PENDAHULAN
daya manusia bagi kehidupan dimasa yang akan datang. Melalui proses
pendidikan seseorang akan memperoleh bekal hidup dan citra diri bagi kehidupan
sosialnya. Tujuan pendidikan dapat dicapai jika siswa melibatkan dirinya secara
aktif dalam kegiatan belajar baik fisik, mental maupun emosional. Pendidikan
masyarakat sebagai warga negara yang baik, sadar akan hak dan kewajibannya di
satu sisi, serta dapat mempersiapkan individu dan kelompok masyarakat untuk
pendidikan nasional yang berbunyi: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
(Hasbullah, 2006:304).
1
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
dan Dosen pasal 1 menyatakan bahwa “guru adalah pendidik profesional dengan
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
pada guru sebagai ujung tombak. Oleh karena itulah upaya peningkatan
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai.
tentang konsep, teori dan fakta tetapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian materi pelajaran tidak hanya tersusun atas hal-hal sederhana
yang bersifat hapalan dan pemahaman, tetapi juga tersusun atas materi yang
kompleks yang memerlukan analisis, aplikasi, dan sistesis. Untuk itu, guru harus
bijaksana dalam menentukan suatu model yang sesuai agar dapat menciptakan
2
situasi yang kondusif agar proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai
muda untuk mengambil peran dan tanggung jawabnya sebagai warga negara”
(Bedjo, 2010:11).
individu warga negara, dengan demikian maka seorang guru PKn haruslah
menjadi guru yang berkualitas dan profesional, sebab jika guru tidak berkualitas
diperlukan berbagai strategi pembelajaran yang dapat membantu agar tujuan dari
3
Memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, dan Memberi ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
siswa belum dapat terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
Selama ini siswa cenderung hanya mempelajari dan menghapal definisi atau
konsep–konsep.
Martapura, hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada angkatan tahun 2013/2014
dalam mata Pelajaran PKn, hasil belajar siswa yang masih rendah tidak memenuhi
nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada mata pelajaran PKn yang mana
Data tersebut menunjukkan 60% dari jumlah siswa 20 orang dengan yang tidak
tuntas terdiri dari 12 orang yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal
dan hanya 40% siswa atau 8 orang yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal
4
Penyebab dari rendahnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari berbagai
sisi, guru,siswa, maupun dari sisi materi pelajaran itu sendiri. Bagi guru, aktivitas
belajar masih berpusat pada guru, metode pembelajaran yang tidak bervariasi,
tidak adanya media pembelajaran. Bagi siswa, kurangnya dilibatkan dalam proses
mendengar dan mencatat apa yang disampaikan guru. Tidak ada keaktifan siswa
dalam proses belajar mengajar di kelas. Mereka hanya berkutat pada penghapalan
materi-materi tanpa pemahaman. Kalau dilihat dari sisi materi pelajaran, materi
globalisasi memang sulit untuk dipahami bagi sebagian besar siswa karena
dibiarkan begitu saja tanpa adanya perbaikan dalam kegiatan pembelajaran, maka
akan mengakibatkan proses dan hasil pembelajaran PKn di sekolah dasar tidak
yang rendah ini. Maka peneliti mencoba untuk mengatasi hal tersebut, salah satu
menerapkan suatu sistem pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif
pendekatan dan model-model dalam pembelajaran di kelas, karena saat ini model
5
keberhasilan proses hasil belajar mengajar, sehingga guru diharapkan mampu
divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS), model pembelajaran kooperatif
kelompoknya, sehingga tidak ada pemisahan antara siswa yang satu dan siswa
yang lain dalam satu kelompok untuk saling memberi dan menerima antara satu
dengan yang lainnya. Sedangkan model kooperatif tipe TSTS membuat siswa
lebih termotivasi untuk mempelajari PKn dan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Pembelajaran model TSTS ini masih jarang digunakan oleh guru-guru kita,
oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dalam
konsep ini sangat cocok dan cukup relevan dengan pembelajaran model NHT
divariasikan dengan TSTS, karena keunggulan model ini lebih menekankan pada
membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain sehingga siswa dalam
belajar berdiskusi dan saling membantu dalam mempelajari isi materi pelajaran
demikian kegiatan pembelajaran lebih efektif dan dapat dicapai secara optimal
karena sesuai dengan pengetahuan yang dibangun secara aktif oleh individu dan
kelompok.
6
Berdasarkan latar belakang di atas akan dilakukan penelitian yang
Divariasikan Dengan Two Stay Two Stray (TSTS) Pada Siswa Kelas IV SDN
B. Rumusan Masalah
divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) pada siswa kelas IV SDN
divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) pada siswa kelas IV SDN
3. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada pelajaran PKn tentang
Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) pada siswa
7
C. Rencana Pemecahan Masalah
rendahnya hasil belajar siswa, maka peneliti ingin mengatasinya dengan model
dengan Two Stay Two Stray (TSTS), yang diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn
di kelas IV.
Globalisasi pada siswa kelas IV SDN Pasayangan 1 Martapura ini melalui model
dengan Two Stay Two Stray (TSTS). Pemecahan masalah melalui model
dengan Two Stay Two Stray (TSTS) ini diharapkan akan berdampak positif pada
siswa, karena siswa belajar bersama secara berkelompok dan saling membantu
satu sama lain, anggota kelompoknya heterogen dimana siswa yang memiliki
kemampuan lebih digabung dengan siswa yang kemampuannya kurang dan siswa
terbantu dalam memahami konsep yang sulit dan komplek sehingga dapat
8
guru, orang dewasa dan juga teman sekelompok sebayanya dalam kegiatan
pembelajaran.
berikut:
1. Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat
nomor
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil keluar
5. Tanggapan dengan teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang
lain
3. Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja
4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan
9
5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka (Shoimin,
2014:223).
Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) adalah sebagai
berikut:
lain.
mereka.
8. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil keluar
dengan teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
10
D. Tujuan Penelitian
(NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) pada siswa kelas IV
(NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) pada siswa kelas IV
Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) pada siswa
11
E. Manfaat Penelitian
pendekatan dalam pembelajaran, hasil penelitian ini dapat menjadi tolak ukur
profesinya.
2. Bagi siswa, dapat membantu siswa yang selama ini kesulitan dalam bekerja
Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS), dan
memberi bekal bagi peneliti sebagai calon guru agar siap melaksanakan tugas
di lapangan.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
konsepsi, masa bayi, masa kanak-kanak, masa anak, masa remaja, sampai
maka setelah ini kita akan lebih mengetahui tentang perkembangan kognisi,
perkembangan.
2008:42).
melewati tahap-tahap ini dalam urutan ini dan bahwa tidak seorang pun anak
13
tahap-tahap tersebut dengan kecepatan yang agak berbeda. Orang-orang yang
berbeda pada saat yang sama, khususnya pada titik peralihan ke dalam tahap
baru.
lain:
Tahap paling awal disebut sensorimotor karena, selama tahap ini, bayi
dan anak kecil menjajaki dunia mereka dengan menggunakan indera mereka
kemampuan yang lebih besar untuk memikirkan segala sesuatu dan dapat
14
seluruh kelompok objek dan tentang hubungan di antara kelompok-kelompok
bawahannya.
1) Masa kelas rendah sekolah dasar, kira-kira umur 6 atau 7 sampai umur
9 atau 10 tahun.
