Disusun oleh:
Fatkhussarifin
14.0305.0069
A. Judul Proposal
Studi Korelasi Antara Kesiapan Belajar Siswa Terhadap Keaktifan Siswa
didalam Pembelajaran IPA Kelas V SD Muhammadiyah Pujotomo Mertoyudan
B. Latar Belakang
Perkembangan zaman sekitar kita dalam berbagai aspek kehidupan,
dilatar belakangi oleh pesatnya kemajuan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi). Perkembangan-perkembangan tersebut menimbulkan berbagai
tantangan terutama tantangan bagi perkembangan manusia. Pendidikan
merupakan salah satu cara atau usaha manusia untuk mempersiapkan dan
menghadapi berbagai tantangan tersebut.
Pendidikan sendiri merupakan proses pembentukan kepribadian
manusia. Pendidikan pada umumnya bertujuan untuk membentuk manusia yang
bermoral dan berilmu. Dalam usaha mewujudkan tujuan pendidikan tidak lepas
dari peranan seorang guru disekolah. Bagaimana cara guru mengelola seluruh
elemen yang ada di sekolah, seperti pembelajaran dikelas, siswa, materi,
maupun kultur sekolah sehingga tercipta keadaan yang membuat siswa selalu
dalam proses belajar. Proses belajar ini harus dikelola dengan baik, karena
mengelola pembelajaran merupakan tugas pokok seorang guru. Sebagaimana
disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen Pasal 35 ayat (I).
Dimyati dan Mudjiono, dalam Belajar dan Pembelajaran, (2002:29)
menyebutkan bahwa pembelajaran merupakan aktivitas pendidik atau guru
secara terpogram melalui desain instruksional agar peserta didik dapat belajar
secara aktif dan lebih menekankan pada sumber belajar yang disediakan. Nana
Sudjana, dalam Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (2009:180) juga
menyebutkan bahwa pembelajaran ialah upaya yang sistematik dan sengaja
untuk menciptakan kegiatan interaksi yang edukatif antara guru dan peserta
didik. Dari dua pengertian diatas bisa diketahui bahwa tugas pembelajaran
adalah sebuah upaya guru secara terencana dan disengaja untuk membuat siswa
belajar.
disini yang baik yang bersifat fisik maupun mental. Dapat dikatakan bahwa
keaktifan siswa adalah proses kesibukan pada diri siswa untuk berfikir dalam
belajar, memberikan respon terhadap suatu stimulus dengan pengalaman yang
sudah merka dapatkan dan mereka kuasai sebelumnya. Oemar Hamalik, dalam
Kurikulum dan Pembelajaran (2007:137) mengatakan bahwa keaktifan siswa
merupakan inti dari kegiatan belajar, keaktifan belajar ini terjadi dan terdapat
pada semua perbuatan belajar, tetapi kadarnya yang berbeda tergantung pada
kegiatanya, materi yang dipelajari dan tujuan yang hendak dicapai.
Berdasarkan teori di atas penulis memberikan sebuah asumsi tentang
kesiapan belajar siswa dan keaktifan siswa didalam proses pembelajaran, bahwa
ada hubungan antara kesiapan belajar siswa dengan keaktifan siswa didalam
proses pembelajaran. Maksudnya adalah setiap siswa yang telah memiliki
kesiapan belajar ketika proses pembelajaran dilaksanakan maka siswa akan
cenderung aktif dalam memberikan beragam bentuk respons (seperti; bertanya,
meyampaikan pendapat, menjawab soal atau pertanyaan, melakukan diskusi,
memilki perhatian terhadap materi dan sebagainya) terhadap suatu stimulus atau
materi dari guru dalam pembelajaran dikelas.
Melihat latar belakang masalah seperti di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan sebuah penelitian tentang hubungan (studi korelasi). Penelitian ini
berusaha untuk mengetahui adakah hubungan antara kesiapan belajar siswa
terhadap keaktifan siswa didalam pembelajaran IPA Kelas V SD
Muhammadiyah Pujotomo Mertoyudan.
C. Identifikasi Masalah
Dengan latar belakang diatas, penelitian ini berusaha untuk mengetahui,
adakah hubungan yang positif antara kesiapan belajar siswa terhadap keaktifan
siswa didalam pembelajaran IPA kelas V SD Muhammadiyah Pujotomo
Mertoyudan. Kemudian sejauh mana hubungan kesiapan belajar dengan
keaktifan siswa didalam pembelajaran IPA kelas V SD Muhammadiyah
Pujotomo Mertoyudan (signifikan atau rendah).
