Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL PENELITIAN

STUDI KORELASI ANTARA KESIAPAN BELAJAR SISWA


TERHADAP KEAKTIFAN SISWA DIDALAM PEMBELAJARAN IPA
KELAS V SD MUHAMMADIYAH PUJOTOMO MERTOYUDAN
Proposal ini disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah
Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu: Dr. Muhammad Japar, M.Si, Kons.

Disusun oleh:

Fatkhussarifin

14.0305.0069

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2017

A. Judul Proposal
Studi Korelasi Antara Kesiapan Belajar Siswa Terhadap Keaktifan Siswa
didalam Pembelajaran IPA Kelas V SD Muhammadiyah Pujotomo Mertoyudan
B. Latar Belakang
Perkembangan zaman sekitar kita dalam berbagai aspek kehidupan,
dilatar belakangi oleh pesatnya kemajuan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi). Perkembangan-perkembangan tersebut menimbulkan berbagai
tantangan terutama tantangan bagi perkembangan manusia. Pendidikan
merupakan salah satu cara atau usaha manusia untuk mempersiapkan dan
menghadapi berbagai tantangan tersebut.
Pendidikan sendiri merupakan proses pembentukan kepribadian
manusia. Pendidikan pada umumnya bertujuan untuk membentuk manusia yang
bermoral dan berilmu. Dalam usaha mewujudkan tujuan pendidikan tidak lepas
dari peranan seorang guru disekolah. Bagaimana cara guru mengelola seluruh
elemen yang ada di sekolah, seperti pembelajaran dikelas, siswa, materi,
maupun kultur sekolah sehingga tercipta keadaan yang membuat siswa selalu
dalam proses belajar. Proses belajar ini harus dikelola dengan baik, karena
mengelola pembelajaran merupakan tugas pokok seorang guru. Sebagaimana
disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen Pasal 35 ayat (I).
Dimyati dan Mudjiono, dalam Belajar dan Pembelajaran, (2002:29)
menyebutkan bahwa pembelajaran merupakan aktivitas pendidik atau guru
secara terpogram melalui desain instruksional agar peserta didik dapat belajar
secara aktif dan lebih menekankan pada sumber belajar yang disediakan. Nana
Sudjana, dalam Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (2009:180) juga
menyebutkan bahwa pembelajaran ialah upaya yang sistematik dan sengaja
untuk menciptakan kegiatan interaksi yang edukatif antara guru dan peserta
didik. Dari dua pengertian diatas bisa diketahui bahwa tugas pembelajaran
adalah sebuah upaya guru secara terencana dan disengaja untuk membuat siswa
belajar.

Kenyataanya di lapangan sering ditemui kasus, setelah guru merancang


pembelajaran sedemikian rupa dengan baik dan sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran, masih saja ditemui siswa yang belum bisa mengikuti proses
belajar dengan optimal, seperti malas-malasan, tidak fokus, tidak mampu
mengerjakan tugas maupun kebiasaan buruk lainnya yang pada akhirnya
membuat lemahnya keaktifan siswa. Tentu dalam hal ini masalah pada proses
pembelajarannya tidak sebatas pada masalah guru dalam merancang
pembelajaran, melainkan masalah pada diri siswa itu sendiri, yakni masalah
rendahnya kesiapan belajar siswa. Rendahnya kesiapan belajar siswa tentu
mempengaruhi kemampuan belajar siswa dalam proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru di dalam kelas.
Kesiapan adalah suatu bentuk kesediaan siswa untuk melakukan
sesuatu. Kesiapan belajar adalah kesediaan siswa untuk melaksanakan kegiatan
lain yang nantinya mendukung proses pembelajaran di kelas, seperti belajar
terlebih dahulu di rumah sebelum belajar di sekolah dilaksanakan. Juga Wina
Sanjaya, dalam Kurikulum dan Pembelajaran (2009:238) teori belajar
koneksionisme mengatakan bahwakesiapan merupakan salah satu hukum
belajar. Inti dari hukum belajar ini adalah bahwa setiap individu akan merespon
dengan cepat dari setiap stimulus, manakala dalam dirinya sudah memiliki
kesiapan, sebaliknya tidak mungkin setiap individu akan merespon setiap
stimulus yang muncul manakala dalam dirinya belum memiliki kesiapan.
Dengan demikian siswa yang memiliki kesiapan belajar yang tinggi cenderung
akan menjadi lebih aktif disekolah terutama dalam proses pembelajaran.
Keaktifan siswa disekolah terutama dalam proses pembelajaran dikelas
merupakan suatu sikap yang harus ada dalam diri setiap siswa, sehingga dengan
keaktifan belajar yang tinggi siswa akan bisa belajar secara optimal dalam
rangkaian pembelajaran yang berlangsung didalam kelas. Keaktifan sendiri
merupakan motor dalam kegiatan pembelajaran, siswa dituntut untuk aktif
memproses dan mengolah hasil belajarnya. Untuk dapat memproses dan
mengolah hasil belajarnya secara efektif, siswa dituntut untuk aktif secara fisik,
intelektual dan emosional. Sadirman (2009:100) berpendapat bahwa aktifitas

