Anda di halaman 1dari 53

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT

TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP PENGUASAAN


KONSEP PESERTA DIDIK KELAS VIII SMPMATERI GETARAN,
GELOMBANG DAN BUNYI

SKRIPSI

OLEH
AULIA NOVIARNI
NIM 11711023916

JURUSAN TADRIS ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2023 M/1444
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam didefenisikan sebagai pengetahuan yang
sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum, dan berupa kumpulan
data hasil observasi atau eksperimen. Maka dalam pembelajaran peserta didik
perlu banyak menemukan, dengan diberikan pengalaman-pengalaman
langsung dalam kehidupan sehari-hari. IPA sebagai proses yaitu prosedur
pemecahan masalahan dengan menggunakan metode ilmiah untuk
menemukan konsep-konsep dengan tahap berikut: menemukan masalah,
merumuskan hipotesis, merencanakan penyelidikkan, melaksanakan
penyelidikkan, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan,
dan mengkomunikasikan hasil. Terdapat berbagai permasalahan yang dapat
dipecahkan dengan IPA, karena IPA merupakan ilmu yang mencari jawaban
atas berbagai gejala alam yang terjadi pada kehidupan .1
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu cabang ilmu
yang mempelajari alam secara sistematis sehingga belajar IPA tidak cukup
hanya menghafal materinya saja, melainkan harus dapat memahami konsep-
konsep di dalamnya. Hal tersebut dapat dicapai jika pembelajaran tersebut
bermakna. Menurut Ausubel belajar bermakna merupakan proses
dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relavan yang terdapat dalam
struktur kognitif seseorang.2
Pelajaran IPA di sekolah seharusnya menjadikan peserta didik dapat
mempelajari tentang alam sekitar serta mengembangkan dan menerapkan di
dalam kehidupan sehari-hari, yang berdasar pada metode ilmah. Pembelajaran
IPA hakikatnya adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala

1
Depdiknas. Materi Pelatihan Terintegrasi Ilmu Pengetahuan Alam : Landasan Teori
dalam Pengembangan Model Pengajaran. (Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendasmen Direktorat
Pend. Lanjutan Pertama, 2005).
2
Mukhammad Aji. Fatkhurrohman, “Dengan Model Integrasi Pembelajaran Kooperatif
Stad” 1, no. 1 (2016): hal 61.
2

melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah dan hasilnya
terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting
berupa konsep, prinsip dan teori yang berlaku secara universal. 3 Pembelajaran
IPA adalah interaksi antara komponen-komponen pembelajaran dalam bentuk
proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang berbentuk kompetensi yang
telah ditetapkan.4Proses pembelajaran IPA menekankan untuk
mengembangkan kompetensi yang diarahkan untuk membantu peserta didik
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang IPA. Salah satu
tujuan penting pembelajaran IPA adalah untuk menguasai secara mendalam
konsep-konsep dalam dasar IPA. Konsep merupakan ide-ide objek, atau
peristiwa yang membantu kita memahami dunia sekitar kita. Oleh karena itu,
penguasaan konsep dasar yang baik juga membantu siswa dalam
memecahkan masalah walaupun dihadapkan dalam situasi yang berbeda.

Pada kenyataannya, tingkat penguasaan konsep peserta didik pada


mata pelajaran IPA masih rendah. Rendahnya penguasaan konsep peserta
didik diduga ada kaitannya dengan proses pembelajaran IPA yang masih
berpusat pada guru dan peserta didik hanya mendapatkan konsep-konsep
yang bersifat informasi yang disampaikan guru di kelas. Konsep-konsep
tersebut seharusnya dikuasai oleh peserta didik agar mereka dapat
memecahkan suatu masalah dalam kehidupan sehari-hari. Konsep tersebut
seharusnya diperoleh peserta didik melalui pemberian pengalaman oleh guru
untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis
melaului percobaan, mengumpulkan, dan menafsirkan data, serta
mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis, tidak banyak
dialami oleh peserta didik sehingga peserta didik sulit memahami konsep-
konsep IPA dan cepat melupakannya. Selain itu faktor terpenting yang

3
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Konsektual. (Jakarta:
PT. Kharisma Putra Utama, 2012):Hal 141
4
Fitri Yatus Saadah and Laily Yunita Susanti, “Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VII MTsN 1
Jember,” Indonesian Journal Of Mathematics and Natural Science Education, 1 (2), 20201,
no. 2 (2020):hal 82.
3

mempengaruhi rendahnya penguasaan konsep peserta didik yaitu keaktifan,


interaksi dan kemampuan kerjasama peserta didik dalam kegiatan belajar
mengajar yang masih rendah.

Berdasarkan hasil wawancara dan survey yang telah peneliti lakukan


di SMP Negeri Bangkinang dengan guru IPA ditemukan masih rendahnya
hasil belajar IPA yang artinya peserta didik belum mampu menguasai konsep
IPA yang telah diajarkan. Hal ini dikarenakan peserta didik kurang menguasai
konsep yang akan dipelajari. Dalam proses pembelajaran biasanya guru
menjelaskan dengan metode ceramah dimana peserta didik hanya duduk pasif
mendengarkan penjelasan dari guru.5 Dengan kondisi demikian
mengakibatkan peserta didik belajar sekedar menghafal, pengetahuan yang
didapatkan hanya dari guru saja, sehingga peserta didik menjadi bosan dalam
proses belajar. Oleh karena itu, diperlukan pembelajaran yang bersifat student
centered agar peserta didik terlibat secara langsung dalam pembelajaran dan
berinteraksi antar peserta didik sehingga mereka dapat saling bertukar pikiran
untuk memperbaiki hasil belajar.6

Sebagai penggerak pendidikan yang terdepan yaitu guru yang


memiliki tanggungjawab besar dalam menciptakan sumber daya manusia
yang unggul. Guru pada hakikatnya merupakan tenaga kependidikan yang
memikul berat tanggung jawab kemanusian sehingga menuntut
profesionalitas tinggi dalam proses pembelajaran melalalui kompetensi
profesionalnya guru harus mampu mewujudkan langkah-langkah
pembelajaran yang inovatif, dan kreatif, serta mampu menggunakan metode
atau model dalam pembelajaran.7 Model pembelajaran yang diharapkan dapat
5
Asneli Lubis, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Hasil
Belajar Fisika Siswa Pada Materi Pokok Gerak Lurus Di Kelas X Sma Swasta Uisu Medan,”
Jurnal Pendidikan Fisika 1, no. 1 (2012): hal 30.
6
Ana Riyanti, Widiyatmoko Arif, dan Urwatin Wusqo Indah, “Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Berbantuan Peta Konsep
Terhadap Hasil Belajar dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP Tema Kalor,” Unnes
Science Education Journal 5, no. 2 (2016): 1280–1287.
7
Rahmat Saleh, “Efektifitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Students
Team Achievement Division Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Kognitif
4

meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui penerapan bekerja sama


memecahkan masalah, saling membantu dan saling mendiskusikan masalah
dalam pembelajaran dengan teman-temannya salah satu adalah model
pembelajaran kooperatif.8Pembelajaran kooperatif dapat memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk berinteraksi dan bekerja sama bersama
dengan siswa lain dalam suasanabergotong-royong yang harmonis dan
kondusif. Susana positif yang timbul dari pembelajaran kooperatif dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untu mencintai pelajaran, sekolah,
serta guru.9

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang


berdasarkan paham konstuktivisme. Konstrutivisme adalah suatu pandangan
bahwa peserta didik membina sendiri pengetahuan atau konsep secara aktif
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ada. Pembelajaran kooperatif
merupakan strategi belajar dengan sejumlah peserta didik sebagai anggota
kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan
tugas kelompoknya, setiap peserta didik anggota kelompoknya harus saling
bekerja sama dan saling membantu untuk memahami mata pelajaran. Dalam
pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu
teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.10

Model pembelajaran kooperatif mengalami perkembangan sehingga


muncul berbagai macam tipe model pembelajaran kooperatif.Salah satu di
antaranyaadalah model pembelajaran kooperatif tipe StudentTeam

Siswa Tanggung Jawab Besar Dalam Menciptakan Sumber Daya Manusia Yang Unggul .
Guru Mengaktifkan Peserta Did” 4 (2019): 76.
8
Usler Simarmata, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap
Hasil Belajar Siswa Pada Materi Listris Dinamis Di Kelas X SMA,” Jurnal Pendidikan
Fisika 2, no. 1 (2014): hal 174.
9
Jasmine Salabeela Rumpaka, Taupik Taupik, and Romdah Romdah, “Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Penguasaan Konsep dan Aktivitas Belajar,”
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi 11, no. 2 (2019): 79-80
10
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Konsektual.
(Jakarta: PT. Kharisma Putra Utama, 2009):Hal 89.
5

Achievement Division.11Model pembelajaran tipe STAD adalah salah satu


model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa,
sehingga dalam proses pembelajaran peserta didiklebih aktif dalam belajar.

Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya terbukti bahwa model


pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap penguasaan konsep
peserta didik. Hasil penelitian yang dilakukan Jamuri, Kosim, dan Aris
Doyan terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif STAD terhadap
penguasaan konsep siswa yang menggunakan model pembelajaran secara
langsung. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Asmawatidalam penelitiannya
yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Terhadap Penguasaan Konsep Siswa”.Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pelaksanaan model pembelajaran tipe STAD memberi pengaruh positif
terhadap penguasaan konsep peserta didikdibandingkan dengan pembelajaran
secara konvensional hal ini dibuktikan dengan hasil pengujian hipotesis.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian


dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap
Penguasan Konsep IPA Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Bangkinang
Pada Materi Gelombang, Getaran dan Bunyi”. Adapun dipilihnya materi
Gelombang, Getaran dan Bunyi karena materi ini menuntut berpikir, sehingga
diperlukan keterampilan berpikir kreatif peserta didik dalam merancang dan
melakukan percobaan sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan
penguasaan konsep siswa. Materi ini juga termasuk sulit sehingga
membutuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis, dan mengembangkan
sikap sikap sosial siswa.

