Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA
antara siswa yang mengikuti model pembelajaran konflik kognitif berbasis keterampilan proses
sains dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV Sekolah
Dasar Gugus Panglima Besar Sudirman. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan
rancangan eksperimen Noneqivalent Control Group Design. Populasi penelitian adalah siswa
kelas IV Sekolah Dasar gugus Panglima Besar Sudirman. Dipilih 2 kelas yang terdiri dari 81
siswa sebagai sampel. Sampel dipilih dengan tehnik random sampling. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang
mengikuti model pembelajaran konflik kognitif berbasis keterampilan proses sains dengan
siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV (nilai thit = 7,52 dan ttabel
= 2,00) jadi thitung > ttabel. ). Maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara model pembelajarn konflik kognitif
berbasis keterampilan proses sains dengan model pembelajaran konvensional. Nilai rata-rata
hasil belajar IPA yang dicapai oleh kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran konflik
kognitif berbasis keterampilan proses sains (79,76) lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-
rata hasil belajar IPA yang dicapai kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional
(60,49). Ini berarti pemberian model konflik kognitif berbasis keterampilan proses sains
berpengaruh terhadap hasil belajar IPA.
Kata-kata kunci: Model Konflik Kognitif, Keterampilan Proses Sains, Hasil belajar IPA.
Abstract
Main purpose of this experiment is to know significanlly about the different of student whos
th
learning sains in 4 grade elemantary school Gugus Panglima Besar Sudirman between whos
used learning Konflik Kognitif Based Skill process sains and with student whos used
convensional learning. This expedition is an experiment noneqivalent control group disign. The
object of this expedition are students in 4th grade 5 elemantary schools in Gugus Panglima
Besar Sudirman. 2 classes chouse in totally81 students as a sample of this expedition by
random system. The file will be analysis from the result what the students has been learden
about sain. The final result of this expedition showing there is significanlly different between
boot system. The result is (value t hit > ttable ), student whos using Konflik Kognitif Based
Keterampilan Process Sains their average is 79,76 it’s higher than the students whos using
convensional learning system, the average is 60,49.
Key words: Learning Konflik Kognitif, Skill Process Sains, The Learning Result on studying
sains.
PENDAHULUAN
Seiring dengan kemajuan ilmu bergeser menjadi penekanan berfokus
pengetahuan alam dan teknologi, sistem pada nilai. (5) dari hanya buta aksara, maka
pendidikan nasional menghadapi tantangan di era globalisasi bertambah dengan
yang sangat kompleks dalam menyiapkan kurangnya pengetahuan di bidang
kualitas sumber daya manusia yang teknologi, budaya dan komputer. (6) dari
mampu bersaing di era global. Upaya yang sistem kerja terisolasi (sendiri-sendiri)
tepat untuk mempersiapkan sumber daya bergeser menjadi sistem kerja melalui tim
manusia yang berkualitas dan satu-satunya (team work) dan (7) dari konsentrasi
wadah yang dapat dipandang berfungsi eksklusif kompetitif menjadi sistem kerja
sebagai alat untuk membangun sumber sama.
daya manusia yang bermutu tinggi adalah Pendidikan telah diyakini sebagai
pendidikan. Pengetahuan dibangun dalam salah satu aspek pembangunan bangsa
pikiran manusia menggunakan struktur yang sangat penting untuk mewujudkan
kognitif dan kemampuan yang dimilikinya warga negara yang handal, profesional, dan
sebagai upaya beradaptasi terhadap berdaya saing tinggi. Di dalam dunia
masalah dan pengalaman yang dihadapi pendidikan, jalur pendidikan formal
dalam kehidupannya, dan sebagai upaya merupakan tempat yang sangat strategis
pembentukan skema-skema baru atau untuk meningkatkan kualitas sumber daya
memodifikasi informasi baru yang manusia. Pendidikan formal diharapkan
ditemuinya (Fathurohman dan Suryana, mampu memberikan kontribusi bagi
2012:5). Pembentukan pengetahuan pengembangan sumber daya manusia
menurut model kontruktivisme memandang melalui strategi, metode, dan pendekatan
subyek aktif menciptakan struktur-struktur yang digunakan pada mata pelajaran yang
kognitif dalam interaksinya dengan diajarkan.
