Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Seiring berjalannya waktu, dunia pendidikan telah mengalami berbagai
macam perubahan. Mulai dari kurikulum, strategi pembelajaran, media
pembelajaran, hingga munculnya pandangan terhadap peran siswa yang tidak lagi
dianggap sebagai botol kosong tanpa potensi apa pun. Pandangan seperti itu kini
sudah tidak berlaku lagi. Pendidikan saat ini telah berpandangan bahwa siswa
adalah subjek pendidikan yang di dalamnya terdapat potensi-potensi alami yang
siap dikembangkan. Oleh sebab itu pendidikan yang memandang siswa hanya
sebagai obyek pendidikan saat ini sudah saatnya untuk dihilangkan. Pembelajaran
saat ini harus berpusat pada siswa bukan pada guru. Guru ditekankan lebih
berperan sebagai pendamping siswa, atau dengan kata lain guru adalah fasilitator
bagi siswa.
Namun demikian, bukan berarti tugas guru menjadi semakin ringan.
Reformasi penggunaan strategi pembelajaran dan metode pembelajaran harus
dilaksanakan. Penggunaan media yang menarik bagi siswa juga semestinya
dilaksanakan untuk mendukung berbagai kemajuan pendidikan. Pembelajaran
harus mampu memberi pengalaman belajar bagi siswa. Agar dapat memberi
pengalaman belajar yang mendalam bagi siswa guru harus mampu memilih
strategi pembelajaran yang sesuai dengan tahapan perkembangan dan karakteristik
siswa. Pembelajaran dengan metode konvensional yaitu metode ceramah harus
sudah diminimalisasikan namun bukan berarti dihilangkan.
Yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah kegiatan menanamkan
makna belajar bagi pembelajar agar hasil belajar bermanfaat untuk kehidupannya
pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Salah satu faktor yang
menentukan adalah bagaimana proses belajar dan mengajar dapat berjalan
sebagaimana yang diharapkan. Clark dalam Nana Sudjana &Ahmad Rivai
mengungkapkan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh
kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.Terlepas dari

1
itu,masalah utama yang dihadapi oleh negeri kita saat ini adalah kenyataan bahwa
pada umumnya mutu pendidikan adalah relative masih rendah.
Mutu sekolah misalnya dampak dari rendahnya mutu lulusan dan hampir
semua jenjang pendidikan formal. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka
diperlukan pemahaman bahwa kedudukan lingkungan alam sekitar sebagai media
instruksional dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu komponen
yang ada pada gilirannya seorang guru dapat menggunakannya. Kemampuan
menggunakan yang dimaksud adalah kemampuan mengenai jenis-jenis
lingkungan, memilih dalam menggunakan serta menyeimbangkan dalam rangka
meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah. Jika lingkungan alam disekitar
dapat dimanfaatkan sebagai sarana penunjang bagi pendidikan formal, maka hal
ini merupakan suatu inovasi dalam pengertian adalah manfaat lingkungan alam
sekitar sebagai media instruksional kedalam pendidikan.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI)(www.goole.com KUBI)
lingkungan diartikan sebgai bulatan yang melingkungi (melingkari).Pengertian
lainnya yaitu sekalian yang terlingkup di suatu daerah. Dalam kamus Bahasa
Inggris peristilahan lingkungan ini cukup beragam diantaranya ada istilah circle,
area, surroundings, sphere, domain, range, dan environment, yang artinya kurang
lebih berkaitan dengan keadaan atau segala sesuatu yang ada di sekitar atau
sekeliling.Dalam literatur lain disebutkan bahwa lingkungan itu merupakan
kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di
dalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu
terdiri dari unsur-unsur biotik (makhluk hidup), abiotik (benda mati) dan budaya
manusia.
Lingkungan yang ada di sekitar anak- anak kita merupakan salah satu
sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil
pendidikan yang berkualitas.Selain itu kebenarannya lebih akurat, sebab anak
dapat mengalami secara langsung dan dapat mengoptimalkan potensi panca
inderanya untuk berkomunikasi dengan lingkungan tersebut dan kegiatan belajar
dimungkinkan akan lebih menarik bagi anak sebab lingkungan menyediakan
sumber belajar yang sangat beragam dan banyak pilihan. Menurut Abdul