disini yang baik yang bersifat fisik maupun mental. Dapat dikatakan bahwa
keaktifan siswa adalah proses kesibukan pada diri siswa untuk berfikir dalam
belajar, memberikan respon terhadap suatu stimulus dengan pengalaman yang
sudah merka dapatkan dan mereka kuasai sebelumnya. Oemar Hamalik, dalam
Kurikulum dan Pembelajaran (2007:137) mengatakan bahwa keaktifan siswa
merupakan inti dari kegiatan belajar, keaktifan belajar ini terjadi dan terdapat
pada semua perbuatan belajar, tetapi kadarnya yang berbeda tergantung pada
kegiatanya, materi yang dipelajari dan tujuan yang hendak dicapai.
Berdasarkan teori di atas penulis memberikan sebuah asumsi tentang
kesiapan belajar siswa dan keaktifan siswa didalam proses pembelajaran, bahwa
ada hubungan antara kesiapan belajar siswa dengan keaktifan siswa didalam
proses pembelajaran. Maksudnya adalah setiap siswa yang telah memiliki
kesiapan belajar ketika proses pembelajaran dilaksanakan maka siswa akan
cenderung aktif dalam memberikan beragam bentuk respons (seperti; bertanya,
meyampaikan pendapat, menjawab soal atau pertanyaan, melakukan diskusi,
memilki perhatian terhadap materi dan sebagainya) terhadap suatu stimulus atau
materi dari guru dalam pembelajaran dikelas.
Melihat latar belakang masalah seperti di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan sebuah penelitian tentang hubungan (studi korelasi). Penelitian ini
berusaha untuk mengetahui adakah hubungan antara kesiapan belajar siswa
terhadap keaktifan siswa didalam pembelajaran IPA Kelas V SD
Muhammadiyah Pujotomo Mertoyudan.

C. Identifikasi Masalah
Dengan latar belakang diatas, penelitian ini berusaha untuk mengetahui,
adakah hubungan yang positif antara kesiapan belajar siswa terhadap keaktifan
siswa didalam pembelajaran IPA kelas V SD Muhammadiyah Pujotomo
Mertoyudan. Kemudian sejauh mana hubungan kesiapan belajar dengan
keaktifan siswa didalam pembelajaran IPA kelas V SD Muhammadiyah
Pujotomo Mertoyudan (signifikan atau rendah).

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang positif
dan signifikan antara kesiapan belajar siswa terhadap keaktifan siswa didalam
pembelajaran IPA Kelas V SD Muhammadiyah Pujotomo Mertoyudan.

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian korelasional, yaitu studi korelasi
signifikan antara kesiapan belajar siswa terhadap keaktifan siswa didalam
pembelajaran IPA Kelas V SD Muhammadiyah Pujotomo Mertoyudan ini
adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Diharapkan penelitian ini menambah perbendaharaan pustaka dan
memberikan wawasan bagi pembaca, serta dapat digunakan sebagai literatur
dalam pelaksanaan penelitian di masa yang akan datang.
2. Manfaat praktis
a) Peneliti
Memberikan wawasan atau pengalaman dalam melakukan penelitian
tentang studi korelasi antara kesiapan belajar siswa terhadap keaktifan siswa
didalam pembelajaran IPA Kelas V SD Muhammadiyah Pujotomo
Mertoyudan.
b) Pendidik
Dengan penelitian ini, besar harapan guru dapat mengetahui hubungan
antara

kesiapan

belajar

siswa

dengan

keaktifan

siswa

didalam

pembelajaran, sehingga kedepan guru dapat membantu meningkatkan


kesipaan belajar siswa, ketika penelitian ini membuktikan ada hubungan
positif antara dua variabel diatas.
c) Sekolah
Sekolah dapat menggunakan penelitian ini sebagai upaya untuk
memperbaiki kurikulum didalam sekolah, dengan cara memperbaiki proses

pembelajaran yang ada dikelas-kelas. Juga sekolah dapat menjalin relasi


dengan para peneliti untuk keperluan penelitian yang lain.

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Keaktifan
a) Pengertian Keaktifan
Proses pembelajaran pada hakikatnya untuk mengembangkan
aktivitas dan kreatifitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan
pengalaman belajar. Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang
penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan
yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu
rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2001:98). Belajar yang
berhasil harus melalui berbagai macam aktifitas, baik aktifitas fisik maupun
psikis. Aktifitas fisik adalah siswa giat aktif dengan anggota badan,
membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, siswa tidak hanya duduk dan
mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktifitas
psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya
atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran.
Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk
mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun
pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam
proses pembelajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia aktif berarti
giat (bekerja, berusaha). Rousseau (dalam Sardiman, 1986:95) menyatakan
bahwa setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa ada aktifitas
proses pembelajaran tidak akan terjadi. Mc Keachie (dalam Dimyati,
2009:45) menyatakan berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan
bahwa individu merupakan manusia belajar secara aktif dengan selalu
ingin tahu. Segala pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan
sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri
dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknik.
Dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam belajar merupakan
segala kegiatan yang bersifat fisik maupun non fisik siswa dalam proses

