Anda di halaman 1dari 198

BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber

daya manusia bagi kehidupan dimasa yang akan datang. Melalui proses

pendidikan seseorang akan memperoleh bekal hidup dan citra diri bagi kehidupan

sosialnya. Tujuan pendidikan dapat dicapai jika siswa melibatkan dirinya secara

aktif dalam kegiatan belajar baik fisik, mental maupun emosional. Pendidikan

diharapkan dapat menciptakan suatu kondisi kemajuan pada semua kelompok

masyarakat. Pendidikan diharapkan bisa menjadikan individu dan kelompok

masyarakat sebagai warga negara yang baik, sadar akan hak dan kewajibannya di

satu sisi, serta dapat mempersiapkan individu dan kelompok masyarakat untuk

memasuki pasar tenaga kerja (Rohman, 2009:4)

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 tentang sistem

pendidikan nasional yang berbunyi: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”

(Hasbullah, 2006:304).

1
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa (Hasbullah, 2006:307).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru

dan Dosen pasal 1 menyatakan bahwa “guru adalah pendidik profesional dengan

tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,

dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah” (Hasbullah, 2006:356).

Sanjaya (2006:1) juga menyatakan dalam bukunya bahwa dalam

implementasi standar proses pendidikan, guru merupakan komponen yang sangat

penting, sebab keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan sangat tergantung

pada guru sebagai ujung tombak. Oleh karena itulah upaya peningkatan

seharusnya dimulai dari pembenahan kemampuan guru. Salah satu kemampuan

yang harus dimiliki guru adalah bagaimana merancang suatu strategi

pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai.

Satu hal lagi bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

sebagai hasil pembaharuan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tersebut juga

menghendaki, bahwa suatu pembelajaran pada dasarnya tidak hanya mempelajari

tentang konsep, teori dan fakta tetapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian materi pelajaran tidak hanya tersusun atas hal-hal sederhana

yang bersifat hapalan dan pemahaman, tetapi juga tersusun atas materi yang

kompleks yang memerlukan analisis, aplikasi, dan sistesis. Untuk itu, guru harus

bijaksana dalam menentukan suatu model yang sesuai agar dapat menciptakan

2
situasi yang kondusif agar proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai (Trianto, 2009:8).

Pembelajaran yang harus diberikan pada generasi bangsa dalam rangka

mengembangkan kemampuan, membentuk watak yang bermartabat dalam

mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan pelajaran Pkn (Pendidikan

Kewarganegaraan). Karena Pkn secara luas mencakup “proses penyiapan generasi

muda untuk mengambil peran dan tanggung jawabnya sebagai warga negara”

(Bedjo, 2010:11).

Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang secara umum

bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia,

sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang

memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung

jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Berdasarkan pendapat di atas jelas bahwa PKn bertujuan mengembangkan potensi

individu warga negara, dengan demikian maka seorang guru PKn haruslah

menjadi guru yang berkualitas dan profesional, sebab jika guru tidak berkualitas

tentu tujuan PKn itu sendiri tidak tercapai.

Mengingat pentingnya pendidikan Kewarganegaraan untuk peserta didik,

diperlukan berbagai strategi pembelajaran yang dapat membantu agar tujuan dari

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat terlaksana sesuai dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, khususnya pada Bab IV pasal 19

yang menyatakan bahwa pembelajaran pada satuan pendidikan hendaknya

diselenggarakan secara: “Interaktif, Inspiratif, Menyenangkan, Menantang,

3
Memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, dan Memberi ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”.

Saat ini model-model pembelajaran inovatif-progresif merupakan konsep

belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan

situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka

sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Trianto, 2009:12).

Berdasarkan kenyataan dilapangan pembelajaran PKn sebagian besar

cenderung masih diajarkan secara konseptual dengan hanya menggunakan metode

ceramah di sekolah-sekolah, khususnya di sekolah dasar. Hal ini menyebabkan

siswa belum dapat terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.

Selama ini siswa cenderung hanya mempelajari dan menghapal definisi atau

konsep–konsep.

Hal inilah yang dialami oleh siswa kelas IV SDN Pasayangan 1

Martapura, hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada angkatan tahun 2013/2014

dalam mata Pelajaran PKn, hasil belajar siswa yang masih rendah tidak memenuhi

nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada mata pelajaran PKn yang mana

nilai kriteria ketuntasan minimalnya adalah 70 di SDN Pasayangan 1 Martapura.

Data tersebut menunjukkan 60% dari jumlah siswa 20 orang dengan yang tidak

tuntas terdiri dari 12 orang yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal

dan hanya 40% siswa atau 8 orang yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal

untuk mata pelajaran PKn di kelas IV SDN Pasayangan 1 Martapura.

4
Penyebab dari rendahnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari berbagai

sisi, guru,siswa, maupun dari sisi materi pelajaran itu sendiri. Bagi guru, aktivitas

belajar masih berpusat pada guru, metode pembelajaran yang tidak bervariasi,

tidak adanya media pembelajaran. Bagi siswa, kurangnya dilibatkan dalam proses

pembelajaran, mereka hanya duduk manis ditempat masing-masing sambil

mendengar dan mencatat apa yang disampaikan guru. Tidak ada keaktifan siswa

dalam proses belajar mengajar di kelas. Mereka hanya berkutat pada penghapalan

materi-materi tanpa pemahaman. Kalau dilihat dari sisi materi pelajaran, materi

globalisasi memang sulit untuk dipahami bagi sebagian besar siswa karena

merupakan sebuah materi tentang pemahaman suatu globalisasi yang pada

umumnya bersifat membosankan.

Akibat dari permasalahan-permasalahn yang muncul tersebut apabila

dibiarkan begitu saja tanpa adanya perbaikan dalam kegiatan pembelajaran, maka

akan mengakibatkan proses dan hasil pembelajaran PKn di sekolah dasar tidak

akan mengalami peningkatan.

Munculnya permasalahan dan kenyataan yang negatif tentang hasil belajar

yang rendah ini. Maka peneliti mencoba untuk mengatasi hal tersebut, salah satu

upaya untuk memudahkan mempelajari konsep–konsep PKn adalah dengan

menerapkan suatu sistem pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif

dalam kegiatan belajar mengajar, guna meningkatkan hasil belajar siswa.

Salah satu implementasi strategi dalam belajar yaitu digunakannya

pendekatan dan model-model dalam pembelajaran di kelas, karena saat ini model

pembelajaran dipandang paling punya peran strategis dalam upaya mendongkrak

5
keberhasilan proses hasil belajar mengajar, sehingga guru diharapkan mampu

menyampaikan materi dengan tepat tanpa mengakibatkan kebosanan.

Model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS), model pembelajaran kooperatif

tipe NHT setiap anggota kelompoknya bertanggung jawab atas tugas

kelompoknya, sehingga tidak ada pemisahan antara siswa yang satu dan siswa

yang lain dalam satu kelompok untuk saling memberi dan menerima antara satu

dengan yang lainnya. Sedangkan model kooperatif tipe TSTS membuat siswa

lebih termotivasi untuk mempelajari PKn dan dapat meningkatkan hasil belajar

siswa. Pembelajaran model TSTS ini masih jarang digunakan oleh guru-guru kita,

oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dalam

pembelajaran globalisasi (Shoimin, 2014:108).

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka peneliti berpendapat bahwa

konsep ini sangat cocok dan cukup relevan dengan pembelajaran model NHT

divariasikan dengan TSTS, karena keunggulan model ini lebih menekankan pada

kinerja kelompok secara heterogen serta memberi kesempatan kelompok untuk

membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain sehingga siswa dalam

belajar berdiskusi dan saling membantu dalam mempelajari isi materi pelajaran

yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Akhirnya, siswa lebih mudah

untuk memahami konsep-konsep yang sulit atau sifatnya kompleks. Dengan

demikian kegiatan pembelajaran lebih efektif dan dapat dicapai secara optimal

karena sesuai dengan pengetahuan yang dibangun secara aktif oleh individu dan

kelompok.

6
Berdasarkan latar belakang di atas akan dilakukan penelitian yang

berjudul: “Meningkatkan Hasil Belajar PKn Pada Materi Globalisasi Melalui

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

Divariasikan Dengan Two Stay Two Stray (TSTS) Pada Siswa Kelas IV SDN

Pasayangan 1 Martapura Kabupaten Banjar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana aktivitas guru pada pelajaran PKn tentang Globalisasi melalui

model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) pada siswa kelas IV SDN

Pasayangan 1 Martapura Kabupaten Banjar?

2. Bagaimana aktivitas siswa pada pelajaran PKn tentang Globalisasi melalui

model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) pada siswa kelas IV SDN

Pasayangan 1 Martapura Kabupaten Banjar?

3. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada pelajaran PKn tentang

Globalisasi melalui model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) pada siswa

kelas IV SDN Pasayangan 1 Martapura Kabupaten Banjar?

7
C. Rencana Pemecahan Masalah

Masalah dalam pembelajaran di kelas IV SDN Pasayangan 1 Martapura

adalah siswa sulit memahami konsep-konsep dengan materi yang banyak

memerlukan pemahaman seperti materi Globalisasi. Kesulitan itu berdampak pada

rendahnya hasil belajar siswa, maka peneliti ingin mengatasinya dengan model

pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) divariasikan

dengan Two Stay Two Stray (TSTS), yang diharapkan dapat meningkatkan

pemahaman siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn

di kelas IV.

Alternatif tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar

Globalisasi pada siswa kelas IV SDN Pasayangan 1 Martapura ini melalui model

pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) divariasikan

dengan Two Stay Two Stray (TSTS). Pemecahan masalah melalui model

pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) divariasikan

dengan Two Stay Two Stray (TSTS) ini diharapkan akan berdampak positif pada

siswa, karena siswa belajar bersama secara berkelompok dan saling membantu

satu sama lain, anggota kelompoknya heterogen dimana siswa yang memiliki

kemampuan lebih digabung dengan siswa yang kemampuannya kurang dan siswa

terbantu dalam memahami konsep yang sulit dan komplek sehingga dapat

merealisasikan kebutuhan siswa dalam berpikir, memecahkan masalah dan

mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini merupakan bagian

penting dalam proses pembelajaran, dimana sesuai dengan kebutuhan bantuan

8
guru, orang dewasa dan juga teman sekelompok sebayanya dalam kegiatan

pembelajaran.

Langkah-langkah model Numbered Heads Together (NHT) adalah sebagai

berikut:

1. Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat

nomor

2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya

3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota

kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya dengan baik

4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil keluar

dari kelompoknya melaporkan atau menjelaskan hasil kerja sama mereka

5. Tanggapan dengan teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang

lain

6. Kesimpulan (Shoimin, 2014:108).

Langkah-langkah model Two Stay Two Stray (TSTS) dalam pemecahan

masalah ini adalah :

1. Siswa bekerjasama dalam kelompok berempat seperti biasa

2. Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan

kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain

3. Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja

dan informasi mereka ke tamu mereka

4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan

temuan mereka dari kelompok lain

9
5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka (Shoimin,

2014:223).

Langkah-langkah model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) adalah sebagai

berikut:

1. Guru memberikan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan

menjelaskan materi globalisasi.

2. Guru membagi kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen. Setiap

siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

3. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

4. Guru mengarahkan dua siswa dari masing-masing kelompok akan

meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang

lain.

5. Guru mengarahkan dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas

membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.

6. Guru mengarahkan tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka

sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

7. Guru mengarahkan kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja

mereka.

8. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil keluar

dari kelompoknya melaporkan atau menjelaskan hasil kerja sama mereka.

9. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memberikan tanggapan

dengan teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.

10
D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah telah diuraikan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui aktivitas guru pada pelajaran PKn tentang Globalisasi

melalui model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together

(NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) pada siswa kelas IV

SDN Pasayangan 1 Martapura Kabupaten Banjar.

2. Untuk mengetahui aktivitas siswa pada pelajaran PKn tentang Globalisasi

melalui model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together

(NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) pada siswa kelas IV

SDN Pasayangan 1 Martapura Kabupaten Banjar.

3. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran PKn tentang

Globalisasi melalui model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) pada siswa

kelas IV SDN Pasayangan 1 Martapura Kabupaten Banjar.

11
E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi guru, dapat menerapkan pembelajaran kooperatif sebagai salah satu

pendekatan dalam pembelajaran, hasil penelitian ini dapat menjadi tolak ukur

dan bahan pertimbangan bagi guru guna melakukan pembenahan serta

koreksi diri bagi pengembangan profesionalisme dalam pelaksanaan tugas

profesinya.

2. Bagi siswa, dapat membantu siswa yang selama ini kesulitan dalam bekerja

secara kelompok, mereka juga memperoleh pengalaman berharga dalam

pembelajaran sehingga menjadi lebih termotivasi untuk belajar.

3. Bagi kepala sekolah, sebagai sumbangan pemikiran untuk sekolah dapat

mengembangkan program pembinaan melalui peningkatan mutu

pembelajaran serta kualitas proses dan hasil belajar Pkn di sekolah.

4. Bagi peneliti, dapat berbagi pengalaman tentang cara mengajar dengan

menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS), dan

memberi bekal bagi peneliti sebagai calon guru agar siap melaksanakan tugas

di lapangan.

12
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Karakteristik Anak Usia SD

Perkembangan dapat diartikan sebagai proses perubahan kuantitatif

dan kualitatif individu dalam rentang kehidupannya mulai dari masa

konsepsi, masa bayi, masa kanak-kanak, masa anak, masa remaja, sampai

masa dewasa (Sugandi dan Yusuf, 2011:1).

Perkembangan itu pasti terjadi dalam kehidupan individu manusia,

maka setelah ini kita akan lebih mengetahui tentang perkembangan kognisi,

karakteristik perkembangan, perkembangan bahasa anak, serta periode

perkembangan.

1.1 Perkembangan Kognisi

Teori perkembangan kognisi Piaget menyatakan bahwa kecerdasan

atau kemampuan kognisi seorang anak mengalami kemajuan melalui empat

tahap yang jelas. Masing-masing tahap dicirikan oleh kemunculan

kemampuan-kemampuan baru dan cara mengolah informasi (Slavin,

2008:42).

Piaget membagi perkembangan kognisi anak-anak dan remaja menjadi

empat tahap: sensorimotor, praoperasional, operasional konkret, dan

operasional formal (Slavin, 2008:45). Dia percaya bahwa semua anak

melewati tahap-tahap ini dalam urutan ini dan bahwa tidak seorang pun anak

dapat melompati suatu tahap, walaupun anak-anak yang berbeda melewati

13
tahap-tahap tersebut dengan kecepatan yang agak berbeda. Orang-orang yang

sama dapat melaksanakan tugas yang terkait dengan tahap-tahap yang

berbeda pada saat yang sama, khususnya pada titik peralihan ke dalam tahap

baru.

1.2 Karakteristik Perkembangan

Tahap-tahap perkembangan menurut Piaget (Slavin, 2008:45), antara

lain:

1. Tahap sensorimotor (pada saat lahir hingga usia 2 tahun)

Tahap paling awal disebut sensorimotor karena, selama tahap ini, bayi

dan anak kecil menjajaki dunia mereka dengan menggunakan indera mereka

dan kemampuan motor mereka.

2. Tahap praoperasional (usia 2 hingga 7)

Apabila bayi dapat mempelajari dan memahami dunia ini hanya

dengan memanipulasi objek secara fisik, anak-anak prasekolah mempunyai

kemampuan yang lebih besar untuk memikirkan segala sesuatu dan dapat

menggunakan simbol untuk melambangkan objek dalam pikiran.

3. Tahap operasional konkret (usia 7 hingga 11)

Tahap ketika anak-anak mengembangkan kemampuan bernalar logis

dan memahami konservasi tetapi hanya dapat menggunakan kedua

kemampuan ini dalam menghadapi situasi yang sudah dikenal.

4. Tahap operasional formal (usia 11 hingga dewasa)

Kemampuan yang dipelajari selama tahap operasional konkret

perkembangan kognisi di mana orang-orang dapat berpikir sekaligus tentang

14
seluruh kelompok objek dan tentang hubungan di antara kelompok-kelompok

bawahannya.

Dalam keserasian bersekolah, secara relatif siswa-siswa lebih mudah

di didik daripada masa sebelum dan sesudahnya. Masa ini menurut

Suryobroto (Djamarah, 2008:124) dapat diperinci menjadi dua fase yaitu:

1) Masa kelas rendah sekolah dasar, kira-kira umur 6 atau 7 sampai umur

9 atau 10 tahun.

2) Masa kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira umur 9 atau 10 sampai kira-

kira umur 12 atau 13 tahun.

1.3 Periode Perkembangan

Perkembangan manusia berlangsung secara berurutan atau

berkesinambungan melalui periode atau masa. Menurut Santrock (Sugandi

dkk, 2011:9) periode perkembangan itu terdiri atas tiga periode, yaitu anak

(childhood), remaja (adolescence), dan dewasa (adulthood).

2. Belajar dan Pembelajaran

2.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar memiliki

kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan. Belajar

juga dapat dipandang sebagai sebuah proses elaborasi dalam upaya pencarian

makna yang dilakukan oleh individu. Proses belajar pada dasarnya dilakukan

untuk meningkatkan kemampuan atau kompetensi personal (Pribadi, 2009:6).

15
Belajar merupakan suatu proses aktif dan fungsi dari total situasi yang

mengelilingi siswa. Individu yang melakukan proses belajar akan menempuh

suatu pengalaman belajar dan berusaha untuk mencari makna dari

pengalaman tersebut (Pribadi, 2009:7).

Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan belajar sebagai berikut:

a. Gagne

Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang

melalui aktivitas.

b. Cronbach

Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengamatan.

c. Geoch

Belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan

d. Morgan

Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari

pengalaman (Suprijono, 2010:2-3).

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Belajar

adalah suatu proses yang bertujuan untuk perubahan perilaku melalui

serangkaian aktivitas misalnya mendengarkan, membaca, mencoba, meniru,

dan lain sebagai-nya yang diperoleh melalui hasil pengalaman.Belajar adalah

mengalami, dalam hal ini terjadi interaksi antara individu dengan

lingkungannya, baik lingkungan fisik/psikis maupun lingkungan sosial

(Hamzah dkk, 2011:142).

16
Anthony Robbins, mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan

hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan seuatu

(pengetahuan) yang baru dari definisi ini dimensi belajar memuat beberapa

unsur yaitu: (1) penciptaan hubungan, (2) sesuatu hal (pengetahuan) yang

sudah dipahami, dan (3) sesuatu (pengetahuan) yang baru. Jadi dalam makna

belajar disini bukan berangkat dari sesuatu yang benar-benar belum diketahui

(nol), tetapi merupakan keterkaitan antara dua pengetahuan yang sudah ada

dengan pengetahuan baru (Trianto, 2009:15).

Subiyanto (Trianto, 2009:17) menyatakan bahwa mengajar pada

hakikatnya tidak lebih dari sekadar menolong para siswa untuk memperoleh

pengetahuan, keterampilan sikap serta ide dan apresiasi yang menjurus

kepada perubahan tingkah laku dan pertumbuhan siswa. Cara mengajar guru

yang baik merupakan kunci dan prasarat bagi siswa untuk belajar dengan

baik. Salah satu tolak ukur bahwa siswa telah belajar dengan baik ialah jika

siswa itu dapat mempelajari apa yang seharusnya dipelajari, sehingga

indikator hasil belajar yang diinginkan dapat dicapai oleh siswa.

Sementara itu, yang dimaksud dengan pembelajaran adalah


aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak
sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel
dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara
pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang
lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar
dari seseorang guru untuk membelajarkan siswanya
(mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya)
dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dari makna
ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua
arah dari seorang guru dan peserta didik, di mana antara
keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah
menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya
(Trianto, 2009:17).

17
Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari

kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya

diketahui (dituruti ) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi

“pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau

mengajarkan sehingga anak didik mau belajar (Hamzah, Unu, dkk 2011:142).

2.2 Teori Belajar dan Pembelajaran

1) Teori Belajar menurut Thorndike

Teori belajar Thorndike disebut connection karena belajar merupakan

proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Menurut

Thorndike (Dalyono, 2007:31) terjadinya stimulus dan respon berdasarkan

tiga hukum, yaitu:

a) Law of readiness, jika reaksi terhadap stimulus didukung oleh kesiapan

untuk bertindak atau beraksi itu, maka reaksi menjadi memuaskan; b) Law of

exercise, makin banyak dipraktekkan atau digunakannya hubungan stimulus

respon, maka kuat hubungan itu. Praktek ini perlu disertai dengan reward; c)

Law of effect, bilamana terjadi hubungan antara stimulus dan respon, dan

dibarengi dengan state of affairs yang memuaskan maka hubungan ini

menjadi lebih kuat. Bilamana hubungan dibarengi state of affairs yang

mengganggu, maka kekuatan hubungan menjadi berkurang.

Kesimpulannya bahwa seseorang akan melakukan pekerjaan jika hasil

pekerjaan itu akan memberikan rasa menyenangkan/memuaskan. Sebaliknya

jika tidak membawa dampak menyenangkan, maka ia tidak melaksakan

18
pekerjaan tersebut. Sehingga pada praktik pembelajaran Matematika guru

dapat memberikan berupa penghargaan agar anak dapat termotivasi belajar.

2) Teori Belajar menurut Skinner

Skinner (Dalyono, 2007:32) menganggap reward atau reinforcement

sebagai faktor terpenting dalam proses belajar. Skiner membedakan adanya

dua macam respon, yaitu respondent conditioning dan operant

conditioning.Respondent conditioning adalah respon yang diperoleh dari

beberapa stimulus yang teridentifikasi, jadi menimbulkan respon yang relatif

tetap.Seorang siswa diberi soal sederhana dan siswa dapat menyelesaikannya

sendiri. Dengan peristiwa ini siswa merasa yakin atas kemampuannya,

sehingga timbul respon mempelajari hal-hal berikutnya yang sesuai atau

lanjutan apa yang dapat dia selesaikan tadi.

3) Teori Belajar menurut Robert M. Gagne

Menurut Gagne (Dimyati dan Mudjiono, 2009:12) ada tiga tahap

dalam belajar yaitu: a) Persiapan untuk belajar dengan melakukan tindakan

mengarahkan perhatian, pengharapan, dan mendapatkan kembali informasi;

b) Pemerolehan dan unjuk perbuatan (performansi) digunakan untuk persepsi

selektif, sandi semantik, pembangkitan kembali, respon, dan penguatan; dan

c) Alih belajar yaitu pengisyaratan untuk membangkitkan dan

memberlakukan secara umum.

2.3 Prinsip Belajar dan Pembelajaran

Banyak teori prinsip belajar yang dikemukakan para ahli yang satu

dengan yang lain memiliki persamaan dan perbedaan. Dari berbagai prinsip

19
belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum dapat

kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang

perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya

meningkatkan mengajarnya. Berikut merupakan prinsip-prinsip belajar yang

dikemukakan oleh Suprijono (2012).

Pertama, prinsip belajar adalah perubahan prilaku. Perubahan prilaku

sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri:

1. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang

disadari.

2. Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya.

3. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup

4. Positif atau berakumulasi

5. Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.

6. Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Wittig, belajar

sebagai any relatively permanent change in an organis’m behavioral

repeoire that occurs as a result of experience.

7. Bertujuan dan terarah

8. Mencakup keseluruhan potensi kemanusian (Suprijono, 2012:4).

Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong

kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemtik

yang dinamis, konstruktif dan organik. Belajar merupakan kesatuan

fungsional dari berbagai komponen belajar (Suprijono, 2012:4).

20
Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada

dasarnya adalah hasil dari instraksi antara antara peserta didik dengan

lingkungannya. Wiliam Burton (Suprijono, 2012:5) mengemukakan bahwa A

good learning situation consist of arich and varied series of learning

experiences unified around a vigorous purpose and carried on in interaction

with a rich varied and propocative environtment.

2.3 Tujuan, Proses dan Hasil

Belajar dapat didefinisikan, “Suatu usaha atau kegiatan yang

bertujuan mengadakan perubahan didalam diri seseorang, mencakup

perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan,

dan sebagainya (Dalyono, 2009:49).

Tujuan belajar sebenarnya sangan banyak dan bervariasi.


Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan
tindakan intruksional, lazim dinamakan intrucsional effect,
yang bisa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sementara,
tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar
intruksional lazim disebut nurturant efffect. Bentuknya berupa,
kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan
demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya. Tujuan ini
merupakan konsekuensi lagis dari pesserta didik “menghidupi”
(live in) suatu sistem lingkungan belajar tertentu (Suprijono,
2012:5).

Proses belajar merupakan jalan yang harus ditempuh oleh seorang

pelajar untuk mengerti suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui

(Rooijakkers, 2010:14).

21
Proses belajar mengajar adalah proses berlangsungnya belajar

mengajar dikelas yang merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah

(Suryosubroto, 2002:36).

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah

proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku

baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan mahasiswa sehingga

menjadi lebih baik dari sebelumnya.

3. Upaya- upaya Guru Meningkatkan Hasil Belajar

Upaya-upaya yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar

siswa antara lain dengan mengoptimalkan peran keaktifan dan keefektifan guru

karena guru merupakan faktor utama dalam berhasilnya pembelajaran

sebagaimana dikemukakan oleh (Suparlan, 2005:112) Guru yang efektif harus

memiliki kemampuan:

1. Menguasai pengetahuan teoritikal tentang pembelajaran dan tingkah laku

manusia

2. Menunjukkan sikap yang menunjang proses pembelajaran dan hubungan

antar manusia secara murni,

3. Menguasai pengetahuan dalam mata pelajaran yang diajarkan, dan

4. Memiliki kemampuan kecakapan tkhnikal tentang pembelajaran yang

mempermudah siswa untuk belajar.

Dalam konteks profesionalisme guru, guru efektif juga harus memiliki

syarat profesional (Nurdin, 2004:159-190) sebagai berikut .

22
1. Sehat jasmani dan rohani

2. Bertakwa

3. Berilmu pengetahuan luas

4. Berlaku adil

5. Berwibawa

6. Ikhlas

7. Mempunyai tujuan yang robbani

8. Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi

9. Menguasai bidang yang ditekuni.

Selain dengan mengoptimalkan peran keaktifan dan keefektivan guru,

evaluasi juga merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dengan upaya untuk

meningkatkan hasil belajar siswa .

Sebagai kegiatan yang berupaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan

siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, maka evaluasi hasil belajar

memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan. Ranah

tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat

diklasifikasikan menjadi tiga yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah

psikomotor (Mustika, 2011:25).

Dalam konteks evaluasi hasil proses pembelajaran di sekolah, dikenal

adanya dua macam tekhnik, yaitu tekhnik tes dan tekhnik nontes. Dengan tekhnik

tes, maka evaluasi hasil proses pembelajaran disekolah itu dilakukan dengan

jalan menguji peserta didik. Sebaliknya, dengan tekhnik nontes maka evaluasi

dilakukan tanpa menguji peserta didik (Sudijono, 2006:62-63).

23
Jadi upaya yang dapat dilakukan seorang guru adalah dengan

mengoptimalkan peran keaktifan dan keefektifannya serta dengan mengadakan

evaluasi yang dapat mengetahu hasil peningkatan belajar siswa.

4. Pendekatan Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan

menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam

orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras,

atau suku yang berbeda (heterogen) (Sanjaya, 2011:242). Sistem penilaian

dilakukan terhadap kelompok, setiap individu akan saling membantu, mereka

akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu

akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi

keberhasilan kelompok.

Menurut Suprijono (2012:54), pembelajaran kooperatif adalah konsep

yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk

yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum

pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru

menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan

informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah

yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.

Cooperative learning dilakukan dengan cara membagi peserta didik dalam

beberapa kelompok atau tim. Setiap kelompok atau tim terdiri dari beberapa

peserta didik yang memiliki kemampuan berbeda (Mulyatiningsih, 2012:243).

24
5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together)

divariasikan dengan TSTS (Two Stay Two Stray)

a. Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together)

Menurut Trianto (2009:82), Numbered Heads Together (NHT) atau

penomoran berpikir adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang

dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternative

terhadap struktur kelas tradisional. Numbered Heads Together (NHT) pertama

kali dikembangkan oleh Spencer Kagen (1999) untuk melibatkan lebih banyak

siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek

pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Tujuan yang diharapkan tercapai dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT

yaitu:

1) Hasil belajar akademik struktural, ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja

siswa dalam tugas-tugas akademik.

2) Pengakuan adanya keragaman, ini bertujuan agar siswa dapat menerima

teman-temannya yang mempunyai latar belakang yang berbeda.

3) Pengembangan keterampilan sosial, bertujuan untuk mengembangkan

keterampilan siswa (Rusman, 2010:203).

Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan

struktur empat fase sebagai sintaks NHT (Trianto, 2010:83):

a. Fase 1: Penomoran

Guru membagi siswa kedalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap

anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.

25
b. Fase 2: Mengajukan

Guru mengajukan sebuah pertanyaaan kepada siswa. Petanyaan dapat

bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.

c. Fase 3: Berpikir bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan

menyakinkan tiap angggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.

d. Fase 4: Menjawab

Guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai

mengacungkan tangganya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk

seluruh kelas.