2) Masa kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira umur 9 atau 10 sampai kira-
dkk, 2011:9) periode perkembangan itu terdiri atas tiga periode, yaitu anak
juga dapat dipandang sebagai sebuah proses elaborasi dalam upaya pencarian
makna yang dilakukan oleh individu. Proses belajar pada dasarnya dilakukan
15
Belajar merupakan suatu proses aktif dan fungsi dari total situasi yang
a. Gagne
melalui aktivitas.
b. Cronbach
c. Geoch
d. Morgan
Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari
16
Anthony Robbins, mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan
(pengetahuan) yang baru dari definisi ini dimensi belajar memuat beberapa
unsur yaitu: (1) penciptaan hubungan, (2) sesuatu hal (pengetahuan) yang
sudah dipahami, dan (3) sesuatu (pengetahuan) yang baru. Jadi dalam makna
belajar disini bukan berangkat dari sesuatu yang benar-benar belum diketahui
(nol), tetapi merupakan keterkaitan antara dua pengetahuan yang sudah ada
hakikatnya tidak lebih dari sekadar menolong para siswa untuk memperoleh
kepada perubahan tingkah laku dan pertumbuhan siswa. Cara mengajar guru
yang baik merupakan kunci dan prasarat bagi siswa untuk belajar dengan
baik. Salah satu tolak ukur bahwa siswa telah belajar dengan baik ialah jika
17
Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari
kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya
diketahui (dituruti ) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi
mengajarkan sehingga anak didik mau belajar (Hamzah, Unu, dkk 2011:142).
untuk bertindak atau beraksi itu, maka reaksi menjadi memuaskan; b) Law of
respon, maka kuat hubungan itu. Praktek ini perlu disertai dengan reward; c)
Law of effect, bilamana terjadi hubungan antara stimulus dan respon, dan
18
pekerjaan tersebut. Sehingga pada praktik pembelajaran Matematika guru
Banyak teori prinsip belajar yang dikemukakan para ahli yang satu
dengan yang lain memiliki persamaan dan perbedaan. Dari berbagai prinsip
19
belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum dapat
kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang
disadari.
kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemtik
20
Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada
dasarnya adalah hasil dari instraksi antara antara peserta didik dengan
(Rooijakkers, 2010:14).
21
Proses belajar mengajar adalah proses berlangsungnya belajar
(Suryosubroto, 2002:36).
siswa antara lain dengan mengoptimalkan peran keaktifan dan keefektifan guru
memiliki kemampuan:
manusia
22
1. Sehat jasmani dan rohani
2. Bertakwa
4. Berlaku adil
5. Berwibawa
6. Ikhlas
evaluasi juga merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dengan upaya untuk
siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, maka evaluasi hasil belajar
diklasifikasikan menjadi tiga yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
adanya dua macam tekhnik, yaitu tekhnik tes dan tekhnik nontes. Dengan tekhnik
tes, maka evaluasi hasil proses pembelajaran disekolah itu dilakukan dengan
jalan menguji peserta didik. Sebaliknya, dengan tekhnik nontes maka evaluasi
23
Jadi upaya yang dapat dilakukan seorang guru adalah dengan
4. Pendekatan Kooperatif
orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras,
keberhasilan kelompok.
yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk
yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum
yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.
beberapa kelompok atau tim. Setiap kelompok atau tim terdiri dari beberapa
24
5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together)
kali dikembangkan oleh Spencer Kagen (1999) untuk melibatkan lebih banyak
siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
yaitu:
a. Fase 1: Penomoran
Guru membagi siswa kedalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap
25
b. Fase 2: Mengajukan
bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.
d. Fase 4: Menjawab
Guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai
seluruh kelas.
visual.
2) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari
26
6) Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut nomor dari masing-
tertinggi dikelompok.
tipe NHT.
1) Kelebihan
2) Kelemahan :
Teknik belajar mengajar Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray)
dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Struktur dua tinggal dua tamu
kelompok lain (Lie, 2007:61). Model pembelajaran kooperatif dua tinggal dua
27
tamu adalah dua orang siswa tinggal di kelompok dan dua orang siswa bertamu ke
kelompok lain. Dua orang yang tinggal bertugas memberikan informasi kepada
heterogen dengan alasan memberi kesempatan siswa untuk saling mengajar dan
saling mendukung, meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, etnik dan gender,
dalam kelompok.
berikut:
28
3. Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja
4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan
2014:223).
Stay Two Stray (TSTS) juga mempunyai kelebihan dan kekurangan, yakni
sebagai berikut:
29
3. Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana, tenaga)
8. Siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak memperhatikan guru
Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) adalah sebagai
berikut:
lain.
30
7. Guru mengarahkan kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja
mereka.
8. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil keluar
dengan teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD
1945”.
nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang
diharapkan menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk prilaku dalam
berikut:
31
a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
sumber inspirasi.
masalah.
32
f. Meletakkan dan membentuk pola pikir yang sesuai dengan Pancasila dan ciri
PKn dinilai sebagai mata pelajaran yang mengusung misi Pendidikan Nilai
a. Materi PKn adalah Konsep- konsep nilai Pancasila dan UUD 1945 beserta
dari peserta didik dan guru sehingga nilai-nilai itu bukan hanya dipahami
a. Pengertian Globalisasi
Kata "globalisasi" diambil dari kata globe yang artinya bola bumi tiruan
atau dunia tiruan. Kemudian, kata globe menjadi global, yang berarti universal
manusia dapat berhubungan satu sama lain walaupun jaraknya sangat jauh.
b. Dampak Globalisasi
33
a) Dampak Positif
berjalan. Coba saja jika tidak ada kendaraan, bagaimana hasil pertanian dapat
dijual dengan cepat di tempat lain? Wah, hasil pertanian tersebut pasti akan
membusuk.
b) Dampak Negatif
elektronik dari luar tidak dapat dibendung dengan mudah. Kebiasaan negara Barat
yang tidak sesuai dengan kebiasaan bangsa Timur dapat memengaruhi kejiwaan
memiliki kekayaan alam yang berlimpah dan subur. Indonesia juga merupakan
negara majemuk yang memiliki beragam corak, baik agama, suku bangsa, seni,
kebudayaan sendiri yang berbeda dengan suku bangsa lain. Banyak negara lain
setempat.
bentuk. Ragam budaya bangsa Indonesia yang telah dikenal oleh masyarakat luar
34
1. Tarian daerah, seperti tari kecak dari Bali, tari jaipong dari Jawa Barat telah
2. Musik gamelan dari Bali, Jawa, dan Sunda telah dikenal di luar negeri bahkan
3. Musik angklung yang dimainkan di luar negeri sebagai salah satu kesenian
dari bangsa Indonesia bahkan menjadi barang kesenian yang diekspor ke luar
negeri.
4. Batik sebagai hasil karya kerajinan tangan bangsa Indonesia banyak digemari
pasar dunia.
5. Benda-benda pahat, seperti patung dari Bali dan Suku Asmat menjadi barang
terbelakang. Namun, kita juga tidak boleh menerima segala hal yang berasal dari
luar sebagai sesuatu yang baik bagi bangsa Indonesia. Kita harus bisa lebih
selektif dan kritis terhadap pengaruh budaya asing yang masuk ke Indonesia.
tetapi ada pula yang berpengaruh negatif. Pengaruh globalisasi yang positif
berarti telah disaring oleh Pancasila, sehingga dapat kita terapkan dalam
35
kehidupan sehari-hari. Dengan pengaruh yang positif juga dapat membawa
kemajuan suatu bangsa. Sedangkan pengaruh negatif dari globalisasi berarti tidak
sesuai dengan kepribadian bangsa, sehingga tidak perlu kita terapkan melainkan
harus kita hindarkan, karena dapat merusak bahkan membawa pengaruh yang
lebih buruk bagi perkembangan bangsa. Meskipun globalisasi terus berjalan kita
adalah dengan membentengi diri kita yaitu dengan agama. Dengan agama kita
dapat mengendalikan diri kita dari segala pengaruh. Dengan hal-hal tersebut
Contoh budaya asing yang harus kita tolak antara lain gaya hidup
terhadap budaya asing yang positif kita harus mampu menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya, sikap etos kerja yang tinggi, menghargai waktu,
tidakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus dengan teknik pengumpulan
data observasi dan tes tertulis. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN
36
Pemurus Baru 1. Hasil ketuntasan belajar siswa individu terlihat semakin
Together (NHT) di kelas V SDN Pemurus Baru 1. Pada tes yang dilakukan di
akhir pertemuan dan akhir siklus yang di ukur dengan hasil jawaban soal yang di
dapat. Nilai yang didapat di tes akhir siklus I yaitu ketuntasan klasikalnya adalah
78,57%, dan nilai yang didapat di tes akhir siklus II secara klasikalnya adalah
96,42%, artinya pada siklus II hasil belajar siswa lebih dari indikator keberhasilan
Nisa Fitriani (2013) pada pembelajaran Pkn kepada siswa kelas V SDN
Pada aktivitas siswa siklus I berada pada ketegori aktif dan siklus II berada pada
kategori sangat aktif, dan hasil belajar pada siklus I yaitu 74,28% dan perolehan
Penelitian tindak kelas (PTK) yang dilakukan oleh Irna Maulida (2013),
68,99% dan tes akhir siklus II 66,66% dan tes akhir siklus II sebesar 100%.
