Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONFLIK KOGNITIF

BERBASIS KETERAMPILAN PROSES SAINS TERHADAP


HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV
SD GUGUS PANGLIMA BESAR
SUDIRMAN
Ernayani Kurniawan1, I Ketut Ardana2, I Wayan Darsana3
1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

E-mail : ernakurniawan8@gmail.com1, ketut_ardana55@yahoo.com2,


w_darsana@ymail.com3

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA
antara siswa yang mengikuti model pembelajaran konflik kognitif berbasis keterampilan proses
sains dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV Sekolah
Dasar Gugus Panglima Besar Sudirman. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan
rancangan eksperimen Noneqivalent Control Group Design. Populasi penelitian adalah siswa
kelas IV Sekolah Dasar gugus Panglima Besar Sudirman. Dipilih 2 kelas yang terdiri dari 81
siswa sebagai sampel. Sampel dipilih dengan tehnik random sampling. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang
mengikuti model pembelajaran konflik kognitif berbasis keterampilan proses sains dengan
siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV (nilai thit = 7,52 dan ttabel
= 2,00) jadi thitung > ttabel. ). Maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara model pembelajarn konflik kognitif
berbasis keterampilan proses sains dengan model pembelajaran konvensional. Nilai rata-rata
hasil belajar IPA yang dicapai oleh kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran konflik
kognitif berbasis keterampilan proses sains (79,76) lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-
rata hasil belajar IPA yang dicapai kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional
(60,49). Ini berarti pemberian model konflik kognitif berbasis keterampilan proses sains
berpengaruh terhadap hasil belajar IPA.

Kata-kata kunci: Model Konflik Kognitif, Keterampilan Proses Sains, Hasil belajar IPA.

Abstract
Main purpose of this experiment is to know significanlly about the different of student whos
th
learning sains in 4 grade elemantary school Gugus Panglima Besar Sudirman between whos
used learning Konflik Kognitif Based Skill process sains and with student whos used
convensional learning. This expedition is an experiment noneqivalent control group disign. The
object of this expedition are students in 4th grade 5 elemantary schools in Gugus Panglima
Besar Sudirman. 2 classes chouse in totally81 students as a sample of this expedition by
random system. The file will be analysis from the result what the students has been learden
about sain. The final result of this expedition showing there is significanlly different between
boot system. The result is (value t hit > ttable ), student whos using Konflik Kognitif Based
Keterampilan Process Sains their average is 79,76 it’s higher than the students whos using
convensional learning system, the average is 60,49.