kegiatan belajar mengajar yang optimal sehingga dapat menciptakan


suasana kelas menjadi kondusif.
b) Klasifikasi Keaktifan
Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah.
Aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim
terdapat di sekolah-sekolah tradisonal. Jenis-jenis aktivitas siswa dalam
belajar adalah sebagai berikut (dikutip Sardiman, 1988:99):
1) Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi.
3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: percakapan, diskusi,
musik, pidato.
4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket,
menyalin.
5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta,
diagram.
6) Motor activities, yang termasuk didalamnya antara.lain: melakukan
percobaan, membuat konstruksi, bermain.
7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisa, mengambil keputusan.
8) Emotional activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, tenang.
Dengan demikian bisa kita lihat bahwa keaktifan sangat bervariasi,
peran gurulah untuk menjamin setiap siswa untuk memperoleh pengetahuan
dan keterampilan dalam kondisi yang ada. Guru juga harus selalu memberi
kesempatan bagi siswa untuk bersikap aktif mencari, memperoleh dan
mengolah hasil belajarnya.

c) Prinsip-Prinsip Keaktifan
Menurut W. Gulo (2002:76) prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan
dalam

usaha

menciptakan

kondisi

belajar,

supaya

siswa

dapat

mengoptimalkan aktivitasnya dalam pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut


adalah:
1) Prinsip motivasi, di mana guru berperan sebagai motivator yang
merangsang dan membangkitkan motif-motif yang positif dari siswa
dalam pembelajarannya.
2) Prinsip latar atau konteks, yaitu prinsip keterhubungan bahan baru
dengan apa yang telah diperoleh siswa sebelumnya. Dengan perolehan
yang ada inilah siswa dapat memperoleh bahan baru.
3) Prinsip keterarahan, yaitu adanya pola pengajaran yang menghubunghubungkan seluruh aspek pengajaran.
4) Prinsip belajar sambil bekerja, yaitu mengintegrasikan pengalaman
dengan kegiatan fisik dan pengalaman dengan kegaiatan intelektual.
5) Prinsip perbedaan perorangan, yaitu kegiatan bahwaada perbedaanperbedaan tertentu di dalam diri setiap siswa, sehingga mereka tidak
diperlakukan secara klasikal.
6) Prinsip menemukan, yaitu membiarkan sendiri siswa menemukan
informasi yang dibutuhkan dengan pengarahan seperlunya dari guru.
7) Prinsip pemecahan masalah, yaitu mengarahkan siswa untuk peka
terhadap

masalah

dan

mempunyai

kegiatan

untuk

mampu

menyelesaikannya.
Berdasarkan uraian di atas, dalam membangun suatu aktivitas dalam
diri para siswa, hendaknya guru memperhatiakan dan menerapkan beberapa
prinsip di atas. Dengan begitu para siswa akan terlihat keaktifannya dalam
belajar dan juga mereka dapat mengembangkan pengetahuannya. Jadi
siswalah yang berperan pada saat pembelajaran sedang berlangsung. Guru
hanya membuat suasana belajar yang menyenangkan, agar siswa bisa aktif
dalam pembelajaran, jadi mereka tidak hanya diam pada saat pelajaran
sedang berlangsung.

2. Kesiapan Belajar (Readiness)


a) Pengertian
Menurut Slameto (2007:113) kesiapan adalah keseluruhan kondisi
seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban di
dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Menurut Thorndike sebagaimana
yang dikutip oleh Slameto (2007:114) mengartikan kesiapan adalah
prasyarat untuk belajar berikutnya. Berbeda dengan Hamalik dalam
Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem (2003:41) yang
mengartikan kesiapan adalah keadaan kapasitas yang ada pada diri siswa
dalam hubungan dengan tujuan pengajaran tertentu.
Soemanto dalam Psikologi Pendidikan (2012:191) mengatakan ada
orang yang mengartikan readiness sebagai kesiapan atau kesediaan
seseorang untuk berbuat sesuatu. Sedangkan menurut Djamarah dalam
Rahasia

Sukses

Belajar ( 2002:35) adalah kesiapan untuk belajar

merupakan kondisi diri yang telah dipersiapkan untuk melakukan suatu


kegiatan. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat penulis
simpulkan bahwa kesiapan (readiness) adalah suatu keadaan dalam diri
seseorang yang membuatnya siap memberi jawaban atau respon dalam
terhadap suatu stimulus untuk mencapai tujuan tertentu.
b) Hukum kesiapan
Thorndike dalam dalam Heri Rahyubi (2012:35) menyebutkan
beberapa ide penting berkaitan dengan hukum-hukum belajar, di antaranya
adalah hukum kesiapan (law of readiness). Dalam hukum kesiapan ini,
semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku,
maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu
sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
Jadi, semakin siap seseorang menerima atau melakukan sesuatu
maka semakin baik pula hasilnya sehingga menimbulkan rasa kepuasan.
Sebagaimana prinsip pertama teori koneksionisme belajar adalah suatu
kegiatan membentuk asosiasi (connection) antara kesan panca indera
dengan kecendrungan bertindak.