B. Defenisi Istilah
11
Christina Sri Purwanti, “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad
DalamUpaya Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas Xi IPA
Sma Negeri 3 Bantul Tahun Pembelajaran 2013/2014,” Jurnal Penelitian dan Evaluasi
Pendidikan III (2015). Hal: 29.
6

1. Model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement


Divisions (STAD) merupakan model pembelajaran yang mengharuskan
peserta didik aktif dalam belajar. Peserta didik harus bisa menguasai
materi pelajaran dan mampu menyampaikan hasil diskusi kelompoknya di
depan kelas.
2. Penguasaan konsep diartikan sebagai kemampuan siswa dalam memahami
makna ilmiah, baik konsep secara teori maupun penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Materi Getaran, Gelombang dan Bunyi merupakan salah satu materi kelas
VIII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi dasar 3.11
menganalisis konsep getaran, gelombang dan bunyi dan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi dasar 4.11 menyajikan hasil
percobaan tentang getaran, gelombang dan bunyi dalam kehidupan sehari-
hari.
C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka


rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh
model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap penguasaan konsep
peserta didk kelas VIII pada materi Getaran, Gelombang dan Bunyi di
SMPN 1 Bangkinang?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukan diatas, maka


tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe STAD terhadap penguasaan konsep peserta didik kelas VIII
pada materi Getaran, Gelombang dan Bunyi di SMPN 1 Bangkinang.
7

E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini, yaitu :
1. Bagi peserta didik, diharapkan dapat menumbuhkan kerjasama pada
kegaiatan kelompok dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran IPA,
khususnya penguasaan konsep peserta didik pada materi Getaran,
Gelombang dan Bunyi.
2. Bagi guru, diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif guru untuk
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk
meningkatkan penguasaan konsep peserta didik. Dimana, model
pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran yang
menarik sehingga peserta didikberpartisipasi dalam pembelajaran.
3. Bagi peneliti, memperluas wawasan peneliti dalam penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan penguasaan
konsep materi pembelajaran IPA sebagai bekal untuk menjadi seorang
pendidik yang profesional.
4. Bagi peneliti lain, sebagi sumber informasi bagi peneliti-peneliti lain yang
ingin meneliti lebih mendalam mengenai model pembelajaran kooperatif
tipe STAD.
8

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Tinjaun Tentang IPA
a. Hakikat Pembelajaran IPA
Hakikat IPA menurut Puskur meliputi empat unsur utama yaitu
sikap, proses dan aplikasi. Pemebelajaran IPA menekannkan pada
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta
didik mampu memahami alam sekitar melalui proses mencari tahu dan
berbuat.12 Hal ini dapat diartikan bahwa pembelajaran IPA harus lebih
menekankan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik yakni peserta
didik harus benar-benar dilibatkan secara langsung dalam pembelajaran.
IPA bukan berisi informasi yang harus dihafalkan peserta didik, tetapi
informasi yang diperoleh melalui pengalaman langsung agar peserta didik
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam sehingga hakikat IPA
sebagai sikap, proses, dan aplikasi dapat dicapai dalam pembelajaran.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) pada kurikulum tahun 2013 terdapat beberapa perubahan
diantara adalah konsep pembelajarannya dikembangkan sebagai mata
pelajaran integrative science atau “IPA Terpadu” bukan sebagai
pendidikan disiplin ilmu. Konsep keterpaduan ini ditunjukkan dalam
Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) pembelajaran IPA
yakni didalam satu KD sudah memadukan konsep-konsep IPA dari bidang
ilmu biologi, fisika, dan ilmu pengetahuan bumi dan antariksa (IPBA). 13
Kurikulum 2013 menghendaki pembelajaran sains secara terpadu
di Sekolah Menengah Pertama (SMP).Hal ini diperlukan untuk dapat
membangun keterampilan peserta didikdalam memecahkan suatu masalah
12
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, progresif dan Konsteksual.
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013). Hal 152
13
Gusti Ayu and Dewi Setiawati, “Pemanfaatan Subak dalam Pembelajaran
Ipa,”Seminar Nasional FMIPA UNDHIKSA III (2013): hal 202.
9

dan peduli terhadap lingkungannya.Diterapkannya pembelajaran sains


secara terpadu dimaksudkan juga agar peserta didikdapat bersikap dan
berkarakter sebagai manusia yang bersyukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan dapat memanfaatkan alam semesta dengan baik. Melalui
pembelajaran terpadu, peserta didik dapat memperoleh pengalaman
langsung sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima,
menyimpan dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya.14
Pembelajaran IPA di SMP dilaksanakan secara terpadu dengan
mengintegrasikan berbagai bidang kajian.Puskur menyatakan bahwa
tujuan pembelajaran IPA yang dilaksanakan secara terpadu di SMP tidak
jauh berbeda dengan tujuan pokok pembelajaran terpadu yaitu
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran, meningkatkan minat
dan motivasi, serta tercapainya beberapa kompetensi sekaligus. Hakikat
dan tujuan pembelajaran IPA yaitu kesadaran akan keindahan dan
keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan yang
Maha Esa, pengetahuan, keterampilan,sikap ilmiah,kebiasaan
mengembangkan kemampuan analisis deduktif dan induktif, apresiatif
terhadap IPA.15
Pembelajaran IPA ini perlu dilakukan secara terpadu karena
dengan demikian peserta didik dapat menemukan sendiri berbagai konsep
yang dipelajari secara menyeluruh sehinnga bermakna. Peserta didik tidak
hanya menghafal konsep-konsep serta materi yang diajarkan tapi juga
secara aktif menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari melalui
eksperimen yang berdasrkan metode ilmiah.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

14
Azizah Azizah Arisman, “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dengan
Metode Praktikum Dan Demonstrasi Multimedia Interaktif (Mmi) Dalam Pembelajaran IPA
Terpadu Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa,” Edusains 7, no. 2 (2016): hal 180.
15
Abdul Muiz, “Implementasi Model Susan Loucks-Horsley Terhadap Comunication
and Colaburation Peserta Didik SMP”Unnes Science Education Journal 5, no. 1 (2016):hal
1081.
10

Menurut Slavin STAD merupakan salah satu model pembelajaran


kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan salah satu model yang
banyak digunakan dalam pembelajaran kooperatif, menjelaskan bahwa
pembelajaran kooperatif dengan model STAD , siswa ditempatkan dalam
kelompok belajar kemampuan akademik yang berbeda sehingga dalam setiap
kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau
variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis, atau kelompok sosial lainnya.
Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu tipe
kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara
peserta didikuntuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran.16STAD merupakan salah satu metode pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik
untuk permulaan bagi guru yang baru menggunakan pendekatan
kooperatif.17Siswa ditempatkan dalam tim belajar yang beranggotakan empat
sampai lima orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja, jenis
kelamin dan suku. Para peserta didikingin agar timnya mendapatkan
penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu timnya untuk
mempelajari materi. Peserta didikharus mendukung teman satu timnya untuk
bisa melakukan yang terbaik, menunjukkan bahwa belajar itu penting,
berharga dan menyenangkan. Para peserta didikbekerja sama setelah guru
menyampaikan materi pelajaran. Mereka boleh bekerja berpasangan dan
membandingkan jawaban masing-masing, mendiskusikan setiap ketidak
sesuaian, dan saling membantu satusama lain jika ada yang salah dalam
memahami materi.18
Salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif yang paling sederhana
yang paling mudah diterapkan adalah tipe STAD (Student Teams

Neli Laa, Hendri Winata, and Rini Intansari Meilani, “Pengaruh Model Pembelajaran
16

Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division Terhadap Minat Belajar Siswa,”
Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran 2, no. 2 (2017):hal 141.
Slavin, Robert E, Cooperative Learning, (Teori , Riset dan Praktek),
17

Bandung: Nusamedia (2010): hal.143.