Key words: Learning Konflik Kognitif, Skill Process Sains, The Learning Result on studying
sains.
PENDAHULUAN
Seiring dengan kemajuan ilmu bergeser menjadi penekanan berfokus
pengetahuan alam dan teknologi, sistem pada nilai. (5) dari hanya buta aksara, maka
pendidikan nasional menghadapi tantangan di era globalisasi bertambah dengan
yang sangat kompleks dalam menyiapkan kurangnya pengetahuan di bidang
kualitas sumber daya manusia yang teknologi, budaya dan komputer. (6) dari
mampu bersaing di era global. Upaya yang sistem kerja terisolasi (sendiri-sendiri)
tepat untuk mempersiapkan sumber daya bergeser menjadi sistem kerja melalui tim
manusia yang berkualitas dan satu-satunya (team work) dan (7) dari konsentrasi
wadah yang dapat dipandang berfungsi eksklusif kompetitif menjadi sistem kerja
sebagai alat untuk membangun sumber sama.
daya manusia yang bermutu tinggi adalah Pendidikan telah diyakini sebagai
pendidikan. Pengetahuan dibangun dalam salah satu aspek pembangunan bangsa
pikiran manusia menggunakan struktur yang sangat penting untuk mewujudkan
kognitif dan kemampuan yang dimilikinya warga negara yang handal, profesional, dan
sebagai upaya beradaptasi terhadap berdaya saing tinggi. Di dalam dunia
masalah dan pengalaman yang dihadapi pendidikan, jalur pendidikan formal
dalam kehidupannya, dan sebagai upaya merupakan tempat yang sangat strategis
pembentukan skema-skema baru atau untuk meningkatkan kualitas sumber daya
memodifikasi informasi baru yang manusia. Pendidikan formal diharapkan
ditemuinya (Fathurohman dan Suryana, mampu memberikan kontribusi bagi
2012:5). Pembentukan pengetahuan pengembangan sumber daya manusia
menurut model kontruktivisme memandang melalui strategi, metode, dan pendekatan
subyek aktif menciptakan struktur-struktur yang digunakan pada mata pelajaran yang
kognitif dalam interaksinya dengan diajarkan.
lingkungan (Jauhar, 2011: 23). Pemrosesan Menurut Suastra (2009: 54)
lingkungan sebagai sumber belajar menjadi strategi dalam mensukseskan pendidikan
bagian yang sangat penting dalam IPA. menurut Komisi pendidikan abad 21 yaitu:
Misalnya, siswa ditugaskan mengamati 1) Learning to know, yang mengandung
lingkungan sekitar kemudian mencatat makna agar pelajar mampu menggali
hasilnya. informasi yang ada di sekitarnya dari
ledakan informasi itu sendiri. 2) Learning to
Situasi masyarakat yang selalu be, pelajar diharapkan mampu untuk
berubah, mengindikasikan bahwa mengenali dirinya sendiri, serta mampu
pendidikan tidak hanya berorientasi pada beradaptasi dengan lingkungannya. 3)
masa lalu dan masa kini, tetapi sudah Learning to do, yaitu berupa tindakan atau
seharusnya merupakan proses yang aksi untuk memunculkan ide yang berkaitan
mengantisipasi dan membicarakan masa dengan sains dan teknologi. 4) Learning to
depan. Pendidikan hanya melihat jauh ke life together, memuat bagaimana kita hidup
depan dan memikirkan apa yang akan dalam masyarakat yang saling bergantung
dihadapi peserta didik di masa yang akan antara yang satu dengan yang lain,
datang. Menurut pandangan Makagiansar, sehingga bersaing secara sehat dan
(dalam Trianto, 2008: 1) bahwa terdapat bekerja sama serta mampu untuk
tujuh macam pergeseran paradigma menghargai orang lain.
pendidikan di masyarakat, yaitu: (1) dari Berbagai upaya telah dilakukan
pola belajar secara terminal bergeser ke pemerintah dalam peningkatan kualitas
pola belajar sepanjang hayat (long life pendidikan. Upaya-upaya yang dimaksud
education). (2) dari belajar berfokus hanya mulai dari penelitian untuk meningkatkan
pada penguasaan pengetahuan saja kualitas guru melalui kegiatan pelatihan,
menjadi berfokus pada sistem belajar seminar dan kegiatan Musyawarah Guru
holistik. (3) dari hubungan antara guru dan Mata Pelajaran (MGMP), perbaikan sarana
pelajar yang senantiasa konfrontatif dan prasarana pendidikan, pengadaan
menjadi sebuah hubungan bersifat buku ajar atau bahan ajar sampai dengan
kemitraan. (4) penekanan skolastik peningkatan mutu manajemen sekolah. Di
sisi lain, peningkatan kualitas pendidikan alatnya untuk mencapai tujuan pendidikan
ditempuh dalam rangka mengantisipasi IPA khususnya. Salah satu sasaran yang
berbagai perubahan dan tuntutan dapat dicapai melalui pendidikan IPA
kebutuhan masa depan yang akan dihadapi adalah “pengertian IPA” itu sendiri. Jadi
siswa sebagai warga negara dan bangsa dapat disimpulkan IPA merupakan
agar mereka mampu berpikir global dan pengetahuan yang telah diuji kebenarannya
bertindak sesuai dengan karakteristik dan melalui metode ilmiah, dengan ciri objektif,
potensi lokal. sistematik, universal dan tentatif yang
Peran siswa dalam konteks pokok bahasannya adalah alam dan segala
pembelajaran adalah belajar dan mencari isinya.
sendiri arti dari apa yang mereka pelajari Pembelajaran IPA, terutama di
yang merupakan proses penyesuaian tingkat SD sebaiknya mengacu pada tingkat
konsep ide-ide baru dengan kerangka perkembangan usia pada masa itu, yaitu
berpikir yang telah ada dalam pikiran tahap operasional konkret dan operasional
mereka dan siswa sendirilah yang formal. Menurut Piaget (dalam Sanjaya,
bertanggung jawab atas hasil belajarnya. 2005: 62), proses belajar merupakan
Suatu tujuan pembelajaran dapat tercapai interaksi individu dengan lingkungannya.
sesuai dengan yang diharapkan apabila Artinya dalam proses pembelajaran masih
model pembelajaran sesuai dengan materi membutuhkan benda-benda nyata, karena
yang diberikan oleh seorang guru. Dengan proses berpikir siswa belum sepenuhnya
demikian pemilihan sebuah model bersifat abstrak. Memanfaatkan benda-