Masalah pertama hukum kesiapan adalah jika ada kecendrungan


bertindak dan seseorang melakukannya, maka ia akan merasa puas.
Akibatnya seorang tidak melakukan tindakan lain. Masalah kedua, jika ada
kecendrungan bertindak, tetapi seseorang tidak melakukannya, maka
timbulah rasa ketidakpuasan. Akibatnya ia akan melakukan tindakan lain
untuk mengurangi atau meniadakan ketidak puasannya. Masalah ketiga, bila
tidak ada kecenderungan bertindak tetapi seseorang harus melakukannya,
maka timbulah ketidakpuasan. Akibatnya seorang akan melakukan tindakan
lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya.
Dengan kata lain dapat di simpulkan bahwa apabila seseorang telah
siap untuk melakukan sesuatu dan seorang melakukannya, maka kepuasan
yang akan seseorang dapat. Begitu pula sebaliknya, yang mengakibatkan
seorang melakukan hal lain untuk mencari kepuasan. Tetapi, jika seseorang
tidak siap untuk melakukan sesuatu dan ia memaksa untuk melakukannya,
maka kekecewaanlah yang akan muncul.
c) Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan
Kesiapan belajar adalah kondisi-kondisi yang mendahului kegiatan
belajar itu sendiri. Tanpa kesiapan atau kesediaan proses belajar tidak akan
terjadi. Pra-kondisi belajar ini terdiri atas perhatian, motivasi, dan
perkembangan persiapan.
1) Perhatian
Mengamati sesuatu diperlukan perhatian. Dan cara untuk menarik
perhatian anak yaitu dengan cara memberikan stimulus yang baru, aneka
ragam atau berintensitas tinggi. Namun lebih penting ialah memupuk
attentional set, sikap memperhatikan pada anak, sehingga anak itu dapat
memberikan perhatiannya. Untuk guru harus mempelajari stimulusrespons yang dapat mempengaruhi kelakuannya agar terus memberikan
perhatian kepada pembelajaran. Maksudnya dalam pembelajaran siswa
harus memperhatikan apa yang telah dipelajarinya disekolah sehingga
ia dapat teransang untuk belajar dan dalam belajar tersebut ia akan
memberikan respons.

2) Motivasi
Motivasi diakui sebagai hal yang sangat penting bagi pelajaran di
sekolah, setidaknya anak itu harus mempunyai motivasi untuk belajar di
sekolah. Menurut Skinner (1968) masalah motivasi bukan soal
memberikan motivasi, akan tetapi mengatur kondisi belajar sehingga
memberikan reinforcement. Motivasi yang dianggap lebih tinggi
tarafnya dari pada penguasaan tugas. Motivasi ini lebih mantap dan
memberikan dorongan kepada sejumlah besar kegiatan, termasuk yang
berkaitan dengan pelajaran sekolah.
3) Perkembangan Kematangan
Dapat tidaknya seorang anak belajar sesuatu juga ditentukan oleh
taraf kematangan dan kesiapannya, ada hal-hal yang tidak dapat
dilakukan oleh anak usia empat tahun dan dapat dilakukan oleh anak
usia delapan tahun, karena badannya cukup jauh. Dapat juga dikatakan,
bahwa perbedaan dalam perkembangan kesiapan anak disebabakan oleh
perbedaan dalam keterampilan intelektual yang telah dipelajari
sebelumnya. Maksudnya adalah dalam suatu pembelajaran di sekolah
materi pembelajarannya harus sesuai dengan pengetahuan siswa atau
taraf kematangannya sehingga siswa siap untuk menerima pelajaran.
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau reaksi.
Kesediaan itu timbul dalam diri seseorang dan juga berhubungan
dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk
melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses
belajar, karena siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka
hasil belajarnya akan lebih baik.

d) Indikator Kesiapan
Zaskiah daradjat, dalam Metodik Khusus Pengejaran (2008, 276277) menyatakan bahwa belajar yang baik memerlukan beberapa syarat
yang untuk dipenuhi. Pemenuhan syarat-syarat itu banyak tergantung dari
bantuan orang tua dan guru, tetapi adalah menjadi tugas siswa atau anak
untuk mengenalnya, sehingga siswa dapat memelihara dan membina unsurunsur yang termasuk kedalam syarat-syarat yaitu:
1) Kesehatan jasmani, artinya siswa harus memperhatikan dan memelihara
kesehatan jasmaninya, sehingga siswa terbebas dari segala penyakit
jasmaniah yang dapat mengganggu belajar.
2) Kesehatan mental atau rohani, artinya siswa harus memelihara dan
memperhatikan serta menjaga kesehatan mentalnya, sehingga siswa
tidak dapat atau mengidap gangguan emosional dan senantiasa tenang
serta stabil dalam belajar.
3) Tempat belajar yang menyenangkan, artinya siswa harus senantiasa
menjaga dan mengembengkan tempat dimana siswa belajar, sehingga ia
merasa senang belajar ditempat tersebut. Tempat itu bersih dan sehat,
sehingga menjadi betah.
4) Lingkungan yang tenang, artinya siswa harus memilih dan membina
lingkungan atau suasana, sehingga dapat belajar dengan tenang,
terbebas dari segala hiruk-pikuk yang mengganggu.
5) Tersedia cukup bahan dan alat bantu yang diperlukan, artinya siswa
harus senantiasa menyediakan segala bahan dan alat bantu belajar bagi
dirinya serta menjaga, memelihara dan menyimpannya dengan baik.
Agar dapat digunakan sebagaimana mestinya, jika diperlukan pada
waktunya.

