 Revisi soal
5 Revisi soal
19 Revisi soal
36
23 Ganti soal
25 Ganti soal
2. Uji Reliabilitas
Suatu instrumen dikatakan reliabel, jika dalam dua kali atau lebih
pengevaluasian dengan dua atau lebih instrumen yang ekuivalen
hasilnya akan serupa pada masing-masing pengetesan. Uji reliabilitas
diperlukan untuk melengkapi syarat validnya sebuah alat evaluasi,
untuk mengetahui apakah sebuah tes memiliki reliabilitas tinggi, sedang
atau rendah dilihat dari nilai koefisien reliabilitasnya. Teknik
perhitungan koefisien reliabilitas dilakukan dengan menggunakan
prinsip ketetapan intern. Pada cara ini skor peserta didik pada satu soal
dikorelasikan dengan skor pada soal-soal sisanya. Rumus yang dipakai
adalah rumus Cronbach-Alpha.
Rumus Cronbach-Alpha dipilih karena soal yang
diujikanberbentuk uraiandan mudah dalam pelaksanaannya karena
hanya diperlukan satu kali pengetesan. Indeks Realibilitas pula
diperolehi dengan menggunakan Cronbach Alpha. Daripada analisis
yang telah dijalankan, nilai Validitas dengan menggunakan nilai
korelasi item yang diperbetulkan (corrected item-total correlation)
harus memiliki nilai minimum 0,3 dan realibilitas instrumen dengan
berdasarkan hasil analisis Cronbach Alpha harus memiliki nilai diatas
0,6 dan di bawah 1. Sehingga dalam penelitian ini dapat menghasilkan
instrumen yang baik dan berkualitas (Ruseffendi, 2005: 92). Pengujian
37
D = BA– BB
JA JB
Keterangan :
D = Daya Beda
BA=Banyak peserta kelompok atas yang menjawab
BB= Banyak peserta kelompok bawah yang benar
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB= Banyaknya peserta kelompok bawah
Berdasarkan tabel 3. hasil uji beda daya soal per item soal
penguasan konsep diperoleh bervariasi terdapat 1 soal memiliki kriteria
sangat baik 1, 16 soal baik dan 1 soal cukup.
antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran untuk soal dapat
dihitung dengan persamaan34:
B
P=
JS
Keterangan :
P = Indeks kemudahan
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Tingkat
No. Butir
Kesukara Keterangan
Soal
n
1 0.633 Sedang
2 0.500 Sedang
3 0.600 Sedang
4 0.600 Sedang
34
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VII
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2011). Hal 207-208.
40
5 0.633 Sedang
6 0.567 Sedang
7 0.567 Sedang
8 0.700 Sedang
9 0.700 Sedang
10 0.600 Sedang
11 0.500 Sedang
12 0.533 Sedang
13 0.667 Sedang
14 0.600 Sedang
15 0.700 Sedang
16 0.500 Sedang
17 0.542 Sedang
18 0.450 Sedang
skoryangdiperolehpesertadidik
% keterlaksanaan = x 100 %
skortotal
71-84% Baik
56-70% Cukup Baik
<55% Tidak Baik
(Sudjana,2004)
BAB IV
1
NPSN : 10400253
NSS :-
Tahun Berdiri : 1984
Alamat sekolah : Bangkinang
Desa/Kelurahan : Pulau
Kecamatan : Bangkinang
Nama/NIP.KepalaSekolah :Plt.Hendrayanti.S.Ag/197203012008012008
No.HP : 081396198995
Berdirinya SMP Negeri 1 Bangkinang ini, terdapat proses pergantian
kepala sekolah di mulai sejak tahun 1983 hingga sekarang. Beberapa proses
pergantian terurai sebagai berikut:
1) Pada tahun 1983 (M. Basri)
2) Pada tahun 1991 – 1992 (Zakaria)
3) Pada tahun 1992 – 2003 (Dahfina, BA)
4) Pada tahun 2004 – 2005 (Plt. Nirwati, S.Pd.I)
5) Pada tahun 2005 – 2008 (Drs. Sudirman)
6) Pada tahun 2008 – 2014 (Nirwati, S.Pd.I)
7) Pada tahun 2014 – sekarang (Hj. Asnah, S.Pd
Secara geografis, SMP Negeri 1 Bangkinang terletak dijalan Bodi
Kelurahan Pulau dengan batasan-batasan sebagai berikut:
1. Sebelah utara pemukiman penduduk
2. Sebelah selatan jalan dan persawahan
3. Sebelah timur pemukiman penduduk
4. Sebelah barat jalan dan pemukiman penduduk
Kurikulum yang diterapkan di SMP Negeri 1 Bangkinang ini adalah
kurikulum 2013 untuk peserta didik kelas VII, VIII, dan IX .