pembelajaran merupakan bagian penting benda yang dekat dengan siswa serta
dalam merencanakan atau mendesain menghubungkannya dengan permasalahan
pembelajaran, agar terjadi interaksi antara sehari-hari akan membantu mereka untuk
siswa dengan guru, siswa dengan siswa berpikir logis dan sistematis, sehingga
maupun siswa dengan sumber belajar proses pembelajaran mata pelajaran IPA
lainnya. dapat berlangsung lebih hidup dan konsep
IPA Dapat disebut sebagai ilmu yang didapatkan tidak abstrak.
tentang alam, ilmu yang mempelajari Dalam mempelajari IPA, dianjurkan
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini tidak hanya sekadar menghafal, tetapi agar
(Samatowa, 2011: 3). Manusia dan dapat memahami dan menghubungkan
lingkungan merupakan sumber, obyek dan atau menerapkannya ke dalam situasi baru
subyek IPA. Secara sederhana dapat atau situasi nyata yang ada dilapangan
dikatakan bahwa IPA merupakan (Suprijanto, 2007:26). Agar pembelajaran
pengalaman individu manusia yang oleh IPA menjadi bermakna dan dapat
masing-masing individu itu dirasakan atau meningkatkan hasil belajar maka guru
dimaknai berbeda atau sama. Oleh karena harus mampu memilih model pembelajaran
itu, dengan latar belakang pengalaman yang tepat dan sesuai dengan karakteristik
berbeda, hal serupa mungkin dimaknai materi pelajaran. Pemilihan model
berbeda oleh individu yang berbeda. Hal pembelajaran adalah salah satu hal yang
semacam itu harus kita terima sebagai penting dalam usaha untuk memotivasi
suatu realita yang perlu dihargai karena siswa untuk belajar IPA. Salah satu model
dengan perbedaan atau kesamaan pembelajaran yang dapat digunakan oleh
pandang dan rasa itulah sebenarnya IPA guru adalah model pembelajaran konflik
berkembang. Namun, ketika kita kognitif berbasis keterampilan proses sains.
mengamati sesuatu yang sama diperoleh Melalui sintaks model pembelajaran konflik
tentang sesuatu tadi. Semakin banyak kognitif berbasis keterampilan proses sains,
individu yang menyatakan kesamaan pengalaman belajar akan dirancang dan
pandang dan kesimpulan tentang sesuatu alur berpikir siswa akan dibentuk.
yang sama tadi, semakin kita yakin bahwa Pembelajaran IPA sangat erat kaitannya
yang kita pikirkan itu benar. dengan keterampilan proses sains, oleh
Pendidikan IPA merupakan salah karena itu guru dapat menerapkan
satu aspek pendidikan dengan keterampilan proses sains dalam pelajaran
menggunakan IPA sebagai salah satu IPA. Guru sebagai penilai dituntut untuk
memiliki kemampuan (kompetensi dapat dibuktikan dengan hasil belajar
melaksanakan penilaian, guru harus sebelumnya pada tahun ajaran 2011/2012
memahami konsep penilaian, mengenal pada mata pelajaran IPA masih dibawah
alat-alat penilaian yang dapat digunakan standar ketuntasan 7.00. Persoalannya
dalam berbagai bentuk, media dan langkah- bukan hanya karena kemampuan siswa
langkah pembelajaran. (Yus, 2011: 13). yang rendah, namun perlu dikaji hal yang
Guru merupakan ujung tombak pendidikan paling mendasar dalam pengaruh
sebab secara langsung berupaya rendahnya hasil belajar siswa. Berdasarkan
mempengaruhi, membina dan hal tersebut teridentifikasi masalah seperti:
mengembangkan peserta didik, sebagai (1) rendahnya hasil belajar IPA siswa (2)
ujung tombak, guru dituntut memiliki strategi guru dalam membelajarkan siswa
kemampuan dasar yang diperlukan sebagai masih belum optimal. (3) guru kurang
pendidik, pembimbing dan pengajar dan menguasai model pembelajaran yang
kemampuan tersebut tercermin pada inovatif dan kreatif. Berangkat dari berbagai
kompetensi guru (Saondi dan Suherman, permasalahan yang ditemukan dilapangan
2010: 3). Jadi guru menjadi sumber dan upaya untuk mengantisipasinya, maka
pemberi informasi utama dengan cara dipandang perlu menerapkan suatu
mengubah cara mengajar guru secara pembelajaran yang tepat guna menunjang
efektif menuntut prakarsa dan tanggung strategi pembelajaran yang lebih
jawab serta waktu maupun energi, karena mengaktifkan siswa serta dapat
ini berarti pengembangan profesional guru mengembangkan hasil belajar IPA.
dan siswa dapat ditingkatkan (Semiawan Belajar sains khususnya IPA
dan Mangunsong, 2010: 120). memerlukan proses sains dalam
Alasan-alasan yang melandasi pembentukan konsep, prinsip atau hukum.
perlunya diterapkan keterampilan proses Mata pelajaran IPA mencangkup dua hal,
sains adalah sebagai berikut: (1) yaitu IPA sebagai produk dan IPA sebagai
perkembangan ilmu pengetahuan proses. IPA sebagai produk meliputi
berlangsung cepat sehingga tidak mungkin sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas
lagi para guru mengajarkan semua fakta fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-
dan konsep kepada siswa. (2) para ahli prinsip IPA. IPA sebagai proses meliputi
psikologi sependapat bahwa anak-anak keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap
mudah memahami konsep-konsep yang yang dimiliki oleh para ilmuwan (saintis).
rumit dan abstrak jika disertai dengan Keterampilan-keterampilan inilah yang
contoh-contoh yang konkret dan abstrak. disebut sebagai keterampilan proses sains.
(3) penemuan ilmu pengetahuan tidak (Suastra, 2009:63). Untuk itu pembelajaran
bersifat mutlak benar seratus persen, IPA di sekolah diharuskan taat pada proses
penemuannya bersifat relatif. (4) dalam sains agar tidak terjadi salah konsep atau
proses belajar mengajar seyogyanya miskonsepsi. Miskonsepsi dapat terjadi
pengembangan konsep tidak dilepaskan karena setiap siswa mempunyai konsepsi
dari pengembangan sikap dan nilai dalam awal tentang suatu peristiwa atau gejala
diri anak didik. (Suastra, 2009:64) yang diamati tetapi bertentangan dengan