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang positif
dan signifikan antara kesiapan belajar siswa terhadap keaktifan siswa didalam
pembelajaran IPA Kelas V SD Muhammadiyah Pujotomo Mertoyudan.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian korelasional, yaitu studi korelasi
signifikan antara kesiapan belajar siswa terhadap keaktifan siswa didalam
pembelajaran IPA Kelas V SD Muhammadiyah Pujotomo Mertoyudan ini
adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Diharapkan penelitian ini menambah perbendaharaan pustaka dan
memberikan wawasan bagi pembaca, serta dapat digunakan sebagai literatur
dalam pelaksanaan penelitian di masa yang akan datang.
2. Manfaat praktis
a) Peneliti
Memberikan wawasan atau pengalaman dalam melakukan penelitian
tentang studi korelasi antara kesiapan belajar siswa terhadap keaktifan siswa
didalam pembelajaran IPA Kelas V SD Muhammadiyah Pujotomo
Mertoyudan.
b) Pendidik
Dengan penelitian ini, besar harapan guru dapat mengetahui hubungan
antara
kesiapan
belajar
siswa
dengan
keaktifan
siswa
didalam
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Keaktifan
a) Pengertian Keaktifan
Proses pembelajaran pada hakikatnya untuk mengembangkan
aktivitas dan kreatifitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan
pengalaman belajar. Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang
penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan
yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu
rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2001:98). Belajar yang
berhasil harus melalui berbagai macam aktifitas, baik aktifitas fisik maupun
psikis. Aktifitas fisik adalah siswa giat aktif dengan anggota badan,
membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, siswa tidak hanya duduk dan
mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktifitas
psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya
atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran.
Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk
mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun
pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam
proses pembelajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia aktif berarti
giat (bekerja, berusaha). Rousseau (dalam Sardiman, 1986:95) menyatakan
bahwa setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa ada aktifitas
proses pembelajaran tidak akan terjadi. Mc Keachie (dalam Dimyati,
2009:45) menyatakan berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan
bahwa individu merupakan manusia belajar secara aktif dengan selalu
ingin tahu. Segala pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan
sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri
dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknik.
Dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam belajar merupakan
segala kegiatan yang bersifat fisik maupun non fisik siswa dalam proses
c) Prinsip-Prinsip Keaktifan
Menurut W. Gulo (2002:76) prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan
dalam
usaha
menciptakan
kondisi
belajar,
supaya
siswa
dapat
masalah
dan
mempunyai
kegiatan
untuk
mampu
menyelesaikannya.
Berdasarkan uraian di atas, dalam membangun suatu aktivitas dalam
diri para siswa, hendaknya guru memperhatiakan dan menerapkan beberapa
prinsip di atas. Dengan begitu para siswa akan terlihat keaktifannya dalam
belajar dan juga mereka dapat mengembangkan pengetahuannya. Jadi
siswalah yang berperan pada saat pembelajaran sedang berlangsung. Guru
hanya membuat suasana belajar yang menyenangkan, agar siswa bisa aktif
dalam pembelajaran, jadi mereka tidak hanya diam pada saat pelajaran
sedang berlangsung.
Sukses
2) Motivasi
Motivasi diakui sebagai hal yang sangat penting bagi pelajaran di
sekolah, setidaknya anak itu harus mempunyai motivasi untuk belajar di
sekolah. Menurut Skinner (1968) masalah motivasi bukan soal
memberikan motivasi, akan tetapi mengatur kondisi belajar sehingga
memberikan reinforcement. Motivasi yang dianggap lebih tinggi
tarafnya dari pada penguasaan tugas. Motivasi ini lebih mantap dan
memberikan dorongan kepada sejumlah besar kegiatan, termasuk yang
berkaitan dengan pelajaran sekolah.
3) Perkembangan Kematangan
Dapat tidaknya seorang anak belajar sesuatu juga ditentukan oleh
taraf kematangan dan kesiapannya, ada hal-hal yang tidak dapat
dilakukan oleh anak usia empat tahun dan dapat dilakukan oleh anak
usia delapan tahun, karena badannya cukup jauh. Dapat juga dikatakan,
bahwa perbedaan dalam perkembangan kesiapan anak disebabakan oleh
perbedaan dalam keterampilan intelektual yang telah dipelajari
sebelumnya. Maksudnya adalah dalam suatu pembelajaran di sekolah
materi pembelajarannya harus sesuai dengan pengetahuan siswa atau
taraf kematangannya sehingga siswa siap untuk menerima pelajaran.
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau reaksi.