lingkungan (Jauhar, 2011: 23). Pemrosesan Menurut Suastra (2009: 54)
lingkungan sebagai sumber belajar menjadi strategi dalam mensukseskan pendidikan
bagian yang sangat penting dalam IPA. menurut Komisi pendidikan abad 21 yaitu:
Misalnya, siswa ditugaskan mengamati 1) Learning to know, yang mengandung
lingkungan sekitar kemudian mencatat makna agar pelajar mampu menggali
hasilnya. informasi yang ada di sekitarnya dari
ledakan informasi itu sendiri. 2) Learning to
Situasi masyarakat yang selalu be, pelajar diharapkan mampu untuk
berubah, mengindikasikan bahwa mengenali dirinya sendiri, serta mampu
pendidikan tidak hanya berorientasi pada beradaptasi dengan lingkungannya. 3)
masa lalu dan masa kini, tetapi sudah Learning to do, yaitu berupa tindakan atau
seharusnya merupakan proses yang aksi untuk memunculkan ide yang berkaitan
mengantisipasi dan membicarakan masa dengan sains dan teknologi. 4) Learning to
depan. Pendidikan hanya melihat jauh ke life together, memuat bagaimana kita hidup
depan dan memikirkan apa yang akan dalam masyarakat yang saling bergantung
dihadapi peserta didik di masa yang akan antara yang satu dengan yang lain,
datang. Menurut pandangan Makagiansar, sehingga bersaing secara sehat dan
(dalam Trianto, 2008: 1) bahwa terdapat bekerja sama serta mampu untuk
tujuh macam pergeseran paradigma menghargai orang lain.
pendidikan di masyarakat, yaitu: (1) dari Berbagai upaya telah dilakukan
pola belajar secara terminal bergeser ke pemerintah dalam peningkatan kualitas
pola belajar sepanjang hayat (long life pendidikan. Upaya-upaya yang dimaksud
education). (2) dari belajar berfokus hanya mulai dari penelitian untuk meningkatkan
pada penguasaan pengetahuan saja kualitas guru melalui kegiatan pelatihan,
menjadi berfokus pada sistem belajar seminar dan kegiatan Musyawarah Guru
holistik. (3) dari hubungan antara guru dan Mata Pelajaran (MGMP), perbaikan sarana
pelajar yang senantiasa konfrontatif dan prasarana pendidikan, pengadaan
menjadi sebuah hubungan bersifat buku ajar atau bahan ajar sampai dengan
kemitraan. (4) penekanan skolastik peningkatan mutu manajemen sekolah. Di
sisi lain, peningkatan kualitas pendidikan alatnya untuk mencapai tujuan pendidikan
ditempuh dalam rangka mengantisipasi IPA khususnya. Salah satu sasaran yang
berbagai perubahan dan tuntutan dapat dicapai melalui pendidikan IPA
kebutuhan masa depan yang akan dihadapi adalah “pengertian IPA” itu sendiri. Jadi
siswa sebagai warga negara dan bangsa dapat disimpulkan IPA merupakan
agar mereka mampu berpikir global dan pengetahuan yang telah diuji kebenarannya
bertindak sesuai dengan karakteristik dan melalui metode ilmiah, dengan ciri objektif,
potensi lokal. sistematik, universal dan tentatif yang
Peran siswa dalam konteks pokok bahasannya adalah alam dan segala
pembelajaran adalah belajar dan mencari isinya.