Menurut hasil wawancara dengan konsep ilmuwan. Untuk itu guru harus
guru kelas di SDN 24 Dauh Puri sebagai berusaha dalam pembelajaran untuk
kelompok eksperimen dan SDN 6 Dauh mengetahui konsepsi awal siswa dan
Puri Sebagai Kelompok kontrol, dalam memodifikasi atau mengklarifikasi agar
proses pembelajaran, materi pembelajaran sesuai dengan konsepsi ilmuan.
disampaikan dengan cara dalam mengajar Pembelajaran yang dapat
guru hanya menggunakan metode mengklarifikasi atau memodifikasi konsepsi
ceramah, tanya jawab dan tugas individu. siswa salah satu alternatifnya adalah
Hal ini dilakukan karena terbatasnya menggunakan model pembelajaran konflik
pengetahuan guru tentang media kognitif berbasis keterampilan proses sains.
pembelajaran dan cara-cara mengajar yang Menurut Munandar (1977:45) dalam
inovatif dan kreatif sehingga pembelajaran praktiknya pembelajaran konflik kognitif
di kelas tidak berlangsung optimal. Hal ini berbasis keterampilan proses sains
dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu: menyiapkan hasil karya (diskusi), dan
(1) Orientasi siswa kepada konflik, yaitu membantu mereka untuk berbagi tugas
guru menjelaskan tujuan pembelajaran, dengan temannya. Dengan adanya
menjelaskan sumber belajar yang kegiatan diskusi ini siswa dapat
dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat aktif mengeluarkan pendapat dengan cara
dalam pemecahan konflik dan mencari mengkomunikasikan hasil penelitian
kebenaran konsep. Dalam pembelajaran ini masing-masing kelompok sehingga akan
siswa diharapkan dapat menerapkan terjadi umpan balik dari masing-masing
konsep dari masalah yang diberikan oleh kelompok untuk mengajukan pertanyaan
guru. Misalnya siswa mampu menerapkan dan menemukan jawaban yang benar dari
konsep dengan menghubungkan konsep masalah yang diberikan oleh guru. (5)
yang satu dengan yang lainnya dari Menganalisis dan mengevaluasi, yaitu guru
masalah yang diberikan oleh guru. (2) membantu siswa untuk melakukan refleksi
Mengorganisasi siswa untuk belajar, yaitu atau evaluasi terhadap penyelidikan
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mereka dan proses yang mereka lakukan.
mengorganisasi tugas belajar yang Model pembelajaran konflik kognitif
berhubungan dengan konflik. berbasis keterampilan proses sains
Dalam pembelajaran siswa mampu merupakan model pembelajaran yang
mengkomunikasikan konflik yang sudah berusaha memberikan pengubahan
diberikan oleh guru dengan kelompoknya, miskonsepsi siswa yang dibuktikan
sehingga siswa mampu menyajikan data kesalahannya setelah mereka melakukan
dan informasi dalam bentuk lisan dan pengamatan secara langsung dengan
tulisan, menyajikan data dan informasi menggunakan keterampilan-keterampilan di
dalam bentuk model, gambar, grafik, dalam proses belajar. Dengan demikian,
diagram dengan tabel, dan lain-lain. (3) miskonsepsi siswa tergoyahkan dan
Membimbing penyelidikan individu maupun diarahkan menuju konsepsi ilmiah (konsep
kelompok, yaitu guru mendorong siswa yang benar). Konflik dapat dilihat dari dua
untuk mengumpulkan informasi yang pandangan, yaitu: “pertama, pendapat yang
relevan dengan cara mengamati objek yang berhaluan tradisional atau lama, dan kedua,
dijadikan masalah, mengelompokkan pandangan modern atau baru.” Menurut
dengan mencari persamaan atau pandangan lama, konflik itu pada dasarnya
perbedaan dengan cara membandingkan adalah jelek dan tidak perlu terjadi, bahkan
satu objek dengan objek lainnya atau suatu harus dihindarkan dan paling tidak perlu
peristiwa dengan peristiwa lainnya, dibatasi.Model pembelajaran konflik kognitif
sehingga siswa dapat mengumpulkan berbasis keterampilan proses sains
informasi sebanyak-banyaknya. memiliki aspek keterampilan proses yang
Melaksanakan eksperimen dengan cara dapat dikembangkan untuk siswa SD pada
mengamati objek yang akan diteliti. Proses GBPP IPA kurikulum 1994 terdiri dari 8
mengamati dapat dilakukan dengan (delapan) aspek yaitu meliputi keterampilan
menggunakan indra kita, tetapi tidak mengamati, melakukan percobaan,
menutup kemungkinan pengamatan mengelompokkan, menafsirkan hasil
dilakukan dengan menggunakan alat-alat percobaan, meramalkan, menerapkan,
misalnya termometer, timbangan, atau mengkomunikasikan, dan mengajukan
mikroskop, dalam penelitian siswa dapat pertanyaan. (Samatowa, 2011: 94).
menggunakan alat dan bahan selama Konflik Kognitif merupakan salah
percobaan berlangsung akan menambah satu bentuk model pembelajaran inovatif
pengalaman belajar siswa. Pengalaman yang menekankan pada partisipasi siswa
menggunakan alat merupakan pengalaman dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri
konkret siswa selama proses belajar. informasi materi pelajaran yang akan
Diskusi internal untuk mendapatkan dipelajari melalui bahan-bahan yang
penjelasan dan pemecahan tersedia (Suastra, 2009:164). Konflik
masalah/konflik. (4) Mengembangkan dan kognitif diberikan kepada siswa agar siswa
menyajikan hasil karya, yaitu guru dapat mengubah miskonsepsi-miskonsepsi
membantu siswa merencanakan dan siswa menuju konsepsi ilmiah, maka
diperlukan strategi pengubahan konseptual Terhadap Hasil belajar IPA Siswa Kelas IV
yang tepat diberikan pada saat yang tepat Semester II Sekolah Dasar Gugus
pula. Pengubahan konseptual dapat Panglima Besar Sudirman Tahun Pelajaran
dilakukan dengan menyajikan konflik 2012/2013”.
kognitif, konflik yang diberikan kepada Adapun tujuan penelitian ini adalah
siswa harus mampu menggoyahkan untuk mengetahui perbedaan yang
miskonsepsi yang diterima oleh siswa di signifikan hasil belajar IPA antara siswa