18
Ibid.
11

Achievement Division). Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat


dipakai penagajar untuk meningkatkan motivasi peserta didik, baik secara
individu maupun kelompok. Gagasan utama dari STAD adalah untuk
memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama
lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru.19Pada model ini
peserta didikdiberi kesempatan untuk membicarakan pengamatan dan ide-ide
mereka dalam rangka memahami gejala fisik. Pembelajaran ini mendorong
terjadinya tutor sebaya antar peserta didikdalam kelompok untuk menacapai
satu tujuan bersama. Peserta didikyang berkemampuan tinggi membantu
teman yang berkemampuan rendah sehingga semua anggota kelompok dapat
menguasai materi yang dipelajari.20Model pembelajaran kooperatif tipe
STAD membantu menumbuhkan kompetensi siswa, berpikir kritis dan
mengembangkan sikap sosial sehingga dapat meningkatkan motivasi, dan
aktivitasbelajarsiswa.21Model pembelajaran STAD terdiri atas lima tahapan
utama, yaitu (1) presentasi kelas, pada awal pembelajaran guru
menyampaikan materi dengan pengajaran langsung, ceramah, tanya jawab,
ataudengan cara audio visual. Saat presentasi kelas peserta didikharus
memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru karena akan
membantu peserta didikbekerja kelompok dan mengerjakan kuis individual
dengan baik. (2) tim, kelompok terdiri dari empat sampai lima orang siswa
yang anggotanya heterogen yang dilihat dari prestasi akademik, jenis

kelamin, ras atau etnik.3) kuis, setelah peserta didik melaksanakan presentasi
kelas dan belajar secara berkelompok, maka peserta didikakan mengerjakan
kuis secara individual dan teman sekelompoknya tidak diperkenankan untuk

19
Slavin, Robert E, Cooperative Learning, London: Allymand Bacon, (2005): hal 12.
20
dan Fatmah Dhafir Najma AR. Talamoa, I Nengah Kundera, “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Di Kelas V SDN 14 Ampana,”
Jurnal Kreatif Tadulako Online 4, no. 4 (2014): 99.Jurnal Kreatif Tadulako Online 4, no.4
(2014):hal 99
21
Nurmahni Harahap, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap
Hasil Belajar Kognitif, Motivasi, Dan Aktivitas Belajar Siswa Pada Konsep Ekosistem Di
Mtsn Model Banda Aceh”. (2013) :hal 59
12

mebantu. (4) skor kemajuan individual, setiap siswa memberikan kontribusi


nilai terhadap kelompok.(5) rekognisi tim,tim akan mendapatkan sertifikat
ataupun bentuk penghargaan yang lain apabila skor mereka mencapai rata-
rata tertentu.22Langkah-langkah yang harus ditempuh dalampembelajaran
STAD adalah23 :
a. Penyampain Tujuan dan Motivasi
Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada
pembelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik untuk belajar.
b. Pembagian Kelompok
Peserta didikdibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap
kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogen
(keragaman) kelas dalam prestasi akademik, dan gender/jenis kelamin.
c. Presentasi dari Guru
Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu
menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut
serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memberi
motivasi peserta didikagar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Di dalam
proses pembelajaran guru dibantu oleh media, metode serta pertanyaan
atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan
juga tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai
siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-cara
mengerjakannya,
d. Kegiatan Belajar dalam Tim (Kerja Tim)
Peserta didikbelajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru
menyiapkan lembar kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga
semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi.
Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan,

22
Happy Komike Sari, “Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Hasil Belajar
Fisika Siswa Pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement
Division,” Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah 1, no. 1 (2016):hal 16.
23
Rusman, Model-Model Pembelajaran, Jakarta : Rajawali Pers (2016): Hal 215-216.
13

dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri
terpenting dari STAD.
e. Kuis (Evaluasi)
Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang
materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaianterhadap presentasi
hasil kerja masing-masing kelompok. Peserta didikdiberikan kuis secara
individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk
menjamin agar peserta didiksecara individu bertanggung jawab kepada diri
sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru menetapkan skor batas
penguasaan untuk setiap soal sesuai dengan tingkat kesulitan siswa.
f. Penghargaan Prestasi Tim
Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja peserta
didikdan diberikan angka dengan rentang 0-100.Selanjutnya pemberian
penghargaan atas keberhasilan kelompok.
Tabel di bawah ini menunjukkan sintaks model pembelajaran
kooperatif STAD.24
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Fase Tingkah Laku Guru Tingkah Laku Siswa
Fase 1 Guru menyajikan materi Peserta
Penyajian Mata pelajaran. didikmendengarkan
Pelajaran. penyajian materi
pelajaran.
Fase 2 Guru membentuk Peserta didikberkumpul
Pembentukan kelompok yang terdiri dari dalam kelompok yang
kelompok. 4-5 orang peserta telah dibentuk oleh guru.
didiksecara heterogen.
Fase 3 Guru memberi tugas Peserta didikmengerjakan
Diskusi. kepada kelompok dan tugas dengan cara diskusi

24
Hengki Wijaya and Arismunandar Arismunandar, “Pengembangan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis Media Sosial,” Jurnal Jaffray 16, no. 2
(2018):hal 181.
14

dikerjakan secara diskusi kelompok.


serta membimbing peserta
didikmenjalankan diskusi.
Fase 4 Guru meminta peserta Satu orang perwakilan
Publikasi. didikMempresentasikan Kelompok melakukan
hasil diskusi di depan persentasi.
kelas.
Fase 5 Guru memberikan kuis Peserta didikmenjawab
Pemberian Kuis dan berupa pertanyaan dan pertanyaan dari guru.
penghargaan. memberikan reward kepada
peserta didikyang bisa
menjawab pertanyaan
dengan benar.
Fase 6 Guru memberikan lembar Peserta didikmengerjakan
Evaluasi. evaluasi kepada siswa. lembar evaluasi yang
diberikan oleh guru.
Fase 7 Guru bersama-sama peserta Peserta didikbersama-
Kesimpulan. didikmenyimpulkan materi sama guru menyimpulkan
pelajaran. materi pelajaran.

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD


adalah sebagai berikut :
1. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu :
a. Peserta didikbekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung
tinggi norma-norma kelompok.
b. Peserta didikaktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil
bersama.
c. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan
keberhasilan kelompok.
15

d. Interaksi antar peserta didikseiring dengan peningkatan kemampuan


mereka dalam berpendapat.

2. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu :


a. Sejumlah peserta didikmungkin banyak yang bingung karena belum
terbiasa dengan perlakuan seperti ini.
b. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk peserta didiksehingga sulit
mencapai target kurikulum.
c. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya
guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
d. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat
melakukan pembelajaran kooperatif STAD.
e. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama.25
Berdasrkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model
pembelajaran secara berkelompok (anggota kelompok terdiri dari 4 atau 5
orang yang heterogen) dengan mengintegrasikan keterampilan sosial yang
bermuatan akademis untuk sampai kepada pengalaman belajar baik
individu maupun kelompok. Bentuk partisipasi peserta didik yang
diharapkan dapat berupa keterlibatan mereka dalam suatu kelompok
diskusi. Pada aktivitas ini terjadi proses belajar mengajar antar siswa,
berupa saling bertanya, saling menjelaskan, dan mempraktikkan
kemampuan-kemampuan lain dalam wadah kelompok diskusi. Dalam
proses pembelajaran ini dapat diharapkan mampu meransang peserta
didikuntuk berpikir kritis, inovatif, aktif dan kreatif serta mampu mencapai
standar kompetensi yang diharapkan.
3. Penguasaan Konsep

25
Tri Ariani and Duwi Agustini, “Model Pembelajaran Student Team Achievement
Division (STAD) Dan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT): Dampak
Terhadap Hasil Belajar Fisika,” Science and Physics Education Journal (SPEJ) 1, no. 2
(2018):hal 69.
16

Penguasaan konsep adalah usaha yang harus dilakukan oleh peserta


didik dalam merekam dan mentransfer kembali sejumlah informasi dari suatu
materi pelajaran tertentu yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah,
menganalisa menginterpretasikan pada suatu kejadian tertentu. Pentingnya
seseorang menguasai suatu konsep adalah agar mampu berkomunikasi,
mengklasifikasikan ide, gagasan atau peristiwa yang dialaminya dalam
kehidupan sehari-hari.26Peserta didik yang mengembangkan penguasaan
konsep akan lebih cepat melakukan hal-hal yang terkait dengan pengetahuan
prosedural nantinya dibandingkan dengan peserta didikyang menghafal dan
mengingat saja.27
Penguasan konsep adalah hubungan timbal balik antara unsur-unsur
dasar dalam sebuah struktur besar yang berfungsi bersama dalam
penggunaannya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah fakta dari pengetahuan
yang harus diketahui peserta didik untuk mampu menyelesaikan suatu
permasalahan tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penguasaan
konsep adalah kemampuan peserta didikdalam menggunakan unsur-unsur
dasar dari konsep untuk menyelesaikan suatu permasalahan tertentu.28
Penguasaan konsep merupakan bagian dari pengetahuan, dimana
pengetahuan adalah dimensi pertama dari hasil pendidikan dan kognitif
adalah dimensi dari pengetahuan tersebut. Dimensi hasil kognitif untuk
mengukur penguasaan konsep tersebut adalah remember (mengingat),
understand (memahami), apply (mengaplikasikan), analyze (menganalisis),
evaluate (mengevaluasi) dan create (mencipta).29

26
Ni Made Yeni Suranti, Gunawan Gunawan, and Hairunnisyah Sahidu, “Pengaruh
Model Project Based Learning Berbantuan Media Virtual Terhadap Penguasaan Konsep
Peserta Didik Pada Materi Alat-Alat Optik,” Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi 2, no. 2
(2017):hal 73.
27
Widya Oktaviani, Program Studi, and Pendidikan Fisika, “Pengembangan Bahan Ajar
Fisika Kontekstual Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa,” Jurnal Pendidikan
Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902), Vol III No. 1 III, no. 1 (2017):hal 2.
28
Nina Nisrina, Gunawan Gunawan, and Ahmad Harjono, “Pembelajaran Kooperatif
Dengan Media Virtual Untuk Peningkatan Penguasaan Konsep Fluida Statis Siswa,” Jurnal
Pendidikan Fisika dan Teknologi 2, no. 2 (2017):hal 68.
29
Krathwohl, D. R. A Revision of Bloom’s Taxonomy : An Overview. Theory into
Practice (2002): 41
17

Penguasaan konsep adalah kemampuan peserta didik dalam


memahami konsep-konsep setelah kegiatan pembelajaran. Penguasaan konsep
dapat diartikan sebagai kemampuan peserta didik dalam memahami makna
secara ilmiah baik teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan definisi penguasaan konsep yang telah komprehensif dikemukan
oleh Bloom yaitu kemampuan menagkap pengertian-pengertian seperti
mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang
lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu
mengaplikasikannya. Lebih lanjut, penguasaan konsep adalah kemampuan
peserta didikyang bukan hanya sekedar memahami, tetapi juga dapat
menerapkan konsep yang yang diberikan dalam memecahkan suatu
permasalahan, bahkan untuk memahami konsep yang baru.30
Cara yang digunakan untuk mengukur tingkat penguasan konsep
peserta didik dilakukan dengan penerapan taksonomi Bloom untuk mengukur
proses kognitif siswa, adapun kategori-kategori dalam dimensi proses
kognitif peserta didik yaitu :
a. Mengingat, mengambil kembali pengetahuan dari memori jangka panjang.
Aspek ini mengacu pada kemampuan mengenal dan mengingat materi
yaang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada hal-hal yang
sukar.
b. Memahami, mengkonstruksikan makna dari materi pembelajaran,
termasuk apa yan diucapkan, ditulis dan digambarkan oleh guru.
c. Mengaplikasikan, menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam
keadaan tertentu.
d. Menganalisis, memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya
dan menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu dan hubungan antar
bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur dan tujuan.
e. Mengevaluasi, mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan standar.