sendiri arti dari apa yang mereka pelajari Pembelajaran IPA, terutama di
yang merupakan proses penyesuaian tingkat SD sebaiknya mengacu pada tingkat
konsep ide-ide baru dengan kerangka perkembangan usia pada masa itu, yaitu
berpikir yang telah ada dalam pikiran tahap operasional konkret dan operasional
mereka dan siswa sendirilah yang formal. Menurut Piaget (dalam Sanjaya,
bertanggung jawab atas hasil belajarnya. 2005: 62), proses belajar merupakan
Suatu tujuan pembelajaran dapat tercapai interaksi individu dengan lingkungannya.
sesuai dengan yang diharapkan apabila Artinya dalam proses pembelajaran masih
model pembelajaran sesuai dengan materi membutuhkan benda-benda nyata, karena
yang diberikan oleh seorang guru. Dengan proses berpikir siswa belum sepenuhnya
demikian pemilihan sebuah model bersifat abstrak. Memanfaatkan benda-
pembelajaran merupakan bagian penting benda yang dekat dengan siswa serta
dalam merencanakan atau mendesain menghubungkannya dengan permasalahan
pembelajaran, agar terjadi interaksi antara sehari-hari akan membantu mereka untuk
siswa dengan guru, siswa dengan siswa berpikir logis dan sistematis, sehingga
maupun siswa dengan sumber belajar proses pembelajaran mata pelajaran IPA
lainnya. dapat berlangsung lebih hidup dan konsep
IPA Dapat disebut sebagai ilmu yang didapatkan tidak abstrak.
tentang alam, ilmu yang mempelajari Dalam mempelajari IPA, dianjurkan
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini tidak hanya sekadar menghafal, tetapi agar
(Samatowa, 2011: 3). Manusia dan dapat memahami dan menghubungkan
lingkungan merupakan sumber, obyek dan atau menerapkannya ke dalam situasi baru
subyek IPA. Secara sederhana dapat atau situasi nyata yang ada dilapangan
dikatakan bahwa IPA merupakan (Suprijanto, 2007:26). Agar pembelajaran
pengalaman individu manusia yang oleh IPA menjadi bermakna dan dapat
masing-masing individu itu dirasakan atau meningkatkan hasil belajar maka guru
dimaknai berbeda atau sama. Oleh karena harus mampu memilih model pembelajaran
itu, dengan latar belakang pengalaman yang tepat dan sesuai dengan karakteristik
berbeda, hal serupa mungkin dimaknai materi pelajaran. Pemilihan model
berbeda oleh individu yang berbeda. Hal pembelajaran adalah salah satu hal yang
semacam itu harus kita terima sebagai penting dalam usaha untuk memotivasi
suatu realita yang perlu dihargai karena siswa untuk belajar IPA. Salah satu model
dengan perbedaan atau kesamaan pembelajaran yang dapat digunakan oleh
pandang dan rasa itulah sebenarnya IPA guru adalah model pembelajaran konflik
berkembang. Namun, ketika kita kognitif berbasis keterampilan proses sains.
mengamati sesuatu yang sama diperoleh Melalui sintaks model pembelajaran konflik
tentang sesuatu tadi. Semakin banyak kognitif berbasis keterampilan proses sains,
individu yang menyatakan kesamaan pengalaman belajar akan dirancang dan
pandang dan kesimpulan tentang sesuatu alur berpikir siswa akan dibentuk.