dalam proses pembelajaran (Suastra, yang dibelajarkan melalui Model
2009:164). Dalam pembelajaran model Pembelajaran Konflik Kognitif Berbasis
Konflik kognitif siswa di bentuk ke dalam Keterampilan Proses Sains dengan siswa
beberapa kelompok, setelah kelompok yang dibelajarkan melalui Pembelajaran
terbentuk siswa diberikan permasalahan Konvensional pada kelas IV Semester II
yang akan dipecahkan oleh masing-masing Sekolah Dasar Gugus Panglima Besar
kelompok. Model pembelajaran konflik Sudirman Tahun Pelajaran 2012/2013.
kognitif ini juga menekankan pentingnya
aliran informasi dua arah antara guru dan METODE
siswa sehingga tidak terjadi miskonsepsi. Jenis penelitian yang dilaksanakan
Jadi dengan model pembelajaran konflik dalam penelitian ini adalah penelitian
kognitif suasana belajar terasa lebih efektif. kuantitatif dengan desain penelitian ini
Kerjasama kelompok dalam pembelajaran menggunakan desain eksperimen semu
dapat membangkitkan semangat siswa (quasi eksperimen) dengan rancangan
untuk memiliki keberanian dalam eksperimen yaitu baik kelompok
mengemukakan pendapat dan berbagai eksperimen maupun kelompok kontrol
informasi dengan teman lainnya dalam tanpa diacak atau Noneqivalent Control
membahas materi pembelajaran. Group Design. Pemilihan desain ini
Namun terkadang ketika siswa disesuaikan dengan kelas subjek yang
menggali informasi siswa merasa bosan telah ditentukan oleh sekolah. Pada
hanya dengan buku paket yang disediakan dasarnya penelitian ini bertujuan untuk
guru. Hal ini mengakibatkan siswa hanya mengetahui perbedaan model
aktif beberapa saja yaitu ketua kelompok pembelajaran Konflik Kognitif berbasis
dan yang membaca buku saja. Muncul keterampilan proses sains terhadap hasil
inisiatif peneliti untuk mencoba meneliti dan belajar IPA siswa.
mengembangkan model pembelajaran Populasi adalah wilayah
Konflik kognitif berbasis keterampilan generalisasi yang terdiri dari objek atau
proses sains dengan mengembangkan subjek yang mempunyai kualitas dan
situasi ketika siswa diberikan masalah karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
terhadap apa yang akan di pelajari peneliti untuk dipelajari dan kemudian
sehingga hasil belajar siswa dapat ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:
meningkat. 117). Populasi dalam penelitian ini adalah
Berdasarkan teori dan kenyataan seluruh siswa kelas IV Sekolah Dasar
itulah, peneliti sangat tertarik untuk Gugus Panglima Besar Sudirman,
mengadakan penelitian guna melihat Denpasar Selatan Tahun Pelajaran
pengaruh penggunaan model pembelajaran 2012/2013.
konflik kognitif berbasis keterampilan Sampel adalah bagian dari jumlah
proses sains dalam pembelajaran IPA . dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD tersebut (Sugiyono, 2009:118). Dalam
menekankan pada pemberian pengalaman melakukan pemilihan sampel penelitian,
belajar secara langsung melalui tidak dapat dilakukan pengacakan individu
penggunaan dan pengembangan karena tidak bisa mengubah kelas yang
keterampilan proses sains dan hasil belajar terbentuk sebelumnya dan kelas IV yang
IPA. Untuk itu dipandang perlu diadakan dijadikan sampel berada pada sekolah yang
penelitian lebih seksama tentang “Pengaruh berbeda-beda. Kelas dipilih sebagaimana
Model Pembelajaran Konflik Kognitif telah terbentuk tanpa adanya campur
Berbasis Keterampilan Proses Sains tangan peneliti dan tidak dilakukan
pengacakan individu, dengan tujuan untuk terikat (Mulyatiningsih, 2012: 88). Variabel
mencegah kemungkinan subjek bebas yang dimaksud dalam penelitian ini
mengetahui dirinya dilibatkan dalam adalah model pembelajaran Konflik kognitif
penelitian sehingga penelitian ini benar- berbasis keterampilan proses sains dengan
benar menggambarkan pengaruh perlakuan pembandingnya pembelajaran
yang diberikan. konvensional. Sedangkan variabel terikat
Berdasarkan karakteristik populasi (dependen) merupakan variabel yang
dan tidak bisa dilakukan pengacakan mempengaruhi atau yang menjadi akibat
individu, maka pengambilan sampel pada karena adanya variabel bebas (Sugiyono,
penelitian ini dilakukan dengan teknik 2009: 4). Variabel terikat dalam penelitian
random sampling, yang dirandom adalah ini adalah hasil belajar IPA.
kelas. Sebelum menentukan sampel
terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat untuk HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
penyetaraan kelompok. Setelah ditemukan
dua kelompok yang setara dilanjutkan Hasil
dengan penentuan kelompok eksperimen Uji normalitas data dilakukan pada
dan kelompok kontrol. Dalam penelitian ini kelompok eksperimen dan kelompok
yang menjadi sampel penelitian adalah kontrol. Menggunakan Chi-Square pada
SDN 24 Dauh Puri kelas IV semester II taraf signifikansi 5%. Sebaran Data
sebagai kelompok eksperimen dan SDN 6 Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Dauh Puri kelas IV semester II sebagai Kontrol
Kelompok Kontrol. Berikut ini adalah tabel Data kelompok eksperimen dan
distribusi sampel pada penelitian ini . kelompok kontrol dalam penelitian ini
Penelitian ini melibatkan variabel adalah data hasil belajar siswa kelas IVA
bebas dan variabel terikat yang dijelaskan SDN 24 Dauh Puri. Rata-rata, standar
sebagai berikut. Variabel bebas deviasi, dan banyak subyek kelompok
(independen) merupakan variabel yang eksperimen dan kelompok kontrol disajikan
mempengaruhi atau yang menjadi sebab pada tabel 1.
perubahannya atau timbulnya variabel
Tabel 1. Rekapitulasi hasil belajar IPA
Statistik Hasil belajar IPA
Kelompok Kelompok Kontrol
Eksperimen
Rata-rata 79,76 60,49
Standar Deviasi 12.27 13,31
Banyak Subyek 40 41