Sumber:(Tata Usaha SMP Negeri 1 Bangkinang Tahun 2020)
B. Hasil Penelitian
Bagian ini menyajikan analisis daninterpretasihasil penelitianpengaruh
penerapan model pembelajaran student team achievement divisionterhadap
penguasaan konsep IPA siswabeserta pembahasannya untuk mejawab
2
pertanyaan-pertanyaan penelitianyang dikemukakan pada bagian
pendahuluan.Data yang dianalisis berupa: (1) lembar observasi keterlaksanaan
model pembelajaran, (2) tes penguasaan konsep.
1. Keterlaksanaan Model Pembelajaran
a. Data Hasil Observasi Aktivitas Guru
Selama kegiatan proses belajar dikelas eksperimen berlangsung, kegiatan
guru dinilai melalui lembar observasi yang telah dipersiapkan oleh
peneliti sebelumnya. Lembar observasi berisi uraian kegiatan yang harus
dilaksanakan guru selama proses belajar mengajar berlangsung. Dari
hasil penilaian, dapat diketahui bahwa aktivitas yang dilakukan guru
sudah terlaksana dengan baik dalam menggunakan penerapan model
nustudent team achievement division. Hasil observasi selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran U. Rata-rata persentase penilaian lembar observasi
keterlaksanaan aktivitas guru menggunakan model student team
achievement divisionadalah 85.83%, maka hasil penilaian berdasarkan
skala likert yaitu interval >85% sehingga hasil penilaian termasuk ke
dalam kategori “Sangat Baik”. Artinya guru sudah menjalankan proses
pembelajaran secara optimal.
b. Aktivitas Peserta Didik dalam Pembelajaran student team
achievement division
Data dalam penelitian diperoleh dari lembar observasi aktivitas
peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaranstudent team
achievement division.Lembar observasi ini diisi oleh observer yang
mengamati peserta didik ketika pembelajaran berlangsung.Peserta
didik yang diamati terdiri dari 4 kelompok dengan jumlah anggota tiap
kelompok adalah 4-5 orang. Satu kelompok dinilai oleh satu orang
observer, yang berarti satu orang observer akan mengamati dan
menilai sebanyak enam peserta didik. Indikator pertanyaan terdiri dari
enam butir indikator.Indikator ini termasuk kedalam aspek penilaian
aktivitas dalam pembelajaran dengan modelstudent team achievement
division.Adapun penilaian ini dilakukan untuk kelas eksperimen yang
3
berjumlah 30 orang.Hal ini dikarenakan penerapan student team
achievement divisionhanya dilakukan pada kelas eksperimen.
Berdasarkan penilaian melalui lembar observasi peserta didik dari
pertemuan pertama hingga pertemuan keempat perkembangan
aktivitas peserta didik semakin baik, walaupun dipertemuan pertama
masih banyak peserta didik yang pasif dan bingung dengan model
numbered heads together, tetapi dipertemuan selanjutnya mulai ada
perubahan, hal itu dikarenakan peserta didik mulai terbiasa bahkan
yang sebelumnya pasif, dipertemuan selanjutnya jauh lebih aktif, dan
bisa disimpulkan pembelajaran dengan student team achievement
divisionsudah terlaksana dengan baik. Hasil observasi peserta didik
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran U.
Rata-rata persentase penilaian lembar observasi keterlaksanaan
aktivitas peserta didik menggunakan model student team achievement
divisionadalah 83,03%, maka hasil penilaian berdasarkan skala likert
yaitu interval 71-84% sehingga hasil penilaian termasuk ke dalam
kategori “Baik”. Artinya peserta didik sudah menjalankan proses
pembelajaran secara optimal.
2. Penguasaan Konsep Peserta Didik
a. Pretest
Perhitungan data pretest penguasaan konsep kelas eksperimen dan kelas
kontrol diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 4. Data Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Data Kelas Kelas Kontrol
Eksperimen
N 29 29
Minimum 18.52 22.22
Maximum 48.15 33.33
Mean 31.03 29.89
Std. Deviation 5.806822 2.95817
4
Tabel di atas menunjukkan perolehan perhitungan data
pretestmeliputi perolehannilai rata-rata (mean) tes awal kelas eksperimen
sebesar 31.03 sedangkan kelas kontrol memperoleh nilai mean sebesar
29.89. Standar deviasi kelas eksperimen sebesar 5.806822 sedangkan
kelas kontrol sebesar 2.95817.Nilai maksimum kelas eksperimen 48.15
sedangkan nilai maksimum kelas kontrol 33.33.Nilai minimum kelas
eksperimen 18.52 sedangkan kelas kontrol 22.22.
b. Posttest
Perhitungan data posttest penguasaan konsep pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol setelah diterapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD diperoleh hasil seperti pada tabel berikut.