B. Kerangka Teori
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mengamati dua variabel, sesuai
dengan masalah dan judul penelitian. Variabel tersebut adalah Kesiapan Belajar
siswa {(X) variabel bebas} dan Keaktifan Belajar {(Y) variabel terikat). Penelitian
ini merupakan penelitian kuantitatif jenis korelasional, yakni untuk mengetahui
apakah ada hubungan antara variabel X terhadap variabel Y di kelas V (Lima) SD
Muhammadiyah Pujotomo mertoyudan pada mata pelajaran IPA.
Keaktifan belajar merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan
proses pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental,
yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan
(Sardiman, 2001:98). Belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktifitas,
baik aktifitas fisik maupun psikis. Aktifitas fisik adalah siswa giat aktif dengan
anggota badan, membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, siswa tidak hanya
duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktifitas
psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau
banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran. Sikap inilah yang disebut sebagai
keaktifan siswa dalam pembelajaran.
Beberapa ciri siswa yang aktif disebutkan dalam Sardiman (1998:99) adalah
siswa yang mampu melakukan beberapa aktifitas berikut: Visual Aktivities,
merupakan aktifitas dengan alat penglihatan seperti membaca, memperhatikan
gambar, percobaan dan sebagainya, ciri selanjutnya disebut Oral activities,
merupakan aktivitas verbal seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi. Kemudian
Listening activities, meruakan aktivitas yang berhubungan dengan alat pengengaran
sebagai contoh

mendengarkan percakapan, terlibat diskusi, mendengarkan isi

pidato. Selanjutnya adalah Writing activities, seperti menulis cerita, karangan,


laporan, angket, menyalin. Kemudian Drawing activities, misalnya menggambar,
membuat grafik, peta, diagram. Selanjutnya Motor activities, yang termasuk
didalamnya antara lain, melakukan percobaan, membuat konstruksi, bermain.
Selanjutnya

Mental

activities

sebagai

contoh:

menanggapi,

mengingat,

memecahkan soal, menganalisa, mengambil keputusan. Dan ciri yang terakhir

adalah Emotional activities, seperti: menaruh minat, tidak merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, tenang.
Kesemua ciri diatas sebagai siswa aktif dalam suatu pembelajaran
cenderung bisa dilakukan oleh siswa yang memiliki kesiapan belajar (variabel X).
Seperti disebutkan Zaskiah daradjat, dalam Metodik Khusus Pengejaran (2008,
276-277) bahwa beberapa indikator kesiapan adalah sebagai berikut: (1) Kesehatan
jasmani, maksudnya siswa dalam kondisi sehat bebeas dari ganguuan penyakit dan
masalah kesehatan, sehingga siswa memiliki kekuatan untuk belajar. (2) Kesehatan
mental atau rohani, artinya siswa tidak mengidap gangguan emosional dan
senantiasa tenang serta stabil dalam belajar. (3) Tempat belajar yang
menyenangkan, artinya siswa harus senantiasa menjaga dan mengembengkan
tempat dimana siswa belajar, sehingga ia merasa senang belajar ditempat tersebut.
(4) Lingkungan yang tenang, artinya siswa harus memilih dan membina lingkungan
atau suasana, dapat belajar dengan tenang. (5) Tersedia cukup bahan dan alat bantu
yang diperlukan, artinya siswa memilki segala bahan dan alat bantu belajar bagi
dirinya sehingga dapat mempergunakan untuk belajar.
Dengan melihat beberapa ciri dari variabel X (keaktifan siswa) dan
menghubungkan dengan variabel Y (indikator kesiapan belajar), dapat kita ketahui
bahwa kesiapan belajar, seperti kesehatan jasmani, kesehatan mental atau rohani,
tempat belajar yang menyenangkan, lingkungan yang tenang, serta tersedia cukup
bahan dan alat bantu belajar akan memberikan pengaruh terhadap keaktifan siswa
dikelas, seperti mampu berperlaku aktif dalam bentuk Visual Aktivities, Oral
activities, Listening activities, Writing activities, Drawing activities, Motor
activities, Mental activities Emotional activities. Sehingga bisa di asumsikan bahwa
siswa yang memilki kesiapan belajar yang tinggi akan mampu berperilaku aktif di
dalam pembelajaran semakin mereka siap belajar, respon mereka akan semakin
tinggi.