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada siswa
kelas IV SDN SDN Gudang Hirang 1 Sungai Tabuk dengan menggunakan model
pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan hasil belajar
37
siswa, pada siklus I nilai ketuntasan klasikal sebesar 70% meningkat pada siklus
II sebesar 80%.
Mahdi (2012) penggunaan model kooperatif tipe Two Stay Two Stray
Banjarmasin. Hal ini dapat dilihat pada tes akhir siklus I ketuntasan klasikal
mencapai 78,13% , sedangkan pada tes akhir siklus II meningkat menjadi 100% .
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dapat
Gambut, yaitu Hasil belajar siswa disiklus I rata-rata 56,25 meningkat menjadi
B. Kerangka Berfikir
Langkah awal dalam penelitian ini adalah menentukan subjek yang akan
diteliti, subjek tersebut berkaitan dengan pokok bahasan, dan model pembelajaran
mampu menciptakan suasana belajar yang optimal dan tepat dengan menerapkan
divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS), Model pembelajaran kooperatif
38
kelompoknya, sehingga tidak ada pemisahan antara siswa yang satu dan siswa
yang lain dalam satu kelompok untuk saling memberi dan menerima antara satu
dengan yang lainnya. Sedangkan model kooperatif tipe TSTS membuat siswa
lebih termotivasi untuk mempelajari PKn dan dapat meningkatkan hasil belajar
informasi dengan kelompok lain sehingga siswa dalam belajar berdiskusi dan
pembelajaran lebih efektif dan dapat dicapai secara optimal karena sesuai dengan
yang kedua dari anak usia SD adalah senang bergerak, orang dewasa dapat
lama sekitar 30 menit. Karakteristik yang ketiga dari angka usia SD adalah anak
Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) efektif untuk
39
meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas IV SDN Pasayangan 1 Martapura
C. Hipotesis Penelitian
paling mungkin dan paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya
maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut
Numbered Head Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray
(TSTS) maka hasil belajar siswa kelas IV SDN Pasayangan 1 Martapura akan
meningkat”.
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
kelas (PTK).
tindakan Kelas (PTK) yang mana pelaksanaannya dilakukan oleh guru untuk
Kurt lewin: Penelitian adalah suatu rangkaian langkah yang terdiri atas
menurt kemmis dan MC. Taggart: Penelitian tindakan adalah suatu bentuk self
inquiry kolektif yang dilakukan oleh para partisipan di dalam situasi sosial untuk
meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari praktik sosial atau pendidikan yang
tindakan sebagai kajian dari sebuah situasi sosial dengan kemungkinan tindakan
41
Penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu penelitian
tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru sekaligus sebagai peneliti
Dalam hal ini menurut Borg (1996) juga menyebutkan secara eksplisit
menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan. Hal ini terjadi
dievaluasi.
sebagai metode dalam penelitian ini adalah bentuk pembelajaran yang bersifat
42
Perencanaan
Refleksi Pelaksanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
(PTK) yang dikenalkan Kurt Lewin terdiri dari 4 langkah, menurut (Suharsimi,
2010:137) yaitu:
4. Refleksi (Refleksy).
43
Tahap 1: Menyusun rancangan tindakan (Planing)
terjadi selama tindakan berlangsung. Jika yang digunakan dalam penelitian ini
dengan selera dan kepentingan guru peneliti agar pelaksanaan tindakan dapat
implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenai tindakan di kelas. Hal
yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap kedua ini pelaksana guru ingat dan
berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula
maksud semula.
tindakan sedang dilakukan jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.
44
Sebutan tahap ketiga diberikan untuk memberikan peluang kepada guru pelaksana
yang juga berstatus sebagai pengamat ketika guru tersebut sedang melakukan
menganalisis peristiwanya ketika sedang terjadi. Oleh karena itu, kepada guru
pengamatan balik lagi, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang
terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.
yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru
B. Setting Penelitian
0rang yang terdiri dari siswa laki-laki sebanyak 9 orang dan siswa perempuan
proses belajar mengajar yang efektif. Sarana yang ada seperti meja dan kursi
cukup dan bahkan sangat leluasa untuk mengadakan pembelajaran. Cahaya atau
45
penerangan pun juga sangat baik karena ruangan kelas-kelas tinggi di sekolah ini
terletak di lantai dua. Namun, pada lantai kelas yang berupa papan sebahagian
sudah mulai dimakan umur dan menimbulkan suara atau bunyi ketika berjalan.
sebagai tempat penelitian karena melihat dari rendahnya hasil belajar yang
dimiliki siswa tersebut, masih belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yang
ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 70. Rendahnya nilai hasil belajar disebabkan
oleh beberapa faktor yang menyangkut siswa maupun guru, antara lain di ruang
kelas siswa tenang mengikuti pelajaran dan sibuk mencatat apa yang ditulis oleh
guru, siswa tidak berani menjawab pertanyaan guru, kalau menjawab secara
mengerjakan latihan soal, guru masih menggunakan metode lama seperti ceramah
dalam menjelaskan materi sehingga membuat siswa bosan dan tidak bersemangat,
guru tidak melaksanakan pembelajaran yang bersifat aktif bagi siswa bahkan
maksimal.
46
C. Faktor yang diteliti
diteliti, yaitu:
1. Faktor Guru
pembelajaran yang akan guru lakukan harus sesuai dengan langkah atau tahapan-
divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) adalah sebagai berikut:
lain.
47
7) Guru mengarahkan kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja
mereka.
8) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil keluar
dengan teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
2. Faktor Siswa
hasil pembelajaran baik respon siswa dan aktifitas siswa dalam belajar, dalam
kerja kelompok ataupun kinerja siswa secara individual tentang globalisasi dengan
(NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS). Aktivitas siswa yang
Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa yang telah dicapai setelah proses
pembelajaran melalui tes tertulis. Hasil belajar ini diukur secara kuantitatif dengan
melihat perolehan nilai siswa dan evaluasi siswa yang dihitung secara menyeluruh
48
melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
D. Skenario Tindakan
pertemuan dan siklus II terdiri atas 2 kali pertemuan. Tiap pertemuan 2 x 35 menit
1. Perencanaan (Planning)
penerbit dan media yang sesuia dengan materi pembelajaran yang akan
dilaksanakan di kelas.
49
d. Menyusun alat LKK, evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa
tipe Numbered Heads Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray
skenario pembelajaran.
Skenario Pembelajaran
Kegiatan awal:
dicapai.
4) Guru menyampaikan garis besar materi pelajaran dan kegiatan yang akan
Kegiatan inti:
50
2) Siswa dibagi dalam kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.
mengerjakannya.
5) Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja
8) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil keluar
9) Tanggapan dengan teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang
lain.
Kegiatan akhir:
51
3. Tahap Observasi dan Evaluasi
Dalam tahap ini dilakukan observasi untuk merekam segala peristiwa dan
kegiatan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Hal ini dilakukan
dengan menggunakan lembar observasi aktifitas siwa dan guru dalam proses
belajar mengajar sedangkan evaluasi tindakan dilakukan secara tertulis pada setiap
4. Tahap Refleksi
Tahap ini adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah dan tidak terjadi,
apa yang telah dihasilkan atau yang belum dituntaskan dengan pelaksanaan
tindakan yang telah dilakukan. Hasil yang telah diperoleh pada tahap pengamatan
dikumpulkan dan dianalisa. Dari hasil tersebut guru akan merefleksikan diri
dengan melihat data hasil observasi apakah kegiatan yang dilakukan sudah dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep perkalian dan pembagian pecahan.
Berdasarkan hasil observasi dari hasil tes maka akan dijadikan pertimbangan
1. Perencanaan (Planning)
52
b. Membuat lembar observasi terhadap kegiatan pembelajaran guru dan
penerbit dan media yang sesuia dengan materi pembelajaran yang akan
dilaksanakan di kelas.
tipe Numbered Heads Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray
skenario pembelajaran.
Skenario Pembelajaran
Kegiatan awal:
53
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan
dicapai.
4) Guru menyampaikan garis besar materi pelajaran dan kegiatan yang akan
Kegiatan inti:
mengerjakannya.
5) Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja
8) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil keluar
9) Tanggapan dengan teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang
lain.
54
Kegiatan akhir:
Dalam tahap ini dilakukan observasi untuk merekam segala peristiwa dan
kegiatan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Hal ini dilakukan
dengan menggunakan lembar observasi aktifitas siwa dan guru dalam proses
belajar mengajar sedangkan evaluasi tindakan dilakukan secara tertulis pada setiap
4. Tahap Refleksi
Tahap ini adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah dan tidak terjadi,
apa yang telah dihasilkan atau yang belum dituntaskan dengan pelaksanaan
tindakan yang telah dilakukan. Hasil yang telah diperoleh pada tahap pengamatan
dikumpulkan dan dianalisa. Dari hasil tersebut guru akan merefleksikan diri
dengan melihat data hasil observasi apakah kegiatan yang dilakukan sudah dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep perkalian dan pembagian pecahan.
Berdasarkan hasil observasi dari hasil tes maka akan dijadikan pertimbangan
55
c. Pembelajaran siklus II pertemuan 1:
1. Perencanaan (Planning)
penerbit dan media yang sesuia dengan materi pembelajaran yang akan
dilaksanakan di kelas.
d. Menyusun alat LKK, evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa dengan
tes tertulis pada akhir pelajaran terhadap Budaya Indonesia dalam Misi
Kebudayaan Internasional.
tipe Numbered Heads Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray
56
dilaksanakan dua jam pelajaran, yakni 2 x 35 menit. Setiap pertemuan mengikuti
skenario pembelajaran.
Skenario Pembelajaran
Kegiatan awal:
dicapai.
4) Guru menyampaikan garis besar materi pelajaran dan kegiatan yang akan
Kegiatan inti:
mengerjakannya.
5) Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja
57
6) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan
8) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil keluar
9) Tanggapan dengan teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang
lain.
Kegiatan akhir:
Dalam tahap ini dilakukan observasi untuk merekam segala peristiwa dan
kegiatan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Hal ini dilakukan
dengan menggunakan lembar observasi aktifitas siwa dan guru dalam proses
belajar mengajar sedangkan evaluasi tindakan dilakukan secara tertulis pada setiap
4. Tahap Refleksi
58
Tahap ini adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah dan tidak terjadi,
apa yang telah dihasilkan atau yang belum dituntaskan dengan pelaksanaan
tindakan yang telah dilakukan. Hasil yang telah diperoleh pada tahap pengamatan
dikumpulkan dan dianalisa. Dari hasil tersebut guru akan merefleksikan diri
dengan melihat data hasil observasi apakah kegiatan yang dilakukan sudah dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep perkalian dan pembagian pecahan.
Berdasarkan hasil observasi dari hasil tes maka akan dijadikan pertimbangan
1. Perencanaan (Planning)
penerbit dan media yang sesuia dengan materi pembelajaran yang akan
dilaksanakan di kelas.
59
d. Menyusun alat LKK, evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa
tipe Numbered Heads Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray
skenario pembelajaran.
Skenario Pembelajaran
Kegiatan awal:
dicapai.
4) Guru menyampaikan garis besar materi pelajaran dan kegiatan yang akan
Kegiatan inti:
60
2) Siswa dibagi dalam kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.
mengerjakannya.
5) Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja
8) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil keluar
9) Tanggapan dengan teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang
lain.
Kegiatan akhir:
61
3. Tahap Observasi dan Evaluasi
Dalam tahap ini dilakukan observasi untuk merekam segala peristiwa dan
kegiatan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Hal ini dilakukan
dengan menggunakan lembar observasi aktifitas siwa dan guru dalam proses
belajar mengajar sedangkan evaluasi tindakan dilakukan secara tertulis pada setiap
4. Tahap Refleksi
Tahap ini adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah dan tidak terjadi,
apa yang telah dihasilkan atau yang belum dituntaskan dengan pelaksanaan
tindakan yang telah dilakukan. Hasil yang telah diperoleh pada tahap pengamatan
dikumpulkan dan dianalisa. Dari hasil tersebut guru akan merefleksikan diri
dengan melihat data hasil observasi apakah kegiatan yang dilakukan sudah dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep perkalian dan pembagian pecahan.
Berdasarkan hasil observasi dari hasil tes maka akan dijadikan pertimbangan
dimaksud dengan data adalah hasil pencatatan peneliti, baik berupa fakta maupun
angka.
62
1. Sumber Data
Sumber data penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV SDN
dengan jumlah siswa 19 orang yang terdiri dari 8 orang laki-laki dan 11 orang
perempuan.
2. Jenis data
a. Data kualitatif berupa data tentang aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam
Numbered Heads Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray
(TSTS).
b. Data kuantitatif berupa nilai tes hasil belajar siswa selama proses
pembelajaran.
c. Data aktivitas siswa diambil dari data hasil pengamatan langsung pada siwa
yang dilakukan oleh peneliti melalui lembar observasi aktivitas siswa tiap
63
b. Data hasil belajar siswa diambil melalui tes hasil belajar yang dilaksanakan
diakhir pelajaran.
a. Aktivitas guru
Kriteria penilaian :
1 28 – 36 Sangat Baik
2 19 – 27 Baik
3 10 – 18 Cukup Baik
4 ≤9 Kurang Baik
Skor maksimal 9 x 4 = 36
Skor minimal 9 x 1 = 9
Interval 36 : 4 = 9
64
b. Aktivitas Siswa
Jumlah Fx
Aktivitas siswa = X 20
4 x jumlah seluruh siswa
1 16 – 20 Sangat Aktif
2 11 – 15 Aktif
3 6 – 10 Cukup Aktif
4 ≤5 Kurang Aktif
2. Klasikal Kelas
Persentase Kriteria
81% – 99%
Hampir Seluruhnya Aktif
61% – 80%
Sebagian besar Aktif
41% – 60%
Sebagian Aktif
21% – 40%
Sebagian Kecil Aktif
1% – 20%
Hampir Seluruhnya Tidak Aktif
0%
Seluruhnya Tidak Aktif
65
c. Hasil Belajar
1. Individual
nilai minimal sama dengan atau di atas KKM yang telah ditentukan yaitu
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 ℎ
Skor = x 100
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
2. Klasikal
persentase antara siswa yang menuhi KKM yaitu sebesar 70 dengan jumlah
menguasai pelajaran.
66
G. Indikator Keberhasilan
siswa, aktivitas belajar siswa, dan aktivitas guru dalam pembelajaran pendidikan
dengan Two Stay Two Stray (TSTS) pada siswa kelas IV SDN Pasayangan 1
1. Aktivitas Guru
2. Aktivitas Siswa
apabila siswa yang berkategori aktif dan sangat aktif mencapai 80%.
Hasil belajar siswa secara perorangan bisa dikatakan tuntas atau berhasil
apabila siswa telah mencapai skor ≥ 70. Hasil belajar siswa secara klasikal
67
BAB IV
68
2. Sarana dan Prasarana Sekolah
cukup memadai. Bangunan yang ada di sekolah ini terdiri 6 ruang kelas, 1
3. Tenaga Pendidik
berjumlah 12 orang. Terdiri dari 1 orang kepala sekolah, 6 orang guru kelas,
1 orang guru penjaskes, 1 orang guru agama, 2 orang guru honor dan 1
orang penjaga sekolah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
69
4. Siswa
yang terdiri dari 9 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Di dalam kelas
terdapat 20 meja dan 20 kursi, 1 meja guru dan 1 kursi guru, 19 meja dan 19
kursi untuk siswa dan didalam kelas terdapat fasilitas yang mendukung
seperti papan tulis, lemari penyimpan buku, dan beberapa media gambar
pada mata pelajaran PKn selama ini masih belum sesuai dengan harapan.
Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada angkatan tahun 2013/2014
dalam mata Pelajaran PKn, siswa yang masih rendah tidak memenuhi nilai
kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada mata pelajaran PKn yang mana
dengan yang tidak tuntas terdiri dari 12 orang yang belum memenuhi
Kriteria Ketuntasan Minimal dan hanya 40% siswa atau 8 orang yang
tindakan kelas (PTK) oleh guru guna meningkatkan hasil belajar tersebut.