yang sama tadi, semakin kita yakin bahwa Pembelajaran IPA sangat erat kaitannya
yang kita pikirkan itu benar. dengan keterampilan proses sains, oleh
Pendidikan IPA merupakan salah karena itu guru dapat menerapkan
satu aspek pendidikan dengan keterampilan proses sains dalam pelajaran
menggunakan IPA sebagai salah satu IPA. Guru sebagai penilai dituntut untuk
memiliki kemampuan (kompetensi dapat dibuktikan dengan hasil belajar
melaksanakan penilaian, guru harus sebelumnya pada tahun ajaran 2011/2012
memahami konsep penilaian, mengenal pada mata pelajaran IPA masih dibawah
alat-alat penilaian yang dapat digunakan standar ketuntasan 7.00. Persoalannya
dalam berbagai bentuk, media dan langkah- bukan hanya karena kemampuan siswa
langkah pembelajaran. (Yus, 2011: 13). yang rendah, namun perlu dikaji hal yang
Guru merupakan ujung tombak pendidikan paling mendasar dalam pengaruh
sebab secara langsung berupaya rendahnya hasil belajar siswa. Berdasarkan
mempengaruhi, membina dan hal tersebut teridentifikasi masalah seperti:
mengembangkan peserta didik, sebagai (1) rendahnya hasil belajar IPA siswa (2)
ujung tombak, guru dituntut memiliki strategi guru dalam membelajarkan siswa
kemampuan dasar yang diperlukan sebagai masih belum optimal. (3) guru kurang
pendidik, pembimbing dan pengajar dan menguasai model pembelajaran yang
kemampuan tersebut tercermin pada inovatif dan kreatif. Berangkat dari berbagai
kompetensi guru (Saondi dan Suherman, permasalahan yang ditemukan dilapangan
2010: 3). Jadi guru menjadi sumber dan upaya untuk mengantisipasinya, maka
pemberi informasi utama dengan cara dipandang perlu menerapkan suatu
mengubah cara mengajar guru secara pembelajaran yang tepat guna menunjang
efektif menuntut prakarsa dan tanggung strategi pembelajaran yang lebih
jawab serta waktu maupun energi, karena mengaktifkan siswa serta dapat
ini berarti pengembangan profesional guru mengembangkan hasil belajar IPA.
dan siswa dapat ditingkatkan (Semiawan Belajar sains khususnya IPA
dan Mangunsong, 2010: 120). memerlukan proses sains dalam
Alasan-alasan yang melandasi pembentukan konsep, prinsip atau hukum.
perlunya diterapkan keterampilan proses Mata pelajaran IPA mencangkup dua hal,
sains adalah sebagai berikut: (1) yaitu IPA sebagai produk dan IPA sebagai
perkembangan ilmu pengetahuan proses. IPA sebagai produk meliputi
berlangsung cepat sehingga tidak mungkin sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas
lagi para guru mengajarkan semua fakta fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-
dan konsep kepada siswa. (2) para ahli prinsip IPA. IPA sebagai proses meliputi
psikologi sependapat bahwa anak-anak keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap
mudah memahami konsep-konsep yang yang dimiliki oleh para ilmuwan (saintis).
rumit dan abstrak jika disertai dengan Keterampilan-keterampilan inilah yang
contoh-contoh yang konkret dan abstrak. disebut sebagai keterampilan proses sains.
(3) penemuan ilmu pengetahuan tidak (Suastra, 2009:63). Untuk itu pembelajaran
bersifat mutlak benar seratus persen, IPA di sekolah diharuskan taat pada proses
penemuannya bersifat relatif. (4) dalam sains agar tidak terjadi salah konsep atau
proses belajar mengajar seyogyanya miskonsepsi. Miskonsepsi dapat terjadi
pengembangan konsep tidak dilepaskan karena setiap siswa mempunyai konsepsi
dari pengembangan sikap dan nilai dalam awal tentang suatu peristiwa atau gejala
diri anak didik. (Suastra, 2009:64) yang diamati tetapi bertentangan dengan
Menurut hasil wawancara dengan konsep ilmuwan. Untuk itu guru harus
guru kelas di SDN 24 Dauh Puri sebagai berusaha dalam pembelajaran untuk
kelompok eksperimen dan SDN 6 Dauh mengetahui konsepsi awal siswa dan
Puri Sebagai Kelompok kontrol, dalam memodifikasi atau mengklarifikasi agar
proses pembelajaran, materi pembelajaran sesuai dengan konsepsi ilmuan.
disampaikan dengan cara dalam mengajar Pembelajaran yang dapat
guru hanya menggunakan metode mengklarifikasi atau memodifikasi konsepsi
ceramah, tanya jawab dan tugas individu. siswa salah satu alternatifnya adalah
Hal ini dilakukan karena terbatasnya menggunakan model pembelajaran konflik
pengetahuan guru tentang media kognitif berbasis keterampilan proses sains.