Kerangka Teori
(Hubungan Antara Variabel X dengan Variabel Y)

C. Hipotesis
Menurut PPKI (2000:12) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
masalah penelitian yang secara teoritis dianggappaling mungkin dan paling tinggi
tingkat kebenarannya. Sehubungan dengan permasalahan peneltian ini, yaitu ada
atau tidaknya hubungan antara kesiapan belajar dengan keaktifan belajar siswa IPA
dikelas V SD Muhammadiyah Pujotomo Mertoyudan.
Hipotesis pada penelitian ini dirumuskan menjadi Ha (hipotesis Alternatif)
dan Ho (Hipotesis Nihil), yaitu sebagai berikut:
Ha: Ada hubungan yang signifikan antara kesiapan belajar siswa terhadap
keaktifan siswa didalam proses pembelajaran.
Ho: tidak ada hubungan yang signifikan antara kesiapan belajar siswa terhadap
keaktivan siswa didalam proses pembelajaran.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. METODOLOGI
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif karena peneliti akan
mencoba mengambil data di lapangan, yakni data tentang kesiapan belajar siswa
kelas V SD Muhammadiyah Pujotomo Mertoyudan dan data keaktifan siswa
didalam pembelajaran IPA pada kelas V SD Muhammadiyah Pujotomo
Mertoyudan melalui teknik pengambilan data tertentu yang sudah peneliti siapkan.
Selanjutnya data hasil dari lapangan akan diolah dan dihitung dengan bantuan
program pengolah data statistik.
Rancangan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian korelasional
yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dua variabel atau lebih.
Seperti yang disampaikan oleh Masyud (2010:89) yang menyatakan bahwa,
penelitian korelasional adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeteksi ada
tidaknya atau sejauh mana variasi-variasi pada suatu variabel berhubungan dengan
variasi-variasi pada satu atau lebih variabel lainya berdasarkan pada koefisien
korelasi.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksankan pada tanggal 01 februari sampai dengan 30
maret 2017, dan berlokasi di SD Muhammadiyah Pujotomo Mertoyudan, Santan,
Sumberrejo, Mertoyudan, Kabupaten Magelang.

B. IDENTIFIKASI PENELITIAN
1. Variable penelitian
Hatch dan Farhadi (dalam Sugiono, 2001:21) mengemukakan bahwa
Variabel dapat didefinisikan sebagai atribut dari seseorang atau obyek yang
mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan
obyek lain. Oleh karena itu seorang peneliti perlu melakukan identifikasi terlebih
dahulu terhadap variabel penelitiannya. Menururt Saifuddin (2010:60). Identifikasi
variabel merupakan langkah penetapan variabel utama dalam penelitian dan
penentuan fungsinya masing masing.
2. Variabel Kesiapan Belajar
Menurut Slameto (2007:113) kesiapan adalah keseluruhan kondisi
seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban di dalam
cara tertentu terhadap suatu situasi. Definisi kesiapan belajar dalam penelitian ini
adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa sebelum mereka melakukan
pembelajaran di kelas. Termasuk aktivitas yang berhubungan dengan kondisi
kesehatan fisik, kesehatan mental, juga kondisi lingkungan belajar. Aspek-aspek
yang diteliti dari kesiapan belajar ini adalah:
a) Kesehatan jasmani, dilihat dari kondisi fisik siswa ketika di sekolah. Kondisi
yang dimaksud seperti; siswa memilki penyakit kronis atau tidak, penyakit
menurun atau genetic dan penyakit berbahaya lain yang mempunyai
kemungkinan mengganggu proses belajar siswa.
b) Kesehatan mental atau rohani, dilihat dari kondisi psikis siswa. Kondisi yang
dimaksud seperti; bagaimana perkembangan mental siswa, sesuai dengan tahap
perkembangan pada umurnya tai tidak, bagaimana IQ siswa.
c) Tempat belajar yang menyenangkan, dilihat dari kondisi di lingkungan tempat
mereka melakukan aktivitas kesiapan belajar. Kondisi yang dimaksud seperti;
kondisi lingkungan rumah mereka tinggal apakah nyaman untuk mereka
belajar. Kebersihan dan aspek-aspek yang terkait.
d) Lingkungan yang tenang, dilihat dari perasaan siswa selama melakukan
aktivitas belajar. Kondisi yang dimaksud seperti; kondisi rumah tempat meraka