70
Sebab hasil belajar yang masih rendah ini tidak terlepas dari
pembelajaran yang berpusat pada guru dan menjadikan siswa sebagai objek
untuk belajar.
pelatih agar mampu mengambil makna dari setiap informasi yang diterima.
Untuk itu guru harus mampu menjadikan mereka semua terlibat dan merasa
pada mata pelajaran PKn semester genap pada materi globalisasi di kelas IV
71
B. Persiapan Penelitian
dosen pembimbing, yaitu Ibu Hj. Asniwati, S.Pd, M.Pd. dan Bapak Drs. H.
1. Persiapan Administrasi
dengan surat-menyurat, dalam hal ini tentu saja surat izin penelitian.
72
c. Berdasarkan surat pengantar izin penelitian dari Ketua Program
Martapura, dan
73
2. Persiapan Penunjukan Observer
sekolah untuk menjadi observer. Ibu Hj. Yulida Meliannur, S.Pd yang
menjadi observer saya. Beliau merupakan lulusan Strata 1 (S1) dan beliau
merupakan seorang guru pegawai negeri sipil (PNS) serta beliau juga
merupakan guru mata pelajaran PKn dari kelas yang saya teliti. Atas dasar
dengan Two Stay Two Stray (TSTS) yang akan dipraktekkan oleh peneliti
kepada observer. Selain itu peneliti juga menjelaskan tentang kegiatan apa
saja yang harus diobservasi oleh observer, dalam hal ini peneliti
Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS), untuk
Heads Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS)
mengobservasi aktivitas guru dan mengerti apa dan bagaimana PTK itu.
74
3. Persiapan Teknis
mempersiapkan:
kelas (PTK).
75
C. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
mana siklus kedua tergantung pada siklus pertama. Apabila siklus pertama
sudah berhasil, maka siklus kedua tidak perlu dilaksanakan dan apabila siklus
pertama belum selesai, maka siklus kedua akan dilaksanakan. Setiap siklus
model Numbered Heads Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two
76
1. Siklus I
lebih lanjut pada tabel jadwal pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus I
Jumlah
No. Hari/Tanggal Pertemuan Materi Penilaian
Jam
Pengertian
Rabu, 2 jam Globalisasi Tertulis,
1. 1-2
15 April 2015 pelajaran Contoh Performance
Globalisasi
Pengaruh Positif
Sabtu, 2 jam dan Negatif Tertulis,
2. 1-2
18 April 2015 pelajaran Globalisasi Performance
77
a. Pertemuan 1 (2 x 35 menit)
1) Skenario Kegiatan/Perencanaan
78
tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan
memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil keluar
kedekatan guru dan siswa, sehingga siswa akan merasa senang dan
2) Pelaksanaan Kegiatan
“Assalamu’alaikum Warahmatullahiwabarokatuh”.
79
Siswa tampak antusias melihat guru dan observer memasuki
meminta anak untuk duduk yang rapi, setelah siswa sudah rapi
maka guru kemudian mengisi daftar hadir. Pada hari ini semua
siswa hadir.
80
b) Kegiatan Inti (±45 menit)
guru tetapi ada beberapa siswa yang ribut dan sebagian siswa
guru.
LKK dengan cukup jelas. Pada saat guru menjelaskan tata cara
81
tertib hanya ada beberapa siswa yang antusias dapat
menjawab soal yang diberikan oleh guru. Pada saat itu suasana
82
(6) Guru mengarahkan siswa yang bertamu untuk kembali ke
yang didapatnya.
hasil temuannya.
(8) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang
83
c) Kegiatan Akhir (±15 menit)
temannya.
yang bagus.
84
siswa berdoa dan mengucapkan salam dengan lengkap
3) Hasil Observasi
85
Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 1
Keterangan:
Skor minimal = 9
Skor maksimal = 36
Kategori:
Sangat baik 28 – 36
Baik 19 – 27
Cukup baik 10 – 18
Kurang baik ≤9
86
Berdasarkan data pada tabel 4.3 di atas dapat diketahui
tanggapannya.
87
Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1
Aspek SA A CA KA ∑
Rata - rata Klasikal
No. yang FX
F FX F FX F FX F FX Kelas %
Dinilai
1 A 0 0 13 39 4 8 2 2 49 12,89 68,42%
2 B 0 0 6 18 11 22 2 2 42 11,05 31,57%
3 C 6 24 3 9 5 10 5 5 48 12,63 47,36%
4 D 0 0 4 12 15 30 0 0 42 11,05 21,05%
5 E 0 0 7 21 12 24 0 0 45 11,84 36,84%
Jumlah
Rata - rata
45,2
FX
Rata - rata
11,89 (Aktif)
Kelas
Rata - rata
41,04% (Sebagian Aktif)
Klasikal
Keterangan:
A= Siswa memperhatikan guru menjelaskan materi
16 - 20 = Sangat aktif
11 – 15 = Aktif
5 = Kurang Aktif
88
Rumus
Jumlah Fx
Rata-rata Kelas = x 20
4 x jumlah seluruh siswa
Jumlah F(A+SA )
Klasikal = x100%
Jumlah seluruh siswa
diberikan guru dengan nilai 11,05 sedangkan yang tertinggi pada aspek
12,89.
21,05% atau sebagian kecil aktif. Aspek siswa aktif dalam kegiatan
89
ikut menyimpulkan hasil pembelajaran memperoleh persentase 36,84%
pada aspek yang diamati dapat dilihat pada sajian grafik dibawah ini:
90
c) Hasil Belajar Siswa
Pasayangan 1 Martapura:
Perolehan Nilai Perolehan Nilai Perolehan Nilai Perolehan Nilai Perolehan Nilai
100 100 55 70 90
91
Hasil Belajar Kelompok S1P1
100
80 100
60
Nilai
50 70 90
40 100
20
0
Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok
1 2 3 4 5
Nama Kelompok
92
Tabel 4.6: Hasil Belajar Evaluasi Siklus I Pertemuan 1
93
31,57%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada
80%.
1. 90 2 Tuntas
2. 80 2 Tuntas
3. 70 2 Tuntas
4. 60 4 Tidak Tuntas
5. 50 4 Tidak Tuntas
6. 40 4 Tidak Tuntas
7. 30 1 Tidak Tuntas
Jumlah 19
sebagai berikut:
2 2 2
2
1
1
0
Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai
30 40 50 60 70 80 90
94
Setelah dilihat dari hasil evaluasi yang dikerjakan siswa,
Nomor Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
salah.
Pertemuan 1
Nilai Keterangan
Frek %
≥ 70 6 31,57% Tuntas
< 70 13 68,42% Tidak Tuntas
95
Ketuntasan klasikal dapat dilihat hanya memperoleh
terhadap materi pelajaran masih kurang, dan ini juga sebagai akibat
31,57%
68,42%
96
4) Refleksi
a) Aktivitas Guru
kelompok yang lain, guru meminta dua siswa yang tinggal dalam
sama mereka.
97
memperbaikinya pada pertemuan selanjutnya dengan cara meminta
b) Aktivitas Siswa
klasikal ≥80% siswa berada pada kategori aktif dan atau sangat
aktif.
98
guru diantaranya M. Rizki Padillah, dan Riska Alya A. Pada
komunikasi yang baik antara guru dan siswa, guru juga dapat
kurang aktif, cukup aktif dan aktif. Siswa yang cukup aktif
99
untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Upaya perbaikan
dengan kriteria kurang aktif, cukup aktif, aktif dan sangat aktif.
dikarenakan masih ada siswa yang cukup baik dan kurang baik
100
memperoleh nilai sebesar 21,05%. Hal tersebut masih jauh dari
mengumpulkan informasi.
