Anda di halaman 1dari 11

ESSAY

“LANGKAH DASAR YANG MENJADI


PANGLIMA MENUJU SEKOLAH UNGGUL”

PENYUSUN:
Nama:
IRVAN ADI DARMAWAN
Mata Pelajaran:
PPKN
Unit:
SMK TAMAN HARAPAN 1
1

“ LANGKAH DASAR YANG MENJADI PANGLIMA DALAM MENUJU

SEKOLAH UNGGUL”

PENDAHULUAN

Sekolah adalah tempat pembelajaran berlangsung dimana selain ada transfer

ilmu dan transfer knownadge juga ada transfer nilai yang dilakukakan oleh

pendidik kepada anak didiknya. Selain itu juga sekolah menjadi tempat yang

sangat penting karena pendidikan itu juga merupakan suatau masalah yang sangat

penting. Sekolah menjadi tempat yang strategis menciptakan sumber daya

manusia yang sangat berkualitas yang kelak akan berguna bagi pembangunan

bangsa dan Negara oleh karena itu sangat penting agar sekolah menjadi sekolah

yang unggul.

Kesadaran tentang pentingnya pendidikan telah mendorong berbagai upaya

dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan

perkembangan dunia pendidikan. Pendidikan merupakan satu upaya dalam

meningkatkan kualitas hidup manusia yang pada akhirnya bertujuan untuk

meningkatkan kualitas manusia menjadi lebih baik.

UUD NRI 1945 pada pasal 31 mengamanatkan sebagai berikut: (1) Setiap

warga Negara berhak mendapatkan pendidikan; (2) Setiap warga Negara wajib

mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah waib membiayainya; serta (3)

Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan

nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlaq mulia dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.1

1
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
2

Dalam UUSPN No 20 tahun 2003 pasal 3 dipertegas bahwasanya :

“Pendidikan nasional Indonesia berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

YME, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.2

Akan tetapi pada kenyataannya, dalam memenuhi amanat Undang-Undang

tersebut bukanlah suatu upaya yang sederhana, melainkan memerlukan upaya

perbaikan dan peningkatan, sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan

tuntutan kehidupan masyarakat. Apalagi pada masa sekarang ini manusia dituntut

untuk tahu banyak (knowing much), berbuat banyak (doing much), mencapai

keunggulan (being exellence), menjalin hubungan dan kerja sama dengan orang

lain (being sociable), serta berusaha memegang teguh nilai-nilai moral (being

morally). Manusia “unggul, bermoral, dan pekerja keras” inilah yang menjadi

tuntunan dari masyarakat global.

Hal ini mendorong para pengelola pendidikan untuk berlomba-lomba dalam

memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut dengan membangun sekolah yang

mandiri dan unggul dalam mendidik inputnya. Setiap lembaga pendidikan atau

sekolah saling berlomba-lomba untuk menjadikan sekolahnya menjadi sekolah

yang unggul, yang paling mencolok adalah perlombaan memperindah serta

melengkapi sarana sekolah, hasilnya saat ini banyak sekolah yang terlihat begitu

megah dan indah. Di saat yang bersamaan dari indahnya pembangunan sekolah

tidak di bangunnya konsep serta hal-hal yang mendasar yang sangat penting
2
UUSPN. No 20/2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Citra Umbara, 2003)7.
3

bahkan menjadi panglima dalam membangun sekolah menjadi unggul. Dalam

essay ini akan coba di jelaskna apa saja yang seharusnya sekolah bangun terlebih

dahulu bila ingin menjadikan sekolah yang unggul. Bukan berarti sekolah tidak

perlu meningkatkan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran namun

panglima-panglima kecil ini lah yang akan menentukan pembangunan sarpras

serta segala upaya sekolah tersebut efektif atau tidak dalam membangun sekolah

yang unggul.

PEMBAHASAN

A. Konseptualisasi Sekolah Unggul

Secara definitive sekolah unggul merupakan alternative dalam

pendidikan yang menekankan kepada kemandiriaan dan kreatif sekolah

yang memfokuskan pada perbaikan proses pendidikan. Konsep ini

dikemukakan oleh Edward (1979) yang diperkenalkan oleh teori effective

school, yang menekankan pentingnya pemimpin tangguh dalam mengelola

sekolah. Sekolah unggul menggunakan strategi peningkatan budaya mutu,

strategi pengembangan kesempatan belajar, strategi memelihara kendali

mutu (quality control), strategi penggunaan kekuasaan, pengetahuan dan

informasi secara efisien. Sekolah unggul adalah sekolah yang

dikembangkan untuk mencapai keunggulan yang dihasilkan (out put) dari

pendidikannya. hal ini berarti bahwa sekolah unggul dikembangkan

sebagaimana sekolah-sekolah konvensional lain yang telah berkembang

selama ini dengan memberikan perlakuan yang standar kepada semua

peserta didik.
4

Pada prinsipnya sekolah sebagai satuan pendidikan tidak akan

menjadi unggul dengan sendirinya, keunggulan sekolah tumbuh dan

berkembang dari waktu kewaktu bilamana didukung oleh manajemen yang

berwawasan keunggulan. Disisi kepala sekolah selaku manajer pendidikan,

bersama stake holders lainya berusaha mewujudkan gagasan, ide,

pemikiran dalam bentuk perilaku dan sikap manajerial yang terbaik untuk

melakukan sesuatu secara konsisten dan berdisiplin dalam rangka merubah

“status quo” agar sekolahnya menjadi semakin unggul.