Secara sistematis langkah-langkah pada model pembelajaran NHT

(Suprijono, 2011:92) adalah sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa

sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai dengan menggunakan media

visual.

2) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari

4–5 siswa, setiap anggota kelompok diberi nomor atau nama.

3) Melakukan pemberian tugas berupa pertanyaan didalam LKK sebagai bahan

diskusi dalam kelompok kerja.

4) Guru meminta setiap kelompok mendiskusikan jawaban secara bersama-sama

dan memastikan semua anggota tahu jawabannya.

5) Mengamati, memfasilitasi dan membimbing siswa dalam melaksanakan

pembelajaran didalam kelompok.

26
6) Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut nomor dari masing-

masing anggota kelompok untuk menjawab.

7) Memberikan skor atau penilaian bagi setiap jawaban yang benar.

8) Memberikan penguatan berupa pemberian hadiah atau penghargaan pada

kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan hasil penghitungan skor

tertinggi dikelompok.

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki kelebihan dan

kelemahannya. Berikut ini adalah kelebihan dan kelemahan model pembelajaran

tipe NHT.

1) Kelebihan

a. Setiap siswa menjadi siap semua.

b. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.

c. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

2) Kelemahan :

a. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.

b. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

c. Kendala teknis, misalnya masalah tempat duduk kadang sulit atau

kurang mendukung diatur kegiatan kelompok (Suprijono, 2011:92).

b. Model Pembelajaran Kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray)

Teknik belajar mengajar Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray)

dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Struktur dua tinggal dua tamu

memberi kesempatan kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan

kelompok lain (Lie, 2007:61). Model pembelajaran kooperatif dua tinggal dua

27
tamu adalah dua orang siswa tinggal di kelompok dan dua orang siswa bertamu ke

kelompok lain. Dua orang yang tinggal bertugas memberikan informasi kepada

tamu tentang hasil kelompoknya, sedangkan yang bertamu bertugas mencatat

hasil diskusi kelompok yang dikunjunginya (Shoimin, 2014:222).

Gambar 2.1 Struktur Two Stay Two Stray

Pembagian kelompok dalam pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray

memperhatikan kemampuan akademis siswa. Guru membuat kelompok yang

heterogen dengan alasan memberi kesempatan siswa untuk saling mengajar dan

saling mendukung, meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, etnik dan gender,

yang dapat membantu teman lainnya dalam memecahkan suatu permasalahan

dalam kelompok.

Langkah-langkah model Two Stay Two Stray (TSTS) adalah sebagai

berikut:

1. Siswa bekerjasama dalam kelompok berempat seperti biasa

2. Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan

kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain

28
3. Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja

dan informasi mereka ke tamu mereka

4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan

temuan mereka dari kelompok lain

5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka (Shoimin,

2014:223).

Di dalam pemanfaatannya atau penggunaannya model pembelajaran Two

Stay Two Stray (TSTS) juga mempunyai kelebihan dan kekurangan, yakni

sebagai berikut:

Kelebihan pembelajaran dengan model Two Stay Two Stray (TSTS):

1. Mudah dipecah menjadi berpasangan

2. Lebih banyak tugas yang bisa dilakukan

3. Guru mudah memonitor

4. Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan

5. Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna

6. Lebih berorientasi pada keaktifan

7. Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya

8. Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa

9. Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan

10. Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar (Shoimin, 2014:225).

Kekurangan pembelajaran dengan model Two Stay Two Stray (TSTS):

1. Membutuhkan waktu yang lama

2. Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok

29
3. Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana, tenaga)

4. Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas

5. Membutuhkan waktu lebih lama

6. Membutuhkan sosialisasi yang lebih baik

7. Jumlah genap bisa menyulitkan pembentukan kelompok

8. Siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak memperhatikan guru

9. Kurang kesempatan memperhatikan guru (Shoimin, 2014:225).

Langkah-langkah model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) adalah sebagai

berikut:

1. Guru memberikan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan

menjelaskan materi globalisasi.

2. Guru membagi kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen. Setiap

siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

3. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

4. Guru mengarahkan dua siswa dari masing-masing kelompok akan

meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang

lain.

5. Guru mengarahkan dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas

membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.

6. Guru mengarahkan tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka

sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

30
7. Guru mengarahkan kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja

mereka.

8. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil keluar

dari kelompoknya melaporkan atau menjelaskan hasil kerja sama mereka

9. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memberikan tanggapan

dengan teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.

6. Pembelajaran Pkn di Sekolah Dasar

Dalam lampiran Permendiknas No 22 tahun 2006 di kemukakan bahwa

“mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang

memfokuskan pada pembentukkan warga negara yang memahami dan mampu

melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia

yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD

1945”.

Pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan berdasarkan

nilai-nilai pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan

nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang

diharapkan menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk prilaku dalam

kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai individu, anggota masyarakat dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara. Tujuan mata pelajaran pendidikan

kewarganegaraan adalah untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan sebagai

berikut:

31
a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan.

b. Berpartisifasi secara aktif dan bertanggung jawab, serta bertindak cerdas

dalam kegiatan kemasyarakatan, berbangsa dan bernegara.

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan

pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama

dengan bangsa lainnya.

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam pecaturan dunia secara

langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan

komunikasi (Ian, 2010:Online).

Pembelajaran PKn bertujuan dapat merangsang siswa untuk memiliki

kecakapan berfikir secara:

a. Kritis, yaitu dengan mencermati dan menjadikannya materi-materi

disekitarnya (bisa berupa ide, gagasan, pengetahuan, dan peristiwa) sebagai

sumber inspirasi.

b. Rasional, yaitu dengan mengedepankan aspek rasionalitas (akal budi, dan

logika) berdasarkan ilmu pengetahuan ilmiah.

c. Kreatif, yaitu dengan mengembangkan alternatif-alternatif pemecahan

masalah.

d. Secara umum tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebagai berikut:

e. Memberikan pengertian pengetahuan dan pemahaman tentang Pancasila yang

benar dan sah.

32
f. Meletakkan dan membentuk pola pikir yang sesuai dengan Pancasila dan ciri

khas serta watak ke-Indonesian.

PKn dinilai sebagai mata pelajaran yang mengusung misi Pendidikan Nilai

dan Moral, dengan alasan sebagai berikut:

a. Materi PKn adalah Konsep- konsep nilai Pancasila dan UUD 1945 beserta

dinamika perwujudan dalam kehidupan masyarakat negara Indonesia.

b. Sasaran akhir belajar PKn adalah perwujudan nilai-nilai tersebut dalam

prilaku nyata dalam kehidupan sehari-hari.

c. Proses pembelajaran menuntut terlibatnya emosional, intelektual, dan sosial

dari peserta didik dan guru sehingga nilai-nilai itu bukan hanya dipahami

(bersifat kognitif) tetapi dihayati (bersifat objektif) dan dilaksanakan (bersifat

prilaku) (Ian, 2010:Online).

7. Pembelajaran Pkn Tentang Pengaruh Globalisasi

a. Pengertian Globalisasi

Kata "globalisasi" diambil dari kata globe yang artinya bola bumi tiruan

atau dunia tiruan. Kemudian, kata globe menjadi global, yang berarti universal

atau keseluruhan yang saling berkaitan. Jadi, globalisasi adalah proses

menyatunya warga dunia secara umum dan menyeluruh menjadi kelompok

masyarakat. Dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang

pesat, terciptalah alat transportasi dan komunikasi. Hal ini memungkinkan

manusia dapat berhubungan satu sama lain walaupun jaraknya sangat jauh.

b. Dampak Globalisasi

33
a) Dampak Positif

Dengan adanya alat transportasi, semua kegiatan di daerah menjadi

berjalan. Coba saja jika tidak ada kendaraan, bagaimana hasil pertanian dapat

dijual dengan cepat di tempat lain? Wah, hasil pertanian tersebut pasti akan

membusuk.

b) Dampak Negatif

Masuknya informasi dengan mudah melalui berbagai media cetak dan

elektronik dari luar tidak dapat dibendung dengan mudah. Kebiasaan negara Barat

yang tidak sesuai dengan kebiasaan bangsa Timur dapat memengaruhi kejiwaan

generasi bangsa Indonesia.

c. Budaya Indonesia dalam Misi Kebudayaan Internasional

Indonesia adalah negara yang memiliki potensi alam. Negara Indonesia

memiliki kekayaan alam yang berlimpah dan subur. Indonesia juga merupakan

negara majemuk yang memiliki beragam corak, baik agama, suku bangsa, seni,

budaya, maupun adat istiadat. Setiap suku bangsa di Indonesia mempunyai

kebudayaan sendiri yang berbeda dengan suku bangsa lain. Banyak negara lain

yang tertarik dengan keunikan budayanya. Tidak jarang mereka mengundang

kesenian yang ada di Indonesia lewat Kedutaan Besar Republik Indonesia

setempat.

Kesenian Indonesia di dunia internasional dapat dijumpai dalam berbagai

bentuk. Ragam budaya bangsa Indonesia yang telah dikenal oleh masyarakat luar

negeri, antara lain sebagai berikut.

34
1. Tarian daerah, seperti tari kecak dari Bali, tari jaipong dari Jawa Barat telah

dikenal oleh masyarakat dunia.

2. Musik gamelan dari Bali, Jawa, dan Sunda telah dikenal di luar negeri bahkan

dipelajari oleh masyarakat luar negeri di negaranya masing-masing.

3. Musik angklung yang dimainkan di luar negeri sebagai salah satu kesenian

dari bangsa Indonesia bahkan menjadi barang kesenian yang diekspor ke luar

negeri.

4. Batik sebagai hasil karya kerajinan tangan bangsa Indonesia banyak digemari

pasar dunia.

5. Benda-benda pahat, seperti patung dari Bali dan Suku Asmat menjadi barang

yang diminati turis asing sebagai cinderamata (Bestari, 2008:79-89).

d. Sikap terhadap Pengaruh Globalisasi

Globalisasi berkembang sangat cepat dan sudah melanda ke seluruh dunia.

Globalisasi sangat memengaruhi tingkah laku kehidupan masyarakat. Kita tidak

bisa menolak pengaruh globalisasi dalam kehidupan masyarakat di Indonesia.

Apabila bangsa Indonesia menolak, maka bangsa Indonesia akan semakin

tertinggal dalam pergaulan antarbangsa di dunia dan menjadi bangsa yang

terbelakang. Namun, kita juga tidak boleh menerima segala hal yang berasal dari

luar sebagai sesuatu yang baik bagi bangsa Indonesia. Kita harus bisa lebih

selektif dan kritis terhadap pengaruh budaya asing yang masuk ke Indonesia.

Pengaruh yang masuk akibat globalisasi ada yang berpengaruh positif,

tetapi ada pula yang berpengaruh negatif. Pengaruh globalisasi yang positif

berarti telah disaring oleh Pancasila, sehingga dapat kita terapkan dalam

35
kehidupan sehari-hari. Dengan pengaruh yang positif juga dapat membawa

kemajuan suatu bangsa. Sedangkan pengaruh negatif dari globalisasi berarti tidak

sesuai dengan kepribadian bangsa, sehingga tidak perlu kita terapkan melainkan

harus kita hindarkan, karena dapat merusak bahkan membawa pengaruh yang

lebih buruk bagi perkembangan bangsa. Meskipun globalisasi terus berjalan kita

tidak harus selalu mengikuti.

Untuk dapat menyikapi globalisasi yang terus berkembang dengan pesat

adalah dengan membentengi diri kita yaitu dengan agama. Dengan agama kita

dapat mengendalikan diri kita dari segala pengaruh. Dengan hal-hal tersebut

diharapkan kita dapat menyikapi dampak negatif dari globalisasi.

Contoh budaya asing yang harus kita tolak antara lain gaya hidup

hedonistik (hidup berhura-hura), sikap atheis (tidak mengakui Tuhan), berpakaian

yang sangat terbuka, individualistik, mabuk-mabukan, dan berjudi. Sebaliknya,

terhadap budaya asing yang positif kita harus mampu menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari. Misalnya, sikap etos kerja yang tinggi, menghargai waktu,

dan menepati janji (Bestari, 2008:79-89).

8. Hasil Penelitian yang Relevan

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rezki Warniah ini bertujuan

untuk mengetahui peningkatan dan hasil belajar melalaui model pembelajaran

Numbered Heads Together (NHT). Penelitian yang digunakan adalah penelitian

tidakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus dengan teknik pengumpulan

data observasi dan tes tertulis. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN

36
Pemurus Baru 1. Hasil ketuntasan belajar siswa individu terlihat semakin

meningkat pada pembelajaran yang dilakukan dengan model Numbered Heads

Together (NHT) di kelas V SDN Pemurus Baru 1. Pada tes yang dilakukan di

akhir pertemuan dan akhir siklus yang di ukur dengan hasil jawaban soal yang di

dapat. Nilai yang didapat di tes akhir siklus I yaitu ketuntasan klasikalnya adalah

78,57%, dan nilai yang didapat di tes akhir siklus II secara klasikalnya adalah

96,42%, artinya pada siklus II hasil belajar siswa lebih dari indikator keberhasilan

atau lebih dari 80%.

Nisa Fitriani (2013) pada pembelajaran Pkn kepada siswa kelas V SDN

Alalak Utara 1 Banjarmasin mengunakan pendekatan kooperatif tipe Numbered

Heads Together (NHT) dapat meningkatkan aktivitas guru dalam pembelajaran.

Pada aktivitas siswa siklus I berada pada ketegori aktif dan siklus II berada pada

kategori sangat aktif, dan hasil belajar pada siklus I yaitu 74,28% dan perolehan

pada siklus II yaitu 94,21%.

Penelitian tindak kelas (PTK) yang dilakukan oleh Irna Maulida (2013),

pada Kelas IV SDN Kelayan Timur 11 Banjarmasin dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dengan media visual

dapat meningkatkan ketuntasan Aktivitas siswa siklus I 59,66% dan siklus II

68,99% dan tes akhir siklus II 66,66% dan tes akhir siklus II sebesar 100%.

Penelitian Hana Fitriana. 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada siswa

kelas IV SDN SDN Gudang Hirang 1 Sungai Tabuk dengan menggunakan model

pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan hasil belajar

37
siswa, pada siklus I nilai ketuntasan klasikal sebesar 70% meningkat pada siklus

II sebesar 80%.

Mahdi (2012) penggunaan model kooperatif tipe Two Stay Two Stray

dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV SDN Alalak Selatan 1

Banjarmasin. Hal ini dapat dilihat pada tes akhir siklus I ketuntasan klasikal

mencapai 78,13% , sedangkan pada tes akhir siklus II meningkat menjadi 100% .

Muhammad Ibrahim (2011) hasil penelitian menunjukkan bahwa

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Guntung Ujung I Kecamatan

Gambut, yaitu Hasil belajar siswa disiklus I rata-rata 56,25 meningkat menjadi

75,62 disiklus II ketuntasan belajar siswa di siklus I meningkat menjadi 56%

meningkat menjadi 94%.

B. Kerangka Berfikir

Langkah awal dalam penelitian ini adalah menentukan subjek yang akan

diteliti, subjek tersebut berkaitan dengan pokok bahasan, dan model pembelajaran

yang digunakan dalm kegiatan belajar mengajar. Untuk meningkatkan hasil

belajar siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, guru harus

mampu menciptakan suasana belajar yang optimal dan tepat dengan menerapkan

suatu model pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS), Model pembelajaran kooperatif

tipe NHT setiap anggota kelompoknya bertanggung jawab atas tugas

38
kelompoknya, sehingga tidak ada pemisahan antara siswa yang satu dan siswa

yang lain dalam satu kelompok untuk saling memberi dan menerima antara satu

dengan yang lainnya. Sedangkan model kooperatif tipe TSTS membuat siswa

lebih termotivasi untuk mempelajari PKn dan dapat meningkatkan hasil belajar

siswa (Shoimin, 2014:108).

Keunggulan model ini lebih menekankan pada kinerja kelompok secara

heterogen serta memberi kesempatan kelompok untuk membagikan hasil dan

informasi dengan kelompok lain sehingga siswa dalam belajar berdiskusi dan

saling membantu dalam mempelajari isi materi pelajaran yang mendukung

tercapainya tujuan pembelajaran. Akhirnya, siswa lebih mudah untuk memahami

konsep-konsep yang sulit atau sifatnya kompleks. Dengan demikian kegiatan

pembelajaran lebih efektif dan dapat dicapai secara optimal karena sesuai dengan

pengetahuan yang dibangun secara aktif oleh individu dan kelompok.

Pada umumnya karakteristik pertama anak SD adalah senang bermain.

Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan

yang bermuatan permainan lebih-lebih bagi siswa kelas rendah. Karakteristik

yang kedua dari anak usia SD adalah senang bergerak, orang dewasa dapat

berduduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling

lama sekitar 30 menit. Karakteristik yang ketiga dari angka usia SD adalah anak

senang bekerja dalam kelompok. Sehingga peneliti berharap bahwa implementasi

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head

Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) efektif untuk

39
meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas IV SDN Pasayangan 1 Martapura

pada materi globalisasi.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah

penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Hipotesis

merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap

paling mungkin dan paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya

(Suryabrata, 2012:12). Berdasarkan kerangka teori dan kerangka berpikir diatas,

maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut

“Jika pembelajaran pada Globalisasi melalui model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray

(TSTS) maka hasil belajar siswa kelas IV SDN Pasayangan 1 Martapura akan

meningkat”.

40
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan peneliti untuk

memperbaiki kualitas pembelajaran dan kinerja peneliti sebagai tenaga pendidik,

sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk memperbaiki hasil

pembelajaran siswa. Sedangkan jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan

kelas (PTK).

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

tindakan Kelas (PTK) yang mana pelaksanaannya dilakukan oleh guru untuk

memecahkan masalah yang dihadapi dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu

mengelola pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM).

Kurt lewin: Penelitian adalah suatu rangkaian langkah yang terdiri atas

empat tahap, yakni perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sedangkan

menurt kemmis dan MC. Taggart: Penelitian tindakan adalah suatu bentuk self

inquiry kolektif yang dilakukan oleh para partisipan di dalam situasi sosial untuk

meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari praktik sosial atau pendidikan yang

mereka lakukan, serta mempertinggi pemahaman mereka terhadap praktik dan

situasi di mana praktik itu dilaksanakan. Elliot (1991) mendefinisikan penelitian

tindakan sebagai kajian dari sebuah situasi sosial dengan kemungkinan tindakan

untuk memperbaiki kualitas situasi sosial tersebut (Kunandar, 2008:42).

41
Penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu penelitian

tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru sekaligus sebagai peneliti

dikelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan

merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan

partisipasif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas)

proses pembelajaran dikelasnya melalui suatu tindakan (treatmen) tertentu dalam

suatu siklus (Kunandar, 2008:45).

Dalam hal ini menurut Borg (1996) juga menyebutkan secara eksplisit

“bahwa tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah pengembangan

keterampilam proses pembelajaran yang dihadapi oleh guru di kelasnya, bukan

bertujuan untuk pencapaian pengetahuan umum dalam bidang pendidikan”

(Supardi, 2006:107). Selain itu penelitian Tindakan Kelas juga dapat

menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan. Hal ini terjadi

karena kegiatan tersebut dilaksanakan sendiri dikelas, dengan melibatkan

siswanya sendiri melalui tindakan yang direncanakan, dilaksanakan, dan

dievaluasi.

Penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang digunakan

sebagai metode dalam penelitian ini adalah bentuk pembelajaran yang bersifat

reflektif untuk memperbaiki kondisi pembelajaran dan meningkatkan kemantapan

rasional dari tindakan melaksanakan tugas dengan proses pengkajian berdaur,

yaitu merencanakan, melakukan tindakan, mengamati, dan merefleksi.

Pelaksanaan model dan penjelasan untuk masing-masing tahap

digambarkan Suharsimi (2010:137) adalah sebagai berikut:

42
Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan
SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar 3.1 Paradigma Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi, 2010:137)

Prosedur penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) yang dikenalkan Kurt Lewin terdiri dari 4 langkah, menurut (Suharsimi,

2010:137) yaitu:

1. Tahap Perencanaan ((Planing),

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan Kelas (Action),

3. Tahap Observasi dan Evaluasi (Observation and Evaluation),

4. Refleksi (Refleksy).

43
Tahap 1: Menyusun rancangan tindakan (Planing)

Dalam tahap penyusunan rancangan ini menentukan titik atau fokus

peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian

membuat instrument pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang

terjadi selama tindakan berlangsung. Jika yang digunakan dalam penelitian ini

berbentuk berpisah maka penelitian dan pelaksana harus melakukan kesepakatan

antara keduanya. Dikarenakan pelaksana guru peneliti yang paling berkepentingan

untuk meningkatkan kinerja, maka pemilihan strategi pembelajaran disesuaikan

dengan selera dan kepentingan guru peneliti agar pelaksanaan tindakan dapat

terjadi secara wajar, realistis, dan dapat dikelola dengan mudah.

Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap kedua penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan

implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenai tindakan di kelas. Hal

yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap kedua ini pelaksana guru ingat dan

berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula

berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan

dengan perencanaan perlu diperhatikan secara seksama agar sinkron dengan

maksud semula.

Tahap 3: Pengamatan (Observing)

Tahap ketiga yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat.

Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan

pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu

tindakan sedang dilakukan jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.

44
Sebutan tahap ketiga diberikan untuk memberikan peluang kepada guru pelaksana

yang juga berstatus sebagai pengamat ketika guru tersebut sedang melakukan

tindakan, karena hatinya menyatu dengan kegiatan, tentu tidak sempat

menganalisis peristiwanya ketika sedang terjadi. Oleh karena itu, kepada guru

pelaksana yang berstatus sebagai pengamat agar melakukan “Pengamatan Balik”

terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung sambil melakukan

pengamatan balik lagi, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang

terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.

Tahap 4: Refleksi (Reflecting)

Tahap keempat merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa

yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru

pelaksana sudah selesai melakukan tindakan. Kemudian berhadapan dengan

peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.

B. Setting Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SDN Pasayangan 1 yang

beralamat Jalan Pangeran Abdurrahman No. 1 Kelurahan Pasayangan Kecamatan

Martapura Kota Kabupaten Banjar tahun ajaran 2014/2015 dengan materi

Globalisasi. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas IV dengan jumlah siswa 19

0rang yang terdiri dari siswa laki-laki sebanyak 9 orang dan siswa perempuan

sebanyak 10 orang. Keadaan kelas sangat mendukung untuk berlangsungnya

proses belajar mengajar yang efektif. Sarana yang ada seperti meja dan kursi

cukup dan bahkan sangat leluasa untuk mengadakan pembelajaran. Cahaya atau

45
penerangan pun juga sangat baik karena ruangan kelas-kelas tinggi di sekolah ini

terletak di lantai dua. Namun, pada lantai kelas yang berupa papan sebahagian

sudah mulai dimakan umur dan menimbulkan suara atau bunyi ketika berjalan.

Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

(PKn) mengenai globalisasi di kelas IV semester 2. Peneliti memilih sekolah ini

sebagai tempat penelitian karena melihat dari rendahnya hasil belajar yang

dimiliki siswa tersebut, masih belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yang

ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 70. Rendahnya nilai hasil belajar disebabkan

oleh beberapa faktor yang menyangkut siswa maupun guru, antara lain di ruang

kelas siswa tenang mengikuti pelajaran dan sibuk mencatat apa yang ditulis oleh

guru, siswa tidak berani menjawab pertanyaan guru, kalau menjawab secara

bersama-sama sehingga suara kurang jelas, kurang aktifnya siswa dalam

mengerjakan latihan soal, guru masih menggunakan metode lama seperti ceramah

dalam menjelaskan materi sehingga membuat siswa bosan dan tidak bersemangat,

guru tidak melaksanakan pembelajaran yang bersifat aktif bagi siswa bahkan

siswa terlihat lesu dan tidak bersungguh-sungguh dalam mengerjakan atau

menjawab tugas, penggunaan media pembelajaran pun belum dimanfaatkan secara

maksimal.

46
C. Faktor yang diteliti

Mengamati permasalahan di atas, maka ada beberapa faktor yang perlu

diteliti, yaitu:

1. Faktor Guru

Dalam hubungannya dengan faktor guru, melihat cara guru dalam

merencanakan pembelajaran serta bagaimana pelaksanaan pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan pada materi Globalisasi. Perencanaan dan

pembelajaran yang akan guru lakukan harus sesuai dengan langkah atau tahapan-

tahapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) adalah sebagai berikut:

1) Guru memberikan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan

menjelaskan materi globalisasi.

2) Guru membagi kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen. Setiap

siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

3) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

4) Guru mengarahkan dua siswa dari masing-masing kelompok akan

meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang

lain.

5) Guru mengarahkan dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas

membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.

6) Guru mengarahkan tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka

sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

47
7) Guru mengarahkan kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja

mereka.

8) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil keluar

dari kelompoknya melaporkan atau menjelaskan hasil kerja sama mereka.

9) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memberikan tanggapan

dengan teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.

2. Faktor Siswa

Dalam hubungannya dengan faktor siswa, dengan melihat dan mengamati

hasil pembelajaran baik respon siswa dan aktifitas siswa dalam belajar, dalam

kerja kelompok ataupun kinerja siswa secara individual tentang globalisasi dengan

menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together

(NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS). Aktivitas siswa yang

akan diamati adalah:

a. Siswa memperhatikan guru menjelaskan materi

b. Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran

c. Siswa aktif dalam mengerjakan LKK

d. Siswa aktif menjawab pertanyaan yang diberikan guru

e. Siswa ikut menyimpulkan hasil pembelajaran.

3. Faktor hasil belajar

Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa yang telah dicapai setelah proses

pembelajaran melalui tes tertulis. Hasil belajar ini diukur secara kuantitatif dengan

melihat perolehan nilai siswa dan evaluasi siswa yang dihitung secara menyeluruh

untuk mengukur keberhasilan siswa secara individu maupun klasikal setelah

48
melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS).

D. Skenario Tindakan

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus I terdiri atas 2 kali

pertemuan dan siklus II terdiri atas 2 kali pertemuan. Tiap pertemuan 2 x 35 menit

(2 jam pelajaran), prosedur penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan

langkah-langkah yang disusun sebagai berikut:

a. Pembelajaran siklus I pertemuan 1:

1. Perencanaan (Planning)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

a. Membuat rencana pembelajaran (RPP) dengan materi “Pengertian

Globalisasi dan Contoh Globalisasi” dengan menggunakan langkah-

langkah pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT) variasi Two Stay Two Stray (TSTS).

b. Membuat lembar observasi terhadap kegiatan pembelajaran guru dan

lembar observasi terhadap aktivitas siswa dengan model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) divariasikan dengan

Two Stay Two Stray (TSTS).

c. Mempersiapkan sumber belajar berupa buku pelajaran dari berbagai

penerbit dan media yang sesuia dengan materi pembelajaran yang akan

dilaksanakan di kelas.

49
d. Menyusun alat LKK, evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa

dengan tes tertulis pada akhir pelajaran terhadap Pengertian Globalisasi

dan Contoh Globalisasi.

2. Pelaksanan tindakan (Acting)

Tindakan yang diberikan adalah dengan model pembelajaran kooperatif

tipe Numbered Heads Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray

(TSTS) dalam pembelajaran PKn. Penelitian ini direncanakan dengan 2 siklus.

Setiap siklus dilaksanakan 2 kali pertemuan (tatap muka). Setiap pertemuan

dilaksanakan dua jam pelajaran, yakni 2 x 35 menit. Setiap pertemuan mengikuti

skenario pembelajaran.

Skenario Pembelajaran

Kegiatan awal:

1) Guru menyiapkan peserta didik secara fisik dan psikis dengan

mengucapkan salam, menanyakan kabar dan memeriksa kehadiran siswa .

2) Guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab tentang materi

yang akan diajarkan.

3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan

dicapai.

4) Guru menyampaikan garis besar materi pelajaran dan kegiatan yang akan

dilakukan (langkah-langkah model).

Kegiatan inti:

1) Guru memberikan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan

menjelaskan materi globalisasi.

50
2) Siswa dibagi dalam kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.

Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

3) Guru memberikan tugas (LKK) dan masing-masing kelompok

mengerjakannya.

4) Setelah itu, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan

kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain.

5) Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja

dan informasi mereka ke tamu mereka.

6) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan

melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

7) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

8) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil keluar

dari kelompoknya melaporkan atau menjelaskan hasil kerja sama mereka.

9) Tanggapan dengan teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang

lain.

Kegiatan akhir:

1. Guru dan siswa bersama-sama murid menyimpulkan pelajaran.

2. Guru memberikan evaluasi

3. Guru melaksanakan refleksi

4. Guru memberikan umpan balik

5. Guru melakukan tindak lanjut kepada siswa

6. Guru menutup pelajaran dengan menyampaikan materi pertemuan

berikutnya dan memberi beberapa nasehat kepada siswa

51
3. Tahap Observasi dan Evaluasi

Dalam tahap ini dilakukan observasi untuk merekam segala peristiwa dan

kegiatan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Hal ini dilakukan

dengan menggunakan lembar observasi aktifitas siwa dan guru dalam proses

belajar mengajar sedangkan evaluasi tindakan dilakukan secara tertulis pada setiap

akhir pertemuam dan siklus.