L I N Suciani Astuti, “Penguasaan Konsep Ipa Ditinjau Dari Konsep Diri,” Formatif :
30

Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA 7, no. 1 (2017): 42–43.


18

f. Mencipta, memadukan bagian-bagian yang saling berhubungan untuk


membentuk sesuatu yang baru.31
Bersadarkan pendapat uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
penguasan konsep adalah kemampuan peserta didikdalam memahami makna
pembelajaran dan mengaplikasikan dalam kehidupan seahari-hari.
4. Materi Gelombang, Getaran dan Bunyi
a. Getaran
Gerak dapat berulang, di mana setiap perulangan gerakan itu dapat
ditempuh dalam waktu yang sama. Gerak seperti itu disebut gerak
periodik. Gerak bolak-balik benda melalui titing kesetimbangan secara
periodik disebut getaran.
Sebuah pegas yang salah satu ujungnya diberi beban,digantungkan
pada ujung yang lain. Jika beban kita tarik kebawah sampai ke titik B,
kemudian kita lepaskan, beban akan melakukan gerakan B-C-B-A-B
secara berulang-ulang. Gerakan ini disebut getaran. Satu getaran adalah
gerakan bolak-balik satu kali lintasan. Jarak antara benda yang bergetar
dengan titik kesetimbangan disebut simpanagan. Simpangan terbesar suatu
benda yang bergetar disebut amplitudo.

Gambar 2.1 Getaran selaras bandul pegas.


1) Frekuensi Getaran

31
Wa Ode et al., “Analisis Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Sd
Melalui Project Based Learning” Jurnal Pendidikan Dasar 8, no. 1 (2016). 87.
19

Jumlah getaran yang terjadi dalam 1 sekon ini disebut frekuensi


getaran. Dengan demikian, dapat dirumuskan sebagai berikut.
f = n/t
Keterangan:

n = jumlah getaran

f = frekuensi (hertz atau Hz)

t = waktu (s)

2) Periode Getaran

Dalam tiap satu satu satuan waktu dapat dapat terjadi sejumlah
getaran. Jika ter Jika terjadi satu gerakan, pastilah membutuhkan
waktu tertentu. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu gerakan
ini disebut periode.Hubungan ini antara periode dan frekuensi getaran
dapat dinyatakan sebagai berikut.

Keterangan

T = periode getaran (s) dan

F = frekuensi getaran (Hz).

b. Gelombang

Gelombang adalah getaran yang merambat dengan membawa energi.


Perpindahan energi pada gelombang dari satu tempat ke tempat lain dapat
melalui zat perantara (medium) atau tanpa melalui zat perantara (ruang
hampa). Gelombang yang tidak memerlukan zat perantara dalam
20

rambatnnya adalah gelombang elektromagnetik, contohnya gelombang


radio. Perpindahan gelombang radio dimanfaatkan untuk siaran televisi,
telepon genggam, dan alat komunikasi lainnya. Gelombang yang
memerlukan zat perantara dalam perambatannya disebut gelombnag
mekanik. Berdasarkan arah getaran dan arah rambatannya, gelombang
dobedakan menjadi dua, yaitu gelombang transversal dan gelombang
longitudinal.

1) Gelombang Transversal

Gelombang yang terjadipada kegiatan tersebut disebut


gelombang transversal. Gelombang transversal adalah gelombang
yang arah getarannya tegak lurus terhadap arah
rambatannya.Gelombang ini terdiri atas bukit gelombang dan lembah
gelombang. Panjang satu gelombang transversal terdiri atas 1 bukit
gelombang dan 1 lembah gelombang. Panjang satu gelombang dapat
disimbolkan denganlambda.

Satu gelombang terdiri atas satu puncak gelombang dan satu


lembah gelombang.Jadi, gelombang transversal pada Gambar di
atas terdiri atas 3 puncak gelombang dan 2 lembah gelombang.
Dengan kata lain terdiri atas 2,5 gelombang.

Gambar 2.2 Gelombang Transversal

2) Gelombang Longitudinal
21

Getaran bunyi yang merambat di udara berupa rapatan dan


regangan di molekul-molekul udara. Pada waktu dirambati bunyi,
molekul-molekul udara bergetar. Namun, getarannya hanya terbatas
bergerak maju dan mundur di sekitar titik setimbang. Oleh karena itu,
walaupun bunyi merambat, molekul-molekul udara tidak ikut
berpindah.
Gelombang yang merambat berupa rapatan dan regangan ini
bergetar disebut gelombang longitudinal. Rapatan dan regangan ini
bergetar sejajar dengan arah rambatannya. Jadi,gelombang
longitudinaladalah gelombang yang arah getarannya sejajaratau
berimpit dengan arah rambatannya. Panjang satu gelombang (1)
adalah jarak antara satu rapatan ke rapatan berikutnya, atau sama
dengan jarak antara satu rapatan ke rapatan berikutnya, atau sama
dengan jarak antara satu regangan ke regangan berikutnya.

Gambar 2.3 Gelombang Longitudinal

c. Periode, Frekuensi, Panjang Gelombang, dan Cepat Rambat Gelombang


1) Periode Gelombang
Waktu yang diperlukan untuk terjadinya 1 getaran disebut
periode. Sama dengan getaran, untuk terjadi satu gelombang juga
dibutuhkan waktu tertentu. Waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya
satu gelombang disebut periode gelombang (T).
2) Frekuensi Gelombang
22

Jumlah gelombang yang terjadi dalam satuan waktu disebut


frekuensi. Frekuensi gelombang ( f ) adalah banyaknya gelombang
yang terjadi dalam satu sekon.
3) Panjang Gelombang
Panjang gelombang(λ) adalah jarak yang ditempuh oleh
gelombang dalam waktu satu periode.
4) Cepat Rambat Gelombang
Jarak yang dialui gelombang dalam rambatannya ditempuh
dalam waktu tertentu. Besarnya jarak yang ditempuh oleh gelombang
dalam tiap satuan waktu disebut cepat rambat gelombang (v ).
v = s/t

Keterangan :

v = kecepatan ( m/s )

s = jarak ( m )

t = waktu ( s)

d. Bunyi
1) Pengertian Bunyi dan Jenis-Jenis Bunyi
Bunyi yaitu sesuatu yang dihasilkan dari benda yang bergetar. Benda
yang menghasilkan suatu bunyi tersebut dinamakan sumber bunyi.Sumber
bunyi yang bergetar tersebut akan menggetarkan molekul-molekul udara
yang berada disekitarnya. Dengan hal tersebut, syarat terjadinya bunyi
adalah adanya benda yang bergetar.Pada perambatan bunyi tersebut juga
memerlukan medium, Anda bisa mendengar bunyi apabila terdapat
medium yang bisa merambatkan bunyi.
Bunyi dikelompokan pada beberapa macam jenis, antara lain ialah
sebagai berikut:
a) Bunyi Infrasonik
23

Bunyi infrasonik adalah suatu bunyi yang frekuensinya kurang


dari 20 Hz, yang dapat didengar oleh anjing, jangkrik, angsa, dan juga
kuda.
b) Bunyi Audiosonik
Bunyi audiosonik adalah bunyi yang frekuensinya berada pada
antara 20 Hz sampai dengan 20.000 Hz dan dapat didengar oleh
manusia.
c) Bunyi Untrasonik
Bunyi untrasonik adalah suatu bunyi yang frekuensinya itu lebih
dari 20.000 Hz, dan bisa didengar oleh kelelawar serta juga lumba-
lumba.