belajar apakah baik secara kebersihan maupun dari pengaruh orang tua dan
saudara mereka dirumah.
e) Tersedia cukup bahan dan alat bantu yang diperlukan, referensi untuk belajar
siswa tidak sebatas padsa buku yang diberikan oleh guru. Kondisi yang
dimaksud seperti; apakah siswa memiliki buku referensi selain yang diberikan
guru.
3. Variabel Keaktifan
Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah.
Aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim
terdapat di sekolah-sekolah tradisonal. Aspek-aspek yang diteliti pada variabel
keaktifan belajar adalah seperti yang dikemukakan Sardiman (1988:99)
mengenai jenis-jenis aktivitas siswa dalam belajar, berikut:
a) Visual activities, aktivitas yang akan diukur seperti; kebiasaan membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, melakukan percobaan, membnatu
pekerjaan orang lain selama dalam pembelajaran IPA.
b) Oral activities, aktivitas yang akan diukur seperti; apakah siswa, bertanya,
memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, ataupun
melakukan diskusi dalam pembelajaran IPA.
c) Listening activities, aktivitas yang akan diukur seperti; apakah siswa
mendengarkan percakapan, mendengarkan diskusi, menyimak pidato dalam
pembelajaran IPA.
d) Writing activities, aktivitas yang akan diukur seperti; apakh siswa rajin
menulis cerita, karangan, laporan, angket, ataupun menyalin materi dalam
pembelajaran IPA.
e) Drawing activities, aktivitas yang akan diukur seperti; apakah siswa
melakukan aktivitas menggambar, membuat grafik, peta, atau diagram
dalam pembelajaran IPA.
f) Motor activities, aktivitas yang akan diukur seperti; apakah siswa
melakukan percobaan, membuat konstruksi, ataupun bermain dalam
pembelajaran IPA.

g) Mental activities, aktivitas yang akan diukur seperti; apakah siswa


menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, ataupun
mengambil keputusan dalam pembelajaran IPA.
h) Emotional activities, aktivitas yang akan diukur seperti; apakah siswa
menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, ataupun
merasa tenang dalam pembelajaran IPA.

C. SUBJEK PENELITIAN
1. Populasi
Menurut Sugiono (2001:57) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas, obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulan.
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SD Muhammadiyah pujotomo sekitar
180 siswa dari 6 kelas.
2. Sampel
Menurut Sugiono (2001:57) Sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Menurut Suharsimi Arikunto
(2006:134) apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya,
sehingga penelitianya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah
subjeknya lebih dari 100 maka dapat diambil antara 10-15%, atau 20-25%, atau
lebih tergantung setidak-tidaknya dari:
a) Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.
b) Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek k arena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya data.
c) Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.
Sehubungan dengan besarnya jumlah populasi siswa maka atas
pertimbangan waktu, biaya serta kemampuan maka peneliti hanya mengambil
sampel sejumlah 30 siswa pada kelas V SD Muhammadiyah Pujotomo
Mertoyudan, yang terdiri atas 30 siswa.

D. METODE PENGUMPULAN DATA


Metode pengumpulan data merupakan cara-cara yang akan ditempuh
peniliti dalam mengambil data yang berkaitan dengan variabel-variabel dari sampel
yang ditentukan:
1. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
a) Data primer, yaitu data yang diperoleh dari responden secara langsung
yakni siswa SD Muhammadiyah Pujotomo Mertoyudan.
b) Data Sekunder, data yang diperoleh langsung dari dokumen-dokumen
terkait di SD Muhammadiyah Pujotomo Mertoyudan.
2. Metode pengumpulan data
Pengumpulan data di maksud untuk mengungkap fakta mengenai variabel
yang diteliti dengan menggunakan metode yang tepat dan instrumen yang baku.
Arikunto (2006:222) menyatakan bahwa didalam kegiatan penelitian, cara
memperoleh data dikenal sebagai metode pengumpulan data. Untuk itu digunakan
teknik-teknik, prosedur, serta alat yang dapat diandalkan. Karena baik buruknya
suatu penelitian sebagian tergantung pada teknik teknik pengumpulan data.
Metode pengumpulan data yang dipergunakan oleh peneliti dalam
melakukan penelitian ini adalah melalui:
a) Angket atau kuesioner
Arikunto (2006:225) menyebutkan bahwa angket atau kuesioner adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan dalam pribadinya. Instrumen untuk metode angket
adalah angket atau kuesioner. Dalam penelitian ini angket yang dipakai adalah
angket tertutup dengan maksud subyek yang dikenai angket tinggal memilih
jawaban yang tersedia.
b) Wawancara
Yaitu cara pengumpulan data dengan wawancara secara langsung dengan
beberapa objek dan sampel yaitu, sebagian guru dan sebagian siswa serta
pihak yang berkaitan dengan masalah pembahasan.

c) Dokumentasi
Arikunto (2006:231) menyebutkan bahwa dokumentasi adalah proses
mencari data mengenai hal hal yang variabel yang berupa catatan, traskrip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan
sebagainya (Suharsimi.