2
Haling,2006:2 bahwa memanfaatkan lingkungan untuk memperoleh pengalaman
belajar yakni dengan cara memberikan penugasan kepada siswa untuk belajar di
luar kelas.
Timbulnya berbagai tuntutan tersebut membawa konsekwensi pada
perubahan paradigma dalam belajar mengajar menjadi pembelajaran. Strategi dan
pendekatan pembelajaran tidak lagi bertumpu pada guru tetapi berorientasi pada
siswa sebagai subyek (student centered). Guru bukan lagi satu-satunya sumber
belajar bagi siswa. Tanpa guru, pembelajaran tetap dapat dilaksanakan karena
adanya sumber belajar yang lain.Ilmu pengetahuan alam merupakan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta,
konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah.
Pendidikan IPA adalah di sekolah dasar diharapkan dapat menjadi wahana
bagi murid untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitar. Menurut
Mudyahardjo (2008:3), pendidikan IPA adalah pendidikan berlangsung dalam
segala lingkungan hidup, baik yang khusus diciptakan untuk kepentingan
pendidikan maupun yang ada dengan sendirinya. Jadi, lingkungan pendidikan
adalah suatu unsur dalam pendidikan berupa tempat, keadaan, alat, peristiwa,
orang, benda yang berhubungan dengan pendidikan dan menunjang proses belajar
mengajar hingga terwujudnya tujuan pendidikan. Menurut H.W. Fowler, (dalam
Trianto, 2010: 136) IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan,
yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas
pengamatan dan deduksi.
Adapun Wahyana, (dalam Trianto, 2010: 136) mengatakan bahwa IPA
adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam
penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya
tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode
ilmiah dan sikap ilmiah. Lingkungan yang spesifik dan kondisional akan
memberikan ragam persoalan IPA dan memberikan relevansi antara teoritis dan
aplikasi serta akan melibatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor siswa
sehingga pemahaman konsep yang didapatkan akan lebih mengena (melekat)
dibandingkan dengan penjelasan melalui ceramah. Hal ini sejalan dengan

3
pandangan Dirjen Dikdasmen Indra Jati Sidi dalam Mastur (2007) bahwa
pendidikan tidak hanya berorientasi pada nilai akademik yang bersifat pemenuhan
aspek kognitif tetapi juga berorientasi pada cara anak didik dapat belajar dari
lingkungan, pengalaman dan kehebatan orang lain, kekayaan dan luasnya
hamparan alam sehingga mereka bisa mengembangkan sikap kreatif dan daya
pikir imajinatif..
Uraian di atas oleh peneliti digunakan sebagai dasar untuk menentukan
strategi, media,metode dalam pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri 60
Prabumulih. Karena pada pembelajaran IPA materi”Cahaya dan sifat-sifatnya”
hasil evaluasinya rendah sehingga tidak mencapai ketuntasan minimal yang telah
ditetapkan yaitu nilai 70.  Berdasarkan hal tersebut, maka penulis merencanakan
untuk melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) untuk meningkatkan hasil
belajar siswa sesuai harapan semua pihak.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang: “Peningkatan hasil belajar siswa kelas IV dengan
menggunakan media gambar pada mata pelajaran IPA tentang bagian-
bagian tumbuhan di SD Negeri 60 Prabumullih ”.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi bersama dengan teman sejawat diketahui
bahwa materi pembelajaran ” bagian-bagian tumbuhan”  merupakan materi yang
belum dikenal sebelumnya. .
Dengan bimbingan Pemantapan Kemampuan Profesional ( PKP ) melalui
Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) penulis mengidentifikasikan  masalah –
masalah yang timbul setelah mengadakan pembelajaran.
2. Analisis Masalah
Berdasarkan refleksi diatas penulis melakukan diskusi dengan teman
sejawat dan supervisor untuk mengidentifikasi kekurangan dalam pembelajaran
yang dilakukan. Berdasarkan hasil diskusi terungkap beberapa masalah
pembelajaran yang muncul yaitu sebagai berikut :
a.   Perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran kurang.
b.   Keterlibatan siswa dalam mengikuti pelajaran kurang.