4. Tahap Refleksi

Tahap ini adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah dan tidak terjadi,

apa yang telah dihasilkan atau yang belum dituntaskan dengan pelaksanaan

tindakan yang telah dilakukan. Hasil yang telah diperoleh pada tahap pengamatan

dikumpulkan dan dianalisa. Dari hasil tersebut guru akan merefleksikan diri

dengan melihat data hasil observasi apakah kegiatan yang dilakukan sudah dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep perkalian dan pembagian pecahan.

Berdasarkan hasil observasi dari hasil tes maka akan dijadikan pertimbangan

memasuki siklus berikutnya.

b. Pembelajaran siklus I pertemuan 2:

1. Perencanaan (Planning)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

a. Membuat rencana pembelajaran (RPP) dengan materi “Dampak

Globalisasi” dengan menggunakan langkah-langkah pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) divariasikan dengan

Two Stay Two Stray (TSTS).

52
b. Membuat lembar observasi terhadap kegiatan pembelajaran guru dan

lembar observasi terhadap aktivitas siswa dengan model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) divariasikan dengan

Two Stay Two Stray (TSTS).

c. Mempersiapkan sumber belajar berupa buku pelajaran dari berbagai

penerbit dan media yang sesuia dengan materi pembelajaran yang akan

dilaksanakan di kelas.

d. Menyusun alat LKK, evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa

dengan tes tertulis pada akhir pelajaran terhadap Dampak Globalisasi.

2. Pelaksanan tindakan (Acting)

Tindakan yang diberikan adalah dengan model pembelajaran kooperatif

tipe Numbered Heads Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray

(TSTS) dalam pembelajaran PKn. Penelitian ini direncanakan dengan 2 siklus.

Setiap siklus dilaksanakan 2 kali pertemuan (tatap muka). Setiap pertemuan

dilaksanakan dua jam pelajaran, yakni 2 x 35 menit. Setiap pertemuan mengikuti

skenario pembelajaran.

Skenario Pembelajaran

Kegiatan awal:

1) Guru menyiapkan peserta didik secara fisik dan psikis dengan

mengucapkan salam, menanyakan kabar dan memeriksa kehadiran siswa .

2) Guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab tentang materi

yang akan diajarkan.

53
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan

dicapai.

4) Guru menyampaikan garis besar materi pelajaran dan kegiatan yang akan

dilakukan (langkah-langkah model).

Kegiatan inti:

1) Guru memberikan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan

menjelaskan materi globalisasi.

2) Siswa dibagi dalam kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.

Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

3) Guru memberikan tugas (LKK) dan masing-masing kelompok

mengerjakannya.

4) Setelah itu, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan

kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain.

5) Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja

dan informasi mereka ke tamu mereka.

6) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan

melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

7) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

8) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil keluar

dari kelompoknya melaporkan atau menjelaskan hasil kerja sama mereka.

9) Tanggapan dengan teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang

lain.

54
Kegiatan akhir:

1) Guru dan siswa bersama-sama murid menyimpulkan pelajaran.

2) Guru memberikan evaluasi

3) Guru melaksanakan refleksi

4) Guru memberikan umpan balik

5) Guru melakukan tindak lanjut kepada siswa

6) Guru menutup pelajaran dengan menyampaikan materi pertemuan

berikutnya dan memberi beberapa nasehat kepada siswa

3. Tahap Observasi dan Evaluasi

Dalam tahap ini dilakukan observasi untuk merekam segala peristiwa dan

kegiatan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Hal ini dilakukan

dengan menggunakan lembar observasi aktifitas siwa dan guru dalam proses

belajar mengajar sedangkan evaluasi tindakan dilakukan secara tertulis pada setiap

akhir pertemuam dan siklus.

4. Tahap Refleksi

Tahap ini adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah dan tidak terjadi,

apa yang telah dihasilkan atau yang belum dituntaskan dengan pelaksanaan

tindakan yang telah dilakukan. Hasil yang telah diperoleh pada tahap pengamatan

dikumpulkan dan dianalisa. Dari hasil tersebut guru akan merefleksikan diri

dengan melihat data hasil observasi apakah kegiatan yang dilakukan sudah dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep perkalian dan pembagian pecahan.

Berdasarkan hasil observasi dari hasil tes maka akan dijadikan pertimbangan

memasuki siklus berikutnya.

55
c. Pembelajaran siklus II pertemuan 1:

1. Perencanaan (Planning)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

a. Membuat rencana pembelajaran (RPP) dengan materi “Budaya Indonesia

dalam Misi Kebudayaan Internasional” dengan menggunakan langkah-

langkah pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS).

b. Membuat lembar observasi terhadap kegiatan pembelajaran guru dan

lembar observasi terhadap aktivitas siswa dengan model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) divariasikan dengan

Two Stay Two Stray (TSTS).

c. Mempersiapkan sumber belajar berupa buku pelajaran dari berbagai

penerbit dan media yang sesuia dengan materi pembelajaran yang akan

dilaksanakan di kelas.

d. Menyusun alat LKK, evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa dengan

tes tertulis pada akhir pelajaran terhadap Budaya Indonesia dalam Misi

Kebudayaan Internasional.

2. Pelaksanan tindakan (Acting)

Tindakan yang diberikan adalah dengan model pembelajaran kooperatif

tipe Numbered Heads Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray

(TSTS) dalam pembelajaran PKn. Penelitian ini direncanakan dengan 2 siklus.

Setiap siklus dilaksanakan 2 kali pertemuan (tatap muka). Setiap pertemuan

56
dilaksanakan dua jam pelajaran, yakni 2 x 35 menit. Setiap pertemuan mengikuti

skenario pembelajaran.

Skenario Pembelajaran

Kegiatan awal:

1) Guru menyiapkan peserta didik secara fisik dan psikis dengan

mengucapkan salam, menanyakan kabar dan memeriksa kehadiran siswa .

2) Guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab tentang materi

yang akan diajarkan.

3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan

dicapai.

4) Guru menyampaikan garis besar materi pelajaran dan kegiatan yang akan

dilakukan (langkah-langkah model).

Kegiatan inti:

1) Guru memberikan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan

menjelaskan materi globalisasi.

2) Siswa dibagi dalam kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.

Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

3) Guru memberikan tugas (LKK) dan masing-masing kelompok

mengerjakannya.

4) Setelah itu, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan

kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain.

5) Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja

dan informasi mereka ke tamu mereka.

57
6) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan

melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

7) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

8) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil keluar

dari kelompoknya melaporkan atau menjelaskan hasil kerja sama mereka.

9) Tanggapan dengan teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang

lain.

Kegiatan akhir:

1) Guru dan siswa bersama-sama murid menyimpulkan pelajaran.

2) Guru memberikan evaluasi

3) Guru melaksanakan refleksi

4) Guru memberikan umpan balik

5) Guru melakukan tindak lanjut kepada siswa

6) Guru menutup pelajaran dengan menyampaikan materi pertemuan

berikutnya dan memberi beberapa nasehat kepada siswa

3. Tahap Observasi dan Evaluasi

Dalam tahap ini dilakukan observasi untuk merekam segala peristiwa dan

kegiatan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Hal ini dilakukan

dengan menggunakan lembar observasi aktifitas siwa dan guru dalam proses

belajar mengajar sedangkan evaluasi tindakan dilakukan secara tertulis pada setiap

akhir pertemuam dan siklus.

4. Tahap Refleksi

58
Tahap ini adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah dan tidak terjadi,

apa yang telah dihasilkan atau yang belum dituntaskan dengan pelaksanaan

tindakan yang telah dilakukan. Hasil yang telah diperoleh pada tahap pengamatan

dikumpulkan dan dianalisa. Dari hasil tersebut guru akan merefleksikan diri

dengan melihat data hasil observasi apakah kegiatan yang dilakukan sudah dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep perkalian dan pembagian pecahan.

Berdasarkan hasil observasi dari hasil tes maka akan dijadikan pertimbangan

memasuki siklus berikutnya.

d. Pembelajaran siklus II pertemuan 2:

1. Perencanaan (Planning)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

a. Membuat rencana pembelajaran (RPP) dengan materi “Sikap terhadap

Pengaruh Globalisasi” dengan menggunakan langkah-langkah

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS).

b. Membuat lembar observasi terhadap kegiatan pembelajaran guru dan

lembar observasi terhadap aktivitas siswa dengan model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) divariasikan dengan

Two Stay Two Stray (TSTS).

c. Mempersiapkan sumber belajar berupa buku pelajaran dari berbagai

penerbit dan media yang sesuia dengan materi pembelajaran yang akan

dilaksanakan di kelas.

59
d. Menyusun alat LKK, evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa

dengan tes tertulis pada akhir pelajaran terhadap Budaya Indonesia

dalam Misi Kebudayaan Internasional.

2. Pelaksanan tindakan (Acting)

Tindakan yang diberikan adalah dengan model pembelajaran kooperatif

tipe Numbered Heads Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray

(TSTS) dalam pembelajaran PKn. Penelitian ini direncanakan dengan 2 siklus.

Setiap siklus dilaksanakan 2 kali pertemuan (tatap muka). Setiap pertemuan

dilaksanakan dua jam pelajaran, yakni 2 x 35 menit. Setiap pertemuan mengikuti

skenario pembelajaran.

Skenario Pembelajaran

Kegiatan awal:

1) Guru menyiapkan peserta didik secara fisik dan psikis dengan

mengucapkan salam, menanyakan kabar dan memeriksa kehadiran siswa .

2) Guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab tentang materi

yang akan diajarkan.

3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan

dicapai.

4) Guru menyampaikan garis besar materi pelajaran dan kegiatan yang akan

dilakukan (langkah-langkah model).

Kegiatan inti:

1) Guru memberikan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan

menjelaskan materi globalisasi.

60
2) Siswa dibagi dalam kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.

Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

3) Guru memberikan tugas (LKK) dan masing-masing kelompok

mengerjakannya.

4) Setelah itu, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan

kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain.

5) Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja

dan informasi mereka ke tamu mereka.

6) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan

melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

7) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

8) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil keluar

dari kelompoknya melaporkan atau menjelaskan hasil kerja sama mereka.

9) Tanggapan dengan teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang

lain.

Kegiatan akhir:

1) Guru dan siswa bersama-sama murid menyimpulkan pelajaran.

2) Guru memberikan evaluasi

3) Guru melaksanakan refleksi

4) Guru memberikan umpan balik

5) Guru melakukan tindak lanjut kepada siswa

6) Guru menutup pelajaran dengan menyampaikan materi pertemuan

berikutnya dan memberi beberapa nasehat kepada siswa

61
3. Tahap Observasi dan Evaluasi

Dalam tahap ini dilakukan observasi untuk merekam segala peristiwa dan

kegiatan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Hal ini dilakukan

dengan menggunakan lembar observasi aktifitas siwa dan guru dalam proses

belajar mengajar sedangkan evaluasi tindakan dilakukan secara tertulis pada setiap

akhir pertemuam dan siklus.

4. Tahap Refleksi

Tahap ini adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah dan tidak terjadi,

apa yang telah dihasilkan atau yang belum dituntaskan dengan pelaksanaan

tindakan yang telah dilakukan. Hasil yang telah diperoleh pada tahap pengamatan

dikumpulkan dan dianalisa. Dari hasil tersebut guru akan merefleksikan diri

dengan melihat data hasil observasi apakah kegiatan yang dilakukan sudah dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep perkalian dan pembagian pecahan.

Berdasarkan hasil observasi dari hasil tes maka akan dijadikan pertimbangan

memasuki siklus berikutnya.

E. Data dan Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data (Suharsimi, 2010:39) merupakan kegiatan penting

dalam sebuah penelitian. Dengan adanya data–data itulah peneliti

menganalisisnya untuk kemudian dibahas dan disimpulkan dengan panduan serta

referensi–referensi yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Sedangkan yang

dimaksud dengan data adalah hasil pencatatan peneliti, baik berupa fakta maupun

angka.

62
1. Sumber Data

Sumber data penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV SDN

Pasayangan 1. Data diperoleh dari Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan

peneliti kepada siswa-siswa kelas IV semester II Tahun Ajaran 2013-2014,

dengan jumlah siswa 19 orang yang terdiri dari 8 orang laki-laki dan 11 orang

perempuan.

2. Jenis data

a. Data kualitatif berupa data tentang aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam

kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray

(TSTS).

b. Data kuantitatif berupa nilai tes hasil belajar siswa selama proses

pembelajaran.

3. Cara Pengambilan Data

a. Data aktivitas guru diambil melalui lembar observasi dengan mengamati

langkah-langkah pembelajaran yang dilaksanakan pada saat pembelajaran

berlangsung yang dilakukan oleh guru.

c. Data aktivitas siswa diambil dari data hasil pengamatan langsung pada siwa

yang dilakukan oleh peneliti melalui lembar observasi aktivitas siswa tiap

pertemuan dalam mengikuti pembelajaran menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) divariasikan

dengan Two Stay Two Stray (TSTS).

63
b. Data hasil belajar siswa diambil melalui tes hasil belajar yang dilaksanakan

diakhir pelajaran.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data kuantitatif dan kualitatif didasarkan pada hasil observasi

terhadap aktivitas guru, siswa dan hasil belajar sebagai berikut:

a. Aktivitas guru

Peningkatan aktivitas guru diketahui dengan menganalisis lembar hasil

observasi aktivitas guru dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

Kriteria penilaian :

Tabel 3.1 Kualifikasi Aktivitas Guru

No. Skor Kategori

1 28 – 36 Sangat Baik

2 19 – 27 Baik

3 10 – 18 Cukup Baik

4 ≤9 Kurang Baik

Skor maksimal 9 x 4 = 36

Skor minimal 9 x 1 = 9

Interval 36 : 4 = 9

64
b. Aktivitas Siswa

1. Rata – rata Kelas

Aktivitas siswa berdasarkan rata-rata masing-masing aspek, yaitu:

Jumlah Fx
Aktivitas siswa = X 20
4 x jumlah seluruh siswa

Tabel 3.2. Kualifikasi Aktivitas Siswa

No. Skor Kategori

1 16 – 20 Sangat Aktif

2 11 – 15 Aktif

3 6 – 10 Cukup Aktif

4 ≤5 Kurang Aktif

2. Klasikal Kelas

Aktivitas siswa berdasarkan klasikal kelas pada masing-masing


aspek.
Jumlah F(A+SA )
Aktivitas siswa = x100%
Jumlah seluruh siswa

Tabel 3.3. Kualifikasi Aktivitas Siswa Secara Klasikal

Persentase Kriteria

100% Seluruhnya Aktif

81% – 99%
Hampir Seluruhnya Aktif
61% – 80%
Sebagian besar Aktif
41% – 60%
Sebagian Aktif
21% – 40%
Sebagian Kecil Aktif
1% – 20%
Hampir Seluruhnya Tidak Aktif
0%
Seluruhnya Tidak Aktif

65
c. Hasil Belajar

1. Individual

Secara individual siswa dikatakan berhasil jika siswa memperoleh

nilai minimal sama dengan atau di atas KKM yang telah ditentukan yaitu

sebesar 70 dengan perhitungan sebagai berikut:

Ketuntasan individual dihitung dengan rumus :

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 ℎ
Skor = x 100
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

2. Klasikal

Hasil belajar siswa secara klasikal diperhitungkan dengan

persentase antara siswa yang menuhi KKM yaitu sebesar 70 dengan jumlah

seluruh siswa, perhitungan untuk ketuntasan klasikal dihitung dengan rumus

Jumlah siswa yang tuntas belajar


Persentase = x 100%
Jumlah seluruh siswa

Ketuntasan klasikal dianggap tuntas apabila terdapat  80% siswa dapat

menguasai pelajaran.

66
G. Indikator Keberhasilan

Penelitian tindakan ini dinyatakan berhasil apabila prestasi hasil belajar

siswa, aktivitas belajar siswa, dan aktivitas guru dalam pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan pada materi globalisasi dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) divariasikan

dengan Two Stay Two Stray (TSTS) pada siswa kelas IV SDN Pasayangan 1

Martapura dapat mencapai:

1. Aktivitas Guru

Indikator aktivitas guru dikatakan berhasil apabila kualitas analisis guru

dalam mengajar selama proses pembelajaran melalui lembar observasi

memperoleh skor 28 – 36 kategori sangat baik.

2. Aktivitas Siswa

a. Dari sudut pandang rata-rata kelas, jika mencapai skor sebesar 16

penelitian ini dianggap berhasil apabila aktivitas siswa secara rata-rata

kelas dapat mencapai skor sebesar ≥16 berdasarkan interpretasi keaktifan

siswa berada pada kategori sangat aktif.

b. Dari sudut pandang klasikal, yaitu penelitian ini dianggap berhasil

apabila siswa yang berkategori aktif dan sangat aktif mencapai 80%.

3. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa secara perorangan bisa dikatakan tuntas atau berhasil

apabila siswa telah mencapai skor ≥ 70. Hasil belajar siswa secara klasikal

apabila 80 % siswa memperoleh nilai ≥ 70.

67
BAB IV

PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

1. Letak dan Luas Bangunan

Tempat penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV SDN

Pasayangan 1 Martapura pada semester genap tahun ajaran 2014/2015.

Adapun identitas sekolah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Nama : SD Negeri Pasayangan 1


2. NSS : 101 150 101 015
3. NIS : 100 150
4. NPSN : 30 300 187
5. Akreditas : Nilai “B”
6. Gugus : V
7. Sekolah : SD Imbas
8. Berdiri Tahun : ± 50 tahun sekitar 1960
9. Jarak Dari Inti : ± 200 Meter
10. Jarak Dari UPT : ± 1 Kilometer
11. Jarak Dari Kota : ± 1 Kilometer
12. Alamat : Jl. Pangeran Abdurrahman No.1, RT.
09, RW. IV
13. Propinsi : Kalimantan Selatan
14. Kabupaten : Banjar
15. Kecamatan : Martapura
16. Desa / Kelurahan : Pasayangan
17. Kode Pos : 70619

68
2. Sarana dan Prasarana Sekolah

Sarana dan Prasarana yang dimiliki SDN Pasayangan 1 Martapura

cukup memadai. Bangunan yang ada di sekolah ini terdiri 6 ruang kelas, 1

ruang kantor, 1 ruang UKS dan 3 WC.

3. Tenaga Pendidik

Jumlah tenaga pendidik/guru di SDN Pasayangan 1 Martapura

berjumlah 12 orang. Terdiri dari 1 orang kepala sekolah, 6 orang guru kelas,

1 orang guru penjaskes, 1 orang guru agama, 2 orang guru honor dan 1

orang penjaga sekolah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 4.1 Nama Guru dan Jabatan Tahun 2014/2015

No Nama Guru Jabatan Ijazah/Tahun Tanggal Bekerja


1 Hj. Yulida Meliannur, S.Pd Kepsek S1/2010 09-06-14
2 Dra. Hj. Siti Ramlah GU S1/1988 01-07-14
3 Hayati, S.Pd.I GA S1/2010 01-11-86
4 Hj. Nurahimah, S.Pd GU S1/2010 01-07-14
5 Heldaniah, S.Pd.SD GU S1/2011 01-07-95
6 Magfirah, S.Pd GU S1/2010 08-09-05
7 Noor Makiah, S.Pd. GU S1/2010 09-11-11
8 Hidayat Parman GOR DII/2011 01-06-06
9 Muhdiansyah PSD SMEA/1989 01-07-97
10 Sri Dewi Yuliana, S.Pd GU S1/2010 01-01-15
11 Eko Pratama, SE. S.Pd GH S1/2014 02-11-06
12 Hariyati, S.Pd GH S1/2014 01-11-14

69
4. Siswa

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV yang berjumlah 19 orang,

yang terdiri dari 9 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Di dalam kelas

terdapat 20 meja dan 20 kursi, 1 meja guru dan 1 kursi guru, 19 meja dan 19

kursi untuk siswa dan didalam kelas terdapat fasilitas yang mendukung

seperti papan tulis, lemari penyimpan buku, dan beberapa media gambar

yang dipajang di dinding gambar yang dipajang di dinding serta

ventilasi/penerangan yang cukup.

Prestasi hasil belajar siswa kelas IV SDN Pasayangan 1 Martapura

pada mata pelajaran PKn selama ini masih belum sesuai dengan harapan.

Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada angkatan tahun 2013/2014

dalam mata Pelajaran PKn, siswa yang masih rendah tidak memenuhi nilai

kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada mata pelajaran PKn yang mana

nilai kriteria ketuntasan minimalnya adalah 70 di SDN Pasayangan 1

Martapura. Data tersebut menunjukkan 60% dari jumlah siswa 20 orang

dengan yang tidak tuntas terdiri dari 12 orang yang belum memenuhi

Kriteria Ketuntasan Minimal dan hanya 40% siswa atau 8 orang yang

memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal untuk mata pelajaran PKn di kelas

IV SDN Pasayangan 1 Martapura.

Memperhatikan hasil belajar siswa yang belum mencapai kriteria

ketuntasan minimal di atas, maka penting untuk dilakukan penelitian

tindakan kelas (PTK) oleh guru guna meningkatkan hasil belajar tersebut.

70
Sebab hasil belajar yang masih rendah ini tidak terlepas dari

permasalahan dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

Adapun permasalahan tersebut pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan masih cenderung berorientasi pada transfer pengetahuan

semata sehingga sulit dipahami siswa dan siswa kurang mampu

mengembangkan pemahamanya dan berakibat rendahnya hasil belajar

siswa. Hal ini disebabkan ketersediaan buku penunjang, peralatan yang

masih terbatas, tidak adanya media pembelajaran. Selain itu pembelajaran

yang digunakan masih menganut perspektif pembelajaran tradisional, yaitu

pembelajaran yang berpusat pada guru dan menjadikan siswa sebagai objek

pasif yang harus banyak diisi informasi. Sehingga mengakibatkan siswa

merasa jenuh dan malas untuk mengembangkan kreativitas dan motivasi

untuk belajar.

Padahal kenyataannya, siswa yang mempunyai karakter beragam

memerlukan sentuhan-sentuhan khusus dari guru sebagai pendidik dan

pelatih agar mampu mengambil makna dari setiap informasi yang diterima.

Untuk itu guru harus mampu menjadikan mereka semua terlibat dan merasa

senang selama proses pembelajaran.

Berdasarkan hal tersebut maka dilaksanakan penelitian tindakan kelas

pada mata pelajaran PKn semester genap pada materi globalisasi di kelas IV

SDN Pasayangan 1 Martapura.

71
B. Persiapan Penelitian

Sebelum melaksanakan penelitian Tindakan Kelas (PTK), peneliti

terlebih dahulu membuat rencana penelitian (proposal) yang diajukan kepada

dosen pembimbing, yaitu Ibu Hj. Asniwati, S.Pd, M.Pd. dan Bapak Drs. H.

Sulaiman, M.Pd, Ph.D. Setelah proposal disetujui, langkah-langkah selanjutnya

adalah mempersiapkan berbagai administrasi, yaitu:

1. Persiapan Administrasi

Administrasi yang dimaksud disini adalah administrasi yang berkaitan

dengan surat-menyurat, dalam hal ini tentu saja surat izin penelitian.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam mendapatkan izin

penelitian adalah sebagai berikut:

a. Proposal yang telah disetujui untuk penelitian diserahkan kepada Ketua

Program Pengelola PGSD dengan membuat surat tertulis (permohonan

untuk izin penelitian) pada tanggal 26 Maret 2015.

b. Berdasarkan surat izin tersebut Program PGSD/PG-PAUD Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat

memberikan surat perantara tanggal 27 Maret 2015 dengan nomor

0869/UN8.1.2.5.3/KM/2015, perihal mohon izin penelitian yang

ditujukan kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banjar.

72
c. Berdasarkan surat pengantar izin penelitian dari Ketua Program

Pengelola PGSD Banjarmasin, kepada Kepala Dinas Pendidikan

Kabupaten Banjar. Dinas Pendidikan Kabupaten Banjar memberikan

rekomendasi tertanggal 30 Maret 2015 dengan nomor 010/546/DISDIK,

yang intinya memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

d. Terbitnya surat izin penelitian dari Dinas Pendidikan Kabupaten Banjar,

kemudian peneliti mengajukan surat permohonan tersebut pada tanggal

10 April 2015 kepada kepala SDN Pasayangan 1 Martapura, untuk dapat

melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.

e. Setelah surat izin penelitian dari Dinas Pendidikan Kabupaten Banjar

diterima, kepala sekolah SDN Pasayangan 1 Martapura memberikan

surat izin penelitian tertanggal 13 April 2015 dengan nomor 421.2/018-

DS/SDN Pasayangan 1 Mtp/IV/2015, yang intinya memberikan izin

melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di SDN Pasayangan 1

Martapura, dan

f. Setelah selesai melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK), maka

Kepala Sekolah SDN Pasayangan 1 Martapura memberikan surat

keterangan telah melakukan penelitian tertanggal 29 April 2015 dengan

nomor 421.2/010-DS/SDN Pasayangan 1 Mtp/IV/2015.

73
2. Persiapan Penunjukan Observer

Persiapan disini berkaitan dengan pemilihan observer. Sebelum

melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK), peneliti meminta kepala

sekolah untuk menjadi observer. Ibu Hj. Yulida Meliannur, S.Pd yang

menjadi observer saya. Beliau merupakan lulusan Strata 1 (S1) dan beliau

merupakan seorang guru pegawai negeri sipil (PNS) serta beliau juga

merupakan guru mata pelajaran PKn dari kelas yang saya teliti. Atas dasar

itulah beliau bersedia menjadi observer saya. Setelah itu peneliti

menjelaskan tentang model Numbered Heads Together (NHT) divariasikan

dengan Two Stay Two Stray (TSTS) yang akan dipraktekkan oleh peneliti

kepada observer. Selain itu peneliti juga menjelaskan tentang kegiatan apa

saja yang harus diobservasi oleh observer, dalam hal ini peneliti

menjelaskan kegiatan yang harus diobservasi oleh observer, yaitu aktivitas

guru dalam pembelajaran dengan menggunakan model Numbered Heads

Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS), untuk

aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model Numbered

Heads Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS)

diobservasi oleh peneliti. Hal tersebut sangat penting dilakukan oleh

peneliti, karena secara tidak langsung membantu observer memahami dalam

mengobservasi aktivitas guru dan mengerti apa dan bagaimana PTK itu.

74
3. Persiapan Teknis

Persiapan disini berkaitan dengan pelaksanaan penelitian tindakan

kelas (PTK), sebelum melaksanakan peneletian terlebih dahulu

mempersiapkan:

a. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

b. Lembar kerja kelompok (LKK) beserta kunci jawabannya.

c. Lembar evaluasi beserta kunci jawabannya.

d. Sumber belajar berupa buku pelajaran dan media pembelajaran yaitu

media gambar yang terkait dengan materi globalisasi.

e. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa beserta rubriknya.

Serta waktu pelaksanaan penelitian pada penelitian ini peneliti

menyiapkan 4 kali pertemuan dalam 2 siklus, waktu 1 kali pertemuan 2 jam

pelajaran atau 2 x 35 menit. Persiapan tersebut disiapkan agar pada saat

penelitian dapat mendukung dan lancarnya pelaksanaan penelitian tindakan

kelas (PTK).

75
C. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Pelaksanaan tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, yang

mana siklus kedua tergantung pada siklus pertama. Apabila siklus pertama

sudah berhasil, maka siklus kedua tidak perlu dilaksanakan dan apabila siklus

pertama belum selesai, maka siklus kedua akan dilaksanakan. Setiap siklus

terdapat dua kali pertemuan dan dilaksanakan dikelas IV dengan menggunakan

model Numbered Heads Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two

Stray (TSTS) pada mata pelajaran PKn materi globalisasi.

76
1. Siklus I

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan, yaitu

menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran pada pokok bahasan

globalisasi. Menyiapkan lembar kerja kelompok (LKK) dan lembar

evaluasi. Menyiapkan sumber belajar berupa buku pelajaran dan media

pembelajaran yaitu media gambar yang terkait dengan materi globalisasi.

Menyiapkan lembar observasi aktivitas belajar siswa dan lembar observasi

kegiatan guru dalam proses pembelajaran beserta rubriknya.

Dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I ini akan

dilaksanakan selama 2 kali pertemuan dengan perencanaan yang dijelaskan

lebih lanjut pada tabel jadwal pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus I

pertemuan 1 dan pertemuan 2 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I

Jumlah
No. Hari/Tanggal Pertemuan Materi Penilaian
Jam
 Pengertian
Rabu, 2 jam Globalisasi Tertulis,
1. 1-2
15 April 2015 pelajaran  Contoh Performance
Globalisasi
 Pengaruh Positif
Sabtu, 2 jam dan Negatif Tertulis,
2. 1-2
18 April 2015 pelajaran Globalisasi Performance

77
a. Pertemuan 1 (2 x 35 menit)

1) Skenario Kegiatan/Perencanaan

Pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada hari Rabu

15 April 2015 pada pukul 07.45-08.55 WITA. Pada pertemuan ini

materi yang akan dibahas mengenai pengertian globalisasi dan contoh

globalisasi di lingkungan sekitar. Sebelum memulai pelajaran guru

mempersiapkan media/alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan

pembelajaran, serta menyiapkan tugas yang akan dikerjakan siswa

baik berupa tugas kelompok (LKK), maupun tugas evaluasi (tes

akhir). Guru juga menyerahkan lembar observasi aktivitas guru

kepada observer (pengamat) guna memberikan penilaian waktu proses

pembelajaran yang dilakukan guru (praktikan) dan lembar observasi

aktivitas siswa dinilai sendiri oleh guru (praktikan).