E. Metode Pengolahan dan Analsisis Data


1. Metode Pengolahan Data
Metode pengolahan data merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan
oleh peneliti dalam memperoses data. Metode pengolahan data menurut Hasan
(2006:112) meliputi kegiatan berikut:
a) Editing
Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah terkumpul,
tujuannya untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada
pencatatan dilapangan dan bersifat koreksi. Data harus sempurna dalam pengertian
bahwa semua kolom atau pertanyaan harus terjawab atau terisi. Tidak boleh ada
satu pun dari jawaban terbiarkan kosong. Peneliti harus mengenal data yang
kosong, apakah responden tidak mau menjawab, atau pertanyaannya yang kurang
dipahami responden.
b) Coding
Coding adalah usaha untuk mengklarifikasi jawaban-jawaban dengan
jalan menandai masing-masing kode tertentu berupa angka. Coding juga
dipahami sebagai usaha untuk mengklarifikasi jawaban-jawaban pada responden
menurut macamnya, klasifikasi itu dilakukan dengan jalan menandai masingmasing jawaban dengan kode tertentu, lazimnya dalam bentuk angka.
c) Scoring
Scoring merupakan langkah pemberian skor atau langkah memberikan
kategori untuk setiap butir jawabanya dari responden dalam angket penelitian
yang diberikan oleh peneliti, seperti:
1) Jika responden memilih pernyataan selalu (Sl) diberi skor 5
2) Jika responden memilih pernyataan sering (Sr) diberi skor 4

3) Jika responden memilih pernyataan kadang-kadang (Kd) diberi skor 3


4) Jika responden memilih pernyataan jarang (Jr) diberi skor 2
5) Jika responden memilih pernyataan tidak pernah (TP) diberi skor 1 d.
d) Tabulasi
Membuat tabulasi termasuk dalam kerja memproses data. Membuat
tabulasi tidak lain dari memasukkan data ke dalam tabel-tabel, dan mengatur
angka-angka sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai kategori.
Hal ini dilakukan untuk mempermudah membaca data yang telah diberi kode
(koding) dan skor (skoring).

2. Metode Analisis Data


Teknik analisis yang digunakan Regresi Liner sederhana. Pengolahannya
dengan menggunakan program statistika yaitu SPSS.
Langkah-langkah dalam menganalisa data:
a. Sebelum analisis hipotesis, terlebih dahulu dilakukan analisis deskriptif
terhadap masing-masing variabel yaitu variabel kesiapan belajar dan variabel
keaktifan belajar. Dalam menganalisis data yang diperoleh, peneliti
menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Kemudian peneliti
mempersentasekan dengan persentase sebagai berikut:
No

Presesntase jawaban

Keterangan kriteria

1.

75% - 100%

Baik

2.

60% - 75%

Cukup

3.

0% - 60%

kurang baik

b. Pengujian untuk kelayakan regresi liner sederhana dalam meramalkan variabel


Y. Hipotesisnya dilakukan dengan menggunakan uji F pada tabel anova. Nilai
F dari hasil perhitungan itu diperbandingkan dengan F tabel yang diperoleh dari
tingkat resiko atau level signifikan 5% dan drajat kebebasan (db) = V1 = 1; V2
= n 2, dengan kreteria pengujian sebagai berikut:

1) Jika f hitung f tabel, maka Ho ditolak dan Ha terima artinya signifikan


atau ada pengaruh.
2) Jika f hitung f tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak
signifikan tidak ada pengaruh.
c. Untuk selanjutnya, pada langkah akhir adalah untuk menguji pengaruh variabel
X (kesiapan belajar siswa) terhadap variabel Y (keaktifan belajar siswa)
akan diuji dengan menggunakan uji t. hasil dari uji t tersebut dibandingkan
dengan t hitung yang diperoleh dengan menggunakan taraf nyata 0,05 dan t
tabel memiliki derajat bebas (db) = n 2, dengan kreteria pengujian sebagai
berikut.
1) Jika t hitung t tabel, maka Ho ditolak dan Ha terima artinya signifikan atau
ada pengaruh.
2) Jika t hitung t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak
signifikan tidak ada pengaruh.
d. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kesiapan belajar siswa terhadap
keaktifan siswa maka, dapat dijelaskan dengan menggunakan rumus Regresi
Linear Sederhana yang diperoses dengan menggunakan program SPSS, ada
pun rumus untuk Regresi Liner sederhana di gunakan yaitu: Y = a + bX 6
Dimana:
Y = kesiapan belajar siswa (variabel terikat/dipengaruhi)
X = keaktifan siswa (variabel bebas/mempengaruhi)
a = konstanta
b = koefisien regresi
e. Setelah regresi linear sederhana diketahui maka langkah selanjutnya yaitu
mencari koefisien determinasi (R2) yang diperoleh juga melaui program SPSS,
merupakan suatu ukuran yang menunjukkan besarnya sumbangan dari variabel
X yang mempunyai pengaruh terhadap naik turunnya variabel Y.

DAFTAR PUSTAKA
Dimyati, Mudjiono.2002.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Iqbal Hasan.2001.Pokok-pokok Materi Statistik 1. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Oemar Hamalik, 2007, Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Sardiman.2010.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Slameto.2010. Belajar Dan Faktor Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineke Cipta
Soemanto, Wasty.2005.Pedoman Teknik Penulisan Skripsi (Karya Ilmiah).
Jakarta: Bumi Aksara
Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta
Suharsimi Arikunto.2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
Syaifudin Bahri Djamarah. 2008.Psikologi Belajar. Jakarta: Rineke Cipta
Wina Sanjaya.2009.Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Zakiah Daradjat.2008.Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi
Aksara

Anda mungkin juga menyukai