5
Uji prasyarat yang dilakukan yaitu uji normalitas.Perhitungan uji
normalitas dilakukan menggunakan SPSS melalui uji Shapiro Wilk dengan
kriteria sampel di bawah 50. Uji ini dilakukan terhadap data pretest dan
posttest dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil perhitungan
terangkum dalam tabel di bawah ini.
Shapiro-Wilk
Kelas Statistic Df Sig.
Pretest Kontrol .837 29 .000
Eksperimen .902 29 .011
Posttest Kontrol .906 29 .013
Eksperimen .869 29 .002
Sumber: Olah Data Peneliti (SPSS)
2. Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil analisis uji prasyarat diketahui bahwa data tidak
terdistribusi normal sehingga untuk uji hipotesis dilakukan dengan cara uji
hipotesis non parametrik. Uji non parametrik dilakukan dengan uji Mann
Whitney.Hasil uji dapat dilihat pada table dibawah ini.
Tabel 4. Hasil Uji Mann Whitney
Test Statisticsa
Pre-Test Post-Test
Mann-Whitney U 360.500 45.500
6
Wilcoxon W 795.500 480.500
Z -.986 -5.925
Asymp. Sig. (2-tailed) .324 .000
Sumber: Olah Data Peneliti (SPSS)
D. Pembahasan
Penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1 Bangkinang ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Division (STAD) terhadap penguasaan konsep siswa. Penelitian
ini melibatkan dua model pembelajaran yang berbeda yaitu model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilaksanakan di kelas VIIIA
sebagai kelas eksperimen dengan jumlah peserta didik sebanyak 30 orang dan
di kelas VIIIB sebagai kelas kontrol dengan jumlah peserta didik sebanyak 30
orang. Materi yang diajarkan adalah materi getaran, gelombang dan bunyi.
Pelaksanaan pembelajaraan di kelas kontrol dan kelas eksperimen
dilakukan sebanyak5 kali pertemuan termasuk pretest dan posttest. Tes yang
digunakan berupa soal tes objektif dan urian materigetaran, gelombang dan
bunyi sebanyak 18 soal.
Perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model
pembelajaran konvensional yaitu pada model pembelajaran kooperatif tipe
STAD pembelajaran cendrung berpusat pada siswa, siswa dituntut lebih aktif
dalam proses pembelajaran, sedangkan guru diharapkan untuk lebih berfungsi
sebagai fasilator motivator dalam kegiatan pembelajaran. Sebaliknya pada
7
pembelajaran konvensional pembelajaran cendrung berpusat pada guru, guru
merupakan pemegang kendali dalam seluruh proses pembelajaran, siswa
tinggal mengikuti apa yang telah dirancang dan diprogramkan oleh
guru.Sebelum diberi perlakuan, masing-masing kelas terlebih dahulu diberikan
tes awal (pretest) untuk mengetahui kemampuan penguasaan konsep peserta
didik.
Pre-Test
Mann-Whitney U 360.500
Wilcoxon W 795.500
Z -.986
Asymp. Sig. (2-
.324
tailed)
Berdasarkan hasil pada tabel 4. bahwa nilai sig. 0.324 > 0.05 yang
menunjukkan tidak ada perbedaan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan penguasaan konsep peserta
didik pada kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak memiliki perbedaan
sebelum diberi perlakuan. Data tersbut merupakan hasil uji hipotesis setelah
dilakukan pengujian normalitas. Hasil uji normalitas menunjukkan data tidak
8
berdistribusi normal sehingga pada uji hipotesis dilakukan dengan
menggunakan uji hipotesis non parametrik. Uji hipotesis non parametrik yang
digunakan yaitu asumsi parametrik tidak terpenuhi adalah Mann-Whitney.
Post-Test
Mann-Whitney U 45.500
Wilcoxon W 480.500
Z -5.925
Asymp. Sig. (2-
.000
tailed)
9
Berdasarkan hasil pada tabel di atas menunjukkan nilai sig. 0.000 <
005.yangterdapat perbedaan signifikan anatara nilai posttestkelas kontrol
dan nilai posttest kelas eksperimen. hal ini membuktikan Ha diterima dan
dan H0 ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
peningkatan penguasaan konsep IPAyang signifikan antara kelas
eksperimen yang mengggunakanmodel pembelajaranpembelajaran
kooperatif tipestudent team achievement division (STAD) terhadap
penguasaan konsep peserta didik.
.
10