Setelah semuanya telah disiapkan kegiatan selanjutnya adalah

berkaitan dengan pelaksanaan proses pembelajaran yang akan guru

lakukan sesuai dengan langkah model Numbered Heads Together

(NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS).

Adapun aspek-aspek yang akan dilakukan guru, guru

menjelaskan pelajaran, membagi kelompok yang anggotanya 4 orang

secara heterogen dan setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat

nomor, memberikan tugas (LKK), meminta dua siswa dari masing-

masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-

masing bertamu ke kelompok yang lain, meminta dua siswa yang

78
tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan

informasi mereka ke tamu mereka. Guru meminta tamu mohon diri

dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan

mereka dari kelompok lain, kemudian meminta kelompok

mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. Guru

memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil keluar

dari kelompoknya melaporkan atau menjelaskan hasil kerja sama

mereka. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memberikan

tanggapannya, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.

Semua aspek yang akan dilakukan guru seperti yang diatas

merupakan sebuah rancangan proses pembelajaran yang akan

diterapkan pada saat melakukan penelitian, dengan persiapan yang

matang segala rancangan yang akan dibuat akan berjalan dengan

lancar, sehingga tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan

dan interaksi dalam proses pembelajaran akan meningkat terutama

kedekatan guru dan siswa, sehingga siswa akan merasa senang dan

diperhatikan dalam mengikuti pembelajaran.

2) Pelaksanaan Kegiatan

a) Kegiatan Awal (±10 menit)

(1) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk

mengikuti proses pembelajaran. Guru bersama observer masuk

ke dalam ruang kelas IV dengan memberi salam,

“Assalamu’alaikum Warahmatullahiwabarokatuh”.

79
Siswa tampak antusias melihat guru dan observer memasuki

ruangan kelas seraya menjawab salam “Wa’alaikum salam Wr.

Wb.” kemudian guru menyapa semua siswa yang ada di dalam

kelas dan mengajak siswa untuk berdoa bersama-sama dan

semua siswa berdoa, guru kemudian mengkondisikan siswa

baik fisik maupun psikisnya untuk siap belajar dengan

meminta anak untuk duduk yang rapi, setelah siswa sudah rapi

maka guru kemudian mengisi daftar hadir. Pada hari ini semua

siswa hadir.

(2) Guru memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa. Pada

saat guru memberikan motivasi agar siswa semangat dalam

belajar dan melakukan apersepsi dengan memberikan

pertanyaan yang berkaitan dengan materi globalisasi yaitu “apa

yang kita gunakan untuk menghubungi keluarga kita yang

jauh?” kemudian dijawab oleh M. Wildan Amin dengan tepat.

(3) Guru menyampaikan tujuan cakupan materi dan penjelasan

uraian kegiatan sesuai silabus, siswa mampu menjelaskan

pengertian globalisasi dan mengidentifikasi contoh globalisasi

di lingkungan sekitar. Selanjutnya guru memberikan informasi

singkat tentang materi yang akan di pelajari hari ini yaitu

mengenai pengertian globalisasi, contoh globalisasi di

lingkungan sekitar serta menyampaikan tujuan yang hendak

dicapai dalam pembelajaran yang sesuai dengan RPP.

80
b) Kegiatan Inti (±45 menit)

(1) Guru menjelaskan pelajaran dan menyampaikan kompetensi

yang akan dicapai tentang materi globalisasi yaitu,

mendeskripsikan pengertian globalisasi dan contoh globalisasi

di lingkungan sekitar disini guru menyampaikan inti materi

dengan cukup jelas namun tidak semua contoh globalisasi

disampaikan kepada siswa. Siswa mendengarkan penjelasan

guru tetapi ada beberapa siswa yang ribut dan sebagian siswa

diam mendengarkan serta mencatat apa yang disampaikan oleh

guru.

(2) Guru mengarahkan siswa untuk membuat 5 kelompok secara

heterogen yang masing-masing kelompok berjumlah 4 orang

dan membagi nomor kepala. Setiap kelompok dijelaskan

bahwa mereka harus saling bekerjasama dan saling membantu.

Pada saat pembagian kelompok siswa ingin memilih teman

kelompoknya. Ketika itu guru yang menentukan pembagian

kelompok suasana mulai ribut karena siswa ingin memilih

sendiri kelompokya. Tetapi ketika guru yang menentukan

anggota kelompok. Suasana kelas mulai tenang.

(3) Guru membagi LKK dan menjelaskannya. Setelah selesai

membagikan LKK, guru menjelaskan tata cara mengerjakan

LKK dengan cukup jelas. Pada saat guru menjelaskan tata cara

mengerjakan LKK, suasana disini cukup tenang dan cukup

81
tertib hanya ada beberapa siswa yang antusias dapat

menerimanya dan sebagian siswa masih asyik berbicara.

Sehingga guru meminta siswa berkali-kali untuk

memperhatikan penjelasan guru.

(4) Guru mengarahkan dua orang masing-masing kelompok

menjadi tamu kelompok lain. Setelah mereka bekerjasama

secara berkelompok dua dari anggota mereka pergi

kekelompok lain untuk mendengarkan dan mencari informasi

bagaimana cara kelompok lain memecahkan masalah atau

menjawab soal yang diberikan oleh guru. Pada saat itu suasana

kelas kurang tenang karena mereka belum memahami apa yang

harus dilakukan ke kelompok lain, mereka saling menunjuk

temannya. Pada saat itu kelompok 2 yang tidak mau untuk

bertamu. Ketika itu guru masih kurang mengorganisir saat

meminta dua orang anggota dari masing-masing kelompok

untuk bertamu kekelompok lain.

(5) Guru mengarahkan kepada siswa yang tinggal dalam

kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi

kepada tamu mereka. Disini guru masih kurang jelas dalam

meminta siswa yang tinggal untuk membagikan informasi

kepada tamu dan menjelaskan bagaimana cara menjawab soal

yang diberikan oleh guru.

82
(6) Guru mengarahkan siswa yang bertamu untuk kembali ke

kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari

kelompok lain. Guru masih kurang jelas dalam meminta siswa

jika setelah bertamu siswa harus menyampaikan informasi

yang didapatnya.

(7) Guru mengarahkan kelompok mencocokkan dan membahas

hasil kerja mereka. Guru kurang jelas saat meminta kelompok

untuk mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka dari

hasil temuannya.

(8) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang

dipanggil keluar dari kelompoknya melaporkan atau

menjelaskan hasil kerja sama mereka. Disini Guru tidak

memanggil nomor siswa melainkan nama siswa yang

disebutkan untuk melaporkan hasil kerja mereka.

(9) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memberikan

tanggapannya, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.

Disini guru tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk

memberikan tanggapannya dan menunjuk nomor yang lain

untuk melaporkan kembali hasil kerja mereka.

83
c) Kegiatan Akhir (±15 menit)

(1) Pada kegiatan akhir ini guru membimbing siswa membuat

kesimpulan, guru menanyakan apakah sudah paham tentang

pembelajaran hari ini, hanya ada beberapa siswa yang

menjawab paham dan sebagian siswa asyik berbicara dengan

temannya.

(2) Guru memberikan evaluasi kepada siswa. Guru memberikan

waktu 10 menit untuk menjawab soal evaluasi.

(3) Guru memberikan umpan balik dengan melakukan tanya jawab

dengan siswa tentang materi Globalisasi. Pengertian

globalisasi dan contoh globalisasi di lingkungan sekitar untuk

mengetahui pencapaian indikator dan kompetensi dasar. Yaitu

menanyakan soal yang telah dijawab oleh siswa.

(4) Guru memberikan tindak lanjut berupa saran dan nasehat

kepada siswa agar belajar dengan rajin untuk mendapatkan nilai

yang bagus.

(5) Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan

berikutnya. Guru memberitahukan kepada siswa bahwa pada

pelajaran selanjutnya mereka akan mempelajari materi

pengaruh positif dan negatif globalisasi.

(6) Guru mengakhiri pelajaran dengan berdoa bersama-sama dan

mengucapkan salam. Setelah pelajaran selesai guru mengajak

84
siswa berdoa dan mengucapkan salam dengan lengkap

(Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh).

3) Hasil Observasi

a) Observasi Aktivitas/Kegiatan Guru

Berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran

yang telah dilakukan observer, maka dalam pelaksanaannya pada

siklus I pertemuan 1 dapatlah digambarkan sebagai berikut:

85
Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 1

No Aktivitas Guru Skor


1. Guru menjelaskan pelajaran. 3
2. Guru membagi kelompok yang anggotanya 4
orang secara heterogen. Setiap siswa dalam setiap 3
kelompok mendapat nomor.
3. Guru memberikan tugas (LKK). 3
4. Guru meminta dua siswa dari masing-masing
kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan 2
masing-masing bertamu ke kelompok yang lain.
5. Guru meminta dua siswa yang tinggal dalam
kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan 2
informasi mereka ke tamu mereka.
6. Guru meminta tamu mohon diri dan kembali ke
kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan 2
mereka dari kelompok lain.
7. Guru meminta kelompok mencocokkan dan
2
membahas hasil-hasil kerja mereka.
8. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan
nomor yang dipanggil keluar dari kelompoknya
2
melaporkan atau menjelaskan hasil kerja sama
mereka.
9. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
memberikan tanggapannya, kemudian guru 1
menunjuk nomor yang lain.
Jumlah Skor 20
Kriteria Baik

Keterangan:

Skor minimal = 9

Skor maksimal = 36

Kategori:

Sangat baik 28 – 36

Baik 19 – 27

Cukup baik 10 – 18

Kurang baik ≤9

86
Berdasarkan data pada tabel 4.3 di atas dapat diketahui

bahwa pada siklus I pertemuan 1 aktivitas guru mencapai kategori

atau kualifikasi baik dengan perolehan skor sebesar 20.

Kekurangan pada langkah pembelajaran siklus I pertemuan 1 yaitu

guru masih kurang maksimal dalam memberikan kesempatan

kepada siswa untuk memberikan tanggapannya. Penjelasan bahwa

guru tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk memberikan

tanggapannya.

b) Observasi Aktivitas Siswa

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan dari

peneliti pada penelitian ini, maka aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran dapat dijelaskan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

87
Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1

Aspek SA A CA KA ∑
Rata - rata Klasikal
No. yang FX
F FX F FX F FX F FX Kelas %
Dinilai
1 A 0 0 13 39 4 8 2 2 49 12,89 68,42%
2 B 0 0 6 18 11 22 2 2 42 11,05 31,57%
3 C 6 24 3 9 5 10 5 5 48 12,63 47,36%
4 D 0 0 4 12 15 30 0 0 42 11,05 21,05%
5 E 0 0 7 21 12 24 0 0 45 11,84 36,84%
Jumlah
Rata - rata
45,2
FX
Rata - rata
11,89 (Aktif)
Kelas
Rata - rata
41,04% (Sebagian Aktif)
Klasikal

Keterangan:
A= Siswa memperhatikan guru menjelaskan materi

B= Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran

C= Siswa aktif dalam mengerjakan LKK

D= Siswa aktif menjawab pertanyaan yang diberikan guru


E= Siswa ikut menyimpulkan hasil pembelajaran

Deskripsi Kriteria Penilaian

16 - 20 = Sangat aktif

11 – 15 = Aktif

6 –10 = Cukup Aktif

5 = Kurang Aktif

88
Rumus

Jumlah Fx
Rata-rata Kelas = x 20
4 x jumlah seluruh siswa

Jumlah F(A+SA )
Klasikal = x100%
Jumlah seluruh siswa

Tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam setiap aspek

aktivitas siswa yang diamati dalam lembar observasi, dari perhitungan

rata-rata kelas termasuk kriteria aktif dengan perolehan skor 11,89.

Aspek yang memiliki nilai rata-rata terendah adalah aktivitas siswa

dalam melakukan kegiatan pembelajaran, menjawab pertanyaan yang

diberikan guru dengan nilai 11,05 sedangkan yang tertinggi pada aspek

siswa memperhatikan guru menjelaskan materi dengan nilai rata-rata

12,89.

Persentase aktivitas siswa secara klasikal yang memperoleh

persentase tertinggi pada aspek memperhatikan guru menjelaskan

materi dengan persentase 68,42%, sedangkan yang terendah pada aspek

siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru dengan persentase

21,05% atau sebagian kecil aktif. Aspek siswa aktif dalam kegiatan

pembelajaran dengan persentase 31,57% dengan kriteria sebagian kecil

aktif. Aspek siswa aktif dalam mengerjakan LKK memperoleh

persentase 47,36% dengan kriteria sebagian siswa aktif. Aspek siswa

89
ikut menyimpulkan hasil pembelajaran memperoleh persentase 36,84%

dengan kriteria sebagian kecil aktif.

Hasil analisis observasi siswa secara rata-rata kelas dan klasikal

pada aspek yang diamati dapat dilihat pada sajian grafik dibawah ini:

Rata-rata Kelas Aktivitas Siswa SIP1


12,89
13 12,63
12,5
11,84
12
11,5 11,05 11,05
11
10,5
10
A B C D E

Gambar 4.1: Grafik Rata-rata Kelas Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1

Aktivitas Siswa Secara Klasikal SIP1


68,42%
70,00%
60,00%
47,36%
50,00%
36,84%
40,00% 31,57%
30,00% 21,05%
20,00%
10,00%
0,00%
A B C D E

Gambar 4.2: Grafik Aktivitas Siswa Secara Klasikal Siklus I Pertemuan 1

90
c) Hasil Belajar Siswa

Berikut paparan hasil belajar secara kelompok dan individu

dengan menggunakan model Numbered Heads Together (NHT)

divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) di kelas IV SDN

Pasayangan 1 Martapura:

1) Hasil Belajar Kelompok

Tabel 4.5: Hasil Belajar Kelompok Siklus I Pertemuan 1


Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5

M. Irfan Farizi M. Hasanuddin M. Khisbu Ahmad Makki M. Seman


Rizky
M. Rizki Maulida M. Wildan Amin Maulina A
Padillah M. Sultan R Z
Syahreza Hazahira Riska Alya A
Khairinnida Hafsari Firda Aulia
Gt. Munawarah
Kairunnisa Maulida Siti Badriah

Perolehan Nilai Perolehan Nilai Perolehan Nilai Perolehan Nilai Perolehan Nilai
100 100 55 70 90

Berdasarkan tabel diatas, ada 4 kelompok yang sudah

mencapai KKM, 2 kelompok memiliki nilai tertinggi dengan

perolehan 100 yaitu kelompok 1 dan 2. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat melalui grafik berikut:

91
Hasil Belajar Kelompok S1P1

100
80 100
60
Nilai

50 70 90
40 100
20
0
Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok
1 2 3 4 5

Nama Kelompok

Gambar 4.3: Grafik Hasil Belajar Kelompok Siklus I Pertemuan 1

2) Hasil Belajar Individu


Hasil belajar siswa diketahui dengan soal yang diberikan

berupa soal tertulis pada pertemun 1 berjumlah 10 soal pilihan

ganda dapat diketahui berdasarkan tabel rekapitulasi nilai berikut:

92
Tabel 4.6: Hasil Belajar Evaluasi Siklus I Pertemuan 1

No. Nama Nilai Ket.


1 Ahmad Makki 60 TT
2 Firda Aulia 50 TT
3 Gt. Munawarah 50 TT
4 Hajahira 60 TT
5 Khairinnida 60 TT
6 Khairunnisa 70 T
7 Maulida 40 TT
8 Maulina Aprilianti 90 T
9 M. Hasanuddin 80 T
10 M. Irfan Farizi 50 TT
11 M. Khisbu Rizky 40 TT
12 M. Nabil R 80 T
13 M. Rizki Padillah 60 TT
14 M. Seman 70 T
15 M. Sulthan R Z 50 TT
16 M. Wildan Amin 90 T
17 Riska Alya Ariyani 30 TT
18 Siti Badriah 40 TT
19 Syahreza Hafsari 40 TT
6 tuntas, 13
Jumlah 1.110
tidak tuntas
Rata – rata Hasil Belajar 58,42
Persentase Ketuntasan 31,57%

Berdasarkan tabel tersebut ada 6 orang siswa yang berhasil

mencapai ketuntasan secara individual, artinya siswa tersebut sudah

mampu mencapai KKM yaitu 70. Ketuntasan klasikalnya yaitu

93
31,57%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada

pertemuan 1 ini jauh dari ketuntasan klasikal yang diharapkan yaitu

80%.

Berdasarkan tabel tersebut, maka nilai yang diperoleh siswa

dengan persentase sebagai berikut:

Tabel 4.7 Persentase Hasil Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 1

No. Nilai Frekuensi Keterangan

1. 90 2 Tuntas
2. 80 2 Tuntas
3. 70 2 Tuntas
4. 60 4 Tidak Tuntas
5. 50 4 Tidak Tuntas
6. 40 4 Tidak Tuntas
7. 30 1 Tidak Tuntas
Jumlah 19

Dari tabel tersebut dapat digambarkan dengan grafik

sebagai berikut:

Hasil Belajar Siswa Siklus I


Pertemuan 1
4 4 4
4
3
Frekuensi

2 2 2
2
1
1
0
Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai
30 40 50 60 70 80 90

Gambar 4.4 Hasil Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 1

94
Setelah dilihat dari hasil evaluasi yang dikerjakan siswa,

ternyata kebanyakan siswa yang tidak tuntas itu dikarenakan

kesulitan dalam memahami soal yang berbentuk pengetahuan (C1).

Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.8 Keterangan Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan 1

Nomor Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Siswa menjawab benar 13 13 13 6 14 11 13 12 15 10

Siswa menjawab salah 4 4 4 13 3 6 5 6 2 8

Keterangan: Soal nomor 1, 4, 5, 6, 8, 9 = C1 (pengetahuan)

Soal nomor 2, 3, 10 = C2 (pemahaman)

Dilihat dari tabel tersebut, siswa kebanyakan salah dalam

menjawab soal nomor 4. Dimana soal tersebut merupakan soal

pemahaman. Pada soal nomor 4 ada 68,42% siswa yang menjawab

salah.

Dapat disimpulkan ada 6 orang siswa yang tuntas pada

pertemuan pertama yang mendapat nilai ≥70 sesuai dengan

indikator keberhasilan dan siswa yang tidak tuntas ada 13 orang,

untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti tabel dibawah ini:

Tabel 4.9 Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siklus I Pertemuan 1

Pertemuan 1
Nilai Keterangan
Frek %
≥ 70 6 31,57% Tuntas
< 70 13 68,42% Tidak Tuntas

95
Ketuntasan klasikal dapat dilihat hanya memperoleh

persentase sebesar 31,57% sedangkan ketidak tuntasan secara

klasikal mencapai 68,42%. Hal ini menunjukkan penguasaan siswa

terhadap materi pelajaran masih kurang, dan ini juga sebagai akibat

dari model pembelajaran yang masih belum terbiasa dilaksanakan

oleh siswa. Dengan demikian masih banyak yang harus diperbaiki

untuk pertemuan berikutnya agar didapatkan hasil yang lebih baik

lagi. Ketuntasan klasikal dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar


Siklus I Pertemuan 1

31,57%
68,42%

Tuntas Tidak Tuntas

Gambar 4.5: Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I Pertemuan 1

96
4) Refleksi

a) Aktivitas Guru

Pada pertemuan ini berada pada skor 20 dengan kategori

baik, aktivitas guru pada pertemuan ini belum berhasil, karena

aktivitas guru dikatakan berhasil apabila mencapai skor 28-36

dengan kriteria sangat baik.

Ketidak berhasilan aktivitas guru pada pertemuan ini

dikarenakan masih ada enam aspek yang diamati mendapat skor 1

seperti guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memberikan

tanggapannya, kemudian guru menunjuk nomor yang lain dan skor

2 seperti guru meminta dua siswa dari masing-masing kelompok

akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke

kelompok yang lain, guru meminta dua siswa yang tinggal dalam

kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka

ke tamu mereka, guru meminta tamu mohon diri dan kembali ke

kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari

kelompok lain, guru meminta kelompok mencocokkan dan

membahas hasil-hasil kerja mereka, dan pada aspek guru

memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil

keluar dari kelompoknya melaporkan atau menjelaskan hasil kerja

sama mereka.

Berdasarkan hal tersebut untuk pertemuan yang akan datang

guru harus benar-benar memperhatikan enam aspek tersebut dan

97
memperbaikinya pada pertemuan selanjutnya dengan cara meminta

siswa untuk memperhatikan dan berkonsentrasi disetiap kegiatan

pembelajaran serta melibatkan partisipasi siswa dalam kegiatan

pembelajaran, dan menciptakan suasana belajar yang lebih

kondusif, dengan demikian aktivitas guru pada pertemuan

berikutnya akan lebih baik lagi.

b) Aktivitas Siswa

Suatu pembelajaran dikelas dapat dikatakan berhasil apabila

dilihat berdasarkan rata-rata kelas mampu mencapai skor sebesar

16 - 20 dengan kategori Sangat Aktif. Dan apabila dilihat secara

klasikal ≥80% siswa berada pada kategori aktif dan atau sangat

aktif.

1) Siswa memperhatikan guru menjelaskan materi memperoleh

rata-rata kelas sebesar 12,89 dan secara klasikal memperoleh

nilai sebesar 64,42%. Hal tersebut masih jauh dari indikator

keberhasilan yang telah ditentukan, aktivitas siswa dikatakan

berhasil apabila secara rata-rata kelas berada pada skor ≥ 16

dengan kriteria sangat aktif dan secara klasikal dikatakan

berhasil apabila aktivitas siswa mencapai 80% dengan kategori

sebagian besar siswa aktif. Pada aspek siswa memperhatikan

guru menjelaskan materi, siswa masih kurang fokus atau serius

dikarenakan siswa masih asyik berbicara dengan temannya.

Siswa yang tidak memperhatikan materi yang disampaikan

98
guru diantaranya M. Rizki Padillah, dan Riska Alya A. Pada

saat pembelajaran berlangsung yang bersangkutan berbicara

dan bermain melakukan kegiatan lainnya. Upaya yang

dilakukan oleh guru agar membuat siswa dapat mengikuti

pelajaran agar lebih bisa fokus dengan cara menjaga hubungan

komunikasi yang baik antara guru dan siswa, guru juga dapat

memisakan tempat duduk untuk anak yang sering tidak fokus

dalam mengikuti pelajaran.

2) Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran memperoleh rata-rata

kelas sebesar 11,05 dan secara klasikal memperoleh nilai

sebesar 31,57%. Hal tersebut masih jauh dari indikator

keberhasilan yang telah ditentukan, aktivitas siswa dikatakan

berhasil apabila secara rata-rata kelas berada pada skor ≥ 16

dengan kriteria sangat aktif dan secara klasikal dikatakan

berhasil apabila aktivitas siswa mencapai 80% dengan kategori

sebagian besar siswa aktif. Pada aspek siswa aktif dalam

kegiatan pembelajaran dipenuhi siswa dengan kriteria dari

kurang aktif, cukup aktif dan aktif. Siswa yang cukup aktif

tersebut dikarenakan mengerjakan pekerjaan lain, diantaranya

Firda, Maulida, Maulina, Hasan, Khisbu, Khairunnisa, Nabil,

Rizki, Seman, Riska, dan Syahreza. Pada saat pembelajaran

berlangsung yang bersangkutan berbicara dan bermain – main

dengan temannya. Ketidaktuntasan dikarenakan siswa malas

99
untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Upaya perbaikan

yaitu dengan menjelaskan pentingnya melakukan kegiatan

pembelajaran agar dapat lebih memahami pembelajaran.

3) Siswa aktif dalam mengerjakan LKK memperoleh rata-rata

kelas sebesar 12,63 dan secara klasikal memperoleh nilai

sebesar 47,36%. Hal tersebut masih jauh dari indikator

keberhasilan yang telah ditentukan, aktivitas siswa dikatakan

berhasil apabila secara rata-rata kelas berada pada skor ≥ 16

dengan kriteria sangat aktif dan secara klasikal dikatakan

berhasil apabila aktivitas siswa mencapai 80% dengan kategori

sebagian besar siswa aktif. Pada siklus I pertemuan 1 ini pada

aspek siswa aktif dalam mengerjakan LKK dipenuhi siswa

dengan kriteria kurang aktif, cukup aktif, aktif dan sangat aktif.

Siswa yang cukup aktif tersebut tidak aktif dalam mengerjakan

LKK, tetapi hanya berbicara satu sama lain, diantaranya Nida,

Nisa, Maulida, Maulina, Hasan, Khisbu, Nabil, Makki, Padil,

Sulthan, Wildan dan Riska. Pada saat pembelajaran yang

bersangkutan berbicara dan bermain. Ketidaktuntasan

dikarenakan masih ada siswa yang cukup baik dan kurang baik

dalam melakukan aspek ini. Upaya perbaikan yaitu guru harus

lebih baik lagi dalam membimbing siswa.

4) Siswa aktif menjawab pertanyaan yang diberikan guru

memperoleh rata-rata kelas sebesar 11,05 dan secara klasikal

100
memperoleh nilai sebesar 21,05%. Hal tersebut masih jauh dari

indikator keberhasilan yang telah ditentukan, aktivitas siswa

dikatakan berhasil apabila secara rata-rata kelas berada pada

skor ≥16 dengan kriteria sangat aktif dan secara klasikal

dikatakan berhasil apabila aktivitas siswa mencapai 80%

dengan kategori sebagian besar siswa aktif. Pada siklus I

pertemuan 1 ini pada aspek siswa aktif menjawab pertanyaan

yang diberikan guru dipenuhi siswa dengan kriteria dari cukup

aktif dan aktif. Pada saat guru mengajukan pertanyaan kepada

siswa hanya beberapa menjawab pertanyaan dari guru dengan

baik dan siswa lainnya menjawab dengan kurang benar,

diantaranya Makki, Firda, Munawarah, Nida, Nisa, Maulida,

Maulina, Irfan, Khisbu, Nabil, Padil, Siti Badriah, Sulthan dan

Riska. Pada saat pembelajaran berlangsung yang bersangkutan

asyik berbicara dengan temannya. Upaya perbaikan yaitu

dengan lebih meningkatkan semangat siswa dalam

mengumpulkan informasi.

5) Siswa ikut menyimpulkan hasil pembelajaran memperoleh

rata-rata kelas sebesar 11,84 dan secara klasikal memperoleh

nilai sebesar 36,84%. Hal tersebut masih jauh dari indikator

keberhasilan yang telah ditentukan, aktivitas siswa dikatakan

berhasil apabila secara rata-rata kelas berada pada skor ≥16

dengan kriteria sangat aktif dan secara klasikal dikatakan

101
berhasil apabila aktivitas siswa mencapai 80% dengan kategori

sebagian besar siswa aktif. Pada siklus I pertemuan 1 ini pada

aspek siswa ikut menyimpulkan hasil pembelajaran dipenuhi

siswa dengan kriteria dari cukup aktif dan aktif, diantaranya

Makki, Firda, Munawarah, Hajahira, Nisa, Maulida, Irfan,

Khisbu, Nabil, Padil, Sulthan dan Riska. Pada saat

pembelajaran berlangsung yang bersangkutan bermain – main

alat yang digunakan untuk eksperimen. Ketidaktuntasan terjadi

pada aspek siswa ikut menyimpulkan hasil pembelajaran

karena siswa masih kurang menguasai materi yang diberikan

oleh guru sehingga berdampak pada kemampuan siswa dalam

menyimpulkan materi. Upaya yang dilakukan yaitu guru lebih

membantu siswa tersebut dalam memahami materi misalnya

guru lebih memberikan bimbingan kepada siswa tersebut.

c) Hasil Belajar

Pada siklus I pertemuan 1 ini masih belum berhasil, karena

masih di bawah indikator yang telah ditentukan. Pada pertemuan

pertama ini masih terdapat 13 orang atau 68,42% siswa yaitu

Ahmad Makki, Firda Aulia, Gt. Munawarah, Hajahira, Khairinnida,

Maulida, M. Irfan Farizi, M. Khisbu Rizky, M. Rizki Padillah, M.

Sulthan R Z, Riska Alya Ariyani, Siti Badriah dan Syahreza

Hafsari yang belum tuntas. Karena secara individu siswa bisa

dikatakan tuntas apabila mendapat nilai ≥70, sedangkan secara

102
klasikal siswa dapat dikatakan berhasil apabila ≥82%. Pada

pertemuan pertama ini siswa yang mendapat nilai ≥70 ada 6 orang

atau hanya 31,57%. Hal itu tentunya sangat jauh dengan indikator

yang telah ditentukan.

Ketidakberhasilan hasil belajar ini dikarenakan siswa

kebanyakan salah dalam menjawab soal nomor 4. Dimana soal

tersebut merupakan soal pengetahuan (C1). Pada soal nomor 4 ada

68,42% siswa yang menjawab salah.