Uji normalitas data digunakan untuk dilakukan proses perhitungan diperoleh


mengetahui apakah sebaran data hasil = 7, sedangkan untuk taraf signifikansi
penelitian berdistribusi normal atau tidak.
5% dan derajat kebebasan (dk) = (k-1) = 5
Dalam penelitian ini digunakan analisis Chi-
Square. Setelah dilakukan proses diperoleh = = 11.07, karena
perhitungan diperoleh nilai untuk > . Ini berarti sebaran data hasil
kelompok eksperimen sebesar 5,735, belajar siswa Kelas IV SD N 6 Dauh Puri
sedangkan untuk taraf signifikansi 5% (α = pada kelompok kontrol berdistribusi normal
0,05) dan derajat kebebasan Uji homogenitas varians ini
(dk) = (k-1) = 5, diperoleh dilakukan berdasarkan data hasil belajar
IPA pada siswa yang dibelajarkan melalui
= = 11.07, karena > model pembelajaran konflik kognitif
. Ini berarti sebaran data hasil belajar berbasis keterampilan proses sains dan
siswa Kelas IV SDN 24 Dauh Puri pada pembelajaran konvensional. Uji
kelompok eksperimen berdistribusi normal. homogenitas varians antar kelompok
Sedangkan untuk kelompok kontrol setelah menggunakan Uji F. Untuk menetukan
homogen, terlebih dahulu ditentukan nilai dengan taraf signifikansi 5%. Uji
varians masing-masing kelompok. Setelah signifikansinya adalah jika thitung < ttabel.
dilakukan proses perhitungan didapat nilai Dengan kriteria pengujian adalah H0 ditolak
varians kelompok eksperimen sebesar jika t hit  t(1 ) , di mana t (1 ) didapat dari
150,8 dan nilai varians kelompok kontrol
sebesar 177,25. Setelah ditentukan nilai tabel distribusi t pada taraf signifikan 5% (α
varians maka dicarilah Fhitung. Besarnya nilai = 0,05) atau taraf kepercayaan 95 %
Fhitung = 1,17, nilai ini kemudian dengan derajat kebebasan db = (n1 + n2 -
dibandingkan dengan nilai Ftabel . Derajat 2). Setelah dilakukan proses perhiitungan
kebebasan pembilang (n1-1) = 41-1 = 40 didapat nilai thitung = 7,52. Setelah
dan derajat kebebasan penyebut (n2-1) = memperoleh thit, selanjutnya harus
40-1=39 dengan taraf signifikansi 5%, maka ditentukan besar ttabel. Tabel dapat
diperoleh Ftabel = 1,71. Ini berarti nilai Fhitung ditentukan dengan menentukan terlebih
< Ftabel , maka Ho diterima (ini berarti tidak dahulu dk (derajat kebebasan). dk = n1 +
terdapat perbedaan varians atau harga n2 – 2 = 40 + 41 – 2 = 79. Sehingga
varians homogen). Data dinyatakan diperoleh nilai ttabel dengan taraf signifikansi
homogen apabila Fhitung < Ftabel. 5% dan dk = 79 adalah 2,000. Jika thitung <
Uji hipotesis dapat dilakukan jika ttabel, maka Ho diterima (gagal ditolak) dan
dari hasil uji normalitas dan homogenitas Ha ditolak, sebaliknya jika thitung ≥ ttabel, maka
varians, diketahui bahwa sampel Ho ditolak dan Ha diterima. Berikut
berdistribusi normal dan homogen maka disajikan tabel uji hipotesis.
untuk menguji hipotesisnya digunakan uji t

Tabel 2. Uji hipotesis


Sampel Varians n Dk thitung ttabel Simpulan
Kelompok Eksperimen 150,8 40 79 7,52 2,000 Ha
Kelompok Kontrol 177,25 41 diterima