101
berhasil apabila aktivitas siswa mencapai 80% dengan kategori
c) Hasil Belajar
102
klasikal siswa dapat dikatakan berhasil apabila ≥82%. Pada
pertemuan pertama ini siswa yang mendapat nilai ≥70 ada 6 orang
atau hanya 31,57%. Hal itu tentunya sangat jauh dengan indikator
jauh siswa menyerap pelajaran, jika masih ada siswa yang belum
pemahaman siswa.
b. Pertemuan 2 (2 x 35 menit)
1) Skenario Kegiatan/Perencanaan
kedua ini materi yang dibahas adalah pengaruh positif dan pengaruh
103
menyiapkan tugas yang akan dikerjakan siswa baik berupa tugas
memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil keluar
104
mereka. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memberikan
kedekatan guru dan siswa, sehingga siswa akan merasa senang dan
menunjuk nomor yang lain dan skor 2 seperti guru meminta dua siswa
105
dan membahas hasil-hasil kerja mereka, dan pada aspek guru
memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil keluar
efektif. Sehingga tercipta suasana yang akrab antara siswa dan guru,
dengan demikian siswa menjadi lebih aktif lagi pada pertemuan ini.
agar lebih baik dan meningkat, guru harus menekankan kepada siswa
106
hati dalam mengerjakannya dan guru memberikan contoh cara
2) Pelaksanaan Kegiatan
untuk duduk yang rapi, setelah siswa sudah rapi maka guru
siswa hadir.
107
globalisasi?” kemudian dijawab oleh M. Hasanuddin, Syahreza
108
Ketika itu guru yang menentukan pembagian kelompok
diberikan oleh guru. Pada saat itu suasana kelas masih kurang
109
mereka. Disini guru masih kurang jelas dalam meminta siswa
oleh guru.
yang didapatnya.
hasil temuannya.
(8) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang
110
c) Kegiatan Akhir (±15 menit)
temannya.
oleh siswa.
yang bagus.
111
siswa berdoa dan mengucapkan salam dengan lengkap
3) Hasil Observasi
112
Keterangan:
Skor minimal = 9
Skor maksimal = 36
Kategori:
Sangat baik 28 – 36
Baik 19 – 27
Cukup baik 10 – 18
Kurang baik ≤9
yang lain disini saat guru meminta dua siswa dari masing-masing
113
hanya meminta siswa untuk kembali ke kelompoknya tidak
lain.
peneliti pada saat penelitian ini, maka aktivitas siswa dalam proses
Aspek SA A CA KA ∑
Rata - rata Klasikal
No. yang FX
F FX F FX F FX F FX Kelas %
Dinilai
1 A 5 20 13 39 1 2 0 0 61 16,05 94,73%
2 B 0 0 13 39 6 12 0 0 51 13,42 68,42%
3 C 6 24 9 27 4 8 0 0 59 15,52 78,94%
4 D 0 0 10 30 9 18 0 0 48 12,63 52,63%
5 E 0 0 12 36 7 14 0 0 50 13,15 63,15%
Jumlah
Rata - rata
53,8
FX
Rata - rata
14,15 (Aktif)
Kelas
Rata - rata
71,57% (Sebagian Besar Aktif)
Klasikal
114
Keterangan:
A= Siswa memperhatikan guru menjelaskan materi
16 - 20 = Sangat aktif
11 – 15 = Aktif
5 = Kurang Aktif
Rumus
Jumlah Fx
Rata-rata Kelas = x 20
4 x jumlah seluruh siswa
Jumlah F(A+SA )
Klasikal = x100%
Jumlah seluruh siswa
Aspek yang memiliki nilai rata-rata terendah adalah aktivitas siswa ikut
115
menyimpulkan hasil pembelajaran dengan nilai 13,15 dan siswa aktif
pada aspek yang diamati dapat dilihat pada sajian grafik dibawah ini:
20 16,05 15,52
13,42 12,63 13,15
15
10
0
A B C D E
116
Aktivitas Siswa Secara Klasikal SIP2
94,73%
100,00%
78,94%
80,00% 68,42%
63,15%
52,63%
60,00%
40,00%
20,00%
0,00%
A B C D E
Pasayangan 1 Martapura:
117
Berdasarkan tabel diatas, ada 3 kelompok yang sudah
100
80
100
60 90
Nilai
40 60 60
90
20
0
Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok
1 2 3 4 5
Nama Kelompok
118
Tabel 4.13: Hasil Belajar Evaluasi Siklus I Pertemuan 2
119
57,89%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada
80%.
1. 100 1 Tuntas
2. 90 1 Tuntas
3. 80 3 Tuntas
4. 70 6 Tuntas
5. 60 3 Tidak Tuntas
6. 50 1 Tidak Tuntas
7. 40 4 Tidak Tuntas
Jumlah 19
sebagai berikut:
4 3 3
3
2 1 1 1
1
0
Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai
40 50 60 70 80 90 100
120
Setelah dilihat dari hasil evaluasi yang dikerjakan siswa,
dan pemahaman (C2). Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel
dibawah ini:
Nomor Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
salah.
keberhasilan dan siswa yang tidak tuntas ada 8 orang, untuk lebih
Pertemuan 2
Nilai Keterangan
Frek %
≥ 70 11 57,89% Tuntas
< 70 8 42,11% Tidak Tuntas
121
Ketuntasan klasikal dapat dilihat memperoleh persentase
terhadap materi pelajaran masih kurang, dan ini juga sebagai akibat
42,11%
57,89%
4) Refleksi
a) Aktivitas Guru
122
Ketidak berhasilan aktivitas guru pada pertemuan ini
kelompok yang lain, guru meminta dua siswa yang tinggal dalam
ke tamu mereka dan guru meminta tamu mohon diri dan kembali
kelompok lain.
b) Aktivitas Siswa
secara klasikal ≥80% siswa berada pada kategori aktif dan atau
sangat aktif.
123
1) Siswa memperhatikan guru menjelaskan materi memperoleh
124
dengan kelompok. Upaya perbaikan yaitu guru harus lebih
125
dikatakan berhasil apabila secara rata-rata kelas berada pada
126
Nabil, Padil dan Sulthan, sebagian sudah aktif.
c) Hasil Belajar
ini masih terdapat 8 orang atau 42,11% siswa yaitu Ahmad Makki,
Riska Alya Ariyani, Siti Badriah dan Syahreza Hafsari yang belum
yang mendapat nilai ≥70 ada 11 orang atau hanya 57,89%. Hal itu
127
tersebut. Sehingga pada pertemuan berikutnya hasil belajar siswa
dapat meningkat.
2. Siklus II
globalisasi.
lebih lanjut pada tabel jadwal pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus II
Jumlah
No. Hari/Tanggal Pertemuan Materi Penilaian
Jam
Budaya Indonesia
Kamis, 2 jam dalam Misi Tertulis,
1. 1-2
23 April 2015 pelajaran Kebudayaan Performance
Internasional
Sikap terhadap
Sabtu, 2 jam Pengaruh Tertulis,
2. 1-2
25 April 2015 pelajaran Globalisasi Performance
128
a. Pertemuan 1 (2 x 35 menit)
1) Skenario Kegiatan/Perencanaan
pertama ini materi yang dibahas adalah Budaya Indonesia dalam Misi
129
tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan
memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil keluar
kedekatan guru dan siswa, sehingga siswa akan merasa senang dan
130
guru meminta dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas
baik lagi.
antara siswa dan guru, dengan demikian siswa menjadi lebih aktif lagi
materi dan kemampuan berpikir siswa, apabila hal ini dilakukan siswa
131
2) Pelaksanaan Kegiatan
untuk duduk yang rapi, setelah siswa sudah rapi maka guru
siswa hadir.
132
(3) Guru menyampaikan tujuan cakupan materi dan penjelasan
berbicara.
133
dan membagi nomor kepala. Setiap kelompok dijelaskan bahwa
tenang.
tertib.
sudah ditetapkan oleh guru. Pada saat itu suasana kelas tenang
134
mereka. Disini guru cukup jelas dalam meminta siswa yang
didapatnya.
hasil temuannya.
(8) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang
135
c) Kegiatan Akhir (±15 menit)
temannya.