Secara konseptual sekolah unggul dikelompokkan menjadi dua

konsep sekolah yaitu : Pertama, sekolah unggulan parsial versus sekolah

unggulan total. Kedua, sekolah unggulan hakiki dan sekolah unggulan

assesori. Untuk sekolah unggulan parsial versus sekolah unggulan total

adalah sekolah keunggulan pada komponen-komponen tertentu. Ada

pandangan masyarakat pendidikan dan masyarakat umum bahwa sekolah

dapat dikatakan unggul bilamana menghasilkan lulusan dengan nilai UAN

atau transkip nilai yang tinggi. Kedua, sekolah unggulan total adalah

sekolah dengan keunggulan pada semua komponen atau aspek, ada

pandangan masyarakat pendidikan dan masyarakat umum bahwa sekolah

dapat dikatakan unggulan bilamana mampu menghasilkan lulusan dengan

nilai UAN atau transkip nilai yang tinggi melalui proses pembelajaran

yang baik, dalam perspektif teoritik keunggulan tersebut dinamakan

dengan keunggulan mutio dimensional.

B. Landasan Penyelenggaraan
5

Landasan penyelenggaraan sekolah  unggul yang dikelola

pemerintah maupun swasta harus berlandaskan pada perundang-undangan

dan kebijakan yaitu Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pasal 50 ayat 1 dan 3.

C. Karakteristik Sekolah Unggul

Sebagai tolak ukur keunggulan sebuah institusi pendidikan

menurut Diknas dan Depag sebagai institusi pemerintah yang bertanggung

jawab dalam bidang pendidikan, terletak pada dimensi:

1. Masukan (input, intake) berupa siswa yang diseleksi secara ketat

menggunakan kriteria tertentu dan prosedur yang dapat dipertanggung

jawabkan.

2. Sarana dan prasarana yang menunjang.

3. Lingkungan belajar yang kondusif.

4. Guru dan tenaga kependidikan mempunyai kualifikasi mutu yang baik.

5. Kurikulum yang diperkaya (dilakukan pengembangan dan improvisasi

secara maksimal).

6. Proses belajar-mengajar yang berkwalitas dan hasilnya dapat

dipertanggung jawabkan.

7. Nilai lebihnya terletak pada perlakuan tambahan diluar kurikulum

Nasional melalui pengembangan materi kurikulum, program

pengayaan dan perluasan, percepatan,  pengajaran, remedial,

pelayanan bimbingan dan konseling, pembinaan ekstrakurikuler.

8. Diproyeksikan untuk menjadi pusat keunggulan bagi sekolah-sekolah

disekitarnya.
6

D. Membangun Sekolah Unggul serta Kelemahannya

Bila tadi sudah di sebutkan apa saja karakteristik yang dimiliki

oleh sekolah unggul. Untuk membangun hal tersebut perlu beberapa upaya

yang harus di persiapkan, yaitu:

1. Memiliki tujuan pencapaian filosofi yang jelas.

Tujuan filisofis diwujudkan dalam bentuk Visi dan Misi seluruh

kegiatan sekolah. Tidak hanya itu, Visi dan Misi dapat dicerna dan

dilaksanakan secara bersama oleh setiap elemen sekolah.

2. Lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran.

Lingkungan yang kondusif bukanlah hanya ruang kelas dengan

berbagai fasilitas mewah, lingkungan tersebut bisa berada di manapun

selama lingkungan tersebut dapat memberikan dimensi pemahaman

belajar secara menyeluruh bagi siswa.

3. Jaringan organisasi yang baik dan solid.

Baik itu organisasi guru, orang tua akan menambah wawasan dan

kemampuan tiap anggotanya untuk belajar dan berkembang, serta

perlu adanya dialog antar organisasi tersebut. Misalnya orang tua

murid dengan forum guru dalam menjelaskan harapan dari guru dan

kenyataan yang dialami guru di kelas.