Kesediaan itu timbul dalam diri seseorang dan juga berhubungan
dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk
melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses
belajar, karena siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka
hasil belajarnya akan lebih baik.
d) Indikator Kesiapan
Zaskiah daradjat, dalam Metodik Khusus Pengejaran (2008, 276277) menyatakan bahwa belajar yang baik memerlukan beberapa syarat
yang untuk dipenuhi. Pemenuhan syarat-syarat itu banyak tergantung dari
bantuan orang tua dan guru, tetapi adalah menjadi tugas siswa atau anak
untuk mengenalnya, sehingga siswa dapat memelihara dan membina unsurunsur yang termasuk kedalam syarat-syarat yaitu:
1) Kesehatan jasmani, artinya siswa harus memperhatikan dan memelihara
kesehatan jasmaninya, sehingga siswa terbebas dari segala penyakit
jasmaniah yang dapat mengganggu belajar.
2) Kesehatan mental atau rohani, artinya siswa harus memelihara dan
memperhatikan serta menjaga kesehatan mentalnya, sehingga siswa
tidak dapat atau mengidap gangguan emosional dan senantiasa tenang
serta stabil dalam belajar.
3) Tempat belajar yang menyenangkan, artinya siswa harus senantiasa
menjaga dan mengembengkan tempat dimana siswa belajar, sehingga ia
merasa senang belajar ditempat tersebut. Tempat itu bersih dan sehat,
sehingga menjadi betah.
4) Lingkungan yang tenang, artinya siswa harus memilih dan membina
lingkungan atau suasana, sehingga dapat belajar dengan tenang,
terbebas dari segala hiruk-pikuk yang mengganggu.
5) Tersedia cukup bahan dan alat bantu yang diperlukan, artinya siswa
harus senantiasa menyediakan segala bahan dan alat bantu belajar bagi
dirinya serta menjaga, memelihara dan menyimpannya dengan baik.
Agar dapat digunakan sebagaimana mestinya, jika diperlukan pada
waktunya.
B. Kerangka Teori
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mengamati dua variabel, sesuai
dengan masalah dan judul penelitian. Variabel tersebut adalah Kesiapan Belajar
siswa {(X) variabel bebas} dan Keaktifan Belajar {(Y) variabel terikat). Penelitian
ini merupakan penelitian kuantitatif jenis korelasional, yakni untuk mengetahui
apakah ada hubungan antara variabel X terhadap variabel Y di kelas V (Lima) SD
Muhammadiyah Pujotomo mertoyudan pada mata pelajaran IPA.
Keaktifan belajar merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan
proses pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental,
yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan
(Sardiman, 2001:98). Belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktifitas,
baik aktifitas fisik maupun psikis. Aktifitas fisik adalah siswa giat aktif dengan
anggota badan, membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, siswa tidak hanya
duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktifitas
psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau
banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran. Sikap inilah yang disebut sebagai
keaktifan siswa dalam pembelajaran.
Beberapa ciri siswa yang aktif disebutkan dalam Sardiman (1998:99) adalah
siswa yang mampu melakukan beberapa aktifitas berikut: Visual Aktivities,
merupakan aktifitas dengan alat penglihatan seperti membaca, memperhatikan
gambar, percobaan dan sebagainya, ciri selanjutnya disebut Oral activities,
merupakan aktivitas verbal seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi. Kemudian
Listening activities, meruakan aktivitas yang berhubungan dengan alat pengengaran
sebagai contoh
Mental
activities
sebagai
contoh:
menanggapi,
mengingat,
adalah Emotional activities, seperti: menaruh minat, tidak merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, tenang.
Kesemua ciri diatas sebagai siswa aktif dalam suatu pembelajaran
cenderung bisa dilakukan oleh siswa yang memiliki kesiapan belajar (variabel X).
Seperti disebutkan Zaskiah daradjat, dalam Metodik Khusus Pengejaran (2008,
276-277) bahwa beberapa indikator kesiapan adalah sebagai berikut: (1) Kesehatan
jasmani, maksudnya siswa dalam kondisi sehat bebeas dari ganguuan penyakit dan
masalah kesehatan, sehingga siswa memiliki kekuatan untuk belajar. (2) Kesehatan
mental atau rohani, artinya siswa tidak mengidap gangguan emosional dan
senantiasa tenang serta stabil dalam belajar. (3) Tempat belajar yang
menyenangkan, artinya siswa harus senantiasa menjaga dan mengembengkan
tempat dimana siswa belajar, sehingga ia merasa senang belajar ditempat tersebut.