Untuk pertemuan berikutnya guru harus lebih jelas dan rinci

lagi ketika menjelaskan materi pokok dengan memberikan

pengulangan-pengulangan. Guru sebaiknya memperbanyak

melakukan tanya jawab dengan siswa, agar mengetahui seberapa

jauh siswa menyerap pelajaran, jika masih ada siswa yang belum

mampu menyerap pelajaran, guru dapat mengulang lagi penjelasan

pokok bahasan. Hal ini dilakukan agar menambah pengetahuan dan

pemahaman siswa.

b. Pertemuan 2 (2 x 35 menit)

1) Skenario Kegiatan/Perencanaan

Pertemuan kedua pada siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu

tanggal 18 April 2015 pada pukul 07.45-08.55 WITA. Pada pertemuan

kedua ini materi yang dibahas adalah pengaruh positif dan pengaruh

negatif globalisasi. Sebelum memulai pelajaran guru mempersiapkan

media/alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran, serta

103
menyiapkan tugas yang akan dikerjakan siswa baik berupa tugas

kelompok (LKK), maupun tugas evaluasi (tes akhir). Guru juga

menyerahkan lembar observasi aktivitas guru kepada observer

(pengamat) guna memberikan penilaian waktu proses pembelajaran

yang dilakukan guru (praktikan), dan lembar observasi aktivitas siswa

dinilai sendiri oleh guru (praktikan).

Setelah semuanya telah disiapkan kegiatan selanjutnya adalah

berkaitan dengan pelaksanaan proses pembelajaran yang akan guru

lakukan sesuai dengan langkah model Numbered Heads Together

(NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS).

Adapun aspek-aspek yang akan dilakukan guru, guru

menjelaskan pelajaran, membagi kelompok yang anggotanya 4 orang

secara heterogen dan setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat

nomor, memberikan tugas (LKK), meminta dua siswa dari masing-

masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-

masing bertamu ke kelompok yang lain, meminta dua siswa yang

tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan

informasi mereka ke tamu mereka. Guru meminta tamu mohon diri

dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan

mereka dari kelompok lain, kemudian meminta kelompok

mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. Guru

memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil keluar

dari kelompoknya melaporkan atau menjelaskan hasil kerja sama

104
mereka. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memberikan

tanggapannya, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.

Semua aspek yang akan dilakukan guru seperti yang diatas

merupakan sebuah rancangan proses pembelajaran yang akan

diterapkan pada saat melakukan penelitian, dengan persiapan yang

matang segala rancangan yang akan dibuat akan berjalan dengan

lancar, sehingga tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan

dan interaksi dalam proses pembelajaran akan meningkat terutama

kedekatan guru dan siswa, sehingga siswa akan merasa senang dan

diperhatikan dalam mengikuti pembelajaran.

Melihat dari hasil refleksi aktivitas guru dari siklus I pertemuan

1 ada beberapa hal yang harus dilakukan guru untuk memperbaikinya,

sehingga untuk siklus I pertemuan 2 bisa lebih baik dan meningkat,

adapun yang harus dilakukan diantaranya memperbaiki enam aspek

yang masih rendah mendapat skor 1 seperti guru memberi kesempatan

kepada siswa untuk memberikan tanggapannya, kemudian guru

menunjuk nomor yang lain dan skor 2 seperti guru meminta dua siswa

dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan

masing-masing bertamu ke kelompok yang lain, guru meminta dua

siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja

dan informasi mereka ke tamu mereka, guru meminta tamu mohon

diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan

mereka dari kelompok lain, guru meminta kelompok mencocokkan

105
dan membahas hasil-hasil kerja mereka, dan pada aspek guru

memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil keluar

dari kelompoknya melaporkan atau menjelaskan hasil kerja sama

mereka, dengan cara meminta siswa untuk memperhatikan dan

berkonsentrasi disetiap kegiatan pembelajaran serta melibatkan

partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, dan menciptakan

suasana belajar yang lebih kondusif, dengan demikian aktivitas guru

pada pertemuan ini akan lebih baik lagi.

Melihat dari hasil refleksi aktivitas siswa siklus I pertemuan 1

untuk aktivitas siswa yang harus dilakukan guru pada siklus I

pertemuan 2 agar lebih baik dan meningkat, memperbaiki aspek yang

masih rendah seperti diantaranya aspek siswa aktif dalam

mengerjakan LKK, siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, dengan

cara guru harus membangkitkan minat siswa dalam mendengarkan,

memikirkan dan mempresentasikan hasil diskusi, dan menekankan

betapa pentingnya kerjasama agar tercipta sebuah pembelajaran yang

efektif. Sehingga tercipta suasana yang akrab antara siswa dan guru,

dengan demikian siswa menjadi lebih aktif lagi pada pertemuan ini.

Melihat dari hasil refleksi siklus I pertemuan 1 untuk hasil

belajar siswa yang harus dilakukan guru pada siklus I pertemuan 2

agar lebih baik dan meningkat, guru harus menekankan kepada siswa

bahwa kalian harus benar-benar memperhatikan soal, dan dengan hati-

106
hati dalam mengerjakannya dan guru memberikan contoh cara

mengerjakan soal yang berbentuk pengetahuan (C1) tersebut.

2) Pelaksanaan Kegiatan

a) Kegiatan Awal (±10 menit)

(1) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk

mengikuti proses pembelajaran. Guru mengucapkan salam dan

memulai pelajaran dengan mengajak siswa untuk berdoa. Guru

mengucapkan salam dengan lengkap (Assalamu’alaikum

Warahmatullahi Wabarakatuh) dan dijawab oleh semua siswa,

kemudian guru menyapa semua siswa yang ada di dalam kelas

dan mengajak siswa untuk berdoa bersama-sama dan semua

siswa berdoa, guru kemudian mengkondisikan siswa baik fisik

maupun psikisnya untuk siap belajar dengan meminta anak

untuk duduk yang rapi, setelah siswa sudah rapi maka guru

kemudian memeriksa kehadiran siswa. Guru mengatakan

kepada siswa bahwa siapa yang dipanggil namanya

mengangkat tangan dan mengatakan hadir. Pada hari ini semua

siswa hadir.

(2) Guru memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa. Pada

saat ini guru memberikan motivasi agar siswa semangat dalam

belajar dan melakukan apersepsi dengan menanyakan materi

sebelumnya yaitu “pengertian globalisasi dan contoh

107
globalisasi?” kemudian dijawab oleh M. Hasanuddin, Syahreza

Hafsari dan Hajahira dengan tepat.

(3) Guru menyampaikan tujuan cakupan materi dan penjelasan

uraian kegiatan sesuai silabus, siswa mampu menyebutkan

pengaruh positif dan negatif globalisasi dan memberi contoh

pengaruh positif dan negatif globalisasi di masyarakat.

Selanjutnya guru memberikan informasi singkat tentang materi

yang akan di pelajari hari ini yaitu mengenai pengaruh

globalisasi, contoh pengaruh globalisasi di masyarakat dan di

era globalisasi serta menyampaikan tujuan yang hendak

dicapai dalam pembelajaran yang sesuai dengan RPP.

b) Kegiatan Inti (±45 menit)

(1) Guru menjelaskan pelajaran dan menyampaikan kompetensi

yang akan dicapai tentang materi globalisasi yaitu,

mendeskripsikan pengaruh positif dan pengaruh negatif

globalisasi. Siswa mendengarkan penjelasan guru dengan

tenang serta mencatat apa yang disampaikan oleh guru tetapi

masih ada beberapa siswa yang asyik berbicara.

(2) Guru mengarahkan siswa untuk membuat 5 kelompok secara

heterogen yang masing-masing kelompok berjumlah 4 orang

dan membagi nomor kepala. Setiap kelompok dijelaskan

bahwa mereka harus saling bekerjasama dan saling membantu.

108
Ketika itu guru yang menentukan pembagian kelompok

suasana cukup tenang.

(3) Guru membagi LKK dan menjelaskannya. Setelah selesai

membagikan LKK, guru menjelaskan tata cara mengerjakan

LKK tetapi masih kurang jelas. Pada saat guru menjelaskan

tata cara mengerjakan LKK, suasana disini cukup tenang dan

cukup tertib hanya ada beberapa siswa yang antusias dapat

menerimanya dan sebagian siswa masih asyik berbicara.

Sehingga guru meminta siswa berkali-kali untuk

memperhatikan penjelasan guru.

(4) Guru meminta dua orang masing-masing kelompok menjadi

tamu kelompok lain. Setelah mereka bekerjasama secara

berkelompok dua dari anggota mereka pergi kekelompok lain

untuk mendengarkan dan mencari informasi bagaimana cara

kelompok lain memecahkan masalah atau menjawab soal yang

diberikan oleh guru. Pada saat itu suasana kelas masih kurang

tenang karena mereka masih belum memahami apa yang harus

dilakukan. Mereka masih saling menunjuk temannya untuk

bertamu ke kelompok lain. Ketika itu guru masih kurang

mengorganisir saat meminta dua orang anggota dari masing-

masing kelompok untuk bertamu kekelompok lain.

(5) Guru meminta kepada siswa yang tinggal dalam kelompok

bertugas membagikan hasil kerja dan informasi kepada tamu

109
mereka. Disini guru masih kurang jelas dalam meminta siswa

yang tinggal untuk membagikan informasi kepada tamu dan

menjelaskan bagaimana cara menjawab soal yang diberikan

oleh guru.

(6) Guru meminta siswa yang bertamu untuk kembali ke

kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari

kelompok lain. Guru masih kurang jelas dalam meminta siswa

jika setelah bertamu siswa harus menyampaikan informasi

yang didapatnya.

(7) Guru meminta kelompok mencocokkan dan membahas hasil

kerja mereka. Guru cukup jelas dalam meminta kelompok

untuk mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka dari

hasil temuannya.

(8) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang

dipanggil keluar dari kelompoknya melaporkan atau

menjelaskan hasil kerja sama mereka. Guru memanggil salah

satu nomor siswa tetapi hanya sebagian kelompok saja yang

melaporkan hasil kerjanya..

(9) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memberikan

tanggapannya, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.

Disini guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

memberikan tanggapannya tetapi tidak menunjuk nomor yang

lain untuk melaporkan kembali hasil kerja mereka.

110
c) Kegiatan Akhir (±15 menit)

(1) Pada kegiatan akhir ini guru membimbing siswa membuat

kesimpulan, guru menanyakan apakah sudah paham tentang

pembelajaran hari ini, hanya ada beberapa siswa yang

menjawab paham dan sebagian siswa asyik berbicara dengan

temannya.

(2) Guru memberikan evaluasi kepada siswa. Guru memberikan

waktu 10 menit untuk menjawab soal evaluasi.

(3) Guru memberikan umpan balik dengan melakukan tanya jawab

dengan siswa tentang materi Globalisasi. Pengaruh positif dan

negatif globalisasi untuk mengetahui pencapaian indikator dan

kompetensi dasar. Yaitu menanyakan soal yang telah dijawab

oleh siswa.

(4) Guru memberikan tindak lanjut berupa saran dan nasehat

kepada siswa agar belajar dengan rajin untuk mendapatkan nilai

yang bagus.

(5) Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan

berikutnya. Guru memberitahukan kepada siswa bahwa pada

pelajaran selanjutnya mereka akan mempelajari materi Budaya

Indonesia dalam Misi Kebudayaan Internasional.

(6) Guru mengakhiri pelajaran dengan berdoa bersama-sama dan

mengucapkan salam. Setelah pelajaran selesai guru mengajak

111
siswa berdoa dan mengucapkan salam dengan lengkap

(Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh).

3) Hasil Observasi

a) Observasi Aktivitas/Kegiatan Guru

Berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran

yang telah dilakukan observer, maka dalam pelaksanaannya pada

siklus I pertemuan 2 dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 4.10 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 2

No Aktivitas Guru Skor


1. Guru menjelaskan pelajaran. 3
2. Guru membagi kelompok yang anggotanya 4
orang secara heterogen. Setiap siswa dalam 3
setiap kelompok mendapat nomor.
3. Guru memberikan tugas (LKK). 3
4. Guru meminta dua siswa dari masing-masing
kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan 2
masing-masing bertamu ke kelompok yang lain.
5. Guru meminta dua siswa yang tinggal dalam
kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan 2
informasi mereka ke tamu mereka.
6. Guru meminta tamu mohon diri dan kembali ke
kelompok mereka sendiri dan melaporkan 2
temuan mereka dari kelompok lain.
7. Guru meminta kelompok mencocokkan dan
3
membahas hasil-hasil kerja mereka.
8. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan
nomor yang dipanggil keluar dari kelompoknya
3
melaporkan atau menjelaskan hasil kerja sama
mereka.
9. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
memberikan tanggapannya, kemudian guru 3
menunjuk nomor yang lain.
Jumlah Skor 24
Kriteria Baik

112
Keterangan:

Skor minimal = 9

Skor maksimal = 36

Kategori:

Sangat baik 28 – 36

Baik 19 – 27

Cukup baik 10 – 18

Kurang baik ≤9

Dari tabel di atas diketahui bahwa tahapan-tahapan

pembelajaran pada siklus I pertemuan 2 semua aspek sudah

dilaksanakan oleh guru dengan baik.

Namun masih ada 3 aspek yang masih mendapat skor 2

seperti guru meminta dua siswa dari masing-masing kelompok akan

meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok

yang lain disini saat guru meminta dua siswa dari masing-masing

kelompok bertamu ke kelompok lain masih tidak terorganisir, guru

meminta dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas

membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka

pada aspek ini guru tidak memberikan bimbingan kepada siswa

dengan jelas saat meminta dua siswa yang tinggal untuk

membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka, Guru

meminta tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka

sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain, guru

113
hanya meminta siswa untuk kembali ke kelompoknya tidak

meminta siswa untuk melaporkan temuan mereka dari kelompok

lain.

Berdasarkan penilaian yang diberikan oleh observer kepada

guru, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas yang dilakukan guru

mendapat skor 24 dengan kriteria baik. Oleh sebab itu aktivitas

kegiatan yang dilakukan oleh guru pada siklus I pertemuan 2 ini

belum dapat dikatakan berhasil, karena aktivitas guru dikatakan

berhasil jika mencapai skor ≥28 dengan kriteria sangat baik.

b) Observasi Aktivitas Siswa

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan dari

peneliti pada saat penelitian ini, maka aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran dapat dijelaskan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 4.11 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2

Aspek SA A CA KA ∑
Rata - rata Klasikal
No. yang FX
F FX F FX F FX F FX Kelas %
Dinilai
1 A 5 20 13 39 1 2 0 0 61 16,05 94,73%
2 B 0 0 13 39 6 12 0 0 51 13,42 68,42%
3 C 6 24 9 27 4 8 0 0 59 15,52 78,94%
4 D 0 0 10 30 9 18 0 0 48 12,63 52,63%
5 E 0 0 12 36 7 14 0 0 50 13,15 63,15%
Jumlah
Rata - rata
53,8
FX
Rata - rata
14,15 (Aktif)
Kelas
Rata - rata
71,57% (Sebagian Besar Aktif)
Klasikal

114
Keterangan:
A= Siswa memperhatikan guru menjelaskan materi

B= Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran

C= Siswa aktif dalam mengerjakan LKK

D= Siswa aktif menjawab pertanyaan yang diberikan guru


E= Siswa ikut menyimpulkan hasil pembelajaran

Deskripsi Kriteria Penilaian

16 - 20 = Sangat aktif

11 – 15 = Aktif

6 –10 = Cukup Aktif

5 = Kurang Aktif

Rumus

Jumlah Fx
Rata-rata Kelas = x 20
4 x jumlah seluruh siswa

Jumlah F(A+SA )
Klasikal = x100%
Jumlah seluruh siswa

Tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam setiap aspek

aktivitas siswa yang diamati dalam lembar observasi, dari perhitungan

rata-rata kelas termasuk kriteria aktif dengan perolehan skor 14,15.

Aspek yang memiliki nilai rata-rata terendah adalah aktivitas siswa ikut

115
menyimpulkan hasil pembelajaran dengan nilai 13,15 dan siswa aktif

dalam kegiatan pembelajaran dengan nilai 13,42 sedangkan yang

tertinggi pada aspek siswa memperhatikan guru menjelaskan materi

dengan nilai rata-rata 16,05.

Persentase aktivitas siswa secara klasikal yang memperoleh

persentase tertinggi pada aspek siswa memperhatikan guru menjelaskan

materi dengan persentase 94,73%, sedangkan yang terendah pada aspek

siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru dengan persentase

52,63% atau sebagian aktif. Aspek siswa aktif dalam kegiatan

pembelajaran dengan persentase 68,42% dengan kriteria sebagian besar

aktif. Aspek siswa aktif dalam mengerjakan LKK memperoleh

persentase 78,94% dengan kriteria sebagian besar aktif. Aspek siswa

ikut menyimpulkan hasil pembelajaran memperoleh persentase 63,15%

dengan kriteria sebagian besar aktif.

Hasil analisis observasi siswa secara rata-rata kelas dan klasikal

pada aspek yang diamati dapat dilihat pada sajian grafik dibawah ini:

Rata-rata Kelas Aktivitas Siswa SIP2

20 16,05 15,52
13,42 12,63 13,15
15

10

0
A B C D E

Gambar 4.6: Grafik Rata-rata Kelas Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2

116
Aktivitas Siswa Secara Klasikal SIP2
94,73%
100,00%
78,94%
80,00% 68,42%
63,15%
52,63%
60,00%

40,00%

20,00%

0,00%
A B C D E

Gambar 4.7: Grafik Aktivitas Siswa Secara Klasikal Siklus I Pertemuan 2

c) Hasil Belajar Siswa

Berikut paparan hasil belajar secara kelompok dan individu

dengan menggunakan model Numbered Heads Together (NHT)

divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) di kelas IV SDN

Pasayangan 1 Martapura:

1) Hasil Belajar Kelompok

Tabel 4.12: Hasil Belajar Kelompok Siklus I Pertemuan 2


Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5

M. Irfan Farizi M. Hasanuddin M. Khisbu Ahmad Makki M. Seman


Rizky
M. Rizki M. Nabil R M. Wildan Maulina A
Padillah M. Sultan R Z Amin
Syahreza Riska Alya R
Khairinnida Hafsari Firda Aulia Hazahira

Khairunnisa Maulida Siti Badriah Gt.


Munawarah

Perolehan Nilai Perolehan Perolehan Perolehan Perolehan Nilai


90 Nilai 60 Nilai 100 Nilai 90 60

117
Berdasarkan tabel diatas, ada 3 kelompok yang sudah

mencapai KKM, 1 kelompok memiliki nilai tertinggi dengan

perolehan 100 yaitu kelompok 3. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat melalui grafik berikut:

Hasil Belajar Kelompok S1P2

100
80
100
60 90
Nilai

40 60 60
90
20
0
Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok
1 2 3 4 5

Nama Kelompok

Gambar 4.8: Grafik Hasil Belajar Kelompok Siklus I Pertemuan 2

2) Hasil Belajar Individu

Hasil belajar siswa diketahui dengan soal yang

diberikan berupa soal tertulis pada pertemun 2 berjumlah 10

soal pilihan ganda dapat diketahui berdasarkan tabel

rekapitulasi nilai berikut:

118
Tabel 4.13: Hasil Belajar Evaluasi Siklus I Pertemuan 2

No. Nama Nilai Ket.


1 Ahmad Makki 60 TT
2 Firda Aulia 80 T
3 Gt. Munawarah 60 TT
4 Hajahira 50 TT
5 Khairinnida 80 T
6 Khairunnisa 70 T
7 Maulida 70 T
8 Maulina Aprilianti 80 T
9 M. Hasanuddin 100 T
10 M. Irfan Farizi 70 T
11 M. Khisbu Rizky 90 T
12 M. Nabil R 70 T
13 M. Rizki Padillah 60 TT
14 M. Seman 70 T
15 M. Sulthan R Z 40 TT
16 M. Wildan Amin 40 TT
17 Riska Alya Ariyani 70 T
18 Siti Badriah 40 TT
19 Syahreza Hafsari 40 TT
11 tuntas, 8
Jumlah 1.240
tidak tuntas
Rata – rata Hasil Belajar 65,26
Persentase Ketuntasan 57,89%

Berdasarkan tabel tersebut ada 11 orang siswa yang berhasil

mencapai ketuntasan secara individual, artinya siswa tersebut sudah

mampu mencapai KKM yaitu 70. Ketuntasan klasikalnya yaitu

119
57,89%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada

pertemuan 1 ini jauh dari ketuntasan klasikal yang diharapkan yaitu

80%.

Berdasarkan tabel tersebut, maka nilai yang diperoleh siswa

dengan persentase sebagai berikut:

Tabel 4.14 Persentase Hasil Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 2

No. Nilai Frekuensi Keterangan

1. 100 1 Tuntas
2. 90 1 Tuntas
3. 80 3 Tuntas
4. 70 6 Tuntas
5. 60 3 Tidak Tuntas
6. 50 1 Tidak Tuntas
7. 40 4 Tidak Tuntas
Jumlah 19

Dari tabel tersebut dapat digambarkan dengan grafik

sebagai berikut:

Hasil Belajar Siswa Siklus I


Pertemuan 2
6
6
5 4
Frekuensi

4 3 3
3
2 1 1 1
1
0
Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai
40 50 60 70 80 90 100

Gambar 4.9 Hasil Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 2

120
Setelah dilihat dari hasil evaluasi yang dikerjakan siswa,

ternyata kebanyakan siswa yang tidak tuntas itu dikarenakan

kesulitan dalam memahami soal yang berbentuk pengetahuan (C1)

dan pemahaman (C2). Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 4.15 Keterangan Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan 2

Nomor Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Siswa menjawab benar 10 12 11 19 12 5 12 11 8 9

Siswa menjawab salah 6 5 7 3 5 14 5 5 8 7

Keterangan: Soal nomor 2, 3, 8 = C1 (pengetahuan)

Soal nomor 1, 4, 5, 6, 7, 9, 10 = C2 (pemahaman)

Dilihat dari tabel tersebut, siswa kebanyakan salah dalam

menjawab soal nomor 6. Dimana soal tersebut merupakan soal

pemahaman. Pada soal nomor 6 ada 73,68% siswa yang menjawab

salah.

Dapat disimpulkan ada 11 orang siswa yang tuntas pada

pertemuan kedua yang mendapat nilai ≥70 sesuai dengan indikator

keberhasilan dan siswa yang tidak tuntas ada 8 orang, untuk lebih

jelasnya dapat dilihat seperti tabel dibawah ini:

Tabel 4.16 Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siklus I Pertemuan 2

Pertemuan 2
Nilai Keterangan
Frek %
≥ 70 11 57,89% Tuntas
< 70 8 42,11% Tidak Tuntas

121
Ketuntasan klasikal dapat dilihat memperoleh persentase

sebesar 57,89% sedangkan ketidaktuntasan secara klasikal

mencapai 42,11%. Hal ini menunjukkan penguasaan siswa

terhadap materi pelajaran masih kurang, dan ini juga sebagai akibat

dari model pembelajaran yang masih belum terbiasa dilaksanakan

oleh siswa. Dengan demikian masih banyak yang harus diperbaiki

untuk pertemuan berikutnya agar didapatkan hasil yang lebih baik

lagi. Ketuntasan klasikal dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar


Siklus I Pertemuan 2

42,11%
57,89%

Tuntas Tidak Tuntas

Gambar 4.10: Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I Pertemuan 2

4) Refleksi

a) Aktivitas Guru

Pada pertemuan ini berada pada skor 24 dengan kriteria

baik, aktivitas guru pada pertemuan ini belum berhasil, karena

aktivitas guru dikatakan berhasil apabila mencapai skor ≥28

dengan kriteria sangat baik.

122
Ketidak berhasilan aktivitas guru pada pertemuan ini

dikarenakan masih ada tiga aspek yang diamati mendapat skor 2

seperti guru meminta dua siswa dari masing-masing kelompok

akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke

kelompok yang lain, guru meminta dua siswa yang tinggal dalam

kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka

ke tamu mereka dan guru meminta tamu mohon diri dan kembali

ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari

kelompok lain.

Berdasarkan hal tersebut untuk pertemuan yang akan datang

guru harus benar-benar memperhatikan tiga aspek tersebut dan

memperbaikinya pada pertemuan selanjutnya dengan cara

meminta siswa untuk memperhatikan dan berkonsentrasi disetiap

kegiatan pembelajaran serta melibatkan partisipasi siswa dalam

kegiatan pembelajaran, dan menciptakan suasana belajar yang

lebih kondusif, dengan demikian aktivitas guru pada pertemuan

berikutnya akan lebih baik lagi.

b) Aktivitas Siswa

Suatu pembelajaran dikelas dapat dikatakan berhasil

apabila dilihat berdasarkan rata-rata kelas mampu mencapai skor

sebesar 16-20 dengan kategori Sangat Aktif. Dan apabila dilihat

secara klasikal ≥80% siswa berada pada kategori aktif dan atau

sangat aktif.

123
1) Siswa memperhatikan guru menjelaskan materi memperoleh

rata-rata kelas sebesar 16,05 dan secara klasikal memperoleh

nilai sebesar 94,73%. Hal tersebut sudah melebihi dari

indikator keberhasilan yang telah ditentukan, aktivitas siswa

dikatakan berhasil apabila secara rata-rata kelas berada pada

skor ≥ 16 dengan kriteria sangat aktif dan secara klasikal

dikatakan berhasil apabila aktivitas siswa mencapai 80%

dengan kategori sebagian besar siswa aktif. Pada siklus I

pertemuan 2 ini pada aspek memperhatikan guru menjelaskan

materi, siswa sudah aktif semua. Penyebabnya siswa sudah

mulai focus mendengarkan penjelasan guru.

2) Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran memperoleh rata-

rata kelas sebesar 13,42 dan secara klasikal memperoleh nilai

sebesar 68,42%. Hal tersebut masih jauh dari indikator

keberhasilan yang telah ditentukan, aktivitas siswa dikatakan

berhasil apabila secara rata-rata kelas berada pada skor ≥ 16

dengan kriteria sangat aktif dan secara klasikal dikatakan

berhasil apabila aktivitas siswa mencapai 80% dengan

kategori sebagian besar siswa aktif. Pada aspek siswa aktif

dalam kegiatan pembelajaran dipenuhi siswa dengan kriteria

cukup aktif dan aktif. Ketidaktuntasan dikarenakan siswa

masih belum aktif secara individu dan aktif bekerjasama

124
dengan kelompok. Upaya perbaikan yaitu guru harus lebih

baik lagi dalam membimbing siswa.

3) Siswa aktif dalam mengerjakan LKK memperoleh rata-rata

kelas sebesar 15,52 dan secara klasikal memperoleh nilai

sebesar 78,94%. Hal tersebut masih jauh dari indikator

keberhasilan yang telah ditentukan, aktivitas siswa dikatakan

berhasil apabila secara rata-rata kelas berada pada skor ≥ 16

dengan kriteria sangat aktif dan secara klasikal dikatakan

berhasil apabila aktivitas siswa mencapai 80% dengan

kategori sebagian besar siswa aktif. Namun secara klasikal

sudah mencapai indikator keberhasilan. Pada siklus I

pertemuan 2 ini pada aspek siswa aktif dalam mengerjakan

LKK dipenuhi siswa dengan kriteria cukup aktif, aktif, dan

sangat aktif namun ada 4 siswa yang masih belum aktif

dalam mengerjakan LKK. Pada saat pembelajaran

berlangsung yang bersangkutan asyik mengerjakan pekerjaan

lain. Ketidaktuntasan dikarenakan masih ada siswa yang

cukup baik dalam melakukan aspek ini. Upaya perbaikan

yaitu guru harus lebih baik lagi dalam membimbing siswa.

4) Siswa aktif menjawab pertanyaan yang diberikan guru

memperoleh rata-rata kelas sebesar 12,63 dan secara klasikal

memperoleh nilai sebesar 52,63%. Hal tersebut jauh dari

indikator keberhasilan yang telah ditentukan, aktivitas siswa

125
dikatakan berhasil apabila secara rata-rata kelas berada pada

skor ≥16 dengan kriteria sangat aktif dan secara klasikal

dikatakan berhasil apabila aktivitas siswa mencapai 80%

dengan kategori sebagian besar siswa aktif. Pada siklus I

pertemuan 2 ini pada aspek siswa aktif menjawab pertanyaan

yang diberikan guru masih ada beberapa siswa yang cukup

aktif, sebagian siswa dengan kriteria aktif. Pada saat guru

mengajukan pertanyaan hanya sebagian siswa yang dapat

menjawab pertanyaan yang diajukan guru dengan benar dan

siswa yang lain masih salah menjawab pertanyaan yang

diajukan guru diantaranya Makki, Nida, Nisa, Khisbu dan

Nabil. Upaya perbaikan yaitu dengan lebih meningkatkan

semangat siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran.