2) Medium Perambatan Bunyi


a) Udara sebagai medium perambatan bunyi.
b) Zat cair sebagai medium perambatan bunyi.
c) Zat padat sebagai medium perambatan bunyi.
3) Cepat Rambat Bunyi
Cepat rambat bunyi adalah jarak yang ditempuh oleh bunyi tiap
satu satuan waktu.
v = s/t
Keterangan :
v = cepat rambat bunyi (m/s)
s = jarak yang ditempuh (m)
t = waktu tempuh (s)
4) Pemantulan Bunyi
Jenis pemantulan bunyi ada dua, yaitu gaung dan gema.
a) Gaung adalah bunyi pantul yang sebagian terdengar bersamaan
dengan bunyi aslinya.
24

b) Gemaadalah bunyi pantul yang terdengar setelah bunyi asli


selesai. Gema terjadi karena dinding pantulnya mempunyai jarak
yang jauh.32

B. Penelitian yang Relavan


Hasil-hasil penelitian sebelumnya tentang model pembelajaran
kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitian Asmawati R (2011) dalam penelitiannya
yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Terhadap Penguasaan Konsep Siswa”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pelaksanaan model pembelajaran tipe STAD memberi pengaruh
positif terhadap penguasaan konsep peserta didikdibandingkan dengan
pembelajaran secara konvensional hal ini dibuktikan dengan hasil
pengujian hipotesis. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil perhitungan
uji t didapat kan hasil bahwa thitung lebih kecil dari pada ttabel (thitung
8,55> ttabel 1,99).
2. Berdasarkan hasil penelitianNina Nisrina, Gunawan Gunawan, and
Ahmad Harjono (2017), “Pembelajaran Kooperatif Dengan Media
Virtual Untuk Peningkatan Penguasaan Konsep Fluida Statis Siswa”
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe STAD lebih efektif dibandingkan dengan belajar secara langsung.
Model pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dan
ketarikan mereka dalam belajar kelompok lebih tinggi. Sedangkan
berdasarkan penguasaan konsep kelas eksperimen lebih tinggi hasilnya
dibandingkan dengan kelas kontrol.
3. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Asneli Lubis pada tahun
2012 yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Teams Achievement Division (Stad) Terhadap Hasil Belajar

32
Tim Abdi Guru. IPA Terpadu Untuk SMP / MTS Kelas VII. (Jakarta : Erlangga.
2013):hal 299-308.
25

Fisika Siswa Pada Materi Pokok Gerak Lurus Di Kelas X SMA Swasta
UISU Medan” menunjukkan bahwahasil belajar peserta didikyang diajar
dengan metode STAD lebih tinggi dari pada hasil belajar peserta didikyang
diajar dengan metode konvensional.
4. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fitriani yang berjudul
“Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap
Hasil Belajar Siswa pada Konsep Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit”
menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik yang diajarkan dengan
pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada peserta didik
yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Jadi dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan dari
pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar.
5. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Jamuri, Kosim, dan Aris Doyan
(2015)yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Stad
Berbasis Multi Media Interaktif Terhadap Penguasaan Konsep Siswa

Pada Materi Termodinamika”Data penelitian diambil melaui pemberian


pretest dan posttestmenggunakan soal kemampuan pemecahan masalah
siswa terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data yang diperoleh
dianalisis menggunakan analisis N-gain untuk mengetahui prosentase
peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa pada masing-
masing kelas dan analisis ANAVA untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran kooperatif STAD. Hasil analisis N-gain menunjukkan
nilai mencapai 70 % pada kelas ekperimen yang menunjukkan
peningkatan penguasaan konsep siswa dan bearada pada kategori tinggi,
sedangkan untuk kelas kontrol peningkatan penguasaan konsep siswa
mencapaian nilai 50% yang berada pada kategori sedang.Berdasarkan
hasil analisis ANAVA diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis multimedia interaktif
dalam pembelajaran Termodinamika berpengaruh terhadap penguasaan
konsep siswa.
26

C. Kerangka Berpikir
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu cabang ilmu
yang mempelajari alam secara sistematis sehingga belajar IPA tidak cukup
hanya menghafal materinya saja, melainkan harus dapat memahami konsep-
konsep di dalamnya. Hal tersebut dapat dicapai jika pembelajaran tersebut
bermakna. Menurut Ausubel belajar bermakna merupakan proses
dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relavan yang terdapat dalam
struktur kognitif seseorang. Pelajaran IPA di sekolah seharusnya menjadikan
peserta didik dapat mempelajari tentang alam sekitar serta mengembangkan
dan menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari, yang berdasar pada metode
ilmah. Pembelajaran IPA hakikatnya adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan
proses ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas
tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip dan teori yang berlaku
secara universal. Pembelajaran IPA adalah interaksi antara komponen-
komponen pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan yang berbentuk kompetensi yang telah ditetapkan. Pembelajaran IPA
bertujuan untuk memberikan penguasaan konsep-konsep IPA kepada siswa.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa hasil belajar
peserta didik masih rendah. Hal ini dikarenakan peserta didik kurang
memahami konsep yang akan dipelajari. Dalam proses pembelajaran biasanya
guru menjelaskan dengan metode ceramah atau disebut dengan dengan
model pembelajaran konvesional dengan dimana peserta didikhanya duduk
pasif mendengarkan penjelasan dari guru. Dengan kondisi demikian
mengakibatkan peserta didik belajar sekedar menghafal, pengetahuan yang
didapatkan hanya dari guru saja, sehingga peserta didikmenjadi bosan dalam
proses belajar.

Model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil


belajar peserta didik melalui penerapan bekerja sama memecahkan masalah,
saling membantu dan saling mendiskusikan masalah dalam pembelajaran
27

dengan teman-temannya salah satu adalah model pembelajaran


kooperatif.Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran
yang berdasarkan paham konstuktivisme. Konstrutivisme adalah suatu
pandangan bahwa peserta didik membina sendiri pengetahuan atau konsep
secara aktif berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ada.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah peserta
didik sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.
Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap peserta didik anggota
kelompoknya harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk
memahami mata pelajaran.

Model pembelajaran kooperatif mengalami perkembangan sehingga


muncul berbagai macam tipe model pembelajaran kooperatif. Salah satu di
antaranyaadalah model pembelajaran kooperatif tipe Students
TeamsAchievement Divisions. Model pembelajaran tipe STAD adalah salah
satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa,
dalam proses pembelajaran peserta didiklebih aktif dalam belajar, sehingga
memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi
diantara siswa. Interaksi dan komunikasi yang berkualitas ini dapat
memotivasi belajar. Adanya tahapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dalam belajar sangat dimungkinkan adanya pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap peguasaan konsep IPA.
Berdasarkan uraian teori di atas maka kerangka berpikir dalam penelitian ini
dapat digambarkan secara bagan sebagaiberikut:

Permasalahan:
Model pembelajaran yang digunakan masih sering
menggunakan model pembelajaran teacher center
Kemampuan pemahaman konsep peserta didik masih relative
rendah

Solusi:
Diterapkan model pembelajaran student team achievement Division

Mata Pelajaran IPA


Materi Pokok: Getaran, Gelombang dan Bunyi
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 28

diberi perlakukan Tidak diberi perlakukan

Menerapkan model pembelajaran student team achievement


Menggunakan model pembelajaran konvensional

nsep IPA siswa pada kelas yang menerapkan model pembelajaran student team achievement dengan kelas yang tidak menera

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir


D. Konsep Operasional

Konsep operasional ini merupakan bagian untuk memberikan batasan


terhadap konsep teoritis. Hal ini diperlukan agar tidak ada terjadinya
kesalahpahaman pada penelitian ini serta mudah untuk diukur dilapangan.
Variabel yang akan dioperasionalkan adalah pengaruh penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STADterhadap penguasaan konsep IPA
peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1Bangkinang pada materi getaran,
gelombang, dan bunyi.
1. Variabel X yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah suatu model
pembelajaran kelompok, guna memahami materi yang diberikan oleh
guru, kemudian juga menguasai konsep-konsep untuk menemukan
29

hasil yang benar. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah


salah satu tipe cooperative learning yang bertujuan untuk mendorong
siswa berdiskusi, saling membantu dalam menyelesaikan tugas-
tugasnya, menguasai dan pada akhirnya menerapkan keterampilan
yang diberikan.Langkah-langkah yang akan dilakukan pada model
pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut :
a. Tahap Persiapan
Kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti adalah
mempersiapkan perangkat pembelajaran dan instrumen
penelitian.
b. Tahap Pelaksanaan Proses Pembelajaran
1) Kegiatan Awal
a) Apresiasi
Apresiasi yaitu guru menghubungkan terlebih dahulu
bahan pelajaran sebelumnya untuk mengetahui tingkat
penguasaan konsep peserta didik. Guru juga bisa
menghubungkan materi pembelajaran dengan kehidupan
sehari-hari. Apresiasi ini disajikan dalam bentuk
pertanyaan.
b) Motivasi
Guru memotivasi siswa sebelum proses belajar mengajar.
Motivasi yang diberikan seperti pertanyaan yang bertujuan
agar siswa bersemangat dan aktif belajar serta pentingnya
kerja sama dalam kelompok.
2) Kegiatan Inti
a) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang
terdiri dari 4-5 orang secara heterogen.
b) Guru mengarahkan siswa untuk bergabung dengan
kelompoknya yang sudah dibagikan.
c) Guru menjelaskan secara singkat tentang materi yang akan
30

dipelajari siswa.
d) Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS). LKS yang
diberikan mencakup materi pokok dan tugas yang akan
dikerjakan siswa secara berkelompok.
e) Guru mengawasi setiap kelompok yang sedang
mendiskusikan LKS. Anggota kelompok yang tahu
menjelaskan pada anggota lainnya, sampai semua anggota
dalam kelompoknya mengerti. Jika ada kelompok yang
merasa kesulitan maka guru membantu kelompok tersebut.
f) Guru menyuruh salah satu kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi dari masing-masing
kelompok dengan membuat undian untuk menentukan
kelompok mana yang maju terlebih dahulu.
g) Guru mengadakan kuis individual dan membuat skor
perkembangan tiap siswa dan kelompok.
h) Guru mengumumkan rekor tim dan individual.
i) Guru memberikan hadiah kepada tim yang nilainya paling
tinggi.
3) Kegiatan Akhir
a) Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan pelajaran.
b) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang materi yang belum dimengerti.
2. Variabel Y yaitu Penguasaan Konsep
Penguasaan konsep adalah kemampuan peserta didik dalam
memahami konsep-konsep setelah kegiatan pembelajaran. Penguasaan
konsep dapat diartikan sebagai kemampuan peserta didik dalam
memahami makna secara ilmiah baik teori maupun penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Tabel 2.2. Kisi-kisi Tes Penguasaan Konsep IPA
No Indikator Penilaian
31