4. Kurikulum yang jelas.

Permasalahan di Indonesia adalah kurikulum yang sentralistik dimana

Diknas membuat kurikulum dan dilaksanakan secara nasional. Dengan

hanya memuat 20% muatan lokal menjadikan potensi daerah dan

kemampuan mengajar guru dan belajar siswa terpasung. Selain itu pola
7

evaluasi yang juga sentralistik menjadikan daerah semakin tenggelam

dalam kekayaan potensi dan budayanya. Ada baiknya kemampuan

membuat dan mengembangkan kurikulum disesuaikan di tiap daerah

bahkan sekolah. Pusat hanya membuat kisi-kisi materi yang akan

diujikan secara nasional. Sedang pada pelaksanaan pembelajaran

diserahkan kepada daerah dan tiap sekolah menyusun kurikulum dan

target pencapaian pembelajaran sendiri. Diharapkan akan muncul

sekolah unggulan dari tiap daerah karena memiliki corak dan

pencapaian sesuai dengan potensinya. Seperti misalnya sekolah di

Kalimantan memiliki corak dan target pencapaian mampu mengolah

hasil hutan dan tambang, juga potensi seni dan budaya mampu

dihasilkan sekolah-sekolah di Bali.

5. Evaluasi belajar yang baik berdasarkan acuan patokan untuk

mengetahui apakah tujuan pembelajaran dari kurikulum sudah

tercapai. Bila kurikulum sudah tertata rapi dan jelas, akan dapat

teridentivikasi dan dapat terukur target pencapaian pembelajaran

sehingga evaluasi belajar yang diadakan mampu mempetakan

kemampuan siswa.

6. Partisipasi orang tua murid yang aktif dalam kegiatan sekolah.

Di sekolah unggulan manapun, selalu melibatkan orang tua dalam

kegiatannya. Kontribusi yang paling minimal sekali adalah

memberikan pengawasan secara sukarela kepada siswa pada saat

istirahat. Pada proses yang intensif, orang tua dilibatkan dalam proses

penyusunan kurikulum sekolah sehingga orang tua memiliki tanggung


8

jawab yang sama di rumah dalam mendidik anak sesuai pada tujuan

yang telah dirumuskan. Sehingga terjalin sinkronisasi antara pola

pendidikan di sekolah dengan pola pendidikan dirumah.

Dalam pandangan penulis, ada beberapa kelemahan yang dimiliki

sekolah unggulan diantaranya :

1) Sekolah unggulan kebanyakan mengantungkan legitimasi

pemerintah dan bukan inisiatif masyarakat, sehingga penetapan

sekolah unggulan cenderung bermuatan politis daripada edukatif.

Kalau sekolah unggulan didasarkan pada pengakuan masyarakat,

pemerintah tidak perlu mengucurkan dana besar akan tetapi

masyarakatlah yang memikirkan biayanya.

2) Sekolah unggulan pada umumnya melayani golongan kaya (the

have), sementara golongan miskin (the have not) masih

terpinggirkan .Sehingga menyebabkan tertutupnya akses dan

kesempatan yang sama bagi peserta didik untuk memperoleh

pendidikan semua jenjang, jenis, dan tingkatan.

3) Profil sekolah unggulan hanya dilihat dari karakteristik prestasi

berupa Indeks Prestasi tinggi, bisa bayar mahal, tenaga pendidik

baik, sarana lengkap, dana sekolah besar dan kegiatan belajar-

mengajar berikut pengelolaaanya baik. Hal tersebut sebenarnya

wajar mengingat bahannya bagus, diproses ditempat bagus dan

dengan cara yang bagus hingga out put-nya bagus.

Walaupun terdapat beberapa kelemahan sekolah unggulan akan

tetapi sekolah unggul (dalam arti sekolah yang efektif) sangat diperlukan
9

dalam rangka meningkatkan prestasi pendidikan Indonesia, baik secara

kualitatif maupun kuantitatif. Sehingga tidak hanya didapati individu-

individu saja yang mampu berprestasi secara Internasional tetapi juga

pendidikan Indonesia secara global. Selanjutnya perlu adanya redefinisi

dan pemikiran kembali mengenai konsep sekolah unggul.

KESIMPULAN

Penyelenggaraan sekolah Unggul (Sekolah Bertaraf Internasional) pada

dasarnya merupakan amanat Undang-Undang pada pasal 31 dan UUSPN No 20

tahun 2003 pasal 3 bahwasanya pendidikan harus mampu mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan YME, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Selain itu tuntutan

globalisasi untuk menghasilkan masyarakat yang unggul dan terampil menuntut

pula adanya suatu formulasi dari system pendidikan yang mampu mencetak out

put pendidikan yang berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA
10

Bafadal, Ibrahim.  Strategi Membangun Sekolah Unggulan di Era OTODA, Makalah

SOB, Pebruari 2002.

Fattah, Nanang. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah. Bandung:

Bani Quraisy, 2004.

Syaodih, Nana dkk.  Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah. Bandung:

Refika Aditama, 2006.

S. Arcaro, Jerome. Pendidikan Berbasis Mutu. terj. Quality in Education An

Implementation Handbook. cet ke-IV. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

UUSPN. No 20/2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara,

2003.

Anda mungkin juga menyukai