PEMBAHASAN kognitif berbasis keterampilan proses sains


Pada bagian ini dipaparkan lebih optimal dibandingkan pembelajaran
pembahasan hasil penelitian dan pengujian konvensional. Hal ini ditunjang oleh
hipotesis. Deskripsi umum hasil analisis karakteristik model pembelajaran konflik
penelitian ini menyatakan terdapat kognitif berbasis keterampilan proses sains
perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA yang lebih melibatkan siswa di dalam
antara siswa yang mengikuti pembelajaran proses pembelajaran. Siswa diberikan
konflik kognitif berbasis keterampilan permasalahan yang dekat dengan dunia
proses sains dengan siswa yang mengikuti nyata siswa, sehingga permasalahan
pembelajaran konvensional pada siswa tersebut memungkinkan siswa untuk
kelas IV Sekolah Dasar Gugus Panglima mempelajari konsep dan materi pelajaran.
Besar Sudirman. Hasil penelitian ini Siswa tidak hanya menghapalkan konsep
menunjukkan bahwa hasil belajar IPA pada dalam belajar melainkan juga mempelajari
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan cara memanfaatkan konsep yang telah
menggunakan model pembelajaran konflik siswa pelajari untuk memecahkan
kognitif berbasis keterampilan proses sains permasalahan yang diberikan oleh guru.
lebih optimal dibandingkan dengan siswa Menurut Munandar (1977:45),
yang mengikuti pembelajaran konvensional. langkah-langkah model konflik kognitif
Hal ini dibuktikan dari nilai rata-rata post berbasis keterampilan proses sains,
test siswa. Nilai rata-rata siswa kelompok memungkinkan pembelajaran lebih teratur
eksperimen adalah 79,76 sedangkan nilai dan pemanfaatan waktu yang efisien.
rata-rata siswa kelompok kontrol adalah Terdapat lima langkah model pembelajaran
60,49. Sehingga dapat dikatakan konflik kognitif berbasis keterampilan
penerapan model pembelajaran konflik proses sains yaitu orientasi siswa kepada
konflik, mengorganisasi siswa untuk belajar, kegiatan ini siswa diberikan kesempatan
membimbing penyelidikan individu maupun untuk bertukar informasi dengan kelompok
kelompok, mengembangkan dan lain, dengan demikian siswa dapat menilai
menyajikan hasil karya, menganalisis dan apakah jawaban yang telah dia temukan
mengevaluasi. sesuai apa tidak. Selain itu siswa juga
Langkah pertama, orientasi siswa diajarkan untuk menyatakan pendapat di
kepada konflik, yaitu guru memotivasi siswa depan umum dan mempertahankan
untuk memecahkan masalah yang pendapat mereka. Dengan melaksanakan
diberikan dan meminta siswa untuk kegiatan ini siswa dapat bertungkar
memahami masalah tersebut. Kegiatan ini informasi dengan kelompok lainnya,
memberikan kesempatan kepada siswa sehingga siswa menemukan jawaban yang
untuk menghubungkan permasalahan yang benar.
diberikan dengan permasalahan yang Langkah kelima, menganalisis dan
terdapat dikehidupan sehari-hari. mengevaluasi, yaitu guru memberikan
Langkah kedua, mengorganisasi kesempatan kepada siswa untuk menarik
siswa untuk belajar, yaitu guru memberikan kesimpulan tentang hasil diskusi yang
permasalahan kepada siswa dan sudah dilaksanakan. Pada kegiatan ini
menugaskan siswa untuk mendiskusikan siswa diberikan kesempatan untuk menarik
masalah yang diberikan dengan kelompok kesimpulan dari beberapa pendapat
mereka masing-masing. sehingga siswa mendapat jalan keluar atau
Langkah ketiga, membimbing penyelesaian yang paling tepat.
penyelidikan individu maupun kelompok, Dari hasil penelitian yang dilakukan
yaitu guru menugaskan siswa untuk oleh peneliti, didapat nilai rata-rata siswa
mencari informasi diberbagai sumber terkait kelompok eksperimen adalah 79,76
dengan masalah yang sudah diberikan. sedangkan nilai rata-rata siswa kelompok
Masing-masing kelompok ditugaskan untuk kontrol adalah 60,49. Berdasarkan
menyelesaikan masalah yang terkait penelitian juga diperoleh nilai thitung sebesar
dengan materi pelajaran. Jika dalam 7,52 itu artinya thitung > ttabel. Sehingga dapat
memecahkan masalah siswa mengalami dikatakan model pembelajaran konflik
kesulitan, maka guru menjelaskan situasi kognitif berbasis keterampilan proses sains
dan kondisi dari soal dengan cara lebih optimal dibandingkan pembelajaran
memberikan petunjuk-petunjuk atau berupa konvensional.
saran seperlunya, terbatas pada bagian- Dalam model pembelajaran konflik
bagain tertentu pada permasalahan yang kognitif berbasis keterampilan proses sains,
belum dipahami. Kegiatan ini memberikan proses dan hasil sama-sama penting.
kesempatan kepada siswa untuk Pembelajaran tidak berpusat pada guru
menghubungkan penjelasan yang diberikan melainkan pada siswa, sehingga siswa
oleh guru dengan permasalahan yang telah sendiri yang aktif untuk membangun
diberikan oleh guru. Siswa diajarkan agar pengetahuannya. Berbeda dengan
mampu berkosentrasi dalam pembelajaran konvensional yang lebih
mendengarkan informasi agar mampu menekankan kepada hasil. Selain itu,
memahami apa yang disampaikan pembelajaran berpusat pada guru.
sehingga mampu membantu siswa dalam Sehingga siswa cenderung pasif dan hanya
menyelesaikan masalah yang diberikan. menunggu informasi yang diberikan oleh
Langkah keempat, guru.
mengembangkan dan menyajikan hasil Pembelajaran konvesional tidak
karya, yaitu guru menyediakan waktu dan memberikan kesempatan kepada siswa
kesempatan kepada masing-masing untuk secara aktif mencari, menentukan
kelompok untuk mendiskusikan sekaligus menemukan jalan keluar dari
permasalahan yang sudah diberikan. Siswa masalah yang ditemui. Pengalaman yang