Bentuk
Aspek
Instrumen
1 Mengenali Mengingat Objektif
2 Menjelaskan Memahami Objektif
3 Mengurutkan Mengaplikasikan Objektif
4 Menganalisis Menganalisis Objektif
5 Membandingkan Mengevaluasi Uraian
6 Menggabungkan Mencipta Uraian

E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan menjadi hipotesis
alternatif (Ha) dan hipotesis nol (Ho) sebagai berikut:
Ha = Adanya pengaruh terhadap penerapan model pembelajaran
kooperatiftipe STAD terhadap penguasaan konsep peserta didik kelas
VIII SMP materi getaran, gelombang, dan bunyi.
Ho = Tidak ada pengaruh terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD terhadap penguasaan konsep peserta didik kelas VIII SMP
materi getaran, gelombang, dan bunyi.
32

BAB III

METODE PENELITIAN
A. Metode dan desain penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi
eksperiment.Untuk mendapatkan gambaran penguasaan konsep digunakan
metode quasi eksperiment dengan desain “Nonequivalent Control Group
Design”.33
Pembelajaran menggunakan dua kelompok yaitu
kelompokeksperimen dan kelompok kontrol yang tidak dipilih secara acak.
Kelompok eksperimen adalah kelompok yang mendapatkan pembelajaran
dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sedangkan
kelompok kontrol adalah kelompok yang mendapatkan pembelajaran
konvensional.
Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Posttest


Eksperimen O1 X O2
Kontrol O1 Y O2

Keterangan:
X = Perlakuan terhadap kelompok eksperimen menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD
Y = Perlakuan terhadap kelompok eksperimen menggunakan model
pembelajaran konvesional
O1 = pretest yang diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen
O2 = posttest yang diberikan kepada kelas kontrol dan kelas

B. Waktu danTempat

Lokasi penelitian diterapkan di SMPN1 Bangkinang, Pulau, Kec.


Bangkinang, Kab. Kampar Prov. Riau. Waktu penelitian diadakan pada
Ibid. Hal 79.
33
33

semester genap tahun ajaran 2020/2021.

C. Teknik pemilihan sampel


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII pada
sebuah SMPN 1 Bangkinang pada Tahun Ajaran 2020/2021 yang memiliki 3
kelas dengan komposisi peserta didik masing-masing 30 orang peserta didik
dalam satu kelas.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi
yang diteliti), pengambilan sampel dilakukan dengan teknik “Purposive
Sampling”. Teknik sampling ini merupakan teknik penentuan sampel dengan
kriteria atau pertimbangan tertentu. Pengambilan sampel untuk kelas
eksperimen dan kelas control berdasarkan pertimbangan (judgment) dari guru
mata pelajaran yang menyarankan kedua kelas tersebut untuk dijadikan kelas
eksperimen dan kelas kontrol yang dipandang memiliki keterampilan kognitif
yang berbeda-beda, baik tinggi, sedang, maupun rendah.Dari hasil diskusi
dengan guru IPA yang mengajar dikelas VIII maka sampel diambil dari kelas
VIII A dan VIII B karena pada kelas tersebut terdapat peserta didik yang
memiliki kemampuan kognitif yang berbeda-beda. Pemilihan sampel pada
penelitian ini ditentukan berdasarkan rekomendasi guru bidang studi IPA
yaitu Alfian, S. Pd.
D. Variabel penelitian
Peneliti ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas (independen)
dan variabel terikat (dependen). Adapun variabel pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Variabel bebas (X) adalah “variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen)”.
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran kooperatif
tipe STAD.
34

2. Variabel terikat (Y) adalah “variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas (independent)”. Variabel terikat
dalam penelitian ini yaitu penguasaan konsep.

E. Instrument penelitian

Untuk memperoleh data pendukung penelitian, peneliti menyusun dan


menyiapkan beberapa instrumen untuk menjawab pertanyaan penelitian
yaitu:
1. Tes Kemampuan Penguasaan Konsep IPA

Tes pada penelitian ini berupa soal-soal pada materi getaran,


gelombang dan bunyi yang benbentuk objektif dan essay sebanyak 15
soal .Tes ini digunakan untuk mengevaluasi penguasaan konsep IPA
peserta didik melalui pembelajaran IPA dengan penerapan model
pembelajaran ini.

Butir soal tes yang dikembangkan kemudian dikonsultasikan


dengan dosen pembimbing, dan dinilai oleh pakar. Tes kemampuan
penguasaan konsep IPA dilakukan dua kali, yaitu pada saat pretest
untuk melihat kemampuan awal peserta didik dan yang kedua pada saat
posttest dengan tujuan untuk mengukur efek dari penerapan
modelpembelajaran.
2. Lembar Observasi
Observasi atau pengamatan adalah melakukan pengamatan secara
langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang
dilakukan. Lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran oleh
guru dan aktivitas peserta didik digunakan untuk mengukur sejauh
mana tahapan penerapan model pembelajaran pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol yang telah direncanakan terlaksana dalam proses
pembelajaran. Observasi yang dilakukan adalah observasi terstruktur
35

dengan menggunakan lembaran daftar cek (Checklist) (Riduwan, 2013:


30).

F. Analisis Instrumen Penelitian


1. Uji Validitas

Validitas adalah kualitas yang menunjukkan hubungan antara suatu


pengukuran (diagnosis) dengan arti atau tujuan kriteria belajar atau tingkah
laku. Pengujian validitas bertujuan untuk melihat tingkat keandalan atau
kesahihan (ketepatan) suatu alat ukur. Menurut Sugiyono, suatu instrumen
dikatakan valid jika dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.Pengujian
validitas dilakukan dengan analisis faktor, yaitu mengkorelasikan antara skor
butir soal dengan skor total dengan menggunakan rumus Pearson Product
Moment, dengan bantuan program SPSS versi 25.0 (Ngalim, 2013: 137).

Validitas instrumen dilakukan dua tahap, yaitu validitas isi oleh 2


dosen Tadris IPA dan satu orang guru IPA SMP Negeri 1 Bangkinang dan
validitas empiris oleh kelas XI B. Adapun validitas isi yang dilakukan yaitu :

a. Validitas Isi

Setelah instrumen penelitian disusun, dilakukan uji validitas


isi oleh dosen Tadris IPA dan guru IPA. Adapun saran yang
diberikan oleh dosen Tadris IPA dapat dilihat dalam tabel 3.2.

Tabel 3.2
Revisi instrumen oleh Dosen Tadris IPA
Soal Keterangan
1 Revisi soal
2 Revisi soal
5 Revisi soal
19 Revisi soal
36

23 Ganti soal
25 Ganti soal

Saran tersebut ditindak lanjuti dengan merevisi serta


mengganti soal yang kurang tepat. Validitas instrument dilanjutkan
oleh guru IPA SMP Negeri 1 Bangkinang. Dari hasil validitas oleh
guru IPA, instrumen soal diterima dan tidak terdapat revisi.
b. Validitas Empiris

2. Uji Reliabilitas
Suatu instrumen dikatakan reliabel, jika dalam dua kali atau lebih
pengevaluasian dengan dua atau lebih instrumen yang ekuivalen
hasilnya akan serupa pada masing-masing pengetesan. Uji reliabilitas
diperlukan untuk melengkapi syarat validnya sebuah alat evaluasi,
untuk mengetahui apakah sebuah tes memiliki reliabilitas tinggi, sedang
atau rendah dilihat dari nilai koefisien reliabilitasnya. Teknik
perhitungan koefisien reliabilitas dilakukan dengan menggunakan
prinsip ketetapan intern. Pada cara ini skor peserta didik pada satu soal
dikorelasikan dengan skor pada soal-soal sisanya. Rumus yang dipakai
adalah rumus Cronbach-Alpha.
Rumus Cronbach-Alpha dipilih karena soal yang
diujikanberbentuk uraiandan mudah dalam pelaksanaannya karena
hanya diperlukan satu kali pengetesan. Indeks Realibilitas pula
diperolehi dengan menggunakan Cronbach Alpha. Daripada analisis
yang telah dijalankan, nilai Validitas dengan menggunakan nilai
korelasi item yang diperbetulkan (corrected item-total correlation)
harus memiliki nilai minimum 0,3 dan realibilitas instrumen dengan
berdasarkan hasil analisis Cronbach Alpha harus memiliki nilai diatas
0,6 dan di bawah 1. Sehingga dalam penelitian ini dapat menghasilkan
instrumen yang baik dan berkualitas (Ruseffendi, 2005: 92). Pengujian
37

reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan bantuan program SPSS


versi 25.0. Berikut adalah hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan
sebagai berikut:
Cronbach’s Alpha Nilai Cut Off Keterangan
0,816 0,6 Reliabel
(Sumber Data Olahan SPSS 25)
Berdasarkan uji reliabilitas dimana nilai alpha sebesar 0,816 lebih
besar dari 0,6 maka soal dinyatakan reliabel atau dapat dipercaya.
3. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh setiap
butir soal mampu dijawab oleh setiap peserta didik. Daya beda suatu soal
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

D = BA– BB
JA JB

Keterangan :
D = Daya Beda
BA=Banyak peserta kelompok atas yang menjawab
BB= Banyak peserta kelompok bawah yang benar
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB= Banyaknya peserta kelompok bawah

Kategoriindeks diskriminasi suatu tes dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel3.3 Kategori Indeks Diskriminasi


Batasan Kategori
0,00 <D ≤ 0,20 Jelek
0,20 <D ≤ 0,40 Cukup
0,40 <D ≤ 0,70 Baik
0,70 <D ≤ 1,00 Baik sekali
38

Berdasarkan tabel 3. Hasil Daya Pembeda Soal dilihat tes


keterangan dari pengusan konsep sebagai berikut :

No. Butir Kelompok Kelompo Skor Interpretasi


DP
Soal Atas k Bawah Maksimum DP
1 0.875 0.25 1 0.6 Baik
2 0.75 0.25 1 0.5 Baik
3 1 0.375 1 0.6 Baik
4 1 0.375 1 0.6 Baik
5 0.875 0.375 1 0.5 Baik
6 0.875 0.25 1 0.6 Baik
7 0.875 0.375 1 0.5 Baik
8 0.875 0.375 1 0.5 Baik
9 0.875 0.375 1 0.5 Baik
10 1 0.25 1 0.8 Sangat Baik
11 0.75 0.25 1 0.5 Baik
12 0.75 0.25 1 0.5 Baik
13 0.875 0.375 1 0.5 Baik
14 1 0.375 1 0.6 Baik
15 0.875 0.375 1 0.5 Baik
16 3 1.25 4 0.4 Baik
17 3.25 1.375 4 0.5 Baik
18 2.375 0.875 4 0.4 Cukup

Berdasarkan tabel 3. hasil uji beda daya soal per item soal
penguasan konsep diperoleh bervariasi terdapat 1 soal memiliki kriteria
sangat baik 1, 16 soal baik dan 1 soal cukup.