pembelajaran dan cara-cara mengajar yang Menurut Munandar (1977:45) dalam
inovatif dan kreatif sehingga pembelajaran praktiknya pembelajaran konflik kognitif
di kelas tidak berlangsung optimal. Hal ini berbasis keterampilan proses sains
dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu: menyiapkan hasil karya (diskusi), dan
(1) Orientasi siswa kepada konflik, yaitu membantu mereka untuk berbagi tugas
guru menjelaskan tujuan pembelajaran, dengan temannya. Dengan adanya
menjelaskan sumber belajar yang kegiatan diskusi ini siswa dapat
dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat aktif mengeluarkan pendapat dengan cara
dalam pemecahan konflik dan mencari mengkomunikasikan hasil penelitian
kebenaran konsep. Dalam pembelajaran ini masing-masing kelompok sehingga akan
siswa diharapkan dapat menerapkan terjadi umpan balik dari masing-masing
konsep dari masalah yang diberikan oleh kelompok untuk mengajukan pertanyaan
guru. Misalnya siswa mampu menerapkan dan menemukan jawaban yang benar dari
konsep dengan menghubungkan konsep masalah yang diberikan oleh guru. (5)
yang satu dengan yang lainnya dari Menganalisis dan mengevaluasi, yaitu guru
masalah yang diberikan oleh guru. (2) membantu siswa untuk melakukan refleksi
Mengorganisasi siswa untuk belajar, yaitu atau evaluasi terhadap penyelidikan
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mereka dan proses yang mereka lakukan.
mengorganisasi tugas belajar yang Model pembelajaran konflik kognitif
berhubungan dengan konflik. berbasis keterampilan proses sains
Dalam pembelajaran siswa mampu merupakan model pembelajaran yang
mengkomunikasikan konflik yang sudah berusaha memberikan pengubahan
diberikan oleh guru dengan kelompoknya, miskonsepsi siswa yang dibuktikan
sehingga siswa mampu menyajikan data kesalahannya setelah mereka melakukan
dan informasi dalam bentuk lisan dan pengamatan secara langsung dengan
tulisan, menyajikan data dan informasi menggunakan keterampilan-keterampilan di
dalam bentuk model, gambar, grafik, dalam proses belajar. Dengan demikian,
diagram dengan tabel, dan lain-lain. (3) miskonsepsi siswa tergoyahkan dan
Membimbing penyelidikan individu maupun diarahkan menuju konsepsi ilmiah (konsep
kelompok, yaitu guru mendorong siswa yang benar). Konflik dapat dilihat dari dua
untuk mengumpulkan informasi yang pandangan, yaitu: “pertama, pendapat yang
relevan dengan cara mengamati objek yang berhaluan tradisional atau lama, dan kedua,
dijadikan masalah, mengelompokkan pandangan modern atau baru.” Menurut
dengan mencari persamaan atau pandangan lama, konflik itu pada dasarnya
perbedaan dengan cara membandingkan adalah jelek dan tidak perlu terjadi, bahkan
satu objek dengan objek lainnya atau suatu harus dihindarkan dan paling tidak perlu
peristiwa dengan peristiwa lainnya, dibatasi.Model pembelajaran konflik kognitif
sehingga siswa dapat mengumpulkan berbasis keterampilan proses sains
informasi sebanyak-banyaknya. memiliki aspek keterampilan proses yang
Melaksanakan eksperimen dengan cara dapat dikembangkan untuk siswa SD pada
mengamati objek yang akan diteliti. Proses GBPP IPA kurikulum 1994 terdiri dari 8
mengamati dapat dilakukan dengan (delapan) aspek yaitu meliputi keterampilan
menggunakan indra kita, tetapi tidak mengamati, melakukan percobaan,
menutup kemungkinan pengamatan mengelompokkan, menafsirkan hasil
dilakukan dengan menggunakan alat-alat percobaan, meramalkan, menerapkan,
misalnya termometer, timbangan, atau mengkomunikasikan, dan mengajukan
mikroskop, dalam penelitian siswa dapat pertanyaan. (Samatowa, 2011: 94).