5) Siswa ikut menyimpulkan hasil pembelajaran memperoleh

rata-rata kelas sebesar 13,15 dan secara klasikal memperoleh

nilai sebesar 63,15%. Hal tersebut masih jauh dari indikator

keberhasilan yang telah ditentukan, aktivitas siswa dikatakan

berhasil apabila secara rata-rata kelas berada pada skor ≥16

dengan kriteria sangat aktif dan secara klasikal dikatakan

berhasil apabila aktivitas siswa mencapai 80% dengan

kategori sebagian besar siswa aktif. Pada siklus I pertemuan

2 ini pada aspek siswa ikut menyimpulkan hasil pembelajaran

ada 7 siswa yang masih cukup aktif diantaranya Makki, Nisa,

126
Nabil, Padil dan Sulthan, sebagian sudah aktif.

Ketidaktuntasan dikarenakan masih ada siswa yang tidak ikut

serta menyiapkan hasil diskusi. Upaya perbaikan yaitu

dengan memberikan bimbingan lagi kepada siswa untuk

menyimpulkan hasil pembelajaran dengan bersama-sama.

c) Hasil Belajar

Pada siklus I pertemuan 2 ini masih belum berhasil, karena

masih di bawah indikator yang telah ditentukan. Pada pertemuan

ini masih terdapat 8 orang atau 42,11% siswa yaitu Ahmad Makki,

Gt. Munawarah, Hajahira, M. Rizki Padillah, M. Sulthan R Z,

Riska Alya Ariyani, Siti Badriah dan Syahreza Hafsari yang belum

tuntas. Karena secara individu siswa bisa dikatakan tuntas apabila

mendapat nilai ≥70, sedangkan secara klasikal siswa dapat

dikatakan berhasil apabila ≥82%. Pada pertemuan kedua ini siswa

yang mendapat nilai ≥70 ada 11 orang atau hanya 57,89%. Hal itu

tentunya sangat jauh dengan indikator yang telah ditentukan.

Ketidakberhasilan hasil belajar ini dikarenakan siswa

kebanyakan salah dalam menjawab soal nomor 6. Dimana soal

tersebut merupakan soal pemahaman (C2).

Untuk pertemuan berikutnya guru harus menekankan kepada

siswa bahwa kalian harus benar-benar memperhatikan soal, dan

dengan hati-hati dalam mengerjakannya dan guru memberikan

contoh cara mengerjakan soal yang berbentuk pengetahuan

127
tersebut. Sehingga pada pertemuan berikutnya hasil belajar siswa

dapat meningkat.

2. Siklus II

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan, yaitu

menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran pada pokok bahasan

globalisasi. Menyiapkan lembar kerja kelompok (LKK) dan lembar

evaluasi. Menyiapkan lembar observasi aktivitas belajar siswa dan lembar

observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran beserta rubriknya.

Menyiapkan media pembelajaran yaitu gambar yang terkait dengan materi

globalisasi.

Dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II ini akan

dilaksanakan selama 2 kali pertemuan dengan perencanaan yang dijelaskan

lebih lanjut pada tabel jadwal pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus II

pertemuan 1 dan pertemuan 2 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.17 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II

Jumlah
No. Hari/Tanggal Pertemuan Materi Penilaian
Jam
 Budaya Indonesia
Kamis, 2 jam dalam Misi Tertulis,
1. 1-2
23 April 2015 pelajaran Kebudayaan Performance
Internasional
 Sikap terhadap
Sabtu, 2 jam Pengaruh Tertulis,
2. 1-2
25 April 2015 pelajaran Globalisasi Performance

128
a. Pertemuan 1 (2 x 35 menit)

1) Skenario Kegiatan/Perencanaan

Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan pada hari kamis

tanggal 23 April 2015 pada pukul 07.45-08.55 WITA. Pada pertemuan

pertama ini materi yang dibahas adalah Budaya Indonesia dalam Misi

Kebudayaan Internasional. Sebelum memulai pelajaran guru

mempersiapkan media/alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan

pembelajaran, serta menyiapkan tugas yang akan dikerjakan siswa

baik berupa tugas kelompok (LKK), maupun tugas evaluasi (tes

akhir). Guru juga menyerahkan lembar observasi aktivitas guru

kepada observer (pengamat) guna memberikan penilaian waktu proses

pembelajaran yang dilakukan guru (praktikan) dan lembar observasi

aktivitas siswa dinilai sendiri oleh guru (praktikan).

Setelah semuanya telah disiapkan kegiatan selanjutnya adalah

berkaitan dengan pelaksanaan proses pembelajaran yang akan guru

lakukan sesuai dengan langkah model Numbered Heads Together

(NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS).

Adapun aspek-aspek yang akan dilakukan guru, guru

menjelaskan pelajaran, membagi kelompok yang anggotanya 4 orang

secara heterogen dan setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat

nomor, memberikan tugas (LKK), meminta dua siswa dari masing-

masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-

masing bertamu ke kelompok yang lain, meminta dua siswa yang

129
tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan

informasi mereka ke tamu mereka. Guru meminta tamu mohon diri

dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan

mereka dari kelompok lain, kemudian meminta kelompok

mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. Guru

memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil keluar

dari kelompoknya melaporkan atau menjelaskan hasil kerja sama

mereka. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memberikan

tanggapannya, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.

Semua aspek yang akan dilakukan guru seperti yang diatas

merupakan sebuah rancangan proses pembelajaran yang akan

diterapkan pada saat melakukan penelitian, dengan persiapan yang

matang segala rancangan yang akan dibuat akan berjalan dengan

lancar, sehingga tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan

dan interaksi dalam proses pembelajaran akan meningkat terutama

kedekatan guru dan siswa, sehingga siswa akan merasa senang dan

diperhatikan dalam mengikuti pembelajaran.

Melihat dari hasil refleksi aktivitas guru pada siklus I pertemuan

2 ada beberapa hal yang harus dilakukan guru untuk memperbaikinya,

sehingga untuk pertemuan 1 siklus II bisa lebih baik dan meningkat,

adapun yang harus ditingkatkan guru diantaranya, guru harus benar-

benar memperhatikan dan memperbaiki aspek guru meminta dua

siswa dari masing-masing kelompok bertamu ke kelompok yang lain,

130
guru meminta dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas

membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka, guru meminta

tamu kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan

mereka dari kelompok lain dengan cara membimbing dan memotivasi

siswa, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga

partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran semakin meningkat.

Dengan demikian aktivitas guru pada pertemuan berikutnya akan lebih

baik lagi.

Melihat dari hasil refleksi aktivitas siswa siklus I pertemuan 2

untuk aktivitas siswa yang harus dilakukan guru pada siklus II

pertemuan 1 agar lebih baik dan meningkat, guru harus

membangkitkan minat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

dan menekankan betapa pentingnya kerjasama agar tercipta sebuah

pembelajaran yang efektif. Sehingga tercipta suasana yang akrab

antara siswa dan guru, dengan demikian siswa menjadi lebih aktif lagi

pada pertemuan berikutnya.

Melihat dari hasil refleksi siklus I pertemuan 2 untuk hasil

belajar siswa yang harus dilakukan guru pada siklus II pertemuan 1

agar lebih baik dan meningkat adalah guru harus menyesuaikan

tingkat kesulitan soal dengan tingkat pemahaman siswa terhadap

materi dan kemampuan berpikir siswa, apabila hal ini dilakukan siswa

akan mudah dalam menjawab soal dan mudah dimengertinya.

131
2) Pelaksanaan Kegiatan

a) Kegiatan Awal (±10 menit)

(1) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk

mengikuti proses pembelajaran. Guru mengucapkan salam dan

memulai pelajaran dengan mengajak siswa untuk berdoa. Guru

mengucapkan salam dengan lengkap (Assalamu’alaikum

Warahmatullahi Wabarakatuh) dan dijawab oleh semua siswa,

kemudian guru menyapa semua siswa yang ada di dalam kelas

dan mengajak siswa untuk berdoa bersama-sama dan semua

siswa berdoa, guru kemudian mengkondisikan siswa baik fisik

maupun psikisnya untuk siap belajar dengan meminta anak

untuk duduk yang rapi, setelah siswa sudah rapi maka guru

kemudian memeriksa kehadiran siswa. Guru mengatakan

kepada siswa bahwa siapa yang dipanggil namanya

mengangkat tangan dan mengatakan hadir. Pada hari ini semua

siswa hadir.

(2) Guru memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa. Pada

saat ini guru memberikan motivasi agar siswa semangat dalam

belajar dan melakukan apersepsi dengan menanyakan materi

sebelumnya yaitu “pengaruh positif dan negatif globalisasi?”

kemudian dijawab oleh sebagian siswa dengan tepat.

132
(3) Guru menyampaikan tujuan cakupan materi dan penjelasan

uraian kegiatan sesuai silabus, siswa mampu mengidentifikasi

jenis budaya Indonesia yang pernah tampil dalam misi

kebudayaan internasional dan menceritakan salah satu jenis

budaya Indonesia yang pernah tampil dalam misi kebudayaan

internasional . Selanjutnya guru memberikan informasi singkat

tentang materi yang akan di pelajari hari ini yaitu mengenai

budaya Indonesia dalam misi kebudayaan internasional serta

menyampaikan tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran

yang sesuai dengan RPP.

b) Kegiatan Inti (±45 menit)

(1) Guru menjelaskan pelajaran dan menyampaikan kompetensi

yang akan dicapai tentang materi globalisasi yaitu, budaya

Indonesia yang pernah ditampilkan dalam misi kebudayaan

internasional, disini guru menjelaskan pelajaran dengan baik

dan contoh ragam budaya bangsa Indonesia yang telah dikenal

oleh masyarakat luar negeri disampaikan kepada siswa. Siswa

mendengarkan penjelasan guru dengan tenang serta mencatat

apa yang disampaikan oleh guru tetapi masih 2 orang siswa

yang kurang memperhatikan penjelasan guru karena asyik

berbicara.

(2) Guru mengarahkan siswa untuk membuat 5 kelompok secara

heterogen yang masing-masing kelompok berjumlah 4 orang

133
dan membagi nomor kepala. Setiap kelompok dijelaskan bahwa

mereka harus saling bekerjasama dan saling membantu. Ketika

itu guru yang menentukan pembagian kelompok suasana cukup

tenang.

(3) Guru membagi LKK dan menjelaskannya. Setelah selesai

membagikan LKK, guru menjelaskan tata cara mengerjakan

LKK, disini guru cukup jelas saat menjelaskan tata cara

mengerjakan LKK. Pada saat guru menjelaskan tata cara

mengerjakan LKK, suasana disini cukup tenang dan cukup

tertib.

(4) Guru meminta dua orang masing-masing kelompok menjadi

tamu kelompok lain. Setelah mereka bekerjasama secara

berkelompok dua dari anggota mereka pergi kekelompok lain

untuk mendengarkan dan mencari informasi bagaimana cara

kelompok lain memecahkan masalah atau menjawab soal yang

diberikan oleh guru. Kemudian guru yang meminta dua orang

anggota dari masing-masing kelompok untuk bertamu

kekelompok lain dan siswa diminta bertamu ke kelompok yang

sudah ditetapkan oleh guru. Pada saat itu suasana kelas tenang

karena mereka cukup memahami apa yang harus dilakukan.

(5) Guru meminta kepada siswa yang tinggal dalam kelompok

bertugas membagikan hasil kerja dan informasi kepada tamu

134
mereka. Disini guru cukup jelas dalam meminta siswa yang

tinggal untuk membagikan informasi kepada tamu.

(6) Guru meminta siswa yang bertamu untuk kembali ke kelompok

mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok

lain. Guru cukup jelas dalam meminta siswa jika setelah

bertamu siswa harus menyampaikan informasi yang

didapatnya.

(7) Guru meminta kelompok mencocokkan dan membahas hasil

kerja mereka. Guru cukup jelas dalam meminta kelompok

untuk mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka dari

hasil temuannya.

(8) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang

dipanggil keluar dari kelompoknya melaporkan atau

menjelaskan hasil kerja sama mereka. Guru memanggil salah

satu nomor siswa tetapi hanya sebagian kelompok saja yang

melaporkan hasil kerjanya.

(9) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memberikan

tanggapannya, kemudian guru menunjuk nomor. Disini guru

memberi kesempatan kepada siswa untuk memberikan

tanggapannya tetapi tidak menunjuk nomor yang lain untuk

melaporkan kembali hasil kerja mereka.

135
c) Kegiatan Akhir (±15 menit)

(1) Pada kegiatan akhir ini guru membimbing siswa membuat

kesimpulan, guru menanyakan apakah sudah paham tentang

pembelajaran hari ini, sebagian siswa menjawab paham dan

ada beberapa siswa yang masih asyik berbicara dengan

temannya.

(2) Guru memberikan evaluasi kepada siswa. Guru memberikan

waktu 10 menit untuk menjawab soal evaluasi.

(3) Guru memberikan umpan balik dengan melakukan tanya jawab

dengan siswa tentang materi Globalisasi. Budaya Indonesia

dalam misi kebudayaan internasional untuk mengetahui

pencapaian indikator dan kompetensi dasar. Yaitu menanyakan

soal yang telah dijawab oleh siswa.

(4) Guru memberikan tindak lanjut berupa saran dan nasehat

kepada siswa agar belajar dengan rajin untuk mendapatkan

nilai yang bagus.

(5) Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan

berikutnya. Guru memberitahukan kepada siswa bahwa pada

pelajaran selanjutnya mereka akan mempelajari materi Sikap

terhadap pengaruh globalisasi.

(6) Guru mengakhiri pelajaran dengan berdoa bersama-sama dan

mengucapkan salam. Setelah pelajaran selesai guru mengajak

136
siswa berdoa dan mengucapkan salam dengan lengkap

(Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh).

3) Hasil Observasi

a) Observasi Aktivitas/Kegiatan Guru

Berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran

yang telah dilakukan observer, maka dalam pelaksanaannya pada

siklus II pertemuan 1 dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 4.18 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 1

No Aktivitas Guru Skor


1. Guru menjelaskan pelajaran. 4
2. Guru membagi kelompok yang anggotanya 4
orang secara heterogen. Setiap siswa dalam 4
setiap kelompok mendapat nomor.
3. Guru memberikan tugas (LKK). 3
4. Guru meminta dua siswa dari masing-masing
kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan 3
masing-masing bertamu ke kelompok yang lain.
5. Guru meminta dua siswa yang tinggal dalam
kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan 3
informasi mereka ke tamu mereka.
6. Guru meminta tamu mohon diri dan kembali ke
kelompok mereka sendiri dan melaporkan 3
temuan mereka dari kelompok lain.
7. Guru meminta kelompok mencocokkan dan
3
membahas hasil-hasil kerja mereka.
8. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan
nomor yang dipanggil keluar dari kelompoknya
3
melaporkan atau menjelaskan hasil kerja sama
mereka.
9. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
memberikan tanggapannya, kemudian guru 3
menunjuk nomor yang lain.
Jumlah Skor 29
Sangat
Kriteria
Baik
Keterangan:

Skor minimal = 9

137
Skor maksimal = 36

Kategori:

Sangat baik 28 – 36

Baik 19 – 27

Cukup baik 10 – 18

Kurang baik ≤9

Dari tabel di atas diketahui bahwa tahapan-tahapan

pembelajaran pada siklus II pertemuan 1 semua aspek sudah

dilaksanakan, untuk ativitas guru rata-rata mendapat skor 3 karena

guru berusaha memperbaikinya berdasarkan refleksi pada

pertemuan 2 siklus I, juga terlihat terjadi peningkatan aktivitas

diantaranya pada aspek menjelaskan pelajaran, membagi kelompok

secara heterogen dan membagi nomor kepala, meminta dua siswa

dari masing-masing kelompok bertamu ke kelompok yang lain,

meminta dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas

membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka, meminta

tamu kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan

mereka dari kelompok lain. Keberhasilan ini masih perlu

ditingkatkan lagi sehingga mendapat indikator keberhasilan yang

lebih baik lagi.

Berdasarkan penilaian yang diberikan oleh observer kepada

guru, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas yang dilakukan guru

mendapat skor 29 dengan kriteria sangat baik. Oleh sebab itu

138
aktivitas kegiatan yang dilakukan oleh guru pada siklus II

pertemuan pertama ini dikatakan hampir berhasil, karena aktivitas

guru dikatakan berhasil jika mencapai skor ≥ 28 dengan kriteria

sangat baik.

b) Observasi Aktivitas Siswa

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan dari

peneliti pada saat penelitian ini, maka aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran dapat dijelaskan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 4.19 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1

Aspek SA A CA KA ∑
Rata - rata Klasikal
No. yang FX
F FX F FX F FX F FX Kelas %
Dinilai
1 A 5 20 13 39 1 2 0 0 61 16,05 94,73%
2 B 3 12 15 45 1 2 0 0 59 15,52 94,73%
3 C 5 20 13 39 1 2 0 0 61 16,05 94,73%
4 D 2 8 12 36 5 10 0 0 54 14,21 73,68%
5 E 0 0 15 45 4 8 0 0 53 13,39 78,94%
Jumlah
Rata - rata
57,6
FX
Rata - rata
15,15(Aktif)
Kelas
Rata - rata
87,36% (Hampir Seluruhnya Aktif)
Klasikal
Keterangan:
A= Siswa memperhatikan guru menjelaskan materi

B= Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran

C= Siswa aktif dalam mengerjakan LKK

D= Siswa aktif menjawab pertanyaan yang diberikan guru


E= Siswa ikut menyimpulkan hasil pembelajaran

Deskripsi Kriteria Penilaian

139
16 - 20 = Sangat aktif

11 – 15 = Aktif

6 –10 = Cukup Aktif

5 = Kurang Aktif

Rumus

Jumlah Fx
Rata-rata Kelas = x 20
4 x jumlah seluruh siswa

Jumlah F(A+SA )
Klasikal = x100%
Jumlah seluruh siswa

Tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam setiap aspek

aktivitas siswa yang diamati dalam lembar observasi, dari perhitungan

rata-rata kelas termasuk kriteria aktif dengan perolehan skor 15,15.

Aspek yang memiliki nilai rata-rata terendah adalah aktivitas siswa

dalam menyimpulkan hasil pembelajaran dengan nilai 13,94 sedangkan

yang tertinggi pada aspek siswa memperhatikan guru menjelaskan

materi, siswa aktif dalam mengerjakan LKK dengan nilai rata-rata

16,05.

Persentase aktivitas siswa secara klasikal yang memperoleh

persentase tertinggi pada aspek memperhatikan guru menjelaskan

materi, siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, siswa aktif dalam

mengerjakan LKK dengan persentase 94,73%, sedangkan yang

terendah pada aspek siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru

140
dengan persentase 73, 68% atau sebagian besar aktif. Aspek siswa ikut

menyimpulkan hasil pembelajara dengan persentase 78,68% dengan

kriteria sebagian besar aktif.

Hasil analisis observasi siswa secara rata-rata kelas dan klasikal

pada aspek yang diamati dapat dilihat pada sajian grafik dibawah ini:

Rata-rata Kelas Aktivitas Siswa SIIP1

16,5 16,05 16,05


16 15,52
15,5
15
14,21
14,5 13,94
14
13,5
13
12,5
A B C D E

Gambar 4.31: Grafik Rata-rata Kelas Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1

Aktivitas Siswa Secara Klasikal SIIP1


94,73% 94,73% 94,73%
100,00%
78,94%
73,68%
80,00%

60,00%

40,00%

20,00%

0,00%
A B C D E

Gambar 4.14: Grafik Aktivitas Siswa Secara Klasikal Siklus II Pertemuan 1

141
c) Hasil Belajar Siswa

Berikut paparan hasil belajar secara kelompok dan individu

dengan menggunakan model Numbered Heads Together (NHT)

divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) di kelas IV SDN

Pasayangan 1 Martapura:

1) Hasil Belajar Kelompok

Tabel 4.20: Hasil Belajar Kelompok Siklus II Pertemuan 1


Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok
5

M. Irfan Farizi M. Hasanuddin M. Khisbu Rizky Ahmad Makki M. Seman

M. Rizki M. Nabil R M. Sultan R Z M. Wildan Amin Maulina A


Padillah
Syahreza Hafsari Siti Badriah Hazahira Riska Alya
Khairinnida A
Maulida Firda Aulia Gt. Munawarah
Khairunnisa

Perolehan Perolehan Nilai Perolehan Nilai Perolehan Nilai Perolehan


Nilai 100 90 100 100 Nilai 100

142
Berdasarkan tabel diatas, semua kelompok sudah mencapai

KKM, 4 kelompok memiliki nilai tertinggi dengan perolehan 100

yaitu kelompok 1, 3, 4 dan 5. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

melalui grafik berikut:

Hasil Belajar Kelompok SIIP1

100
98
100 100
96
94
Nilai

100
92
90 100
88 90
86
84
Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok
1 2 3 4 5
Nama Kelompok

Gambar 4.13: Grafik Hasil Belajar Kelompok Siklus II Pertemuan 1

1) Hasil Belajar Individu

Hasil belajar siswa diketahui dengan soal yang

diberikan berupa soal tertulis pada pertemun 2 berjumlah 10

soal pilihan ganda dapat diketahui berdasarkan tabel

rekapitulasi nilai berikut:

143
Tabel 4.21: Hasil Belajar Evaluasi Siklus II Pertemuan 1

No. Nama Nilai Ket.


1 Ahmad Makki 50 TT
2 Firda Aulia 70 T
3 Gt. Munawarah 70 T
4 Hajahira 80 T
5 Khairinnida 70 T
6 Khairunnisa 40 TT
7 Maulida 70 T
8 Maulina Aprilianti 70 T
9 M. Hasanuddin 70 T
10 M. Irfan Farizi 80 T
11 M. Khisbu Rizky 80 T
12 M. Nabil R 70 T
13 M. Rizki Padillah 70 T
14 M. Seman 90 T
15 M. Sulthan R Z 40 TT
16 M. Wildan Amin 80 T
17 Riska Alya Ariyani 50 TT
18 Siti Badriah 80 T
19 Syahreza Hafsari 70 T
15 tuntas, 4
Jumlah 1.300
tidak tuntas
Rata – rata Hasil Belajar 68,42
Persentase Ketuntasan 78,95%

Berdasarkan tabel tersebut ada 15 orang siswa yang berhasil

mencapai ketuntasan secara individual, artinya siswa tersebut sudah

mampu mencapai KKM yaitu 70. Ketuntasan klasikalnya yaitu

144
78,95%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada

pertemuan 1 ini jauh dari ketuntasan klasikal yang diharapkan yaitu

80%.

Berdasarkan tabel tersebut, maka nilai yang diperoleh siswa

dengan persentase sebagai berikut:

Tabel 4.22 Persentase Hasil Belajar Siswa Siklus II Pertemuan 1

No. Nilai Frekuensi Keterangan

1. 90 1 Tuntas
2. 80 5 Tuntas
3. 70 9 Tuntas
4. 50 2 Tidak Tuntas
5. 40 2 Tidak Tuntas
Jumlah 19

Dari tabel tersebut dapat digambarkan dengan grafik

sebagai berikut:

Hasil Belajar Siswa Siklus II


Pertemuan 1
4 4
4
3
3
Frekuensi

2
2
1 1 1
1
0
Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai
40 50 60 70 80 90 100

Gambar 4.14 Hasil Belajar Siswa Siklus II Pertemuan 1

145
Setelah dilihat dari hasil evaluasi yang dikerjakan siswa,

ternyata kebanyakan siswa yang tidak tuntas itu dikarenakan

kesulitan dalam memahami soal yang berbentuk pengetahuan (C1)

dan pemahaman (C2). Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 4.23 Keterangan Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan 1

Nomor Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Siswa menjawab benar 5 6 17 19 17 14 9 17 17 9

Siswa menjawab salah 14 13 2 - 2 5 10 2 2 10

Keterangan: Soal nomor 1, 3, 5, 8, 10 = C1 (pengetahuan)

Soal nomor 2, 4, 6, 7, 9 = C2 (pemahaman)

Dilihat dari tabel tersebut, siswa kebanyakan salah dalam

menjawab soal nomor 1 dan 2. Dimana soal tersebut merupakan

soal pengetahuan dan pemahaman. Pada soal nomor 1 ada 73,68%

siswa yang menjawab salah dan pada soal nomor 2 ada 68,42%

siswa yang menjawab salah.

Dapat disimpulkan ada 15 orang siswa yang tuntas pada

pertemuan pertama yang mendapat nilai ≥70 sesuai dengan

indikator keberhasilan dan siswa yang tidak tuntas ada 4 orang,

untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti tabel dibawah ini:

Tabel 4.24 Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siklus II Pertemuan 1

Pertemuan 1
Nilai Keterangan
Frek %
≥ 70 15 78,95% Tuntas
< 70 4 21,05% Tidak Tuntas

146
Ketuntasan klasikal dapat dilihat memperoleh persentase

sebesar 78,95% sedangkan ketidak tuntasan secara klasikal

mencapai 21,05%. Hal ini menunjukkan penguasaan siswa

terhadap materi pelajaran masih kurang, dan ini juga sebagai akibat

dari model pembelajaran yang masih belum terbiasa dilaksanakan

oleh siswa. Dengan demikian masih banyak yang harus diperbaiki

untuk pertemuan berikutnya agar didapatkan hasil yang lebih baik

lagi. Ketuntasan klasikal dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar


Siklus II Pertemuan 1

21,05%

78,95%

Tuntas Tidak Tuntas

Gambar 4.15: Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II Pertemuan 1

147
4) Refleksi

a) Aktivitas Guru

Pada pertemuan ini berada pada skor 29 dengan kriteria

sangat baik, aktivitas guru pada pertemuan ini hampir berhasil,

karena aktivitas guru dikatakan berhasil apabila mencapai skor ≥28

dengan kriteria sangat baik. Semua aspek sudah dilakukan oleh

guru dengan baik, semua ini karena guru telah memperbaiki

berdasarkan pada refleksi disetiap kali pertemuan

Berdasarkan hal tersebut untuk pertemuan yang akan datang

guru harus meningkatkan lagi aktivitasnya tapi tidak terlepas dari

kedekatan guru dan siswa, mempertahankan dan meningkatkan

cara mengajarnya, serta didukung dengan perencanaan yang sangat

matang dengan demikian aktivitas guru pada pertemuan berikutnya

akan lebih baik lagi dan meningkat dengan signifikan.

b) Aktivitas Siswa

Suatu pembelajaran dikelas dapat dikatakan berhasil

apabila dilihat berdasarkan rata-rata kelas mampu mencapai skor

sebesar 16-20 dengan kategori Sangat Aktif. Dan apabila dilihat

secara klasikal ≥80% siswa berada pada kategori aktif dan atau

sangat aktif.

1) Siswa memperhatikan guru menjelaskan materi memperoleh

rata-rata kelas sebesar 16,05 dan secara klasikal memperoleh

nilai sebesar 94,73%. Hal tersebut sudah melebihi dari

148
indikator keberhasilan yang telah ditentukan, aktivitas siswa

dikatakan berhasil apabila secara rata-rata kelas berada pada

skor ≥ 16 dengan kriteria sangat aktif, secara klasikal

dikatakan berhasil apabila aktivitas siswa mencapai 80%

dengan kategori sebagian besar siswa aktif. Pada aspek siswa

memperhatikan guru menjelaskan materi dipenuhi siswa

dengan kriteria aktif dan sangat aktif. Ada 1 orang siswa yang

masih kurang memperhatikan guru menjelaskan materi yaitu

Maulida. Pada saat pembelajaran berlangsung yang

bersangkutan asyik sendiri. Ketidaktuntasan dikarenakan

siswa sibuk menggambar. Upaya perbaikan yaitu dengan

memberikan bimbingan.

2) Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran memperoleh rata-

rata kelas sebesar 15,52 dan secara klasikal memperoleh nilai

sebesar 94,73%. Hal tersebut hampir mendekati dari indikator

keberhasilan yang telah ditentukan, aktivitas siswa dikatakan

berhasil apabila secara rata-rata kelas berada pada skor ≥ 16

dengan kriteria sangat aktif dan secara klasikal dikatakan

berhasil apabila aktivitas siswa mencapai 80% dengan

kategori sebagian besar siswa aktif, namun secara klasikal

sudah mencapai indikator keberhasilan. Pada aspek siswa

aktif dalam kegiatan pembelajaran dipenuhi siswa dengan

kriteria aktif dan sangat aktif. Ada 1 orang siswa yang masih

149
belum aktif dalam kerjasama kelompok yaitu Riska. Pada

saat pembelajaran berlangsung yang bersangkutan hanya

aktif sendiri. Ketidaktuntasan dikarenakan siswa enggan

bekerjasama saat berkelompok. Upaya perbaikan yaitu

dengan memberikan bimbingan.

3) Siswa aktif dalam mengerjakan LKK memperoleh rata-rata

kelas sebesar 16,05 dan secara klasikal memperoleh nilai

sebesar 94,73%. Hal tersebut sudah mencapai dari indikator

keberhasilan yang telah ditentukan, aktivitas siswa dikatakan

berhasil apabila secara rata-rata kelas berada pada skor ≥ 16

dengan kriteria sangat aktif dan secara klasikal dikatakan

berhasil apabila aktivitas siswa mencapai 80% dengan

kategori sebagian besar siswa aktif. Pada aspek siswa aktif

dalam mengerjakan LKK dipenuhi siswa dengan kriteria aktif

dan sangat aktif. Ada 1 orang siswa yang masih kurang aktif

dalam mengerjakan Lkk yaitu Padil. Pada saat pembelajaran

berlangsung yang bersangkutan hanya aktif sendiri.