136
siswa berdoa dan mengucapkan salam dengan lengkap
3) Hasil Observasi
Skor minimal = 9
137
Skor maksimal = 36
Kategori:
Sangat baik 28 – 36
Baik 19 – 27
Cukup baik 10 – 18
Kurang baik ≤9
138
aktivitas kegiatan yang dilakukan oleh guru pada siklus II
sangat baik.
peneliti pada saat penelitian ini, maka aktivitas siswa dalam proses
Aspek SA A CA KA ∑
Rata - rata Klasikal
No. yang FX
F FX F FX F FX F FX Kelas %
Dinilai
1 A 5 20 13 39 1 2 0 0 61 16,05 94,73%
2 B 3 12 15 45 1 2 0 0 59 15,52 94,73%
3 C 5 20 13 39 1 2 0 0 61 16,05 94,73%
4 D 2 8 12 36 5 10 0 0 54 14,21 73,68%
5 E 0 0 15 45 4 8 0 0 53 13,39 78,94%
Jumlah
Rata - rata
57,6
FX
Rata - rata
15,15(Aktif)
Kelas
Rata - rata
87,36% (Hampir Seluruhnya Aktif)
Klasikal
Keterangan:
A= Siswa memperhatikan guru menjelaskan materi
139
16 - 20 = Sangat aktif
11 – 15 = Aktif
5 = Kurang Aktif
Rumus
Jumlah Fx
Rata-rata Kelas = x 20
4 x jumlah seluruh siswa
Jumlah F(A+SA )
Klasikal = x100%
Jumlah seluruh siswa
16,05.
140
dengan persentase 73, 68% atau sebagian besar aktif. Aspek siswa ikut
pada aspek yang diamati dapat dilihat pada sajian grafik dibawah ini:
60,00%
40,00%
20,00%
0,00%
A B C D E
141
c) Hasil Belajar Siswa
Pasayangan 1 Martapura:
142
Berdasarkan tabel diatas, semua kelompok sudah mencapai
100
98
100 100
96
94
Nilai
100
92
90 100
88 90
86
84
Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok
1 2 3 4 5
Nama Kelompok
143
Tabel 4.21: Hasil Belajar Evaluasi Siklus II Pertemuan 1
144
78,95%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada
80%.
1. 90 1 Tuntas
2. 80 5 Tuntas
3. 70 9 Tuntas
4. 50 2 Tidak Tuntas
5. 40 2 Tidak Tuntas
Jumlah 19
sebagai berikut:
2
2
1 1 1
1
0
Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai
40 50 60 70 80 90 100
145
Setelah dilihat dari hasil evaluasi yang dikerjakan siswa,
dan pemahaman (C2). Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel
dibawah ini:
Nomor Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
siswa yang menjawab salah dan pada soal nomor 2 ada 68,42%
Pertemuan 1
Nilai Keterangan
Frek %
≥ 70 15 78,95% Tuntas
< 70 4 21,05% Tidak Tuntas
146
Ketuntasan klasikal dapat dilihat memperoleh persentase
terhadap materi pelajaran masih kurang, dan ini juga sebagai akibat
21,05%
78,95%
147
4) Refleksi
a) Aktivitas Guru
b) Aktivitas Siswa
secara klasikal ≥80% siswa berada pada kategori aktif dan atau
sangat aktif.
148
indikator keberhasilan yang telah ditentukan, aktivitas siswa
dengan kriteria aktif dan sangat aktif. Ada 1 orang siswa yang
memberikan bimbingan.
kriteria aktif dan sangat aktif. Ada 1 orang siswa yang masih
149
belum aktif dalam kerjasama kelompok yaitu Riska. Pada
dan sangat aktif. Ada 1 orang siswa yang masih kurang aktif
bimbingan.
150
mendekati dari indikator keberhasilan yang telah ditentukan,
kelas berada pada skor ≥16 dengan kriteria sangat aktif dan
pembelajaran.
151
berhasil apabila aktivitas siswa mencapai 80% dengan
c) Hasil Belajar
mendapat nilai ≥70 ada 15 orang atau 78,94%. Melihat hal tersebut
152
Pada pertemuan ini belum mencapai indikator yang telah
nomor 1 ada 73,68% siswa yang menjawab salah, soal nomor 2 ada
apabila hal ini dilakukan siswa akan mudah dalam menjawab soal
b. Pertemuan 2 (2 x 35 menit)
1) Skenario Kegiatan
153
yang dilakukan guru (praktikan). Dan lembar observasi aktivitas siswa
memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil keluar
154
diterapkan pada saat melakukan penelitian, dengan persiapan yang
kedekatan guru dan siswa, sehingga siswa akan merasa senang dan
1 ada beberapa hal yang harus ditingkatkan lagi oleh guru sehingga
memperoleh skor yang lebih baik dan terus meningkat pada siklus II
signifikan.
siswa dan guru, dengan demikan siswa selalu aktif dalam mengikuti
155
Melihat dari refleksi untuk hasil belajar pada siklus II pertemuan
materi dengan lebih baik lagi sehingga dalam pembuatan soal dapat
2) Pelaksanaan Kegiatan
untuk duduk yang rapi, setelah siswa sudah rapi maka guru
156
mengangkat tangan dan mengatakan hadir. Pada hari ini semua
siswa hadir.
157
tenang serta mencatat apa yang disampaikan oleh guru tetapi
penjelasan guru.
tenang.
diberikan oleh guru. Pada saat itu suasana kelas tenang karena
158
mereka. Disini guru cukup jelas dalam meminta siswa yang
lain. Guru masih cukup jelas dalam meminta siswa jika setelah
didapatnya.
hasil temuannya.
(8) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang
159
c) Kegiatan Akhir (±15 menit)
160
3) Hasil Observasi
Keterangan:
Skor minimal = 9
Skor maksimal = 36
161
Kategori:
Sangat baik 28 – 36
Baik 19 – 27
Cukup baik 10 – 18
Kurang baik ≤9
baik. Oleh sebab itu aktivitas kegiatan yang dilakukan oleh guru
162
pada siklus II pertemuan 2 ini dikatakan berhasil, karena aktivitas
sangat baik.
peneliti pada saat penelitian ini, maka aktivitas siswa dalam proses
Aspek SA A CA KA ∑
Rata - rata Klasikal
No. yang FX
F FX F FX F FX F FX Kelas %
Dinilai
1 A 15 60 4 12 0 0 0 0 72 18,94 100%
2 B 11 44 8 24 0 0 0 0 68 17,89 100%
3 C 11 44 8 24 0 0 0 0 68 17,89 100%
4 D 9 36 10 30 0 0 0 0 66 17,36 100%
5 E 14 56 5 15 0 0 0 0 71 18,68 100%
Jumlah
Rata - rata
69
FX
Rata - rata
18,15 (Sangat Aktif)
Kelas
Rata - rata
100% (Seluruhnya Aktif)
Klasikal
Keterangan:
A= Siswa memperhatikan guru menjelaskan materi
163
Deskripsi Kriteria Penilaian
16 - 20 = Sangat aktif
11 – 15 = Aktif
5 = Kurang Aktif
Rumus
Jumlah Fx
Rata-rata Kelas = x 20
4 x jumlah seluruh siswa
Jumlah F(A+SA )
Klasikal = x100%
Jumlah seluruh siswa
yang diberikan guru dengan nilai 17,36 sedangkan yang tertinggi pada
rata 18,94.
dengan kriteria seluruhnya aktif, pada aspek siswa aktif dalam kegiatan
164
pertanyaan yang diberikan guru memperoleh persentase 100% dengan
aktif.
pada aspek yang diamati dapat dilihat pada sajian grafik dibawah ini:
18,5
17,89 17,89
18
17,36
17,5
17
16,5
A B C D E
80,00%
60,00%
40,00%
20,00%
0,00%
A B C D E
165
c) Hasil Belajar
Pasayangan 1 Martapura:
166
Berdasarkan tabel diatas, semua kelompok sudah mencapai
100
98
96 100
94
Nilai
92 100
90 100
88 90
90
86
84
Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok
1 2 3 4 5
Nama Kelompok
167
Tabel 4.28: Hasil Belajar Evaluasi Siklus II Pertemuan 2
168
pertemuan 2 ini berhasil sesuai dengan ketuntasan klasikal yang
1. 100 1 Tuntas
2. 90 6 Tuntas
3. 80 6 Tuntas
4. 70 6 Tuntas
Jumlah 19
sebagai berikut:
4
3
2 1
1
0
Nilai 70 Nilai 80 Nilai 90 Nilai 100
169
Keberhasilan belajar siswa ini dikarenakan guru sangat baik
Nomor Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
tetapi masih ada empat soal yang sangat mengecoh siswa sehingga
siswa yang menjawab salah, pada soal nomor 4 ada 31,57% siswa
yang menjawab salah, pada soal nomor 6 ada 36,84% siswa yang
menjawab salah dan pada soal nomor 10 ada 36,84% siswa yang
menjawab salah.