4. Tingkat Kemudahan Soal


Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar. Tingkat (indeks) kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan
sukar atau mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kemudahan (P) berkisar
39

antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran untuk soal dapat
dihitung dengan persamaan34:
B
P=
JS
Keterangan :
P = Indeks kemudahan
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kategoriindeks kemudahan suatu tes dapat dilihat pada tabel 3.4


Tabel 3.4 Kategori Indeks Kemudahan
Batasan Kategori
0,00 <D ≤ 0,30 Soal Sukar
0,30 <D ≤ 0,70 Soal Sedang
0,70 <D ≤ 1,00 Soal Mudah
Seluruh instumen tes dinilai oleh Ahli kemudian dilanjutkan
dengan pengujian kesahihan tes meliputi reliabilitas, tingkat
kemudahan, dan daya pembeda menggunakan Microsoft
Excel.Untuk mengetahui tingkat kesukaran pada butir soal
penguasan kosep yang uji menggunakan Microsoft excel yang
disajikan pada tabel.
Tabel 3.tingkat kesukaran soal tes penguasan konsep

Tingkat
No. Butir
Kesukara Keterangan
Soal
n
1 0.633 Sedang
2 0.500 Sedang
3 0.600 Sedang
4 0.600 Sedang

34
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VII
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2011). Hal 207-208.
40

5 0.633 Sedang
6 0.567 Sedang
7 0.567 Sedang
8 0.700 Sedang
9 0.700 Sedang
10 0.600 Sedang
11 0.500 Sedang
12 0.533 Sedang
13 0.667 Sedang
14 0.600 Sedang
15 0.700 Sedang
16 0.500 Sedang
17 0.542 Sedang
18 0.450 Sedang

Berdasarkan tabel 3.hasil uji tingkat kesukaran per item soal


penguasaan konsep diperoleh 18 soal dengan kriteria sedang.

G. Teknik Analisis Data


Terdapat beberapa jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian
yaitudata penguasaan konsep dan data observasi keterlaksanaan model
pembelajaran. Analisis deskriptif digunakan untuk mengolah data
observasi.Untuk data penguasaan konsep IPA dianalisis secara statistik.
1. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dapat dilakukan dengan dua cara yaitu uji statistik
parametrik dan uji statistik non-parametrik. Untuk menemukan uji statistik
yang tepat maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji
homogenitas varian data kemudian setelah itu baru dilakukan uji hipotesis.
a. Uji Normalitas
Uji ini dilakukan dengan menggunakan uji normalitas Shapiro
Wilk dengan menggunakan SPSS Statistics 23.0 dengan taraf
41

kepercayaan 95% (α = 0,05). Cara menganalisis normalitas data pada


output SPSS Statistics 23.0 jika data berdistribusi normal, maka
hipotesis dilakukan dengan statistik parametrik dengan uji-t sedangkan
data tidak berdistribusi normal maka uji hipotesis dilakukan dengan
statistik non parametrik dengan uji Mann-Whitney.
b. Uji Homogenitas
Uji ini dilakukan jika data yang berdistribusi normal perlu
dilakukan uji homogenitas varians untuk mengetahui apakah kesamaan
varians kedua kelompok data terpenuhi atau tidak. Uji homogenitas
dilakukan dengan menggunakan Levene Test (Test of Homogeneity of
Variances) dengan taraf signifikansi (α = 0,050). Kriteria yang
digunakan yaitu dengan kriteria jika nilai signifikansi (sig.) ≤ 0,05maka
data tidak homogen, dan jika nilai signifikansi (sig.) > 0,05 maka data
homogen.
2. Keterlaksanaan pembelajaran
Analisis data hasil observasi proses pembelajaran dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe student team achievment
division yang dilakukan guru selama proses pembelajaran diolah secara
kualitatif. Tingkat keterlaksanaan model pembelajaran dapat dihitung
dengan persamaan.

skoryangdiperolehpesertadidik
% keterlaksanaan = x 100 %
skortotal

Persentase keterlaksanaan pembelajaran ini diinterpretasikan sesuai


dengan kriteria seperti Tabel 3.
Tabel 3. Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran
% Kriteria
Keterlaksanaan
>85% Sangat Baik
42

71-84% Baik
56-70% Cukup Baik
<55% Tidak Baik
(Sudjana,2004)
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Lokasi Peneltian
Profil SMP Negeri 1 Bangkinang
Nama Sekolah : SMP Negeri 1 Bangkinang
Akreditasi :A

1
NPSN : 10400253
NSS :-
Tahun Berdiri : 1984
Alamat sekolah : Bangkinang
Desa/Kelurahan : Pulau
Kecamatan : Bangkinang
Nama/NIP.KepalaSekolah :Plt.Hendrayanti.S.Ag/197203012008012008
No.HP : 081396198995
Berdirinya SMP Negeri 1 Bangkinang ini, terdapat proses pergantian
kepala sekolah di mulai sejak tahun 1983 hingga sekarang. Beberapa proses
pergantian terurai sebagai berikut:
1) Pada tahun 1983 (M. Basri)
2) Pada tahun 1991 – 1992 (Zakaria)
3) Pada tahun 1992 – 2003 (Dahfina, BA)
4) Pada tahun 2004 – 2005 (Plt. Nirwati, S.Pd.I)
5) Pada tahun 2005 – 2008 (Drs. Sudirman)
6) Pada tahun 2008 – 2014 (Nirwati, S.Pd.I)
7) Pada tahun 2014 – sekarang (Hj. Asnah, S.Pd
Secara geografis, SMP Negeri 1 Bangkinang terletak dijalan Bodi
Kelurahan Pulau dengan batasan-batasan sebagai berikut:
1. Sebelah utara pemukiman penduduk
2. Sebelah selatan jalan dan persawahan
3. Sebelah timur pemukiman penduduk
4. Sebelah barat jalan dan pemukiman penduduk
Kurikulum yang diterapkan di SMP Negeri 1 Bangkinang ini adalah
kurikulum 2013 untuk peserta didik kelas VII, VIII, dan IX .
Sumber:(Tata Usaha SMP Negeri 1 Bangkinang Tahun 2020)
B. Hasil Penelitian
Bagian ini menyajikan analisis daninterpretasihasil penelitianpengaruh
penerapan model pembelajaran student team achievement divisionterhadap
penguasaan konsep IPA siswabeserta pembahasannya untuk mejawab

2
pertanyaan-pertanyaan penelitianyang dikemukakan pada bagian
pendahuluan.Data yang dianalisis berupa: (1) lembar observasi keterlaksanaan
model pembelajaran, (2) tes penguasaan konsep.
1. Keterlaksanaan Model Pembelajaran
a. Data Hasil Observasi Aktivitas Guru
Selama kegiatan proses belajar dikelas eksperimen berlangsung, kegiatan
guru dinilai melalui lembar observasi yang telah dipersiapkan oleh
peneliti sebelumnya. Lembar observasi berisi uraian kegiatan yang harus
dilaksanakan guru selama proses belajar mengajar berlangsung. Dari
hasil penilaian, dapat diketahui bahwa aktivitas yang dilakukan guru
sudah terlaksana dengan baik dalam menggunakan penerapan model
nustudent team achievement division. Hasil observasi selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran U. Rata-rata persentase penilaian lembar observasi
keterlaksanaan aktivitas guru menggunakan model student team
achievement divisionadalah 85.83%, maka hasil penilaian berdasarkan
skala likert yaitu interval >85% sehingga hasil penilaian termasuk ke
dalam kategori “Sangat Baik”. Artinya guru sudah menjalankan proses
pembelajaran secara optimal.
b. Aktivitas Peserta Didik dalam Pembelajaran student team
achievement division
Data dalam penelitian diperoleh dari lembar observasi aktivitas
peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaranstudent team
achievement division.Lembar observasi ini diisi oleh observer yang
mengamati peserta didik ketika pembelajaran berlangsung.Peserta
didik yang diamati terdiri dari 4 kelompok dengan jumlah anggota tiap
kelompok adalah 4-5 orang. Satu kelompok dinilai oleh satu orang
observer, yang berarti satu orang observer akan mengamati dan
menilai sebanyak enam peserta didik. Indikator pertanyaan terdiri dari
enam butir indikator.Indikator ini termasuk kedalam aspek penilaian
aktivitas dalam pembelajaran dengan modelstudent team achievement
division.Adapun penilaian ini dilakukan untuk kelas eksperimen yang