dilatih untuk mengeluarkan ide-ide yang dimiliki siswa serta lingkungan sekitar tidak
mereka miliki dalam kaitannya dengan dikaitkan ke dalam proses pembelajaran.
interaksi siswa dalam proses pembelajaran Oleh karena itu, pemahaman siswa
untuk mengoptimalkan pembelajaran. Pada terhadap konsep IPA lemah. Siswa
mengalami kesulitan dalam menggunakan keterampilan proses sains terhadap hasil
pengetahuan yang dimiliki untuk belajar IPA siswa Kelas IV Semester II.
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Hal Nilai rata-rata hasil belajar IPA yang
tersebut menyebabkan hasil belajar IPA dicapai oleh kelompok siswa yang
siswa pada kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran konflik kognitif
mengikuti pembelajaran konvensional, lebih berbasis keterampilan proses sains (79,76)
rendah dibandingkan dengan kelompok lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-
eksperimen yang mengikuti pembelajaran rata hasil belajar IPA yang dicapai
model konflik kognitif berbasis keterampilan kelompok siswa yang mengikuti
proses sains. pembelajaran konvensional (60,49).
Terdapat beberapa penelitian yang Adapun saran dalam penelitian ini
telah dilakukan dan memiliki hasil yang yaitu sebagai berikut. Kepada guru
sesuai untuk mendukung dilaksanakannya diharapkan guru hendaknya menerapkan
penelitian ini. Penelitian tersebut meliputi: model pembelajaran konflik kognitif
Penelitian yang dilakukan oleh Mila Rahayu berbasis keterampilan proses sains yang
dari Universitas Pendidikan Ganesha yang melibatkan siswa dengan masalah-masalah
berjudul: Pengaruh Model Pembelajaran yang berhubungan dengan dunia nyata.
Konflik Kognitif dengan Setting Model 5E Siswa juga dibiasakan untuk menemukan
Terhadap Pemahaman Konsep IPA Siswa dan menentukan sendiri penyelesaian
SMA Laboratorium Undiksha Singaraja masalah IPA dan Guru hendaknya
Tahun 2006. Hasil penelitian menunjukkan menerapkan pembelajaran yang berpusat
bahwa model Pembelajaran Konflik Kognitif kepada siswa, sehingga siswa dalam
dapat mempengaruhi pemahaman konsep belajar tidak hanya menunggu guru
IPA siswa. Maka melalui penelitian ini ingin memberikan informasi melainkan siswa
diketahui sejauh mana pembelajaran aktif dan memiliki keberanian dan rasa
Konflik Kognitif mempengaruhi pemahaman percaya diri. Keberanian dan rasa percaya
konsep siswa dalam mata pelajaran IPA. diri akan membantu siswa dalam
Penelitian yang dilakukan oleh I Ketut Ray pembelajaran. Kepada siswa diharapkan
Suega dari Universitas Pendidikan siswa hendaknya aktif dalam mengikuti
Ganesha yang berjudul: Penerapan pembelajaran dan tidak malu mengeluarkan
Pendekatan Keterampilan Proses Sains pendapat maupun gagasan dalam
untuk Meningkatkan Hasil belajarIPA Siswa memecahkan masalah-masalah yang
Kelas IV SD No.2 Kebon Padangan diberikan oleh guru, sehingga proses
Semester II Tahun Pelajaran 2009/2010. pembelajaran berjalan dengan lancar.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kepada peneliti selanjutnya diharpakan
pendekatan keterampilan proses sains materi pebelajaran yang digunakan dalam
dapat meningkatkan hasil belajarIPA. Maka penelitian ini hanya terbatas pada materi
melalui penelitian ini diketahui sejauh mana energi, sehingga untuk mengetahui
pendekatan keterampilan proses sains kemungkinan hasil yang berbeda pada
dapat meningkatkan hasil belajar IPA. materi lainnya, peneliti menyarankan
kepada peneliti selanjutnya untuk
PENUTUP melakukan penelitian yang sejenis pada
Berdasarkan hasil penelitian dan materi yang lain
pembahasan dapat dikemukakan
kesimpulan sebagai berikut. Terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA DAFTAR RUJUKAN
antara siswa yang mengikuti pembelajaran Jauhar, Mohammad. 2011. Implementasi
konflik kognitif berbasis keterampilan PAIKEM Dari Behavioristik sampai
proses sains dengan siswa yang mengikuti Kontruktivistik. Jakarta: Pustakaraya
pembelajaran konvensional pada siswa
kelas IV Sekolah Dasar Gugus Panglima Kurniahadi, Kusdian. 2010. Beyond
Besar Sudirman (nilai thit = 7,52 dan ttabel = Construktivism In The Proceedings
2,000) jadi thitung > ttabel, berarti ada pengaruh of the Third International Seminar on
pembelajaran konflik kognitif berbasis Misconceptions and Educational
Strategies in Science and Saondi, Ondi dan Suherman, Aris. 2010.
Mathematics Ittaca, N.Y., Etika Profesi Keguruan. Bandung:
Misconception Truts. (online), Refika Aditama
(http://faheipen.blogspot.com/2011/0 Semiawan, Conny dan Frieda,
5/pengembangan-strategi-konflik- Mangunsong. 2010. Keluarbiasaan
kognitif_30.html, diakses 14 Januari Ganda. Jakarta: Kencana
2013) Suastra, I Wayan. 2009. Pembelajaran
Mulyatiningsih, endang. 2012. Metode Sains Terkini. Singaraja: Universitas
Penelitian Terapan Bidang Pendidikan Ganesha
Pendidikan. Bandung: Alfabeta Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Fathurrohman, Pupuh dan Suryana, A.a. Suprijanto. 2007. Pendidikan Orang
2012. Guru Profesional. Bandung: Dewasa. Jakarta: Bumi Aksar
Refika Aditama Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran
Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran Kontekstual di Kelas. Jakarta:
IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Cerdas Pustaka
Indeks Yus, Anita. 2011. Penilaian Perkembangan
Sanjaya, W. 2005. Pembelajaran dalam Belajar Anak-anak Taman Kanak-
Implementasi Kurikulum Berbasis kanak. Jakarta: Kencana
Kompetensi. Jakarta: Bumi Akasara

Anda mungkin juga menyukai