Ketidaktuntasan dikarenakan siswa enggan bekerjasama saat

berkelompok. Upaya perbaikan yaitu dengan memberikan

bimbingan.

4) Siswa aktif menjawab pertanyaan yang diberikan guru

memperoleh rata-rata kelas sebesar 14,21 dan secara klasikal

memperoleh nilai sebesar 73,68%. Hal tersebut hampir

150
mendekati dari indikator keberhasilan yang telah ditentukan,

aktivitas siswa dikatakan berhasil apabila secara rata-rata

kelas berada pada skor ≥16 dengan kriteria sangat aktif dan

secara klasikal dikatakan berhasil apabila aktivitas siswa

mencapai 80% dengan kategori sebagian besar siswa aktif.

Namun secara klasikal sudah mencapai indikator

keberhasilan. Pada siklus II pertemuan 1 ini pada aspek siswa

aktif menjawab pertanyaan yang diberikan guru masih ada

beberapa siswa yang cukup aktif, sebagian siswa dengan

kriteria aktif, beberapa sangat aktif. Pada saat guru

mengajukan pertanyaan hanya sebagian siswa yang dapat

menjawab pertanyaan yang diajukan guru dengan benar dan

beberapa siswa yang lain masih salah menjawab pertanyaan

yang diajukan guru diantaranya Makki, Firda, Nisa, Riska,

dan Sulthan. Upaya perbaikan yaitu dengan lebih

meningkatkan semangat siswa untuk melakukan kegiatan

pembelajaran.

5) Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran memperoleh rata-

rata kelas sebesar 13,94 dan secara klasikal memperoleh nilai

sebesar 78,94%. Hal tersebut hampir mendekati dari indikator

keberhasilan yang telah ditentukan, aktivitas siswa dikatakan

berhasil apabila secara rata-rata kelas berada pada skor ≥16

dengan kriteria sangat aktif dan secara klasikal dikatakan

151
berhasil apabila aktivitas siswa mencapai 80% dengan

kategori sebagian besar siswa aktif. Namun secara klasikal

sudah mencapai indikator keberhasilan. Pada siklus II

pertemuan 1 ini pada aspek siswa menyimpulkan hasil

pembelajaran ada beberapa siswa yang cukup aktif, banyak

siswa dengan kriteria aktif. Pada saat guru membimbing

siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran masih ada

beberapa siswa yang belum tepat menyimpulkan diantaranya

Maulida, Khisbu, Sulthan, dan Riska. Upaya perbaikan yaitu

dengan lebih meningkatkan bimbingan dan semangat siswa

untuk melakukan kegiatan pembelajaran.

c) Hasil Belajar

Pada pertemuan ini belum berhasil, karena belum mencapai

indikator yang telah ditentukan. Pada pertemuan ini terdapat 4

orang atau 21, 05% siswa yaitu Ahmad Makki, Khairunnisa, M.

Sulthan R Z dan Riska Alya A. yang belum tuntas dikarenakan

nilai siswa tersebut belum memenuhi kriteria ketuntasan individu

yaitu masih di bawah 70. Karena secara individu siswa bisa

dikatakan tuntas apabila mendapat nilai ≥70, sedangkan secara

klasikal siswa dapat dikatakan berhasil apabila ≥80% siswa

mendapatkan nilai ≥70. Pada pertemuan pertama ini siswa yang

mendapat nilai ≥70 ada 15 orang atau 78,94%. Melihat hal tersebut

maka hasil belajar pada pertemuan ini belum berhasil.

152
Pada pertemuan ini belum mencapai indikator yang telah

ditentukan. Ketidak berhasilan ini dikarenakan siswa kebanyakan

salah dalam menjawab soal nomor 1 dan 2. Dimana soal tersebut

merupakan soal pengetahuan (C1) dan pemahaman (C2). Pada soal

nomor 1 ada 73,68% siswa yang menjawab salah, soal nomor 2 ada

68,42% siswa yang menjawab salah.

Berdasarkan hal tersebut untuk pertemuan berikutnya guru

harus menyesuaikan tingkat kesulitan soal dengan tingkat

pemahaman siswa terhadap materi dan kemampuan berpikir siswa,

apabila hal ini dilakukan siswa akan mudah dalam menjawab soal

dan mudah dimengerti. Sehingga pada pertemuan berikutnya hasil

belajar siswa dapat meningkat.

b. Pertemuan 2 (2 x 35 menit)

1) Skenario Kegiatan

Pertemuan kedua pada siklus II dilaksanakan pada hari sabtu

tanggal 25 April 2015 pada pukul 07.45-08.55 WITA. Pada pertemuan

kedua ini materi yang dibahas adalah sikap terhadap pengaruh

globalisasi. Sebelum memulai pelajaran guru mempersiapkan

media/alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran, serta

menyiapkan tugas yang akan dikerjakan siswa baik berupa tugas

kelompok (LKK), maupun tugas evaluasi (tes akhir). Guru juga

menyerahkan lembar observasi aktivitas guru kepada observer

(pengamat) guna memberikan penilaian waktu proses pembelajaran

153
yang dilakukan guru (praktikan). Dan lembar observasi aktivitas siswa

dinilai sendiri oleh guru (praktikan).

Setelah semuanya telah disiapkan kegiatan selanjutnya adalah

berkaitan dengan pelaksanaan proses pembelajaran yang akan guru

lakukan sesuai dengan langkah model Numbered Heads Together

(NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS).

Adapun aspek-aspek yang akan dilakukan guru, guru

menjelaskan pelajaran, membagi kelompok yang anggotanya 4 orang

secara heterogen dan setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat

nomor, memberikan tugas (LKK), meminta dua siswa dari masing-

masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-

masing bertamu ke kelompok yang lain, meminta dua siswa yang

tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan

informasi mereka ke tamu mereka. Guru meminta tamu mohon diri

dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan

mereka dari kelompok lain, kemudian meminta kelompok

mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. Guru

memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil keluar

dari kelompoknya melaporkan atau menjelaskan hasil kerja sama

mereka. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memberikan

tanggapannya, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.

Semua aspek yang akan dilakukan guru seperti yang diatas

merupakan sebuah rancangan proses pembelajaran yang akan

154
diterapkan pada saat melakukan penelitian, dengan persiapan yang

matang segala rancangan yang akan dibuat akan berjalan dengan

lancar, sehingga tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan

dan interaksi dalam proses pembelajaran akan meningkat terutama

kedekatan guru dan siswa, sehingga siswa akan merasa senang dan

diperhatikan dalam mengikuti pembelajaran.

Melihat dari hasil refleksi aktivitas guru dari siklus II pertemuan

1 ada beberapa hal yang harus ditingkatkan lagi oleh guru sehingga

memperoleh skor yang lebih baik dan terus meningkat pada siklus II

pertemuan 2, diantaranya guru harus meningkatkan lagi aktivitasnya

tapi tidak terlepas dari kedekatan guru dan siswa, mempertahankan

dan meningkatkan cara mengajarnya, serta didukung dengan

perencanaan yang sangat matang dengan demikian aktivitas guru pada

pertemuan berikutnya akan lebih baik lagi dan meningkat dengan

signifikan.

Melihat dari refleksi untuk aktivitas siswa pada siklus II

pertemuan 1 yang harus dilakukan guru untuk siklus II pertemuan 2

agar lebih baik dan meningkat, guru harus mempertahankan cara

mengajarnya dan terus meningkatkan lagi hal-hal yang dirasa masih

kurang, memperbaiki pendekatan dan menjaga hubungan lebih baik

lagi dengan siswa, sehingga tercipta hubungan yang akrab antara

siswa dan guru, dengan demikan siswa selalu aktif dalam mengikuti

setiap proses pembelajaran.

155
Melihat dari refleksi untuk hasil belajar pada siklus II pertemuan

1 yang harus dilakukan guru untuk siklus II pertemuan 2 agar lebih

baik dan meningkat, guru harus meningkatkan dalam mempelajari

materi dengan lebih baik lagi sehingga dalam pembuatan soal dapat

disesuaikan dengan tingkat pemahaman siswa baik soal yang

berbentuk sukar, sedang, dan mudah serta dalam penguasaan materi

juga harus ditingkatkan, sehingga ini berdampak pada hasil belajar

siswa yang sangat baik.

2) Pelaksanaan Kegiatan

a) Kegiatan Awal (±10 menit)

(1) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk

mengikuti proses pembelajaran. Guru mengucapkan salam dan

memulai pelajaran dengan mengajak siswa untuk berdoa. Guru

mengucapkan salam dengan lengkap (Assalamu’alaikum

Warahmatullahi Wabarakatuh) dan dijawab oleh semua siswa,

kemudian guru menyapa semua siswa yang ada di dalam kelas

dan mengajak siswa untuk berdoa bersama-sama dan semua

siswa berdoa, guru kemudian mengkondisikan siswa baik fisik

maupun psikisnya untuk siap belajar dengan meminta anak

untuk duduk yang rapi, setelah siswa sudah rapi maka guru

kemudian memeriksa kehadiran siswa. Guru mengatakan

kepada siswa bahwa siapa yang dipanggil namanya

156
mengangkat tangan dan mengatakan hadir. Pada hari ini semua

siswa hadir.

(2) Guru memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa. Pada

saat ini guru memberikan motivasi agar siswa semangat dalam

belajar dan melakukan apersepsi dengan menanyakan materi

sebelumnya yaitu “sebutkan ragam budaya bangsa Indonesia

yang telah dikenal oleh masyarakat luar negeri?” kemudian

dijawab serentak oleh seluruh siswa dengan tepat.

(3) Guru menyampaikan tujuan cakupan materi dan penjelasan

uraian kegiatan sesuai silabus, siswa mampu mengidentifikasi

sikap dan prilaku masyarakat Indonesia terhadap pengaruh

globalisasi, siswa mampu memberikan contoh sikap dan prilaku

masyarakat Indonesia dan mampu menyimpulkan sikap dan

prilaku masyarakat Indonesia. Selanjutnya guru memberikan

informasi singkat tentang materi yang akan di pelajari hari ini

yaitu mengenai sikap terhadap pengaruh globalisasi serta

menyampaikan tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran

yang sesuai dengan RPP.

b) Kegiatan Inti (±45 menit)

(1) Guru menjelaskan pelajaran dan menyampaikan kompetensi

yang akan dicapai tentang materi globalisasi yaitu, budaya

Indonesia yang pernah ditampilkan dalam misi kebudayaan

internasional. Siswa mendengarkan penjelasan guru dengan

157
tenang serta mencatat apa yang disampaikan oleh guru tetapi

masih ada siswa yang asyik sendiri tidak memperhatikan

penjelasan guru.

(2) Guru mengarahkan siswa untuk membuat 5 kelompok secara

heterogen yang masing-masing kelompok berjumlah 4 orang

dan membagi nomor kepala. Setiap kelompok dijelaskan bahwa

mereka harus saling bekerjasama dan saling membantu. Ketika

itu guru yang menentukan pembagian kelompok suasana cukup

tenang.

(3) Guru membagi LKK dan menjelaskannya. Setelah selesai

membagikan LKK, guru menjelaskan tata cara mengerjakan

LKK, disini guru cukup jelas saat menjelaskan tata cara

mengerjakan LKK. Pada saat guru menjelaskan tata cara

mengerjakan LKK, suasana disini tenang dan cukup tertib.

(4) Guru meminta dua orang masing-masing kelompok menjadi

tamu kelompok lain. Setelah mereka bekerjasama secara

berkelompok dua dari anggota mereka pergi kekelompok lain

untuk mendengarkan dan mencari informasi bagaimana cara

kelompok lain memecahkan masalah atau menjawab soal yang

diberikan oleh guru. Pada saat itu suasana kelas tenang karena

mereka cukup memahami apa yang harus dilakukan.

(5) Guru meminta kepada siswa yang tinggal dalam kelompok

bertugas membagikan hasil kerja dan informasi kepada tamu

158
mereka. Disini guru cukup jelas dalam meminta siswa yang

tinggal untuk membagikan informasi kepada tamu.

(6) Guru meminta siswa yang bertamu untuk kembali ke kelompok

mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok

lain. Guru masih cukup jelas dalam meminta siswa jika setelah

bertamu siswa harus menyampaikan informasi yang

didapatnya.

(7) Guru meminta kelompok mencocokkan dan membahas hasil

kerja mereka. Guru cukup jelas dalam meminta kelompok

untuk mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka dari

hasil temuannya.

(8) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang

dipanggil keluar dari kelompoknya melaporkan atau

menjelaskan hasil kerja sama mereka. Guru memanggil salah

satu nomor siswa tetapi hanya sebagian kelompok saja yang

melaporkan hasil kerjanya.

(9) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memberikan

tanggapannya, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.

Disini guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

memberikan tanggapannya tetapi tidak menunjuk nomor yang

lain untuk melaporkan kembali hasil kerja mereka.

159
c) Kegiatan Akhir (±15 menit)

(1) Pada kegiatan akhir ini guru membimbing siswa membuat

kesimpulan, guru menanyakan apakah sudah paham tentang

pembelajaran hari ini, semua siswa menjawab paham.

(2) Guru memberikan evaluasi kepada siswa. Guru memberikan

waktu 10 menit untuk menjawab soal evaluasi.

(3) Guru memberikan umpan balik dengan melakukan tanya jawab

dengan siswa tentang materi Globalisasi. Sikap terhadap

pengaruh globalisasi untuk mengetahui pencapaian indikator

dan kompetensi dasar. Yaitu menanyakan soal yang telah

dijawab oleh siswa.

(4) Guru memberikan tindak lanjut berupa saran dan nasehat

kepada siswa agar belajar dengan rajin untuk mendapatkan nilai

yang bagus. Guru menyampaikan kepada siswa bahwa hari ini

hari terakhir ibu mengajar dikelas IV.

(5) Guru mengakhiri pelajaran dengan berdoa bersama-sama dan

mengucapkan salam. Setelah pelajaran selesai guru mengajak

siswa berdoa dan mengucapkan salam dengan lengkap

(Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh).

160
3) Hasil Observasi

a) Observasi Aktivitas/Kegiatan Guru

Berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran

yang telah dilakukan observer, maka dalam pelaksanaannya pada

siklus II pertemuan 2 dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 4.25 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 2

No Aktivitas Guru Skor


1. Guru menjelaskan pelajaran. 4
2. Guru membagi kelompok yang anggotanya 4
orang secara heterogen. Setiap siswa dalam 4
setiap kelompok mendapat nomor.
3. Guru memberikan tugas (LKK). 4
4. Guru meminta dua siswa dari masing-masing
kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan 4
masing-masing bertamu ke kelompok yang lain.
5. Guru meminta dua siswa yang tinggal dalam
kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan 3
informasi mereka ke tamu mereka.
6. Guru meminta tamu mohon diri dan kembali ke
kelompok mereka sendiri dan melaporkan 3
temuan mereka dari kelompok lain.
7. Guru meminta kelompok mencocokkan dan
3
membahas hasil-hasil kerja mereka.
8. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan
nomor yang dipanggil keluar dari kelompoknya
4
melaporkan atau menjelaskan hasil kerja sama
mereka.
9. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
memberikan tanggapannya, kemudian guru 4
menunjuk nomor yang lain.
Jumlah Skor 33
Sangat
Kriteria
Baik

Keterangan:

Skor minimal = 9

Skor maksimal = 36

161
Kategori:

Sangat baik 28 – 36

Baik 19 – 27

Cukup baik 10 – 18

Kurang baik ≤9

Aktivitas guru pada pertemuan ini terjadi peningkatan yang

signifikan, dan melebihi indikator keberhasilan yang telah

ditentukan. Dari tabel di atas diketahui bahwa tahapan-tahapan

pembelajaran pada siklus II pertemuan 2 semua aspek sudah

dilaksanakan, untuk ativitas guru rata-rata mendapat skor 3 dan 4

karena guru berusaha memperbaikinya berdasarkan refleksi

disetiap kali pertemuan, terlihat terjadi peningkatan aktivitas guru

seperti memberikan tugas (LKK), meminta dua siswa dari masing-

masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan bertamu

ke kelompok yang lain, memanggil salah satu nomor siswa keluar

dari kelompoknya untuk melaporkan atau menjelaskan hasil kerja

sama mereka dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk

memberikan tanggapannya. Melihat peningkatan yang terjadi

tersebut aktivitas guru mendapat keberhasilan yang sangat baik.

Berdasarkan penilaian yang diberikan oleh observer kepada

guru, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas yang dilakukan guru

pada siklus II pertemuan 2 mendapat skor 33 dengan kriteria sangat

baik. Oleh sebab itu aktivitas kegiatan yang dilakukan oleh guru

162
pada siklus II pertemuan 2 ini dikatakan berhasil, karena aktivitas

guru dikatakan berhasil jika mencapai skor ≥28 dengan kriteria

sangat baik.

b) Observasi Aktivitas Siswa

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan dari

peneliti pada saat penelitian ini, maka aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran dapat dijelaskan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 4.26 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2

Aspek SA A CA KA ∑
Rata - rata Klasikal
No. yang FX
F FX F FX F FX F FX Kelas %
Dinilai
1 A 15 60 4 12 0 0 0 0 72 18,94 100%
2 B 11 44 8 24 0 0 0 0 68 17,89 100%
3 C 11 44 8 24 0 0 0 0 68 17,89 100%
4 D 9 36 10 30 0 0 0 0 66 17,36 100%
5 E 14 56 5 15 0 0 0 0 71 18,68 100%
Jumlah
Rata - rata
69
FX
Rata - rata
18,15 (Sangat Aktif)
Kelas
Rata - rata
100% (Seluruhnya Aktif)
Klasikal

Keterangan:
A= Siswa memperhatikan guru menjelaskan materi

B= Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran

C= Siswa aktif dalam mengerjakan LKK

D= Siswa aktif menjawab pertanyaan yang diberikan guru


E= Siswa ikut menyimpulkan hasil pembelajaran

163
Deskripsi Kriteria Penilaian

16 - 20 = Sangat aktif

11 – 15 = Aktif

6 –10 = Cukup Aktif

5 = Kurang Aktif

Rumus

Jumlah Fx
Rata-rata Kelas = x 20
4 x jumlah seluruh siswa

Jumlah F(A+SA )
Klasikal = x100%
Jumlah seluruh siswa

Tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam setiap aspek

aktivitas siswa yang diamati dalam lembar observasi, dari perhitungan

rata-rata kelas termasuk kriteria sangat aktif dengan perolehan skor

18,15. Aspek yang memiliki nilai rata-rata terendah adalah aktivitas

siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran, menjawab pertanyaan

yang diberikan guru dengan nilai 17,36 sedangkan yang tertinggi pada

aspek siswa memperhatikan guru menjelaskan materi dengan nilai rata-

rata 18,94.

Persentase aktivitas siswa secara klasikal pada aspek

memperhatikan guru menjelaskan materi dengan persentase 100%

dengan kriteria seluruhnya aktif, pada aspek siswa aktif dalam kegiatan

pembelajaran dengan persentase 100% dengan kriteria seluruhnya aktif.

Aspek siswa aktif dalam mengerjakan LKK dengan persentase 100%

dengan kriteria seluruhnya aktif. Pada aspek siswa menjawab

164
pertanyaan yang diberikan guru memperoleh persentase 100% dengan

kriteria seluruhnya aktif. Aspek siswa ikut menyimpulkan hasil

pembelajaran memperoleh persentase 100% dengan kriteria seluruhnya

aktif.

Hasil analisis observasi siswa secara rata-rata kelas dan klasikal

pada aspek yang diamati dapat dilihat pada sajian grafik dibawah ini:

Rata-rata Kelas Aktivitas Siswa SIIP2


18,94
19 18,68

18,5
17,89 17,89
18
17,36
17,5

17

16,5
A B C D E

Gambar 4.56: Grafik Rata-rata Kelas Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2

Aktivitas Siswa Secara Klasikal SIIP2


100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
100,00%

80,00%

60,00%

40,00%

20,00%

0,00%
A B C D E

Gambar 4.17: Grafik Aktivitas Siswa Secara Klasikal Siklus II Pertemuan 2

165
c) Hasil Belajar

Berikut paparan hasil belajar secara kelompok dan individu

dengan menggunakan model Numbered Heads Together (NHT)

divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) di kelas IV SDN

Pasayangan 1 Martapura:

1) Hasil Belajar Kelompok

Tabel 4.27: Hasil Belajar Kelompok Siklus II Pertemuan 2


Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5

M. Irfan Farizi M. Hasanuddin M. Khisbu Rizky Ahmad Makki M. Seman

M. Rizki M. Nabil R M. Sultan R Z M. Wildan Maulina A


Padillah Amin
Syahreza Hafsari Siti Badriah Riska Alya
Khairinnida Hazahira A
Maulida Firda Aulia
Khairunnisa Gt. Munawarah

Perolehan Perolehan Nilai Perolehan Nilai Perolehan Nilai Perolehan


Nilai 100 90 90 100 Nilai 100

166
Berdasarkan tabel diatas, semua kelompok sudah mencapai

KKM, 3 kelompok memiliki nilai tertinggi dengan perolehan 100

yaitu kelompok 1, 4 dan 5. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

melalui grafik berikut:

Hasil Belajar Kelompok SIIP2

100
98
96 100
94
Nilai

92 100
90 100
88 90
90
86
84
Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok
1 2 3 4 5

Nama Kelompok

Gambar 4.18: Grafik Hasil Belajar Kelompok Siklus II Pertemuan 2

1) Hasil Belajar Individu

Hasil belajar siswa diketahui dengan soal yang diberikan

berupa soal tertulis pada pertemun 2 berjumlah 10 soal pilihan

ganda dapat diketahui berdasarkan tabel rekapitulasi nilai berikut:

167
Tabel 4.28: Hasil Belajar Evaluasi Siklus II Pertemuan 2

No. Nama Nilai Ket.


1 Ahmad Makki 70 T
2 Firda Aulia 90 T
3 Gt. Munawarah 90 T
4 Hajahira 80 T
5 Khairinnida 90 T
6 Khairunnisa 80 T
7 Maulida 90 T
8 Maulina Aprilianti 100 T
9 M. Hasanuddin 90 T
10 M. Irfan Farizi 80 T
11 M. Khisbu Rizky 90 T
12 M. Nabil R 80 T
13 M. Rizki Padillah 70 T
14 M. Seman 70 T
15 M. Sulthan R Z 70 T
16 M. Wildan Amin 80 T
17 Riska Alya Ariyani 70 T
18 Siti Badriah 70 T
19 Syahreza Hafsari 80 T
Jumlah 1.540 19 tuntas
Rata – rata Hasil Belajar 81,05
Persentase Ketuntasan 100%

Berdasarkan tabel tersebut ada 19 orang siswa yang berhasil

mencapai ketuntasan secara individual, artinya siswa tersebut sudah

mampu mencapai KKM yaitu 70. Ketuntasan klasikalnya yaitu

81,05%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada

168
pertemuan 2 ini berhasil sesuai dengan ketuntasan klasikal yang

diharapkan yaitu 80%.

Berdasarkan tabel tersebut, maka nilai yang diperoleh siswa

dengan persentase sebagai berikut:

Tabel 4.29 Persentase Hasil Belajar Siswa Siklus II Pertemuan 2

No. Nilai Frekuensi Keterangan

1. 100 1 Tuntas
2. 90 6 Tuntas
3. 80 6 Tuntas
4. 70 6 Tuntas
Jumlah 19

Dari tabel tersebut dapat digambarkan dengan grafik

sebagai berikut:

Hasil Belajar Siswa Siklus II


Pertemuan 2
6 6 6
6
5
Frekuensi

4
3
2 1
1
0
Nilai 70 Nilai 80 Nilai 90 Nilai 100

Gambar 4.19 Hasil Belajar Siswa Siklus II Pertemuan 2

169
Keberhasilan belajar siswa ini dikarenakan guru sangat baik

dalam membelajarkan siswa melalui variasi model yang dipakai,

sehingga siswa mudah dalam memahami dan menguasai materi

dengan baik dan hasil belajarnya pun memuaskan. Untuk lebih

jelasnya bisa dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.30 Keterangan Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan 2

Nomor Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Siswa menjawab benar 12 19 17 13 19 12 17 18 15 12

Siswa menjawab salah 7 - 2 6 - 7 2 1 4 7

Keterangan: Soal nomor 7, 8, 9 = C1 (pengetahuan)

Soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 10 = C2 (pemahaman)

Dilihat dari tabel tersebut, semua siswa sangat baik dalam

mengerjakan soal baik dari pengetahuan dan pemahaman, akan

tetapi masih ada empat soal yang sangat mengecoh siswa sehingga

banyak siswa yang menjawab salah, siswa kebanyakan salah dalam

menjawab soal nomor 1, 4, 6 dan 10. Dimana soal tersebut

merupakan soal pemahaman (C2). Pada soal nomor 1 ada 36,84%

siswa yang menjawab salah, pada soal nomor 4 ada 31,57% siswa

yang menjawab salah, pada soal nomor 6 ada 36,84% siswa yang

menjawab salah dan pada soal nomor 10 ada 36,84% siswa yang

menjawab salah.

Dapat disimpulkan ada 19 orang siswa yang tuntas pada

pertemuan kedua yang mendapat nilai ≥70 sesuai dengan indikator

170
keberhasilan dan siswa, untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti

tabel dibawah ini:

Tabel 4.31 Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siklus II Pertemuan 2

Pertemuan 2
Nilai Keterangan
Frek %
≥ 70 19 100% Tuntas
< 70 - 0% Tidak Tuntas

Ketuntasan klasikal dapat dilihat memperoleh persentase

sebesar 100% sedangkan ketidak tuntasan secara klasikal mencapai

0%. Hal ini menunjukkan penguasaan siswa terhadap materi

pelajaran sudah sangat baik, dan ini juga sebagai akibat dari model

pembelajaran yang sudah terbiasa dilaksanakan oleh siswa. Melihat

hal demikian, maka indikator keberhasilan belajar sudah tercapai

dan terlaksana dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan.

Ketuntasan klasikal dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar


Siklus II Pertemuan 2

100 %

Tuntas

Gambar 4.20: Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II Pertemuan 2

171
4) Refleksi

a) Aktivitas Guru

Pada pertemuan ini berada pada skor 33 dengan kriteria

sangat baik. Aktivitas guru pada pertemuan ini berhasil, karena

aktivitas guru dikatakan berhasil apabila mencapai skor ≥28 dengan

kriteria sangat baik. Semua aspek sudah dilakukan oleh guru

dengan sangat baik, semua ini karena guru telah memperbaiki

berdasarkan pada refleksi disetiap kali pertemuan, pada pertemuan

ini telah berhasil dan meningkat dengan sangat baik dan

memuaskan.

Pada siklus II pertemuan 2 ini pembelajaran ini telah berhasil,

hal ini dikarenakan guru sangat baik dalam menerapkan

pembelajaran melalui model Numbered Heads Together (NHT)

divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS), disini guru

memiliki keunggulan diantaranya mampu mengaktifkan siswa

dalam pembelajaran, memberikan kesempatan untuk berpikir,

bekerjasama dan berbagi, mampu menampilkan yang terbaik pada

saat mengajar, serta guru menggunakan metode mengajar yang

bervariasi.

Kedepan guru harus mempertahankan cara mengajarnya dan

terus meningkatkan cara mengajarnya menggunakan metode

mengajar yang bervariasi, baik didukung dengan media

pembelajaran yang menarik maupun berinovasi kearah yang lebih

172
baik lagi serta tidak terlepas dari kedekatan guru dan siswa,

sehingga proses pembelajaran selalu tercapai dengan sangat baik

dan tercipta kualitas pembelajaran sesuai dengan apa yang

diinginkan serta dapat meningkatnya aktivitas guru dalam

pembelajaran.

b) Aktivitas Siswa

Suatu pembelajaran dikelas dapat dikatakan berhasil apabila

dilihat berdasarkan rata-rata kelas mampu mencapai skor sebesar

16 - 20 dengan kategori Sangat Aktif. Dan apabila dilihat secara

klasikal ≥80% siswa berada pada kategori aktif dan atau sangat

aktif.

1) Siswa memperhatikan guru menjelaskan materi memperoleh

rata-rata kelas sebesar 18,94 dan secara klasikal memperoleh

nilai sebesar 100%. Hal tersebut sudah melebihi dari indikator

keberhasilan yang telah ditentukan, aktivitas siswa dikatakan

berhasil apabila secara rata-rata kelas berada pada skor ≥ 16

dengan kriteria sangat aktif, secara klasikal dikatakan berhasil

apabila aktivitas siswa mencapai 80% dengan kategori

sebagian besar siswa aktif. Pada siklus II pertemuan 2 ini pada

aspek mendengarkan penjelasan guru, siswa sudah aktif

semua.

2) Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran memperoleh rata-rata

kelas sebesar 17,89 dan secara klasikal memperoleh nilai

173
sebesar 100%. Hal tersebut melebihi dari indikator

keberhasilan yang telah ditentukan, aktivitas siswa dikatakan

berhasil apabila secara rata-rata kelas berada pada skor ≥ 16

dengan kriteria sangat aktif dan secara klasikal dikatakan

berhasil apabila aktivitas siswa mencapai 80% dengan kategori

sebagian besar siswa aktif, namun secara klasikal sudah

mencapai indikator keberhasilan.