(4) Lingkungan yang tenang, artinya siswa harus memilih dan membina lingkungan
atau suasana, dapat belajar dengan tenang. (5) Tersedia cukup bahan dan alat bantu
yang diperlukan, artinya siswa memilki segala bahan dan alat bantu belajar bagi
dirinya sehingga dapat mempergunakan untuk belajar.
Dengan melihat beberapa ciri dari variabel X (keaktifan siswa) dan
menghubungkan dengan variabel Y (indikator kesiapan belajar), dapat kita ketahui
bahwa kesiapan belajar, seperti kesehatan jasmani, kesehatan mental atau rohani,
tempat belajar yang menyenangkan, lingkungan yang tenang, serta tersedia cukup
bahan dan alat bantu belajar akan memberikan pengaruh terhadap keaktifan siswa
dikelas, seperti mampu berperlaku aktif dalam bentuk Visual Aktivities, Oral
activities, Listening activities, Writing activities, Drawing activities, Motor
activities, Mental activities Emotional activities. Sehingga bisa di asumsikan bahwa
siswa yang memilki kesiapan belajar yang tinggi akan mampu berperilaku aktif di
dalam pembelajaran semakin mereka siap belajar, respon mereka akan semakin
tinggi.
Kerangka Teori
(Hubungan Antara Variabel X dengan Variabel Y)
C. Hipotesis
Menurut PPKI (2000:12) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
masalah penelitian yang secara teoritis dianggappaling mungkin dan paling tinggi
tingkat kebenarannya. Sehubungan dengan permasalahan peneltian ini, yaitu ada
atau tidaknya hubungan antara kesiapan belajar dengan keaktifan belajar siswa IPA
dikelas V SD Muhammadiyah Pujotomo Mertoyudan.
Hipotesis pada penelitian ini dirumuskan menjadi Ha (hipotesis Alternatif)
dan Ho (Hipotesis Nihil), yaitu sebagai berikut:
Ha: Ada hubungan yang signifikan antara kesiapan belajar siswa terhadap
keaktifan siswa didalam proses pembelajaran.
Ho: tidak ada hubungan yang signifikan antara kesiapan belajar siswa terhadap
keaktivan siswa didalam proses pembelajaran.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. METODOLOGI
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif karena peneliti akan
mencoba mengambil data di lapangan, yakni data tentang kesiapan belajar siswa
kelas V SD Muhammadiyah Pujotomo Mertoyudan dan data keaktifan siswa
didalam pembelajaran IPA pada kelas V SD Muhammadiyah Pujotomo
Mertoyudan melalui teknik pengambilan data tertentu yang sudah peneliti siapkan.
Selanjutnya data hasil dari lapangan akan diolah dan dihitung dengan bantuan
program pengolah data statistik.
Rancangan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian korelasional
yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dua variabel atau lebih.
Seperti yang disampaikan oleh Masyud (2010:89) yang menyatakan bahwa,
penelitian korelasional adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeteksi ada
tidaknya atau sejauh mana variasi-variasi pada suatu variabel berhubungan dengan
variasi-variasi pada satu atau lebih variabel lainya berdasarkan pada koefisien
korelasi.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksankan pada tanggal 01 februari sampai dengan 30
maret 2017, dan berlokasi di SD Muhammadiyah Pujotomo Mertoyudan, Santan,
Sumberrejo, Mertoyudan, Kabupaten Magelang.
B. IDENTIFIKASI PENELITIAN
1. Variable penelitian
Hatch dan Farhadi (dalam Sugiono, 2001:21) mengemukakan bahwa
Variabel dapat didefinisikan sebagai atribut dari seseorang atau obyek yang
mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan
obyek lain. Oleh karena itu seorang peneliti perlu melakukan identifikasi terlebih
dahulu terhadap variabel penelitiannya. Menururt Saifuddin (2010:60). Identifikasi
variabel merupakan langkah penetapan variabel utama dalam penelitian dan
penentuan fungsinya masing masing.
2. Variabel Kesiapan Belajar
Menurut Slameto (2007:113) kesiapan adalah keseluruhan kondisi
seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban di dalam
cara tertentu terhadap suatu situasi. Definisi kesiapan belajar dalam penelitian ini
adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa sebelum mereka melakukan
pembelajaran di kelas. Termasuk aktivitas yang berhubungan dengan kondisi
kesehatan fisik, kesehatan mental, juga kondisi lingkungan belajar. Aspek-aspek
yang diteliti dari kesiapan belajar ini adalah:
a) Kesehatan jasmani, dilihat dari kondisi fisik siswa ketika di sekolah. Kondisi
yang dimaksud seperti; siswa memilki penyakit kronis atau tidak, penyakit
menurun atau genetic dan penyakit berbahaya lain yang mempunyai
kemungkinan mengganggu proses belajar siswa.