menggunakan alat dan bahan selama Konflik Kognitif merupakan salah
percobaan berlangsung akan menambah satu bentuk model pembelajaran inovatif
pengalaman belajar siswa. Pengalaman yang menekankan pada partisipasi siswa
menggunakan alat merupakan pengalaman dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri
konkret siswa selama proses belajar. informasi materi pelajaran yang akan
Diskusi internal untuk mendapatkan dipelajari melalui bahan-bahan yang
penjelasan dan pemecahan tersedia (Suastra, 2009:164). Konflik
masalah/konflik. (4) Mengembangkan dan kognitif diberikan kepada siswa agar siswa
menyajikan hasil karya, yaitu guru dapat mengubah miskonsepsi-miskonsepsi
membantu siswa merencanakan dan siswa menuju konsepsi ilmiah, maka
diperlukan strategi pengubahan konseptual Terhadap Hasil belajar IPA Siswa Kelas IV
yang tepat diberikan pada saat yang tepat Semester II Sekolah Dasar Gugus
pula. Pengubahan konseptual dapat Panglima Besar Sudirman Tahun Pelajaran
dilakukan dengan menyajikan konflik 2012/2013”.
kognitif, konflik yang diberikan kepada Adapun tujuan penelitian ini adalah
siswa harus mampu menggoyahkan untuk mengetahui perbedaan yang
miskonsepsi yang diterima oleh siswa di signifikan hasil belajar IPA antara siswa
dalam proses pembelajaran (Suastra, yang dibelajarkan melalui Model
2009:164). Dalam pembelajaran model Pembelajaran Konflik Kognitif Berbasis
Konflik kognitif siswa di bentuk ke dalam Keterampilan Proses Sains dengan siswa
beberapa kelompok, setelah kelompok yang dibelajarkan melalui Pembelajaran
terbentuk siswa diberikan permasalahan Konvensional pada kelas IV Semester II
yang akan dipecahkan oleh masing-masing Sekolah Dasar Gugus Panglima Besar
kelompok. Model pembelajaran konflik Sudirman Tahun Pelajaran 2012/2013.
kognitif ini juga menekankan pentingnya
aliran informasi dua arah antara guru dan METODE
siswa sehingga tidak terjadi miskonsepsi. Jenis penelitian yang dilaksanakan
Jadi dengan model pembelajaran konflik dalam penelitian ini adalah penelitian
kognitif suasana belajar terasa lebih efektif. kuantitatif dengan desain penelitian ini
Kerjasama kelompok dalam pembelajaran menggunakan desain eksperimen semu
dapat membangkitkan semangat siswa (quasi eksperimen) dengan rancangan
untuk memiliki keberanian dalam eksperimen yaitu baik kelompok
mengemukakan pendapat dan berbagai eksperimen maupun kelompok kontrol
informasi dengan teman lainnya dalam tanpa diacak atau Noneqivalent Control
membahas materi pembelajaran. Group Design. Pemilihan desain ini
Namun terkadang ketika siswa disesuaikan dengan kelas subjek yang
menggali informasi siswa merasa bosan telah ditentukan oleh sekolah. Pada
hanya dengan buku paket yang disediakan dasarnya penelitian ini bertujuan untuk
guru. Hal ini mengakibatkan siswa hanya mengetahui perbedaan model
aktif beberapa saja yaitu ketua kelompok pembelajaran Konflik Kognitif berbasis
dan yang membaca buku saja. Muncul keterampilan proses sains terhadap hasil
inisiatif peneliti untuk mencoba meneliti dan belajar IPA siswa.