3) Siswa aktif dalam mengerjakan LKK memperoleh rata-rata

kelas sebesar 17,89 dan secara klasikal memperoleh nilai

sebesar 100%. Hal tersebut sudah mencapai dari indikator

keberhasilan yang telah ditentukan, aktivitas siswa dikatakan

berhasil apabila secara rata-rata kelas berada pada skor ≥ 16

dengan kriteria sangat aktif dan secara klasikal dikatakan

berhasil apabila aktivitas siswa mencapai 80% dengan kategori

sebagian besar siswa aktif. Pada siklus II pertemuan 2 ini pada

aspek siswa aktif dalam mengerjakan LKK dipenuhi siswa

dengan kriteria aktif dan sangat aktif.

4) Siswa aktif menjawab pertanyaan yang diberikan guru

memperoleh rata-rata kelas sebesar 17,36 dan secara klasikal

memperoleh nilai sebesar 100%. Hal tersebut sudah mencapai

dari indikator keberhasilan yang telah ditentukan, aktivitas

siswa dikatakan berhasil apabila secara rata-rata kelas berada

pada skor ≥16 dengan kriteria sangat aktif dan secara klasikal

174
dikatakan berhasil apabila aktivitas siswa mencapai 80%

dengan kategori sebagian besar siswa aktif. Pada siklus II

pertemuan 2 ini pada aspek siswa aktif menjawab pertanyaan

yang diberikan guru ada sebagian siswa dengan kriteria aktif,

beberapa sangat aktif.

5) Siswa ikut menyimpulkan hasil pembelajaran memperoleh

rata-rata kelas sebesar 18,68 dan secara klasikal memperoleh

nilai sebesar 100%. Hal tersebut sudah mencapai dari indikator

keberhasilan yang telah ditentukan, aktivitas siswa dikatakan

berhasil apabila secara rata-rata kelas berada pada skor ≥16

dengan kriteria sangat aktif dan secara klasikal dikatakan

berhasil apabila aktivitas siswa mencapai 80% dengan kategori

sebagian besar siswa aktif. Pada siklus II pertemuan 2 ini pada

aspek siswa ikut menyimpulkan hasil pembelajaran ada

beberapa siswa sudah aktif dan banyak siswa yang sangat aktif.

c) Hasil Belajar

Pada siklus II pertemuan 2 berhasil, karena telah mencapai

indikator yang telah ditentukan, secara individu siswa bisa

dikatakan tuntas apabila mendapat nilai ≥70, sedangkan secara

klasikal siswa dapat dikatakan berhasil apabila ≥82%. Pada

pertemuan ini semua siswa mendapat nilai ≥70 ada 19 orang atau

100%. Pada pertemuan ini melebihi indikator yang telah

ditentukan.

175
Keberhasilan ini dikarenakan guru sangat baik dalam

menguasai bahan yang diajarkan, dan berdampak kepada siswa

siswa sangat baik dalam mengerjakan soal terbukti hampir tidak

ada siswa yang tidak bisa dalam mengerjakan soal baik dalam

bentuk soal pengetahuan dan pemahaman. Guru selalu berusaha

memaksimalkan belajar siswa dan guru sangat baik dalam

menggunakan model belajar yang bervariasi yaitu model Numbered

Heads Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray

(TSTS), mampu membantu siswa dalam memahami materi dan

mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Kedepan guru harus mempertahankan cara mengajarnya dan

terus meningkatkan cara mengajarnya serta terus berinovasi kearah

yang lebih baik dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar

tercapai dengan sangat baik dan memuaskan.

5) Refleksi Siklus I dan Siklus II

a. Aktivitas Guru

Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru sudah dapat

dinyatakan berhasil karena telah mencapai kriteria sangat baik.

Aktivitas guru pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel

berikut:

176
Tabel 4.32 Aktivitas Guru Siklus I dan II

Siklus I Siklus II
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 1 Pertemuan2
Skor 20 24 29 33
Rata-rata 22 31
Kriteria Baik Sangat Baik

Dari tabel di atas dapat dilihat pada siklus I pertemuan 1 skor

aktivitas yang diperoleh adalah 20 dan meningkat menjadi 24 pada

pertemuan 2. Untuk siklus II pada pertemuan 1 skor aktivitas yang

diperoleh meningkat menjadi 29 dan pada pertemuan 2 meningkat

menjadi 33 dengan. Rata- rata siklus I yaitu 22 dan meningkat pada

siklus II menjadi 31 Untuk memperjelas gambaran tentang

perbandingan skor aktivitas guru pada siklus I dan Siklus II dapat

dibuat ke dalam bentuk grafik di bawah ini:

Skor Aktivitas Guru (Nilai)


33
35 29
30 24
25 20
20
15
10
5
0
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4

Gambar 4.21 Skor Nilai Aktivitas Guru Siklus I dan II

177
Rata-Rata Skor Aktivitas Guru
Siklus I dan II
35 31
30
25 22
20
15
10
5
0
SIKLUS I SIKLUS II

Gambar 4.22 Rata-Rata Skor Aktivitas Guru Siklus I dan II

Peningkatan hasil aktivitas guru dalam pembelajaran di atas

disebabkan karena adanya perbaikan yang telah dilakukan guru pada

pertemuan-pertemuan berikutnya. Hal ini dikarenakan setelah

kegiatan pembelajaran guru melakukan refleksi diri yang dibantu dari

arahan observer sehingga adanya peningkatan aktivitas guru pada

setiap tahapan dalam kegiatan pembelajaran dari siklus I sampai

siklus II.

b. Aktivitas Siswa

Berdasarkan observasi aktivitas siswa pada siklus II ini

meningkat. Dari beberapa data dan temuan serta refleksi hasil

penelitian bahwa aktivitas siswa dalam melakukan pembelajaran dan

terlihat pada tiap perteamuan mengalamai peningkatan.

178
Tabel 4.33 Presentase aktivitas siswa secara klasikal siklus I dan II

Siklus I Siklus II
Presentase Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 1 Pertemuan2
41,04% 71,57% 87,36% 100%
Rata-rata 56,30% 93,68%
Kriteria Sebagian Sebagian Hampir Seluruhnya
Aktif Besar Aktif Seluruhnya Aktif
Aktif

Berdasarkan tabel di atas, dapat disusun diagram aktivitas

siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan model

Numbered Heads Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two

Stray (TSTS) secara rata-rata sebagai berikut:

Presentase Aktivitas Siswa


120,00%
100,00%
100,00%
87,36%
80,00% 71,57%

60,00%
41,04%
40,00%

20,00%

0,00%
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4

Gambar 4.23 Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II

179
Rata-rata Aktivitas Siswa Siklus I dan II
100,00% 93,68%
90,00%
80,00%
70,00%
60,00% 56,30%
50,00%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
SIKLUS I SIKLUS II

Gambar 4.24 Rata-Rata Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan hasil yang telah dipaparkan aktivitas belajar

siswa dalam setiap pertemuan mengalami peningkatan pada siklus I

presentase aktivitas siswa mencapai 56,30% dan meningkat pada

siklus II menjadi 93,68%. Hal ini disebabkan karena siswa menyukai

cara belajar yang diterapkan sehingga siswa termotivasi dan antusias

dalam mengikuti pembelajaran yang berorientasi pada siswa dengan

model Numbered Heads Together (NHT) divariasikan dengan Two

Stay Two Stray (TSTS).

c. Hasil Belajar

Berdasarkan data hasil belajar ketuntasan klasikal dan

individual siswa telah tercapai dengan menggunakan model

Numbered Heads Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two

Stray (TSTS). Tes evaluasi yang dilakukan pada penelitian ini

180
dilakukan dengan memberikan soal pilihan ganda sebanyak 10 soal.

Berikut data hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II.

Tabel 4.34 Hasil Belajar Siklus I dan siklus II

Ketuntasan Ketuntasan
Siklus
Individu klasikal (%) Rata-rata
Siklus I Pertemuan 1 6 orang 31,57%
Siklus I Pertemuan 2 11 orang 57,89% 44,73%
Siklus II Pertemuan 1 15 orang 78,95%
Siklus II Pertemuan 2 19 orang 100% 89,47%

Untuk memperjelas gambaran tentang perbandingan hasil

belajar siklus I dan II dapat dillihat kedalam bentuk grafik berikut

ini:

Persentase (%) Hasil Belajar Siswa


120

100 100%

80 78,95%

60 57,89%

40
31,57%
20

0
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan4

Gambar 4.25 Presentase Hasil Belajar Siswa Siklus I dan II

181
Rata-rata Hasil Belajar Siswa
Siklus I dan II
100,00% 89,47%
90,00%
80,00%
70,00%
60,00%
50,00% 44,73%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
SIKLUS I SIKLUS II

Gambar 4.26 Presentase Rata-Rata Hasil Belajar Siswa

Siklus I dan II

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan pada penelitian

tindakan kelas di siklus I dan siklus II tersebut memperoleh data

hasil belajar siswa yang meningkat di siklus II. Hal ini membuktikan

bahwa pembelajaran di SDN Pasayangan 1 Martapura berhasil

karena sudah mencapai indikator yang ditetapkan.

Dengan demikian, guru dapat merefleksikan bahwa proses

pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT)

divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) telah mampu

meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi globalisasi karena

dalam pembelajaran sudah dianggap berhasil/tuntas dan guru tidak

perlu mengadakan pengulangan pembelajaran tentang konsep ini.

Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang berbunyi “Jika

182
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS),

maka hasil belajar PKn materi globalisasi pada siswa kelas IV SDN

Pasayangan 1 Martapura akan meningkat” dapat diterima.

D. Pembahasan

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi pada siklus I dan

siklus II yang meliputi: observasi kegiatan guru dalam kegiatan belajar

mengajar, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan hasil belajar siswa

maka dapat dilakukan pembahasan sebagai berikut.

1. Aktivitas Guru

Hasil observasi aktivitas guru dalam upaya meningkatkan hasil

belajar pada materi globalisasi menggunakan model Numbered Heads

Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) dapat

dikatakan berhasil dengan kategori sangat baik. Keberhasilan aktivitas ini

terjadi karena dari tiap-tiap pertemuan guru berusaha memperbaiki

kekurangan dan kelemahan yang dimiliki agar kegiatan pembelajaran

berikutnya bisa lebih baik lagi. Menurut Sardiman (2007:169) bahwa

untuk mengajar pada suatu kelas, guru dituntut mampu mengelola kelas,

yakni menyediakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya proses

belajar mengajar. Oleh karena itu pengelolaan terhadap jalannya kegiatan

pembelajaran sangatlah penting guna mencapai tujuan yang diharapkan.

183
Dalam kegiatan pembelajaran guru telah mampu mengelola

jalannya kegiatan kelompok yang dilakukan siswa dengan selalu

memberikan arahan dan bimbingan serta motivasi kepada siswa. Menurut

Isjoni (2012:93-94) mengemukakan bahwa sebagai motivator guru

berperan sebagai pemberi semangat dan dorongan belajar kepada siswa

dalam mengembangkan keberanian siswa, baik dalam mengembangkan

keahlian dalam bekerjasama yang meliputi mendengarkan dengan

seksama, mengembangkan rasa empati, maupun berkomunikasi saat

bertanya, mengemukakan pendapat atau menyampaikan permasalahannya.

Pemberian arahan, bimbingan dan motivasi tersebut dimaksudkan agar

proses pembelajaran bisa terlaksana dengan efektif. Pembelajaran disebut

efektif bila guru bersama-sama siswa mampu mencapai tujuan

pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang seharusnya memang

dikuasai siswa.

Guru merupakan orang yang paling bertanggung jawab terhadap

keberhasilan pembelajaran. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya,

guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan

pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran

perjalanan itu. Oleh karena itu, guru harus melihat keterlibatan peserta

didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik

melaksanakan belajar itu tidak hanya secara jasmani, tetapi mereka harus

terlibat secara psikologis (Hanafiah & Suhana, 2010:166).

184
Secara keseluruhan proses pembelajaran sudah bisa dilaksanakan

oleh guru dengan sangat baik dan maksimal. Pelaksanaan pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) divariasikan dengan Two

Stay Two Stray (TSTS) telah sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai

dimana guru sebagai fasilitator jalannya pembelajaran yaitu memberikan

fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar, misalnya saja

dengan menciptakan suasana kegiatan belajar yang sedemikian rupa, serasi

dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar-mengajar akan

berlangsung secara efektif (Sardiman, 2007:146).

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang menggunakan model

Numbered Heads Together (NHT) yaitu penelitian yang dilakukan oleh

Nisa Fitriani (2013) dengan objek penelitian pada pembelajaran PKn di

kelas V SDN Alalak Utara 1 Banjarmasin menggunakan pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan

aktivitas guru. Selain itu juga penelitian yang dilakukan Rezki Warniah

dengan objek siswa kelas V di SDN Pemurus Baru 1dengan menggunakan

model Numbered Heads Together (NHT) juga meningkatkan aktivitas

guru dalam pembelajaran.

Selain model Numbered Heads Together (NHT), model Two Stay

Two Stray (TSTS) juga mengalami peningkatan dari berbagai penelitian

yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu peneelitian yang dilakukan

oleh Fajrul Ilmi dengan Objek penelitian di SDN Sungai Miai 1

Banjarmasin menggunakan model Two Stay Two Stray (TSTS) hasilnya

185
mampu meningkatkan aktivitas guru dalam pembelajaran pada siklus 1

dan siklus II. Hasil penelitiannya menunjukkan peningkatan dari siklus I

pada pertemuan 1 yaitu 60% (Cukup Baik), pada pertemuan 2 yaitu 73%

(Baik), dan pada siklus II pada pertemuan 1 yaitu 81% (Sangat Baik), pada

pertemuan ke 2 yaitu 86% (Sangat Baik). Selanjutnya penelitian Hani

Fitriani dengan objek penelitian di SDN Seberang Mesjid 1 Banjarmasin

pembelajaran menggunakan model Two Stay Two Stray (TSTS) hasilnya

juga mampu meningkatkan aktivitas guru dalam pembelajaran. Hasil

penelitiannya menunjukkan peningkatan dari siklus I pertemuan 1 yaitu

54,2% (cukup baik), pada pertermuan 2 yaitu 62,5% (cukup baik), dan

pada siklus II pertemuan yaitu 81,3% (baik), pada pertemuan 2 yaitu

89,6% (sangat baik). Penelitian yang lain dilakukan oleh Makmun dengan

objek penelitian di kelas V SDN 2 Sungai Dua kabupaten tanah bumbu

dengan menggunakan model Two Stay Two Stray (TSTS) hasilnya juga

menunjukkan peningkatan aktivitas guru dari siklus I cukup baik menjadi

baik pada siklus II.

Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan

menggunakan model kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) mampu meningkatkan

kegiatan pembelajaran oleh guru agar lebih efektif dan mampu

meningkatkan hasil belajar siswa. sehingga peneliti tertarik untuk

memadukan kedua model tersebut. Dimana siswa berkelompok dan guru

sebagai fasilitator, membimbing dan memotivasi siswa dalam belajar

186
mengajar agar lebih aktif dan memahami materi, serta pada saat

melakukan diskusi siswa menggunakan nomor kepala.

2. Aktivitas Siswa

Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan

menggunakan model Numbered Heads Together (NHT) divariasikan

dengan Two Stay Two Stray (TSTS) dapat dikatakan berhasil sesuai

indikator keberhasilan yang ditetapkan dengan sangat aktif. Hal ini

menunjukkan adanya pengaruh positif dengan diterapkannya pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) divariasikan dengan Two

Stay Two Stray (TSTS), karena perpaduan kedua model ini lebih

menekankan kepada siswa untuk aktif, bertukar ide-ide, baik dalam

berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga

menyimak materi yang dijelaskan teman serta lebih menekankan pada

siswa lebih bertanggung jawab atas tugas yang didapatnya sesuai dengan

nomor kepala yang didapatnya. Dalam perpaduaan model ini juga

menuntut siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam menyelidiki suatu

masalah sehingga menumbuhkan minat dan motivasi mereka untuk belajar

bersama. Berdasarkan teori motivator, peranan teman sebaya dalam belajar

bersama memegang peranan penting untuk memunculkan motivasi dan

keberanian siswa agar mampu mengembangkan potensi belajarnya secara

maksimal (Isjoni, 2012:94).

Ketercapaian aktivitas siswa sesuai indikator ini dicapai karena peran

guru yang selalu memberikan motivasi kepada siswa. Menurut Sardiman

187
(2007:85) salah satu fungsi motivasi adalah menentukan arah perbuatan,

yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi

dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan

rumusan tujuannya. Pemberian intensif yang dilakukan guru juga mampu

meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan kelompok. Karena menurut

Sumantri & Syaodih (2007:3.31) bila siswa banyak membuat

keberhasilan-keberhasilan, guru perlu memberikan intensif berupa

penghargaan, pujian, hadiah, atau kata-kata yang manis. Hal ini dapat

memotivasi siswa untuk berusaha mengulangi perbuatan yang positif

tersebut.

Para siswa juga sudah mulai terbiasa dengan kegiatan berkelompok

(kooperatif) sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran menjadi lebih

aktif. Karena dengan belajar kelompok secara kooperatif dapat melatih dan

membiasakan siswa untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan,

pengalaman tugas dan tanggung jawab serta bertukar ide-ide atau

pendapat. Disamping itu, tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif

adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan

kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam

masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dalam

organisasi yang saling bergantung sama lain di mana masyarakat secara

budaya semakin beragam (Rusman, 2012:210).

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nisa

Fitriani (2013) dengan objek penelitian pada pembelajaran PKn di kelas V

188
SDN Alalak Utara 1 Banjarmasin menggunakan pembelajaran kooperatif

tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan aktivitas guru

dalam pembelajaran. Aktivitas Siswa dari siklus I berada pada kategori

aktif dan siklus II berada pada kategori sangat aktif, dan hasil belajar pada

siklus I yaitu 74,28% dan pada siklus II yaitu 94,31%. Selain itu juga

penelitian yang dilakukan Rezki Warniah dengan objek siswa kelas V di

SDN Pemurus Baru 1dengan menggunakan model Numbered Heads

Together (NHT) dapat meningkatkan aktivitas siswa dengan hasil

ketuntasan belajar yang didapat dari tes akhir siklus I yaitu ketuntasan

Klasikal (keseluruhan) adalah 78,57% dan pada tes akhir siklus II yaitu

secara klasikalnya 96,42%, artinya pada siklus II hasil belajar siswa lebih

dari indikator keberhasilan ≥80%.

Selain model Numbered Heads Together (NHT), model Two Stay

Two Stray (TSTS) juga mengalami peningkatan dari berbagai penelitian

yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu peneelitian yang dilakukan

oleh Fajrul Ilmi pada siswa kelas IV SDN Sungai Miai 1 Banjarmasin

dengan menggunakan model Two Stay Two Stray (TSTS) mampu

meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Hasilnya menunjukkan

pada siklus I pertemuan 1 65% (aktif) meningkat menjadi 85% (sangat

aktif ) pada siklus II pertemuan 2. Penelitian yang dilakukan oleh Hani

Fitriani dengan objek penelitian di SDN Seberang Mesjid 1 Banjarmasin

pembelajaran menggunakan model Two Stay Two Stray (TSTS) hasilnya

juga mampu meningkatkan aktivitas guru dalam pembelajaran. Hasilnya

189
menunjukkan bahwa pada siklus I rata-rata menunjukkan kategori cukup

aktif dan pada siklus II meningkat menjadi sangat aktif. Selain itu

penelitian yang dilakukan oleh Makmun pada siswa kelas V SDN 2 Sungai

Dua kabupaten tanah bumbu dengan menggunakan model Two Stay Two

Stray (TSTS) mampu meningkatkan aktivitas siswa. Hasilnya

menunjukkan pada siklus I 40,50% dan pada siklus II 77,35%.

Berdasarkan hal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dan model Two Stay Two

Stray (TSTS) terbukti dapat meningkatkan aktivitas siswa dengan

memupuk minat siswa terhadap pembelajaran dan terbukti dapat

meningkatkan pemahaman dan prestasi siswa. Sehingga dengan

divariasikan kedua model tersebut menjadi model pembelajaran Numbered

Heads Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS)

dapat lebih meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan

meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa diperoleh dari tes evaluasi yang dilakukan pada

tiap akhir pertemuan. Tes merupakan salah satu alat untuk mengukur

terjadinya perubahan tingkah laku pada siswa setelah berlangsung

serangkaian proses pembelajaran (Trianto, 2011:199).

Hasil belajar yang diperoleh siswa dalam pembelajaran dengan

menggunakan model Numbered Heads Together (NHT) divariasikan

dengan Two Stay Two Stray (TSTS) dapat dikatakan tuntas/berhasil sesuai

190
dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan, baik secara individual

maupun klasikal. Ketuntasan tersebut dapat tercapai karena dalam kegiatan

kelompok siswa mampu bekerjasama dengan baik dan saling memberikan

gagasan yang dimiliki guna menyelesaikan tugas yang diberikan serta

saling memberikan ide-ide kepada sesama anggota kelompoknya. Hal ini

telah sesuai dengan pembelajaran kooperatif yang merupakan suatu

kegiatan pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok

kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan

tugas kelompok, setiap anggota harus saling bekerja sama dan membantu

untuk memahami suatu bahan pelajaran (Rusman, 2012:209).

Selama proses belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two

Stray (TSTS) siswa dituntut untuk bersifat aktif dalam memecahkan

permasalahan yang berhubungan dengan materi yang diberikan oleh guru.

Menurut Rusman (2012:392) bahwa pembelajaran yang baik adalah proses

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari,

menemukan, dan memecahkan masalah secara langsung dari pengalaman

belajarnya. Selain itu, ketuntasan yang dicapai ini juga tidak terlepas dari

kompetensi profesional yang dimiliki guru yaitu mampu mengembangkan

materi pembelajaran yang diajarkan secara kreatif (Hanafiah & Suhana,

2010:106). Dengan pengembangan materi tersebut siswa mampu

mengetahui dan memahami konsep-konsep materi lebih luas.

191
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang menggunakan model

pembelajaran yang sama yaitu model Numbered Heads Together (NHT)

oleh Nisa Fitriani (2013) dengan objek penelitian pada pembelajaran PKn

di kelas V SDN Alalak Utara 1 Banjarmasin menggunakan pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan hasil belajar

pada siklus I yaitu 74,28% dan pada siklus II yaitu 94,31%. Selain itu juga

penelitian yang dilakukan Rezki Warniah dengan objek siswa kelas V di

SDN Pemurus Baru 1 dengan menggunakan model Numbered Heads

Together (NHT) dengan hasil ketuntasan belajar yang didapat dari tes

akhir siklus I yaitu ketuntasan Klasikal (keseluruhan) adalah 78,57% dan

pada tes akhir siklus II yaitu secara klasikalnya 96,42%.

Selain model Numbered Heads Together (NHT), model Two Stay

Two Stray (TSTS) juga mengalami peningkatan dari berbagai penelitian

yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu peneelitian yang dilakukan

oleh Fajrul Ilmi dengan lokasi penelitian di SDN Sungai Miai 1

Banjarmasin, hasilnya menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar siswa

secara klasikal dari siklus I sebesar 59% ke siklus II sebesar 84%.

Penelitian yang dilakukan oleh Hani Fitriani pada siswa kelas V SDN

Seberang Mesjid 1 Banjarmasin dengan menggunakan model Two Stay

Two Stray (TSTS) juga menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar

yaitu pada siklus I ketuntasan klasikal yang dicapai 70% meningkat pada

siklus II menjadi 85%. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Makmun

pada siswa kelas V SDN 2 Sungai Dua kabupaten tanah dengan

192
menggunakan model Two Stay Two Stray (TSTS) hasilnya mampu

meningkatkan hasil belajar siswa. Hasilnya menunjukkan dari siklus I rata-

rata 68,4 menjadi 86,3 pada siklus II.

Berdasarkan hal di atas, peneliti berpendapat ada beberapa hal yang

mendasari bahwa memvariasikan model pembelajaran Numbered Heads

Together (NHT) dan Two Stay Two Stray (TSTS) yaitu model

pembelajaran Numbered Head Together (NHT) divariasikan dengan Two

Stay Two Stray (TSTS) ini tepat diterapkan dalam proses belajar mengajar

karena model Numbered Head sTogether (NHT) divariasikan dengan Two

Stay Two Stray (TSTS) lebih mengkonsentrasikan pada kegiatan siswa,

sehingga memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan

pemikirannya terhadap masalah yang ada disekitarnya dan dapat bertukar

ide-ide atau pendapat serta dapat menerapkannya dalam suatu tindakan

aplikatif. Menurut Slameto (2010:2) belajar merupakan suatu proses

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

193
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas terhadap siswa kelas IV

SDN Pasayangan 1 Martapura Kabupaten Banjar, dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Aktivitas guru pada pelajaran PKn tentang Globalisasi melalui model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) pada siswa kelas IV SDN

Pasayangan 1 Martapura Kabupaten Banjar terlaksana dengan sangat baik.

2. Aktivitas siswa pada pelajaran PKn tentang Globalisasi melalui model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) pada siswa kelas IV SDN

Pasayangan 1 Martapura Kabupaten Banjar mengalami peningkatan

dengan kategori sangat aktif.

3. Pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) dapat

meningkatkan hasil belajar PKn pada materi globalisasi di Kelas IV SDN

Pasayangan 1 Martapura Kabupaten Banjar.

194
B. Saran-saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis kemukakan sehubungan dengan

hasil penelitian yang diperoleh adalah:

1. Bagi Guru, khususnya guru yang mengajar PKn agar dapat menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) ataupun model-model

pembelajaran lainnya dalam melaksanakan proses pembelajaran dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dalam memahami materi pelajaran, serta

meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran baik secara individu

maupun secara kelompok.

2. Bagi Kepala Sekolah, hendaknya dapat memberikan nasehat dan

bimbingan kepada guru-guru agar dapat menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) dalam menyampaikan

materi pelajaran maupun menggunakan model-model pembelajaran

lainnya untuk peningkatan mutu pembelajaran serta kualitas proses dan

hasil belajar PKn disekolah.

195
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktiik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Bedjo. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan. Banjarmasin: Laboraturium


Pendidikan Kewarganegaraan FKIP Unlam.

Bestari, Prayoga & Ati Sumiati. 2008. Pendidikan kewarganegaraan: menjadi


warga negara yang baik 4: untuk kelas IV Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah. Jakarta: Pusat Perbukuan

Dalyono,M. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Dalyono,M. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rieneka


Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Hamzah. Unu, B. Nurdin ,Muhammad. 2011. Belajar dengan Pendekatan


PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasbullah. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Kependidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada.

Ian. 2010. Hakikat, Fungsi, Dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Di SD


[online]. Tersedia: https://ian43.wordpress.com/2010/10/18/hakikat-fungsi-
dan-tujuan-pendidikan-kewarganegaraan-di-sd/#more-672 [ 19 Desember
2014]

Kunandar, 2008. Langkah Mudah Penelitian Kelas Sebagai Pengembangan


Profesi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Lie, A. 2007. Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Grasindo

Mulyatiningsih, Endang. 2012. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.


Bandung: ALFABETA.

Mulyasa, 2009. Praktik Penelitian Tindakan kelas. Bandung: Rosda.

Mustika, Maida. 2011. Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman melalui


Membaca Intensif dengan Model Cooperative Integrated Reading and

196
Composition (CIRC) pada Siswa Kelas IV SDN Bagus 1 Kabupaten Barito
Kuala. Skripsi tidak diterbitkan. Banjarmasin: FKIP PGSD. Universitas
Lambung Mangkurat.

Pribadi, A. Benny. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Dian Rakyat.

Rohman, Arif. 2009. Memahami Pendidikan Dan Ilmu Pendidikan. Jakarta:


Laksbang Mediatama

Rooijakkers, AD. 2010. Mengajar dengan Sukses ( Petunjuk untuk Merencanakan


dan Menyampaikan Pengajaran). Jakarta: PT Gramedia.

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme


Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sanjaya,W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Bandung: Kencana Prenada Media.

Santi. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Konsep Operasi Penjumlahan


dan Pengurangan Bilangan Bulat Melalui Model Kooperatif Tipe Two Stay
Two Stray Kelas IV SDN Tinggiran Baru 2 Kabupaten Barito Kuala.
Skripsi. Banjarmasin: UNLAM.

Saputra, Sa’dillah. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar PKn tentang Kebebasan


Berorganisasi melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team
Achievement Divisions (STAD) Siswa Kelas V SDN Tirik Kabupaten Tapin.
Skripsi. Banjarmasin: UNLAM.

Slavin, E.Robert. 2008. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: Indeks.

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Sugandi, M. Nani & Yusuf Syamsu. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.

Suparlan, M. 2005. Menjadi Guru Efektif . Yogyakarta: Hikayat.

Supardi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Sinar Grafika.

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

197
Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka
Cipta.

Suryabrata, Sumadi. 2012. Metodelogi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada

Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran INOVATIF-PROGRESIF:


Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Trianto, 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:


Pranada Media.

Zaini, Muhammad. 2013. Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman


melalui Membaca Intensif dengan Menggunakan Pendekatan Kooperatif
Model CIRC di Kelas IV SDN Pasayangan 1 Martapura. Skripsi.
Banjarmasin: UNLAM.

198

Anda mungkin juga menyukai