b) Kesehatan mental atau rohani, dilihat dari kondisi psikis siswa. Kondisi yang
dimaksud seperti; bagaimana perkembangan mental siswa, sesuai dengan tahap
perkembangan pada umurnya tai tidak, bagaimana IQ siswa.
c) Tempat belajar yang menyenangkan, dilihat dari kondisi di lingkungan tempat
mereka melakukan aktivitas kesiapan belajar. Kondisi yang dimaksud seperti;
kondisi lingkungan rumah mereka tinggal apakah nyaman untuk mereka
belajar. Kebersihan dan aspek-aspek yang terkait.
d) Lingkungan yang tenang, dilihat dari perasaan siswa selama melakukan
aktivitas belajar. Kondisi yang dimaksud seperti; kondisi rumah tempat meraka
belajar apakah baik secara kebersihan maupun dari pengaruh orang tua dan
saudara mereka dirumah.
e) Tersedia cukup bahan dan alat bantu yang diperlukan, referensi untuk belajar
siswa tidak sebatas padsa buku yang diberikan oleh guru. Kondisi yang
dimaksud seperti; apakah siswa memiliki buku referensi selain yang diberikan
guru.
3. Variabel Keaktifan
Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah.
Aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim
terdapat di sekolah-sekolah tradisonal. Aspek-aspek yang diteliti pada variabel
keaktifan belajar adalah seperti yang dikemukakan Sardiman (1988:99)
mengenai jenis-jenis aktivitas siswa dalam belajar, berikut:
a) Visual activities, aktivitas yang akan diukur seperti; kebiasaan membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, melakukan percobaan, membnatu
pekerjaan orang lain selama dalam pembelajaran IPA.
b) Oral activities, aktivitas yang akan diukur seperti; apakah siswa, bertanya,
memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, ataupun
melakukan diskusi dalam pembelajaran IPA.
c) Listening activities, aktivitas yang akan diukur seperti; apakah siswa
mendengarkan percakapan, mendengarkan diskusi, menyimak pidato dalam
pembelajaran IPA.
d) Writing activities, aktivitas yang akan diukur seperti; apakh siswa rajin
menulis cerita, karangan, laporan, angket, ataupun menyalin materi dalam
pembelajaran IPA.
e) Drawing activities, aktivitas yang akan diukur seperti; apakah siswa
melakukan aktivitas menggambar, membuat grafik, peta, atau diagram
dalam pembelajaran IPA.
f) Motor activities, aktivitas yang akan diukur seperti; apakah siswa
melakukan percobaan, membuat konstruksi, ataupun bermain dalam
pembelajaran IPA.
C. SUBJEK PENELITIAN
1. Populasi
Menurut Sugiono (2001:57) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas, obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulan.
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SD Muhammadiyah pujotomo sekitar
180 siswa dari 6 kelas.
2. Sampel
Menurut Sugiono (2001:57) Sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Menurut Suharsimi Arikunto
(2006:134) apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya,
sehingga penelitianya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah
subjeknya lebih dari 100 maka dapat diambil antara 10-15%, atau 20-25%, atau
lebih tergantung setidak-tidaknya dari:
a) Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.
b) Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek k arena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya data.
c) Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.
Sehubungan dengan besarnya jumlah populasi siswa maka atas
pertimbangan waktu, biaya serta kemampuan maka peneliti hanya mengambil
sampel sejumlah 30 siswa pada kelas V SD Muhammadiyah Pujotomo
Mertoyudan, yang terdiri atas 30 siswa.
c) Dokumentasi
Arikunto (2006:231) menyebutkan bahwa dokumentasi adalah proses
mencari data mengenai hal hal yang variabel yang berupa catatan, traskrip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan
sebagainya (Suharsimi.
Presesntase jawaban
Keterangan kriteria
1.
75% - 100%
Baik
2.
60% - 75%
Cukup
3.
0% - 60%
kurang baik
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati, Mudjiono.2002.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Iqbal Hasan.2001.Pokok-pokok Materi Statistik 1. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Oemar Hamalik, 2007, Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Sardiman.2010.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Slameto.2010. Belajar Dan Faktor Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineke Cipta
Soemanto, Wasty.2005.Pedoman Teknik Penulisan Skripsi (Karya Ilmiah).
Jakarta: Bumi Aksara
Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta
Suharsimi Arikunto.2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
Syaifudin Bahri Djamarah. 2008.Psikologi Belajar. Jakarta: Rineke Cipta
Wina Sanjaya.2009.Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Zakiah Daradjat.2008.Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi
Aksara