4
c.   Siswa tidak berani menjawab pertanyaan – pertanyaan guru.
d.   Siswa belum dapat menyerap materi pembelajaran sesuai dengan harapan.
e.   Siswa belum dapat mejawab soal – soal dengan baik dan benar.
Berdasarkan identifikasi beberapa hal tersebut di atas, terdapat banyak
kekurangan yang dialami siswa kelas IV SD Negeri 60 Prabumulih pada materi
pokok “ bagian-bagian tumbuhan” mata pelajaran IPA semester II tahun pelajaran
2022 / 2023.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Berdasarkan analisis masalah diatas, maka perlu diakan pemecahan masalah
yang serius, agar penelitian Tindakan Kelas berjalan dengan lancar dan sesuai
prosedur dengan langkah-langkah yang telah ditentukan.
a. Implementasi media gambar pada siswa dengan bimbingan guru, akan
menumbuhkan rasa senang pada siswa. Namun demikian  media gambar
ini membutuhkan dana yang agak lumayan dalam pelaksanaannya.
b. Implementasi media gambar ini, dapat membuktikan adanya fotosintesis,
sehingga dipastikan siswa kelas IV SD Negeri 60 Prabumulih, senang akan
mata pelajaran Sains / IPA.
c. Mungkinkah  melalui implementasi media gambar, siswa akah lebih
menyukai mengadakan percobaan ? Implementasi media gambar akan
memberikan pola pikir yang leluasa bagi siswa, sehingga siswa yang
pernah melakukan ingin mengulangnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, Identifikasi masalah, analisis masalah
dan alternatif, apakah implementasi media gambar dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas IV tentang bagian-bagian tumbuhan pembelajaran IPA SD
Negeri 60 Prabumulih.
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini Adalah untuk
meningkatakan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 60 Prabumulih pada mata
pelajaran IPA materi bagian-bagian tumbuhan.

5
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Bagi guru sebagai peneliti
a. Sebagai sarana untuk mengembangkan diri secara profesional dan lebih
percaya diri dalam pembelajaran media gambar
b. Untuk memperbaiki pembelajaran, serta hasil penelitian yang diperolehnya
dapat disebarkan pada teman sejawat, sehingga mereka tergerak untuk
mencoba hasil tersebut atau paling tidak mencoba melakukan perbaikan 
pembelajaran di kelasnya.
c. Melalui PTK, Guru mendapatkan kesempatan untuk berperan aktif
mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan sendiri.
2. Bagi siswa
Siswa memperoleh layanan pembelajaran yang lebih bervariasi dan
maksimal, hal ini dapat menumbuhkan minat belajar siswa.Dengan
melaksanakan PTK permasalahan yang dihadapi anak dapat segera
diselesaikan.                                                                                                
3. Manfaat bagi sekolah
Penelitian Tindakan Kelas bermanfaat bagi sekolah dimana penelitian
itu dilaksanakan, karena dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang
berujung pada meningkatnya output sekolah.

4. Manfaat bagi lembaga / Instansi Pendidikan


Pengetahuan yang diperoleh dalam PTK yang dilaksanakan oleh guru
dapat ditularkan kepada guru lain dalam satu sekolah. Juga dapat ditularkan
kepada guru lain antar sekolah melalui forum KKG atau kegiatan lain yang
sejenis. Dengan demikian proses pembelajaran secara umum akan meningkat.

6
7

Anda mungkin juga menyukai