mengembangkan model pembelajaran Populasi adalah wilayah
Konflik kognitif berbasis keterampilan generalisasi yang terdiri dari objek atau
proses sains dengan mengembangkan subjek yang mempunyai kualitas dan
situasi ketika siswa diberikan masalah karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
terhadap apa yang akan di pelajari peneliti untuk dipelajari dan kemudian
sehingga hasil belajar siswa dapat ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:
meningkat. 117). Populasi dalam penelitian ini adalah
Berdasarkan teori dan kenyataan seluruh siswa kelas IV Sekolah Dasar
itulah, peneliti sangat tertarik untuk Gugus Panglima Besar Sudirman,
mengadakan penelitian guna melihat Denpasar Selatan Tahun Pelajaran
pengaruh penggunaan model pembelajaran 2012/2013.
konflik kognitif berbasis keterampilan Sampel adalah bagian dari jumlah
proses sains dalam pembelajaran IPA . dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD tersebut (Sugiyono, 2009:118). Dalam
menekankan pada pemberian pengalaman melakukan pemilihan sampel penelitian,
belajar secara langsung melalui tidak dapat dilakukan pengacakan individu
penggunaan dan pengembangan karena tidak bisa mengubah kelas yang
keterampilan proses sains dan hasil belajar terbentuk sebelumnya dan kelas IV yang
IPA. Untuk itu dipandang perlu diadakan dijadikan sampel berada pada sekolah yang
penelitian lebih seksama tentang “Pengaruh berbeda-beda. Kelas dipilih sebagaimana
Model Pembelajaran Konflik Kognitif telah terbentuk tanpa adanya campur
Berbasis Keterampilan Proses Sains tangan peneliti dan tidak dilakukan
pengacakan individu, dengan tujuan untuk terikat (Mulyatiningsih, 2012: 88). Variabel
mencegah kemungkinan subjek bebas yang dimaksud dalam penelitian ini
mengetahui dirinya dilibatkan dalam adalah model pembelajaran Konflik kognitif
penelitian sehingga penelitian ini benar- berbasis keterampilan proses sains dengan
benar menggambarkan pengaruh perlakuan pembandingnya pembelajaran
yang diberikan. konvensional. Sedangkan variabel terikat
Berdasarkan karakteristik populasi (dependen) merupakan variabel yang
dan tidak bisa dilakukan pengacakan mempengaruhi atau yang menjadi akibat
individu, maka pengambilan sampel pada karena adanya variabel bebas (Sugiyono,
penelitian ini dilakukan dengan teknik 2009: 4). Variabel terikat dalam penelitian
random sampling, yang dirandom adalah ini adalah hasil belajar IPA.
kelas. Sebelum menentukan sampel
terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat untuk HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
penyetaraan kelompok. Setelah ditemukan
dua kelompok yang setara dilanjutkan Hasil
dengan penentuan kelompok eksperimen Uji normalitas data dilakukan pada
dan kelompok kontrol. Dalam penelitian ini kelompok eksperimen dan kelompok
yang menjadi sampel penelitian adalah kontrol. Menggunakan Chi-Square pada
SDN 24 Dauh Puri kelas IV semester II taraf signifikansi 5%. Sebaran Data
sebagai kelompok eksperimen dan SDN 6 Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Dauh Puri kelas IV semester II sebagai Kontrol
Kelompok Kontrol. Berikut ini adalah tabel Data kelompok eksperimen dan
distribusi sampel pada penelitian ini . kelompok kontrol dalam penelitian ini
Penelitian ini melibatkan variabel adalah data hasil belajar siswa kelas IVA
bebas dan variabel terikat yang dijelaskan SDN 24 Dauh Puri. Rata-rata, standar
sebagai berikut. Variabel bebas deviasi, dan banyak subyek kelompok
(independen) merupakan variabel yang eksperimen dan kelompok kontrol disajikan
mempengaruhi atau yang menjadi sebab pada tabel 1.
perubahannya atau timbulnya variabel
Tabel 1. Rekapitulasi hasil belajar IPA
Statistik Hasil belajar IPA
Kelompok Kelompok Kontrol
Eksperimen
Rata-rata 79,76 60,49
Standar Deviasi 12.27 13,31
Banyak Subyek 40 41