3
berjumlah 30 orang.Hal ini dikarenakan penerapan student team
achievement divisionhanya dilakukan pada kelas eksperimen.
Berdasarkan penilaian melalui lembar observasi peserta didik dari
pertemuan pertama hingga pertemuan keempat perkembangan
aktivitas peserta didik semakin baik, walaupun dipertemuan pertama
masih banyak peserta didik yang pasif dan bingung dengan model
numbered heads together, tetapi dipertemuan selanjutnya mulai ada
perubahan, hal itu dikarenakan peserta didik mulai terbiasa bahkan
yang sebelumnya pasif, dipertemuan selanjutnya jauh lebih aktif, dan
bisa disimpulkan pembelajaran dengan student team achievement
divisionsudah terlaksana dengan baik. Hasil observasi peserta didik
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran U.
Rata-rata persentase penilaian lembar observasi keterlaksanaan
aktivitas peserta didik menggunakan model student team achievement
divisionadalah 83,03%, maka hasil penilaian berdasarkan skala likert
yaitu interval 71-84% sehingga hasil penilaian termasuk ke dalam
kategori “Baik”. Artinya peserta didik sudah menjalankan proses
pembelajaran secara optimal.
2. Penguasaan Konsep Peserta Didik
a. Pretest
Perhitungan data pretest penguasaan konsep kelas eksperimen dan kelas
kontrol diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 4. Data Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Data Kelas Kelas Kontrol
Eksperimen
N 29 29
Minimum 18.52 22.22
Maximum 48.15 33.33
Mean 31.03 29.89
Std. Deviation 5.806822 2.95817

4
Tabel di atas menunjukkan perolehan perhitungan data
pretestmeliputi perolehannilai rata-rata (mean) tes awal kelas eksperimen
sebesar 31.03 sedangkan kelas kontrol memperoleh nilai mean sebesar
29.89. Standar deviasi kelas eksperimen sebesar 5.806822 sedangkan
kelas kontrol sebesar 2.95817.Nilai maksimum kelas eksperimen 48.15
sedangkan nilai maksimum kelas kontrol 33.33.Nilai minimum kelas
eksperimen 18.52 sedangkan kelas kontrol 22.22.

b. Posttest
Perhitungan data posttest penguasaan konsep pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol setelah diterapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD diperoleh hasil seperti pada tabel berikut.

Tabel 4. Data Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Data Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


N 29 29
Minimum 70.37 59.26
Maximum 81.48 74.07
Mean 75.86 66.67
Std. Deviation 4.035494 3.703704

Data yang terangkum dalam table di atas menunjukkan perhitungan


data posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.Berdasarkan data
di atas kedua kelas mengalami peningkatan.Adapun perolehan nilai rata-
rata kelas eksperimen sebesar 75.86 meningkat dari rata-rata awal 31.03.
Kelas kontrol memperoleh 66.67 meningkat dari nilai rata-rata awal
29.89. Berdasarkan data diatas juga diketahui bahwa nilai kelas
eksperimen lebih besar dibandingkan kelas kontrol.
C. Analisis Data Akhir
1. Uji Prasyarat

5
Uji prasyarat yang dilakukan yaitu uji normalitas.Perhitungan uji
normalitas dilakukan menggunakan SPSS melalui uji Shapiro Wilk dengan
kriteria sampel di bawah 50. Uji ini dilakukan terhadap data pretest dan
posttest dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil perhitungan
terangkum dalam tabel di bawah ini.

Shapiro-Wilk
Kelas Statistic Df Sig.
Pretest Kontrol .837 29 .000
Eksperimen .902 29 .011
Posttest Kontrol .906 29 .013
Eksperimen .869 29 .002
Sumber: Olah Data Peneliti (SPSS)

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa kedua kelas memperoleh


nilai sig. Uji Shapiro Wilk data pretest kelas eksperimen sebesar 0,011lebih
kecil dari nilaiαdan kelas kontrol sebesar 0.000 lebih kecil dari nilai α hal ini
menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi normal. Sementara nilaisig. uji
Shapiro Wilkdata posttest kelas eksperimen sebesar 0.002 lebih kecil dari
nilai α dan kelas kontrol sebesar 0.013 lebih kecil dari nilai α yang
menunjukkan data tidak terdistribusi normal.

2. Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil analisis uji prasyarat diketahui bahwa data tidak
terdistribusi normal sehingga untuk uji hipotesis dilakukan dengan cara uji
hipotesis non parametrik. Uji non parametrik dilakukan dengan uji Mann
Whitney.Hasil uji dapat dilihat pada table dibawah ini.
Tabel 4. Hasil Uji Mann Whitney

Test Statisticsa

Pre-Test Post-Test
Mann-Whitney U 360.500 45.500

6
Wilcoxon W 795.500 480.500
Z -.986 -5.925
Asymp. Sig. (2-tailed) .324 .000
Sumber: Olah Data Peneliti (SPSS)

Berdasarkan hasil olah data pada kelas kontrol dan eksperimen


diketahui bahwa nilai sig. sebesar 0,000 < 0,05, hal ini berarti terdapat
perbedaan yang signifikan antara nilai kelas kontrol dan eksperimen. Hal
ini menunjukkan Ha diterima dan H0 ditolak sehingga disimpulkan bahwa
“Ada PengaruhModel Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team
Achievement Division (STAD) Terhadap Penguasaan Konsep Peserta
Didik SMP Negeri 1 Bangkinang”.

D. Pembahasan
Penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1 Bangkinang ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Division (STAD) terhadap penguasaan konsep siswa. Penelitian
ini melibatkan dua model pembelajaran yang berbeda yaitu model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilaksanakan di kelas VIIIA
sebagai kelas eksperimen dengan jumlah peserta didik sebanyak 30 orang dan
di kelas VIIIB sebagai kelas kontrol dengan jumlah peserta didik sebanyak 30
orang. Materi yang diajarkan adalah materi getaran, gelombang dan bunyi.
Pelaksanaan pembelajaraan di kelas kontrol dan kelas eksperimen
dilakukan sebanyak5 kali pertemuan termasuk pretest dan posttest. Tes yang
digunakan berupa soal tes objektif dan urian materigetaran, gelombang dan
bunyi sebanyak 18 soal.
Perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model
pembelajaran konvensional yaitu pada model pembelajaran kooperatif tipe
STAD pembelajaran cendrung berpusat pada siswa, siswa dituntut lebih aktif
dalam proses pembelajaran, sedangkan guru diharapkan untuk lebih berfungsi
sebagai fasilator motivator dalam kegiatan pembelajaran. Sebaliknya pada

7
pembelajaran konvensional pembelajaran cendrung berpusat pada guru, guru
merupakan pemegang kendali dalam seluruh proses pembelajaran, siswa
tinggal mengikuti apa yang telah dirancang dan diprogramkan oleh
guru.Sebelum diberi perlakuan, masing-masing kelas terlebih dahulu diberikan
tes awal (pretest) untuk mengetahui kemampuan penguasaan konsep peserta
didik.

Tabel 4.Data PretestPenguasaan Konsep Peserta DidikKelas Kontrol dan


Eksperimen
Test Statisticsa

Pre-Test
Mann-Whitney U 360.500
Wilcoxon W 795.500
Z -.986
Asymp. Sig. (2-
.324
tailed)

Berdasarkan hasil pada tabel 4. bahwa nilai sig. 0.324 > 0.05 yang
menunjukkan tidak ada perbedaan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan penguasaan konsep peserta
didik pada kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak memiliki perbedaan
sebelum diberi perlakuan. Data tersbut merupakan hasil uji hipotesis setelah
dilakukan pengujian normalitas. Hasil uji normalitas menunjukkan data tidak

8
berdistribusi normal sehingga pada uji hipotesis dilakukan dengan
menggunakan uji hipotesis non parametrik. Uji hipotesis non parametrik yang
digunakan yaitu asumsi parametrik tidak terpenuhi adalah Mann-Whitney.

Berdasarkan hasil pretest menunjuk tidak ada perbedaan kemampuan


penguasaan konsep antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen sebelum
diberi perlakuan. Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini yaitu
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal ini dikarenakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan
penguasaan konsep peserta didik.

Penguasaan konsep merupakan kemampuan siswa dalam memahami


IPA secara ilmiah, baik konsep secara teori maupun penerapannya dalam
kehidupan sehari- hari. Siswa dikatakan menguasai konsep apabila ia
mampu mendefinisikan konsep, mengidentifikasi dan memberi contoh
atau bukan contoh dari konsep, sehingga dengan kemampuan ini ia bisa
membawa suatu konsep dalam bentuk lain yang tidak sama dengan dalam
buku teks.(refi)Penguasaan konsep yang diteliti pada penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD ini mengacu kepada taksonomi Bloom
dalam Aderson & Krathwohl (2010) untuk mengukur proses kognitif
peserta didik.
Tabel 4. Data Postest Penguasaan Konsep Peserta Didik Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen
Test Statisticsa

Post-Test
Mann-Whitney U 45.500
Wilcoxon W 480.500
Z -5.925
Asymp. Sig. (2-
.000
tailed)

9
Berdasarkan hasil pada tabel di atas menunjukkan nilai sig. 0.000 <
005.yangterdapat perbedaan signifikan anatara nilai posttestkelas kontrol
dan nilai posttest kelas eksperimen. hal ini membuktikan Ha diterima dan
dan H0 ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
peningkatan penguasaan konsep IPAyang signifikan antara kelas
eksperimen yang mengggunakanmodel pembelajaranpembelajaran
kooperatif tipestudent team achievement division (STAD) terhadap
penguasaan konsep peserta didik.
.

10

Anda mungkin juga menyukai