170
keberhasilan dan siswa, untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti
Pertemuan 2
Nilai Keterangan
Frek %
≥ 70 19 100% Tuntas
< 70 - 0% Tidak Tuntas
pelajaran sudah sangat baik, dan ini juga sebagai akibat dari model
100 %
Tuntas
171
4) Refleksi
a) Aktivitas Guru
memuaskan.
bervariasi.
172
baik lagi serta tidak terlepas dari kedekatan guru dan siswa,
pembelajaran.
b) Aktivitas Siswa
klasikal ≥80% siswa berada pada kategori aktif dan atau sangat
aktif.
semua.
173
sebesar 100%. Hal tersebut melebihi dari indikator
pada skor ≥16 dengan kriteria sangat aktif dan secara klasikal
174
dikatakan berhasil apabila aktivitas siswa mencapai 80%
beberapa siswa sudah aktif dan banyak siswa yang sangat aktif.
c) Hasil Belajar
pertemuan ini semua siswa mendapat nilai ≥70 ada 19 orang atau
ditentukan.
175
Keberhasilan ini dikarenakan guru sangat baik dalam
ada siswa yang tidak bisa dalam mengerjakan soal baik dalam
a. Aktivitas Guru
Aktivitas guru pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel
berikut:
176
Tabel 4.32 Aktivitas Guru Siklus I dan II
Siklus I Siklus II
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 1 Pertemuan2
Skor 20 24 29 33
Rata-rata 22 31
Kriteria Baik Sangat Baik
177
Rata-Rata Skor Aktivitas Guru
Siklus I dan II
35 31
30
25 22
20
15
10
5
0
SIKLUS I SIKLUS II
siklus II.
b. Aktivitas Siswa
178
Tabel 4.33 Presentase aktivitas siswa secara klasikal siklus I dan II
Siklus I Siklus II
Presentase Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 1 Pertemuan2
41,04% 71,57% 87,36% 100%
Rata-rata 56,30% 93,68%
Kriteria Sebagian Sebagian Hampir Seluruhnya
Aktif Besar Aktif Seluruhnya Aktif
Aktif
60,00%
41,04%
40,00%
20,00%
0,00%
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4
179
Rata-rata Aktivitas Siswa Siklus I dan II
100,00% 93,68%
90,00%
80,00%
70,00%
60,00% 56,30%
50,00%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
SIKLUS I SIKLUS II
c. Hasil Belajar
180
dilakukan dengan memberikan soal pilihan ganda sebanyak 10 soal.
Berikut data hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II.
Ketuntasan Ketuntasan
Siklus
Individu klasikal (%) Rata-rata
Siklus I Pertemuan 1 6 orang 31,57%
Siklus I Pertemuan 2 11 orang 57,89% 44,73%
Siklus II Pertemuan 1 15 orang 78,95%
Siklus II Pertemuan 2 19 orang 100% 89,47%
ini:
100 100%
80 78,95%
60 57,89%
40
31,57%
20
0
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan4
181
Rata-rata Hasil Belajar Siswa
Siklus I dan II
100,00% 89,47%
90,00%
80,00%
70,00%
60,00%
50,00% 44,73%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
SIKLUS I SIKLUS II
Siklus I dan II
hasil belajar siswa yang meningkat di siklus II. Hal ini membuktikan
182
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
maka hasil belajar PKn materi globalisasi pada siswa kelas IV SDN
D. Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi pada siklus I dan
mengajar, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan hasil belajar siswa
1. Aktivitas Guru
Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) dapat
untuk mengajar pada suatu kelas, guru dituntut mampu mengelola kelas,
183
Dalam kegiatan pembelajaran guru telah mampu mengelola
dikuasai siswa.
perjalanan itu. Oleh karena itu, guru harus melihat keterlibatan peserta
didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik
melaksanakan belajar itu tidak hanya secara jasmani, tetapi mereka harus
184
Secara keseluruhan proses pembelajaran sudah bisa dilaksanakan
Stay Two Stray (TSTS) telah sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
aktivitas guru. Selain itu juga penelitian yang dilakukan Rezki Warniah
185
mampu meningkatkan aktivitas guru dalam pembelajaran pada siklus 1
pada pertemuan 1 yaitu 60% (Cukup Baik), pada pertemuan 2 yaitu 73%
(Baik), dan pada siklus II pada pertemuan 1 yaitu 81% (Sangat Baik), pada
54,2% (cukup baik), pada pertermuan 2 yaitu 62,5% (cukup baik), dan
89,6% (sangat baik). Penelitian yang lain dilakukan oleh Makmun dengan
dengan menggunakan model Two Stay Two Stray (TSTS) hasilnya juga
186
mengajar agar lebih aktif dan memahami materi, serta pada saat
2. Aktivitas Siswa
dengan Two Stay Two Stray (TSTS) dapat dikatakan berhasil sesuai
Stay Two Stray (TSTS), karena perpaduan kedua model ini lebih
siswa lebih bertanggung jawab atas tugas yang didapatnya sesuai dengan
menuntut siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam menyelidiki suatu
187
(2007:85) salah satu fungsi motivasi adalah menentukan arah perbuatan,
dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan
penghargaan, pujian, hadiah, atau kata-kata yang manis. Hal ini dapat
tersebut.
aktif. Karena dengan belajar kelompok secara kooperatif dapat melatih dan
188
SDN Alalak Utara 1 Banjarmasin menggunakan pembelajaran kooperatif
aktif dan siklus II berada pada kategori sangat aktif, dan hasil belajar pada
siklus I yaitu 74,28% dan pada siklus II yaitu 94,31%. Selain itu juga
ketuntasan belajar yang didapat dari tes akhir siklus I yaitu ketuntasan
Klasikal (keseluruhan) adalah 78,57% dan pada tes akhir siklus II yaitu
secara klasikalnya 96,42%, artinya pada siklus II hasil belajar siswa lebih
oleh Fajrul Ilmi pada siswa kelas IV SDN Sungai Miai 1 Banjarmasin
189
menunjukkan bahwa pada siklus I rata-rata menunjukkan kategori cukup
aktif dan pada siklus II meningkat menjadi sangat aktif. Selain itu
penelitian yang dilakukan oleh Makmun pada siswa kelas V SDN 2 Sungai
Dua kabupaten tanah bumbu dengan menggunakan model Two Stay Two
pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dan model Two Stay Two
Heads Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS)
Hasil belajar siswa diperoleh dari tes evaluasi yang dilakukan pada
tiap akhir pertemuan. Tes merupakan salah satu alat untuk mengukur
dengan Two Stay Two Stray (TSTS) dapat dikatakan tuntas/berhasil sesuai
190
dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan, baik secara individual
tugas kelompok, setiap anggota harus saling bekerja sama dan membantu
belajarnya. Selain itu, ketuntasan yang dicapai ini juga tidak terlepas dari
191
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang menggunakan model
oleh Nisa Fitriani (2013) dengan objek penelitian pada pembelajaran PKn
pada siklus I yaitu 74,28% dan pada siklus II yaitu 94,31%. Selain itu juga
Together (NHT) dengan hasil ketuntasan belajar yang didapat dari tes
Penelitian yang dilakukan oleh Hani Fitriani pada siswa kelas V SDN
yaitu pada siklus I ketuntasan klasikal yang dicapai 70% meningkat pada
siklus II menjadi 85%. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Makmun
192
menggunakan model Two Stay Two Stray (TSTS) hasilnya mampu
Together (NHT) dan Two Stay Two Stray (TSTS) yaitu model
Stay Two Stray (TSTS) ini tepat diterapkan dalam proses belajar mengajar
193
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
berikut:
divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) pada siswa kelas IV SDN
divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) pada siswa kelas IV SDN
Together (NHT) divariasikan dengan Two Stay Two Stray (TSTS) dapat
194
B. Saran-saran
1. Bagi Guru, khususnya guru yang mengajar PKn agar dapat menerapkan
195
DAFTAR PUSTAKA
196
Composition (CIRC) pada Siswa Kelas IV SDN Bagus 1 Kabupaten Barito
Kuala. Skripsi tidak diterbitkan. Banjarmasin: FKIP PGSD. Universitas
Lambung Mangkurat.
Slavin, E.Robert. 2008. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: Indeks.
Sugandi, M. Nani & Yusuf Syamsu. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
197
Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
198